Asia Barat Hesty

29

Click here to load reader

Transcript of Asia Barat Hesty

Page 1: Asia Barat Hesty

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asia Barat adalah wilayah bagian barat benua Asia. Menurut Wikipedia

(2010) istilah ”Asia Barat lebih sering digunakan dalam tulisan mengenai

arkeologi dan masa prasejarah pada kawasan tersebut”. Asia barat adalah ”tempat

kelahiran banyak peradaban penting dan agama besar dunia, seperti islam, kristen,

dan yahudi” (Ensiklopedia, 2007:244). Hingga saat ini, sejumlah tempat ini masih

bergejolak. Sengketa perbatasan, konflik etnik dan agama, perjuangan untuk

meraih kedaulatan, serta invensi kekuatan asing menandai pergolakan tersebut.

Salah satu konflik yang terjadi adalah konflik antara israel dan palestina.

Konflik Israel dan Palestina boleh jadi merupakan konflik yang memakan

waktu panjang setelah Perang Salib yang pernah terjadi antara dunia Timur dan

Barat di sekitar abad keduabelas (Bankulon, 2009). Konflik yang telah ber-

langsung enam puluhan tahun ini menjadi konflik cukup akut yang menyita per-

hatian masyarakat dunia. Pada akhir 2008 yang diprediksi dunia Internasional

(dalam hal ini Amerika) sebagai puncak penyelesaian konfik Israel-Palestina

justru menampakkan kondisi sebaliknya. Agresi meliter Israel ke Jalur Gaza yang

dilancarkan beberapa waktu terakhir ini semakin memperkuat keraguan banyak

pihak atas keberhasilan konfrensi tersebut.

Tercatat tidak kurang dari seribu lebih warga Palestina mengalami korban

jiwa dan lebih dari dua ribu korban luka lainnya dalam waktu sepekan serangan

udara yang dilancarkan pasukan Israel ke Jalur Gaza. Israel juga mulai melakukan

serangan darat dengan alasan ingin melucuti sisa-sisa roket yang dimiliki pejuang

Hamas, sebuah gerakan perlawanan Islam di Palestina yang menjadi alasan

penyerangan Israel ke wilayah tersebut (Bankulon, 2009).

Agresi meliter Israel ke Jalur Gaza beberapa waktu terakhir benar-benar

menarik perhatian banyak pihak, tidak hanya dari kalangan masyarakat muslim

melainkan hampir seluruh masyarakat dunia. Keprihatinan dan simpati

masyarakat dunia terhadap kondisi Palestina yang menjadi korban agresi meliter

1

Page 2: Asia Barat Hesty

Israel diwujudkan dalam berbagai bentuk solidaritas, mulai dari aksi kecamanan,

kutukan dan penolakan terhadap tindakan Israel hingga pengiriman bantuan

kemanusiaan dalam berbagai bentuk, seperti tenaga medis, makanan serta obat-

obatan. Namun dari sekian banyak bentuk solidaritas yang ditujukan pada korban

Palestina adalah simpati dan dukungan yang datang dari masyarakat Islam. Lebih

dari sekedar memberikan bantuan kemanusiaan pada masyarakat Palestina,

beberapa institusi dan ormas Islam bahkan siap mengirimkan tenaga relawannya

sebagai pasukan jihad.

Hal ini dapat dikatakan, bahwa konflik Israel dan Palestina berhasil mem-

bangun stigma di tengah masyarakat Islam sebagai konflik bernuansa agama.

Pandangan ini setidaknya dibangun berdasarkan asumsi bahwa Palestina diyakini

sebagai salah satu simbol spiritualitas Islam, dan korban yang berjatuhan di tanah

Palestina secara umum adalah masyarakat Islam. Istilah "jihad" sendiri merupakan

terminologi dalam ajaran Islam yang mengandung pengertian perang yang

dilakukan di jalan Allah. Fakta lain adalah faktor politik yang ada dalam konflik

Israel dan Palestina. Fakta ini dibuktikan dengan keberpihakan Amerika Serikat

sebagai negara adidaya pada Israel. Keberpihakan tersebut semakin terlihat jelas

ketika tidak kurang dari puluhan resolusi yang dikeluarkan PBB untuk konflik

Israel dan Palestina yang ditolak Amerika dengan vetonya.

Konflik Israel-Palestina dengan sendirinya dapat diposisikan sebagai

konflik sosial mengingat kasus ini dapat disoroti dari beberapa aspek: politik dan

teologi. Dalam kasus Israel dan Palsestina, aspek politik bukanlah satu-satunya

pandangan yang dapat digunakan untuk menganalisis konflik kedua negara

tersebut, demikian halnya dengan dimensi teologis yang oleh banyak pihak

dianggap tidak ada hubungannya dengan konflik ini. Sebagian pihak memandang

konflik Israel dan Palsetina murni sebagai konflik politik, sementara sebagian

yang lain memandang konflik ini sarat dengan nuansa teologis. Nuansa teologis

dalam konflik Israel dan Palestina bukan saja ditunjukkan dengan terbangunnya

stigma perang Yahudi dan Islam, akan tetapi kekayikan terhadap tanah yang

dijanjikan sebagai tradisi teologis Yahudi juga tidak dapat dipisahkan dalam kasus

ini. Oleh karenanya, tidak ada dari kedua aspek di atas (politik dan teologi) yang

