Asal Usul Manusia

18
BAB I MANUSIA 1.1 BeberapaPandangan Tentang Asal-Usul Manusia 1.1.1 Asal-Usul Manusia Menurut Pandangan Budaya Mahasiswa ditugaskan untuk mencari informasi tentang asal-usul manusia menurut pandangan budayanya masing- masing (berkelompok). Mahasiswa mempresentasikan tugas kelompok Dosen memberi masukan sebagai kesimpulan 1.1.2 Asal-Usul Dunia dan Manusia Menurut Beberapa Pandangan Filsafat Sejak dahuluiman Kristen berhadapan dengan jawaban- jawaban menyangkut pertanyaan mengenaiasal mula, yang bunyinya lain dari pada jawaban Kristen. Dalam agama dankebudayaan kuno terdapat banyak mitos mengenai asal-usul bumi. Di antarapandangan-pandangan tersebut, muncul misalnya dalam bentuk pandangan-pandanganfilsafat tentang asal-asal usul dunia dan kehidupan, seperti berikut: Panteisme : Aliran Panteis berpendapat “segala-galanya adalah Allah; bumi ini adalah Allah dan jadinya bumi ini adalahjadinya Allah.” Dualisme/Manikheisme Aliran Dualis berpendapat, “ bumiini secara mutlak mengalir keluar dari Allah; ia mengalir dari-nya dan bermuaralagi pada- Nya.” Gnosis Kaum Gosis berpendapat bahwa “duniaini (minimal dunia material) adalah jahat, merupakan suatu gejala kemerosotan,dan karena itu harus ditinggalkan.” Deisme

description

sdfgdfg

Transcript of Asal Usul Manusia

BAB I MANUSIA1.1 BeberapaPandangan Tentang Asal-Usul Manusia 1.1.1 Asal-Usul Manusia Menurut Pandangan Budaya Mahasiswa ditugaskan untuk mencari informasi tentang asal-usul manusia menurut pandangan budayanya masing-masing (berkelompok). Mahasiswa mempresentasikan tugas kelompok Dosen memberi masukan sebagai kesimpulan1.1.2 Asal-Usul Dunia dan Manusia Menurut Beberapa Pandangan Filsafat Sejak dahuluiman Kristen berhadapan dengan jawaban-jawaban menyangkut pertanyaan mengenaiasal mula, yang bunyinya lain dari pada jawaban Kristen. Dalam agama dankebudayaan kuno terdapat banyak mitos mengenai asal-usul bumi. Di antarapandangan-pandangan tersebut, muncul misalnya dalam bentuk pandangan-pandanganfilsafat tentang asal-asal usul dunia dan kehidupan, seperti berikut:Panteisme : Aliran Panteis berpendapat segala-galanya adalah Allah; bumi ini adalah Allah dan jadinya bumi ini adalahjadinya Allah. Dualisme/Manikheisme Aliran Dualis berpendapat, bumiini secara mutlak mengalir keluar dari Allah; ia mengalir dari-nya dan bermuaralagi pada-Nya.Gnosis Kaum Gosis berpendapat bahwa duniaini (minimal dunia material) adalah jahat, merupakan suatu gejala kemerosotan,dan karena itu harus ditinggalkan.DeismeKaum Deistis berpandangan bahwa bumidan isinya ini diciptakan oleh Allah, tetapi setelah diciptakan langsungdiserahkan kepada dirinya sendiri, dan pencipta-nya tidak mempunyai tanggungjawab lagi terhadap ciptaan itu. Materialisme Kaum materialis pada dasarnya tidakmengakui asal bumi dari sesuatu yang lebih tinggi, tetapi hanya merupakansebuah permainan materi, yang sudah selalu ada (berasal dari materi yang sudahada). 1.1.3 Asal Usul Manusia Menurut Pandangan Sains IMAN DAN ILMUPENGETAHUAN, apakah bertentangan ? (diambil dari tulisan Prof. Magnis Suseno - Menjadi Saksi Kristus DiTengah Masyarakat Majemuk) *Dalam sejarah,perjumpaan antara iman dan ilmu pengetahuan sering mengalami up and down. Perjumpaan itu kadangsaling berkolaborasi dan saling mendukung, tetapi tidak jarang juga salingmenegasi dan saling klaim sebagai yang paling benar. Berkaitan dengan haltersebut, ada dua tema hendak diangkat sebagai contoh kasus hubungan antaraiman dan ilmu pengetahuan dalam perjalanan sejarah. Dengan penyajian inidiharapkan terbentuk pemahaman bahwa iman dan ilmu pengetahuan adalah dua halyang dapat saling menunjang namun sekaligus menjadi inspirasi kritis satuterhadap yang lain. Penciptaan danEvolusi Padatahun 1857 Charles Darwin (1809 1882) menerbitkan bukunya berjudul: On the Origin of Species by Means ofNatural Selection.1 [1]Dalam buku itu Darwin menulis bahwa tetumbuhan dan binatangtidak selalu seperti sekarang, melainkan merupakan hasil suatu perkembangan (evolusi). Pada awalnya, ratusan jutatahun lalu (menurut pengetahuan sekarang sekitar 3,5 miliar tahun lalu) hanyaada organisme-organisme amat sederhana, [tetapi Darwin tidak berbicara tentang bagaimanaorganisme-organisme pertama itu terjadi]. Organisme-organisme sederhana ituberkembang menjadi kemajemukan jenis yang kita kenal sekarang. Dijelaskan bahwaproses itu semata-mata karena kekuatan alam sendiri, persisnya dengan duafaktor: yakni adanya perubahan-perubahan kecil spontan (mutasi), dan adanyaseleksi alam dimana hanya yang paling sesuai dengan lingkungan (alam) yangberhasil mempertahankan diri. Dalam teori Darwin,manusia merupakan hasil evolusi dari binatangbukan manusia yang menjadi nenek moyang bersama manusia dan kera. AjaranDarwin