IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA...

287

Click here to load reader

Transcript of IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA...

Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

INKLUSIF DI KOTA BEKASI

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Admninistrasi Negara

Disusun oleh :

Nadia Nurul Kodariah

NIM 6661132716

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG 2017

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

O

Fainna ma'a al'usri yusran. Inna ma'a al'usri yusran

Artinya:

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan

itu ada kemudahan. (Q.S. Al-Insyirah ayat 5-6)

Sebagai bentuk terima kasih, skripsi ini dipersembahkan untuk mamahku tercinta serta keluarga yang senantiasa selalu mendukung

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

ABSTRAK

Nadia Nurul Kodariah. 6661132716. Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif

di Kota Bekasi. Program studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Dr. Agus

Sjafari, M.Si., dan Pembimbing II: Gandung Ismanto, M.M.

Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai resiko untuk kecacatan. Akan

tetapi, pemerintah sendiri belum memberikan perhatian sepenuhnya kepada mereka. Hal

ini dapat dilihat dari hak-hak penyandang disabilitas yang seharusnya terpenuhi tetapi

terabaikan oleh pemerintah. Saat ini keberadaan penyandang disabilitas masih dianggap

sebelah mata, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Pada wilayah Kota Bekasi

sendiri penyandang disabilitas pun seringkali dilewatkan dalam pembangunan kota

terutama pada aspek pendidikan, dalam hal ini pendidikan inklusif. Fakta yang peneliti

temukan di Kota Bekasi yaitu standarisasi sarana dan prasarana dalam pengelolaan dan

pembukaan pendidikan inklusif di sekolah reguler, keterbatasan aksesibilitas bagi anak

berkebutuhan khusus (ABK) dalam mendapatkan pendidikan, rendahnya pemahaman

dari tenaga pendidik di sekolah reguler mengenai anak berkebutuhan khusus (ABK) dan

sistem pendidikan inklusif, tidak adanya keberadaan guru pendamping khusus (GPK)

dengan lulusan Pendidikan Luar Biasa yang terdapat di sekolah inklusif, serta kurang

tertibnya administrasi pendataan dari dinas terkait mengenai pendidikan inklusif.

Penelitian ini mengkaji tentang “Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kota

Bekasi”. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi, serta faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi. Teori

yang digunakan yaitu konsep implementasi Mazmanian dan Sabatier dalam Subarsono

(2011:94). Teknik analisis data yang digunakan model Irawan Prasetya. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kota

Bekasi belum dilaksanakan secara optimal karena masih terdapat banyaknya hambatan

dan kendala, baik pada sekolah inklusif maupun pemerintah Kota Bekasi. Oleh karena

itu diperlukan usaha yang maksimal dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif

dengan kerjasama dan koordinasi yang baik antar berbagai institusi dan lembaga

pelaksana kebijakan.

Kata kunci: Implementasi Kebijakan, Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

ABSTRACT

Nadia Nurul Kodariah. 6661132716. Implementation of Inclusive Education Policy in

Bekasi City. State Administration Science Study Program. Faculty of Social Science and

Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisor I: Dr. Agus Sjafari,

M.Si., and Advisor II: Gandung Ismanto, M.M.

Indonesia is a country with various risks for disability. However, the government itself

has not paid full attention to them. This can be seen from the rights of persons with

disabilities that should be fulfilled but neglected by the government. Currently the

existence of persons with disabilities is still considered one eye, both by the government

and society. In the area of Kota Bekasi itself, people with disabilities are often

overlooked in urban development especially on education aspect, in this case inclusive

education. Facts that researchers find in Bekasi City is the standardization of facilities

and infrastructure in the management and opening of inclusive education in regular

schools, accessibility limitations for children with special needs (ABK) in getting

education, low understanding of educators in regular schools about children with

special needs (ABK) And inclusive education systems, the absence of special escort

teachers (GPK) with graduates of Special Education in inclusive schools, and the lack

of proper administration of data collection from related agencies on inclusive

education. This study examines the "Implementation of Inclusive Education Policy in

Bekasi City". This research was conducted to describe and analyze the implementation

of inclusive education policy in Kota Bekasi, and what factors influence the

implementation of inclusive education policy in Bekasi City. The theory used is the

concept of Mazmanian and Sabatier implementation in Subarsono (2011: 94). Data

analysis technique used Irawan Prasetya model. The results of this study indicate that

Implementation of Inclusive Education Policy in Bekasi City has not been implemented

optimally because there are still many obstacles and obstacles, both in inclusive school

and Bekasi city government. Therefore, maximal effort is needed in providing inclusive

education with good cooperation and coordination among various institutions and

implementing agency of policy.

Keywords: Policy Implementation, Inclusive Education in Bekasi City

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan nikmat, rahmat dan inayah-Nya kepada peneliti untuk dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul berjudul “IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BEKASI”. Skripsi ini disusun

dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu Sosial pada

konsentrasi kebijakan publik program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Doa yang tiada henti dan jerih payah dari ibunda yang tulus, ikhlas dan tidak

pantang menyerah dalam memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti .

Sehubungan dengan hal itu maka peneliti juga menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus selaku Pembimbing I

yang selalu mengarahkan, memberikan masukan dan kritikan yang

membangun, memberikan semangat, dan motivasi kepada peneliti.

3. Ibu Rahmawati, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

4 . Bapak Iman Mukhroman, M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5 . Bapak Kandung Ismanto, M.Si Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6 . Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

7 . Bapak Gandung Ismanto., S.Sos., M.M., Dosen Pembimbing Akademik

Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan banyak

arahan dan masukan dalam penelitian ini sekaligus selaku Pembimbing II

yang juga selalu memberikan pengarahan, saran serta kritikan kepada penelitian

skripsi ini.

8. Terimakasih kepada Mamah ku tercinta yang selalu mendoakan dan

memberikan semangat.

9. Terimakasih kepada Bapak Didi Ruchdiana atau yang biasa dipanggil FF

yang selalu memberikan dukungan, semangat serta selalu menemani

peneliti dalam melakukan wawancara.

10. Terima kasih kepada teman-teman seperjuanganku yang kami namakan

grup Skripsweet yaitu Nindya Noprianti Putri, Fita Fitriyah, Dyah Pratiwi,

dan Rima Herdiyana.

11. Terima kasih juga untuk teman-teman kost-an 39B Pondok Indah Estate

yang selalu menyemangatiku dan selalu menghiburkan dalam mengerjakan

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Skripsi ini, yaitu Silvia Nur Hidayati, Galih Eka Ariska, Puri Ventika

Malau, Sekar Andini, Mutia Rizky Septiani, Trisnawati Inas, Sintia

Mutiarani, Dede Miladia, Puspita Sari, dan Meydiana Rosha.

12. Terima kasih kepada Terima kasih kepada seluruh informan yang

telah bersedia untuk diwawancara dan telah memberikan informasi

serta data-data yang dibutuhkan peneliti sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian ini.

13. Terima kasih kepada teman-teman seangkatan Administrasi Negara Untirta

2013.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna sempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi peneliti.

Serang, Juni 2017

Peneliti

Nadia Nurul Kodariah

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................... iii

KATA PENGANTAR .......................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 20

1.3 Batasan Masalah ............................................................................... 21

1.4 Rumusan Masalah ............................................................................. 21

1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 21

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................ 22

1.6.1 Manfaat Praktis .............................................................................. 22

1.6.2 Manfaat Teoritis ............................................................................ 22

1.7 Sistematika Penulisan ....................................................................... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 25

2.1.1 Deskripsi Teori Kebijakan Publik ................................................. 26

2.1.2 Tahapan-Tahapan dalam Pembentukan Kebijakan Publik ............ 28

2.1.3 Ciri dan Jenis Kebijakan Publik .................................................... 29

2.1.4 Proses Kebijakan Publik ................................................................ 31

2.2 Konsep Analisis Kebijakan Publik ................................................... 33

2.2.1 Teori Analisis Kebijakan Publik .................................................... 33

2.2.2 Pendekatan Analisis Kebijakan ..................................................... 34

2.2.3. Sistem Kebijakan .......................................................................... 34

2.2.4 Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan ................................................ 36

2.2.5 Metodologi dan Prosedur Analisis Kebijakan ............................... 38

2.3 Konsep Implementasi Kebijakan Publik ......................................... 39

Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2.3.1 Teori Implementasi Kebijakan ...................................................... 39

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Publik ...................................................................................................... 40

2.3.3 Model-model Implementasi Kebijakan Publik .............................. 41

2.4 Policy Evaluation (Evaluasi Kebijakan) ........................................... 46

2.4.1 Konsep Evaluasi Kebijakan Publik ............................................... 46

2.4.2 Model Evaluasi Kebijakan Publik ................................................. 47

2.4.3 Sifat Evaluasi Kebijakan Publik .................................................... 48

2.4.4 Fungsi Evaluasi .............................................................................. 49

2.5. Konsep Pendidikan .......................................................................... 49

2.6. Konsep Kebijakan Pendidikan ......................................................... 51

2.7. Tinjauan umum tentang Pendidikan inklusif dan Pendidikan khusus

............................................................................................................ 53

2.7.1 Pengertian Pendidikan inklusif ...................................................... 53

2.7.2 Hakikat dan Tujuan Pendidikan Inklusif ....................................... 53

2.7.3 Landasan Pendidikan Inklusif ....................................................... 54

2.7.4 Proses Pembelajaran Pendidikan Inklusif ...................................... 56

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2.7.5 Deskripsi Teori Pendidikan Khusus .............................................. 57

2.7.6 Fungsi Pendidikan Kebutuhan Khusus .......................................... 58

2.7.7 Pendidikan Khusus dan Sekolah Inklusif ...................................... 59

2.8. Kebijakan dan Program Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif

............................................................................................................ 60

2.9. Penyandang Disabilitas .................................................................... 69

2.9.1 Deskripsi Teori Penyandang Disabilitas ........................................ 69

2.9.2 Jenis Penyandang Disabilitas ......................................................... 71

2.9.3 Hak Penyandang Disabilitas .......................................................... 73

2.10. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 76

2.11. Kerangka Berpikir ......................................................................... 80

2.12. Asumsi Dasar ................................................................................. 84

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ....................................................................... 85

3.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 86

3.3 Fokus Penelitian ............................................................................... 87

3.4 Lokasi Penelitian .............................................................................. 87

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

3.5 Variabel Penelitian............................................................................ 88

3.5.1 Definisi Konseptual ....................................................................... 88

3.5.2 Definisi Operasional ...................................................................... 89

3.6 Instrumen Penelitian ........................................................................ 90

3.7 Informan Penelitian .......................................................................... 92

3.8 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 94

3.9 Teknik Analisis Data ........................................................................ 97

3.10. Uji Keabsahan Data ....................................................................... 99

3.11. Agenda Penelitian .......................................................................... 100

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskrpsi Objek Penelitian ................................................................ 102

4.1.1 Gambaran Umum Kota Bekasi ...................................................... 102

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pendidikan Kota Bekasi......................... 112

4.2 Deskripsi Data .................................................................................. 118

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 118

4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian ....................................................... 121

4.2.3 Model Analisis Data ...................................................................... 124

4.3 Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi .......... 126

Page 17: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

4.3.1 Karakteristik Masalah .................................................................... 128

4.3.2 Karakteristik Kebijakan ................................................................. 162

4.3.3 Variabel Lingkungan ..................................................................... 182

4.4 Pembahasan ...................................................................................... 186

4.4.1 Karakteristik Masalah .................................................................... 187

4.4.2 Karakteristik Kebijakan ................................................................. 194

4.4.3 Variabel Lingkungan ..................................................................... 198

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 204

5.2 Saran ................................................................................................. 206

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 18: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penyandang Disabilitas yang ada di wilayah Kota Bekasi .......... 3

Tabel 3.1 Daftar Informan Penelitian..................................................................... 93

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ............................................................................. 95

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian.................................................................................. 101

Tabel 4.1 Daftar luas dan kelurahan berdasarkan kecamatan di wilayah Kota

Bekasi ................................................................................................................... 108

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk menurut kecamatan tahun 2011-2015 .................... 111

Tabel 4.3 Daftar spesifikasi informan penelitian ................................................. 122

Tabel 4.4 Daftar sekolah penerima peserta didik difabel di Kota Bekasi ............ 128

Tabel 4.5 Persentase ABK pada sekolah inklusif ................................................ 144

Tabel 4.6 Daftar Jumlah Guru di Kota Bekasi ..................................................... 156

Tabel 4.7 Matriks Pembahasan ............................................................................ 200

Page 19: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Tiga Elemen Sistem Kebijakan .......................................................... 35

Gambar 3.2 Model Implementasi Grindle ............................................................. 38

Gambar 3.3 Model Kesesuaian Implementasi Kebijakan ...................................... 42

Gambar 4.1 Peta Administratif Kota Bekasi ....................................................... 106

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Bekasi ......................... 111

Gambar 4.3 Ruang kelas SMP IT YPI 45 Bekasi ................................................ 132

Gambar 4.4 Ruang kelas SDN Kalibaru IV ......................................................... 133

Page 20: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Foto

Lampiran 2 Member Check

Lampiran 3 Surat Pernyataan

Lampiran 4 Surat Ijin Mencari Data

Lampiran 5 Surat keterangan dari sekolah

Lampiran 6 Surat Data Sekolah Penerima Difabel

Lampiran 7 Data jumlah penyandang disabilitas di Kota Bekasi

Page 21: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penyandang disabilitas yang dalam percakapan sehari-hari disebut

sebagai orang cacat, sering dianggap sebagai warga masyarakat yang tidak

produktif, tidak mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sehingga

hak-haknya pun diabaikan. Indonesia merupakan negara yang memiliki

berbagai resiko untuk kecacatan. Akan tetapi, pemerintah sendiri belum

memberikan perhatian sepenuhnya kepada mereka. Hal ini dapat dilihat dari

hak-hak penyandang disabilitas yang seharusnya terpenuhi, tetapi terabaikan

oleh pemerintah.

Saat ini keberadaan penyandang disabilitas masih dianggap sebelah

mata, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Keberadaan mereka seakan

dianggap sebagai orang cacat yang tidak berguna dan tidak bisa hidup seperti

layaknya orang normal yang lain. Kurangnya pemahaman masyarakat

maupun aparatur pemerintah yang terkait tentang arti disabilitas dan

keberadaan penyandang disabilitas sebagai bagian dari warga negara

menyebabkan penyandang disabilitas tidak mendapat hak dan kesempatan

yang sama seperti warga masyarakat lainnya. Penyandang disabilitas

disamakan dengan orang sakit, tidak berdaya sehingga tidak perlu diberikan

Page 22: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

pendidikan dan pekerjaan, mereka cukup dikasihani dan diasuh untuk

keberlangsungan hidupnya.

Oleh karena itu, secara eksplisit Indonesia memiliki Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang memberikan

landasan hukum secara tegas untuk menjamin kelangsungan hidup setiap

warga negara, termasuk para penyandang disabilitas yang mempunyai

kedudukan hukum dan memiliki hak asasi manusia yang sama sebagai warga

negara Indonesia dan sebagai bagain yang tidak terpisahkan dari masyarakat

sebagai warga negara Indonesia.

Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang

sama dengan warga negara non disabilitas. Penyandang disabilitas memiliki

hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Selain itu, hak untuk

hidup berkaitan dengan isu-isu mengenai hak asasi manusia bahwa manusia

sebagai warga negara yang memiliki hak sipil, hak politik, hak ekonomi,

sosial dan budaya.

Sebagai bagian dari warga negara Indonesia, sudah sepantasnya

penyandang disabilitas mendapatkan perlakuan khusus yang dimaksudkan

sebagai upaya perlindungan dari kerentanan terhadap berbagai tindakan

diskriminasi terutama perlindungan dari berbagai pelanggaran hak asasi

manusia. Perlakuan khusus tersebut dipandang sebagai upaya maksimalisasi

penghormatan, pemajuan, perlidungan, dan pemenuhan hak asasi manusia

secara universal.

Page 23: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Penyandang disabilitas menghadapi kesulitan yang lebih besar

dibandingkan masyarakat non disabilitas dikarenakan hambatan dalam

mengakses layanan umum seperti, akses dalam layanan pendidikan,

kesehatan, maupun dalam hal ketenagakerjaan. Kecacatan seharusnya tidak

menjadi halangan bagi penyandang disabilitas untuk memperoleh hak hidup

dan hak mempertahankan hidupnya.

Fakta bahwa para penyandang disabilitas masih dianggap sebelah

mata berbanding lurus dengan fakta yang ada di Kota Bekasi. Kebijakan

pemerintah Kota Bekasi masih terhambat dalam implementasinya. Faktor-

faktor yang menyebabkan terhambatnya implementasi kebijakan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi yaitu hubungan antar organisasi yang belum terjalin

dengan baik, sumber daya organisasi yang kurang dan belum memahami

dengan baik, kondisi lingkungan yang kurang memadai dan mendukung

implementasi serta kinerja dari aparatur pemerintah yang kurang maksimal.

Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan jumlah penyandang

disabilitas yang ada di wilayah Kota Bekasi.

Tabel 1.1

Jumlah Penyandang Disabilitas

Sumber : Dinas Sosial Kota Bekasi

No. Tahun Jumlah

1. 2013 1.771

2. 2014 1.125

3. 2015 1.607

Page 24: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Berdasarkan data pada tabel 1.1 terlihat bahwa jumlah penyandang

disabilitas dari tahun 2013 hingga 2015 mengalami penurunan yang cukup

signifikan setiap tahunnya. Namun, fakta yang peneliti temukan adalah

Pemerintah Kota Bekasi sendiri kurang bertanggung jawab penuh atas

kesejahteraan dari para penyandang disabilitas.

Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman

Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan di Kota Bekasi dalam

pasal 9 dinyatakan bahwa salah satu program yang secara langsung ditujukan

oleh masyarakat berupa subsidi, penyediaan pembiayaan untuk proyek-

proyek pengembangan masyarakat, penyelenggaraan fasilitas umum atau

bantuan modal usaha skala mikro atau kecil, bantuan sosial berupa bantuan

dalam bentuk uang, barang maupun jasa pada panti-panti sosial/jompo, para

korban bencana dan para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS),

dan perlindungan sosial berupa pemberian kesempatan kerja bagi para atlet

nasional atau daerah yang sudah purna bakti dan bagi penyandang disabilitas

yang mempunyai kemampuan khusus. Pasal 10 ayat 2 dinyatakan bahwa

pemerintah wajib memulihkan PMKS dalam hal ini juga termasuk

penyandang disabilitas agar mereka dapat menjalankan fungsi sosialnya.

Pemerintah perlu bertanggung jawab secara penuh terhadap para

penyandang disabilitas agar mereka dapat hidup sejahtera dan mandiri.

Tanggungjawab ini diwujudkan dengan bantuan yang diberikan pemerintah

sesuai dengan kebutuhan dari penyandang disabilitas dan bersifat jangka

panjang atau berkelanjutan sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal.

Page 25: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Akan tetapi, kinerja Pemerintah Kota Bekasi selama ini dalam

melakukan tanggungjawabnya kepada penyandang disabilitas dirasa belum

maksimal. Bantuan yang diberikan pemerintah belum mencakup segala

aspek. Dinas Sosial sendiri paling banyak memberikan bantuan berupa

pelatihan-pelatihan khusus bagi penyandang disabilitas sekaligus

memberikan alat yang menunjang untuk mempraktekannya dan pemberian

alat bantu khusus seperti kursi roda, kaki palsu, alat bantu dengar, dan

sebagainya.

Usaha yang dilakukan pemerintah sudah cukup membantu dan

memperhatikan penyandang disabilitas, akan tetapi usaha tersebut belum

bersifat jangka panjang dan berkelanjutan. Selayaknya pemerintah

memberikan program kelanjutan dari pelatihan-pelatihan yang diberikan

tersebut seperti kiat-kiat untuk berwirausaha, membantu mencari tempat

usaha bagi kelompok disabilitas dan memastikan bahwa usaha tersebut

berjalan dengan baik. Sehingga tidak hanya bertujuan untuk menciptakan

kesejahteraan dan kemandirian para penyandang disabilitas, tetapi juga

terbuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan menambah pendapatan

daerah Kota Bekasi.

Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Bangunan Gedung dalam pasal 57 yang menyatakan bahwa “setiap bangunan

umum harus memiliki kelengkapan sarana dan prasarana bangunan yang

memadai sesuai standar teknis yang berlaku. Salah satunya meliputi fasilitas

bagi anak-anak, penyandang cacat dan lanjut usia.” Kemudian pasal 39

Page 26: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dinyatakan bahwa “setiap bangunan gedung kecuali rumah tinggal tunggal

dan rumah deret sederhana harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas

untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut

usia, masuk dan keluar bangunan gedung serta beraktivitas dalam bangunan

gedung secara mudah, aman, nyaman dan mandiri.

Mayoritas penyandang disabilitas mengalami kesulitan menjalani

kehidupan keseharian nya karena keterbatasan fasilitas publik transportasi

dan informasi yang tidak dirancang sesuai dengan kebutuhannya. Hak asasi

manusia masih menjadi masalah dalam implementasinya. Pelanggaran

terhadap hak asasi manusia sering sekali dirasakan oleh penyandang

disabilitas. Kebebasan yang dirasakan oleh penyandang disabilitas masih saja

belum memberikan ruang sepenuhnya. Dalam potret sosial, penyandang

disabilitas masih dianggap sebelah mata. Terutama berkenaan dengan

masalah pelayanan publik. Hal ini bisa dilihat dari beberapa fasilitas umum.

Contohnya toilet yang belum disediakan untuk orang yang berkebutuhan

khusus, tranportasi umum yang seharusnya memiliki sebuah ruang kosong

yang diperuntukkan bagi para penyandang disabilitas, tangga landai yang

dapat membantu para penyandang disabilitas, jembatan penyebrangan bagi

penyandang disabilitas dan fasilitas lainnya.

Pada tataran yuridis formal, langkah awal untuk pemenuhan hak asasi

penyandang disabilitas harus dimulai dari adanya peraturan daerah yang

menjamin pemenuhan hak asasi penyandang disabilitas. Pembuatan peraturan

Page 27: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

daerah menjadi strategis dan penting karena faktor kekhususan daerah dan

penjabaran perundang-undangan yang lebih tinggi.

Berdasarkan pasal 41 ayat 2 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia dalam pasal 5 ayat 3 menyatakan bahwa setiap

orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh

perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya namun

dalam prakteknya regulasi kepada mayoritas lebih banyak daripada kelompok

minoritas. Kelompok minoritas ini identik dengan masyarakat lemah yang

memiliki banyak keterbatasan salah satunya adalah penyandang disabilitas.

Dengan demikian, pemerintah daerah wajib memiliki peraturan daerah

yang mencakup pemenuhan hak-hak dari penyandang disabilitas agar layanan

publik bisa lebih inklusif memberikan ruang pubblik kepada kelompok rentan

seperti penyandang disabilitas karena kondisi yang terjadi saat ini pelayanan

publik untuk penyandang disabbilitas belum inklusif dan masih diwarnai

dengan sikap diskriminasi.

Tidak adanya peraturan daerah di Kota Bekasi yang secara khusus

membahas tentang penyandang disabilitas, hal ini membuat tidak adanya

acuan dan pedoman bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan pelayanan

dan memenuhi hak-hak penyandang disabilitas dirasa perlu adanya payung

hukum (peraturan daerah) sebagai upaya perlindungan terhadap penyandang

disabilitas dimana sampai saat ini masih banyak mengalami hambatan antara

lain karena masih rendahnya penilaian masyarakat terhadap kapasitas dan

potensinya, kurangnya partisipasi masyarakat seta sikap dan sikap dari

Page 28: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

penyandang disabilitas sendiri. Keberadaan peraturan daerah tentang penyang

disabilitas ini nantinya sangat penting mengingat sebagai upaya perlindungan

bagi penyandang disabilitas, dimana selama ini mereka seringkali tidak

menikmati kesempatan yang sama seperti masyarakat lainnya.

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman

Tanggungjawab dan Lingkungan Perusahaan di Kota Bekasi menyatakan

bahwa pelayanan sosial berupa layanan pendidikan, kesehatan, olahraga, serta

santunan pekerja sosial dan perlindungan sosial berupa pemberian

kesempatan kerja bagi para atlet nasional atau daerah yang sudah purna bakti

dan bagi penyandang cacat yang mempunyai kemampuan khusus. Maka

pemerintah wajib untuk memulihkan agar dapat melaksanakan fungsi

sosialnya.

Namun, diskriminasi masih menjadi masalah yang tidak kunjung

teratasi hingga saat ini. Diskriminasi tidak hanya dilakukan oleh masyarakat

setempat, keluarga dari penyandang disabilitas yang bersangkutan serta

pemerintah yang seyogyanya memperhatikan dan menangani mereka agar

mendapatkan hak dan kedudukan yang sama dengan masyarakat yang lain.

Penyandang disabilitas masih dianggap sebagai orang yang harus diperbaiki,

tidak dapat mandiri, dan kehadirannya dapat mengganggu orang lain.

Sebagai wilayah perkotaan yang berbatasan langsung dengan DKI

Jakarta, Kota Bekasi awalnya merupakan salah satu wilayah yang difungsikan

sebagai kota penyangga. Namun, pada perkembangannya Kota Bekasi

menjadi kota metropolitan sendiri. Peningkatan jumlah penduduk,

Page 29: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

perkembangan industri dan infrastruktur yang pesat, bisa bersaing dengan ibu

kota Jakarta.

Akan tetapi, menurut redaksi kabariindonesia.com, dalam

perkembangan dan pertumbuhan wilayah Kota Bekasi, penyandang

disabilitas seringkali dilewatkan dalam pembangunan kota. Di Kota Bekasi,

ruang-ruang publik seperti trotoar dan jembatan penyeberangan serta sarana

umum lainnya belum dirancang untuk memudahkan mereka para penyandang

disabilitas. Di Kota Bekasi juga belum banyak lembaga pendidikan yang

mengembangkan pendidikan inklusif, yaitu menyediakan fasilitas fisik dan

tenaga pendidik bagi siswa berkebutuhan khusus.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Bekasi, saat ini tercatat ada

sembilan sekolah yang menerima peserta didik difabel atau sekolah inklusif

di wilayah Kota Bekasi. Fakta tersebut sangat memprihatinkan apabila

dibandingkan dengan jumlah sekolah penerima peserta didik difabel atau

sekolah inklusif yang terdata oleh Dinas Pendidikan Kota Depok yaitu

memiliki 80 sekolah inklusif pada semua jenjang, baik itu TK, SD, SMP,

SMA dan SMK, yang kemudian 80 sekolah inklusif tersebut mengikuti

pelatihan demi menunjang pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus

(ABK) yang diadakan oleh pemerintah terkait.

Fakta yang peneliti temui di lapangan yaitu sedikitnya jumlah sekolah

inklusif di Kota Bekasi dan kurangnya perhatian dari pemerintah terkait,

menyebabkan timbulnya masalah keterbatasan aksesibilitas anak

berkebutuhan khusus (ABK) dalam mendapatkan pendidikan. Idealnya,

Page 30: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Pemerintah kabupaten/kota menunjuk paling sedikit satu sekolah dasar,dan

satu sekolah menengah pertama pada setiap kecamatan dan satu-satuan

pendidikan menengah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif sesuai

dengan yang tertera pada Permendagri No. 70 Tahun 2009 sehingga semua

anak berkebutuhan khusus (ABK) yang ada pada wilayah Kota Bekasi

mendapatkan akses pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya.

Pada tahun 2012, provinsi Jawa Barat sendiri telah mendeklarasikan

diri sebagai provinsi pendidikan Insklusif. Deklarasi tersebut ditandai dengan

pembacaan naskah deklarasi oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mizwar,

dan penandatanganan prasasti oleh Dedi Mizwar, Direktur Pendidikan

Khusus dan Pelayanan Khusus (PKLK) Kemdikbud, Mudjito dan Kepala

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Wahyudin Zarkasyi, di Gymnasium

Universitas Pendidikan Indonesia. (disdik.depok.go.id/2017)

Awal mula untuk mengupayakan kesejahteraan daan hak-hak bagi

penyandang disabilitas diwujudkan dengan penyetaraan pendidikan antara

anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan anak yang normal. Dengan adanya

pendidikan inklusif, mereka memiliki kesempatan yang sama untuk

berkembang seperti anak-anak yang lainnya. Anak berkebutuhan khusus ini

memiliki hak untuk menjalani kehidupan secara penuh dan berkontribusi

penuh dalam segala aspek. Namun untuk tumbuh dan berkembang bisa jadi

sulit bagi mereka karena dihadapkan oleh resiko yang lebih besar untuk

menjadi miskin dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang tanpa

disabilitas. Bahkan bila anak-anak memiliki ketidakberuntungan yang sama

Page 31: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

maka anak berkebutuhan khusus (ABK) menghadapi tantangan yang lebih

besar akibat keterbatasan mereka dan berbagai rintangan yang dihadirkan

oleh lingkungan sekitarnya.

Meremehkan kemampuan dari penyandang disabilitas merupakan

hambatan utama untuk inklusi mereka dan untuk kesempatan yang setara.

Sikap yang dimaksud terdapat dalam masyarakat mulai dari para profesional,

politisi, dan pembuat keputusan lainnya terhadap keluarga dan teman-teman

serta para penyandang disabilitas itu sendiri karena tidak adanya bukti bahwa

mereka itu berharga dan didukung seringkali meremehkan kemampuan

sendiri.

Sebuah lingkungan yang bisa diakses merupakan hal yang penting

bagi anak-anak penyandang disabilitas untuk dapat menikmati hak-hak

mereka untuk berpartisipasi dalam masyarakat dan mendapatkan kesempatan

mewujudkan seluruh potensi mereka. Contohnya seperti anak berkebutuhan

khusus (ABK) perlu akses pada seluruh sekolah untuk mendapatkan manfaat

yang maksimal dari pendidikan. Anak berkebutuhan khusus (ABK) yang

mendapatkan pendidikan bersama dengan rekan-rekan mereka yang

mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk menjadi anggota

masyarakat yang produktif dan menjadi terintegrasi dalam kehidupan

masyarakat.

Permendiknas Nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan inklusif bagi

peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan

atau bakat istimewa, dalam pasal satu menyatakan bahwa pendidikan inklusif

Page 32: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan

kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau

pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan

peserta didik pada umumnya. Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan inklusif

bertujuan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta

didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau

memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dan

mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman,

dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik yang memiliki memiliki

kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan

yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya.

Upaya pemerintah untuk melaksanakan pendidikan inklusif perlu

diimbangi dengan kerjasama dari berbagai pihak. Agar dalam proses

implementasinya dapat berjalan sesuai dengan isi yang tertera pada kebijakan

yang telah dibuat. Pendidikan inklusif ini diselenggarakan agar dapat

memenuhi kebutuhan dari anak berkebutuhan khusus (ABK) secara

keseluruhan dan fokus terhadap keterbatasan yang mereka miliki. Bagi siswa

yang memiliki keterbatasan mental, mereka sangat sulit untuk digabungkan

belajar satu kelas dengan siswa yang normal sebagaimana pada pendidikan

inklusif karena secara kemampuan nalar dan logikanya pun jauh berbeda

Page 33: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dengan siswa atau peserta didik yang normal. Oleh karena itu, mereka tidak

dapat dimasukkan ke dalam pendidikan atau sekolah inklusif dikarenakan

keadaan yang mereka alami. Sedangkan siswa yang memiliki keterbatasan

seperti tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dan kelainan

yang lain dapat diikutsertakan dalam pendidikan inklusif karena dibalik

keterbatasan yang mereka miliki, namun secara keseluruhan mereka normal

seperti peserta didik yang lain dalam hal nalar dan logikanya. Hanya mungkin

mereka membutuhkan guru pendamping khusus (GPK) dimana guru yang

dimaksud adalah guru yang ditugasi untuk membantu anak berkebutuhan

khusus (ABK) dalam pembelajaran di sekolah penyelenggara pendidikan

inklusif.

Mengingat pentingnya pendidikan inklusif ini setiap daerah perlu

memiliki peraturan daerah terkait penyelenggaraan pendidikan inklusif

sebagai kebijakan dari pemerintah daerah yang bersangkutan dengan

mengacu pada peraturan dari pemerintah pusat agar dalam pelaksanaannyadi

daerah tersebut memiliki acuan yang jelas sesuai dengan peraturan yang

dibuat oleh daerah.

Peraturan daerah Kota Bekasi Nomor 13 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, pasal 10 menyatakan bahwa

walikota menetapkan kebijakan untuk menjamin peserta didik memperoleh

akses pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang orang tua/walinya tidak

mampu membiayai pendidikan, peserta didik pendidikan khusus dan atau

peserta didik di daerah khusus dalam rangka meningkatkan partisipasi

Page 34: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

pendidikan. Pasal 105 menyatakan bahwa pendidikan khusus merupakan

pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,

sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sesuai

kemampuannya.

Peraturan daerah tersebut belum diimplementasikan dengan baik,

pemerintah semestinya dapat memberikan jaminan akses difabel untuk

mendapatkan pendidikan dasar dan lanjutan inklusif. Tidak hanya sebatas

membuka akses difabel bisa mengenyam bangku pendidikan saja, tetapi juga

bisa menjamin keberlanjutan dalam menjalani proses pendidikan.

Penyandang disabilitas memiliki hak yang sama dalam kehidupan, termasuk

memperoleh pendidikan tetapi belum semua anak difabel dapat mengakses

pendidikan dengan baik.

Beberapa permasalahan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di

Kota Bekasi tergolong cukup banyak. Implementasi dari Peraturan Daerah

Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan inklusif mengalami berbagai

hambatan, masalah-masalah yang terjadi adalah sebagai berikut:

Pertama, fakta yang peneliti temui yaitu standarisasi sarana dan

prasarana dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan inklusif di

sekolah umum atau reguler belum akurat, karena dalam pelaksanaannya

sekolah yang akan menyelenggarakan pendidikan inklusif harus mengikuti

Page 35: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

mekanisme yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku,

persyaratan dan kriteria tertentu. Standarisasi yang dimaksud merupakan hal

yang bersifat fisik yaitu sistem sarana dan prasarana di sekolah yang

mendukung bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam mendapatkan

proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan fakta yang ditemukan dalam

penelitian, standarisasi sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah reguler

tidak mendukung anak berkebutuhan khusus (ABK). Meskipun telah terdapat

peraturan yang menegaskan bahwa semua sekolah di Kota Bekasi harus

menyelenggarakan pendidikan inklusif, namun peraturan ini tidak

diimplementasikan dengan baik. Sarana dan prasarana yang tidak mendukung

menyebabkan anak berkebutuhan khusus (ABK) mengalami kesulitan dalam

menjalani proses pembelajaran di sekolah karena sarana dan prasarana yang

tidak tersedia. Contohnya seperti tidak tersedianya buku dengan huruf braile

bagi anak penyandang tuna netra, dan jalan atau lintasan khusus kursi roda,

tidak tersedianya alat bantu belajar, kursi atau meja khusus belajar dan

metode pembelajaran ataupun kurikulum khusus yang sesuaikan bagi anak

berkebutuhan khusus (ABK) dalam proses pembelajaran di sekolah.

Pemerintah harus menjamin terselenggaranya pendidikan inklusif di

daerahnya masing-masing. Untuk keperluan administrasi dan pembinaan

serta kelancaran dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, sekolah perlu

mengikuti alur penyelenggaraan dari program inklusif dengan mengajukan

proposal penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dinas pendidikan

kemudian dinas pendidikan yang bersangkutan akan menindaklanjuti dan

Page 36: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

memproses sampai dinas pendidikan provinsi menetapkan sekolah yang

bersangkutan sebagai penyelenggara pendidikan inklusif. Dengan demikian,

dalam pelaksanaannya sekolah dapat dibantu oleh pemerintah karena sekolah

tersebut sudah resmi dan terdaftar di dinas setempat. Hal ini kan membantu

terselenggaranya pendidikan inklusif yang lebih baik, dari segi operasional

maupun struktural.

Kedua, berdasarkan hasil wawancara dan temuan lapangan dapat

dinyatakan bahwa keterbatasan aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus

(ABK) dalam mendapatkan pendidikan juga menjadi persoalan. Anak

berkebutuhan khusus (ABK) ini tidak mendapatkan kesempatan yang sama

dengan anak-anak normal lainnya dalam mengenyam pendidikan.

Keterbatasan aksesibilitas dapat menyebabkan timbulnya tindakan

diskriminatif pada anak berkebutuhan khusus (ABK) dikarenakan masih

terdapat adanya perbedaan antara anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan

anak yang normal. Keterbatasan aksesibilitas dalam hal ini, ditunjukkan

dengan tidak adanya rasa toleransi dan perlakuan yang sama terhadap anak

berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah. Salah satu fakta dari keterbatasan

aksesibilitas yang terjadi di Kota Bekasi yaitu anak berkebutuhan khusus

(ABK) tidak memiliki kesempatan yang sama dalam mengikuti kejuaraan

ataupun lomba yang ada di sekolah karena keterbatasan yang mereka miliki.

Ketiga, dari hasil wawancara peneliti dengan berbagai narasumber,

peneliti menemukan permasalahan yaitu rendahnya pemahaman tenaga

pendidik di sekolah reguler di Kota Bekasi mengenai bagaimana

Page 37: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

memperlakukan peserta didik berkebutuhan khusus dan pemahaman

penyelenggaraan pendidikan inklusif. Pendidik dan tenaga kependidikan

merupakan orang-orang yang sangat berperan penting dalam penyelenggaraan

pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif memang tidak

semua orang bisa paham dan mau menerima sistem pelaksanaannya. Hal ini

dikarenakan masih minimnya pengetahuan para pendidik dan tenaga

kependidikan tentang pendidikan inklusif. Tidak mudah bagi pendidik untuk

menyatukan keberadaan anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal

pada sekolah reguler, baik dalam aspek akademik maupun sosialnya. Anak

berkebutuhan khusus (ABK) memang harus mendapatkan perlakuan yang

sama dengan anak normal lainnya, namun karena keterbatasan yang dimiliki

maka tenaga pendidik pun perlu memperlakukan mereka sesuai dengan

kebutuhan khusus yang mereka miliki agar dengan begitu mereka dapat

merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam mengikuti proses

pembelajaran di sekolah. Rendahnya pemahaman tenaga pendidik di sekolah

reguler terjadi karena pemerintah Kota Bekasi kurang berupaya dalam

memberikan pengetahuan kepada para tenaga pendidik tentang

penyelenggaraan pendidikan inklusif, dimana upaya ini dapat diwujudkan

melalui adanya sosialisasi, seminar dan lain sebagainya.

Keempat, berdasarkan hasil temuan lapangan dapat dinyatakan bahwa

tidak adanya keberadaan guru pembimbing khusus dengan lulusan pendidikan

luar biasa yang terdapat di sekolah umum atau reguler. Guru pendamping

khusus adalah guru yang ditugasi untuk membantu anak berkebutuhan khusus

Page 38: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

(ABK) dalam pembelajaran di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.

Kelancaran penyelenggaraan sistem pendidikan inklusif ini sangat

berpengaruh pada kemampuan para guru pembimbing khusus. Pihak sekolah

juga harus mendukung keberadaan guru pendamping khusus (GPK) dan

bekerja sama dengan sebaik mungkin. Akan tetapi, sampai saat ini

pemerintah Kota Bekasi belum juga menyediakan guru pendamping khusus

pada sekolah reguler terutama sekolah yang memiliki siswa berkebutuhan

khusus. Bahkan pada saat dilakukan penelitian pihak sekolah pun dirasa

kurang familiar dengan istilah guru pendamping khusus.

