Artikel Sampling Stratifikasi

17
1 Sampling Stratifikasi Dapat Mengurangi Tingkat Risiko Deteksi Dalam Audit Yang Dilaksanakan Oleh APIP Oleh: Muhammad Fuat Abstraksi Dalam sampling stratifikasi auditor memisahkan populasi ke dalam dua atau lebih tingkatan dan kemudian mengambil sampel dari masing-masing tingkatan. Auditor telah sering menggunakan prinsip-prinsip stratifikasi. Biasanya, auditor menyisihkan unit dalam populasi yang paling besar atau paling mahal atau paling signifikan/material untuk diperiksa lengkap dan kemudian memilih sampel dari sisanya. Untuk menentukan apakah digunakan sampling straifikasi, dalam setiap populasi auditor harus mengenali variasi yang besar dalam ukuran-jumlah atau karakteristik unit yang membentuk populasi. Jika auditor melihat adanya variasi yang besar, auditor harus mempertimbangkan stratifikasi Sampling stratifikasi lebih sederhana dan mudah digunakan, serta dapat membantu auditor dalam dua hal penting yaitu mengendalikan distorsi dan memungkinkan ukuran sampel yang lebih kecil. Bila populasi telah distratifikasi, unit sampel bisa dipilih melalui sampling nomor acak atau sampling interval, tergantung keadaan. I. PENDAHULUAN Sampling adalah proses menerapkan prosedur-prosedur audit pada sampel yang merupakan bagian dari keseluruhan populasi guna mengambil kesimpulan mengenai total populasi. Teori sampling mengasumsikan bahwa kualitas yang dimiliki sampel representatatif bisa diperhitungkan kedalam populasi. Sampling pada hakekatnya adalah proses mempelajari keseluruhan dengan menelaah hanya sedikit (kurang dari 100%). Pada saat yang sama dengan sampling auditor harus menerima resiko bahwa sampel yang dipilih tidak benar- benar mencerminkan populasi yaitu bahwa karakteristik yang diproyeksikan/diestimasikan dari sampel tidak sama dengan yang akan ditemukan jika keseluruhan populasi atau sampel dalam jumlah lebih besar dilakukan audit. Sampling bukanlah akhir tujuan itu sendiri, justru hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Sampel dan hasil sampel hanyalah data mentah yaitu data yang harus diberikan bobot dan dipelajai. Data tersebut harus

description

BAHAN

Transcript of Artikel Sampling Stratifikasi

Page 1: Artikel Sampling Stratifikasi

1

Sampling Stratifikasi Dapat Mengurangi Tingkat Risiko

Deteksi Dalam Audit Yang Dilaksanakan Oleh APIP

Oleh: Muhammad Fuat

Abstraksi

Dalam sampling stratifikasi auditor memisahkan populasi ke dalam dua atau lebih tingkatan dan kemudian mengambil sampel dari masing-masing tingkatan. Auditor telah sering menggunakan prinsip-prinsip stratifikasi. Biasanya, auditor menyisihkan unit dalam populasi yang paling besar atau paling mahal atau paling signifikan/material untuk diperiksa lengkap dan kemudian memilih sampel dari sisanya. Untuk menentukan apakah digunakan sampling straifikasi, dalam setiap populasi auditor harus mengenali variasi yang besar dalam ukuran-jumlah atau karakteristik unit yang membentuk populasi. Jika auditor melihat adanya variasi yang besar, auditor harus mempertimbangkan stratifikasi Sampling stratifikasi lebih sederhana dan mudah digunakan, serta dapat membantu auditor dalam dua hal penting yaitu mengendalikan distorsi dan memungkinkan ukuran sampel yang lebih kecil. Bila populasi telah distratifikasi, unit sampel bisa dipilih melalui sampling nomor acak atau sampling interval, tergantung keadaan.

