Artikel-Jagung

16
Artikel-1 Warta - Astaga!com - lifestyle on internet Astaga!com › Warta › Article Lahan Satu Juta Hektar Untuk Tingkatkan Produksi Jagung 2002 Senin, 4 Juni 2001 11:10 Pemerintah menyiapkan lahan seluas 1 juta ha untuk program Gerakan Pengembangan (Gerbang) Agribisnis Jagung guna meningkatkan produksi jagung pada 2002. Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan Deptan, M. Jafar Hafsah di Jakarta menyatakan lahan seluas itu untuk mengembangkan agribisnis jagung di 1000 kawasan yang tersebar di 150 kabupaten di 17 provinsi. "Melalui Gerbang Agribisnis Jagung pemerintah menargetkan produksi jagung sebanyak 5 juta ton," katanya dikutip Antara. Setiap unit Gerbang Agribisnis Jagung, seluas 1000 ha berada dalam satu kawasan yang setiap 500 ha akan ditangani oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan dikawal oleh satu PPL senior. Lokasi penanaman jagung untuk program itu pada Musim Kering (MK) II 2002 di tempatkan di lahan sawah sedangkan untuk Musim Hujan (MH) 2002/2003 di lahan kering. Mengenai lokasi penanaman bagi program Gerbang Agribisnis Jagung, Jafar menyebutkan, untuk Pulau Jawa tersebar di Jabar, Jateng, DI yogya, Jatim dan Banten terdiri 596 unit, P.Sumatera 198 unit tersebar di Sumut, Sumbar, Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Lampung. Sedangkan 206 unit lainnya dialokasikan ke Sulsel, Sulut, Kalsel, Kaltim, Kalbar dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Menyinggung produksi jagung nasional pada 2002, dia menyatakan, luas panen diprediksikan 3,8 juta ha dengan produktivitas sekitar 30,26 ton per hektar dan produksi mencapai 11,50 juta ton. "Produksi tersebut lebih tinggi

Transcript of Artikel-Jagung

Artikel-1Warta - Astaga!com - lifestyle on internet

Astaga!com › Warta › Article

Lahan Satu Juta Hektar Untuk Tingkatkan Produksi Jagung 2002 Senin, 4 Juni 2001 11:10

Pemerintah menyiapkan lahan seluas 1 juta ha untuk program Gerakan Pengembangan (Gerbang) Agribisnis Jagung guna meningkatkan produksi jagung pada 2002.

Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan Deptan, M. Jafar Hafsah di Jakarta menyatakan lahan seluas itu untuk mengembangkan agribisnis jagung di 1000 kawasan yang tersebar di 150 kabupaten di 17 provinsi. "Melalui Gerbang Agribisnis Jagung pemerintah menargetkan produksi jagung sebanyak 5 juta ton," katanya dikutip Antara.

Setiap unit Gerbang Agribisnis Jagung, seluas 1000 ha berada dalam satu kawasan yang setiap 500 ha akan ditangani oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan dikawal oleh satu PPL senior. Lokasi penanaman jagung untuk program itu pada Musim Kering (MK) II 2002 di tempatkan di lahan sawah sedangkan untuk Musim Hujan (MH) 2002/2003 di lahan kering.

Mengenai lokasi penanaman bagi program Gerbang Agribisnis Jagung, Jafar menyebutkan, untuk Pulau Jawa tersebar di Jabar, Jateng, DI yogya, Jatim dan Banten terdiri 596 unit, P.Sumatera 198 unit tersebar di Sumut, Sumbar, Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Lampung. Sedangkan 206 unit lainnya dialokasikan ke Sulsel, Sulut, Kalsel, Kaltim, Kalbar dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menyinggung produksi jagung nasional pada 2002, dia menyatakan, luas panen diprediksikan 3,8 juta ha dengan produktivitas sekitar 30,26 ton per hektar dan produksi mencapai 11,50 juta ton. "Produksi tersebut lebih tinggi sebesar 19,69% dibanding angka ramalan I yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebanyak 9,29 juta ton," katanya.

Jafar menyatakan, lahan yang akan dimanfaatkan untuk areal penanaman jagung yakni dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan bero/tidur/terlantar, lahan perkebunan, lahan transmigrasi, kehutanan, pasang surut atau lebak, kebun buah-buahan dan hasil cetak sawah. Selain itu, juga dengan rehabilitasi dan konservasi lahan irigasi, tadah hujan, pasang surut, kering dan lahan kritis.