ini kelihatan bertentangan sama sekali dengan apa yag ditulis dalamKitab Suci. Menurut teori Evolusi, bumi dan segala isinya tidak diciptakansekali jadi dalam enam hari seperti dalam kisah Kejadian bab 1, tetapiberkembang, tanpa intervensi dari Tuhan, atas kekuatan alam sendiri, selamamiliaran tahun, sampai akhirnya sekitar 2 juta tahun lalu melahirkan manusiaprimitif mirip kera, dan bukan makhluk hebat di taman Firdaus, sepertidiceritakan dalam KS. Maka, baik ajaranpenciptaan maupun cara penciptaandipertanyakan.2 TeoriEvolusi, karena itu, cukup lama ditolak gereja sebagai suatu teori yang tidaksesuai dengan ajaran gereja (iman) dan karena itu tidak mungkin benar. Secaraproporsional, penolakan itu terjadi karena: di satu pihak, teori evolusi danilmu-ilmu alam pada abad 19, tidak cukup memperhatikan batas metodenya danberasumsi bahwa mereka dapat memberikan penjelasan yang menyeluruh tentangdunia dan manusia. Di pihak lain, juga harus diakui bahwa penolakan tersebut terjadikarena gereja pada waktu itu tidak cukup merefleksikan apa yang bisamenjadi isi Wahyu Ilahi, dan mengklaim bahwa dapat mengetahui semuanya dariKitab Suci, maka harus mengajar secara otoritatif bagaimana terjadinya manusia. Sebetulnya,teori evolusi tidak perlu bertabrakan / bertentangan dengan ajaran gereja jikakedua-duanya memperhatikan pendekatannya yang khas terhadap dunia, dan jugamemperhatikan batas dari masing-masing pendekatan itu. Ada tiga pendapat3:Pertama, teori evolusi membantah ajaranpenciptaan oleh Allah, maka kepercayaan akan penciptaan harus dilepaskan. Kedua, Teori evolusi tidak sesuai denganKitab Suci, maka tidak mungkin betul. Kitab Suci adalah Wahyu Allah, lebihbenar daripada teori ilmiah. Dan pendapat Ketiga,teori evolusi tidak mesti bertentangan dengan kepercayaan akan penciptaan. Makadua-duanya dapat sama-sama dipertahankan. Kita boleh menerima bahwa organismedan makhluk sekarang merupakan hasil evolusi, tetapi alam semesta dan dayaevolusi sendiri berasal / diciptakan oleh Allah. Pendapatpertama dan kedua jelas sangat tidak memuaskan. Bagi penganut agama Wahyu,yangpercaya pada ajaran penciptaan (spt Yahudi, Kristen dan Islam) adalah tidakmungkin dan tidak masuk akal untuk melepaskan sesuatu yang diyakini sebagaiwayu ilahi, demi sebuah teori manusia. Namun di pihak lain juga, pihak yangtidak menolaknya semata-mata karena alasan religius, tidak meragukan teorievolusi, dan menganggap tidak masuk akalseorang yang beragama harus melepaskan sesuatu yang tampak sebagai fakta ilmiahyang sudah mantap. Persoalannyaadalah, bagaimana dua pendapat yang kelihatan saling membatalkan bisadipertahankan sekaligus, dan tidak masuk dalam kategori dualisme kebenaran (seolah-olah ada dua kebenaran, yang satuilmiah, yang lainnya teologis. Karena dualisme itu secara intelektual kurangsedap).4 4 Beberapaagumentasi dapat dikemukakan: Pertama, dengan mengesampingkan kisah penciptaan, perlu ditegaskan bahwateori evolusi sama sekali tidak bertentangan dengan iman akan penciptaan duniaoleh Allah. Ajaran Penciptaan dan Teori evolusi adalah dua pendekatan yangberbeda terhadap dunia, dan membicarakan dua aspek yang berbeda. Teori evolusimengungkapkan kenyataan riil, sebagaimana adanya. Namum perlu diperhatikanbahwa, yang dianggap tak terbantahkanhanyalah fakta evolusi. Akan tetapi,Darwinisme tidak berhasil sama sekali untukmenjelaskan faktor-faktor mana yang memungkinkan terjadinya evolusi itu.5Mutasi dan seleksi alam hanya menjelaskan perbaikan organisme yang ada, bukanterjadinya organisme baru (misalnya terjadinya ikan atau hewan menyusui, dll.).Mengatakan bahwa perkembangan itu kebetulanadalah sama sekali tidak rasional. Sedangkan, Ajaran Penciptaan berbicaratentang sebuah dimensi baru, tentang sesuatu yang harus diandaikan sebagaisebab / pendasaran dari kenyataan yang riil itu. Evolusi bisa diselidikimelalui eksperimen dan panca indera, sedangkanpenciptaan harus diandaikan sebagai prinsip metaphysis, meta-empiris,yang memungkinkan adaya evolusi.6 Ajaran Penciptaan mau menjelaskanasal dan alasan keberadaan dari semua kenyataan yang ada, alasan yangterus-menerus memberi kualitas tertentu, yang membuat sesuatu yang tidak adamenjadi ada. Sedangkan evolusi hanya bisa menjelaskan perkembangan dari sesuatuyang sudah ada. Jadi, evolusi, kalau tidak melampaui batasnya, tidakmenjelaskan asal dari adanya segala sesuatu, tetapi (hanya) tentang perubahandari yang ada, yang berubah dalam proses evolusi. Maka menjadi masuk akal kalaumengatakan bahwa rupanya evolusimengikuti suatu rencana (design) tertentu. Tetapi, Siapa yang bisa memberikan rencana pada perkembanganorganisme itu, kalau bukan yang menciptakannya ? Kedua, bila mengambil secara harafiahtentang kisah penciptaan dalam enam hari, memang menjadi