Asas Asas Hukum Christo (2)

6
Asas-asas Keadilan “Yusticia est constant et pepetua suum quick tribure” adil berarti keadaan yang terus menerus yang memberikan seseorang apa yang menjadi haknya. Keadilan merupakan hal yang subjektif, kembali ke diri masing-masing individu. Berbicara mengenai keadilan,maka kita akan lebih menyinggung mengenai rasa “puas” seseorang terhadap apa yang ia peroleh dari haknya. Apakah ada keseimbangan antara kewajiban yang individu tersebut lakukan ataukah ada ketimpangan. Plato mengemukakan bahwa keadilan adalah “kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan seseorang”. Dikaitkan dengan adagium ini, pendapat plato dapat ditafsirkan bahwa ukuran keadilan terhadap seseorang itu berbeda beda, tergantung seberapa besar apa yang telah di lakukan atau dikorbankan seseorang itu untuk sesuatu hal. Ukuran keadilan memang abstrak namun bukan berarti keadilan itu tidak ada ukurannya. “Rapport du droit”, hakekat hukum adalah membawa aturan yang adil didalam masyarakat. Tujuan hukum menurut Radbrugh adalah keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Namun pada dasarnya, keadilan adalah yang paling terpenting. Masyarakat lebih menghendaki keadilan itu yang betul-betul adil. Dalam Pancasila pada sila ke lima (5) secara jelas dituliskan “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Keadilan sosial ini dapat diartikan sebagai keadilan bagi semua orang, bukan hanya bagi kelompok-kelompok tertentu dan semua golongan tetapi bagi tiap-

description

dx

Transcript of Asas Asas Hukum Christo (2)

Page 1: Asas Asas Hukum Christo (2)

Asas-asas Keadilan

“Yusticia est constant et pepetua suum quick tribure” adil berarti keadaan yang terus

menerus yang memberikan seseorang apa yang menjadi haknya. Keadilan merupakan hal yang

subjektif, kembali ke diri masing-masing individu. Berbicara mengenai keadilan,maka kita akan

lebih menyinggung mengenai rasa “puas” seseorang terhadap apa yang ia peroleh dari haknya.

Apakah ada keseimbangan antara kewajiban yang individu tersebut lakukan ataukah ada

ketimpangan. Plato mengemukakan bahwa keadilan adalah “kesesuaian antara pekerjaan dan

kemampuan seseorang”. Dikaitkan dengan adagium ini, pendapat plato dapat ditafsirkan

bahwa ukuran keadilan terhadap seseorang itu berbeda beda, tergantung seberapa besar apa

yang telah di lakukan atau dikorbankan seseorang itu untuk sesuatu hal. Ukuran keadilan

memang abstrak namun bukan berarti keadilan itu tidak ada ukurannya.

“Rapport du droit”, hakekat hukum adalah membawa aturan yang adil didalam

masyarakat. Tujuan hukum menurut Radbrugh adalah keadilan, kepastian dan kemanfaatan.

Namun pada dasarnya, keadilan adalah yang paling terpenting. Masyarakat lebih menghendaki

keadilan itu yang betul-betul adil. Dalam Pancasila pada sila ke lima (5) secara jelas dituliskan

“keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Keadilan sosial ini dapat diartikan sebagai

keadilan bagi semua orang, bukan hanya bagi kelompok-kelompok tertentu dan semua

golongan tetapi bagi tiap-tiap individu yang melakukan kesalahan tanpa memandang latar

belakang kelompok atau individu. Meskipun keadilan adalah hal yang subjektif, namun pada

dasarnya jangan sampai melukai esensi dari keadilan itu sendiri. Apalah arti hukum tanpa

keadilan (teori etis)

“Restituio in integrum”, kembali ke keadaan semula. Adagium ini dapat dipahami

sebagai pemulihan tatanan masyarakat kembali kepada keseimbangan/keadaan semula.

Keadaan semula dapat dipahami sebagai keadaan dimana sebelum terjadinya konflik dalam

suatu kelompok masyarakat adalah keadaan yang aman, tentram, damai, dan sejahtera. Hal ini

bertujuan untuk mengembalikan keharmonisan di dalam struktur masyarakat dan kehidupan

Page 2: Asas Asas Hukum Christo (2)

sosial masyarakat. Didalam masyarakat manusia selalu behubungan satu sama lain. Kehidupan

bersama itu menyebabkan adanya interaksi,kontak atau hubungan satu sama lain.Kontak dapat

berarti hubungan yang menyenangkan atau menimbulkan pertentangan atau konflik.

Mengingat akan banyaknya kepentingan tidak mustahil terjadi konflik atau bentrokan antara

sesama manusia,karena kepentingan yang saling bertentangan.Konflik kepentingan itu terjadi

apabila dalam melaksanakan atau mengejar kepentingannya seseorang merugikan orang lain.

Gangguan kepentingan atau konflik harus dicegah atau tidak dibiarkan berlangsung terus-

menerus karena akan mengganggu keseimbangan tatanan masyarakat.Manusia akan selalu

berusaha agar tatanan masyarakat dalam keadaan seimbang,Oleh karena itu keseimbangan

tatanan masyarakat yang terganggu harus dipulihkan kekeadaan semula (Restituio in

integrum).

