Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

35

Click here to load reader

description

artikel teori akuntansi

Transcript of Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

Page 1: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

ACCOUNTING THEORY

HUBUNGAN AGENCY THEORY DAN EARNING MANAGEMENT DALAM

PRAKTIK TATA KELOLA PERUSAHAAN (CORPORATE GOVERNANCE) DAN

USEFULNESS SUATU INFORMASI AKUNTANSI

(Sebuah Telaah Teoritis)

Oleh :

Muhammad Abadan Syakura

(116020310011012)

Dosen Pengampu MK :

Prof. Dr. Bambang Subroto, MM., Ak.

Dr. Zaki Baridwan.Msi, Ak

Abstract

The purpose of writing this article / paper is to discuss about the relationship and the role of agency theory and the practice of earnings management in the development of corporate governance and the usefulness of accounting information. Agency theory arise because of different interests that give rise to information asymmetry, this resulting in conflicts between owners (principals) and managers (agents), meaning that the owner actually wanted to obtain information open and contain elements of truth proclaimed by managers, while managers do not fully provide information that should be obtained by the owner, who in turn gave rise to a conflict in the form of information asymmetry. There is a relationship between agency theory with accounting theory. The linkage between the agency theory of accounting theory because agency theory is a major problem resolution of accounting theory in determining the choice of accounting method optimal procedure with a specific purpose. Implications of accounting choice ultimately depends on the variables that represent management incentives to choose accounting methods with bonus plans, debt contracts, and the political process. The existence of information asymmetry raises an opportunity for management to perform earnings management may benefit himself. At first glance, it appears that earnings management is closely linked to the rate of profit (earnings) or an organization's business performance. This is not strange because the rate of profit or the profit obtained is often associated with performance management as well as it is a common that the size of the bonus to be received by the manager depends on the size of the profit earned. Earnings management itself can not be interpreted as an effort to adverse negative because it does not always profit-oriented management of earnings manipulation. The issue of the emergence of good corporate governance background by the conflict of interest between the owner (principal) and management (agent), and between majority shareholders and minority shareholders. Therefore accounting research related to corporate governance and earnings management always refer to positive accounting theory and agency theory. Corporate governance structure is designed to support the course of the organization's activities

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 1

Page 2: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

responsibly and controlled by reference to the principles of good corporate governance (Transparency, Accountability, Responsibility, Independence, and Fairness) and increase the benefits (usefulness) of financial statements in view of the investor. The most important to understand here why the accounting information contained in financial statements useful. This is because the main purpose of financial accounting is to provide information useful (usefulness) for the users (end users / investors) in decision-making (decision making).Keywords: Agency Theory, Earnings Management, Positive Accounting Theory, Information Asymmetry, Corporate Governance, Useful of Financial Statements, Accounting Research.

Abstrak

Tujuan penulisan artikel / paper ini adalah untuk membahas tentang hubungan dan peranan teori keagenan dan manajemen laba dalam perkembangan praktik tata kelola perusahaan (corporate governance) dan usefulness suatu informasi akuntansi. Teori keagenan (agency theory) timbul karena adanya perbedaan kepentingan yang menimbulkan informasi asimetri (asimetry information), sehingga terjadi konflik antara pemilik (principal) dan manajer (agent), artinya bahwa pemilik sesungguhnya menghendaki perolehan informasi secara terbuka dan mengandung unsur kebenaran yang disampaikan oleh manajer, sementara manajer tidak sepenuhnya memberikan informasi yang seharusnya diperoleh oleh pemilik, yang pada akhirnya memunculkan suatu conflict berupa asimetri informasi. Ada keterkaitan antara teori keagenan dengan teori akuntansi. Keterkaitan antara teori keagenan dengan teori akuntansi, adalah teori keagenan merupakan resolusi masalah utama dari teori akuntansi dalam menentukan pilihan prosedur metode akuntansi yang optimal dengan tujuan tertentu. Implikasi atas pilihan akuntansi pada akhirnya bergantung pada variabel-variabel yang merepresentasi insentif manajemen untuk memilih metode akuntansi dengan rencana bonus, kontrak utang, dan proses politis. Adanya asimetri informasi memunculkan suatu peluang bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba yang bisa saja menguntungkan dirinya sendiri. Sekilas, tampak bahwa manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba (earnings) atau prestasi usaha suatu organisasi. Hal ini tidaklah aneh karena tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh sering dikaitkan dengan prestasi manajemen disamping memang adalah suatu yang lazim bahwa besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh. Manajemen laba itu sendiri tidak dapat diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Isu munculnya good corporate governance dilatar belakangi oleh adanya konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan pihak manajemen (agen), dan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Oleh karena itu riset akuntansi yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan dan manajemen laba selalu mengacu pada teori akuntansi positif dan teori agensi. Struktur corporate governance didesain untuk mendukung jalannya aktivitas organisasi secara bertanggungjawab dan terkendali dengan mengacu pada prinsip-prinsip GCG (Tranparansi, Akuntabilitas, Responsbility, Independensi, dan Fairness) serta menambah manfaat (usefulness) laporan keuangan dalam pandangan penanam modal. Penting dipahami di sini mengapa informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan bermanfaat. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari akuntansi keuangan ialah menyajikan informasi yang bermanfaat (usefulness) bagi para pemakai (end users / investor) dalam pengambilan keputusan (decision making).Kata Kunci : Teori Keagenan, Manajemen Laba, Teori Akuntansi Positif, Asimetri Informasi, Tata Kelola Perusahaan, Manfaat Laporan Keuangan, Riset Akuntansi.

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 2

Page 3: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

I. PENDAHULUAN

Tujuan setiap perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang dapat

diukur dari harga saham perusahaan yang bersangkutan. Tetapi selain tujuan ini, seorang

manajer mungkin memiliki tujuan lain yang bertentangan dengan maksimalisasi kekayaan

pemegang saham. Seorang manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan

kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan

untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini

seringkali menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan (agent conflict).

Permasalahan (agent conflict) yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan

antara pemilik perusahaan dan manajer dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1)

informasi mengenai laba yang merupakan salah satu parameter untuk mengukur kinerja

manajemen, (2) adanya pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan, dimana

manajemen tidak merasakan langsung akibat adanya kesalahan dalam pembuatan keputusan

bisnis karena risiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh para pemegang saham.

Kaitan antara agency theory dan teori akuntansi menjelaskan bahwa agency theory

dipandang sebagai resolusi masalah utama dalam teori positif dengan asumsi teori agensi

lebih menekankan pada kontrak sukarela yang muncul diantara berbagai pihak

organisasional sebagai solusi yang efisien terhadap konflik-konflik kepentingan. Teori

tersebut mengembangkan pandangan tentang perusahaan sebagai sebuah ”rangkaian

kontrak”/“nexus of contracts” dengan pernyataan Jansen dan Meckling (1976) bahwa

perusahaan adalah “fiksi legal yang melayani sebagai sebuah rangkaian seperangkat

hubungan kontrak diantara individu”.

