Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

31
GEOGRAFI Gunung Bromo dan Kaldera Tengger Disusun oleh : Mutiara (20) X MIPA 5 SMA N 1 Karanganom

Transcript of Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Page 1: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

GEOGRAFIGunung Bromo dan Kaldera Tengger

Disusun oleh :Mutiara (20)

X MIPA 5SMA N 1 Karanganom

2013/2014

Page 2: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

GUNUNG BROMO DAN KALDERA TENGGER

A.Gunung Bromo

Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata. Tempat wisata alam ini terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di timur kota Malang, Jawa Timur. Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuna yaitu Brahma, yang merupakan salah seorang Dewa Utama Hindu, Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.

Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Page 3: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Gunung Bromo berada dikawasan pelestarian alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan merupakan Taman Nasional paling spektakuler dan paling mudah dikunjungi diantara Taman Nasional lainnya yang ada di Indonesia.

Type vegetasi hutan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah type Hutan Hujan Pegunungan yang terdiri dari Hutan Tinggi, Hutan Alfin, Hutan Cemara, Padang Rumput dan vegetasi Kaldera. Tumbuhan yang banyak dijumpai adalah Cemara (Casuarina junghuhniana), Akasia (accaccia decurens), Mentigi (Vacinium varingaefolium), jamuju (Dacrycarpus imbricatus), Adas (Anethum graveolens), Senduro atau bagi masyarakat Tengger disebut bunga Tanalayu dan juga sering disebut sebagai bunga Edelwise (Anaphalis javanica), dan berbagai jenis anggrek alam serta jenis rumput langka (Styphelia pungieus) . Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini.

Page 4: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Jamuju (Dacrycarpus imbricatus)

Mentigi (Vacinium varingaefolium)

Page 5: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Edelwise (Anaphalis javanica)

Cemara (Casuarina junghuhniana)

Page 6: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Akasia (accaccia decurens)

Selain terkenal akan keindahannya gunung Bromo juga terkenal karena legendanya yang menarik.

Page 7: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri di sebuah dusun. Suatu hari, sang istri melahirkan anak perempuan yang sangat lucu, anehnya waktu dilahirkan, bayi tersebut tidak menangis, sehingga bayi tersebut diberi nama Roro Anteng ("anteng" dalam bahasa Jawa berarti tenang/diam).

Di waktu bersamaan, di sebuah keluarga yang lain, dilahirkan pula seorang anak laki-laki yang sangat sehat dan montok dan diberi nama Joko Seger. Waktu berlalu, Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang cantik yang membuat kagum seluruh pemuda kala itu.

Kecantikan Roro Anteng terdengar sampai ke telinga Kiai Bima, seseorang yang sakti mandraguna. Kiai Bima pun mendatangi Roro Anteng dan hendak untuk menikahinya. Bila permintaannya tidak dituruti, dia akan membuat bencana pada dusunnya. Akhirnya Roro Anteng dengan berat hati bersedia untuk dinikahi, namun dengan satu syarat, yaitu Kiai Bima harus membuatkan danau dalam waktu satu malam saja.

Syarat dari Roro Anteng pun disanggupi oleh Kiai Bima. Dengan menggunakan batok kelapa, Kiai Bima mengeruk tanah untuk dijadikan danau. Karena kesaktiannya, dalam waktu singkat, danau tersebut terlihat akan selesai dibuatnya. Melihat hal itu, Roro Anteng kuatir, akhirnya dia punya ide. Dia memukul-mukul alu agar seolah-olah hari sudah pagi dan terdengar oleh ayam sehingga ayam pun berkokok.

Ide Roro Anteng berhasil, mendengar ayam berkokok, Kiai Bima mengira sudah fajar dan dia tidak mampu memenuhi syarat dari Roro Anteng. Akhirnya dia membanting batok kelapa itu dan meninggalkannya. Batok kelapa tersebut sekarang menjadi Gunung Batok yang berada di sebelah Gunung Bromo. Bekas galiannya menjadi Segara Wedi atau lautan pasir yang bisa dilihat sampai sekarang.