pertentangan. Namunbila diperhatikan, antara kisah penciptaan dalam Kej. 1 dan kisah penciptaandalam Kej. 2 terdapat perbedaan.7 Maka kisah penciptaan dalam KitabKejadian bukanlah sebuah kisah ilmiah tentang proses penciptaan. Kitab Kejadianmemakai cerita sastra untuk mengungkapkan kebenaran tentang tiga hal, yaitu:pertama, segala sesuatu yang adadiciptakan oleh Allah; kedua, segalayang diciptakan oleh Allah itu baik adanya; dan ketiga, manusia adalah puncak dari seluruh ciptaan8(manusia sebagai mahkota ciptaan9). Makasama sekali tidak ada dan tidak perlu ada pertentangan antara iman akan penciptaan oleh Allah dan teori evolusi. Kitab Suci bukan bukuilmu alam atau ilmu pengetahuan, maka tidak berbicara tentang bagaimana Allahmenciptakan bumi, tetumbuhan, binatang dan manusia; apakah dalam waktu beberapahari atau melalui proses jutaan / milyaran tahun lamanya. Dan juga, manusiahasil evolusi tidak kurang diciptakan oleh Allah daripada manusia yang langsungdibentuk dari tanah (bdk. Kej.2: 7). Secarateologis, Allah tidak pernah menghapus kegiatan dari ciptaan menurutkemampuannya. Allah memberi kemampuan kepada makhluk-makhluk untuk bergiatsendiri dan Allah tidak menggantikan aktivitas makhluk-makhluk itu dengankemahakuasaan-Nya.10 Evolusi justru bisa dipahami kalau percayabahwa Allah menciptakan seluruh dunia dengan semua hukum alam serta meletakkankekuatan dan arah perkembangan ke dalam organisme ciptaan. Seperti makhlukindividual berkembang dan bertumbuh seturut kemampuan dan tujuan yang sudah Iaberikan kepadanya, begitu juga Allah menggunakan kekuatan ciptaan untukmenghasilkan jenis-jenis baru dalam dunia melalui evolusi. Sebuah Catatan TentangKasus Galileo Galilei: GalileoGalolei (1564 1642) adalah seorang ahli ilmu perbintangan.11 Denganmengamati planet-planet melalui teropong yang dibuat sendiri, Galileo mendukungteori heliosentris, yang dikemukakanoleh Kopernikus. Galileo sebagai ilmuwan awalnya sangat dihargai di Roma danbahkan diterima menjadi anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan.12 Namun, pada tahun 1616, ketika Galileo masukdalam persoalan apakah sistemheliosentris dapat disesuaikan dengan Kitab Suci, maka muncullah reaksidari Inkuisisi (Pengadilan Iman) dengan melarang Galilei untuk mengajarsistemnya, dan buku Galileo dimasukkan dalam daftar buku terlarang.13Selain itu, gereja tidak mengganggu dia. Namun pada tahun 1635, Galileomempublikasikan sebuah buku baru tentang sistem heliosentris. Maka karena itu,Galileo diadili dan dinyatakan bersalah oleh Inkuisisi, disuruh bersumpah bahwaia menyangkal sistem heliosentris dan dihukum penjara seumur hidup (meskipunpelaksanaannya dijalankan sebagai tahanan di rumahnya di Firense).14 Secarasportif dan positif, memang sekarang kita merasa malu bahwa Gereja Katolikpernah menolak se[2]buah teori yang saat ini diterimasebagai suatu kebenaran ilmu pengetahuan. Dan kurang-lebih 350 tahun setelahperistiwa tersebut, Gereja Katolik di bawah kepemimpinan Paus Yohanes PaulusII, mengulangi pengadilan iman dan telah menyatakan diri salah dan resmimenyatakan Galileo tidak bersalah.15 Hal yang sering kali kurang diperhatikan dari persoalan ini adalah bahwa Galilei(dan teori Kopernikus) baru dikutuk sesudah Galilei memasuki masalahinterpretasi Kitab Suci (khususnya dalam Yosua 10: 13 ditulis, matahariberhenti di langit agar rakyat Israelmempunyai waktu untuk mengalahkan musuh-musuhnya;).16 Galileiyang bukan seorang ahli Kitab Suci, seharusnya tidak memasuki ranah yang bukankompetensinya. Namun karena dia memasuki wilayah itu, maka gereja bertindak danmemang kalau dilihat dari saat ini, reaksi itu mungkin berlebihan (karenamungkin akan lebih proporsional jika gereja pada waktu itu membatasi diri untukmelarang Galilei bicara tentang Kitab Suci). Maka, menjadi jelas dalam kasus GalileoGalilei bahwa bukan kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri yang ditentang(ditolak) Gereja, tetapi kenyataan bahwa Galileo memasuki ranah teologi KitabSuci, yang bukan kompetensinya. Dan juga menjadi jelas bahwa seluruh konflikGalileo dengan Gereja bukanlah konflik antara iman dan ilmu pengetahuan, tetapiantara paradigma kosmologis lama dan baru.17 Situasidan iklim intelektual saat persoalan iti muncul, mesti juga menjadipertimbangan untuk memahami persoalan Galileo dan Gereja Katolik pada waktuitu. Bagi banyak pemikir pada paruh pertama abad 17, baik pimpinan gereja,teolog, filsuf dan bahkan para ilmuwan, perubahan pandangan dari paradigma lama bahwa bumi menjadi pusatalam semesta, kepada paradigma baru di mana matahari menjadipusat alam semesta adalah sesuatu yang berlangsung terlalu cepat.18*) Note: tulisan ini diambil sebagai acuan bagi refleksi mahasiswa dan referensi diskusi dan tugasnya.