Kurangnya kesadaran dari berbagai pihak yaitu baik dari pemerintah

maupun pihak sekolah mengenai pentingnya keberadaan guru pendamping

khusus (GPK) dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

menyebabkan keberadaan guru pendamping khusus (GPK) dengan lulusan

pendidikan luar biasa di sekolah umum atau reguler sangat kurang jika

dibandingkan dengan Kabupaten Sukabumi yang saat ini memiliki jumlah

guru pembimbing khusus mencapai 24 guru dari 23 sekolah inklusif di

wilayahnya. Jumlah guru pembimbing khusus ini akan terus meningkat

karena Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi telah menargetkan tahun 2017

bisa mencetak minimal 47 guru pembimbing khusus pada tahun ini.

(pojokjabar.com)

Kelima, fakta yang peneliti temui di lapangan yaitu kurang tertibnya

administrasi pendataan dari dinas-dinas terkait mengenai pendidikan inklusif,

hal ini dapat menyulitkan pihak yang membutuhkan data tersebut. Banyak

Page 39: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

faktor-faktor yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu tercecernya data-data

pada tahun sebelumnya, pendataan yang tidak dilakukan secara rutin setiap

tahunnya dan kurangnya perhatian dari pihak dinas terkait untuk memiliki

data-data yang lengkap mengenai pendidikan inklusif. Pendataan menjadi

salah satu kegiatan yang penting dilakukan oleh dinas untuk mengetahui

dengan jelas kondisi yang terjadi pada wilayahnya melalui jumlah yang

didapatkan dari hasil pendataan tersebut. Manajemen penyimpanan data juga

sangat penting diperhatikan oleh dinas agar data-data yang telah diperoleh

dapat tersimpan sebagai arsip bagi dinas untuk dapat menganalisa data-data

tahun sebelumnya dan membandingkan dengan data yang ada pada tahun

yang akan datang karena pembangunan yang terencana, terarah, dan

berkelanjutan dengan baik memerlukan data dan informasi yang akurat serta

dapat dipertanggung jawabkan.

Permasalahan penyandang disabilitas diatas sangat kompleks. Sistem

pendidikan inklusif sangat berperan penting bagi sosialisasi dan

perkembangan akademik anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan adanya

sistem pendidikan inklusif ini anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan

hak untuk memperoleh pendidikan di sekolah-sekolah reguler seperti anak-

anak normal lainnya. Namun dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif

khususnya di Kota Bekasi ini masih banyak permasalahan dalam

implementasinya sehingga penyelenggaraan dari pendidikan inklusif ini

belum mencapai tujuan sebagaimana yang tercantum dalam kebijakan yang

telah dibuat.

Page 40: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Beranjak dari gejala-gejala masalah diatas, kemudian penulis

memutuskan untuk melakukan penelitian lebih mendalam yang kemudian

dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BEKASI” dengan

mengacu pada Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 13 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan serta peraturan tentang

kebijakan pendidikan inklusif lainnya.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti uraikan dalam latar

belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan identifikasi masalah yaitu

sebagai berikut:

1. Belum akuratnya standarisasi sarana dan prasarana dalam pengelolaan dan

pembukaan pendidikan inklusif di sekolah umum atau reguler.

2. Keterbatasan aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam

mendapatkan pendidikan.

3. Rendahnya pemahaman dari tenaga pendidik di sekolah umum atau

reguler mengenai anak berkebutuhan khusus (ABK) dan sistem pendidikan

inklusif.

4. Tidak adanya keberadaan guru pendamping khusus (GPK) dengan lulusan

Pendidikan Luar Biasa yang terdapat di sekolah inklusif.

5. Kurang tertibnya administrasi pendataan dari dinas terkait mengenai

pendidikan inklusif.

Page 41: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

1.3. Batasan masalah

Dengan uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi

masalah, peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir secara

menyeluruh. Maka dengan itu peneliti mencoba membatasi penelitiannya

yang ada dalam identifikasi masalah yaitu tentang “Implementasi kebijakan

pendidikan inklusif di Kota Bekasi” dengan mengacu pada peraturan daerah

nomor 13 tahun 2014 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan

serta peraturan tentang kebijakan pendidikan inklusif lainnya.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang terdapat dalam

penelitian ini maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

Bagaimanakah implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi

dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi kebijakan

pendidikan inklusif di Kota Bekasi?

1.5. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai

rumusan rmasalah yang terdapat pada implementasi kebijakan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi kebijakan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi.

Page 42: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi

implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi.

1.6. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang bersangkutan, baik manfaat secara praktis maupun manfaat secara

teoritis.

1.6.1. Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

penyelenggaraan pendidikan inklusif di Kota Bekasi

2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara

tertulis maupun referensi lokal khususnya pada pemerintah daerah

Kota Bekasi.

1.6.2. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi upaya mengaplikasikan teori-

teori administrasi negara atas permasalahan pada lingkup pengetahuan

sosial.

1.7. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini tersusun atas sistematika sebagai berikut :

Page 43: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan berisi tentang materi dasar yang akan

diuraikan pada bab-bab selanjutnya yaitu mengenai masalah, identifikasi

masalah dan uraian pembahasannya, yang berisikan latar belakang

masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR

Pada bab tinjauan pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis berisi

tentang teori-teori dari beberapa ahli yang relevan terhadap masalah.

Deskripsi teori yang dimulai dari teori kebijakan publik, konsep

pendidikan, konsep kebijakan pendidikan, tinjauan umum tentang

pendidikan inklusif dan pendidikan khusus, kebijakan dan program

sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, teori penyandang disabilitas,

dilanjutkan dengan penelitian terdahulu dan kemudian peneliti membuat

kerangka berpikir yang merupakan jawaban sementara terhadap

permasalahan yang diteliti. Terakhir terdapat asumsi dasar sebagai

pendapat atas masalah yang peneliti temukan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab metode penelitian berisi tentang beberapa uraian

penjelasan mengenai metode penelitian, fokus penelitian, lokasi

penelitian, variabel penelitian, instrument penelitian, informan

Page 44: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

penelitian, teknik pengolahan dan analisis data, serta waktu dan tempat

penelitian tersebut dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literature lainnya) yang dipergunakan

dalam penelitian.

LAMPIRAN

Menyajikan lampiran-lampiran yang dianggap perlu dan penting

oleh peneliti, yang berhubungan dengan data penelitian, dan tersusun

secara berurutan.

Page 45: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR

2.1. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan teori-teori yang akan dicantumkan oleh penulis.

Kebijakan Publik merupakan salah satu wujud dari usaha pemerintah untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, para penyandang

disabilitas atau difabel juga merupakan masyarakat Indonesia yang perlu

mendapat perhatian yang sama dari pemerintah. Terutama masalah

Pendidikan bagi anak penyandang disabilitas atau Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK). Di sebagian besar wilayah di Indonesia, khususnya pada

wilayah Kota Bekasi, pelayanan pendidikan belum dapat dirasakan

sepenuhnya oleh para penyandang disabilitas sehingga mereka tidak

mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan layaknya

masyarakat atau anak normal yang lain. Untuk memecahkan masalah ini

diperlukan adanya kebijakan publik yang diartikan oleh James Anderson

sebagai berikut: “serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan

tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok

aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang

diperhatikan.” (Anderson,1984: 5). Dalam hal ini suatu yang diperhatikan

Page 46: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

tersebut adalah pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di

Kota Bekasi.

2.1.1. Deskripsi Teori Kebijakan Publik

Menurut Robert Eyestone dalam Agustino (2014:6-7), mendefinisikan

kebijakan publik sebagai berikut:

“Hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya”. Heinz Eulau

dan Kenneth Prewitt dalam perspektif mereka mendefinisikan kebijakan

publik sebagai: ”keputusan tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan

pengulangan (repitisi) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari

mereka yang mematuhi keputusan tersebut.”

Richard Rose dalam Agustino (2014:7) mendefinisikan kebijakan

publik sebagai “sebuah rangkaian panjang dari banyak atau sedikit kegiatan

yang saling berhubungan dan memiliki konsekuensi bagi yang

berkepentingan sebagai keputusan yang berlainan.”

Sedangkan menurut Carl Frederich dalam Agustino (2014:7)

mengatakan bahwa:

“Kebijakan adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu

dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan

kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan

tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan

yang dimaksud.”

James Anderson (1984:3), kebijakan publik adalah “serangkaian

kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang diikuti dan

dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan

dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.”

Page 47: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Konsep kebijakan ini menitikberatkan pada apa yang sesungguhnya

dikerjakan daripada apa yang diusulkan atau dimaksud. Hal inilah yang

membedakan kebijakan dari suatu keputusan yang merupakan pilihan

diantara beberapa alternatif yang ada.

Hogwood dan Gunn dalam Indiahono (2009: 17-18) menyatakan

bahwa terdapat 10 istilah kebijakan dalam pengertian modern, yaitu:

1. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas

2. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan

3. Sebagai proposal spesifik

4. Sebagai keputusan pemerintah

5. Sebagai otorisasi formal

6. Sebagai sebuah program

7. Sebagai output

8. Sebagai hasil (outcome)

9. Sebagai teori dan model

10. Sebagai sebuah proses

Sementara itu, Lasswell dalam Indiahono (2009:18) menginginkan

ilmu kebijakan publik mencakup tiga hal yakni:

1) metode penelitian proses kebijakan

2) hasil dari studi kebijakan

3) hasil temuan penelitian yang memberikan kontribusi paling penting untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan intelegasi era sekarang.

Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai

sektor atau bidang pembangunan, seperti kebijakan publik dibidang

pendidikan, kebudayaan, kesehatan, dan lain sebagainya. Disamping itu

dilihat dari hirarkinya, kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional,

maupun lokal seperti undang-undang, peraturan pemerintah kabupaten/kota,

dan keputusan bupati/walikota.

Page 48: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Dari teori-teori yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan

bahwa kebijakan publik adalah keputusan yang diambil oleh stakeholder

sebagai serangkaian tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan-tujuan serta menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi dalam

masyarakat.

2.1.2. Tahapan-Tahapan dalam Pembentukan Kebijakan Publik

Suatu kebijakan dihasilkan melalui serangkaian kegiatan yang

dilakukan para aktor kebijakan melalui proses kebijakan publik. Proses

kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan

dalam proses kegiatan yang bersifat politis.

Aktivitas politis dalam proses kebijakan publik tersebut menurut

William N. Dunn (2003: 26-28) melalui 5 tahap yang meliputi:

1. Tahap Perumusan Masalah

Perumusan masalah dapat memasok pengetahuan yang relevan dengan

kebijakan yang mempersoalkan asumsi-asumsi yang mendasari definisi

masalah dan memasuki proses pembuatan kebijakan melalui penyusunan

agenda. Perumusan masalah dapat membantu menemukan asumsi-asumsi

yang tersembunyi, mendiagnosis penyebab-penyebabnya, memetakan

tujuan-tujuan yang memungkinkan, memadukan pandangan-pandangan

yang bertentangan dan merancang peluang-peluang kebijakan yang baru.

2. Tahap Forecasting (Peramalan)

Peramalan dapat menyediakan pengetahuan yang relevan dengan

kebijakan tentang masalah yang akan terjadi di masa mendatang sebagai

akibat dari diambilnya alternatif, termasuk tidak melakukan sesuatu. Ini

dilakukan dalam tahap formulasi kebijakan. Peramalan dapat menguji masa

depan yang plausibel, potensial, dan secara normatif bernilai, mengestimasi

akibat dari kebijakan yang ada atau yang diusulkan, mengenali kendala-

kendala yang mungkin akan terjadi dalam pencapaian tujuan, dan

mengestimasi kelayakan politik (dukungan dan posisi) dari berbagai pilihan.

Page 49: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

3. Tahap Rekomendasi Kebijakan

Rekomendasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan

tentang manfaat atau biaya dari berbagai alternatif yang akibatnya di masa

mendatang telah diestimasikan melalui peramalan. Ini membantu pengambil

kebijakan pada tahap adopsi kebijakan. Rekomendasi membantu

mengestimasi tingkat resiko dan ketidakpastian, mengenali eksternalitas dan

akibat ganda, menentukan kriteria dalam pembuatan pilihan, dan

menentukan pertanggungjawaban administratif bagi implementasi

kebijakan.

4. Tahap Monitoring Kebijakan

Pemantauan (monitoring) menyediakan pengetahuan yang relevan

dengan kebijakan tentang akibat dari kebijakan yang diambil sebelumnya.

Ini membantu pengambil kebijakan pada tahap implementasi kebijakan.

Pemantauan membantu menilai tingkat kepatuhan, menemukan akibat-

akibat yang tidak diinginkan dari kebijakan dan program,

mengidentifikasikan hambatan dan rintangan implementasi, dan

menemukan letak pihak-pihak yang bertanggung jawab pada setiap tahap

kebijakan.

5. Tahap Evaluasi Kebijakan

Evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan

tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diharapkan dengan

yang benar-benar dihasilkan. Dengan demikian, membantu pengambilan

kebijakan pada tahap penilaian kebijakan terhadap proses pembuatan

kebijakan.

2.1.3. Ciri dan Jenis Kebijakan Publik

Menurut Suharno (2010: 22-24) ciri-ciri khusus yang melekat pada

kebijakan publik bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu

dirumuskan. Ciri-ciri kebijakan publik antara lain:

a) Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan

daripada sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.

Kebijakan-kebijakan publik dalam sistem politik modern merupakan

suatu tindakan yang direncanakan.

b) Kebijakan pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling

berkait dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan

Page 50: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang

berdiri sendiri.

c) Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan

pemerintah dalam bidang tertentu.

d) Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, munkin pula negatif,

kemungkinan meliputi keputusan-keputusan pejabat pemerintah untuk

tidak bertindak atau tidak melakukan tindakan apapun dalam masalah-

masalah dimana justru campur tangan pemerintah diperlukan.

James Anderson dalam Suharno (2010: 24-25) menyampaikan

kategori kebijakan publik sebagai berikut:

a. Kebijakan substantif versus kebijakan prosedural

Kebijakan substantif yaitu kebijakan yang menyangkut apa yang akan

dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan kebijakan prosedural adalah

bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dijalankan.

b. Kebijakan distributif versus kebijakan regulatori versus kebijakan

redistributif.

Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau

kemanfaatan pada masyarakat atau individu. Kebijakan regulatori

merupakan kebijakan yang berupa pembatasan atau pelarangan

terhadap perilaku individu atau kelompok masyarakat. Sedangkan,

kebijakan redistributif merupakan kebijakan yang mengatur alokasi

kekayaan, pendapatan, pemilikan atau hak-hak diantara berbagai

kelompok dalam masyarakat.

c. Kebijakan materal versus kebijakan simbolik

Kebijakan materal adalah kebijakan yang memberikan keuntungan

sumber daya komplet pada kelompok sasaran. Sedangkan, kebijakan

simbolis adalah kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada

kelompok sasaran.

d. Kebijakan yang barhubungan dengan barang umum (public goods) dan

barang privat (privat goods).

Kebijakan public goods adalah kebijakan yang mengatur pemberian

barang atau pelayanan publik. Sedangkan, kebijakan privat goods

adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan

untuk pasar bebas.

Page 51: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2.1.4. Proses Kebijakan Publik

Tahapan kebijakan publik menurut Ripley dalam Indiahono (2009: 22)

menyatakan dua proses kebijakan publik yang lahir dari siklus pendek dan

siklus panjang.

Siklus pendeknya adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan agenda pemerintah

b. Agenda pemerintah

c. Formulasi dan legitimasi kebijakan

d. Kebijakan

Sedangkan siklus panjang kebijakan adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan agenda pemerintah

b. Agenda pemerintah

c. Formulasi dan legitimasi kebijakan

d. Kebijakan

e. Implementasi kebijakan

f. Tindakan kebijakan

g. Kinerja dan dampak kebijakan

h. Evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan dampak kebijakan

i. Keputusan tentang masa depan kebijakan (keputusan baru)

Dalam tahapan kebijakan ini, kebijakan dipandang sebagai sebuah

siklus yang dimungkinkan akan terjadi evolusi kebijakan. Sebuah kebijakan

akan melewati serangkaian prose implementasi, monitoring dan evaluasi.

Kebijakan akan lahir kembali dengan perubahan secara inkremental dan

tidak menutup kemungkinan akan terjadi perubahan yang mendasar

meskipun amat jarang terjadi. Oleh karenanya tidaklah heran jika teori

kebijakan inkrementalism lebih banyak terhadi ketimbang teori kebijakan

yang lain seperti rational comprehensive. (Indiahono,2009: 23)

Sedangkan tahapan kebijakan dari Grindle dalam Indiahono (2009:

24-25), menyebutkan bahwa proses perumusan kebijakan yang siklus

pendek hanya terdiri dari empat fase yaitu fase penyusunan agenda, agenda

pemerintah, formulasi dan legitimasi kebijakan.

Page 52: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Fase penyusunan agenda

1) Persepsi masalah publik, yaitu menunjuk bagaimana isu masalah

publik dipersepsikan oleh masyarakat, termasuk isu atau masalah

pertingkah, seriuskah atau biasa-biasa saja

2) Pendefinisian masalah, yaitu menunjuk adanya pembatasan masalah

yang dilakukan oleh publik sendiri. Meskipun di masyarakat banyak

terdapat isu yang berbeda dan juga persepsi, namun ranah masalah

pada fase ini sudah dapat diidentifikasi

3) Mobilisasi dukungan untuk masuknya isu atau masalah publik

menjadi agenda pemerintah, yaitu menunjuk upaya dari masyarakat

untuk memasukkan masalah atau isu publik tertentu ke dalam

agenda pemerintah.

Setelah masalah publik masuk agenda pemerintah, masalah publik

tersebut harus melewati mekanisme politik untuk mendapatkan solusi

terbaik. Fase ini sering disebut sebagai tahapan formulasi dan legitimasi,

adapun fase-fase yang dapat dilalui dalam mekanisme ini adalah :

1) Tujuan dan program, yaitu masing-masing kelompok kepentingan

mulai berlomba untuk menginterpretasikan masalah publik yang

dihadapi dan menciptakan tujuan dan desain program yang dapat

diterima sebagai solusi dari masalah publik.

2) Informasi dan analisis yaitu untuk dapat mengidentifikasikan

masalah publik secara cermat, masing-masing kelompok dalam

proses politik ini membutuhkan informasi dan analisis dari para ahli

sehingga, kebijakan yang diambil nantinya dapat berkualitas.

3) Pembangunan alternatif-alternatif yaitu tindak lajut dari

pengumpulan informasi dan analisis maka mulailah dirancang

alternatif-alternatif kebijakan yang diyakini dapat menjadi solusi dari

masalah publik.

4) Advokasi dan pembangunan koalisi, yaitu setelah masing-masing

kelompok kepentingan mengembangkan alternatif-alternatif

kebijakan yang sejauh mungkin memenuhi kaidah rasionalitas.

5) Kompromi, negosiasi dan keputusan yaitu merupakan fase akhir dari

pengambilan kebijakan.

James Anderson dalam Subarsono (2005: 12) menetapkan proses

kebijakan publik sebagai berikut:

1) Formulasi masalah (problem formulation): apa masalanya? Apa yang

membuat masalah tersebut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana

masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah?

2) Formulasi kebijakan (formulation): bagaimana pengembangan

pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah

Page 53: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

tersebut? siapa yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan

tersebut?

3) Penentuan kebijakan (adoption): bagaimana alternatif ditetapkan?

Persyaratan atau kriteria apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan

melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk

melaksanakan kebijakan? Apa isi kebijakan yang telah ditetapkan?

4) Implementasi (implementations): siapa yang terlibat dalam

implementasi kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Apa dampak

dari isi kebijakan?

5) Evaluasi (evaluation): bagaimana tinggkat keberhasilan atau dampak

kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa

konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk

melaksanakan perubahan atau pembatalan?

2.2. Konsep Analisis Kebijakan Publik

2.2.1. Teori Analisis Kebijakan Publik

Analisis kebijakan merupakan kajian yang tidak tertutup pada kajian

di sektor publik saja, karena sektor privat pun pada banyak hal

memanfaatkan metode-metode analisis kebijakan untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang dihadapi. (Indiahono, 2009: 1)

Analisis kebijakan adalah sebuah aktivitas yang dilakukan untuk

mendampingi klien dalam menghadapi masalah tertentu, mengenali

masalah, mengembangkan alternatif kebijakan, menilai dan memprediksi

kebijakan serta memberikan rekomendasi kebijakan terbaik untuk

menghadapi masalah yang dihadapi klien tersebut. (Indiahono,2009: 4)

Suatu deskripsi mengenai analisis kebijakan yang disajikan oleh E.S.

Quade (dalam Dunn,2012: 95-96) , mantan Kepala Departemen Matematika

di perusahaan Rand, menyajikan dasar kebijakan untuk mendefisikan

analisis kebijakan. Analisis kebijakan adalah :

“Suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi

sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan dari para pembuat

kebijakan dalam membuat keputusan.. Dalam analisis kebijakan, kata

analisis digunakan dalam pengertian yang paling umum, termasuk

penggunaan intuisi dan pengungkapan pendapat dan mencakup tidak hanya

pengujian kebijakan dengan memilah-milahkannya ke dalam sejumlah

komponen-komponen tetapi juga perancangan dan sintesis alternatif-

Page 54: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

alternatif baru. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dapat direntangkan mulai

penelitian untuk menjelaskan atau memberikan pendangan-pandangan

terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang terantisipasi sampai

mengevaluasi suatu program yang lengkap. Beberapa analisis kebijakan

bersifat informal, meliputi tidak lebih dari proses berpikir yang keras dan

cermat, sementara lainnya memerlukan pengumpulan data yang ekstensif

dan penghitungan yang teliti dengan menggunakan proses matematis yang

canggih.”

2.2.2. Pendekatan Analisis Kebijakan

William Dunn (2012: 98) terdapat tiga pendekatan dalam analisis kebijakan:

1. Pendekatan Empiris: menjelaskan hubungan sebab akibat dari suatu

kebijakan

2. Pendekatan Valuatif: menilai manfaat (value) dari suatu kebijakan.

3. Pendekatan Normatif: memberikan rekomendasi untuk perumusan

kebijakan mendatang.

2.2.3. Sistem Kebijakan

Analisis kebijakan adalah salah satu diantara sejumlah banyak aktor

lainnya didalam sistem kebijakan. Suatu sistem kebijakan (policy system)

atau seluruh pola institusional di mana di dalamnya kebijakan dibuat,

mencakup hubungan timbal balik diantara tiga unsur, yaitu : kebijakan

publik, pelaku kebijakan, dan lingkugan kebijakan. Kebijakan publik

merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih saling berhubungan

(termasuk keputusan-keutusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh

badan dan pejabat pemerintah diformulasikan didalam bidang-bidang isu

sejak pertahanan, energi, dan kesehatan sampai ke pendidikan,

kesejahteraan, dan kejahatan. (Dunn,2012: 109)

Suatu kebijakan pada dasarnya berada dalam sistem kebijakan

mencakup hubungan timbal balik diantara tiga unsur yaitu pelaku kebijakan,

kebijakan publik dan lingkungan pelaku yang dapat digambarkan sebagai

berikut:

Page 55: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Gambar 3.1

Tiga Elemen Sistem Kebijakan

Gambar 1. Hub. Tiga elemen sistem kebijakan publik.

Sumber : William N. Dunn

Definisi dari masalah kebijakan tergantung pada pola keterlibatan

pelaku kebijakan (policy stakeholder) yang khusus, yaitu para individu atau

kelompok individu yang mempunyai andil di dalam kebijakan karena

mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah. Pelaku

kebijakan, misalnya kelompok warga negara, perserikatan buruh, partai

politik, agen-agen pemerintah, pemimpin terpilih, dan para analis kebijakan

sendri sering menangkap secara berbeda informasi yang sama mengenai

lingkungan kebijakan. Lingkungan kebijakan yaitu konteks khusus dimana

kejadian-kejadian di sekeliling isu terjadi, mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik. Oleh karena itu, sistem

kebijakan berisi proses yang bersifat dialektis, yeng berarti bahwa dimensi

obyektif dan subyektif dari pembuatan kebijakan tidak terpisahkan didalam

prakteknya. Sistem kebijakan adalah produk manusia yang subyektif yang

diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan.

Sistem kebijakan adalah realitas obyektif yang dimanifestasikan ke dalam

tindakan-tindakan yang teramati berikut konsekuensinya, para pelaku

kebijakan merupakan produk dari sistem kebijakan. (Dunn,2012: 111)

Pelaku kebijakan dalam Pendidikan Khusus atau Sekolah Inklusif

disini adalah Pemerintah, unsur pendidik dan anak berkebutuhan khusus

Pelaku

Kebijakan

Lingkungan Pelaku Kebijakan Publik

Page 56: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

(ABK). Lingkungan dapat berupa lingkungan internal yaitu di dalam

sekolah maupun lingkungan eksternal yaitu di luar sekolah, dapat berarti

pula masyarakat sekitar sekolah.

Arah kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2017, salah satunya

adalah memastikan rakyat miskin dan kelompok marjinal lebih mudah

mengakses layanan pendidikan dengan memperhatikan keadilan dan

kesetaraan gender. Dalam rangka mencapai arah kebijakan pembangunan

pendidikan yang dimaksud, salah satu alternatif kebijakan yang dipilih

adalah dengan adannya Pendidikan Khusus atau sekolah inklusif. (Sumber:

kemendikbud,2016)

2.2.4. Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya dapat

dibedakan antara analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik

tertentu dan sesudah adanya kebijakan publik tertentu. Analisis kebijakan

sebelum adanya kebijakan publik berpijak pada permasalahan publik semata

sehingga hasilnya benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan publik yang

baru.

William Dunn (2012: 117-124) membedakan tiga bentuk utama

analisis kebijakan publik, yaitu:

1) Analisis kebijakan prospektif

Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa produksi dan transformasi

informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisis

kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk

dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang

dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan

kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan

kebijakan.

Page 57: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2) Analisis kebijakan retrospektif

Analisis Kebijakan Retrospektif adalah sebagai penciptaan dan

transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan, mencakup

berbagai tipe kegiatan yang dikembangkan oleh tiga kelompok analis:

1. Analisis yang berorientasi pada disiplin (Discipline- oriented analysts)

(Kajian murni berdasarkan disiplin ilmu)

Mengembangkan dan menguji teori yang didasarkan pada teori dan

menerangkansebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan.

2. Analisis yang berorientasi pada masalah (Problem-oriented analysts)

(Kajian sebab dan konsekuensi kebijakan terhadap masalah kebijakan)

Menerangkan sebab-sebab dan konsekuensi dari kebijakan, dan kurang

menaruh perhatian pada pengembangan dan pengujian teori-teori yang

dianggap penting didalam disiplin ilmu sosial, menaruh perhatian pada

identifikasi variabel-variabel yang dapat dimanipulasi oleh para pembuat

kebijakan untuk mengatasi masalah.

3. Analisis yang berorientasi pada aplikasi (application-oriented analysts)

(Kajian implementasi kebijakan sampai pada sejauh mana outcome

danmanfaat kebijakan, concern terhadap pencapaian tujuan dan objektif

daripolicy makers dan stakeholders)

Menerangkan sebab dan konsekuensi kebijakan-kebijakan dan program

publik, tidak menaruh perhatian terhadap pengembangan dan pengujian

teori-teori dasar.

Analisis retrospektif memberikan penekanan utamanya pada hasil-

hasil aksi dan tidak berisi informasi mengenai tujuan-tujuan dan sasaran

kebijakan, seperti yang terdapat pada analisis prospektif. Analisis

retrospektif merupakan yang paling penting didalam pengaruhnya

terhadap prioritas dan pemahaman intelektual, dan tidak begitu efektif

dalam menawarkan solusi terhadap masalah-masalah politik yang

spesifik.

3) Analisis kebijakan yang terintegrasi

Analisis Kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang

mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian

pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan

kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak hanya

mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan

retrospektif dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus

menerus menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat.

Analis yang terintegrasi bersifat terus-menerus, berulang-ulang, tanpa

ujung, paling tidakdalam prinsipnya. Analisis dapat memulai penciptaan

dan transformasi informasi padasetiap titik dari lingkaran analisis, baik

sebelum atau sesudah aksi.

Page 58: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2.2.5. Metodologi dan Prosedur Analisis Kebijakan

Metodologi analisis kebijakan adalah prosedur umum untuk

menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang relevan dengan

kebijakan dalam berbagai konteks. Proses analisis kebijakan adalah

serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan

yang pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas politis tersebut dijelaskan

sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai

serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan

waktu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan,

implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. (Dunn, 2012: 22)

Gambar 3.2

Proses Analisis Kebijakan

Sumber : Wiliiam N Dunn

Penggunaan prosedur analisis kebijaksanaan (seperti perumusan

masalah, peramalan, pemantauan, evaluasi, rekomendasi) memungkinkan

analis mentransformasikan satu tipe informasi lainnya. Komponen-

komponen informasi kebijakan (seperti masalah-masalah kebijakan, masa

depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, kinerja kebijakan)

ditransformasikan dari satu ke yang lainnya dengan menggunakan prosedur

Page 59: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

analisis kebijakan. Seluruh proses diatur melalui perumusan masalah yang

diletakkan pada pusat kerangka kerja.

2.3. Konsep Implementasi Kebijakan Publik

2.3.1. Teori Implementasi Kebijakan

Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2008:146-147)

mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai berikut:

“Tindakan-tindakan dalam keputusan-keputusan sebelumnya.

Tindakan-tindakan tersebut mencakup usaha-usaha untuk mengubah

keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam

kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha

untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh

keputusan-keputusan kebijakan yang dilakukan oleh organisasi publik

yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul

Sabatier dalam Wahab (2008:65) mengatakan bahwa:

“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi

sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan

merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni

kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah

disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang

mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun

untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau

kejadian-kejadian.

Tahapan implementasi melibatkan seluruh stakeholder yang ada, baik

sektor swasta maupun publik secara kelompok maupun individual.

Implementasi kebijakan meliputi tiga unsur yakni tindakan yang diambil

oleh badan atau lembaga administratif; tindakan yang mencerminkan

ketaatan kelompok targetserta jejaring sosial politik dan ekonomi yang

memengaruhi tindakan para stakeholder tersebut. Interaksi ketiga unsur

Page 60: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

tersebut pada akhirnya akan menimbulkan dampak baik dampak yang

diharapkan maupun dampak yang tidak diharapkan.

Hasil akhir implementasi kebijakan paling tidak terwujud dalam

beberapa indikator yakni hasil atau output yang biasanya terwujud dalam

bentuk konkret semisal dokumen, jalan, orang, lembaga, keluaran atau

outcome yang biasanya berwujud rumusan target semisal tercapainya

pengertian masyarakat atau lembaga,manfaat yang wujudnya beragam, dan

dampak baik yang diinginkan maupun yang tak diinginkan serta kelompok

targetbaik individu maupun kelompok.

2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Publik

Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak

faktor dan masing-masing faktor tersebut saling berhubungan satu sama

lain. Untuk memperkaya pemahaman mengenai berbagai faktor yang

terlibat di dalam implementasi, maka beberapa teori implementasi menurut

para ahli yaitu :

Edward III dalam Subarsono (2011: 90-92) berpandangan bahwa

implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:

a) Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan

agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang

menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada

kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi

implementasi.

b) Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas

dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk

melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif.

Page 61: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

c) Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis.

d) Struktur Birokrasi, bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

Teori Grindle dalam Wibawa (1994: 22-23) ditentukan oleh isi

kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan tersebut mencakup

hal-hal berikut:

a. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.

b. Derajat perubahan yang diinginkan.

c. Kedudukan pembuat kebijakan.

d. (Siapa) pelaksana program.

e. Sumber daya yang dihasilkan.

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Subarsono (2011: 94) ada

tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi,

yakni karakteristik dari masalah (tractability of the problems), karakteristik

kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure implementation)

dan variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation).

Menurut Meter dan Horn dalam Subarsono (2011: 99) ada lima

variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni standar dan

sasaran kebijakan, sumberdaya, komunikasi antarorganisasi dan penguatan

aktivitas, karakteristik agen pelaksana dan kondisi sosial, ekonomi dan

politik.

2.3.3. Model-model Implementasi Kebijakan Publik

Grindle (1980: 6-10) memperkenalkan model implementasi

sebagai proses politik dan administrasi. Model tersebut menggambarkan

proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh beragam aktor,

dimana keluaran akhirnya ditentukan oleh baik materi program yang

telah dicapai maupun melalui interaksi para pembuat keputusan dalam

konteks politik administratif.

Page 62: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Gambar 3.3

Model Implementasi Grindle

Sumber : Grindle

Pada gambar diatas, terlihat bahwa suatu kebijakan memiliki tujuan

yang jelas sebagai wujud orientasi nilai kebijakan. Tujuan implementasi

kebijakan diformulasi ke dalam program aksi dan proyek tertentu yang

dirancang dan dibiayai. Program dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Implementasi kebijakan atau program secara garis besar dipengaruhi oleh

isi kebijakan dan konteks implementasi. Keseluruhan implementasi

kebijakan dievaluasi dengan cara mengukur luaran program berdasarkan

tujuan kebijakan. Luaran program dilihat melalui dampaknya terhadap

sasaran yang dituju baik individu dan kelompok maupun masyarakat.

Luaran implementasi kebijakan adalah perubahan dan diterimanya

perubahan oleh kelompok sasaran.

Page 63: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Selain model implementasi kebijakan di atas Van Meter dan Van

Horn mengembangkan Model Proses Implementasi Kebijakan. (Tarigan,

2000: 20). Keduanya meneguhkan pendirian bahwa perubahan, kontrol

dan kepatuhan dalam bertindak merupakan konsep penting dalam

prosedur implementasi. Keduanya mengembangkan tipologi kebijakan

menurut: (i) jumlah perubahan yang akan dihasilkan, dan (ii)

jangkauan atau ruang lingkup kesepakatan mengenai tujuan oleh

berbagai pihak yang terlibat dalam proses implementasi.

Gambar 3.4

Model Kesesuaian Implementasi Kebijakan

PROGRAM

Output Tugas

Kebutuhan Kompetensi

PEMANFAAT ORGANISASI

Tuntutan Putusan

Menurut model kesesuaian implementasi kebijakan yang di

kembangkan oleh Korten diatas, dapat dikatakan bahwa suatu program akan

berhasil dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur

implementasi program. Pertama, kesesuaian antara program dengan

Page 64: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

pemanfaat, yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program

dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat).

Kedua, kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana, yaitu

kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program dengan

kemampuan organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara kelompok

pemanfaat dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat

yang diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh output program

dengan apa yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program.

Namun, menurut Imronah (2017: 1098) pola yang dikembangkan

Korten, dapat dipahami sebagai berikut:

“Jika tidak terdapat kesesuaian antara tiga unsur implementasi

kebijakan, kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan apa

yang diharapkan. Jika output program tidak sesuai dengan

kebutuhan kelompok sasaran jelas outputnya tidak dapat

dimanfaatkan. Jika organisasi pelaksana program tidak memiliki

kemampuan melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh program

maka organisasinya tidak dapat menyampaikan output program

dengan tepat. Atau, jika syarat yang ditetapkan organisasi

pelaksana program tidak dapat dipenuhi oleh kelompok sasaran

maka kelompok sasaran tidak mendapatkan output program. Oleh

karena itu, kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan

mutlak diperlukan agar program berjalan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat.”

Dengan memahami model-model implementasi pada dasarnya dapat

dibuat pemetaan model-model implementasi dalam dua jenis pemilahan

pemilahan pertama adalah implementasi kebijakan yang berpola dari Top

Down dan sebaliknya Bottom Up. (Dewi,2015: 3-4)

Page 65: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Menurut Sabatier (1986: 21-48), terdapat dua model yang berpacu

dalam tahap implementasi kebijakan, yakni model top down dan model

bottom up. Kedua model ini terdapat pada setiap proses pembuatan

kebijakan. Model elit, model proses dan model inkremental dianggap

sebagai gambaran pembuatan kebijakan berdasarkan model top down.

Sedangkan gambaran model bottom up dapat dilihat pada model

kelompok dan model kelembagaan.

1. Implementasi Sistem Rasional (Top-Down)

Pendekatan ini menggunakan logika berpikir dari „atas‟ kemudian

melakukan pemetaan „ke bawah‟ untuk melihat keberhasilan atau

kegagalan suatu implementasi kebijakan. Contoh model implementasi

Top-Down adalah: Mazmanian dan Sabatier; van Meter dan van Horn;

Edward III dan Grindle.

Tahapan kerja dlm pendekatan TopDown adalah sebagai berikut:

1) Memilih kebijakan yang akan dikaji.

2) Mempelajari dokumen kebijakan yang ada untuk dapat

mengidentifikasi tujuan dan sasaran kebijakan yang secara formal

tercantum dalam dokumen kebijakan.

3) Mengidentifikasi bentuk-bentuk keluaran kebijakan yang digunakan

sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran kebijakan.

4) Mengidentifikasi apakah keluaran kebijakan telah diterima oleh oleh

kelompok sasaran dengan baik (sesuai dengan SOP) yang ada.

5) Mengidentifikasi apakah keluaran kebijakan memiliki manfaat bagi

kelompok sasaran.

6) Mengidentifikasi apakah muncul dampak setelah kelompok sasaran

memanfaatkan keluaran kebijakan.

2. Implementasi Kebijakan Bottom Up

Pendekatan bottom up dipelopori oleh Elmore (1978), Lipsky (1971),

Berman (1978), Herjn dan Porter (1978). Fokus perhatian pendekatan

bottom up adalah pada peran street level birokrat dan kelompok sasaran.

Pendekatan bottom up percaya bahwa implementasi akan berhasil jika

kelompok sasaran dilibatkan dari awal mulai proses sampai

implementasi kebijakan.

Langkah-langkah dalam pendekatan bottom up adalah sebagai berikut :

1) Memetakan stakeholders yang terlibat dalam implementasi kebijakan

pada level terbawah.

Page 66: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2) Mencari informasi dari para aktor tersebut tentang pemahaman

terhadap kebijakan.

3) Memetakan keterkaitan antar aktor pada level terbawah dengan aktor

pada level diatasnya.

4) Peneliti bergerak ke atas dengan memetakan aktor pada level yang

lebih tinggi dengan mencari format yang sama.

5) Pemetaan dilakukan terus sampai pada level tertinggi.

2.4. Policy Evaluation (Evaluasi Kebijakan)

2.4.1. Konsep Evaluasi Kebijakan Publik

Suatu kebijakan yang telah dilaksanakan pemerintah hendaknya perlu

dievaluasi. Evaluasi dilakukan karena tidak semua kebijakan publik dapat

memperoleh hasil atau dampak yang diinginkan oleh para pembuat

kebijakan.

Seperti yang diungkapkan oleh Lester dan Stewart dalam Winarno

(2008:226), secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai

kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang

mencakup substansi, implementasi dan dampak.

Menurut William Dunn (1998:608), mengartikan istilah evaluasi

sebagai berikut:

“Istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal),

pemberian angka (rating), dan penilaian (assessment), kata-kata yang

menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti

satuan nilainya”. Lebih lanjut, Dunn mengemukakan bahwa dalam arti

yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi

mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan.”

Evaluasi kebijakan bermaksud untuk mengetahui empat aspek,

sebagaimana dikemukakan oleh Wibawa (1994) yaitu: aspek proses

Page 67: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

pembuatan kebijakan, aspek proses implementasi, aspek konsekuensi

kebijakan dan aspek efektifitas dampak kebijakan.