Roro Anteng pun akhirnya bertemu dengan Joko Seger, dan mereka berdua menikah. Pernikahan berjalan beberapa lama, namun tidak jua dikaruniai seorang anak. Akhirnya Joko Seger berdoa pada Dewa, bila dikaruniai anak, dia bersedia mengorbankan salah satu anaknya.

Doa Joko Seger ternyata didengarkan, mereka pun akhirnya dikaruniai beberapa anak. Setelah anak-anak mereka tumbuh dewasa, Joko Seger melupakan janjinya. Ketika sedang tertidur, dia mendapat bisikan agar memenuhi janjinya untuk mengorbankan salah satu anaknya.

Page 8: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Akhirnya hal itu disampaikan kepada anak-anaknya. Joko Seger sebenarnya tidak rela mengorbankan anaknya, namun bila janji tersebut tidak dipenuhi, akan terjadi bencana yang melanda dusun mereka. Akhirnya salah satu dari anak mereka dengan ikhlas bersedia dikorbankan.

Hari yang ditunggu telah tiba. Keluarga Joko Seger pun menuju ke kawah Gunung Bromo serta membawa beraneka hasil bumi untuk sesajen. Salah satu anak dari Joko Seger yang dikorbankan pun telah siap dan akhirnya anak tersebut menerjunkan diri ke kawah Gunung Bromo tersebut.

Setelah janji Joko Seger dipenuhi, mereka akhirnya hidup bahagia di sekitar Gunung Bromo. Keturunan mereka sekarang bernama Suku Tengger, perpaduan antara Roro Anteng dan Joko Seger. Prosesi pengorbanan anak Joko Seger pun masih bisa kita saksikan sampai sekarang.

Pada bulan purnama tanggal 14 atau 15 bulan Kasodo menurut penanggalan Jawa, dilakukan upacara Kasodo, yang disana juga terdapat prosesi pelemparan sesajen ke kawah Gunung Bromo.

Ini hanya legenda yang berkembang dikalangan penduduk sekitar yang belum tentu kebenarannya.

Page 9: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Gunung Bromo memiliki karakteristik letusan yang berbeda jika dibandingkan dengan gunung api lainnya. Jika kita bandingkan dengan Gunung Merapi yang tergolong sebagai high volcanic, Gunung Bromo memiliki karakteristik erupsi kecil. Material yang dikeluarkan saat letusan Gunung Bromo dapat berupa pasir dan abu dengan radius 6 – 10 km. Hal itu berbeda dengan material yang dimuntahkan oleh Gunung Merapi yang dapat berupa lava yang sangat kental yang bisa menyumbat mulut kawah sehingga tekanan gas didalamnya semakin bertambah yang pada akhirnya membuat awan panas “wedhus gembel” keluar.

Catatan pertamanya sudah sejak 1775. Umumnya tipe letusannya Strombolian, letusan Bromo bersifat ledakan dengan melontarkan bom gunungapi, lapili, pasir, dan abu yang umumnya hanya mempengaruhi sekitar puncak saja. Dalam sejarahnya, Bromo belum pernah tercatat mengalirkan lava. Abu letusannya kadang2 merusak perkebunan di sekitarnya, seperti pada tahun 1915 dan 1948. Sejak 1989, Gunung Bromo telah dipantau secara terus-menerus dari pos pengamatan Cemorolawang di pinggir kaldera Tengger. Seismisitas Gunung Bromo umumnya disebabkan gempa volkanik dangkal, gempa tektonik, pengeluaran gas, serta beberapa gempa dari letusan Semeru.