Kebutuhan sarana produksi yang diperlukan bagi 1 juta ha lahan pengembangan agribisnis jagung itu diperkirakan mencapai Rp3,467 triliun. Biaya tersebut diperlukan untuk pengadaan pupuk urea 300 ribu ton, SP36 150 ribu ton, KCL 100 ribu ton, ZA 75 ribu ton, serta pestisida 4 juta liter. Selain itu juga untuk pengadaan alat dan mesin pertanian seperti traktor 800 unit, pemipil 40 ribu unit dan pengering 20 ribu unit.

Sedangkan sumber pendanaan, ucapnya, diharapkan berasal dari swadaya masyarakat, kredit program seperti KKP, KKPA, Kupedes, pinjaman swasta maupun dana guliran proyek PKP. (lyl)

© 2003 - 2008 IMT. All Rights ReservedHubungi Astaga | Ketentuan Layanan | Pemasangan Iklan | Astaga! RSS

TKPK Home Newsroom Press Release Keterangan Pers Mengenai

Program Pemerintah untuk Kurangi Kemiskinan

Keterangan Pers Mengenai Program Pemerintah untuk Kurangi Kemiskinan

Jumat, 02 Mei 2008

Keterangan Pers Presiden

Keterangan Pers Mengenai Program Pemerintah untuk Kurangi Kemiskinan

Jakarta, Rabu, 30 April 2008

 

Persoalan kemiskinan tidak hanya dialami bangsa Indonesia, namun juga dialami

negara-negara berkembang lainnya. Semua negara-negara di dunia, termasuk

Indonesia, berjuang dengan gigih memerangi kemiskinan. Demikian dikatakan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rekaman keterangan persnya di Istana

Merdeka, hari Rabu (30/4) sore.

"Upaya untuk mengurangi kemiskinan, pemerintah telah menyiapkan berbagai

macam program. Di waktu lalu ada 55 proyek yang dikerjakan 19 departemen.

Setelah dicek dan dievaluasi, maka semua program tersebut dikonsolidasi ke dalam

tiga program," kata Presiden SBY.

"Pertama adalah perlindungan dan bantuan sosial. Program ini termasuk membeli

beras untuk rakyat miskin, pengobatan gratis, Biaya Operasional Sekolah (BOS), dan

bantuan-bantuan sejenis untuk rakyat miskin. Yang kedua adalah PNPM Mandiri atau

Program Nasional Pembangunan Masyarakat Mandiri. Kita menyadari bahwa

masyarakat komunitas lokal kita makin kreatif dan bisa diberdayakan. Dana yang

dikeluarkan pemerintah tidak sedikit, untuk tahun 2008 dikeluarkan dana lebih

kurang 2 sampai 3 miliar per kecamatan, sementara tahun depan ditargetnya 3

miliar per kecamatan," SBY menerangkan.

"Bila program pertama diibaratkan seperti memberi ikan, karena masyarakat seperti

itu harus cepat diberi bantuan, maka program yang kedua bisa diibaratkan

pemerintah memberi kail," lanjutnya. "Program ketiga adalah Kredit Usaha Rakyat

(KUR). Di Indonesia ada jutaan usaha makro, usaha perseorangan, usaha kecil, dan

usaha menengah. Di waktu lalu mereka kesulitan mendapatkan pinjaman atau

modal, dengan program ini para pengusaha mikro dan menengah dapat

mendapatkan pinjaman yang dipermudah karena pemerintah yang menjamin,"

tambah SBY.

Bila program tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, Presiden SBY yakin

ekonomi akan tumbuh, kemiskinan dapat dikurangi, pendapatan orang perseorang

naik, dan kesejahteraan masyarakat juga naik. "Saya berharap kepada semua

pemimpin daerah, gubernur, bupati, dan walikota dapat turun ke lapangan untuk

dengan kepemimpinannya mensukseskan program ini," kata Presiden SBY kepada

masyarakat Indonesia yang disiarkan di seluruh televisi Indonesia.

