Artikel mulmed

8
1. Metode Socrates 1.1 Pengertian Metode Socrates Socrates (469-399 SM) adalah filsuf dari Athena dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulis apapun sehingga sumber utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan Plato dan murid- muridnya yang lain. (wikipedia.com) Socrates memiliki gaya mengajar yang unik yaitu dengan cara bertanya tentang suatu objek dari berbagai sudut pendekatan, dan dari sana barulah ditarik kesimpulan. Dalam diskusi-diskusinya tersebut, Socrates selalu mengajak orang- orang untuk mencari pengertian yang lebih dalam serta mencari tahu mengapa mereka mengerjakannya sehingga tidak sepenuhnya mengandalkan pada pemahaman menurut Socrates saja. Gaya mengajar ini yang selanjutnya disebut sebagai metode pembelajaran Socrates. (rahmatche.wordpress.com) Metode pembelajaran Socrates dikenal juga sebagai metode kritis atau metode dialektika. Pembelajaran dengan metode ini berisi dialog-dialog kritis (Socratic questioning) antar peserta diskusi dalam menanggapi sebuah permasalahan sehingga pada akhirnya merujuk pada suatu kesimpulan. Metode Socrates terbagi menjadi dua macam, yaitu metode Socrates klasik dan modern. Metode Socrates klasik menggunakan pertanyaan-pertanyaan kreatif untuk mendekonstruksi ide-ide yang sudah ada dan membiarkan responden berpikir ulang tentang pernyataan utama dalam sebuah diskusi. Dekonstruksi ini akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan atau bahkan penyangkalan dari pernyataan mereka di awal. Sehingga, hasil dari metode Socrates klasik adalah sebuah kegagalan dalam menemukan jawaban yang memuaskan. Kegagalan ini pada akhirnya akan membuat responden terinspirasi untuk menggali lebih dalam dan

Transcript of Artikel mulmed

Page 1: Artikel mulmed

1. Metode Socrates

1.1 Pengertian Metode Socrates

Socrates (469-399 SM) adalah filsuf dari Athena dan merupakan generasi

pertama dari tiga ahli filsafat besar Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles.

Socrates adalah guru Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.

Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulis apapun sehingga

sumber utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan Plato dan murid-

muridnya yang lain. (wikipedia.com)

Socrates memiliki gaya mengajar yang unik yaitu dengan cara bertanya

tentang suatu objek dari berbagai sudut pendekatan, dan dari sana barulah ditarik

kesimpulan. Dalam diskusi-diskusinya tersebut, Socrates selalu mengajak orang-

orang untuk mencari pengertian yang lebih dalam serta mencari tahu mengapa

mereka mengerjakannya sehingga tidak sepenuhnya mengandalkan pada

pemahaman menurut Socrates saja. Gaya mengajar ini yang selanjutnya disebut

sebagai metode pembelajaran Socrates. (rahmatche.wordpress.com)

Metode pembelajaran Socrates dikenal juga sebagai metode kritis atau

metode dialektika. Pembelajaran dengan metode ini berisi dialog-dialog kritis

(Socratic questioning) antar peserta diskusi dalam menanggapi sebuah

permasalahan sehingga pada akhirnya merujuk pada suatu kesimpulan.

Metode Socrates terbagi menjadi dua macam, yaitu metode Socrates klasik

dan modern. Metode Socrates klasik menggunakan pertanyaan-pertanyaan kreatif

untuk mendekonstruksi ide-ide yang sudah ada dan membiarkan responden berpikir

ulang tentang pernyataan utama dalam sebuah diskusi. Dekonstruksi ini akan

melahirkan pertanyaan-pertanyaan atau bahkan penyangkalan dari pernyataan

mereka di awal. Sehingga, hasil dari metode Socrates klasik adalah sebuah

kegagalan dalam menemukan jawaban yang memuaskan. Kegagalan ini pada

akhirnya akan membuat responden terinspirasi untuk menggali lebih dalam dan

Page 2: Artikel mulmed

berpikir tentang persoalan tersebut dengan kebebasan yang baru yang diperoleh dari

menghapuskan keyakinan jawaban awal. Hanya saja, kesimpulan atau jawaban yang

didapat tidak dijamin benar. Dengan kata lain, metode Socrates klasik digunakan

tidak untuk mencari jawaban yang benar dari pertanyaan utama. Poin utama dalam

metode ini, yakni membantu responden untuk mengetahui apa yang mereka ketahui

dan yang tidak mereka ketahui. Jika jawaban atau kesimpulan sudah tepat, saat

itulah transisi metode Socrates klasik ke metode Socrates modern.

