64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematik

38
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR SISWA SEKOLAH DASAR Oleh : H e s t y, S.Si.,M.Pd LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PANGKALPINANG 2008

description

 

Transcript of 64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematik

Page 1: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR SISWA

SEKOLAH DASAR

Oleh :

H e s t y, S.Si.,M.Pd

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PANGKALPINANG

2008

Page 2: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ......................................................................................................... 2

Abstrak............................................................................................................ 3

A. Pendahuluan ............................................................................................. 3

B. Kajian Teori

1. Konsep Pembelajaran Tematik ............................................................. 7

2. Psikologi Gestalt sebagai Landasan Pengembangan Pembelajaran

Tematik ............................................................................................... 8

3. Perencanaan Pembelajaran Tematik ..................................................... 9

4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ..................................................... 9

5. Mengevaluasi Pembelajaran Tematik .................................................. 10

C. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Implementasi Model Pembelajaran Tematik ............................... 11

2. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 16

D. Simpulan dan Saran

1. Simpulan ............................................................................................... 32

2. Saran...................................................................................................... 35

Lampiran-Lampiran

2

Page 3: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR SISWA SEKOLAH DASAR Oleh : Hesty*

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan

model pembelajaran tematik dalam perencanaan, pelaksanaan dan dampak dari penerapan pembelajaran tematik beserta faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan model pembelajaran tematik di kelas rendah.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas di tiga sekolah dasar di Kabupaten Belitung Timur dengan kategori baik, sedang dan kurang. Subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas dua sekolah dasar.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa guru di sekolah baik, sedang dan kurang memiliki kemampuan dalam menerapkan pembelajaran tematik. Kemampuan guru ini mengalami peningkatan selama dilakukan ujicoba tindakan. Aktivitas belajar siswa dalam kemampuan bertanya, mengeluarkan pendapat dan bekerjasama juga mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran tematik. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang dilakukan di setiap akhir ujicoba memperlihatkan peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tematik tidak hanya memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas tetapi juga meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Walaupun hasil yang diperoleh di tiap sekolah berbeda-beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kualitas guru, karakteristik siswa, ketersediaan sarana dan prasarana serta faktor lingkungan seperti kepemimpinan kepala sekolah. Penelitian ini juga menghasilkan model pembelajaran tematik yang bersifat generik. Artinya model pembelajaran tematik ini dimungkinkan untuk bisa diterapkan di sekolah lain yang minimal memiliki karakteristik yang sama dengan sekolah berkategori kurang.

Kata kunci : implementasi, pembelajaran, model, tematik, sekolah dasar

A. Pendahuluan

Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga internasional

maupun data statistik nasional menunjukkan bahwa pendidikan dasar di Indonesia

belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Bank Dunia (1998) melaporkan

tentang hasil pengukuran indikator mutu secara kuantitatif pada Sekolah Dasar

(SD) di beberapa negara di Asia. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil tes

membaca murid kelas IV SD, Indonesia berada pada peringkat terendah di Asia

3

Page 4: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

Timur, berada di bawah Hongkong 75,5%, Singapura 74%, Thailand 65,1%,

Filifina 52,6% dan Indonesia 51,7%. Dari hasil penelitian ini disebutkan pula

bahwa para siswa di Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan

dan mengalami kesulitan menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan

penalaran. Data hasil pengukuran daya serap kurikulum siswa secara nasional oleh

Direktorat Pendidikan TK dan SD tahun 2000/2001 juga menunjukkan bahwa

rata-rata daya serap kurikulum secara nasional juga masih rendah, yaitu 5,1 untuk

lima mata pelajaran.

Kondisi ini menunjukkan bahwa reformasi dalam sistem pendidikan

nasional kita sudah menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditunda lagi,

terutama pada jenjang pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi

pengembangan pendidikan pada jenjang selanjutnya. Pendidikan dasar yang

menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di tingkat selanjutnya, haruslah

mampu berfungsi mengembangkan potensi diri peserta didik dan juga sikap serta

kemampuan dasar yang diperlukan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat,

terutama untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam masyarakat, baik dari

sisi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial maupun budaya, di tingkat lokal maupun

global. Kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik dan menjadi tujuan

utama dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah kemampuan dalam membaca,

menulis dan berhitung atau sering kali disebut dengan istilah ”the 3Rs”.

Upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran harus dilaksanakan demi

tercapainya tujuan penyelenggaraan pendidikan dasar. Karena inti dari

peningkatan mutu pendidikan adalah terjadinya peningkatan kualitas dalam proses

pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Blazely dkk, 1997 (Suderajat, 2002:3). menyebutkan bahwa proses

pembelajaran yang terjadi di sekolah masih banyak menggunakan pendekatan

pembelajaran yang kurang memperhatikan kebutuhan dan pengembangan potensi

siswa, serta cenderung bersifat sangat teoritik Peran guru masih sangat dominan

(teacher centered), dan gaya mengajar cenderung bersifat satu arah. Akhirnya,

proses pembelajaran yang terjadi hanya sebatas pada penyampaian informasi saja

(transfer of knowledge), kurang terkait dengan lingkungan sehingga siswa tidak

4

Page 5: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan dalam proses pemecahan masalah

kehidupan yang dialami siswa sehari-hari. Kondisi inilah yang menurut pemerhati

tersebut yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca, menulis siswa SD

di Indonesia (Republika, 2 Maret 1999).

Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah melalui Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP), menetapkan pendekatan tematik sebagai pendekatan

pembelajaran yang harus dilakukan pada siswa Sekolah Dasar terutama pada

siswa kelas rendah (kelas I s.d III). Menurut BSNP (2006:35) penetapan

pendekatan tematik dalam pembelajaran di SD dikarenakan perkembangan peserta

didik pada kelas rendah Sekolah Dasar, pada umumnya berada pada tingkat

perkembangan yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik)

serta baru mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Oleh

karena itu proses pembelajaran masih bergantung kepada objek konkret dan

pengalaman yang dialami secara langsung. Pembelajaran yang dilakukan dengan

mata pelajaran terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk

berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik mengaitkan konsep

dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari. Akibatnya, para siswa tidak mengerti

manfaat dari materi yang dipelajarinya untuk kehidupan nyata. Sistem pendidikan

seperti ini membuat manusia berpikir secara parsial, terkotak-kotak, yang menurut

David Orr dalam (Megawangi, 2005) adalah akar dari permasalahan yang ada.

Penetapan pendekatan tematik dalam proses pembelajaran juga diharapkan dapat

menjembatani pendidikan yang telah dialami anak di Taman Kanak-Kanak (TK),

sehingga dapat menekan angka mengulang kelas yang masih tinggi terutama pada

kelas rendah.

Strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik

(selanjutnya disebut pembelajaran tematik) sebenarnya telah diisyaratkan sejak

kurikulum 1994, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan guru, baik yang

disebabkan oleh proses pendidikan yang dilaluinya maupun kurangnya pelatihan

tentang pembelajaran tematik mengakibatkan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan tematik tidak dapat diwujudkan dengan baik. Terlebih lagi disadari,

bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini memerlukan

5

Page 6: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

persiapan yang tinggi dari guru, dalam hal waktu, sumber, bahan ajar, serta

perangkat pendukung lainnya. Oleh karena itu penelitian tentang implementasi

model pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah Dasar beserta faktor-faktor

yang mempengaruhi keberhasilannya, terutama untuk meningkatkan kemampuan

dasar siswa SD dalam membaca, menulis dan berhitung, sangat diperlukan.

Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini diarahkan pada implementasi

model pembelajaran tematik yang dapat memperbaiki dan meningkatkan proses

pembelajaran serta meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar.

Implementasi model pembelajaran tematik dibatasi oleh (1) desain, pelaksanaan

dan evaluasi model pembelajaran tematik yang akan digunakan beserta faktor-

faktor yang mempengaruhinya, (2) penerapan model pembelajaran tematik yang

dilakukan oleh guru di kelas II SD, dan (3) dampak dari penerapan model

pembelajaran tematik terhadap kemampuan dasar siswa kelas II SD.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui langkah-langkah dalam

mendesain model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar (2) mengetahui

pelaksanaan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, (3) mengetahui hasil

belajar hasil belajar yang diperoleh siswa selama penerapan model pembelajaran

tematik, serta (4) mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan

model pembelajaran tematik untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa

Sekolah Dasar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain penelitian

tindakan kelas yang dilaksanakan di tiga sekolah dasar dengan kategori, baik,

sedang dan kurang. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II di tiga

Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur.