Page 10: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Sejarah Letusan Gunung Bromo :

No Urutan Letusan Keterangan1. 1804 Bulan September2. 1815 -3. 1820 -4. 1822-1823 28 Desember – Januari5. 1825 5-8 Nopember6. 1829 5-11 Nopember7. 1830 3 Maret dan 15-16 Desember8. 1835 -9. 1842 24 Januari – Juni10. 1843 Januari11. 1844 Nopember12. 1856 -13. 1857 -14. 1858 4 Maret dan 18 Oktober15. 1859 -16. 1860 12-14 Juni17. 1865 April, Mei, dan 1-18 Desember18. 1866 Juli19. 1867 13 Desember20. 1868 12 Januari21. 1877 14 April22. 1885 Juni, 31 Oktober – 30

Desember23. 1886 1-10 Januari, 5-26 April, 11

Nopember, dan 31 Desember24. 1887 9-25 Januari25. 1888 27 Februari26. 1890 Mei-September27. 1893 Januari-27 Maret

Page 11: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

28. 1896 -29. 1906 25 September-26 Desember30. 1907 11-15 Januari, 19 Maret, 18

Mei, 28 Agustus, 14-26 Desember

31. 1908 12 Februari32. 1909 12 – 14 Januari33. 1910 18-21 Januari34. 1915 Nopember dan Desember35. 1916 Januari-Juni36. 1921 Juni-17 Oktober37. 1922 5-17 Februari, 14 April, 10-20

Juni38. 1928 April-Juli, 16 Desember39. 1929 7 Agustus – 8 September40. 1930 30 Mei – 25 Juni, 29 Juni – Juli41. 1935 Juli42. 1940 25 April-2 Mei, 3 Juli43. 1948 15 Februari-25 April44. 1949 -45. 1950 27-29 Mei46. 1956 -

Letusan Gunung Bromo tahun 1910

Page 12: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Letusan Gunung Bromo selama dekade terakhir

1. 1972

Tepat pada tanggal 26 Januari 1972, gunung Bromo menunjukan puncak kegiatan vulkaniknya. Diawali dengan suara gemuruh dari dalam bumi, kemudian disusul oleh munculnya tiang asap yang berwarna abu-abu agak gelap. Hujan abu terus menerus terjadi dari tanggal 26 Januari hingga 13 Februari, selanjutnya hujan abu turun kadang-kadang.

2. 1980

Page 13: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Hembusan asap selama 1-2 hari, kemudian diikuti oleh suara dentuman dan lemparan material-material gunung api pijar ke udara. Kegiatan terus meningkat sampai tanggal 21 Juni 1980 yang merupakan puncak kegiatan vulkaniknya yang berupa erupsi-erupsi kecil secara terus menerus berlangsung setiap menit terjadi 2-3 kali. Sedangkan erupsi besar terjadi dengan selang waktu setiap 3-4 menit menyeburkan abu, pasir, dan bongkah lava berdiameter 1-1,7 m tersebar disekitar kawah material yang berdiameter antara 10-25 cm terlempar sejauh 1700m sampai di kaki gunung batok, sebaran abu kea rah barat laut sejauh 5 km mencapai Tosari.

Pada tanggal 11-14 Juli terjadi peningkatan aktivitas berupa semburan asap berwarna hitam dengan tinggi kurang lebih 800-1500 m diatas kawah. Hujan abu terjadi didaerah Ngadisari yang berjarak sekitar 5 km dikawah. Pada tanggal 24 Juli terlihat pertumbuhan sumbat lava didasar kawah.

3. 1984 Pada tanggal 12-31 Mei terjadi peningakatan kegiatan kemudian disusul dengan erupsi yang disertai suara dentuman asap putih tebal keabu-abuan setinggi kurang lebih 500-1000 m diatas puncak. Titik erupsi terdapat didasar kawah bagian utara dengan lubang erupsi berdiameter kurang lebih 7 m.

Page 14: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

4. 1995

Pada tanggal 9 Maret terjadi erupsi asap disertai hujan abu dengan ketinggian berkisar 80-250 m dipuncak . Sebaran abu halus mencapai jarak 20 km terutama kearah Tenggara, mengakibatkan kurang lebih 1000 hektar perkebunan rakyat rusak, kegiatan ini terus berulang sampai pada bulan Mei.

Page 15: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Setelah beristirahat kurang lebih 3,5 bulan, pada 9 September Gunung Bromo kembali meerupsikan abu setinggi kurang lebih 70 m. Kegiatan erupsi ini makin meningkat dan mencapai puncaknya pada tanggal 25 September dengan ketinggian asap mencapai 700 m diatas puncak. Gempa hembusan terjadi secara terus menerus dan diselingi oleh gempa erupsi dengan amplitude maksimum mencapai 51 mm. Kegiatan ini berangsur-angsur menurun dan berakhir pada bulan Desember.