Dunia mengalami dua krisis baru. Pertama adalah krisis energi dan kedua adalah

krisis pangan. "Sebagian pakar ekonomi meramalkan akan terjadi resesi ekonomi

atau perlambatan ekonomi dunia yang diawali dengan perlambatan ekonomi di

Amerika Serikat. Sekarang kita mulai merasakan dampaknya, harga pangan sejak

beberapa bulan yang lalu terjadi kenaikan.Sejak itu pemerintah telah melakukan

berbagai upaya dengan kebijakan stabilisasi harga dengan tujuan agar harga tidak

terus naik," jelas SBY. "Tentu saja itu solusi jangan pendek. Untuk solusi jangka

panjang dan menengah adalah meningkatkan produksi pangan dalam negeri,"

tegasnya.

“Selaku seorang yang sedang mengemban amanah, secara jujur saya katakan bahwa

masalah yang dihadapi bangsa ini sangat berat. Oleh karena itu pemerintah terus

berupaya mencarikan solusinya. Saya meminta pengertian dan dukungan seluruh

rakyat Indonesia agar semua kerja keras pemerintah terus berhasil. Kesulitan

ekonomi seperti ini bukan hanya dialami bangsa kita, tapi juga bangsa-bangsa lain,”

tambahnya.

"Saya mengajak saudara-saudara untuk memikirkan suatu hal agar krisis minyak dan

pangan ini dapat dijadikan peluang atau berkah bagi bangsa ini. ," kata

Presiden.Dicontohkan, jutaan hektar tanah di Indonesia yang belum dimanfaatkan

secara maksimal, bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi jagung atau

kedelai yang berujung pada peningkatan penghasilan petani.

“Untuk bidang energi, saya meminta masyarakat Indonesia untuk hemat energi.

Bangsa kita ini masih tergolong bangsa yang boros. Saya menginstruksikan kepada

seluruh kantor dan instansi pemerintah untuk melakukan penghematan termasuk

membatasi pemakaian kendaraan dinas dan kendaraan pribadi," terangnya.

"Meskipun keadaan ekonomi kita mengalami masalah yang berat, saya mengajak

seluruh bangsa Indonesia untuk bersikap optimis dan berpikir positif serta tegar dan

terus mencari solusi. Seberat apapun pasti akan ada jalan keluar. Semoga di masa

sulit kita dapat lebih kompak bersama-sama mengatasi persoalan ini," tegas SBY.

Pada kesempatan itu pula Presiden SBY mengucapkan terimakasih kepada seluruh

masyarakat yang sabar dan mendukung program-program pemerintah. (osa)

 

INDUSTRI&PERDAGANGAN

Swasembada Kedelai dan Jagung Masih Sebatas Mimpi

 JAKARTA – Teriknya matahari tidak menyurutkan penduduk Desa Darawolong, Kabupaten Karawang, Jawa Barat untuk menyaksikan panen perdana kedelai yang dilakukan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini M.S Soewandi.

Di atas tanah seluas 75 ha, kedelai yang pertama kali ditanam pada pertengahan Juli 2003 menghasilkan panen yang dianggap sangat berhasil. Panen kedelai varietas lokal ini mampu mencapai 3,6 ton/ha. Padahal target sebelumnya cuma 3 ton/ha. Menanam kedelai merupakan sesuatu yang baru bagi daerah lumbung beras ini. “Kami dulu sulit meminta dan meyakinkan penduduk agar mau memberikan tanahnya ditanami kedelai setelah panen padi,” ujar Ata Sukarta, salah seorang penggerak kelompok tani di desa Darawolong, Selasa (14/10).Penanaman kedelai ini dijamin tidak akan mengganggu tanaman padi. Karena rumusannya penanaman baru bisa dilakukan setelah panen padi dua kali. Biasanya tanah penduduk dibiarkan menganggur apabila panen selesai,namun kali ini tanah terus berproduksi.Keberhasilan panen perdana ini dengan konsep kemitraan dengan dunia usaha, mendorong Menperindag untuk memikirkan meneruskan proyek ini menjadi 6000 ha. Daerah-daerah lain juga akan ikut dilibatkan. Pemicunya, target swasembada kedelai! Tidak hanya kedelai, komoditi jagung masuk dalam program peningkatan produksi ala Menperindag. Kalau kedelai di Kerawang maka jagung di daerah Kebumen. Diharapkan pendapatan petani juga ikut terdongkrak bila produksi semakin meningkat.“Targetnya tahun 2005 swasembada jagung dan kedelai, produksi akan mampu memenuhi semua kebutuhan industri dan masyarakat,” ujar Rini Soewandi optimis.Ironis memang setelah pernah mengecap produksi jagung dan kedelai dalam jumlah besar, Indonesia kini menjadi importir produk kedua komoditi itu dengan nilai triliunan rupiah. Sadarkah kita, bila kecap, tahu atau tempe yang kita konsumsi bisa jadi dari kedelai impor. Jagung dan kedelai, dua komoditi yang paling sangat tinggi impornya di samping gula dan beras. Setiap tahun Indonesia mengimpor biji kedelai tak kurang 1,1 juta ton dan jagung 1,3 juta ton. Bahkan bungkil kedelai Indonesia merupakan net importir dengan jumlah impor rata-rata 1 juta ton.Padahal, kedua komoditi ini dianggap sangat vital bagi ketahanan pangan. Namun ternyata produksi jagung dan kedelai tidak mampu mengimbangi laju peningkatan kebutuhan masyarakat. Seiring pertambahan pendudukdengan kebutuhan jagung dan kedelai melonjak sementara peningkatan produksi berjalan terseok-seok.