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kuisioner, wawancara dan studi

dokumentasi. Data yang dikumpulkan terutama berhubungan dengan tahap

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran tematik. Data yang

terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif

6

Page 7: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

B. Kajian teori

1. Konsep Pembelajaran Tematik

Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ini tidak lepas dari perkembangan

akan konsep pembelajaran terpadu. Menilik perkembangan konsep pendekatan

terpadu di Indonesia, pada saat ini model pembelajaran yang dipelajari dan

berkembang adalah model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty

(1990). Model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty ini berawal

dari konsep pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989).

Jacob (1989) dan Fogarty (1991) berpendapat bahwa wujud penerapan

pendekatan integratif itu bersifat rentangan (continuum). Jacob

menggambarkannya sebagai berikut.

Gambar 1. Rentang penerapan pendekatan integratif menurut Jacob (1989)

dan Fogarty (1991)

Discipline based

Parallel Discipline

Cross- disciplinary

Multi- disciplinary

Inter- Disciplinary

Integrated Day

Complete Program

Bertolak dari konsep PI yang dianut Jacob tersebut, Fogarty (1991)

menyatakan bahwa ada 10 model integrasi pembelajaran, yaitu model fragmented,

connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed,

dan networked. Model-model itu merentang dari yang paling sederhana hingga

yang paling rumit, mulai dari separated-subject sampai eksplorasi keterpaduan

antar aspek dalam satu bidang studi (model fragmented, connected, nested), model

yang menerpadukan antar berbagai bidang studi (model sequenced, shared,

webbed, threaded, integrated), hingga menerpadukan dalam diri pembelajar

sendiri dan lintas pembelajar (model immersed dan networked).

Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut Tim

Pengembang PGSD (1997:3-4) adalah : (1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa

7

Page 8: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari

beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

(2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek,

memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang dimiliki oleh

siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari

materi yang dipelajari; (3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa

memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. (4) Aktif,

pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan

diskoveri inkuiri dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.

2. Psikologi Gestalt sebagai Landasan Pengembangan Pembelajaran

Tematik

Berhasilnya suatu proses pendidikan, bergantung pada proses pembelajaran

yang terjadi di sekolah. Kemampuan guru yang berhubungan dengan pemahaman

guru akan hakekat belajar akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang

berlangsung. Guru yang memiliki pemahaman hakekat belajar sebagai proses

mengakumulasi pengetahuan maka proses pembelajaran yang terjadi hanyalah

sekedar pemberian sejumlah informasi yang harus dihapal siswa. Sebaliknya,

apabila pemahaman guru tentang belajar adalah proses memperoleh perilaku

secara keseluruhan, proses pembelajaran yang terjadi mencerminkan suatu

kesatuan yang mengandung berbagai persoalan untuk dipahami oleh anak secara

keseluruhan dan terpadu. Seperti yang diungkapkan oleh Surya (2002:84) bahwa

belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.

Dari definisi akan hakekat belajar di atas dapat diketahui bahwa landasan

pengembangan pembelajaran tematik secara psikologis adalah merunut pada teori

belajar gestalt. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti ’whole

configuration’ atau bentuk yang utuh, pola, kesatuan dan keseluruhan. Teori ini

memandang kejiwaan manusia terikat pada pengamatan yang berwujud pada

8

Page 9: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

bentuk menyeluruh. Menurut teori belajar ini seorang belajar jika ia mendapat

”insight”. Insight itu diperoleh bila ia melihat hubungan tertentu antara berbagai

unsur dalam situasi itu, sehingga hubungan itu menjadi jelas baginya dan

demikian memecahkan masalah itu (Nasution, 2004; Slameto, 2003)

3. Perencanaan Pembelajaran Tematik

Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang

pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau

topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan dasar

untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait (Fogarty,

1991 : 54). Penentuan tema dapat dilakukan oleh guru melalui tema konseptual

yang cukup umum tetapi produktif. Dapat pula ditetapkan dengan negosiasi

antara guru dengan siswa, atau dengan cara diskusi sesama siswa. Alwasilah, dkk

(1998:16) menyebutkan bahwa tema dapat diambil dari konsep atau pokok

bahasan yang ada disekitar lingkungan siswa, karena itu tema dapat

dikembangkan berdasarkan minat dan kebutuhan siswa yang bergerak dari

lingkungan terdekat siswa dan selanjutnya beranjak ke lingkungan terjauh siswa.

Berikut ini ilustrasi yang diberikan dalam penentuan tema.

Lingkungan terdekat siswa (j i di i i )

Lingkungan Rumah Lingkungan

Lingkungan Luar Sekolah

Gambar 2. Pengembangan Tema

4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagai

unsur inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan

dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya.

Pelaksanaan pelambelajaran tematik diterapkan ke dalam tiga langkah

9

Page 10: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

pembelajaran yaitu (1) Kegiatan awal bertujuan untuk menarik perhatian siswa,

menumbuhkan motivasi belajar siswa,dan memberikan acuan atau rambu-rambu

tentang pembelajaran yang akan dilakukan (Sanjaya, W., 2006:41) ; (2) Kegiatan

inti, merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dimana dilakukan

pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan

menggunakan multi metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman

belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru dalam

penyajiannya sehendaknya lebih berperan sebagai fasilitator (Alwasilah:1988); (3)

Kegiatan akhir, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk

mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh

tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman

sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam

pelaksanaan proses pembelajaran.

5. Mengevaluasi Pembelajaran Tematik

Menurut Raka Joni (1996 : 16), bahwa pada dasarnya evaluasi dalam

pembelajaran tematik tidak berbeda dari evaluasi untuk kegiatan pembelajaran

konvensional. Oleh karena itu, semua asas-asas yang perlu diindahkan dalam

pembelajaran konvensional berlaku pula bagi penilaian pembelajaran tematik.

Bedanya dalam evaluasi pembelajaran tematik lebih menekankan pada aspek

proses dan usaha pembentukan efek iringan (nurturant effect) seperti kemampuan

bekerja sama, tenggang rasa dan sebagainya. Menurut Pusat Kurikulum (2002),

penilaian siswa di kelas I dan II SD belum mengikuti aturan penilaian seperti mata

pelajaran lain, mengingat anak kelas I SD belum semua lancar membaca dan

menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara

tertulis.

10

Page 11: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

C. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Implementasi Model Pembelajaran Tematik

Persiapan perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan dirancang berdasarkan hasil studi awal di sekolah

yang akan dijadikan lokasi penelitian penerapan model pembelajaran tematik di

kelas II Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil studi awal diketahui bahwa guru yang

akan menjadi mitra peneliti dalam penelitian implementasi model pembelajaran

tematik untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar, baik pada

sekolah kategori baik, sedang mapun kurang belum memiliki pemahaman yang

cukup tentang pembelajaran tematik. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang

dilakukan di kelas II masih menggunakan pendekatan bidang studi walaupun

kurikulum yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran di kelas II saat ini

adalah kurikulum 2004 (kurikulum berbasis kompetensi). Artinya guru belum

pernah menerapkan model pembelajaran tematik di kelas. Oleh karena itu, untuk

menyamakan persepsi tentang pembelajaran tematik antara guru dengan peneliti

dilakukan pembekalan tentang pembelajaran tematik, yang menyangkut

perencanaan dan penerapan pembelajaran tematik di kelas. Setelah dilakukan

pembekalan terhadap guru, dilakukan diskusi untuk membuat rencana dan jadwal

tindakan di masing – masing sekolah kategori baik, sedang dan kurang.

Pada tahap awal perencanaan tindakan dilakukan analisis terhadap standar

kompetensi dasar (SKD) dan kompetensi dasar (KD) pada mata pelajaran yang

akan dipadukan. Berdasarkan hasil analisis SKD dan KD ditentukan tema yang

akan diangkat sebagai pemadu / pengait antara mata pelajaran yang akan

dipadukan. Setelah dilakukan diskusi antara guru dan peneliti, disepakati tema

yang diangkat adalah tentang permainan, rekreasi dan kegemaran. Pelaksanaan

tindakan akan dilakukan secara paralel di sekolah kategori baik, sedang dan

kurang. Perencanaan pembelajaran tematik dirancang oleh guru bersama-sama

dengan peneliti dan diujicobakan pada sekolah berkategori baik, sedang maupun

kurang (RPP terlampir)

11

Page 12: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

12

Pelaksanaan Ujicoba Tindakan di Sekolah

Berdasarkan hasi ujicoba yang telah dilaksanakan sebanyak lima kali

putaran diketahui bahwa dalam penerapan model pembelajaran tematik di sekolah

kategori baik, sedang dan kurang secara umum memiliki pola peningkatan

perbaikan yang sama pada tiap ujicoba. Pola peningkatan perbaikan ini dapat

dilihat dari kemampuan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran

tematik maupun kemajuan aktivitas belajar siswa selama dilakukannya ujicoba.