(http://eprints.uny.ac.id./2016)

Keempat aspek pengamatan ini dapat mendorong seorang evaluator

untuk secara khusus mengevaluasi isi kebijakan, baik pada dimensi hukum

dan terutama kelogisannya dalam mencapai tujuan, maupun konteks

kebijakan, kondisi lingkungan yang mempengaruhi seluruh proses

kebijakan. Lebih lanjut, evaluasi terhadap aspek kedua disebut sebagai

evaluasi implementasi, sedangkan evaluasi terhadap aspek ketiga dan

keempat disebut evaluasi dampak kebijakan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai evaluasi kebijakan

publik dapat dipahami bahwa evaluasi kebijakan merupakan penilaian

terhadap program yang dilakukan oleh pemerintah. Evaluasi kebijakan

publik perlu dilakukan untuk melihat apakah program tersebut meraih hasil

yang diinginkan dan sudah mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan atau

belum.

2.4.2. Model Evaluasi Kebijakan Publik

Menurut House dalam Ilham (2014: 14) mengemukakan beberapa

Model Evaluasi Kebijakan Publik yang terdiri dari:

1. The Adversary Model, para evaluator dikelompokkan menjadi dua,

yang pertama bertugas menyajikan hasil evaluasi program yang

positif, hasil dampak kebijakan yang efektif dan baik, tim kedua

berperan untuk menemukan hasil evaluasi program negatif, tidak

efektif, gagal dan yang tidak tepat sasaran.

Page 68: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2. The Transaction Model, Model ini memperhatikan penggunaan

metode studi kasus, bersifat naturalistik dan terdiri dua jenis, yaitu :

evaluasi responsif (responsive evaluation) yang dilakukan melalui

kegiatan - kegiatan secara informal, berulang-ulang agar program

yang telah direncanakan dapat digambarkan dengan akurat dan

evaluasi iluminativ (illuminativ evaluation) bertujuan untuk mengkaji

program inovatif dalam rangka mendeskripsikan dan

menginterpretasikan pelaksanaan suatu program atau kebijakan.

3. Good Free Model, model evaluasi ini bertujuan untuk mencari dampak

aktual dari suatu kebijakan, dan bukan hanya sekedar untuk

menentukan dampak yang diharapkan sesuai dengan ditetapkan dalam

program.

2.4.3. Sifat Evaluasi Kebijakan Publik

William Dunn (2012: 608-609) mengemukakan bahwa dalam

pelaksanaan evaluasi akan menghasilkan tuntutan-tuntutan yang bersifat

evaluatif. Evaluasi mempunyai perbedaan karakteristik yang

membedakannya dari metode-metode analisis kebijakan seperti:

a. Fokus nilai.

Evaluasi merupakan usaha untuk mengetahui manfaat dan kegunaan

sosial dari kebijakan atau program yang dilakukan pemerintah, dan

bukan sekedar untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi

kebijakan yang terantisipasi dan tidak terantisipasi.

b. Interdependensi Fakta-Nilai.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kebijakan tidak hanya

didasarkan pada kepuasan sejumlah individu, kelompok, atau seluruh

masyarakat. Tetapi harus didukung oleh bukti- bukti yang menunjukkan

hasil-hasil kebijakan secara aktual yang merupakan konsekuensi dari

aksi-aksi yang dilakukan dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini,

pemantauan atas pelaksanaan kebijakan menjadi prasyarat bagi

evaluator dalam melakukan evaluasi kebijakan.

c. Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau.

Evaluasi bersifat retrospektif dan setelah aksi-aksi dilakukan (ex post)

dan bersifat prospektif dan dibuat sebelum aksi-aksi dilakukan (ex

ante). Berdasarkan sifat-sifat evaluasi itu, maka tuntutan atas evaluasi

itu sendiri diarahkan untuk mengetahui pada hasil sekarang dan masa

lalu.

Page 69: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

d. Dualitas nilai.

Nilai-nilai yang mendasari tuntutan terhadap adanya evaluasi

mempunyai kualitas ganda karena nilai-nilai itu dipandang sebagai

tujuan sekaligus dipandang sebagai sebuah cara. Dalam hal ini,

penataan nilai-nilai dalam suatu hierarki akan dapat merefleksikan

kepentingan relatif dan saling ketergantungan antar tujuan dan sasaran.

2.4.4. Fungsi Evaluasi

Evaluasi kebijakan sangat penting dalam menilai suatu kebijakan

publik. Karena evaluasi memiliki fungsi yang membuat suatu kebijakan

perlu untuk dievaluasi. Dalam analisis kebijakan, William Dunn (2012: 609-

611) mengemukakan bahwa evaluasi memiliki beberapa fungsi penting

antara lain:

a. Evaluasi memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai

kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan

serta tujuan yang telah dicapai melalui tindakan publik.

b. Evaluasi memberi sumbangan terhadap klarifikasi dan kritik terhadap

nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target dalam kebijakan

publik. Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan

tujuan dan target. Dalam menanyakan kepantasan tujuan dan sasaran,

analisis dapat menggunakan alternatif sumber nilai maupun landasan

dalam bentuk rasionalisme.

c. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis

kebijakan lainnya, termasuk dalam perumusan masalah maupun

rekomendasi pemecahan masalah. Evaluasi dapat pula menyumbang

pada definisi alternatif kebijakan baru atau revisi terhadap kebijakan

dengan menunjukan bahwa kebijakan yang telah ada perlu diganti atau

diperbaharui.

2.5. Konsep Pendidikan

Menurut Sir Godfrey Thomson, Pendidikan adalah pengaruh

lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan yang tetap

Page 70: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

(permanen) didalam kebiasaan-kebiasaan tingkah lakunya, pikirannya, dan

sikapnya. (Fattah,2013: 38)

Menurut Cow and Crow dalam Fattah (2013: 39) menyatakan bahwa:

“Fungsi pendidikan harus dikenali sebagai panduan bagi pembelajar,

pada keseluruhan tahapan keinginan, kebutuhan, dan potensinya yang

akan memastikan dirinya suatu kepuasan pribadi dan pola hidup sosial

yang diharapkan.”

Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiiki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara.”

Berdasarkan definisi yang dikemukakan tersebut pendidikan

mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampuan-

kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan

hidupnya sebagai seorang individu, maupun sebagai warga negara atau

warga masyarakat. Kemudian untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan

perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana dalam memilih materi,

strategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat

diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, pendidikan

formal dan pendidikan non formal.

Page 71: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2.6. Konsep Kebijakan Pendidikan

Studi tentang perbandingan kebijakan pendidikan diawali dengan

rencana reformasi pendidikan dari berbagai negara yang secara

menakjubkan memiliki persamaan.

Menurut Halpin dalam Fattah (2013:144) menyarankan perlunya riset

tentang kebijakan pendidikan dengan asumsi bahwa ciri dari kebijakan

pendidikan “meminjam, permodelan, pemindahan, penyesuaian difusi, dan

peniruan.”

Dalam pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan

pemerintah Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan

yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa

memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender.

Pemerataan dan mutu pendidikan akan membantu warga negara

Indonesia memiliki keterampilan hidup sehingga kemampuan untuk

mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong

tegaknya masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai pancasila.

Menurut Fattah (2013:158) menyatakan bahwa pembangunan sistem

pendidikan nasional adalah suatu usaha yang bertujuan untuk mewujudkan

masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju, mandiri, dan modern.

Pembangunan pendidikan merupakan bagian penting dari upaya menyeluruh

dan sungguh-sungguh untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa.

Page 72: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Sistem pendidikan nasional dibangun dengan berpedoman pada

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003)

yang mengatur semua aspek sistem, seperti peserta didik, tenaga pendidik,

kelembagaan, pengelolaan, pembiayaan, bidang keahlian, jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan dan lain-lain yang harus dijalankan dalam prinsip keadilan

dan menjunjung tinggi hak-hak dasar warga negara seperti tercantum dalam

UUD 1945.

Kebijakan Pendidikan menurut Riant Nugroho dalam kajian teori (2013)

adalah sebagai berikut:

“Bagian dari kebijakan publik, yaitu kebijakan publik di bidang

pendidikan. Dengan demikian, kebijakan pendidikan harus sebangun

dengan kebijakan publik dimana konteks kebijakan publik secara

umum, yaitu kebijakan pembangunan, maka kebijakan merupakan

bagian dari kebijakan publik. Kebijakan pendidikan di pahami sebagai

kebijakan di bidang pendidikan, untuk mencapai tujuan pembangunan

Negara Bangsa di bidang pendidikan, sebagai salah satu bagian dari

tujuan pembangunan Negara Bangsa secara keseluruhan.

Kebijakan pendidikan menurut Arif Rohman (2009) merupakan bagian

dari kebijakan Negara atau kebijakan publik pada umumnya. kebijakan

pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengatur khusus regulasi

berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi dan distribusi sumber, serta

pengaturan perilaku dalam pendidikan. Kebijakan pendidikan (educational

policy) merupakan keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat

sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci

maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah

tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan

pendidikan. (kajianteori.com,2013)

Berdasarkan pada beberapa pendapat mengenai kebijakan pendidikan

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kebijakan pendidikan

merupakan suatu sikap dan tindakan yang di ambil seseorang atau dengan

Page 73: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

kesepakatan kelompok pembuat kebijakan sebagai upaya untuk mengatasi

masalah atau suatu persoalan dalam dunia pendidikan.

2.7. Tinjauan umum tentang Pendidikan inklusif dan Pendidikan khusus

2.7.1. Pengertian Pendidikan inklusif

Banyak pendapat yang berbeda-beda tentang pengertian inklusif, yang

mana inklusif adalah istilah terbaru yang dipergunakan untuk

mendeskripsikan penyatuan bagi anak-anak berkelainan (penyandang

hambatan/cacat) ke dalam program-program sekolah. Inklusif berasal dari

kata bahasa Inggris yaitu inclusion. Bagi sebagian besar pendidik, istilah ini

dilihat sebagai deskripsi yang lebih positif dalam usaha-usaha menyatukan

anak-anak yang memiliki hambatan dengan cara-cara yang realistis dan

kompeherensif dalam kehidupan pendidikan yang menyeluruh.

(Smith,2006: 6)

Inklusif dapat berarti bahwa tujuan pendidikan bagi siswa memiliki

hambatan adalah, keterlibatan yang sebenarnya dari tiap anak dalam

kehidupan sekolah yang menyeluruh. Inklusif dapat berarti penerimaan

anakanak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan,

interaksi sosial dan konsep diri (visi-misi) sekolah. Sedangkan menurut

Shapon-Shevin bahwasanya pendidikan inklusi adalah system layanan

pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di

sekolah terdekat, di kelas regular bersama-sama teman seusianya.

(Direktorat PLB.2004: 9)

2.7.2. Hakikat dan Tujuan Pendidikan Inklusif

Menurut Direktorat PLB (2004) menyatakan bahwa hakikat

pendidikan inklusi terdiri dari 2, yaitu:

a. Pendidikan inklusi adalah penggabungan pendidikan regular dan

pendidikan khusus ke dalam satu system persekolahan yang dipersatukan

untuk mempertemukan perbedaan kebutuhan semua.

b. Pendidikan inklusi bukan sekedar metode atau pendekatan pendidikan

melainkan suatu bentuk implementasi filosofi yang mengakui

kebhinekaan antar manusia yang mengemban misi tunggal untuk

membangun kehidupan bersama yang lebih baik. Tujuan pendidikan

Page 74: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

inklusi adalah disamping untuk mensukseskan wajib belajar pendidikan

dasar juga untuk menyamakan hak dalam memperoleh pendidikan antara

anak normal dengan anak berkebutuhan khusus.

Selain itu, Direktorat PLB juga menyatakan tujuan dari

diselenggarakannya Pendidikan inklusif di Indonesia yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak

(termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan pendidikan yang

layak sesuai dengan kebutuhannya.

2. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar

3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan

menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah

4. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman,

tidak diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran

5. Memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Ps. 32 ayat 1

yang berbunyi “setiap warga negara negara berhak mendapat

pendidikan”, dan ayat 2 yang berbunyi “setiap warga negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.”

2.7.3. Landasan Pendidikan Inklusif

a. Landasan Filosofis

Bhineka Tunggal Ika yaitu pengakuan Ke-bhinekaan antar manusia yang

mengemban misi tunggal untuk membangun kehidupan bersama yang lebih

baik. Bertolak dari filosofi Bhineka Tunggal Ika, kelainan (kecacatan)

hanyalah suatu bentuk Kebhinekaan seperti halnya perbedaan suku, ras,

bahasa, budaya atau agama. Di dalam individu berkelainan pastilah dapat

ditemukan keunggulan-keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam individu

anak normal maupun anak berbakat pasti terdapat juga kecacatan tertentu,

karena tidak ada makhluk yang diciptakan sempurna. Kelainan tidak

memisahkan peserta didik satu dengan yang lainnya. Hal ini harus

diwujudkan dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan harus

memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar siswa yang

beragam, sehingga mendorong sikap yang penuh toleransi dan saling

menghargai.

b. Landasan Religi

1) Manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.

2) Manusia diciptakan sebagai makhluk yang individual differences agar

dapat saling berhubungan dalam rangka saling membutuhkan,

sebagaimana firman Allah SWT (QS. Al-Hujurat: 13) yang berbunyi:

Page 75: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

c. Landasan Yuridis

1) Declaration of Human Right (1948)

2) Convention of Human Right of the Child (1989)

3) Kebijakan global Education for All oleh UNESCO (1990)

4) Kesepakatan UNESCO di Salamanca tentang Inclusive

Education (1994). Deklarasi ini sebenarnya penegasan kembali

atas deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan berbagai

deklarasi lanjutan yang berujung pada peraturan standar PBB

tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi individu

berkelainan memperoleh pendidikan sebagai bagian dari sistem

pendidikan yang ada.

5) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 (1) yang berbunyi: bahwa

setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama

memperoleh pendidikan.

6) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasal 4 (1) dinyatakan bahwa: pendidikan di negeri ini

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan,

nilai kultural dan kemajemukan bangsa. Pasal 5 (2) menyatakan

warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental

dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

7) Dalam penjelasan pasal 15 dinyatakan bahwa penyelenggaraan

pendidikan khusus tersebut dilakukan secara inklusif atau berupa

satuan pendidikan khusus. 7 Pasal 11 menyatakan bahwa;

pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan

dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan

yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.

d. Landasan Pedagogic

Pada hakekatnya pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan anak didik di dalam dan di luar sekolah yang

berlangsung seumur hidup. (Sumber: digilib.uinsby.ac.id.05/12/2016)

Jelaslah melalui rumusan tersebut bahwa hakekatnya pendidikan itu

perlu atau dibutuhkan oleh siapa saja dan dimana saja. Pada Undang-

Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 disebutkan bahwa tujuan pendidikan

Page 76: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi,

melalui pendidikan berkebutuhan khusus atau berkelainan dibentuk menjadi

manusia yang bertanggung jawab dan menjadi warga negara yang

demokratis yaitu individu yang mampu menghargai perbedaan dan

berpartisipasi dalam masyarakat.

2.7.4. Proses Pembelajaran Pendidikan Inklusif

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas inklusif secara umum

sama dengan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas reguler.

Namun demikian, karena di dalam kelas inklusif di samping terdapat anak

normal juga terdapat anak luar biasa yang mengalami

kelainan/penyimpangan (baik fisik, intelektual, sosial, emosional dan

sensoris neurologist) dibanding anak normal.

Menurut Direktorat PLB (2004: 28) dalam kegiatan belajar mengajar,

guru yang mengajar di kelas inklusif dalam menggunakan strategi, media

dan metode harus disesuaikan dengan masing-masing kelainan anak

berkelainan. Yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-

mengajar di kelas inklusif antara lain

Page 77: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

a. Merencanakan Kegiatan Belajar-Mengajar.

1) Merencanakan Pengelolaan Kelas.

2) Merencanakan Pengorganisasian Bahan.

3) Merencanakan Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar.

4) Merencanakan Penggunaan Sumber Belajar.

5) Merencanakan Penilaian.

b. Melaksanakan Kegiatan Belajar-Mengajar.

1) Berkomunikasi Dengan Siswa.

2) Mengimplementasikan Metode, Sumber Belajar dan Bahan Latihan

yang sesuai dengan Tujuan.

3) Mendorong Siswa untuk Terlibat Secara Aktif.

4) Mendemonstrasikan Penguasaan Materi.

5) Mengelola Waktu, Ruang, Bahan dan Perlengkapan Pengajaran.

6) Melakukan Evaluasi.

c. Membina Hubungan Antar Pribadi.

1) Bersikap Terbuka, Toleran dan Simpati terhadap Siswa.

2) Menampilkan Kegairahan Kesungguhan.

3) Mengelola Interaksi Antar Pribadi.

2.7.5. Deskripsi Teori Pendidikan Khusus

Dalam konsep pendidikan kebutuhan khusus semua anak termasuk

anak penyandang cacat dipandang sebagai individu yang unik. Setiap

individu anak memiliki perbedaan dalam perkembangan dan memiliki

kebutuhan khusus yang berbeda pula. Anak-anak penyandang cacat

memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar akibat dari

kecacatan yang dimilikinya. (Sumber: file.upi.edu.29/10/2016)

Oleh karena itu fokus utama dari pendidikan kebutuhan khusus adalah

hambatan belajar dan kebutuhan anak secara individual. Pendidikan

kebutuhan khusus memandang anak berkebutuhan khusus (ABK) sebagai

Page 78: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

individu yang khas dan utuh, keragaman dan perbedaan individu sangat

dihormati.

Konsep pendidikan kebutuhan khusus (special needs education)

melihat kebutuhan anak dari spektrum yang sangat luas, yaitu bahwa setiap

anak memiliki kebutuhan yang bersifat khusus, oleh karena itu anak

berkebtuhan khusus meliputi dua kategori yaitu anak berkebutuhan khusus

yang bersifat sementara (temporary special needs) dan anak kebutuhan

khusus yang bersifat menetap (permanently special needs). Anak

berkebutuhan khusus temporer/sementra (temporary special needs) adalah

anak-anak yang mengalami hambatan akibat dari faktor-faktor lingkungan

seperti: (1) anak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat

sering menerima kekerasan dalam rumah tangga, (2) mengalami kesulitan

konsentrasi karena sering diperlakukan kasar oleh orang tuanya, (3)

mengalami kesulitan kumulatif dalam membaca dan berhitung akibat

kekeliruan guru dalam mengajar atau (4) anak-anak yang mengalami trauma

akibat dari bencana alam yang mereka alami. Anak- anak sepeti ini

memerlukan bantuan khusus untuk mengatasi hambatan-hambatan yang

dialaminya. (Sumber: file.upi.edu.29/10/2016)

2.7.6. Fungsi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Pendidikan kebutuhan khusus sebagai disiplin ilmu mempunyai tiga

fungsi yaitu:

1. Fungsi preventif adalah upaya pencegahan agar tidak muncul

hambatan belajar dan hambatan perkembangan akibat dari

kebutuhan khusus tertentu. Hambatan belajar pada anak dapat

disebabkan oleh tiga faktor yaitu:

(a) Akibat faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengalami

hambatan belajar karena bisa disebabkan oleh kurikulum yang

terlalu padat, kesalahan guru dalam mengajar, anak yang

terpaksa harus bekerja mencari nafkah, trauma karena bencana

alam/perang, anak yang diperlakukan kasar di rumah dsb.

Fungsi preventif pendidikan kebutuhan khusus adalah mencegah

agar faktor-faktor lingkungan tidak menyebabkan munculnya

hambatan belajar.

(b) Akibat faktor dari dalam diri anak itu sendiri. Misalnya seorang

anak yang kehilangan fungsi penglihatan atau kehilangan fungsi

pendengaran yang dibawa sejak lahir, kondisi seperti itu

dipandang sebagai hambatan belajar yang berasal dari dalam diri

anak itu sendiri. Fungsi preventif pendidikan kebutuhan khusus

dalam hubungannya dengan kondisi seperti ini adalah mencegah

Page 79: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

agar kehilangan fungsi penglihatan atau pendengaran itu tidak

berdampak buruk dan lebih luas kepada aspek-aspek

perkembangan dan kepribadian anak

(c) interaksi antara faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri

anak.

2. Fungsi Intervensi

Kata intervensi dapat diartikan sebagai upaya menangani hambatan

belajar dan hambatan perkembangan yang sudah terjadi pada diri

anak. Misalnya seorang anak mengalami gangguan dalam

perkembangan kecerdasan/kognitif sehingga ia mengalami kesulitan

dalam belajar secara akademik. Fungsi intervensi pendidikan

kebutuhan khusus adalah upaya menangani anak agar dapat mencapai

perkembangan optimum sejalan dengan potensi yang dimilikinya.

Dengan kata lain fungsi intervensi tidak dimaksudkan supaya anak

yang mengalami kehilangan fungsi pendengaran agar dapat

mendengar, tetapi dalam keadaan tidak dapat mendengar mereka tetap

dapat belajar, bekerja dan hidup secara wajar bersama dengan orang

lain dalam lingkungannya. Inilah yang disebut dengan coping, artinya

anak dapat berkembang optimum dengan kondisi yang dimilikinya.

3. Fungsi Kompensasi

Pengertian kompensasi dalam kontek pendidikan kebutuhan khusus

diartikan sebagai upaya pendidikan untuk menggantikan fungsi yang

hilang atau mengalami hambatan dengan fungsi lain. Seorang anak

yang kehilangan fungsi penglihatan akan sangat sulit untuk belajar

atau bekerja jika berhubungan dengan penggunaan fungsi penglihatan.

Oleh karena itu kehilangan fungsi penglihatan dapat dialihkan atau di

kompensasikan kepada fungsi lain misalnya perabaan dan

pendengaran. (Sumber: file.upi.edu.29/10/2016)

2.7.7. Pendidikan Khusus dan Sekolah Inklusif

Penempatan anak berkelainan di sekolah inklusif dapat dilakukan

dengan berbagai model sebagai berikut:

1) Kelas Reguler (Inklusi Penuh) Anak berkelainan belajar bersama

anak lain (normal) sepanjang hari di kelas reguler dengan

menggunakan kurikulum yang sama.

Page 80: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2) Kelas Reguler dengan Cluster Anak berkelainan belajar bersama

anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus.

3) Kelas Reguler dengan Pull Out Anak berkelainan belajar bersama

anak lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu

tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar

dengan guru pembimbing khusus.

4) Kelas Reguler dengan Cluster dan Pull Out Anak berkelainan

belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok

khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke

ruang dumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

5) Kelas Khusus dengan berbagai pengintegrasian Anak berkelainan

belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam

bidang-bidang terntentu dapat belajar bersama dengan anak lain

(normal) di kelas reguler. 6) Kelas Khusus Penuh Anak berkelainan

belajar bersama di dalam kelas khusus pada sekolah reguler.

(Sumber: digilib.uinsby.ac.id.05/12/2016)

Dengan demikian, pendidikan inklusif tidak mengharuskan semua

anak berkebutuhan khusus (ABK) di kelas reguler setiap saat dengan semua

mata pelajarannya (inklusif penuh), karena sebagian anak berkebutuhan

khusus (ABK) dapat berupa berada di kelas khusus atau ruang-ruang terapi

dengan kelainannya yang cukup berat. Oleh karena itu dibutuhkan adanya

Pendidikan Khusus atau dengan kata lain Pendidikan bagi yang memiliki

kebutuhan khusus. Bahkan bagi anak berkelainan yang gradasi kelainannya

berat, mungkin akan lebih banyak waktunya berada di kelas khusus pada

sekolah reguler (inklusif lokasi). Kemudian, bagi yang kelainannya sangat

berat dan tidak memungkinkan di sekolah reguler (sekolah biasa), dapat

disalurkan ke sekolah khusus (SLB) atau tempat khusus (rumah sakit).

2.8. Kebijakan dan Program Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif

H.A.R. Tilaar & Riant Nugroho (2008: 16) menyebutkan konsep

mengenai kebijakan yaitu sebagai berikut:

Page 81: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

“Suatu kata benda hasil dari deliberasi mengenai tindakan (behavior)

dari seseorang atau sekelompok pakar mengenai rambu-rambu

tindakan dari seseorang atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.”

Menurut Noeng Muhadjir (1993: 15) menyatakan kebijakan sebagai berikut:

“Upaya memecahkan problem sosial bagi kepentingan masyarakat

atas azas keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Pemilihan suatu

kebijakan setidaknya harus memenuhi empat butir yakni; (1) tingkat

hidup masyarakat meningkat; (2) terjadi keadilan : By the law, social

justice, dan peluang prestasi dan kreasi individual; (3) diberikan

peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam membahas masalah,

perencanaan, keputusan, dan implementasi); dan (4) terjaminnya

pengembangan berkelanjutan. Arif Rohman mengatakan kebijakan

pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengatur khusus

regulasi berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi dan distribusi

sumber, serta pengaturan perilaku dalam pendidikan.

Secara khusus salah satu kebijakan pendidikan yang dikeluarkan

pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia,

dalam Peraturan Menteri No. 70 Tahun 2009 adalah pendidikan inklusif.

Pendidikan inklusif yaitu pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Melalui

peraturan di atas maka Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia

mengeluarkan program dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, pasal 6

yang menyatakan bahwa; 1) Pemerintah kabupaten/kota menjamin

terselenggaranya pendidikan inklusif sesuai dengan kebutuhan peserta didik;

2) Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya sumber daya

pendidikan inklusif pada satuan pendidikan inklusif; 3) Pemerintah dan

pemerintah provinsi membantu tersedianya sumber daya pendidikan

inklusif.

Page 82: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Pada tingkat kabupaten/kota juga terdapat peraturan penyelenggaraan

pendidikan inklusif yang tertuang pada Peraturan Daerah Kota Bekasi No.

13 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan berfungsi

memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,

emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sesuai

kemampuannya. Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang

tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,

berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik,

menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat

adiktif lain serta memiliki kelainan lain. (pasal 107 Perda No.13 Tahun

2014)

Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat

diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah dan dilakukan melalui satuan pendidikan

khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau

satuan pendidikan keagamaan. Ketentuan lebih lanjutnya diatur dengan

Peraturan Menteri. (pasal 108 Perda No.13 Tahun 2014)

Page 83: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya pendidikan khusus

pada satuan pendidikan umum dan satuan pendidikan kejuruan sesuai

dengan kebutuhan peserta didik. Penjaminan terselenggaranya pendidikan

khusus tersebut dilakukan dengan menetapkan paling sedikit 1 (satu)

satuan pendidikan umum dan 1 (satu) satuan pendidikan kejuruan yang

memberikan pendidikan khusus serta menyediakan sumberdaya pendidikan

yang berkaitan dengan kebutuhan peserta didik berkelainan. Pemerintah

Daerah juga dapat meminta Pemerintah Provinsi dan Pemerintah untuk

membantu tersedianya sumberdaya pendidikan yang berkaitan dengan

kebutuhan peserta didik berkelainan. (pasal 109 Perda No.13 Tahun

2014)

Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jalur

formal diselenggarakan melalui satuan pendidikan anak usia dini,

satuan pendidikan dasar, dan satuan pendidikan menengah. (pasal 110

Perda No.13 Tahun 2014).

Satuan pendidikan khusus formal bagi peserta didik berkelainan

untuk pendidikan anak usia dini berbentuk taman kanak-kanak luar

biasa atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.

Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang

pendidikan dasar terdiri atas sekolah dasar luar biasa atau sebutan lain

untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat dan sekolah menengah

pertama luar biasa atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang

sejenis dan sederajat. Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik

Page 84: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

berkelainan pada jenjang pendidikan menengah adalah sekolah

menengah atas luar biasa, sekolah menengah kejuruan luar biasa, atau

sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.

Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara

terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan dan dapat

diselenggarakan oleh satuan pendidikan pada jalur pendidikan non formal.

(pasal 111 Perda No.13 Tahun 2014).

Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa berfungsi mengembangkan potensi

keunggulan peserta didik menjadi prestasi nyata sesuai dengan

karakteristik keistimewaannya dan bertujuan mengaktualisasikan seluruh

potensi keistimewaannya tanpa mengabaikan keseimbangan

perkembangan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial,

estetik, kinestetik, dan kecerdasan lain. (pasal 112 Perda No.13 Tahun

2014).

Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan

pendidikan formal TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK,

atau bentuk lain yang sederajat. Program pendidikan khusus tersebut

dapat berupa program percepatan dan program pengayaan. (pasal 113 Perda

No.13 Tahun 2014).

Page 85: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Program percepatan sebagaimana dimaksud dilakukan dengan

persyaratan:

a. peserta didik memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat

istimewa yang diukur dengan tes psikologi

b. peserta didik memiliki prestasi akademik tinggi dan/atau bakat

istimewa di bidang seni dan/atau olahraga

c. satuan pendidikan penyelenggara telah memenuhi Standar

Nasional Pendidikan.

Sedangkan, program percepatan dapat dilakukan dengan

menerapkan sistem kredit semester sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Penyelenggaraan kedua program pendidikan diatas

dapat dilakukan dalam bentuk kelas biasa, kelas khusus atau satuan

pendidikan khusus. (pasal 113 Perda No.13 Tahun 2014).

Selain itu, pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki

potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa juga dapat diselenggarakan

oleh satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal. (pasal 114 Perda

No.13 Tahun 2014).

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pendidikan

khusus diatur dengan Peraturan Menteri. (pasal 115 Perda No.13 Tahun

2014).

Pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua

peserta didik baik yang normal maupun berkelainan di lingkungn sekolah

Page 86: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dan kelas yang sama. Sekolah inklusi menyediakan program pendidikan

yang layak dan menantang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan

setiap peserta didik. Peserta didik menurut Peraturan Daerah Kota

Bekasi No. 13 Tahun 2014, pasal 107 adalah peserta didik berkelainan

terdiri atas peserta didik yang tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,

tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki

gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat

terlarang, dan zatadiktif lain; dan memiliki kelainan lain.

Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

inklusif yaitu sekolah yang memberikan kesempatan yang sama bagi

semua yaitu semua anak bisa belajar di lingkungan yang sama baik

anak normal maupun anak berkebutuhan khusus (ABK) tanpa memandang

kelainan fisik maupun mental, tanpa adanya diskriminatif dari

lingkungan belajar dan saling menghargai keanekaragaman yang

bertujuan untuk mewujudkan kesempatan yang seluas-luasnya kepada

peserta didik yang berkebutuhan khusus memperoleh pendidikan yang

bermutu untuk mengembangkan bakat dan minatnya sesuai dengan

kebutuhan dan kondisinya, yaitu Tenaga Pendidik, Sarana dan Prasarana,

Kurikulum, dan sistem evaluasinya pun harus dikemas sesuai dengan

kebutuhan siswa baik yang normal maupun anak berkebutuhan khusus.

Namun di Kota Bekasi masih ada keterbatasan aksesibilitas bagi

Penyandang Disabilitas dalam mendapatkan Pendidikan. Anak

Page 87: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Berkebutuhan Khusus (ABK) ini tidak mendapatkan kesempatan yang sama

dengan anak-anak normal lainnya dalam mengenyam Pendidikan. Sekalipun

saat ini Pemerintah telah menyelenggarakan Pendidikan Inklusif bagi anak-

anak Penyandang Disabilitas namun kebijakan ini tidak dibarengi dengan

kesiapan dalam pelaksanaan nya sehingga kebijakan Pendidikan Inklusif ini

tidak dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan dampak yang terjadi adalah

anak-anak Penyandang Disabilitas masih sulit dalam mendapatkan

aksesibilitas Pendidikan.

Dalam Perda No. 13 Tahun 2014, penyelenggaraan pendidikan

inklusif tercantum pada pasal Pasal 108 yang menyatakan pendidikan

khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada

semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah dan dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan

pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan,dan/atau satuan pendidikan

keagamaan. Ketentuan lebih lanjutnya diatur dengan Peraturan Menteri.

Pendidikan Inklusif ditujukan dalam rangka penyamarataan hak bagi

Penyandang Disabilitas di bidang Pendidikan. Pada sekolah inklusif

setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat

dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan/atau

penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan

kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya.

Dengan kata lain, pendidikan inklusif mensyaratkan pihak sekolah yang

Page 88: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik,

bukan peserta didik yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan.

(Direktorat PLB, 2007: 6)

Namun fakta yang terjadi di Kota Bekasi, pelaksanaan Pendididkan

Inklusif belum memenuhi syarat tersebut. Pihak sekolah belum dapat

memberikan sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan

individu dari peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut. Dengan

demikian, maka peserta didik yang bersangkutan harus berupaya

menyesuaikan dirinya dengan sistem yang ada di sekolah.

Pasal 109 yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah menjamin

terselenggaranya pendidikan khusus pada satuan pendidikan umum dan

satuan pendidikan kejuruan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan

pasal 110 yang menyatakan Pendidikan khusus bagi peserta didik

berkelainan pada jalur formal diselenggarakan melalui satuan

pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, dan satuan

pendidikan menengah.

Kebijakan yang tertuang pada pasal 109 dan pasal 110 tersebut tidak

sesuai dengan kenyataan yang terjadi di Kota Bekasi hingga saat ini.

Pemerintah belum menyediakan fasilitas sarana, prasarana dan

mengakomodasi pembelajaran dalam penyelenggaran Pendidikan Inklusif

sehingga hal ini menyebabkan mereka menjadi tidak percaya diri untuk

daftar di sekolah reguler, karena mereka tidak mendapatkan hal yang dapat

Page 89: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

membantu mereka agar dapat belajar dan mengembangkan dirinya di

sekolah layaknya anak-anak normal yang lain. Fakta yang terjadi adalah

kebanyakan sekolah reguler di Kota Bekasi hanya memiliki peserta didik

tunadaksa atau cacat fisik, tidak ada yang memiliki peserta didik tunanetra,

tunarunggu, tunawicara dan lain sebagainya dikarenakan fasilitas sarana,

prasarana yang tidak memadai. Rendahnya pemahaman guru-guru di

sekolah reguler di Kota Bekasi mengenai bagaimana memperlakukan

peserta didik Penyandang Disabilitas dan pemahaman penyelenggaraan

Pendidikan Inklusif. Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan

orang-orang yang sangat berperan penting dalam penyelenggaraan

pendidikan. Kurangnya keberadaan guru pendamping khusus dengan

lulusan Pendidikan Luar Biasa yang terdapat di sekolah reguler. Kelancaran

penyelenggaraan sistem pendidikan inklusif ini sangat berpengaruh dari

kemampuan para guru pembimbing khusus juga. Pihak sekolah juga

harus mendukung keberadaan guru pendamping khusus (GPK) dan bekerja

sama dengan sebaik mungkin. Namun Pemerintah Kota Bekasi sendiri

belum menyediakan sama sekali guru pendamping khusus yang melayani

peserta didik penyandang disabilitas di sekolah reguler di Kota Bekasi.

2.9. Penyandang Disabilitas

2.9.1. Deskripsi Teori Penyandang Disabilitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyandang diartikan

dengan orang yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas

Page 90: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa

Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau

ketidakmampuan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,2008).

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan

Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas yaitu orang yang

memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka

waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap

masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk

berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang

Disabilitas dalam Pasal 1 mengemukakan Penyandang Disabilitas adalah

setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental,

dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan

lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi

secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan

kesamaan hak.

Menurut Riyadi (2012:293) mengartikan penyandang disabilitas

sebagai berikut:

“Penyandang disabilitas merupakan kelompok masyarakat yang

beragam, diantaranya penyandang disabilitas yang mengalami

disabilitas fisik, disabilitas mental maupun gabungan dari disabilitas

fisik dan mental. Istilah penyandang disabilitas pun sangat beragam.

Kementerian Sosial menyebut penyandang disabilitas sebagai

penyandang cacat, Kementerian Pendidikan Nasional menyebut

Page 91: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dengan istilah berkebutuhan khusus, sedangkan Kementerian

Kesehatan menyebut dengan istilah Penderita cacat.”

WHO mendefinisikan disabilitas sebagai “A restriction or inability to

perform an activity in the manner or within the range considered normal for

a human being, mostly resulting from impairment”.

Definisi tersebut menyatakan dengan jelas bahwa disabilitas

merupakan pembatasan atau ketidakmampuan untuk melakukan suatu

kegiatan dengan cara yang atau dalam rentang dianggap normal bagi

manusia, sebagian besar akibat penurunan kemampuan.

Selain pengertian secara umum, WHO mengemukakan pula definisi

disabilitas yang berbasis pada model sosial sebagai berikut.

a) Impairment (kerusakan atau kelemahan) yaitu ketidaklengkapan atau

ketidaknormalan yang disertai akibatnya terhadap fungsi tertentu.

Misalnya kelumpuhan di bagian bawah tubuh disertai ketidakmampuan

untuk berjalan dengan kedua kaki.

b) Disability/handicap (cacat atau ketidakmampuan) adalah

kerugian/keterbatasan dalam aktivitas tertentu sebagai akibat faktor-

faktor sosial yang hanya sedikit atau sama sekali tidak memperhitungkan

orang-orang yang menyandang “kerusakan/kelemahan” terentu dan

karenanya mengeluarkan oranmg-orang itu dari arus aktivitas sosial.

(Peter,2007: 132.)

2.9.2. Jenis Penyandang Disabilitas

Setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang

dapat menganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk

melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari:

a. Penyandang Disabilitas fisik

Page 92: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Gangguan pada tubuh yang membatasi fungsi fisik salah satu anggota

badan bahkan lebih atau kemampuan motorik seseorang. Disabilitas

fisik lainnya termasuk sebuah gangguan yang membatasi sisi lain dari

kehidupan sehari-hari. Misalnya saja gangguan pernapasan dan juga

epilepsy.

b. Penyandang Disabilitas intelektual

Disabilitas intelektual merupakan suatu pengertian yang sangat luas

mencakup berbagai kekurangan intelektual, diantaranya juga adalah

keterbelakangan mental. Sebagai contohnya adalah seorang anak yang

mengalami ketidakmampuan dalam belajar. Dan disabilitas

intelektual ini bisa muncul pada seseorang dengan usia berapa pun.

c. Disabilitas sensorik

Disabilitas sensorik merupakan gangguan yang terjadi pada salah satu

indera. Istilah ini biasanya digunakan terutama pada penyandang

disabilitas yang mengacu pada gangguan pendengaran, penglihatan

dan indera lainnya juga bisa terganggu.

d. Penyandang Disabilitas mental.

Istilah disabilitas mental biasanya sering digunakan pada anak-anak

yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Akan tetapi

tidak hanya itu saja, disabilitas mental juga merupakan sebuah istilah

yang menggambarkan berbagai kondisi emosional dan mental.

Gangguan kejiwaan adalah istilah yang digunakan pada saat

disabilitas mental secara signifikan mengganggu kinerja aktivitas

hidup yang besar. (bisamandiri.com,29/11/2016)

Ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud dialami secara

tunggal, ganda, atau multi dalam jangka waktu lama yang ditetapkan oleh

tenaga medis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (UU

no 8 tahun 2016 pasal 4 ayat 2)

Dalam UU HAM, penyandang disabilitas merupakan kelompok

masyarakat rentan yang berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan

lebih berkenaan dengan kekhususannya. Dalam Undang-Undang No. 11

Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, ditegaskan bahwa penyandang

disabilitas digolongkan sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki

kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria

masalah sosial.

