Artikel Personal Finance Kontan_investasi

download Artikel Personal Finance Kontan_investasi

of 66

Transcript of Artikel Personal Finance Kontan_investasi

KUMPULAN ARIKEL PERSONAL FINANCE KONTAN -INVESTASIKiat memilih tabungan

Beda usia, beda pula jenis tabungannyaOleh Dessy Rosalina - Senin, 23 Agustus 2010 | 17:55 WIB JAKARTA. Sebagai pundi penyimpan uang, bank nyaris tak punya pesaing. Bank punya tiga kelompok produk yang bisa jadi pilihan menyimpan duit. Yakni, giro, tabungan, dan deposito. Ada beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan calon nasabah saat memilih tempat menyimpan uang di bank. Ivy Widjaja, Senior Vice President Head of Customer Proposition HSBC Indonesia, menyarankan, nasabah melakukan financial check up terlebih dulu untuk mengetahui kondisi keuangan masing-masing sebelum memilih produk bank. Langkah ini penting untuk menelisik sejauh mana kesehatan nasabah. Tujuan check up ini adalah memastikan jumlah pemasukan calon nasabah lebih besar dari pengeluaran. Berikut ini ada tiga skenario yang dirancang untuk membantu calon nasabah memilih produk perbankan yang sesuai. Skenario pertama Di skenario ini, calon nasabah berusia 30 tahun, belum berkeluarga, dan memiliki penghasilan antara Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan. Kepala Divisi Liability Product Bank OCBC NISP, Untung Kurniawan, memprediksi, nasabah seperti ini bisa menghabiskan 40%50% gaji untuk kebutuhan biaya hidup dan lifestyle. Jadi, duit yang bisa disimpan sekitar 50%60%. Untung menyarankan nasabah seperti ini membuka tabungan konvensional dan tabungan masa depan atawa lazim disebut tabungan rencana. Perinciannya, 10%-20% dari penghasilan disimpan di tabungan rencana. Dan, bagian terbesar disimpan dalam tabungan konvensional, yang bisa diambil kapan saja untuk keperluan rutin atau mendadak. Manfaat dari tabungan rencana, seseorang bisa belajar disiplin menabung secara reguler dalam nilai tertentu. "Tabungan rencana biasanya juga dileng-kapi dengan asuransi yang bisa menjamin nasabah jika terjadi musibah," ujar dia. Tabungan rencana pun menawarkan bunga sedikit lebih tinggi dari tabungan biasa. Tapi karena nasabah belum berkeluarga, saran Untung, nasabah memilih tabungan rencana jangka pendek 2 tahun-3 tahun. Skenario kedua Calon nasabah dalam skenario ini berusia 40 tahunan, sudah berkeluarga dengan dua anak, dan berpenghasilan Rp 10 jutaRp 20 juta sebulan. Risza Bambang, Presiden Direktur Padma Radya Consulting, menyebut, calon nasabah di skenario kedua memiliki pengeluaran rutin bulanan untuk cicilan rumah, dana pendidikan anak, dan dana pensiun. "Di usia yang tidak lagi muda, dana pensiun menjadi kebutuhan," katanya. Dana pendidikan anak juga tidak bisa diabaikan calon nasabah. "Dalam menyiapkan dana pendidikan anak, kita perlu menghitung laju inflasi di masa datang," tambah dia. Risza menyarankan nasabah seperti ini menyediakan 1

dana darurat antara sembilan hingga 12 kali dari pengeluaran rutin per bulan. Untung menilai, nasabah dalam skenario kedua bakal menghabiskan sekitar 70% penghasilan untuk membayar cicilan rumah, mobil, dan kebutuhan rutin yang lain. Untung menyarankan, alokasi tabungan pendidikan anak sekitar 20% dari penghasilan. Setelah kebutuhan hidup, cicilan, dan tabungan pendidikan aman, nasabah bisa menyimpan sekitar 5%10% penghasilan dalam tabungan pensiun. Keluarga nasabah seperti ini juga harus menyiapkan duit tunai untuk kebutuhan darurat selama 5 hari hingga 7 hari. Skenario ketiga Calon nasabah dalam skenario ini memiliki profil: berusia sekitar 50 tahunan, atau menjelang masa pensiun, dan penghasilan Rp 50 juta per bulan. Menurut Untung, nasabah seperti ini biasanya hanya menyimpan maksimal 20% dari penghasilan di tabungan. Dan, porsi terbesar penghasilan nasabah macam ini seharusnya ditaruh di instrumen investasi. Alasan Untung, pengeluaran yang menjadi prioritas si nasabah sekadar pengeluaran rutin dan darurat semisal pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. "Pemilihan produk investasi disesuaikan dengan karakter nasabah," kata dia. Ivy menilai, kebanyakan nasabah lebih cocok dengan produk investasi yang memiliki karakter risiko rendah. Ia memberi contoh, investasi reksadana pasar uang atau obligasi. Hanya nasabah yang agresif dan berani mengambil risiko, serta punya jangka waktu investasi panjang, yang cocok dengan reksadana saham. Risza menambahkan, nasabah dalam skenario ketiga ini biasanya sudah memiliki gaya hidup atas. Dan, jika si nasabah tidak waspada, kebiasaan itu bisa membahayakan kondisi keuangannya sendiri. Risza menyarankan, nasabah seperti ini memiliki produk perbankan yang memberikan fasilitas asuransi jiwa. Nilai pertanggungan disesuaikan dengan profil nasabah. Mulai investasi Setelah Anda selesai mempertimbangkan keranjang penyimpanan duit yang paling pas, kini ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan. Misalnya, nasabah perlu mencermati segala ongkos atau uang administrasi yang dipungut oleh bank. Kalau tidak mau menanggung rugi ongkos administrasi, pilih saja bank kecil sebagai tempat menabung. "Lakukan perbandingan antara ongkos dan manfaat dari beberapa bank untuk melihat bank mana yang paling cocok buat Anda," jelas Risza. Ia menyarankan, nasabah memperhatikan faktor keamanan serta kemudahan menarik dana. Menurut Risza, kerap terjadi nasabah memiliki tiga rekening di bank yang berbeda, dengan tujuan berbeda. Satu rekening berfungsi untuk menyimpan dana darurat. Rekening kedua berfungsi sebagai kasir atau juru bayar atas kebutuhan jangka pendek semisal kebutuhan seharihari. Dan, rekening terakhir sengaja mengendon di satu bank karena nasabah memperoleh fasilitas kredit dari bank tersebut. (Edisi Khusus KONTAN Mei 2010) Memilih Investasi

Kiat memilih keranjang investasi idealOleh Syamsul Ashar - Rabu, 01 September 2010 | 13:14 WIB 2

JAKARTA. Biarkan uang bekerja untuk kita. Pepatah ini lazim digunakan untuk mengibaratkan pentingnya berinvestasi. Anda tidak perlu menunggu penghasilan besar. Silakan Anda memanfaatkan jurus investasi untuk memperbesar net asset. Apalagi, kini banyak instrumen investasi yang dirancang bagi perorangan. Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting, membagi tipe investasi dalam tiga kelompok: investasi jangka pendek, jangka menengah, dan investasi jangka panjang. "Idealnya, kita menyisihkan minimal 20% penghasilan bulanan untuk berinvestasi," kata dia. Golongan investor jangka pendek biasanya keluarga baru. Jika berstatus pekerja, investor tipe ini adalah orang-orang yang berada di tengah tangga kariernya. Biasanya pula, mereka masih membutuhkan banyak biaya untuk membesarkan sekaligus menyekolahkan anak. Investasi yang pas untuk keluarga seperti ini adalah investasi jangka pendek. "Kami tak akan menyarankan keluarga dengan profil seperti ini membeli produk investasi berisiko tinggi," kata Eko. Golongan investor jangka menengah adalah keluarga yang telah memiliki anak usia SMP atau SMA. Keluarga seperti ini sebaiknya mulai berkonsentrasi untuk investasi jangka menengah dan panjang, di luar mencukupi kebutuhan tempat tinggal ataupun mobil. Fokus keluarga seperti ini tak lagi mencari harta, tapi memperbanyak harta. Porsi pengeluaran rutin mereka tak lagi terlalu besar dibanding penghasilan. Mereka yang masuk kelompok ini adalah orang yang sudah berumur di atas 40 tahun. Eko menyarankan mereka membenamkan duit untuk investasi yang bersifat jangka menengah dan panjang, dengan risiko sedikit lebih tinggi. Tipe ketiga adalah keluarga yang perlu berinvestasi jangka panjang. Mereka adalah golongan masyarakat yang telah menjelang masa pensiun, dan telah mencapai puncak karier. Ini saat paling tepat untuk melikuidasi timbunan aset. Mereka bisa menjual properti atau membagi-bagi warisan kepada anak cucu. Mereka tinggal menyisakan uang sekadar untuk menikmati hidup sambil menekuni hobi. Kalaupun masih ingin berinvestasi, bisa memperbanyak produk investasi berisiko tinggi. Yuk, kita tengok karakter beberapa keranjang atau bakul investasi yang bisa Anda pilih. Emas Emas telah menjadi instrumen investasi sejak zaman baheula. Logam mulia ini cocok menjadi investasi jangka pendek maupun jangka menengah. Jika Anda ingin menyiapkan biaya pendidikan secara singkat, membeli mobil atau rumah, emas bisa menjadi pilihan. Mengapa? Pertama, emas merupakan instrumen yang likuid. Kedua, emas bisa mengamankan nilai dana, mengingat harga komoditas tambang ini tergolong stabil. Kini, harga emas cenderung naik. Bahkan jika dihitung dalam jangka waktu setahun, gain dari emas lebih tinggi dibanding dengan bunga deposito bank. Reksadana Investasi ini tepat bagi keluarga yang masuk taraf memperbanyak aset. Produk ini cocok bagi keluarga yang anak-anaknya ada di bangku SMP-SMA. Eko menyarankan reksadana saham bagi kelompok ini yang ingin mendapat return tinggi. Reksadana saham pas pula bagi keluarga mapan yang memasuki masa pensiun. Tapi, ingat, risiko reksadana saham juga tinggi, lo. Ada juga reksadana dengan tingkat risiko, namun dengan imbal hasil yang tidak terlalu tinggi, yaitu reksadana pendapatan tetap dan reksadana terproteksi. 3

Obligasi Salah satu investasi jangka menengah lain adalah obligasi. Kelebihan obligasi: imbal hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk bank, baik deposito atau variasi lain. Tentu ada konsekuensi risiko di produk ini. Jika investor ingin menguangkan sebelum jangka jatuh tempo, bisa jadi harga jualnya lebih rendah dari harga saat beli. Dengan begitu, tingkat pengembalian lebih rendah. "Harus sadar bahwa jika sewaktu-waktu ingin mengambil, siap-siap merugi," terang Eko. Saham Investasi di bursa saham merupakan ladang investasi paling berisiko. Apalagi saat sekarang, di tengah harga saham yang sudah membumbung tinggi. Tapi, ingatlah pada kredo: high risk high return. Investasi saham pas bagi investor jangka panjang. Artinya, jangan gatal untuk jual beli tiap hari. Jangka waktu paling berinvestasi di saham minimal empat sampai lima tahun. Properti Investasi jangka menengah dan panjang lain yang layak menjadi pertimbangan adalah investasi properti. Bagi keluarga yang sudah berkecukupan, duit yang tidak terpakai bisa diputar melalui kegiatan investasi di berbagai jenis properti, termasuk apartemen. Tapi, ingat, investasi ini tergolong mahal. Karena itu, investasi ini tepat bagi orang yang berduit, sebab membutuhkan modal yang besar. (Diambil dari Edisi Khusus KONTAN Mei 2010) Mengenal Karakteristik Investasi Reksadana

Modal Investasi Murah, Imbal Hasilnya MeriahOleh Dian Pitaloka Saraswati, Kun Wahyu Winasis - Kamis, 16 September 2010 | 00:11 WIB JAKARTA. Kemunculan beragam produk investasi memudahkan cara beternak uang. Simak saja produk investasi reksadana. Produk ini memang baru mengetop di Indonesia awal tahun 2000. Tapi, sekarang, peminatnya sungguh luar biasa. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), sampai dengan April 2010, nilai aktiva bersih atau aset reksadana di Indonesia telah mencapai Rp 118,22 triliun, tertinggi sepanjang sejarah. Tingginya minat masyarakat berinvestasi di reksadana ini sesungguhnya amat wajar. Selain proses makin mudah, batas minimal berinvestasi juga terjangkau kebanyakan orang. Kenapa berinvestasi di reksadana murah? Reksadana merupakan instrumen yang dipakai manajer investasi untuk mengumpulkan dana masyarakat. Dengan kata lain, setiap investor tidak harus menyetorkan dana yang besar. Kumpulan dana itu lantas diinvestasikan ke berbagai produk investasi, seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau kombinasi dari berbagai produk investasi. Jadi, reksadana memungkinkan investor untuk menempatkan dana di berbagai instrumen investasi. Ini membuat risiko investasi menjadi berkurang. Inkawan D. Jusi, Senior Vice President Wealth Management Group Bank Mandiri, menjelaskan, periode waktu investasi reksadana juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan investasi dari tiap investor. Berdasarkan portofolio investasinya, saat ini terdapat lima pilihan jenis reksadana. Reksadana Pasar Uang Dalam reksadana ini, dana investor diputar di berbagai efek pasar uang, mulai dari deposito, Sertifikat Bank 4