Adapun alur implementasi model pembelajaran tematik yang terjadi di setiap

sekolah, dari desain, implementasi dan evaluasi pembelajaran secara umum

seperti yang ditunjukkan pada bagan di bawah ini.

Page 13: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

AKHIR TINDAKAN Disain : Tema : Kegemaran Waktu : 5 JPL (1 x 35 menit)

A. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus) Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia, dan

Matematika dengan mempertimbangkan waktu dan kedalaman materi

II. Organisasi Materi Keterkaitan dengan tema dan indikator

III. Langkah pembelajaran 1. Kegiatan awal

Tanya jawab diarahkan pada tema dengan menggali pengalaman dari siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan

2. Kegiatan inti Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan

materi pembelajaran dan meningkatkan peran aktif siswa Aktivitas pembelajaran siswa fokus pada kemampuan

bercerita dan menulis pengalaman 3. Kegiatan akhir

Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan Melakukan postest

Implementasi : 1. Kegiatan awal

Guru menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan pembelajaran

2. Kegiatan inti Guru terbiasa menggunakan pertanyaan pemandu Guru terbiasa mengaitkan materi pembelajaran dengan

kehidupan anak sehari-hari Guru terbiasa menyampaikan pembelajaran menggunakan

tema dan mulai berperan sebagai fasilitator Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan berani

untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat Guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja

kelompok siswa 3. Kegiatan akhir

Guru memberikan kesimpulan akhir pembelajaran Guru memberikan postest

Refleksi: Guru mulai terbiasa melaksanakan pembelajaran tematik. Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, membuat

siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran Umpan Balik Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan

waktu dan kedalaman materi Guru harus membiasakan menempatkan siswa sebagai

subyek pembelajaran.

AWAL TINDAKAN Disain : Tema : Permainan Waktu : 5 JPL (1 x 35 menit)

C. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus) Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia,

Matematika, IPA dan PKnPs II. Organisasi Materi Keterkaitan dengan tema dan indikator

III. Langkah pembelajaran 2. Kegiatan awal

Tanya jawab diarahkan pada tema Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan 3. Kegiatan inti

Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan materi pembelajaran yang terkait

Aktivitas pembelajaran siswa fokus pada kemampuan bercerita

4. Kegiatan akhir Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan Melakukan postest

Implementasi : 1. Kegiatan awal

Guru belum menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan pembelajaran

2. Kegiatan inti Guru belum menggunakan pertanyaan pemandu Guru mulai mengaitkan materi pembelajaran dengan

kehidupan anak sehari-hari Sistematika penyampaian konsep masih terkesan

melompat-lompat (terpisah). Siswa belum mempunyai keberanian untuk bercerita di

depan kelas. 3. Kegiatan akhir

Guru tidak memberikan kesimpulan akhir pembelajaran Guru memberikan postest

Refleksi: Guru masih terlihat kaku. Penyampaian materi masih

terkesan terpisah-pisah dan tidak fokus. Keberanian siswa untuk bercerita di depan kelas belum

muncul. Aktifitas belajar siswa dalam kelompok terlihat menunjukkan kegairahan.

Umpan Balik Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan

waktu Guru dibiasakan menyampaikan tujuan pembelajaran Guru harus mengembangkan kemampuan bertanya Guru harus memperbanyak contoh yang terkait dengan

kehidupan Guru harus membuat kesimpulan di akhir pembelajaran.

PERTENGAHAN TINDAKAN Disain : Tema : Rekreasi Waktu : 10 JPL (1 x 35 menit)

B. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus) Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia,

Matematika, IPA, IPS dan PKnPs dengan pertimbangan waktu II. Organisasi Materi Keterkaitan dengan tema dan indikator

III. Langkah pembelajaran 1. Kegiatan awal

Tanya jawab diarahkan pada tema dengan menggali pengalaman dari siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan

2. Kegiatan inti Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan

materi pembelajaran yang terkait dan membangkitkan motivasi siswa

Aktivitas pembelajaran siswa fokus pada bermain peran 3. Kegiatan akhir

Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan. Melakukan postest

Implementasi : 1. Kegiatan awal

Guru sudah menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan pembelajaran

2. Kegiatan inti Guru mulai menggunakan pertanyaan pemandu Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan

anak sehari-hari Sistematika penyampaian konsep mulai menyatu Siswa bermain peran cukup baik Siswa mulai mempunyai keberanian untuk bertanya dan

mengungkapkan pendapat 3. Kegiatan akhir

Guru memberikan kesimpulan akhir pembelajaran Guru memberikan postest

Refleksi: Guru tidak lagi terlihat kaku. Penggunaan pertanyaan

pemandu belum optimal. Siswa mulai berani bertanya dan mengungkapkan pendapat.

Kemampuan untuk berjasama dalam kelompok juga mulai terjalin.

Umpan Balik Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan waktu Guru harus memperbanyak memberikan penguatan dan penghargaan kepada siswa.

Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa yang pasif untuk terlibat aktif dalam pembelajaran

Gambar 3. Bagan Alur Implementasi Model Pembelajaran Tematik Secara Umum

Page 14: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

Dampak Penerapan Model Pembelajaran Tematik

Dampak penerapan model pembelajaran tematik dilihat dari kualitas

pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dampak dari penerapan model

pembelajaran tematik dari kualitas pembelajaran lebih ditekankan pada aktivitas

belajar siswa, karena orientasi dari pembelajaran tematik yang bersifat student

oriented. Aktivitas belajar siswa terutama dilihat dari kemampuan siswa dalam

bertanya, mengungkapkan pendapat dan bekerjasama dalam kerja kelompok.

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa yang diperoleh

selama ujicoba kesatu sampai kelima di sekolah kategori baik, sedang maupun

kurang menunjukkan terjadinya peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa

ini terutama terlihat dari rasa keingintahuan siswa ketika guru melontarkan

pertanyaan pemandu. Seperti ilustrasi percakapan yang terjadi di sekolah baik

berikut ini.

Guru : ”Apakah yang selalu mengikuti kita ketika berjalan di bawah sinar matahari ?”

Siswa : ”Bayang-bayang Bu... (sebagian siswa langsung menjawab pertanyaan)

Guru : ”Betul tidak bayangan...?” (guru melontarkan pertanyaan balik kepada siswa)

Siswa : ”Ya Bu....(sebagian siswa menjawab sebagian lagi tampak diam).

Guru : ”Baik..nanti kita buktikan bersama-sama betul tidak yang mengikuti kita jika sedang berjalan di bawah sinar matahari adalah bayang-bayang.”

Siswa : (tiba-tiba seorang siswa langsung bertanya).”Dimana kita melihat bayang-bayang itu, Bu.”

Guru : ”Kita nanti akan melakukan percobaan membuktikan adanya bayang yang terbentuk di halaman sekolah.”

Ketika siswa melakukan kerja kelompok, terlihat siswa juga banyak

melontarkan pertanyaan kepada guru seperti ”Kenapa bayangan kapur tidak ada

waktu senternya diletakkan mendatar, Bu?”, ”Air hujan di dalam kolam depan

kelas itu termasuk lingkungan buatan apa bukan Bu?”.

Kemampuan siswa dalam mengekspresikan pendapat mereka juga semakin

meningkat. Hal ini terlihat ketika guru meminta mereka untuk menuliskan

Page 15: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

pengalaman mereka ketika berlibur. Berikut ini cuplikan tulisan siswa tentang

pengalaman mereka ketika berlibur.

”Saya pernah pergi ke Puri Indah. Saya pergi dengan Bapak Ibu Adik saya. Nama saya Andre. Nama keluarga saya ibu yanti ayah wawan. Saya pergi naik mobil. Sudah sampai saya meminjam pelampung dan saya mandi. Di sana airnya tidak dalam dan banyak orang. Setelah mandi saya kedinginan. Setelah itu saya pakai baju sudah pakai baju saya makan di kantin. Makanannya enak lo setelah ke puri indah saya pulang. Di rumah saya mandi kan dingin setelah mandi saya tidur. Sampai disini ya ceritanya .