Page 3: Asas Asas Hukum Christo (2)

Asas-asas Kepastian

Summun ius summa injuria; summa lex summa crux, keadilan tertinggi merupakan

ketidakadilan tertinggi. Dalam mencari keadilan, yang paling baik menurut saya adalah

keadilan yang proporsional. Dengan kata lain, keselarasan antara hak dan kewajiban.

Keselarasan antara perbuatan dan sanksi. Menurut asas ini, mencari keadilan yang setinggi-

tingginya justru akan melukai keadilan itu sendiri. Dari berbagai kasus dan problematika hukum

di dalam masyarakat, kasus pencurian kakao, kasus pencurian sendala merupakan contoh

penerapan hukum yang terlalu “strict”. Hukum memang harus ditegakkan, namun yang menjadi

tujuan utama adalah keadilan yang seperti apa yang didapatkan dari penegakan hukum itu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini hukum belum bisa memenuhi kepuasan manusia sebagai

salah satu alat yang menjadi rambu-rambu antara perbuatan yang benar dan perbuatan yang

salah. Kenyataan seperti itu memperlihatkan adanya pertentangan antara rambu-rambu yang

dibuat oleh hukum di satu pihak dan fleksibilitas yang dituntut oleh hubungan sosial di pihak

lain. Gambaran mengenai kehidupan hukum yang seperti itu, akan menjadi jelas jika dalam

mengamatinya kita menggunakan kacamata hukum dan masyarakat, yaitu yang melihat

kehidupan hukum tersebut tidak hanya sebagai fungsi dari peraturan, tetapi juga dari

kebijakan (policy) pelaksanaannya serta tingkah laku masyarakat. Oleh karena itu, kita harusnya

juga melihat hukum dari sisi sosiologis, bukan semata-mata pada penerapan UU tanpa

memperhitungkan faktor-faktor yang lain.

“Lex dura, sed tamen scripta”, undang-undang itu kejam, tetapi memang demikianlah

bunyinya. Asas ini mempunyai beragam pemahaman. “kejam” dalam pemahaman saya tidak

berarti bahwa hukum itu kejam. Namun lebih mengacu pada aturan yang berlaku memang

harus dipatuhi. Dan apabila tidak dipatuhi atau dilanggar, maka sanksi yang diperoleh adalah

absolute atau mutlak. Siapa yang bersalah akan dihukum setimpal dengan perbuatannya.

Disinilah letak “kekejaman” hukum itu. Didalam hal ini, kita akan diperhadapkan pada dua

Page 4: Asas Asas Hukum Christo (2)

masalah. Pertama adalah, seorang mematuhi hukum itu karena keterpaksaan yang

memungkinkan terjadinya ketidaknyamanan dalam mewujudkan hukum itu. Hal ini

bertentangan dengan pendapat Jeremy Bentham “ukuran keadilan dalam sebuah Undang-

undang adalah kepuasan/kebahagiaan masyarakat (the greatest happiness principle)”. Kedua,

adalah disisi lain, dibutuhkan ada aturan hukum yang dibuat untuk mengatur pola hidup dan

perilaku masyarakat (apa yang seharusnya), hal ini mewajibkan adanya unsur paksaan dalam

aturan hukumnya, namun bukan berarti kejam. Tapi substansinya adalah untuk kebaikan

bersama. Saya menyimpulkan bahwa hukum itu kaku/keras, namun bukan berarti kejam. Pada

hakekatnya hukum membutuhkan daya pikat dan daya paksa yang kuat agar masyarakat dapat

mematuhinya.

“Ignorantia leges excusat neminem”, ketidaktahuan akan Undang-undang tidak bisa

menjadi alasan pemaaf. Adagium ini menurut saya kurang tepat untuk Wilayah Indonesia.

Berbicara mengenai Undang-undang yang telah berlaku, menurut saya ada berbagai macam

faktor yang yang membuat masyarakat tidak mengetahui atau kurang memahami suatu produk

Undang-undang yang sudah berlaku. Kurangnya sosialisasi dari aparat yang berwenang

merupakan salah satu faktor penting dalam penyebaran informasi mengenai suatu produk

undang-undang. Meskipun di dunia modernisasi sekarang ini, era digital sudah sangat maju,

media cetak maupun elektronik dapat secara cepat memberikan informasi, namun tidak bisa

dipungkiri bahwa di beberapa wilayah, sumberdaya manusia maupun dukungan teknologi

masih belum memadai. Tingkat pendidikan yang rendah juga menjadikan pemahaman terhadap

Undang-undang itu kurang dipahami. Kehidupan masyarakat di pedesaan sangat-sangat

berbeda daripada di perkotaan.Masyarakat pedesaan akan sulit memahami Undang-undang itu

secara benar. Hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan masyarakat desa yang masih

rendah. Selain faktor itu, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pula dan

pegunungan menjadi salah satu faktor penghambat dalam proses sosialisasi Undang-undang

atau peraturan yang baru berlaku atau yang akan diberlakukan.