Indonesia, hingga obligasi berjangka pendek. Tingkat risiko reksadana ini relatif rendah, mengimbangi imbal hasil yang hanya sekitar 7%8% per tahun. Dengan profil risiko seperti itu, Inkawan menyebut, reksadana jenis ini cocok untuk investasi jangka pendek. Investor yang menyimpan dana di instrumen ini tidak akan dikenai biaya pembelian dan penjualan kembali. Berbeda dengan reksadana lain, nilai aktiva bersih (NAB) reksadana pasar uang ini tetap, yakni Rp 1.000 per unit penyertaan. Reksadana Pendapatan Tetap Pada produk ini, sekitar 80% dana ditempatkan di efek utang jangka panjang. Beberapa manajer investasi juga memutar sebagian uangnya di saham. Maka, potensi risiko dan return reksadana ini lebih besar daripada tabungan, deposito, atau reksadana pasar uang. Tahun lalu, beberapa produk pendapatan tetap bisa memberikan imbal hasil 20%. Hal itu terjadi berkat kenaikan harga obligasi dan saham di bursa. Produk ini cocok untuk investasi jangka menengah, atau kurang dari lima tahun. Yang menarik, beberapa reksadana membagikan keuntungan berupa dividen secara berkala. Reksadana Saham Inilah produk reksadana yang memiliki risiko paling tinggi. Soalnya, mayoritas dana investor diinvestasikan di saham. Sesuai dengan hukum besi investasi, high risk high return, produk reksadana ini memberikan imbal hasil paling tinggi dibanding dengan yang lain. Di tahun 2009, beberapa reksadana saham mencetak imbal hasil lebih dari 100%. Contohnya reksadana Panin Dana Maksima yang memberi return hingga 160%, Panin Dana Prima (158%), Fortis Ekuitas (123%), dan return Batavia Dana Saham Agro sebanyak 133%. Inkawan menilai, reksadana saham pas untuk mereka yang memiliki tujuan investasi berjangka panjang. Reksadana Campuran Pada reksadana ini, manajer investasi akan mengombinasikan penempatan dananya di saham dan pasar uang. Oleh karena itu, risiko dan imbal hasil reksadana campuran lebih rendah ketimbang reksadana saham. Tapi, jika dibandingkan dengan reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran menawarkan return lebih tinggi. Produk campuran layak dipilih ketika bursa saham sudah mengalami titik jenuh beli dan harga saham sudah naik kelewat tinggi. Melalui penempatan di reksadana ini, risiko investor menipis. Sebab, ketika harga saham sudah kemahalan, manajer investasi biasanya mengalihkan sebagian dana ke instrumen surat utang yang harganya relatif lebih stabil. Oh, ya, rata-rata imbal hasil reksadana campuran sekitar 20%30% setahun. Reksadana Terproteksi Produk ini baru muncul di tahun 2006 menyusul keruntuhan industri reksadana di tahun 2005. Kenaikan harga bahan bakar saat itu menjatuhkan NAB reksadana, khususnya jenis pendapatan tetap. Kebanyakan investor lantas panik, dan mencairkan reksadananya (redemption). Imbasnya, aset reksadana yang sudah mencapai Rp 110 triliun, di awal 2005 itu, menyusut tersisa Rp 26 triliun. Untuk mengatasi trauma itu, muncullah reksadana terproteksi. Reksadana yang nongol terakhir ini kini justru memiliki peminat terbanyak. Maklum, dana pokok investor dijamin tidak hilang, meski NAB reksadana jenis ini negatif. Beberapa manajer investasi bahkan menawarkan proteksi imbal hasil. Sebagai ilustrasi, Anda menginvestasikan uang Rp 20 juta. Sampai reksadana itu bisa dicairkan, duit itu tetap utuh. Bila produk itu memberikan hasil, maka investor akan mendapat return. Tapi, jika manajer investasi gagal 5

meningkatkan NAB, Anda hanya mendapatkan pokok investasi itu. Itu sebabnya, reksadana terproteksi kerap diperbandingkan dengan deposito. Sebagian besar dana investor di reksadana terproteksi diinvestasikan pada instrumen obligasi tanpa bunga (zero coupon bond). (Tulisan ini diambil dari Edisi Khusus KONTAN bulan Mei 2010) PERENCANAAN KEUANGAN

Lakukan evaluasi perencanaan keuangan secara periodikOleh Fransiska Firlana, Raymond Reynaldi - Senin, 10 Januari 2011 | 18:53 WIB

JAKARTA. Pelaksanaan perencanaan keuangan harus dievaluasi secara rutin. Tujuannya, jelas, agar kesadaran kita akan kondisi finansial kita selalu terjaga. Pertanyaannya, kapan evaluasi perencanaan keuangan tersebut mesti dibuat? Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk dan Rekan, berpendapat bahwa evaluasi bisa dilakukan setiap enam bulan atau satu tahun sekali. Khusus bagi orang yang baru pertama kali melakukan perencanaan keuangan alias pemula, Rakhmi menyarankan, evaluasi tersebut dibuat setiap tiga bulan sekali. "Evaluasi ini tidak hanya menjamin rencana kita bakal terwujud, tetapi sekaligus menjadi sarana mengubah gaya hidup yang terencana," jelas dia. Sementara, perencana keuangan dari Shildt Consulting Joanes Widjajanto juga yakin, evaluasi rencana keuangan harus dilakukan. Tanpa evaluasi, kita tidak tahu apa rencana apa yang akan dibuat untuk tahun selanjutnya. Jadi, "Minimal evaluasi setiap akhir tahun," tegas dia. Malah, perencana keuangan dari Kurnia Consulting, Sri Kurniatun mengatakan, evaluasi akan lebih baik bila dilakukan bulanan, atau minimal per tiga bulan. Tidak hanya dilakukan setiap akhir tahun. Ini berlaku bagi siapa saja. "Tujuannya mengantisipasi apabila terjadi perubahan dalam pelaksanaannya," ujar Sri. Lebih lanjut, dia menyebut, jika evaluasi per akhir tahun, akan sulit mengantisipasi bila ada perubahan, misalnya perubahan penghasilan atau keperluan yang mendadak. Evaluasi juga perlu dilakukan untuk memberikan kenyamanan di masa mendatang. "Ini menyangkut kebutuhan dana tahun selanjutnya," kata Joanes. Setelah tahu besaran dana yang dibutuhkan, Anda bisa memperkirakan sumber pendanaannya. Ambil contoh, bila penempatan dana di tabungan kurang menguntungkan, Anda bisa mengalihkan dana itu ke produk yang lebih menguntungkan, seperti deposito ataupun reksadana. Boleh juga, diinvestasi ke emas yang memiliki kenaikan harga relatif stabil. BERINVESTASI DI UNIT LINK

Pelajari risiko unit link, lalu ambil keuntungan investasinya (1)Oleh Dikky Setiawan, Raymond Reynaldi - Jumat, 11 Februari 2011 | 17:09 WIB

JAKARTA. Suatu hari di 2008, Firman Kurniawan, seorang pegawai swasta di Jakarta tiba-tiba terkulai lemas. Dia tidak percaya, investasi 6

sebesar Rp 100 juta yang dibenamkan di unitlink dana saham terbitan sebuah perusahaan asuransi di Jakarta merosot tajam. Pemicunya, saat itu harga saham yang biasa menjadi lahan penempatan portofolio investasinya di unitlink menukik drastis. Jika Anda baru berniat berinvestasi di unitlink, ada baiknya mempertimbangkan matang-matang dalam memilih produk asuransi berlabel unitlink. Mohammad B. Teguh, perencana keuangan dari Quantum Magna Financial menyebut, sebelum membeli produk unitlink, sebaiknya nasabah memilih jenis unitlink sesuai dengan profil pribadinya. Nasabah konservatif jangan memilih unitlink dana saham (equity), sebab indeks saham selalu fluktuatif sehingga bisa memengaruhi naikturunnya dana investasi. "Sebaliknya, nasabah agresif jangan memilih tipe fixed income," ujarnya. Produk unitlink terbagi beberapa jenis. Pertama, cash fund unit-link atau unitlink pasar uang. Biasanya, perusahaan asuransi penerbit unitlink jenis ini menempatkan portofolio investasi nasabahnya 100% pada instrumen pasar uang, seperti deposito berjangka, SBI, dan surat utang jangka pendek. Anda yang tak ingin mengambil risiko besar, bisa memilih unitlink jenis ini. Selain berjangka waktu pendek, risikonya paling rendah. Jenis kedua, fixed income unitlink atau unitlink pendapatan tetap. Lazimnya, komposisi dana investasi nasabah akan difokuskan minimal 80% di instrumen obligasi. Bagi Anda yang ingin mendapatkan keuntungan pada tingkat bunga optimal namun tetap mengutamakan pendapatan yang stabil dan konsisten, bisa mempertimbangkan untuk mengambil unitlink tipe ini. Ketiga, managed unitlink atau unitlink pendapatan campuran, yang biasanya menempatkan portfolio pada saham dan obligasi dengan komposisi tertentu. Banyak orang yang berpendapat, jenis unitlink ini sesuai bagi para nasabah yang ingin memperoleh pendapatan memadai sekaligus peluang pertumbuhan investasi jangka panjang. Jenis terakhir adalah equity unitlink atau unitlink dana saham, yang menempatkan dana nasabah pada saham minimal 80%. Anda yang ingin mendapatkan keuntungan berinvestasi secara maksimal bisa mempertimbangkan unitlink ini. Syaratnya, Anda berani mengambil risiko tinggi. Sebab, nilai investasi yang kita benamkan di unitlink jenis ini sangat bergantung pada pergerakan indeks saham. Pilih perusahaan asuransi yang sehat Setelah mengetahui jenis-jenis unitlink, Teguh menyarankan membeli unitlink dari perusahaan asuransi yang sehat, besar dan terpercaya. "Lihat juga apakah mengambil klaim di perusahaan itu sulit atau mudah," katanya. Selanjutnya, pelajari ilustrasi produk unitlink yang ditawarkan. Kalau perlu, lihat contoh polis asuransi unitlink yang ditawarkan perusahaan asuransi. Nasabah juga harus memperhatikan komponen biaya yang diberlakukan perusahaan asuransi penerbit unitlink. Teguh memberi gambaran, ketika nasabah membeli reksadana langsung ke MI, akan dikutip fee pengelolaan dana sekitar 2%. Tapi, ketika nasabah membeli unitlink dari perusahaan asuransi, logikanya nasabah akan kena fee dua kali lipat: untuk membayar perusahaan asuransi dan membayar MI. Lalu, perhatikan besaran return atau tingkat pengembalian hasil investasi. Teguh bilang, sebaiknya jangan buruburu tergiur membaca return yang dijanjikan. Sebab, biasanya, di tengah jalan perusahaan asuransi kerap mengenakan fee tambahan atas pengelolaan dana nasabah. Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk dan Rekan, menambahkan, nasabah awam yang tak memiliki pengetahuan finansial cukup dalam jangan terburu-buru membeli produk unitlink. Lebih baik nasabah mencari informasi lebih detail mengenai unitlink yang diminati. Toh, kata Rakhmi, kebutuhan asuransi dan investasi sangat bergantung pada tujuan keuangan nasabah. Bila ingin berinvestasi saja, nasabah dapat masuk ke pasar reksadana. Apalagi, pertanggungan yang diberikan oleh produk unitlink kadang tak terlalu besar. Pertanggungan unitlink rata-rata berkisar Rp 100 juta sampai Rp 200 juta. "Kalau mau ditingkatkan, kita harus membayar premi lebih. Dengan premi setinggi itu, mungkin saja kita mendapat pertanggungan yang lebih besar dari produk asuransi jiwa murni," tutur Rakhmi. BERINVESTASI DI UNIT LINK