Kemampuan siswa dalam memberikan pendapat juga sudah mulai memberikan

alasan yang tidak terduga seperti, ”Saya pernah ke Pantai Bukit Batu. Di sana

ramai dan banyak orangnya. Kami senang sekali karena banyak orang yang

mengenali kami.”

Peningkatan aktivitas belajar siswa ini seiring dengan terjadinya

peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik.

Peningkatan kemampuan guru di sekolah baik, sedang maupun kurang dalam

menerapkan pembelajaran tematik dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Kemampuan Guru Mengimplementasikan Pembelajaran Tematik

4948463835 38 41

47 50 504443

2732

39

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Ujicoba

Rata

-rat

a Ke

mam

puan

G

uru

BaikSedangKurang

Grafik 1. Kemampuan Guru Mengimplementasikan Pembelajaran

Tematik di Tiap Sekolah

15

Page 16: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

Begitu pula halnya dengan dampak penerapan model pembelajaran tematik

terhadap hasil belajar siswa, menunjukkan terjadinya peningkatan penguasaan

siswa terhadap materi pembelajaran yang dilakukan selama penerapan model

pembelajaran tematik, seperti terlihat pada grafik di bawah ini :

Hasil Belajar Siswa di Setiap Sekolah

80,879,178,378,278,1 77,585,681,3 81,7 83,1

63,3 66,162,3 66,7 67,2

0102030405060708090

1 2 3 4 5

Ujicoba

Nila

i Rat

a-ra

ta

BaikSedangKurang

Grafik 2. Hasil Belajar Siswa Selama Ujicoba di Setiap Sekolah

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Desain Model Pembelajaran Tematik

Pengembangan desain model pembelajaran tematik yang digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada model pembelajaran tematik yang dikeluarkan oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Model pembelajaran ini oleh BSNP

dikembangkan dari model teoritik yang diperkenalkan oleh Fogarty (1991).

Berikut ini langkah-langkah pengembangan desain model pembelajaran tematik

yang telah diujicobakan.

a. Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara

menyeluruh dan utuh akan semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan

indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah :

16

Page 17: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

1) Penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ke

dalam Indikator

Pada penjabaran SK dan KD ke dalam indikator yang perlu

dipertimbangkan adalah kesesuaian antara indikator dengan karakteristik peserta

didik dan mata pelajaran. Selain itu juga indikator harus dirumuskan dalam kata

kerja operasional yang terukur dan atau dapat diamati.

2) Menentukan Tema

Menurut BSNP (2006) cara untuk menentukan tema dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu (1) mempelajari SK dan KD yang terdapat dalam masing-masing

mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai; dan (2)

menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan

tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai

dengan minat dan kebutuhan anak.

Berdasarkan hasil ujicoba selama penelitian, baik di sekolah kategori baik

sedang maupun kurang, tema yang dirancang ditentukan oleh guru berdasarkan

hasil analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru belum

mengikutkusertakan siswa dalam penentuan tema, akan tetapi guru pada sekolah

baik dan sedang sudah memiliki kemampuan yang cukup baik dalam

mengeksplorasi tema dari pengalaman siswa. Pada sekolah kurang, dominasi

guru masih terlihat ketika guru melakukan tanya jawab atau mengeksplorasi

pengalaman siswa terkait dengan tema. Guru masih sering mengarahkan jawaban

siswa pada satu jawaban bahkan memberikan tanggapan yang negatif terhadap

pendapat siswa.

Penentuan tema dilakukan berdasarkan minat dan kedekatan tema tersebut

dengan diri dan lingkungan siswa. Menurut Meinbach, dkk (1995) penentuan

tema dapat berasal dari berbagai sumber, di antaranya :

Topik-topik yang ada dalam kurikulum (Kompetensi Dasar) Contohnya :

binatang-binatang, pengenalan musim, cuaca, tanaman, hidup sehat, matahari

dan bulan, mesin sederhana, cahaya dan panas, bertetangga, bermasyarakat,

transportasi, kehidupan keluarga, tumbuh menjadi besar dan berolahraga

17

Page 18: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

Isu-isu yang langsung menimpa diri siswa. Contohnya : pekerjaan rumah,

kejadian dalam keluarga, saudara kandung, aturan-aturan, masalah sampah

Masalah-masalah yang lebih cenderung kepada sesuatu yang sifatnya umum.

Contohnya : penggunaan energi, kriminalitas, sumber-sumber alamiah,

lingkungan dan makanan

Kejadian khusus. Contohnya : ulang tahun, liburan, nonton sirkus dan

perjalanan wisata.

Minat siswa, berkenaan dengan kegemaran atau aktivitas. Contohhnya : teman

dan tetangga, liburan, eksplorasi ruang angkasa, naik pesawat terbang atau

kapal laut, sesuatu yang menakutkan siswa, alam laut atau pegunungan dan

tema-tema yang berasal dari film (dinosaurus, monster, shark).

Ketertarikan pada bacaan. Contohnya : kisah petualangan, fiksi, puisi, kisah

misteri, cerita-cerita dongeng, cerita-cerita olah raga, dan buku-buku dari

penulis favorit

Lebih lanjut Meinbach, dkk (1995) menyatakan beberapa prinsip yang harus

diperhatikan dalam pemilihan tema, yaitu :

Tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan

banyak bidang studi

Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa.

Bermakna, maksudnya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus

memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya

Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri

siswa.

Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan

psikologis anak, termasuk minat kebutuhan dan kemampuannya.

3) Identifikasi dan Analisis Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar

(KD) dan Indikator

Melakukan identifikasi dan analisis untuk setiap SK, KD dan indikator yang

cocok untuk setiap tema sehingga semua SK, KD dan indikator terbagi habis,

akan tetapi jika terdapat kompetensi yang tidak tercakup pada tema tertentu tetap

diajarkan melalui tema lain ataupun disajikan secara tersendiri. Artinya untuk SK,

18

Page 19: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

KD dan indikator yang tidak dapat dipadukan dengan mata pelajaran lain

disajikan secara tersendiri.

Selain itu pula dimungkinkan untuk dilakukannya penggabungan

kompetensi dasar lintas semester, dengan tetap memperhatikan organisasi materi

pelajaran yang diberikan kepada siswa.

b. Menetapkan Jaringan Tema

Jaringan tema dibuat untuk menghubungkan KD dan indikator dengan tema

pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, KD

dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai

dengan alokasi waktu setiap tema.

c. Penyusunan Silabus

Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya

dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari SK,

KD, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber dan penilaian

d. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah

ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen RPP tematik meliputi :

Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas,

semester dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang alokasikan).

Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.

Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka

mencapai kompetensi dasar dan indikator.

Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus

dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber

belajar untuk menguasai kompetensi dan indikator. Kegiatan ini tertuang

dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup)

Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi

dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

tematik sesuai dengan KD yang harus dikuasai.

19

Page 20: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan

untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil

penilaian).

Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan inti dari aktivitas

pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang

telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Pada tahapan ini dapat diketahui

kekuatan dan kelemahan dari rancangan desain yang telah disusun. Oleh karena

itu dibutuhkan kemampuan guru dalam melaksanakan model pembelajaran

tematik. Kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik yang

menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pada kemampuan guru untuk

menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilaksanakan di tiga sekolah yang

berkategori baik, sedang dan kurang diketahui bahwa tingkat keberhasilan guru

dalam menerapkan pembelajaran tematik sangat bergantung pada kemampuan

guru. Berdasarkan hasil observasi pada ujicoba pertama terlihat guru mengalami

kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik. Hal ini terlihat dari : (1)

Belum dikomunikasikannya tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan kepada siswa secara jelas. Di sekolah kurang, bahkan guru tidak

melakukan apersepsi kepada siswa. Siswa langsung diminta untuk mengerjakan

tugas yang diberikan guru. (2) Belum dipahami dan digunakannya pertanyaan

pemandu secara baik. (3) Pada akhir kegiatan inti guru tidak melakukan

pembahasan terhadap hasil kerja siswa untuk memberikan penguatan terhadap

pelajaran yang telah mereka terima. (4) Belum dirumuskannya kesimpulan akhir

pada kegiatan akhir.

Hasil temuan yang diperoleh pada ujicoba pertama ini selanjutnya

didiskusikan bersama dengan guru melalui proses refleksi. Dari hasil refleksi

diketahui bahwa kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik

dikarenakan pertama guru kurang mempelajari rencana pelaksanaan pembelajaran

20

Page 21: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

yang telah dirancang; kedua masih kurangnya pemahaman guru akan

pembelajaran tematik.

