artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

76
LAMPIRAN ARTICLE 1.) Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2008/10/09/11455528/818.kredit.umkm.direstrukturi sasi . 818 Kredit UMKM Direstrukturisasi Kamis, 17 Maret 2011 Yogyakarta, KOMPAS - Sebanyak 818 pelaku usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM korban gempa yang mengalami kredit bermasalah masuk dalam program restrukturisasi kredit dari Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta. Jumlah tersebut didasarkan pada hasil verifikasi data dari bank dan lembaga keuangan lain yang masuk Tim Ad Hoc Penyelesaian Kredit UMKM Pascagempa DIY. Oleh Idha Saraswati Nurul Muslimin dari Sekretariat Tim Ad Hoc, Rabu (8/10), menuturkan, nilai total pokok kredit dari 818 UMKM tersebut berjumlah sekitar Rp 1,25 miliar. Data 818 UMKM itu disaring dari 2.070 UMKM nasabah bank yang memiliki kredit maksimal Rp 5 juta. Dari 2.070 UMKM tersebut, sekitar 700 UMKM ternyata sudah melunasi kredit. Sekitar 500 UMKM lainnya tidak lolos verifikasi karena tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Syaratnya, antara lain, UMKM tersebut mengambil sebelum gempa dan mengalami kredit bermasalah setelah gempa. UMKM yang kreditnya masuk kategori lancar juga tidak dimasukkan dalam program ini, katanya. Ia menambahkan, data yang dihitung adalah data dari bank dan lembaga keuangan lain yang masuk hingga 27 September. 2.) Sumber : http://www.detikfinance.com/read/2011/03/17/120256/1594039/5/umkm-di- sumatera-bisa-kredit-hingga-rp-500-juta-dari-mikro-laju Kamis, 17/03/2011 12:02 WIB UMKM di Sumatera Bisa Kredit Hingga Rp 500 Juta dari Mikro Laju

Transcript of artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Page 1: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

LAMPIRAN ARTICLE

1.) Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2008/10/09/11455528/818.kredit.umkm.direstrukturisasi.

818 Kredit UMKM Direstrukturisasi Kamis,17 Maret 2011

Yogyakarta, KOMPAS - Sebanyak 818 pelaku usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM korban gempa yang mengalami kredit bermasalah masuk dalam program restrukturisasi kredit dari Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta. Jumlah tersebut didasarkan pada hasil verifikasi data dari bank dan lembaga keuangan lain yang masuk Tim Ad Hoc Penyelesaian Kredit UMKM Pascagempa DIY. Oleh Idha Saraswati Nurul Muslimin dari Sekretariat Tim Ad Hoc, Rabu (8/10), menuturkan, nilai total pokok kredit dari 818 UMKM tersebut berjumlah sekitar Rp 1,25 miliar. Data 818 UMKM itu disaring dari 2.070 UMKM nasabah bank yang memiliki kredit maksimal Rp 5 juta. Dari 2.070 UMKM tersebut, sekitar 700 UMKM ternyata sudah melunasi kredit. Sekitar 500 UMKM lainnya tidak lolos verifikasi karena tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Syaratnya, antara lain, UMKM tersebut mengambil sebelum gempa dan mengalami kredit bermasalah setelah gempa. UMKM yang kreditnya masuk kategori lancar juga tidak dimasukkan dalam program ini, katanya. Ia menambahkan, data yang dihitung adalah data dari bank dan lembaga keuangan lain yang masuk hingga 27 September.

2.) Sumber : http://www.detikfinance.com/read/2011/03/17/120256/1594039/5/umkm-di-sumatera-bisa-kredit-hingga-rp-500-juta-dari-mikro-laju

Kamis, 17/03/2011 12:02 WIBUMKM di Sumatera Bisa Kredit Hingga Rp 500 Juta dari Mikro Laju

Medan - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kawasan Sumatera, kini dapat memperoleh pinjaman dana hingga Rp 500 juta. Peluang itu dapat diakses seiring dengan beroperasinya unit layanan Mikro Laju CIMB Niaga di wilayah Sumatera yang berpusat di Medan, Kamis (17/3/2011). Operasional kantor unit yang berlangsung di Jl. Gatot Subroto, Medan itu, diresmikan Commercial Banking Director CIMB Niaga Handoyo Soebali. Peresmian itu menandai dibukanya secara serentak layanan Mikro Laju di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Riau dan Lampung. "Layanan ini dapat memberikan pinjaman sekitar Rp 50 juta untuk kredit mikro madya, hingga Rp 500 juta untuk pinjaman kredit mikro utama," kata Handoyo Soebali. Disebutkan Soebali, dengan diresmikannya operasional Mikro Laju di Sumatera tersebut, maka hingga kini terdapat 154 unit layanan Mikro Laju yang sudah dioperasionalkan CIMB Niaga, dan ditargetkan jumlahnya akan bertambah hingga 350 unit seiring dengan rencana pembukaan di Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia bagian timur. Peresmian unit Mikro Laju CIMB Niaga wilayah Sumatera itu, ditandai dengan penyerahan

Page 2: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

kunci kantor dari Handoyo Soebali kepada Fadhil Chaniago selaku Cluster Manager Micro Finance CIMB Niaga, Sumatera Utara, disaksikan Special Lending & Micro Finance CIMB Niaga Commercial Banking CIMB Niaga, dan juga Walikota Medan Rahudman Harahap. Dalam kesempatan itu, Rahudman Harahap menyatakan, di Medan terdapat sekitar 150 ribu UMKM, yang tentu saja sebagian besar di antaranya membutuhkan bantuan keuangan untuk pengembangan usaha. Diharapkan program Mikro Laju dapat memberikan akses pinjaman kepada para UMKM tersebut dengan proses yang sederhana.

3.) Sumber : http://usaha-umkm.blog.com/tag/umkm-bank-syariah/

Rabu, 16 Maret 2011

Peran Perbankan Syariah dalam Pemberdayaan UMKM

Telah menjadi pengetahuan banyak pihak bahwa peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia begitu penting. Sektor UMKM nasional dikenal memiliki karakteristik positif seperti sektor yang menyerap tenaga kerja yang besar, mengakomodasi peran masyarakat miskin dan dominan dalam struktur ekonomi. Berdasarkan data terakhir yang diperoleh, sektor tersebut memiliki jumlah pelaku usaha yang mencapai 51,3 juta unit usaha atau memiliki kontribusi sebesar 99%! Menyerap tenaga kerja 90,9 juta pekerja (97%)! Menyumbang PDB sebesar Rp2.609 triliun (55,6%)! Serta memberikan sumbangan devisa sebesar Rp183,8 triliun (20%)!

Dengan ruang-lingkup usaha yang dominan beraktifitas di lingkungan ekonomi domestik, tidak mengherankan sektor UMKM selalu tampil menjadi “pahlawan” bagi perekonomian negeri ini, ketika ekonomi nasional berhadapan dengan badai krisis keuangan yang juga kerap menghantam ekonomi global. Oleh sebab itu, sangat beralasan sekali jika pemerintah dan pihak-pihak terkait mengambil posisi terdepan dalam mendorong sektor ini berkembang dengan lebih baik. Bagaimana dengan kontribusi industri perbankan syariah nasional terhadap pertumbuhan sektor UMKM?

Dengan data perkembangan UMKM yang tadi telah diungkapkan, ditambah dengan kenyataan bahwa populasi mayoritas penduduk indonesia beragama Islam yang merefleksikan pula kondisi populasi mayoritas dunia usaha di sektor UMKM, sepatutnya perbankan syariah bisa memberikan kontribusi yang signifikan pada sektor tersebut. Apalagi, diyakini praktek perbankan syariah beserta produknya sangat sesuai dengan nature dunia usaha sektor UMKM. Jika melihat data dan kinerja pembiayaan perbankan syariah kontribusi itu pada dasarnya sudah jelas terlihat.

Sejauh ini dengan kekuatan 11 bank umum syariah (BUS), 23 unit usaha syariah (UUS) dan 151 bank

Page 3: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

pembiayaan rakyat syariah (BPRS), yang memiliki jaringan kantor mencapai 3.073 unit, perbankan syariah nasional telah menunjukkan perannya. Pembiayaan BUS dan UUS pada sektor UMKM diakhir tahun 2010 telah mencapai Rp52,6 triliun atau porsinya (share) sebesar 77,1% dari seluruh pembiayaan yang diberikan BUS dan UUS ke sektor usaha. Pada akhir tahun 2010 itu, pertumbuhan pembiayaan bagi UMKM tersebut mencapai 46,8% atau pertumbuhannya melebihi pertumbuhan total pembiayaan industri perbankan syariah itu sendiri. Sementara jumlah rekening pembiayaan bagi UMKM mencapai lebih dari 600 ribu rekening atau porsinya mencapai 69,3% dari total rekening pembiayaan perbankan syariah.

Keberpihakan bank syariah pada sektor UMKM ditunjukkan pula dengan berbagai strategi pembiayaan oleh masing-masing bank syariah secara individu, seperti pembukaan pusat-pusat pelayanan pembiayaan mikro seperti gerai UMKM atau sentra UMKM. Berdasarkan data pembiayaan sektoralnya, saat ini pembiayaan UMKM perbankan syariah terkonsentrasi pada pembiayaan di sektor retail (31,1%), jasa usaha (29,3%) dan perdagangan (13,2%). Eksposur pembiayan sektoral UMKM perbankan syariah identik atau sama dengan eksposur total pembiayaan industri.

Kinerja perbankan syariah diatas belum termasuk kontribusi 151 BPRS yang tersebar di 22 provinsi Indonesia. BPRS dengan karakteristik kapasitas yang relatif kecil dan spesifik melayani pelaku usaha di komunitas-komunitas kecil masyarakat, sudah tentu hampir seluruh kemampuan penyediaan pembiayaannya di salurkan pada sektor UMKM. Berdasarkan data pada akhir 2010 fungsi intermediasi BPRS bagi sektor UMKM tampak berjalan cukup optimal, hal ini ditunjukkan dengan angka FDR yang mencapai 128,5%. Meski pembiayaan bermasalah BPRS relatif lebih tinggi di bandingkan kinerja BUS dan UUS yaitu sebesar 6,5%, namun dalam periode 3 tahun terakhir angka pembiayaan bermasalah menunjukkan kecenderungan yang menurun. Pada skala usaha yang tidak jauh berbeda dan ruang lingkup pelayanan yang juga relatif sama, dalam melayani masyarakat UMKM, BPRS ditemani oleh lembaga keuangan non-bank syariah yang saat ini berkembang tidak kalah tingginya, yaitu Baitul Mal wa Tamwil (BMT). BMT merupakan berbadan usaha koperasi yang kini dikenal dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), yang jumlahnya kini diperkirakan telah mencapai lebih dari 3000 unit.

Namun meski kontribusi perkembangannya cukup besar, sektor UMKM bukannya tumbuh tanpa memiliki masalah. Masalah di sektor UMKM relatif begitu kompleks, dari masalah SDM, akses modal, budaya usaha, tingkat penguasaan teknologi maupun kemampuan manajemen. Sudah menjadi pengetahuan umum dimana tingkat pendidikan mayoritas pelaku usaha UMKM cukup rendah, budaya usaha yang belum terbangun baik ketika usaha yang dilakukan berdasarkan usaha turun temurun, pengelolaan dana usaha yang bercampur dengan keuangan rumah tangga dan lain sebagainya. Hal ini yang tengah dibenahi oleh pihak-pihak terkait secara berkesinambungan. Khusus untuk mengatasi masalah akses modal di sektor UMKM, saat ini bank syariah telah melakukan kerjasama dalam penyaluran pembiayaan ke sektor tersebut. Kerjasama tersebut berupa kerjasama pembiayaan yang menggunakan konsep linkage, dimana bank syariah yang lebih besar menyalurkan pembiayaan UMKM-nya melalui lembaga keuangan syariah yang lebih kecil, seperti BPRS dan BMT. Hal ini dilakukan karena memang jangkauan bank syariah besar yang belum menjangkau pelosok-pelosok sentra masyarakat usaha kecil atau lembaga keuangan syariah yang kecil lebih menyentuh langsung dengan pelaku usaha UMKM.

Skema pembiayaan linkage yang dilakukan bank syariah dengan BPRS atau BMT dapat berupa

Page 4: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

channeling, executing atau joint financing. Skema channeling menempatkan BPRS atau BMT sebagai intermediator BUS/UUS dengan pelaku UMKM. Sedangkan skema executing dilakukan ketika BUS/UUS menyediakan pendanaan yang dapat dimanfaatkan oleh BPRS atau BMT dalam pembiayaan mereka ke nasabah UMKM-nya. Sementara itu, skema joint financing adalah skema dimana BUS/UUS dan BPRS/BMT bekerja sama dalam memberikan pembiayaan pada pelaku UMKM. Disamping itu, akhir-akhir ini terbentuk juga kerja sama bank-bank syariah dengan lembaga-lembaga terkait dalam memecahkan masalah lain yang menghantui dunia UMKM, seperti masalah budaya usaha, tingkat penguasaan teknologi dan kemampuan manajemen. Bank syariah bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan atau pengelola dana sosial dalam upaya meningkatkan budaya kerja, kemampuan manajemen UMKM dan penguasaan teknologi. Hal tersebut dilakukan dalam bentuk program-program pembinaan nasabah. Pembinaan nasabah khususnya bagi nasabah UMKM telah menjadi faktor yang krusial dalam rangka menjaga pembiayaan UMKM yang berkualitas baik.

Pada masa yang akan datang diharapkan lebih banyak pihak mampu memberikan kontribusinya yang signifikan dalam mendorong peran perbankan syariah di sektor UMKM ini. Pada sisi sektor UMKM, diperlukan upaya perbaikan sarana atau infrastruktur, baik berupa infrastruktur yang bersifat fisik maupun non-fisik, agar sektor tersebut mampu berproduksi dan berkinerja dengan efisien. Perbaikan atau pembenahan sektor UMKM pada gilirannya diharapkan mampu menekan persepsi risiko tinggi yang melekat pada sektor tersebut. Sedangkan pada sisi perbankan syariah diperlukan peningkatan pengetahuan dan keahlian bankir syariah pada dunia UMKM di semua sektornya. Dengan begitu, diharapkan kontribusi perbankan syariah dapat lebih maksimal, misalnya pembiayaan perbankan syariah tidak hanya terkonsentrasi pada sektor retail, jasa usaha dan perdagangan saja dari UMKM tetapi juga sektor potensial lainnya, khususnya sektor produktif seperti sektor pertanian dan manufaktur.

4.) Sumber : http://www.antaranews.com/berita/249773/bank-mandiri-dorong-pertumbuhan-umkm-di-sektor-hulu

Bank Mandiri Dorong Pertumbuhan UMKM di Sektor Hulu Minggu, 13 Maret 2011 19:09 WIBJakarta (ANTARA News) - Bank Mandiri terus meningkatkan pertumbuhan sektor usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM), terutama yang bergerak di sektor hulu, melalui penyaluran Kredit Perkebunan Plasma, baik melalui skim Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) maupun skim komersial.

Direktur Treasury, Financial Institutions and Special Asset Management Bank Mandiri Thomas Arifin di Jakarta, Minggu, mengatakan, penyaluran KPEN-RP merupakan salah satu sarana Bank Mandiri untuk terus mengembangkan potensi UMKM di sektor hulu, khususnya kepada para petani di daerah pedesaan.

Pengucuran KPEN-RP Bank Mandiri hingga akhir tahun 2010 telah mencapai Rp2,1 triliun (unaudited) kepada 41 koperasi dengan jumlah petani mencapai 27.200 orang dan luasan area kebun sebesar 53.787 hektar atau tumbuh 26 persen dari penyaluran tahun sebelumnya sebesar Rp1,7 triliun.

Page 5: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

"Komitmen kami untuk memajukan UMKM terutama di sektor hulu akan terus kami tingkatkan. Hal ini kami realisasikan melalui berbagai skim kredit lain yang telah kami siapkan untuk peningkatan kapasitas usaha pelaku UMKM seperti skim Kredit Usaha Rakyat, Kredit Usaha Pembibitan Sapi, dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi," tutur Thomas.

Untuk mempertegas komitmen pengembangan UMKM di sektor hulu, Bank Mandiri kembali menyalurkan KPEN-RP kepada 1.045 petani kebun kelapa sawit melalui Koperasi Serba Usaha (KSU) Sejahtera Bersama di Tulang Bawang, Lampung.

Kredit yang disalurkan senilai Rp82,180 Miliar untuk pembiayaan kebun kelapa sawit seluas 1.600 hektar. Khusus untuk sektor perkebunan, tahun ini Bank Mandiri memiliki pipeline untuk skim KPEN-RP sebesar Rp1,63 triliun dan skim komersial Rp960 miliar.

"Dengan demikian, kami yakin di tahun 2011 ini portofolio kredit perkebunan UMKM Bank Mandiri akan meningkat sebesar 58 persen," kata Thomas.

Bank Mandiri telah cukup lama menyalurkan kredit kepada petani di seluruh Indonesia. Secara keseluruhan, portofolio kredit perkebunan plasma Bank Mandiri, baik yang menggunakan skim KPEN-RP maupun skim komersial, telah mencapai (unaudited) Rp4,6 triliun kepada 131 koperasi dengan jumlah petani sebanyak 93.132 orang dan luasan areal kebun sebesar 186.264 ha.

Kredit Pengembangan Energi Nabati & Revitalisasi Perkebunan merupakan kredit untuk tujuan investasi yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Pengembangan Tanaman Bahan Bakar Nabati dan Program Revitalisasi Perkebunan yang mendapatkan subsidi bunga dari pemerintah.

Sedangkan Kredit Kebun Plasma Kemitraan Komersial adalah kredit untuk tujuan investasi yang diberikan dalam rangka pembiayaan kebun plasma kemitraan komersial dengan menggunakan pola linkage di luar Program Revitalisasi Perkebunan.(*)

5.) Sumber :  http://www.detikfinance.com/read/2011/03/13/112606/1590529/5/bank-mandiri-genjot-kredit-mikro-untuk-petani-rp-25-triliun

Minggu, 13/03/2011 11:26 WIBBank Mandiri Genjot Kredit Mikro untuk Petani Rp 2,5 Triliun 

Jakarta - Bank Mandiri meningkatkan penyaluran Kredit Perkebunan Plasma melalui skim Kredit Pengembangan Energi Nabati  dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) maupun skim komersial. Hal ini untuk memacu pertumbuhan sektor usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) khususnya di sektor hulu.

Menurut Direktur Treasury, Financial Institutions and Special Asset Management Bank Mandiri Thomas Arifin, penyaluran KPEN-RP merupakan salahsatu sarana Bank Mandiri untuk terus mengembangkan potensi UMKM di sektor hulu, khususnya kepada para petani di daerah pedesaan.

Page 6: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

”Hal ini kami realisasikan melalui berbagai skim kredit lain yang telah kami siapkan untuk peningkatan kapasitas usaha pelaku UMKM seperti skim Kredit Usaha Rakyat, Kredit Usaha Pembibitan Sapi, dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi,” kata Thomas dalam siaran persnya, Minggu (13/3/2011).

Pengucuran KPEN-RP Bank Mandiri hingga akhir tahun 2010 telah mencapai Rp 2,1 triliun (unaudited) kepada 41 koperasi dengan jumlah petani mencapai 27.200orang dan luasan area kebun sebesar 53.787 hektar atau tumbuh 26% dari penyaluran tahun sebelumnya sebesar Rp 1,7 triliun.

Saat ini, Bank Mandiri kembali menyalurkan KPEN-RP kepada 1.045 petani kebun kelapa sawit melalui Koperasi Serba Usaha (KSU) Sejahtera Bersama di Tulang Bawang, Lampung. Kredit yang disalurkan senilai Rp 82,180 Miliar untuk pembiayaan kebun kelapa sawit seluas 1.600 hektar.

Khusus untuk sektor perkebunan, tahun ini Bank Mandiri memiliki pipeline untuk skim KPEN-RP sebesar Rp 1,63 triliun dan skim komersial sebesar Rp 960miliar, sehingga totalnya mencapai Rp 2,59 triliun.

”Dengan demikian, kami yakin di tahun 2011 ini portofolio kredit perkebunan UMKM Bank Mandiri akan meningkat sebesar 58%,” kata Thomas.

Bank Mandiri telah cukup lama menyalurkan kredit kepada petani di seluruh Indonesia. Secara keseluruhan, portofolio kredit perkebunan plasma BankMandiri, baik yang menggunakan skim KPEN-RP maupun skim komersial, telah mencapai (unaudited) Rp 4,6 triliun kepada 131 koperasi dengan jumlah petanisebanyak 93.132 orang dan luasan areal kebun sebesar 186.264 ha.