2

Page 3: Asia Barat Hesty

dapat dianggap lebih tepat sebagai pemicu konflik Israel-Palestina, karena

sepanjang sejarahnya kedua aspek tersebut turut mewarnai konflik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah ini,

yaitu:

1. Bagaimana sejarah kuno bangsa Israel dan bangsa Palestina?

2. Apa yang menjadi akar permasalahan konflik Israel dan Palestina?

3. Bagaimana konflik Israel dan palestina?

4. Bagaimana analisis konflik Israel dan Palestina dengan dimensi politik dan

teologis?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan malalah yang telah dipaparkan, adapun tujuan

penulisan makalah ini, yaitu:

1. Mengetahui sejarah kuno bangsa Israel dan bangsa Palestina.

2. Mengetahui akar permasalahan konflik Israel dan Palestina.

3. Menguraikan konflik Israel dan palestina.

4. mengetahui analisis konflik Israel dan Palestina dengan dimensi politik

dan teologis.

3

Page 4: Asia Barat Hesty

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kuno Israel dan palestina

1. Israel

Israel adalah sebuah ”negara di Timur Tengah yang dikelilingi Laut

Tengah, Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir dan gurun pasir Sinai” (Wikipedia,

2010). Menurut kisah kitab-kitab suci umat Islam, Kristen, maupun Yahudi,

bangsa Arab dan Yahudi sesungguhnya serumpun, yakni keturunan Nabi Ibrahim,

seorang nabi yang karena imannya meninggalkan Mesopotamia menuju sebuah

tanah asing yang dijanjikan Tuhan, yakni Kanaan (disebut demikian karena

wilayah ini pernah dikuasai oleh bangsa Kenite, namun pernah juga di sebut

Palestina ketika bangsa Filistin menguasainya). Bangsa Arab yang sejak semula

menetap di Jazirah Arabia berasal dari keturunan putra Nabi Ibrahim yang tertua

(Ismail). Sedang dari putra kedua (Ishak), turun ke Nabi Yakub, yang salah satu di

antara keturunannya adalah Yehuda (kerap disebut Yahudi).

Sejarah bangsa Israel di Palestina telah dimulai sekitar abad 14 sebelum

masehi. Kerajaan Israel yang pertama berkembang di masa pemerintahan Nabi

Daud, yang membangun kota benteng di atas bukit Zion, yang dinamai

Yerusalem. Kerajaan Israel menacapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan

Nabi Sulaiman putra Daud (sekitar 975 – 935 SM). Di zaman inilah didirikan

bangunan suci Israel yang megah di Yerusalem, yang disebut disebut Baitullah

atau Heikal Sulaiman, yang kemegahannya selalu dikenang oleh bangsa Yahudi

sepanjang masa (Jenny, 2008).

Sepeninggal Sulaiman kerajaan Israel cepat mundur karena perpecahan,

sehingga sejak abad 8 SM, bangsa Israel berturut-turut silih berganti dijajah

Bangsa Assyiria, Babilonia, Persia, Yunani, dan Romawi. Ketika pada tahun 586

SM bangsa Babilonia menyerang Israel, Kota Yerusalem dan Baitullah

dihancurkan, dan ribuan orang Israel dijadikan budak.

Pada tahun 70 SM, bangsa Romawi berhasil menguasai wilayah tersebut

dan hampir separuh penduduk terbunuh dan sisanya dievakuasi. Namun bisa

4

Page 5: Asia Barat Hesty

diredam oleh Jenderal Vespasianus, dan untuk kedua kalinya Kota Yerusalem

dibakar. Sejak peristiwa itu, banyak orang-orang Yahudi makin tersebar di mana-

mana (diaspora) (Jenny, 2008).

Kemudian secara diam-diam orang Arab berusaha kembali, begitu pula

dengan bangsa Yahudi. Palestina kemudian direbut oleh Kerajaan Islam Arab di

bawah pimpinan Khalifah Umar (+ 600 tahun M). Orang-orang Arab berdatangan

ke kota Yerusalem dan mengembangkan agama Islam. Meskipun Yerusalem

berada di bawah kekuasaan Islam, namun orang-orang Arab memberikan toleransi

yang besar kepada orang-orang Kristen dan bangsa Yahudi untuk beribadah dan

belajar bahasa Arab.

Setelah orang-orang Yahudi pergi meninggalkan negeri mereka dan

tersebar di berbagai negeri, sehingga jumlah penduduk Yahudi di Palestina

semakin menipis; sedang penduduk Arab yang semula pendatang semakin

bertambah banyak. Tetapi sejak akhir abad ke-19, orang-orang Yahudi berhasil

masuk ke Palestina berkat dukungan gerakan Zionisme (1877) yang diprakarsai

oleh Theodore Herzl (1860-1904). Zionisme pada awalnya adalah gerakan

keagamaan yang kemudian dipolitisasi sehingga menjadi sebuah gerakan politik

yang radikal (Jenny, 2008).