Sejalan dengan pelaksanaan ujicoba, kemampuan guru dalam menerapkan

pembelajaran tematik mengalami peningkatan, baik di sekolah kategori baik,

sedang maupun kurang Peningkatan kemampuan guru ini tidak lepas dari

meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru dalam mengembangkan materi

pembelajaran yang terkait dengan tema. Kemampuan guru dalam

mengembangkan materi pembelajaran ini erat hubungannya dengan pemilihan

tema yang menjadi fokus pembelajaran. Menurut pengakuan guru, pemilihan

tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa sangat membantu guru dalam

mengembangkan materi pembelajaran. Di samping itu pula, pemilihan tema juga

sangat mempengaruhi motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu

juga tema yang menjadi fokus pembelajaran membuat siswa tidak merasa

dibebani dengan adanya pemilihan bidang studi yang ketat, karena melalui

pembelajaran tematik membuat mereka belajar sesuatu yang utuh dan padu.

Keterlibatan mereka dalam menjelajahi tema yang dijabarkan ke dalam sejumlah

topik dari beberapa bidang studi yang dipadukan, telah dapat memfasilitasi

berkembangnya potensi mereka, baik kognitif, emosi dan sosial (Nasution, 1995).

Secara umum terjadi pula peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan

pembelajaran tematik, akan tetapi peningkatan kemampuan guru ini di tiap

sekolah berbeda-beda. Kemampuan guru di sekolah kategori kurang terlihat

sangat berbeda jika dibandingkan dengan kemampuan guru di sekolah baik dan

sedang yang hampir sama. Perbedaan ini tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek

yang dimiliki oleh guru di tiap sekolah tersebut. Menurut Dunkin (Sanjaya, 2006)

ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran

dilihat dari faktor guru yaitu (1) Formative experience, meliputi jenis kelamin

serta semua pengalaman hidup yang menjadi latar belakang sosial mereka (2)

Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalman yang berhubungan

dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, (3) Training properties ,

segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, seperti sikap

guru terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru baik dalam kemampuan

21

Page 22: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

guru dalam pengelola pembelajaran maupun kemampuan guru dalam penguasaan

materi pembelajaran.

Dampak Penerapan Pembelajaran Tematik

Dampak dari penerapan pembelajaran tematik diketahui dengan melakukan

evaluasi secara terpadu selama pembelajaran berlangsung. Tujuan evaluasi yang

dilakukan sama seperti kegiatan evaluasi pada pembelajaran model lainnya yaitu

untuk mengetahui perolehan perkembangan kemampuan siswa selama mengikuti

proses pembelajaran. Menurut Ministry of Education Victoria (1986) aspek-aspek

yang perlu diamati dan dinilai pada siswa selama pembelajaran terpadu adalah

penguasaan konsep setiap bidang ilmu yang terkait, disamping itu juga penilaian

dilakukan terhadap keterampilan siswa bertanya, interaksi siswa, keterampilan

mengkomunikasikan gagasan, kemampuan membaca dan menulis serta ekspresi

siswa dalam menerima pelajaran. Disamping itu Tim Pengembang PGSD

(1996:38) mengungkapkan bahwa evaluasi dalam pembelajaran terpadu perlu

diarahkan perhatian yang cukup banyak pada evaluasi dampak pengiring

(nurturant effect) seperti kemampuan kerjasama, tenggang rasa, dependability,

dan keholistikan persepsi.

Berdasarkan pendapat tersebut, evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini

difokuskan pada aspek proses dan produk pembelajaran. Evaluasi terhadap proses

pembelajaran terutama ditujukan untuk melihat dampak pengiring yang dihasilkan

dari penerapan pembelajaran tematik terhadap siswa, seperti kemampuan

bertanya, mengeluarkan pendapat dan bekerjasama. Sedangkan evaluasi terhadap

produk pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian terhadap

penguasaan materi yang diperoleh siswa dalam setiap ujicoba.

Hasil evaluasi dari ujicoba yang dilakukan di sekolah baik, sedang dan

kurang menunjukkan bahwa dari aspek proses pembelajaran, terlihat terjadinya

peningkatan kemampuan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat dan

bekerjasama. Meningkatnya kemampuan bertanya dan mengeluarkan pendapat

siswa ini dikarenakan, pertama kemampuan guru dalam mengembangkan

kedekatan diri guru terhadap siswa baik dari aspek sosial maupun emosi.

Kedekatan guru dengan siswa baik dari aspek sosial maupun emosi ini terutama

22

Page 23: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

sangat terlihat ketika guru semakin mengembangkan kemampuan guru dalam hal

mengembangkan rasa percaya diri siswa dan keterlibatan siswa dalam KBM. Di

samping itu juga kemampuan guru dalam menghadapi perilaku siswa seperti

bersikap ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian dan sabar juga mengembangkan

aspek emosi siswa terhadap guru. Kedua, dikarenakan kemampuan guru dalam

mengembangkan materi dan metode pembelajaran. Pengembangan materi dan

metode pembelajaran ini sangat terkait dengan proses pemilihan tema yang dekat

dengan diri siswa. Sebagaimana diakui oleh guru di sekolah baik, sedang maupun

kurang bahwa pemilihan tema yang sangat dekat dengan diri dan lingkungan

siswa membuat guru lebih mudah untuk mengembangkan materi dan metode yang

diberikan kepada siswa. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Tim

Pengembang PGSD (1997) bahwa perkembangan fisik individu tidak dapat

dipisahkan dari perkembangan mental, sosial dan emosional atau sebaliknya dan

perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan dan

lingkungannya.

Sejalan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran,

kemampuan siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran yang dapat diketahui

dari tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap akhir ujicoba juga mengalami

peningkatan. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tematik

tidak hanya memberikan dampak terhadap aktivitas belajar siswa juga terhadap

penguasaan materi pembelajaran.

Bentuk Akhir Model Pembelajaran Tematik

Selama dilakukan ujicoba penerapan model pembelajaran tematik

mengalami beberapa perkembangan. Pada ujicoba pertama, penetapan jumlah

indikator yang dilakukan baik pada sekolah baik, sedang dan kurang dirasakan

tidak sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Apalagi di kelas yang besar (di

sekolah baik) karena selama ini belum pernah dilakukan metode pembelajaran

kerja kelompok, guru membutuhkan waktu yang banyak dalam pengorganisasian

kelas. Begitu pula pada ujicoba kedua, selain jumlah indikator, yang perlu

diperhatikan dalam penetapan indikator adalah tingkat kedalaman dari indikator

yang hendak dicapai. Berdasarkan hasil ujicoba satu dan dua, peneliti dan guru

23

Page 24: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

akhirnya melakukan pertimbangan yang lebih dalam terhadap penentuan indikator

yang terkait dalam tema dengan alokasi waktu yang tersedia.

Pemilihan tema dilakukan dengan mempertimbangkan kedekatan tema

dengan diri dan lingkungan siswa. Tujuannya agar siswa dapat menghubungkan

pengalaman yang mereka dapatkan di sekolah dengan kehidupan mereka sehari-

hari. Disamping juga untuk memberikan motivasi atau ketertarikan siswa dalam

belajar. Berdasarkan hasil ujicoba diketahui bahwa melalui tema-tema yang

dikembangkan, siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini

dapat dilihat dari aktivitas belajar mereka dalam hal bertanya, mengungkapkan

pendapat dan bekerjasama yang cenderung meningkat di tiap ujicoba.

Berdasarkan hasil ujicoba, pemilihan tema masih sepenuhnya ditentukan

oleh guru. Guru belum mengikutsertakan siswa dalam penentuan tema.

Walaupun begitu, guru di sekolah baik dan sedang sudah mencoba untuk tidak

menyodorkan langsung tema yang telah ditentukan oleh guru. Guru berusaha

untuk mengeksplorasi pengalaman siswa yang mengarah pada tema terlebih

dahulu. Setelah itu baru menegaskan tema yang akan dipelajari oleh siswa pada

hari itu. Pada sekolah kurang, kondisi ini belum terjadi. Guru menyodorkan tema

terlebih dahulu kepada siswa, baru kemudian melakukan tanya jawab dengan

siswa terkait dengan tema yang menjadi fokus pembelajaran.

