Asidi Alkalimetri Dan Permanganometri
-
Upload
darminpurnama -
Category
Documents
-
view
222 -
download
12
description
Transcript of Asidi Alkalimetri Dan Permanganometri
Asidi Alkalimetri
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan
dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion
positif. Sedangkan basa secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila
dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion OH- sebagai
ion negatif. Titrasi yang menyangkut asam dan basa sering disebut asidimetri –
alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain-lain sering juga dipakai
akhiran –ometri menggantikan –imetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani yang
berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian asidimetri dan alkalimetri
secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam dan basa.
Bila suatu asam dan suatu basa yang masing-masing dalam kuantitas yang
ekuivalen secara kimiawi, dicampur akan dihasilkan suatu reaksi penetralan, yang
menghasilkan suatu larutan garam dalam air. Larutan ini akan benar-benar netral
jika asam dan basa itu sama kuat ; kalau tidak, akan diperoleh larutan asam lemah
atau basa lemah. Konsentrasi suatu larutan asam atau basa yang anu (unknown)
dapat ditentukan dengan titrasi dengan larutan yang konsentrasinya diketahui.
Teknik semacam itu disebut analisis volumetri. (Kleinfetter. 1987)
Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume
larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan dengan larutan contoh
yang sedang ditetapkan kadarnya. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu
larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat-zat yang
direaksikan tepat menjadi akivalen satu sama lain. Pada saat titran yang
ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan;
saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut
titran, sedangkan larutan yang ditambah titran itu disebut titrat. Dengan jalan ini,
volume/berat titran dapat diukur dengan teliti dan bila konsentrasi juga diketahui,
maka jumlah mol titran dapat dihitung. Karena jumlah titrat ekivalen dengan
jumlah titran, maka jumlah mol titrat dapat diketahui pula berdasar persamaan
reaksi dan koefisiennya. Perhatikanlah sekali lagi arti ungkapan ”pereaksi telah
ekivalen”, yang berarti: telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang
direaksikan. Titran dan titrat tepat saling menghabiskan; tidak ada kelebihan yang
satu maupun yang lain. Ini tidak selalu berarti, bahwa pereaksi dan zat yang
direaksikan telah sama banyak, baik volume maupun jumlah gram atau mol-nya.
Hal ini jelas, sebab jumlah yang bereaksi ditentukan oleh persamaan reaksi.
(Harjadi. 1987)
Salah satu macam titrasi adalah titrasi asidimetri-alkalimetri, yaitu titrasi
yang menyangkut asam dan/atau basa. Bila kita mengukur berapa mL larutan
bertitar tertentu yang diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang kadar atau
titernya belum diketahui, maka pekerjaan itu disebut asidimetri. Peniteran
sebaliknya, asam dengan basa yang titernya diketahui disebut alkalimetri. Dalam
titrasi ini perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik akhir dan cara
perhitungan ialah perubahan pH titrat.
Berikut syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :
1. Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan
standar.
2. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.
3. Titik stoikhiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang
memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang
sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik
akhir.Tujuan : memilih indikator yang memiliki titik akhir bertepatan
dengan titik stoikhiometri.
4. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus
diketahui setepat mungkin.
Dalam titrasi sampel direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga jumlah kedua zat
tersebut ekivalen. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk padat, maka beratnya
harus diketahui dengan tepat. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk larutan, maka
volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat. Larutan yang diketahui
konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan standar. Larutan standar dibagi
menjadi dua yaitu, larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan
standar primer adalah larutan yang kadarnya dapat diketahui secara langsung dari
hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O7 dan Na2B4O7.
Syarat-syarat larutan standar primer adalah :
1. Sangat murni atau mudah dimurnikan
2. Stabil dalam keadaan biasa, setidak-tidaknya selama ditimbang
3. Sedapat mungkin mempunyai berat ekivalen tinggi untuk mengurangi
kesalahan penimbangan
4. Dalam titrasi akan bereaksi menurut syarat-syarat reaksi titrasi
5. Mempunyai rumus molekul yang pasti
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya ditentukan
dengan cara pembakuan. Contohnya NaOH dan HCl.
Pelaksanaan penentuan kadar zat dengan jalan titrasi yaitu, larutan peniter
diteteskan sedikit demi sedikit kedalam larutan contoh sampai tercapai titik akhir
titrasi yaitu, titik dimana indikator tepat berubah warna. Hendaknya diusahakan
agar titik akhir ini sedekat mungkin pada titik ekivalen yaitu, titik dimana titran
dan titrat tepat saling menghabiskan, tidak ada kelebihan yang satu maupun yang
lain.
Dalam penentuan titik akhir titrasi digunakan indikator yaitu, senyawaan
yang digunakan sebagai penunjuk visiual pada saat tercapainya titik setara titrasi
antara dua larutan tertentu. Dalam asidi-alkalimetri indikator yang digunakan
adalah indikator pH yaitu zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya
berubah.