6.) Sumber : http://economy.okezone.com/read/2011/03/08/320/432532/bank-mega-target-penyaluran-kredit-umkm-rp3-6-triliun

Bank Mega Target Penyaluran Kredit UMKM Rp3,6 TriliunSelasa, 8 Maret 2011 - 11:53 wib

JAKARTA - PT Bank Mega Tbk (MEGA) menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) sekira Rp3,6 triliun. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya yang sekira Rp1,46 triliun.

"Target UKM tahun ini cukup lumayan. Angka yang kita publish Rp3,6 triliun. Persentasenya luar biasa 1.666 persen," ungkap Direktur Utama Bank Mega, JB Kendarto saat penandatanganan kerja sama dengan Carrefour, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (8/3/2011).

Dijelaskannya, pertumbuhan untuk 2011 ini ditargetkan meningkat hingga tiga kali lipat. Untuk memenuhi target tersebut, pihaknya melancarkan strategi organik dan unorganik.

"Akan bertumbuh sekira tiga kali lipat. Untuk memenuhi target tersebut, ada strategi yang dilakukan. Yang

Page 7: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

pertama dengan pertumbuhan organik, caranya semua kantor Bank Mega mencari nasabah UKM. Sementara untuk unorganik caranya dengan BPD, BPR, dsb," ungkapnya.

Sebagai informasi, hari ini Bank Mega mengadakan kerja sama dengan Bank Mega dalam hal pembiayaan pemasok skala kecil dan menengah. Adapun kerja sama ini menggunakan sistem berbasis web yang dibangun Carrefour.

Bank Mega dan Carefour sendiri sepakat bekerja sama dan mendukung program ini melalui pembiayaan pengambilalihan piutang terhadap suplier dengan nilai tagihan maksimal Rp500 juta per supplier per bulan.

Ditambahkannya, Bank Mega telah bertumbuh dengan sangat pesat. Hingga September 2010, nilai aset perseroan sebesar Rp45,1 triliun. Di mana untuk akhir 2010 bisa lebih tinggi, namum belum diaudit.

"Kalau ambil aset, diambil alih Chairul Tanjung Rp303 miliar. Sekarang sudah Rp45 triliun. Jadi saya kira ribuan persen pertumbuhannya selama 15 tahun. Dana masyarakat yang dititipkan sebesar Rp36,5 trilun ke Bank Mega," pungkasnya.(ade)

7.) Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2011/03/08/peran-bank-syariah-dalam-mendorong-kemajuan-umkm/

Peran Bank Syariah dalam Mendorong Kemajuan UMKM

| 08 March 2011 | 10:10

Ekonomi sebuah negara baik dan buruknya tidak bisa dilepaskan dari peranan para pelaku usaha. Tentu saja Pemerintah dan lembaga-lembaga di sektor keuangan. Pelaku usaha kecil Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peranan amat penting! Namun, sering diabaikan baik oleh lembaga-lembaga keuangan terutama oleh Pemerintah. Padahal jika kita menyelami lebih

Page 8: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

dalam, peran UMKM (hasil penelitian Bank Indonesia tahun 2005 : Profil UMKM di Indonesia), dapatlah dijelaskan sebagai berikut :

Pertama : Aspek keuangan UMKM sangat profitable / menguntungkan. Data menunjukkan bahwa keuntungan / profit margin UMKM 84,4% melebihi 10%. Artinya UMKM tersebut selalu memperoleh keuntungan, bahkan 53,3% memiliki keuntungan 10%-50%. UMKM adalah sektor usaha yang mampu secara finansial / keuangan usaha untuk memperoleh kredit modal usaha dari lembaga-lembaga keuangan. UMKM telah memanfaatkan produk dan jasa perbankan terutama tabungan 49,3%. Adapun permintaan kredit (walaupun UMKM merasa membutuhkannya) tidak semua UMKM merealisasikannya dengan datang ke bank.

Kedua : Kendala manajemen yang dihadapi UMKM adalah lebih dari 90% belum berbadan hukum. Padahal untuk memperoleh kredit dari bank, sebuah usaha harus memiliki legalitas atau ijin usaha. Fenomena yang terjadi adalah sebagian besar UMKM menyatakan bahwa kepemilikan ijin usaha ternyata belum terlalu dibutuhkan, kecuali ketika Pemerintah meminta sebagai persyaratan administrasi ketika akan mendapatkan bantuan modal, mengikuti pendidikan dan pelatihan, pendampingan dan pembinaan). Atau UMKM merasa memerlukan ijin usaha untuk mengajukan kredit ke bank.

Ketiga : Bank Syariah sesungguhnya harus menjadi teladan / uswatun hasanah bagi penguatan ekonomi negara, terutama dalam mendorong kemajuan UMKM. Bukankah pengentasan kemiskinan adalah tugas mulia dalam kehidupan beragama ? Bila masyarakat sebuah negara menjadi lebih memilih menjadi pengusaha / pedagang, maka negara tersebut akan maju secara ekonomi. Sejalan dengan itu maka Bank Syariah dapat menjalankan kebijakan dari Bank Indonesia berupa penurunan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) bagi kredit UMKM dari 100% menjadi 85%. Bank Syariah harus mampu menjawab kekhawatiran bahwa UMKM adalah sektor yang dianggap beresiko tinggi dan keuntungannya kecil, serta jaminan UMKM yang terbat. Pendampingan dan fasilitas ‘after sales servise’ dapat dijadikan cara agar kekhawatiran tersebut berkurang bahkan hilang sama sekali. Bila, bukan Bank Syariah siapa lagi ? Bukankah bank konvensional menjalankan usaha dengan sistem riba yang dianggap tidak tepat oleh sistem syariah. Maka, jadikan  kendala sebagai tantangan menuju keberhasilan.

Keempat : Bank Syariah juga harus proaktif / menjemput bola dan lebih perhatian terhadap UMKM, serta menjadi fasilitator untuk menjembatani persoalan-persoalan yang ada. Seperti : permasalahan aksesibilitas UMKM dan pelayanan kredit (1) scale gap / kesenjangan skala antara besarnya pinjaman kredit UMKM yang diharapkan bank dengan realisasai keredit UMKM yang relatif kecil; (2) formalization gap / kesenjangan antara persyaratan formal bank seperti ijin usaha, jaminan dalam bentuk sertifikat tanah, NPWP; (3) information gap / kesenjangan informasi antara apa yang menjadi persyaratan dan prosedur bank dengan apa yang UMKM ketahui pada umumnya, dan menganggap sulit / berbelit-belitnya prosedur pengajuan kredit.

8.) Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/02/26/0649594/Bank.Indonesia.Beri.Akses.Kredit.UMKM

26 Februari 2011

Page 9: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia (BI) mengembangkan perannya bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui sisi permintaan dan penawaran.

Dari sisi permintaan, BI melakukan penelitian, pelatihan, hingga penyediaan informasi. Program pengembangan dan pelatihan klaster termasuk di dalamnya. Sementara sisi penawaran, BI mengatur perbankan dan kuatkan lembaga penunjang.

"Peran BI menghubungi sisi permintaan dengan penawaran, yang bekerja sama dengan pemerintah hingga lembaga internasional. Tepatnya, BI berusaha beri akses kredit kepada UMKM," kata Y Santoso Wibowo, Kepala Biro Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM, di Gedung BI, Jakarta, Jumat (25/2/2011).

"Kami yang meneliti, yang memberikan acuan kepada bank," kata Santoso. BI meneliti berbagai usaha komoditas dalam menyediakan informasi bagi lembaga keuangan, seperti BPR. Sekaligus melatih bank dan BPR bagaimana memberikan kredit pertanian.

Menurut dia, BI telah membentuk klaster, semacam sentra produksi yang merupakan kumpulan UMKM yang memiliki usaha komoditas yang sejenis. "Kami sudah punya 30 lebih klaster," kata Ika Tejaningrum, Analis Kredit Eksekutif Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM.

Dalam pengembangan klaster ini, BI tidak kerja sendiri, namun diserahkan kepada Kantor Bank Indonesia (KBI), pemerintah daerah, dan dinas terkait. Klaster yang telah terbentuk seperti klaster emping oleh KBI Banten, rumput laut di NTB, dan paprika di Bandung.

"Tahun ini cabe. Cabe itu akan kami buat di daerah Banten, Sukabumi juga ada," kata Ika. Pengembangan komoditas cabe sebagai klaster terkait kenaikan harganya yang signifikan pada awal tahun.

BI pun menggunakan UMKM yang memiliki kualitas produk yang bagus untuk mengajari pengusaha di daerah lain. "Klaster emping, pengusaha emping di Jawa Tengah didatangkan ke Serang, untuk mengajari. Kemudian bekerja sama dengan Alfamart untuk penjualannya," ujar Santoso.

9.) Sumber : http://economy.okezone.com/read/2011/02/20/20/426644/bank-indonesia-wacanakan-rating-kredit-umkm

Bank Indonesia Wacanakan Rating Kredit UMKMMinggu, 20 Februari 2011 - 16:34 wib

PADALARANG - Bank Indonesia (BI) mewacanakan akan memberlakukan rating kredit untuk sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk mendorong intermediasi sehingga nanti bank tidak ragu lagi untuk membiayai sektor ini.

"Ini bagian dari upaya kita mendorong intermediasi, untuk menghilangkan asymmetric information. Sehingga kita sedang merintis upaya rating maupun credit scoring, supaya bank itu tidak ragu lagi nantinya membiayai kredit UMKM, apabila sudah bisa melihat risiko di sektor itu" ungkap Peneliti Utama Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Suhaedi di acara workshop wartawan ekonomi di Hotel Mason

Page 10: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Pine, Bandung, Sabtu (19/2/2010).

Lebih lanjut dia menambahkan nanti dalam rating kredit UMKM ini akan ada database yang penting memberikan gambaran tentang resiko UMKM tersebut. "Nantinya ada semacam database, yang penting memberikan gambaran gimana sih profil risiko dari UMKM," tambahnya.

Dia juga menjelaskan dengan adanya rating ini bank memiliki pemahaman dan mitigasi resiko yang lebih bagus sehingga tingkat kredit macet (non performing loan/NPL) bisa terkendali.

"Iya, intermediasi akan lebih terdorong. Kedua, bank-bank akan lebih memiliki pemahaman dan mitigasi risiko lebih bagus. Dengan mitigasi yang lebih bagus diharapkan NPL bisa terkendali," imbuhnya.

Namun ketika ditanya kapan akan dilaksanakan dia mengatakan kalau ini masih dalam proses pembangunan sistem dan dirinya belum mengetahui kapan bisa terealisasi. "Masih dalam proses pembangunan sistemnya. Perlu kerja sama dengan instansi terkait lainnya," pungkasnya.(wdi)

10.) Sumber : http://bataviase.co.id/node/571880

UMKM pertanian kurang didukung perbankan18 Feb 2011

OLEH FAJAR SIDIK Bisnis Indonesia

JAKARTA Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di sektor pertanian masih kurang mendapatkan dukungan pembiayaan dari perbankan.

Hal itu terindikasi dari kucuran kredit turun sebesar 24%, dari posisi 2009 mencapai Rp22,59 triliun menjadi Rpl7,13 triliun pada akhir 2010.

Berdasarkan data Bank Indonesia, porsi pembiayaan yang disalurkan ke sektor pertanian itu juga tergolong sangat kecil, hanya sekitar 1,85% dibandingkan dengan total kredit UMKM yangdisalurkan Rp926,78 triliun.

Di sisi lain, pembiayaan UMKM masih didominasi sektor usaha lainnya, mayoritas berupa pembiayaan konsumsi mencapai Rp531,69 triliun (57,37%) dan sektor perdagangan sebesar Rp 195,49 triliun (21,09%).

Direktur UKM BRI Djarot Kusu-majakti mengatakan perusahaan mulai memperkuat pembiayaan UMKM di sektor pertanian dan peternakan. Hal itu ditopang penguatan jaringan pelayanan yang akan ditambah pada tahun ini lebih dari 300 kantor.

Selama ini, ungkapnya, pembiayaan UMKM telah masuk ke semua sektor usaha, yakni perda-gangan, industri, dan jasa, termasuk pertanian dan peternakan yang akan diperkuat pembiayaannya karena industrinya mulai berkembang.

"Kami terus meningkatkan pembiayaan UMKM di semua sektor usaha. Untuk pertanian dan peternakan memang perlu diperkuat karena pelaku usahanya semakin banyak dan produktif," jelasnya.

Page 11: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Djarot menyampaikan penguatan sektor pertanian dan peternakan im harus dilakukan dengan baik, karena populasi pelaku usahanya terus tumbuh dan mayoritas aktif dalam berproduksi, terutama yang berada di daerah pe-losok.

Untuk itu, imbuhnya, agar pelaku UMKM di pertanian dan peternakan bisa terlayani kredit dengan optimal diperlukan dukungan jaringan pelayanan yang semakin luas serta kesiapan sum--ber daya manusia yang memadai dan memiliki kompetensi sesuai dengan karakteristik bisnis di setiap sektor usaha.

"Kredit pertanian itu mencakup peternakan dan perikanan. Namun, untuk sektor perikanan sepertinya masih terbatas karena mayoritas hanya bergantung pada ikan hasil tangkap, sedangkan produksi perikanan sendiri belum berkembang dengan baik."

11.) Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/02/17/19530766/Kredit.UKM.Bank.Danamon.Tumbuh.24.Persen

Kredit UKM Bank Danamon Tumbuh 24 PersenPenulis: Eny Prihtiyani | Editor: Robert Adhi KusumaputraKamis, 17 Februari 2011 | 19:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepanjang tahun 2010 kredit usaha mikro kecil dan menengah Bank Danamon tercatat Rp 26,6 triliun atau tumbuh sebesar 24 persen. Porsi kredit UMKM mencakup 32 persen dari totak kredit Danamon yang tercatat sebesar Rp 82,7 triliun. Tahun ini Danamon mentargetkan pertumbuhan kredit UMKM hingga 20 persen.  

UMKM menjadi pasar andalan kami karena potensinya sangat besar. Kredit UMKM telah banyak memberikan kontribusi bagi pencapaian laba bersih. "Total laba bersih setelah dikurangi pajak tahun 2010 tercatat Rp 2,8 triliun atau naik 88 persen dari tahun sebelumnya,: kata Henry Ho, Direktur Utama Bank Danamon, di Jakarta, Kamis (17/2).

Kredit UMKM disalurkan melalui Danamon Simpan-Pinjam, yang wilayah operasinya terus meluas. Total penyaluran kredit UMKM juga melampaui kredit komersial, yang tercatat sebesar Rp 16,3 triliun.

Chief Financial Officer dan Direktur Bank Danamon, Vera Eve Lim mengatakan tahun ini UMKM tetap menjadi prioritas utama bagi Danamon. Meski inflasi diperkirakan mencapai 7 persen, ia tetap optimistis pertumbuhan kredit akan membaik. Tahun ini Danamon mentargetkan pertumbuhan kredit secara keseluruhan sekitar 15-20 persen.

"Inflasi jangan terlalu dikhawatirkan. Kita sudah terbiasa dengan inflasi tinggi. Harus diingat pula peningkatan inflasi diikuti dengan membaiknya harga komoditas," katanya.

Selain UMKM, Danamon juga makin agresif menggarap sektor kendaraan bermotor melalui anak perusahaan Adira Finance. Sampai dengan akhir 2010, Adira Finance mencatatkan total piutang yang dikelola sebesar Rp 30,7 triliun, yang 66,6 persen diantaranya merupakan pembiayaan sepeda motor.

Page 12: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

 

12.)Sumber : http://pijar.org/content/view/225/68/

Model kredit bagi UMKM Ditulis oleh: Barony Herdiarto    Monday, 15 February 2010 Promosi sistem energi terbarukan (SET) : Model kredit bagi UMKM

Pada bulan Februari 2010, salah seorang peneliti junior YPC yang juga merupakan praktisi bisnis di bidang kuliner hadir dalam acara pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh salah satu bank swasta di daerah Bekasi. Bahasan pelatihan yang dibawakan pada saat itu mengenai upaya pengembangan dan modal usaha. Dimana dalam penyampaiannya trainer memberikan gambaran mengenai tahapan mencapai cita-cita, pentingnya pelayanan, kreatifitas dan strategi pengelolaan keuangan usaha.

Pelatihan ini merupakan bagian dari fasilitas yang diperoleh debitur dalam keterkaitannya dengan pengambilan kredit yang dilakukan pada bank yang menawarkan kredit tanpa jaminan. Selain fasilitas pelatihan, debitur juga memperoleh fasilitas asuransi jiwa dimana jika debitur meninggal dunia di kurun waktu pinjaman, maka pihak asuransi akan menutup sisa kredit dengan syarat pembayaran kredit tidak pernah lewat dari waktu yang telah ditentukan. Kredit ini lebih menarik ketika persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitor hanyalah foto kopi KTP suami istri, foto kopi kartu keluarga dan pembukuan usaha selama dua bulan.

Secara sepintas formulasi kredit ini cukup menarik bagi kalangan usaha terutama usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang memang sebagian besar terbentur pada ketersediaan modal sehingga suku bunga pinjaman sebesar 2.75% per bulan (flat) tidak menjadi perhatian serius saat melakukan transaksi kredit.

Kebijakan kredit UMKM

Pada tanggal 5 November 2007, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan pola penjaminan. Dimana lembaga penjamin yang ditunjuk oleh pemerintah adalah Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Program kredit UMKM ini dirancang untuk memperkuat permodalan bagi sektor ekonomi produktif seperti UMKM serta koperasi dengan alokasi dana APBN 2008 sebesar Rp 1,4 triliun. Lebih lanjut, kebijakan ini diikuti dengan beberapa langkah stategis yang ditujukan untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan melalui pemberdayaan UMKM. Langkah-langkah strategis yang dimaksud yaitu : (i). menciptakan iklim usaha yang kondusif dan menyediakan lingkungan yang mampu mendorong pengembangan UMKM secara sistemik, mandiri dan berkelanjutan; (ii). menciptakan sistem penjaminan untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif usaha mikro; (iii). menyediakan bantuan teknis dan pendampingan secara manajerial guna meningkatkan “status usaha” agar feasible dan bankable dalam jangka panjang; (iv). penataan dan penguatan kelembagaan keuangan mikro untuk memperluas jangkauan pelayanan keuangan kepada usaha mikro secara cepat, tepat, mudah dan sistematis.

Dinamika UKM dan kredit

Berdasarkan data BPS (2005), kondisi UKM pada periode 2001-2004 menunjukkan

Page 13: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

perkembangan yang positif. Selama periode itu, kontribusi UKM pada produk domestic bruto (PDB) rata-rata mencapai 56,04 % yang di dominasi oleh sektor pertanian, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran dengan jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 70.92 juta orang. Selain dilihat dari kemampuannya menyerap tenaga kerja, produktifnya sector ini ditandai juga dengan terjadinya peningkatan unit UKM sebesar 1.61% dari tahun 2003 – 2004. Lebih lanjut, berita resmi statistic BPS (2008) memberikan informasi bahwa UKM ternyata masih memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap PDB nasional yaitu sebesar 53,6% dengan jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 91.8 juta orang atau 97.3% dari seluruh tenaga kerja di Indonesia. Sedangkan produktifitas UKM ditandai dengan peningkatan unit usaha sebesar 0.98% dari tahun 2006 – 2007.

Sementara akses permodalan yang dimanfaatkan oleh pelaku UKM diperoleh dari Data Survei Usaha Terintegrasi (SUSI) yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2001. Dimana hasil survey menunjukkan dari 4.660.645 UKM yang tidak berbadan hukum, tercatat 2.131.810 UKM yang memanfaatkan pinjaman dalam upaya mendukung proses pengembangan usahanya. Sumber-sumber permodalan yang tersedia bagi UKM dikategorikan dalam perbankan, koperasi, lembaga keuangan non bank, modal  ventura, perorangan, keluarga/family, dan lain-lain. Pembiayaan yang bersumber dari lembaga keuangan non bank dilakukan oleh 82.962 UKM, perbankan sebanyak 385.383 UKM, modal ventura sebanyak 7.972 UKM dan sumber permodalan lainnya sebanyak 661.629 UKM.

Model kredit tanpa jaminan dan Model kredit Grameen Bank

Bank sebagai lembaga keuangan memiliki peran yang strategis bagi kehidupan perekonomian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari fungsi utama bank yaitu sebagai lembaga yang menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat. Dimana dana yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit bukanlah dana milik bank sendiri tetapi merupakan dana yang berasal dari masyarakat, sehingga penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank dilaksanakan dengan prinsip kehati – hatian, melalui analisa yang akurat dan penyalurannya dilakukan dengan tepat sasaran. Selain itu dalam perannya sebagai kreditor, bank melakukan pengawasan dan pemantauan kredit yang didasari pada perjanjian yang telah di buat oleh pihak bank.