Pemilihan tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa juga

mempengaruhi pengembangan materi dan metode pembelajaran yang dilakukan

oleh guru. Guru mengakui bahwa pemilihan tema yang dekat dengan diri dan

lingkungan siswa memudahkan guru dalam mengeksplorasi pengalaman yang

dimiliki oleh siswa dan mengaitkan materi antar mata pelajaran . Selain itu juga

guru menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan materi dan metode

pembelajaran. Seperti pada waktu pemilihan tema rekreasi, guru lebih mudah

mengeksplorasi pengalaman siswa karena tempat rekreasi yang berupa lingkungan

alam sangat dekat dengan lingkungan diri siswa.

Prosedur pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga tahap

pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran.

Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan penginformasian tema, tujuan dan kegiatan

24

Page 25: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa. Pada kegiatan inti, kegiatan

pembelajaran diawali dengan penyampaian pertanyaan pemandu yang dituliskan

di papan tulis. Tujuannya untuk membantu siswa yang belum lancar membaca.

Jika semua siswa telah mempunyai kemampuan membaca yang cukup baik, maka

pertanyaan pemandu tidak perlu dituliskan di papan tulis, seperti yang dilakukan

oleh guru di sekolah baik. Menurut Subroto dan Herawati (2004:1.10) pertanyaan

pemandu merupakan serangkaian kunci hubungan antar pokok bahasan atau

subpokok bahasan dalam satu bidang atau antarbidang. Selain itu juga,

pertanyaan pemandu ini penting dalam memberikan arahan kegiatan yang akan

dikerjakan oleh murid. Oleh karena itu, pertanyaan pemandu, selain berfungsi

membantu guru untuk mengaitkan materi yang terkait juga dapat membantu guru

untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk mencari dan menemukan

jawaban serta menarik perhatian siswa dalam belajar.

Kegiatan inti dilakukan dengan metode pembelajaran yang mengacu pada

aktivitas belajar siswa. Kegiatan inti diakhiri dengan penguatan terhadap materi

pembelajaran melalui diskusi bersama antara guru dan siswa. Penguatan ini dapat

berfungsi untuk membangkitkan pengertian lama yang telah dimiliki siswa agar

diterapkan dengan pengertian baru, mendorong siswa menggunakan pengetahuan

yang telah dimiliki untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dibahas

(aplikasi). Selain itu juga membantu siswa menginterpretasi dan mengorganisasi

pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk prinsip dan generalisasi yang lebih

luas.

Pada kegiatan akhir, dilakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan

pertanyaan yang bersifat terbatas dan terbuka. Bentuk pertanyaan ini dapat

dilakukan mengingat kemampuan siswa dalam hal membaca dan menulis di

sekolah baik, sedang dan kurang sudah cukup baik, akan tetapi jika masih terdapat

siswa yang belum mempunyai kemampuan yang baik dalam membaca dan

menulis, evaluasi pembelajaran tidak harus dilakukan dengan cara tertulis.

Gambaran akan penerapan model pembelajaran tematik akhir dapat dilihat pada

tabel 1 berikut ini.

25

Page 26: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK AKHIR Disain : a. Tema Pembelajaran

• Tema ditentukan berdasarkan hasil analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa

• Tema diperinci menjadi sub-sub tema yang akan dijadikan topik pembelajaran b. Jaringan tema

• Jaringan tema dibuat untuk menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.

c. Tujuan Pembelajaran • Dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran yang terkait dengan tema. Dalam penentuan

indikator pembelajaran harus dipertimbangkan jumlah indikator yang hendak dicapai dan kedalaman indikator dengan alokasi waktu yang tersedia.

d. Materi dan Sumber Pembelajaran • Materi dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai. • Sumber pembelajaran dari teks bacaan dan lingkungan yang dekat dengan pengalaman siswa

dan terkait dengan tema yang dipelajari. e. Prosedur Pembelajaran

1. Kegiatan awal • Menginformasikan tema dan sub tema yang akan dipelajari • Menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan

2. Kegiatan inti • Memberikan pertanyaan pemandu yang berfungsi untuk membangkitkan motivasi belajar

siswa dan mengkaitkan materi pembelajaran • Memberikan tugas atau kegiatan-kegiatan kepada siswa yang terkait dengan tema dan

mengutamakan perolehan pengalaman langsung pada diri siswa. • Memberikan laporan hasil kegiatan siswa • Melakukan penguatan dengan membahas bersama-sama kegiatan yang telah dilakukan

siswa 3. Kegiatan akhir

• Merumuskan kesimpulan akhir dari sub tema atau topik yang dibahas • Melakukan postest

f. Evaluasi : dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang bersifat uraian terbatas dan terbuka. Sebagai catatan, evaluasi tertulis dapat dilakukan jika siswa seudah mempunyai kemampuan membaca dan menulis yang cukup baik.

Implementasi : a. Kegiatan Awal

• Guru menginformasikan tema pembelajaran yang akan dipelajari • Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan kegiatan pembelajaran

yang akan dilakukan b. Kegiatan Inti

• Guru memberikan pertanyaan pemandu dengan menuliskan di papan tulis • Guru mengarahkan siswa untuk melakukan tugas yang terkait dengan pencapaian tujuan

pembelajaran • Siswa melaporkan hasil kegiatan yang telah dilakukan • Guru memberikan penguatan terhadap hasil pekerjaan siswa

c. Kegiatan Akhir • Guru memberikan kesimpulan akhir dari pembelajaran yang telah dilakukan • Siswa melakukan tes akhir pembelajaran

26

Page 27: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Pelaksanaan

Pembelajaran Tematik

Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor,

diantaranya adalah guru, siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan.

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang diperoleh pada tahap ujicoba maupun

pelaksanaan ujicoba dapat diketahui bahwa faktor-faktor ini juga dapat

menghambat dan mendukung keberhasilan penerapan model pembelajaran

tematik.

a. Guru

Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi

model pembelajaran tematik. Keberhasilan penerapan model pembelajaran

tematik ini terutama berhubungan dengan kualitas atau kemampuan yang dimiliki

oleh guru. Berikut ini beberapa aspek yang mempengaruhi kemampuan guru

dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik.

1) Pandangan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik

Pandangan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik akan

sangat mempengaruhi guru dalam penerapan pembelajaran tematik. Guru yang

menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran akan

berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian

bantuan kepada peserta didik.

Kondisi ini pula yang terlihat pada penelitian tentang implementasi

pembelajaran tematik. Terdapat perbedaan keberhasilan pembelajaran baik dari

sisi proses maupun produk pembelajaran di sekolah baik, sedang maupun kurang.

Kondisi ini terjadi dapat dipahami karena guru di sekolah baik, sedang, maupun

kurang memiliki pandangan yang berbeda terhadap mengajar. Sebagaimana

terungkap pada waktu studi awal, guru sekolah sedang memiliki pendapat bahwa

tujuan memberikan pengajaran kepada siswa SD adalah untuk mengubah perilaku

murid ke arah yang lebih baik. Sedangkan guru di sekolah baik dan kurang

memiliki pandangan bahwa tujuan mengajar adalah untuk memberikan materi

pelajaran sesuai dengan kurikulum. Perbedaan ini akhirnya mempengaruhi

kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran. Guru yang memiliki

27

Page 28: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

pandangan berorientasi pada materi cenderung menerapkan pembelajaran dengan

pola satu arah. Kurang memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi

dalam pembelajaran. Kondisi ini tentunya pula akan mempengaruhi kualitas

pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Berdasarkan hasil studi awal yang terungkap melalui kuisioner dan

wawancara terhadap guru, dapat diketahui pula bahwa pemahaman guru terhadap

pembelajaran tematik baik dalam perancangan maupun penerapannya masih

sangat kurang. Kurangnya pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik ini

terjadi pada semua guru, baik guru di sekolah, sedang, maupun kurang.

Kondisi ini sangat mempengaruhi proses penerapan selama ujicoba

dilakukan. Hal ini terlihat pada waktu observasi penerapan pembelajaran tematik

pada saat ujicoba awal. Semua guru terlihat kaku dan bingung dalam memadukan

materi pelajaran yang terkait dengan tema, akan tetapi setelah dilakukan beberapa

kali ujicoba baru terlihat guru tidak lagi kaku.

2) Latar belakang pendidikan guru

Berdasarkan hasil stui awal dapat diketahui bahwa latar belakang

pendidikan terakhir yang dimiliki oleh guru seluruhnya adalah dari Sekolah

Pendidikan Guru (SPG) atau setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dua

orang guru diantaranya sedang mengikuti kuliah penyetaran untuk jenjang

pendidikan D2 PGSD. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara akademik, ketiga

responden penelitian belum memenuhi kualifikasi akademik pendidikan minimum

diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1) seperti disyaratkan dalam Peraturan

Pemerintah No 19 tahun 2005 bab VI pasal 28 tentang standar pendidik dan

tenaga kependidikan.

