Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

12
Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut, bersifat larut dalam basa, namun tidak larut dalam asam dan air. Asam humat (AH) dapat diekstrak dari berbagai bahan organik (limbah tanaman, ternak, industri, endapan) dengan larutan basa lemah (KOH, NaOH) konsentrasi 0.1-0.5 N melalui pengocokan berselang antara 4-24 jam, dan pengendapan bahan humat dengan HCl 6N hingga pH 2. Isolasi AH agak rumit karena harus hati-hati dengan penggunaan larutan pengekstrak. Isolasi AH memakan waktu 9-54 jam bahkan lebih, tergantung keberadaan alat dan bahan organik yang diekstrak. Jika NaOH digunakan sebagai pengekstrak, maka perlu dicuci untuk menukar Na yang terjearp AH dengan H sehingga menjadikan AH lebih reaktif dan tidak meninggalkan masalah pada tanah yang diaplikasikan. Penjenuhan Na atau K pada ekstraksi AH menyebabkan reaktivitas AH berkurang karena sisi muatan negatif dijenuhi dengan Na dan K. Pemurnian AH dapat dlakukan dengan berbahgai cara, salah satunya dengan pencucian dengan air hingga 3-5 kali. Pencucian dengan HCL dan HF memerlukan biaya mahal, sehingga cukup dengan air bersih saja, syukur-syukur air yang mempunyai EC 0 mS/cm. Pencucian dengan air menyebabkan terjadinya pertukaran Na+ atau K+- larutan pengektrask dengan H+. Penggantian katon ini tidak merubah pH tanah. AH mengandung gugus fungsional karboksilat, fenolat, dan quinon rantai C siklik atau alifatik yang mampu menjerap /menukarkan Na+, memfiksasi K+, NH4+ , mengkhelat kation valensi ganda (lCa,Mg, Fe, Al, Mn, Pb, Cu ), mengikat mikroba, mineral liat, dan air. oleh karenanya, AH bisa melepaskan nutrisi terjerap atau terfiksasi kation valensi tunggal dan mikroba. Besarmnya nilai KTK AH menunjukkan kemampuannya dalam memaintain nutrisi dan air dalam tanah. Hasil ekstraksi beberapa AH berbagai bahan organik dari limbah

Transcript of Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

Page 1: Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut, bersifat larut dalam basa, namun tidak larut dalam asam dan air. Asam humat (AH) dapat diekstrak dari berbagai bahan organik (limbah tanaman, ternak, industri, endapan) dengan larutan basa lemah (KOH, NaOH) konsentrasi 0.1-0.5 N melalui pengocokan berselang antara 4-24 jam, dan pengendapan bahan humat dengan HCl 6N hingga pH 2.

Isolasi AH agak rumit karena harus hati-hati dengan penggunaan larutan pengekstrak. Isolasi AH memakan waktu 9-54 jam bahkan lebih, tergantung keberadaan alat dan bahan organik yang diekstrak. Jika NaOH digunakan sebagai pengekstrak, maka perlu dicuci untuk menukar Na yang terjearp AH dengan H sehingga menjadikan AH lebih reaktif dan tidak meninggalkan masalah pada tanah yang diaplikasikan.  Penjenuhan Na atau K pada ekstraksi AH menyebabkan reaktivitas AH berkurang karena sisi muatan negatif dijenuhi dengan Na dan K. Pemurnian AH dapat dlakukan dengan berbahgai cara, salah satunya dengan pencucian dengan air hingga 3-5 kali.  Pencucian dengan HCL dan HF memerlukan biaya mahal, sehingga cukup dengan air bersih saja, syukur-syukur air yang mempunyai EC 0 mS/cm.  Pencucian dengan air menyebabkan terjadinya pertukaran Na+ atau K+- larutan pengektrask dengan H+.  Penggantian katon ini tidak merubah pH tanah.