Terkait dengan kebijakan KUR berupa kredit tanpa jaminan, maka orientasi bank dalam pemberian kredit bisa dikatakan berubah, dari yang berorientasi kepada jaminan fisik menjadi tidak berorientasi kepada masalah jaminan fisik namun kepada bonafiditas dan prospek usaha nasabah (Riska Mahanani Margono, 2009).

Sementara itu, Grameen Bank merupakan model kredit yang mengedepankan kepercayaan bukan kontrak legal dengan sasaran kelompok miskin yang tidak memiliki modal, tidak berpenghasilan tetap terlebih lagi bonafiditas usaha. Ciri utama model Grameen Bank yaitu : (i). menggunakan prinsip tanpa surat perjanjian (paperless). (ii). Kepercayaan merupakan modal dasar dan jaminan dan dalam pelaksanaannya tidak ada pemberlakuan sanksi; (iii). Memiliki tujuan membuat sistem perbankan yang adil, prorakyat miskin, dan properempuan. Kredit diberikan kepada suatu kelompok miskin dimana jika terdapat nasabah yang tidak mampu membayar, maka teman dalam satu kelompoknya harus membantu supaya orang tersebut mampu membayar. Selain itu, orang kedua baru dapat kredit jika orang pertama secara berurutan dengan catatan orang kedua baru bisa meminjam setelah orang pertama mengembalikan pinjaman. Pembayaran pinjaman yang dilakukan Grameen Bank diberikan kepada suatu kelompok miskin, dan pembayarannya juga melalui kelompok itu. Jika terdapat nasabah yang tidak mampu membayar, maka teman dalam

Page 14: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

satu kelompoknya harus membantu supaya orang tersebut mampu membayar. Tidak hanya itu, model Grameen Bank juga memperhatikan kebermanfaatannya bagi lingkungan sekitar kelompok. Dimana kelompok peminjam dituntut membuat pelbagai agenda sosial yang bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.

Model Grameen Bank dalam pemanfaatan energi terbarukan di Bangladesh

Program Grameen Shakti (GS) atau program energi pedesaan yang mulai dilakukan pada tahun 1996. Program bertujuan untuk memberikan akses listrik bagi masyarakat desa dengan menyediakan sel surya, turbin angin dan biogas yang dapat dimiliki melalui skema mikro kredit. Tidak hanya itu, program ini juga mencakup penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan warga (A.K.M. Sadrul Islam, Mazharul Islam, Tazmilur Rahman, 2005). Selain untuk kalangan sendiri, Grameen Sakti juga memiliki program Selain itu, Grameen sakti juga memiliki beberapa program instalasi sistem sel surya di pedesaan yang ditujukan untuk perkantoran (Pusat pelatihan, sekolah, klinik kesehatan) dan bangunan milik pemerintah. Dimana dalam kesemua program tersebut, dana program diperoleh dari Grameen Bank, Lembaga donor yang  pengalokasian dananya dilakukan oleh unit – unit koperasi yang telah ditentukan (Wahidul K. Biswas, Paul Bryce, Mark Diesendorf, 2001).

Potensi UMKM sebagai pengguna teknologi sistem energi terbarukan (SET)

Kebijakan kredit tanpa jaminan berupa KUR didasari oleh data produktifitas UMKM sebagai penyedia lapangan kerja dan perannya yang sangat signifikan dalam menggerakkan sektor perekonomian negara. Namun, disisi lain, tingginya angka unit UMKM berarti juga tingginya angka pengguna energi.

Jika saat ini semakin dikampanyekan konsep penggunaan energi terbarukan di pedesaan dimana instalasi SET diiringi oleh pengadaan usaha produktif yang semuanya di mulai dari nol, maka bagaimana dengan usaha di wilayah perkotaan?

Tingginya angka keberadaan UMKM sebagai pengguna energi harus dipandang sebagai potensi pemanfaatan SET dan sebagai salah satu upaya mengatasi krisis energi yang beberapa kali melanda negeri ini. Jika Bank memberikan kredit tanpa jaminan didasari oleh bonafiditas dan prospek usaha, maka kombinasi pola Grameen Bank dan Kredit Tanpa Anggunan perlu dipikirkan sebagai salah satu upaya promosi pemanfaatan SET dan mengatasi krisis energi dan ekonomi negeri ini.

14.) Sumber: http://kumperindag.sulteng.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=58&Itemid=47

PERTUMBUHAN UMKM DI SULTENG BERKEMBANG PESAT Wednesday, 26 January 2011 Radar Sulteng, Rabu 26 Januari  2011

Dalam lima terkahir, antara 2006 hingga 2010, pertumbuhan koperasi dan Usaha Mikor Kecil dan Menengah (UMKM) di Sulteng mengalami perkembangan sangat pesat. Misalnya pada perkoresian, tidak hanya terjadi peningkatan yang siginifikan dari jumlah koperasi yang terbentuk, tetapi juga mampu menyerap hingga puluhan ribu anggota baru. Perkembangan ini menjadi kebanggaan bersama, karena sejalan dengan amanah UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dimana disebutkan bahwa pembinaan koperasi menjadi urusan wajib bagi pemerintah daerah baik pemerintah

Page 15: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Kabupaten maupun pemerintah provinsi.

Kepada Radar Sulteng, Kepala DInas Koperasi UMKM, Perindustrian dan perdagangan Provinsi Sulteng, H. Muh. Hajir Hade, SE.,MM, mengungkapkan bukti terjadinya peningkatan animo masyarakat dalam membentuk koeprasi, ditunjukan dengan adanya data jika pada 2006 jumlah koperasi sebanyak 1.417 unit, maka pada 2010 telah meningkat menjadi sebanyak 1835 unit atau naik sebanyak 418 unit (29,5%). Sedangkan jumlah anggotanya pada tahun 2006 berjumlah 233.445 orang, di tahun 2010 menjadi 247.587 orang atau mengalami kenaikan hingga 14.142 orang (6%).

“Terjadinya peningkatan itu tidak terlepas dari pola pembinaan yang telah dilakukan selama ini,” katanya.

Berbagai upaya pembinaan koperasi kata Hajir, diantaranya berupa kegiatan pendampingan yang meliputi kegiatan pemanfaatan tenaga kerja sarjana yang menganggur untuk dipekerjakan menjadi tenaga manajer di koperasi. Hal ini sebagai wujud kepedulian pemerintah daerah terhadap pengurangan pengangguran, serta memberikan wawasan pemikiran soal bagaimana pengelolaan koperasi yang baik kepada pengurus koperasi seperti melakukan study banding dan study kooperatif kepada manajer dan pengurus koperasi.

Selain itu, juga dilaksanakan sosialisasi perkoperasian serta yang tak kalah pentingnya adalah keikutsertaan dalam rangka pelaksanaan Bulan Bakti Masyarakat Gotong Royong (BBMGR) masyarakat di Kelurahan Layana Kecamatan Palu Timur Kota Palu. “dimana pada tempat itu dibangunkan sebuah sarana usaha koperasi berupa warung serba ada dan tempat praktik manjajit serta sarana lain berupa barang-barang kebutuhan masyarakat sebagai modal awal bagi Waserda Koperasi Kojama,” katanya.

Kegiatan lain kata Hajir, barupa kegiatn revitalisasi koperasi yang meliputi pendidikan perkoperasian pada masyarakat khususnya anggota inti koperasi dan melaksanakan peningkatan kepada koperasi yang mampu menghasilkan koperasi berkualitas.

Kemudian juga dilakukan kegiatan dukungan kemitraan, melakukan kontribusi pemikiran kepada pengurus koperasi sehingga dapat melaksanakan kegiatan usaha pada komoditas jagung dan beras yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat serta dalam pelaksanaannya dapat membentuk kerjasama (kemitraan) antara koperasi atau antara koperasi dengan badan usaha lainnya.

“Kegiatan lainnya yang cukup membantu koperasi adalah mengikutkan koperasi dalam pameran produk unggulan dan pelaksanaan pasar rakyat atau pasar murah pada setiap tahun yang memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok dengan harga yang layak,” katanya.

Dalam rangka meningkatkan produksi rumput laut khususnya di Kabupaten Parigi Moutong lanjut Hajit, Pemda Provinsi Sulteng juga memberikan bantuan sarana berupa pemberian bantuan permodalan melalui kementrian Koperasi dan UKM RI kepada 22 koperasi pemuda dan 51 koperasi serta bantuan untuk UKM kreatif melalui koperasi kerajinan sebanyak 2 9dua) koperasi. Masing-masing koperasi ini menerima Rp 50 juta dalam bentuk hibah.

“Ini menjadi bukti perhatian pemerintah daerah Sulteng dalam upaya peningkatan perkoperasian di Sulteng,” tandasnya.

Sementara itu, terkait dengan pertumbuhan UMKM di Sulteng, juga tak kalah dari pertumbuhan perkoperasian. Menurutnya, UMKM sebagai bagian dari kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada masyarakat dan berperan dalam proses pemerataan serta peningkatan pendapatan masyarakat, pertumbuhannya sangat menganggumkan. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan UMKM sebagai unit usaha yang peranannya sering dikaitkan dengan upaya pemerintah dalam mengatasi pengangguran dan memerangi kemiskinan di tanah air. Karena itu pemerintah telah menanamkam tekad dan semangat berpihak dengan menetapkan berbagai kebijakan yang diarahkan kepada upaya untuk semakin menumbuhkembangkan UMKM agr semakin kuat dan mandiri.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut kata Hajir, selama lima tahun terakhir, pemerintah daerah provinsi sulteng telah berhasil melaksanakan berbagai program pengembangan dan pemberdayaan UMKM melalui beberapa kegiatan, baik yang bersumber dari dana APBD maupun APBN. Kegiatan

Page 16: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

tersebut diantaranya, pemberian bantuan sarana usaha bagi 90 UMKM sarana/pedagang makanan dan mimuman. Yakni berupa bantuan gerobak sebanyak 65 unit, bantuan kompor minyak sebanyak 96 unit, bantuan oven sebanyak 85 unit, bantuan bahan baku/bahan olahan sebanyak 30 paket, bantuan tenda PKL sebanyak 13 unit, serta bantuan wajan sebanyak 12 buah.

Kemudian juga pemberian bantuan sarana bagi 30 UMKM jasa konveksi berupa bantuan bantuan mesin jahit sebanyak 30 unit, bantuan mesin obras sebanyak 11 unit, bantuan mesin neci sebanyak 10 unit, bantuan mesin pelobang  dan pemasang kancing sebanyak 4 unit. “tak menariknya pemberian bantuan sarana usaha bagi 10 UMKM jasa perbengkelan berupa mesin kompresor, “ katanya.

Dalam rangka peningkatan peran UMKM, kata Hajir, juga digelar pameran dan studi banding. Dimana sejak 2006 hingga 2010 pihaknya telah berhasil mengikutsertakan sebanyak 375 UMKM unggulan pada berbagai iven pameran dan temu kemitraan UMKM dan pasar rakyat baik tingkat daerah, regional maupun tingkat nasional. Begitupun juga dengan pelaksanaan pelatihan, sejak 2006 hingga 2010 telah dilaksanakn pelatihan sebanyak 10 kali dengan mengikutsertakan 300 UMKM. Sedangkan pelaksanaan rapat dan sosialisasi sebanyak 20 kali dengan mengikutsertakan sebanyak 400 UMKM.

“hal-hal itu merupakan hasil capaian kegiatan yang bersumber dari dukungan dana APBD. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatannya memang sangat dirasakan,” katanya.

Sedangkan untuk capaian hasil kegiatan yang bersumber dari dukungan dana APBN diantaranya, kata Hajir, pembangunan Tempat Praktik Keterampilan Usaha (TPKU). Bantuan berupa pembangunan gedung tempat praktik yag dilengkapi dengan peralatan usaha dan modal operasional tersebut diberikan kepada 17 lembaga pendidikan pedesaan yang tersebar di 9 kabupaten/kota se sulteng. Diantaranya Kota Palu sebanyak 2 pondok pesantren, Kabupaten Donggala 2 pondok pesantren, Parigi Moutong 5 pondok pesantren, Poso 2 Yayasan, Touna 1 pondok pesantren, Toli-toli 1 pondok pesantren, Banggai 2 ponsok pesantren, Bangkep 1 pondok pesantren, dan Buol 1 pondok pesantren.

Selanjutnya program sertifikasi Tanah bagi UMK. Juga menjadi bagian dari program peningkatan peran UMKM. Terkait dengan hal tersebut kata Hajir, sejak 2006 hingga 2010 telah terealisasi pemberian sertifikat tanah bagi UMK di Sulteng sebanyak 1.676 Persil persertifikat per UMK. “Program ini merupakan kegiatan pensertifikasian tanah milik UMK, untuk memudahan UMK mendapatkan fasilitas kredit dari bank dengan jaminan sertifikat atas tanah tersebut,” kataya.

Program lain yakni, terealisasi penumbuhan Wirasaha Baru di Sulteng sebanyak 6.040 unit per UMKM yang tersebat di 11 Kabupaten/Kota.  Diantaranya meliputi sector industri sebanyak 35 unit.292 wirausaha baru perunit UMKM, sector perdagangan sebanyak 19.024 wirausaha baru per unit UMKM dan sector jasa sebanyak 5.724 wirausaha baru per unit UMKM.

Begitupun dengan realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurut Hajir, sejak 2008 hingga 2010 Pemerintah Sulteng bekerjasama dengan lembaga perbankan telah merealisasikan penyaluran KUR di Sulteng sebesar Rp124,9 miliar lebih, dengan jumlah debitur sebanyak 28.072. Diantaranya meliputi Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi sebesar Rp27,2 miliar lebih (7.321 debitur), Parigi Moutong sebesar Rp17,6 miliar lebih (4.047 debitur), Poso dan Morowali sebesar Rp24,7 miliar lebih (4.966 debitur), Touna sebesar Rp.1,2 miliar lebih (12 debitur), Tolitoli sebesar Rp24,5 miliar lebih (6.810), Buol sebesar Rp495,7 juta lebih (12 debitur), Banggai sebesar Rp21,7 miliar lebih (3.786 debitur) dan Kabupaten Bangkep sebesar Rp7,4 miliar lebih (1.124 debitur).

“Ini merupakan hasil caoaian dari pembangunan UMKM dalam lima tahun terakhir yang sangat membanggakan. Meski masih banyak yang harus di tingkatkan, setidaknya pencapaian ini menjadi pijakan terhadap program pengembangan UMKM kedepan,” demikian pungkas Hajir Hadde. (yon/adv)

16.)Sumber : http://www.warta-berita.co.cc/bi-peran-perbankan-dalam-pertumbuhan-ekonomi-

lemah/

Page 17: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

BI: Peran Perbankan Dalam Pertumbuhan Ekonomi Lemah

21 Januari 2011

Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia menilai peran perbankan dalam pertumbuhan ekonomi masih rendah mengingat kecilnya rasio antara pemberian kredit dibanding dengan produk domestik bruto (PDB) pada 2010 yang hanya mencapai 26,1 persen.

“Saya melihat terdapat sesuatu permasalahan besar, dimana dalam kondisi likuiditas perbankan berlebih, peran perbankan dalam pertumbuhan ekonomi masih rendah. Rasio kredit terhadap PDB di 2010 hanya sekitar 26,1 persen, hanya sedikit meningkat dari 25,7 persen di 2009,” kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam acara Pertemuan Tahunan Perbankan di Jakarta, Jumat malam.

Darmin menjelaskan, bahwa perbankan saat ini sedang mengalami kelebihan likuiditas yang tercermin dari besarnya jumlah alat likuid per 15 Desember 2010 yang terdiri dari SBI Rp494,5 triliun, Surat Utang Negara Rp229,9 triliun, serta jumlah undisbursed loan perbankan sebesar Rp556,8 triliun.

“Dari situ kita tahu bahwa perekonomian kita pada hakekatnya tidak kekurangan likuiditas. Tantangannya adalah bagaimana agar likuiditas tersebut dapat tersalurkan untuk membiayai sektor usaha produktif dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan,” katanya.

Rendahnya rasio kredit terhadap PDB merupakan dampak krisis 1997/1998 yang telah menyebabkan perekonomian nasional tergolong dalam low leverage economy, sehingga dalam kondisi demikian terjadi proses deleveraging pada sektor korporasi dalam waktu yang cukup lama.

“Saya berharap perbankan berani mengambil peran lebih besar membangkitkan kembali sektor korporasi, tentu dengan layanan berkualitas dan biaya yang efisien,” katanya.

Selain itu, lanjut Darmin bank perlu mencermati sumber-sumber pembiayaan non-bank yang semakin berkembang dan kompetitif seperti pembiayaan melalui pasar saham dan obligasi pada 2010 yang mencapai Rp280,6 triliun atau 4,4 persen dari PDB, dibandingkan 3,7 persen dari PDB pada 2009. Jumlah emiten meningkat dari 57 (2009) menjadi 74 (2010).

Terlepas dari persoalan tersebut, BI melihat adanya peluang yang cukup potensial sebagai motor perekonomian, yaitu di sektor UMKM, terlihat dari data akhir 2010 yang menunjukkan pangsa kredit UMKM dalam total kredit perbankan telah mencapai 53,32 persen dan pertumbuhannya telah mencapai 25,17 persen.

Angka-angka ini menunjukkan bahwa kredit sektor UMKM mendominasi total kredit, dengan tingkat kredit macet UMKM sebesar 2,65 persen lebih rendah dibandingkan non-UMKM 3,51 persen.

Untuk terus memperbaiki kredit sektor UMKM ini, Darmin melihat bunga pinjaman sektor ini masih relatif lebih tinggi dibandingkan sektor korporasi lainnya.

Page 18: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

“Ini merupakan tantangan kita bersama, karena apabila suku bunga UMKM ini bisa kita turunkan lebih jauh, akan memberikan manfaat yang lebih besar dalam mendorong kegiatan ekonomi,” katanya.

Dalam skala regional, Darmin menilai daya saing perbankan nasional dari segi efisiensi, permodalan dan aset masih lebih rendah dibandingkan negara lain di kawasan.

Berdasarkan data Bank Indonesia dan Bank Scope akhir 2009, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan net interest margin (NIM) Indonesia masing-masing 81,6 persen dan 5,8 persen. Sementara untuk Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina, rasio BOPO berkisar 32,7 – 73,1 persen dan NIM berkisar 2,3 – 4,5 persen.

“Fakta ini menunjukkan efisiensi perbankan Indonesia terendah di ASEAN-5. Ini ironis dengan fakta lain bahwa rata-rata kenaikan harga saham perbankan di Indonesia sangat fantastis. Untuk itu saya meminta perbankan untuk berupaya mengejar ketertinggalan dalam hal efisiensi,” katanya.

17.) Sumber http://www.kabupatenwonosobo.com/index.php?modul=berita&cat=BDaerah&catid=323158524319

Koperasi Dikembangkan untuk Pendanaan UMKMWonosobo/ Rabu/ 12 Januari 2011

WONOSOBO - Koperasi-koperasi di Wonosobo akan dikembangkan sebagai lembaga untuk mendanai pengembangan usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM).

Cara itu diharapkan bisa mempermudah UMKM dalam mengakses permodalan, yang bisa digunakan untuk pengembangan usaha.

"Pengembangan koperasi sebagai lembaga untuk membiayai UMKM itu masuk program 2011, sebagai salah satu strategi pengembangan UMKM di Wonosobo," kata Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Agus Suryatin.Dikatakannya, dilibatkannya koperasi dalam pembiayaan UMKM itu didasari fakta bahwa setiap tahun, tidak kurang dari 10 koperasi di kabupaten Wonosobo pertumbuhan kinerjanya bagus.Disisi lain, Pemerintah kabupaten Wonosobo juga memiliki program bahwa ditahun 2014 mendatang, koperasi harus bisa menjadi soko guru perekonomian di kabupaten berslogan "Asri" itu.

"Dari situ, koperasi-koperasi yang bagus kinerjanya dimonitor, supaya kinerjanya juga sehat. Lalu dilibatkan dalam pengembangan UMKM melalui sisi pembiayaan. Jadi jika ada UMKM yang butuh likuiditas keuangan untuk permodalan, bisa mengakses ke koperasi," tuturnya.

Page 19: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Cara itu diharapkan bisa menjadi solusi bagi UMKM yang sering kesulitan mengakses permodalan di lembaga keuangan perbankan.

"Jadi peran koperasi nanti, bisa menggantikan perbankan, bisa juga melengkapi peran perbankan dalam memberi bantuan modal ke UMKM," katanya.Sumber: Suara Merdeka

18.) Sumber : http://bataviase.co.id/node/526657

BRI Gencarkan Kredit UMKM11 Jan 2011

Fitria AndayaniTim baru dibentuk untuk menangani sektor UMKM.

