Asas bimbingan dan konseling

8
ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar Dasar Bimbingan Dosen Pengampu : 1. Dr. Awalya,M.Pd,Kons. 2. Sigit Hariyadi, M.Pd Oleh : Nurul Azizah Zain (1301414118) Rombel 3 JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Transcript of Asas bimbingan dan konseling

Page 1: Asas bimbingan dan konseling

ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Dasar Dasar Bimbingan

Dosen Pengampu :

1. Dr. Awalya,M.Pd,Kons.

2. Sigit Hariyadi, M.Pd

Oleh :

Nurul Azizah Zain (1301414118)

Rombel 3

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Asas bimbingan dan konseling

Penyelenggaraan asas BK

PENYELENGGARAAN ASAS BIMBINGAN KONSELING

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan dan penyikapan konselor terhadap kasus,

pekerjaan profesional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektifitas proses dan lain-lain. Kaidah-kaidah tersebut didasarkan atas

tuntutan keilmuan layanan disatu segi (antara lain bahwa layanan harus didasarkan atas data dan tingkat perkembangan klien), dan tuntutan optimalisasi proses penyelanggaraan layanan disegi lain (yaitu antara lain suasana konseling ditandai oleh adanya kehangatan, pemahaman,

penerimaan, kebebasan dan keterbukaan, serta berbagai sumber daya yang perlu diaktifkan). Dalam penyelengaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-kaidah tersebut dikenal

dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan teselenggara dengan baik sangat dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang

diharapkan. Sebaliknya, apabila asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling,

bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat didalam pelayanan, serta profesi bimbingan dan konseling itu sendiri.

Asas yang dimaksud adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,

kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, ahli tangan, dan tut wuri handayani (Prayitno, 1987).

Dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling dan diterapkan sesuai dengan asas-asas bimbingan konseling. Asas-asas ini dapat dianggap sebagai suatu rambu-rambu dalam

pelaksanaan bimbingan dan konseling (Prayitno, 1983 : 6-12 dan 2004 : 114-120).

Keberhasilan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas

berikut :

1. Asas Kerahasiaan

Rahasia, yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien), yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh

orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin ( Syamsu Yusuf

& A. Juntika Nurihsan, 2006 :22)

Ada kalanya pelayanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan individu atau siswa yang bermasalah. Masalah biasanya merupakan suatu yang harus dirahasiakan.

Adakalanya dalam proses konseling siswa enggan berbicara karena merasa khawatir apabila rahasianya diketahui orang lain termasuk konselornya, apalagi apabila konselornya tidak

Page 3: Asas bimbingan dan konseling

dapat menjaga rahasia kliennya. Apa pun yang sifatnya rahasia yang disampaikan klien kepada konselor, tidak boleh diceritakan kepada orang lain meskipun kepada keluarganya.

Dalam konseling, asas ini merupakan asas kunci karena apabila asas ini dipegang teguh, konselor akan mendapat kepercayaan dari klien sehingga mereka akan memanfaatkan jasa

bimbingan dan konseling sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila asas ini tidak dipegang teguh, konselor akan kehilangan kepercayaan dari klien (siswa) sehingga siswa akan enggan memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling karena merasa takut masalah dan dirinya

menjadi bahan gunjingan. (Tohirin, 2009 :87-88)

Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya bimbingan dan konseling. Jika

asas ini benar-benar dijalankan maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan mendapat kepercayaan dari para siswanya dan layanan bimbingan dan konseling akan dimanfaatkan secara baik oleh siswa, dan jika sebaliknya para penyelenggara bimbingan dan

konseling tidak memperhatikan asas tersebut, layanan bimbingan dan konseling (khusus yang benar-benar menyangkut kehidupan siswa) tidak akan mempunyai arti lagi, bahkan mungkin

dijauhi oleh para siswa ( Dewa Ketut Sukardi, 2008 :46-47)

2. Asas Kesukarelaan

Sukarela yaitu menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru

pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut (Syamsu Yusuf & A.Juntika Nurihsan, 2006 :22)