Metode Socrates modern berifat konstruktif, bukan dekonstruktif seperti

metode Socrates klasik. Metode Socrates modern adalah sebuah proses questioning

dengan pertanyaan-pertanyaan induktif yang sukses digunakan untuk membimbing

sesorang untuk meningkatkan pengetahuannya secara bertahap.

Berbeda dengan metode Socrates klasik yang menempatkan Socratic

questioning sebagai pertanyaan yang diajukan orang “dungu”, metode Socrates

modern menempatkan Socratic questioning sebagai pertanyaan yang diajukan

seorang guru yang sudah mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut. Dengan

demikian, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membantu siswa mengkonstruksi

kesimpulan atau jawaban yang dimaksud. (www.socraticmethod.net)

Pada pembelajaran kekinian, juga pada penulisan makalah ini, metode

pembelajaran Socrates yang dimaksud adalah metode pembelajaran Socrates

modern.

1.2 Prinsip Socratic Questioning

Pada pengertian metode Socrates di awal disebutkan bahwa metode Socrates

modern adalah sebuah proses questioning dengan pertanyaan-pertanyaan induktif

atau inductive question. Menurut Jim Burke dalam “What’s the Big Idea?”,

questioning dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

Page 3: Artikel mulmed

Factual question, yaitu pertanyaan yang memuat kata tanya who, what,

when, where, dan how. Questioning tipe ini akan membawa responden

kembali kepada text bacaan. Dengan kata lain, jawabannya dengan mudah

dapat ditemukan.

Inductive question, yaitu pertanyaan yang memuat kata tanya why, how and

so what. Questioning tipe ini akan membuat responden berkesempatan untuk

mengevaluasi, menaksir dan menganalisis fakta-fakta yang diberikan.

Analytical question: yaitu pertanyaan yang membuat responden mencari

tahu jawabannya dengan cara menghubungkan informasi yang diberikan

dengan ide/situasi yang ada.

Jadi, jelaslah apa yang dimaksud dengan pertanyaan induktif dalam metode

Socrates modern, yaitu pertanyaan yang menuntut responden untuk mengevaluasi,

menaksir dan menganalisis fakta yang diberikan. Dengan kata lain, pertanyaan-

pertanyaan induktif akan “memancing” siswa untuk berpikir kritis.

Dalam artikel The Role of Socratic Questioning in Thinking, Teaching, &

Learning dituliskan serangkaian prinsip yang dapat diimplementasikan oleh guru

selama proses pembelajaran berlangsung. Serangkaian prinsip tersebut antara lain

guru haruslah mampu:

Merespon jawaban dengan pertanyaan yang lebih jauh (yang dapat

memungkinkan siswa mengembangkan pemikirannya secara lengkap dan

mendalam)

Memahami tentang mengapa dasar pemikiran itu disampaikan atau diyakini

dan apa implikasinya melalui pertanyaan lebih lanjut.

Menyampaikan pernyataan yang tegas sebagai titik hubung terhadap

pemikiran lebih jauh.

Menyampaikan pemikiran demi kepentingan pengembangan diskusi

selanjutnya

Page 4: Artikel mulmed

Menyadari bahwa setiap pemikiran akan utuh bila pemikiran tersebut saling

terkait satu sama lain.

Menyadari bahwa semua pertanyaan harus mendasari pertanyaan

sebelumnya, dan semua pemikiran harus mendasari pemikiran sebelumnya.

1.3 Enam Tipe Socratic Questioning

Metode Socrates kerap diidentikkan dengan metode probing-prompting atau

tanya-jawab. Menurut Suherman (2010) dalam bukunya, Belajar dan Pembelajaran

Matematika, metode probing-prompting adalah sajian belajar dengan menyajikan

serangkaian tanya-jawab yang sifatnya membimbing dan menggali pengetahuan

siswa untuk diarahkan pada pemaknaan konsep-aturan tertentu. Tipe pertanyaan

yang disajikan bervariasi, yaitu pertanyaan tertutup, pertanyaan terbuka, pertanyaan

ingatan, pertanyaan konvergen yang memerlukan proses matematika, dan

pertanyaan evaluatif yang meminta siswa mengevaluasi-membandingkan berbagai

pemahaman.

Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa metode Socrates merupakan

salah satu bentuk dari metode probing-prompting. Dengan kata lain, tidak semua

variasi pertanyaan yang digunakan dalam metode probing-prompting merupakan

Socratic Questioning.

Danielle Hill dalam artikelnya yang berjudul “Six types of Socratic

Question” menuliskan bahwa ada 6 tipe pertanyaan yang merupakan Socratic

Questioning antara lain:

1. Questions for Clarification (Pertanyaan-pertanyaan tentang kejelasan)

Tipe ini digunakan untuk menggali lebih dalam serta menunjukan

konsep di balik sebuah argumentasi. Pertanyaan ini diajukan ketika sedang

mencari informasi untuk memverifikasi suatu permasalahan. Contoh

Page 5: Artikel mulmed

pertanyaan yang digunakan misalnya: “Mengapa kamu mengatakan hal itu?”

“Apa sifat/dasar dari ....?” dan “Bagaimana hal itu berkaitan dengan diskusi

ini?”

2. Questions that Probe Assumptions (Pertanyaan-pertanyaan yang

menyelidiki asumsi-asumsi)

Tipe ini digunakan untuk mempertimbangkan keberadaan asumsi-

asumsi yang tidak ditanyakan dalam suatu soal. Pertanyaan ini diajukan

untuk mendapatkan klarifikasi atau untuk mendapatkan penjelasan. Contoh

pertanyaan yang digunakan misalnya: “Apa yang akan terjadi jika...?”

“Mengapa asumsi tersebut diterima atau ditolak?” dan “Bagaimana caranya

memilih asumsi tersebut?”

3. Questions That Probe Reasons and Evidence (Pertanyaan-pertanyaan

yang menyelidiki alasan-alasan dan bukti-bukti)

Tipe ini digunakan untuk menjamin/memastikan bahwa pembuktian

yang dilakukan dapat membenarkan pernyataan yang diberikan. Contoh

pertanyaan yang digunakan misalnya: “Apa yang mendasari argumenmu?”

“Apa yang bisa dijadikan contohnya?” dan “Apa yang membuat asumsimu

dapat digunakan pada kasus ini?”

4. Questions about Viewpoints and Perspectives (Pertanyaan-pertanyaan

tentang sudut pandang atau prespektif)

Argumentasi umumnya berdasarkan satu sudut pandang, sehingga

ketika memvalidasi argumentasi tersebut akan mematahkan sudut pandang

lainnya. Tipe pertanyaan ini digunakan untuk menemukan alternatif pada

sudut pandang khusus. Contoh pertanyaan yang digunakan misalnya:

“Adakah cara lain untuk memandang persoalan tersebut?” “Mengapa cara

ini lebih menguntungkan?” dan “Adakah counterargument jika kita memilih

sudut pandang tersebut?”

Page 6: Artikel mulmed

5. Questions that Probe Implications and Consequences (Pertanyaan-

pertanyaan yang menyelidiki implikasi-implikasi dan konsekuensi-

konsekuensi)

Tipe pertanyaan ini digunakan untuk menjelaskan dan

mendiskusikan apa makna dari asumsi-asumsi yang ada. Contoh pertanyaan

yang digunakan misalnya: “Apa sifat umum yang dapat kamu buat?” “Lalu

apa yang akan terjadi?” dan “Bagaimana bisa.... digunakan untuk.....”

6. Questions about the Question (Pertanyaan-pertanyaan tentang

pertanyaan)

Pertanyaan ini merupakan “mini question” yang dapat memecah

pertanyaan awal menjadi suatu konsep. Contoh pertanyaan yang digunakan

misalnya: “Apa poin utama yang ingin disampaikan dari pertanyaan

tersebut?” “Bagaimana ..... diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari?” dan

“Menurutmu mengapa saya melontarkan pertanyaan tadi?”