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk akan semakin menggencarkan pertumbuhan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada 2011. BRI menargetkan pertumbuhan hingga 20 persen tahun ini.

Direktur Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) BRI Djarot Kusumayakti menyatakan, BRI akan masuk lebih dalam lagi ke tempat-tempat potensial, seperti pasar tradisional.

Menurutnya, BRI tidak akan memberikan ruang kosong kepada perbankan lain untuk masuk dan mengambil lahan kredit UMKM-nya. "Kami tidak takut dengan pendatang baru. Mereka harus punya effort yang kuat untuk mengalahkan kami yang sudah berpengalaman di sektor ini," ujarnya di Jakarta, Senin (10/1).

Menurutnya, BRI ingin lebih dekat lagi dengan sasaran kredit UMKM-nya. "Kalau ada pasar yang buka hanya pada malam hari, kami akan fasilitasi dengan membuka teras BRI sampai malam," katanya. Dengan begitu, lanjutnya, BRI akan menyesuaikan dengan kondisi pasar tersebut. Menurut Djarot, tidak banyak bank yang akan melakukan hal yang sama dengan BRI. "Tempat semacam itu memiliki risiko yang cukup tinggi, margin yang biasa-biasa saja, dan bila mereka ingin masuk ke sektor tersebut, mereka harus mengeluarkan biaya yang besar," tuturnya.

Menurut Djarot, tahun ini BRI bahkan menambah tim baru yang akan menangani kredit UMKM ini di seluruh Indonesia sebanyak 7.000 orang. "Sehingga, pelayanan dan pengelolaan terhadap kebutuhan kredit UMKM dapat diberikan maksimal," katanya.

BRI pun akan terus menurunkan margin kredit UMKM dan cost efficiency ratio. "Laba itu kan hanya perkalian kuantitatif dan kualitatif. Kalau kualitatif kita turunkan, maka kuantitatif harus kita tambahkan."

BRI berharap margin bisa ditekan serendah mungkin. "Kita akan turunkan terus sampai batasan kita masih bisa hidup. Mungkin sekitar 8 - 8,5 persen, sekarang masih di atas 9 persen."

Page 20: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Sementara pertumbuhan kredit UMKM tahun ini ditargetkan 20 persen. Pertumbuhan di 2010 tidak sampai 20 persen, karena tahun tersebut dianggap BRI sebagai tahun konsolidasi. "Karena 2008 dan 2009 kita lari kencang, 2010 kita konsolidasi. Nah di 2011 kita siap-siap naik lagi."

BRI juga akan melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) Selasa (11/1) ini. Rasio stock split tersebut sebesar 1/2, sehingga nilai nominal saham yang semula seharga Rp 500 akan menjadi Rp 250 per saham. Bagi pemegang saham yang berada dalam penitipan kolektif KSEI, pelaksanaan stock split akan dilakukan berdasarkan saldo saham perseroan pada masing-masing subrekening efek pada akhir perdagangan saham di BEI, yakni pada 13 Januari 2011.

Selanjutnya pada hari berikutnya, saham hasil pelaksanaan stock split akan didistribusikan melalui subrekening efek pemegang saham di KSEI.

Sementara bagi pemegang saham yang sahamnya tidak dimasukkan dalam penitipan kolektif KSEI atau sahamnya masih dalam bentuk warkat, permohonan stock split dapat dilakukan mulai 14 Januari 2010 di Kantor Biro Administrasi Efek Perseroan, PT Datindo Entrycom.

BRI pun bakal mengakuisisi sebanyak 3,03 miliar lembar saham AGRO setara dengan 88,65 persfctdari total saham dengan mak Rp 109 per saham.

Akuisisi ini diharapakan dapat memperkuat posisi BRI di segmen UMKM, khususnya sektor agrobisnis. Rencana ini sudah disetujui oleh para pemegang saham dan tidak dianggap sebagai bentuk monopoli oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

19.) Sumber: http://www.detikfinance.com/read/2011/01/09/165552/1542635/5/bank-mandiri-siap-genjot-kredit-mikro-dan-umkm

Bank Mandiri Siap Genjot Kredit Mikro dan UMKM  Whery Enggo Prayogi - detikFinance

09 Januari 2011

Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akan memperbesar porsi kredit di sektor mikro dan UMKM pada tahun 2011. Pertumbuhan kredit ini pun ditargetkan mencapai 30% dari periode sebelumnya.

Demikian disampaikan Direktur Finance & Strategy BMRI, Pahala N. Masury usai press confrences Wirausaha Mandiri, di resto Penang Bistro, Jalan Raya Kebun Sirih Jakarta, Minggu(9/1/2011).

"Sekitar 30%, kalau bisa diatasnya. Untuk komersial sudah diatas 30%," jelasnya.

Pahala menyampaikan, mulai tahun 2011 bank BUMN ini siap memperbesar porsi penyaluran kredit mikro dan UMKM. Diharapkan, dengan penambahan ini semakin banyak tercipta pengusaha baru yang tumbuh dari kelas mikro.

Bank Mandiri pun tidak gentar akan persaingan dengan perbankan lain, yang sudah lebih dulu memfokuskan pada pasar mikro, seperti BRI dan BTPN, ataupun bank swasta yang juga gencar menggelontorkan dana pinjaman ke sektor UMKM, macam Bank CIMB Niaga.

Page 21: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

"Kalau kita melihat penetrasi, kita, Indonesia masih sangat rendah. Kajiannya 25-30%, kita penting untuk memperbesar kue, dan naik 40-50%. Bank Mandiri lakukan dengan penambahan outlet atau sales outlet yang lebih mudah diakses masyarakat," katanya.

"Persaingan, mana yang paling dekat ke nasabah. Otomatis lokasi terkonsentrasi ke usaha mikro dan umkm. Kita kan sama-sama mengejar ke pasar yang sama," tambahnya.

Sepanjang tahun lalu, BMRI telah membuka total 500 outlet yang terdiri dari 200 cabang dan sisanya, sales outlet . Sementara di 2011, ditargetkan outlet akan kembali bertambah 400 unit, dimana pembagiannya merata antara cabang dan sales outlet. Di samping itu, perseroan menyampaikan siap menyelenggarakan kompetisi Wirausaha Mandiri.

Diharapkan, jumlah peserta akan kembali meningkat seperti tahun sebelumnya yang mencapai 3.395 mahasiswa.

Penjurian dilakukan pada 18 Januari mendatang, dengan jenis usaha yang dilombakan bidang industri (pertanian peternakan, perkebunan, perikanan), jasa, industri boga macam pengolahan makanan. Minuman, industri kreatif, ataupun arsitektur serta desain.

20.) Sumber :

http://www.detikfinance.com/read/2010/11/09/172505/1490493/5/bi-hanya-471-umkm-yang--kenal--perbankan

BI: Hanya 47,1% UMKM yang 'Kenal' Perbankan  Herdaru Purnomo - detikFinance

09 Januari 2011

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat lebih dari setengah pelaku industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) belum mendapatkan akses perbankan. BI memaparkan hanya terdapat sekitar 47,1% rekening pelaku UMKM di industri perbankan termasuk di Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Demikian disampaikan oleh Direktur Kredit, BPR, serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Bank Indonesia (BI) Edy Setiadi di sela acara Munas VIII Perbarindo di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Selasa (09/11/2010).

"Masih banyak sekali industri UMKM yang belum tersentuh perbankan. Dari data terakhir hanya 47,1% rekening di perbankan yang merupakan nasabah UMKM," ujar Edy.

Bahkan, dari data Bank Dunia (World Bank) Edy mengatakan sekitar 60% pelaku UMKM di Indonesia belum tersentuh perbankan. Oleh sebab itu, Edy mengatakan peranan BPR untuk mengembangkan UMKM masih sangat terbuka.

Page 22: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

"Bank sentral sangat mengharapkan BPR dapat menjadi sebuah community bank yang mempunyai pangsa sendiri mengembangkan UMKM di suatu kawasan," tuturnya.

Edy mengatakan prinsip pelaku UMKM masih berorientasi dan memiliki ketergantungan dengan lingkungan setempat.

"Jadi masih ketergantungan memperoleh modal dari pasar lokal dan sumber keuangan lokal lainnya. Oleh karena itu BPR bisa masuk ke situ," tambahnya.

Sebelumnya, Gubernur BI Darmin Nasution juga mengatakan sebanyak 60 juta pengusaha UMKM ternyata belum tersentuh layanan jasa perbankan. Padahal, UKM memberikan kontribusi yang tidak kecil terhadap pertumbuhan ekonomi.

21.) Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/12/27/04250183/.UMKM.Jadi.Prioritas.Pembiayaan

UMKM Jadi Prioritas Pembiayaan

Senin, 27 Desember 2010 | 04:25 WIB

Jakarta, Kompas - Perbankan kian giat membidik sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. Bahkan, perbankan mulai memperbesar porsi pembiayaan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah, menggeser proporsi kredit untuk korporasi.

Menurut Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Yuslam Fauzi di Jakarta, akhir pekan lalu, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tanpa dukungan pemerintah terbukti mampu bertahan saat krisis.

Selain itu, UMKM dominan menguasai hajat hidup masyarakat Indonesia. Sektor UMKM dapat menyerap 92 juta tenaga kerja. Sementara jumlah pelaku UMKM mencapai 97,5 persen dari total pelaku usaha.

”UMKM menjadi magnet yang sangat besar. Bank akan banyak yang masuk ke kredit atau pembiayaan UMKM,” kata Yuslam.

Tahun 2011, kata Direktur Bank Syariah Mandiri Zainal Fanani, komposisi pembiayaan Bank Syariah Mandiri 70 persen untuk UMKM dan hanya 30 persen untuk korporasi.

Adapun Head PT Permata Bank Syariah Achmad K Permana, Minggu (26/12), menyatakan, distribusi pembiayaan Bank Permata Syariah sekitar 45 persen untuk konsumer, 35 persen untuk korporasi, serta 20 persen untuk usaha kecil dan menengah.

Sampai akhir November 2010, portofolio pembiayaan UMKM dari Bank Syariah Mandiri mencapai Rp 15,72 triliun atau 68,97 persen dari total kredit. Pembiayaan korporasi Rp 7,07 triliun atau 31,03 persen.

Page 23: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Jumlah pembiayaan untuk UMKM itu melonjak signifikan dibandingkan tahun 2005. Porsi pembiayaan UMKM tahun 2005 sebesar Rp 2,21 triliun, atau 37,84 persen dari total pembiayaan Bank Mandiri Syariah.

22.) Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/12/24/15441653/Banyak.Bank.Akan.Main.di.UMKM

Banyak Bank Akan Main di UMKMJumat, 24 Desember 2010 | 15:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah bank yang berfokus pada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau UMKM diperkirakan akan bertambah pesat pada tahun depan.

Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, Yuslam Fauzi mengatakan, pada awal 2011, persaingan antar bank-bank yang menyasar UMKM tersebut akan cukup menghangat. Sektor UMKM, katanya, memang menarik untuk bank karena pasarnya yang luas dan tingkat resikonya paling mudah ditangani.

"Akan terasa 2011 pelaku perbankan di UMKM itu rada sumpek.Sektor UMKM adalah market yang besar, sangat luas. 2011 awal-awal merasa persaingan di pasar menghangat," katanya dalam jumpa pers di Hotel Atlet Century, Jakarta, Jumat (24/12/2010).

Namun, lanjut Yuslam, pada 2012 dan tahun-tahun setelahnya, bank-bank yang menyasar sektor UMKM tersebut akan mulai menemukan segmen pasarnya masing-masing sehingga persaingan pasar mencapai titik keseimbangan. "Saya yakin di 2012 dan seterusnya, ketemu equilibrum dimana masing-masing mengerti segmennya dan pasarnya sehingga terbentuk segmen masing-masing," ungkapnya.

Sebagai salah satu bank yang bergerak di sektor UMKM, Mandiri Syariah, kata Yuslam, tidak merasa khawatir dengan pertambahan bank UMKM itu. Yuslam mengatakan, dengan bermunculan banyak bank UMKM, justru semakin membantu para pelaku UMKM di Indonesia. "Kalau pemainnya banyak, pasti akan menurunkan harga, kredit di UMKM akan turun, itu kan yang mendapat berkahnya nanti masyarakat Indonesia," katanya.

Untuk dapat bersaing dengan bank-bank UMKM lainnya, Bank Syariah Mandiri, kata Yuslam, akan terus meningkatkan efisiensi-nya. "Siapa yang paling efisien, yang paling survive. Makanya kita berlomba-lombalah dalam efisiensi," pungkasnya.

Sementara Direktur Bank Syariah Mandiri bidang UMKM, Hanawijaya menambahkan, Bank Syariah Mandiri akan tetap berfokus pada UMKM di tahun depan. Target pembiayaan BSM untuk UMKM minimal mencapai 70 persen. "Kami memandang bukan hanya stabilitas manageble nya saja. Tapi dengan membangun UMKM jadi lebih baik, Allah akan terus bersama BSM," katanya.

23.) Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/12/24/15313323/UMKM.Award.2010.dari.Bank.Syariah.Mandir i

Page 24: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

24 Desember 2010

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk memberikan apresiasi kepada nasabah UMKM, Bank Syariah Mandiri atau BSM menggelar BSM UMKM Award 2010.

Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, Yuslam Fauzi mengatakan, UMKM Award merupakan suatu bentuk komitmen BSM dalam mengembangkan bisnis UMKM di Indonesia ke depannya. "Kita ingin tumbuh pesat dan bermanfaat bagi lingkungan. Dengan itu, kita lakukan semua, agar BSM mendapat berkah, dari doanya para peserta UMKM," ujar Yuslam dalam jumpa pers yang digelar di Hotel Atlet, Jakarta, Jumat (24/12/2010).

BSM UMKM Award 2010 ke-3 yang bertepatan dengan ulang tahun ke-11 BSM tersebut diberikan kepada 12 pemenang untuk 12 kategori pada (23/12/2010) semalam di Jakarta Convention Center.

Para pemenang di antaranya, BPRS Muamalat Harkat, BMT UGT Sidogiri, Koperasi Tankers Pertamina, Primkopkar Perhutaniku III, Koperasi karyawan PT United Tractors, CV Jaya Agung Semesta, Rumah Makan Cibiuk, dan untuk perorangan kepada Tukiyem, Sunarto, Nurasiah Harahap, Dasrul, dan Aam Ismawati.

Selain memberikan UMKM Award, BSM juga menganugrahkan Education Award untuk para guru yang berbakti bagi kemajuan pendidikan Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan kepada tiga orang guru yaitu Een Sukaesih seorang guru asal Cirebon yang tetap mengajar meskipun sudah tidak bisa duduk dan berdiri, Mukiman asal Aceh, dan Nurrohim, perintis sekolah Masjid Terminal di Depok.

Kedua penghargaan tersebut, kata Yuslam, sesuai dengan motivasi BSM untuk turut membangun Indonesia yang lebih baik. "Kita mengetahui bahwa Indonesia income per kapita dan edukasinya rendah. Kita mau membantu income dengan UMKM dan membantu pendidikan dengan pembiayaan program pendidikan," kata Yuslam

24.) Sumber : http://www.detikfinance.com/read/2010/12/16/135536/1526369/5/sampai-desember-bank-mandiri-salurkan-kur-rp-3-triliun

Sampai Desember, Bank Mandiri Salurkan KUR Rp 3 Triliun  Angga Aliya - detikFinance

(Foto: Dok detikFinance)

Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rp 3,02 triliun per 10 Desember 2010. Sepanjang tahun 2010 Bank Mandiri telah merealisasikan KUR sebesar Rp 1,77 triliun atau 96% dari target yang ditetapkan sebesar Rp 1,85 triliun.

"Kami optimistis target penyaluran KUR di 2010 sebesar Rp 1,85 triliun akan terlampaui mengingat Bank Mandiri saat ini masih memiliki pipeline debitur yang akan dibukukan dalam waktu dekat sebelum akhir tahun 2010 ini," kata Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini dalam siaran pers yang diterima detikFinance, Kamis (16/12/2010).

Page 25: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Menurut Zulkifli, pemberdayaan UMKM merupakan pekerjaan besar dan perlu terus dilakukan karena UMKM merupakan salah satu kekuatan utama yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk memperkuat komitmen pengembangan UMKMK, pada Kamis (16/12) di Kantor Gubernur Kalimantan Barat, Bank Mandiri kembali menyalurkan KUR kepada petani kebun kelapa sawit melalui enam Koperasi di Kalimantan Barat.

Kredit yang disalurkan senilai Rp 251,02 miliar untuk pembiayaan kebun kelapa sawit seluas lebih dari 12.000 hektar. Penyaluran KUR tersebut disaksikan Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar dan dihadiri oleh Gubernur Kalimantan Barat Drs.Cornelis, MH, di Kantor Gubernuran Kalimantan Barat.

Di Wilayah Kalimantan, Bank Mandiri telah menyalurkan KUR sebesar Rp 1,19 Triliun untuk 16.035 debitur. Dimana sebesar Rp 265,01 miliar disalurkan di wilayah Kalimantan Barat untuk 4.870 debitur.

Sementara itu, Direktur Commercial & Business Banking Bank Mandiri Sunarso menjelaskan bahwa sebagian besar penyaluran KUR Bank Mandiri, yaitu hampir mencapai 51% terserap ke sektor pertanian dan peternakan dengan jumlah debitur lebih dari 42.000 debitur. Sementara 38,71%, disalurkan ke sektor perdagangan yang diterima oleh lebih dari 12.500 debitur. (ang/dnl)

25.) Sumber : http://bataviase.co.id/node/491078

Danamon12 Dec 2010

Peduli UMKM dengan DSP Usaha mikro kecil dan menengah

(UMKM) yang makin berkembang menunjukkan, potensi ekonomi pada kedua segmen usaha tersebut sangat besar. Fenomena ini melecut Bank Danamon untuk agresif mem-berikan layanan menyeluruh dalam pemberian kredit UMKM, melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP), yang mulai beroperasi sejak 2004. Fokusnya, memberikan layanan perbankan kepada pelaku UMKM. DSP dibentuk karena Danamon sangat peduli akan perkembangan UMKM sebagai komponen yang kuat dalam membangun perekonomian nasional, yang sayangnya kebanyakan masih sulit mendapatkan layanan perbankan khususnya akses permodalan. DSP hadir dengan pelayanan yang Cepat, Mudah dan Nyaman. Ketiganya menjadi Uni-que Value Preposition DSP.

DSP Simpanan terdiri dari Tabungan Sipinter, Tabungan Ta-bunganku dan Deposito DSP. DSP Pinjaman mencakup DP 50, DP 200, Dana Siaga dan Solusi Modal. DSP menawarkan pinjaman hingga Rp 500 juta. Hingga April 2010, DSP telah tersalurkan hingga Rp 13 triliun dari taret

Page 26: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

2010 yang sebesar Rp 16,5 triliun. Kredit macetnya di bawah standar minimal pemerintah sebesar empat persen.

26.) Sumber : http://www.bataviase.co.id/node/490145

UMKM Masih Penopang Bank Syariah Bukopin,11 Dec 2010

Perbankan Rakyat Merdeka

TARGET pembiayaan Bank Syariah Bukopin pada 2011 mencapai Rp 2,663 triliun atau tumbuh 40 persen dari perkiraan pembiayaan perseroan tahun ini yang diperkirakan Rp 1,669 triliun. Sektor usaha mikro, kecil dan menengah £UMKM) masih menjadi pcno- pangpembiayaan perseroan , "dtngaii porsi60persen dari total pembiayaan.

"Untuk 2011, kami akan tumbuh secara moderat, 40 persen. Sampai dengan akhir Desember sendiri diharapkan ada penambahan Rp 100-150 miliar dari hasil di Oktober ini yang Rp 1.518 triliun." beber Direktur Utama Bank Syariah Bukopin Riyanto di Jakarta.

Menurut dia, sektor UMKM masih jadi penopang pertumbuhan pembiayaan perseroan. Porsi UMKM mencapai 60 persen, sisanya disumbang oleh sektor konsumer dan komersial. Angka pembiayaan sampai Oktober 2010 sendiri telah mengalami pertumbuhan dari posisi tahun lalu. Rp 1.279 triliun.

"Aset naik 4,98 persen menjadi Rp 2,073 triliun sampai 31 Desember 2010, dengan jumlah DPK (dana pihak ketiga) Rp 1,518 triliun. Peningkatan DPK dihasilkan dari Tabungan iB SiAga, iB Rencana. iB SiA-ga Bisnis dan Tabungan iB Haji," terangnya.