1.1.4 Asal-Usul Dunia dan Manusia Menurut Kitab Suci Kisah PenciptaanA. Memahami Kisah PenciptaanUntuk memahamipersoalan asal-usul manusia menurut Kitab Suci, sumber utamanya adalah kisahpenciptaan dalam Kitab Kejadian. Dan untuk memahami kisah penciptaan dalamKitab Kejadian, harus terlebih dahulu mengetahui latar-belakang dan tujuanpenulisan Kitab Kejadian oleh para penulis suci. Para ahli Kitab Suci sejaklama sepakat bahwa penulisan Kitab Kejadian (termasuk kisah penciptaan)bersumber (berasal) dari dua tradisi yang berbeda, yang oleh redaktur KitabKejadian disatukan menjadi satu buku yang sekarang kita kenal sebagai KitabKejadian. Kedua tradisi itu adalah TradisiYahwista atau Y dan TradisiPara Imam atau P. I. PenciptaanManusia Menurut Tradisi Yahwista atauY Unit literarispertama dari kisah prasejarah menurut Y adalah Kej. 2:4b3:2Unit ini sebenarnyaberasal dari dua kisah lebih tua yang berdiri sendiri, namun disatukansedemikian oleh penulis suci, sehingga menjadi satu kesatuan baru yang utuh;tambahan lagi, Kej. 4:1-16, secara literaris dihubungkan dengan unit ini.[3]Maka penafsiran makna kisahnya harus dilihat dalam hubungan yang utuh satu samalain. Dengan mempersatukantiga cerita yang berbeda itu, pengarang Y berhasil mengungkapkan dengan baikbahwa manusia adalah mahluk kesayanganAllah, yang dilengkapi sebaik-baiknyadengan segala sesuatu yang dibutuhkannya. Namun mahluk kesayangan Allah itu juga sudah bersalah terhadap Allahdan sesamanya, dan karena itu dia telah merusak situasi baik yang telahdisediakan oleh Allah. [4]Mula-mula dikatakanbahwa manusia diambil dari debu tanah. Yang berarti bahwa manusia itu terdiridari unsur-unsur bumi ini. Bahwa manusia dibuat dari debu tanah berarti bahwa manusia adalah mahluk fana dan tidak berdayadari dirinya sendiri.[5] Ketika dia hanya mengandalkan dayanyasendiri, maka dia akan kembali menjadi debu tanah. Manusia hanya akan menjadisesuatu yang berarti dan patut disebut manusia, karena Allah menghembuskan nefesy haya atau hidup (kehidupan) kedalam hidungnya. Nefesy haya tidakboleh diartikan sebagai jiwa, sepertidalam pengertian Yunani, tetapi lebih merupakan sebagai nafas sebagai tanda hidup.[6]Karena hembusan Allah, maka debu tanah itu menjadi nefesy haya (menjadi mahluk hidup). Dengan demikian, jelas bahwamanusia dalam hidupnya secara fundamental bergantung pada Allah. Dan jugaberarti, dapat dibayangkan betapa tragis dan buruk akibatnya bila mahluk Allahitu meninggalkan Allah dan mau berdiri sendiri serta mengandalkan dayakekuatannya sendiri saja. Yahwista melukiskanbahwa manusia itu belum lengkap setelah ia dijadikan. Ia masih perludiperlengkapi dengan makanan. Maka Tuhan Allah memberinya satu kebun besardengan perlbagai pohon dan buah-buahan. Tuhan menempatkan manusia itu di dalamtaman itu dan menyerahkan semua pohon kepadanya untuk dimakan buah-buahannya(Kej. 2:8-9,16). Dilukiskan juga dalam kisah itu bahwa kerja merupakan unsur azasi dalam hidup manusia. Tanpa kerjamanusia bukanlah manusia. Hidupnya mesti diisi dengan suatu tugas yang berarti.Allah memberikan tugas untuk mengusahakan dan memelihara taman yang sudahdisediakan-Nya itu (Kej. 2:15). Dan di dalam taman itu, manusia menghadapikepenuhan kesuburan, dengan lukisan bahwa taman itu berkelimpahan air (Kej.2:10-14). Tuhan Allah membuat semua binatang dan manusia memberi nama kepadasetiap binatang itu. Hal ini mau mengungkapkan bahwa manusia adalah tuan atassegala ciptaan.Tetapi dengan segalaperlengkapan itu pun manusia belum lengkap juga, karena Allah mengatakan bahwaTidak baik kalau manusia itu seorang diri saja (Kej. 2:18). Maka Allahmenjadikan wanita sebagai penolongyang sepadan, yang sungguh-sungguh menjadi kawanyang sanggup melengkapi manusiaitu. Karena diambil dari rusuk manusia, maka perempuan itu sungguh merupakanteman yang cocok. Secara spontan manusia mengerti kecocokan itu dan menyambutperempuan itu dengan seruan: Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging daridagingku. Ia akan dinamai perempuan (isyah), karena diambil dari manusia(isy). Dan karena menurut asalnyamereka adalah satu daging, maka mereka selalu cenderung mencari persatuankembali. Puncak cerita tentang penciptaan manusia adalah penjelasan tentang eros manusiawi sebagai suatu dorongayang diciptakan Allah sendiri.