Potensi Pasar ImporBanyak sebenarnya program yang pernah dilakukan pemerintah untuk mengejar ketertinggalan itu tapi semuanya berlalu begitu saja. Di antaranya Program Pengapuran, Supra Insus, Opsus kedelai dan program yang paling terkenal ketika era pemerintahan Soeharto, yakni Program Gema Palagung (Gerakan Mandiri Padi Kedelai Jagung) menuju swasembada 2001. Tetapi, sampai saat ini pun Indonesia belum mampu melakukan swasembada komoditi itu. Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Siswono Yudohusodo mengatakan, ke depan akan terjadi lonjakan kebutuhan pangan yang amat besar. Pasar pangan sebenarnya merupakan potensi untuk memperkuat pertanian. Jika salah penanganan, pasar pangan amat besar itu akan dimanfaatkan dengan baik sebagai pasar yang empuk oleh produsen pangan dari

luar. Pasar domestik memang telah menjadi potensi yang luar biasa bagi produsen pangan, termasuk jagung dan kedelai dari luar negeri. Apalagi mengingat harga jagung dan kedelai impor masuk dengan harga murah. Siswono menegaskan, impor dirangsang oleh pertama, kebutuhan dalam negeri yang amat besar; kedua, harga di pasar international yang rendah, ketiga, produksi dalam negeri yang tidak mencukupi; dan keempat, adanya bantuan kredit impor dari negara eksportir. Bahkan ditengarai produk-produk itu masuk dengan cara dumping. Pembuktian adanya dumping ini dilansir oleh Institutet for Agriculture and Trade Policy (IATP) yang bermarkas di Minnesota, Amerika Serikat. Selain jagung dan kedelai, produk yang juga didumping adalah gandum, beras dan kapas. Kelima komoditas ini diekspor dengan harga di bawah biaya produksi. Siswono menambahkan, akibat tekanan dari negara-negara eksportir kedelai dan jagung berupa penyediaan kredit ekspor, sejak 10 tahun terakhir produksi kedelai dan jagung mengalami penurunan. Di lain pihak, petani Indonesia justru tidak memperoleh kebijakan yang nyata terhadap keberpihakan terhadap petani. Padahal kedua komoditi ini masuk dalam skema proteksi dari perdagangan bebas. “Agar pembangunan pertanian memiliki arah yang jelas, negara perlu menetapkan politik pertanian yaitu keputusan sangat mendasar di bidang pertanian pada tingkat negara, yang menjadi arah ke depan, untuk menjadi acuan semua pihak yang terlibat, dengan sasaran membangun kemandirian di bidang pangan,” ujar Siswono.