Hubungan agency theory dengan riset akuntansi lebih mengarah kepada

pemahamannya sebagai teori keuangan modern dan merupakan suatu dimensi penelitian

akuntansi positif (positive accounting research). Sebagai suatu bagian dari positive

accounting research maka agency theory menjadi teori yang didominasi oleh kepercayaan

tentang realitas fisik, yang mengklaim bahwa terdapat dunia atau realitas obyektif yang

berada di luar diri manusia.

Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, informasi laba

merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen.

Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings

power perusahaan di masa yang akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan

laba ini disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan

informasi laba tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang, yang salah

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 3

Page 4: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

satu bentuknya adalah earnings management.

Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang

saham dan debtholders, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk

memaksimumkan kesejahteraan mereka sendiri. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini

seringkali menimbulkan masalah-masalah yang disebut dengan masalah keagenan (agency

conflict). Manajemen laba merupakan salah satu masalah keagenan yang terjadi karena

adanya pemisahan antara pemegang saham dengan manajemen perusahan.

Earning management atau manajemen laba berhubungan erat dengan teori keagenan

atau Agency Theory. Adanya asimetri informasi memunculkan suatu peluang bagi

manajemen untuk melakukan manajemen laba yang bisa saja menguntungkan dirinya sendiri.

Sekilas, tampak bahwa manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba

(earnings) atau prestasi usaha suatu organisasi. Hal ini tidaklah aneh karena tingkat

keuntungan atau laba yang diperoleh sering dikaitkan dengan prestasi manajemen disamping

memang adalah suatu yang lazim bahwa besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh

manajer tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh. Oleh sebab itu tidaklah

mengherankan bila manajer sering berusaha menonjolkan prestasinya melalui tingkat

keuntungan atau laba yang dicapai.

Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat

laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena mereka

mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajemen laba menjadi

menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam

melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan

munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk memanage atau mengatur data

keuangan yang dilaporkan. Perlu dicatat disini bahwa manajemen laba tidak harus dikaitkan

dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong

dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur

keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting

regulations. Melihat kenyataan semakin menariknya topik manajemen laba bagi para peneliti

akuntansi, khususnya, dan para pemerhati manajemen, penulis mencoba mengungkap

fenomena tersebut.

Riset akuntansi yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan dan manajemen laba

selalu mengacu pada teori akuntansi positif dan teori agensi. Riset mengenai tata kelola

perusahaan (corporate governance) masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti seiring

dengan terbukanya skandal keuangan berskala besar (misalnya skandal Enron Corp, Tyco,

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 4

Page 5: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

Worldcom Inc., Xerox Corp.,) yang melibatkan akuntan. Kasus-kasus ini memunculkan

pertanyaan mengapa suatu perusahaan kelas dunia dapat mengalami hal yang sangat tragis

dengan mendeklarasikan bangkrut justru setelah hasil audit keuangan perusahaannya

dinyatakan pendapat tanpa kualifikasi (unqualified opinion). Di Indonesia, kasus Lippo

merupakan salah satu skandal akuntansi yang sangat menonjol di tahun 2003. Skandal Bank

Lippo adalah berkaitan dengan pelaporan keuangan, dengan diterbitkannya dua versi laporan

keuangan, yaitu antara yang diterbitkannya ke Bursa Efek Jakarta dan yang dipublikasikan.

Di Indonesia, praktik GCG telah diatur dalam beberapa undang-undang dan peraturan,

sehingga implementasi prinsip-prinsip GCG salah satunya didorong oleh kepatuhan terhadap

regulasi (seperti UU PT no 40/2007, peraturan Bapepam-LK, Peraturan Bank Indonesia no

8/4/PBI/2006 yang dirubah menjadi no 8/14/2006 tentang Peraturan GCG bagi bank umum).

Hasil riset yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)

terhadap 52 perusahaan publik (yang masuk dalam LQ45 periode Juli 2000 s/d Juni 2001)

menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menyatakan arti pentingnya GCG, namun

65% responden menyatakan menerapkan GCG karena memang regulasi mengehendaki hal

tersebut, 30% menyatakan GCG sebagai bagian dari budaya perusahaan.

Laporan Keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk

menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan

tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keputusan ekonomi yang mereka lakukan.

Pentingnya laporan keuangan juga diungkapkan bahwa laporan keuangan merupakan sarana

untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajer atas sumber daya pemilik.

Implementasi GCG diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan

dalam menghasilkan laporan keuangan yang trusted. Kinerja perusahaan meningkat

berdampak pada kesejahteraan pihak manajemen perusahaan dan pemegang saham

(shareholders). Namun disisi lain, pihak manajemen berpotensi melakukan tindakan-tindakan

melalui pemilihan kebijakan akuntansi yang berdampak positif pada kepentingan mereka

sendiri, dan sangat mungkin terjadi apa yang dilakukan oleh pihak manajemen akan

berdampak negatif bagi kepentingan pemilik perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976; Fama

dan Jensen, 1983; Morck et al. (1989). Karena itu, implementasi GCG adalah menjadi

alternatif untuk mengurangi praktik manajemen laba.

Manajemen laba muncul pada saat peneliti akuntansi mencoba mengkaitkan

hubungan antara suatu variabel ekonomi tertentu dan upaya manajer untuk mengambil

manfaat atas variabel tersebut. Manajemen laba yang berlebihan akan mengurangi manfaat

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 5

Page 6: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

(usefulness) laporan keuangan dalam pandangan penanam modal (Scott, 2009). Magnan dan

Cormier (1997) mengungkapkakan bahwa ada tiga alasan utama manajer melakukan praktik

manajemen laba yaitu minimalisasi political cost, maksimalisasi kesejahteraaan manajer

(manager wealth maximization) dan minimisasi biaya (minimization of financing costs).

Efektivitas pelaksanaan corporate governance sangat tergantung dari peran atau

actions yang dilakukan oleh elemen-elemen dalam struktur corporate governance. Elemen-

elemen tersebut adalah komisaris baik dari unsur independen maupun bukan, komite audit,

kepemilikan saham oleh insitusi, kepemilikan saham dan jasa audit dari Kantor Akuntan

Publik (KAP) yang bereputasi. Harapannya adalah semakin efektif peran yang dilakukan oleh

elemen-elemen struktur corporate governance, semakin meningkatkan kualitas informasi

akuntansi dari sudut pandang users.