I. PENDAHULUAN

Sampling adalah proses menerapkan prosedur-prosedur audit pada

sampel yang merupakan bagian dari keseluruhan populasi guna mengambil

kesimpulan mengenai total populasi. Teori sampling mengasumsikan bahwa

kualitas yang dimiliki sampel representatatif bisa diperhitungkan kedalam

populasi.

Sampling pada hakekatnya adalah proses mempelajari keseluruhan dengan

menelaah hanya sedikit (kurang dari 100%). Pada saat yang sama dengan

sampling auditor harus menerima resiko bahwa sampel yang dipilih tidak benar-

benar mencerminkan populasi yaitu bahwa karakteristik yang

diproyeksikan/diestimasikan dari sampel tidak sama dengan yang akan

ditemukan jika keseluruhan populasi atau sampel dalam jumlah lebih besar

dilakukan audit.

Sampling bukanlah akhir tujuan itu sendiri, justru hanya merupakan

sarana untuk mencapai tujuan. Sampel dan hasil sampel hanyalah data mentah

yaitu data yang harus diberikan bobot dan dipelajai. Data tersebut harus

Page 2: Artikel Sampling Stratifikasi

2

dianalisis materialitasnya, alasan, penyebab dan dampak actual atau potensial.

Jadi sampel yang diambil merupakan langkah pertama untuk memberikan opini

audit.

Dengan meningkatnya penggunaan teknologi informasi, auditor harus

menetukan apakah sampling merupakan cara yang paling efisien dan efektif

untuk mendapatkan bukti dan kesimpulan. Dengan pendekatan bank data dan

pencarian informasi, mungkin lebih efisien melakukan pengujian berbantuan

computer pada keseluruhan populasi.

Berkaitan dengan sampling ini adalah bagaimana auditor memutuskan:

1. pendekatan sampling apa yang akan digunakan

2. berapa banyak unit sampel yang akan dipilih

3. bagaimana auditor memilih unit sampel tersebut

4. bagaimana mengevaluasi hasil-hasilnya terkait dengan tujuan audit

Dalam pemilihan sampel auditor dapat memilih dua jalur yaitu pertama

mengarah ke sampel terarah (directed sample) dan yang kedua merupakan

sampel acak (random sample).

Sampel terarah atau sampel bertujuan digunakan bila auditor mencurigai

adanya kesalahan serius atau manipulasi dan ingin mendapatkan bukti untuk

mendukug kecurigaan mereka atau menemukan sebanyak mungkin hal yang

mencurigakan. Proses ini tidak ada kaitannya dengan sampling statistik, jadi

murni merupakan pekerjaan mendeteksi. Makin baik naluri detektif auditor,

makin berguna sampel yang diambilnya. Tetapi auditor tidak bias mengambil

kesimpulan tentang pipulasi dari sampel terarah. Kesimpulan seperti ini jelas

tidak bisa memberikan jaminan karena sampel tidak mencerminkan populasi.

Sampel acak berusaha mencerminkan populasi tempat diambilnya sampel

sedekat mungkin, sehingga apabila seorang auditor mengambil sampel secara

acak berarti auditor mencoba mengambil gambar berupa miniature dari catatan

atau data dalam jumlah besar yang membentuk populasi tempat sampel dipilih.

Makin besar sampel yang dipilih, makin dekat sampel tersebut mencerminkan

populasi (mewakili atau representatif)

Page 3: Artikel Sampling Stratifikasi

3

Sampling statistik memungkinkan auditor internal mengukur resiko

pengambilan sampel yaitu risiko bahwa suatu sampel tidak mencerminkan

populasi. Untuk mengukur risiko tersebut secara statistik maka pemilihan sampel

haruslah acak. Pemilihan acak berarti bahwa setiap unit dalam populasi memiliki

peluang yang sama untuk dipilih.

Sampling nonstatistik tidak memungkinkan auditor untuk mengukur risiko

pengambilan sampel secara objektif, karena setiap unit populasi tidak memiliki

peluang yang sama untuk terpilih. Namun, sampling nonstatistik bisa bernilai

untuk rancangan sampling terarah (bertujuan) atau bentuk lain dari sampling

menggunakan pertimbangan.