Pelajari risiko unit link, lalu ambil keuntungan investasinya (selesai)7

Oleh Dikky Setiawan, Raymond Reynaldi - Senin, 21 Februari 2011 | 19:14 WIB JAKARTA. Jika Anda sudah memahami betul unitlink dan cara berinvetasinya, kini bisa memilih perusahaan asuransi yang menerbitkan produk investasi itu. Salah satu yang menawarkan produk unitlink adalah PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia. Perusahaan asuransi asal Italia itu baru saja meluncurkan produk unitlink terbaru bertajuk Ultimate Balance Protection (UB Pro). Edy Tuhirman, Chief Executive Officer PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia, mengatakan, UB Pro merupakan produk asuransi unitlink yang menggunakan automatic risk management system (ARMS). Melalui sistem ini, nasabah bisa memantau dan menjaga pergerakan investasinya. "Jadi nasabah bisa mengontrol investasinya. Kapan dia harus keluar untuk profit taking, top-up, dan cut loss," terang Edy. Pemegang polis UB Pro boleh memilih komposisi dana investasi yang harus ditempatkan di unitlink equity, berapa di pasar uang, dan berapa di fixed income. Nasabah juga bisa profit taking, kalau investasinya sudah untung. Tapi, kalau investasi nasabah sudah minus, nasabah juga bisa langsung meminta cut loss. Edy bilang, bagi nasabah yang berminat membeli UB Pro, perusahaannya akan mengenakan uang pertanggungan (UP) terkecil Rp 50 juta. Dana investasi itu terdiri atas premi dasar dan premi top-up masingmasing Rp 25 juta. Sedangkan, UP terbesar dipatok Rp 2 miliar. Setiap tahun, Generali mengenakan subcription fee 2% dan fee management berkisar 2%-2,2% dari total dana investasi. "Persentasenya tergantung penempatan dana nasabah. Untuk yang fund equity maksimal 2,2%, dan money market maksimal 2%," ujar Edy. Sayang, Edy enggan membeberkan return yang bisa didapat nasabah jika berinvestasi di UB Pro. "Kami hanya bisa menjanjikan produk kami memiliki sistem pengaman yang baik," tandasnya. Selain manfaat investasi, nasabah juga akan memetik manfaat perlindungan jiwa 125% kali premi dasar, atau 250% kali premi dasar jika diakibatkan kecelakaan. Perusahaan asuransi lain yang menawarkan unitlink adalah PT Sun Life Financial Indonesia. Selain manfaat pertanggungan, produk unitlink syariah ini menawarkan instrumen investasi, seperti penempatan dana di saham dan obligasi syariah. Nah, UP yang diberikan produk syariah Sun Life Financial ini mulai dari 5 kali hingga 90 kali premi tahunan. Besaran UP tergantung usia nasabah. Usia 60-65 tahun mendapat UP sebesar 5-15 kali premi tahunan. Sementara, nasabah usia muda berpeluang mendapat UP antara 45-90 kali premi tahunan. Srikandi Utami, Head of Shariah PT Sun Life Financial Indonesia menyebut, besaran minimum premi asuransi pada unitlink syariah ini Rp 2,4 juta. "Kami membebaskan besaran investasinya. Semua tergantung kebutuhan nasabah, mau proteksi atau investasi," terang Srikandi. Adapun biaya yang harus ditanggung saat pertama kali membeli produk ini adalah biaya loading (biaya administrasi) 80%, sisa 20% masuk ke rekening nasabah. Selain itu, ada biaya berkala mulai tahun kedua yang besarannya akan turun dari tahun ke tahun. Biaya lain, subscription fee Rp 24 juta per tahun, dan biaya pengelolaan investasi, yakni untuk investasi saham sebesar 2,25% dan campuran 1,75% yang dipungut setahun sekali. Ada juga biaya kontribusi bila nasabah ingin memperbesar porsi unitlink. Produk investasi yang tidak efektif dan rumit Tidak semua kalangan menilai unitlink sebagai produk investasi yang tepat bagi masyarakat awam. Mohammad B. Teguh, perencana keuangan dari perencana keuangan Quantum Magna Financial menilai, unitlink adalah produk investasi yang kurang tepat. Alasannya, nasabah unitlink harus membeli sesuatu yang tidak efektif. "Kalau unitlink itu kan nasabah harus membeli produk perlindungan jiwa sekaligus investasi. Seharusnya, kalau mau berinvestasi, semua dana dimasukkan ke produk investasi, bukan untuk membayar premi asuransi," katanya. Teguh juga menilai, tujuan sebagian masyarakat di negeri ini membeli asuransi unitlink untuk investasi jangka panjang. Mereka mengira, unitlink adalah produk asuransi yang memiliki bentuk proteksi investasi. Padahal, 8

yang dilindungi oleh perusahaan penerbit unitlink hanya asuransi jiwa, bukan proteksi investasinya. "Di sini banyak nasabah yang tidak memahaminya," imbuh Teguh. Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk dan Rekan, menilai, produk investasi yang dibalut asuransi atau unitlink sebagai produk yang rumit. Salah satu alasan Rakhmi menilai produk unitlink dapat merepotkan nasabah adalah besaran biaya atau fee yang harus ditanggung. Sebab, kebanyakan perusahaan asuransi penerbit unitlink akan mengenakan banyak biaya kepada nasabah, seperti premi dasar asuransi, biaya administrasi asuransi, dan investasi. "Meski manfaatnya ganda, ada pertanggungan dan investasi, tidak semua orang dapat memiliki produk ini," tandasnya. MENCERMATI PEMBELIAN RUMAH MELALUI OVER KREDIT

Agar membeli rumah tidak berujung penyesalan (1)Oleh Dikky Setiawan - Kamis, 03 Maret 2011 | 19:23 WIB JAKARTA. Memiliki rumah sendiri idaman setiap rumah tangga. Dengan mempunyai rumah sendiri, kita bisa leluasa mengatur rumah tangga, memilih desain rumah, dan mengatur tata letak barang sesuai selera. Walhasil, rumah yang kita tempati akan memberikan rasa aman dan nyaman. Jadi, wajar jika banyak di antara kita yang bekerja pontang-panting, demi mengumpulkan uang agar dapat membeli rumah. Meskipun, pembelian itu ditempuh dengan cara kredit atau mencicil pembayarannya lewat bank (kredit pemilikan rumah/KPR). Bahkan, alih-alih mendapatkan rumah idaman yang sesuai anggaran, kini banyak orang membeli dengan cara oper kredit (take over credit). Lazimnya, ini didefinisikan sebagai bentuk dari pengalihan kredit KPR atau kredit pemilikan apartemen (KPA) dari pihak pemilik lama kepada pemilik baru. Namun, dalam banyak kasus, proses membeli rumah dengan sistem oper kredit lebih sulit ketimbang membeli rumah dari pengembang dengan cara mengajukan kredit langsung kepada bank. Maklum, biasanya dokumen rumah yang akan dibeli sudah tersimpan di sebuah bank, misalnya bank A. Jadi, apabila pihak debitur baru ingin mendapatkan kredit dari bank B, belum tentu bank A bersedia memberikan dokumen tersebut dengan proses cepat dan mudah. Lebih celaka, tak sedikit masyarakat yang tak memahami tata cara dan prosedur pengalihan KPR atau KPA tadi. Walhasil, niat semula ingin mendapat keuntungan dari membeli rumah atau apartemen dengan oper kredit, mereka justru rugi. Sistem ini bisa sangat berbahaya kalau si pembeli tidak memahami aturannya," kata Rakhmi Pematasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan. Menurut Rakhmi, bisa saja para debitur lama memiliki masalah pada KPR-nya. Atau, ketika membeli rumah, si debitur baru lebih memilih cara pengalihan kuasa. Padahal, ternyata surat-surat pendukung untuk pengalihan kuasa oper kredit tadi tidak cukup lengkap, sehingga bank menolak memberikan sertifikat asli rumah kepada debitur baru ketika kreditnya telah selesai. Sudah ada barangnya Namun, lanjut Rakhmi, membeli rumah melalui sistem oper kredit KPR atau KPA juga memiliki sisi keuntungan. Paling tidak, ketika melakukan oper kredit, rumah atau apartemen sudah serah terima, atau sudah dibangun tapi umurnya belum terlalu lama. Jadi, pembeli sudah langsung punya gambaran kira-kira bentuk rumahnya seperti apa, kekurangan rumahnya di mana, bahkan bisa menghitung kemampuan membayar cicilan. Menurut Budi Triadi Pratama, perencana keuangan dari Akbar's Financial Check Up, oper kredit properti KPR atau KPA bisa berupa pengalihan antarinstitusi keuangan atau bank. Artinya, KPR atau KPA yang ada di bank 9

A dipindahkan ke bank B. Tentu saja, skema tersebut tak selalu bisa dijalankan. Ini tergantung pada kebijakan antarbank tersebut. Namun, biasanya, pengalihan kredit dengan skema ini digunakan nasabah demi mendapatkan fasilitas lebih. "Bisa berupa bunga kredit lebih kompetitif, kemudahan dalam pelunasan, skema pelunasan yang lebih fleksibel, atau fasilitas lain yang dinilai lebih daripada fasilitas bank sebelumnya," kata Budi. Bentuk pengalihan kredit lainnya adalah pengalihan kredit kepemilikan. Singkatnya, kepemilikan properti dari debitur A pindah ke B. Skema ini biasanya menggunakan bank yang sama. Bisa juga menggunakan bank yang berbeda seperti skema sebelumnya. Dalam skema ini, yang perlu diperhatikan adalah kondisi persetujuan kredit yang ingin dialihkan. Sebab, jika pengajuan kredit tidak disetujui, pengalihan tidak dapat terjadi. Lantas, bagaimana cara bijak membeli rumah atau apartemen melalui sistem oper kredit? Berikut ini beberapa tips yang harus Anda perhatikan ketika ingin membeli KPR atau KPA lewat oper kredit, seperti dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan: 1. Hitung biaya transaksi pembelian Langkah pertama yang harus diketahui ketika membeli rumah atau apartemen melalui oper kredit KPR atau KPA adalah menghitung terlebih dulu biaya yang akan dikeluarkan untuk proses ini, seperti biaya pembelian ke pihak penjual dan biaya-biaya oper kredit ke bank. "Ini untuk memastikan, apakah KPR atau KPA yang ditawarkan secara oper kredit sepadan atau tidak dibandingkan membeli baru atau tunai," kata Rakhmi. Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Bussines Advisory menambahkan, sebelum membayar sejumlah uang untuk KPR atau KPA dari pemilik lama, seyogianya Anda melakukan negosiasi terlebih dahulu. Paling tidak, negosiasi tersebut terkait harga jual properti yang mau dialihkan. Jadi, Anda harus bertanya kepada pemilik lama, berapa tahun sudah mengangsur cicilan rumah. Jika baru membayar cicilan rumah 24 bulan dari jangka waktu 15 tahun cicilan, berarti negosiasi harga rumah di sekitar angka yang sudah dicicil si pemilik lama. "Karena, selama dua tahun itu, dia sudah mendapatkan manfaat rumah yang akan kita beli," kata Mike. 2. Lihat biaya cicilan Budi mengingatkan, biar bagaimanapun, sistem oper kredit adalah skema berutang. Jadi, Anda perlu memperhatikan kemampuan keuangan. Khususnya, kemampuan dalam mencicil KPR atau KPA. Setelah disetujui memakai fasilitas KPR ataupun KPA, properti tersebut belum langsung menjadi hak nasabah sepenuhnya. Nasabah masih memiliki kewajiban melunasi utang tersebut. "Properti yang menggunakan kredit baru dapat dinyatakan sebagai aset jika sudah lunas. Jadi, perhatikan kewajiban rutin yang ada alias cicilan," saran Budi. Yang ideal, besar biaya cicilan tidak menambah besar total utang Anda. Total cicilan utang yang boleh dimiliki maksimal 30% dari penghasilan rutin bulanan," ujarnya. Jika total keseluruhan utang lebih dari 30%, sebaiknya besar utang dikurangi. Caranya, bisa dengan melunasi sebagian utang yang ada atau memperpanjang jangka waktu utang tersebut. Ini dengan ekspektasi nilai cicilan utang bisa berkurang. (bersambung)

MENCERMATI PEMBELIAN RUMAH MELALUI OVER KREDIT

Agar membeli rumah tidak berujung penyesalan (Selesai)Oleh Dikky Setiawan - Senin, 14 Maret 2011 | 14:19 WIB JAKARTA. Dalam banyak kasus, proses membeli rumah dengan sistem oper kredit lebih sulit ketimbang membeli rumah dari pengembang dengan cara mengajukan kredit langsung kepada bank. Bagaimana cara bijak membeli rumah atau apartemen melalui sistem oper kredit? 10