AH mengandung gugus fungsional karboksilat, fenolat, dan quinon rantai C siklik atau alifatik yang mampu menjerap /menukarkan Na+, memfiksasi K+, NH4+ , mengkhelat kation valensi ganda (lCa,Mg, Fe, Al, Mn, Pb, Cu ), mengikat mikroba, mineral liat, dan air. oleh karenanya, AH bisa melepaskan nutrisi terjerap atau terfiksasi kation valensi tunggal dan mikroba.  Besarmnya nilai KTK AH menunjukkan kemampuannya dalam memaintain nutrisi dan air dalam tanah.  Hasil ekstraksi beberapa AH berbagai bahan organik dari limbah tanaman, ternak, dan industri bervariasi antara 2- 15% dengan KTK antara 55-95 me/100g.  Nilai EC AH nol yang berarti tidak ada ion terlarut dalam AH. Nilai pH AH 2 bisa disesuaikan ke pH yang diinginkan dengan penambahan basa (kapur).

Page 2: Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

Gambar 1. Asam Humat cair (kiri), Asam Fulvat (kanan)

AH cair bisa disimpan dalam bentuk kering dengan mengovennya pada suhu 40-50 0C atau dengan pemanasan dengan api kecil suhu diatur sekitar 40oC. Pengeringan AH cair menjadi padatan memerlukan waktu 4- 24 jam tergantung kekentalan AH.

Manfaat AH bagi bidang pertanian telah diyakini dapat memperbaiki kesuburan tanah baik sifat fisik, kimia, dan biologi, baik untuk tanah masam, alkalin atau marginal. Semakin masam AH, akan semakin tinggi kandungan H sehingga kemampuan menurunkan pH tanah alkali lebih baik dibanding AH dengan pH tinggi.  Jika AH digunakan untuk memperbaiki kesburuan tanah masam, sebaiknya dibuat ke pH 7 agar potensinya menteralkan pH lebih baik. Lahan-lahan tercemar limbah industri, bisa dimanipulasi dengan AH pH 4-5 sehingga mampu mengkompleks/mengkhelat Fe, Pb, dan Cu larutan.

AH bukan pupuk, sehingga jika digunakan untuk produksi tanaman perlu ditambahkan nutrisi tersedia tanaman.   Hasil percobaan efek pemberian AH terekstrak NaOH yang dicuci dengan air sekali menyebabkan pertumbuhan padi belum terpengaruh, perkembangan akar kurang maksimal, dan timbul kerak garam pada tanah setelah akhir tanam padi.  Namun jika AH dicuci dengan air hingga 3 kali,  pertumbuhan akar dan batang padi dan jagung lebih baik dibanding kontrol. Pemberian 30-60 g amelioran/ 3 kg tanah dapat  meningkatkan pertumbuhan jagung lebih baik dibanding dosis lainnya. Amelioran dibuat dari campuran AH 30% , 50% kompos dan 10% liat (setara 1-2 g AH/kg).

Page 3: Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

Kami saat ini sedang melakukan penelitian aplikasi AH (100%) pH 6 dosis 0-250 ppm dari pupuk kandang, kompos dan Guano, dan batu bara dengan indikator pertumbuhan tanaman padi dan jagung dalam skala pot.  Nilai pH tanah salin yang selama ini masih sekitar 7,2-7.8 dengan aplikasi asam humat dari pupuk organik dan kompos, mudah-mudahan bisa turun menjadi sekitar 7, dan nutrisi menjadi lebih tersedia. Hasil akhir kesetimbangan kation tercapai dan produksi tanaman lebih baik.

TANAH MARGINAL

Sumber daya lahan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu sistem usaha pertanian, karena hampir semua usaha pertanian berbasis pada sumber daya lahan. Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri mencakup semua watak yang melekat pada atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun yang bersifat mendaur, serta kegiatan manusia di atasnya. Jadi, lahan mempunyai ciri alami dan budaya (Notohadiprawiro, 1996).