II. PEMBAHASAN

SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI AGENCY

Agency theory lahir sekitar tahun 1970an, berawal dari adanya bentuk koorporasi

yang memisahkan dengan tegas antara kepemilikan perusahaan dengan kontrol atau dengan

kata lain ada pemisahan yang jelas antara pemilik perusahaan dengan pihak manajemen.

Semakin rumit dan besarnya suatu perusahaan membuat pihak pemilik tidak bisa secara

intensif mengelola perusahaannya, sehingga meminta pihak manajemen untuk mengelola

kelangsungan hidup perusahaan dalam usahanya mendapatkan profit. Selanjutnya manajemen

dianggap sebagai “agent” dan pemilik dianggap sebagai “principal”. Hubungan tersebut oleh

banyak ahli disebut dengan hubungan keagenan (agency relationship).

Definisi Teori Agency

William R. Scott (2003) memberikan definisi tentang agency theory sebagai berikut:

”Agency theory is a branchof game theory that studies the design of contrac ts

to motivate a rational agent to act on behalf of a principal when the agent’s interest

would otherwise conflict with those of the principal”

Jensen dan Meckling (1976) memberi definisi tentang agency relationship sebagai

berikut:

“An agency relationship is defined as “ a contract under which one

or more persons (principal(s)) engage another person (the agent) to

perform some service on their behalf which involves delegating some

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 6

Page 7: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

decision making authority to agent” (Jensen and Meckling, 1976, p 308,

lihat Kelly, 1987, 194).”

Definisi yang diutarakan oleh Jensen dan Meckling, mengandung pengertian bahwa

suatu pendelegasian wewenang telah diberikan oleh pihak pemilik kepada pihak perusahaan

dalam bentuk pembuatan keputusan dalam perusahaan. Dalam konteks perusahaan,

manajemen bertindak sebagai orang yang diberi amanah oleh pemilik modal (Shareholder

dan bondholder). Hubungan tersebut memberi konsekuensi, manajemen yang bertindak atas

nama perusahaan dituntut melaksanakan kepentingan principal, dengan kata lain manajemen

yang telah diberi otorisasi dalam pengambilan keputusan secara sadar harus bertindak dalam

konteks yang memberi keuntungan pada kepentingan principal.

Masalah yang timbul dari agency relationship ini sebenarnya bermula dari adanya

hasrat pihak manajemen untuk tidak bertindak demi kepentingan terbaik dari principal.

Contoh klasik dari fenomena ini, dimana pemilik dari perusahaan menyewa atau

mempekerjakan seorang manajer untuk mengopersikan perusahaanya dan menginginkan

manajemen untuk membuat keputusan-keputusan yang memberi nilai tambah bagi kekayaan

pemilik, tetapi manajemen malah tidak bertindak seperti yang diinginkan oleh principal.

Manajemen seringkali membuat keputusan yang memaksimalkan kekayaan diri manajemen

daripada untuk memaksimalkan kekayaan principal. Dimana manajemen sering melakukan

aktivitas yang tidak efesien dengan mengkonsumsi natura perusahaan yang tentunya

merupakan beban dari principal.

Bermula dari konflik kepentingan tersebut, agency theory dilahirkan sebagai suatu

jembatan bagi para pelaku bisnis dalam menganalisa tindakan dari pihak-pihak yang terlibat

hubungan keagenan dalam kaitannya dengan laporan keuangan. Agency theory sendiri

sebenarnya merupakan sebuah teori deskriptif yang berusaha menjelaskan hubungan teori

akuntansi positif dengan praktek akuntansi dalam hubungan keagenan. Sebagai suatu teori

deskriptif agency theory mengandung nilai-nilai penjelasan, seperti misalnya penggunaan

historical cost. Oleh karena itu dalam teori agency harus dijelaskan seluk-beluk yang

berkaitan dan mendasari penggunaan historical cost tersebut.

Kelly (1987, 183, dalam Jensen dan Meckling, 1976) memberi penjelasan tentang

agency theory sebagai berikut: “Agency theory is used to explain reactions of the

constracting parties to changes in methods of accounting measurements”. Kiswara (1999, 5-

8); Zimmer dan Whittred (1990, 21-37), lebih lanjut mendefinisikan bahwa agency theory

adalah suatu teori deskriptif yang menjelaskan tentang agency relationship, asumsi dasar

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 7

Page 8: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

yang mendasari dalam hubungan tersebut, konflik yang melekat dan biaya-biaya yang terjadi

dari hubungan keagenan tersebut serta hal-hal yang berkaitan dengan perubahan dan

pemilihan metode akuntansi. Secara garis besar agency theory memberikan gambaran tentang

laporan keuangan dengan teori akuntansi menurut asal muasalnya dan menjelaskan mengenai

perancangannya yang didasarkan pada teori ekonomi, asumsi dasar perilaku manusia, dan

problem resiko yang kesemuanya termaktub dalam agency theory itu sendiri (Kiswara,

1999,8). Sedangkan menurut Copeland dan Weston (1988, p.20) seperti yang dikutip oleh

Roslender (1992, 161) menyatakan bahwa ukuran dan pertimbangan penting dalam agency

theory adalah perefleksian sifat dari problem yang ditimbulkan dalam agency relationship;

yakni apakah manajer mempunyai insentif yang bagus untuk memaksimalkan kekayaan

shareholder. Ditambahkan juga bahwa penekanan dalam agency theory adalah pada problem

agency cost yang timbul dalam organisasi bisnis modern.

Seperti yang dijelaskan diatas Jensen dan Meckling (1976) merumuskan bahwa

perusahaan merupakan "fiksi legal yang melayani seperangkat hubungan kontrak” sehingga

terdapat pandangan yang menyatakan bahwa perusahaan sebagai “sekumpulan kontrak”

(nexus of contracts). Dalam perkembangannya pandangan "nexus of contracts" cakupannya

meluas sampai ke pasar modal serta pasar bagi perilaku manajerial. Selanjutnya Jensen dan

Meckling juga mengintegrasikan elemen-elemen teori keagenan dengan sifat-sifat teoretis

suatu kebenaran dan teori keuangan dalam rangka mengembangkan teori struktur

kepemilikan perusahaan. Mereka juga memberikan definisi konsep kos keagenan (agency

cost) serta menggambarkan hubungan-hubungan yang terjadi untuk dapat memisahkan dan

mengendalikan isu-isu tentang kos. Di samping itu, juga meneliti sifat-sifat kos tersebut

khususnya kos keagenan yang dihasilkan melalui tambahan utang dan modal yang berasal

dari luar perusahaan. Tujuan utamanya adalah dapat mengidentifikasi siapa yang

menghasilkan kos tersebut dan mengapa kos tersebut dihasilkan.