Tentu saja dimungkinkan bagi auditor untuk memilih sampel secara acak tanpa

berupaya mengambil inferensi statistik tentang keseluruhan populasi. Tetapi

dengan menggunakan pemilihan acak auditor bisa menghindari bias dan juga

lebih yakin karena sampel yang dipilih cenderung mencerminkan nilai populasi.

Ada beberapa aturan pengambilan sampel yang representatif. Berikut ini tiga

prinsip dasar pemilihan yang berlaku dalam setiap prosedur sampling:

1. Kenali populasi secara jelas , karena kesimpulan audit bisa didasarkan

semata-mata dari sampel yang diambil dari populasi tersebut.

2. Definisikan unit sampling sesuai tujuan audit.

3. Biarkan setiap unit sampel dalam populasi memiliki peluang yang sama (atau

peluang tertentu) untuk terpilih.

Jika tiga prinsip di atas dilanggar, maka pengujian tersebut dipertanyakan

dasar-dasar teknisnya, dan kesimpulan dibuat tanpa dukungan yang objektif.

Jika populasi atau unit sampelnya tidak didefinisikan dengan baik sesuai tujuan

audit maka akan menghasilkan sampling dan audit yang salah.

Jika populasi dan unit sampel didefinisikan dengan baik, maka keseluruhan arah

dan pendekatan audit akan meningkat. Teknik yang baik adalah memetakan

populasi sebelum mengambil sampel untuk mengidentifikasi subpopulasi atau

strata.

Page 4: Artikel Sampling Stratifikasi

4

Gambar 1: Gambaran Umum Sampling

SAMPEL

ESTIMASI

SAMPLING

KONDISI

SAMPEL

POPULASI

Page 5: Artikel Sampling Stratifikasi

5

II. PEMBAHASAN

1. Sampling Stratifikasi (Stratified Sampling)

Dalam setiap populasi auditor harus mengenali variasi yang besar dalam

ukuran-jumlah atau karakteristik unit yang membentuk populasi. Jika auditor

melihat adanya variasi yang besar, auditor harus mempertimbangkan stratifikasi.

Sampling stratifikasi (stratified sampling) menyusun populasi sehingga

memberikan efisiensi sampling yang lebih besar. Jika digunakan dengan tepat,

sampling stratifikasi akan menghasilkan varians yang lebih kecil dalam sampel

tersebut dibandingkan sampling acak sederhana.

Pengertian sampling stratifikasi adalah (Arens:2006) auditor memisahkan

populasi ke dalam dua atau lebih tingkatan sebelum auditor melakukan audit

sampling. Auditor telah sering menggunakan prinsip-prinsip stratifikasi. Biasanya,

auditor menyisihkan unit dalam populasi yang paling besar atau paling mahal

atau paling signifikan/material untuk diperiksa lengkap dan kemudian memilih

sampel dari sisanya.

Gambar 2: Gambaran Sampling Stratifikasi

.

Sub.

Populasi

Sub

Populasi

Sub

Populasi

= sampel

Sampel Sampel

Sub Populasi

yang nilainya

tidak material

Sub Populasi

yang nilainya

material

Sub Populasi

yang nilainya

sangat material

Page 6: Artikel Sampling Stratifikasi

6

Kadang-kadang dimungkinkan untuk mengalokasikan populasi ke dalam banyak

tingkatan untuk mengurangi jumlah unit yang diperlukan untuk memperoleh

sampel yang representatif dalam populasi. Sebagaimana yang seharusnya

auditor ketahui, variabilitas dalam populasi, bukan ukurannya, yang

menyebabkan kenaikan tajam dalam jumlah sampel yang dibutuhkan guna

memberikan gambaran lengkap tentang populasi.

