Artikel Pendidikan Inklusif

download Artikel Pendidikan Inklusif

of 5

Transcript of Artikel Pendidikan Inklusif

  • 7/30/2019 Artikel Pendidikan Inklusif

    1/5

    http://tp11021.blogspot.com/2012/06/artikel-spn.html Artikel Sistem Pendidikan Nasional ( Pendidikan Inklusif dan Implementasinya diIndonesia)

    0 KOMENTAR

    JUNI - 10

    EPITA

    Di poskan oleh Deni Setiawan (dalam www.denioioi.blogspot.com , 2009) pengertianyang 1ebih jelas mengenai pendidikan, pendidikan nasional dan sistem pendidikan nasionaldapat dijumpai dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional. Dalam undang-undang ini pendidikan didefinisikan sebagai "Usaha sadar danterencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

    bangsa dan negara (Pasal 1, ayat 1). Pendidikan nasional didefinisikan sebagai "pendidikanyang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan

    perubahan zaman . (pasal 1 ayat 2). Sedangkan yang dimaksud dengan sistem pendidikannasional adalah "keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (pasal 1 ayat 3). Jadi dengan demikian, sistem (pendi-dikan nasiona1 dapat dianggap sebagai jaringan satuan-satuan pendidaskan ikan yangdihimpun secara terpadu dan dikerahkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

    Suhardi (2008: 1) menyatakan bahwa undang-undang Republik Indonesia Nomor 20tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional antara lain menegaskan dalam penjelasan

    pasal 15 tentang pendidikan khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasanluar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus padatingkat pendidikan dasar dan menengah. Pasal (1) satuan pendidikan khusus,seperti SekolahLuar Biasa (SLB), dan dapat pula dalam bentuk (2) pendidikan Inklusif.

    Di Indonesia bentuk satuan pendidikan khusus bagi ABK yang berupa SLB telah lamadikenal, sedankan bentuk layanan pendidikan melalui pendidikan Inklusif, merupakan hal

    baru. Meskipun di Indonesia telah cukup lama memperkenalkan model pendidikan terpadu,namun istilah pendidikan inklusif baru berkembang sejak tahun 2000 an. Konsep pendidikaninklusif dikembangkan di Indonesia sejalan dengan kecenderungan dunia tentang arah kedepan perkembangan layanan pendidikan bagi semua hak (education for all). Karena itumaka sosialisasi ke berbagai stake holders tentang konsep pendidikan inklusif wajibdigalakkan agar Indonesia dapat mengikuti perkembangan dunia di bidang pendidikan.

    Suhardi (2008: 1)Suhardi mengutip Sapn-Shevin dalam ONeil (2008: 1) bahwa pendidikan inklusif adalah sisitem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak kebutuhan khusus belajar disekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya (Sapon-Shevindalam ONeil, 1994). Sekolah inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid dikelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang,tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dandukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil (Stainback, 1980).Dalam ensiklopedi online Wikipedia disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikaninklusi yaitu pendidikan yang memasukkan peserta didik berkebutuhan khusus untuk

    bersama-sama dengan peserta didik normal lainnya. Pendidikan inklusif adalah mengenai hak

    yang sama yang dimiliki setiap anak. Pendidikan inklusif merupakan suatu proses untuk menghilangkan penghalang yang memisahkan peserta didik berkebutuhan khusus dari peserta

    http://tp11021.blogspot.com/2012/06/artikel-spn.htmlhttp://tp11021.blogspot.com/2012/06/artikel-spn.htmlhttp://tp11021.blogspot.com/2012/06/artikel-spn.htmlhttp://www.blogger.com/comment.g?blogID=3425924534353692733&postID=4889772162466733814http://www.denioioi.blogspot.com/http://tp11021.blogspot.com/2012/06/artikel-spn.htmlhttp://tp11021.blogspot.com/2012/06/artikel-spn.htmlhttp://tp11021.blogspot.com/2012/06/artikel-spn.htmlhttp://www.blogger.com/comment.g?blogID=3425924534353692733&postID=4889772162466733814http://www.denioioi.blogspot.com/
  • 7/30/2019 Artikel Pendidikan Inklusif

    2/5

    didik normal agar mereka dapat belajar dan bekerja sama secara efektif dalam satu sekolah.Fuadi, Kamal(dalam www.fuadinotkamal.wordpress.com , 2011)

    Pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas secara umum menyatakan hal yangsama mengenai pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif berarti pendidikan yang dirancangdan disesuaikan dengan kebutuhan semua peserta didik, baik peserta didik yang normal

    maupun peserta didik berkebutuhan khusus. Masing-masing dari mereka memperolehlayanan pendidikan yang sama tanpa dibeda-bedakan satu sama lain. Fuadi,Kamal(dalam www.fuadinotkamal.wordpress.com , 2011)

    Mereka yang berkebutuhan khusus ini dulunya adalah anak-anak yang diberikan label(labelling ) sebagai Anak Luar Biasa (ALB). Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakanistilah lain untuk menggantikan istilah Anak Luar Biasa (ALB) yang menandakan adanyakelainan khusus. Istilah lain yang juga biasa dipakai untuk menandai anak yang lain dariyang lain ini yaitu hendaya ( impairment ), disability dan handica. Fuadi, Kamal(dalam www.fuadinotkamal.wordpress.com , 2011)

    Pendidikan inklusif di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan: memberikankesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak (termasuk anak kebutuhan khusus)mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya, membantu mempercepat

    program wajib belajar pendidikan dasar, membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar danmenengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah, menciptakan sistem

    pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran, memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 khusunya pasal 32 ayat 1 yang berbunyi setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat 2 yang berbunyisetiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.Suhardi (2008: 8)

    Suhardi (2008: 9-11) menyatakan bahwa landasan yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia yaitu landasan filosofis, landasan yuridis,dan landasan empiris. Secara terperinci, landasan-landasan tersebut dijelaskan sebagai

    berikut:Landasan Filosofis bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan lambang

    negara Burung Garuda yang berarti Bhinneka Tunggal Ika. Keragaman dalam etnik, dialek,adat istiadat, keyakinan, tradisi dan budaya merupakan kekayaan bangsa yang tetapmenjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI). Pandangan Agama (khususnya Islam) antara lain ditegaskan bahwa: (a) manusiadiciptakan berbeda-beda untuk saling silaturahmi (inklusif) dan bahwa kemuliaan manusia disisi Allah adalah ketaqwaannya. Pandangan universal hak asasi manusia menyatakan bahwasetiap manusia mempunyai hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak kesehatan, dan hak

    pekerjaan.

    Landasan Yuridis, yang secara yuridis, pendidikan inklusif dilaksanakan berdasarkanatas: UUD 1945, UU Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat, UU Nomor 39 Tahun1999 Tentang Hak Asasi Manusia, UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah

    Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, serta Surat Edaran DirjenDikdasmen No. 380/C.C6/MN/2003 Tanggal 20 Januari 2003 Perihal Pendidikan Inklusif:Menyelenggarakan dan mengembangkan di setiap Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya 4(empat) sekolah yang terdiri dari SD, SMP, SMA, dan SMK.

    Landasan Empiris yang dipakai dalam pelaksanaan pendidikan inklusif yaitu: DeklarasiHak Asasi Manusia 1948 ( Declaration of Human Rights ), Konvensi Hak Anak 1989(Convention of The Rights of Children ), Konferensi Dunia Tentang Pendidikan untuk Semua

    1990 ( World Conference on Education for All ), Resolusi PBB nomor 48/96 Tahun 1993Tentang Persamaan Kesempatan Bagi Orang Berkelainan ( the standard rules on the

    http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/
  • 7/30/2019 Artikel Pendidikan Inklusif

    3/5

    equalization of opportunitites for person with dissabilities ), Pernyataan Salamanca TentangPendidikan Inklusi 1994 ( Salamanca Statement on Inclusive Education ), Komitmen Dakar mengenai Pendidikan Untuk Semua 2000 ( The Dakar Commitment on Education for All )

    Pelaksanaan pembelajaran dalam kelas inklusif sama dengan pelaksanaan pembelajaran dalam kelas reguler. Namun jika diperlukan, anak berkebutuhan khusus

    membutuhkan perlakuan tersendiri yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan anak berkebutuhan khususdiperlukan proses skrining atau assesment yang bertujuan agar pada saat pembelajaran dikelas, bentuk intervensi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus merupakan bentuk intervensi pembelajaran yang sesuai bagi mereka. Assesment yang dimaksud yaitu proseskegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik dalam segi

    perkembangan kognitif dan perkembangan sosial melalui pengamatan yang sensitif . Fuadi,Kamal (dalam www.fuadinotkamal.wordpress.com , 2011)