Kos keagenan muncul karena para prinsipal ingin memastikan apakah agen

mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan kepentingannya. Untuk mencapai

maksud tersebut mereka dapat menggunakan insentif kompensasi dan melakukan

pemantauan (monitoring), misalnya dalam bentuk audit. Kos pemantauan (monitoring cost)

yang muncul merupakan salah satu bentuk kos keagenan. Sebaliknya, manajer juga akan

termotivasi untuk memberikan jaminan tertentu kepada prinsipal. Kos yang dikeluarkan

untuk keperluan pemberian jaminan disebut dengan kos penjaminan (bonding cost).

Meskipun telah dilakukan pemantauan oleh prinsipal dan penjaminan oleh agen, tetap terjadi

perbedaan antara keputusan yang diambil agen dengan keputusan yang menghasilkan

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 8

Page 9: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

manfaat maksimal bagi prinsipal. Perbedaan nilai keputusan ini disebut dengan kerugian sisa

(residual loss) sehingga komponen kos keagenan adalah kos pemantauan, kos penjaminan,

dan kerugian sisa. Eisenhardt (1989) menegaskan bahwa teori keagenan merupakan suatu

teori yang penting sekalipun bersifat kontroversi karena (1) teori keagenan merupakan

tawaran pengetahuan yang unik ke dalam sistem informasi, terkait dengan adanya

ketidakpastian serta insentif-insentif dan risiko dan (2)teori keagenan merupakan suatu

perspektif empirik yang valid, terutama ketika dirangkai dengan perspektif-perspektif yang

bersifat komplementer.

Machfoedz. (1997 ) mengemukakan bahwa problem yang timbul dari hubungan kerja

antara dua pihak-pemberi kerja (principal) dan pelaksana pekerjaan (agent) disebabkan dua

hal: pertama, keterbatasan pihak pemberi kerja atau pemilik untuk memperoleh informasi dari

pemegang pekerjaan atau manajemen setiap saat yang dikehendaki oleh pemilik; kedua, sikap

yang berbeda antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) dalam menghadapi dan

menerima resiko (Machfoedz,1997). Jensen dan Meckling (1976), juga menyebutkan bahwa

ada dua konflik potensial dari keberadaan kepentingan kedua pihak tersebut yaitu principal

sebagai pemberi kerja dan agent sebagai pihak yang diberi kerja. Dua konflik tersebut

adalah shareholder / manager conflict yang menimbulkan agency cost of equity dan

bondholder / shareholder-management conflict yang menimbulkan agency cost of debt.

Munculnya Asimetri Informasi

Laporan akuntansi memang dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak,

termasuk manajemen perusahaan sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengannya,

sebenarnya, adalah para pengguna eksternal (di luar manajemen). Informasi akuntansi ini

penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam

kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Para pengguna internal (para manajemen)

memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahaannya dan mengetahui peristiwa-

peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi

akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Selain itu, ada pula masalah dalam

pengkomunikasian informasi akuntansi yang juga kompleks karena mereka (pengguna

eksternal) merupakan suatu kelompok yang heterogen dengan berbagai macam kepentingan.

Situasi ini akan memicu dan memacu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri

informasi (asymmetrical information/information asymmetry) yaitu suatu kondisi di mana ada

ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi

(preparer) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna

informasi (user). Atau, dengan istilah lain, ketidakseimbangan informasi antara agen di satu

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 9

Page 10: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

sisi dengan prinsipal pada sisi lainnya.

Ada dua tipe utama asimetri informasi (Scott, 2009). Yang pertama adalah adverse

selection, yaitu, bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui

lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor sebagai pihak

luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh

pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.

Tantangan bagi akuntansi di sini adalah bagaimana membawa informasi dari dalam ke luar

perusahaan, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan oleh para

investor, membatasi pihak dalam untuk mengeksploitasi keunggulan informasi mereka, serta

mendorong operasional pasar modal. Tipe kedua asimetri informasi adalah moral hazard,

yaitu, bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh

pemegang saham maupun pemberi pinjaman — kecuali pada perusahaan yang sangat kecil

sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang

melanggar ‘kontrak’ dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Di sini tantangan bagi akuntansi adalah untuk menyediakan alat ukur yang baik bagi

penilaian kinerja manajerial, terutama yang berhubungan erat dengan usaha manajer. Ini akan

mendorong adanya kontrak insentif untuk mengontrol kinerja manajer, melindungi pemberi

pinjaman, serta memberi informasi bagi pasar tenaga kerja pada level manajerial.

Hubungan Teori Agensi dengan Teori Akuntansi

Masalah utama dalam teori positif adalah untuk menentukan bagaimana prosedur

akuntansi mempengaruhi aliran kas dan dengan demikian, utilitas manajemen, fungsi untuk

memperoleh pencerahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan manajer atas

prosedur akuntansi. Resolusi terhadap masalah tersebut dipandu oleh asumsi teoritis sebagai

berikut Belkaoui (2004):

1. Teori agensi mungkin telah memulai dengan menekankan pada kontrak sukarela yang

muncul diantara berbagai pihak organisasional sebagai solusi yang efisien terhadap

konflik-konflik kepentingan ini. Teori tersebut mengembangkan pandangan tentang

perusahaan sebagai sebuah”rangkaian kontrak”/ “nexus of contracts” dengan pernyataan

Jansen dan Meckling bahwa perusahaan adalah “ fiksi legal yang melayani sebagai

sebuah rangkaian seperangkat hubungan kontrak diantara individu.” Fama memperluas

pandangan”rangkaian kontrak” ini dengan memasukkan pasar modal dan pasar bagi

tenaga kerja manajerial

2. Berkaitan dengan perspektif tentang perusahaan sebagai” rangkaian kontrak”, teori kos

perjanjian (terbaik contracting cost theory) memandang peranan informasi akuntansi

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 10

Page 11: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

sebagai alat pemantauan dan pemaksaan kontrak-kontrak ini untuk mengurangi biaya

keagenan dari konflik kepentingan tertentu. Satu konflik yang mungkin adalah konflik

kepentingan antara pemberi pinjaman dan pemegang saham perusahaan; dalam kasus

seperti itu, keputusan yang menguntungkan bagi pemeganga saham tidak selalu

merupakan yang bagi pemberi pinjaman. Hal ini mungkin menyebabkan perjanjian

pemberian pinjaman menghendaki adanya ketentuan tentang aturan pengukuran untuk

menghitung angka-angka akuntansi dengan tujuan untuk melindungi perjanjian

peminjaman. Kesepakatan lain yang mungkin adalah mewajibkan penggunaan angka-

angka akuntansi dari laporan keuangan auditan untuk memantau perjanjian tentang

kesepakatan yang meliputi kontrak konpensasi manajemen dan perusahaan secara

hukum. Sehingga teori kos perjanjian mengasumsikan bahwa metode akuntansi dipilih

sebagai bagian dari proses maksimisasi kemakmuran.