Produksi MenurunKedelai, menunjukkan penyusutan lahan dan produksi. Pada 2000 luas lahan 824.484 ha kemudian turun menjadi 678.848 ha pada 2001 dan menyusut lagi pada 2002 menjadi 544.522 ha tahun 20002. Seiring dengan penyempitan lahan, juga produksi anjlok. Tercatat produksi kedelai pada 2000 mencapai kisaran 1 juta ton dan tahun 2001 sebanyak 827 ribu ton dan pada 2002 hanya bisa sebesar 573 ribu ton. Kacang kedelai bagi industri pengolahan pangan di Indonesia banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu, tempe dan kecap dan susu. Jenis industri yang tergolong skala kecil - menengah ini tetapi dalam jumlah sangat banyak menyebabkan tingginya tingkat kebutuhan konsumsi kedelai. Lonjakan importasi kedelai disebabkan peningkatan konsumsi produk industri rumahan seperti tahu, tempe yang jenis makanan ini semakin banyak atau populer digunakan sebagai pengganti daging. Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi jagung pada 2002 mengalami kenaikan sementara kedelai mengalami penurunan. Produksi jagung tahun 2002 naik sebesar 3,28 persen atau 0,31 juta ton pipilan kering, dari 9,35 juta ton pipilan kering tahun 2001 menjadi 9,65 juta ton pipilan kering tahun 2002. Tetapi kenaikan produksi jagung ini tidak diikuti dengan naiknya luas panen jagung tahun 2002 yang malah mengalami penurunan. Penurunan luas panen jagung diperkirakan sebesar 4,84 persen. Berbeda dengan produksi jagung, untuk produksi kedelai tahun 2002 sebaliknya malah mengalami penurunan sebesar 18,61 persen. Dari 0,83 juta ton biji kering pada 2001 menjadi 0,67 juta ton biji kering di tahun 2001. Atau mengalami penurunan sebesar 0,15 juta ton biji kering. Penurunan ini karena turunnya luas panen kedelai sekitar 19,79 persen atau 0,13 juta hektare. Departemen Pertanian selalu mengusung angka produksi jagung sekitar 9 juta ton lebih. Produksi jagung tertinggi terjadi tahun 1998 sebanyak 10,1 juta ton dari luas areal panen 3,8 juta ha. Tapi, di tengah produksi yang cukup tinggi tersebut, kebutuhan industri pakan ternak ternyata justru dipasok dari impor. Industri pakan membutuhkan setiap tahun 3,5 juta ton jagung dari jumlah produksi dalam negeri hanya mampu menyediakan 2 juta ton dan 1,5 juta ton merupakan impor. Kebutuhan untuk pangan hanya berkisar 0,5 juta ton.Konsumen jagung terbesar selama ini adalah untuk pangan dan industri pakan ternak. Bahan baku pakan ternak 50 persen adalah jagung. Seiring membaiknya kehidupan ekonomi ekuivalen dengan peningkatan konsumsi protein hewani,maka bertumbuhnya industri pakan menuntut

penyediaan jagung yang semakin besar. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak Indonesia (GPMT), Budiarto Soebijanto menegaskan, pihaknya tidak akan mau impor kalau produksi nasional bisa mencukupi. Selain kualitas lebih bagus, harga impor juga malah justru lebih mahal dari produk lokal. Dia menepis tudingan yang menyebutkan apabila jagung impor lebih murah. Bahkan demikian tingginya harga jagung dari AS, pengusaha kini mengalihkan sebagian impornya dari Cina. Harga impor dari Cina US$125/ton, sedangkan dari AS mencapai US$130/ton.“Kalau ada produksi di dalam negeri buat apa impor. Lebih menguntungkan beli di dalam negeri dari impor. Selain kualitas lebih bagus bisa di beli dengan jumlah sedikit. Sedangkan impor harus beli satu kapal dan bayar pakai dolar lagi,” tegas Budiarto. Dia menekankan, pasokan jagung seluruhnya habis diserap industri pangan maupun pakan ternak. “Kalau memang berlebih pasti ada tumpukan jagung. Sekarang, buktikan di mana ada tumpukan itu,” ujarnya. Untuk meningkatkan produksi, banyak desakan agar mengenakan bea masuk terhadap jagung dan kedelai. Saat ini bea masuk jagung dan kedelai tidak dikenakan sama sekali. Di lain pihak, pemerintah dalam hal ini Depperindag tidak berniat sama sekali untuk mengenakan bea masuk. Karena itu, desakan untuk menaikkan bea masuk tidak mendapat respon. Menurut Rini Soewandi, tanpa bea masuk harga jagung dan kedelai justru sudah baik. Harga kedelai saat ini mencapai kisaran Rp3500/kg dan sudah cukup menguntungkan bagi petani. Sedangkan harga jagung, menurut Budiarto cukup tinggi dan selalu mengikuti harga jagung impor mencapai kisaran Rp1200/kg.Bea masuk bukan program utama pemerintah untuk menaikkan pemasukan negara tapi lewat pajak dan bea cukai. Bea masuk hanya alat stabilisasi harga. Harga saat ini sudah bisa merangsang petani untuk menanam lebih banyak lagi,” ujar Menperindag. Semangat petani untuk meningkatkan produksi harus diakui sangat besar. Namun, keberpihakan pemerintah terhadap petani juga harus ada. Apabila instrumen itu tidak ada target swasembada kedelai dan jagung rasanya masih jauh dari harapan atau masih sebatas impian. (SH/naomi siagian) 