Jika populasi terdiri atas unit-unit yang identik maka mengambil sampel satu saja

akan representatif. Misalnya, jika auditor ingin mengestimasikan konsumsi bahan

bakar 1.000 mobil, dan setiap kendaraan benar-benar sama satu dengan yang

lain, auditor hanya perlu mempelajari konsumsi satu unit dan mengalikannya

dengan 1.000. Auditor akan memiliki keyakinan yang cukup bahwa proyeksi akan

menjadi indikator yang andal atas kondisi sebenarnya. Namun, jika armada

kendaraan terdiri atas motor, truk pengangkut yang besar, dan banyak jenis

lainnya, auditor perlu memilih sampel dari setiap jenis; dengan kata lain, auditor

harus menstratifikasikan populasi.

Dalam situasi dunia nyata, kualitas populasi biasanya sangat bervariasi.

Misalnya bukti pengeluaran kas dari suatu instansi pemerintah besarnya sangat

bervariasi. Makin berbeda kualitas atau karakter setiap unit dalam karakteristik

yang sedang dipelajari, makin banyak sampel yang harus auditor pilih untuk

mendapatkan representasi yang wajar atas populasi. Auditor berupaya

mendapatkan gambaran utuh tentang populasi dari sampel auditor. Gambaran

tersebut cenderung terdistorsi oleh unit-unit yang tidak biasa atau variabilitas

yang besar. Biasanya satu-satunya cara untuk mendapatkan gambaran tersebut

adalah melalui stratifikasi.

Jadi, stratifikasi membantu auditor dalam dua hal penting yaitu mengendalikan

distorsi dan memungkinkan ukuran sampel yang lebih kecil.

Hanya saja cara menstratifikasi, berapa banyak strata yang harus dibentuk, dan

unit-unit apa yang akan dikelompokkan bersama-sama, memerlukan

pertimbangan auditor agar bisa dilakukan dengan memadai Setiap stratifikasi

yang wajar lebih baik daripada tidak sama sekali.

Page 7: Artikel Sampling Stratifikasi

7

Bila populasi telah distratifikasi, unit sampel bisa dipilih melalui sampling nomor

acak atau sampling interval, tergantung keadaan.

2. Risiko Audit

Risiko audit (BPKP:2009) adalah kondisi ketidak pastian yang dihadapi oleh

auditor yang menyebabkan audit tidak mencapai sasaran. Risiko audit tidak

hanya ada pada general audit (audit untuk laporan keuangan perusahaan

komersial), tetapi juga pada jenis audit operasional yang sering dilakukan oleh

APIP (Aparat Pengawasan Internal Pemerintah) terhadap instansi pemerintah,

karena pada dasarnya sasaran audit adalah informasi yang disajikan manajemen.

Yang berbeda adalah bentuk informasi yang diaudit dan tujuan melakukan audit.

Jika dalam general audit, yang diuji adalah informasi keuangan yang

termuat dalam laporan manajemen terdiri dari pos-pos neraca dan laba rugi

dengan tujuan memberikan pendapat terhadap informasi keuangan tersebut,

pada audit operasional, yang diuji adalah informasi kuantitatif yang, disajikan

manajemen unit yang diaudit (Kementerian, Kanwil, Dinas, Proyek dan

sebagainya) berkaitan dengan kegiatan operasional suatu unit organisasi, baik

yang bersifat keuangan maupun non keuangan.

Informasi keuangan yang dimaksud meliputi pendapatan seperti; jumlah

pendapatan negara yang dihasilkan (baik pajak dan non-pajak/retribusi), yang

dipungut, dan yang disetorkan ke kas negara, dan belanja seperti; belanja

pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, biaya perjalanan dan

sebagainya.

Sedangkan informasi yang, bersifat non keuangan, seperti jumlah

permohonan izin yang masuk dari masyarakat, jumlah yang dapat dilayani dan

yang ditolak, jumlah izin yang diterbitkan, jangka waktu pelayanan per pemohon,

dan sebagainya.