 

2. Bangsa Palestina

Bangsa Philistine (Filistin) adalah ”suatu bangsa pelaut, campuran

berbagai macam etnis dari Turki dan Yunani (pulau Crete) yang berlayar dari Laut

Aegea menuju wilayah Laut Mediterranea timur” (Hamasiah, 2009). Bangsa

Palestina bukan orang Palestina, bukan bangsa Palestina, melainkan adalah orang-

orang Arab yang tinggal, lahir, atau bekerja di tanah Palestina (Cikeas, 2007).

Sebelum Islam berkembang di abad 7 M, telah banyak saudagar Arab bermukim

di Palestina. Setelah Islam berkembang dan Khalifah Umar bin Khattab berhasil

merebut Palestina dari tangan Romawi, banyak orang Arab menetap di Palestina.

Negeri Palestina dengan kota Yerusalemnya memang tidak bisa dipisahkan

dengan kehidupan beragama umat Islam, mengingat Yerusalem juga merupakan

lokasi salah satu bangunan suci umat Islam, yaitu Masjidil Aqsa (Baitul Maqdis).

Mesjid ini merupakan salah satu dari tiga masjid utama Islam yang disucikan,

5

Page 6: Asia Barat Hesty

selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Di Masjidil Aqsa inilah Nabi

Muhammad SAW memperlihatkan mukjizat Mi’rajnya. Setelah bangsa Arab

menetap berabad-abad di Palestina, mereka berkembang menjadi mayoritas.

Wajar jika mereka kemudian menganggap Palestina sebagai negeri dan tanah

airnya.

Saat Palestina dikuasai Turki pada 1517 – 1919, orang-orang Yahudi

mulai kembali menetap di Palestina. Sampai 1914, penduduk Yahudi baru

berjumlah 90.000 orang diantara mayoritas penduduk Arab. Meski demikian

kedua bangsa itu bisa hidup berdampingan secara damai. Pertentangan Arab -

Palestina baru terjadi sejak Palestina dikuasai Inggris (1920 – 1948), yaitu saat

imigran-imigran Yahudi membanjiri Palestina dengan membawa cita-cita

Zionisme; suatu cita-cita yang mengancam hak hidup bangsa Arab-Palestina di

negeri dan tanah airnya sendiri.

B. Zionisme Sebagai Akar Permasalahan Palestina

1. Pengertian Zionisme

Nama Zionisme berasal dari kata Zion, yaitu nama sebuah kawasan di

Jerusalem yang menjadi pusat pergerakan orang-orang Yahudi. Lama kelamaan,

Zion dirujuk kepada Yerusalem, dan kemudian merujuk pula kepada pemikiran

bahwa Yahudi sebagai kaum terpilih (Jenny, 2008). Karen Armstrong (dalam

Marheindy) menyebutkan, Zionisme sebagai gerakan untuk membangun tanah air.

Yahudi di Palestina, merupakan respon kaum Yahudi terhadap modernisasi yang

paling imajinatif dan paling luas jangkauannya. Oleh karenanya, Zionisme hanya

dapat dipahami sebagai gerakan untuk membangun negara Israel yang dalam

faktanya menjadi gerakan paling berpengaruh, namun tetap saja Zinonisme tidak

dapat diklaim sebagai seluruh orang Yahudi. Wikipedia mengatakan bahwa

”Gerakan zionisme yang muncul di abad ke-19 ingin mendirikan sebuah negara

Yahudi di tanah yang kala itu dikuasai Kekaisaran Ottoman (Khalifah Ustmaniah)

Turki” (Wikipedia, 2010).

Zionisme merupakan gerakan Yahudi Internasional (Wikipedia, 2010).

Tujuan Zionisme adalah untuk menciptakan sebuah kediaman bagi bangsa Yahudi

di Palestina yang dijamin oleh hukum publik. Istilah Zionisme pertama kali

6

Page 7: Asia Barat Hesty

dipakai oleh perintis kebudayaan Yahudi, Mathias Acher (1864-1937), dan

gerakan ini diorganisasi oleh beberapa tokoh Yahudi antara lain Dr. Theodor

Herzl dan Dr. Chaim Weizmann. Dr. Theodor Herzl menyusun doktrin Zionisme

sejak 1882 yang kemudian disistematisasikan dalam bukunya "Der Judenstaat"

(Negara Yahudi) (1896). Doktrin ini dikonkritkan melalui Kongres Zionis

Sedunia pertama di Basel, Swiss, tahun 1897 (Jenny, 2008).

 

2. Faktor Pendorong Munculnya Zionisme

Proses tersebarnya bangsa Yahudi ke seluruh dunia telah berjalan sejak

selesainya masa pembuangan di Babilonia pada abad 6 SM. Di awal abad 1

Masehi saja, diperkirakan terdapat lima juta orang Yahudi yang tersebar di

wilayah kekaisaran Romawi. Bangsa Yahudi adalah salah satu bangsa di dunia ini

yang memiliki kesadaran rasial dan nasionalisme yang amat kuat. Meski negara

mereka telah hancur dan telah berabad-abad menetap di negeri orang, mereka

tetap memelihara identitas mereka sebagai orang Yahudi. Hal yang

memungkinkannya adalah karena tedapat ikatan keagamaan yang amat kuat, yang

di dalamnya terpatri pula kesadaran sejarah nenek moyangnya di masa lampau.