Berikut lanjutan beberapa tips yang harus Anda perhatikan ketika ingin membeli KPR atau KPA lewat oper kredit, seperti dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan: 3. Lihat sejarah kredit debitur sebelumnya Poin ini sangat penting, sebab, dalam banyak kasus, debitur sebelumnya ada yang menunggak cicilan KPR atau KPA ke bank pemberi kredit. "Kalau hal ini tidak diperhatikan, pihak pembeli tentu yang akan dirugikan dari proses ini," kata Rakhmi Pematasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan. Saran senada diungkapkan Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Bussines Advisory. Menurutnya, yang namanya oper kredit KPR atau KPA, bukan semata-mata mengalihkan aset properti, tapi juga mengalihkan utang pemilik lama kepada si pemilik baru. "Anda harus mengetahui, apakah pemilik lama memiliki tunggakan utang atau tidak. Jangan sampai kita membeli rumah yang ada tunggakan utang pokok ditambah bunga dan penaltinya. Ini jelas merugikan," sarannya. Untuk mengetahui ada atau tidak tunggakan utang cicilan, Anda harus meminta bukti print out pembayaran kredit si pemilik lama. "Intinya, jangan sampai kita beli kucing dalam karung. Kalau si pemilik lama memang tidak sanggup menutupi utang, kita boleh melunasi utang pokok plus bunga. Tapi, tidak beserta penalti tunggakannya," imbuh Mike. 4. Lihat fasilitas rumah Menurut Mike, ketika berniat membeli rumah baik secara tunai maupun oper kredit, Anda terlebih dulu harus menentukan tujuan. Apakah rumah itu untuk tempat tinggal atau investasi. Nah, jika sebagai tempat tinggal, hal yang perlu dilihat ketika membeli rumah atau apartemen lewat oper kredit adalah sarana beserta fasilitasnya. Misalnya, kata Mike, apakah rumah yang akan dibeli bisa mengakomodir kebutuhan rumahtangga. Bisa saja ketika membeli rumah oper kredit, Anda belum memiliki anak. "Nah, apakah rumah itu cukup kalau ada anakanak ke depan. Misalnya, lokasi dekat pasar, jalan tol, fasilitas umum, lingkungannya aman, dan berbagai fasilitas lain," katanya. 5. Periksa dokumen Pastikan dokumen atau sertifikat rumah yang akan dibeli asli. Tentu, jika rumah KPR atau KPA, dokumen yang asli masih tersimpan di bank yang menyediakan fasilitas kredit kepada pemilik lama. "Tapi, calon pembeli bisa mendapatkan fotokopi dokumen yang ada di pemilik lama. Setelah itu, Anda harus mencocokkan ke bank bersama pemilik lama," kata Mike. Untuk memastikan, Anda bisa minta bantuan notaris. Sebelum terjadi jual beli, notaris akan mengecek keaslian dokumen. Jika Anda mengambil KPR atau KPA dari bank yang Anda pilih, divisi legal bank akan mengecek keaslian dokumen. 6. Jaga track record Agar pengajuan kredit disetujui bank, menurut Budi, nasabah perlu menjaga track record kredit. Pasalnya, rekam jejak kredit nasabah tercatat dalam Sistem Informasi Debitur (SID) di Bank Indonesia. SID ini menginformasikan rapor kredit nasabah yang sudah dan pernah menggunakan kredit. "Otomatis, jika rapornya merah atau masuk kategori black list, jenis kredit apapun tidak dapat disetujui bank," imbuh Mike. Bisa Oper Kredit Lewat Notaris atau Bank Dengan berbagai alasan, kini banyak masyarakat di tanah air membeli rumah melalui sistem over kredit KPR dan KPA di bank. Namun, proses pengalihan aset properti dan kredit dengan sistem tersebut tidak mudah. Apa yang harus diperhatikan? Dalam proses over kredit KPR atau apartemen (KPA), terdapat beberapa cara. Masing-masing cara sangat berpengaruh terhadap legalitas dokumen hukumnya. Anda perlu memilih cara mana yang paling aman agar pada saat KPR lunas, Anda bisa mengambil sertifikat rumah di bank dengan mudah dan tanpa kendala. Salah satunya, proses oper kredit KPR atau KPA bisa memakai jasa notaris. Dalam proses ini, Anda dan penjual menghubungi notaris dan menyampaikan maksud Anda untuk melakukan oper kredit atas rumah pihak penjual. 11

Di sini, Anda dan pihak penjual wajib menyertakan dokumen pendukung. Sebut saja, fotokopi perjanjian kredit, fotokopi sertifikat yang tertera stempel bank, fotokopi izin mendirikan bangunan (IMB), fotokopi dokumen pajak bumi dan bangunan (PBB) yang sudah dibayar, fotokopi bukti pembayaran angsuran, buku tabungan bernomor rekening untuk pembayaran angsuran, dan data pribadi penjual serta pembeli, misalnya KTP, kartu keluarga, dan buku nikah. Notaris kemudian membuat Akta Pengikatan Jual Beli (APJB) atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan yang dimaksud, berikut Surat Kuasa untuk melunasi sisa angsuran dan kuasa untuk mengambil sertifikat. Selanjutnya penjual membuat surat pernyatan atau pemberitahuan bahwa telah terjadi alih kewajiban dan hak atas kredit dan agunan tersebut. Surat pernyataan ditujukan ke bank. Sedangkan, proses oper kredit di bank dilakukan berdasarkan sejumlah prosedur. Di antaranya, setelah pihak penjual dan pembeli sudah menyetujui harga oper kredit rumah atau apartemen, maka ada beberapa proses yang harus dilewati. Pertama, pihak pembeli mengajukan aplikasi oper kredit KPR ke bank. Jika permohonan tersebut disetujui, bank akan memberi rincian besarnya dana yang bisa didapatkan pihak pembeli. Jika kita setuju dengan nilai dana yang akan diberikan bank, bank akan mencairkan dana tersebut setelah semua persyaratan terpenuhi. Bank akan melunasi sisa kredit dari pihak penjual ke bank lama atau mentransfer langsung ke rekening penjual untuk dibayarkan ke bank lama. Tahapan akhir adalah kita bisa menempati rumah baru setelah proses akad kredit selesai dan melakukan pembayaran angsuran oper kredit rumah itu sesuai perjanjian. "Pemilihan proses perlu dipikirkan masak-masak karena masing-masing cara punya kelebihan dan kekurangan," tandas Rakhmi. KONTAN SHARE & LEARN

Mau sejahtera? Buat perencanaan keuangan sejak diniOleh Cipta Wahyana - Senin, 16 Mei 2011 | 10:10 WIB JAKARTA. Planning or Nothing! KONTAN kembali mengangkat tema ini dalam acara bincang-bincang (talkshow) KONTAN Share & Learn yang digelar di marketing gallery Astra Peugeot, Sunter, Sabtu lalu (14/5). Kali ini, KONTAN mengemas KONTAN Share & Learn sebagai bagian rangkaian acara menuju Indonesia Financial Expo & Forum 2011 (IFEF 2011). Di awal acara, Eko Endarto, Financial Planner dari Financia Consulting, mengingatkan para peserta talkshow agar menyusun perencanaan keuangan sejak dini. Perencanaan ini sangat penting mengingat pendapatan seseorang terbatas, sementara pengeluaran tak terbatas. Financial planning akan membantu individu atau keluarga dalam mengalokasikan pendapatan atau aset untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan di masa depan. Misalnya, perencanaan akan membantu keluarga agar fokus dalam menyiapkan biaya pendidikan buah hati, menyiapkan dana pensiun kepala keluarga, dana pelesir ke luar negeri, atau bahkan sekedar menyiapkan dana pembelian mobil. Tanpa perencaan keuangan, kemungkinan besar, tujuan-tujuan keuangan itu akan sulit tercapai. Karena itu, perencanaan keuangan merupakan keharusan bagi setiap individu atau keluarga jika mereka ingin hidup sejahtera di masa mendatang. Di sesi kedua, giliran Wendy Isnandar, Direktur PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) membagikan pengetahuan tentang seluk-beluk reksadana. Sebagai salah satu alat atau instrumen investasi untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan reskadana menawarkan tiga kelebihan bagi investor, yakni mudah, murah, dan memberikan hasil yang meriah (tinggi). Reksadana menawarkan kemudahan karena investor bisa berinvestasi di instrumen saham, obligasi, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan berbagai instrumen lain tanpa harus repot menguasai seluk-beluk instrumeninstrumen investasi itu secara mendalam. Pasalnya, lewat reksadana, investor menyerahkan pengelolaan dananya kepada para ahli strategi investasi yang dimiliki oleh perusahaan manajer invetasi (MI). Sementara, reksadana murah karena investor bisa berinvestasi di produk ini dengan dana minimal. Jika berinvestasi di produk Mandiri Manajemen Investasi melalui Bank Mandiri, misalnya, investor cukup menyediakan dana investasi awal Rp 500.000. Selanjutnya, dalam setiap bulan berikutnya, lewat program installment plan, investor bisa investasi minimal Rp 100.000. 12

Menariknya, meski mudah dan murah, reksadana mampu memberikan keuntungan (return) jauh di atas bunga deposito perbankan dan bahkan di atas inflasi tahunan. Dengan fitur seperti ini, reksadana cocok menjadi keranjang investasi untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan di masa mendatang. Para peserta yang memenuhi marketing gallery Astra Peugeot tampak antusias mengingkuti KONTAN Share & Learn kali ini. Sesi tanya jawab juga belangsung sangat ramai. Maklum, KONTAN, Mandiri Manajemen Investasi, dan Astra Peugeot menyediakan hadiah-hadian menarik kepada peserta yang bertanya. KONTAN Share & Learn kali ini ditutup dengan santap siang bersama. Setelah itu, para peserta yang penasaran memiliki kesempatan untuk menjajal (test drive) sedan terbaru keluaran Astra Peugeot, yakni Peugeot 207. KIAT KOCEK

Tatkala gaya hidup menjadi ancamanOleh Prita H. Ghozie, Perencana Keuangan ZAP Finance - Jumat, 17 Juni 2011 | 16:02 WIB Sejak awal tahun, mungkin Anda sudah mulai menata kehidupan keuangan. Membentuk dana liburan atau dana pendidikan bisa jadi salah satu tujuan finansial keluarga. Rencana keuangan sudah disiapkan, rekening investasi pun sudah dibuat, namun, mengapa setelah beberapa bulan, saldonya tidak ada penambahan? Jika Anda masih mengalami hal tersebut, ada baiknya Anda menyimak tulisan perencana keuangan dari ZAP Finance Prita H. Ghozie, berikut ini! Beberapa waktu lalu, saya berbicara di seminar keuangan yang diadakan sebuah sekolah di Jakarta. Saat mengadakan survei kecil-kecilan, banyak peserta mengaku punya gaji sepuluh koma. Bukan mereka bergaji Rp 10 jutaan, tapi setelah tanggal 10 setiap bulan, keuangan keluarganya berstatus koma! Fenomena gaji bulanan habis di tengah jalan memang sering dirasakan banyak masyarakat, terutama yang tinggal di kota-kota besar. Jadi, bagaimana mau mengisi rekening investasi atau tabungan, untuk hidup seharihari saja mungkin terpaksa berutang atau hemat-hemat dari tanggal 10 hingga gajian tanggal 25. Apa sebetulnya akar permasalahannya? Gaji sepuluh koma Berdasarkan pengalaman saya sebagai perencana keuangan, ada 2 masalah klasik yang menyebabkan gaji seringkali habis di tengah jalan. Pertama, tidak bisa membedakan antara simpanan, tabungan, dan investasi. Kebanyakan karyawan menerima gaji di sebuah rekening 'tabungan'. Namun, jika setiap bulan Anda rajin mencetak buku rekening, coba periksa, banyak mana jumlah mutasi debit dibandingkan mutasi kredit? Rata-rata peserta tertawa sambil menjawab mutasi debit. Padahal, tabungan seharusnya banyak mutasi kredit, dan hanya didebit sesekali untuk mendanai tujuan finansial yang telah ditetapkan. Jadi, yang selama ini Anda anggap tabungan, sebetulnya hanyalah simpanan yang memang harus habis setiap bulan. Tak heran, kan, saldo tabungan habis terus? Kedua, gaya hidup tinggi. Tak bisa dipungkiri, ini adalah penyakit yang hingga kini belum ada obatnya, terutama untuk Anda yang tinggal di kota besar. Susah sekali tidak mengikuti perkembangan gaya hidup alias lifestyle. Berulang kali saya katakan, gaji TIDAK berhubungan dengan KAYA, tapi dengan LIFESTYLE. Anda harus bisa menentukan berapa banyak dari gaji bulan ini yang mau dipakai untuk senang-senang sekarang dan senangsenang di masa nanti. Hindari sabotase gaya hidup Punya gaya hidup tentu hak semua orang, apalagi mereka yang sudah bekerja keras memperoleh penghasilan. Tapi, coba dipikir ulang, dengan menyisihan gaji bulan ini untuk ditabung atau investasi, sebetulnya Anda juga 13