Page 93: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2.9.3. Hak Penyandang Disabilitas

Menurut Convetion On The Rights of Persons With Disabilities

(Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) dalam website

Kemenkumham yang telah disahkan dengan UndangUndang Nomor 19

Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Persons

With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas)

menyatakan bahwa:

“Penyandang disabilitas termasuk mereka yang memiliki keterbatasan

fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama

dimana ketika berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini dapat

mengahalangi partisipasi penuh dan efektif mereka dalam masyarakat

berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.”

Penyandang disabilitas merupakan asset negara bidang sumber daya

manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagaimana manusia

lainnya. Potensi yang dimiliki penyandang disabilitas dapat dikembangkan

sesuai dengan talenta yang dibawa sejak lahir. Namun karena kecacatan

yang disandangnya penyandang disabilitas mengalami hambatan fisik,

mental dan sosial untuk mengembangkan dirinya secara alami. Penyandang

disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan

masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

penyandang disabilitas berhak mendapatkan perlakuan khusus, yang

dimaksudkan sebagai upaya perlindungan dari kerentanan terhadap berbagai

tindakan diskriminasi dan terutama perlindungan dari berbagai pelanggaran

hak asasi manusia. Perlakuan khusus tersebut dipandang sebagai upaya

Page 94: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

maksimalisasi penghormatan, pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak

asasi manusia universal.

Secara eksplisit Indonesia juga memiliki Undang Undang No. 8 Tahun

2016 tentang Penyandang Disabilitas yang memberikan landasan hukum

secara tegas mengenai kedudukan dan hak penyandang disabilitas. Dalam

konsideran UU Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami

keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka

waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat

mengalamihambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan

efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.. Selain itu

hak-hak fundamental berikut kewajiban penyandang disabilitas juga

ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 pasal 41 Ayat 2,

yang menyebutkan bahwa : "Setiap penyandang cacat, orang yang berusia

lanjut, wanita hamil dan anak anak, berhak memperoleh kemudahan dan

perlakuan khusus". Begitu pula dengan Pasal 42 yang berbunyi: "Setiap

warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak

memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas

biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan

martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan

berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara".

(Pedoman ILO, 2013: 3)

Penyandang cacat memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama

dengan warga negara non disabilitas. Penyandang disabilitas memiliki hak

Page 95: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

untuk hidup, dan mempertahankan kehidupnya. Selain hak untuk hidup,

apabila membicarakan isu-isu mengenai hak asasi manusia, kita juga dapat

menemukan bahwa manusia sebagai warga negara memiliki hak sipil dan

politik, serta memiliki hak ekonomi, sosial dan budaya. Hak Sipil dan

politik dipandang sebagai hak-hak yang bersumber dari martabat dan

melekat pada setiap manusia yang dijamin dan dihormati keberadaannya

oleh negara agar manusia bebas menikmati hak-hak dan kebebasannya

dalam bidang sipil dan politik yang pemenuhannya menjadi tanggung jawab

negara, yang meliputi hak hidup; hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan

tidak manusiawi, hak bebas dari perbudakan dan kerja paksa, hak atas

kebebasan dan keamanan pribadi, hak atas kebebasan bergerak dan

berpindah, hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama dihadapan hukum,

hak untuk bebas berfikir, berkeyakinan dan beragama, hak untuk bebas

berpendapat dan berekspresi, hak untuk berkumpul dan berserikat, dan hak

untuk turut serta dalam pemerintahan. Hak ekonomi, sosial, dan budaya,

dipandang sebagai hak dasar manusia yang harus dilindungi dan dipenuhi

agar manusia terlindungi martabat dan kesejahteraannya. Pemerintah

Indonesia telah meratifikasi kovenan Internasional tentang Hak-hak

Ekonomi Sosial dan Budaya. (UU Nomor 11 Tahun 2005)

Penyandang disabilitas berhak mendapatkan pendidikan yang sama

seperti masyarakat yang lain dan mereka tidak boleh di pisahkan secara

pendidikan dengan peserta didik biasa. Dengan kata lain mereka pun merasa

di samakan dan tidak di beda-bedakan sehingga timbul rasa toleransi pada

Page 96: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

masyarakat terhadap penyandang disabilitas dan rasa percaya diri dari

penyandang disabilitas untuk berinteraksi dan hidup bermasyarakat.

Pasal 40 dalam UU No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas

menyatakan bahwa anak penyandang disabilitas berhak untuk diikutsertakan

dalam program wajib belajar dua belas tahun. Pemerintah dan Pemerintah

Daerah dalam menyelenggarakan dan/atau memfasilitasi pendidikan inklusif

dan pendidikan khusus wajib memfasilitasi Penyandang Disabilitas untuk

mempelajari keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk kemandirian dan

partisipasi penuh dalam menempuh pendidikan dan pengembangan sosial.

Dengan ini, maka di harapkan Pemerintah dapat mewujudkan

penyandang disabilitas yang berpendidikan sehingga mampu hidup

sejahtera, mandiri dan percaya diri dalam berinteraksi serta menjalankan

aktivitas hidup sehari-hari.

2.10. Penelitian Terdahulu

1) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Delvina berupa karya ilmiah

dengan judul “Pelaksanaan Pendidikan Inklusi di Kabupaten

Pelalawan Provinsi Riau Tahun 2016”. Sri Delvina sebagai pendidik

dari SLB Negeri Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci kabupaten

Pelalawan provinsi Riau. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah

untuk Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan sistem pendidikan

inklusi di kabupaten Pelalawan provinsi Riau. Karya ilmiah ini ditulis

dengan metode penelitian kualitatif yaitu dengan studi kasus pada

Page 97: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

SLB Negeri Pelalawan. Berdasarkan studi kasus dan wawancara

yang penulis lakukan dengan para guru pendamping khusus di

kabupaten Pelalawan, diperoleh banyaknya masalah-masalah yang

muncul dari penyelenggaraan sistem pendidikan inklusi di

kabupaten pelalawan Provinsi Riau. Sri Delvina menggunakan teori

Pendidikan inklusi menurut (Sapon-Shevin dalam O‟Neil,1994)

didalam kajian teori.com adalah sistem layanan pendidikan yang

mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar disekolah-sekolah

terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya. Karya ilmiah

ini memperoleh hasil bahwa (1) Pada tahun 2016 ini jumlah guru

pendamping khusus di Kabupaten Pelalawan sebanyak 4 orang.

Guru-guru ini ditugaskan oleh pemerintah provinsi riau di

sekolah-sekolah inklusi yang ditunjuk, satu guru pembimbing khusus

bertugas pada satu sekolah. Jadi hanya 4 sekolah di Kabupaten

Pelalawan yang mendapatkan layanan dari guru pendamping

khusus ini. Sementara lebih dari 4 sekolah di Kabupaten

Pelalawan ini yang melayani siswa-siswa berkebutuhan khusus.

Disinilah dapat terlihat kurangnya guru pendamping khusus di

Kabupaten Pelalawan. (2) Sebagian pendidik di Kabupaten

Pelalawan sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang

sekolah inklusi dan sistem penyelenggaraannya. Akan tetapi belum

semua pendidik yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang

sekolah inklusi dan bagaimana memberikan layanan yang tepat

Page 98: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

untuk anak berkebutuhan khusus. Untuk itulah diharapkan

pendidik di sekolah-sekolah penyelenggara inklusi baik pun

pendidik yang bukan penyelenggara inklusi mendapatkan ilmu

yang lebih banyak danterbaru lagi tentang sistem pendidikan inklusi

ini. (3) Sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan di Kabupaten

Pelalawan Provinsi Riau, masih memilki sarana dan prasarana

yang belum mencukupi bagi anak berkebutuhan khusus. Seperti untuk

siswa tunanetra, buku-buku braille belum terdapat di sekolah

penyelenggara pendidikan inklusi. Ruangan dan alat-alat asesmen

anak-anak berkebutuhan khusus juga belum terdapat pada

sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusi dan lain-lainnya.

Persamaan pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Delvina ini sama-

sama meneliti tentang sistem Pendidikan Inklusif di suatu daerah

dengan menemukan beberapa permasalahan terkait penyelenggaraan

Pendidikan Inklusif yang terjadi pada suatu daerah. Perbedaan nya

terletak pada lokus penelitian dalam penelitian ini, lokus penelitian

dari karya ilmiah Sri Delvina ini adalah di Kabupaten Pelalawan

Provinsi Riau.

2) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwanto,dkk berupa jurnal yang

berjudul “Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia” pada

tahun 2010. Penelitian ini dibuat dalam pusat kajian disabilitas pada

fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, Universitas Indonesia. Penelitian

ini bertujuan untuk memotret situasi umum yang dihadapi oleh

Page 99: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

penyandang disabilitas di Indonesia. Mulai dari upaya untuk

menggambarkan karakteristik dan besaran populasinya, diikuti dengan

kebijakan dan program pemerintah, kerangka hukum positif yang

relevan dengan persoalan disabilitas,dan analisis mengenai partisipasi

penyandang disabilitas di erbagai sektor kehidupan seperti

pendidikan, politik, kebudayaan, dan lain-lain. Penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif dengan membandingkan korelasi

data statistik tentang penyandang disabilitas serta hasil suvey dari

berbagai jenis data dan sumber. Teori yang terdapat dalam penelitian

ini diperoleh dari kesimpulan hasil survey yang dilakukan oleh para

peneliti sebelumnya dan juga lembaga seperti UNESCO, WHO,

Depdiknas, dan lembaga-lembaga lainnya. Penelitian memperoleh

hasil salah satunya adalah bahwa dalam realita pelaksanaannya,

partisipasi penyandang disabilitas dalam bidang pendidikan baru

sampai tataran hukum. Siswa dengan disabilitas masih mengalami

berbagai hambatan dalam sekolah inklusi. Faktor pertama dan

utama adalah dedikasi dan kesiapan guru. Karena kebanyakan

guru belum memahami karakteristik dan gaya belajar setiap siswa

termasuk siswa dengan disabilitas sehingga guru tidak luwes

dalam mengakomodasi kebutuhan belajar siswa dengan disabilitas.

Faktor kedua adalah kurikulum dan aturan sekolah serta budaya

lingkungan yang penerapannya kurang akomodatif. Persamaan

penelitian yang dilakukan oleh Irwanto,dkk ini sama-sama melakukan

Page 100: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

penelitian dengan objek penelitiannya yaitu Penyandang Disabilitas.

Perbedaannya terletak pada kasus yang diteliti, yaitu pada jurnal ini

menganalisis situasi penyandang disabilitas secara keseluruhan mulai

dari data jumlah penyandang disabilitas di Indonesia, kebijakan dan

program pemerintah untuk penyandang disabilitas, hukum dan

kebijakannya, serta partisipasi penyandang disabilitas. Sedangkan

saya membatasi penelitian pada implementasi Perda No. 13 Tahun

2014 yang dijadikan acuan dalam penyelenggaraan Pendidikan

Inklusif di Kota Bekasi.

2.11. Kerangka Berpikir

Suriasumantri dalam Sugiyono (2009: 92) mengemukakan bahwa

seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun

kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran

merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek

permasalahan.

Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah

implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi. Salah satu

kebijakan yang peneliti analisis di sini adalah implementasi Perda Nomor 13

Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

khususnya pendidikan inklusif. Sehingga peneliti mencoba untuk

mendeskripsikan Implementasi Perda Nomor 13 Tahun 2014 tersebut

dengan apa yang senyatanya terjadi di lapangan.

Page 101: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Oleh karena itu peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan

Mazmanian dan Sabatier yang menyatakan terdapat tiga variabel yang

mempengaruhi keberhasilan implementasi yaitu:

1. Karakteristik dari masalah

2. Karakteristik kebijakan/Peraturan Daerah

3. Variabel lingkungan

Kemudian sebagai konsep operasionalisasi dari teori implementasi

tersebut, peneliti menggunakan kriteria pendidikan inklusif yang mengacu

pada buku panduan umum penyelenggaraan pendidikan inklusif yang

dikeluarkan oleh Direktorat PLB. Kriteria sekolah penyelenggara

pendidikan inklusif adalah sebagai berikut:

a. Kesiapan sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan

inklusif (kepala sekolah, komite sekolah, guru, peserta didik,

dan orang tua)

b. Terdapat anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah

c. Tersedia guru pendidikan khusus (GPK) dari PLB (guru tetap sekolah

atau guru yang diperbantukan dari lembaga lain)

d. Komitmen terhadap penuntasan wajib belajar

e. Memiliki jaringan kerjasama dengan lembaga lain yang relevan

f. Tersedia sarana penunjang yang mudah diakses oleh semua anak

g. Pihak sekolah telah memperoleh sosialisasi tentang pendidikan

inklusif

h. Sekolah tersebut telah terakreditasi

Berdasarkan gambar dibawah, maka dapat dijelaskan bahwa

identifikasi masalah yang penulis temui tentang penyelenggaraan

pendidikan inklusif cukup banyak. Kemudian untuk menjawab

permasalahan tersebut peneliti menggunakan teori implementasi

Mazmanian dan Sabatier dimana teori implementasi kebijakan Mazmanian

Page 102: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dan Sabatier merupakan konsep dari kriteria sekolah penyelenggara

pendidikan inklusif sebagai pengukuran tingkat efektivitas program

sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yang memenuhi karakteristik

atau ciri-ciri bahwa penyelenggaraan pendidikan inklusif tersebut

berjalan secara efektif. Dengan karakteristik atau ciri-ciri efektivitas yang

dimaksud, diharapkan Perda No. 13 Tahun 2014 bisa diimplementasikan

dengan baik khususnya tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

supaya sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ingin dicapai.

Page 103: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Skema Kerangka Pemikiran

Output:

Implementasi Kebijakan

Pendidikan Inklusif di Kota

Bekasi dapat berjalan dengan

efektif

Input

1. Belum akuratnya standarisasi sarana dan prasarana dalam

pengelolaan dan pembukaan pendidikan inklusif di sekolah

umum atau reguler.

2. Keterbatasan aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus

(ABK) dalam mendapatkan pendidikan.

3. Rendahnya pemahaman dari tenaga pendidik di sekolah

reguler mengenai anak berkebutuhan khusus (ABK) dan

sistem pendidikan inklusif.

4. Tidak adanya keberadaan guru pendamping khusus (GPK)

dengan lulusan Pendidikan Luar Biasa yang terdapat di

sekolah inklusif.

5. Kurang tertibnya administrasi pendataan dari dinas terkait

mengenai pendidikan inklusif.

Proses

Tiga variabel yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi:

1. Karakteristik dari masalah

2. Karakteristik Kebijakan/Perda

3. Variabel Lingkungan

(Teori Mazmanian dan Sabatier dalam Subarsono

(2011:94) & Perda No.13 Tahun 2014)

Page 104: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2.12. Asumsi Dasar

Pada penelitian yang dilakukan perihal Implementasi Kebijakan

Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi yang juga mengacu kepada Perda No.13

Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan serta

peraturan tentang kebijakan pendidikan inklusif lainnya, khususnya bagi

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kota Bekasi dapat dikatakan belum

optimal. Sesuai dengan yang tertera pada pasal 108 dinyatakan bahwa

pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan

pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah serta penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan

melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan

pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Namun fakta

yang terjadi dilapangan, SD maupun SMP hanya sedikit yang memiliki

peserta didik penyandang disabilitas. Kesiapan sekolah serta sumberdaya

yang dimiliki pun tidak mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif.

Harus diteliti lebih lanjut dan mendalam apakah penyebab dan faktor-faktor

dari hal tersebut karena ini dapat menyebabkan Perda No.13 Tahun 2014

tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan di Kota Bekasi tidak

terlaksana dengan baik sebagaimana tujuan dan fungsinya.

Page 105: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 106: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari jenis data, pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan

penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik,

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah. Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif.

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan

pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.

(Moleong,2007: 6)

Sementara itu, pendekatan penelitian yang digunakan adalah

penelitian studi kasus dengan penekanan pada pendidikan inklusif di Kota

Bekasi dalam konteks studi implementasi kebijakan publik. Dalam hal ini

studi kasus adalah yang tepat digunakan sebagai pendekatan utama di dalam

penelitian ini. Kasus yang dianalisis terutama terkait dengan implikasi

faktor institusi atau kelembagaan yang dapat menjadi pengganggu dan juga

pendorong berhasilnya implementasi kebijakan penyelenggaraan pendidikan

khusus dan pendidikan inklusif. Pemilihan kasus ini dilatarbelakangi oleh

Page 107: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

kondisi objektif bahwa standarisasi yang belum akurat, keterbatasan

aksesibilitas, rendahnya pemahaman tenaga pendidik dan kurangnya

keberadaan guru pendamping dalam pendidikan khusus dan pendidikan.

Padahal instrumen kebijakan lewat Perda Kota Bekasi telah dikeluarkan

untuk menjembatani permasalahan tersebut. Hal ini menjadi bagian dalam

pelaksanaan studi kasus yang dipelajari.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Menurut Arikunto (1991:15) menyatakan bahwa penelitian dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu sebagai berikut:

“Penelitian yang hasilnya berupa data deskriptif melalui fakta-fakta

dari kondisi alami sebagai sumber langsung dengan instrumen dari

peneliti sendiri. Penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu

pengembangan konsep yang didasarkan atas dasar yang ada,

mengikuti desain penelitian yang fleksibel sesuai dengan konteknya.

Desain dimaksud tidak kaku sifatnya sehingga memberi peluang

kepada peneliti untuk menyesuaikan diri dengan konteks yang ada

dilapangan.”

Berdasarkan uraian di atas penggunaan pendekatan kualitatif dapat

menghasilkan data deskriptif tentang “Implementasi Kebijakan Pendidikan

Inklusif di Kota Bekasi”.

Menurut Arikunto (2010:22), yang dimaksud dengan sumber data

dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu :

a. Data Primer, adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

Page 108: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang

berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari

responden secara langsung.

Data primer dalam penelitian ini berasal dari hasil wawancara peneliti

dengan informan.

b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan

data yang menunjang data primer.

Dalam penelitian ini data sekunder adalah dokumentasi,catatan, atau

laporan historis yang telah tersusun dalam arsip, baik yang

dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

3.3. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini berfokus pada implementasi kebijakan

pendidikan inklusif di Kota Bekasi. Peneliti Mendeskripsikan dan

menganalisis implementasi kebijakan pendidikan inklusif dan faktor-faktor

apa yang mempengaruhi implementasi kebijakan pendidikan inklusif di

Kota Bekasi.

3.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kota Bekasi, dengan locus

instansi lainnya yang terkait dengan kebutuhan pengambilan data yaitu di

Dinas Pendidikan dan sekolah reguler ataupun sekolah khusus di Kota

Bekasi, untuk sekolah reguler peneliti menentukan lokasi di sekolah dasar,

dan sekolah menengah pertama.

Page 109: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

3.5. Variabel Penelitian

3.5.1. Definisi Konseptual

Menurut Azwar (2007:72) menyatakan definisi konseptual sebagai

berikut:

“Penggambaran secara umum dan menyeluruh yang menyiratkan

maksud dari konsep/teori atau istilah tersebut, bersifat konstitutif

(merupakan definisi yang disepakati oleh banyak pihak dan telah

dibakukan di kamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang

abstrak.”

Objek penelitian ini adalah implementasi kebijakan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi. Definisi konsep terkait implementasi kebijakan

pendidikan inklusif adalah sejauh mana pelaksanaan pemerintah dan

instansi terkait dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif di sekolah

reguler. Pemerintah harus menjamin terselenggaranya pendidikan inklusif

agar semua anak tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat

mendapatkan pendidikan yang sama.

Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan teori

implementasi kebijakan Mazmanian dan Sabatier dimana terdapat tiga

variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi yaitu karakteristik

dari masalah, karakteristik kebijakan, dan variabel lingkungan.

Dalam hal ini, peneliti menghubungkan konsep implementasi

kebijakan dengan teori kriteria pendidikan inklusif yang mengacu pada buku

Page 110: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

panduan umum penyelenggaraan pendidikan inklusif yang dikeluarkan oleh

Direktorat PLB. Teori kriteria pendidikan inklusif ini menggambarkan dan

menyiratkan maksud dari konsep implementasi kebijakan pendidikan

inklusif secara operasionalisasi.

3.5.2. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan penjabaran dari definisi konsep yang

telah dibangun di atas, yang berfungsi untuk memudahkan peneliti dalam

melakukan observasi dan wawancara. Definisi operasional dalam penelitian

ini merujuk pada implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota

Bekasi dan dikaitkan dengan penjelasan pemikiran teori yang telah peneliti

pilih sebagai dasar untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini.

Definisi operasional ini akan dikemukakan penjelasan teori implementasi

kebijakan menurut Mazmanian dan Sabatier yaitu sebagai berikut:

1. Karakteristik dari masalah

Terlepasnya dari kenyataan bahwa banyak sekali kesukaran-kesukaran

yang dijumpai dalam implementasi kebijakan pemerintah. Aspek-

aspek teknis dari permasalahan serta perilaku yang akan diatur sangat

bervariasi sehingga ini menjadi kendala dalam implementasi suatu

kebijakan dalam hal ini pendidikan inklusif

2. Karakteristik kebijakan

Page 111: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Pada prinsipnya perintah eksekutif untuk dapat mensetrukturkan proses

implementasi dengan cara menjabarkan tujuan-tujuan formal yang

akan dicapainya dengan cara menseleksi lembaga-lembaga yang tepat

untuk mengimplementasikannya, dengan cara memberikan

kewenangan dan dukungan sumber-sumber finansial pada lembaga-

lembaga tersebut. Para pembuat kebijakan dapat memainkan peran

yang cukup berarti dalam rangka pencapaian tujuan kebijakan dengan

cara mendayagunakan wewenang yang mereka miliki untuk

menstrukturkan proses implementasi secara tepat.

3. Variabel Lingkungan

Variabel lingkungan dari proses implementasi kebijakan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi, dilihat dari tiga aspek yaitu aspek sosial,

budaya, dan ekonomi yang dalam hal ini mempengaruhi pelaksanaan

pendidikan inklusif di Kota Bekasi.

3.6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri (human instrument). Oleh karena itu

peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti

siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.

Subjek yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui

evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,

Page 112: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan

dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2012:5). 9Jadi, peneliti

mempunyai peran yang sangat penting dalam penentuan sukses atau

tidaknya suatu penelitian dengan kesiapan peneliti dalam terjun langsung ke

lapangan.

Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data lisan dan tulisan,

oleh sebab itu peneliti dibantu alat-alat seperti alat perekam suara, kamera,

alat tulis dan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan agar

wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian.

Pedoman ini di susun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian tetapi juga

berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Selain itu

pedoman wawancara sebagai bahan dalam menulis hasil penelitian karena

jika peneliti hanya mengandalkan kemampuan ingatan yang sangat terbatas

peneliti khawatir data yang sudah diperoleh ada yang lupa. Penggunaan

model wawancara tentu saja disesuaikan dengan keberadaan data-data di

lapangan yang diperlukan peneliti. Dengan demikian untuk wawancara yang

terstruktur, seperangkat pertanyaan sudah dipersiapkan terlebih dahulu

dengan mengklasifikasikan bentuk-bentuk pertanyaan.

Page 113: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

3.7. Informan Penelitian

Dalam menentukan informan dan menemukan informan, peneliti

menggunakan prosedur purposive, di mana peneliti telah mengetahui siapa

yang akan menjadi informan di dalam penelitiannya. Purposive sample

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono

2014: 217). Adapun daftar informan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

Page 114: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Tabel 3.1

Daftar Informan Penelitian

No Kategori Informan Kode Ket

I

DPRD Kota Bekasi

(Komisi Pendidikan)

I1

Key

Informan

II

Instansi :

Dinas Pendidikan

I2

Key

Informan

III

Pihak Sekolah (SD dan SMP):

a. Kepala Sekolah I3-1

Key

Informan

b. Guru I3-2

Second

Informan

c. Komite Sekolah / Orang tua

murid I3-3

Second

Informan

IV

Komunitas/LSM:

a. Persatuan Penyandang

Disabilitas Indonesia (PPDI)

Kota Bekasi

I4-1

Second

Informan

b. Persatuan Tuna Netra

Indonesia (Pertuni) Kota

Bekasi

I4-2

Second

Informan

c. LSM yang bergerak di bidang

pendidikan anak penyandang

disabilitas

I4-3

Second

Informan

Sumber: Peneliti,2017

Page 115: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

3.8. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian

kali ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang

diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik.

Selanjutnya adalah bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari

hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan

cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. (Sugiyono,2009: 225)

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk

mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui

percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif

sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara

holistik dan jelas dari informan (Satori, dan Komariah,2010: 130).

Menurut Berg dalam Satori, dan Komariah (2010: 130)

menyebutkan ada tiga jenis wawancara, yaitu wawancara terstandar,

wawancara semi standar, dan wawancara tidak terstandar.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara tidak

terstandar (unstandardized interview) yaitu wawancara yang bebas di

mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Page 116: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.

Wawancara tidak terstandar dalam istilah Esterberg disebut

dengan wawancara tidak terstruktur. Tujuan wawancara tak

berstruktur adalah memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam

mengenai pandangan orang lain. (Satori, dan Komariah,2010: 137).

Adapun pedoman wawancara yang telah peneliti buat adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara

No Kategori Pertanyaan

1. Karakteristik Masalah

Pertanyaaan-pertanyaan berkisar seputar hal-hal berikut.

1. Standarisasi pendidikan inklusif di sekolah reguler

2. Aksesibilitas pendidikan

3. SDM dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif

4. Pemahaman dari pelaksana kebijakan

2. Karakteristik Kebijakan

1. Besarnya anggaran terhadap kebijakan tersbut

2. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan

antar berbagai institusi pelaksana

3. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada

badan pelaksana

4. Tingkat komitmen aparat

3. Variabel Lingkungan

1. Aspek Sosial

2. Aspek Budaya

3. Aspek Ekonomi

Page 117: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2. Observasi

Observasi menurut Moloeng dalam Sugiyono (2012:82) adalah

sebagai berikut:

“Kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan

peneliti dari segi motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasan dan

sebagainya. Menurutnya, observasi diklasifikasikan menjadi dua

cara yaitu cara berperan serta dan cara yang tidak berperan serta.

Observasi berperan serta, pengamat melakukan dua fungsi

sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota

resmi dari kelompok yang diamatinya. Namun observasi tanpa

berperan serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi yaitu

mengadakan pengamatan.”

Dalam penelitian ini, teknik observasi yang dipakai ialah observasi

tanpa berperan serta. Peneliti hanya sebagai pengamat saja tanpa

menjadi anggota resmi organisasi yang diteliti.

3. Dokumentasi

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang

bersumber dari arsip dan dokumen. Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang

berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan, peraturan, kebijakan,

laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,

gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif. (Sugiyono,2012: 82).

Page 118: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

3.9. Teknik Analisis Data

Menurut Irawan (2005:19), teknik analisis data kualitatif adalah

analisis yang dilakukan terhadap data-data non angka. Seperti wawancara

atau catatan laporan, buku-buku, artikel, juga termasuk non tulisan seperti

foto, gambar atau film . Proses analisis data dilakukan secara terus-menerus

sejak data awal dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Untuk

memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan, dianalisis dan

diinterpretasi. Mengingat penelitian ini dilaksanakan melalui pendekatan

kualitatif, maka analisis dilakukan sejak data pertama sampai penelitian

terakhir. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif mengikuti konsep yang

diberikan oleh Prasetya Irawan yakni sebagai berikut:

Gambar 3.5

Proses Analisis Data

(Sumber: Irawan, 2005)

Page 119: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

1. Pengumpukan data mentah

Tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah mengumpulkan data

mentah. Hal ini diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi ke

lapangan, studi dokumentasi.

2. Transkip Data

Pada tahap ini peneliti mulai merubah data yang diperoleh (baik dari hasil

rekaman saat wawancara, hasil observasi maupun catatan lapangan yang

sebelumnya belum tersusun rapi) kedalam bentuk tertulis.

3. Pembuatan koding

Pada tahap ketiga, peneliti membaca secara teliti transkip data yang telah

dibuat sebelumnya, kemudai memahami secara seksama sehingga

menemukan kata kunci yang akan diberi kode. Hal ini dilaukan peneliti

untuk mempermudah peneliti pada saat mengkategorisasikan data.

4. Kategorisasi data

Pada tahap keempat peneliti mulai menyederhanakan data dengan membuat

kategori-kategori tertentu.

5. Kesimpulan sementara

Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan sementara data yang telah

dikategorikan sebelumnya.

Page 120: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

6. Triangulasi

Triangulasi adala proses check dan recheck antar satu sumber data dengan

sumber data lainya.

7. Kesimpulan akhir

Pada tahap terakhir, peneliti melakukan penyampain akhir atas hasil

penelitian. Di mana pada tahap ini peneliti dapat mengembangkan teori

baru, maupun mengembangkan teori yang sudah ada.

3.10. Uji Keabsahan Data

Pada penelitian ini, pengujian validitas datanya dilakukan dengan

menggunakan teknik triangulasi. Patton yang dikutip oleh Moleong (1999:

178-179) mengemukakan bahwa teknik triangulasi data dibedakan menjadi

empat macam, yaitu :

1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif

2. Triangulasi dengan metode memiliki dua strategi, yaitu :

1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data;

2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

Page 121: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

3. Triangulasi dengan penyidik, yaitu dengan jalan memanfaatkan

peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali

derajat kepercayaan data;

4. Triangulasi dengan teori, mendasarkan anggapan bahwa fakta tertentu

tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih

teori.

Dalam analisis data, peneliti akan menggunakan metode Triangulasi.

Metode Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sumber yang lain diluar data itu, untuk pengecekan atau

pembanding terhadap data itu. Hal ini berarti membandingkan dan

mengecek baik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam metode kualitaif. Dalam penelitian ini metode

Triangulasi dilakukan peneliti dengan mengecek data melalui wawancara

dengan narasumber. Keabsahan data dilakukan melalui wawancara

mengenai kebenaran informasi yang diberikan oleh narasumber melalui

wawancara dengan Kepala Sekolah.

3.11. Agenda Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti Implementasi kebijakan

pendidikan inklusif di Kota Bekasi. Waktu penelitiannya dimulai dari bulan

Oktober sampai Februari Tahun 2016.

Page 122: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Tahun 2016

Tahun 2017

Oktober

2016

November

2016

Desember

2016

Januari

2017

Februari

2017

Maret

2017

April

2017

Mei

2017

1 Perijinan dan

Observasi Awal

2

Pembimbingan

skripsi bab I

sampai dengan

bab III

3 Seminar

Proposal

4 Revisi Seminar

Proposal

5

Pembimbingan

skripsi bab IV

sampai dengan

bab V

6 Penelitian di

Lapangan

7 Pengolahan Data

8 Sidang Skripsi

9 Revisi Skripsi

Page 123: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian, atau dapat

pula disebut sebagai pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan

data secara lebih terarah. Deskripsi objek penelitian menggambarkan tentang

objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, menjelaskan

mengenai struktur organisasi dan tata kerja (STOK) dari instansi yang menjadi

fokus penelitian, serta hal lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang

dilakukan.

4.1.1. Gambaran Umum Kota Bekasi

a. Visi dan Misi

Visi :

“Bekasi Maju, Sejahtera dan Ihsan”

Visi ini dijelaskan sebagai berikut :

“Bekasi Maju” menggambarkan pembangunan Kota Bekasi

dan kehidupan warga yang dinamis, inovatif dan kreatif yang

didukung ketersediaan prasarana dan sarana sebagai bentuk

perwujudan kota yang maju.

Page 124: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

“Bekasi Sejahtera” menggambarkan derajat kehidupan warga

Kota Bekasi yang meningkat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar

pendidikan, kesehatan, terbukanya kesempatan kerja dan berusaha,

serta lingkungan fisik, social dan religious sebagai bentuk perwujudan

masyarakat yang sejahtera.

“Bekasi Ihsan” menggambarkan situasi terpelihara dan

menguatnya nilai, sikap dan perilaku untuk berbuat baik dalam

lingkup individu, keluarga dan masyarakat Kota Bekasi. Kedisiplinan,

ketertiban social, keteladanan dan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan tumbuh seiring dengan meningkatnya tata kelola

pemerintahan yang baik untuk mewujudkan kehidupan yang beradab.

Misi :

1. Menyelenggarakan tata kelelola kepemerintahan yang baik

Misi ini bermakna bahwa tata kelola kepemerintahan dalam

mewujudkan Visi Kota Bekasi dilakukan melalui fungsi

pengaturan, pelayanan, pemberdayaan masyarakat, dan

pembangunan, menempatkan aparat ur sebagai pamong praja

yang menjunjung tinggi integritas terhadap amanah, tugas, dan

tanggungjawab, berdasarkan 10 (sepuluh) prinsip Good

Governance, yakni: ( 1) Partisipasi masyarakat; (2) Tegaknya

supremasi hukum; (3) Transparansi; (4) Kesetaraan; (5) Daya

tanqqap kepada stakeholders; (6) Berorientasi pada visi; (7)

Page 125: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Akuntabilitas: (8) Pengawasan; (9) Efektivitas dan efisiensi:

(10) Profesionalisme.

Pendekatan yang dilakukan untuk aktualisasi misi ini

melalui penataan sistem, peningkatan kinerja dan penguatan

integritas aparatur.

2. Membangun Prasarana dan sarana yang serasi dengan

dinamika dan pertumbuhan kota

Misi ini bermakna bahwa pembangunan prasarana

diarahkan untuk terpenuhinya kelengkapan dasar fisik

lingkungan kota bagi kehidupan yang layak, sehat, aman, dan

nyaman; terpenuhinya sarana perkotaan untuk mendukung

penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya,

dan ekonomi; dan terpenuhinya kelengkapan penunjang

(utilitas) untuk pelayanan warga kota. Misi ini juga

mengarahkan pembangunan prasarana dan sarana yang

meningkat dan serasi, untuk memenuhi kehidupan warga kota

yang dinamis, inovatif, dan kreatif, denqan memperhatikan

prinsip pengelolaan, pengendalian, dan pelestarian lingkungan

hidup, dalam mewujudkan kota yang maju, tumbuh dan

berkembang secara berkelanjutan.

Page 126: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

3. Meningkatkan kehidupan sosial masyarakat melalui layanan

pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial lainnya.

Misi ini bermakna bahwa layanan pendidikan, kesehatan,

dan layanan sosial lainnya diarahkan untuk meningkatkan

derajat kehidupan sosial masyarakat, seiring dengan

terbangunnya kehidupan keluarga sejahtera, terkelolanya

persoalan dan dampak sosial perkotaan, meningkatnya

partisipasi perempuan dan peran serta pemuda dalam

pembangunan, aktivitas olahraga pendidikan, rekreasi. dan

prestasi. serta aktualisasi budaya daerah sebagai fungsi sosial,

normatif, dan apresiatif.

4. Meningkatkan perekonomian melalui pengembangan usaha

mikro, kecil, dan menengah, peningkatan investasi, dan

penciptaan iklim usaha yang kondusif.

Misi ini bermakna bahwa upaya untuk meningkatkan

perkonomian ditempuh melalui peningkatan kapasitas dan

perluasan sektor usaha bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKMJ, pengembangan industri kreatif,

peningkatan daya tarik investasi, dan penciptaan iklim usaha

yang kondusif, yang bermuara pada pembentukan lapangan

kerja baru dan kesempatan berusaha, terbentuknya daya saing

perekonomian kota, dan laju pertumbuhan ekonomi yang

meningkat.

Page 127: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman, tertib,

tenteram dan damai.

Misi ini bermakna bahwa dinamika pembangunan dan

kehidupan warga Kota Bekasi harus diimbangi dengan upaya

pengendalian terhadap potensi kerawanan sosial, gangguan

ketertiban, penegakan perda, penanggulangan bencana,

kesatuan dan ketahanan bangsa, kerukunan hidup dan umat

beragama, serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam

kegiatan pembangunan.

b. Geografis

Gambar 4.1

Peta Administratif Kota Bekasi

Sumber: www.bekasikota.go.id/

Letak Geografis Kota Bekasi yang berada di 106o48‟28‟‟ –

107o27‟29‟‟ Bujur Timur dan 6

o10‟6‟‟ – 6

o30‟6‟‟ Lintang Selatan ini

merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Kota Bekasi memiliki

Page 128: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

luas wilayah daratan seluas 210,49 km2 atau sekitar 0,59% dari

wilayah daratan Provinsi Jawa Barat. Batas Wilayah Kota Bekasi

adalah :

- Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi

- Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok

- Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta

- Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi

Berdasarkan pembagian administratifnya Kota Bekasi dibagi

menjadi 12 kecamatan yaitu Kecamatan Pondok Gede, Jati Sampurna,

Jati Asih, Bantar Gebang, Bekasi Timur, Rawa Lumbu, Bekasi

Selatan, Bekasi Barat, Medan Satria, Bekasi Utara, Mustika Jaya,

Pondok Melati. Berikut daftar luas dan kelurahan berdasarkan

kecamatan di wilayah Kota Bekasi yaitu sebagai berikut:

Page 129: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Tabel 4.1

Luas dan kelurahan berdasarkan kecamatan di Kota Bekasi

Kecamatan Luas (Ha) Kelurahan

Pondok Gede 1.629 5

Jatisampurna 1.449 5

Pondok Melati 1.857 4

Jatiasih 2.200 6

Bantargebang 1.704 4

Mustika Jaya 2.473 4

Bekasi Timur 1.349 4

Rawalumbu 1.567 4

Bekasi Selatan 1.496 5

Bekasi Barat 1.889 5

Medan satria 1.471 4

Bekasi Utara 1.965 6

Jumlah 21.049 56

Sumber: BPS Kota Bekasi

c. Topografi

Kota Bekasi terletak pada ketinggian 19 meter dari

permukaan laut (m dpl), yang memiliki kondisi topografi yang

relatif datar oleh karena itu daerah Kota Bekasi termasuk dalam satuan

dataran rendah yang memiliki potensi banjir cukup tinggi (SLHD

Kota Bekasi dari BPS Kota Bekasi, 2010). Ketinggian kurang dari 25

meter berada pada Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi

Selatan, Bekasi Timur, dan Pondok gede. Sedangkan ketinggian

Page 130: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

antara 25–100 meter dpl berada di Kecamatan Bantargebang, Pondok

Melati, dan Jatiasih. Morfologi regional Kota Bekasi relatif

datar dengan kemiringan antara 0 – 2 %, dengan bentuk miring ke

utara, dan menempati daerah yang paling luas di bagian tengah dan

utara sampai ke pantai. Struktur lahan di Kota Bekasi mayoritas terdiri

dari daerah datar yang berawa.