[7]Maka, hubungan seksual antaralaki-laki dan perempuan diberi ilai istimewa, yakni sebagai mukjizat dan rahasia tertinggi dari seluruh karya penciptaan.[8] Kisah penciptaanmanusia menurut tradisi Yahwista dilanjutkan dengan kisah tentang larangan yangdiberikan oleh Allah agar manusia jangan makan buah dari pohon yang ada ditengah taman itu. Adanya larangan itu membuka kemungkinan kebebasan bagimanusia. Dengan adanya larangan itu, manusia dapat mengambil sikap terhadap Tuhanyang telah menetapkan larangan itu. Tentu jelas bahwa larangan tersebut tidakdimaksudkan agar manusia menderita kekurangan. Karena sebelum Allah menetapkanlarangan itu, Ia terlebih dahulu memberikan segala sesuatu yang ada dalam tamanitu kepada manusia. Manusia boleh mengambil dan makan buah dari segala pohonyang ada, kecuali buah dari satu pohon yang dilarang itu. Perintah itudiberikan tanpa suatu penjelasan. Hal ini berarti bahwa manusia tidak bisamengetahui alasan dan maksud larangan tersebut. Manusia tidak bisa mengertilarangan itu. Hanya ditambahkan bahwa larangan itu bersifat sungguh-sungguh:Kalau engkau makan, engkau akan mati (Kej. 2:17). Selanjutnya, karenaperintah atau larangan itu tidak bisa dimengerti oleh manusia, maka perintahitu hanya dapat dilaksanakan dalam keyakinan bahwa Dia yang memberi perintahitu bermaksud baik. Karenanya perintah itu membuka kemungkinan bagi manusiauntuk bisa menentukan sikapnya terhadap Tuhan yang telah memberikan perintahitu. Ia bisa yakin bahwa Tuhan bermaksud baik, tetapi juga sebaliknya, ia bisamencurigai maksud baik Tuhan dan mencoba serta berusaha untuk mengerti laranganitu.[9] NB: tentang hal ini, lebih lanjut akandijelaskan pada topik tentang kejatuhan manusia dalam dosa). II. PenciptaanManusia Menurut Tradisi Para Imam atauP Kisah Penciptaan yangterdapat dalam tradisi P ini merupakan suatu madah pujian besar untuk meluhurkan Allah beserta karya-Nya.[10] Dalam madah penciptaan yang sangat mengesankanini (Kej. 1:1 2:4a), P menaruh perhatian besar akan kosmos keseluruhannya.Setiap kosmos itu diperhatikan dan ditentukan menurut jenisnya. Tahap demitahap kosmos itu dibangun sampai manusia itu muncul pada puncaknya sebagai tuanatas semua ciptaan. Seluruh kosmos itu mempunyai kesatuannya, namun tidak dalampengertian unsur purba seperti ajaranpara filsuf Yunani kuno, melainkan kehendakmencipta personal Allah menjadi unsur persatuan dari segala ciptaan. Cara Allahmelaksanakan kehendak-mencipta-Nya dilukiskan oleh Pdengan memakai beberapa gagasan yang cukup berbeda.[11] Dalam ayat pertama, yang seolah-olahmerupakan judul dari seluruh madah itu, dikatakan bahwa Allah membuat langitdan bumi. Kata Ibrani bara yang dipakai di sini adalah istilah teknisuntuk menunjukkan perbuatan Allah. Kata bara tidakpernah digunakan untuk menunjukkan perbuatan manusia. Dengan memakai satu katakhusus untuk perbuatan Allah, maka jelas bahwa bagi P perbuatan Allah itu tidak dapat dibandingkandengan perbuatan manusia dan bersifat lain sama sekali.[12] Mulai ayatketiga, P memakai gagasan penciptaan melalui firman Allah. Gagasan ini dipakai untukpenciptaan seluruh kosmos, kecuali manusia. Penciptaan melalui firman inimenyatakan bahwa Allah mencipta tanpa jeri payah. Ia mengungkap-kan kehendak-Nyadan semuanya segera terjadi. [Skema perintah ini terdapat dalam seluruh bukusejarah menurut P ]. Tetapi keistimewaandalam madah penciptaan ini ialah bahwa perintah-perintah itu tidak memilikialamat atau sasaran, tidak ada pihak yang disuruh melakukan atau melaksanakanperintah itu. Menurut pengertian dan pemahaman manusia, perintah seperti initidak mempunyai arti. Namun hal ini dapat menjadi suatu tanda bahwa karya Allah mencipta melampaui pengertiankita.