akan menggunakan uangnya di masa mendatang, bukan? Kita harus ingat bahwa dana untuk kegiatan menabung dan berinvestasi ini suatu saat akan digunakan. Saya baru mencairkan reksadana yang telah dikumpulkan selama 3 tahun. Tahun ini, jatuh tempo pembayaran dana pendidikan untuk playgroup anak kedua saya. Memiliki rencana keuangan itu bukan seperti Paman Gober yang sibuk menimbun koin emas, tapi tidak dinikmati. Kita hanya menunda pembelian dan mengharapkan hasil lebih tinggi, agar dengan uang sedikit bisa mencapai hasil paling maksimal sesuai profil risiko. Cara termudah menghindari sabotase gaya hidup adalah membuat alokasi pos-pos pengeluaran. Setiap keluarga, pada dasarnya punya kebutuhan berdasarkan ZAPFIN. Kita butuh Zakat, Assurance alias dana darurat & asuransi, Present Consumption dalam bentuk simpanan yang harus habis tiap bulan, Future Spending yang kita kumpulkan dulu selama beberapa bulan baru membeli dalam bentuk tabungan, dan terakhir INvestment untuk kebutuhan jangka panjang. Gaya hidup Anda sebetulnya terbagi dalam pos Present Consumption, Future Spending, dan INvestment. Setiap bulan Anda pasti butuh makan, tapi makan bakso atau ribs adalah pilihan gaya hidup. Demikian juga berlibur, mau yang dalam kota atau harus ke luar negeri juga pilihan. Jadi, sebetulnya menabung itu sesuatu yang menyenangkan karena bisa menyokong gaya hidup yang Anda mau beberapa tahun lagi. Alokasinya bagaimana? Terserah Anda karena hidup yang dijalani adalah milik Anda sendiri. Metode untuk membagi pos-pos keuangan bisa yang tradisional dalam bentuk amplop, atau yang lebih canggih dalam bentuk rekening bank. Setiap orang sebaiknya punya 3 rekening yang masing-masing punya tujuan berbeda. Satu untuk terima gaji, satu untuk investasi, dan satu untuk dana darurat. Buatlah instruksi debit otomatis dari rekening gaji agar setiap bulan ada jumlah tertentu yang langsung ditransfer ke 2 rekening lainnya. Usahakan 2 rekening lainnya tidak punya kartu ATM atau bila ada, simpan dalam amplop dan masukkan lemari! Disiplin dan komitmen Memiliki rencana keuangan merupakan langkah awal menuju kesejahteraan finansial. Namun, rencana saja tanpa implementasi hanya menjadi satu hal yang percuma. Komitmen kuat untuk mencapai tujuan finansial yang menjadi prioritas dalam keluarga harus diikuti dengan disiplin keuangan yang baik. Live a beautiful life! MERACIK PROTEKSI & INVESTASI

Berkreasi menyusun proteksi dan investasi sendiriOleh Arief Ardiansyah - Jumat, 15 Juli 2011 | 19:44 WIB

JAKARTA. Produk unitlink sudah menjadi penyumbang pendapatan paling besar bagi banyak perusahaan asuransi. Otomatis, produk asuransi yang menggabungkan asuransi dan investasi dalam satu paket ini sudah memiliki banyak pengikut. Nasabah terpikat lantaran berharap unitlink bisa mendapat manfaat ganda sekaligus, yaitu perlindungan asuransi dan investasi. Namun, kalangan perencana keuangan menilai harapan itu susah terwujud. Freddy Pieloor, perencana keuangan dari MONEYnLOVE, menilai, unitlink bukan alat investasi dan alat proteksi yang paling benar. "Investasi itu harus dipisahkan dari asuransi. Itu tidak bisa ditawar lagi," kata Freddy. Perencana keuangan dari Shildt Financial Planner Risza Bambang menilai, sebenarnya bukan salah perusahaan asuransi membuat produk unitlink. Masalahnya, masih banyak konsumen yang tidak mau repot. "Jadinya mereka membayar fee proteksi lebih tinggi dan mendapat hasil investasi yang lebih rendah di unitlink," kata Risza. Buat Anda yang sudah kadung memiliki unitlink, silakan baca rubrik Kocek terdahulu, Andai Terpaksa Melego Jangan Cuma Melongo di Mingguan KONTAN No 41-XV, Edisi 4-10 Juli 2011. Anda yang baru tersadar untuk 14

memiliki proteksi dan berinvestasi, silakan simak ringkasan saran dari beberapa perencana keuangan yang berbagi tips dan wawasan untuk membuat 'unitlink' sendiri. Sisi proteksi Untuk mempermudah contoh penyusunan 'unitlink' ini ada beberapa asumsi. Mari kita ambil contoh sebuah keluarga muda yang memiliki dua anak. Suami berusia 32 tahun dan istri 28 tahun, adapun usia anak-anak masing-masing tujuh tahun dan lima tahun. Keluarga ini sudah membeli rumah dengan KPR bertenor 10 tahun dan cicilan sudah berjalan selama tiga tahun. Baik suami maupun istri bekerja dengan penghasilan masing-masing Rp 10 juta dan Rp 5 juta. Dari penghasilan ini, mereka bisa rutin menyisakan duit bulanan Rp 3 juta atau dengan kata lain menghabiskan biaya hidup bulanan Rp 12 juta. Nah, baru-baru ini mereka merasakan perlu memiliki produk asuransi dan investasi. Sebelum memulai rencana membuat proteksi dan investasi, perencana keuangan dari First Principal Financial Pte Ltd Singapura Fauziah Arsiyanti meminta keluarga ini menyiapkan dana darurat (emergency fund) minimal tiga sampai enam bulan biaya hidup bulanan. Anda bisa menyiapkan dana darurat ini dalam dua bagian: tabungan atau deposito dan emas. "Tujuan dana darurat itu, bila ayah atau ibu kehilangan pekerjaan tetap, dana itu bisa menghidupi keluarga sampai mendapat pekerjaan baru," kata perempuan yang kerap dipanggil Zizi ini. Setelah itu, Risza menyarankan keluarga ini membuat garis rencana hidup. Garis ini berisi tahun-tahun krusial yang mengidentifikasi rencana-rencana keluarga dan membutuhkan biaya besar. Sebut saja masa-masa anakanak bakal masuk sekolah, mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dan bila perlu sampai biaya menikahkan mereka. Tercantum pula tujuan finansial orangtua untuk beribadah haji, misalnya, hingga pensiun kelak. Setiap rencana finansial tersebut harus berisi estimasi biaya yang diperlukan. "Lalu, tentukan rencana proteksi dan investasi Anda," kata Risza. Paling tidak, ada empat jenis perlindungan yang dibutuhkan sebuah keluarga, yaitu asuransi kematian atau jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, dan dana pensiun. Freddy menyarankan Anda membeli polis asuransi jiwa berjangka (term life) dengan uang pertanggungan (UP) yang pas. Cara menghitung UP dalam kasus ini adalah menjumlahkan total kebutuhan biaya pendidikan dua anak hingga minimal sarjana, biaya hidup untuk lima sampai sepuluh tahun, dan biaya untuk memenuhi rencana-rencana keuangan yang lain. Selanjutnya, miliki asuransi kesehatan untuk seluruh anggota keluarga. Freddy meminta Anda mengecek keberadaan fasilitas perlindungan kesehatan dari kantor. Kalau belum cukup, silakan membeli asuransi kesehatan sesuai kelas kamar atau mengambil sistem cash plan dengan limit yang sesuai. Untuk kepemilikan asuransi kecelakaan diri, Anda bisa mengambil polis, misalnya, Rp 500 juta. Anda bisa membeli asuransi ini terpisah atau menyatu dengan asuransi jiwa term life. Yang pasti, "Jangan membayar premi asuransi berlebihan," kata Freddy. Zizi menambahkan, kepemilikan asuransi ini tidak harus sekaligus seluruh keluarga. Bila kemampuan saat ini baru untuk ayah dan ibu saja, ya, tak masalah. Dia menyarankan keluarga ini mengalokasikan duit Rp 1 juta per bulan untuk asuransi. "Nanti bila ada bonus atau tunjangan lain bisa untuk melengkapi asuransi yang belum dimiliki," kata Zizi. Sisi investasi Secara garis besar, Risza menyebut ada dua jenis investasi, yaitu paper investment (investasi surat berharga) dan investasi murni. Investasi berwujud kertas itu berupa deposito, Reksadana, saham, dan obligasi. Investasi seperti ini cocok bagi Anda yang tidak punya waktu dan ogah repot. Adapun investasi murni adalah Anda membiakkan duit secara langsung di sektor properti, berbisnis, atau memiliki logam mulia. "Sedikit repot, tapi return dan risiko investasi lebih baik," kata Risza. 15

Untuk mendanai pendidikan anak pertama masuk SMP nanti, Zizi menyarankan keluarga ini berinvestasi di reksadana campuran. Alokasi untuk investasi ini cukup Rp 1 juta sebulan. Dengan asumsi return reksadana campuran 20% per tahun, bakal terkumpul duit yang cukup untuk membayar uang pangkal SMP dan uang bulanan sekolah selama tiga tahun. Untuk anak kedua yang mau masuk SD, Zizi menyarankan membeli logam mulia dengan alokasi rutin Rp 1 juta per bulan. Risiko investasi logam mulia lebih kecil dari risiko investasi di reksadana. "Cocok untuk menabung jangka pendek," kata Zizi. Adapun rencana lain bisa dipenuhi keluarga ini saat ayah dan ibu mendapat kenaikan gaji dan bonus. Kunci sukses berinvestasi, ungkap Zizi, adalah menabung sedini mungkin secara rutin dan disiplin. "Walau tidak besar, efek compounding interest (bunga majemuk atau bunga berbunga) membuat nilai tabungan jadi besar," kata Zizi. Adapun Freddy menyarankan keluarga ini mengalokasikan minimal 30% pendapatan untuk investasi, termasuk KPR. Dari situ, Anda bisa menaruh di berbagai produk investasi dengan porsi logam mulia sekitar 10%-15%, reksadana saham 15%, reksadana campuran 25%, dan properti 50%. "Cicilan KPR bisa masuk investasi properti, apalagi untuk rumah kedua, ketiga, dan seterusnya," kata Freddy. Risza malah menilai kepemilikan rumah bisa menjadi salah satu model penyiapan dana pensiun paling sederhana. Kala Anda masuk pensiun, usia anak-anak sudah dewasa dan tinggal di rumah masing-masing, "Jual saja rumah sekarang dan beli rumah lain di daerah yang lebih murah. Sisanya untuk membiayai pensiun," kata Risza. Adapun untuk berinvestasi di paper investment, Risza menyarankan Anda membeli reksadana pendapatan tetap dan obligasi pemerintah yang relatif aman dari risiko. Bila Anda mau sedikit ribet, berinvestasi di logam mulia bisa membuat duit Anda berbiak lebih cepat. Yang jelas, menyusun proteksi dan investasi mandiri seperti ini memiliki banyak kelebihan. Yakni biaya murah, nilai proteksi lebih tinggi dan worth it, serta bisa meraih return investasi yang lebih tinggi. "Kelemahannya, Anda agak capek karena harus berpikir sendiri," kata Risza. Nah, mau pilih yang mana, terserah Anda! KIAT KOCEK

Investasi di saat pasar bergejolakOleh Prita H. Ghozie, Perencana Keuangan ZAP Finance - Senin, 22 Agustus 2011 | 11:19 WIB