Kaum Yahudi yang hidup di Eropa seringkali menderita penindasan oleh

masyarakat Eropa karena mereka dianggap sebagai kaum elit. Pemimpin-

pemimpin bisnis Yahudi cenderung memberikan jabatan kepemimpinan diantara

orang-orang Yahudi, dan banyak orang Yahudi yang tidak berusaha untuk berbaur

secara sosial dengan masyarakat non-Yahudi. Keberhasilan keuangan kaum

Yahudi juga menyebabkan mereka punya pengaruh politik. Selain itu, kaum

Yahudi percaya bahwa mereka adalah bangsa pilihan. Hal-hal ini menyebabkan

timbulnya sikap anti-Semitisme di Eropa, dan puncaknya adalah Holokaus oleh

Nazi Jerman di Perang Dunia II.

Akibat dari penindasan di Eropa, timbulah gerakan Zionisme yang muncul

pada abad ke-19. Dua hal yang menjadi ciri menonjol Eropa abad ke-19, yakni

rasisme dan kolonialisme, telah pula berpengaruh pada Zionisme (Yahya, 2006).

Gagasan rasis, terutama akibat pengaruh teori evolusi Darwin, tumbuh sangat

subur dan mendapatkan banyak pendukung di kalangan masyarakat Barat.

7

Page 8: Asia Barat Hesty

Zionisme muncul akibat pengaruh kuat rasisme yang melanda sejumlah kalangan

masyarakat Yahudi.

Zionisme intinya adalah gerakan politik yang menginginkan terbentuknya

negara Yahudi dan ini disebut sebagai “Tanah Air Negara Yahudi”. Kaum Zionis

awal berurusan dengan masalah politik dan pemeliharaan budaya Yahudi.

Kebanyakan pemimpin utama kelompok ini adalah Yahudi sekuler dan bukan

Yahudi religius, misalnya Dr. Theodor Herzl yang merupakan seorang wartawan

Yahudi yang sangat berpemikiran sekular. Zionisme bertujuan untuk mendirikan

Negara Israel, dan mengajak semua Yahudi di dunia untuk tinggal di sana (Jenny,

2008).

Gerakan Zionis terpecah diantara kaum Yahudi yang di satu pihak

menginginkan tanah air yang sekuler dan di lain pihak menginginkan tanah air

yang berdasarkan aturan agama. Pada mulanya Herzl belum menegaskan di mana

letak tanah air bangsa yahudi akan dibangun. Mula-mula disebut Argentina atau

Palestina, dan Inggris yang menawarkan Uganda sebagai tempat tinggal bangsa

Yahudi. Tetapi dalam kongres kaum Zionis pertama di Basel, Swiss tahun 1897,

mereka menetapkan Palestina sebagai pilihannya. Banyak kaum Zionis yang

menganggap Palestina sebagai negara religius mereka, karena terdapat Haikal

Sulaiman yang merupakan kebanggaan bagi kaum Yahuni. Kaum religius Yahudi

mengatakan bahwa di bawah tanah Masjidil Aqsha-lah sebelumnya Haikal

Sulaiman berdiri. Banyak kaum religius Yahudi yang menganggap sudah

kewajiban mereka untuk menguasai tanah mereka, sama seperti yang tertulis di

kitab suci mereka ketika kakek moyang mereka menghadapi bangsa Filistin dan

Kanaan. Para pemimpin politik sekuler lalu mulai menggunakan pesan-pesan

religius untuk mensahkan tindakan politik mereka.

Di akhir Perang Dunia I, Kekaisaran Ottoman (Turki Utsmani) kalah dan

Inggris berkuasa atas tanah Palestina melalui mandat dari Liga Bangsa-Bangsa

(League of Nations). Inggris kemudian terlibat dalam persetujuan-persetujuan

yang saling bertentangan yakni negara Yahudi di Palestina dan juga Palestina

yang dikuasai oleh Arab saja. Tidaklah mungkin bagi Inggris untuk memenuhi

perjanjian-perjanjian ini seluruhnya.

8

Page 9: Asia Barat Hesty

Genocide atas bangsa Yahudi oleh Nazi Jerman yang diperkirakan lima

juta orang Yahudi tewas dibantai, semakin membulatkan niat bangsa Yahudi

untuk mewujudkan cita-cita Zionis mereka. Gelombang imigrasi Yahudi ke

Palestina, baik legal maupun ilegal, tidak bisa lagi dibendung. Organisasi-

organisasi gerilya Yahudi semakin bertambah kuat dan brutal. Perkembangan

situasi di Palestina pasca Perang  Dunia 2 semakin mencemaskan. Tanah Palestina

saat itu dihuni oleh sekitar setengah juta orang. Kaum mayoritas adalah para

petani dan pekerja Arab yang tinggal di daerah pedesaan. Begitu gerakan

Zionisme berkembang, penghuni-penghuni Yahudi mulai membeli lahan-lahan

tanah yang luas dari pemilik tanah Palestina. Masyarakat Yahudi juga mulai

meninggalkan Eropa dan bermukim di Palestina, dan ini mengakibatkan

timbulnya nasionalisme Arab di seluruh daerah Palestina.