Wilayah dengan ketinggian dan kemiringan rendah

menyebabkan pada beberapa daerah sulit untuk membuang air

limpasan hujan dengan cepat, sehingga sering merupakan langganan

genangan air, yaitu ditemukan di beberapa kecamatan, seperti:

1. Kecamatan Jatiasih, meliputi: Kelurahan Jatirasa, Jatimekar dan

Jatikramat

2. Kecamatan Bekasi Timur, meliputi: Kelurahan Duren Jaya dan

Aren Jaya

3. Kecamatan Rawalumbu, meliputi: Kelurahan Bojong Menteng dan

Pengasinan

4. Kecamatan Bekasi Selatan, meliputi: Kelurahan Jakasetia,

Pekayon Jaya, dan Marga Jaya

5. Kecamatan Bekasi Barat, meliputi Kelurahan Bintara Jaya dan

Kota Baru

6. Kecamatan Pondok Melati, meliputi Kelurahan Jatirahayu.

Page 131: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Profil topografi kota seperti tersebut di atas secara tidak

langsung berpengaruh terhadap penanganan air limbah, yang selama

ini bertumpuk atau terkonsentrasi di beberapa kelurahan, seperti:

Kelurahan Jatimakmur, Kelurahan Jatikramat, Kelurahan Jatimekar,

dan Kelurahan Jatisari (Kecamatan Jatiasih), serta Kelurahan Mustika

Jaya (Kecamatan Bekasi Timur).

d. Demografi

Sejak dibentuk sebagai Kotamadya pada tanggal 10 Maret

1997, mulanya penduduk Kota Bekasi hanya berjumlah 1.471.477

jiwa yang terdiri dari laki-laki 740.467 jiwa dan penduduk perempuan

sekitar 731.010 jiwa. Namun pada tahun 2013, berdasarkan BPS Kota

Bekasi jumlah penduduk tahun 2015 Kota Bekasi mencapai 2.733.240

jiwa. Jumlah ini ternyata meningkat selama empat tahun terakhir,

seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

Page 132: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Tabel 4.2

Jumlah penduduk menurut kecamatan tahun 2011 – 2015

Kecamatan 2011 2012 2013 2014 2015

Pondok Gede 259.542 267.310 275.071 282.817 290.493

Jatisampurna 111.668 117.170 123.024 129.036 135.191

Pondok Melati 135.713 139.725 143.714 147.647 135.191

Jatiasih 209.478 216.260 223.163 230.143 151.577

Bantargebang 101.493 105.019 108.595 112.167 237.162

Mustika Jaya 175.443 187.229 200.281 214.071 115.718

Bekasi Timur 253.884 255.928 257.265 258.391 228.608

Rawalumbu 220.012 227.198 234.499 241.859 259.270

Bekasi Selatan 211.364 215.050 218.361 221.519 224.491

Bekasi Barat 281.971 286.142 289.743 293.144 296.302

Medan satria 168.105 171.769 175.237 178.612 181.870

Bekasi Utara 324.655 334.232 343.866 353.678 363.316

Jumlah 2.453.328 2.523.032 2.592.819 2.663.011 2.733.240

Sumber: BPS Kota Bekasi,2016

Berdasarkan sensus tahun 2011 sampai 2015, Kecamatan Bekasi

Utara merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan tertinggi di Kota

Bekasi, sedangkan Kecamatan Bantar Gebang merupakan wilayah dengan

tingkat kepadatan penduduk terendah dibandingkan dengan kecamatan lain,

Page 133: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

namun pada tabel diatas terlihat kecamatan ini cenderung meningkat

pertumbuhan penduduknya setiap tahun.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang mayoritas

tergolong masyarakat kelas menengah ke atas, Bekasi juga gencar

melakukan pembangunan apartemen dan pusat perbelanjaan mewah. Selain

itu Bekasi sebagai kawasan hunian masyarakat urban, kota ini banyak

membangun kota-kota mandiri, di antaranya Kota Harapan Indah, Kemang

Pratama, dan Galaxi City dan terakhir juga sedang pada tahap pembangunan

kota mandiri Summarecon Bekasi seluas 240 ha di kecamatan Bekasi Utara.

4.1.2. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Kota Bekasi

Gambar 4.2

Struktur organisasi Dinas Pendidikan Kota Bekasi

Sumber: www.bekasikota.go.id/

Page 134: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

a. Struktur Organisasi

Susunan Organisasi Dinas Pendidikan terdiri atas :

1. Kepala Dinas, membawahkan :

2. Sekretariat, membawahkan :

a. Sub Bagian Umum dan Perencanaan

b. Sub Bagian Kepegawaian

c. Sub Bagian Keuanga

3. Bidang Pendidikan Dasar, membawahkan :

a. Seksi Kurikulum

b. Seksi Kelembagaan

c. Seksi Kesiswaan.

4. Bidang Pendidikan Menengah, membawahkan :

a. Seksi Kurikulum

b. Seksi Kelembagaan

c. Seksi Kesiswaan.

5. Bidang Pendidikan Non Formal, Informal dan Pendidikan

Anak Usia Dini,membawahkan :

a. Seksi Pendidikan Anak Usia Dini

b. Seksi Pendidikan Masyarakat

c. Seksi Kursus dan Kelembagaan.

6. Bidang Bina Program, membawahkan :

a. Seksi Data dan Perencanaan Program

b. Seksi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Page 135: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

c. Seksi Pengawasan Sarana dan Prasarana.

7. UPTD.

8. Kelompok Jabatan Fungsional.

Berikut ini daftar nama yang mengisi rincian struktur organisasi

pada Dinas Pendidikan Kota Bekasi :

KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA BEKASI

Cucu Much. Syamsudin, SH

I. SEKRETARIAT

Dr. H. Inayatulah ~ Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bekasi

Hj. Eni Holidah, S.Pd, M.Si ~ Kasubag Perencanaan

Dra. Yanti Mariawati ~ Kasubag Umum dan Kepegawaian

Muhammad Taufik, SE ~ Kasubag Keuangan

II. BIDANG PENDIDIKAN DASAR

Krisman Irwandi, SE, M.Si ~ Kepala Bidang Pendidikan Dasar

Dewi Rosita, S.Pd, MM.Pd ~ Kasie SD

Hj. Yeni Hartati, S.Pd, M.Si ~ Kasie SMP

Sri Yulinarti, M.Pd ~ Kasie GTK

III. BIDANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN

MASYARAKAT

Yopik Roliyah, S.Pd, MM ~ Kepala Bidang PAUD dan Dikmas

Anharudin, S.Pd, M.Si ~ Kasie PAUD

Kawiyati, S.Pd, M.Si ~ Kasie Dikmas (Pendidikan Masyarakat)

Page 136: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Dra. Hj. Sri Susanti, MM ~ Kasie GTK PAUD dan Dikmas

Yunus, S.Pd, MM ~ Kasie Sarana dan Prasarana PAUD dan Dikmas

IV. BIDANG PRASARANA DAN SARANA PENDIDIKAN

Uu Saeful Mikdar, S.Pd, MM ~ Kepala Bidang Sarpras

Ir. Ariyadi, MT ~ Kasie Sarpras SD

Triani Emi Suswati, M.Pd ~ Kasie Sarpras SMP

Sri Yulinarti, M.Pd ~ Kasie Sarpras PAUD dan Dikmas

V. BIDANG PERENCANAAN DAN PROGRAM

Dra. Hj. Tria Rustiana, M.Pd ~ Kepala Bidang Perencanaan dan Program

Dra. Luki Siswantini, M.Si ~ Kasie Data Perencanaan dan Program

Drs. H.M Zaini, M.MPd ~ Kasie Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Rustono, S.Pd, MH ~ Kasie Tugas Pembantuan dan Pengembangan

VI. UPTD PEMBINAAN SEKOLAH DASAR

Nahrowi, S.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Bekasi Timur

Hj. Sukarmi, S.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Bekasi Barat

Ajum, S.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Bekasi Selatan

Yeni Suharyani, S.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Bekasi Utara

Iwan Sukmawan, S.Pd, M.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Medansatria

Epih Hanafi, S.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Pondokgede

Januk Suwardi, S.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Jatiasih

Marwah Zaitun, S.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Mustikajaya

Sugito, S.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Rawalumbu

Page 137: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Nanin, S.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Bantargebang

Markid, S.Ag ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Pondokmelati

Dra. Mulyani, MM ~ Kepala UPTD Pembinaan SD Jatisampurna

Moch. Ridwan Hermawan ~ Kasubag TU Pembinaan SD Bantargebang

Yuli Dame, SE, M.Pd ~ Kasubag TU UPTD Pembinaan SD Bekasi

Selatan

Pahriah ~ Kasubag TU Pembinaan SD Bekasi Timur

Ruddy Kasenda, S.Pd ~ Kasubag TU Pembinaan SD Jatisampurna

Suharjono, S.Pd ~ Kasubag TU Pembinaan SD Medansatria

Endang Prihatin, S.Pd ~ Kasubag TU Pembinaan SD Rawalumbu

Wijayanti, S.Si ~ Kasubag TU UPTD Pembinaan SD Kecamatan

Mustikajaya

Intan Nursafrini, SE, MM ~ Kasubag TU UPTD Pembinaan SD

Kecamatan Pondokmelati

Sau Mulyana, S.AP ~ Kasubag TU UPTD Pembinaan SD Bekasi Utara

Kartika Sukmawati Lubis, S.Pd.I ~ Kasubag TU UPTD Pembinaan SD

Jatiasih

Poppy Febriana, SE ~ Kasubag TU UPTD Pembinaan SD Pondokgede

Rohamah, SE, M.Si ~ Kasubag TU Pembinaan SD Bekasi Barat

VII. UPTD PEMBINAAN NON FORMAL

Dra. Hj. Atin Supriatin, M.M.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal

Bekasi Timur

Abidin Sudarman, S.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal Bekasi

Selatan

Neneng Mulyantini ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal Bekasi Barat

Efinis, S.Pd, M.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal Bekasi Utara

Page 138: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Iis Etik Kusmiati, S.Sos ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal

Bantargebang

Gaya Sutardi, M.M.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal Jatiasih

Syamsudin, S.Ag ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal Medansatria

Hj. Murtiani, S.Sos, MM ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal

Mustikajaya

Jalih, S.Ag ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal Pondokgede

Sudariyah, S.Pd, MM ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal

Rawalumbu

Ojak Rohmana, S.Pd ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal

Pondokmelati

Drs. Muhamad Sukim ~ Kepala UPTD Pembinaan Non Formal

Jatisampurna

b. Tupoksi Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan

pemerintahan daerah bidang pendidikan berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan meliput pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan non formal, informal dan Pendidikan Anak Usia Dini serta bina

program.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,

Dinas Pendidikan menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis pendidikan di daerah

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di

bidang pendidikan sesuai dengan lingkup tugasnya

Page 139: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas teknis operasional di bidang

pendidikan meliputi pendidikan dasar, pendidikan menengah,

pendidikan non formal, informal dan Pendidikan Anak Usia

Dini serta bina program

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

4.2. Deskripsi Data

4.2.1. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan tentang data

yang didapatkan dari hasil penelitian di lapangan. Peneliti menggunakan

teori implementasi kebijakan Mazmanian dan Sabatier yang menyatakan

bahwa tiga variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan antara lain:

1. Karakteristik dari masalah: hambatan-hambatan, dan aspek-aspek

yang memicu terjadinya permasalahan pada implementasi kebijakan

pendidikan inklusif.

a. Standarisasi sarana dan prasarana pada sekolah inklusif

b. Aksesibilitas pendidikan

c. SDM dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif

d. Pemahaman dari pelaksana kebijakan

Page 140: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

2. Karakteristik kebijakan: kesiapan dan konsistensi para stakeholder

untuk menjalankan wewenang dan tanggungjawabnya dalam

implementasi kebijakan pendidikan inklusif.

a. Besarnya anggaran pada kebijakan pendidikan inklusif

b. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai

institusi pelaksana

c. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana

d. Tingkat komitmen aparat

3. Variabel Lingkungan: keberhasilan implementasi kebijakan

dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, seperti Aspek ekonomi,

sosial dan budaya.

a. Aspek Ekonomi

b. Aspek Sosial

c. Aspek Budaya

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat

deskriptif dan berbentuk kata dan kalimat yang didapatkan dari hasil

wawancara, hasil observasi lapangan, dan dokumentasi

(Moleong,2013:307). Proses pencarian dan pengumpulan data yang

dilakukan peneliti secara investigasi, dimana peneliti melakukan

wawancara dengan sejumlah informan yang berkaitan dengan masalah

dalam penelitian ini, sehingga peneliti mendapatkan informasi sesuai

dengan yang diharapkan. Peneliti telah menentukan informan dari awal

Page 141: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dengan menggunakan teknik Purposive. Purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono,2013:218). Untuk menganalisa data kualitatif tersebut,

peneliti menggunakan teori Mazmanian dan Sabatier yang terdiri dari

tiga variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan

diantaranya yaitu:

1. Karakteristik dari masalah

2. Karakteristik kebijakan atau perda

3. Variabel Lingkungan

Data-data yang peneliti dapatkan adalah data yang berkaitan

dengan implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi. Hasil

yang diperoleh dari wawancara, observasi lapangan, dan kajian pustaka

kemudian dibentuk secara tertulis dengan dibentuk pola serta dibuat

kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama

dan berkaitan dengan pembahasan, permasalahan penelitian serta

dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban hasil wawancara,

peneliti memberikan kode-kode sebagai berikut yaitu:

1. Kode Q1dan seterusnya untuk menunjukkan item pertanyaam

2. Kode A1dan seterusnya untuk menunjukkan item jawaban

3. Kode I1 untuk menunjukkan DPRD Kota Bekasi (komisi pendidikan)

4. Kode I2 untuk menunjukkan Dinas Pendidikan

5. Kode I3-1 untuk menunjukkan Kepala Sekolah

Page 142: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

6. Kode I3-2 untuk menunjukkan Guru

7. Kode I3-3 untuk menunjukkan Komite Sekolah atau Wali Murid

8. Kode I4-1 untuk menunjukkan Komunitas atau LSM Persatuan

Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Bekasi

9. Kode I4-2 untuk menunjukkan Komunitas atau LSM Persatuan Tuna

Netra Indonesia (Pertuni) Kota Bekasi

4.2.2. Deskripsi Informan Penelitian

Informan menurut Moleong (2006 : 132) adalah orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi

latar penelitian dalam hal ini adalah tentang Implementasi Kebijakan

Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi. Peneliti menggunakan teknik

purposive untuk menentukan siapa yang akan menjadi informan dalam

penelitian ini.

Berdasarkan pada lokasi penelitian, maka peneliti memilih

informan yang ikut berwenang dalam implementasi kebijakan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi. Adapun informan yang peneliti tetapkan sebagai

informan terdiri dari empat kategori yaitu DPRD Kota Bekasi, Instansi

Dinas Pendidikan, pihak sekolah dalam hal ini SD dan SMP, dan

komunitas atau LSM. Berikut ini adalah tabel spesifikasi daftar informan

penelitian:

Page 143: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Tabel 4.3

Spesifikasi Informan Penelitian

No Kategori Informan

Kode

Informan

Nama Informan

Jabatan

Informan

I

DPRD Kota Bekasi

(Komisi Pendidikan)

I1 Daddy Kusrady

Sekretaris Komisi

IV

II

Instansi :

Dinas Pendidikan

I2 Dedi Hernawan

Staf bidang

Dikdas

III

Pihak Sekolah (SD dan SMP):

d. Kepala Sekolah

I3-1.1 1.Dra. Nur Fadhliyah, M.Pd

Kepala Sekolah

SMP IT YPI 45

Bekasi

I3-1.2 2.Drs. Ismanuddin Rahman

Kepala Sekolah

SDN Kalibaru IV

I3-1.3 3.Wirya Shindy, S.Pd.I

Kepala Sekolah

SDS Al Izzah

I3-1.4 4.Hj. Aryuni, S.Pd

Kepala Sekolah

SDN Bantar

Gebang IV

e. Guru

I3-2.1 1.Sri Syayutin

Guru walikelas

VIII

SMP IT YPI 45

I3-2.2 2.Fachrur Ryzza

Wakil Kepala

Sekolah dan guru

mata pelajaran ipa

Page 144: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

I3-2.3 3.Yosha Yanuar

Guru walikelas VI

SDN Bantar

Gebang IV

I3-2.4 4.Putri

Guru pendamping

khusus SDS Al

Izzah

I3-2.5 5.Heni Handayani

Guru Walikelas I

dan II SDN

Bantar Gebang IV

f. Komite Sekolah / Orang

tua murid

I3-3.1 1.Gina

Orang tua murid

ABK kelas II

SDN Kalibaru IV

I3-3.2 2.Ati

Orang tua murid

ABK kelas II

SDN Kalibaru IV

I3-3.3 3.Ani

Komite Sekolah

SDN Bantar

Gebang IV

Komunitas/LSM :

d. Persatuan Penyandang

Disabilitas Indonesia

(PPDI) Kota Bekasi I4-3.1

1.Angga

Wakil Ketua PPDI

e. Persatuan Tuna Netra

Indonesia (Pertuni) Kota

Bekasi

Bendahara Pertuni

Sumber: Peneliti,2017

Page 145: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

4.2.3. Model Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian Implementasi

Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi ini menggunakan model

analisis data menurut Prasetya Irawan (2005), yang mana prosesnya

mencakup beberapa langkah yaitu yang pertama pengumpulan data

mentah. Dalam tahap pengumpulan data mentah yang dimaksud adalah

peneliti mengumpulkan data yang diperoleh melalui wawancara

mendalam, observasi ke lapangan, dan studi dokumentasi.

Langkah kedua yang dilakukan adalah Transkrip Data.

Transkrip data adalah peneliti mulai merubah data yang diperoleh, baik

dari hasil rekaman saat wawancara, hasil observasi, maupun catatan

lapangan yang sebelumnya belum tersusun dengan rapi ke dalam bentuk

tertulis. Dalam penelitian ini, transkrip data dibutuhkan untuk melihat

data yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus (ABK)

dalam aspek pendidikan maupun tindakan dari pemerintah yang terkait.

Langkah ketiga yang dilakukan adalah Pembuatan Koding.

Pembuatan Koding artinya peneliti membaca secara teliti transkrip data

yang telah dibuat sebelumnya, kemudian memahami secara seksama

sehingga menemukan kata kunci yang akan diberi kode. Hal ini

dilakukan peneliti untuk menganalisa Implementasi Kebijakan

Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi dan untuk mempermudah peneliti

pada saat mengkategorisasikan data dengan banyaknya informan

penelitian yang telah ditentukan oleh peneliti.

Page 146: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Langkah keempat yang dilakukan adalah Kategorisasi Data.

Kategorisasi Data adalah peneliti mulai menyederhanakan data dengan

membuat kategori-kategori tertentu untuk memudahkan dalam

pengambilan kesempatan. Langkah kelima adalah Kesimpulan

Sementara. Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan sementara data

yang telah dikategorikan sebelumnya. Langkah keenam adalah

Triangulasi. Triangulasi artinya adalah proses check dan recheck antar

satu sumber data dengan sumber data lainnya. Dalam penelitian

Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi, proses

triangulasi sangat dibutuhkan karena adanya kebijakan ini sudah diatur

dalam Peraturan Daerah Kota Bekasi No. 13 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan serta Peraturan lainnya.

Oleh sebab itu data yang telah peneliti dapatkan melaluui wawancara

maupun data yang diterima dari informan penelitian harus tetap di check

ulang dengan peraturan yang semestinya yang tertuang pada Peraturan

Daerah serta peraturan lainnya.

Langkah terakhir yaitu Kesimpulan Terakhir. Pada tahap

terakhir, peneliti melakukan penyampaian akhir atas hasil penelitian. Di

mana pada tahap ini peneliti dapat mengembangkan teori baru maupun

mengembangkan teori yang sudah ada. Dalam penelitian Implementasi

Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi tidak memungkinkan

untuk membuat teori baru, sehingga peneliti akan mengembangkan teori

yang sudah ada, yaitu teori implementasi kebijakan menurut Mazmanian

Page 147: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dan Sabatier dan dari teori-teori lainnya yang berkaitan dengan

kebijakan pendidikan inklusif dari Menteri Dalam Negeri yang tertuang

dalam Permendagri No.70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi

Peserta Didik Yang Berkelainan Dan Atau Memiliki Bakat Istimewa

maupun Peraturan perundang-undangan tentang Pendidikan lainnya.

4.3. Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi

Kebijakan pendidikan inklusif sudah ada sejak adanya Undang-

Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang No.20 Tahun 2003

tentang sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa negara

memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk

memperoleh layanan pendidikan yang bermutu.

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Inilah yang memungkinkan

terobosan bentuk pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

berupa penyelenggaraan pendidikan inklusi. Kemudian Kementrian Dalam

Negeri memuat Peraturan yang lebih khusus tentang pendidikan inklusif

dalam Permendagri No.70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi

Peserta Didik Yang Berkelainan Dan Atau Memiliki Bakat Istimewa.

Pemerintah Kota Bekasi sendiri membuat kebijakannya terkait

pendidikan inklusif pada Peraturan Daerah No.13 Tahun 2014 Tentang

Page 148: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, yang dimana di dalam

peraturan tersebut sedikit memuat tentang pendidikan inklusif.

Pendidikan inklusif sebenarnya telah diterapkan di Kota Bekasi

sejak adanya peraturan atau undang-undang yang dimaksud diatas, namun

banyak faktor-faktor yang menyebabkan terhambatnya implementasi

kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi ini sehingga penyelenggaraan

pendidikan inklusif pada sekolah reguler atau umum tidak berjalan dengan

baik dan kebutuhan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah pun tidak

dapat terpenuhi.

Saat ini jumlah sekolah reguler atau umum penerima anak

berkebutuhan khusus di Kota Bekasi yang terdata oleh Dinas Pendidikan di

Kota Bekasi yaitu terdapat sembilan sekolah terdiri dari empat sekolah dasar

negeri (SDN), empat sekolah dasar swasta (SDS), dan satu sekolah

menengah pertama (SMP) swasta YPI 45 Bekasi. Berikut adalah tabel

sekolah penerima peserta didik difabel di Kota Bekasi yaitu sebagai berikut:

Page 149: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Tabel 4.4

Daftar Sekolah Penerima Peserta Didik Difabel di Kota Bekasi

Sekolah Kecamatan Jumlah siswa (ABK)

SMP YPI 45 Bekasi Timur 3

SDN Jatimekar 1 Jatiasih 24

SDN Bantar Gebang IV Bantar Gebang 21

SDN Kalibaru IV Medan Satria 30

SDN Jatiwaringin III Pondok Gede 22

SDS IQRO Pondok Gede 15

SDS Al Izzah Medan Satria 5

SDS Permata Ananda Bekasi Barat 35

SDS YPI 45 Bekasi Timur 6

Keterangan Sumber:

Data Sekolah : Dinas Pendidikan Kota Bekasi

Jumlah Siswa : Peneliti

4.3.1. Karakteristik Masalah

Menurut Mazmanian dan Sabatier (Subarsono, 2005: 94),

terdapat tiga kelompok yang mempengaruhi keberhasilan implementasi.

Salah satu komponen tersebut adalah karakteristik masalah. Dalam

penelitian ini, komponen karakteristik masalah terdiri dari indikator

masalah dan kendala.

Hasil analisis wawancara dan temuan lapangan yang peneliti

lakukan, dapat dinyatakan bahwa belum akuratnya standarisasi sarana dan

Page 150: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

prasarana dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan inklusif di

sekolah reguler atau umum, terbatasnya aksesibilitas anak berkebutuhan

khusus dalam mendapatkan pendidikan diakibatkan karena banyak sekolah

yang terdapat pada setiap kecamatan tidak mau menerima anak

berkebutuhan khusus di dalamnya, rendahnya pemahaman tenaga pendidik

di sekolah reguler di bidang pendidikan khusus, serta ketiadaan guru

pembimbing khusus yang bertugas untuk membantu anak berkebutuhan

khusus dalam proses pembelajaran di sekolah.

Sesuai dengan Permendagri No.70 Tahun 2009, dapat di simpulkan

bahwa standarisasi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif diantaranya

yaitu terdapat paling sedikit satu orang guru pembimbing khusus pada

satuan pendidikan yang ditunjuk maupun yang tidak ditunjuk untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusif, memberikan kompetensi di bidang

pendidikan khusus bagi pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan

pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif, serta memiliki dukungan

sesuai dengan kebutuhan nya yang diperoleh melalui bantuan profesional

dari pemerintah kabupaten/kota.

1. Standarisasi sarana dan prasarana pada sekolah inklusif

Dalam hal standarisasi sarana dan prasarana bagi anak

berkebutuhan khusus, sudah menjadi salah satu permasalahan yang dialami

baik itu pada sekolah negeri maupun swasta. Kurangnya bantuan dari

pemerintah menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan

Page 151: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

permasalahan ini terjadi. Hal yang terkait standarisasi sarana dan prasarana

bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah penyelenggara pendidikan

inklusif diungkapkan oleh informan-informan sebagai berikut:

Hal ini disampaikan oleh I3-1.1 yang mengungkapkan kepada

peneliti sebagai berikut:

“Sarana dan prasarana sama seperti anak-anak normal yang lain,

karena apabila membuat sarana dan prasarana khusus maka akan

membebani biaya operasional sekolah. Tidak ada yang berbeda,

semuanya sama. Misalnya dalam hal olahraga, semua anak tanpa

terkecuali anak berkebutuhan khusus (ABK) melakukan kegiatan

olahraga yang sama bersama-sama dengan anak yang lainnya.

Tetapi untuk anak berkebutuhan khusus, bila mereka sudah lelah

kita tidak memaksakan.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

selama ini anak berkebutuhan khusus selalu disamakan dengan anak normal

lainnya dalam hal sarana dan prasarana di sekolah. Hal ini juga di

sampaikan oleh I3-2.2 yang mengungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan khusus seharusnya

memang berbeda, tetapi di sini kan sebenarnya sekolah umum

cuman yang diberikan kepercayaan oleh dinas untuk menerima

anak inklusi. Tetapi pada dasarnya sekolah kita itu tidak siap secara

tenaga pengajar maupun sarana prasana nya. Tapi, pihak

pemerintah sudah menentukan sekolah-sekolah mana yang di titipi

anak inklusi. Nah ini ada ketidaksesuaian, artinya pemerintah

menitipkan anak-anak inklusi pada sekolah-sekolah umum tetapi

tidak di pikirkan sarana prasarana nya maupun tenaga

pengajarnya.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

sekolah yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sebagai

sekolah inklusif tidak memiliki kesiapan apapun termasuk dalam hal yaitu

Page 152: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

sarana dan prasarana yang menunjang bagi anak berkebutuhan khusus di

sekolah.

Hal terkait sarana dan prasarana pun juga disampaikan oleh I3-2.1

yang mengungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Sarana dan prasarana khusus itu belum ya, di sini masih secara

umum saja. Mungkin kalau sekolah yang bisa secara khusus itu

yang sudah di back up penuh oleh pemerintah.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti dapat mengetahui

bahwa sekolah yang bisa memberikan sarana dan prasrana untuk anak

berkebutuhan khusus merupakan sekolah yang secara penuh dibantu oleh

pemerintah. Sedangkan pada SMP IT YPI 45 Bekasi belum mendapatkan

bantuan apapun dalam hal sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan

khusus di sekolahnya. Berikut adalah foto ruangan kelas pada SMP IT YPI

45 Bekasi yaitu sebagai berikut:

Page 153: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Gambar 4.3

Ruang Kelas SMP IT YPI 45 Bekasi

Dalam foto tersebut, dapat terlihat bahwa sarana yang digunakan

dalam proses pembelajaran bagi ABK di sekolah tersebut sama atau tidak

berbeda dengan anak-anak normal lainnya.

Kemudian, permasalahan sarana dan prasarana anak berkebutuhan

khusus di sekolah pun alami oleh SDN Kalibaru IV, hal terkait ini

disampaikan oleh I3-1.2 yang mengungkapkan kepada peneliti sebagai

berikut:

“Berbeda, soalnya kan mereka butuh alat bantu ya, kalau yang ga

bisa jalan pakai kursi roda, yang ga bisa dengar pun ada alat

pendengaran nya. Tapi alat itu biasanya mendapat bantuan dari

Dinas Pendidikan Provinsi. Sekolah ini pun dapat SK sebagai

sekolah inklusif dari sana bukan dari Dinas Kota. Tapi sejak dua

tahun terakhir ini tidak mendapat bantuan apa-apa. Jadi Dinas

Pendidikan Kota Bekasi itu tidak tau menahu, paling hanya

mendata saja. Bisa di bilang mereka itu tidak perhatian dengan

pendidikan inklusif. Di kecamatan Medan Satria, sekolah inklusif

Page 154: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

itu hanya kita saja. Tapi kalau sekota Bekasi itu setahu saya kira-

kira ada lima.”

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti dapat mengetahui bahwa

sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan khusus pada SDN Kalibaru IV

baru hanya pada alat bantu saja sesuai dengan keterbatasan apa yang anak

tersebut miliki. Alat bantu itupun sudah dua tahun terakhir, sekolah tidak

mendapatkan bantuan alat tersebut. Peneliti mendapatkan informasi juga

yaitu selama ini bantuan hanya diberikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Barat, sedangkan Dinas Pendidikan Kota Bekasi sendiri belum pernah

sama sekali memberikan bantuan terkait pendidikan inklusif. Berikut ini

adalah gambar ruang kelas pada SDN Kalibaru IV yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.4

Ruang kelas SDN Kalibaru IV

Page 155: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Selanjutnya, informan I3-1.2 menambahkan pernyataan nya kepada

peneliti sebagai berikut:

“Kalau terkait kurikulum sama, seperti SD yang lain. KTSP dan

kurtilas yaitu kurikulum tahun 2013. Tapi sekarang yang berjalan

kurikulum 2013 untuk kelas satu dan kelas empat. Kelas dua, tiga,

lima dan enam masih KTSP karena belum ada diklat dari sana.

Tapi kalau tahun 2019, semua sekolah wajib menggunakan

kurikulum tahun 2013.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa dalam tidak ada kurikulum yang berbeda bagi anak berkebutuhan

khusus, kurikulum yang di pakai baik itu bagi anak berkebutuhan khusus

maupun anak yang normal tidak dibedakan sama sekali.

Moh. Takdir Ilahi (2013:168) mengatakan bahwa kurikulum

penting untuk menata arah dan tujuan kependidikan yang sesuai dengan

kebutuhan anak didik tanpa mengabaikan hak-haknya yang belum tercapai.

Secara sederhana, kurikulum merupakan bagian penting dari setiap

perencanaan pendidikan yang mempengaruhi arah dan tujuan anak didik

dalam lembaga pendidikan.

Adaptasi kurikulum merupakan salah satu cara untuk pemenuhan

hak bagi ABK yang berada di sekolah inklusif. Karena setiap individu

memiliki keterbatasan maka pembelajaran pun disesuaikan dengan

keberadaan siswa. Untuk memperlancar proses KBM nya maka diperlukan

rencana untuk membuat adaptasi kurikulum agar semua ABK dapat

terlayani dengan baik.

Page 156: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Hal terkait sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan khusus

(ABK) juga disampaikan oleh I3-3.1 yang mengungkapkan kepada peneliti

sebagai berikut:

“Sarana dan layanan nya masih umum ya, itu mah kan guru nya

harus yang ngerti anaknya bisa nya gimana. Ibaratnya tertarik sama

satu hal kan mungkin bisa di arahin kemana, ya kalo kaya gini kan

bingung kalo ngikutin yang umum kan anaknya ga bisa.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

sarana dan prasarana yang masih umum pada sekolah inklusif membuat

orang tua merasa bingung karena anaknya tidak dapat mengikuti layaknya

anak-anak normal lainnya. Hal yang sama juga di sampaikan oleh I3-3.2 yang

mengungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Sarana dan prasarana di sekolah ini belum sepenuhnya baik ya

menurut saya. Kalau anak saya itu kan lambat ya belajarnya, dulu

sih pernah itu kelas satu di pisah kelasnya cuman kalo sekarang

udah engga.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui para orang tua

mengeluhkan sarana dan prasarana pada sekolah inklusif yang belum baik

bagi anak berkebutuhan khusus. Mereka merasa hal ini sangat berpengaruh

terhadap proses pembelajaran anaknya di sekolah.

Ketiadaan sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan khusus

juga disampaikan oleh I3-2.3 yang mengungkapkan kepada peneliti sebagai

berikut:

“Sama sih ya ga ada yang beda. Kalau untuk guru pendamping sih

ya seharusnya ada tapi ini kan kita ga punya. Saya juga kan pernah

ikut diklat ya di Bandung khusus tentang sekolah inklusif, dan

ternyata anak dari kepala dinas nya itu sendiri juga anak

Page 157: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

penyandang tuna grahita yang lebih berat. Kalau untuk kurikulum

harusnya sih beda ya, tapi ini yang kita pake itu sama, yaitu

KTSP.”

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti dapat mengetahui bahwa

sarana dan prasarana yang terdapat pada sekolah inklusif masih bersifat

umum, artinya semua sarana dan prasarana yang digunakan bagi anak

brerkebutuhan khusus sama sekali tidak ada yang berbeda dengan anak

normal lainnya.

Namun, kenyataan yang sedikit berbeda teradpat pada SDS Al

Izzah yang bertempat di ruko Harapan Baru Kota Bekasi. Hal ini

disampaikan oleh I3-1.3 yang mengungkapkan kepada peneliti sebagai

berikut:

“Oh kalau sarana dan prasarana untuk ABK dengan anak yang

normal jelas banyak bedanya, pertama dari metode belajar, kalau

untuk yang normal gitu kita bisa belajar sama-sama dalam kelas

tapi kalau ABK ga bisa, jadi dia harus real, sebisa mungkin kita

harus jelas kalau kita mau menunjukkan gerak benda gitu kita

bener-bener harus nunjukkin benda nya walaupun sama anak

normal juga kadang gitu sih ya cuman untuk ABK tuh harus lebih

konkrit ya ngajarin nya sama mereka.”

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti dapat mengetahui bahwa

pihak sekolah memberikan perhatian yang cukup besar pada anak

berkebutuhan khusu (ABK) di sekolahnya. Cara mengajarnya pun sekolah

memilih untuk mengajar dengan metode yang lebih konkrit agar siswa dapat

memahami.

Page 158: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Selain itu, masih terdapat sarana dan prasarana yang berbeda bagi

anak berkebutuhan khusus di SDS Al Izzah. Hal ini disampaikan oleh I3-1.3

yang mengungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Ada, kalo misalnya memulai pelajaran kadang-kadang butuh alat

kaya semacam permainan gitu ya. Sebenarnya kita juga mesen

cuman belum dikirim, sejenis trampolin, alat keseimbangan, benda-

benda warna warni itu yang menstimulus mereka. Jadi selama ini

kita masih pakai alat-alat yang simpel dulu aja kaya batu kerikil

kecil-kecil yang warna-warni.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti dapat mengetahui

bahwa usaha dari pihak sekolah inklusif dalam hal pengadaan sarana dan

prasarana bagi ABK juga berpengaruh besar untuk membantu proses

pembelajaran ABK di sekolah. Jika pihak sekolah inklusif menaruh

perhatian yang besar pada keberadaan ABK di sekolahnya, maka pihak

sekolah inklusif dapat melakukan adaptasi kurikulum dengan

mempertimbangkan jenis hambatan yang dialami oleh siswa yang

bersangkutan dan juga melakukan modifikasi dalam proses pembelajaran.

Terkait hal ini disampaikan juga oleh I3-2.4 yang mengungkapkan kepada

peneliti sebagai berikut:

“Kalau untuk ruang khusus atau assesmen itu kita ga ada ya.

Anak-anak itu ya belajar di kelas aja kalau memang anaknya ga

mau di kelas kita bawa keluar ya kaya sekarang gini. Tergantung

anak nya juga kita kondisikan. Prana juga kalau di kelas, dia kan

tajamnya di pendengaran jadi dia pintu kebuka sedikit nengok

kalau ada suara apa maunya nengok makanya mending saya bawa

keluar aja kalau untuk belajar tapi biasanya sih selalu di kelas

cuman pelajaran tertentu aja.”

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti dapat mengetahui bahwa

menyesuaikan cara mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK) sesuai

Page 159: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dengan jenis hambatan yang dimiliki merupakan satu hal yang sangat

penting bagi mereka agar dapat berkonsentrasi dan memahami setiap materi

yang guru ajarkan.

Hal terkait standarisasi sarana dan prasarana disampaikan oleh I3-1.4

yang mengungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Sekolah inklusif itu ada tapi cuman namanya aja kenyataan tapi

ga ada fasilitasnya gitu ya. Jadi semuanya itu langsung ke dinas

provinsi jadi semuanya langsung ke provinsi ga ke kota. Ada janji

juga dulu mau ada kurikulum khusus yang inklusi tapi sampai

sekarang juga ga ada. Jadi bisa di bilang kelabakan ya kelabakan

kalau untuk nanganin mereka.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

pada SDN Bantar Gebang IV tidak terdapat sarana dan prasarana bagi anak

berkebutuhan khusus. Termasuk dalam hal kurikulum pun tidak ada yang

berbeda, pihak sekolah merasa tidak mempunyai kemampuan untuk

menangani ABK diakibatkan oleh faktor tersebut yaitu ketiadaan sarana dan

prasarana yang menunjang ABK di sekolah. Hal yang sama disampaikan

pula oleh I3-1.4 yang mengungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Ya karena memang anak-anak inklusi itu harusnya kan perlu

khusus ya, bukan agak lagi tapi memang kurang ya sarana

prasarana nya untuk ABK. Kalau dari awal pertama sih SD ini

ditunjuk menjadi inklusif ya yang nerima ABK, tapi lama kelamaan

makin kesini kayanya banyak juga nih gitu jadi kayanya dibatasi

jadi setiap sekolah harus bisa nerima ga harus disini doang. Kan

gurunya itu harus beda, kurikulum nya juga harus dibedain tapi

kalau untuk ABK itu kan maaf kata kalau yang punya uang kan

harusnya ke SLB tapi kan karena dicampur dengan anak yang

normal, kadang anak yang normal itu ya terganggu. Sudah

bersyukur, beruntung ABK diterima disini dan satu kelas bisa

nerima kadang ada juga orang tuanya yang ga nerima, tapi gimana

Page 160: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

kan tugas dari sekolah juga gimana bisa mengayomi semuanya

gitu.”

Dari pernyataan tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa sejak

pertama kali SDN Bantar Gebang IV ditetapkan sebagai sekolah inklusif,

anak berkebutuhan khusus yang mendaftar pada sekolah ini semakin banyak

setiap tahunnya. Akan tetapi, kebutuhan akan sarana dan prasarana bagi

anak berkebutuhan khusus tidak dapat terpenuhi hingga saat ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas,

peneliti dapat menyatakan bahwa standarisasi sarana dan prasarana bagi

anak berkebutuhan pada sekolah-sekolah inklusif di Kota Bekasi rata-rata

dapat dinyatakan sama dengan anak normal lainnya, salah satu faktor

utamanya adalah karena tidak adanya bantuan sama sekali terkait dengan

penyelenggaraan pendidikan inklusif baik dari pemerintah Provinsi Jawa

Barat maupun pemerintah Kota Bekasi pada sekolah-sekolah inklusif yang

ada di wilayah Kota Bekasi. Ketiadaan sarana dan prasarana bagi anak

berkebutuhan khusus tersebut mengakibatkan sekolah inklusif sangat

kesusahan dalam menangani siswa-siswa yang berkebutuhan khusus di

sekolahnya. Jika sekolah ingin menyisihkan anggaran yang ada untuk sarana

prasarana pendidikan inklusif, hal ini tidak dapat dilakukan pihak sekolah

karena anggaran yang sudah ada telah di porsikan masing-masing untuk

kebutuhan umum lain, jadi untuk pendidikan inklusif anggarannya pun

harus khusus. Sedangkan, pada sekolah inklusif swasta tergantung pada

pihak sekolahnya sendiri, artinya jika pihak sekolah ingin memberikan

perhatian lebih besar pada anak berkebutuhan khusus, maka pihak sekolah

Page 161: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

harus menerapkan iuran pada wali murid dari anak berkebutuhan khusus

dalam hal memenuhi kebutuhannya akan sarana prasarana di sekolah

dengan harapan anak tersebut bisa berangsur-angsur membaik dalam

menghadapi keterbatasannya.

2. Aksesibilitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

Keterbatasan aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus (ABK)

dalam mendapatkan pendidikan masih menjadi persoalan. Fakta dan hasil

temuan lapangan yang didapatkan oleh peneliti yaitu bahwa masih terdapat

banyak pihak sekolah yang tidak mau menerima anak berkebutuhan khusus

di dalamnya. Hal ini disampaikan oleh I3-1.1 yang diungkapkan kepada

peneliti sebagai berikut:

“Pada umumnya sekolah tidak ada diskriminasi apapun terhadap

anak berkebutuhan khusus. Namun guru-guru masih takut untuk

mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus, karena anak

berkebutuhan khusus di sekolah ini memiliki keterbatasan mental

semua, yakni autis. Maka ia berpotensi untuk mempunyai sifat

tempramental, dimana jika kesal terhadap teman nya atau pada

sesuatu, ia langsung memukul atau menonjok orang tersebut. Oleh

karena itu pihak sekolah masih belum berani mengikutsertakan

anak berkebutuhan khusus dalam lomba.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus dalam mengikuti

kejuaraan atau lomba di sekolah terhambat oleh keterbatasan yang mereka

miliki. Artinya sekolah belum berani untuk dapat mengikutsertakan

mereka mengingat resiko yang akan terjadi.

Sebenarnya, setiap anak pasti memiliki bakat dan kemampuan

yang telah dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, tidak terkecuali pada

Page 162: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

anak berkebutuhan khusus (ABK) sekalipun. Jika para orang tua dan pihak

sekolah dapat bekerja sama dalam mengembangkan dan mengasah bakat

dan kemampuan nya, maka anak tersebut dapat menjadi anak yang

berprestasi dalam kejuaraan atau lomba yang sesuai dengan bakat dan

kemampuan yang di miliki. Hal terkait disampaikan juga oleh I3-1.2 yang

mengungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Kalau lomba ada ya pernah. Yang punya keterampilan khusus

seperti karate, tahun lalu itu kita menang. Kebetulan memang dia di

rumahnya pun sering latihan karate. Dia mendapat juara satu pada

lomba se-kecamatan. Saya juga kurang percaya ya, ternyata dia

memang sering latihan. Sebenarnya anak berkebutuhan khusus itu

punya banyak kelebihan ya cuman kita sekolah yang ga punya

guru-guru khusus jadi ga tahu keahlian mereka itu dimana dan

mengasah kemampuan nya tersebut.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa dalam mengembangkan dan mengasah kemampuan anak terutama

pada anak berkebutuhan khusus (ABK) pada sekolah inklusif memiliki

hambatan yaitu tidak adanya guru-guru khusus yang dapat mengajar bakat

dan kemampuan anak tersebut.

Jika sekolah inklusif dapat memberikan perhatiannya untuk

membantu dan mengembangkan bakat dan kemampuan setiap anak, tidak

terkecuali pada anak berkebutuhan khusus. Maka sekolah akan banyak

mencetak anak-anak berprestasi termasuk pada anak berkebutuhan khusus

dengan mengikuti lomba ataupun kejuaraan yang sesuai dengan bakat dan

kemampuannya.

Page 163: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Keterbatasan aksesibilitas yang dialami oleh anak berkebutuhan

khusus dalam bidang pendidikan, tidak hanya dalam mengikuti kejuaraan

atau lomba di sekolah saja, hal terkait dengan masalah ini disampaikan oleh

I3-1.2 yang mengungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Karena semua sekolah di sekitar sini ataupun kecamatan lain yang

dekat dengan medan satria semua menyarankan untuk daftar di

sekolah ini. Jadi ya bisa di bilang semua numpuk di sekolah di sini.

Pernah ada ibu dari Kemendikbud datang ke sekolah ini, dia

mengatakan bahwa idealnya satu kelas itu satu siswa berkebutuhan

khusus. Tapi di sini malah satu kelas itu ada lima anak

berkebutuhan khusus. SDN Kalibaru III pun yang satu lokasinya

dengan kita, dia ga mau menerima anak berkebutuhan khusus

karena dia kan sekolah umum biasa, kalau kita kan sudah terkenal

dengan sekolah inklusif. Padahal semua sekolah itu sama ya

pendidiknya juga artinya ngga ada pendidik khusus tapi ya banyak

sekolah yang ga mau nerima walaupun kebijakannya semua

sekolah harus menerima anak berkebutuhan khusus. Saya juga

sudah ngasih penjelasan ya tapi gimana mungkin mereka yang

masih belum paham. Karena kita juga masih kurang muridnya, kita

itu murid baru ada sekitar 300an ya, yasudah makanya kita terima

aja karena kita juga muridnya masih sedikit. Tapi kalau murid kita

nanti udah bertambah banyak sih mungkin kita juga ga bisa nerima

anak berkebutuhan khusus terlalu banyak ya.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa masih banyak sekolah yang tidak mau menerima anak berkebutuhan

khusus, meskipun dalam peraturan telah jelas disimpulkan bahwa semua

sekolah selain dari sekolah yang ditetapkan sebagai sekolah inklusif harus

bisa dan mau menerima anak berkebutuhan khusus dalam sekolahnya.

Informan pun menjelaskan bahwa pihak sekolahnya masih menerima

banyak anak berkebutuhan khusus pada sekolahnya karena faktor masih

kekurangan jumlah murid. Akan tetapi, jika jumlah murid pada sekolah

tersebut sudah semakin banyak, dalam hal ini jumlah murid yang normal

Page 164: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

maka sekolah pun akan membatasi pendaftaran anak berkebutuhan khusus

yang akan di terima oleh sekolah.

Pada hal ini terlihat bahwa aksesibilitas anak berkebutuhan khusus

pada bidang pendidikan terhambat oleh faktor banyaknya sekolah yang

tidak mau menerima keberadaannya pada sekolah tersebut, yang pada

akhirnya anak berkebutuhan khusus terutama yang tidak mampu secara

ekonomi tidak dapat bersekolah layaknya anak seusianya. Hal terkait juga

disampaikan oleh I3-1.4 yang di ungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Ya ibu mah komitmennya pengennya dibatasi gitu seperti yang

rencana ibu lebih selektif gitu karena kita juga ga bisa nanganin,

jadi nanti kita lihat dulu tingkat keparahannya sejauh mana dan kita

cek juga tuh domisilinya kan kalo dari kartu keluarga kelihatan ya.

Nah kalo domisili nya udah di luar kecamatan kita ya ibu ga bisa

nerima neng bukan apa-apa ya kita khawatirnya anak berkebutuhan

khusus itu malah numpuk seperti sekarang di sekolah ini. Mungkin

nanti dari sini kita arahkan untuk daftar ke sekolah yang sesuai

dengan kecamatan tempat tinggalnya, nanti juga kita tetap akan

berkoordinasi dulu dengan sekolahnya kalau ada siswa yang kita

rekomendasiin ke sana.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa salah satu dampak dari banyaknya sekolah yang tidak mau menerima

anak berkebutuhan khusus yaitu menumpuknya jumlah siswa yang

berkebutuhan khusus pada satu sekolah inklusif meskipun keberadaan

sekolah inklusif tersebut diluar dari domisili kecamatan tempat tinggal

mereka. Penumpukan jumlah siswa berkebutuhan khusus ini membuat

sekolah semakin tidak dapat menangani karena di lain hal masih banyak

siswa umum yang harus di tangani, tidak adanya sarana dan prasarana yang

menunjang, dan tenaga pengajar yang kurang memahami dalam mendidik

Page 165: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

ABK. Berikut adalah daftar presentase siswa berkebutuhan khusus dari

jumlah siswa secara keseluruhan pada empat sekolah inklusif yaitu sebagai

berikut:

Tabel 4.5

Persentase ABK pada sekolah inklusif

No Nama Sekolah Jumlah ABK %

1. SMP IT YPI 45 Bekasi 3 1,7

2. SDS Al Izzah 6 2,5

3. SDN Bantargebang IV 21 4,3

4. SDN Kalibaru IV 22 5,8

Sumber: Peneliti

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa persentase jumlah anak

berkebutuhan khusus (ABK) dengan jumlah siswa secara keseluruhan pada

sekolah inklusif negeri lebih besar dibandingkan dengan sekolah inklusif

swasta. Sekolah inklusif negeri cenderung memiliki jumlah anak

berkebutuhan khusus lebih banyak karena dari segi biaya pun sekolah

inklusif negeri tidak memungut biaya, hal ini jelas membuat para orang tua

terlebih yang kurang mampu secara finansial memilih untuk mendaftarkan

anaknya pada sekolah negeri, meskipun kenyataannya banyak sekolah-

sekolah negeri yang tidak mau menerima anak berkebutuhan khusus pada

sekolahnya.

Page 166: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Fakta yang peneliti temui sangat berbanding terbalik dengan

kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Permendagri No.70 Tahun 2009

pasal 4 ayat (1) bahwa “Pemerintah kabupaten/kota menunjuk paling sedikit

1 (satu) sekolah dasar,dan 1 (satu) sekolah menengah pertama pada setiap

kecamatan dan 1 (satu) satuan pendidikan menengah untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib menerima peserta didik

yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki

potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan

secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya.

Permasalahan aksesibilitas anak berkebutuhan khusus dalam

bidang pendidikan juga disampaikan oleh I1 yang diungkapkan kepada

peneliti sebagai berikut:

“Kalau memang dia betul-betul menyelenggarakan sekolah inklusif

itu SLB namanya, yang negeri itu banyak yang ga mau nerima

karena ga sanggup dia walaupun kebijakan nya semua sekolah

harus menerima anak berkebutuhan khusus.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa faktor banyaknya sekolah yang tidak mau menerima anak

berkebutuhan khusus pada sekolahnya diakibatkan karena sekolah dimaksud

tidak sanggup untuk menangani anak berkebutuhan khusus. Kemudian

beliau juga menambahkan penjelasannya kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

Page 167: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

“Kalau nanti untuk SD yang kesulitan itu seperti yang kamu bilang

nanti akan bapak cek, tapi lagi-lagi faktornya itu adalah karena

masih kewenangan provinsi bahkan ditambah lagi dengan SMA

dan SMK kalau provinsi. Sehingga kita seolah menutup mata

bahwa warga Kota Bekasi banyak yang berkebutuhan khusus tapi

hanya menunggu kebijakan provinsi mau ga bikin sekolah khusus

disini gitu.”

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan pihak

DPRD melalui informan I1, dapat peneliti ketahui bahwa pemerintah Kota

Bekasi seolah tidak mau memperhatikan terkait kebijakan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi. Banyak faktor-faktor yang memicu hal ini yaitu

kebijakan pendidikan inklusif merupakan kewenangan dari pemerintah

provinsi yaitu Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, masih banyak hal lain

yang masih belum bisa tertangani dengan baik oleh pemerintah Kota Bekasi,

dan koordinasi yang tidak terjalin dengan baik antara pemerintah Kota

Bekasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Selanjutnya peneliti menanyakan hal terkait sekolah yang enggan

untuk menerima anak berkebutuhan khusus pada pihak Dinas Pendidikan,

hal ini disampaikan oleh I2 yaitu sebagai berikut:

“Oh ga juga ya banyak sekolah yang ga nerima karena kan guru-

gurunya juga ga ikut diklat, dari pemerintah nya juga belum ada

gitu dana apa-apa dari provinsi karena bantuan mah selalu dari

provinsi.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan staff dikdas pada Dinas

Pendidikan Kota Bekasi, peneliti dapat mengetahui bahwa implementasi

dari kebijakan pendidikan inklusif ini tidak berjalan dengan baik di Kota

Bekasi dan tidak sesuai dengan apa yang ada pada kebijakan yang telah

Page 168: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dibuat oleh pemerintah, salah satunya yaitu Permendagri No.70 Tahun

2009, Pasal 4 Ayat (1) yaitu Pemerintah kabupaten/kota menunjuk paling

sedikit 1 (satu) sekolah dasar,dan 1 (satu) sekolah menengah pertama pada

setiap kecamatandan 1 (satu) satuan pendidikan menengah untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusifyang wajib menerima peserta didik

yang yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dansosial atau

memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dan pasal 10 ayat (3)

yaitu Pemerintah kabupaten/kota wajib meningkatkan kompetensi di bidang

pendidikan khusus bagi pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan

pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif.

Pemerintah Kota Bekasi menganggap bahwa kebijakan pendidikan

inklusif sepenuhnya adalah kewenangan dari pemerintah provinsi yaitu

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, oleh karena itu mereka seakan

menutup mata untuk ikut menangani dan mengabaikan wewenangnya yang

sudah jelas tertera sesuai pada Permendagri No.70 Tahun 2009, khususnya

dalam hal ini pada pasal 4 ayat (1) dan pasal 10 ayat (3).

3. Pemahaman dari pelaksana kebijakan

Pemahaman dari para stakeholder dan pelaksana kebijakan dalam

menyelenggarakan pendidikan inklusif merupakan salah satu hal yang

sangat penting. Tingkat pemahaman dari pelaksana kebijakan dalam

mengimplementasikan kebijakan dalam hal ini kebijakan pendidikan

inklusif sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan implementasi

Page 169: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

kebijakan. Dengan adanya pemahaman yang sangat baik dari lembaga atau

institusi yang bersangkutan, maka akan memperoleh dampak yang positif

bagi pelaksanaan kebijakan pendidikan inklusif, diantaranya yaitu

koordinasi antar lembaga atau institusi pun dapat berjalan dengan baik,

masing-masing pihak dari lembaga maupun institusi dapat mengetahui dan

memahami dengan jelas terkait kewenangan nya dalam kebijakan

pendidikan inklusif sekaligus bertanggung jawab penuh atas wewenangnya

masing-masing, serta pemahaman yang mendalam terhadap tujuan dari

kebijakan sehingga usaha apapun yang dilakukan oleh berbagai pihak

berada dalam satu visi dan misi yang sama untuk mencapai keberhasilan

kebijakan dalam ini pendidikan inklusif.

Pemahaman atas kewenangan pemerintah Kota Bekasi dalam

melaksanakan kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi disampaikan

oleh I1 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Karena kewenangannya itu di provinsi baik SLB maupun sekolah

inklusif adalah kewenangan provinsi jadi kita ga pernah peduli.

Tapi kan boleh di bilang mereka itu kan tinggal di Bekasi kan

mereka juga orang Bekasi kenapa kita ga anggarkan saja toh itu

putra terbaik kita. Kaya misalnya pas ujian nasional dulu kita ikut

langsung monitoring sertiap SMA maupun SMK dan mengecek

terkait soal-soal yang disalurkan pada setiap sekolah tapi kalau

sekarang kan udah engga karena itu udah jadi kewenangan

provinsi. Kita mau memberikan bantuan pun itu hibah jatohnya ke

mereka, nah makanya apalagi yang kaya gini, yang normal aja

mereka kurang perhatian apalagi yang tidak normal.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan sekretaris dprd, peneliti

dapat mengetahui bahwa pemerintah Kota Bekasi tidak pernah peduli pada

kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi karena merasa bahwa hal

Page 170: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

terkait dengan sekolah inklusif dan SLB bukan merupakan kewenangan dari

pemerintah Kota Bekasi, melainkan kewenangan dari pemerintah provinsi.

Selain itu, pemahaman dan sikap kepala sekolah, guru, dan orang

tua murid yang belum optimal juga menjadi kendala dan faktor penghambat

dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. Untuk menghadapi hal

tersebut, pembinaan serta pelatihan terkait pendidikan inklusif merupakan

salah satu cara yang tepat dalam meningkatkan kemampuan dan wawasan

kepala sekolah, guru dan orang tua murid. Hal yang terkait pada

permasalahan ini di sampaikan oleh I3-1.1 yang diungkapkan kepada peneliti

yaitu sebagai berikut:

“Pembinaan secara umum dalam rapat dimana yang juga terdapat

laporan keadaan siswa. Di sampaikan bahwa sekolah mempunyai

anak yang berbeda bagaimana kita untuk menghadapi nya

pokoknya yang penting anak anak yang lain di berikan pemahaman

oleh sekolah bahwa kita memiliki teman yang berbeda kita harus

bisa hidup bersama dalam keadaan yang berbeda. Dari dinas

pendidikan juga melakukan pengawasan ke sekolah dan melakukan

pembinaan kepada guru-guru tetapi hanya pembinaan secara

umum.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat di ketahui bahwa

sekolah belum mengadakan pembinaan tentang pendidikan inklusif kepada

guru-guru dan rapat yang secara khusus membahas tentang pendidikan

inklusif. Usaha yang dilakukan pada saat ini lebih banyak masih bersifat

umum, hanya pada saat beberapa tahun lalu sekolah mendapatkan undangan

untuk mengikuti pembinaan dan pelatihan yang berupa diklat yang

diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Hal ini juga

Page 171: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

disampaikan oleh I3-1.1 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Pernah kepala sekolah diundang oleh Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Barat untuk mengikuti workshop sekolah-sekolah inklusif.

Kalau dari Dinas Pendidikan Kota Bekasi hanya melakukan

pendataan dan pembinaan secara umum saja.”

Dari pernyataan tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

pelatihan mengenai pendidikan inklusif baru diselenggarakan oleh

pemerintah provinsi dalam hal ini yaitu Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

Barat, dan pernah satu kali diadakan oleh SLB negeri Bekasi Jaya. Pihak

dari pemerintah Kota Bekasi sendiri selama ini baru mengadakan

pembinaan maupun pendataan secara umum. Informan I3-2.2 juga

menyampaikan terkait pelatihan dan pembinaan pendidikan inklusif sebagai

berikut:

“Dulu pernah di Bandung saya mengikuti pelatihan dalam beberapa

hari, kemudian di Bekasi juga. Tapi tahun ini belum ada lagi itu

pada tahun-tahun lalu. Semuanya dari Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Barat. Sebenarnya pengajaran inklusi itu tidak pada guru nya

saja, orang-orang yang duduk di kepentingan misalnya dari dinas

itu juga harus di didik supaya mereka itu peduli kepada kaum-kaum

minoritas seperti ini. Kalau tidak mereka itu nyuekin.”

Dari pernyataan wawancara peneliti dengan informan I3-2.2 dapat

memperkuat fakta bahwa pelatihan dan pembinaan selama ini

diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yaitu Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Barat. Keberlanjutan dari adanya pelatihan dan pembinaan tentang

pendidikan inklusif tersebut juga perlu diperhatikan sehingga pemerintah

dapat memastikan bahwa pelatihan dan pembinaan yang selama ini telah

diselenggarakan berdampak baik bagi kemajuan dan keberhasilan

Page 172: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

penyelenggaraan pendidikan inklusif di sekolah. Hal terkait ini juga di

sampaikan oleh I3-2.1 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Sudah, saya dulu pernah mengikuti namun kelanjutannya itu tidak

ada. Instrumen tidak ada terus tagihan-tagihan untuk guru nya pun

tidak ada dalam melakukan evaluasi pun tidak ada tagihan nya gitu

ya. Tagihan dalam artian yaitu pelaksanaan dari pelatihan tersebut

ataupun penilaian bahwa kita bisa atau tidak melakukan nya.

Pelatihan itu kira-kira sudah dua tahun yang lalu ya. Tapi itu tadi

ya pemerintah mengadakan tetapi tidak ada monitoring khusus ke

sekolahnya. Idealnya itu satu anak berkebutuhan khusus harus ada

ruang khusus, potensi apa yang di miliki di situ yang di gali tapi

kan itu perlu pendampingan.”

Dari pernyataan tersebut, peneliti dapat membenarkan adanya fakta

bahwa tidak adanya keberlanjutan atas pelatihan dan pembinaan yang

selama ini telah diselenggarakan. Proses pengawasan dan monitoring pun

tidak dilakukan baik itu oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat maupun

Dinas Pendidikan Kota Bekasi sehingga pihak dari sekolah inklusif pun

kurang berupaya dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif pada

sekolahnya karena dari pihak pemerintah pun seolah tidak memperhatikan

dan peduli terhadap proses penyelenggaraan pendidikan inklusif pada

sekolahnya.

Pelatihan dan pembinaan kepada kepala sekolah, guru dan orang

tua murid sangat berguna bagi kelancaran pelaksanaan pendidikan inklusif

di sekolah. Dengan adanya pemahaman yang baik tentang pendidikan

inklusif, cara menangani anak berkebutuhan khusus dengan benar, serta

solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi berbagai permasalahan

Page 173: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dalam pendidikan inklusif di sekolah, akan dapat mengurangi masalah yang

terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di sekolah. Hal terkait ini

disampaikan oleh I3-1.2 yang diungkapkan peneliti yaitu sebagai berikut:

“Dari UNJ pun juga ada tentang bagaimana mengenali anak-anak

yang berkebutuhan khusus tertentu itu pada ikut. Dari UNJ itu

banyak ya makanya kita sering menugaskan guru-guru untuk ikut

seminar-seminar semacam gitu agar kita nya juga ga kaget ya.

Terakhir ada seminar itu kira-kira tahun 2015. Mungkin tahun ini

juga ada cuman ga di undang kali ya. Saya juga pernah ikut

pelatihan tentang sekolah inklusi di Kuningan selama empat hari.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa dengan adanya dukungan dari pihak perguruan tinggi yang

diwujudkan dari diadakannya seminar tentang pendidikan inklusif bagi

guru-guru di SDN Kalibaru IV akan sangat membantu pehamaman tenaga

pengajar khususnya dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Pelatihan

yang diikuti oleh kepala sekolah setidaknya dapat memberikan pemahaman

dan pengetahuan tentang pendidikan inklusif dengan harapan agar dalam

menyelenggarakan pendidikan inklusif pada sekolah yang dipimpinnya

dapat berjalan dengan baik ke depannya. Hal terkait ini juga di sampaikan

oleh I3-2.3 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“saya pernah ikut itu dua kali ya. Terakhir sekitar tahun 2008 kalau

ga salah.”

Dari pernyataan-pernyataan pada wawancara tersebut, dapat

diketahui bahwa pelatihan dan pembinaan tentang pendidikan inklusif juga

diselenggarakan oleh pihak perguruan tinggi dari UNJ, artinya tidak hanya

pemerintah provinsi saja tetapi perguruan tinggi pun ikut memberikan

Page 174: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dukungan dan partisipasinya pada penyelenggaraan pendidikan inklusif di

Kota Bekasi. Namun, hal yang sedikit berbeda disampaikan oleh I3-1.3 yang

diungkapkan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

“Bu Namih adalah dosen di UNJ, juga prakisi PLB ya dia punya

tempat terapi juga. Waktu itu juga sempet ngisi pelatihan untuk

guru tentang anak berkebutuhan khusus. Sebulan tiga kali dulu kita

mengadakan itu kalau sekarang kita kan ada pelatihan secara umum

juga misalnya penanganan anak, gaya belajar dan lain-lain.

Pelatihan umum itu satu semester satu kali, juga parenting untuk

orang tua itu satu semester juga satu kali. Di dalam pelatihan umum

tersebut juga kita membahas tentang pendidikan inklusif walaupun

tidak membahas secara khusus.”

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pihak sekolah dari

SDS Al Izzah cenderung memberikan perhatian cukup besar pada

keberadaan anak berkebutuhan khusus di sekolahnya. Mereka berusaha

memebuhi kebutuhan anak berkebutuhan khusus terutama terkait dengan

kemajuan dan perkembangan nya di sekolah.

Pernyataan dari informan I3-1.3 tersebut diperkuat dari yang

disampaikan juga oleh I3-2.4 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Kalau untuk pelatihan itu kita pernah ya dapet pelatihan dari UNJ

ikut bu Namih itu dosen UNJ nya tentang anak berkebutuhan

khusus, terus cara menanganinya juga. Itu kalau ga salah pas

semester satu pelatihan nya. Sebelum-sebelumnya sih kita pelatihan

nya di sekolah aja kebanyakan sih dari terapisnya kaya gimana

caranya menterapi. Cuman kalau sekarang sama bu Namih itu udah

jarang ya ga tau kenapa.”

Berdasarkan wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa SDS Al

Izzah memang menaruh perhatian besar dibandingkan dengan sekolah

inklusif lainnya terkait pendidikan inklusif, hanya saja kendala itu datang

Page 175: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dari narasumber yang sudah biasa dalam memberikan pelatihan kepada

mereka. Hal terkait pelatihan dan pembinaan pada guru disampaikan juga

oleh I3-1.4 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Kalau pelatihan itu pernah neng tahun 2003 itu guru-guru pada

ikut pelatihan tentang sekolah inklusif di Bandung. Pertemuan

sekolah-sekolah inklusi sekota Bekasi itu juga pernah disini, yang

ibu dapet dari guru yang sekarang udah pindah dari sekolah ini

katanya pernah jadi kita itu jadi tuan rumahnya. Tapi ga semua

guru-guru ikut pelatihan, kalau yang baru-baru belum.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa pelatihan

diadakan sudah empat belas tahun yang lalu yaitu pada tahun 2003,

sedangkan banyak guru di sekolah tersebut yang pindah, pensiun dan

sebagainya dan digantikan dengan guru baru yang bisa di bilang artinya

mereka belum sama sekali mendapatkan pelatihan terkait pendidikan

inklusif. Hal terkait dengan pelatihan tentang pendidikan inklusif di SDN

Bantar gebang iv juga disampaikan oleh I3-2.5 yang diungkapkan kepada

peneliti yaitu sebagai berikut:

“Pernah juga kita mengundang Pak Ali dari SLB negeri di Bekasi

untuk memberikan pengarahan kepada guru dan orang tua disini,

itu biayanya dari bantuan yang pernah di dapat itu. Tapi tahun

berapa ibu ga dapet informasinya yang jelas udah lama banget.”

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pelatihan yang

didapatkan oleh pihak sekolah-sekolah inklusif terutama sekolah negeri

sudah sangat lama tidak diselenggarakan lagi. Upaya dari Pemerintah Kota

Bekasi dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Bekasi pun tidak

memperhatikan terkait penyelenggaraan pendidikan inklusif di Kota Bekasi

Page 176: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

termasuk dalam memberikan pelatihan bagi sekolah inklusif terkait tentang

pendidikan inklusif.

4. SDM dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif

Permasalahan yang menjadi faktor terhambatnya kinerja dari

pelaksana kebijakan dalam menyelenggarakan kebijakan pendidikan

inklusif adalah ketersediaan dan pendayagunaan Sumber Daya Manusia

(SDM) dalam bidang pendidikan. Berikut adalah daftar jumlah guru pada

setiap kecamatan di Kota Bekasi:

Page 177: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Tabel 4.6

Jumlah guru di Kota Bekasi

No. Kecamatan SD SMP SLB Jumlah

(01) (02) (03) (04) (05) (06)

Jumlah 11.054 4.443 151 16.098

1. Bekasi Timur 1.423 629 63 2.115

2. Bekasi Barat 1.123 310 4 1.437

3. Bekasi Selatan 969 376 25 1.370

4. Bekasi Utara 1.514 713 0 2.227

5. Medansatria 853 342 12 1.207

6. Rawalumbu 1.105 433 11 1.549

7. Mustikajaya 902 295 0 1.197

8. Bantargebang 419 134 0 553

9. Jatiasih 1.041 469 0 1.510

10. Pondokgede 1.047 326 36 1.409

11. Pondokmelati 584 158 0 742

12. Jatisampurna 524 258 0 782

Sumber:Sapulidi Riset Center (SRC) 2017

Berdasarkan tabel diatas, guru umum pada SD berjumlah lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah guru pada SMP di wilayah Kota

Bekasi. Sedangkan, jumlah guru pada SLB merupakan yang paling sedikit

dibandingkan dengan jumlah guru pada SD dan SMP, terdapat enam

kecamatan yaitu Bekasi Utara, Mustikajaya, Bantargebang, Jatiasih,

Pondokmelati, dan Jatisampurna yang sama sekali memiliki guru yang dapat

Page 178: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

menangani pendidikan khusus di wilayahnya. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa ketersediaan guru berpendidikan khusus di Kota Bekasi

masih sangat minim.

Dalam mengimplementasikan kebijakan penyelenggaraan

pendidikan inklusif di Kota Bekasi, terdapat masalah dan kendala yang

dihadapi sekolah. Kendala yang dihadapi pada penyelenggaraan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi adalah tidak adanya keberadaan guru pembimbing

khusus pada sekolah inklusif. Hal terkait sumber daya manusia (SDM)

disampaikan oleh I3-1.1 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Tidak ada, sekolah menggunakan guru yang sama. Alasan nya

karena jika sekolah ingin mengadakan guru pembimbing khusus

(GPK), hal ini membutuhkan biaya operasional yang cukup besar

dan sekolah tidak mampu untuk mengeluarkan biaya operasional

yang besar.”

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa SMP IT YPI

45 bekasi tidak menerapkan iuran bagi orang tua atau wali murid dari anak

berkebutuhan khusus sehingga sekolah pun tidak dapat menyediakan guru

pembimbing khusus di sekolah. Jika menggunakan dana dari sekolah, jelas

bahwa kepala sekolah menyatakan bahwa sekolah tidak mampu untuk

memberikan gajih setiap bulannya. Faktor utama yang memicu ketiadaan

guru pembimbing khusus pada sekolah ini yaitu orang tua atau wali murid

dari anak berkebutuhan khusus tidak mampu secara finansial untuk

membayar iuran jika memang sekolah menerapkan iuran untuk adanya guru

Page 179: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

pendamping khusus. Hal ini diperkuat oleh wawancara peneliti dengan I3-2.2

yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Iya seharusnya memang ada guru pendamping khusus. Karena

proses mengajar nya mungkin ada yang kita samakan dengan anak

normal lainnya dan seharusnya ada pula yang khusus untuk

mengajarkan secara lebih lanjut pada anak berkebutuhan khusus

tersebut sesuai dengan tingkat kebutuhan atau keterbatasannya.

Sebenarnya kasihan jika anak-anak berkebtuhan khusus ini jika di

tempatkan pada sekolah inklusif, karena yang menerima pun harus

benar-benar bisa menangani anak tersebut. Sekolah harus memiliki

persiapan, sedangkan disini sekolah harus buru-buru karena

tertuntut unuk menerima sementara sekolah sendiri belum

mempersiapkan dari segi sarana prasarana dan guru yang mampu

untuk mengajar anak-anak inklusi.”

Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pihak sekolah

membenarkan tentang pentingnya keberadaan guru pendamping khusus,

yang seharusnya memang ada. Namun, sekolah pun belum memiliki

kesiapan dalam hal penyelenggaraan pendidikan inklusif pada sekolahnya.

Jadi dari tahun ke tahun cenderung tidak ada perubahan atau bisa di bilang

berjalan seperti saat dahulu pertama mereka menerima anak berkebutuhan

khusus di SMP IT YPI 45.Hal terkait keberadaan guru pembimbing khusus

disampaikan oleh I3-1.2 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Kalau itu ya ga ada, saya tadi sudah bilang ya disini semuanya

sama. Artinya tidak ada yang secara khusus seperti di sekolah luar

biasa, tapi guru-guru disini sedikit banyak bisa karena sudah

mendapat bimbingan semacam diklat anatara lain seperti seminar

inklusi.”

Dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa kepala sekolah

belum menyadari betul akan keberadaan guru pembimbing khusus pada

Page 180: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

sekolah yang dipimpinnya. Padahal guru yang sudah mendapatkan pelatihan

tentang pendidikan inklusif pun tidak dapat menjamin bahwa mereka dapat

bertugas membantu anak berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran

di sekolah. Hal ini juga diakui oleh I3-2.3 yaitu sebagai berikut:

“Kalau untuk guru pendamping sih seharusnya ada tapi ini kan kita

ga punya. Saya juga kan pernah ikut diklat ya di Bandung khusus

tentang sekolah inklusif, dan ternyata anak dari kepala dinas nya itu

sendiri juga anak penyandang tuna grahita yang lebih berat.”

Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa tidak ada

guru pembimbing khusus pada sekolah ini, pihak sekolah hanya

mengandalkan guru-guru umum yang telah mengikuti pelatihan khusus

tentang pendidikan inklusif. Hal yang berkaitan juga disampaikan oleh I3-1.3

yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Yang mengajarkan siswa ABK secara konkrit itu guru

pendampingnya ga bisa sama guru kelasnya. Untuk gajihnya kita

samakan sesuai dengan masa kerja nya juga, kita mengadakan iuran

itu untuk guru pendamping hanya enam ratus ribu perbulan. Nah ga

mungkin dia sebulan dapet segitu kan makanya sisanya itu kita dari

sekolah yang nambahin kekurangan nya. Jadi dari sekolah itu ada

subsidi khusus untuk anak-anak yang berkebutuhan. Sebenernya

logika nya sekolah itu rugi, kalau ada anak berkebutuhan karena

kita itu ga menerima subsidi dari pemerintah mba untuk yang

berkebutuhan.”

Dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa pihak sekolah

menyadari akan pentingnya keberadaan guru pembimbing khusus dan

perannya sangat penting bagi keberlangsungan proses belajar mengajar anak

berkebutuhan khusus di sekolah. Dalam menggajih guru pembimbing

tersebut, sekolah menerapkan sistem iuran pada para wali murid dan juga

memberikan subsidi khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus di

Page 181: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

sekolahnya. Hal ini disampaikan juga I3-1.4 yang diungkapkan kepada

peneliti yaitu sebagai berikut:

“Cuma namanya aja ya sekolah inklusif tapi semuanya mah sama

aja kaya sekolah umum biasa.”

Dari pernyataan tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa sarana

prasarana termasuk guru-gurunya pun sama dengan sekolah umum lainnya,

yang artinya guru pembimbing khusus pun tidak ada. Akan tetapi, informan

I3-1.4 juga menambahkan penjelasannya kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Iya ya untuk ke depannya aturannya itu saya ingin mendatangkan

guru khusus untuk ABK itu nanti, sekarang udah habiskan dulu

masa ajaran tahun ini, bahwa orang tua itu ya harus maulah iuran

untuk mendatangkan guru pendamping supaya paling ga ada

tambahannya kan kalo menangani anak begitu kita tidak bisa begitu

aja tidak mudah apalagi kalo satu kelasnya itu ada banyak ABK

nya.”

“Orang tua juga harus ada kesadaran ya jangan keenakan karena

sekolah gratis ya jadi semuanya pengen nya gratis tis tis ya.

Mungkin yang lainnya juga masih inget ke gurunya ngasih kue gitu

tapi itu juga cuma berapa persen. Artinya kita juga ga berharap ini

sih ya tapi seengganya orang tua itu ada perhatian nya. ibu juga ada

rencana sih ya neng untuk tambahan ini ya dengan komite ibu udah

ketemu langsung merencanakan mengundang orang tua lagi karena

ibu ingin mendatangkan guru pendamping ya paling ga orang yang

sudah biasa nanganin anak-anak berkebutuhan khusus tapi itu juga

nanti akan ada biayanya, ibu akan mencoba menerapkan itu.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa sejak

ditetapkan sebagai sekolah inklusif, SDN Bantar Gebang IV tidak memiliki

guru pembimbing khusus. Semua sarana prasarana dan guru-gurunya sama

seperti pada sekolah umum biasa, hanya saja sebagian guru pernah

mendapatkan pelatihan tentang pendidikan inklusif dari pemerintah

Page 182: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

provinsi. Tetapi, untuk tahun ini kepala sekolah telah membuat rencana

untuk mendatangkan guru pembimbing khusus, artinya kepala sekolah

menyadari akan pentingnya keberadaan guru pembimbing khusus tersebut

bagi proses belajar mengajar anak berkebutuhan khusus di sekolah, dan

meskipun guru umum telah mendapatkan pelatihan pendidikan inklusif, ini

tidak berarti bahwa mereka dapat menangani dengan baik anak

berkebutuhan khusus terutama saat proses belajar di kelas. Hal terkait

dengan SDM pada sekolah inklusif juga disampaikan oleh I1 yaitu sebagai

berikut:

“Kalau bapak melihatnya dari kesiapan ya SDM dari sekolahnya

kan udah tau khusus kan berarti dia bener-bener satu murid itu

dengan satu perhatian khusus. Nah kalau klasikalnya empat puluh

orang yang sekarang aja kejadiannya banyak yang aneh-aneh ya

karena bapak sebagai mitra komisi iv terkait dengan pendidikan itu

banyak sekali permasalahan apalagi terkait dengan dinas itu

mengenai inklusif itu ga akan sanggup mereka dan kasihan

anaknya ga akan sembuh dan mungkin akan tambah rusak gitu

sehingga yang kejadian adalah pasti inklusif sekolah nya betul-

betul mereka semua isinya ga ada yang umum padahal kan maksud

kita diantara mereka masuk kesitu.”

Berdasarkan wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

dengan jumlah murid yang banyak dalam satu kelas pada sekolah inklusif

negeri, mengakibatkan guru tidak sanggup untuk menangani anak

berkebutuhan khusus dalam kelas dengan kondisi seperti itu. Karena untuk

menangani yang umum saja sudah banyak masalah yang ditimbulkan oleh

para siswa, apalagi jika dalam kelas tersebut terdapat siswa yang

berkebutuhan khusus.

Page 183: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

4.4.2. Karakteristik Kebijakan

Selanjutnya, variabel kedua yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi yaitu karakteristik kebijakan. Dalam variabel ini, peneliti

memfokuskan diri pada bagaimana usaha agar kebijakan pendidikan

inkusif dapat diimplementasikan dengan baik dan dapat mencapai tujuan

yang telah disepakati bersama. Aspek-aspek yang ingin peneliti gali dari

karakteristik kebijakan pendidikan inklusif meliputi hal-hal berikut yaitu

besarnya anggaran pada kebijakan tersebut, seberapa besar adanya

keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana, kejelasan dan

konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana, dan tingkat komitmen

aparat.

Dengan mengacu pada aspek-aspek berikut, peneliti berharap dapat

mengetahui dan menganalisa dengan baik apakah karakteristik kebijakan

pendidikan inklusif sudah sesuai dengan apa yang termuat pada peraturan-

peraturan yang bersangkutan sehingga dapat diimplementasikan dengan

baik oleh para pelaksana kebijakan.

1. Besarnya anggaran pada kebijakan pendidikan inklusif

Setiap kebijakan dalam implementasinya membutuhkan adanya

alokasi anggaran. Dinas Pendidikan harus mempunyai keberanian dalam

alokasi anggaran penyelenggaraan pendidikan inklusi. Dalam rangka

penyelenggaraan pendidikan inklusi, perlu dialokasikan dana khusus, yang

antara lain untuk keperluan: (1)Kegiatan identifikasi input siswa,

Page 184: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

(2)Modifikasi kurikulum, (3)Insentif bagi tenaga kependidikan yang terlibat,

(4)Pengadaan sarana-prasarana, (5)Pemberdayaan peran serta masyarakat,

(6)Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Penyelenggaraan pendidikan inklusif tidak hanya menjadi tanggung

jawab pemerintah. Stakeholder pendidikan lain seperti masyarakat

hendaknya selalu dilibatkan dalam rangka memajukan pendidikan. Apalagi

dalam semangat otonomi daerah dimana pendidikan juga merupakan salah

satu bidang yang didesentralisasikan, maka keterlibatan masyarakat

merupakan suatu keharusan. Dalam rangka menarik simpati masyarakat

agar mereka bersedia berpartisipasi memajukan sekolah, perlu dilakukan

berbagai hal, antara lain dengan memberitahu masyarakat mengenai

program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, yang

sedang dilaksanakan, maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat

mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.