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru saat ini tentunya sangat

mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik. Apalagi

mengingat kesempatan yang diberikan kepada guru untuk menambah pengetahuan

dan keterampilan tentang penerapan model pembelajaran tematik masih sangat

kurang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wachidi (2000:183) bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan seorang guru akan semakin mudah menangkap

dan memahami esensi dan isi inovasi yang sedang berjalan di sekolah.

28

Page 29: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

3) Pengalamam mengajar

Pengalaman mengajar guru yang menjadi subjek penelitian berbeda-beda.

Dua orang responden guru yaitu guru sekolah sedang dan kurang memiliki

pengalaman mengajar kurang dari 10 tahun. Sedangkan guru sekolah baik

memiliki pengalaman mengajar lebih dari 10 tahun. Kondisi ini tentunya sangat

mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik. Hal ini

terutama berhubungan dengan tingkat kepahaman guru akan karakteristik siswa

SD terutama di kelas rendah dan penguasaan guru terhadap keterampilan

mengajar. Diasumsikan guru yang memiliki pengalaman mengajar lama akan

memiliki tingkat kepahaman akan karakteristik siswa dan penguasaan terhadap

keterampilan mengajar yang lebih jika dibandingkan dengan guru yang baru

memiliki pengalaman mengajar yang sedikit.

b. Faktor siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap

perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek

kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak

pada setiap aspek tidak selalu sama. Perbedaan perkembangan ini pula yang

terlihat pada siswa yang menjadi subjek penelitian di sekolah kategori baik,

sedang maupun kurang.

Dilihat dari usia biologis siswa di sekolah baik, sedang maupun kurang rata-

rata diantara tujuh sampai dengan delapan tahun, akan tetapi setiap siswa

memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Menurut Sanjaya (2006:52)

kemampuan belajar siswa dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi,

sedang dan rendah. Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya

ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan

dalam mengikuti pelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya siswa yang tergolong pada

kemampuan rendah ditandai dengan kurang motivasi belajar, tidak adanya

keseriusan dalam mengikuti pelajaran, termasuk menyelesaikan tugas dan

sebagainya.

Berdasarkan kriteria pengelompokkan tersebut, dari hasil obeservasi

diketahui bahwa siswa yang termasuk dalam kelompok berkemampuan rendah di

29

Page 30: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

sekolah kategori baik ada lima orang (13%), sekolah sedang satu orang (10%) dan

di sekolah kurang ada tiga orang (20%). Perbedaan-perbedaan semacam ini

tentunya membutuhkan perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau

pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya

belajar.

c. Sarana dan prasarana

Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan pada

studi awal, diketahui bahwa ketiga sekolah yang menjadi lokasi penelitian pada

umumnya telah memenuhi syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan, karena

tiap sekolah telah memiliki ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, kamar

kecil (WC) dan halaman tempat dilakukannya aktivitas di luar kelas. Apalagi

dalam penerapan model pembelajaran tematik tidak dibutuhkan sarana yang

spesifik untuk menunjang keberhasilan penerapan pembelajaran tematik. Artinya

dengan sarana yang dimiliki oleh ketiga sekolah saat ini, model tersebut dapat

diimplementasikan. Selain itu juga sekolah telah dilengkapi dengan prasarana

yang memadai, seperti penerangan dan jalan menuju sekolah yang cukup baik.

Dalam keadaan minimal, kondisi ini tentunya tidak menghambat penerapan

pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dapat terlaksana dengan baik pada

sekolah kategori baik sedang maupun kurang, yang memiliki perbedaan secara

nyata dari sisi kelengkapan sarana prasarananya. Sekolah kategori baik memiliki

kelengkapan sarana prasarana yang sudah cukup memadai untuk menunjang

keberhasilan penerapan pembelajaran tematik. Hal ini juga disepakati oleh guru

yang menyatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang telah dimiliki

oleh guru di sekolah kategori baik saat ini dirasakan sudah cukup memadai.

Pendapat ini tidak sama dengan guru di sekolah kategori sedang maupun kurang

yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah mereka

saat ini diarasakan masih kurang.

Kondisi ini dapat dipahami karena kelengkapan sarana dan prasarana akan

membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembebelajaran. Menurut Sanjaya

(2006:53) keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan

30

Page 31: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

prasarana adalah pertama dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru

mengajar, kedua dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.

d. Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi penerapan model

pembelajaran tematik dan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dilihat dari

dukungan kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan terhadap guru, diketahui bahwa pada umumnya respon

kepala sekolah di tiap sekolah baik, sedang maupun kurang, sesungguhnya cukup

baik. Ketiga responden menyatakan bahwa kepala sekolah cukup mendukung

guru jika terdapat kesempatan ataupun peluang yang diterima oleh guru untuk

menambah wawasan atau keterampilan mereka sebagai seorang guru. Seperti

misalnya ketika peneliti mengutarakan maksud peneliti untuk melakukan ujicoba

penerapan model pembelajaran tematik. Menurut guru, kepala sekolah sangat

mendukung dan memberikan motivasi kepada mereka untuk menerima tawaran

tersebut, akan tetapi proses bimbingan secara langsung yang diberikan oleh kepala

sekolah terhadap guru, terutama yang berhubungan dengan penerapan

pembelajaran tematik tidak pernah mereka dapatkan. Kondisi ini dapat dipahami,

bahwa menurut penuturan kepala sekolah yang diperoleh dari hasil wawancara,

diketahui bahwa kepala sekolah sendiri belum memiliki pemahaman yang cukup

akan perancangan dan penerapan model pembelajaran tematik di kelas rendah.

Masing-masing kepala sekolah mengakui pernah mendapatkan workshop tentang

pembelajaran tematik dari Dinas Pendidikan Kabupaten setempat, akan tetapi

karena keterbatasan waktu dan jumlah peserta yang banyak, kepala sekolah

mengatakan tidak mendapatkan pengetahuan yang memadai dari workshop

tersebut. Akhirnya tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk membantu

guru adalah ada yang menggunakan cara dengan menambah buku sumber

pelajaran bagi guru, mendorong guru untuk aktif dalam kegiatan KKG maupun

membantu guru dalam perancangan pembelajaran tematik

31

Page 32: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

D. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bagian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa :

a. Langkah pertama yang dilakukan dalam mendesain pembelajaran tematik

adalah menentukan tema dan subtema berdasarkan hasil analisis terhadap

standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditetapkan

dalam standar isi. Dalam penentuan tema yang harus diperhatikan adalah

kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa. Selanjutnya tema

digunakan sebagai alat pemadu konsep atau materi pelajaran yang terkait

dengan tetap memperhatikan aspek perkembangan peserta didik. Langkah

terakhir dari desain pembelajaran tematik ini adalah perancangan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat tujuan pembelajaran khusus

(indikator) yang akan dicapai dalam satu tema atau subtema, dan langkah-

langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal-hal yang

harus diperhatikan dalam penentuan langkah-langkah yang akan dilakukan

dalam proses pembelajaran mencakup pemilihan materi, metode, media serta

penentuan alat evaluasi pembelajaran. Diharapkan dengan adanya

perancangan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik pembelajaran yang

dilakukan akan lebih bermakna. Berikut ini adalah desain generik model

pembelajaran tematik yang dihasilkan dari hasil uji coba di tiga sekolah.

Desain model pembelajaran tematik

Pertama adalah menentukan tema dan subtema berdasarkan hasil analisis

standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan

kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa.

Menentukan jaringan tema untuk menghubungkan kompetensi dasar dan

indikator dengan tema pemersatu. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai

dengan alokasi waktu yang tersedia untuk setiap tema.

32

Page 33: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

Tujuan pembelajaran dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran

yang terkait dengan tema dengan mempertimbangkan jumlah indikator

dan kedalaman indikator dengan alokasi waktu yang tersedia.

Materi dan sumber pembelajaran dikembangkan berdasarkan kompetensi

dasar dan indikator yang hendak dicapai dengan memanfaatkan sumber

daya lingkungan yang ada disekitar siswa.

Perencanaan prosedur pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga

tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir

pembelajaran.