Implikasi kedua proposisi tersebut adalah bahwa manajemen memilih suatu pilihan

prosedur akuntansi yang optimal dengan tujuan tertentu. Masalah utama pendekatan positif

terletak pada penentuan faktor-faktir apakah yang mungkin mempengaruhi pilihan yang

optimal, dengan dipandu oleh asumsi teori agensi dan teori kos perjanjian.

Pilihan akuntansi tergantung pada variabel-variabel yang merepresentasi insentif

manajemen untuk memilih metode akuntansi dengan rencana bonus, kontrak utang, dan

proses politis. Sehingga akibatnya tiga hipotesis dihasilkan (Watts & Zimmerman, 1990):

1. Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis) menyatakan bahwa manajer

perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode

akuntansi yang meningkatkan income yang dilaporkan pada periode berjalan.

Alasannya adalah tindakan seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai

bonus jika tidak ada penyesuaian untuk metode yang dipilih.

2. Hipotesis utang ekuitas (debt equity hypothesis) menyatakan bahwa semakin tinggi

rasio utang / equitas suatu perusahaan, yang equivalen dengan semakin dekatnya

(yaitu” semakin ketat”) perusahaan terhadap kendala-kendala dalam perjanjian utang

dan semakin besar probabilitas pelanggaran perjanjian dan terjadinya kos kemacetan

teknis, semakin mungkin manajer untuk menggunakan metode-metode akuntansi

yang meningkatkan income.

3. Hipotesis kos politis (political cost hypothesis) menyatakan bahwa perusahaan besar

lebih mungkin untuk menggunakan pilihan akuntansi yang mrngurangi profit yang

dilaporkan daripada perusahaan kecil.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) hubungan agensi muncul ketika satu orang atau

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 11

Page 12: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

lebih (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan

kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Bagi

Scott (1997), hubungan pemilik-manajer dalam teori agensi merupakan sebuah proksi untuk

sejumlah besar investor dan manajer, yang menggambarkan pemisahan antara kepemilikan

dan pengendalian, sebagai sebuah model untuk dua individu yang rasional dengan

kepentingan yang saling bertentangan.

Hubungan Teori Agensi dengan Research Akuntansi

Agency theory merupakan teori yang utama dalam keuangan modern dan merupakan

suatu dimensi penelitian akuntansi positif (positive accounting research). Sebagai suatu

bagian dari positive accounting research maka agency theory menjadi teori yang didominasi

oleh kepercayaan tentang realitas fisik, yang mengklaim bahwa terdapat dunia atau realitas

obyektif yang berada di luar diri manusia. Sebagai konsekuensinya teori ini hanya bisa di

peroleh atau dianggap ilmiah bila subyek dapat secara tepat dan obyektif menemukan realitas

obyektif tadi (Chua, 1986). Oleh karenanya teori ini merupakan suatu ilmu atau teori yang

bebas nilai sehingga akuntanpun hukumnya haram untuk memberikan pertimbangan nilai

(value judgement) atas laporan atau informasi yang ia hasilkan dalam hubungannya dengan

hubungan keagenan tersebut. Dengan memakai asumsi seperti itu, yaitu obyektivitas dan

kenetralan yang tinggi. Dimana angka-angka yang ada dalam akuntansi dianggap angka-

angka “sakral” yang membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi pihak-pihak yang

berkepentingan melalui pengambilan keputusan mereka.

Asumsi yang dipakai dalam agency theory sebenarnya merupakan perefleksian dari

ideologi kapitalisme Marx dalam bukunya Capital volume III (Giddens, 1985) telah memberi

suatu pandangan bahwa adanya suatu pemisahan yang tegas antara kepemilikan dengan

kontrol dalam perusahaan merupakan transformasi dari nilai-nilai kapitalisme. Seperti Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ali Irfan (2002) bahwa informasi akuntansi yang harusnya

memberikan suatu kejujuran dalam pelaporan keuangan sangat perlu untuk ditinjau dan dikaji

lebih dalam berkaitan dengan hubungan keagenan tersebut.

SEJARAH MUNCULNYA MANAJEMEN LABA

Manajemen laba muncul pada saat peneliti akuntansi dan manajemen keuangan

mencoba meneliti hubungan antara variabel-variabel ekonomi tertentu dan upaya manajer

untuk mengambil manfaat atas variabel tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan teori akuntansi

positif dari Watts dan Zimmerman (1990) yang menjelaskan bahwa suatu teori akuntansi

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 12

Page 13: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

yang berusaha mengungkapkan faktor-faktor ekonomi tertentu atau ciri-ciri suatu unit usaha

tertentu bisa dikaitkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan.

Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas

laporan keuangan, menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai

laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba

tanpa rekayasa. Manajemen laba yang berlebihan akan mengurangi usefulness laporan

keuangan dalam pandangan penanam modal (Scott, 2009: 403).

Munculnya praktik manajemen laba karena manajer memiliki akses informasi yang

lebih dibandingkan dengan pihak lainnya. Jansen dan Meckling (1976) dan Watts dan

Zimmerman (1990) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka

akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik di antara pihak-pihak yang

berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai

pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai

sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya, serta memberikan

kompensasi kepada agen.

Beberapa pendapat yang mengatakan bahwa manajemen laba dilakukan karena

didorong oleh adanya kepentingan-kepentingan pribadi manajer. Healey (1985) dalam

papernya yang berjudul “the effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions”

mengungkapkan bahwa manajer melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan

kepentingan bonus manajer. Schipper (1989) mengungkapkan bahwa manajemen laba

dianggap sebagai suatu intervensi pihak manajemen dengan tujuan tertentu dalam proses

pelaporan keuangan (financial reporting) untuk pihak eksternal, dengan tujuan untuk mem-

peroleh beberapa keuntungan pribadi. Mempertegas pendapat sebelumnya, Belkaoui (2004)

menyatakan bahwa manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan

tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Scott (2009) pandangan yang lebih luas tentang manajemen laba mengungkapkan

bahwa manajemen laba dapat dipandang menjadi dua perspektif yaitu: 1) perspektif

pelaporan keuangan (financial reporting), yang mana dalam perspektif ini manajer

menggunakan manajemen laba untuk kepentingan peramalan atas laba sehingga akan

terhindar dari reaksi negatif para investor, dan 2) perspektif kontraktual (contracting

perspective), yang mana dalam perspektif ini manajer menggunakan manajemen laba untuk

melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak

terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian,

manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba,

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 13

Page 14: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba

sepanjang waktu. Scott (2009), mendefinisikan manajemen laba adalah sebagai berikut:

“Earnings management is the choice by a manager of accounting policies, or actions affecting earnings, so as to achieve some specific reported earnings objective.”