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan baik dari pihak pembimbing (konselor) maupun dari pihak klien (siswa). Klien (siswa) diharapkan secara sukarela, tanpa terpaksa dan tanpa ragu-ragu menyampaikan masalah yang

disampaikanya, serta mengungkapkan semua fakta, data dan segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Begitu juga dengan konselor atau

pembimbing dalam memberikan bimbingan juga hendaknya jangan karena terpaksa. Dengan kata lain pembimbing harus memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara ikhlas (Tohirin, 2009 :88-89)

Jika asas kerahasiaan memang benar-benar telah tertanam pada diri (calon) klien dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan sukarela membawa

masalahnya itu kepada pembimbing untuk minta bimbingan.

Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri (calon) klien saja, tetapi juga hendaknya berkembang pada pembimbing/konselor. Para penyelenggara bimbingan dan konseling

hendaknya mampu menghilangkan rasa bahwa tugas ke-BK-an itu merupakan sesuatu yang memaksa diri mereka. Lebih disukai lagi apabila petugas itu merasa terpanggil untuk

melaksanakan layanan bimbingan dan konseling (Dewa Ketut Sukardi, 2006 :15). 3. Asas Keterbukaan

Dalam proses bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan baik dari pihak konselor maupun klien. Asas ini tidak kontradiktif dengan asas kerahasiaan karena

Page 4: Asas bimbingan dan konseling

keterbukaan yang dimaksud menyangkut kesediaan menerima saran-saran dari luar dan kesediaan membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Siswa yang dibimbing

diharapkan dapat berbicara secara jujur dan berterus terang tentang dirinya sehingga penlaahan dan pengkajian tentang berbagai kekuatan dan kelemahannya dapat dilakukan

(Tohirin, 2009 : 89-90) Keterbukaan ini bukan hanya sekedar berarti “bersedia menerima saran-saran dari luar” tetapi dalam hal ini lebih penting masing-masing yang bersngkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.

Keterbukaan disini ditinjau dari dua arah. Dari pihak klien diharapkan pertama-tama mau membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh orang

lain (dalam hal ini konselor), dan yang kedua mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan masukan lainnya dari pihak luar. Dari pihak konselor keterbukaan terwujud dengan kesediaan konselor menjawab pertanyaan-pertanyaan klien dan mengungkapkan diri

konselor sendiri jika hal itu memang dikehendaki oleh klien (Prayetno, 2004 :116) Perlu diperhatikan bahwaketerbukaan hanya akan terjadi bila klien tidak lagi mempersoalkan

asas kerahasiaan yang mestinya diterapkan oleh konselor. Untuk keterbukaan klian, konselor harus terus menerus membina suasana hubungan konseling sedemikian rupa sehingga klien yakin bahwa asas karahasiaan memang terselenggarakan. Kesukarelaan klien tentu saja

menjadi dasar bagi keterbukaannya (Dewa Ketut Sukardi, 2008 :16).

4. Asas Kekinian

Kini, yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah

permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak atau kaitannya dengan

kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang (Syamsu yusuf & A.Juntika nurihsan, 2006 :23)

Masalah klien yang langsung ditanggulangi melalui upaya bimbingan dan konseling

ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang), bukan masalah yang sedah lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami dimasa mendatang. Bila ada

hal-hal tertentu yang menyangkut masa lampau atau masa datang yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan dan konseling yang sedang diselenggarakan. Yang paling penting adalah apa yang perlu ditanggulangi sekarang, sehingga masalah yang dihadapi itu teratasi (Dewa

Ketut Sukardi & Desak Nila Kusmawati, 2008 : 16)

Pelayanan bimbingan dan konseling harus berorientasi kepada masalah yang sedang

dirsakan klien saat ini. Artinya masalah-masalah yang ditanggulangi dalam proses bimbingan dan konseling yaitu masalah yang sedang dirasakan oleh siswanya. Asas kekinian juga mengandung makna bahwa pembimbing atau konselor tidak boleh

menunda-nunda pemberian bantuan atau fakta menunjukkan ada siswa yang perlu bantuan (mengalami masalah). Maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan. Konselor

hendaklah lebih mementingkan kepentingan klien dari pada yang lainnya. (Tohirin, 2009 :90-91).