Jika mengamati perkembangan pasar finansial dalam beberapa minggu terakhir, mungkin banyak di antara Anda yang merasa khawatir jika nilai aset investasinya mulai tergerus. Sementara sebagian orang mungkin bingung kemana sisa dana tunjangan hari raya (THR) bulan ini bakal diinvestasikan. Apakah sekarang saat yang tepat untuk membeli atau malah menjual? Sebelum kepanikan melanda kehidupan finansial Anda, inilah saat yang tepat sebagai investor untuk menata portofolio investasi sesuai dengan kebutuhan. Apakah Anda sudah siap melakukannya? Strategi sesuai rencana finansial Pasar tidak akan selamanya berada di posisi atas. Sebagai investor, kita harus melihat kembali apa tujuan dalam berinvestasi. Hal paling mendasar yang harus kita pahami adalah apakah investasi kita ini untuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Apabila kebutuhan akan direalisasikan dalam jangka waktu kurang dari setahun, maka dana yang harus Anda siapkan dalam bentuk tabungan atau deposito. Jika aset sudah telanjur ditempatkan di saham dan posisinya 16

sedang rugi, maka Anda terpaksa menggunakan dana darurat sebagai dana talangan untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Bila dana darurat itu pun tidak tersedia, maka tidak ada jalan lain yang dapat dilakukan selain melikuidasi investasi tersebut meski harus menderita realized loss. Nah, jika aset investasi tidak akan dipergunakan dalam setahun ke depan, Anda tidak perlu terlalu panik dengan penurunan nilai investasi. Ada beberapa langkah yang dapat diambil investor dalam kondisi pasar yang menurun dan fluktuatif. Selama masih sesuai dengan alokasi portofolio investasi, sebenarnya Anda dapat mengambil potensi keuntungan. Misalnya, Diana memiliki investasi di reksadana saham yang saat ini nilainya Rp 30 juta. Total modal yang dikeluarkan selama melakukan investasi berkala adalah Rp 25 juta. Berarti Diana dapat merealisasikan keuntungan Rp 5 juta. Kemudian, memindahkan keuntungan tersebut ke deposito atau reksadana pasar uang. Yang harus dicamkan adalah, keuntungan tersebut tidak digunakan untuk pembelian konsumtif. Kapan membeli atau menjual? Jika sekarang Anda mempunyai rezeki berlebih yang ingin diinvestasikan, saya sangat menyarankan untuk melakukan alokasi aset investasi terlebih dahulu. Sederhananya, setiap orang pasti mempunyai dua tujuan finansial, yaitu dana darurat dan dana hari tua. Nah, coba periksa apakah saldo tabungan dan investasi Anda sudah sesuai kebutuhan. Jika belum, maka dana lebih ini harus diprioritaskan untuk tujuan tersebut. Pekan lalu, harga emas terus bergerak naik sedangkan indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak sebaliknya. Dalam kondisi seperti ini, apa yang harus dilakukan? Anda wajib berpegang pada prinsip tujuan finansial, yakni kapan dana tersebut akan digunakan kembali. Kalau mau digunakan sebulan lagi, maka jangan tergoda untuk membeli emas karena tidak sesuai dengan tujuan finansialnya. Nah, jika sudah menentukan jangka waktu, sekarang Anda bisa memilih produk keuangan yang sesuai. Saya sangat menyarankan Anda tidak berinvestasi sekaligus karena mumpung harganya sedang naik alias market timing. Anda harus menerapkan strategi Dollar Cost Averaging. Misalnya, saya mempunyai dana Rp 50 juta untuk diinvestasikan dan sudah memilih produk investasi yang sesuai dengan tujuan finansial. Anggaplah saya memilih membeli logam mulia. Jadi, setiap minggu di hari yang sama, saya harus membeli lima gram emas sampai dana Rp 50 juta tersebut habis dialokasikan. Pastikan Anda membeli di hari yang sama, dan usahakan jangan membeli di hari Senin atau Jumat. Ini juga dapat diterapkan jika Anda memilih investasi reksadana. Gunakan strategi yang sama untuk satu produk reksadana. Ada beberapa kiat investasi di tengah gejolak ekonomi saat ini. Pertama, pastikan Anda memiliki portofolio yang terdiversifikasi dan terstruktur dengan baik. Jangan panik dan emosi dalam kondisi pasar menurun. Tetap fokus kepada tujuan jangka panjang dan jangan biarkan rasa takut mempengaruhi keputusan investasi Anda. Kedua, buatlah portofolio yang sesuai profil risiko Anda sehingga lebih mudah mencapai tujuan investasi dengan risiko yang minimal. Ketiga, tidak rakus bila sudah meraih target keuntungan. Anda jangan fokus memperoleh tingkat pengembalian yang tertinggi dengan risiko yang tinggi karena potensi kegagalannya tinggi pula. Keempat, selalu "know what you buy and only buy what you know". Anda harus tahu produk investasi apa yang dibeli dan mengapa produk itu dipilih. Kelima, disiplin dan tidak serakah. Percayalah rezeki sudah ada yang mengatur, tapi tugas kita adalah berusaha melakukan yang sebaik-baiknya. Sebuah rencana keuangan akan membantu investor tetap fokus berinvestasi walaupun kondisi pasar sedang bergejolak dan fluktuatif. Rencana keuangan yang komprehensif akan memberikan rekomendasi investasi yang strategis dan taktis. Seperti, diversifikasi, alokasi aset, metode investasi reguler dan lain-lain. Hal ini akan membantu investor untuk tetap berpikir rasional dalam proses pengambilan keputusannya. Nah, buat Anda yang telah memiliki rencana keuangan, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengevaluasi strategi keuangan dan membuat penyesuaian yang diperlukan. Buat yang belum? This is your golden time! Jadi, ini adalah waktu yang tepat memulai perencanaan keuangan dan disiplin dalam implementasinya. Live a beautiful life! 17

KIAT KOCEK

Harus repot sedikit agar takaran tetap seimbang (1)Oleh Syamsul Ashar, Dessy Rosalina - Kamis, 06 Oktober 2011 | 11:53 WIB JAKARTA. Tak hanya para manajer investasi kakap yang kecut melihat kejatuhan harga saham dan nilai tukar rupiah sejak awal September lalu. Gejolak di pasar keuangan tersebut juga menciutkan nyali investor-investor kecil yang tengah berjuang mencapai tujuan keuangan keluarga. Tekanan paling hebat menimpa mereka yang lebih mengutamakan aset investasi berbasis saham. Per Kamis pekan lalu (29/9), indeks harga saham gabungan (IHSG) telah minus 5,8% sepanjang 2011. Badai di pasar saham ini berpengaruh langsung pada racikan investasi di reksadana, khususnya saham dan campuran. Indeks reksadana saham yang dihitung lembaga riset reksadana PT Infovesta Utama menujukkan penurunan 10,04% selama 2011 ini. Tentu saja kemelut bursa saham juga menyeret kinerja reksadana campuran. Indeks reksadana campuran Infovesta juga memperlihatkan penurunan return sebulan terakhir sedalam 6,69% dan penurunan 4,57% sepanjang 2011. Hanya reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang masih mencetak return positif, masing-masing 7,66% dan 5,8%. Investasi emas yang disebut-sebut tahan bantingan inflasi pun tak luput dari guncangan. Meski sepanjang tahun ini harga kontrak emas masih mencetak cuan sekitar 17%, harga logam mulia ini sudah longsor dari rekor tertinggi US$ 1.900,23 menjadi US$ 1.655,3 per ons troi pada Rabu lalu (28/9). Sejauh ini properti masih tahan guncangan dan menghasilkan return positif. Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) terhadap harga properti di 14 kota besar di Indonesia menunjukkan rata-rata harga properti ukuran kecil hingga besar pada paruh pertama 2011 naik 4,5% dan akan stabil naik hingga akhir tahun ini. Berdasarkan kondisi sebulan terakhir itu, Anda perlu meninjau ulang keselarasan kinerja aset portofolio dengan target keuangan. Apakah penurunan tingkat keuntungan pada beberapa instrumen investasi itu masih memungkinkan Anda mencapai target pengumpulan dana untuk dana pensiun, pendidikan anak, liburan, naik haji, dan berbagai tujuan lain? Untuk itu Anda harus melakukan penataan ulang portofolio investasi (rebalancing asset). Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting, mengingatkan bahwa biasanya rebalancing memang dilakukan pada awal atau akhir tahun. Namun, saat kondisi krisis seperti sekarang, sebaiknya kita melakukan rebalancing investasi. "Lebih baik melakukan rebalancing saat kondisi pasar bergerak signifikan seperti sekarang," tukas Eko. Berdasarkan hasil pengukuran itu lah Anda bisa mengambil keputusan investasi. "Kalau nilainya sudah di atas target saat ini, sebaiknya keluar dan pegang cash atau simpan di deposito," kata Ahmad Gozali, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan and Financial Services Consultant. Contoh, kalau keuntungan dari emas sudah melampaui target Anda sendiri, jangan segan-segan untuk menjualnya. Menyesuaikan horizon Gozali dan Eko mengakui, memang sulit memperkirakan imbal hasil investasi pada masing-masing portofolio investasi dalam kondisi pasar saat ini. Karena itu, penting bagi Anda untuk disiplin menaati horizon investasi yang sudah Anda tetapkan sendiri. Jika horison investasi Anda jangka panjang jangan buru-buru menjual aset gara-gara gejolak saat ini, apalagi dalam keadaan merugi. Peluang mendapatkan keuntungan sesuai target di masa depan tetap terbuka. "Tetaplah rutin investasi bulanan," saran Eko. Jika horison investasi Anda masih panjang, antara dua sampai sepuluh tahun, sekarang adalah saat yang tepat untuk menambah porsi investasi (top up) pada reksadana saham. Anda bisa melikuidasi sebagian investasi pada instrumen lain, lalu memakainya untuk menambah nilai investasi reksadana saham.

18

Agak berbeda, Gozali menyarankan, kalau Anda tipe investor yang seperti ini, jangan masuk ke reksadana dulu. "Sebaiknya masuk langsung ke individu saham emiten tertentu yang memiliki prospek kinerja positif," imbuhnya. Lain lagi nasehat Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Business Advisory. Dia menyarankan, kalau investasi sudah turun lebih dari 20%, Anda bisa cut loss atau likuidasi semua dana. "Ini bisa minimalisir kerugian. Meskipun jangka menengah atau panjang, bukan berarti kita tinggal diam kalau sedang koreksi dalam seperti sekarang," katanya. Bagaimana kalau horison investasi sudah di depan mata? Sebaiknya Anda berani mengambil keputusan. Misalnya, sesuai rencana, akhir tahun nanti Anda harus mencairkan dana untuk mendanai pendidikan anak yang hendak masuk universitas. Anda boleh saja menyelamatkan investasi Anda dari kemungkinan dampak krisis keuangan yang lebih buruk dengan menjadikannya dana tunai. "Lalu ditaruh pada instrumen yang lebih likuid seperti deposito atau reksadana pasar uang," imbuh Eko. (bersambung) KIAT KOCEK

Harus repot sedikit agar takaran tetap seimbang (selesai)Oleh Syamsul Ashar, Dessy Rosalina - Jumat, 07 Oktober 2011 | 11:00 WIB

Target investasi keluarga terancam porak-poranda gara-gara gejolak pasar keuangan. Para perencana keuangan menyarankan Anda perlu melakukan rebalancing asset alias menata ulang proporsi portofolio agar perolehan keuntungan tidak melenceng terlalu jauh dari target investasi. Nah, setelah menyesuaikan horizon investasi yang sudah Anda tetapkan sendiri, inilah langkah selanjutnya yang bisa Anda lakukan untuk menyesuaikan takaran investasi di saat pasar bergejolak. Jangan lupakan cash Apapun keputusan Anda, para perencana keuangan menyarankan tetap menyediakan dana tunai untuk berjagajaga. Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting bilang, Anda boleh menambah investasi di reksadana saham asalkan dananya diambil dari pos investasi. Sebaliknya, jika mendapat bonus atau uang tambahan, jangan dimasukkan ke reksadana saham. Simpan uang itu pada pos dana cadangan. Jadi, jika krisis ekonomi terjadi lagi, Anda memiliki dana tunai yang cukup. Idealnya, dana cadangan minimal yang berlaku bagi Anda yang bekerja sebagai karyawan senilai tiga sampai enam kali pengeluaran rutin bulanan. Sedangkan bagi pengusaha, minimal 12 kali pengeluaran rutin. Selain itu, menyimpan dana tunai juga strategis karena sewaktu-waktu Anda bisa membeli saham langsung atau reksadana saham, baik ketika pasar keuangan menunjukkan tanda-tanda pemulihan maupun ketika harga-harga instrumen investasi di pasar keuangan, seperti saham dan reksadana, lebih murah lagi. Tunggu apalagi, ayo segera tata ulang aset Anda! Bagi investor agresif, tak ada salahnya melirik instrumen investasi agresif lagi jika ternyata dana yang ditargetkan kurang banyak. Misalkan, target dana untuk pendidikan anak yang mesti dibayar bulan Maret-Juni tahun depan. Anda bisa memutar duit melalui gadai emas dengan memanfaatkan fasilitas leverage pada kebun emas, lalu dimasukkan ke saham dan memanfaatkan fasilitas margin transaksi. "Tapi ini berisiko sangat tinggi," papar Eko. Nah, kalau duit masih tidak mencukupi untuk target dana pendidikan anak tahun depan dengan investasi berisiko tingkat tinggi, Anda bisa meminjam dana di keranjang lain. Misalnya keranjang dana pensiun. Syaratnya, ketika kondisi pasar kembali normal, Anda segera mengembalikan dana pensiun itu ke posnya. Melego emas, memborong saham 19