5. 2004

Erupsi terjadi pada tanggal 8 Juni 2004 pukul 15.26 WIB secara tiba-tiba tanpa diawali oleh gempa vulkanik A dalam jumlah yang signifikan material erupsi berupa lontaran abu dan batu yang dilemparkan ke udaraa mencapai 300 m dari bibir kawah. Lontaran batu berjatuhan disekitar bibir kawah dengan radius kurang dari 300 m. Erupsi ini berlangsung singkat selama 20 menit. Pukul 16.05 WIB secara visual tampak asap putih kelabu dengan tekanan kawah, ketinggian asap berkisar antara 10 – 25 m dari bibir kawah pada 9 Juni 2004 pukul 02.00-05.00 WIB masih terrekam gempa-gempa hembusan dengan amplitudo semakin melemah (3 mm),akibat erupsi ini 2 orang meinggal.

Erupsi terjadi pada tanggal 8 Juni 2004 pukul 15.26 WIB secara tiba-tiba tanpa diawali oleh gempa vulkanik A dalam jumlah yang signifikan material

Page 16: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

erupsi berupa lontaran abu dan batu yang dilemparkan ke udaraa mencapai 300 m dari bibir kawah. Lontaran batu berjatuhan disekitar bibir kawah dengan radius kurang dari 300 m. Erupsi ini berlangsung singkat selama 20 menit. Pukul 16.05 WIB secara visual tampak asap putih kelabu dengan tekanan kawah, ketinggian asap berkisar antara 10 – 25 m dari bibir kawah pada 9 Juni 2004 pukul 02.00-05.00 WIB masih terrekam gempa-gempa hembusan dengan amplitudo semakin melemah (3 mm),akibat erupsi ini 2 orang meinggal.

6. 2010-2011

Sejak tanggal 23 November 2010 hingga pertengahan Februari 2011 Gunung Bromo terus menerus mengeluarkan material vulkanik, bergumpal-gumpal menembus udara setinggi 400-1000 m berupa abu pasir kasar . Dalam Seismograf kondisi ini terekam berupa gempa tremor terus menerus dengan amplitude 5-30 mm. Apabila erupsi disertai oleh suara gemuruh dan dentuman maka amplitudonya meningkat melebihi 40 mm.

Erupsi disertai oleh suara dentuman merupakan erupsi magmatic melemparkan fragmen-fragmen baru (javanile) yang berukuran lapilli (> 6 mm) sampai bongkah yang berukuran > 2 m . Pada 5 Februari 2011 terjadi erupsi cukup besar sehingga fragmen yang berukuran 50 cm terlempar sejauh 1300 m . Oleh karena itu wilayah didalam kaldera lautan pasir merupakan daerah rawan terhadap lemparan batu pijar.

Page 17: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Menurut catatan sejarah, letusan terbesar Gunung Bromo terjadi pada tahun 1974. Dampak dari letusan dahsyat itu terasa hingga radius 6-10 km.

Gunung Bromo yang bahaya adalah asap yang berwarna kekuning-kuningan yang berasal dari belerang. Sebab, asap ini dapat mengganggu pernapasan. Akibat dari letusan Gunung Bromo tetap berakibat pada lingkungan disekitarnya terutama pada lahan pertanian dan sektor pariwisata yang ada disana. Sebaran abu dan pasir dari letusan Gunung Bromo menutupi lahan pertanian yang ada disekitarnya sehingga para petani banyak yg menderita kerugian karena gagalnya panen mereka, sedangkan dari sektor pariwisata sebaran abu banyak mengotori penginapan-penginapan yang ada disana.

Fenomena meletusnya Gunung Bromo disikapi oleh sebagian masyarakat disana sebagai proses "pembangunan" yang dilakukan oleh "penguasa" Gunung Bromo sama halnya dengan meletusnya Gunung Merapi yang juga diyakini sebagai proses "membangun".