Istilah ”marginal” menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah: 1. berhubungan dengan batas (tepi); tidak terlalu menguntungkan, 2. berada di pinggir. Memarginalkan berarti meminggirkan atau memojokkan. Dalam Merriam-Webster Dictionary, marginal defined as close to the lower limit of qualification, acceptability or function. Wacana mengenai lahan marginal dapat ditelusur pada tulisan Peterson dan Galbraith (1932) yang berjudul The Concept of Marginal Land. Scherr dan Hazell (1994) memberi pengertian lahan marginal sebagai lands unsuitable for continuous tillage or lands where there were major constraints to economic use of industrial inputs. Marginal lands menurut Ojating cit. Olanrewaju dan Ezekiel (2005) are those lands which have lost their ability to support the required biodiversity either through natural catastrophes and or human destructive activities. Menurut Strijker (2005), marginal lands are characterised by land uses that are at the margin of economic viability.

Lahan marginal dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu. Sebenarnya faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan masukan, atau biaya yang harus dibelanjakan. Tanpa masukan yang berarti budidaya pertanian di lahan marginal tidak akan memberikan keuntungan. Ketertinggalan pembangunan pertanian di daerah marginal hampir dijumpai di semua sektor, baik biofisik, infrastruktur, kelembagaan usahatani maupun akses informasi untuk petani miskin yang kurang mendapat perhatian.

Page 4: Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN

Diposkan oleh Arwan di 09.25 28Mar

Manusia dalam mempertahankan hidupnya akan mengelola dan memanfaatkan alam sebagai sumber makanan, pakaian, tempat tinggal, dan berbagai kebutuhan pendukung lainnya yang dibutuhkan secara terus-menerus untuk tetap eksis dan melahirkan suatu peradaban. Segala aktivitas manusia dalam mengelola alam memiliki dampak positif langsung terhadap ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan serta kesejahteraan hidup manusia yang diperoleh dari alam. Namun hal lain yang juga sering timbul secara bersamaan atau dapat muncul dikemudian hari adalah dampak negatif terhadap pemanfaatan alam. Kemampuan manusia yang semakin maju disetiap zamannya dalam mengelola alam, bukan mustahil mengakibatkan terjadinya kerusakan alam. Apalagi kepadatan penduduk yang semakin meningkat, eksploitasi secara besar-besaran terhadap alam tak dapat dihindari. Salah satu contoh kebutuhan hidup manusia yang juga begitu penting tapi sarat terhadap kerusakan adalah bidang pertambangan.

Kegiatan pertambangan dapat menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Termasuk sebagai dampak positif adalah sumber devisa negara, sumber pendapatan asli daerah (PAD), menciptakan lahan pekerjaan, dan sebagainya. Sedangkan dampak negatif dapat berupa bahaya kesehatan bagi masyarakat sekitar areal pertambangan, kerusakan lingkungan hidup, dan sebagainya.

Kegiatan pertambangan telah memberikan kontribusi besar dalam berbagai aspek kehidupan di seluruh dunia. Tambang-tambang batubara, minyak dan gas menyediakan sumber energi, sementara tambang-tambang mineral menyediakan berbagai bahan baku untuk keperluan

Page 5: Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

industri. Bahan-bahan tambang golongan C, seperti batu, pasir, kapur, juga tidak ketinggalan memberikan sumbangan yang signifikan sebagai bahan untuk pembangunan perumahan, gedung-gedung perkantoran, pabrik dan jaringan jalan. Akan tetapi berbeda dengan sumbangannya yang besar tersebut, lahan-lahan tempat ditemukannya bahan tambang akan mengalami perubahan lanskap yang radikal dan dampak lingkungan yang signifikan pada saat bahan-bahan tambang dieksploitasi (Iskandar, 2008).

Pertambangan merupakan salah satu aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang telah dimulai sejak dahulu dan berlanjut hingga sekarang. Keuntungan yang diperoleh dari aktivitas ini memang sangat besar, khususnya dalam aspek ekonomi. Kendati demikian kerugian yang akan muncul adalah lebih besar dari keuntungan yang telah diperoleh, jika dampak kerusakan yang ditimbulkan dibiarkan tanpa upaya perbaikan.