Ditinjau dari sisi teori akuntansi positif, manajemen laba yang dilakukan eksekutif

dapat dijelaskan melalui teori kontrak (Godfrey et al., 1997) dalam Baridwan (2000). Proses

kontrak tersebut menghasilkan hubungan keagenan. Hubungan keagenan muncul ketika

prinsipal mengontrak pihak lain (agen) untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh

prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976). Dengan kontrak tersebut prinsipal mendelegasikan

wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Ternyata hubungan tersebut konflik karena,

baik prinsipal maupun agen, keduanya merupakan pihak yang mempunyai sifat, yaitu

memaksimumkan kesejahteraannya (utility maximiser). Oleh sebab itu, tidak ada alasan yang

dapat digunakan untuk menempatkan keyakinan bahwa agen akan selalu bertindak untuk

kepentingan prinsipal. Masalah keagenen muncul karena perilaku oportunis agen. Agen

cenderung memaksimumkan setiap peluang yang ada untuk memaksimumkan

kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan prinsipal.

MUNCULNYA GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Di Era Globalisasi dan Pasar bebas, negara-negara di dunia dituntut untuk

menerapkan sistem dan paradigma baru dalam pengelolaan bisnis yaitu kegiatan bisnis yang

berbasis prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang dikenal dengan istilah Good

Corporate Goverance (GCG). Isu munculnya good corporate governance dilatar belakangi

oleh adanya konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan pihak manajemen, dan antara

pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Manajer berperan sebagai agen

dalam suatu perusahaan dan diberi kewenangan untuk mengurus jalannya perusahaan dan

mengambil keputusan atas nama pemilik. Dengan superioritas informasi yang dimilliki oleh

manajer, memungkinan manajer memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemegang

saham (pemilik).

Lemahnya penerapan Good Corporate Goverance (GCG) sering disebut sebagai salah

satu penyebab krisis keuangan di negara-negara di Asia, hal ini dikarenakan semakin

terpisahnya hubungan para pemegang saham dengan manajemen, kurangnya transparan

perusahaan dalam pelaporan kinerja keuangan, semakin tidak terkendalinya pengelolaan dan

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 14

Page 15: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

pengambilan keputusan yang terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan dan tidak

effektifnya komite pengawas. Hal ini akan menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai

tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu profit dan market value yang

maksimal (Herdiwidayatmo, 2000).

Kata ‘governance’ diterjemahkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance

(KNKG) sebagai ’tata kelola‟. ’Governance’ berbeda dengan ‘management’. Lukviarman

(2005) berpendapat bahwa manajemen berhubungan dengan manage the things, sehingga

merupakan mekanisme yang akan menjamin bahwa segala sesuatu “dilakukan secara benar”

(doing things right), sedangkan governance merupakan mekanisme untuk melakukan

“sesuatu yang benar” (doing the right things). Pilar utama yang menyusun suatu sistem

Governance (sistem Pengaturan) adalah penjabaran dari institusi formal dalam sebuah negara

modern yang mempunyai peran dalam penyusunan dan menentukan segala keputusan yang

akan diambil yang berdampak bagi masyarakat secara keseluruhan. Tiga pilar utama tersebut

yaitu Administrative Governance, Political Governance dan Economic Governance Dimana

ketiga pilar tersebut memiliki peran khusus yang berbeda satu sama lain tetapi fungsinya

saling melengkapi dalam sebuah sistem governance (Emirzon,2007)

Para ahli dalam memberikan pendapat terhadap Corporate Governance berbeda-beda

tetapi secara substansi memiliki makna yang sama. Morck et al. (1989) mengemukakan

bahwa corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk

memastikan bahwa supplier keuangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh

pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain

bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer.

Pendapat ini lebih memberikan perhatian kepada pemilik modal (supplier keuangan) terhadap

return yang diharapkan atas dana yang diinvestasikan. Pihak manajer, selaku penerima

amanah, harus menjaga kepentingan dari pemilik modal. Corporate Governance yang lebih

menekankan pada seperangkat regulasi yang mengatur pola hubungan antara pemegang

saham, manajer, kreditor, tenaga kerja dan para pihak pemangku kepentingan lainnya

dikemukakan oleh Cadbury Committee (Cadbury, 1992) dan OECD (2004), sebagai berikut:

Cadbury Committee (Cadbury, 1992):

“Corporate Governance is a set of the rules that define a relationship between

shareholders, manager, creditor, the government, employees and other internal and external

stakeholder in respect to their rights and responsibilities.”

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 15

Page 16: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) (2004):

mendefinisikan Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan

hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta

pemangku kepentingan lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau

dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. IICG (2012)

mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai struktur, system, dan proses yang

digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah

(value) perusahaan secara bekesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-

undangan dan norma yang berlaku di suatu Negara.

Keberadaan struktur dalam organisiasi lebih ditekankan pada bagaimana aktivitas

dalam organisasi dibagi, diorganisir, dan dikoordinasi (Stoner et al. 1995). GCG, sebagai

suatu struktur dimaknai bahwa elemen-elemen yang membentuk GCG (dewan komisaris,

komite audit, direksi dan pemegang saham) berperan sesuai dengan hak dan kewajiban

masing-masing. Struktur corporate governance harus didesain untuk mendukung jalannya

aktivitas organisasi secara bertanggungjawab dan terkendali dengan mengacu pada prinsip-

prinsip GCG (Tranparansi, Akuntabilitas, Responsbility, Independensi, dan Fairness).

Di Indonesia, struktur CG diatur dalam UU PT no 40 tahun 2007. Secara umum,

perusahaan-perusahaan di Indonesia struktur CG berbasis two board system. Perbedaan

mendasar terletak pada kedudukan dewan komisaris yang tidak langsung membawahi direksi.

Hal ini sesuai dengan aturan dalam UU PT no 40 tahun 2007 bahwa anggota dewan direksi

diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (pasal 94 ayat 1 dan pasal 105 ayat1). Selain itu,

kedudukan anggota dewan komisaris juga diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (pasal 111

ayat 1). Dengan demikian, maka baik anggota direksi maupun anggota dewan komsaris

bertanggungjawab pada RUPS. Struktur CG yang menempatkan dewan komisaris dan dewan

direksi sejajar berdampak pada kurang efektifnya fungsi pengawasan karena dewan direksi

beranggapan sebagai mitra kerja.