Page 8: Artikel Sampling Stratifikasi

8

Adapun tujuan audit operasional adalah untuk menentukan apakah kegiatan

operasional yang diuji telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien, efektif, dan

sesuai dengan ketentuan/peraturan perundang-undangan vang berlaku.

Derajat keekonomisan, efisiensi, efisiensi, efektivitas, dan ketaatan terhadap

ketentuan/peraturan perundang-undangan tersebut dapat diketahui apabila telah

dilakukan berbagai telaahan/analisis, dengan menggunakan informasi kuantitatif

yang disajikan manajemen

Dengan adanya UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU

No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara setiap instansi pemerintah

harus menyusun laporan keuangan yang terdiri: Neraca, Laporan Realisasi

Anggaran dan Catatan Atas Laporan Keuangan serta ditambah Laporan Arus Kas

(khusus Kementerian keuangan). Laporan keuangan Kementerian/instansi tersebut

akan diaudit oleh BPK dan diberikan pendapat/opini atas kewajarannnya.

Sedangkan APIP pada umumnya hanya melakukan reviu atas laporan keuangan

dalam rangka membantu pimpinan instansi/Kementerian dalam mempersiapkan

keandalan laporan keuangan tersebut sebelum diaudit oleh BPK, dan yang rutin

dilakukan oleh APIP adalah melakukan audit operasional atas kegiatan

instansi/Kementerian.

Dalam audit operasional instansi pemerintah, yang dimaksud "risiko audit"

adalah risiko bahwa auditor, tanpa sadar, mempercayai informasi yang disajikan

manajemen, padahal informasi itu mengandung salah saji material, kemudian

berdasarkan informasi itu, dia melakukan penelaahan mengenai keekonomisan,

efisiensi, efektivitas, dan ketaatan auditannya. Akibatnya, laporan hasil audit,

temuan dan rekomendasinya yang berasal dari hasil telaahan atas informasi

tersebut, juga diyakini akan mengandung kesalahan.

Tujuan mempelajari risiko audit adalah untuk mengingatkan kepada para

auditor agar selalu berhati-hati dalam pelaksanaan audit, karena mereka selalu

akan berhadapan dengan risiko yang harus ditanggungnya. Di samping itu,

pengetahuan mengenai risiko audit dapat membantu auditor dalam menyusun

rencana penugasan dan prosedur audit.

Page 9: Artikel Sampling Stratifikasi

9

Adapun jenis-jenis risiko audit (audit risk = AR) terdiri dari (BPKP:2008) yaitu

risiko melekat (inherent risk = IR), risiko pengendalian (control risk = CR), dan

risiko deteksi (detection risk = DR), dengan rumus sebagai berikut: AR = IR x

CR x DR

Risiko melekat dan risiko pengendalian secara mutlak berada pada pihak

manajemen, sehingga tidak dapat dikendalikan oleh auditor. Yang dapat

dikendalilan oleh auditor hanyalah risiko deteksi.Sesuai dengan rumus di atas,

risiko deteksi dapat diukur dengan rumus:

DR = AR / (IR x CR)

Auditor berkepentingan terhadap risiko deteksi dalam rangka mencapai

audit yang efektif, yaitu yang berhasil mengungkapkan kesalahan yang

terkandung dalam laporan auditan. Hal itu dapat dicapai apabila risiko deteksi

dapat diperkecil sampai pada tingkat yang dapat diterima. Ini berarti diperlukan

hasil audit yang tinggi tingkat keakuratannya atau tidak mengandung salah saji

yang material.