Pembiayaan pendidikan inklusif untuk wilayah Kota Bekasi

bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada pos

anggaran Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Pembiayaan pelaksanaan

penyelenggaraan pendidikan inklusif untuk lembaga pendidikan swasta

dibebankan pada anggaran yayasan/lembaga pendidikan swasta yang

bersangkutan serta juga berhak mendapatkan bantuan pemerintah bagi

sekolah yang telah ditetapkan sebagai sekolah inklusif oleh Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Namun karena pelimpahan wewenang pada

Pemerintah Kota Bekasi, yang mengakibatkan bahwa pemerintah provinsi

Page 185: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

lah yang memegang wewenang penuh atas terselenggaranya kebijakan

pendidikan inklusif di Kota Bekasi. Pemerintah Kota Bekasi sendiri hanya

akan menjalankan wewenangnya untuk ikut menjalankan proses

penyelenggaraan pendidikan inklusif ini jika hanya mendapatkan mandat

atau perintah dari pemerintah provinsi yaitu Dinas PendidikanProvinsi Jawa

Barat. Hal terkait ini disampaikan oleh I1 yang diungkapkan kepada peneliti

yaitu sebagai berikut:

“Ada ya baru tahun ini. Kalau tahun-tahun sebelumnya kita hanya

berorientasi ke kepala sekolah yang negeri, dana masuk kesitu.

Tapi kan itu ga berjalan dengan baik nih makanya kita ingin

membuat langsung sekolah khusus untuk yang berkebutuhan

walaupun ini sebenernya ga ideal kan khawatirnya kan nanti

bercampur kan tapi karena bekasi kurang sekali setelah kita

mendapatkan beberapa audiens dengan pemerhati dengan guru-

guru dan juga para orang tua akhirnya pas pembahasan anggaran

tahun ini kita masukan tuh usulan itu di tangkep oleh disdik. Nah

kalau seandainya ternyata ini jadi ter-realisasi tahun depan, maka

akan diwujudkan bangunan sekolah baru untuk siswa yang

berkebutuhan khusus gitu bukan kemaren-kemaren ga ada ya, ada

cuman anggaran nya tidak langsung sendiri tapi dia nyantol di

setiap SKPD-SKPD tadi. Yang seperti ini itu ketika kita mau

memberikan bantuan pun itu hibah jatohnya ke mereka karena

sebenarnya ini bukan kewenangan kita tapi kewenangan provinsi.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa

selama ini anggaran hanya ada untuk pendidikan secara umum saja, belum

di peruntukkan khusus untuk pelaksanaan pendidikan inklusif atau sekolah

inklusif di Kota Bekasi. Pihak DPRD baru membuat rencana untuk

membangun sekolah luar biasa karena jumlah sekolah luar biasa yang negeri

atau yang didirikan oleh pemerintah masih sangat kurang di wilayah Kota

Bekasi, atas usulan dari pemerhati pendidikan dan juga para guru maka

dibuatlah usulan pengajuan kepada pemerintah provinsi untuk membangun

Page 186: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

sekolah khusus di Kota Bekasi. Dari penjelasan tersebut peneliti

menyimpulkan bahwa pemerintah Kota Bekasi tidak berwenang untuk

meng-anggarkan dana bagi sekolah inklusif, karena mereka menganggap

bahwa ini masih menjadi wewenang dari pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Kalaupun pemerintah Kota Bekasi ingin membantu dana pada pelaksanaan

pendidikan inklusif di Kota Bekasi, itu dinamakan dana hibah dan hal

tersebut pun baru dapat dilakukan jika pemerintah Kota Bekasi

mendapatkan ijin terlebih dahulu oleh pemerintah provinsi, dalam hal ini

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Faktor minimnya anggaran yang dikhususkan untuk pendidikan

inklusif, menimbulkan dampak ketiadaan bantuan dari pemerintah provinsi

maupun pemerintah Kota Bekasi dalam hal ini Dinas Pendidikan kepada

sekolah inklusif yang kemudian menjadi hambatan dalam proses

implementasi kebijakan pendidikan inklusif hingga saat ini. Hal terkait

bantuan pada sekolah inklusif disampaikan oleh I3-1.1 yang diungkapkan

kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Selama ini sekolah belum pernah mendapat bantuan, pernah ada

bantuan yaitu dari Dirjen pendidikan khusus dan layanan khusus

(PKLK) berupa ruang konsultasi bagi anak berkebutuhan khusus.”

Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa sekolah baru

mendapatkan bantuan berupa dibangunnya ruang konsultasi atau ruang

khusus bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah, selain dari pada ruang

tersebut sekolah belum pernah lagi mendapatkan bantuan baik itu dari

pemerintah provinsi dalam hal ini dinas pendidikan Provinsi Jawa Barat

Page 187: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

maupun dari pemerintah Kota Bekasi. Hal yang serupa juga disampaikan

oleh I3-2.2 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Pada dasarnya sekolah kita itu tidak siap secara tenaga pengajar

maupun sarana prasana nya. Tapi, pihak pemerintah sudah

menentukan sekolah-sekolah mana yang di titipi anak inklusi. Nah

ini ada ketidaksesuaian, artinya pemerintah menitipkan anak-anak

inklusi pada sekolah-sekolah umum tetapi tidak di pikirkan sarana

prasarana nya maupun tenaga pengajarnya.”

Berdasarkan pernyataan pada wawancara tersebut, dapat diketahui

bahwa pemerintah hanya menetapkan sekolah inklusif saja, tetapi tidak

memperhatikan kesiapan dari sekolah yang dimaksud. Termasuk dalam hal

sarana prasana maupun tenaga pengajar nya, disebutkan bahwa pemerintah

belum memberikan bantuan akan hal-hal tersebut.Hal terkait ini juga

disampaikan oleh I3-2.1 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Kita tidak pernah mendapat tagihan-tagihan khusus dan tidak

mendapat biaya khusus dari pemerintah sehingga kita pun tidak

memiliki sarana prasarana yang khusus.”

Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa sekolah belum

mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah selain ruangan khusus

tersebut. Tidak adanya bantuan yang diperoleh pihak sekolah menjadi salah

satu faktor utama ketiadaan sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan

khusus di sekolah. Hal terkait ini disampaikan juga oleh I3-1.2 yang

diungkapkan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

“Sekolah ini pun dapat SK sebagai sekolah inklusif dari sana ya

bukan dari Dinas Kota. Tapi sejak dua tahun terakhir ini tidak

mendapat bantuan apa-apa. Jadi Dinas Pendidikan Kota Bekasi itu

tidak tau menahu, paling hanya mendata saja. Bisa di bilang

Page 188: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

mereka itu tidak perhatian dengan pendidikan inklusif. Di

kecamatan Medan Satria, sekolah inklusif itu hanya kita saja. Tapi

kalau sekota Bekasi itu setahu saya kira-kira ada lima.”

“Ya kita karena sudah ada SK nya ya yasudah kita jalani saja. Ini

kan sejak tahun 2005 sekolah ini ditetapkan sebagai sekolah

inklusif nya.”

“Kita hampir setiap tahun ya langsung mengajukan proposal

kepada Dinas Pendidikan Provinsi, tapi dua tahun ini kita belum

juga mendapat bantuan. Bantuan itu meliputi kebutuhan anak,

untuk guru-guru nya, untuk sarana prasarana nya. Jadi ya sabar-

sabar aja. Kalau sekolah luar biasa itu yang saya tanya dia sudah

dapat bantuan. Di sini itu ada satu sekolah luar biasa negeri. Kalau

ga salah letak nya di depan UPTD Medan Satria.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa dalam implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi

selama ini dilakukan oleh pemerintah provinsi dalam hal ini Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sedangkan pemerintah Kota Bekasi sendiri

kurang memperhatikan implementasi kebijakan pendidikan inklusif ini

meskipun kebijakan tersebut diselenggarakan pada wilayah kewenangannya.

Hal terkait dengan bantuan pada sekolah inklusif juga disampaikan oleh I3-

1.3 yang diungkapkan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

“Walaupun kita sekolah swasta kita tetap berhak mendapat

bantuan, karena kita juga udah dikukuhkan sebagai sekolah inklusi

pada tahun 2016, jadi kita berhak ya mendapat bantuan untuk yang

berkebutuhan khusus. cuman ya itu tadi kan ga gampang ngurus

nya sama seperti kita ngurus inklusi kemaren.”

“Kalau ngajuin bantuan kita udah pernah nyoba ke provinsi, itu

langsung ke provinsi. Kalau kota itu mah ga tau mba. Ngga tau

kalau ada tunjangan untuk sekolah inklusif, tanya aja ke Dinas

Pendidikan Kota Bekasi. Kenapa saya berani bilang seperti itu

karena kita pernah coba untuk pengajuan dana bantuan itu tahun

ini.”

Page 189: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Berdasarkan hasil wawancara tersebut. dapat diketahui bahwa

sekolah belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, bahkan sejak

di tetapkan nya sekolah tersebut menjadi sekolah inklusi oleh Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Dalam proses pengajuan bantuan pun,

sekolah menghadapi berbagai kesulitan dikarenakan dinas pendidikan Kota

Bekasi sendiri merasa tidak tahu menahu dan seakan tidak ikut berwenang

sama sekali terhadap segala hal yang berhubungan dengan pendidikan

inklusif dalam hal ini sekolah inklusif yang memerlukan bantuan. Masih

terkait pada bantuan, hal ini disampaikan oleh I3-1.4 yaitu sebagai berikut:

“Kalau bantuan itu kita pernah ngajuin lewat bu mila salah satu

guru disini pakai rekeningnya pun khusus untuk dana inklusif,

semua syarat-syarat udah di penuhi cuman karena masalah tanah

sekolah itu belum bersertifikat sebetulnya sih ada sertifikatnya

cuman belum diatasnamakan kepemilikan pribadi. Nah itu salah

satu syaratnya.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa

salah satu faktor yang menyebabkan sekolah inklusif tidak mendapatkan

bantuan adalah proses pengajuan dan syarat-syarat yang banyak dan

cenderung berbelit-belit.

Peneliti mendapatkan informasi yang diperoleh dari Dinas

Pendidikan Kota Bekasi terkait proses pengajuan bantuan. Hal ini

disampaikan oleh staff dikdas yaitu sebagai berikut:

“Iya dari provinsi, kalau sekolah mau minta bantuan itu ke provinsi

langsung ga ke kota dulu tapi tetap proposalnya ditandatangani

dulu dari sini. Cuman kalau yang baru-baru sekarang SKnya itu

dari sini yang mau mendirikan. Dinas Pendidikan provinsi itu

sudah melepas terkait SK sekolah inklusif ke kota atau ke

Page 190: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

kabupaten, tapi kan belum ada action disini. Karena kan harus

diajuin dulu dari APBD nya atau apa.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa proses pengajuan bantuan pada sekolah inklusif harus mendapatkan

ijin terlebih dahulu kepada Dinas Pendidikan Kota Bekasi, baru setelah itu

proposal bantuan dapat dilanjutkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

Barat untuk mengetahui apakah pengajuannya tersebut disetujui atau tidak.

2. Keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana

Kerjasama kemitraan pada berbagai level mulai dari pemerintah,

swasta dan lembaga swadaya masyarakat yang berkaitan akan sangat

penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan pendidikan inklusif di

Kota Bekasi. Dalam hal ini, termasuk kerjasama antara guru-guru di sekolah

luar biasa dan guru-guru di sekolah umum diperlukan dalam upaya

meningkatkan pembelajaran anak. Kerjasama antara guru dan orang tua

serta kerjasama orang tua diantara para orang tua itu sendiri akan

memperkaya semua yang terlibat serta akan menjamin pendidikan inklusif

yang lebih baik lagi dan lebih bermakna. Kerjasama dengan masyarakat

seperti tokoh-tokoh masyarakat, organisasi-organisasi penyandang

disabilitas, serta lembaga swadaya masyarakat yang berkaitan sangat

diperlukan dan akan memberikan pengayaan dalam implementasi

pendidikan inklusif. Pada hakekatnya, pendidikan itu menjadi tanggung

jawab bersama antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Oleh sebab itu,

maka para pembina dan pelaksana pendidikan di lapangan diharapkan

mampu memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

Page 191: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

inklusif secara optimal. Hal yang berkaitan dengan aspek keterpautan dan

kerjasama disampaikan oleh I1 diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Boleh kalau koordinasi, kalau koordinasinya kita selalu memberi

reward kepada dia juga minta perhatian lebih dari pemerintah

provinsi kepada kita. Nah kalau untuk yang sekolah-sekolah tadi ga

mau nerima ABK itu kita akan lebih memberikan lagi himbauan

yang lebih kuat kepada mereka untuk jangan ditutup ruang-ruang

tersebut gitu kan minimal satu sekolah negeri bisa menampung lah

beberapa siswa ABK terutama yang autis ya kalau yang tuna rungu

emang susah itu. Tapi memang mental pegawai negeri itu kalau

sudah bukan kewenangan mereka ga peduli karena menganggap

ngapain orang bukan kerjaan atau bukan wewenang kita. Jadi ya

yang terkait sekolah inklusif itu ya tadi satu bukan keweangan kita

dan kedua kita memang kurang peduli.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa koordinasi dan kerjasama dengan DPRD yaitu pemberian reward

kepada sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif dan

memberikan himbauan kepada sekolah-sekolah yang tidak mau menerima

anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolahnya, serta jika ada pihak-pihak

yang berkunjung ke DPRD dalam hal permohonan atau saran terkait sekolah

inklusif maupun sekolah khusus, maka pihak DPRD dari komisi iv ini akan

berupaya untuk membantu. Tetapi dalam hal melakukan himbauan pada

sekolah, beliau mengaku akan sulit dilakukan mengingat mental PNS saat

ini yaitu tidak akan melakukan pekerjaan yang dirasa bukan

kewenangannya. Jika sekolah tersebut bukan ditetapkan sebagai sekolah

inklusif, maka mereka pun merasa tidak bertanggung jawab ketika terdapat

anak berkebutuhan khusus (ABK) yang mendaftar pada sekolahnya.

Page 192: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Kerjasama dan koordinasi antara Dinas Pendidikan Kota Bekasi

sebagai institusi yang berwenang dalam menangani pendidikan di Kota

Bekasi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan demi

tercapainya keberhasilan dan tujuan dari kebijakan pendidikan inklusif

khususnya di Kota Bekasi. Hal ini disampaikan oleh I2 yang diungkapkan

kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Oh iya kalo koordinasi iya, apa-apa misalnya kadang saya yang

ikut mendampingi guru gitu terkait pelatihan gitu itu kadang-

kadang saya dulu atau siapa gitu tapi sekarang sepi lagi.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa koordinasi dan kerjasama antara Dinas Pendidikan Kota Bekasi

dengan sekolah inklusif dilakukan setelah mendapat mandat atau perintah

dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, contohnya selama ini adalah

melakukan pendampingan pada guru yang akan mengikuti pelatihan, dan

terkait adanya bantuan yang diperuntukkan bagi sekolah inklusid di Kota

Bekasi.

Sedangkan kerjasama dan koordinasi yang terjalin pada sekolah

inklusif disampaikan oleh I3-1.1 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu

sebagai berikut:

“Yang pernah mengadakan kegiatan khusus adalah SLB negeri

bekasi jaya yakni seperti menggelar masalah. Sekolah memaparkan

masalah yang timbul terkait anak berkebutuhan khusus di sekolah

kemudian narasumber menjelaskan dan menjawab solusi-solusi

Page 193: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

dari masalah tersebut. dulu pernah ada lima tahun yang lalu yaitu

persatuan sekolah-sekolah inklusi di sekolah yang dibawahi oleh

dinas pendidikan dan dipilih satu koordinator nya.”

Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa sekolah SMP

IT YPI 45 Bekasi pernah bekerja sama dengan SLB negeri Bekasi Jaya

yaitu kegiatan menggelar masalah yang dialami sekolah kemudian SLB

memberikan penjelasan dan solusi atas permasalahan yang dipaparkan

tersebut.

Selain kerjasama dengan lembaga atau institusi terkait, kerjasama

antara guru terutama wali kelas dengan para orang tua murid yang

berkebutuhan khusus juga merupakan hal yang sangat penting bagi

kemajuan dan perkembangan anak berkebutuhan khusus di sekolah. Hal ini

juga disampaikan oleh I3-2.1 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Kalau untuk itu, kita dari awal memang hanya sosialisasinya saja

ya, kita melakukan pelayanan standar artinya tidak bisa secara

khusus. Kerjasama dengan saya pun sangat baik apalagi mengenai

pembelajaran kepada anaknya, dan saya juga punya grup whatsapp

khusus orang tua murid ya jadi siapapun boleh nanya di situ. Kalau

mau nanya khusus ya dia chat secara personal ya gitu aja.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

kerjasama dan koordinasi antara guru walikelas dengan para orang tua

Page 194: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

termasuk orang tua ABK terjalin sangat baik. Guru pun senantiasa

membuka akses bagi para orang tua yang ingin berkonsultasi atau sekedar

ingin bertanya terkait anaknya di sekolah.

Keterpautan dan dukungan antara berbagai institusi dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusif pada sekolah-sekolah inklusif di Kota

Bekasi, disampaikan juga oleh I3-1.2 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu

sebagai berikut:

“Kayaknya kita dalam dua tahun terakhir ini ga ada. Tahun 2014

atau tahun 2013 saya masih menjadi guru di sekolah ini itu pernah

ada sosialisasi di sekolah ini dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

Barat terhadap guru-guru dan para orang tua tentang sekolah

inklusif tapi hanya sekali itu ya. Setelah itu yasudah paling

sekarang hanya sosialisasi biasa aja dan tindak lanjutnya tidak

ada.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa pernah diselenggarakan sosialisasi tentang sekolah inklusif dari

Dinas Provinsi Jawa Barat kepada para guru dan orang tua di sekolah.

Namun sejak tiga tahun ini, sosialisasi tersebut belum diadakan lagi.

Sedangkan terkait kerjasama guru dengan orang tua murid, hal ini

disampaikan oleh I3-3.1 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Kalau komunikasi sih sering, orang tuanya bilang anak saya

kurang bisa nulis atau baca gitu ya jadi minta saya juga untuk

ngajarin lagi di rumah.”

Selanjutnya hal serupa juga disampaikan oleh I3-3.2 yang

diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

Page 195: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

“Iya sering komunikasi sih ya terkait misalnya ABK nya udah bisa

ini terus yang belum bisa nya ini gitu sih paling.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat peneliti ketahui bahwa

kerjasama antara orang tua anak berkebutuhan khusus dengan guru terjalin

sangat baik. Secara tidak langsung, guru juga meminta bantuan kepada

orang tua dari siswa berkebutuhan khusus untuk kembali mengajarkan

anaknya terkait hal-hal yang belum bisa dilakukan anaknya di sekolah.

Sedangkan kerjasama antara sekolah inklusif dengan berbagai

institusi pelaksana juga disampaikan oleh oleh I3-1.3 yang diungkapkan

kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Ya itu tadi ya paling koordinasinya terkait pembuatan SK sekolah

inklusi, setelah SK nya keluar yasudah. Untuk mendata pun ga ada

ya atau mungkin belum. Karena sekolah kita juga baru kali ya jadi

mungkin belum.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa koordinasi yang terjalin antar SDS Al Izzah dengan insitusi terkait

ada hingga saat ini. Faktor yang memungkinkan hal ini terjadi adalah karena

sekolah ini baru ditetapkan pada tahun 2016 kemarin. Tapi seyogyanya hal

tersebut tidak dapat dijadikan pemerintah untuk tidak mendata atau

berkoordinasi hal lainnya dengan SDS Al Izzah.

Sedangkan hal terkait kerjasama antara guru dengan orang tua anak

berkebutuhan khusus (ABK) pada SDS AL Izzah disampaikan oleh I3-2.4

yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Komunikasi terus dan materi itu kan dikasih tergantung dari

sekolah juga maksudnya dari wali kelas juga kan karena siswa

Page 196: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

berkebutuhan khusus yang saya dampingi bisa ngikutin kalau di

rendahin materinya kalau di kelas. Untuk satu semester itu udah

kita bikin indikator belajarnya itu apa aja, yang buat itu kerjasama

saya dan wali kelas siswa berkebutuhan khusus yang saya

dampingi.”

“Kalau dukung sih ya dukung banget. Kegiatan-kegiatan kaya

nginep masih belum bisa dilepas sama orang tuanya, belum mau

lepas. Misalnya kegiatan super camp kemarin itu ga ikut karena

mungkin khawatir juga karena Prana itu ABK. Dulu juga Prana

sempet pernah kejang tengah malam makanya mamahnya

khawatirnya juga di situ kalau dia nginep. Salah satu faktor

utamanya mungkin dari itu juga kalau nginep acara dari sekolah.”

“Koordinasinya lebih sering sih dengan saya karena kan saya yang

setiap hari dampngi, ijin ga masuk baru ke wali kelasnya.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa kerjasama antara guru wali kelas dengan guru pembimbing khusus

sangat baik, hal ini terlihat pada usaha kerjasama nya dalam membuat

indikator pembelajarannya. Kerjasama dan koordinasi dengan orang tua dari

anak berkebutuhan khusus (ABK) pun juga terjalin dengan baik terkait

dengan perkembangan dan kemajuan anaknya di sekolah.

Koordinasi dan kerjasama sekolah inklusif dengan antar berbagai

institusi pelaksana juga disampaikan oleh I3-1.4 yang diungkapkan kepada

peneliti yaitu sebagai berikut:

“Selama ibu disini sih belum pernah, dari informasi guru yang

udah ngajar disini dari tahun 2012 juga ga ada dari Disdik Kota

Bekasi yang kesini atau sekedar melakukan pendataan itu belum

pernah. Kalau mendata murid secara umum itu pernah ada.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa belum ada koordinasi maupun kerjasama terkait terselenggaranya

pendidikan inklusif di sekolah. Pendataan pun dilakukan secara umum

Page 197: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

artinya tidak dibedakan antar murid yang normal dengan yang berkebutuhan

khusus.

Dukungan dari komite sekolah juga sangat diperlukan, seperti pada

komite sekolah SDN Bantargebang iv yang aktif dan membawa hal yang

positif bagi penyelenggaraan pendidikan inklusif di sekolah ini. Hal ini

disampaikan oleh I3-3.3 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Kalau kita sih dukung ya apalagi nanti ada rencana sebelum atau

sesudah lebaran kita mau ngadain seminar, seminar untuk anak

berkebutuhan khusus karena disini banyak banget di setiap kelas itu

ada. Itu yang jadi beban kita ya karena kadang ada orang tua murid

yang bilang ini ganggu gitu, ya memang ganggu mereka yang

normal lagi belajar. Banyak yang komplain kaya gitu apalagi kalau

lagi rapat tapi kan kita harus di tengah-tengah gitu makanya jadi

besok sebelum atau sesudah lebaran kita mau ngadain seminar git

sama Mas Priya, beliau sudah ahli cara mengatasi masalah ABK,

jadi memang orang tua tersebut harus tau setelah lulus itu mau

kemana jangan mengharapkan negeri karena ada orang tua yang

tidak mau mengaku kalau anaknya berkebutuhan khusus. Dengan

banyaknya ketidakpahaman orang tua makanya disarankan kita itu

ngadain seminar. Tapi ga cuma orang tua nya aja guru-gurunya

juga dapat pelatihan gimana caranya ngajar anak-anak

berkebutuhan khusus.”

“Ada tapi beberapa, ada orang tua yang peduli ada juga yang ga

peduli. Jadi gini kadang yang peduli cuman nganterin doang kalau

sekolah doang tapi dia ga tahu gimana-gimananya cuman dateng

ngobrol udah, ini nyata ya tanpa harus melihat ini gimana ya

anaknya.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut,peneliti dapat mengetahui

bahwa komite sekolah mendukung secara penuh pada pelaksanaan

pendidikan inklusif di SDN Bantar Gebang IV. Hal tersebut diwujudkan

dengan rencana diselenggarakan nya seminar tentang pendidikan inkluisf

Page 198: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

bagi para orang tua maupun guru di sekolah. Sedangkan dalam hal

kerjasama dan koordinasi antara orang tua dari anak berkebutuhan khusus

(ABK) dengan guru atau wali kelas dapat dilihat baik atau tidaknya

tergantung pada orang tua yang bersangkutan, sejauh mana dia

memperhatikan tumbuh kembang dan kemajuan anaknya di sekolah.

3. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana

Kejelasan kebijakan pendidikan inklusif sendiri sebenarnya telah

termuat dalam Permendiknas No.70 Tahun 2009, sedangkan pada Peraturan

Daerah Kota Bekasi No.13 Tahun 2014 tentang pengelolaan dan

penyelenggaraan pendidikan hanya memuat sedikit tentang pendidikan

inklusif , karena sesuai yang tertera pada pasal 108 ayat (3) dinyatakan

bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai program pendidikan khusus

pada satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan

pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan diatur

dengan Peraturan Menteri.

Konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana mengacu pada

peraturan yang telah peneliti sebutkan diatas, namun berdasarkan

wawancara yang peneliti lakukan dengan pemerintah Kota Bekasi yang

bersangkutan seperti pada dprd Kota bekasi komisi pendidikan maupun

Dinas Pendidikan Kota Bekasi adalah bahwa kewenangan masih berada di

pemerintah provinsi, sedangkan pemerintah Kota Bekasi hanya ikut

berpartisipasi dalam implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota

Page 199: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Bekasi jika mendapatkan mandat atau perintah dari pemerintah provinsi

dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Pemerintah Kota

Bekasi sendiri merasa bahwa pihak-pihaknya tidak ikut menjadi pelaksana

kebijakan karena kebijakan pendidikan inklusif sendiri bukan merupakan

kewenangannya, kecuali dalam hal koordinasi itupun lagi-lagi jika ada

perintah dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang membutuhkan

bantuan dari pemerintah Kota Bekasi dalam hal implementasi kebijakan

pendidikan inklusif yang diselenggarakan di Kota Bekasi. Hal terkait ini

disampaikan oleh I1 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Engga, jadi kalau sudah kewenangannya tadi contohya yang SMA

dan SMK itu tadi yang diambil kewenangan nya oleh pemerintah

provinsi dan begitu diambil alih yaudah kita tidak bisa apa-apa.

Kalau seandainya kita tiba-tiba meng-anggarkan untuk sekolah

khusus dan sekolah inklusif itu nanti di cek sama inspektorat sama

BPK ini apa ini kan gitu bukan kewenangan kamu di coret lah gitu

dan kalau maksain juga ketangkep dia karena tidak prosedurnya

seharusnya uangnya bukan untuk kesitu gitu ya.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa kejelasan pada kebijakan pendidikan inklusif yaitu kewenangan

berada pada pemerintah provinsi, dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Barat dan bukan merupakan kewenangan dari pemerintah Kota

Bekasi, dikarenakan faktor tersebut maka jika DPRD Kota Bekasi membuat

anggaran terkait pendidikan inklusif di Kota Bekasi dapat melanggar

prosedur karena uang tersebut digunakan bukan pada kewenangan yang

dimiliki.

Page 200: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Konsistensi pemerintah Kota Bekasi untuk ikut melaksanakan

kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi disampaikan juga oleh I2 yang

diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Selama ini dari provinsi, karena pklk di dinas provinsi itu dengan

SLB kan itu masuknya kewenangan pemerintah provinsi sama.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

yang konsisten dalam melaksanakan implementasi kebijakan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi adalah pemerintah provinsi, dalam hal ini yaitu

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Selain itu disebabkan adanya faktor

bahwa yang terkait dengan sekolah inklusif maupun sekolah khusus

merupakan kewenangan dari pemerintah Provinsi Jawa Barat.

4. Tingkat Komitmen Aparat

Komitmen adalah salah satu aspek yang menentukan keberhasilan

implementasi kebijakan pendidikan inklusif baik itu dari pemerintah

maupun pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan inklusif.

Komitmen ini diwujudkan dengan usaha yang berkelanjutan dalam

mencapai keberhasilan kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi. Hal

ini disampaikan oleh I3-1.1 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai

berikut:

“Komitmen nya adalah pendidikan untuk semua, tanpa

diskriminasi. Sekolah lebih mengarahkan siswa melalui ajaran

agama seperti bisa solat. Tidak perlu memikirkan apakah dia pintar

bahasa inggris, matematika, dan lain sebagainya. Khususnya pada

anak berkebutuhan khusus, sekolah lebih fokus untuk memperbaiki

perilakunya dalam hidup sehari-hari dengan memperhatikan

Page 201: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

keterbatasan yang ia miliki. Semua yang diajarkan sekolah sesuai

dengan landasan agama.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

komitmen pada sekolah inklusif yang berbasis islami seperti SMP IT YPI 45

Bekasi adalah akhlaknya terhadap agama. Sekolah fokus untuk

memperbaiki perilaku dalam kehidupannya sehari-hari sesuai dengan

petunjuk agama, hal ini berlaku terutama pada anak berkebutuhan khusus

(ABK) dengan memperhatikan juga keterbatasan yang dimiliki. Hal serupa

dengan disampaikan juga oleh I3-1.3 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu

sebagai berikut:

“Kalau komitmennya kita karena sekolah islam, jadi yang penting

anak itu tau akhlak yang baik terutama untuk anak berkebutuhan

khusus ini kalau untuk jadi pintar itu kan susah ya karena

kemampuan dia pun berbeda dengan anak normal pada umunya,

tapi tergantung juga sih dengan tingkat keterbatasannya. Tapi yang

paling penting itu dia tau apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan

dan tata krama sopan santun bagaimana seharusnya bersikap yang

baik dan benar sesuai ajaran agama islam. Karena kan dia ngga

mungkin didampingi terus sama guru pendampingnya dan akhirnya

pun setelah selesai sekolah dia akan terjun ke masyarakat.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

komitmen pada kepala sekolah inklusif yang berbasis islami menekankan

anak berkebutuhan khusus untuk dapat berperilaku yang baik sesuai dengan

ajaran agama islam. Sedangkan dalam hal pelajaran lain seperti matematika

dan sebagainya itu tergantung pada kemampuan anak tersebut, terlebih pada

anak berkebutuhan khusus (ABK) yang memiliki keterbatasan kemampuan

terutama dalam memahami pelajaran. Hal terkait komitmen disampaikan

juga oleh I3-1.2 yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

Page 202: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

“Intinya karena pendidikan itu konsumsi utama bagi anak yang sangat

penting. Khususnya tentang inklusif ya kita harus maju karena kalau gitu ya

kasihan anak-anak kan pendidikan itu berguna untuk seumur hidup. Karena

kita itu sekolah negeri ya yang bebas pungutan makanya orang-orang

banyak yang kesini. Pada intinya ya komitmen saya pendidikan itu harus

terus bergerak, kita ga memandang lah ya itu normal atau ga normal karena

kan anak itu titipan Tuhan ya. Kadang orang tua juga tidak mengerti

kebutuhan anaknya, banyak yang tidak terima bahwa anak nya itu ABK.

Bukan hanya orang tua, pendidik pun kadang juga belum paham apa itu

anak berkebutuhan khusus.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui

bahwa komitmen kepala sekolah SDN Kalibaru IV sangat baik, jauh dari

sifat diskriminatif karena baginya pendidikan adalah hak bagi semua anak

tanpa terkecuali anak normal ataupun kurang normal. Artinya pendidikan

harus tetap berjalan karena jika kita membeda-bedakan, orang tua sendiri

pun juga tidak dapat membedakan apakah anaknya tersebut memiliki

kebutuhan khusus atau tidak. Komitmen yang berbeda dengan kepala

sekolah sebelumnya, disampaikan oleh I3-1.4 yang diungkapkan kepada

peneliti yaitu sebagai berikut:

“Ibu komitmennya pengennya dibatasi gitu seperti yang rencana

ibu lebih selektif gitu karena kita juga ga bisa nanganin, kalau

disebut nyerah mah nyerah ya sebatas kita sebagai pendidik ya

kalau ada ABK yang mau sekolah kita harus terima tapi itu dilihat

dulu dari kemampuan anak itu sejauh mana jangan sampai sekolah

ini hanya dijadikan tempat mungkin setengah bermain bagi mereka

atau apa. Jadi yang ada malah kita sebagai pengajar terganggu, di

kelas harusnya fokus ke anak-anak yang lain, dan untuk

memfasilitasi kita ga bisa dari sekolah sepenuhnya karena tidak ada

dana khusus kan kecuali memang pemerintah niat lagi memberikan

dana ya insyaAllah kita gunakan dengan sebaik-baiknya untuk

mengundang itu juga guru-guru pendamping. Jadi kita pun ga bisa

meng-anggar untuk yang khusus ya karena nanti yang lain takutnya

ga tertutupi.”

Page 203: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

kemampuan sekolah untuk menangani anak berkebutuhan khusus sangat kurang,

bahkan pihak sekolah mengaku menyerah karena anak berkebutuhan khusus

(ABK) yang mereka tangani pun jumlahnya cukup banyak di sekolah, tidak

adanya fasilitas serta dana bantuan dari pemerintah. Oleh karena itu, kepala

sekolah berkomitmen untuk lebih selektif ke depannya dalam menerima anak

berkebutuhan khusus (ABK) agar mereka dapat tertangani dengan baik oleh pihak

sekolah.

4.3.3. Variabel Lingkungan

Variabel ketiga yang mempengaruhi keberhasilan implementasi menurut

Teori Mazmanian dan Sabatier adalah variabel lingkungan. Variabel diluar

peraturan daerah yang mempengaruhi implementasi dilihat dari berbagai aspek

yakni aspek sosial, budaya, dan ekonomi.

1. Aspek Sosial

Penanganan masalah sosial atau pemerataan adalah tugas pemerintah dan

masyarakat. Partisipasi, pemberdayaan dan desentralisasi adalah masalah sosial

yang perlu dicermati. Peranan pemerintah dalam pemerataan adalah untuk

melaksanakan keadilan sosial. Melaksanakan keadilan sosial dalam hal ini adalah

memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan

akses pendidikan.

Page 204: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Hal terkait ini disampaikan oleh I1 yang diungkapkan kepada peneliti

yaitu sebagai berikut:

“Makanya dengan kamu menulis seperti ini lalu mereka baca ya tergugah

lah hati mereka bisa memperhatikan itu, sumbangan pemikiran dari

mahasiswa kalau kewenangan itu tetep harus menjadi perhatian daerah

karena kan bukan lembaganya yang kita pikirkan tapi putra-putra didik

nya itu yang kita perhatikan bahwa mereka itu tetap warga Kota Bekasi.”

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengetahui bahwa

masalah sosial di Kota Bekasi terkait anak berkebutuhan khusus dalam

mendapatkan pendidikan tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah pada

wilayahnya sendiri, dalam hal ini pemerintah Kota Bekasi. Karena walau

bagaimanapun anak berkebutuhan khusus yang ada di wilayah Kota Bekasi

merupakan putra putri dari Kota Bekasi yang perlu dijamin haknya untuk

mendapatkan akses pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya. Jika

permasalahan pada pendidikan anak berkebutuhan khusus ini tidak diperhatikan

terus-menerus akan menjadi permasalahan yang tidak akan selesai.

2. Aspek Budaya

Ada beberapa budaya yang perlu dicermati yaitu budaya birokrat, budaya

masyarakat serta bangsa. Kebudayaan kita adalah paternalistik dimana pemimpin

sebagai panutan. Dalam kebijakan pendidikan inklusif ini, yang menjadi panutan

bagi pemerintah Kota Bekasi dalam menjalankan implementasi kebijakan

pendidikan inklusif adalah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, salah satu

faktornya adalah karena wewenang atas kebijakan ini masih berada pada pihak

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya budaya masyarakat dan

bangsa Indonesia adalah cenderung melihat orang yang lemah dan memiliki

Page 205: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

keterbatasan sebagai kaum minoritas yang keberadaan nya tidak begitu di

pedulikan. Penyandang disabilitas termasuk anak berkebutuhan khusus adalah

orang yang tidak dapat hidup mandiri dan hanya perlu dikasihani, oleh sebab itu

maka tindakan diskriminatif masih dilakukan oleh sebagian pihak baik itu

masyarakat maupun pemerintah itu sendiri. Hal terkait ini disampaikan oleh I1

yang diungkapkan kepada peneliti yaitu sebagai berikut:

“Harusnya tidak, karena kalau kebutuhan pendidikan mereka tidak

terpenuhi justru menjadi ancaman buat masa depan mereka sendiri, jadi

ekspendiktur yang tidak pernah kehabisan.”

Berdasarkan hasil wawncara tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

anak berkebutuhan khusus seharusnya tidak dianggap sebagai kaum minoritas,

karena jika mereka tidak mendapatkan hak nya dalam bidang pendidikan maka hal

ini akan menjadi masalah yang tidak akan pernah habis pada wilayah Kota

Bekasi. Dukungan dan bantuan dari orang-orang sekitar sangat efektif dalam

proses penyembuhan dari anak berkebutuhan khusus tersebut. oleh karena itu

support dari orang-orang terdekat maupun masyarakat sekitar dalam menghadapi

anak berkebutuhan khusus dengan baik merupakan hal yang sangat diperlukan

bagi mereka. Hal terkait ini disampaikan juga oleh I4-3.2 yang diungkapkan kepada

peneliti yaitu sebagai berikut:

“Jadi pemerintah itu belum sadar kalau di Kota Bekasi banyak

penyandang disabilitas yang kalau tidak dikelola dengan baik jadi

masalah yang lebih besar. Tuna netra saja akses pendidikannya minim,

mau disekolahin pun ga punya biaya ya akhirnya jadi dampaknya itu ke

anaknya. Pemerintah Kota Bekasi itu minim sekali perhatiannya.

Anggaran nya saja untuk penyandang disabilitas paling hanya berapa sih,

kalau tinggi anggarannya berarti perhatian nya besar tapi kalau anggaran

nya saja tidak ada ya berarti memang tidak memperhatikan kan gitu.”

Page 206: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa

budaya pemerintah yang kurang memperhatikan kaum minoritas, membuat para

penyandang disabilitas berasumsi bahwa anggaran yang dibuat oleh Pemerintah

untuk masyarakat penyandang disabilitas tidak besar, yang berarti jika anggaran

nya saja kecil, maka dapat dikatakan bahwa perhatiannya pun masih kecil.

3. Aspek ekonomi

Faktor ekonomi menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap

implementasi kebijakan pendidikan inklusif. Orang tua yang memiliki

perekonomian yang baik maka cenderung akan menyekolahkan anaknya pada

sekolah yang dapat memberikan kemajuan yang signifikan pada perkembangan

anaknya, terlebih bahwa anaknya termasuk golongan anak berkebutuhan khusus.

Ketiadaan sarana prasarana dan tenaga pengajar di sekolah inklusif bukan tidak

mungkin akan membuat tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus (ABK) di

sekolah kurang mengalami kemajuan, juga faktor banyaknya sekolah inklusif

yang akan membatasi penerimaan anak berkebutuhan khusus juga menjadi salah

satu faktor yang mempengaruhi anak dalam mendapatkan pendidikan, karena jika

anaknya tidak dapat bersekolah di sekolah negeri yang tidak memungut biaya

apapun dari orang tua, maka anak tersebut tidak dapat bersekolah karena orang tua

yang tidak mampu untuk membiayai anaknya sekolah pada sekolah inklusif

swasta atau SLB. Hal terkait ini disampaikan oleh I3-1.2 yang diungkapkan oleh

peneliti yaitu sebagai berikut:

“Kurang kesadaran mereka dan kendalanya juga rata-rata karena

masalah ekonomi. Kalau saya sih udah ada inisiatifnya udah ngasih

Page 207: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

arahan juga. Kalau disebut anaknya berkebutuhan khusus juga kan

rata-rata orang tuanya ga mau nerima dan disarankan ke SLB juga

bilangnya kan anak saya ga terlalu parah gitu jawaban nya kalau info

yang saya dapet gitu.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui bahwa faktor ekonomi

adalah salah satu faktor penyebab orang tua tidak mau mendaftarkan anaknya

yang seharusnya di masukkan ke dalam sekolah khusus atau SLB karena tingkat

keterbatasan yang dimiliki tidak memungkinkan untuk anaknya dapat bersekolah

pada sekolah inklusif, serta apabila sekolah inklusif tidak dapat menerima anak

berkebutuhan khusus (ABK) maka dampak yang terjadi adalah anak tersebut

tidak dapat bersekolah layaknya anak pada seusianya.