Evaluasi dilakukan secara terpadu dalam proses pembelajaran, baik yang

bersifat proses maupun produk hasil belajar, dengan mempertimbangkan

kemampuan membaca dan menulis siswa.

b. Pembelajaran tematik merupakan salah satu pembelajaran yang menekankan

pada aktivitas siswa dalam pelaksanaannya. Keaktivan siswa ini sangat

bergantung pada kemampuan guru dalam mengorganisasi materi

pembelajaran dan kelas selama pembelajaran itu berlangsung. Pemilihan

tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa sangat membantu guru

dalam menerapkan pembelajaran di kelas dan dapat membangkitkan

motivasi siswa dalam belajar.

Penerapan model pembelajaran tematik dilakukan dengan menggunakan tiga

tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir

pembelajaran.

Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan penginformasian tema, tujuan dan

kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa.

Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran diawali dengan penyampaian

pertanyaan pemandu yang dituliskan di papan tulis. Tujuannya untuk

membantu siswa yang belum lancar membaca. Setelah itu, kegiatan inti

dilakukan dengan metode pembelajaran yang mengacu pada aktivitas

belajar siswa dengan tujuan utama mengembangkan kemampuan

membaca, menulis dan berhitung siswa. Kegiatan inti diakhiri dengan

33

Page 34: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

penguatan terhadap materi pembelajaran melalui diskusi bersama antara

guru dan siswa.

Pada kegiatan akhir, dilakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan

pertanyaan yang bersifat terbatas dan terbuka serta memperhatikan

kemampuan membaca dan menulis siswa.

c. Perolehan hasil belajar siswa di sekolah kategori baik, sedang maupun kurang

selama dilakukannya implementasi model pembelajaran tematik mengalami

peningkatan. Peningkatan perolehan hasil belajar ini sejalan dengan

terjadinya peningkatan terhadap kemampuan guru dalam

mengimplementasikan pembelajaran tematik. Selain perolehan hasil belajar

yang bersifat instruksional, penerapan model pembelajaran tematik ini juga

memberikan peningkatan terhadap dampak pengiring (nurturant effect)

pembelajaran seperti meningkatnya kemampuan siswa dalam bertanya,

mengungkapkan pendapat dan bekerjasama.

Peningkatan perolehan hasil belajar di tiap sekolah selama implementasi

pembelajaran tematik berbeda-berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh

banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, seperti

kemampuan guru, karakteristik siswa, ketersediaan sarana dan prasarana serta

dukungan dari kepemimpinan kepala sekolah.

d. Setelah dilakukan ujicoba di tiga sekolah kategori baik, sedang dan kurang

diperoleh model pembelajaran tematik yang bersifat generik. Artinya model

ini dimungkinkan untuk dapat diterapkan pada sekolah yang minimal memiliki

kemiripan dengan karakteristik sekolah pada kategori kurang. Dalam

penerapannya, model pembelajaran tematik yang bersifat generik tersebut

dapat dilakukan dengan penyesuaian-penyesuaian, sesuai dengan karakteristik

yang dimiliki oleh sekolah. Karakteristik sekolah terutama sekali

berhubungan dengan faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat

pelaksanaan pembelajaran tematik. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah

faktor guru, siswa, sarana prasarana dan lingkungan. Dukungan dari faktor-

faktor inilah yang dapat membuat keberhasilan penerapan model pembelajaran

tematik lebih dapat terlaksana.

34

Page 35: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilakukan diperoleh beberapa prinsip

yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengimplementasikan

pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah Dasar.

▪ Pembelajaran tematik yang dilakukan akan lebih bermakna manakala tema

yang diangkat adalah tema yang berasal dari lingkungan terdekat siswa karena

dapat menimbulkan motivasi siswa dalam belajar.

▪ Proses pembelajaran dilakukan dengan berorientasi pada aktivitas siswa

(student oriented) dimana siswa berperan sebagai subyek belajar. Oleh karena

itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu

belajar, alat belajar dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan

karakteristik siswa. Artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan

memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi

belajar dan latar belakang sosial siswa.

▪ Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan penekanan pada pemberian

perolehan pengalaman langsung (learning by doing) terhadap siswa sehingga

siswa terlatih untuk menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang

dipelajarinya.

▪ Kegiatan inti pada implementasi pembelajaran tematik lebih menekankan pada

tujuan pengembangan kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa.

▪ Pemilihan media dan sumber belajar dilakukan dengan mempertimbangkan

karakteristik dan kedekatan sumber belajar dengan siswa.

▪ Proses penilaian pembelajaran dilakukan secara terpadu dengan

mempertimbangkan kemampuan membaca dan menulis siswa.

2. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh peneliti selama berlangsungnya

penelitian dan juga analisis terhadap hasil temuan tersebut, maka diperoleh

beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran terhadap pihak yang terkait,

diantaranya adalah sebagai berikut :

35

Page 36: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

a. Bagi guru sebagai praktisi yang akan menerapkan model pembelajaran

tematik secara langsung.

Guru sebagai pengembang dan pelaksana pembelajaran tematik di

lapangan dituntut untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang

pembelajaran tematik, baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan maupun

evaluasi. Pemahaman dan kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran tematik akan semakin terasah bila guru senantiasa untuk

melakukan refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik yang

diterapkan di kelas. Kolaborasi dengan guru kelas lain dalam bentuk team

teaching atau diskusi dan simulasi microteaching dalam forum Kelompok

Kerja Guru (KKG) dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru

dalam pelaksanaan pembelajaran tematik. Diharapkan dengan semakin

meningkatnya kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik,

maka hambatan yang dapat mempengaruhi penerapan pembelajaran

tematik seperti faktor siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan dapat

dieliminir.

b. Kepala Sekolah

Peranan kepala sekolah dalam menerapkan pembelajaran tematik dapat

dilakukan dengan memberikan fasilitasi terhadap guru dalam

mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan pembelajaran

tematik. Fasilitasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat bersifat fisik

seperti menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan guru dalam proses

pembelajaran, dapat pula bersifat non fisik yaitu berupa dukungan moral

dalam bentuk motivasi maupun pemberian kesempatan kepada guru untuk

mengikuti pelatihan atau pendidikan yang dapat meningkatkan

kemampuan profesionalime guru.

c. Bagi Dinas Pendidikan Terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan

penerapan pembelajaran tematik di sekolah sangat ditentukan oleh

kemampuan guru. Faktor-faktor lain seperti siswa, sarana dan prasarana

serta lingkungan dapat dikurangi jika guru yang akan menerapkan

36

Page 37: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

pembelajaran tematik memiliki kemampuan yang tinggi. Kemampuan

guru yang dimaksudkan disini adalah kemampuan dalam hal

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran tematik.

Oleh karena itu dinas pendidikan harus meningkatkan kemampuan guru,

baik melalui jenjang pendidikan formal maupun informal (pelatihan)

mengingat penerapan model pembelajaran tematik membutuhkan

pengetahuan dan pelatihan yang cukup memadai bagi guru sehingga upaya

untuk menerapkan pembelajaran tematik lebih mudah tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Model Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/MI. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

Beane, J.A. (1997). Curriculum Integrated: Designing the Core of Democratic

Education. New York: Teachers College, Columbia University. Blanck, JA. (1995) Curriculum Integration and Disipliner of Knowledge.

Kappan: Phi Delta Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curriculum. USA: IRI/Sky Publishing

Inc. Hamalik, O. (2006). Inovasi Pendidikan (Buku ke-1). Bahan kajian Perkuliahan

Inovasi Pendidikan. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Jacob, H.H., Ed. (1989). Interdisciplinary Curriculum: Design and

Implementation. Alexandria, V.A.: ASCD. Meinbach, A.M., Rothlei, L., Fredericks, A.D. (1995). The Complete Guide to

Thematic Units : Creating The Integrated Curriculum. Washington Street : Christopher-Gordon Publisher, Inc.

Mikarsa, H.L., Taufik, A., Prianto, P.L. (2005). Pendidikan Anak Di SD. Buku

Materi Pokok PGSD. Jakarta: Universitas Terbuka

37

Page 38: 64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik

Miller, J.P. dan Seller, W. (1985). Curriculum: Perspectives and Practices. New York: Longman.

Nasution, S. (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bumi Aksara

Raka, T.J. (1996). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media. Subroto, T.H. dan Herawati, I.S. (2004). Pembelajaran Terpadu. Materi Pokok

PGSD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Sujanto, Agus (1986). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Aksara baru Surya, H.M. (2002). Kapita Selekta Pendidikan SD. Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka Tilaar. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam

Perspektif Abad 21. Magelang : Penerbit Tera Indonesia Tim Pengembang PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. (1996/1997). Pembelajaran

Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

38