artikel klasual sengjeta.docx
Transcript of artikel klasual sengjeta.docx
lausul mengenai Penyelesaian sengketa (settlement of dispute). Klausul ini mengatur mengenai penyelesaian sengketa yang mungkin terjadi diantara para pihak, baik karena penafsiran perjanjian maupun karena pelaksanaan perjanjian dimaksud. Kemungkinan penyelesaian sengketa bisa dibagi 2 yaitu melalui pengadilan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, atau melalui arbitrase, baik di dalam maupun diluar negeri. Masing-masing pilihan ini ada keuntungan dan kelemahannya.
Klausula Penyelesaian Sengketa
Mas Abdurachim Husein, Wakil Ketua BAPMI
Tulisan ini juga dimuat pada harian Investor Daily edisi Rabu,15 Agustus 2007
Dalam istilah kontrak, hal inilah yang disebut "pilihan forum", yaitu suatu forum
yang dipilih para pihak untuk menyelesaikan persengketaan yang mungkin
timbul mengenai/sehubungan dengan perjanjian. Sebagian besar kontrak
mencantumkan klausula pilihan forum ini, entah para pihak sungguh memahami
konsekuensinya atau tidak.
Secara prinsip ada 2 pilihan forum bagi para pihak, yaitu forum pengadilan dan
forum penyelesaian di luar pengadilan (seperti mediasi dan arbitrase). Ada
beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh para pihak dalam menentukan
pilihan forum dan menuangkannya ke dalam perjanjian:
Pertama: Apabila para pihak belum mencantumkan klausula pilihan forum di
perjanjian, kemungkinan penyelesaian sengketa akan diajukan kepada
pengadilan, karena arbitrase tidak berwenang menanganinya.
Konsekuensinya adalah para pihak akan menghadapi proses penyelesaian yang
lama hingga putusan pengadilan berkekuatan tetap. Alternatif bagi para pihak
adalah membuat adendum atau perjanjian tersendiri apabila bermaksud untuk
memilih penyelesaian di luar pengadilan.
Kedua, klausula pilihan forum tidak boleh menyebutkan "bahwa sengketa akan
diselesaikan ke pengadilan atau arbitrase", atau "jika tidak bisa diselesaikan
melalui arbitrase akan dibawa ke pengadilan", sehingga seolah-olah memberi
opsi kepada para pihak apakah akan membawa ke pengadilan atau ke arbitrase.
Hal ini biasanya terjadi karena ketidaktahuan atau dianggap paling netral.
Padahal para pihak harus memilih salah satu saja dari kedua forum itu, tidak
boleh mendua.
Konsekuensinya adalah klausula itu disebut "nonsense arbitration clause"
karena keberadaannya sia-sia dan tidak dapat dilaksanakan. Alternatif bagi para
pihak adalah segera membuat amendment dan menggantinya dengan klausula
yang memilih secara tegas pilihan forumnya.
Ketiga, apabila para pihak memilih forum arbitrase, klausula arbitrase perlu
menyebutkan: apakah akan berupa ad hoc arbitration atau yang lembaga
(institutional arbitration) ; tempat dan prosedur arbitrase; pilihan hukum;
komposisi arbiter (tunggal atau majelis); bahasa yang digunakan; pernyataan
bahwa putusan arbitrase final dan mengikat; dan bagaimana pelaksanaan
putusan arbitrase dan pembebanan biaya arbitrase.
Keempat, apabila perjanjian arbitrase dibuat setelah munculnya sengketa,
para pihak harus memperhatikan ketentuan pasal 9 UU 30/1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Pasal 9 mengatur bahwa
perjanjian arbitrase dibuat secara tertulis, jika perlu berbentuk akta notaris, dan
harus memuat sekurang-kurangnya mengenai masalah yang disengketakan,
nama lengkap dan tempat tinggal para pihak dan arbiter, tempat arbitrase,
nama lengkap sekretaris, jangka waktu, pernyataan kesediaan arbiter, dan
pernyataan kesediaan para pihak menanggung seluruh biaya arbitrase. Bila
kurang, perjanjian itu batal demi hukum.
Kelima, para pihak bisa membuat klausula yang mengkombinasikan mediasi
dan arbitrase. Sebagai contoh:
"Sengketa akan diselesaikan melalui mediasi BAPMI menurut prosedur dan
acara BAPMI. Apabila sampai jangka waktu .... mediasi tidak berhasil mencapai
perdamaian, atau para pihak mundur atau tidak melanjutkan mediasi, maka
akan diselesaikan melalui arbitrase BAPMI menurut prosedur dan acara BAPMI."
Menuangkan klausula pilihan forum dengan baik akan menghindari sengketa
tambahan yang justru timbul dikarenakan bunyi klausula yang nonsense,
ambigu atau tanggung. Untuk lebih mudah, para pihak bisa mengadopsi standar
klausula arbitrase yang dikeluarkan oleh lembaga arbitrase.