Riyanto menambahkan, hingga akhir tahun DPK perseroan diperkirakan akan berdda di posisi Rp 1.618 triliun atau mengalami penambahan Rp 100 miliar di bulan Desember ini. Secara keseluruhan, perseroan mengakui kinerja mereka masih di bawah target. Pasal-nya, banyak program yang telah direncanakan sebelumnya tidak dapat berjalan. "Karena ada beberapa program yang tidak terealisasi di tahun 2010 hingga pertumbuhan sendiri masih kurang sedikit dari target yang ada," jelas dia.

Ia pun menyambut baik dengan semakin banyaknya investor yang berniat menumbuhkan pasar perbankan syariah di Indonesia. Apalagi, aset bank syariah hanya 2,6 persen dari total perbankan nasional yang mencapai Rp 2.000 triliun. Dengan ekspansifnya mo-dal-modal asing masuk dan berinvestasi di bank syariah, menjadikan industri ini dapat maju lebih cepat.

"Dari 2,6 persen kita masih harus tiga kali lipat lagi. Ini baik dalam membangun industri. Tapi di sisi lain persaingan akan bertambah. Namun kita sudah mengantisipasi dengan sistem perbankan kita yang tangguh, seperti IT, SDI (sumber daya insani) serta penam-bahan-penambahan outlet," terangnya. RAN

Page 27: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

27.) Sumber: http://www.detikfinance.com/read/2010/12/09/172644/1514719/5/bank-syariah-bukopin-bidik-pembiayaan-rp-26-triliun-di-2011

Bank Syariah Bukopin Bidik Pembiayaan Rp 2,6 Triliun di 2011  Whery Enggo Prayogi – detikFinance

09 Desember 2010

(Foto: Dok detikFinance)

Jakarta - PT Bank Syariah Bukopin membidik pertumbuhan pembiayaan hingga 40% menjadi Rp 2,663 triliun di tahun 2011, dari perkiraan pada tahun ini Rp 1,669 triliun. Sektor UMKM masih jadi penopang pembiayaan perseroan dengan porsi 60%.

"Untuk 2011 kami akan tumbuh secara moderat, 40%. Sampai dengan akhir Desember sendiri diharapkan ada penambahan Rp 100-150 miliar, dari hasil di Oktober ini Rp 1,518 triliun," jelas  Direktur Utama Bank Syariah Bukopin Riyanto dalam perayaan 2 tahun perusahaan di Jalan Salemba Raya, Jakarta, Kamis (9/12/2010).

Ia menambahkan, sektor UMKM masih jadi penopang pertumbuhan pembiayaan perseroan. Porsi UMKM mencapai 60%, sisanya disumbang oleh sektor konsumer dan komersial. Angka pembiayaan sampai Oktober 2010 sendiri telah mengalami pertumbuhan dari posisi tahun lalu, Rp 1,279 triliun.

"Aset naik 4,98% menjadi Rp 2,073 triliun sampai 31 Desember 2010, dengan jumlah DPK Rp 1,518 triliun. Peningkatan DPK dihasilkan dari Tabungan iB SiAga, iB Rencana, iB SiAga Bisnis, dan Tabungan iB Haji," tambahnya.

Dan diperkirakan hingga akhir tahun, DPK perseroan akan berada di posisi Rp 1,618 triliun, atau mengalami penambahan Rp 100 miliar di bulan Desember ini. Secara keseluruhan, perseroan mengakui kinerja mereka masih di bawah target. Pasalnya, banyak program yang telah direncanakan sebelumnya tidak dapat berjalan.

Page 28: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

"Karena ada beberapa program yang tidak terealisasi di tahun 2010 hingga pertumbuhan sendiri masih kurang sedikit dari target yang ada," paparnya.

Ia pun menyambut baik dengan semakin banyaknya investor yang berniat menumbuhkan pasar perbankan syariah di Indonesia. Seperti diketahui pula, aset bank syariah hanya 2,6% dari total perbankan nasional yang mencapai Rp 2.000 triliun. Dengan ekspansifnya modal-modal asing masuk dan berinvestasi di bank syariah, menjadikan industri ini dapat maju lebih cepat.

"Dari 2,6% kita masih harus 3 kali lipat lagi. Ini baik dalam membangun industri. Tapi di sisi lain persaingan akan bertambah. Namun kita sudah mengantisipasi dengan sistem perbankan kita yang tangguh, seperti IT, SDI (sumber daya insani), serta penambahan-penambahan outlet," imbuhnya.

28.) Sumber : http://regional.kompas.com/read/2010/11/13/14592252/Bank.Harus.Hapus.Tagih.UMKM.Warga.Merapi

Bank Harus Hapus Tagih UMKM Warga Merapi

Editor: Hertanto Soebijoto

Sabtu, 13 November 2010 | 14:59 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Anggito Abimanyu menilai, kalangan perbankan harus berani memberikan hapus tagih utang terhadap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.

"Seperti bencana gempa bumi 2006, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sangat sulit untuk bangkit kembali pascabencana, maka akan lebih bijak jika kalangan perbankan memberikan kebijakan hapus tagih utang kepada korban letusan Merapi karena mereka akan sulit untuk bangkit kembali," katanya di Yogyakarta, Sabtu (13/11/2010).

Menurut Anggito, para pelaku UMKM korban letusan Gunung Merapi ini sekarang tidak lagi memiliki sarana produksi untuk mengembangkan usaha atau sekadar bertahan karena semua itu rusak, padahal mereka ini memiliki utang perbankan yang harus dibayar.

"Agar para pelaku UMKM ini dapat kembali beroperasi, maka pihak perbankan yang meminjamkan modalnya ke UMKM korban letusan Gunung Merapi harus memberikan hapus tagih,"katanya.

Dia mengatakan, hapus tagih ini tidak saja dari perbankan. Banyak juga perusahaan milik negara (BUMN) yang juga memberikan pinjaman modal kepada para pelaku UMKM dengan program corparate social responsibility (CSR) yang juga harus dikembalikan pelaku UMKM yangmenerimanya.

"BUMN juga banyak yang memberikan pinjaman modal dalam program CSR. Mereka juga harus memberikan hapus tagih agar saat mereka kembali dari pengungsian dan memulai usahanya tidak

Page 29: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

dikejar-kejar utang yang akhirnya justru membuat UMKM terpuruk," katanya.

Anggito mengatakan, kasus utang kepada perbankan atau BUMN oleh para UMKM korban gempa bumi di Kabupaten Bantul baru dapat diselesaikan selama empat tahun pascagempa.

"Sedangkan dalam jarak waktu empat tahun itu sama sekali UMKM tidak lagi produksi karena tidak punya alat maupun modal," katanya.

Anggito mengatakan, pelaku UMKM yang akan meminjam modal ke perbankan lain sudah tidak bisa karena masih punya catatan utang kepada perbankan lainnya.

"Persoalan itu baru selesai setelah dikejar-kejar selama empat tahun pascagempa. Itu saja baru BRI," katanya.

29.) Sumber: http://www.lpbastra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=116:kur-bank-jatim-syariah-untuk-ukm-lpb&catid=1:berita&Itemid=170

KUR Bank Jatim Syariah untuk UKM LPB 30.)

Ditulis oleh Jhon Hardy    LPB Mitra Bersama Menjalin kerjasama dengan KUR Bank Jatim Syariah Jawa Timur

Dalam penyaluran permodalan bagi UMKM mitra

Waru --, UMKM masih menghadapi banyak kendala saat berhadapan dengan permodalan baik itu BUMN dan Perbankan Umum. Sebagian besar pembiayaan yang disalurkan oleh BUMN melalui PKBL masih sedikit diserap jumlahnya oleh UMKM . Melalui kerjasama antara LPB mitra bersama dengan Bank Jatim Syariah ini diharapkan akan lebih optimal dan maksimal dalam permodalan kepada UMKM. Pramudya Iskandar (Kacab) Bank Jatim Surabaya Jl Darmo mengatakan semester ini akan menyalurkan sejumlah kurang lebih 2 Milyard untuk UMKM yang layak. Harapan kerjasama antara Bank Jatim dengan LPB ini adalah semoga menjadi awal kerjasama yang baik dalam pembinaan terhadap UMKM di Jawa Timur ” ungkap Jhon Hardy Koordinator dari LPB Mitra Bersama Waru.

Permasalahan Modal adalah sesuatu yang agaknya masih sangat menarik baik itu UMKM dan Lembaga Keuangan. Namun ada beberapa kendala yang selalu didiskusikan antara UMKM serta lembaga keuangan dan Lembaga mediasi. Kendala tersebut, antara lain, skala kredit yang akan disalurkan kepada UMKM tidak memenuhi skala ekonomis bagi pihak pemberi modal, terbatasnya syarat seperti perizinan dan lainnya serta kurangnya informasi tentang skim KUR yang sesuai dengan UMKM. Jhon Hardy mengatakan kerjasama LPB dengan KUR Bank Jatim Syariah merupakan alternatif yang baik.

Pada tanggal 9 November 2010, LPB Mitra Bersama kedatangan tamu dari Bank Jatim Syariah Cabang Syariah Surabaya. Kunjungan Bank Jatim Syariah adalah menjalin kerjasama dalam permodalan untuk UMKM mitra LPB. Pramudya Iskandar (Kacab) mengatakan semester ini akan

Page 30: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

menyalurkan sejumlah kurang lebih 2 Milyard untuk UMKM yang layak tentunya setelah mendapatkan rekomendasi dari LPB sebagai pembina umkm yang bersangkutan. Kunjungan tersebut hadir pula Avantiono Hadianto Kepala Devisi Usaha Syariah Bank Jatim. Setelah kunjungan dan melakukan diskusi dengan Pimpinan LPB, selanjutnya rombongan melihat kondisi UMKM mitra LPB.  Dua staf fasilitator mendampingi dan menunjukan lokasi. Sugiono pemilik UD Wira umkm yang direkomendasikan oleh LPB Mitra Bersama  untuk dikunjungi. Sebagaimana yang telah diberitakan sebelumnya bahwa dasar program KUR ini mengacu pada Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi – Nomor: KEP-01/D.I.M.EKON/01/2010  tanggal 25 Jan 2010 tentang Standar Operasional & Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat. SE Direksi No. 048/010/SE/DIR/KRD.RTL tanggal 10 Mar 2010 perihal penambahan BPP Kredit Program pada Bab X tentang Kredit Usaha Rakyat. Sedangkan peruntukannya adalah Kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) di bidang usaha yang produktif dan layak namun belum bankable dengan plafond kredit sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang dijamin  oleh Perusahaan Penjaminan. Sumber dana penyaluran KUR adalah 100% bersumber dari dana Bank Pelaksana. KUR yang disalurkan oleh Bank Pelaksana dijamin secara otomatis (automatic cover) oleh Perusahaan Penjamin dengan nilai penjaminan sebesar 70% dari plafond KUR. Untuk saat ini Perusahaan Penjamin yang ditunjuk Pemerintah adalah PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) dan Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo). Jangka waktu peminjaman adalah sebagai berikut; Untuk Modal Kerja maksimal 3 (tiga) tahun sedangkan Investasi maksimal 5 (lima) tahun; Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi dan restrukturisasi, maka jangka waktu sebagaimana tersebut diatas dapat diperpanjang menjadi maksimal 6 tahun untuk kredit modal kerja dan 10 tahun untuk kredit investasi terhitung sejak tanggal perjanjian kredit awal. Menjawab pertanyaan dari Sdr Sofia Fasilitator LPB Mitra Bersama Waru bahwa pembayaran angsuran bulanan / tiga bulan /enam bulan/sekaligus disesuaikan siklus usaha baik pokok maupun bunga kredit serta kemampuan pengembalian dari debitur. Pada intinya program KUR sangat membantu fasilitasi permodalan bagi UMKM mitra LPB.

AuthorJh lpbmbw

31.) Sumber http://www.cybertokoh.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1470&Itemid=94

“Menjual Indonesia” Melalui UMKM 32.)

Selasa, 09 November 2010

Page 31: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

HAMPIR bisa dipastikan, tiap pameran produk  usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Jakarta, baik di  Jakarta Convention Center, Gedung UKM, Balai Kartini, maupun di tempat lainnya, selalu dipadati pengunjung. Umumnya mereka ibu-ibu dan kebanyakan antusias  membelinya, terutama produk-produk kerajinan, aksesori dan makanan. Meski pameran UMKM sering diadakan, di antaranya oleh Smesco, Inacraft, atau penyelenggara lainnya,  dalam pameran sering ditemukan produk baru, model baru atau keunikan baru. Seakan-akan sudah menjadi pengetahuan umum, produk UMKM utamanya yang terkait kerajinan tangan, sarat inovasi.Peserta pameran bersifat nasional sehingga UMKM dari pelbagai provinsi atau bahkan kabupaten/kota memajang produk-produk unggulannya yang selalu mengedepankan produk dan model baru yang unik yang merupakan kreasi dan inovasi pemilik UMKM. Bagi pengunjung,  pameran merupakan  arena berburu  barang/produk baru yang sedang trendi atau akan menjadi trendi. Bagi peserta pameran/pelaku UMKM, momen tersebut menjadi ajang promosi yang efektif dan transaksi yang menggembirakan. Arena pameran juga  menebarkan inspirasi di antara sesama UMKM maupun pengunjung. Misalnya, bahan yang sama, seperti rotan, oleh pelaku UMKM bisa dibuat menjadi kap lampu  yang  menawarkan citra pencahayaan apik sesuai peruntukan interior. Sementara  pelaku UMKM lain juga tak kalah unik, bahan rotan bisa menjadi  aksesori perempuan berupa tas tangan yang unik, elegan dan bernilai klasik namun trendi.

Transaksi tidak hanya bersifat lokal dan instan/seketika.  Dalam  pameran  juga muncul kerja sama jangka panjang, termasuk dengan buyer luar negeri. Misalnya, permintaan toko-toko suvenir, galeri, butik, bisa berlaku untuk jangka panjang. Dari permintaan mereka, model dan kreasi bisa berkembang cepat dan variatif, karena pengelola butik atau galeri cukup paham bagaimana karakteristik konsumen mereka, sehingga lewat kerja sama ini produk UMKM makin meningkat, tidak hanya dalam produksi tetapi juga  kreasi.

Peran BUMN dan Perbankan

Dari suatu pameran, kita bisa melihat dan mengamini, mengapa sektor UMKM tampak terus menggeliat maju. Dukungan pemerintah, BUMN, dan pihak swasta termasuk perbankan, tak diragukan lagi makin meningkat. Setidaknya itu bisa dilihat dari kiprah mereka dalan kucuran dana kredit, dan pembinaan yang dilakukan terhadap pelaku usaha di sektor UMKM. Dalam tiap pameran, BUMN dan perbankan yang menjadi mitra binaan selalu tertera di stan-stan pameran.   Kucuran kredit bagi UMKM  ada yang langsung kepada pelakunya maupun melalui kerja sama dengan bank lain serta koperasi.  Bank Internasional Indonesia (BII), misalnya, melalui linkage program kerja sama dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di berbagai kota telah menyalurkan dana hampir setengah triliun rupiah. Melalui program ini BPR memperoleh penguatan permodalan dalam mengembangkan usaha UMKM.  Hingga akhir 2006 saja, jumlah BPR yang

Page 32: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

bernaung di bawah linkage program BII mencapai 90.  BII melakukan linkage program sejak tahun 2003 hingga sekarang dan kolektibilitasnya tergolong lancar.

Selain itu melalui koperasi, BII juga  melakukan kerja sama, di antaranya  dengan Koperasi Paguyuban Pedagang Mie & Bakso Megapolitan Indonesia (PPMMI). Bank yang memiliki lebih dari 230 cabang di seluruh Indonesia itu, yang juga hadir di Mauritius, Mumbai, dan Cayman Island, mengucurkan dana untuk UMKM dan koperasi  sebagai komitmen BII untuk ikut berperan dalam pemberdayaan  UMKM agar dapat menikmati jasa perbankan. (sumber : BII online).

Bank lainnya dalam pengucuran kredit disertai pula upaya pembinaan dan pelatihan,  khususnya untuk pelaku UMKM. Kegiatan ini sangat menguntungkan pelaku UMKM, lebih-lebih yang masih dalam skala mikro dan kecil. Selain mendapatkan modal usaha/modal kerja, mereka memperoleh pengetahuan, baik tentang manajemen, pemasaran, maupun hal-ihwal kualitas produk. Hal ini memberikan prospek yang cukup menjanjikan bagi hidup dan tumbuh-kembangnya UMKM. Bagi pihak bank, jaminan pengembalian kredit boleh diharap menjadi lancar.

Bank-bank besar yang menggandeng koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) juga mempermudah akses pelaku UMKM dalam mengembangkan usaha, utamanya di bidang permodalan. “Institusi” semacam koperasi dan LKM yang keberadaannya tersebar di banyak tempat  lebih dikenal masyarakat dan secara psikologis masyarakat (pelaku UKM) terutama yang mikro/kecil tak merasa  enggan dengan birokrasi yang memang lebih simpel walaupun tetap dalam aturan main sesuai peraturan yang berlaku. Hal tersebut selaras dengan apa yang pernah dikemukakan pihak Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Wakil Ketua Umum Kadin Sandiaga S. Uno beberapa waktu lalu mengemukakan, saat ini   terdapat sekitar 51 juta unit UMKM, dan 99% merupakan unit usaha mikro. Sekitar 99% unit UMKM  belum disentuh lembaga pembiayaan. Mereka dinilai tidak bankable karena tidak punya kolateral/jaminan aset.

Pemerintah tak menutup mata, dan tampaknya juga memahami kondisi ini. Belakangan  ada kecenderungan untuk menjadikan koperasi dan LKM sebagai cannel atau kepanjangan tangannya dalam mengulurkan kredit kepada UMKM. Maka, tak  mengherankan jika penyaluran kredit untuk UMKM terlihat sangat fenomenal, terus meningkat. Hingga  tahun ini diperkirakan sekitar 65.000  UMKM telah mendapatkan pembinaan BUMN dalam program kemitraan. Program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang dilakukan BUMN merupakan bagian tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) dan 1-2% dari keuntungan BUMN  untuk misi sosial, di antaranya untuk pemberdayaan UMKM. Sebagaimana kita ketahui dan banyak diungkap para ekonom, UMKM memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Lebih dari 90% seluruh usaha merupakan UMKM yang menyerap  70% tenaga kerja.

Kadin Indonesia juga kian intens memperhatikan UMKM. Kadin pernah memperkirakan pertumbuhan sektor ini bisa mencapai  level 25-30% dari tahun ke tahun,   yang sebelumnya hanya di kisaran 20%.  Pembiayaan yang berpihak pada sektor usaha mikro, juga akan mendorong pemberdayaan yang mengarahkan unit usaha tersebut naik kelas. Melalui pelbagai program, pemerintah khususnya yang menghadirkan peran BUMN, sektor UMKM kian mendapat tempat dan perhatian besar.  Ini bertolak dari krisis tahun 1997, saat sektor ini dinilai cukup tangguh, dan terbukti mampu mengurangi jumlah penganggur. Boleh dibilang, perhatian pemerintah terhadap UMKM cukup baik, tinggal intensitas dan kesungguhannya yang perlu ditingkatkan, agar usaha-usaha UKM ini - pinjam istilah Sandiaga  S Uno -  benar-benar naik kelas.

Page 33: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Label/MerekDagang

Dari informasi yang kami kais di lapangan dari pelaku-pelaku UMKM, dan lebih khusus lagi mereka yang acap mengikuti pameran UMKM,  ada beberapa catatan yang  perlu dipikirkan bersama. Pertama, soal akses ke perbankan guna meningkatkan usaha masih dirasakan sulit oleh pelaku UMKM. Namun, masalah ini telah banyak dibahas, dan pemerinah sudah membentangkan beberapa alternatif, walaupun ada beberapa BUMN atau di kalangan perbankan yang terkesan “mengklaim” sebagai mitra binaan setelah  UMKM bersangkutan  sudah lancar berjalan;  bukan didekati atau diajak bermitra saat mereka tertatih-tatih mencari suntikan modal.