 Copyright © Sinar Harapan 2003

 

JATIM AKAN LAKSANAKAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN AGROBISNIS JAGUNG TERPADU-Berita Agrobisnis - Dinas Informasi dan Komunikasi, 08-07-2004 08:08 WIB -

Pemerintah kabupaten/kota di Jawa Timur akan melaksanakan program pembangunan kawasan agrobisnis jagung terpadu, yakni memberdayakan potensi pertanian guna memperoleh nilai tambah. Tampak Gubernur Jatim didampingi Ketua Bapemas Jatim H. Soeyono, SH, MSi dalam acara ekspose Pengembangan Klaster Jagung Terpadu di ruang Kertanegara Jl Pahlawan 110 Surabaya, Rabu (7/7). (Foto: Busan).

Pemerintah kabupaten/kota di Jawa Timur akan melaksanakan program pembangunan kawasan agrobisnis jagung terpadu, yakni memberdayakan potensi pertanian guna memperoleh nilai tambah dengan melaksanakan empat sistem pembangunan terpadu diantaranya pemanfatan lahan pertanian, teknologi deversifikasi usaha, distribusi dan usaha. Hal itu dikatakan Gubernur Jatim H Imam Utomo S dalam ekspose Pengembangan Klaster Jagung Terpadu di ruang Kertanegara Kantor Gubernur Jatim Jl Pahlawan 110 Surabaya, Rabu (7/7).

Menurut Gubernur, pelaksanaan programnya akan diawali dengan budidaya tanaman jagung yang melibatkan masyarakat tani dan keluarganya untuk dibina menanam jagung guna mencapai produktifitas maksimal. \"Oleh karena itu para petani akan diajak kerjasama dengan mitra usaha dalam mengembangkan indrustri jagung terpadu,\" katanya.

Dikatakan Imam, dengan adanya industri jagung terpadu nantinya, akan tercipta nilai tambah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani yang pada gilirannya secara luas dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi lokal. \"Program ini dapat direalisasikan di daerah mana saja dalam bentuk implementasi yang nyata,\" katanya.

Dijelaskan Imam, program kelompok kerja untuk lahan 1.000 hektar hingga 1.500 hektar akan melibatkan sekitar 4.000 petani. Karena penanaman jagung merupakan kebutuhan,

sedangkan penanaman jagung selama ini, penanamannya tidak secara rutin dari beberapa lahan yang ditentukan. \"Apabila dikerjakan dengan kelompok kerja akan berjalan dengan baik, sehingga yang dibutuhkan setiap harinya kalau sekitar 1000 ton akan dapat memenuhi permintaannya. Dalam melaksanakan program ini, pemerintah akan memberdayakan para petani, guna mengentas keterpurukan hasilnya agar dapat menjadi nilai tambah,\" katanya.

\"Dan di Jatim ini dapat diterapkan kemampuannya, apabila petani bekerja dengan secara kesungguhan, khususnya para pengusaha di pabrik tersebut nantinya dapat mengambil di pasar,\" tambahnya.

Di tempat yang sama, yang sama Direktur Utama Lembaga Merak Haryanto Tedjo mengatakan, program ini akan dilaksanakan yang bekerja sama antara pemerintah dengan lembaga merak. karena lembaga ini belum memiliki kekuatan. Kerjasama dengan pemerintah yang akan difasilitasi oleh Bapemas Jatim. Oleh karena itu lembaga ini harus memiliki benang merah terlebih dahulu sejalan untuk memfasilitasi program tersebut.