5. Asas Kemandirian

Mandiri yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling. Yakni peserta

didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-

Page 5: Asas bimbingan dan konseling

individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.

Kemandirian merupakan salah satu tujuan pelayanan bimbingan dan konseling. Siswa yang telah dibimbing hendaknya bisa mandiri tidak tergantung pada orang lain dan kepada

konselor. Ciri-ciri kemandirian pada siswa yang telah dibimbing adalah :

a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.

b. Menerima diri senditi dan lingkungannya secara positif dan dinamis.

c. Mengambil keputusan untuk dan oleh untuk diri sendiri

d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.

e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan-kemampuan yang dimilkinya.

Kemandirian dengan ciri-ciri umum diatas haruslah disesuaikan dengan tingkat

perkembangan dan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan hal itu didasari baik oleh konselor maupun klien (Prayetno, 2004 :117)

6. Asas Kegiatan

Kegiatan yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif didalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan.

Pelayanan bimbingan dan konseling tidak akan memberikan hasil yang berarti apabila klien tidak melakukan sendiri kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling.Hasil usaha yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya,

melainkan harus dicapai dengan kerja giat dari klien sendiri. Guru pembimbing atau konselor harus dapat membangkitkan semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanakan

kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam proses konseling.

Asas ini juga bermakna bahwa masalah klien tidak akan terpecahkan apabila siswa tidak melakukan kegiatan seperti yang dibicarakan dalam konseling (Tohirin, 2009:91-92).

7. Asas Kedinamisan

Dinamis yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan

terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak menoton, dan terus berkembang serta berlanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap

perkembangannya dari waktu ke waktu (Syamsi Yusuf & A.Juntika Nurikhsan, 2006 :23) Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien

Page 6: Asas bimbingan dan konseling

yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah sekadar mengulang yang lama yang bersifat menoton, melainkan perubahan yang selalu menuju

kesuatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki

Asas Kedinamisan mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari paroses konseling dan hasil-hasilnya (Prayetno, 2004: 118) Usaha bimbingan dan konseling yang menghendaki terjadinya perubahan pada kliennya yang

dibimbing.

8. Asas Keterpaduan

Terpadu yaitu asas bimbingan dab konseling yang menghendaki agar berbagai

layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang yang dilakukan oleh guru guru pembimbing maupun pihak lain, Saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini, kerjasama antara guru guru pembimbing dan ihak-pihak yang berperran dalam

penyelenggaraan dalam pelayaanan bimbingan dan konseling pula terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya.

Individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang apabila keadaannya tidak seimbang, tidak serasi, dan tidak terpadu justru akan menimbulkan masalah.. Oleh sebab itu,

usaha bimbingan dan konseling hendaknya memadukan berbagai aspek kepribadian klien. Selain keterpaduan pada diri klien, juga harus terpadu dalam isi dan proses layanan uang

diberikan. Tidak boleh aspek layanan yang satu tidak serasi apalagi bertentangan dngan aspek ;layanan yang lainnya.

Aspek keterpaduan juga menuntut konselor memiliki wawasan yang luas tentang

perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien (Tohirin, 2009 :92-93).

9. Asas Kenormatifan

Harmonis yaaitu menghendaki agar segenap layanan kegiatan bimbingan dan

konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu

pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku.