Untuk mencapainya diperlukan hal-hal sebagai berikut :

- audit harus dilakukan secara luas dan mendalam

- penugasan harus diberikan kepada tenaga yang sudah berpengalaman

- prosedur auditnya harus rinci

- supervisinya harus lebih ketat

Page 10: Artikel Sampling Stratifikasi

10

Gambar 3: Gambaran Umum Risiko Audit

Detection Risk

(DR)

Inherent

Risk (IR)

Control

Risk (CR)

Non

Sampling

Risk

(NSR)

Sampling

Risk (SR)

Uncontrollable

Risiko

Audit

(AR)

Controllable

Page 11: Artikel Sampling Stratifikasi

11

3. Aplikasi Sampling Stratifikasi Dalam Audit

Dalam aplikasi ini diasumsikan bahwa Auditor dari Inspektorat Jenderal

(Itjen) Kementerian ”A” baru melakukan audit atas pengeluaran kas yang

terdapat dalam Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja (Satker) ”B”

Kementerian ”A” tahun anggaran 2010. Jumlah belanja (pengeluaran kas)

sebesar Rp.1.640.001.000,00 yang terdiri dari belanja/pengeluaran kas mulai dari

Januari 2010 sampai dengan Desember 2010 dengan jumlah bukti pengeluaran

kas sebanyak 1104 bukti.. Auditor memilih metode sampling stratifikasi dalam

pelaksanaan audit, dengan alasan bahwa sampling tersebut dapat mengurangi

risiko deteksi dan mudah dilaksanakan.

Rumus-rumus sederhana yang digunakan auditor adalah sebagai berikut

(BPKP:2008):

- Unit sampelnya ditetapkan dengan rumus : n = (NB x FK) / TS

- Hasil samplingnya berupa proyeksi salah saji: PS = (NB /NS) x SS

Dimana: NB = Nilai Buku Populasi

SS = Salah Saji yang ditemukan dalam sampel

FK = Faktor Keandalan, ditetapkan dengan memperhatikan

risiko salah saji (risiko melekat dan risiko pengendalian)

dan keyakinan terhadap keandalan melalui tabel faktor

keandalan (FK)

- Simpulan auditnya didasarkan pada perbandingan TS dan PS,

- Toleransi Salah Saji (TS) adalah tingkat penyimpangan dalam populasi

yang dapat ditolerir oleh auditor. TS ditetapkan berdasarkan pertimbangan

materialitas, yaitu tingkat penyimpangan yang dianggap mengganggu

keandalan data. Nilai materialitas dipengaruhi oleh persepsi auditor terhadap

arti penting data bagi pemakainya (data users). Jika menurut auditor suatu

populasi dianggap penting, berarti kesalahan sedikit saja dianggap sangat

Page 12: Artikel Sampling Stratifikasi

12

berarti, sehingga perlu dipertimbangkan untuk menerapkan TS yang rendah.

Jika sebaliknya, dapat menerapkan TS yang tinggi.

- Proyeksi Salah Saji adalah merupakan penyimpangan yang terjadi dari

hasil pengujian sampling yang nilainya diestimasikan kedalam populasi,

sehingga dapat diestimasikan besarnya dalam populasi.

Tahapan dan proses pelaksanaan Sampling Stratifikasi dalam audit (6 tahap)

adalah sebagai berikut (BPKP:2008):

1. Menyusun Rencana Audit

2. Menetapkan Jumlah /Unit Sampel

3. Memilih Sampel

4. Menguji Sampel

5. Mengestimasi Keadaan Populasi

6. Membuat Simpulan Hasil Audit

Pelaksanaan tahap-tahap sampling stratifikasi dalam audit:

1. Tahap menyusun rencana audit ditetapkan sebagai berikut:

1) Tujuan Audit adalah meneliti kewajaran pengeluaran kas.