Terlepas dari hal tersebut meletusnya Gunung Bromo harus tetap dimaknai sebagai sebuah fenomena alam yang tetap harus diperhatikan secara cermat sehingga proses "pembangunan" yang sedang terjadi pada akhirnya bermanfaat pada masyarakat sekitarnya.

B.Kaldera Tengger

Page 18: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Jika kita membahas Gunung Bromo, tentunya juga akan membahas mengenai kaldera di Pegunungan Tengger itu sendiri, sebab Gunung Bromo sendiri merupakan gunung api yang berada di kawasan kaldera Pegunungan Tengger.

Pada kawasan komplek pegunungan Tengger, terdapat kaldera yang sangat luas dengan diameter 8-10 Km, dan dinding dari kaldera tersebut mengelilingi sebuah lautan pasir. Pada hamparan pasir yang sangat luas (Laut Pasir), terdapat gunung-gunung yang berada di tengahnya, yaitu Gunung Bromo (2.392 m dpl), Gunung Batok ( 2.440 m dpl), Gunung Widodaren (2.614 m dpl), Gunung Watangan (2.601 m dpl) dan Gunung Kursi (2.581 m dpl). Dinding kaldera yang mengelilingi laut pasir sangat terjal dengan kemiringan ±60-80 derajat dan tinggi berkisar antara 200-600 meter.

Kompleks gunung api Tengger--Semeru berada di bagian timur Kabupaten Malang. Tengger merupakan pegunungan berkaldera dengan satu anak gunung yang masih sangat aktif, gunung Bromo (2.392m). Akhir 2010 hingga Mei 2011 yang baru lalu menunjukkan aktifitas vulkanismenya. Sedang gunung Semeru (3.676m) merupakan gunung tertinggi di pulau Jawa yang masih sangat aktif. Semeru itu sendiri merupakan salah satu gunung tipe strato dengan bentuk kerucut yang nyaris sempurna. Sebagian dari Kompleks pegunungan Tengger--gunung Semeru menjadi bagian dari Kabupaten Malang, sedang bagian yang lain masuk wilayah Kabupaten Pasuruan di sebelah utara, Kabupaten Probolinggo di bagian timur laut, dan

Page 19: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Kabupaten Lumajang di bagian timur. Pegunungan Tengger dan sebagian gunung semeru merupakan kediaman penduduk subsuku bangsa Tengger, bagian dari suku bangsa Jawa. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dialek Tengger. Sistem matapencaharian mereka bertani dengan tanaman sayuran pegunungan yang berketinggian lebih dari 2.000m di atas permukaan laut. Tanah pertaniannya subur mengingat berada di kompeks gunung berapi.

Kompleks vulkanik Tengger diperkirakan mengalami aktifitas besar-besaran sekitar 820.000 tahun yang lalu. Gunung ini terdiri dari lima stratovolcanoes yang saling tumpang tindih, masing-masing dipotong oleh sebuah kaldera. kubah lava, kerucut piroklastik, dan maar yang menduduki sisi-sisi massif tersebut. Kaldera Ngadisari yang berada pada ujung Timurlaut dari kompleks pegunungan tengger terbentuk sekitar 150.000 tahun yang lalu dan kini telah mengering karena diperkirakan airnya mengalir melalui Lembah Sapikerep. Yang paling menarik dari kaldera Tengger adalah adanya “lautan pasir” seluas 9 x 10 km yang terletak pada ujung Barat daya dari kompleks ini. Komplek ini diperkirakan terbentuk secara bertahap selama Pleistosen akhir dan Holosen awal, atau sekitar 2 juta tahun lalu. Sebuah cluster tumpang tindih kerucut pasca kaldera dibangun di lantai kaldera lautan pasir dalam beberapa ribu tahun terakhir.

Page 20: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

C.Proses Terbentuknya Gunung Bromo dan Kaldera Tengger

Gunung Bromo adalah sebuah kerucut vulkanis kecil setinggi 133 meter di atas keanggunan Segara Wedi (Lautan Pasir), dengan elevasi puncak 2.392 m dpl yang tumbuh di kawasan Pegunungan Tengger. Namun gunung kecil ini mewakili wajah aktivitas vulkanis setempat yang dalam sejarahnya telah merubah wajah Tengger secara dramatis dalam kurun 1,4 juta tahun terakhir. Ya, Pegunungan Tengger sejatinya adalah gunung purba berukuran raksasa dan telah hancur berulang kali oleh aktivitasnya. Aktivitas Gunung Bromo purba telah berlangsung sejak 1,4 +/- 0,2 juta tahun silam dengan terbentuknya Gunung Nongkojajar yang besar. Gunung ini diperkirakan sempat tumbuh berkembang hingga ketinggian 3.000 meter lebih atau hampir menyamai Gunung Semeru yang ada di sebelah selatannya. Namun pertumbuhan Gunung Nongkojajar berakhir ketika letusan paroksismal yang dahsyat (dalam skala VEI 6 atau 7) menghancurkan sebagian besar tubuh gunung sehingga membentuk kawah raksasa (kaldera) yang dikenal sebagai kaldera Nongkojajar.

Pasca peristiwa ini, di tengah kaldera Nongkojajar lahirlah gunung berapi Anak Nongkojajar atau lebih dikenal dengan Gunung Ngadisari. Gunung ini muncul sejak 822 +/- 90 ribu tahun silam. Dan gunung Ngadisari pun mengikuti proses tumbuh kembang bapaknya (anggap saja gunung-gunung ini berjenis kelamin laki-laki) sehingga ketika tubuhnya sudah demikian besar, letusan paroksismal kembali terjadi dan menghancurkannya hingga tinggal menyisakan kaldera yang dikenal sebagai kaldera Ngadisari.

Page 21: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Perjalanan waktu membuat proses serupa kembali terulang. Di tengah kaldera Ngadisari lahir dan tumbuh sang anak, yakni Anak Ngadisari (atau cucu Nongkojajar) yang kemudian lebih dikenal sebagai Gunung Tengger Tua. Gunung Tengger Tua muncul pada 265 +/- 40 ribu tahun lalu. Dalam proses selanjutnya, nampaknya kaldera Ngadisari pun melahirkan satu gunung berapi lagi, yakni Gunung Keciri. Namun kapan munculnya Gunung Keciri belum diketahui dengan pasti, yang jelas ia lebih muda dibanding Gunung Tengger Tua saudaranya. Kedua gunung bersaudara ini lantas hidup rukun, saling tumbuh dan membesar hingga akhirnya peristiwa yang menimpa kakek dan bapaknya terulang. Letusan paroksismal, kali ini melibatkan dua gunung secara langsung, menghancurkannya sehingga membentuk kaldera Keciri.

Lautan pasir seperti yang bisa kita saksikan saat ini di sekitar Gunung Bromo sebenarnya merupakan bagian dari kaldera Lautan Pasir. Kaldera ini terbentuk sebagai akibat letusan paroksismal Gunung Cemoro Lawang atau gunung Anak Keciri, yakni gunung baru yang muncul pasca terbentuknya kaldera Keciri. Gunung Cemoro Lawang diidentifikasi lahir pada 135 +/- 30 ribu tahun yang lalu. Dan seperti halnya kakek buyut, kakek dan bapaknya, gunung ini lantas tumbuh tinggi dan membesar sebelum akhirnya letusan paroksismal menghancurkan tubuhnya. Jadi Pegunungan Tengger yang mengelilingi Gunung Bromo saat ini pada hakikatnya merupakan sisa lereng dari gunung-gunung berapi generasi sebelumnya yang telah

Page 22: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

hancur akibat letusan-letusan paroksismal teramat dahsyat di masa silam. Seberapa dahsyat letusan-letusan itu? Van Bemmelen menuturkan, Kaldera Tengger memiliki luas keseluruhan 100 km persegi dengan lebar kaldera 10 km dan punya tanda-tanda pernah mengalami proses longsoran besar ke arah utara yang merupakan proses volkano-tektonik. Ini menunjukkan letusan-letusan paroksismal di masa silam memiliki kedahsyatan melebihi letusan Tambora 1815, karena hanya letusan berenergi sangat tinggi sajalah yang sanggup menghasilkan proses volkano-tektonik dan kaldera sangat besar.

Gunung Bayi yang Sedang Membangun

Melihat sejarahnya maka Gunung Bromo yang ada pada saat ini pada hakikatnya adalah gunung bayi/anak-anak yang sedang tumbuh di kaldera. Gunung Bromo adalah satu-satunya gunung di dalam kaldera Tengger yang masih aktif. Di sekitarnya terdapat sejumlah gunung bayi lain seperti Gunung Batok, Widodaren, Kursi dan Giri, namun hanya Bromo yang masih aktif. Pratomo (2006) menempatkan aktivitas Gunung Bromo saat ini sebagai aktivitas pasca-kaldera yang ditandai dengan pertumbuhan kerucut lava atau skoria atau cinder cone pada dasar kaldera. Karena posisi dapur magma pasca-kaldera relatif lebih dangkal dengan sistem yang terbuka, maka letusan-letusan pasca-kaldera tidak didahului akumulasi energi yang besar sehingga letusannya tergolong letusan kecil. Umumnya letusan yang terjadi adalah letusan eksplosif yang bersifat membangun seperti Strombolian (jika hanya mengeluarkan magma) atau Maar (jika magma

Page 23: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

berinteraksi dengan air bawah tanah). Periode letusan gunung berapi pasca-kaldera umumnya pendek, rata-rata 10 tahun sekali.

Klasifikasi tersebut memang pas bagi Gunung Bromo. Citra satelit memperlihatkan kawah Gunung Bromo saat ini cukup besar dibanding saudara-saudaranya yang lain di dalam kaldera Lautan Pasir, sebagai indikasi pernah terjadi letusan Maar di masa silam. Catatan Neumann van Padang memperlihatkan bahwa Gunung Bromo memang memiliki masa istirahat pendek di antara dua letusannya, yakni kurang dari setahun (yang terpendek) hingga 16 tahun (yang terpanjang) dengan skala letusan VEI 1 atau 2. Pola letusan Bromo pun sangat khas aktivitas pasca-kaldera, yakni menghembuskan gas dan debu vulkanik secara vertikal hingga ketinggian 1-1,5 km saja tanpa disertai terjangan awan panas maupun leleran lava. Gunung Bromo tak pernah memperlihatkan kecenderungan mengalami letusan lebih besar, seperti halnya Gunung Kelud maupun Merapi. Analisis endapan lava memperkuatnya, dimana kadar silikat Bromo adalah 51-52 % atau lebih kecil dibanding kadar silikat Merapi 2010 yang mencapai 57 %.

Page 24: Artikel Gunung bromo dan kaldera tengger

Dengan ciri-ciri demikian maka tak perlu khawatir dengan aktivitas Gunung Bromo saat ini. Gunung ini masih bayi, sehingga letusannya (yang sudah terjadi sejak Jumat 26 November 2010 lalu) tergolong letusan minor yang bersifat membangun tubuhnya. Dampak letusan-pembangun-tubuh hanya akan dirasakan di sekitar wilayah kaldera Lautan Pasir saja sehingga hanya wilayah tersebutlah yang harus dikosongkan dari aktivitas manusia. Memang terdapat perbedaan antara letusan 2004 dengan letusan 2010 ini. Pada letusan 2004, durasinya singkat dan hanya didominasi letusan freatik (akibat interaksi magma dengan air bawah tanah sehingga air membentuk uap bertekanan tinggi). Sementara pada letusan 2010 ini, PVMBG mengindikasikan akan ada perubahan ditandai dengan tingginya jumlah gempa vulkanik Bromo, sesuatu yang tidak muncul di tahun 2004. Selain itu pengukuran EDM dan tilt-meter mengindikasikan tubuh Gunung Bromo mengalami inflasi (penggelembungan), pertanda masuknya magma ke tubuh gunung. Maka dari itu letusan Bromo 2010 ini ada kecenderungan bersifat magmatik. Namun potensi letusan magmatik yang lebih besar (seperti halnya Merapi 2010) boleh dikata cukup kecil.