    Seorang pendidik hendaknya mengetahui program pembelajaran yang sesuai bagianak berkebutuhan khusus. Pola pembelajaran yang harus disesuaikan dengan anak

    berkebutuhan khusus biasa disebut dengan Individualized Education Program (IEP) atauProgram Pembelajaran Individual (PPI). Perbedaan karakteristik yang dimiliki anak

    berkebutuhan khusus membuat pendidikan harus memiliki kemampuan khusus. Fuadi, Kamal(dalam www.fuadinotkamal.wordpress.com , 2011)

    Sebelumnya Program Pembelajaran Individual dijalankan oleh pendidik, terlebihdahulu, pendidik harus melakukan identifikasi terhadap kondisi dan kebutuhan anak

    berkebutuhan khusus agar diperoleh informasi yang akurat mengenai kebutuhan pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Program Pembelajaran Individual tersebutsebenarnya tidak mutlak diperlukan bagi anak berkebutuhan khusus dalam pembelajaranmodel inklusif di kelas reguler. Pada praktiknya ada beberapa anak berkebutuhan khususyang tidak memerlukan Program Pembelajaran Individual. Mereka dapat belajar bersamadengan anak reguler dengan program yang sama tanpa perlu dibedakan. Fuadi, Kamal(dalam www.fuadinotkamal.wordpress.com , 2011)

    Suhardi (2008: 13) menyatakan bahwa Kriteria Calon Sekolah PenyelenggaraPendidikan Inklusif yaitu kesiapan sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikaninklusif (kepala sekolah, komite sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua), terdapat anak

    berkebutuhan khusus di linngkungan sekolah, tersedia guru khusus/PLB (guru tetap sekolahatau guru yang diperbantukan dari lembaga ini), komitmen terhadap penuntasan wajib

    belajar, memiliki jaringan kerjasama dengan lembaga lain yang relevan, tersedia sarana penunjang yang mudah di akses oleh semua anak, pihak sekolah telah memperoleh sosialisasitentang pendidikan inklusif, serta sekolah tersebut telah terakreditasi.

    Meskipun pendidikan inklusif telah diakui di seluruh dunia sebagai salah satu upaya

    mempercepat pemenuhan hak pendidikan bagi setiap anak, namum pendidikan inklusif mengalami kemajuan yang berbeda-beda di setiap negara. Salah satunya adalah dengan caramemahami secara kritis tentang pro dan kontra pendidikan inklusif. Suhardi (2008: 5)

    Pro dari pendidikan inklusif tersebut diantaranya: belum ada bukti empirik yang kuat bahwa SLB merupakan satu-satunya sistem terbaik untuk pendidikan anak berkebutuhankhusus, biaya penyelenggaraan SLB jauh lebih mahal di banding dengan sekolah regular,

    banyak anak berkebutuhan khusus yang tinggal di daerah-daerah tidak dapat bersekolah diSLB karena jauh dan/atau biaya yang tidak terjangkau, SLB merupakan sekolah yangmemisahkan anak dari kehidupan sosial yang nyata. Sedangkan inklusif lebih menyatukananak dengan kehidupan nyata, banyak bukti di sekolah reguler terdapat anak kebutuhankhusus yang tidak mendapatkan layanan yang sesuai, penyelenggaraan SLB berimplikasi

    adanya labelisasi wanak cacat yang dapat menimbulkan stigma sepanjang hayat. Orangtua

    http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/http://www.fuadinotkamal.wordpress.com/
  • 7/30/2019 Artikel Pendidikan Inklusif

    4/5

    tidak mau ke SLB, serta melalaui pendidikan inklusif akan terjadi proses edukasi kepadamasyarakat agar menghargai adanya perbedaan. Suhardi (2008: 5)

    Sedangkan kontra dari pendidikan inklusif tersebut adalah sebagai berikut: peraturan perundangan memberikan kesempatan pendidikan inklusif bagi anak kebutuhan khusus, hasil penelitian masih menghendaki berbagai alternatif pendidikan bagi anak kebutuhan khusus,

    banyak orang tua yang anaknya tidak ingin bersekolah di sekolah reguler, banyak sekolahreguler yang belum siap menyelenggarakan pendidikan inklusif karena menyangkut sumber daya yang terbatas, dan sekolah khusus/SLB dianggap lebih efektif karena diikuti anak yangsejenis. Suhardi (2008: 6)