Kedua, pengetahuan perihal kualitas produk, serta manajemen usaha, pemasaran, memang banyak UMKM yang masih memerlukan pengetahuan tersebut. Di sinilah kehadiran BUMN sebagai mitra binaan sangat diharapkan.. Ketiga, terkait brand/label atau merek dagang. Banyak pelaku UMKM yang mengabaikannya, bahkan tak hirau samasekali kendati sudah memiliknya. Jangankan mereka yang di tingkat mikro, UMKM kecil dan menengah yang sudah menjual produknya ke mancanegara pun sering “menghilangkan” merek yang sudah dimiliki, asalkan barangnya laku. Ini memang bukan kesengajaan melainkan memang atas pemintaan buyer di luar negeri.  Bayangkan furniture berkelas, antik, yang diciptakan lewat keterampilan piawai, penuh kreasi dan tentu dengan sentuhan  seni tinggi, tak boleh menerakan tanda apa pun bahwa itu made in daerahnya, apalagi made in Indonesia. Alasan buyer jujur juga walau menyakitkan, yakni akan dipasang labelnya sendiri. Begitu pun tas kulit reptil, yang di toko-toko pusat perbelanjaan mewah di Jakarta berharga jutaan rupiah, dipesan buyer di luar negeri dengan wanti-wanti “jangan mencantumkan brand”. Sebab,  tengkulak luar negeri inilah yang  akan memasang brand miliknya untuk dipasarkan di negaranya atau ke negara lainnya.

Mengapa Anda tidak ngotot mencantumkan label Anda, atau menuliskan identitas “made in Indonesia”?   Pertanyan ini acap penulis lontarkan dalam tiap wawancara jika  menjumpai kasus semacam ini. Jawaban  pengerajin atau pelaku UMKM rata-rata sama, “para buyer akan membatalkan pesanan jika dirinya mencantumkan brand atau merek dagang di produknya”. Maka, demi kesinambungan usaha, dan demi karyawan yang hanya puluhan orang bahkan dalam hitungan jari, pesanan luar negeri yang “bersyarat tanpa label” itu selalu diterimanya. Seorang staf di suatu kementerian yang banyak terlibat menangani  UMKM, tak memungkiri kenyataan tersebut. Bahkan, katanya,  di antara negara jiran pernah pesan batik lebih dari seribu potong ke pengrajin Indonesia, dan setelah batik itu dikirim, di sana dicap dan diklaim sebagai batik buatan negaranya.

Para UMKM kita tidak sedikit yang menjual atau melakukan ekspor skala kecil (kirim barang atas pesanan), mulai dari perhiasan, tas, kap lampu, hiasan dinding, batik, tenun, furniture, dan lainnya tanpa merek dagang, yang kemudian “diklaim” sang pemesan sebagai produknya.   Dengan kata lain,  produk Indonesia terjual di mancanegara tetapi bukan atas nama Indonesia. Padahal dari segi kualitas sangat bagus dan karakteristiknya  “sangat Indonesia”  Jika demikian berarti  “Menjual” Indonesia lewat UMKM, bukan Indonesia menjual lewat UMKM”.

Tentunya kita sebagai bangsa Indonesia prihatin menyaksikan realitas tersebut. Kementerian Koperasi dan UMKM, serta institusi lain, seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BUMN, yang bidang garapannya di antaranya menangani  UMKM,  tuntutan buyer di luar negeri  terhadap

Page 34: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

penghilangan label produk kita yang kemudian diganti merek dagang mereka, hendaknya menjadi perhatian serius. Bukankah kualitas produk, karakter, atau nilai seni produk Indonesia merupakan identitas Indonesia yang berarti pula  identitas bangsa?

Kita perlu berupaya bersama, bagaimana membuat posisi tawar kita terjaga dan syukur tinggi, tanpa mengorbankan identitas bangsa. Dalam produk Cina yang remeh temeh saja, seperti peniti, jepit rambut, selalu tertulis made in China.   Inilah yang semestinya kita upayakan juga. Produk kita khususnya produk UMKM yang terkait kerajinan, diakui dan diterima, serta banyak dipesan luar negeri, tetapi nama Indonesia “ditenggelamkan”. Seandainya posisi tawar UMKM di mata buyer luar negeri cukup tinggi, hal ini akan mendongkrak usaha UMKM terus berkembang dan nama  Indonesia pun moncer di mancanegara.

33.) Sumber : http://bataviase.co.id/node/445128

UMKM Ikuti Sosialisasi Lembaga Keuangan Syariah03 Nov 2010

Kota Sukabumi, Pelita

Sejumlah pelaku UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) dan para lurah mengikuti sosialisasi pembiayaan lembaga keuangan syariah non-bank bagi usaha mikro di Balai Kota Sukabumi, Selasa (2/11). Mereka memperoleh penjelasan tentang skema dan prosedur pembiayaan oleh lembaga keuangan syariah non-bank.

"Sosialisasi ini diadakan dalam rangka memberikan penjelasan seputar peluang bagi pelaku UMKM dalam memperoleh modal dari lembaga keuangan syariah yang ada di Kota Sukabumi," kata Kepala Bagian Perekonomian, Adang Taufik, ditengah acara sosialisasi.

Melalui sosialisasi tersebut, para lurah dan pelaku UMKM memperoleh pemahaman yang tepat tentang cara pemanfaatan permodalan dari lembaga keuangan syariah. Selanjutnya, Adang mengharapkan para pelaku UMKM dapat meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan ekonomi.

Kegiatan sosialisasi ini bermuara pada tema, strategi perkuatan usaha mikro melalui pemanfaatan pembiayaan lembaga keuangan syariah nonbank. UMKM yang kuat, ujar Adang, akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pencapaian visi misi Kota Sukabumi, (bud/4)

34.) Sumber : http://www.bataviase.co.id/node/422714

Page 35: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

60% UMKM Jatim Belum Terakses Pendanaan Bank18 Oct 2010

SURABAYA - Direktur Utama (Dirut) Bank JawaTimur (Jatim) Muljanto mengatakan, sekitar 60% pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) belum bisa dapat mengakses pendanaan perbankan maupun lembaga keuangan. Padahal, potensi tumbuh kembang UMKM masih cukup besar, mengingat 50% produk domestik regional bruto (PDRB) JawaTimur (Jatim) disumbang dari sektor ini.

"Mereka tidak memiliki agunan sehingga tidak memiliki akses perbankan nasional. Keterbatasan modal dan jaringan ini membuat usaha sebagianbesar UMKM tidak bisa berkembang maksimal," kata Moeljanto di Surabaya, Sabtu (16/10).

Muljanto mengungkapkan, problem utama perbankan saat ini adalah sulitnya membuka akses kepada 4,2 juta UMKM yang tidak memiliki agunan.

"Perbankan lebih prudent menyalurkan kredit Kami tahu angka kredit bermasalah cukup tinggi. Untuk itu, agunan masih diperlukan, khususnya kredit dalam jumlah besar," ujar dia.

Mulianto yang juga ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI)cabang Surabaya berharap perbankan memberikan prosedur yang lebih fleksibel kepada UMKM dalam menyalurkan kreditnya. Sebab, UKM memiliki potensi yang besar dan memiliki perputaran uang yang tinggi. UMKM membutuhkan akses dana yang cepat dan mudah seperti halnya yang didapatkan dari lembaga nonbank atau bank jalanan, sementara beban bunga tidak menjadi masalah. "Bunga pinjaman dari rentenir atau bank jalanan saja bisa (mereka bayar), bunga perbankan masih jauh lebih kecil. Lihat saja, NPL {nonperformingloan) UMKM sangat kecil, bahkan hampir tidak ada," jelas dia.

Atas dasar itu, kata dia, ISEI menggelar seminar menata utang pola pembinaan UMKM dengan menghadirkan narasumber dari berbagai pihak. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi pembinaan UMKM melalui kisah sukses beberapa pelaku UMKM yang berhasil serta mengkaji temuan kegagalan pembinaan UMKM melalui pembina UMKM dan para peneliti. Dari hasil seminar ini, para pemangku kebijakan diharapkan bisa merumuskan strategi dan pola pembinaan UMKM yang tepat sehingga UMKM yang dikenal kebal krisis, bisa menjadi penyangga (buffer) perekonomian nasional.

"Yang urgent adalah siapa yang harus bertanggung jawab membina UMKM. Ini yang harus dicarikan solusinya, karena pembinaannya selama ini terabaikan," jelas dia.

Pajak 10%

Di sisi lain, Muljanto menyayangkan rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengenakan pajak 10% kepada para pelaku UMKM.

Page 36: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Sektor ini dinilai belum layak dikenai pajak, karena eksistensi mereka masih perlu dikembangkan lebih maksimal. Bila dikenai tambahan beban, sektor UMKM dikhawatirkan makin sulit berkembang, bahkan banyak yang gulung tikar.

"Semua sudah ada aturannya. Jangan karena jumlahnya ribuan, pemkot Surabaya tertarik mendapatkan tambahan pajak dari para pelaku UMKM ini," papar dia.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur Bramansetyo menambahkan, Jatim memiliki ribuan UMKM yang bergerak di berbagai bidang. Tahap awal pihaknya akan berfokus pada pengembangan UMKM batik, (zal)

35.) Sumber : http://www.bataviase.co.id/node/419217

Konsisten UMKM14 Oct 2010

JAKARTA-PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) tetap mempertahankan strategi bisnisnya dengan menggarap sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sektor UMKM merupakan fokus utama perseroan dalam penyaluran kredit dan menjadi ciri khas BRI. Tak kurang 80 persen portofolio kredit yang disalurkan BRI dikhususkan ke sektor UMKM.

"Dengan melihat potensi bisnis UMKM yang tinggi, BRI selalu berkomitmen untuk mengembangkan bisnis UMKM. Hal ini terlihat dari penyaluran pinjaman BRI ke sektor UMKM yang selalu mendominasi dari tahun ke tahun atau lebih dari 80 persen," kata Achmad Baiquni Direktur Keuangan BRI ketika bertandang ke kantor redaksi INDOPOS di Jakarta, Rabu (13/10).

Hingga Juni 2010, kredit yang disalurkan BRI mencapai Rp 226,240 triliun atau tumbuh 28,4 persen jika dibandingkan lima tahun yang lalu. "Untuk total kredit, kami yang terbesar dan 80 persennya disalurkan ke UMKM. Sementara total portofolio kredit BNI yang 19 persennya ada di korporasi. Dan 50 persen kredit korporasi kami masing-masing ke BUMN dan swasta," ucapnya.

Sebagai salah satu bank pelat merah, BRI selalu menunjang program pemerintah yang terangkum dalam istilah tiga pro (pro-poor, pro-job, dan progrowth) ditambah lagi dengan pro-lingkungan. "Kalau bicara soal mikro dan kecil kami merekrut banyak karyawan. Sekarang jumlahnya sudah mencapai 60.000-an karyawan," ujarnya.

Dengan jumlah jumlah jaringan yang tersebar luas di seluruh Indonesia mencapai 6.421 unit, BRI dapat menjangkau daerah terpencil untuk menjangkau potensi UMKM dan memasarkan produk-produk yang inovatif bagi masyarakat. Ke depannya, BRI juga memperluas jaringannya

Page 37: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

dengan membuka unit yang disebut Teras BRI yang ditempatkan di pasar-pasar tradisional. "Kami memang dikenal sebagai bank mikro kecil dan menengah.

Ada pula bisnis di korporasi dan konsumer yang sayang kalau tak digarap juga," tandas Achmad. Saat ini, kepemilikan saham pemerintah di BRI mencapai 56 persen. Oleh karena itu, ujarnya, penambahan modal dengan melakukan rights issue agak sulit dilakukan dalam waktu dekat. "Sebab kalau bank ini kalau mau berkembang mau tak mau harus tambah modal. Caranya ya menambah modal dengan memperkecil deviden equation," tuturnya. Ada pun bisnis lain yang sedang dikembangkan BRI adalah remittance (jasa pengiriman uang dari luar negeri ke dalam nogeri) sebab potensinya sangat besar.

Tak hanya beorientasi bisnis, BRI juga melakukan kegiatan corporate social responsibility (CSR) yang inspiratif dan mengena di masyarakat. "Baru-baru ini kami merekrut 12 siswa lulusan SMU terbaik dari Papua untuk diberi beasiswa dan dikuliahkan di universitas ternama di Indonesia," ujar Muhamad Ali, Corporate Secretary BRI. (snd)

36.) Sumber : http://www.bataviase.co.id/node/414028

Bank Mandiri Targetkan 1500 Unit UMKM11 Oct 2010

NERACA

Jakarta - Bank Mandiri terus mendorong penyaluran kredit ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Yang mana sampai September 2010 Bank Mandiri telah memiliki 1.326 jaringan mikro, yang terdiri dari 800 unit mikro, 144 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Mandiri Mitra Usaha dan 382 Kantor Fungsional Mandiri Mitra Usaha. Hingga akhir tahun 2010, jumlah jaringan tersebut ditargetkan akan menjadi 1.500 unit.

"Bank Mandiri terus mendorong pertumbuhan sektor UMKM melalui berbagai program seperti, penyaluran kredit usaha rakyat, Kredit Pengembangan Energi Nabati Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), Kredit Ketahanan Pangan Energi, Kredit Plasma Skim Komersial atau kredit yang diberikan melalui koperasi," ujar Direktur Commercial Business Banking Bank Mandiri Sunarso di Jakarta, kemarin.

Hingga Juni tahun ini, Bank Mandiri berhasil meningkatkan penyaluran kredit UMKM sebesar Rp28,74 triliun. Jumlah itu meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 yang tercatat sebesar Rp24,34 triliun.

Pada segmen mikro terjadi peningkatan penyaluran kredit mikro dari Rp3,40 triliun pada Juni 2009 menjadi Rp4,45 Triliun di Juni 2010. Pada segmen usaha kecil, kredit yang telah disalurkan Bank Mandiri hingga Juni 2010 mencapai Rp5,08 triliun lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp4,80 triliun.

Page 38: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Sementara di segmen usaha menengah, jumlah kredit yang telah disalurkan naik dari Rpl6,14 triliun di akhir Juni-2009 menjadi Rpl9,21 triliun pada Juni 2010. Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan jumlah rekening debitur UMKM, dari 392.717 rekening pada Juni 2009 menjadi lebih dari 537 ribu di akhir Juni 2010.

Bantuan Sosial

Bank Mandiri memperkuat komitmen untuk berperan aktif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pada tanggal 8 Oktober 2010, Bank Mandiri menyerahkan bantuan senilai lebih dari Rp9O0 juta untuk mengembangkan fasilitas sosial, keagamaan dan pendidikan di Medan dan Semarang.

Adapun bantuan sebesar Rp218 juta akan dialokasikan untuk membeli 1 (satu) unit mobil ambulans lengkap -dengan peralatan medis pendukung yang akan digunakan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Daerah Sumaiea Utara.

Selanjutnya sebesar RplOO juta akan digunakan untuk pengadaan satu set Dental Unit lengkap dengan peralatan dan sarana pendukungnya bagi Puskesmas Bintang Bayu, Kec. Bintang Bayu, Kab. Serdang Be-dagai, Sumatera Utara. Dan RplOO juta akan digunakan untuk pengadaan 20 unit komputer bagi SMP Negeri 20 di Desa Terjun, Medan Marelan.

Bank Mandiri juga memoantu pengadaan alat praktek komputer bagi SMK Pelita Salatiga dan SMK Negeri 2 Magelang dengan alokasi masing-masing sebesar RplOO juta. Selanjutnya, bantuan sebesar RplOO juta akan diberikan untuk pembangunan Masjid Jami Pondok di Kelurahan Landungsari, Pekalongan, sebesar Rp 100 juta untuk pengadaan sarana listrik pada GPIB Imanuel atau Gereja Beleduk di Semarang.

Selam itu, Bank Mandiri juga mengalokasikan RplOO juta untuk mendukung program pemberdayaan dan pendampingan sektor usaha mikro kecil yang dilakukan Pusat Pendampingan Usaha Kecil Kadin Jawa Tengah.

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Riswinandi mengatakan Bank Mandiri berkomitmen penuh untuk menunaikan kewajiban sosial perusahaan kepada para stakeholdemya. "Kami ingin memastikan bahwa bantuan hibah kami memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Semoga bantuan ini dapat diterima dan dipergunakan sebagaimana mestinya," kata Riswinandi dalam siaran pemsya kemarin.

Bantuan yang berasal dari dana Program Bina Lingkungan Bank Mandiri tahun anggaran 2010 ini merupakan salah satu benjuk kepedulian Bank Mandiri terhadap pendidikan, sarana ibadah dan ekonomi rakyat yang merupakan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Mandiri. Hingga Juni 2010, dana Bina Lingkungan yang telah disalurkan sebesar Rp291,49 milliar untuk berbagai kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, sarana prasarana umum, sarana ibadah, dan bencana alam.* an

37.) Sumber : http://bataviase.co.id/node/371716

BNI Tingkatkan Kredit UMKM04 Sep 2010

Page 39: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

BANDUNG - Bank BNI akan terus meningkatkan porsi kredit untuk UMKM -nya di Jawa Barat sehingga bisa mencapai perimbangan 60% 40% dengan porsi kredit korporasi. Pada semester 1/2010 dari total kredit yang disalurkan di Jabar sebesar Rp 8,4 triliun, sebanyak Rp 4,1 triliun (48.74%) berupa kredit untuk UMKM. "Kalau untuk mencapai porsi 50% kredit untuk UMKM, rasanya tahun ini juga akan bisa terlewati." ujar Pemimpin Bank BNI Kanwil Bandung, M. Yaman Bafiroes, di Bandung beberapa waktu lalu. Dikatakannya, strategi untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM didasarkan pada pengalaman bahwa debitur UMKM relatif memiliki ketahanan usaha yang baik sehingga tingkat pengembalian kreditnya juga relatif lebih baik. Hal tersebut menurut Yaman sebenarnya bukan hanya dilakukan BNI, tetapi juga hampir seluruh bank sedang berupaya meningkatkan porsi kredit UMKM-nya.

“Namun, karena tetap harus dilakukan secara hati-hati, perkembangan porsi kredit UMKMnya umumnya relatif lambat. Secara kebetulan untuk di Jabar ini kami menemukan formula yang cocok sehingga perkembangan kredit UMKM relatif lebih cepat. Sampai-sampai dalam dua tahun ini berturut-turut mendapat penghargaan untuk masalah kredit UMKM”. Dijelaskan, Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan menengah (P3UKM) yang khusus dibentuk Bank Indonesia untuk pengembangan UKM di Jabar, dalam dua tahun yaitu 2009 dan 2010. telah memberikan penghargaan kepada BNI sebagai bank yang memberikan kredit terbanyak untuk UMKM. Peningkatkan kredit UMKM juga mendorong adanya peningkatan pelayanan sehingga BNI mendapatkan penghargaan dari Markplus Inc. sebagai Service Excellence Champion pada 2009 dan 2010. (A-135)***

38.) Sumber :http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/08/16/penyaluran-anggaran-terhadap-umkm-melalui-lembaga-perbankan/

Penyaluran Anggaran Terhadap UMKM Melalui Lembaga Perbankan| 16 August 2010 | 01:29

Pada tahun 2008, Pemerintah dan DPR  mengeluarkan UU No.20 Th. 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Sebuah regulasi yang ingin memberikan jaminan hukum terhadap dunia usaha bagi masyarakat kelas bawah. Keseriusan terhadap pengembangan  UMKM di negara ini, dapat kita lihat dari berbagai program yang dilaksanakan seperti PNPM mandiri, P2SEM, KUR, dan program lain melalui perbankan. Lancarnya kondisi keuangan yang disalurkan untuk agenda UMKM tidak dibarengi kondisi pengawasan dan pendidikan UMKM yang memadai. Hal tersebut diperparah dengan besarnya kebocoran anggaran di lapangan. kondisi yang tidak tepat sasaran ini sudah seharusnya menjadi evaluasi bagi pemerintah tentang proses penyaluran dana UMKM tersebut. Perlu dipikirkan kembali tentang banyaknya anggaran UMKM yang terbagi penyalurannya oleh berbagai departemen bahkan perbankan. Upaya peningkatan UMKM melalui bantuan permodalan yang secara langsung dikelola oleh lembaga bukan bank akan menjadi persoalan yang akan terus menerus menjadi penghambat kemandirian rakyat kecil dalam mensejahterakan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Sudah seharunya konsep pembiayaan terhadap perekonomian dikembalikan kepada fungsinya, yaitu perbankan. Banyaknya penyelewengan dana terhadap program UMKM menjadi sebuah tajuk utama bahwa hal yang menyangkut rakyat kecil adalah suatu sasaran empuk terjadinya praktek korupsi. selain itu, banyaknya anggota dewan yang terjerat kasus korupsi sebagian besarnya menyangkut tentang anggaran yang bersentuhan dengan rakyat kecil. Rekonstruksi penyaluran anggaran

Page 40: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

terhadap rakyat kecil berbasis UMKM, harus dikembalikan kepada fungsinya yaitu perbankan dan lembaga bukan  sebagai penyalur dana dan penghimpun dana dari masyarakat.

39.) Sumber : http://bataviase.co.id/node/336283

BI Pasang Badan untuk UMKM10 Aug 2010

Berita Kota Ekonomi

Bank Indonesia (BI) akan memfasilitasi pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) di setiap provinsi untuk membantu akses pembiayaan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang sudah memenuhi kelayakan, tetapi belum bankable.