Aktivitas Pertambangan

Menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2010 yang dimaksud dengan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan, Bagian Penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 disebutkan bahwa pembagian bahan-bahan galian (bahan tambang) terdiri dari:

a. Golongan bahan galian yang strategis atau golongan A berarti strategis untuk pertahanan dan keamanan serta perekonomian Negara. Seperti; minyak bumi, aspal dan lain-lain.

b. Golongan bahan galian vital atau golongan B berarti menjamin hajat hidup orang banyak seperti; emas, besi, pasir besi, dan lain-lain.

c. Golongan bahan yang tidak termasuk dalam golongan A dan B yakni; galian C yang sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional, seperti nitrat, asbes, batu apung, batu kali, pasir, tras, dampal dan lain-lain.

Bahan tambang umumnya berada di/dekat permukaan atau jauh di bawah permukaan bumi. Keduanya tertimbun oleh batuan dan tanah di atasnya (Iskandar, 2008). Proses pengambilan bahan tambang pada umumnya dikenal dengan cara penambangan terbuka (surface mining) dan penambangan bawah tanah (underground mining). Masing-masing jenis penambangan memiliki metode yang berbeda dalam mengambil bahan tambang dan potensi kerusakan yang akan ditimbulkannya pun tentunya berbeda.

Pada umumnya proses pembukaan lahan tambang dimulai dengan pembersihan lahan (land clearing) yaitu menyingkirkan dan menghilangkan penutup lahan berupa vegetasi kemudian dilanjutkan dengan penggalian dan pengupasan tanah bagian atas (top soil) atau dikenal sebagai tanah pucuk. Setelah itu dilanjutkan kemudian dengan pengupasan batuan penutup (overburden), tergantung pada kedalaman bahan tambang berada. Proses tersebut secara nyata akan merubah bentuk topografi dari suatu lahan, baik dari lahan yg berbukit menjadi datar maupun membentuk lubang besar dan dalam pada permukaan lahan khususnya terjadi pada jenis surface mining.

Page 6: Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

Setelah didapatkan bahan tambang maka dilakukanlah proses pengolahan. Proses pengolahan dilakukan untuk memisahkan bahan tambang utama dengan berbagai metode hingga didapatkan hasil yang berkualitas. Pada proses pemisahan ini kemudian menghasilkan limbah yang disebut tailing. Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang dan kehadirannya dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari. Sebagai limbah sisa pengolahan batuan-batuan yang mengandung mineral, tailing umumnya masih mengandung mineral-mineral berharga. Kandungan mineral pada tailing tersebut disebabkan karena pengolahan bijih untuk memperoleh mineral yang dapat dimanfaatkan pada industri pertambangan tidak akan mencapai perolehan (recovery) 100% (Pohan, dkk, 2007).

Proses akhir dari aktivitas pertambangan adalah kegiatan pascatambang yang terdiri dari reklamasi dan penutupan tambang (mining closure). Setiap perusahaan tambang wajib melakukan hal tersebut sebagaimana telah diatur oleh pemerintah (Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 18 tahun 2008).

Kerusakan Lahan Akibat Aktivitas Pertambangan

Kerusakan lahan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan pertambangan maupun pasca pertambangan. Dampak yang ditimbulkan akan berbeda pada setiap jenis pertambangan, tergantung pada metode dan teknologi yang digunakan (Direktorat Sumber Daya Mineral dan Pertambangan, 2003). Kebanyakan kerusakan lahan yang terjadi disebabkan oleh perusahaan tambang yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dan adanya penambangan tanpa izin (PETI) yang melakukan proses penambangan secara liar dan tidak ramah lingkungan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2002).

Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula areal dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula (Dyahwanti, 2007).

Secara umum kerusakan lahan yang terjadi akibat aktivitas pertambangan antara lain:

1. Perubahan vegetasi penutup

Proses land clearing pada saat operasi pertambangan dimulai menghasilkan dampak lingkungan yang sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi alami. Apalagi kegiatan pertambangan yang dilakukan di dalam kawasan hutan lindung. Hilangnya vegetasi akan berdampak pada perubahan iklim mikro, keanekaragaman hayati (biodiversity) dan habitat satwa menjadi berkurang. Tanpa vegetasi lahan menjadi terbuka dan akan memperbesar erosi dan sedimentasi pada saat musim hujan.