    Suhardi (2008: 5) menyatakan bahwa sekolah reguler yang merupakan program pendidikan inklusif akan berimplikasi secara manajerial di sekolah tersebut. Diantaranyaadalalah: sekolah reguler menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerimakeanekaragaman dan menghargai perbedaan, sekolah reguler harus siap mengelola kelas yangheterogen dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual, guru dikelas reguler harus menerapkan pembelajaran yang interaktif, guru pada sekolah inklusif dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan,

    pelaksanaan, dan evaluasi, serta guru pada sekolah inklusif dituntut melibatkan orangtuasecara bermakna dalam proses pendidikan.

    Jadi kesimpulannya adalah pendidikan inklusif yaitu pendidikan yang memasukkan peserta didik berkebutuhan khusus untuk bersama-sama dengan peserta didik normal lainnya.Pendidikan inklusif adalah mengenai hak yang sama yang dimiliki setiap anak. Pendidikaninklusif merupakan suatu proses untuk menghilangkan penghalang yang memisahkan pesertadidik berkebutuhan khusus dari peserta didik normal agar mereka dapat belajar dan bekerjasama secara efektif dalam satu sekolah.

    Konsep pendidikan inklusif dikembangkan di Indonesia sejalan dengankecenderungan dunia tentang arah ke depan perkembangan layanan pendidikan bagi semuahak (education for all). Karena itu maka sosialisasi ke berbagai stake holders tentang konsep

    pendidikan inklusif wajib digalakkan agar Indonesia dapat mengikuti perkembangan dunia di bidang pendidikan. Disamping itu pendidikan inklusif juga memberikan kesempatan yangseluas-luasnya kepada semua anak (termasuk anak kebutuhan khusus) mendapatkan

    pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya.Pelaksanaan pembelajaran dalam kelas inklusif sama dengan pelaksanaan

    pembelajaran dalam kelas reguler. Namun jika diperlukan, anak berkebutuhan khususmembutuhkan perlakuan tersendiri yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak

    berkebutuhan khusus. Untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan anak berkebutuhan khususdiperlukan proses skrining atau assesment yang bertujuan agar pada saat pembelajaran dikelas, bentuk intervensi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus merupakan bentuk

    intervensi pembelajaran yang sesuai bagi mereka.Pendidik harus melakukan identifikasi terhadap kondisi dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus agar diperoleh informasi yang akurat mengenai kebutuhan pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Program Pembelajaran Individual tersebutsebenarnya tidak mutlak diperlukan bagi anak berkebutuhan khusus dalam pembelajaranmodel inklusif di kelas reguler. Pada praktiknya ada beberapa anak berkebutuhan khususyang tidak memerlukan Program Pembelajaran Individual. Mereka dapat belajar bersamadengan anak reguler dengan program yang sama tanpa perlu dibedakan.

    Daftar PustakaSuhardi. 2008. Bimbingan Kemampuan dan Ketrampilan Kepala/Guru TK dalam Seni Lukis.Jawa Tengah: Dinas Pendidikan da KebudayaanFuadi, Kamal. (2011): Pendidikan Inklusif. 14 Januari 2012.

    (http://fuadinotkamal.wordpress.com/2011/04/12/pendidikan-inklusif/ )

    http://fuadinotkamal.wordpress.com/2011/04/12/pendidikan-inklusif/http://fuadinotkamal.wordpress.com/2011/04/12/pendidikan-inklusif/http://fuadinotkamal.wordpress.com/2011/04/12/pendidikan-inklusif/
  • 7/30/2019 Artikel Pendidikan Inklusif

    5/5

    Setaiawan, Deni. (2009): Pengertian Mengenai Pendidikan. 21 Desember 2011.

    (http://denioioi.blogspot.com/2009/12/pengertian-mengenai-pendidikan.html )

    http://denioioi.blogspot.com/2009/12/pengertian-mengenai-pendidikan.htmlhttp://denioioi.blogspot.com/2009/12/pengertian-mengenai-pendidikan.htmlhttp://denioioi.blogspot.com/2009/12/pengertian-mengenai-pendidikan.htmlhttp://denioioi.blogspot.com/2009/12/pengertian-mengenai-pendidikan.html