C. Mengurai Konflik Israel-Palestina

Konflik Israel-Palestina seringkali dipahami sebagai konflik Yahudi-Islam

dan hal ini berhasil mensugesti hampir seluruh dunia Islam untuk membenci

Yahudi dengan segala macam "derivasinya". Sikap anti-pati terhadap Yahudi di

kalangan mayoritas Islam bahkan telah ditanamkan demikian mengakar mulai dari

lingkungan keluarga hingga institusi pendidikan Islam.

Kerukunan yang terjalin antara umat Islam dan Yahudi bukan berarti tanpa

konflik. Ketika pengaruh Muhammad semakin kuat dan daya imbau agama yang

diajarkannya semakin terasa di kalangan Yahudi, para pemuka agama Yahudi

mulai mengabaikan perjanjian damai yang pernah dibuat dengan umat Islam.

Pengabaian terbuka atas perjanjian itu ditandai dengan masuk Islamnya Abdullah

bin Salam, seorang rabi terpandang Yahudi yang sempat membujuk keluarganya

untuk masuk ke agama Islam. Kondisi ini membuat Yahudi merasa terancam dan

mulai melancarkan serangan teologis terhadap Muhammad dengan sejumlah

pertanyaan dan perdebatan mengenai pokok-pokok dasar agama Islam. Kebijakan

resmi untuk memerangi Yahudi digariskan Muhammad sejak pristiwa pelecehan

seorang wanita muslim oleh sekelompok Yahudi bani Qainuqa. Sejak saat itu,

satu persatu kelompok Yahudi diusir dari Madinah karena terbukti mendukung

9

Page 10: Asia Barat Hesty

pihak Makkah. Kondisi ini sebagaimana ditulis Hamid Basyaib jelas menunjuk-

kan pertikaian yang disebabkan oleh masalah politik (dalam Marhaendy).

Hingga terjadi konflik Israel dan Palestina yang dalam banyak hal

dipandang sebagai konflik Yahudi dan Islam. Konflik politik misalnya,

merupakan konflik yang dipicu oleh klaim hak atas tanah Palestina dari kedua

pihak yang bertikai. Seperti ditulis Trias Kuncahyono, Israel selalu mengatakan

posisi legal internasional mereka atas Jerusalem berasal dari mandat Palestina

(Palestine Mandate, 24 Juli 1922, dalam Marhaendy). Di pihak lain, Palestina

juga menyatakan Jerusalem (al Quds) akan menjadi ibu kota negara Palestina

Merdeka di masa mendatang atas dasar klaim pada agama, sejarah dan jumlah

penduduk di kota itu. Pertikaian kedua belah pihak pada akhirnya sulit dihindari,

sebab klaim hak atas tanah Palestina bukan sekedar menyangkut latar belakang

sejarah dan wilyah politik, melainkan masalah simbol spiritualitas besar bagi

kedua pihak.

Trias Kuncahyono (dalam, Marhaendy) menuliskan, pembagian Jerusalem

menjadi bagian Israel dan bagian Palestina sulit untuk dilaksanakan karena peta

demografi tidak mudah dirubah menjadi peta politik. Meskipun peta tersebut telah

terbagi sebagai wilayah yang dihuni orang-orang Israel dan wilayah lain yang

dihuni orang-orang Palestina, Jerusalem akan semakin sulit dibagi karena

merupakan simbol tiga agama besar yang letaknya saling berdekatan. Jerusalem

adalah pusat Yudaisme, tempat disalibnya Yesus dan kebangkitan serta

kenaikannya ke surga, dan tempat yang diyakini umat Islam sebagai bagian dari

perjalanan spiritualitas Muhammad ketika mengalami perjalanan malam dari

Masjid al Haram ke Masjid al Aqsha dan naik ke Sidratul Munthaha.

Yahudi menganggap Palestina sebagai "tanah yang dijanjikan" dan

mayoritas mereka meyakini bahwa Yerusalem harus kembali menjadi ibu kota

Israel sebagai intervensi Tuhan untuk mengembalikan hak bangsa Yahudi yang

selama ini tertindas. Pandangan ini mengakibatkan pergeseran paradigma politik

yang mewarnai konflik Israel-Palestina ke paradigma teologis. Apalagi, mitos

yang kerap dikembangkan untuk memberikan identitas pada Yahudi, adalah:

"bangsa tanpa tanah untuk tanah tanpa bangsa". Streotipe tentang Yahudi sebagai

"bangsa yang terusir dari tanahnya" ini juga telah berhasil membentuk konsep

10

Page 11: Asia Barat Hesty

teologis orang-orang Yahudi, bahwa seperti ditulis Karen Armstong (dalam

Marhaendy) bahwa ”Tuhan memulai penciptaan dengan tindakan yang kejam

karena keinginan untuk membuat dirinya dikenal oleh para makhluknya.

Keterkucilan dan pengasingan Yahudi bahkan pernah di alami Adam sebelumnya,

karena dosa yang dilakukan Adam membuat ia terusir dari surga. Demikian

Yahudi, mengembara ke seluruh penjuru dunia, menjadi terkucil selamanya, dan

merindukan penyatuan kembali dengan Tuhan”.