4.4. Pembahasan

Berdasarkan penjelasan dari beberapa infoman dalam penelitian ini

mengenai gambaran Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi

dapat diketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan inklusif pada wilayah Kota

Bekasi mengalami berbagai kendala dan hambatan yang menyebabkan

implementasi kebijakan pendidikan inklusif ini tidak dapat mencapai keberhasilan

sesuai dengan tujuan kebijakan pendidikan inklusif sebagaimana yang tertuang

pada peraturan yang berlaku. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti akan

membahas dengan menggunakan teori implementasi kebijakan publik Mazmanian

dan Sabatier, dimana terdapat tiga variabel yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi, diantaranya yaitu:

Page 208: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

4.4.1. Karakteristik Masalah

Dalam variabel karakteristik masalah, peneliti menemukan beberapa

permasalahan dalam proses implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota

Bekasi, yaitu sebagai berikut:

1. Standarisasi sarana dan prasarana pada sekolah inklusif

Sarana dan prasarana sangat penting dalam dunia pendidikan,

karena dapat digunakan sebagai alat penggerak suatu pendidikan. Sarana

dan prasarana pendidikan dapat menunjang penyelenggaraan proses belajar

mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu

lembaga guna mencapai tujuan pendidikan. Pada hakekatnya, semua sarana

dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan tertentu itu dapat

dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, tetapi untuk

mengoptimalkan proses pembelajaran perlu dilengkapi asesibilitas bagi

kelancaran mobilisasi anak berkebutuhan khusus (ABK), serta media

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus

(ABK). Komponen sarana dan prasarana dalam sistem pendidikan inklusif,

menjadi salah satu komponen yang termasuk penting mengingat

keberagaman karakteristik anak berkebutuhan khusus (ABK), maka sarana

dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan menyesuaikan dengan

kebutuhan anak.

Sarana dan prasarana pada sekolah-sekolah inklusif di Kota Bekasi

hingga saat ini kurang menunjang bagi ABK terutama dalam proses

pembelajaran di sekolah. Faktor-faktor yang menyebabkan hal ini adalah

Page 209: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

ketidaksiapan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif, namun

mereka harus menyelenggarakan pendidikan inklusif dengan menerima anak

berkebutuhan khusus di sekolahnya karena sudah ditetapkan oleh

pemerintah provinsi yaitu oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk

menjadi sekolah inklusif, faktor lain adalah

Tidak adanya bantuan berupa dana, maupun sarana prasarana pada

sekolah inklusif dari pemerintah baik itu pemerintah Provinsi Jawa Barat

maupun pemerintah Kota Bekasi terkait pengadaan sarana dan prasarana

yang diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus pada sekolah tersebut.

Sarana dan prasarana yang terdapat pada sekolah-sekolah inklusif saat ini

masih berupa sarana dan prasarana umum layaknya sekolah reguler pada

umunya, tidak ada sama sekali sarana dan prasarana khusus.

Ketiadaan sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan khusus

pada sekolah inklusif, hingga kini belum juga mendapatkan perhatian dari

pemerintah baik itu pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun pemerintah

Kota Bekasi. Oleh karenanya, permasalahan pada sarana dan prasarana ini

masih menjadi satu hal yang selalu dikeluhkan oleh semua sekolah inklusif

yang ada di Kota Bekasi, baik itu swasta maupun negeri. Padahal jika

permasalahan terkait sarana dan prasarana pada sekolah inklusif ini tidak

ditindaklanjuti segera oleh pemerintah, maka sampai kapan pun

implementasi kebijakan pendidikan inklusif tidak dapat mencapai

keberhasilan kebijakan pendidikan inklusif sesuai dengan tujuan yang

tertera pada Permendagri No. 70 Tahun 2007 pada pasal 2 yang menyatakan

Page 210: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

bahwa Pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,

emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau

bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuannya dan mewujudkan penyelenggaraan

pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi

semua peserta didik yang memiliki memiliki kelainan fisik,emosional,

mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat

istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhan dan hak asasinya.

Selain pada Permendagri No.70 Tahun 2009, tujuan pendidikan

inklusif juga tertera pada Peraturan Daerah Kota Bekasi No.13 Tahun 2014

tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yaitu pada pasal 107

ayat (2) yang menyatakan bahwa Pendidikan khusus bagi peserta didik

berkelainan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

secara optimal sesuai kemampuannya.

2. Aksesibilitas Pendidikan

Pada dasarnya manusia diciptakan sama oleh Tuhan Yang Maha

Esa, hal ini pun dipercayai oleh berbagai pihak. Akan tetapi, dalam realita

kehidupan terutama untuk anak-anak berkebutuhan khusus masih merupakan

suatu perbedaan, walaupun telah memasuki budaya demokrasi yang

menghargai segala perbedaan dan menjunjung tinggi semua hak warga

negara, termasuk dalam pembukaan UUD 1945 pada

Page 211: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Pasal 31 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa (1) Tiap-tiap

warga negara berhak mendapat pengajaran, dan (2) Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajarn nasional yang

diatur dalam Undang-undang terkait.. Keberadaan anak berkebutuhan khusus

(ABK) dalam masyarakat masih belum sepenuhnya dapat diterima, sehingga

banyak hal yang menyangkut hak anak berkebutuhan khusus belum dapat

diperoleh atau dengan kata lain masih terjadi dikriminasi terhadap anak-anak

berkebutuhan khusus terutama dalam hal ini pada bidang pendidikan.

Permasalahan pada aksesibilitas pendidikan anak berkebutuhan

khusus di wilayah Kota Bekasi adalah masih banyaknya sekolah umum atau

reguler yang tidak bersedia menerima anak berkebutuhan khusus (ABK) pada

sekolahnya meskipun telah jelas pada Peraturan Daerah Kota Bekasi No. 13

Tahun 2014 pada pasal Pasal 108 ayat (1) yaitu Pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan

jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dan ayat

(2) yaitu Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui

satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan

kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Faktor ini disebabkan

karena pemahaman yang kurang dari PNS Kota Bekasi khususnya pada

sekolah-sekolah umum yang masih belum mengetahui akan peraturan dari

kebijakan inklusif sehingga banyak yang menganggap bahwa sekolah yang

tidak ditetapkan sebagai sekolah inklusif tidak berwenang dan tidak

bertanggung jawab atas anak berkebutuhan khusus maka pihak sekolah yang

Page 212: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

bersangkutan tidak mau dan tidak bersedia untuk menerima anak

berkebutuhan khusus pada sekolahnya, yang kemudian meyarankan anak

tersebut mendaftar pada sekolah yang telah ditetapkan sebagai sekolah

inklusif meskipun sekolah tersebut berada di luar domisili kecamatan.

Permasalahan pada aksesibilitas pendidikan anak berkebutuhan

khusus (ABK) lainnya yaitu dalam hal mengikuti kejuaraan atau lomba di

sekolah. Permasalahan yang peneliti temui adalah pada dasarnya sekolah

memang mempersilahkan bagi setiap anak yang memiliki kemampuan dan

bakat untuk mengikuti lomba atau kejuaraan di sekolah, namun sekolah

sendiri masih takut jika terdapat resiko dari anak berkebutuhan tersebut

dikarenakan kelainan dan keterbatasan yang mereka miliki, juga pihak

sekolah yang masih menganggap sebelah mata bahwa anak berkebutuhan

khusus (ABK) bisa mempunyai bakat dan kemampuan untuk mengikuti

lomba atau kejuaraan di sekolah. Masalah-masalah tersebut merupakan fakta

penelitian yang peneliti temukan pada saat terjun ke lapangan, dimana

masalah-masalah tersebut peneliti kategorikan sebagai masalah pada

aksesibilitas anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam mendapatkan

pendidikan.

3. Pemahaman dari pelaksana kebijakan

Konsep pendidikan inklusif memberikan pemahaman mengenai

pentingnya penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam

kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di sekolah.

Page 213: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Pemahaman akan konsep pendidikan inklusif merupakan hal yang

sangat penting, tidak hanya bagi pihak sekolah inklusif yaitu kepala sekolah,

guru dan orang tua. Permasalahan yang peneliti temui berkaitan dengan hal

tersebut adalah tidak diselenggarakannya lagi pembinaan dan pelatihan

tentang pendidikan inklusif di sekolah. Pembinaan dan pelatihan tersebut

tidak lagi gencar dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Barat seperti pada saat

tahun-tahun sebelumnya yaitu sekitar tahun 2003. Faktor yang

melatarbelakangi hal tersebut banyaknya rumor dari beberapa informan yang

menyatakan bahwa kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat pada tahun

lalu merupakan seorang ayah dari anak yang berkebutuhan khusus, oleh

karena itu beliau pun sangat memperhatikan dan gencar melakukan upaya

yang menyadarkan para sekolah khususnya sekolah inklusif akan pentingnya

menghargai anak berkebutuhan khusus, salah satu usaha dari hal tersebut

adalah dengan diterapkannya sistem pendidikan inklusif.

Selain itu, pemahaman akan konsep pendidikan inklusif tersebut tidak

kalah penting untuk dipahami oleh para pelaksana kebijakan pendidikan

inklusif dari berbagai lembaga maupun institusi, seperti Gubernur, Walikota,

DPRD, Dinas Pendidikan, dan lembaga atau institusi lain yang bersangkutan.

Permasalahan terkait dengan pemahaman dari pelaksana kebijakan

tersebut yang peneliti temui terjadi pada wilayah Kota Bekasi adalah masih

marak adanya pemahaman bahwa Pemerintah Kota Bekasi tidak memiliki

kewenangan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi. Padahal pada Peraturan Daerah Kota Bekasi No.13

Page 214: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Tahun 2014 pada Pasal 109 ayat (1) menyatakan bahwa Pemerintah Daerah

menjamin terselenggaranya pendidikan khusus pada satuan pendidikan

umum dan satuan pendidikan kejuruan sesuai dengan kebutuhan peserta

didik. Serta pada Permendagri No.70 Tahun 2009 pada pasal 6 ayat (1) yaitu

Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya pendidikan inklusif

sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

4. SDM dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif

SDM sangat memegang peranan penting atas berjalannya suatu

kebijakan, dalam hal ini yaitu kebijakan pendidikan inklusif, tanpa sumber

daya manusia yang memiliki kapabilitas baik tentunya segala sesuatu tidak

akan berjalan dengan baik pula. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan

pendidikan inklusif adalah seluruh pihak yang terlibat baik langsung maupun

tidak langsung dalam pengelolaan dan pelaksanaan penyelenggaraan

pendidikan dalam sebuah satuan pendidikan yaitu sekolah inklusif. Tenaga

pendidik (guru) adalah salah satu komponen yang utama bersama kepala

sekolah dan pihak pengambil keputusan (stake holder). Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah (Dir. Pembinaan SLB, 2007).

Permasalahan yang peneliti temui terkait SDM dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusif di Kota Bekasi adalah tidak terdapatnya

Page 215: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

guru pembimbing khusus terutama pada sekolah inklusif negeri, padahal

kelancaran penyelenggaraan sistem pendidikan inklusif ini sangat berpengaruh

pada kemampuan para guru pembimbing khusus yang bertugas dalam

membantu anak berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran di sekolah.

Faktor dari tidak adanya keberadaan guru pembimbing khusus pada sekolah

inklusif ini adalah karena tidak ada kesadaran dan usaha pihak pemerintah

Kota Bekasi untuk membantu sekolah dalam menyediakan guru pembimbing

khusus terutama pada sekolah inklusif. Padahal dalam Permendagri No.70

Tahun 2009 Pasal 6 ayat (2) menyatakan bahwa Pemerintah kabupaten/kota

menjamin tersedianya sumber daya pendidikan inklusif pada satuan

pendidikan yang ditunjuk, dan ayat (3) yaitu Pemerintah dan pemerintah

provinsi membantu tersedianya sumber daya pendidikan inklusif. Serta dalam

Peraturan Daerah Kota Bekasi No.13 Tahun 2014 pada pasal 109 ayat (3)

yaitu Pemerintah Daerah menyediakan sumberdaya pendidikan yang

berkaitan dengan kebutuhan peserta didik berkelainan.

4.4.2. Karkteristik Kebijakan

Variabel kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi adalah

karakteristik kebijakan, peneliti menemukan beberapa permasalahan terkait

variabel tersebut dalam proses implementasi kebijakan pendidikan inklusif di

Kota Bekasi, yaitu sebagai berikut:

Page 216: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

1. Besarnya anggaran pada kebijakan pendidikan inklusif

Besarnya anggaran dalam proses implementasi suatu kebijakan, dalam

hal ini kebijakan pendidikan inklusif menjadi salah satu hal yang sangat

penting untuk mencapai keberhasilan sebuah proses implementasi kebijakan.

Peneliti dapat melihat besar atau tidaknya anggaran yang diperuntukkan bagi

pelaksanaan pendidikan inklusif di Kota Bekasi adalah dari segi bantuan yang

diberikan. Jika pemerintah konsisten dalam memberikan bantuan-bantuan

pada sekolah inklusif, maka dapat dikatakan bahwa pemerintah memberikan

anggaran yang cukup besar dalam kebijakan pendidikan inklusif.

Permasalahan yang peneliti temui terkait dalam hal ini yaitu ketiadaan

bantuan-bantuan dari pemerintah baik itu pemerintah Provinsi Jawa Barat

maupun pemerintah Kota Bekasi pada sekolah-sekolah inklusif di wilayah

Kota Bekasi, serta prosedur pengajuan bantuan bagi sekolah inklusif yang

cenderung berbelit-belit, dan kemudian membingungkan pihak sekolah

inklusif. Padahal pihak sekolah inklusif sendiri baik itu kepala sekolah,guru,

terutama siswa berkebutuhan khusus sangat mengandalkan bantuan dari

pemerintah agar proses pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah umum

atau reguler dapat berjalan dengan baik.

2. Keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana

Adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana

kebijakan dalam hal ini kebijakan pendidikan inklusif merupakan hal yang

sangat mempengaruhi keberhasilan proses implementasi.

Page 217: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Permasalahan terkait pada hal ini yang peneliti temui di wilayah Kota

Bekasi adalah kurang adanya keterpautan antara pemerintah, apalagi pada

pemerintah Kota Bekasi dengan pihak sekolah inklusif. Sedangkan terkait

dukungan yang diberikan oleh berbagai institusi yang berkaitan dengan

pelaksanaan pendidikan inklusif juga dinilai kurang efektif, karena pelatihan

dan pembinaan tentang pendidikan inklusif yang selama ini diberikan oleh

pemerintah Provinsi Jawa Barat kepada sekolah-sekolah inklusif tidak

berjalan dengan rutin, apalagi saat ini banyak diakui oleh para pihak sekolah

inklusif bahwa pelatihan dan pembinaan tentang pendidikan inklusif sudah

sangat jarang diselenggarakan pada sekolah-sekolah inklusif di wilayah

Kota Bekasi.

3. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana

Kejelasan dan konsistensi aturan mengenai kebijakan pendidikan

inklusif pada badan pelaksana merupakan hal yang penting untuk dapat

mengetahui akan tupoksi masing-masing pihak dalam pelaksanaan

pendidikan inklusif khususnya di wilayah Kota Bekasi.

Permasalahan terkait hal ini yang peneliti temui terjadi pada wilayah

Kota Bekasi adalah masing-masing pihak khususnya semua elemen

pemerintah Kota Bekasi kurang mengetahui dengan jelas akan tugas pokok

dan fungsi masing-masing terkait kebijakan pendidikan inklusif yang

diselenggarakan di Kota Bekasi. Ketidakjelasan dalam hal ini menyebabkan

pemerintah Kota Bekasi merasa tidak berwenang dan bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan pendidikan inklusif di Kota Bekasi, adapun usaha

Page 218: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

yang dilakukan terkait dengan pelaksanaan pendidikan inklusif merupakan

mandat dan perintah dari pemerintah Provinsi Jawa Barat, artinya belum ada

kesadaran dari pihak pemerintah Kota Bekasi untuk berusaha mencapai

keberhasilan proses pelaksanaan pendidikan inklusif di Kota Bekasi.

4. Tingkat komitmen

Komitmen para pelaksana kebijakan dalam menyelenggarakan

pendidikan inklusif harus diperbaiki. Perlu adanya kesadaran yang

mendalam tentang pentingnya penyelenggaraan pendidikan inklusif dalam

hal ini pada wilayah Kota Bekasi. Komitmen para kepala sekolah yang

menurut peneliti sudah baik tentang pelaksanaan pendidikan inklusif pada

masing-masing sekolah yang dipimpinnya, hanya dari sisi pemerintah Kota

Bekasi yang kurang memiliki komitmen terkait pendidikan inklusif karena

faktornya lagi-lagi disebabkan oleh pemerintah Kota Bekasi yang merasa

bahwa pihaknya tidak memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam

kebijakan pendidikan inklusif serta kurangnya kesadaran mereka untuk

memahami ketentuan-ketentuan yang tertuang pada Permendagri No.70

tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki

Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa dan

Peraturan Daerah No.13 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan.

Page 219: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

4.4.3. Variabel Lingkungan

Variabel ketiga yang mempengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan adalah variabel lingkungan. Dalam hal ini, peneliti akan menganalisis

variabel lingkungan berdasarkan aspek sosial, budaya dan ekonomi.

1. Aspek sosial

Anak berkebutuhan khusus (ABK) masih menjadi masalah sosial yang

perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk dapat ditangani, dalam hal ini

hak anak berkebutuhan khusus dalam bidang pendidikan. Karena jika anak

berkebutuhan khusus (ABK) tidak mendapatkan pendidikan sesuai dengan anak

seusianya, maka generasi penerus bangsa Indonesia ini akan semakin mengalami

ketertinggalan dan keterbelakangan di masa yang akan datang. Permasalahan

terkait hal ini terjadi di wilayah Kota Bekasi, dimana pemerintah perlu

memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi penyandang disabilitas termasuk

juga anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam mendapatkan bimbingan dan

pendidikan agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat terlepas dari

ketergantungan terhadap orang-orang disekitarnya. Jika mereka dibiarkan hidup

dengan ketergantungan akibat ketidakberdayaan atas keterbatasan dan kekurangan

yang dimiliki, maka hal ini dapat menjadi masalah sosial yang terus berkembang.

2. Aspek Budaya

Budaya yang tumbuh dalam masyarakat maupun pemerintah dalam hal

ini pada wilayah Kota Bekasi adalah menganggap penyandang disabilitas

termasuk juga anak berkebutuhan khusus (ABK) sebagai golongan minoritas yang

Page 220: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

keberadaannya tidak perlu diperhatikan. Padahal jika pemerintah bersama-sama

dengan masyarakat dapat membantu mereka dalam mengasah dan

mengembangkan bakat dan kemampuannya, hal ini dapat menjadi nilai positif

bagi bangsa Indonesia dan menjadi suatu kebanggaan jika mereka dapat menjadi

pengusaha yang sukses, karena dibalik kekurangan pada suatu individu pasti

terdapat kelebihan yang dimiliki.

3. Aspek ekonomi

Aspek ekonomi menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap anak

berkebutuhan khusus (ABK) dalam memenuhi hak mereka untuk mendapatkan

pendidikan. Dengan fakta banyaknya sekolah inklusif terutama negeri yang

mengalami penumpukan siswa berkebutuhan khusus akan mengurangi jumlah

anak berkebutuhan khusus pada sekolahnya dan banyaknya sekolah yang tidak

bersedia menerima anak berkebutuhan khusus menyebabkan jika anak yang

berlatar belakang dari orang tua yang kurang mampu menghadapi permasalahan

tersebut, akibatnya adalah mereka tidak sekolah karena orang tua dari anak

berkebutuhan khusus tersebut tidak mampu secara ekonomi untuk menyekolahkan

anaknya pada sekolah inklusif swasta.

Demikian analisis dan pemaparan hasil penelitian tentang Implementasi

Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi, untuk dapat melihat lebih jelas dari

hasil pembahasan diatas, dapat dilihat pada bagan matriks di bawah ini:

Page 221: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Tabel 4.7

Matriks Pembahasan

Variabel Temuan Lapangan Ket

Karakteristik

Masalah

Standarisasi

sarana dan

prasarana pada

sekolah inklusif

Sarana dan prasarana pada

sekolah inklusif di Kota Bekasi

kurang menunjang bagi ABK

dalam proses pembelajaran di

sekolah. Diperlukan sarana dan

prasarana khusus bagi anak

berkebutuhan khusus (ABK)

sesuai dengan kebutuhan dan

keterbatasan yang dimiliki,

sehingga dengan adanya sarana

dan prasarana tersebut dapat

membantu ABK dalam proses

belajar mengajar di sekolah.

Faktor-faktor yang

menyebabkan adalah

ketidaksiapan sekolah dalam

menyelenggarakan pendidikan

inklusif,dan tidak ada bantuan

dari pemerintah baik itu

pemerintah Provinsi Jawa

Barat maupun pemerintah Kota

Bekasi

Aksesibilitas

pendidikan

Terhambatnya aksesibilitas

pendidikan pada anak

berkebutuhan khusus (ABK)

karena masih banyaknya sekolah

umum yang tidak bersedia

menerima ABK, serta

keterbatasan ABK dalam

mengikuti kejuaraan atau lomba

di sekolah.

Pemahaman yang kurang dari

pelaksana kebijakan yang

belum mengetahui jelas

peraturan dari kebijakan

pendidikan inklusif, dan masih

menganggap sebelah mata

bahwa ABK bisa mempunyai

bakat dan kemampuan untuk

mengikuti lomba atau

kejuaraan di sekolah.

Page 222: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Pemahaman dari

pelaksana

kebijakan

Tingkat pemahaman para

pelaksana kebijakan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi masih

rendah, belum sesuai dengan

peraturan tentang pendidikan

inklusif. Rendahnya pemahaman

tenaga pendidik di sekolah

reguler terjadi karena

pemerintah Kota Bekasi kurang

berupaya dalam memberikan

pengetahuan kepada para tenaga

pendidik tentang

penyelenggaraan pendidikan

inklusif, dimana upaya ini dapat

diwujudkan melalui adanya

sosialisasi, seminar dan lain

sebagainya.

Masih berkembangnya

pemahaman bahwa Pemerintah

Kota Bekasi tidak memiliki

kewenangan dalam

pelaksanaan kebijakan

pendidikan inklusif di Kota

Bekasi.

SDM dalam

penyelenggaraan

pendidikan

inklusif

Tidak terdapatnya guru

pembimbing khusus (GPK)

terutama pada sekolah inklusif

negeri, serta kurangnya

pemahaman dari sebagian pihak

sekolah inklusif akan pentingnya

peran GPK bagi kelancaran

penyelenggaraan sistem

pendidikan inklusif di sekolah.

Kurangnya kesadaran dan

usaha pihak pemerintah Kota

Bekasi untuk membantu

sekolah dalam menyediakan

guru pembimbing khusus

terutama pada sekolah inklusif.

Karakteristik

kebijakan

Besarnya

anggaran pada

kebijakan

pendidikan

inklusif

Tidak ada anggaran khusus,

dikarenakan pihak yang

berwenang membuat anggaran

pendidikan inklusif adalah

pemerintah provinsi Jawa Barat.

Pemerintah Kota Bekasi

beranggapan bahwa

kewenangan dalam

implementasi kebijakan

pendidikan inklusif berada

pada pemerintah provinsi Jawa

Barat termasuk juga dalam hal

anggaran.

Page 223: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Keterpautan dan

dukungan antar

berbagai

institusi

Kurang adanya keterpautan

antara pemerintah, apalagi pada

pemerintah Kota Bekasi dengan

pihak sekolah inklusif dan

kurangnya dukungan yang

diberikan oleh berbagai institusi

pelaksana kebijakan pendidikan

inklusif. Dukungan yang

dimaksud berupa pelatihan dan

pembinaan tentang pendidikan

inklusif yang berjalan secara

rutin, serta alat-alat bantu yang

dapat digunakan ABK dalam

membantu proses pembelajaran

di sekolah.

Koordinasi dan kerjasama

antara berbagai institusi

pelaksana pendidikan inklusif

dengan sekolah inklusif di

Kota Bekasi dilakukan setelah

mendapat mandat atau perintah

dari Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Barat.

Kejelasan dan

konsistensi

aturan yang ada

pada badan

pelaksana

Kurang adanya kejelasan dan

konsistensi terhadap peraturan

kebijakan pendidikan inklusif

pada badan pelaksana kebijakan.

Pemerintah yang belum

mengetahui dengan jelas akan

tugas pokok dan fungsi

masing-masing pihak terkait

kebijakan pendidikan inklusif

yang diselenggarakan di Kota

Bekasi.

Tingkat

komitmen aparat

Komitmen para kepala sekolah

yang menurut peneliti sudah baik

tentang pelaksanaan pendidikan

inklusif pada masing-masing

sekolah yang dipimpinnya,

hanya dari sisi pemerintah Kota

Bekasi yang kurang memiliki

komitmen terkait pendidikan

inklusif.

Karena faktornya lagi-lagi

disebabkan oleh anggapan

pemerintah Kota Bekasi bahwa

pihaknya tidak memiliki

wewenang dalam implementasi

kebijakan pendidikan inklusif.

Page 224: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Variabel

Lingkungan

Aspek sosial Pemerintah kurang

memberikan keadilan dan

kesejahteraan bagi

penyandang disabilitas

termasuk juga anak

berkebutuhan khusus (ABK)

dalam mendapatkan

bimbingan dan pendidikan.

Berdasarkan hasil temuan

lapangan dan wawancara

berbagai narasumber, hal ini

dapat dari kurang

dilakukannya pendataan

yang lengkap pada

penyandang disabilitas dan

ABK di Kota Bekasi, serta

kurangnya program-program

pemerintah Kota Bekasi

yang diperuntukkan bagi

mereka.

Karena jika penyandang disabilitas

dan ABK kurang mendapatkan

kesejahteraan khususnya dari

pemerintah setempat, maka hal ini

dapat menjadi permasalahan yang

akan terus meningkat. Contohnya

seperti anak berkebutuhan khusus

(ABK) yang tidak mendapatkan

pendidikan sesuai dengan anak

seusianya, maka generasi penerus

bangsa Indonesia ini akan semakin

mengalami ketertinggalan dan

keterbelakangan di masa yang akan

datang.

Aspek budaya

Budaya berpikir dari

masyarakat maupun

pemerintah yang

menganggap penyandang

disabilitas termasuk juga

anak berkebutuhan khusus

(ABK) sebagai golongan

minoritas yang

keberadaannya tidak perlu

diperhatikan

Diperlukan usaha pemerintah

bersama-sama dengan masyarakat

untuk dapat membantu mereka

dalam mengasah dan

mengembangkan bakat dan

kemampuannya, agar mereka dapat

hidup mandiri dan tidak lagi

menjadi orang yang terpinggirkan

di kalangan masyarakat.

Aspek ekonomi Ekonomi menjadi salah satu

aspek yang mempengaruhi

ABK dalam mendapatkan

pendidikan

Banyaknya sekolah inklusif negeri

yang tidak bersedia menerima anak

berkebutuhan khusus. Sedangkan

pada sekolah inklusif swasta

membutuhkan biaya yang relatif

cukup besar sehingga memberatkan

pihak orang tua yang kurang

mampu secara ekonomi.

Page 225: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan temuan lapangan yang telah peneliti

uraikan pada bab IV, maka peneliti menyimpulkan bahwa dalam Implementasi

Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi belum dilaksanakan secara optimal

karena masih terdapat banyaknya hambatan dan kendala yang dihadapi terutama

oleh sekolah-sekolah inklusif. Peneliti akan meyimpulkan berdasarkan pada setiap

variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, sesuai dengan

teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori implementasi kebijakan

menurut Mazmanian dan Sabatier dimana terdapat tiga variabel yang

mempengaruhi implementasi yaitu karakteristik masalah, karakteristik kebijakan,

dan variabel lingkungan.

Pertama, variabel karakteristik masalah, peneliti menyimpulkan bahwa

standarisasi sarana dan prasarana pada sekolah inklusif masih bersifat umum,

artinya sarana dan prasarana yang ada pada sekolah inklusif di Kota Bekasi belum

dapat menunjang bagi anak berkebutuhan khusus terutama dalam proses

pembelajaran. Dari sisi aksesibilitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

juga menjadi permasalahan pada pelaksanaan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

karena masih banyak sekolah yang tidak mau menerima anak berkebutuhan

khusus. Pemahaman dari pelaksana kebijakan pun masih banyak yang

Page 226: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

menganggap bahwa pelaksanaan pendidikan inklusif bukan merupakan wewenang

dan tanggung jawab dari pemerintah Kota Bekasi, melainkan wewenang dan

tanggungjawab dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut

berdampak pada tidak tersedianya SDM dalam penyelenggaraan pendidikan

inklusif juga terus menjadi faktor yang menghambatan pelaksanaan pendidikan

inklusif di Kota Bekasi.

Kedua, dalam variabel karakteristik kebijakan peneliti menyimpulkan

bahwa besarnya anggaran yang ditujukan bagi pendidikan inklusif sangat

berpengaruh dalam keberhasilan implementasi dari kebijakan tersebut. Kemudian

aspek keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana kebijakan

pendidikan inklusif di Kota Bekasi terlihat tidak cukup baik karena kurangnya

kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana kebijakan

pendidikan inklusif di Kota Bekasi dalam implementasi pendidikan inklusif di

Kota Bekasi menyebabkan pemerintah kurang mengetahui dengan jelas akan

tugas pokok dan fungsi masing-masing pihak terkait kebijakan pendidikan

inklusif. Selain itu, tingkat komitmen aparat juga masih menjadi pemasalahan

karena faktor kurangnya kesadaran pihak pemerintah.

Ketiga, pada variabel ketiga yaitu variabel lingkungan, peneliti melihat

variabel ini pada aspek sosial, budaya dan ekonomi. Aspek sosial disimpulkan

Pemerintah kurang memperhatikan keadilan bagi anak berkebutuhan khusus

(ABK) terutama pada bidang pendidikan. Aspek budaya yaitu masih terdapatnya

budaya dalam menganggap penyandang disabilitas termasuk juga anak

berkebutuhan khusus (ABK) sebagai golongan minoritas yang keberadaannya

Page 227: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

tidak perlu diperhatikan. Kemudian yang terakhir adalah aspek ekonomi yang

menurut peneliti menjadi aspek yang paling berpengaruh menyebabkan ABK

tidak dapat sekolah karena orang tua dari anak berkebutuhan khusus tersebut tidak

mampu secara ekonomi untuk menyekolahkan anaknya jika pada sekolah negeri

tidak mampu lagi menerima anaknya yang berkebutuhan khusus.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai bahan masukan dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Inklusif di Kota Bekasi, yaitu sebagai berikut:

1. Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus kepada sekolah-sekolah

inklusif dalam hal ini terkait sarana dan prasarana yang menunjang bagi

anak berkebutuhan khusus kemudian pemerintah bersama-sama dengan

pihak sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif harus benar-

benar mengatur sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk siswa yang

berkebutuhan khusus dengan tingkat keterbatasan yang di miliki oleh para

siswa.

2. Pemerintah perlu menetapkan satu-satuan pendidikan umum pada setiap

kecamatan sebagai sekolah inklusif agar mempermudah akses mereka

dalam mendapatkan pendidikan dan tidak terjadi penumpukan anak

berkebutuhan khusus (ABK) dalam satu sekolah.

3. Pemerintah harus membantu sekolah inklusif dalam menyediakan guru

pembimbing khusus yang bertugas dalam membantu anak berkebutuhan

Page 228: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

khusus dalam proses pembelajaran di sekolah supaya anak berkebutuhan

khusus dapat perhatian dan penanganan yang sesuai dengan keterbatasan

yang mereka miliki sehingga proses pelaksanaan pendidikan inklusif di

sekolah pun dapat berjalan dengan baik.

4. Meningkatkan kerjasama dan dukungan dari berbagai institusi terkait

pelaksanaan pendidikan inklusif di wilayah Kota Bekasi. Dengan adanya

keterpautan antar berbagai institusi tersebut, dapat membuat implementasi

kebijakan pendidikan inklusif dapat berjalan dengan lancar dan dapat

mencapai keberhasilan kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi.

5. Pemerintah perlu meningkatkan pemahaman dan berupaya menciptakan

budaya berpikir dalam masyarakat dengan menganggap bahwa para

penyandang disabilitas termasuk juga anak berkebutuhan khusus (ABK)

sebagai bagian dari masyarakat keberadaannya perlu dibantu dan

diperhatikan

Page 229: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdul Wahab, Solichin. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Adam J.Moleong, Steven. 1999.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Agustino, Leo. 2014. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Anderson, James E. 1984. Public Policy Making. New York: Holt, Rinehart and

Wiston.

Arikunto, S. 1991. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. (cetakan

ketujuh). Jakarta: PT Rineka Cipta

Azwar, S.2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basu, Swastha dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta:

Liberty.

Coleridge Peter.2007. Pembebasan dan Pembangunan, Perjuangan Penyandang

Cacat di Negara-Negara Berkembang. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Dewi, Utami. Pendekatan Top Down versus Bottom Up. IAN-UNY.

Page 230: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.2007. Program Pendidikan Khusus dan

Pendidikan Layanan Khusus. Jakarta : Depdiknas.

Dunn, N. William. 1998. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Gadjah

Mada University Press.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

G Subarsono, 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

HAR Tilaar & Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Ilahi, Moh Takdir. 2013. Pendidikan Inklusif: Konsep & Aplikasi. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media.

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis.

Yogyakarta: Gava Media.

Komariah,Aan dan Djam'an Satori.2010.Metodologi Penelitian. Kualitatif.

Bandung : Alfabeta.

Mirza, Ilham. 2014. Modul Kuliah Kebijakan Publik. Bandung: Divisi Data &

Jaringan Ikatan Mahasiswa Bogor (IKMABO).

Muhadjir,Noeng.1993.Perencanaan dan Kebijakan Pengembangan Sumber Daya.

Manusia.Yogyakarta: Reka Sarasin.

Page 231: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Moleong, Lexy J.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi.Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J.2007.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Moleong, Lexy J.2013.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nanang, Fattah. 2013. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Riyadi, Eko. 2012. Vulnerable Groups: Kajian dan Mekanisme Perlindungannya.

Yogyakarta: Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam

Indonesia.

Pengelola web kemdikbud. 2016. Target Kemendikbud Dalam Pengembangan

Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2017. Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan: Disertasi tidak dipublikasikan.

Prasetya, Irawan. 2005. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta: Departemen Ilmu Administrasi FISIP Universitas

Indonesia.

Samodra, Wibawa. 1994. Kebijakan Publik Proses dan Analisis. Jakarta :

Intermedia.

Page 232: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Smith, J. David. 2006. Inklusi: Sekolah Ramah untuk Semua.Bandung: Penerbit

Nuansa.

Subarsono, AG.2011. Analisis kebijakan Publik : Konsep. Teori dan.

Aplikasi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sugiyono.2009.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung :

Alfabeta.

Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Administratif. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung : Alfabeta

Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. UNY Press.

Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Jakarta: PT Buku Kita.

Dokumen:

Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International

Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (kovenan

international tentang Hak-hak ekonomi,sosial,dan budaya)

Page 233: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Hak-Hak

Penyandang Disabilitas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang

Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan dan

Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa

Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan.

Direktorat PLB. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi (Mengenal

Pendidikan. Terpadu).Jakarta: Depdiknas.

Pedoman ILO tentang pengelolaan penyandang disabilitas di tempat /

International Labour Office. 2013. Jakarta: ILO.

Sumber Lain:

Macam-macam Disabilitas atau Gangguan Fungsi. Bisa Mandiri, 16 Januari 2015

https://bisamandiri.com/blog/2015/01/macam-macam-disabilitas-atau-gangguan-

fungsi/,diakses pada tanggal 29/11/2016 pukul 17.30

http://eprints.uny.ac.id/18954/4/BAB%202%20(09417144044).pdf, diakses pada

tanggal 05/12/2016 pukul 16.30

Page 234: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

http://digilib.uinsby.ac.id/8082/5/bab%202.pdf, diakses pada tanggal 05/12/2016

pukul 13.45

http://jabar.kemenkumham.go.id/attachments/article/1493/konvensi%20hak-

hak%20penyandang%20disabilitas.PDF, diakses pada tanggal

12/12/2016 pukul 19.20

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241984031

-ZAENAL_ALIMIN/modul_1_UNIT_1_.pdf, diakses pada tanggal

29/10/2016 pukul 16.30 wib.

http://kabariindonesia.com/2017/06/05/kota-bekasi-belum-ramah-terhadap-disabilitas/

diakses pada tanggal 29 juni 2017 pukul 11.31 wib.

http://disdik.depok.go.id/?p=298 diakses pada tanggal 29 juni 2017 pukul 10.30

wib.

http://jabar.pojoksatu.id/sukabumi diakses pada tanggal 29 juni 2017 pukul 14.14

wib.

Skripsi/Jurnal:

Irwanto,dkk.2010.Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia:Sebuah

Desk Review.Tesis.Depok:Pusat Kajian Disabilitas Universitas

Indonesia

Page 235: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Sri Delvina. 2016. Pelaksanaan Pendidikan Inklusi di Kabupaten Pelalawan

Provinsi Riau. Skripsi. SLB Negeri Pelalawan.

Artikel:

KONVENSI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS (CONVENTION ON

THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES)

Rusyanti, Hetty.2013. KEBIJAKAN PENDIDIKAN :Pengertian Kebijakan

Pendidikan. Kajian Teori.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa. 2008. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. Departemen Pendidikan Nasional.

Page 236: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

LAMPIRAN

Page 237: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Foto bersama dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah

inklusif

Page 238: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

ABK dengan keterbatasan fisik

ABK dengan keterbatasan autis

2. Wawancara dengan guru pendamping khusus

Page 239: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

3. Foto ruang kelas pada sekolah inklusif

Ruang kelas SMP IT YPI 45 Bekasi

Page 240: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Ruang kelas di SDN Kalibaru IV

Page 241: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

Ruang kelas di SDS Al Izzah

Ruang kelas di SDN Bantargebang IV

Page 242: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

4. Foto buku penilaian harian untuk siswa berkebutuhan khusus

5. Indikator belajar untuk siswa berkebutuhan khusus

Page 243: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 244: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 245: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 246: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 247: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 248: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 249: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 250: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 251: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 252: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 253: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 254: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 255: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 256: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 257: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 258: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 259: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 260: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 261: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 262: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 263: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 264: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 265: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 266: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 267: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 268: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 269: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 270: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 271: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 272: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 273: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 274: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 275: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 276: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 277: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 278: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 279: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 280: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 281: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 282: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 283: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 284: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 285: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 286: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,
Page 287: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/891/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN... · implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kota Bekasi,

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nadia Nurul Kodariah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal lahir : Bekasi, 20 September 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. randu II blok. d no.161 rt.05 rw.17

perumahan Margahayu Jaya, Kecamatan

Bekasi Timur, Kota Bekasi

Nomor Telepon : 087771803198

E-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1) SDN Margahayu XIX, Bekasi-Jawa Barat

2) SMP Negeri 32 Kota Bekasi

3) SMA Negeri 09 Kota Bekasi

4) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, S1 Ilmu Administrasi Negara

RIWAYAT ORGANISASI

DPM FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa