Artikel Ilmiah

31
1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan kenikmatan yang tak terbatas, berupa nikmat sehat, umur panjang dan iman, sehingga penulis dapat mengerjakan pembuatan tugas akhir yang berjudul “PENGELOLAAN PERILAKU BERMASALAH” dapat diselesaikan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu atau terlibat dalam pembuatan tugas akhir ini,yaitu 1. Dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan Ibu Dra. Komsini, M.Pd yang telah memberikan kesempatan waktu dan bimbingannya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Sri Handayani selaku ibu kandung penulis yang telah membiayai penulis kuliah, doa-doa yang selalu tercurahkan olehnya, dan sebagai motivator terbesar penulis untuk selalu bersemangat meraih cita-cita. 3. Tidak lupa teman-teman kelas 5G PGSD yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis. Penulis juga menyadari bahwa pembuatan tugas akhir ini masih banyak kekurangan-kekurangan, baik dalam memberikan informasi maupun dalam penulisan. Maka dari itu, penulis mohon kritik dan saran yang membangun agar

Transcript of Artikel Ilmiah

Page 1: Artikel Ilmiah

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan

kenikmatan yang tak terbatas, berupa nikmat sehat, umur panjang dan iman,

sehingga penulis dapat mengerjakan pembuatan tugas akhir yang berjudul

“PENGELOLAAN PERILAKU BERMASALAH” dapat diselesaikan tepat

waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu atau terlibat dalam pembuatan tugas akhir ini,yaitu

1. Dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan Ibu Dra. Komsini,

M.Pd yang telah memberikan kesempatan waktu dan bimbingannya untuk

menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Sri Handayani selaku ibu kandung penulis yang telah membiayai penulis

kuliah, doa-doa yang selalu tercurahkan olehnya, dan sebagai motivator

terbesar penulis untuk selalu bersemangat meraih cita-cita.

3. Tidak lupa teman-teman kelas 5G PGSD yang selalu mendukung dan

memberikan semangat kepada penulis.

Penulis juga menyadari bahwa pembuatan tugas akhir ini masih banyak

kekurangan-kekurangan, baik dalam memberikan informasi maupun dalam

penulisan. Maka dari itu, penulis mohon kritik dan saran yang membangun agar

dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi

pembaca.

Semarang, 1 November 2012

Penulis

Page 2: Artikel Ilmiah

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................2

D. Manfaat........................................................................................................2

E. Relevansi......................................................................................................3

.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian perilaku bermasalah...................................................................4

B. Tujuan pengelolaan perimalah bermasalah..................................................4

C. Strategi pengelolaan.....................................................................................4

1. Intervensi kecil.................................................................................5

2. Intervensi Sedang.............................................................................6

3. Intervensi Besar................................................................................6

D. Bentuk-bentuk perilaku bermasalah.............................................................8

E. Upaya orang tua dan guru untuk menanggulangi perilaku bermasalah.....12

BAB III PENUTUP

A. Simpulan....................................................................................................15

B. Saran...........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

Page 3: Artikel Ilmiah

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pembelajaran dikelas seorang guru harus dapat menciptakan

situasi dan kondisi didalam kelas yang tenang, nyaman, tertib, dan tidak ada

gangguan yang dapat menghambat proses pembelajaran. Agar tujuan

pembelajaran tercapai maksimal dan materi dapat tersampaikan kepada siswa,

Guru harus menerapkan metode yang bervariatif dan dapat mengelola kelas

dengan baik.

Salah satunya adalah mengelola perilaku bermasalah pada siswa. Perilaku

bermasalah pada siswa perlu ditangani dengan serius dan tidak boleh

menganggap remeh mengenai perilaku bermasalah, dikarenakan dengan

adanya perilaku bermasalah, otomatis dapat mengganggu proses pembelajaran

menjadi terhambat, situasi kelas menjadi tidak tenang dan aman dan bahkan,

dapat menimbulkan efek-efek negatif kedepannya yang lebih parah, jika guru

tidak cepat tanggap terhadap perilaku-perilaku bermasalah pada siswa.

Guru dapat mengamati tingkah laku siswa untuk mengetahui perilaku-

perilaku bermasalah pada siswa, sehingga perilaku bermasalah dapat ditangani

dengan cepat. Perilaku bermasalah pada siswa itu beragam macam dan

jenisnya dan perlu mendapat perhatian khusus dari guru, oleh karena itu

didalam makalah ini akan membahas secara lebih dalam mengenai perilaku-

perilaku bermasalah pada siswa dan bagaimana upaya oran tua dan guru untuk

menanggulangi timbulnya perilaku bermasalah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah artikel ilmiah pengelolaan perilaku bermasalah adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan perilaku bermasalah?

2. Apa tujuan pengelolaan perilaku bermasalah?

3. Apa saja strategi pengelolaan perilaku bermasalah?

4. Sebutkan bentuk-bentuk perilaku bermasalah?

1

Page 4: Artikel Ilmiah

4

5. Bagaimana upaya orang tua dan guru untuk menanggulangi perilaku

bermasalah?

C. Tujuan

Tujuan disusunnya artikel ilmiah pengelolaan perilaku bermasalah adalah :

1. Pembaca dapat mengetahui dan menjelaskan pengertian perilaku

bermasalah.

2. Pembaca dapat mengetahui tujuan adanya pengelolaan perilaku

bermasalah.

3. Pembaca dapat mengetahui dan menjelaskan bentuk-bentuk perilaku

bermasalah pada siswa.

4. Pembaca dapat mengetahui dan menerapkan strategi yang digunakan

dalam menghadapi perilaku bermasalah.

5. Pembaca dapat mengetahui bagaimana cara untuk menanggulangi perilaku

bermasalah.

D. Manfaat

Manfaat disusunnya artikel mengenai pengelolaan perilaku bermasalah

adalah :

1. Guru dapat mengelola dengan baik perilaku bermasalah pada siswa,

sehingga proses KBM dapat berjalan dengan baik dan lancar

2. Guru dapat menggunakan strategi yang tepat untuk mengatasi perilaku

bermasalah pada siswa, sehingga perilaku bermasalah dapat ditangani

dengan tepat dan diatasi dengan baik.

3. Guru tidak perlu khawatir lagi dan cemas dalam menghadapi perilaku

bermasalah pada siswa, karena telah memiliki pedoman dalam mengatasi

perilaku bermasalah.

4. Guru memiliki cara atau upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah

timbulnya perilaku bermasalah pada siswa.

5. Suasana kelas/sekolah menjadi aman, nyaman, dan tenang terkendali

dengan adanya pengelolaan perilaku bermasalah pada siswa.

Page 5: Artikel Ilmiah

5

E. Relevansi

Judul yang diambil penulis mengenai “Pengelolaan Perilaku

Bermasalah”, pengelolaan disini yang melakukan adalah guru, dan yang

menjadi obyek dalam pengelolan perilaku bermasalah adalah siswa. Jadi guru

sebagai pengelola bertugas memimpin dan mengatur tingkah laku bermasalah

pada siswa.

Sesuai judul yang diambil, guru terlebih dahulu harus mengetahui

pengertian pengelolaan perilaku bermasalah. Dengan mengetahui maksud dan

pengertian perilaku bermasalah guru dapat membedakan mana yang termasuk

perilaku bermasalah dan mana yang bukan perilaku bermasalah.

Kemudian setelah mengetahui pengertian perilaku bermasalah pada siswa,

guru dapat mengetahui tujuan pentingnya pengelolaan perilaku bermasalah,

yaitu mengatasi dan mencegah perilaku bermasalah terulang kembali,

sehingga guru dapat menggunakan strategi-strategi yang digunakan untuk

mengatasi perilaku bermasalah pada siswa. Perilaku bermasalah pada siswa

banyak ragam, jenis dan bentuknya, oleh karena itu guru harus cepat tanggap

menggunakan strategi-strategi yang tepat dan pantas untuk diterapkan dalam

mengatasi perilaku bermasalah pada siswa.

Tugas guru adalah mengamati tingkah laku siswa, apakah siswa ini sedang

bermasalah atau tidak. Tiap siswa memiliki perilaku bermasalah yang

berbeda-beda, penggunaan strategi yang tepat dalam membantu guru untuk

mengatasi perilaku bermasalah, selain itu peran orang tua dan guru sangat

penting dalam upaya mencegah timbulnya perilaku bermasalah pada siswa.

Orang tua dan guru harus bersinergi dan bekerjasama untuk mengupayakan

mencegah timbulnya perilaku bermasalah.

Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Pengelolaan Perilaku

Bermasalah” memeliki keterkaiatan atau hubungan terhadap isi yang dibahas,

yaitu mengenai pengertian dan tujuan perilaku bermasalah, strategi yang

digunakan untuk mengatasinnya, bentuk-bentuk perilaku bermasalah, dan

upaya orang tua dan guru untuk mencegah timbulnya perilaku bermasalah.

Page 6: Artikel Ilmiah

6

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

A. Pengertian Perilaku Bermasalah

Perilaku bermasalah adalah tingkah laku siswa yang menyimpang dari

kebiasaan-kebiasaan temannya. Lebih lanjut dikatakan apabila anak tiba-tiba

tidak dapat melakukan apa-apa juga merupakan indikasi bahwa anak

mengalami masalah yang segera harus ditangani gurunya.

Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah ialah karena perilaku

tersebut tampil dalam perilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam

psikologi perilaku ini disebut “mekanisme pertahanan diri” karena dengan

perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari

situasi yang menimbulkan ketegangan.

Penggunaan mekanisme pertahanan diri dalam diri anak sebenarnya

dikatakan normal apabila dalam taraf yang tidak berlebihan (apabila

mekanisme pertahan diri dalam taraf berlebihan disebut neurotik). Sebab

tujuan dari mekanisme pertahanan diri adalah untuk melindungi ego dan

mengurangi kecemasan yang setiap saat diperlukan setiap orang terutama pada

anak-anak.

B. Tujuan pengelolaan perilaku bermasalah

Dalam menangani perilaku bermasalah, ada beberapa jenis tujuan yang

harus dipertimbangkan. Anda harus menilai efek jangka pendek dan efek

jangka panjang. Dalam jangka pendek, hasil yang diinginkan adalah bahwa

perilaku yang tidak pantas itu terhenti dan para siswa meneruskan atau

memulai perilaku yang pantas. Dalam jangka panjang adalah penting untuk

mencegah masalah ini berulang kembali.

C. Strategi pengelolaan

Salah satu prinsip umum yang bermanfaat dalam memilih sebuah strategi

adalah menggunakan sebuah pendekatan yang efektif dalam menghentikan

4

Page 7: Artikel Ilmiah

7

perilaku yang tidak pantas dengan segera dan yang memiliki dampak negatif

paling sedikit.

1. Intevensi Kecil

a) Penggunaan Isyarat Non-Verbal

Terkadang menyentuh dengan lembut dilengan atau bahu dari

siswa tersebut membantu mengisyaratkan keberadaan Anda dan

memiliki efek menenangkan.

b) Teruskan Kegiatan yang Sedang Berlangsung

Sering kali perilaku siswa sangat mengganggu selama masa transisi

di antara kegiatan atau selama waktu kosong ketika tidak ada fokus

yang dikhususkan bagi pengawasan waktu kosong tersebut. Lakukan

saja kegiatan selanjutnya dan arahkan para siswa tersebut pada

perilaku yang dibutuhkan.

c) Gunakan Kedekatan

Menggabungkan kedekatan dengan isyarat non-verbal untuk

menghentikan perilaku yang tidak pantas tanpa mengganggu pelajaran.

Pastikan untuk terus mengawasi para siswa sedikitnya hingga mereka

telah memulai kegiatan yang sesuai.

d) Gunakan Kelompok Fokus

Gunakan peringatan, pertanggungjawaban grup, atau format

partisipasi yang lebih tinggi lagi untuk mengembalikan perhatian siswa

pada mata pelajaran ketika perhatian telah mulai tidak fokus atau

ketika para siswa sudah tidak aktif lagi dalam jangka waktu yang lama.

e) Berlakukan Penghentian Sejenak

Beritahukan kepada para siswa untuk menghentikan perilaku yang

tidak diharapkan. Lakukan kontak mata secara langsung dan bersikap

asersif. Pertahankan komentar Anda sesingkat mungkin, dan awasi

situasi tersebut hingga siswa tersebut mematuhi. Gabungkan strategi

ini dengan pengarahan kembali untuk mendorong perilaku yang

diharapkan.

Page 8: Artikel Ilmiah

8

Masih banyak strategi dalam mengatasi perilaku bermasalah siswa

diantaranya arahkan kembali perilaku, memberikan intruksi yang

dibutuhkan, berikan sebuah pilihan kepada siswa.

2. Intervensi Sedang

a) Menahan Sebuah Hak Istimewa

Para siswa yang menyalahgunakan sebuah hak istimewa (misalnya,

yang diperbolehkan bekerja bersama dalam kelompok dalam sebuah

proyek, duduk didepat teman-teman, atau memiliki kebebasan

berkeliling ruang kelas tanpa izin) dapat kehilangan hak istimewa

tersebut dan diwajibkan mendapatkannya kembali dengan menerapkan

perilaku yang pantas.

b) Mengisolasi atau Memindahkan Siswa

Para siswa yang mengganggu sebuah kegiatan dapat dipindahkan

ke tempat lainnya dari ruangan tersebut, jauh dari para siswa lainnya.

Adalah sangat membantu untuk memiliki ruangan dengan sisi-sisi,

atau setidaknya sebuah meja dibagian belakang ruangan yang

membelakangi para siswa.

c) Gunakan Sebuah Hukuman

Sebagai contoh, dalam pendidikan jasmani, para siswa mungkin

diharuskan untuk berlari sebanyak satu putaran tambahan atau

melakukan pushup. Atau pelajaran matematika, siswa diberikan soal

tambahan.

Strategi lain yang bisa diterapkan adalah memberikan penahanan,

dan melaporkan ke kantor sekolah.

3. Intervensi yang Lebih Besar

a) Gunakan Prosedur Intervensi Lima Langkah

Jones dan Jones (2001), menyarankan lima langkah berikut ini

ketika berurusan dengan perilaku siswa yang mengganggu :

Page 9: Artikel Ilmiah

9

Langkah 1 : Gunakan sebuah tanda non-verbal untuk mengisyaratkan

pada siswa tersebut agar berhenti.

Langkah 2 : Jika perilaku tersebut tidak berhenti, mintalah siswa

tersebut untuk menaati peraturan yang diinginkan.

Langkah 3 : Jika gangguan tersebut masih berlanjut, berikan pilihan

kepada siswa berupa menghentikan perilaku tersebut atau memilih

mengembangkan sebuah rencana.

Langkah 4 : Jika siswa tersebut masih juga belum berhentu, wajibkan

kepada siswa tersebut agar berpindah ke wilayah yang sudah ditunjuk

dalam ruangan untuk menuliskan sebuah rencana.

Langkah 5 : Jika siswa tersebut menolak mematuhi langkah 4,

kirimkan siswa tersebut ke lokasi lainnya (misalnya kantor sekolah)

untuk menyelesaikan rencana.

Keuntungan dari pendekatan ini meliputi penekanannya pada

pertanggungjawaban dan pilihan siswa.

b) Gunakan Strategi “Saatnya Berfikir”

Strategi saatnya berpikir menyingkirkan siswa yang tidak mau

patuh ke ruang kelas dari guru lainnya untuk memberikan waktu bagi

siswa tersebut untuk mendapatkan fokusnya dan masuk kembali ke

ruang kelas setelah melakukan komitmen untuk mengubah perilaku

(Nelson & Carr, 2000).

c) Gunakan Model Terapi Realitas

Gagasan William Glasser (1975) dapat diterapkan menggunakan

tahapan berikut ini :

1) Membentuk keterlibatan dengan para siswa

2) Fokus pada masalah

3) Siswa harus menerima tanggung jawab bagi perilaku tersebut

4) Siswa sebaiknya mengevaluasi perilaku tersebut

5) Kembangkan sebuah rencana

6) Siswa harus membuat sebuah komitmen untuk menaati rencana

7) Tindak lanjuti dan laksanakan.

Page 10: Artikel Ilmiah

10

Selain itu strategi yang dapat digunakan adalah berunding dengan

orang tua, dan membuat sebuah kontrak individual dengan siswa.

D. Bentuk-bentuk perilaku bermasalah

1) Bullying

Perilaku bullying dapat berwujud dalam berbagai bentuk : agresi

fisik yang langsung (mendorong, menyerang), agresi verbal dan non-

verbal (memanggil nama dengan panggilan buruk, mengancam, menakut-

nakuti), dan agresi dalam hubungan (mengucilkan, mengasingkan,

menyebarkan rumor mengenai korban tersebut). Bullying telah

diidentifikasikan sebagai salah satu masalah yang serius dibanyak sekolah

dan masyarakat. Komponen penanganan program sekolah meliputi

pengembangan sebuah kebijakan sekolah anti bullying, konsekuensi bagi

perilaku bullying, pendidikan bagi seluruh siswa mengenai masalah

tersebut, pelatihan kemampuan sosial, dan lebih banyak pemantauan-

pemantauan orang dewasa dilokasi-lokasi dan kegiatan yang terjadi

didalamnya terjadi bullying. (Hyman dkk, 2006).

2) Rasionalisasi

Perilaku rasionalisasi ditunjukkan dalam bentuk memberikan

penjelasan atau alasan yang dapat diterima oleh akal, tapi pada dasarnya

bukan penyebab nyata karena dengan penjelasan tersebut individu

bermaksud menyembunyikan latar belakang perilakunya.

3) Sikap Bermusuhan

Sikap ini nampak pada perilaku agresif, menyerang, mengganggu,

bersaing, dan mengancam lingkungan.

4) Menghukum diri sendiri

Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sendiri dari

penyebab utama dari kesalahan atau kegagalan. Perilaku ini terjadi karena

individu cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai kiranya dia

mengkritik orang lain. Orang seperti ini memiliki kebutuhan untuk diakui

dan disukai amat kuat.

Page 11: Artikel Ilmiah

11

5) Represi

Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan

frustrasi, tekanan, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan

sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal

yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih

tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu

dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi.

6) Konformitas

Perilaku ini diutnjukkan dalam bentuk menyelamatkan diri dengan

atau terhadap harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan

orang lain, maka dirinya akan terhindar dari kecemasan. Orang seperti ini

memiliki harapan sosial ketergantungan  orang lain.

7) Sinis

Perilaku sinis muncul dari ketidakberdayaan individu untuk

berbuat atau berbicara terhadap kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat

dirinya khawatir akan penilaian orang lain terhadap dirinya, dan preilaku

sinis merupakan perilaku menghindar dari penilaian orang lain.

8) Proyeksi

Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat

cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai

dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik

ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia

harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri.

9) Intelektualisasi

Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia

menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat

menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari

persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang

menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin

tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan .persoalan

tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit

Page 12: Artikel Ilmiah

12

mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya,

dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah

secara obyektif.

10) Fantasi

Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya,

individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya

dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat

menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang

seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa

kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang

sesungguhnya.Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan

dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi

cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi

tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu.

11) Denial (Menyangkal Kenyataan)

Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak

ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan

(sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi

dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan

diri.

12) Mengelak

Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat

dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba

mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau

mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.

13) Regresi

Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada

dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula

terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode

perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan

respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil).

Page 13: Artikel Ilmiah

13

Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons

mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian

sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi

karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya

sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang

tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang

dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu

menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons

yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba

mencari perhatian.

14) Fiksasi

Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu

situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan,

sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk

menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk

sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi

pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan

kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain

merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan

menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi

perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan

mekanisme ini.

15) Supresi

Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-

terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan

yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara

pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu

mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik

beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas

(supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau

ingatan yang ditekan (represi).

Page 14: Artikel Ilmiah

14

16) Pembentukan reaksi

Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika

dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya

(mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi

wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu

tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh

keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan.

Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap

dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar

dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan

tindak kebaikan.

E. Upaya Orang Tua dan Guru Untuk Menanggulangi Perilaku

Bermasalah

Peranan Lembaga Pendidikan Untuk tidak segera mengadili dan

menuduh remaja sebagai sumber segala masalah dalam kehidupan di

masyarakat, barangkali baik kalau setiap lembaga pendidikan (keluarga,

sekolah, dan masyarakat) mencoba merefleksikan peranan masing-masing.

Pertama, lembaga keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama

dan pertama. Kehidupan kelurga yang kering, terpecah-pecah (broken home),

dan tidak harmonis akan menyebebkan anak tidak kerasan tinggal di rumah.

Anak tidak mersa aman dan tidak mengalami perkembangan emosional yang

seimbang. Akibatnya, anak mencari bentuk ketentraman di luar keluarga,

misalnya gabung dalam group gang, kelompok preman dan lain-lain. Banyak

keluarga yang tak mau tahu dengan perkembangan anak-anaknya dan

menyerahkan seluruh proses pendidikan anak kepada sekolah. Kiranya keliru

jika ada pendapat yang mengatakan bahwa tercukupnya kebutuhan-

kebutuhan materiil menjadi jaminan berlangsungnya perkembangan

kepribadian yang optimal bagi para remaja.

Kedua, bagaimana pembinaan moral dalam lembaga keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Kontras tajam antara ajaran dan teladan nyata dari

Page 15: Artikel Ilmiah

15

orang tua, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh panutan di masyarakat akan

memberikan pengaruh yang besar kepada sikap, perilaku, dan moralitas para

remaja. Kurang adanya pembinaan moral yang nyata dan pudarnya

keteladanan para orangtua ataupun pendidik di sekolah menjadi faktor kunci

dalam proses perkembangan kepribadian remaja. Secara psikologis,

kehidupan remaja adalah kehidupan mencari idola. Mereka mendambakan

sosok orang yang dapat dijadikan panutan. Segi pembinaan moral menjadi

terlupakan pada saat orang tua ataupun pendidik hanya memperhatikan segi

intelektual. Pendidikan disekolah terkadang terjerumus pada formalitas

pemenuhan kurikulum pendidikan, mengejar bahan ajaran, sehingga

melupakan segi pembinaan kepribadian penanaman nilai-nilai pendidikan

moral dan pembentukan sikap.

Ketiga, bagaimana kehidupan sosial ekonomi keluarga dan

masyarakat apakah mendukung optimalisasi perkembangan remaja atau

tidak. Saat ini, banyak anak-anak di kota-kota besar seperti Jakarta sudah

merasakan kemewahan yang berlebihan. Segala keinginannya dapat dipenuhi

oleh orangtuanya. Kondisi semacam ini sering melupakan unsur-unsur yang

berkaitan dengan kedewasaan anak. Pemenuhan kebutuhan materiil selalu

tidak disesuaikan dengan kondisi dan usia perkembangan anak. Akibatnya,

anak cenderung menjadi sok malas, sombong, dan suka meremehkan orang

lain.

Keempat, bagaimana lembaga pendidikan di sekolah dalam

memberikan bobot yang proposional antara perkembangan kognisi, afeksi,

dan psikomotor anak. Akhir-akhir ini banyak dirasakan beban tuntutan

sekolah yang terlampau berat kepada para peserta didik. Siswa tidak hanya

belajar di sekolah, tetapi juga dipaksa oleh orangtua untuk mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan mengikuti les tambahan di luar

sekolah. Faktor kelelahan, kemampuan fisik dan kemampuan inteligensi yang

terbatas pada seorang anak sering tidak diperhitungkan oleh orangtua.

Akibatnya, anak-anak menjadi kecapaian dan over acting, dan mengalami

pelampiasan kegembiraan yang berlebihan pada saat mereka selesai

Page 16: Artikel Ilmiah

16

menghadapi suasana yang menegangkan dan menekan dalam kehidupan di

sekolah.

Kelima, bagaimana pengaruh tayangan media massa baik media cetak

maupun elektronik yang acapkali menonjolkan unsur kekerasan dan diwarnai

oleh berbagai kebrutalan. Pengaruh-pengaruh tersebut maka munculah

kelompok-kelompok remaja, gang-gang yang berpakaian serem dan

bertingkah laku menakutkan yang hampir pasti membuat masyarakat prihatin

dan ngeri terhadap tindakan-tindakan mereka. Para remaja tidak dipersatukan

oleh suatu identitas yang ideal. Mereka hanya himpunan anak-anak remaja

atau pemuda-pemudi, yang malahan memperjuangkan sesuatu yang tidak

berharga (hura-hura), kelompok yang hanya mengisi kekosongan emosional

tanpa tujuan jelas.

Page 17: Artikel Ilmiah

17

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Perilaku bermasalah adalah tingkah laku siswa yang menyimpang dari

kebiasaan-kebiasaan temannya. Lebih lanjut dikatakan apabila anak tiba-tiba

tidak dapat melakukan apa-apa juga merupakan indikasi bahwa anak

mengalami masalah yang segera harus ditangani gurunya.

Strategi-strategi yang digunakan dalam mengatasi perilaku bermasalah

diantaranya:

1. Intervensi kecil : penggunaan isyarat non-verbal, teruskan kegiatan yang

sedang berlangsung, pendekatan, kelompok fokus, arahkan kembali

perilaku, memberikan instruksi, penghentian sejenak, berikan pilihan

kepada siswa.

2. Intervensi Sedang : menahan hak istimewa, memindahkan siswa,

hukuman, penahanan,laporkan kekantor sekolah

3. Intervensi besar : gunakan pemecahan masalah, prosedur intervensi lima

langkah, strategi “saatnya berpikir”, model terapi realitas, berunding

dengan orang tua, membuat kontrak individual dengan siswa.

Bentuk-bentuk perilaku bermasalah diantaranya: Bullying, rasionalisasi,

sikap bermusuhan, menghukum diri-sendiri, konformitas, represi, sinis,

intelektualisasi, proyeksi, fantasi, denial, mengelak, regresi, fiksasi, supresi,

dan pembentukan reaksi.

Upaya yang dilakukan oran tua dan guru untuk menanggulangi perilaku

bermasalah, diantaranya : lembaga keluarga adalah lembaga pendidikan yang

utama dan pertama, bagaimana pembinaan moral dalam lembaga keluarga,

sekolah, dan masyarakat, bagaimana kehidupan sosial ekonomi keluarga dan

masyarakat apakah mendukung optimalisasi perkembangan remaja atau tidak,

bagaimana lembaga pendidikan di sekolah dalam memberikan bobot yang

proposional antara perkembangan kognisi, afeksi, dan psikomotor anak,

bagaimana pengaruh tayangan media massa baik media cetak maupun

15

Page 18: Artikel Ilmiah

18

elektronik yang acapkali menonjolkan unsur kekerasan dan diwarnai oleh

berbagai kebrutalan.

B. Saran

1. Guru harus mengerti dan memahami betul maksud dari pengelolaan

perilaku bermasalah, agar dapat membedakan anak yang memiliki perilaku

bermasalah, atau tidak.

2. Dalam menghadapi perilaku bermasalah pada siswa, sebaiknya guru

menggunakan strategi yang tepat, agar perilaku bermasalah tersebut dapat

diatasi dengan benar dan tidak mengganggu proses KBM. Misalnya saja

seorang guru menggunakan strategi hukuman. Penting bagi para guru yang

menggunakan salah satu dari penggunaan strategi tersebut juga untuk

mengomunikasikan dengan jelas mengenai perilaku yang diharapkan.

3. Guru hendaknya selalu memantau, berkomunikasi dan menjalin kedekatan

yang baik dengan siswa dengan sikap yang hangat dan penuh kasih

sayang, untuk mencegah timbulnya perilaku yang bermasalah khususnya

bullying dan pengaduan.

4. Selain guru, peran orang tua juga penting dalam upaya menanggulangi

perilaku bermasalah, oleh sebab itu orang tua dan guru harus bersinergi

dan bekerjasama untuk mencegah timbulnya perilaku bermasalah.

5. Guru sebaiknya membuat peraturan-peraturan disekolah, bagi siswa yang

melanggar peraturan ditindak dengan tegas agar perilaku bermasalah pada

siswa tidak terulang kembali.

Page 19: Artikel Ilmiah

19

DAFTAR PUSTAKA

Evertson, Carolyn M. ,Emmer, Edmund T. 2011. Manajemen Kelas untuk Guru

Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi

Aksara.

Fandi. 2011. “Bimbingan Bagi Anak Yang Berperilaku Masalah”. http://belajaritu

baik.wordpress.com/2011/05/18/bimbingan-bagi-anak-yang

berperilakubermasalah-2/. (27 Oktober 2012).

Rian. 2011. “Perilaku Menyimpang”. http://silvrz.blogspot.com

/2011/11/perilaku-menyimpang.html. (27 Oktober 2012).

17