[13] P melukiskan bahwa dunia dan alam semestadijadikan oleh firman Allah. Hal inimau menunjukkan dengan jelas jarak danperbedaan antara dunia dengan Allah, antara ciptaan danPenciptanya. Dunia bukan lahir dari Allah (bdk. gagasan penciptaan sebagaiemanasi Allah). Karena itu dunia tidak memiliki kodrat ilahi. Hanya firman, pengungkapan kehendak-Nya,(sebagai) penghubung atau jembatan antara Allah dan ciptaan-Nya, dan jembatanitu adalah jembatan personal. Memang pada akhirkisah penciptaan, muncul gagasan penciptaan melalui kelahiran: Demikianlah kelahiran (Ibr. Toledot) langit dan bumi, ketika diciptakan Gaya bahasa (pengungkapan) yang sama dalamkarya-karya P yang diwarnai silsilah-silsilah, menunjukkan sentralnya gagasankelahiran. Kata kelahiran (toledot) yangdipakai P sebenarnya mau menghubungkan penciptaandengan sejarah keselamatan: penciptaanadalah kelahiran pertama, yang memulai sejarah keselamatan. Kata toledot dipakai untuk memperlihatkanhubungan antara karya penciptaan Allah dengan karya penyelamatan dan pemulihan,dan bukan merupakan penjelasan tentang karya penciptaan itu sendiri.[14] (bdk. pemaparan silsilah keturunan Adam,setelah kalimat terakhir madah penciptaan, kemudian silsilah yang menghubungkanNuh dan Abraham, dua Bapak Perjanjian menurutP). Dalam kisah penciptaanmenurut tradisi P dinyatakan bahwa ciptaan Allah masing-masigmempunyai hubungan berbeda dengan Allah.Khaos berada di tempat paling jauh dari Allah. [Tidak ditemukan dalam KSapakah khaos itu diciptakan atau tidak, tetapi secara teologis, khaos berfungsisebagai latarbelakang negatif dari penciptaan. Khaos merupakan ancaman dananti-ciptaan. Ciptaan berada di atas jurang khaos. Allah pencipta memegangciptaan di sana, dan dalam tangan-Nya ciptaan terlindung dan aman. AndaikanAllah melepaskannya dari tangan-Nya, maka ia jatuh kembali menjadi khaos.Kemungkinan itu dapat dilihat dalam kisah Air Bah].[15] Siang dan malam dinilai secara berbeda. Malammerupakan sisa dari kegelapan khaos yang setelah penciptaan menjadi satu bagiandari peraturan tertentu, siang berasal dari terang purba, yang merupakan karyasulung Allah. Pengutamaan terang terhadap gelap membawa suatu dinamismetertentu dalam ciptaan. Hal ini merupakan suatu pertanda bahwa dalam sejarah dunia yang ditentukan olehpergantian siang dan malam dalam suatu irama yang tetap, masih terkait danterkandung suatu sejarah lain yang mempunyai tujuannya dalam siang tak terbatasdalam Wahyu 21:15.[16]Tetumbuhan mempunyaihubungan yang tidak langsung dengan Allah. Tumbuhan ditumbuhkah oleh tanah yangdiberi perintah oleh Allah untuk menumbuh-kan tunas-tunas muda. Juga binatanghanya berhubungan dengan Allah melalui tanah, tetapi lebih dari tetumbuhan,binatang diberi berkat khusus oleh Allah, sehingga hubungannya dengan Allahsudah lebih erat. Puncak dari seluruhpiramid itu adalah manusia. Manusia paling langsung berhadapan denganAllah. Di dalam manusia, seluruh dunia - yang diarahkan kepadanya itu,dihubungkan kembali dengan Allah penciptanya. Manusia tidak diciptakan melaluifirman atau perintah seperti ciptaan lain, tetapi Allah mengambil keputusan khusus secara meriah dan menciptakan manusiamenurut gambaran-Nya (Kej. 1: 26-27). Itu berarti bahwa Allah menciptakanmanusia sebagai partner-Nya yang bebas, yang bisa berdialog dengan Allah.[17]Manusia itu diberkati. Apa saja yang diterima manusia, diperolehnya sebagaiberkat dari Allah. Dan akhirnya manusia ditentukan sebagai tuan atas ciptaan,supaya ia menaklukkan segalanya dan berkuasa. Dalam banyak agamadiceritakan bahwa manusia diciptakan untuk melayani para dewa, khususnya dalamkultus atau upacara keagamaan. Tetapi menurut Kitab Suci, manusia diciptakanuntuk membudaya di bumi dan menguasainya. Tetapi manusia seharusnya berkuasa sebagairaja menurut pengertian Kitab Suci. [Raja menurut Kitab Suci, harusbertanggungjawab atas kerajaannya dan harus menurunkan berkat atasnya].[18]Maka, jika dikatakan bahwa manusiaadalah raja alam semesta berarti manusia tidak boleh merusak dan memperkosaciptaan, yang kepadanya dipercayakan oleh Pencipta. Dan, perintah Allah bahwamanusia menguasi binatang-binatang, secara tidak langsung berarti juga bahwa manusia tidak diciptakan untuk menguasaimanusia yang lain. Tidak ada orangyang diciptakan sebagai raja dan yang lainnya sebagai hamba. Semua manusiadiciptakan sebagai raja, tetapi atas ciptaan yang lain. Sedangkan dalamhubungan dengan manusia lain, ia diciptakan sebagai saudara dan harus mengatur hubungan antar manusia sedemikian, sehinggahak dari setiap orang dapat dijamin dan dilindungi. Maka Allah melihat segalayang diciptakan-Nya itu sungguh amat baik (Kej. 1:31). Dengan kalimat ini,pengarang suci mau mengatakan bahwa ciptaan itu sesuai (baik dan cocok) denganmaksud Allah. Allah telah menetapkan suatu tujuan untuk kosmos dan sejarahnya.