Page 7: Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

Gambar 1. Proses land clearing yang mengakibatkan hilangnya vegetasi alami

2. Perubahan topografi

Pengupasan tanah pucuk mengakibatkan perubahan topografi pada daerah tambang. Areal yang berubah umumnya lebih luas dari dari lubang tambang karena digunakan untuk menumpuk hasil galian (tanah pucuk dan overburden) dan pembangunan infrastruktur. Hal ini sering menjadi masalah pada perusahaan tambang kecil karena keterbatasan lahan (Iskandar, 2010). Seperti halnya dampak hilangnya vegetasi, perubahan topografi yang tidak teratur atau membentuk lereng yang curam akan memperbesar laju aliran permukaan dan meningkatkan erosi. Kondisi bentang alam/topografi yang membutuhkan waktu lama untuk terbentuk, dalam sekejap dapat berubah akibat aktivitas pertambangan dan akan sulit dikembalikan dalam keadaan yang semula.

Page 8: Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

Gambar 2. Perubahan topografi akibat aktivitas pertambangan

3. Perubahan pola hidrologi

Kondisi hidrologi daerah sekitar tambang terbuka mengalami perubahan akibatnya hilangnya vegetasi yang merupakan salah satu kunci dalam siklus hidrologi. Ditambah lagi pada sistem penambangan terbuka saat beroperasi, air dipompa lewat sumur-sumur bor untuk mengeringkan areal yang dieksploitasi untuk memudahkan pengambilan bahan tambang. Setelah tambang tidak beroperasi, aktivitas sumur pompa dihentikan maka tinggi muka air tanah (ground water table) berubah yang mengindikasikan pengurangan cadangan air tanah untuk keperluan lain dan berpotensi tercemarnya badan air akibat tersingkapnya batuan yang mengandung sulfida sehingga kualitasnya menurun (Ptacek, et.al, 2001).

Page 9: Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

Gambar 3. Perubahan pola hidrologi pada aktivitas pertambangan

4. Kerusakan tubuh tanah

Kerusakan tubuh tanah dapat terjadi pada saat pengupasan dan penimbunan kembali tanah pucuk untuk proses reklamasi. Kerusakan terjadi diakibatkan tercampurnya tubuh tanah (top soil dan sub soil) secara tidak teratur sehingga akan mengganggu kesuburan fisik, kimia, dan biolagi tanah (Iskandar, 2010). Hal ini tentunya membuat tanah sebagai media tumbuh tak dapat berfungsi dengan baik bagi tanaman nantinya dan tanpa adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan terhadap erosi baik oleh hujan maupun angin. Pattimahu (2004) menambahkan bahwa terkikisnya lapisan topsoil dan serasah sebagai sumber karbon untuk menyokong kelangsungan hidup mikroba tanah potensial, merupakan salah satu penyebab utama menurunnya populasi dan aktifitas mikroba tanah yang berfungsi penting dalam penyediaan unsur-unsur hara dan secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan tanaman.

Page 10: Asam humat merupakan bagian bahan organik yang lapuk lanjut.docx

Selain itu dengan mobilitas operasi alat berat di atas tanah mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan peredaran udara (aerasi) yang secara langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar.

Proses pengupasan tanah dan batuan yang menutupi bahan tambang juga akan berdampak pada kerusakan tubuh tanah dan lingkungan sekitarnya. Menurut Suprapto (2008a) membongkar dan memindahkan batuan mengandung sulfida (overburden) menyebabkan terbukanya mineral sulfida terhadap udara bebas. Pada kondisi terekspos pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan dalam air membentuk Air Asam Tambang (AAT). AAT berpotensi melarutkan logam yang terlewati sehingga membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya yang akan menurunkan kualitas lingkungan.

Sementara itu proses pengolahan bijih mineral dari hasil tambang yang menghasilkan limbah tailing juga berpotensi mengandung bahan pembentuk asam (Suprapto, 2008b), sehingga akan merusak lingkungan karena keberadaannya yang bisa jauh ke luar arel tambang