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh sebuah lembaga (baik

lembaga pemerintah maupun lembaga swasta) yang memiliki kepentingan besar terhadap

investasi yang dilakukannya. Pemilik institusional memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan dengan investor lainnya. Umumnya institusi menyerahkan tanggungjawab

untuk mengelola investasi pada divisi tertentu, sehingga institusi dapat memantau secara

profesional perkembangan investasinya. Dengan demikian, praktik manajemen laba dapat

ditekan melalui efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh pemegang saham institusi.

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 16

Page 17: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

Peningkatan kepemilikan saham oleh manajer diharapkan akan membuat manajer

bertindak sesuai dengan keinginan principal karena itu manajer akan termotivasi untuk

meningkatkan kinerja. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial adalah

mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah-masalah

keagenan (agency problems). Kepemilikan manajerial yang tinggi dapat digunakan untuk

mengurangi masalah-masalah keagenan. Peningkatan proporsi saham yang dimiliki oleh

manajer akan menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan tindakan-tindakan yang

berorientasi untuk kepentingan pribadi (oportunistic behaviour). Dengan kata lain, kepen-

tingan manajer dan pemegang saham dapat diselaraskan bila manajer memiliki saham

perusahaan yang lebih (Morck et al., 1989).

USEFULNESS (MANFAAT) LAPORAN KEUANGAN

Informasi akuntansi merupakan kandungan informasi yang dapat diperoleh dari

laporan keuangan perusahaan melalui teknik analisis fundamental. Analisis fundamental atau

analisis laporan keuangan (financial statements analysis) bertujuan untuk menyediakan data

yang berhubungan dengan perusahaan yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan

investasi. Keputusan investasi yang dimaksud ialah keputusan untuk membeli, menjual,

ataupun mempertahankan kepemilikan saham. Konsep yang mendasari ialah bahwa nilai

saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh prestasi keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Prestasi keuangan perusahaan tertuang dalam laporan keuangan perusahaan, melalui analisis

historis atas laporan keuangan perusahaan akan dapat dipahami kekuatan dan kelemahan

perusahaan, mengidentifikasi arah dan perkembangan, mengevaluasi efisiensi operasional,

dan memahami sifat serta operasi perusahaan (Copeland and Weston 1988). Penting

dipahami di sini mengapa informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan

bermanfaat. Tujuan utama dari akuntansi keuangan ialah menyajikan informasi yang

bermanfaat (usefulness) bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan (Puspitaningtyas,

2012).

Kompleksitas dalam lingkungan akuntansi didasari oleh adanya permasalahan

asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri informasi merupakan suatu konsep

yang mengakui bahwa ada beberapa pihak dalam transaksi-transaksi bisnis barangkali

mempunyai suatu keunggulan informasi dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya. Terdapat

dua jenis asimetri informasi, yaitu: (1) adverse selection, adalah suatu jenis asimetri

informasi dimana salah satu pihak atau lebih yang terlibat dalam suatu transaksi bisnis, atau

suatu transaksi yang potensial, memiliki keunggulan informasi dibandingkan dengan pihak

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 17

Page 18: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

lainnya; dan (2) moral hazard, adalah suatu jenis asimetri informasi dimana salah satu pihak

atau lebih yang terlibat dalam suatu transaksi bisnis, atau suatu transaksi yang potensial,

dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam terselesaikannya transaksi tersebut,

sementara pihak lainnya tidak. Atas terjadinya permasalahan asimetri informasi, peranan

akuntansi adalah untuk memberi suatu “level playing field” (bidang permainan yang rata)

melalui pengungkapan penuh (full disclosure) dari informasi yang berguna dan cost-effective

kepada para investor dan para pengguna laporan keuangan lainnya (Kodrat dan Herdinata,

2009; Scott, 2009).

Akuntan telah memutuskan bahwa investor merupakan konstituen utama, serta

menggunakan teori investasi dan teori pengambilan keputusan dalam memahami tipe

informasi akuntansi yang dibutuhkan investor. Hal ini sesuai dengan tujuan laporan keuangan

yang ada dalam per- nyataan SFAC No.1 tentang “the objective of financial reporting for

business enterprise” (Financial Accounting Standard Board, 1980). Pernyataan dalam SFAC

No.1 jelas memberikan mandat pada profesi akuntansi untuk menyajikan laporan keuangan

yang bermanfaat (useful) bagi para pengguna dalam rangka membuat keputusan bisnis.

Konsep relevansi nilai informasi akuntansi dan konsep decision usefulness of

accounting information saling terkait. Relevansi nilai informasi akuntansi menekankan pada

“how accounting information has a value relevant for market participants (investors)?”,

sedangkan konsep decision usefulness of accounting information menekankan pada “how

financial statements can be more useful?”. Konsekuensi dari konsep ini adalah bahwa

informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan harus memberikan nilai

manfaat (useful) kepada para penggunanya (users) dalam hal pengambilan keputusan.

Konsep relevansi nilai informasi akuntansi menjelaskan tentang bagaimana investor bereaksi

terhadap pengumuman informasi akuntansi. Reaksi ini akan membuktikan bahwa kandungan

informasi akuntansi merupakan isu yang sangat penting dan menjadi pertimbangan penting

dalam proses pengambilan keputusan investasi, sehingga dapat dikatakan bahwa informasi

akuntansi bermanfaat (useful) bagi investor (Scott, 2009)

III. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian teoritis yang telah diuraikan diatas, maka ada beberapa simpulan

penting yang dapat dikemukakan. Pertama, manajer memiliki kewenangan untuk memilih

kebijakan akuntansi tertentu yang tidak hanya berdampak pada kinerja perusahaan, tetapi

juga didorong oleh kepentingan pribadi manajer yang dapat dikatakan bersifat opportunisctic

behavior. Praktik manajemen laba juga akan berdampak pada kredibilitas suatu laporan

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 18

Page 19: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

keuangan. Praktik manajemen laba yang berlebihan akan berpengaruh terhadap kredibilitas

laporan keuangan dari sudut pandang investor. Kedua, teori keagenan (agency theory) timbul

karena adanya perbedaan kepentingan yang menimbulkan informasi asimetri (asimetry

information), adanya asimetri informasi akhirnya menimbulkan suatu opportunity bagi

manajemen untuk melakukan manajemen laba yang lebih mementingkan dirinya sendiri.

Munculnya konsep Good Corporate Governance diharapkan akan mengurangi adanya agency

problem dan opportunistic behavior manajemen, salah satunya dengan menerapkan

kepemilikan manajerial dan system kompensasi. Struktur corporate governance (diproksi

dengan kepemilikan insitusional, kepemilikan manajemen dan komisaris baik unsur

independen maupun tidak) juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi.