DIREKTUR Kredit, BPR, dan Umum BI Edy Setiadi menjelaskan, dukungan pendirian PPKD sejalan dengan peningkatan pangsa kredit UMKM, tetapi masih kesulitan mengakses pembiayaan ke perbankan nasional.

"Kebijakan BI dalam pengembangan UMKM adalah untuk membangun infrastruktur keuangan terhadap perbankan. Sebagai contoh, melaksanakan creditrating untuk mempercepat proses kredit serta menurunkan biaya transaksi," ujarnya pada workshop bertema Pembiayaan Koperasi dan UMKM di Gedung Smesco UKM Indonesia di Jakarta, Senin (9/8).

Menurut Edy, kemudahan itu akan sangat membantu UMKM karena mereka kerap terbentur saat mengajukan kredit. Persoalannya hanya karena pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) tidak mempunyai jaminan yang memadai untuk meminjam.

Dia mengungkapkan pangsa kredit UMKM pada triwulan 11/2010 meningkat menjadi 33,6 persen dibandingkan dengan triwulan 11/2009 yang hanya 51,5 persen.

Bahkan, untuk kredit mikro dan menengah lebih tinggi dibandingkan dengan kredit perbankan secara umum, yakni 23,55 persen berbanding 17,4 persen.

Edy menjelaskan dengan peningkatan itu, maka BI berupaya mendorong terlaksananya pendirian PPKD di seluruh provinsi agar permasalahan permodalaan atau pembiayaan di sektor riil bisa segera teratasi, meski sudah banyak program kredit yang diluncurkan oleh perbankan.

Pemerintah telah meluncurkan prog-ram kredit usaha rakyat (KUR) melalui enam perbankan nasional dan 13 Bank Pembangunan Daerah (BPD). Ke-6 perbankan nasional itu, yakni Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, Bank Mandiri, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri.

Sedangkan 13 BPD yang tergabung dalam Asosiasi Bank pembangunan Daerah (Asbanda) adalah Bank Jatim, Bank Jabar-Banten, Bank Jateng, Bank DKI, Bbank Kalbar, Bank Papua, Bank Maluku, Bank NTB, Bank Kalsel, Bank Kalteng, Bank Sulut, Bank Nagari, dan Bank DH.

Page 41: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Secara terpisah Ketua Badan Pengawasa Pasar Modal dan Lembaga Keuangan A Fuad Rahmany, menyatakan bahwa otoritas perbankan harus keluar dari Bank Indonesia. Menurut dia, penyatuan otoritas moneter dan otoritas keuangan di dalam satu lembaga akan menimbulkan konflik kepentingan dalam lembaga tersebut.

Kelemahannya kalau bank sedang tidak sehat, sementara itu otoritas perbankan dan moneter masih ada di bawah bank sentral, ada kecenderungan bank sentral tidak melakukan prudential regulation," katanya. Ant/yy

40.) Sumber :http://kumperindag.sulteng.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=47

Pemprov Sulteng Segera Bentuk Lembaga Pinjaman Untuk Usaha Mikro Friday, 06 August 2010 Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) perlu segera mempercepat realisasi pembentukan lembaga penjaminan kredit (LPK) agar masyarakat yang bergerak di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dapat terbantu untuk mendapatkan tambahan modal usaha. Pembentukan lembaga ini, mengusahakan pertumbuhan ekonomi daerah Sulawesi Tengah, agar pergerakan ekonomi daerah dapat melaju cepat. Orientasi dari LPK menjadikan masyarakat sebagai pengerak perekonomian dan membuka lapangan pekerjaan.

LPK tersebut sudah punya dasar hukum berupa peraturan daerah (Perda), LPK berbentuk badan usaha milik daerah. Namanya PT. Sarana Penjamin Provinsi Sulteng. PT. Sarana Penjamin Provinsi Sulteng, diharapkan tahun ini sudah beroperasi supaya wirausaha dan UMKM dapat segera memperoleh modal untuk mengembangkan dan mengelola, dan segera juga lapangan pekerjaan baru akan tercipta.

Cepat atau lambatnya LPK Sulteng beroperasi tergantung dari pemerintah daerah dan dukungan DPRD setempat. Oleh sebab itu keseriusan pemerintah untuk membangun perekonomian dan lapangan kerja memiliki peranan penting bagi pembangunan Sulawesi Tengah.

41.) Sumber : http://bataviase.co.id/node/304594

Mikro Jadi Andalan Bank Syariah

July 24th, 2010

Potensi pembiayaan mikro kian dilirik perbankan syariah. Sektor ini bahkan diandalkan untuk mendongkrak laba seperti yang dilakukan Bank Mega Syariah (BMS) dan Bank Victoria Syariah.

Direktur Utama BMS, Beny Witjaksono, mengatakan, hingga semester I 2010 laba BMS tercatat sekitar Rp 70 miliar. Target laba 2010 diharapkan meningkat 1,5 kali lipat, yaitu Rp 150 miliar dari Rp 58 miliar pada 2009.

Untuk dapat mencapai target itu, pihaknya tetap fokus ke pembiayaan mikro dan memperbaiki pendanaan. Pembiayaan mikro di BMS berkisar Rp 50 juta-Rp 1 miliar.

“Untuk pembiayaan kita akan tetap fokus ke mikro dan di pendanaan akan kita arahkan ke dana ritel sehingga cost of fund bisa turun. Dengan pendapatan meningkat dan biaya yang turun, kita

Page 42: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

harap bisa kejar target laba 2010,” kata Beny seusai penyerahan zakat korporasi BMS kepada enam lembaga zakat di Menara Bank Mega, Selasa (20/7).

Untuk pembiayaan mikro melalui Mega Mitra Syariah, lanjut dia, memiliki komposisi 70 persen dari total pembiayaan di semester I sebesar Rp 3,2 triliun. Sampai akhir tahun pihaknya pun akan tetap mempertahankan komposisi tersebut.

“Pembiayaan mikro akan lebih kita gencarkan lagi melalui Mega Mitra Syariah. Insya Allah dalam beberapa hari ini akan bertambah lima kantor jadi total ada 324 unit Mega Mitra Syariah, yang dapat memberi dukungan untuk mencapai target,” papar Beny.

Saat ini ada sekitar 48 ribu nasabah Mega Mitra Syariah yang semuanya bergerak di sektor perdagangan. Untuk menggenjot target pembiayaan Rp 4 triliun pada akhir 2010, BMS akan meningkatkan volume pembiayaan melalui joint financing, yang selama ini dilakukan dengan enam perusahaan pembiayaan. Joint financing tersebut memiliki komposisi 20 persen dari total pembiayaan, sedangkan 10 persen lainnya berasal dari komersial dan korporasi.

Gandeng koperasi

Sementara itu, Bank Victoria Syariah (BVS) memiliki strategi dengan menggandeng lembaga, seperti koperasi dan lembaga keuangan mikro syariah, termasuk bank pembiayaan rakyat syariah. Hal ini akan dituangkan dalam produk pendanaan dan pembiayaan yang akan diluncurkan setelah Lebaran.

“Kami sedang merapikan kerja sama, penjajakan sedang finalisasi, dan kita harap bisa berjalan baik. Untuk pembiayaan ke mikro ini, komposisinya setidaknya minimal 70 persen,” kata Direktur BVS, Djoko Nugroho, Selasa.

Untuk produk baru pendanaan, jelas Djoko, berupa tabungan yang akan dikemas menjadi lebih menarik dan ditujukan bagi kalangan menengah. Untuk menggenjot kinerja 2010, lanjut Djoko, pihaknya pun melakukan cross selling dengan produk pendanaan.

Penyaluran pembiayaan dilakukan melalui pola channeling, executing dan menyalurkan pembiayaan langsung. “Dengan produk baru pembiayaan diharapkan akan terjadi distribusi dana masyarakat yang lebih tersebar dan jauh lebih bagus lagi,” ujar Djoko. ed: yeyen rostiyani

42.) Sumber : http://bataviase.co.id/node/308550

BRI Ikuti Pameran UMKM23 Jul 2010

MENKO Perekonomian, Ir. Hatta Rajasa mengunjungi Teras UMKM BRI pada acara Kongres ISEI XTV di Hotel Savoy Homan Bandung 20 -22 Juli 2010. Pada kesempatan ini, BRI yang diwakili oleh BRI Kanwil Bandung menampilkan karya - karya terbaik dari Nasabah UMKM- nya seperti dari wilayah; Cimahi, Garut, dan Bandung. Melihat potensi pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif, dan untuk mendukung program pemerintah, BRI dalam hal ini

Page 43: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

memberikan fasilitas bagi para pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya agar layak untuk dipasarkan.

43.) Sumber : http://swa.co.id/2010/07/j-b-kendarto-rp-3-t-untuk-umkm/

J.B. Kendarto: Rp 3 T untuk UMKM

Tuesday, July 20th, 2010oleh : Eva Martha Rahayu

Bagi Bank Mega, tak ada kata terlambat menggarap pasar usaha mikro-kecil-menengah (UMKM). Maklum, kue yang diperebutkan masih besar. Jangan heran, di bawah dirut baru, Johannes Bambang Kendarto, serangkaian target dibentangkan untuk merengkuh sektor ini.

Sarjana ekonomi dari Universitas Gajah Mada itu mengawali karier di Bank Exim sebagai management trainee pada 1979, lalu berkarier di Bank Mandiri hingga 2006. Tahun 2007, Bank Mega mendudukkannya sebagai Direktur Treasury & International Banking dan hasil RUPS per 7 April 2010 menetapkan dia sebagai pemimpin puncak Bank Mega. Lantas, bagaimana strateginya di sektor UMKM?

Berikut petikan wawancara dengan pria kelahiran Yogyakarta, 55 tahun silam, itu.

//Seberapa menariknya potensi pasar kredit UMKM?//

Sudah lama mayoritas bank nasional tertarik mengarahkan pembiayaannya pada segmen UMKM. Alasan utamanya, selain menciptakan diversifikasi portofolio kredit yang lebih beragam, sektor ini terbukti tangguh di tengah hantaman krisis 1998 dan krisis global 2008. Dewasa ini peran UMKM di Indonesia semakin meningkat terlihat dari dorongan pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga bersubsidi dan pengembangan ekonomi kerakyatan melalui Departemen Koperasi & UKM.

Sektor ini masih memiliki potensi besar untuk diberi pembiayaan perbankan. Dengan jumlah unit usaha yang belum banyak terkover perbankan dan tingginya kemampuan menyerap tenaga kerja, sektor ini memberikan nilai tambah penggerak roda perekonomian sektor riil yang harus mendapatkan perhatian perbankan.

//Bagaimana pencapaian penyaluran kredit UMKM tahun lalu?//

Sampai 31 Desember 2009, Bank Mega telah menyalurkan kredit ke segmen UMKM Rp 1.142 miliar atau 6,05 % dari total portofolio.

//Apa yang menjadi kendala penyaluran kredit UMKM selama ini?//

Banyak faktor, misalnya rendahnya kredibilitas UMKM dari sudut analisis perbankan. Lalu, banyak UMKM yang feasible tetapi tidak bankable. Juga, informasi yang kurang merata (asimetris) tentang layanan perbankan dan lembaga keuangan yang dapat dimanfaatkan UMKM. Tak ketinggalan, soal keterbatasan jangkauan pelayanan dari lembaga keuangan, khususnya perbankan. Sehingga untuk masuk ke industri ini diperlukan The Thinking Banker, yaitu kompetensi lenders yang tidak hanya berkaitan dengan kecukupan teknis, tetapi juga

Page 44: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

memerlukan keahlian yang terasah melalui pengalaman sebagai bekal dalam melakukan judgement dan logika common sense.

//Bagaimana strategi Bank Mega mengembangkan kredit UMKM?//

Pertama, kami akan meningkatkan kontribusi portofolio dan profitabilitas segmen kredit UMKM melalui produk kredit UMKM Organik (Mega UKM) maupun UMKM Non-organik (program kerja sama/linkage program dengan lembaga pembiayaan), di mana pertumbuhan kredit UMKM selama tahun 2010 diproyeksikan meningkat Rp 3 triliun (meliputi UMKM Organik Rp 2 triliun dan UMKM Non-organik Rp 1 triliun). Kedua, kami akan mengoptimalisasi jaringan kantor dan membina sumber daya manusia (SDM) yang kini mencapai 900 orang.

//Sebagai dirut baru, apa saja target Anda ke depan?//

Pencapaian target Bank Mega tidak berubah sesuai dengan rencana bisnis yang kami sampaikan ke Bank Indonesia. Yaitu, target laba Rp 864,4 miliar, target aset Rp 46,3 triliun, target dana pihak ketiga (DPK) Rp 39,8 triliun dan target kredit yang disalurkan Rp 24 triliun.

//Apa program kerja jangka pendek, menengah dan panjang?//

Program jangka pendek ada tiga: solvabilitas (memperbaiki kualitas kredit), likuiditas (meningkatkan giro, tabungan, deposito), serta efisiensi di seluruh unit kerja.

Program jangka menengah meliputi: menjadikan Bank Mega sebagai prudential banking yang memiliki risk management kuat; menambah jaringan kantor dengan fokus ke Indonesia Timur, fokus kredit komersial/UMKM; serta memperbaiki komposisi DPK.

Program jangka panjang adalah persiapan menuju visi 1.000, yaitu pada akhir 2018 Bank Mega akan memiliki aset Rp 1.000 triliun dan 1.000 jaringan kantor.

//Potensi apa yang masih bisa dikembangkan untuk mendukung target dan program itu?

Pertama, pengembangan kredit UMKM. Kedua, pertumbuhan dana murah di sektor ritel melalui produk giro dan tabungan. Ketiga, perluasan jaringan kantor dan penambahan jaringan ATM offsite. Keempat, pertumbuhan kartu kredit melalui aktivitas cross selling baik dengan perusahaan-perusahaan di bawah CT Corpora maupun dengan merchant-merchant terkemuka. Kelima, pengembangan infrastruktur treasury untuk meningkatkan fee-based income. Keenam, standar internasional untuk teknologi informasi dan operasional. Ketujuh, peningkatan kualitas SDM dan infrastruktur.

Reportase: Moh. Husni Mubarak/Riset: Sarah Ratna

44.) Sumber :http://www.surabayakita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=636:bazar-perbankan-a-umkm-di-plazatunjungan&catid=66:perbankan&Itemid=208

Bazar Perbankan & UMKM Di Plaza Tunjungan Oleh Redaksi Surabayakita   

Page 45: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

12 Juli 2010

Bazar Perbankan & UMKM tahun 2010 dilaksanakan selama 5 hari, tangal 7 sampai 11 Juli 2010 di Convention Hall Tunjungan Plaza 3 Lt.6.

Kegiatan ini  mengangkat tema “Bersama Kita Bangun UMKM Jatim Agar Tangguh dan Berdaya Saing”. Kegiatan dibuka dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur, dilanjutkan dengan penandatanganan MOU antara Satgasda Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) Provinsi Jawa Timur dengan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa Timur dan 4 (empat) Bank yaitu  Bank Jatim, Bank Negara Indonesia Kanwil Jatim, Bak Mandiri Kanwil Jatim, dan Bank Rakyat Indonesia Kanwil Malang.

Menurut Dikdik Yustandi selaku ketua panitia Bazar,Nota kesepahaman bersama (MoU) ini dibuat dalam rangka pengembangan sektor peternakan khususnya peternakan sapi perah, melalui peningkatan peran KKMB dan Perbankan dalam pengembangan UMKM dengan meningkatkan akses pembiayaan kepada peternak sapi perah di Jawa Timur.

"Banyak agenda Bazar yang kami siapkan,bertujuan untuk menarik minat pengunjung dengan mengetengahkan variasi acara yang menarik, seperti berbagai kegiatan lomba, Seminar kewirausahaan dan Workshop bagi UMKM," kata Dikdik.

Panitia menargetkan kunjungan 5000 orang perhari atau 25 ribu pengunjung selama 5 hari yang terdiri dari  masyarakat  umum  dan  UMKM  di Jatim.  Melalui bazaar ini Bank peserta ditargetkan dapat menjaring calon nasabah dan nasabah bank  (pembiayaan/kredit, tabungan, kartu kredit) dengan potensi transaksi sebesar Rp 60 miliar. Sementara peserta pameran UMKM binaan, ditargetkan   dapat   membukukan   penjualan  langsung  (retail) senilai  Rp 500 juta.

Diharapkan melalui kegiatan Bazar Perbankan & UMKM 2010 dapat semakin meningkatkan akses UMKM kepada lembaga pembiayaan secara umum, dan khususnya kepada kredit perbankan  dalam rangka pemberdayaan sektor riil dan UMKM yang berdaya saing.

Peranan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terutama sejak krisis keuangan yang terjadi beberapa waktu lalu dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

Namun, dalam perkembangannya,  UMKM juga masih dihadapkan pada masalah mendasar yang secara garis besar mencakup masih sulitnya akses UMKM pada pasar atas produk-produk yang dihasilkannya, dan masih lemahnya pengembangan dan penguatan usaha, serta  keterbatasan akses terhadap sumber-sumber pembiyaan dari lembaga-lembaga keuangan formal khususnya dari perbankan.

Peran perbankan dalam mendorong perekonomin dilaksanakan melalui fungsi intermediasinya dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat dan dunia usaha. Perkembangan penyaluran kredit di Jawa Timur sampai dengan bulan April 2010 menunjukkan kinerja yang cukup signifikan. Tercatat kredit yang disalurkan oleh perbankan sebesar Rp. 134,45 triliun atau tumbuh sebesar 16,76% (year on year).

Peningkatan pertumbuhan kredit pada periode ini menunjukkan semakin baiknya fungsi intermediasi perbankan, yang juga tercermin dari peningkatan Loan to Deposit Ratio menjadi sebesar 70,02%,

Page 46: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2009 yang hanya mencapai 65,34%.

Secara spesifik, kredit Mikro Kecil Menengah (MKM) yang disalurkan oleh perbankan juga menunjukkan perbaikan. Tercatat penyaluran kredit MKM sebesar Rp. 77,98% triliun atau tumbuh sebesar  32,72% (year on year), dengan proporsi sebesar 58% dari total kredit. Cukup tingginya pertumbuhan penyaluran kredit MKM tentunya menunjukkan komitmen perbankan di Jawa Timur dalam mendorong sektor usaha mikro kecil dan menengah.(red)

45.) Sumber : http://www.bataviase.co.id/node/278498

Bank Eksekutif akan Genjot Kredit UMKM02 Jul 2010

RAPAT Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank EksekutifTbk menyetujui rencana penawaran umum terbatas I {rights issue) dalam rangka hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak 5,1 miliar lembar saham biasa. Keputusan itu diambil dalam RUPSLB, Kamis (1/7) malam.

Dalam siaran persnya. Corporate Secretary Compliance Senior Manager Bank Eksekutif Hery Hartawan memaparkan dana Rp512,2 miliar yang diperoleh melalui rights issue akan dipakai untuk pengembanganbisnis ke depan. Khususnya untuk rencana pengembangan model bisnis baru, yaitu pengembangan kredit ke sektor UMKM. Selain untuk rencana bisnis, dana hasil rights issue akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan agar rasio permodalan (CAR) bank dapat meningkat menjadi sekitar 39%,

Ia menambahkan, sejauh ini PT Recapital Securities merupakan salah satu pembeli siaga dan telah mendapat persetujuan Bank Indonesia (BI) berdasarkan surat No 12/84/ GBI/DPIP/Rahasia tanggal 29 Juni 2010. Selain Recapital Securities, pembeli siaga lainnya adalah IF Services Netherlands BV. Selain itu, RUPSLB menyetujui rencana perseroan untuk melakukan perubahan nama dan logo. Nantinya, Bank Eksekutif akan berganti nama menjadi PT Bank Pundi Indonesia Tbk dan berkedudukan di Jakarta. Hal itu dilakukan seiring dengan rencana perseroan untuk merevisi model bisnis sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya kepada BI yang akan lebih menitikberatkankepada pasar UMKM.

Hery menambahkan, setelah persetujuan BI atasfit and proper test Gandhi Ganda Putro menjadi presiden direktur Bank Eksekutif, baru-baru ini otoritas moneter itu juga telah mengeluarkan persetujuan atas Endriartono Sutarto sebagai presiden komisaris. Hal itu sesuai dengan surat BI tanggal 7 Juni 2010. Dengan telah diperolehnya surat persetujuan tersebut, kinerja Bank Eksekutif ke depan dipastikan dapat berjalan lebih baik lagi. (RO/E-5)

46.) Sumber : http://bataviase.co.id/node/255338

Perbankan Belum Berpihak Kepada UMKM

Page 47: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

16 Jun 2010

Bandung - Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sandiaga S. Uno mengemukakan, sampai hari ini perbankan belum sepenuhnya berpihak kepada pelaku usaha mikro. Hal ini terbukti dengan masih sulitnya pelaku UMKM mengakses pendanaan dari perbankan. Bagi pelaku usaha kecil dan pemula bunga bukan menjadi masalah karena mereka memiliki kemampuan dan kecukupan.