2) Strata pengelompokan nilai anggota populasi dan kebijakan audit,

Auditor mengelompokkan populasi dalam tiga strata yaitu:

- Di atas Rp 4.000.000,00

- Antara Rp 1.000.000,00 sd Rp 4.000.000,00

- Di bawah Rp 1.000.000,00

3) Data di atas Rp 4.000.000,00 diperiksa seluruhnya, data lainnya diperiksa

secara sampling

4) Toleransi salah saji (TS) ditetapkan sebesar Rp 16.000.000,00

5) Faktor keandalan (FK) yang terdiri dari risiko salah saji = "rendah", dan

keyakinan terhadap keandalan prosedur audit lainnya = "cukup'", maka

"faktor keandalan/FK" = 1.2 (dari tabel FK)

Page 13: Artikel Sampling Stratifikasi

13

Tabel Faktor Keandalan

Keyakinan terhadap keandalan prosedur audit lainnya

RM & RK*) Tidak Dapat Rendah Cukup Tinggi

Sangat Tinggi 3.0 2.7 2.3 2.0

Tinggi 2.7 2.4 2.0 1.6

Cukup 2.3 2.1 1.6 1.2

Rendah 2.0 1.9 1.2 1.0

*) Resiko Melekat(RM) & Resiko Pengendalian (RK) yang merupakan

bagian dari risiko audit, .

2. Menetapkan Jumlah /Unit Sampel

Untuk menetapkan unit sampel, populasi harus dikelompokkan lebih

dahulu menurut strata yang direncanakan. Strata yang ditentukan oleh

auditor adalah sebagai berikut:

Strata Unit Nilai Buku

- Diatas Rp 4.000.000,00 34 bukti Rp 166.065.000,00

- Antara Rp 1.000.000,00 sd Rp4.000.000,00

Rp

4.000.000,00

705 bukti Rp 1.216.706.000,00

- Dibawah Rp 1.000.000,00 365 bukti Rp 257.230.000,00

- Jumlah 1.104 bukti Rp 1.640.001.000,00

Kebijakan yang telah diambil oleh auditor yaitu:

Anggota populasi yang nilainya di atas Rp4.000.000,00 dikeluarkan lebih

dahulu dari populasi karena akan diteliti seluruhnya (diperiksa 100%) yaitu

sebanyak 34 transaksi, sehingga rinciannya sebagai berikut:

Page 14: Artikel Sampling Stratifikasi

14

- Total pengeluaran kas 1.104 bukti Rp. 1.640.001.000,00

- Pengeluaran > Rp

4.000.000,00

34 bukti Rp. 166.065.000,00

- Pengeluaran < Rp

4.000.000,00

1070 bukti Rp. 1.473.936.000,00

Jadi besarnya sampel yang nilainya dibawah Rp.4.000.000,00 adalah:

n = (1.473.936.000 x 1,2)/16.000.000 = 110 unit

Distribusi sampel pada masing-masing strata:

- Dibawah Rp 1.000.000,00 = (257.230.000/1.473.936.000) x 110 = 19 bukti

- Antara Rp1.000.000 sd Rp 4.000.000

= (1.216.706.000/1.473.936.000) x 110 = 91 bukti

110 bukti

- Diatas Rp 4.000.000,00 (diperiksa 100%) = 34 bukti

Jumlah 144 bukti

3. Memilih Sampel

Dalam melakukan audit sampel dipilih secara acak.

4. Menguji Sampel

Besarnya sampel yang harus diuji oleh auditor sebanyak 144 bukti pengeluaran

dengan nilai sebesar Rp. 319.020.000,00. Berikut ini adalah rincian pengujian

sampel:

Page 15: Artikel Sampling Stratifikasi

15

Keterangan Dibawah

1.000.000

1.000.000 s/d

4.000.000

Diatas

4.000.000

Jumlah

Toleransi Salah Saji

(TS)

16.000.000

Populasi:

- Jumlah Bukti (N) 365 705 34 1.104

- Nilai Buku (NB) 257.300.00

0

1.216.706.00

0

166.065.000 1.640.001.000

Sampel:

- Bukti (n) 19 91 34 144

- Nilai Sampel (NS) 15.088.000

163.770.000

166.065.000

319.020.000

Hasil Audit 15.088.000

162.600.000

165.065.000

316.850.000

Salah Saji Sampel (SS) 0 1.170.000 1.000.000

2.170.000

Proyeksi Salah Saji

(PS)

(NB / NS) x SS

0 8.688.063 1.000.000

9.688.063

5. Mengestimasi keadaan populasi:

Dari hasil pengujian sampel diperoleh temuan penyimpangan sebesar Rp.