Metode titrimetri yang dikenal juga sebagai volumetri merupakan cara
analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia.
Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen
analit dengan zat pendeteksi yang disebut titran.
Salah satu golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah
reaksi penetralan, atau asidimetri-alkalimetri. Metode asidi-alkalimetri
digunakan untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang jumlahnya belum
diketahui. Pada titrasi asidi-alkalimetri, perubahan terpenting yang mendasari
penentuan titik akhir dan perhitungan adalah perubahan pH titrat.
Indikator yaitu suatu senyawa (organik) yang akan berubah warnanya pada
rentang pH tertentu. Indikator merupakan asam lemah atau basa lemah yang
memiliki warna cukup tajam, hanya dengan beberapa tetes, indikator dapat
digunakan untuk menetapkan titik ekivalen dalam titrasi asam basa ataupun
untuk menentukan tingkat keasaman larutan.
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan
baku basa. Alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan
larutan baku asam.
Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah
proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke
dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau
dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen.
Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi
sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan
titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian
indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui.
Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi
(titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Pada proses titrasi ini
digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi
selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan
telah tercapainya titik akhir titrasi. Dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari
reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara,
yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang
akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan
beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang
terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup
banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada
saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator
warnanya berubah disebut titik akhir. Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit
kuat seperti NaOH dan HCl yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat
yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik
ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah
kesalahan acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan
determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode
potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol.
Reaksi Netralisasi Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Prosesnya
disebut dengan reaksi netralisasi. Zat-zat yang dihasilkan yang berbentuk kristalin
disebut garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu. Pembentukan garam seakan-akan
merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati. Tetapi ini sebenarnya keliru. Lebih
tepat dikatakan bahwa reaksi netralisasi sebagai penggabungan ion-ion secara
kimia. Zat-zat atmosfer, atau amfolit mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik
dengan asam maupun basa dan sifat ini disebut dengan sifat amfoter.
Normalitas merupakan sistem konsentrasi didasarkan pada volume dari larutan.
Normalitas = jumlah ekivalen per liter larutan. Molaritas = Junlah mol per liter
larutan.
Pembahasan Pada percobaan asidi alkalimetri ini menggunakan larutan standar
primer asam oksalat untuk menstandardisasikan larutan NaOH. Standardisasi ini
dilakukan karena NaOH mudah terkontaminasi dan bereaksi dengan zat lain
sehingga larutan NaOH yang digunakan bisa saja sudah kurang murni. Dalam
penyimpanannya NaOH mengalami perubahan diantaranya karena sifat NaOH
yang higroskopis sehingga menyerap uap air dari udara. NaOH juga mudah
bereaksi dengan CO2 dalam udara. Kedua proses ini menyebabkan NaOH tidak
murni lagi. Indikator yang digunakan adalah indikator phenolphtelein.Pemilihan
indikator ini didasari oleh penyesuaian pH akhir titrasi dengan trayek pH
phenolphtelein. Reaksi antara NaOH 0.1 N dengan Asam Oksalat 0.1 N akan
memberikan pH titik akhir dalam trayek pH phenolphtelein yaitu antara 8.0- 9.2.
Perubahan warna yang menentukan titik akhir titrasi adalah dari tidak berwarna
menjadi merah sangat muda. Fenolftalien tergolong asam yang sangat lemah dan
dalam keadaantidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam
lingkungan basa,fenolftalien akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna
merah muda terang karena anionnya. Pada saat proses titrasi berlangsung,
digunakan alat bantu kertas putih sebagai alas. Kertas putih disimpan dibawah
erlenmeyer yang berisi asam oksalat berfungsi untuk mempermudah dalam
mengamati perubahan warna yang terjadi, yakni dari tidak berwarna menjadi
merah muda. Kertas putih ini sengaja digunakan agar percobaan lebih tepat akurat
dan dapat segera dihentikan titrasinya ketika tepat pada titik akhir titrasinya.
Dilakukan setengah tetes jika pada analit sudah mulai memperlihatkan perubahan
warna dari yang masih samar kemudian hilang, agar volume yang terbaca diburet
merupakan volume titran yang sesungguhnya. Terjadi kesalahan dalam pembuatan
larutan baku primer NaOH sehingga bisa dikatakan bahwa NaOH yang digunakan
kurang murni. Ketika dititrasi tidak ada perubahan warna yang terjadi.
Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
kalium permanganat (KMnO4).
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4
dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari
seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang
dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan
sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak
langsung dengan permanganometri seperti:
(1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga
terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya
dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah
disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku
FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat
ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam
waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai
menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan
presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan
Mn2+¬. MnO4- + 3Mn2+
+ 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang
dilaksanakan.
Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak
jenisnya, diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri,
iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini
dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua
senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan senyawa
reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi
diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka sampelnya adalah
oksidator.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi
oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa
permanganate. Kalium permanganate merupakan oksidator kuat yang dapar
bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatan
sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH
yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman
valensi mangan.