Seluruh isi dan proses konseling garus sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Demikian

pula prosedur, teknik dan peralatan (instrumen) yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku (Tohirin, 2009 :93)

Ditilik dari permasalahan klien, barangkali pada awalnya ada materi bimbingan dan konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah melanggar norma-norma tertentu), namun justru dengan pelayanan bimbingan dan konseling

tingkah yang melanggar norma itu diarahkan kepada yang lebih bersesuaian dengan norma (Prasetyo, 2009 : 119)

Page 7: Asas bimbingan dan konseling

10. Asas Keahlian

Ahli yaitu menghendaki agar layanan dan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan konseling. Keprofesional

guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelanggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan

konseling (Syamsu Yusuf & A.Juntika Nurihsan, 2006 :23)

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan tersebut.

Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan konseling harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian (memiliki pengetahuan dan keterampilan) tentang bimbingan konseling.

Asas keahlian juga mengacu kepada kualifikasi konselor seperti pendidikan dan pengalaman. Selain itu, seorang konselor juga harus mengetahui dan memahami secara baik teori-teori dan

prktek bimbingan dan konseling (Tohirin, 2009 : 93).

Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling)

yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberi layanan. (Prayetno, 2004: 119).

11. Ahli Tangan Kasus

Ahli tangan kasus yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu

menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas tuntas atas suatu permasalahan itu kepada kepada yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima ahli tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain dan demikian pula guru

pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.

Dalam pemberian bimbingan dan konseling, asas ahli tangan jika konselor sudah mengarahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat

mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.

Disamping itu, asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan konseling hanya menangani masalah-masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan, dan setiap masalah ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu (Prasetyo, 2004: 119-120)

Asas ini juga bermakna bahwa konselor dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling jagan melebihi batas kewenangannya. Atau pelayanan bimbingan dan konseling

hanya menangani masalah-masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas konselor atau pembimbing yang bersangkutan.Misalnya individu yang setres berat (gila) tidak lagi menjadi kewenangan konselor sekolah atau madrasahmelainkan kewenangan psikiater.

Pembimbing atau konselor tidak boleh melaksanakan tugas melebihi batas kewenangannya (Tohirin.2009 :94)

Page 8: Asas bimbingan dan konseling

12. Asas Tut Wuri Handayani

Asas Tut Wuri Handayani yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki

agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.

Demikian juga segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan

dorongan seperti itu (Syamsu Yusuf & A.Juntika Nurihsan, 2006 :23)

Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing. Lebih-lebih dilingkungan

sekolah, asas ini makin dirasakan manfaatnya. Asas ini menuntut agar layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada waktu siswa mengalami dan menghadap

pembimbing saja, namun diluar hubungan kerja kepebimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adannya dan manfaatnya (Dewa Ketut Sukardi, 2008:51) Bimbingan dan konseling hendaknya adanya dan manfaatnya sebelum dan sesudah siswa

menjalani layanan bimbingan dan konseling secara langsung. Dalam asas ini, pembimbing atau konselor bisa menjadikan dirinya sebagai contoh pemecah masalah yang efektif

(counselling by modeling).

Dalam praktik bimbingan dan konseling islam, asas ini bertumpukan pada keteladanan Rasullah Saw. Rasulullah Saw merupakan sosok pemecah masalah yang efektif,

sehingga berbagai masalah para sahabat ketika itu dapat dipecahkan melalui percontohan (keteladanan) dari rasullah Saw. Dalam konteks ini Rasullah Saw bisa disebut konselor islam.

Al-Qur’an surat Al-Ahzab ([33]:21) menjelaskan “bahwa didalam diri Rasullah Saw terdapat contoh teladan yang baik bagimu”

Asas ini juga memberikan makna bahwa untuk bisa menjadi pemecah masalah yang

efektif dan bisa dicontoh (diteladani) oleh klien, pembimbing atau konselor harus memulai dari diri sendiri (ifda’ bi nafsik)

Selain asas-asas tersebut terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu diselenggarakan secara terpadu dan tepat padu, yang satu tidak perlu didahulikan atau dikemudiankan dari yang lain. Begitu penting asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu

merupakan jiwa dan nafas dari seluruh proses kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan baik penyelenggaraannya pelayanan bimbingan

dan konseling akan tersendat-sendat atau bahkan sama sekali.