2.170.000,00 dan setelah diestimasikan kedalam populasi diperoleh proyeksi

salah saji populasi sebesar Rp. 9.688.063

6. Simpulan Hasil Audit

Auditor telah menetapkan besarnya Toleransi Salah Saji (TS) sebesar

Rp16.000.000,00 sedangkan proyeksi salah saji populasi sebesar Rp9.688.063

Dapat disimpulkan bahwa nilai populasi tidak terdapat salah saji yang material,

sehingga populasi layak dipercaya.

Page 16: Artikel Sampling Stratifikasi

16

5. Simpulan dan Saran

Dari hasil pengujian sampling diperoleh hasil bahwa populasi layak untuk

diterima yang berarti bahwa populasi tidak mengandung salah saji yang

material, hal ini terbukti dari hasil pengujian sampel yang telah diestimasikan ke

populasi (proyeksi salah saji = PS) sebagai berikut:

- Toleransi Salah Saji (TS) sebesar Rp16.000.000,00

- Proyeksi salah saji populasi sebesar Rp9.688.063,00

Dilihat dari hasil proyeksi salah saji (PS) dapat dikatakan bahwa data-data yang

ada dalam populasi dapat diyakini kewajarannya karena populasi mengandung

salah saji yang tidak material, tetapi hal ini harus juga dianalisis terlebih dulu

apakah penentuan TS sebesar Rp.16.000.000,00 memang sudah memadai

dalam arti ditinjau dari segi materialitasnya. Dalam hal ini TS hanya sebesar

0,98% {(16.000.000 : 1.640.001.000,00) x 100%} dari populasi sehingga dapat

dikatakan bahwa toleransi salah saji sangat kecil sekali dan dapat dikatakan

bahwa toleransi tersebut tidak material.

Tetapi dibalik analisis tersebut mungkin auditor mempunyai keyakinan

sendiri bahwa makin kecil toleransi salah saji berarti makin teliti hasil pengujian

sampel atas populasi yang diuji dari angka-angka pertanggungjawaban

pengeluaran uang . Kesimpulan mengenai populasi dapat berubah apabila TS

berubah atau jumlah sampel dirubah. Jadi dari hasil pengujian yang

menggunakan sampling startifikasi diatas dapat dikatakan bahwa tingkat resiko

deteksi dari data populasi sangat kecil, karena semua pengeluaran yang

nilainya besar yaitu diatas Rp.4.000.000,00 diuji 100% demikian juga auditor

dalam menentukan toleransi salah saji sangat kecil (0,98%) dari nilai populasi

sehingga hasil pengujiannya sangat telita dan terhindar dari resiko salah saji

yang yang material dan resiko deteksi.

Dari penyajian tersebut diatas ternyata penggunaan sampling stratifikasi

sangat mudah dan sederhana cara menggunakannya, serta bisa menghasilkan

simpulan bagi auditor APIP dengan cermat. Untuk itu disarankan kepada para

auditor APIP dapat menggunakan sampling stratifikasi dalam kegiatan auditnya,

agar laporan hasil audit yang dihasilkan bisa dihandalkan.

Page 17: Artikel Sampling Stratifikasi

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Arrens, Alvin A; Elder, Randal j; Elder, Beasley, Mark E LS (2006)

“Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach”, 12th edition, New Jersey,

Pearson Education, Inc.

2. Boynton, William C; Johnson, Raymond N; (2006), “Modern Auditing” 8th edition, New York, John Wiley & Sons, Inc.

3. Guy, Dan M, Carmichael Douglas R, Whittington, O. Ray (1998), “Audit Sampling An Introduction” 4th edition, New York, John Wiley & Sons, Inc.

4. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, BPKP (2008), Modul Sampling Audit

5. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, BPKP (2008), Modul Dasar-Dasar Auditing.