[19]Kebaikan pada ciptaan itu dilihat dan dinyatakan Allah. Maka adalah hak Allahsebagai pencipta untuk menilai ciptaan itu baik atau tidak. Manusia bolehmenikmati apa yang ciptakan Allah itu dengan kegembiraan dan keyakinan bahwaAllah yang tahu untuk apa semuanya itu diciptakan. Dalam Kej. 2: 1-2,ditekankan bahwa karya penciptaan itu selesai. Allah menyelesaikan karya-Nyadengan beristirahat pada hari yang ketujuh. Pengarang Prupanya melihat istirahat Allah itu sebagai berkat, sebagai keselamatanyang telah disediakan Allah, supaya manusia di kemudian hari bisa mengambilbagian di dalamnya. Perayaan Sabbat dalam umat Israel sebenarnya sudahmendahulukan pengambilan bagian dalam istirahat eskatologis itu.[20][1] G. Kirchberger, SVD, Pandangan KristenTentang Manusia dan Dunia, Nusa Indah, Ende 1987 p. 142 Ibid.3 Katekismus Gereja Katolik, Arnoldus,Ende 1995 Art. 374 - 3794 G. Kirchberger, SVD, Op. Cit. p. 205 Ibid. 6 Ibid. p. 217 Ibid.8 Ibid. p. 229 Ibid. p. 4310 Ibid. p. 4411 Ibid. p. 4512 Ibid. 13 Ibid. 14 KatekismusGereja Katolik, Op. Cit. Art. 30115 G.Kirchberger, SVD, Op. Cit. p. 4616 KatekismusGereja Katolik, Op. Cit. Art. 306 - 30817 Ibid. Art.356 - 35818 Ibid. Art.299 - 30019 G.Kirchberger, SVD, Op. Cit. p. 47

B. Ajaran Iman Tentang Penciptaan *Ciptaan: Karya Tritunggal Mahakudus Pada mulanya Alah menciptakanlangit dan bumi (Kej. 1:1). Tiga hal dinyatakan dalam kata-kata Kitab Suciyang pertama ini: *Allah yang abadi menciptakan segala sesuatu yang ada di luar-Nya; * hanya Dia sendiri adalah Pencipta (bara (Verb - Ibr. selalu untuk subyekAllah); dan * segala sesuatuyang ada langit dan bumi bergantung dari Allah, yang memberikeberadaannya. Pada mulanya adalah Sabda danSabda itu adalah Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidakada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan (Yoh 1: 1-3).Perjanjian Baru mewahyukan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu oleh Sabda,putera-nya yang kekasih. Di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu yangada di sorga dan yang ada di bumi segala sesuatu diciptakan oleh Dia danuntuk Dia. Ia adalah terlebih dahulu dari segala sesuatu, dan segala sesuatuada di dalam Dia (Kol 1: 16-17). Iman Gereja memberikan juga kesaksianmengenai karya cipta Roh Kudus: Dialah yang menghidupkan (lih. rumusanSyahadat Nicea-Konstantinopel), Roh Pencipta (Veni, Crator Spiritus;),sumber segala kebaikan (bdk. rumusan liturgi Bisantin).Kesatuan yang tidak terpisahkan darikarya cipta Putera dan Roh dengan karya cipta Bapa dipratandai dalam PerjanjianLama (bdk.Kej 1: 2-3; Mzm 33: 6; 104: 30), diwahyukan dalam Perjanjian Baru,dan akhirnya diucapkan secara jelas dalam peraturan iman Gereja: Hanya satuadalah Allah dan Pencipta Ialah Bapa, Ialah Pencipta, Ialah pengasal danpembentuk, yang oleh Diri Sendiri(artinya: oleh Sabda-Nya dan kebijaksanaan-Nya mengadakan segala sesuatu(bdk. Ireneus, haer, 2,30,9); oleh Putera dan Roh yang seakan-akan adalahtangan-Nya (bdk. Ireneus, haer, 4,20,1). Maka ciptaan adalah karya bersamaTritunggal Mahakudus.Dunia Diciptakan Demi KemuliaanAllah Kitab Suci dan tradisi selalumengajar dan memuji kebenaran pokok: Dunia diciptakan demi kemuliaan Allah(KV I: DS 3025). Tuhan menciptakan segala sesuatu bukan untuk menambahkemuliaan-Nya, melainkan untuk mewartakan dan menyampaikan kemuliaan-Nya (St.Bonaventura, sent. 2,1,2,2,1). Tuhan tidak mempunyai alasan lain untukmencipta, selain cinta-Nya dan kebaikan-Nya (bdk. kata-kata St. Thomas Aquinas:Makhluk ciptaan keluar dari tangan Allah yang dinuka dengan kunci cinta Thomas Aqu. sent.2,prol.). Tentang hal ini, Konsili Vatikan I menjelaskan: Satu-satunya Allah yang benar ini telah mencipta dalamkebaikan-Nya dan kekuatan-Nya yang mahakuasa bukan untuk menambahkebahagiaan-Nya, juga bukan untuk mendapatkan kesempurnaan, melainkan untukmewahyukan kesempurnaan-Nya melalui segala sesuatu yang Ia berkan kepadamakhluk ciptaan karena keputusan yang sepenuhnya bebas, memnciptakan sejak awalwaktu dari ketidak-adaan sekaligus