Kondisi pasar keuangan dunia yang penuh ketidakpastian saat ini membuat beberapa instrumen investasi berbasis saham tertekan begitu dalam. Ini bisa membuka kesempatan bagi investor untuk masuk memborong saham yang sudah menyentuh level harga murah. Tapi tentu tak gampang mencari dana yang cukup untuk menadah saham murah. Karena itu, silakan buka kemungkinan untuk mengalihkan sebagian aset investasi yang ke bursa saham. Ahmad Gozali, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan and Financial Services Consultant berpendapat, kondisi sekarang ini paling tepat untuk mengalihkan portofolio emas batangan ke saham. "Terutama saham emiten yang secara individual memiliki prospek kinerja yang baik," katanya. Mengapa emas menjadi pilihan pertama untuk menghimpun dana secara cepat? Pertama, harga emas batangan tidak mengalami tekanan sehebat instrumen investasi lain. Terutama bagi Anda yang berinvestasi emas batangan sejak tiga atau empat bulan lalu. Sebagai gambaran, sepanjang tahun ini hingga 5 September lalu, harga emas sempat membukukan rekor kenaikan hingga 34%. Tapi sejak itu harga logam mulai ini terus terkoreksi. Pada Rabu lalu (28/9), harga emas sebesar US$ 1.655 per ons troi. Jadi, imbal hasil investasi emas tahun ini masih sebesar 16,9%. Dalam perhitungan Gozali, investor emas yang menggunakan cara kebun emas masih akan merasakan untung gede apabila kebun emasnya jatuh tempo pada pekan ini. Dari panen kebun emas itu, investor bisa menjual emas lantakan ke pasar, dan dananya digunakan untuk berbelanja saham. Strategi ini tentu hanya berlaku bagi investor yang sudah melek saham. Maklum, risiko nya tinggi. "Harga saham kami perkirakan bisa pulih dalam waktu enam bulan hingga setahun," kata Gozali. KIAT KOCEK

ORI bonus bawang gorengOleh Teddy Gumilar - Kamis, 13 Oktober 2011 | 16:27 WIB JAKARTA. Berbagai cara dilakukan agen penjual Obligasi Ritel Indonesia (ORI) 008 untuk menarik minat investor. Salah satunya dengan menawarkan cash back. Tapi karena sifatnya sekadar sebagai pemanis, nilai cash back itu tentu tak seberapa. Mendapat cash back atau pengembalian sebagian dana yang sudah dibayarkan selalu menjadi iming-iming yang menggiurkan. Meskipun nilainya tak sebanding dengan dana yang sudah dikeluarkan, tetap saja kesempatan seperti itu terlalu sayang untuk dilewatkan. Tawaran semacam inilah yang disodorkan beberapa bank yang sudah ditunjuk sebagai agen penjual Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri 008. Salah satunya adalah Bank BCA. Investor berhak mendapatkan cash back sebesar 0,1% dengan nilai minimum pemesanan ORI sebesar Rp 150 juta. Bonus ini akan dibayarkan paling lambat 14 hari kerja setelah tanggal penyelesaian (settlement) ORI008, yakni 26 Oktober mendatang. Patut dicatat, program ini hanya berlaku bagi investor yang membeli ORI008 di pasar perdana. Meski sudah menjadi agen penjual ORI sejak ORI002, baru kali ini BCA memberikan penawaran cash back. Head of Treasury Bank BCA Brankoe Windoe bilang, tawaran ini semata-mata merupakan upaya menghadapi persaingan antar agen penjual ORI. "Itu marketing gimmick saja agar nasabah lebih tertarik lagi membeli lewat BCA," ujarnya. Keuntungan lain yang ditawarkan BCA adalah investor dibebaskan dari biaya pembukaan rekening efek dan biaya penyimpanan efek sampai jatuh tempo. Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) juga menggelar promosi serupa. Calon investor yang sudah menjadi nasabah HSBC bisa mendapatkan cash back hingga Rp 1,5 juta. Syaratnya, investor menempatkan dana tambahan di rekeningnya dengan jumlah minimum sama dengan dana yang diinvestasikan di ORI008. Misalnya, investor membeli ORI008 senilai Rp 500 juta dan menambah saldo rekeningnya minimum Rp 500 juta, maka dia berhak mendapatkan cash back Rp 750.000. 20

Sementara bagi nasabah baru bisa mendapatkan hadiah langsung hingga Rp 20 juta. Syaratnya, mereka menginvestasikan dana minimum Rp 50 juta di ORI008 dari total dana awal pembukaan rekening di HSBC Premier sebesar Rp 500 juta. Potensi ORI Perencana keuangan dari Akbar's Financial Check up Budi Triadi Pratama menilai tawaran cash back ini tidak perlu dijadikan pertimbangan utama investor dalam memilih agen penjual ORI. Pasalnya, nilai cash back yang diberikan relatif tidak sebanding dengan dana investasi yang ditanamkan. "Ibarat makan, yang utama itu nasi dan lauk-pauknya. Sementara cash back itu seperti bawang goreng," tuturnya. Selain itu, lantaran produk yang dipasarkan sama, tidak ada perbedaan baik dari segi potensi gain maupun risiko. Kalau pun ada yang harus dipertimbangkan investor dalam memilih agen penjual adalah syarat minimum pembelian. Ada agen yang menetapkan minimal pembelian ORI sebesar Rp 5 juta, ada pula yang Rp 50 juta. Pilihan tergantung dana yang ingin diinvestasikan. Terlepas dari gimmick pemasaran bertajuk cash back, sejatinya ORI layak dipertimbangkan sebagai instrumen investasi bagi investor ritel. Dengan kupon bunga 7,3%, Brankoe melihat ORI008 menjadi instrumen investasi yang tidak cuma aman, tapi juga memberi imbal hasil yang cukup lumayan. Faktor keamanan lantaran surat utang itu diterbitkan oleh negara, yang risiko gagal bayarnya sangat kecil. Sementara risiko kondisi ekonomi global yang masih bergejolak saat ini diprediksi tidak terlalu berdampak terhadap investor ritel lokal. Sebab, obligasi ini berbasis di dalam negeri dan kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih bagus. Sebaliknya, kondisi pasar keuangan yang bergejolak akhir-akhir ini membuat surat utang bertenor tiga tahun ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor ritel. Terutama investor yang memiliki profil risiko moderat hingga rendah, lantaran ORI menjanjikan kupon dengan tingkat bunga tetap sampai jatuh tempo. Sementara imbal hasilnya bisa bersaing dengan instrumen investasi penghasilan tetap yang lain. Setelah dipotong pajak penghasilan bunga, maka investor ritel masih bisa mendapatkan return sekitar 6,2% setahun. Hasil investasi ini jauh lebih bagus ketimbang deposito dengan rata-rata bunga 6%-7% sebelum pajak. Ada dua pilihan cara menarik keuntungan dari ORI. Pertama, menjual kembali ORI di pasar sekunder sebelum jatuh tempo. Syaratnya, harga jual harus lebih tinggi ketimbang harga pada saat membeli. Kedua, investor bisa menerima pokok investasinya setelah tiga tahun atau pada 15 Oktober 2014 saat tanggal jatuh tempo ORI008 tersebut. Cara terakhir ini jauh lebih aman lantaran kupon yang diberikan tetap. Jadi, masihkah Anda membutuhkan cash back dari ORI? UNIT LINK

Andai terpaksa melego, jangan sampai melongoOleh Arief Ardiansyah - Kamis, 20 Oktober 2011 | 18:09 WIB JAKARTA. Unitlink menjadi produk asuransi yang dipuja dan sekaligus dicela. Nilai investasi dan proteksi unitlink tak sebanding dengan setoran premi Anda. Bagi Anda yang telanjur memiliki unitlink, simak saran-saran dari para perencana keuangan berikut. Primadona dunia asuransi dalam satu dasawarsa terakhir adalah unitlink. Unitlink adalah produk asuransi yang menggabungkan layanan asuransi dan investasi dalam satu paket. Dengan menjadi nasabah produk unitlink, seseorang bisa mendapatkan manfaat ganda, yaitu perlindungan asuransi dan investasi. Pertama kali produk unitlink masuk Indonesia pada 1998. Sejak itu produk turunan perusahaan asuransi jiwa ini meledak di pasaran dan menjadi produk andalan para agen penjual asuransi. Penjualan unitlink dari tahun ke tahun berkembang dengan pesat. Kini, unitlink menjadi penyumbang pendapatan terbesar bagi banyak perusahaan asuransi. 21

Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia menyatakan 62,41% premi baru industri asuransi jiwa sepanjang 2010 berasal dari unitlink. Dari total premi baru 2010 sebesar Rp 52,66 triliun, kontribusi unitlink mencapai Rp 32,85 triliun. Nilai unitlink itu tumbuh 52,89% dibandingkan perolehan tahun 2009, sebesar Rp 21,49 triliun. Bandingkan dengan pertumbuhan produk asuransi jiwa yang semakin mungil. Penambahan premi baru asuransi tradisional sepanjang 2010 hanya Rp 19,81 triliun. Angka itu cuma naik 4,7% dari perolehan premi baru 2009 sebesar Rp 18,92 triliun. Angka yang fantastis ini tak membuat unitlink kebal dari celaan. Kalangan perencana keuangan sangat tidak mereferensikan produk ini untuk Anda dekap. Freddy Pieloor, perencana keuangan dari MONEYnLOVE, menilai, unitlink bukan cara yang tepat utk berinvestasi. Membeli unitlink itu tergolong tindakan yang tidak cerdas, kata Freddy. Investasi di tempat lain Hasil berinvestasi di unitlink kurang maksimal lantaran instrumen ini hanya memberikan imbal hasil yang minim. Freddy mengatakan, imbal hasil mini ini lantaran nilai investasi nasabah dibebani biaya akuisisi yang tinggi. Biaya akuisisi adalah biaya awal yang ditetapkan perusahaan asuransi dari dana awal nasabah untuk menutup biaya gaji (nonagen/agen), operasional perusahaan, dan biaya-biaya lain semacamnya. Di luar itu, Freddy juga melihat unitlink menyimpan banyak rahasia yang tidak diketahui dan dipahami nasabah. Informasi detail tentang unitlink kadang simpang siur. Ujungnya, seolah-olah investasi di unitlink bakal mendatangkan keuntungan besar dan rendah risiko. Padahal, unsur rahasia ini di bidang investasi menghadirkan risiko yang tinggi. Freddy mencontohkan, nasabah tidak bisa mengetahui persis pengelola dana investasi itu perusahaan asuransi jiwa atau diserahkan ke manajer investasi. Perencana keuangan dari Zap Finance Prita Hapsari Ghozie juga berpendapat unitlink tidak cocok untuk semua kalangan. Orang yang menyisihkan penghasilan Rp 250.000 per bulan sangat tidak disarankan membeli unitlink, kata Prita. Produk yang telah lama populer di Eropa dan Amerika ini lebih cocok buat kalangan menengah ke atas. Maksud dia, orang yang sudah punya produk asuransi konvensional baru pas untuk membeli unitlink. Masalahnya, bila menengok data unitlink di atas, pasti banyak orang yang kecebur dan memiliki unitlink. Saat menghadapi klien yang kadung memiliki unitlink, perencana keuangan dari First Principal Financial Pte Ltd Singapura Fauziah Arsiyanti langsung melakukan analisis terkait tujuan klien berinvestasi. Kami lihat dulu, sudah berapa lama dia memiliki unitlink, kata perempuan bersapaan akrab Zizi ini. Selain melihat umur unitlink, Zizi juga menganalisis tujuan keuangan dan kesehatan klien sebelum melempar saran penutupan unitlink. Dia pernah menangani klien pemegang unitlink, tapi dalam kondisi sakit. Tentu orang ini bakal ditolak di asuransi murni. Makanya, kepemilikan unitlink bisa diteruskan tapi harus menambah investasi di tempat lain. Prita mencoba memberi nasihat lebih detail dengan meminta Anda membandingkan nilai pertanggungan dengan investasi. Unitlink dengan nilai pertanggungan lebih besar berarti cukup memadai fungsi proteksinya. Biasanya, unitlink yang seperti ini menginvestasikan setoran nasabah ke pasar uang. Terhadap unitlink yang porsi investasinya lebih besar, Prita menyarankan untuk menarik investasi atau membatalkan polis unitlink alias cut loss. Apalagi untuk unitlink yang berumur antara satu hingga dua tahun. Alasannya, selama periode ini nasabah masih menyetor untuk asuransi dan biaya-biaya, belum ada investasi. Dengan alasan yang sama, Freddy menyarankan Anda untuk cut loss apabila kepemilikan unitlink Anda belum sampai tiga tahun. Adapun Zizi menyarankan untuk menjual unitlink itu untuk pemegang polis kurang dari empat tahun. Tapi, Freddy dan Zizi sepaham, Anda harus segera membeli asuransi murni yang dibutuhkan dan berinvestasi di tempat lain. Ikhlaskan saja kerugian membayar premi dan anggap sebagai biaya belajar, kata 22