Ketiga, sebagian besar penelitian empiris menunjukkan bahwa keberadaan kepemilikan

institusi, kepemilikan manajemen, komisaris independen dan Kantor Akuntan Publik (KAP)

bereputasi mampu menekan potensi praktik manajemen laba. Keempat, Scott (2009)

menyimpulkan bahwa pendekatan decision usefulness dari sisi teori akuntansi adalah jika

tidak dapat mempersiapkan laporan keuangan secara teoritis benar, setidaknya kita dapat

mencoba membuat laporan keuangan lebih berguna (more useful).

Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan sudah mengacu pada International

Financial Reporting Standards (IFRS). Konsekuensinya adalah adanya beberapa perubahan

dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Harmonisasi terhadap PSAK

dengan IFRS ini bisa jadi berpengaruh terhadap manajemen laba dan financial reporting.

Karena itu, sosialiasai terhadap SAK baru menjadi penting bagi manajer perusahaan.

Menyikapi bahwa telah banyak penelitian empiris yang menghubungkan corporate

governance dengan manajemen laba, maka tetap masih terbuka peluang untuk dilakukan riset

lanjutan dengan beberapa modifikasi seperti penggunaan proksi yang berbeda terhadap

pengukuran corporate governance dan lebih memfokuskan pada industri tertentu (suatu misal

industri perbankan atau industri manufaktur). Pertimbangannya adalah pemilikan kebijakan

akuntansi bisa jadi berbeda praktik earnings management antar satu perusahaan dengan

perusahaan yang lain. Selain itu, praktik corporate governance yang ada sekarang apakah

merupakan suatu kebutuhan perusahaan, sebagai corporate culture, ataukah sebatas

memenuhi aspek regulasi yang ada. Hal ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut melalui

penelitian pendekatan non mainstream (kualitatif) dan penelitian pendekatan mainstream

(kuantitatif) untuk mendapatkan bukti empiris dan penjelasan lebih mendalam.

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 19

Page 20: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Irfan. 2002. Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi Volume XIX, Nomor 2, Juli 2002

Belkaoui, A. R. 2004. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat.

Cadbury, A. 1992. Committee on the Financial Aspects of Corporate Governance, Section 2.5, p-15, Gee and Co. Ltd, C/O, The London Stock Exchange, United Kingdom, (http://www.ecgi. org/codes/documents/cadbury.pdf, diakses 10 April 2013).

Chua, Wai Fong. 1986. Radical Development in accounting Thought. The Accounting Review LXI (4): 601-632.

Copeland, Thomas E, and J. Fred Weston. 1988. Financial Theory a Coorporate Policy. Third Edition. New York: The Dryden Press.

Eisenhard, K.M. 1989, Agency Theory: An Assess-ment and Review. Academic of Management Review, 14(1): 15-74.

Emirzon, Joni. 2007. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance : Paradigma Baru Dalam Praktik Bisnis Indonesia. Yogyakarta : Genta Press

Fama, Eugene F and Jensen, M.C. 1983. Agency Problems and Residual Claims. Journal of Law & Economics, Vol. XXVI. Avalaible from: http://papers.ssrn.com

Giddens, Anthony. 1985. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern Suatu Analisis Karya-Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber. Penerbit Universitas Indonesia. Salemba 4. Jakarta.

Godfrey, J., Hodgson, A., and Holmes, S. 1997. Accounting Theory. Queensland: John Wiley & Sons.

Healy, P.M. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics, 7(1-3): 85-107.

Herwidayatmo (2000).”Peranan dan fungsi Komisaris Independen dan Komite Audit”. Presiding Konvensi Nasional Akuntansi IV Ikatan Akuntan Indonesia 2000

IICG. 2012. Tata Kelola, (http://iicg.org/iicg/home. php?type=1&pageno=3, diakses 1 April 2013).

Jensen, M. C. & Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4):305-360.

Kelly, Joe, 1974, Organization Behavior, an Exestensial-System Approach, Homewood, Richard D. Iewin, Inc.

Kiswara, Endang. 1999. Teori Keagenan (Agency Theory). Wujud Kepedulian Akuntansi Pada Makna Informatif Pengungkapan Lporan Keuangan. Media Akuntansi. No.34/ Th VI April 1999.

Kodrat, D. S. dan C. Herdinata. 2009. Manajemen Keuangan: Based on Empirical Research. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 20

Page 21: Artikel Teori Akuntansi Uts Fix

An Article Muhammad Abadan Syakura (116020310011012)

Lukviarman, N. 2005. Perspektif Shareholding Versus Stakeholding Dalam Memahami Fenomena CG. Yogyakarta.

Machfoedz. Mas’ud. 1997. True Reward Systems dan Media Pertanggungjawaban pada Tuhan. Makalah Kuliah Tamu

Magnan, M. & Cormier, D. 1997. The Impact of Forward-Looking Financial Data in IPOs on the Quality of Financial Reporting. Journal of Financial Statement Analysis: 6-17.

Miqdad, Muhammad. 2012. Praktik Tata Kelola Perusahaan dan Usefulness Informasi Akuntansi (Telaah Teoritis dan Empiris). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.14 No.2 September 2012. Universitas Jember. Jember.

Morck, R., Shleifer, A. & Vishny, R.W. 1989. Alternative Mechanism for Corporate Control. American Economics Review, 79: 842-852.

OECD, 2004. Corporate Governance; A Survey of OECD Countries. OECD Publication Service, France.

Puspitaningtyas, Zarah. 2012. Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan Manfaatnya Bagi Investor. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Universitas Jember

Roslender, Robin. 1992. Sociological Perspectives on Modern Accounting. Journal of Financial Statement Analysis. 8-10.

Salno, H.M. dan Baridwan, Z. (2000). “Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Public di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1): 17-34.

Samuelson, W. F. dan S. G. Marks. 2003. Managerial Economics. 4th ed. John Wiley dan Sons, Inc. New York.

Schipper, K. 1989. Earnings Management. Account-ing Horizons, 3 (4): 91-102. Retrieved: February 3rd, 2007, from ProQuest database.

Scott, R. William. (2003). Financial Accounting Theory, 2nd Edition, Prentice Hall Canada Inc, Ontario.

Scott, W.R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition, University of Waterloo: Queen‟s Uni-versity.

Stoner, J., Freeman, E. & Gilbert, D. 1995. Mana-gement. 6th ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.

UU PT no. 40 tahun 2007

Watts, R.L. and J.L. Zimmerman. 1990. Positive Accounting Theory; A Ten Year Perspective. Accounting Review, 65 (1): 131-156.

Zimmer Ian dan Whittred. 1990. A Contracting Cost Framework for the Analysis of Financial Accounting and Reporting , Finacial Accounting: Incentive effects and economic Consequences. Sidney: Holt Rinehart and Wiston.

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 21