NERACA

"Problemnya adalah mereka belum diberi ruang yang cukup untuk mengakses perbankan. Akibatnya banyak pelaku UMKM yang mencari sumber pendanaan dari tempat yang jauh dan lebih mahal. Kondisi ini yang membuat pelaku usaha kecil di Indonesia tidak memiliki daya saing," kata Uno saat ditemui Neraca, Selasa (15/6) seusai memberikan visi dan misi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) kepada anggota Kadin labar di Hotel Horison Jl Pejuang 45, Bandung.

Hadir pada acara tersebut Ketua Kadin Jawa Barat Agung Suryamal Sutisno, Pemilik Pasar Tradisional Caringin Bandung H.Sutisno, Direktur Bank Jabar Banten (BJB) Agus Ruswendi, paratokoh senior Kadin Jabar dan beberapa pelaku UMKM.Sandiaga Uno yang merupakan kandidat kuat untuk menjadi Ketua Kadin periode 2010-2014 pada Munas ke-6 Agutus mendatang berharap program Kadin ke depan bisa mendorong perbankan memberikan kemudahan pembiayaan bagi pelaku usaha kecil.

"Seandainya pihak perbankan tidak bisa memberikan akses kepada usaha mikro, berikanlah kesempatan kepada lembaga keuangan informal untuk mengucurkan sumber pendanaan bagi pelaku UKM," ujar dia.Uno juga sempat menyinggung keberadaan Bank Jabar Banten yang seharusnya bisa memberikan ruang yang lebih besar kepada pelaku UMKM guna mendapat-kan pembiayaan."Saya berharap Bank Jabar juga tidak hanya menyimpan uangnya di Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tetapi bagaimana turut mendorong pertumbuhan di sektor riil yakni UKM," katanya.

Terhadap penyaluran Kredit Untuk Rakyat (KUR), menurut Sandiaga Uno, Kadin melihat konsep barunya adalah pemberdayaan lembaga keuangan mikro yang selama ini disebut sebagai "bank gelap""Kami ingin mencarikan suatu tatanan baru yang disebut wholesale micro financing yang dapat menyalurkan kredit usaha pada usaha mikro dan kecil tanpa harus ada agunan dan dengan bunga yang sesuai kemampuan UMKM. Tapi harus diakui skema pendanaan macam ini tidak masuk arsitektur perbankan nasional.

Masih Melihat

Sementara itu Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal Sutisno ketika disinggung menguatnya keinginan anggota Kadin Jabar untuk memilih Sandiaga Uno menjadi Ketua Kadin periode mendatang, belum bisa memberikan kesimpulan yang sama.

"Kandidat Ketua Kadinkan tidak satu, kami masih harus melihat yang lainnya. Namun harapan kami ke depan Ketua Kadin yang baru harus benar-benar bisa menjembatani kepentingkan pelaku usaha kecil menengah. Dan saya melihat Sandiaga punya kapasitas itu," ungkap Agung.Dari dialog yang berlangsung selama 30 menit lebih, seluruh peserta yang hadir memberikan apresiasi yang cukup besar agar Sandiago Unomdash;yang juga pemilik Saratoga dan Recapital bisa menggantikan Ketua Kadin yang lama.

Page 48: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Dipilihnya Sandiaga cukup beralasan karena selama ini selaku Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dinilai keberpihakannya kepada UMK cukup kuat.Sandiaga juga dibesarkan dari keluarga Jawa Barat, dimana ibunya lahir di Indramayu.Hal senada juga disampaikan H Sutisno. Hanya dia mengingatkan agar komitmennya terhadap pemba ngunan usaha kecil mene ngah terus dipertahankan."Selama ini para pedagang pasar tradisional selalu kesulitan dalam memperoleh pendanaan," ujarnya 9-a

47.) Sumber :http://riaubisnis.com/index.php/opini-news/opini/50-opini/950-sikap-bank-terhadap-umkm-riau

Sikap Bank terhadap UMKM Riau

Wednesday, 02 June 2010 12:04 redaksi

Berlakukanya Free Trade Agreement (FTA/Perjanjian Perdagangan Bebas) ASEAN-Cina terhitung 1 Januari 2010, bangsa ini tidak perlu khawatir dengan Cina. Walaupun Cina merupakan pasar ekspor yang sangat potensial karena memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang menganggumkan di dunia.

Harusnya, bangsa ini harus siap menghadapi FTA

dari segala kekurangannya. Sebab, sedari dulu, tanpa

pemberlakukan perdagangan bebas, Indonesia

memang sudah diancam dengan masuknya produk-

produk luar negeri yang sudah lama masuk.

Kekhawatiran itu tidak perlu dibebas-besarkan, selagi

semua sektor membantu membangkitkan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) kita di tengah pengusahanya tengah megap-megap untuk

bangkit.

Fenomenanya saat ini adalah, masih sedikitnya lembaga keuangan (perbankan) yang belum

berpihak ke pelaku usaha UMKM. Apalagi, berdasarkan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia

(BI) pada awal 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5 persen

(stagnan). Keputusan diambil setelah mempertimbangkan, bahwa BI Rate pada tingkat tersebut

dipandang masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5 persen ± 1

persen.

 Sikap Perbankan terhadap UMKM

Page 49: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Berdasarkan data Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan, sektor UMKM

bakal bertumbuh sekitar 25 persen pada 2010 dibandingkan prediksi 2009 yang berkisar 15-20

persen Kemudian, sekitar 99 persen atau sekitar 51 juta unit UMKM Indonesia belum disentuh

oleh lembaga pembiayaan. Hal itu, karena pelaku UMKM dinilai tidak bankable karena tidak

memiliki kolateral atau jaminan aset. Kemudian yang didukung oleh lembaga pembiayaan hanya

sekitar 2 juta UMKM yang didominasi usaha makanan serta jasa dan perdagangan, itu pun

melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan mereka tergolong unit usaha kecil menengah.

Seyogyanya, berdasarkan BI Rate tersebut, harusnya perbankan merespon untuk berinisiatif

menurunkan suku bunganya. Yakni, untuk bunga deposito, atas kesepakatan 14 bank besar di

Indonesia untuk menurunkan suku bunganya beberapa waktu lalu, sepakat 8 persen dari

sebelumnya 8,5-9 persen. Kemudian suku bunga kredit, dapat diprediksi dari 13-14 persen

menjadi 10-11 persen.

Diakui, perhatian sejumlah bank terhadap UMKM juga terbilang membantu pelaku usaha. Dari

Data Moneter Kantor Bank Indonesia (KBI) Pekanbaru, pada triwulan II 2009, kredit UMKM

bank-bank Riau mencapai Rp 16,59 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 8,48

persen dibandingkan dengan triwulan I 2009. Pada triwulan III 2009, kredit UMKM perbankan

Riau mencapai Rp 17,37 triliun. Angka itu meningkat 4,68 persen dibandingkan triwulan II.

Pertumbuhan kredit UMKM  tertinggi terjadi pada kredit skala kecil (Rp50 juta-Rp500 juta),

yaitu sebesar 6,13 persen.

 

Pangsa kredit jenis ini merupakan pangsa terbesar dalam porsi kredit UMKM perbankan Riau.

Sementara itu, pangsa kredit kecil mencapai 48,09 persen dari total pangsa kredit UKM

Perbankan Riau. Pertumbuhan kredit UMKM lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

kredit secara keseluruhan, sehingga pangsa kredit UMKM terhadap total kredit mengalami

peningkatan dari 74,53 persen menjadi 75 persen pada triwulan III 2009. Kita patut bangga,

pasalnya, pada tahun 2008 lalu, perbankan Riau hanya berhasil merealisasikan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) dengan total Rp 1,09 triliun. Sedangkan pelaku UMKM yang menerima bantuan

kredit dari perbankan berjumlah 25.295 pelaku.

Namun, dari semuanya, bantuan itu juga masih banyak pelaku usaha yang mengeluh dengan

tingginya suku bunga perbankan yang dibebankan kepada mereka. Di satu sisi, kalangan

perbankan menilai, sulitnya bunga kredit bank turun akibat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

Page 50: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

yang dirasa masih memiliki dampak ketidakpastian dan masih tingginya bunga deposito yang

diminta oleh nasabah sebagai dana pihak ketiga (DPK), terutama nasabah bank BUMN.

Salah satu dampak negatif belum responnya perbankan terhadap menurunnya BI Rate, membuat

sektor riil sulit untuk bergerak. Persoalan ini, BI ikut menyayangkan tidak responsnya perbankan

dengan penurunan suku bunga kredit perbankan. Ironisnya lagi, DPR sudah beberapa kali

memanggil perbankan dan BI terkait penurunan BI Rate yang belum diikuti penurunan suku

bunga bank. Pasalnya, kasus ini dianggap tidak mendorong perekonomian Indonesia.

 

Kemudian, laju sektor riil pun juga ikut terganggu karena pengusaha tak ekspansif akibat

minimnya bantuan modal dari perbankan. Kalau suku bunga kredit ditahan, pengusaha juga tetap

menahan ekspansinya. Ini membuat potensi dibukanya lapangan kerja baru juga kecil karena

tidak ada ekspansi yang dilakukan pengusaha. Imbas dari tingginya bunga kredit, yakni para

pengusaha enggan menarik kreditnya yang telah disetujui perbankan. Karena pengusaha ngeri

untuk mengambil risiko besarnya beban bunga yang harus mereka tanggung.

 

Kontribusi Perbankan kepada Pelaku Usaha

Memang delematis. Tidak menutup mata, kalau periode ini pelaku usaha sangat membutuhkan

bantuan dana dari perbankan untuk memperkokoh modalnya. Selain patuh terhadap BI Rate,

minimal perbankan daerah bisa memberikan kontribusi lebih kepada daerah di tempatnya

beroperasi.

Perbankan Riau juga harus memperlihatkan kontribusinya terhadap perekonomian Riau.

Perbankan Riau bisa memberikan insentif dan bunga yang ringan kepada para pelaku usaha di

Riau, sehingga mereka mampu menambah produktivitasnya dan berani bersaing di tengah

perdagangan bebas.

Kalau situasinya masih seperti saat ini, secara garis besar, kita memang belum siap menghadapi

perdagangan bebas. Akhirnya, perdagangan bebas tetap dikuasai negara lain, dan kita hanya

menjadi konsumen paling setia di tuan rumah sendiri.***

48.) Sumber : http://bataviase.co.id/node/186870

Perbankan Berlomba Gaet UMKM

Page 51: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

27 Apr 2010

TAHUN 2010 sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) alias usaha wong cilik tetap dianggap primadona bagi kalangan perbankan dalam menyalurkan kredit. Bank pemerintah dan swasta Sama-sama berminat membidik sektor ini.

APAKAH kini UMKM semakin mudah mendapatkan modal dari bank? Boleh Jadi tahun 2009 merupakan tahun pembuktian (kembali) bahwa sektor UMKM begitu tangguh dan besar peranannya. Ketika penyaluran kredit ke sektor lain meredup akibat terpaan krisis tahun 2008, sektor UMKM tetap bersinar. Tak mengherankan, mereka lantas menjadi sasaran perbankan sebagai fokus pertumbuhan kredit pada 2010.

Peranan UMKM dalam perekonomian nasional memang sangat besar. Konsultan sektor rill dan UMKM Ir Deddy Edward Tanjung MBA MM dalam berbagai tulisannya dan Menteri Negara Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan dalam berbagai kesempatan menyebutkan sektor Ini benar-benar merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.Kontribusi UMKM memang besar, baik terhadap perekonomian nasional termasuk dalam hal penyediaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi, maupun penggerak peningkatan ekspor manufaktur/ nonmigas.

Hasil survei dan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kontribusi UMKM terhadap PDB (tanpa sektor migas) pada 1997 (saat Indonesia dilanda krisis moneter yang berkembang Jadi krisis ekonomi), tercatat sebesar 62.71 persen. UMKM Juga terbukti relatif lebih mampu bertahan menghadapi berbagai terpaan krisis ekonomi dibandingkan banyak usaha berskala besar.Pada 2002 kontribusinya terhadap PDB meningkat Jadi 63.89 persen. Bandingkan dengan kontribusi usaha berskala besar yang pada 1997 hanya 37,29 persen. Bahkan pada 2002 turun menjadi 36.11 persen.

Jumlah unit UMKM juga terus meningkat, rata-rata 9.5 persen setiap tahun. Pada 2002 tercatat 38.7 juta unit, pada 2004 sebanyak 42.4 Juta. Peningkatan Ini Juga diikuti dengan kenaikan Jumlah tenaga kerja di sektor UKM. Pada 2004 jumlah pekerja di sektor UKM tercatat hampir 80 Juta orang, dari Jumlah tersebut 70,3 Juta di antaranya bekerja di sektor usaha kecil dan sisanya di sektor usaha menengah.

Menurut Menteri Negara Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan, pada 2009 sektor UKM memberikan kontribusi hingga Rp 2.000 triliun dari total PDB Indonesia. Diharapkan tahun 2010 Ini meningkat 60-65 persen dari sebelumnya. "Sektor yang diutamakan agribisnis, kelautan dan kerajinan, ujar Syarifuddin Hasan beberapa waktu lalu.Berdasarkan riset Citibank, selama periode 2005-2008 Jumlah unit UKM mengalami pertumbuhan rata-rata 8.16 persen per tahun. Jumlah pelaku UKM pada 2012 diprediksi mencapai 4.479.132 unit. Estimasi pertumbuhan pelaku usaha tersebut mencerminkan setiappertumbuhan satu persen PDB akan menciptakan 42.797 pelaku usaha baru di Indonesia.

Enam bank

Melihat besarnya kontribusi UMKM. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Mustafa Abubakar, selaku kuasa pemegang saham bankjemerintah mengaku sudah mengundang perbankan agar berkomitmen terhadap sektor Ini. "Kami sudah mengundang bank-bank agar mereka berkomitmen," kata Mustafa.

Page 52: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Menurut dia, bank harus menggenjot kredit UMKM demi kesejahteraan masyarakat. Kabarnya ada enam bank pemerintah yang telah berkomitmen dan akan mengucurkan kredit bagi UMKM hingga Rp 15,5 triliun. Keenam bank Itu Ialah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri. Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Bukopin.Namun lepas dari Imbauan itu, BRI menyatakan portofolio kreditnya mayoritas adalah UMKM. Untuk tahun Ini BRI menargetkan pengucuran kredit hingga Rp 245.68 triliun sepanjang 2010. atau tumbuh 20-25 persen dibanding pengucuran kredit tahun 2009 yang mencapai Rp 196,55 triliun.

Direktur Keuangan BRI Sudaryanto Sudargo akhir tahun lalu di Jakarya mengatakan, BRI optimistis dapat mencapai pertumbuhan kredit sesuai proyeksi karena pada 2009 BRI mampu bertumbuh 20-22 persen. "Portofolio kredit kami mayoritas adalah UMKM. 20 persen perusahaan, dan sisanya BUMN." ujarnya.Bagaimana dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BNI? Kompetitor BRI yang membukukan kenaikan kredit Rp 118.72 triilun pada kuartal 1-2010 dari Rp 114.77 triliun yang diperoleh pada periode yang sama tahun sebelumnya memberikan gambaran serupa.

Direktur Utama BNI Gatot Suwondo, dalam paparan kinerja keuangan BNI di Wisma BNI 46, Jakarta. Kamis (22/4). mengatakan, komposisi kredit BNI masih didominasi oleh kredit UKM yang mencapai 43 persen atau Rp 51,37 triliun. Sisanya adalah kredit korporasi dan Internasional sebesar Rp 44.99 triliun (39 persen), kredit konsumer Rpl9.09 triilun (16 persen) dan pembiayaan syariah Rp 3,22 triliun (3 persen).Sementara Itu. Bank CIMB Niaga, yang mayoritas sahamnya dimiliki CIMB Group asal Malaysia Ini menargetkan kredit UMKM tumbuh 25 persen dari 2009. Tahun lalu CIMB Niaga telah menyalurkan kredit ke sektor UMKM sekitar Rp 18 triilun. (Willy Pramudya)

49.) Sumber : http://www.bataviase.co.id/node/176842

Bank Mandiri incar kredit UMKM tumbuh 20%i20 Apr 2010

Bisnis Indonesia Perbankan

BISNIS INDONESIAJAKARTA PT Bank Mandiri Tbk mengincar pertumbuhan kredit sebesar 20% di sektor usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada tahun ini. Direktur Mikro dan Ritel Banking Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada tahun lalu total kredit mikro perseroan mencapai Rp5 triliun. "Kredit mikro.kami tahun lalu mencapai Rp5 triliun. Tahun ini [ditargetkan pertumbuhan kredit] minimal 20%," ujarnya kemarin.

Tingkat bunga kredit Bank Mandiri berada pada level 12%-16%. Budi menyatakan perseroan akan mengikuti kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan suku bunga. "Saat ini bunga kredit 12%-16%. Market bunga itu mengikuti kebijakan BI. Kalau bank sentral menurunkan (bunga], kami juga akan turun. Kalau mereka [BI] bertahan, kami juga bertahan," kau Budi.

Page 53: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Selain mengincar pertumbuhan di sektor penyaluran kredit, Bank Mandiri juga mengincar kenaikan jumlah dana pihak ketiga [DPK]. Pada tahun lalu. DPKperseroan meningkatmenjadi Rp319,6 triliundari tahun sebelumnyasebesar Rp289,l triliun. Adapun penghimpunan dana murah perseroan naik 13,7% menjadiRp 186,5 triliun pada 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rpl64 triliun.

Total aset yang dimiliki Bank Mandiri pada 2009 meningkat menjadi Rp394,6 triliun dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp3S8,4 triliun. Tahun lalu dana murah kami naik 13,7%. Tahun ini kami targetkan pertumbuhan DPK di atas rata-rata pertumbuhan pasar, double digit [di atas 10%] ," ujarnya.

Dana murah Budi menambahkan saat ini porsi dana murah (tabungan dan giro) Bank Mandiri lebih besar dibandingkan dengan dana deposito. Menurut dia porsi dana murah perseroan sudah di atas 60%. Untuk menggenjot pertumbuhan DPK, perseroan menyelenggarakan Mandiri Fiesta 2010. Program pengundian hadiah berdasarkan poin tabungan dan transaksi yang dikumpulkan nasabah.

Bank Mandiri menyiapkan dana sekitar Rp50 miliar-Rp60 miliar untuk program tersebut termasuk biaya promosi."Kami berharap nasabah terus meningkatkan transaksi dan jumlah sal-donya. Kami siapkan dana untuk hadiah dan promosi program tersebut sekitar Rp50 miliar- Rp60 miliar," ungkap Budi. (05)

50.) Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/04/05/20481393/Bank.OCBC.NISP.Fokus.pada.UMKM

Bank OCBC NISP Fokus pada UMKM

Senin, 5 April 2010 | 20:48 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Bank OCBC NISP akan semakin fokus pada penyaluran kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Langkah itu dilakukan dengan membuka 20 kantor yang khusus menangani sektor tersebut di Sumatera dan Jawa, mulai April2010.

Liabilities and E-Channel Product Division Head OCBC NISP Untung Kurniawan di Bandung, Senin (5/4/2010), mengatakan, kian gencarnya OCBC NISP membidik UMKM akan menambah jangkauan konsumen dari 355 kantor OCBC NISP yang sudah beroperasi saatini.

"Kantor-kantor baru akan dibuka dekat dengan pusat UMKM, seperti sentra kerajinan, pasar tradisional, dan industri rumahan. Sebagian besar kantor akan beroperasi di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kami juga sedang membidik segmen baru yang dianggap prospektif, seperti properti,"katanya.

Untung optimistis, bisnis OCBC NISP pada kuartal kedua 2010 akan tumbuh pesat dengan kantor-kantor yang khusus menangani UMKM itu. "Kondisi perekonomian pun kian baik dengan inflasi dan nilai tukar rupiah yang stabil dan meningkatnya kepercayaan investor asing,"ujarnya.

Page 54: artikel peran BLK thdp UMKM susun rapih

Jumlah nasabah OCBC NISP di Indonesia saat ini sekitar 1 juta orang dan ditargetkan bertambah menjadi 1,25 juta orang pada akhir tahun 2010. Dalam rentang waktu yang sama, jumlah nasabah di Jabar sekitar 170.000 orang diperkirakan bertambah menjadi lebih dari 200.000 orang.