Freddy. Bila unitlink berumur lebih dari lima tahun, biasanya Anda telah membayar biaya akuisisi secara penuh. Freddy menyebut tidak ada jalan lain kecuali meneruskan unitlink itu tapi dari sisi perlindungan asuransi. Adapun bagian investasinya (top up) segera hentikan dengan mendatangi kantor perusahaan asuransi yang menerbitkan unitlink. Lalu, alokasikan premi investasi Anda ke instrumen lain yang lebih menguntungkan, misalnya reksadana. Prita juga menyarankan Anda menutup unitlink yang sudah berumur lebih lima tahun penyebab kerugian nasabah terlalu besar. Apabila Anda membeli unitlink berbasis saham, coba ajukan permintaan untuk mengalihkan investasi ke pasar uang. Kalau tidak bisa, ya, tarik saja dan taruh uang dari unitlink di reksadana, kata Prita. Zizi mengaku tidak semua klien mendapat saran agar melego unitlink. Kondisi itu berlaku buat klien yang sudah terlalu lama membayar premi unitlink dan sudah mau selesai. Tapi klien harus menambah investasi di instrumen lain. Fase paling sulit untuk menentukan nasib unitlink itu bila berusia antara tiga sampai lima tahun. Freddy mengaku harus menghitung dulu untung rugi menutup unitlink. Harus dikaji satu per satu sesuai kondisi polis unitlink, kata Freddy. Yang pasti, Freddy tidak akan menyarankan pemilik unitlink di atas dua tahun untuk mengambil cuti premi. Cuti premi adalah masa saat nasabah untuk sementara waktu berhenti membayar premi dalam periode waktu tertentu. Biasanya, perusahaan asuransi tetap mau memberikan santunan sesuai dalam kontrak asuransi bila terjadi risiko dalam cuti premi. Nah, ada sebagian kalangan yang menyarankan nasabah melakukan cuti premi untuk menghindarkan diri dari biaya akuisisi yang besar. Bagi Freddy, pendapat ini kurang tepat. Di satu sisi, nasabah berhasil menghindar dari biaya akuisisi, tapi Anda harus memperhatikan nilai tunai yang ada agar mencukupi untuk membayar biaya proteksi. Bila tidak cukup, nasabah harus melakukan top up dan akan dikenakan potongan 5% sepanjang umur polis. Potongan ini terus dikenakan setiap kali nasabah menyetor premi top up. Jadi nasabah bisa menghindar dari biaya akuisisi yang 15% untuk dua sampai tiga tahun, tapi terjebak di potongan 5% biaya investasi seterusnya, kata Freddy. Lalu, apakah Anda harus melakukan redemption unitlink saat ini juga? Zizi menyebut lebih baik menarik unitlink sekaligus, tapi tunggu saat pasar naik. Bila Anda membeli unitlink dua tahun lalu, tunggu Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia menyentuh 3.900-4.000 untuk melego unitlink. Sabar sebentar! KIAT INVESTASI

Cari pelindung sebelum melongok dunia luar (1)Oleh Yuwono Triatmodjo - Jumat, 21 Oktober 2011 | 11:56 WIB JAKARTA. Krisis ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan daratan Eropa saat ini tidak hanya memukul bursa saham global. Pasar uang ikut bergejolak dan kurs valuta asing (valas) bergerak liar. Beberapa mata uang utama dunia seperti dollar AS, euro, yen Jepang, dan dollar Australia terkena imbasnya. Dollar AS, misalnya, bergerak naik-turun mengikuti kabar perkembangan penyelesaian krisis utang dan ekonomi di negara tersebut. Sementara mata uang euro yang selama ini dikenal stabil, belakangan keteteran lantaran krisis utang di beberapa negara zona Eropa. Otomatis, kondisi ini turut membuat rupiah meriang. Setelah sempat lama bertahan di level Rp 8.500 per dollar AS, mata uang garuda ini mendadak anjlok dalam waktu singkat. Mengutip data Bloomberg, sepanjang bulan September lalu rupiah terkoreksi 7,25% ke posisi Rp 9.125 per dollar AS. 23

Untung saja penurunan rupiah tidak berlanjut. Sejak awal bulan ini rupiah bertahan di level Rp 8.900 per dollar AS. Fenomena tersebut tentu saja menggelisahkan semua pihak. Pemerintah cemas anggaran negara terancam jebol jika rupiah masih terus melemah. Sementara pelaku usaha kerepotan mengantipasi fluktuasi nilai tukar karena bisa mengancam aktivitas ekspor dan impor. Sejatinya, tak hanya pemerintah dan pelaku usaha yang terpukul oleh gejolak nilai tukar rupiah. Sejumlah orang juga membutuhkan valas untuk membiayai rencana hidupnya. Seperti, orangtua yang saban bulan harus mengirimkan uang buat biaya hidup dan pendidikan anaknya di luar negeri. Sementara orang yang berniat wisata rohani ke luar negeri atau menunaikan ibadah haji ke Arab Saudi, juga membutuhkan mata uang asing. Kebutuhan yang sama juga dialami oleh mereka yang hendak melakukan perjalanan dinas atau berwisata ke negeri seberang. Memang, biasanya orang mempersiapkan pendanaan untuk perjalanan ke luar negeri sejak jauh-jauh hari. Misalnya, orang menabung selama lima tahun untuk membiayai ibadah haji. Namun, fluktuasi atau penurunan nilai mata uang rupiah pasti akan mengganggu rencana dan target pendanaan yang sudah dipatok sebelumnya. Nah, salah satu solusi mengatasi hal tersebut adalah melakukan lindung nilai (hedging) terhadap kebutuhan valas di masa mendatang. Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Advisory, bilang, pada dasarnya hedging memiliki dua tujuan: mengantisipasi inflasi dan mengamankan aset dari fluktuasi nilai tukar. Dia menyarankan agar setiap orang memperhitungkan laju inflasi untuk membiayai rencana yang akan dilakukan di masa depan. Misalnya, orangtua yang mengirimkan uang saku bulanan ke anaknya yang sedang bersekolah di Amerika. Kita harus menghitung berapa besar kenaikan inflasi biaya hidup dan pendidikan di sana, kata Mike. Alangkah baiknya jika orangtua juga mempersiapkan dana bulanan buat si anak selama kurun waktu tertentu, seperti satu tahun. Tujuannya agar lebih mudah dikelola. Lindung nilai juga bermanfaat untuk menjaga kebutuhan dana valas dari ancaman fluktuasi. Jadi, naik-turunnya kurs mata uang dalam rentang yang lebar tidak akan mengganggu karena sudah dipatok di level tertentu. Pertimbangkan waktu pemakaian dana Namun, sebelum melakukan hedging, terlebih dahulu Anda perlu membagi kebutuhan berdasarkan skala prioritas. Waktu kebutuhan itu harus dipenuhi menjadi prinsip utama terhadap instrumen yang akan digunakan untuk melakukan hedging. Secara sederhana, Prita Hapsari Ghozie, perencana keuangan ZAP Finance, membagi waktu kebutuhan itu menjadi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang. Pembagian itu akan menentukan jenis investasi yang diambil untuk memenuhi pendanaan tersebut. Jika kebutuhan Anda dalam jangka pendek, seperti biaya bulanan anak yang sekolah di luar negeri, carilah produk investasi yang memiliki likuiditas paling tinggi. Untuk jangka waktu 2-3 tahun bisa menggunakan reksadana pendapatan tetap berdenominasi dollar AS, ujar Prita. Lewat produk ini, lanjut dia, Anda bakal memperoleh imbal hasil (return) sekitar 5% per tahun. Jumlahnya memang tidak terlalu besar lantaran jangka waktu investasinya singkat. Namun, jika Anda membutuhkan dana untuk jangka yang lebih pendek lagi, maka pilihannya terbatas hanya pada produk deposito atau bahkan tabungan dalam nominal dollar AS. Saat ini bunga deposito dollar AS berkisar 3% per tahun. Sementara untuk kebutuhan jangka panjang, Anda bisa memilih produk investasi berimbal hasil tinggi, seperti reksadana saham. Kebutuhan jangka panjang itu seperti wisata rohani, ibadah haji, atau liburan. Penempatan di reksadana saham untuk memaksimalkan return, imbuh Mieke. Maklum, jangka waktu investasi lebih panjang. 24

Namun Mike dan Prita tidak menyarankan berinvestasi jangka panjang dalam produk berdenominasi dollar AS. Apalagi, produk investasi berbasis the Greenback ini di Indonesia masih terbatas. Misalnya, reksadana pendapatan tetap dollar AS. Imbal hasilnya sama saja dengan deposito, ujar Mike. Instrumen deposito juga tidak cocok dipilih jika tujuannya ingin melakukan lindung nilai dana dari gerusan inflasi. Produk yang paling cocok untuk memaksimalkan return sekaligus hedging adalah reksadana saham. Tapi Prita mengingatkan, reksadana saham hanya diperuntukkan bagi investor yang benar-benar paham risiko berinvestasi. Menurutnya, investor dengan kebutuhan dana jangka panjang yang layak memiliki produk tersebut. Mungkin jangka waktunya berkisar delapan tahun, kata dia. (bersambung) KIAT INVESTASI

Cari pelindung sebelum melongok dunia luar (selesai)Oleh Yuwono Triatmodjo - Senin, 24 Oktober 2011 | 11:00 WIB JAKARTA. Uang tunai dalam mata uang asing (valas) menjadi kebutuhan ketika kita hendak bepergian ke luar negeri. Namun, fluktuasi nilai tukar dapat menghambat rencana pendidikan atau berlibur ke negeri jiran. Bagaimana cara melindunginya? Setelah menetapkan jangka waktu kebutuhan dan instrumen investasi, Anda tinggal menanti hasilnya sesuai target awal. Biarkan investasi mengendap sesuai jangka waktu kebutuhan dana tersebut. Ingat, jangan sampai tergoda untuk mengambil keuntungan dengan melakukan trading valas. Misalnya, membeli dollar AS saat harganya turun, dan menjual kembali saat harganya naik. Jauhi unsur spekulasi dalam mengelola keuangan rumah tangga, tukas Prita. Pasalnya, tidak ada yang bisa menjamin pergerakan nilai tukar akan sesuai dengan keinginan Anda. Alih-alih ingin mendapat keuntungan, bisa jadi dana yang sudah dialokasikan untuk suatu tujuan tertentu itu mengalami penurunan nilai karena kecerobohan Anda sendiri. Mike berpesan, persiapkanlah segala kebutuhan secara matang. Termasuk, merencanakan sumber dana dan bentuk pengelolaannya. Menjauhi unsur spekulasi adalah langkah bijak, dengan berpegang pada prinsip investasi. Hitung cermat kebutuhan uang tunai Setelah mendekati hari H, muncul pertanyaan: apakah perlu menukarkan rupiah ke mata uang negara yang bakal dituju? Budi Triadi Pratama, perencana keuangan dari Akbar Financial Check Up, bilang Anda perlu mencari tahu dulu tempat tujuan tersebut. Jika daerahnya terpencil, bisa membawa banyak dana tunai dalam mata uang negara itu dari Indonesia, imbuhnya. Berapa besarnya? Anda harus menghitung biaya transportasi, akomodasi, oleh-oleh, dan kebutuhan wajar dana darurat di negara itu. Cara mengetahuinya, Anda bisa menggali informasi itu dari biro perjalanan wisata di dalam negeri. Namun, Anda juga perlu membawa alat transaksi elektronik seperti kartu kredit dan ATM bank yang berlaku secara internasional. Misalnya, kartu berlogo Mastercard atau Visa. Penggunaan kartu bisa mengurangi kerepotan membawa duit tunai dalam jumlah banyak. Tetapi sebelum berangkat, pastikan dulu kepada pihak penerbit kartu dan ATM, apakah kartu tersebut bisa digunakan di negara tujuan atau harus membutuhkan aktivasi. Misalnya, untuk kartu ATM Bank Mandiri, Anda bisa melakukan penarikan uang tunai dalam mata uang negara tersebut pada mesin ATM berlogo Visa, Visa Electron atau Plus. Meski tabungan Anda dalam nominal rupiah, duit yang ke luar dari mesin ATM dalam mata uang negara itu. Kursnya ditentukan Visa International. 25

Selain itu, sebaiknya Anda membawa duit tunai dalam mata uang negara tujuan. Meski dollar AS merupakan alat transaksi paling populer di seluruh dunia, kebutuhan kita tetap mata uang negara setempat. Jadi, gejo