Dikatakan Haryanto, keuntungan pelaksanaan program ini untuk para petani. Sehingga melalui program ini petani memiliki hak akses yang sangat jelas. \"Dan nantinya para petani ini akan memiliki sistem industri, namun tidak bisa secara instan, hal ini memerlukan waktu dalam kurun waktu lima tahun,\" katanya.

\"Sedangkan program ini bagi petani merupakan proses pembelajaran, dari pada petani hanya berharap saja sehingga tidak nampak actionnya. Dengan melakukan program ini akan nampak secara langsung, dan lembaga ini akan mengusulkan dengan dua sistem,\" kata Haryanto.

Kata Haryanto, caranya dengan sistem melalui jalur akademis, melalui tahapan-tahapan, yakni tahapan cd, tahapan ekonomi, atau dengan tahapan pembangunan lainnya. Selain itu dengan menciptakan produk yang dijamin dengan komunikasi yang terdapat dilingkungannya, namun hal ini tergantung pada pemda.

Ditambahkannya, program pembangunan agribisnis kawasan jagung terpadu dilaksanakan bertujuan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat tani melalui kerjasama dengan mitra usaha untuk mengembangkan agro indrustri terpadu, membangun Sumber Daya Manusia (SDM) daerah, membangun Sumber Daya Alam (SDA) memproduktifkan lahan tidur serta melakukan konservasi lahan untuk meningkatkan kesuburan tanah, dan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta untuk memperbaiki tatanan sosial dan ekonomi masyarakat desa.(son)

Peningkatan Peluang Ekspor Agribisnis Jagung Indonesia

Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

keluarga rumput-rumputan. Daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung

di Indonesia adalah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, D.I.

Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur dan

Maluku. Khususnya di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman

jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat

mendukung untuk pertumbuhannya. Di Indonesia pada tahun 2004

produksinya baru 11,225 juta ton, pada 2005 meningkat menjadi 12,52 juta

ton. Dan prediksi untuk tahun 2006 diperkirakan 12,13 Juta ton.

Pada kesempatan ini didalam mewujudkan suatu sistem pertanian

yang terpadu, bahwa perlunya peningkatan produksi agribinis jagung untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri dan apabila memungkinkan dengan

kapasitas produksi yang besar dapat membuka jaringan pasar ekspor

Internasional. Apabila dilihat dari kondisi lahan, iklim serta kapasitas

produksinya Indonesia cukup mampu didalam peningkatan agribisnis jagung

untuk memenuhi permintaan daripada konsumen domestik dan Internasional.

Dalam hal ini bagaimana sttrategi dan pelaksanaan pertanian yang

digalakkan dengan integritas dan pemanfaatan lahan serta budidaya dan

pertumbuhannya. Menurut survey dan pencatatan USDA, Departemen

Pertanian, USA tahun 2005 stoknya masih 122,6 juta ton. Namun, sampai

Oktober 2006 yang lalu tinggal 88,1 juta ton.

Menurut analisa ternyata produksi jagung dalam negeri memang

belum mampu mencukupi kebutuhan bahan baku industri pakan ternak,

untuk itulah dengan berbagai upaya dalam memenuhi permintaan konsumen

agribisnis jagung ini, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan

swasembada jagung pada 2007, dengan target produksi 15 juta ton

dikarenakan kebutuhan konsumsi dan industri pakan ternak yang melonjak.

Diharapkan dalam pencanangan swasembada agribisnis jagung 2007 dapat

berjalan dengan baik sesuai dengan mutu bibit tanaman jagung yang

berkualitas didalam pengembangannya. Dimana dengan terbatasnya

persediaan jagung dunia untuk ekspor dan meningkatnya permintaan etanol

baik di Amerika, China dan berbagai negara berpotensi menciptakan

ekspektasi kenaikan harga jagung di pasar dunia untuk beberapa tahun ke

depan, Indonesia diharapkan dapat mampu menangkap peluang pasar ini

menjadi salah satu acuan untuk mencari celah pasar kebutuhan konsumen di

pasar dunia.