Page 7: Artikel mulmed

Daftar Pustaka

Baker, M. dkk. Relationship Between Critical and Creative Thinking. [Online].

Burke, J. What’s The Big Idea. [Online]. Tersedia di:

http://jasongianotti.wordpress.com/books-im-reading/whats-the-big-idea-by-jim-burke. Diakses 6 Mei 2014.

Critical Thinking Community. The Role of Socratic Questioning in Thinking, Teaching, and

Learning. [Online]. Tersedia di: https://www.criticalthinking.org/pages/the-role-of-socratic-questioning-in-thinking-teaching-learning/522. Diakses 6 Mei 2014.

Fernyhough, C. (2010). What do we mean by ‘thinking?. [Online]. Tersedia di:

http://m.psychologytoday.com/blog/the-child-in-time/201008/what-do-we-mean-thinking.html. Diakses 18 Maret 2014.

Hill, D. Six Types of Socratic Question. [Online]. Tersedia di:

http://www.ehow.com.info_8238380_six-types-socratic-question.html. Diakses 6

Mei 2014.

Huda, N. dan Ervina. Analisis Kemampuan berdasarkan Ranah Kognitif Siswa Akselerasi

Menyelesaikan Soal Materi Lingkaran Di Smp N 7 Kota Jambi. [Online

downloaded]. Tersedia di: www.slideshare.net. Diunduh 7 Mei 2014.

Iryani, D. Critical Thinking. [Online Downloaded]. Tersedia di: www.dostoc.com.

Diunduh 7 Mei 2014.

J. Sternberg, R. dan Ben-Zeev, T. (1996). The Nature of Mathematical Thinking. Yale:

Lawrence Erlbaum Associates Publishers. [E-book].

Kemendikbud. (2011). Survei Internasional TIMMS. [Online]. Tersedia di:

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss. Diakses 8 Mei 2014.

Maxwell, M. Introduction to the Socratic Method and its Effect on Critical Thinking.

[Online]. Tersedia di: www.socraticmethod.net. Diakses 6 Mei 2014.

Noordyana, M.A. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis Matematis Siswa melalui Pendekatan Metacognitive Instruction. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Nursatria. (2014). Peridaksamaan Segitiga. [Online]. Tersedia di:

www.ariaturns.wordpress.com. Diakses 15 Mei 2014.

Page 8: Artikel mulmed

Nursatria. (2014). Soal PISA di UN SMP. [Online]. Tersedia di:

www.ariaturns.wordpress.com. Diakses 8 Mei 2014.

Rahmat. (2009). Socrates. [Online]. Tersedia di: www.rahmatche.wordpress.com. Diakses 24 Maret 2014.

Salamah, U. (2012). Kemampuan Berpikir Matematis Tujuan yang Terabaikan. [Online].

Tersedia di: http://ummysalmah.wordpress.com/2012/10/21/kemampuan-berpikir-matematis-tujuan-yang-terabaikan.html. Diakses 19 Maret 2014.

Schwartz, A. The Socratic Method. [Online]. Tersedia di: http://adamschwartz.hubpages.com/hub/The-Socratic-Method. Diakses 13 Mei

2014.

Suherman, E. (2011). Belajar Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Susanti, D. (2012). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis

Humanistik terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Atau

Higher Order Thinking Skill (Hots) Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Kelas

VII Materi Keliling Dan Luas Segi Empat. [Online downloaded]. Tersedia di:

www.slideshare.net. Diunduh 7 Mei 2014.

Tn. (2007). Kajian TIMMS dan PISA, Status Pencapaian Malaysia. [Online downloaded].

Tersedia di: web.moe.gov.my. Diunduh 8 Mei 2014.

Tn. (2011). Konsep Berpikir. [Online]. Tersedia di:

www.mylifeinspirationblog.wordpress.com. Diakses 17 Maret 2014.

Tn. Socrates. [Online]. Tersedia di: www. wikipedia.com. Diakses 24 Maret 2014.

Walsh, Debbie dan Richard W Paul. The Goal of Critical Thinking: from Educational Ideal

to Educational Reality. Chicago: American Federation of Teachers Educational

Issues Department. [E-book].

Yuniarti, Tina. (2011). Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan

Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana,

Univeritas Pendidikan Indonesia.