Ada mitos lain yang menarik menyangkut konsep teologi Yahudi, yaitu

penantian terhadap datangnya sorang Messiah selama berabad-abad yang

diharapkan akan membawa keadilan dan perdamaian. Dalam keyakinan Yeshiva,

sebuah sekte yang didirikan R. Shalom Dov Ber yang sangat khawatir terhadap

masa depan agama Yahudi, mereka akan menjadi prajurit dalam pasukan rabi

yang akan berperang tanpa kenal ampun dan kompromi untuk memastikan agama

Yahudi sejati tetap bertahan, dan perjuangan mereka akan meratakan jalan bagi

kedatangan Messiah. Cukup beralasan jika kemudian keyakinan Yeshiva ini

dipahami dengan pandangan: Messiah hanya akan turun ketika terjadi keberutalan

dan peperangan .

Jika ditinjau dari latar belakang sejarah, konflik Israel dan Palestina

merupakan bagian dari konflik Arab dan Israel yang lebih luas sejak 1940-an.

Agresi Meliter Israel terakhir yang dilancarkan sejak 26 Desember 2008 pada

prinsipnya merupakan bagian yang tidak terpisah dari konflik Israel dan Palestina

sebelumnya. Untuk lebih jelasnya, kronologi konflik Israel dan Palestina dapat

dipahami sebagaimana penjelasan berikut:

Kronologi dan Anatomi Konflik Israel-PalestinaTahun Pristiwa Deskripsi

1917 Deklarasi Balfour

2 November 1917 Inggris memenangkan Deklarasi Balfour yang dipandang pihak Yahudi dan Arab sebagai janji untuk mendirikan tanah air bagi kaum Yahudi di Palestina.

1922 Mandat Palestina

1936-1939 Revolusi ArabPimpinan Amin al Husein yang menyebabkan tidak kurang 5000 warga Arab terbunuh

1947Rencana pembagian wilayah oleh PBB

29 November 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui untuk mengakhiri Mandat Britania untuk Palestina dari tanggal 1 Agustus 1948 dengan pemecahan wilayah mandat

1948 Deklarasi Negara Israel Israel diproklamirkan pada tanggal 14 Mei 1948, sehari kemudian langsung diserang oleh tentara dari Libanon, Yordania, Mesir, Irak, dan negara Arab

11

Page 12: Asia Barat Hesty

lainnya. Israel berhasil memenangkan peperangan dan merebut + 70% dari luas total wilayah mandat PBB Britania Raya.

1949Perseteujuan gencatan senjata

3 April 1949, Israel dan Arab sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Israel mendapat kelebihan 50 persen lebih banyak dari yang diputuskan rencana pemisahan PBB

1956 Perang Suez29 Oktober 1965, Krisis Suez, sebuah serangan meliter terhadap Mesir dilakukan oleh Britania Raya, Perancis dan Israel.

1964 Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) berdiri

Mei 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) resmi berdiri, tujuannya untuk menghancurkan Israel.

1967

Perang enam hari

Dikenal dengan perang Arab-Israel 1967, merupakan peperangan antara Israel menghadapi gabungan tiga negara Arab: Mesir, Yordania dan Suriah, yang mendapatkan bantuan aktif dari Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Aljazair. Perang tersebut berlangsung selama 132 jam 30 menit.

Resolusi Khartoum

Sebuah pertemuan 8 pemimpin negara Arab pada tanggal 1 September 1967 karena terjadinya perang enam hari. Resolusi ini berlanjut ke perang Yom Kippur tahun 1973.

1968Palestina menuntut pembekuan Israel

Perjanjian Nasional Palestina dibuat, dan secara resmi Palestina menuntut pembekuan Israel.

1970 War of Attrition

Setelah perang enam hari (5-10 Juni 1967), terjadi insiden serius di Terusan Suez. Tembakan pertama dilepaskan 1 Juli 1967, ketika pasukan Mesir menyerang patroli Israel, dan ini merupakan awal dari perang War of Attrition.

1973 Perang Yom Kippur

Dikenal juga dengan Perang Ramadhan pada tanggal 6-26 Oktober 1973 karena bertepatan dengan bulan ramadhan. Perang ini merupakan perang antara pasukan Israel melawan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah, terjadi pada hari raya Yom Kipur, hari raya yang paling besar dalam tradisi orang-orang Yahudi.

1978Kesepakatan Camp David

Ditandatangani pada tanggal 17 September 1978 di Gedung Putih yang diselenggarakan untuk perdamaian di Tmur Tengah. Jimmy Carter (Presiden Amerika Serikat) memimpin perundingan rahasia yang berlangsung selama 12 hari antara Presiden Mesir, Anwar Sadat, dan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin.

1982 Perang LibanonPerang antara Israel dan Libanon yang terjadi pada tanggal 6 Juni 1982 ketika angkatan bersenjata Israel menyerang Libanon Selatan.

1990-1991 Perang Teluk

1993Kesepakatan damai antara Palestina dan Israel

13 September 1993, Israel dan PLO sepakat untuk saling mengakui kedaulatan masing-masing. Pertemuan Yaser Arafat dan Israel Yitzhak Rabin berhasil melahirkan kesepakatan OSLO. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa memerintah di kedua wilayah. Arafat mengakui hak negara Israel untuk eksis secara aman dan damai.

1996 Kerusuhan teromongan al Aqsha

Israel sengaja membuka terowongan Masjid al Aqsha untuk memikiat para turis dan membahayakan

12

Page 13: Asia Barat Hesty

fondasi mesjid bersejarah, pertempuran berlangsung beberapa hari.

1997 Israel menarik pasukannya dari Hebron, Tepi Barat

1998 Perjanjian Wye River

Oktober 1998, Perjanjian Wye River yang berisi penarikan Israel dan dilepaskannya tahanan politik dan kesediaan Palestina untuk menerapkan butir-butir perjanjian Oslo, termasuk soal penjualan senjata ilegal.

2000 KTT Camp David

2002Israel membangun tembok pertahanan di tepi Barat diiringi rangkaian serangan bunuh diri Palestina

2004Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum internasional dan Israel harus merobohkannya

2005Mahmud Abbas terpilih menjadi Presiden

9 Januari 2005, Mahmud Abbas dari al Fatah terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina menggantikan Yaser Arafat yang wafat pada 11 November 2004Juni 2005, pertemuan Mahmud Abbas dan Ariel Sharon di Yerusalem. Mahmud Abbas mengulur Jadwal Pemili karena mengkhawatirkan kemenangan diraih pihak HammasAgustus 2005, Israel hengkang dari pemukiman Gaza dan empat wilayah pemukiman di Tepi Barat

2006Hamas memenangkan Pemilu

Januari 2006, Hammas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi fatah selama 40 tahun

2008Januari-Juli, ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas, Hamas dituding tidak mampu mengendalikan kekerasanNovember 2008, Hamas batal ikut serta dalam pertemuan univikasi Palestina yang dilaksanakan di Kairo, Mesir. Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah Israel. 26 Desember 2008, Agresi Israel ke Jalur Gaza. Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas.

2010mei Israel mem-blokede seluruh jalur bantuan menuju palestina30 Mei 2010 Tentara Israel Menembaki kapal bantuan Mavi Marmara yang membawa ratusan Relawan dan belasan ton bantuan untuk palestina

D. Analisis Sosial: Konflik Politik-Teologis

Berdasarkan uraian mengenai konflik Israel dan Palestina sebagaimana

dipaparkan di atas, terlihat jelas bahwa, baik dari segi politik maupun teologis

menjadi dua hal yang sulit dipisahkan meskipun keduanya harus dapat dibedakan.

Beberapa catatan mengenai konflik Israel dan Palestina bahkan memperlihatkan

sebuah analisis tentang pandangan konflik yang bermula dari persoalan politik ke

teologis. Fakta semacam ini dapat dibenarkan, mengingat dalam litaratur Islam

sendiri persoalan persoalan politik lebih dahulu muncul disusul dengan persoalan

13

Page 14: Asia Barat Hesty

teologi. Selain itu, sulitnya memisahkan antara konflik politik dengan konflik

teologis tidak saja disebabkan oleh pergeseran otomatis yang terjadi dari masalah

politik ke teologi sebagaimana yang seringkali muncul, akan tetapi konflik yang

bermula dari persoalan teologi juga tidak jarang memasuki ranah politik sebagai

reaksinya untuk "bertarung" melawan teologi yang lain. Dengan demikian, konflik

politik maupun konflik teologis menjadi dua hal yang saling membaur dan

membutuhkan peranan yang satu terhadap yang lainnya.

Dari berbagai catatan mengenai latar belakang konflik Israel dan Palestina

sebagai bagian dari konflik Arab dan Israel yang lebih luas, tampak jelas bahwa

konflik ini terlebih dahulu dilatarbelakangi oleh masalah politik yang kemudian

menjurus pada persoalan teologis. Tidak sepenuhnya benar pandangan yang

menganggap bahwa konflik Israel dan Palestina murni sebagai persoalan politik,

sebab argumentasi teologis khususnya yang datang dari pihak Yahudi juga

mengambil bagian dalam konflik ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa, konflik

Palestina dan Israel merupakan konflik yang bermula dari persoalan politik dan

sedikit melibatkan persoalan teologis yang memiliki pengaruh besar pada

kebijakan-kebijakan politik yang diambil oleh negara Israel.

Persoalan teologis yang dimaksud adalah keyakinan bangsa Yahudi

terhadap tanah yang dijanjikan dan harus direbut sebagai bentuk intervensi Tuhan

untuk mengembalikan hak bangsa Yahudi yang telah tertindas. Konsep teologis

tidak dimaksudkan sebagai perang agama yang terjadi antara agama Yahudi dan

Islam yang menjadi pandangan "kolektif" hampir seluruh umat Islam, dan harus

ditegaskan bahwa pandangan semacam ini merupakan pandangan yang keliru.

Sepanjang sejarahnya, konflik antara Yahudi dan Islam atas nama agama belum

pernah terjadi, walaupun konflik Israel-Palestina telah berlangsung sejak enam

puluh tahun silam.

Memahami situasi konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina, analisis

sosial tentu menjadi alternatif yang diperlukan untuk mencari jalan keluar yang

tepat, karena konflik ini secara luas menyangkut masalah interaksi sosial yang

menyentuh berbagai aspek. Holsti dalam Chandra (2008) menyebutkan, ”pada

dasarnya segala jenis hubungan (interaksi) menunjukkan adanya sifat konflik”.

Karenanya, solusi untuk konflik sosial yang mengelilingi interaksi Israel-Palestina

14

Page 15: Asia Barat Hesty

hanya dapat ditempuh melalui analisis sosial dengan harapan dapat mengantarkan

pemahaman pada faktor-faktor yang membentuk interaksi antar kelompok dan

situasi yang membentuk interaksi tersebut pada level ketegangan maupun

hubungan yang harmonis.

Setidaknya, interaksi Israel dan Palestina yang membentuk konflik

teridentifikasi pada dua masalah besar: politik dan teologis. Jika dilihat dari

latarbelakang sejarahnya, masalah politik pada prinsipnya menjadi pemicu utama

yeng membentuk situasi konflik Israel dan Palestina, dan argumentasi teologis

tentang berbagai hal seperti: keyakinan tentang tanah yang dijanjikan; bangsa

terpilih; maupun "tanah tanpa bangsa untuk bangsa tanpa tanah"; menjadi

kekuatan lain yang membentuk konflik. Beberapa sumber bahkan menganggap

argumentasi teologis ini merupakan politik mitos yang diciptakan oleh bangsa

Yahudi sendiri untuk melegitimasi setiap tindakannya dalam mendapatkan "tanah

yang dijanjikan", sehingga pandangan ini semakin berpotensi membentuk

anggapan bahwa konflik Israel dan Palestina murni sebagai konflik yang dipicu

oleh permasalahan politik.

15

Page 16: Asia Barat Hesty

BAB III

PENUTUP

Penyelesaian konflik Israel dan Palestina sesungguhnya terletak pada

kedua belah pihak yang bertikai. Penyelesaian konflik Israel Palestina akan sulit

tercapai apabila pihak-pihak yang terlibat konflik tidak mentaati kesepakatan yang

telah diambil. Pada aspek politik, langkah bijak yang tentunya dapat dilakukan

adalah mengidentifikasi berbagai persoalan dari kedua belah pihak untuk

mendapatkan kerja sama dengan kepentingan yang sama dari masing-masing

kebijakan politik keduanya. Sementara pada aspek teologis, dialog merupakan

langkah yang tepat dalam menyelesaikan persoalan keduanya. Selain itu, aspek

teologis tidak terlalu dominan mewarnai konflik, mengingat dalam sejarahnya

hubungan teologis tiga agama besar pernah terjalin dengan harmonis tanpa adanya

unsur politik.

16

Page 17: Asia Barat Hesty

DAFTAR PUSTAKA

Bankulon, Visobar. 2009. Konflik Israel-Palestina (Masih) Sebuah Penantian Akan Mesias. Online diakses di http://www.in-christ.net/blog/literatur-/konflik_israelpalestina_masih_sebuah_penantian_akan_mesias pada tanggal 4 Oktober 2010.

Chandra, Hadi. 2008. Konflik Sosial dalam Perang Israel-Palestina. Online di akses di http://www.docstoc.com/docs/Download-Doc.aspx?doc_id=-446577r pada tanggal 3 Sepetember 2010.

Ensiklopedia Geografi. 2007. Ensiklopedia Geografi Jilid 3. Jakarta: PT Lentera Abadi.

Hamasiah, Naro. 2009. Konflik Israel-Palestina. Online diakses di http://www.-matabumi.com/features/konflik-israel-palestina pada tanggal 4 Oktober 2010.

Jenny, 2008. Artikel asia barat baru: akar masalah palestina. Online diakses di http://luvlies.multiply.com/journal/item/2 pada tanggal 4 Oktober 2010.

Marhaendy, Eko. ____. Sebuah Penjelajahan Konflik Israel Palestina. Online di akses di http://www.docstoc.com/docs/Download-Doc.aspx?doc_id=-568798w pada tanggal 4 Oktober 2010.

Salim, Hafsah. 2007. Cikeas: Berdirinya Bangsa Israel Sebagai Hasil Referendum Seperti Halnya Timor Leste. Online diakses di http://www.mail-archive-.com/[email protected]/msg06090.html pada tanggal 4 Oktober 2010.

Wikipedia. 2010. Asia Barat Daya. Online diakes di http://id.wikipedia.org/-wiki/Asia_Barat_Daya pada tanggal 3 September 2010.

Wikipedia. 2010. Israel . Online diakes di http://id.wikipedia.org/wiki/Israel pada tanggal 3 September 2010.

Wikipedia. 2010. Zionisme. Online di akses di http://id.wikipedia.org/wiki-/Zionisme pada tanggal 4 Oktober 2010.

Yahya, Harun. 2006. Antara Zionisme dan Yahudi. Online diakses di http://www-.harunyahya.com/indo/artikel/046.htm pada tanggal 4 Oktober 2010.

17

Page 18: Asia Barat Hesty

REALM ASIA BARAT

ANALISIS KONFLIK ISRAEL DAN PALESTINA

(Dimensi Poltik dan Teologis)

Tugas Terstruktur

Untuk memenuhi mata kuliah Geografi Regional Lanjut

Yang dibina oleh Prof. Dr. Sumarmi, M. Pd

Disusun oleh:

Sahesty Adriani

100721507351

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

OKTOBER 2010

18