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia biasanya
digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn2+
(aq).
Pada analisi besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara yang sama untuk
reaksi dan dititrasi dengan MnO4-. Mn
2+ mempunyai warna pink (merah muda)
sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4- berwarna sangat
cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi mempunyai warna akhir
pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes lagi MnO4-. MnO4
- dapat
digunakan untuk menetukan kadar besi. Untuk mempelajari metode
permanganometri lebih lanjut maka perlu dilakukannya praktikum ini (penentuan
kadar besi secara permanganometri).
Dalam permanganometri tidak diperlukan indicator, karena titran bertrindak
sebagai indicator (auto indikator). Kalium permanganate bukan larutan baku
primer, maka larutan KMnO4 harus distandardisasi, antara lain arsen (III), oksida
(As2O3), dan Natrium Oksalat (N2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk
penentuan kadar bese, kalsium, hidrogen peroksida. Pada penentuan besi pada bijih
besi mula-mula dilarutkan asam klorida, kemudian semua besi direduksi menjadi
Fe2+
, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada penetapan kalsium,
mula-mula kalsium diendapakan, dilarutkan dan oksalatnya dititrasi dengan
permanganate
1. Standar-standar Primer untuk Permanganat
Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untukpermanganat
dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi,
stabil pada saat pengeringan, dan non higroskopis. Reaksinya dengan
permanganate agak sedikit rumit dan berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga
larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 60°C. Bahkan pada suhu yang lebih
tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya eningkat ketika ion
mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dan reaksinya
disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion
tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat
dengan permanganate untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah
(+3 atau +4), di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat,
kembali ke kondisi divalent.
Persamaan utnuk reaksi antara oksalat dan permanganate adalah
5C2O42-
+ 2MnO4- + 16H
+ ? 2Mn
2+ + 10CO2 + 8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain.
Selama beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang disarankan oleh McBride1,
yang mengharuskan seluruh titrasi berlangsung perlahan pada suhu yang lebih
tinggi dengan pengadukan yang kuat. Belakangan, Fowler dan Bright2
menyelidiki
secara menyeluruh reaksinya dan menganjurkan agar hampir semua permanganate
ditambahkan secara tepat ke larutan yang diasamkan pada suhu ruangan. Setelah
reaksinya selesai, larutan tersebut dipanaskan sampai 60°C dan titrasi diselesaikan
pada suhu ini. Prosedur ini mengeliminasi kesalahan apa pun yang disebabkan oelh
pembentukan hydrogen peroksida.
Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar
primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (III) yang
diproduksi selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion
klorida oleh permanganate berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian,
dengan kehadiran besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II)
adalah agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan
disebut ini teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak
ditemukan dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam
klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut larutan
“pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke dalam
larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganate. Asam fosfat
menurunkan konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah kompleks,
membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna
kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini
tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas.
Arsen (III) Oksida
Hidrogen peroksida
Nitrat
1. Penentuan-penentuan dengan Permanganat
Penentuan besi dalam bijih-bijih besi adalah salah satu aplikasi terpenting dari
titrasi-titrasi permanganate. Asam terbaik untuk melerutkan bijih-bijh besi adalah
asm klorida, dan Timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses
pelarutan. Sebelum titrasi dengan permanganate setiap besi (III) harus direduksi
menjadi besi (II). Timah (II) klorida biasanya dipergunakan untuk mereduksi besi
dalam sampel-sampel yang telah dilarutkan dalam asam klorida. Larutan pencegah
Zimmermann-Reinhardt lalu ditambahkan jika titrasi akan dilakukan dengan
permanganate.
Banyak agen pereduksi selain besi (II) dapat ditentukan melalui titrasi langsung
dengan permanganate dalam larutan asam. Diantaranya adalah: Antimon (III) ,
Arsenik (III), Bromin, Titanium (III), Tungsten (III), Uranium (IV), Vanadium
(IV).
Sebuah standar KMnO4 dapat pula dipergunakan secara tidak langsung dalam
penentuan agen-agen pengoksidasi, khususnya oksida-oksida yang lebih tinggi dari
metal-metal seperti timbale dan mangan. Oksida-oksida semacam ini sulit untuk
dilarutkan dalam asam-asam atau basa-basa tanpa mereduksi metal ke kondisi
oksidasi yang lebih rendah. Adalah tidak praktis untuk mentitrasi substansi-
substansi ini secara langsung, karena reaksi dari zat padat dengan suatu agen
pereduksi adalah lambat. Maka sampel direaksikan dengan suatu agen pereduksi
berlebih dan dipanaskan untuk menyelesaikan reasi. Kemudian kelebihan agen
pereduksi ini dititrasi dengan permanganate standar. Beragam agen reduksi dapat
dipergunakan, seperti As2O3 dan Na2C2O4.