kedua ciptaan, yang rohani dan yang jasmani (DS 3002)Misteri PenciptaanIman akan Penciptaan adalah misteriyang tampak dalam rumusan iman berikut: Allah Mencipta Dalam KebijaksanaanKita percaya bahwa Allah menciptakan dunia menurutkebijaksanaan-Nya. Dunia bukanlah hasil dari salah satu keutuhan, satu takdiryang buta atau kebetulan. Kita percaya bahwa ia berasala dari kehendak Allahyang bebas, yang berkenan membuat makhluk ciptaan mengambil baian dalan ada-Nya,dalam kebijaksanaan-Nya dan dalam kebaikan-Nya: Sebab Engkaulah telahmenciptakan sedala sesuatu; dan oleh karena kehendak-mu semuanya itu ada dandiciptakan (Why 4: 11). Tuhan, betapa banyak perbuatan-Mu, sekaliannyaKaujadikan dengan kebijaksanaan (Mzm 104: 24). Tuhan itu baik kepada semuaorang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya (Mzm 145: 9). Allah Mencipta dari ketidakadaan Kita percaya bahwa Alah dalam mencipta seala sesuatu tidakmembutuhkan bantuan apa pun (bdk KV I, DS 3022). Ciptaan itu pun tidak mengalirsecara paksa dari dari substansi ilahi (bdk. KV I, DS 3023-3024). Allahmencipta dengan bebas dari ketiadaan (DS 800;3025)Iman mengenai penciptaan dari ketiadaan dinyatakan dalamkitab Suci sebagai satu kebenaran yang penuh dengan janji dan harapan (bdk.kisah seorang ibu dalam Makabe 2 menguatkan ketujuh anaknya untuk menerimapenderitaan demi iman).Karena Allah dapat mencipta dari ketidak-adaan, dapatlah Iaoleh Roh Kudus memberikan kepada para pendosa kehidupan jiwa, denganmencipta-kan hari yang murni di dalam mereka (bdk Mzm 51:12), dan memberikankehidupanbadan kepada yang meninggal, dengan membangkitkan badan itu, karena Iaadalah Allah yang menghidupkan orang mati dan menjadikan dengan firman-Nya apayang tidak ada menjadi ada (Rm 4:17). Dan karena Ia mampu memancarkan cahayadari kegelapan melalui Sabda-Nya (bdk. Kej 1:3), Ia juga dapat menganugerahkancahaya iman kepada mereka yang tidak mengenal-Nya (bdk. 2Kor 4:6). Allah Mencipta satu dunia yang teratur dan baikKarena Allah mencipta dengan kebijaksanaan, maka ciptaan ituteratur: Akan tetapi segala-galanya telah Kauatur menurut ukuran, jumlah dantimbangan (Keb 11:20). Dalam Sabda abadi dan melalui Sada abadi, gambar Allahyang tidak kelihatan itu (Kol 1:15), terjadilah ciptaan. Ciptaan ditentukanuntuk manusia, yang adalah citra Allah (bdk. Kej 1:26); ia yang dipanggil untukhubungan pribadi dengan Allah, disapa-Nya. Apa yang Allah katakan kepada kitamelalui ciptaan-Nya (bdk. Mzm 19:2-5), dapat diketahui oleh akal budi kita,yang mengambio bagian dalam cahaya budi ioahi, walau-pun bukan tanpa susahpayah yang besar dan hanya dalam satu sikap yang rendah hati dan khikmatterhadap pencita dan karya-Nya (bdk. Ayub 42:3). Karena ciptaan itu berasaldari kebaikan Allah, maka ia mengambil bagian dalam kebaikan itu (bdk. refrenkisah penciptaan Allah melihat baik adanya). Ciptaan dikehendaki oleh Allahsebagai hadiah kepada manusia, sebagai warisan, yang ditentukan untuknya dandipercayakan kepadanya. Untuk itu Gereja berulang kali harus membela bahwaciptaan, termasuk dunia jasmani, itu baik adanya (bdk. DS 286, 455-463,800,1333, 3002). Allah itu Agung, MelebihiCiptaan dan Hadir Di Dalam Ciptaan Allah itu jauh melampaui segala karya-Nya (bdk. Sir 43:28).Ya Tuhan, betapa mulia nama-Mu di seluruh bumi (Mzm 8:2); kebesaran-Nya takterduga (Mzm 145:3). Tetapi karena Ia adalah Pencipta yang bebas dan mulia,sebab pertama dari segala sesuatu yang ada, Ia pun hadir dalam hakikat makhlukciptaan-Nya: Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada (Kis17:28). St. Agustinus mengatakan, Allah itu lebih tinggi daripada diriku yangtertinggi dan lebih akrab daripada diriku yang terakrab (conf. 3,6,11) Allah Memelihara dan Menopang CiptaanSesudah memcipta, Allah tidak menyerahkan ciptaan-Nya begitusaja kepada basibnya. Ia tidak hanya memberi kepadanya adanya dan eksistensi,tetapi Ia juga memeliharanya setiap saat dalam adanya itu, memberi kepadanyakemungkinan untuk bergiat dan mengantarnya menuju tujuannya. Mengakuiketergantugan yang sepenuhnya itu kepada Pencipta, menghasilkan kebijaksanaandan kebebasan, kegembiraan dan kepercayaan. (bdk. Keb 11: 24-26). *) Diambil dari Katekismus Gereja Katolik, terbitan Nusa Indah, Ende