Produksi Secondary Tanaman Pangan Indonesia Ton

Tahun Jagung Kacang Kedelai

Kacang Kacang Hijau

Ubi Kayu Kentang

2002 9.654.105 673.056 718.071 288.089 16.913.104 1.771.6422003 10.886.442 671.600 785.526 335.224 18.523.810 1.991.4782004 11.225.243 723.483 837.495 310.412 19.424.707 1.901.8022005 12.523.894 808.353 836.295 320.963 19.321.183 1.856.9692006*) 12.136.798 780.880 839.970 334.200 19.907.304 1.805.431

Sumber BPS & Berbagai Sumber Wacana.

Frans Hero K. PurbaStaf Subdit Promosi dan Pengembangan PasarDirektorat Pemasaran InternasionalDitjen PPHP

http://agribisnis.deptan.go.idDeveloped © 2005 by Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian

Jl. Harsono RM No. 3, Gedung D-Lantai 2 Ragunan-Jakarta 12550-Indonesiaemail: [email protected] / [email protected]

Platform : Win32 | Browser : Microsoft Internet Explorer | Resolution : 1280x1024 | Color : 32 bit | IP Anda : 202.51.56.2

25/01/08 20:03

Harga Jual Jagung Melonjak

Medan (ANTARA News) - Petani dalam negeri diminta mengembangkan terus tanaman jagungnya memanfaatkan permintaan yang tinggi atas komoditi itu pada tahun ini yang akhirnya mendorong lonjakan harga jual di pasar luar dan dalam negeri.

"Harga jual jagung di pasar internasional pada tahun ini akan semakin tinggi. Bahkan pada kwartal II diprediksi bisa menembus Rp3.650 per kg (harga CIF)," kata Ketua Dewan Jagung Nasional, Tony K Kristianto, di Medan, Jumat.

Prediksi harga yang membaik itu, kata dia, sudah terlihat pada sepanjang Januari ini.

"Harga jual sepanjang kwartal pertama tahun ini diperkirakan rata-rata Rp3.250 per kg di pasar internasioanl dan Rp2.500 per kg di dalam negeri," katanya dalam diskusi jagung yang digelar PT.Dupont Indonesia bersama Dewan Jagung Nasional yang dihadiri Gubernur Gorontalo, Fadel Muhammad.

Harga jual bahkan mencapai angka tertinggi pada kwartal II sebesar Rp3.650 per kg di pasar internasional dan Rp3.500 per kg di dalam negeri.

Kalau-pun turun, katanya, harga jual jagung itu diasumsikan paling murah Rp3.100 per kg di pasar luar negeri dan Rp3.000 per kg di dalam negeri.

"Harga yang turun itu akan terjadi pada kwartal III dimana ketika itu sedang terjadi masa panen di Amerika Serikat," katanya.

Dia menjelaskan, tahun ini, konsumsi jagung di dalam negeri mencapai 8,60 juta ton dimana untuk kebutuhan perusahaan pakan ternak sebanyak 4,10 juta ton, dan masyarakat 4,50 juta ton.

Sementara produksi diperkirakan sebanyak 8,60 juta. "Prospek tanaman jagung masih sangat besar karena permintaan terus meningkat di pasar internasional," katanya.

Sementara itu, Gubernur Gorontalo, Fadel Muhammad, mengatakan, Indonesia akan bisa mengembangkan tanaman jagung kalau pemerintah provinsi dan kabupaten/kota serius membantu pengembangan komoditi itu.

"Petani akan tertarik bertanam jagung, kalau harga jual menguntungkan, Jadi harga itu yang harus dibantu pemerintah untuk tetap terjaga," katanya.

Dia menegaskan, pemerintah provinsi/kota dan kabupaten tidak susah melakukan penjagaan harga itu. "Buktinya saya sudah menerapkan di Gorontalo dan hasilnya cukup bagus, petani semakin tertarik mengembangkan tanaman jagung karena harga jualnya bertahan mahal," katanya.

Dia memberi contoh, Pemprov Gorontalo menetapkan batas harga terendah untuk jagung

itu dewasa ini 1.600 per kg. "Kalau di bawah itu, Pemprov membelinya dengan dana yang berasal dari APBD," katanya.

Tahun ini Gorontalo menargetkan bisa menghasilakn 750 ribu ton jagung atau hampir sama dengan produksi Sumut.(*)

COPYRIGHT © 2008