ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak,...

302
ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO TENGGER SEMERU JAWA TIMUR JATI BATORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak,...

Page 1: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO TENGGER SEMERU

JAWA TIMUR

JATI BATORO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

 

Page 3: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Etnobiologi Masyarakat

Tengger di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur adalah karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2012

Jati Batoro

NRP. G363070081

Page 4: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

 

Page 5: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

ABSTRACT

JATI BATORO. Ethnobiology of Tengger Society in Bromo Tengger Semeru East Java. Under direction of DEDE SETIADI, TATIK CHIKMAWATI, and Y. PURWANTO.

This ethnobiological research focused on the ethnoecological, ethnobotanical, and ethnozoological study of the adaptation process (correlating to management concepts, impact on people’s activities, and technology usage) of the Tengger society in Bromo Tengger Semeru, East Java to environmental conditions where they were actively using and managing natural resources. The goals of this research were to study the beliefs, knowledge, and practice of Tengger society for the comprehensive understanding of landscape use and management, and to reveal the indigenous knowledge of Tengger society in managing their natural resources (plants and animals) which included species diversity, the index of ecological important value (INP), and the index of cultural significance (ICS). The research data consisted of ecological, ethnological, ethnobotanical and ethnozoological data. Ecological data was collected using vagetation analysis, while the rest of the data was collected using the participatory ethnobotanical appraisal, structured and open ended interviews, and direct observation. The Tengger society arranged their areas based on their function and usefulness including area of housing, agriculture, conservation, ecotourism, and sacral. Traditional ecological knowledge applied for environmental conservation consisted of an agricultural system that implement terasiring combined with plant borders, stall locations separated from houses, and planting Casuarina tree arranged by traditions. Tengger people depend on plant resources for their livelihood, and they have good knowledge on plant diversity surrounding them. The various plant utilization by Tengger society include food (75 species); medicines (121 species); construction, firewood and local technology (53 species); cosmetics, handycraft, cigarette, colors (40 species); forage (44 species); ornamental plants (140 species); fruit (49 species); and ritual (94 species). Calculations of the index of cultural significance showed that rice has a very high value and ten other plant species have high value in Tengger culture. For Tengger people, various animals have an economic value, and can be used for food, ritual, transportation, and objects for tourism.The indigenous knowledge on wild animals and their uses were very good. Tengger people distinguished 120 species consisting of 64 species of Aves, 32 species of Mammals, 9 species of Reptilia, 3 species of Diptera, 2 species of Decapoda, 1 species of Arachnidae, 1 species of Orthoptera, 1 species of Hypnoptera and 6 species of Pisces. Keywords: Bromo Tengger Semeru, ethnobiology, indigenous knowledge,

Tengger society.

Page 6: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan
Page 7: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

RINGKASAN

JATI BATORO. Etnobiologi Masyarakat Tengger di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur. Dibimbing oleh DEDE SETIADI, TATIK CHIKMAWATI, dan Y. PURWANTO.

Masyarakat suku Tengger merupakan penduduk asli Jawa yang menempati wilayah lereng deretan pegunungan Bromo Tengger Semeru, sejak runtuhnya kerajaan Majapahit, mengisolir diri, dan lebih senang hidup pada lingkungannya sendiri. Mereka mempunyai tatanan yang disepakati bersama (pranata) serta adat sosial budaya khas dan unik, agama, kepercayaan, kesenian, bahasa serta organisasi sosial atau sistem kelembagaan sendiri. Pada umumnya masyarakat Tengger hidup di sektor pertanian dan sebagian kecil mengelola wisata, perdagangan maupun peternakan.

Penelitian etnobiologi dimaksudkan untuk mengetahui proses adaptasi yang dilakukan masyarakat Tengger terhadap kondisi lingkungan tempat mereka beraktivitas dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam hayati serta lingkungannya terkait dengan konsep pengelolaan dan pemanfaatannya, pengaruh yang ditimbulkannya serta teknologi adaptasi yang dikembangkannya. Keanekaragaman hayati perlu dikelola dan dimanfaatkan secara berkelanjutan baik sebagai sistem penyangga kehidupan, pelestarian keanekaragaman jenis maupun genetik serta ekosistemnya agar tetap lestari sumberdaya alamnya.

Tujuan penelitian secara khusus adalah 1. Mengungkap pengetahuan lokal masyarakat Tengger tentang sistem pengelolaan sumber daya hayati (jenis tumbuhan dan hewan) meliputi keanekaragaman jenis tingkat kepentingan ekologis (INP), kegunaan dan cara pemanfaatannya (ICS), pengaruh dan cara pengembangannya. 2. Mengungkap pengetahuan masyarakat Tengger tentang lingkungan di sekitarnya meliputi persepsi dan konsepsi, pembagian tata ruang pada satuan lingkungan, pengelolaan dan pemanfaatannya, pengaruh yang ditimbulkan serta strategi pengembangannya.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan etnoekologi, etnobotani, etnozoologi dan strategi konservasi sumberdaya hayati yang menggunakan kombinasi ICS dan INP. Metode antropologi digunakan untuk mengungkap dan mengetahui pola pikir (corpus) masyarakat Tengger yaitu dengan melakukan pengamatan langsung, wawancara bebas (open ended) serta ikut dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dan semi struktural dan struktural. Mendeskripsikan berbagai bentuk aktivitas masyarakat dalam mengelola sumber daya alam, teknologi adaptasi yang dihasilkan serta menganalisis sesuai pandangan mereka. Melakukan pengamatan, analisis, penilaian secara ekologis dampak pemanfaatan sumber daya alam terhadap setiap satuan lingkungan.

Pembagian satuan lingkungan berdasarkan fungsi dan kegunaan oleh masyarakat Tengger meliputi a. Kawasan pemukiman, b. Kawasan pertanian, c. Kawasan konservasi, d. Kawasan pariwisata, dan d. Kawasan sakral. Kawasan pemukiman meliputi rumah individu, pertokoan, warung, homestay, hotel, rumah digunakan fasilitas umum seperti Balai Desa dan Pendopo Agung, Kantor, Langgar, Mesjid, Gereja, Pure, pekarangan, tegalan, ranu (danau), sumber air, sungai, jalan, kuburan, Danyangan dan Sanggar Pamujan. Tata ruang perumahan

Page 8: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

dibangun secara semi permanen, permanen, bergerombol tidak berbeda jauh dari perkotaan, bahkan berlantai dua atau tiga berkeramik, yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat Tengger. Sistem tata ruang perumahan meliputi ruang tamu (petamon), kamar tidur (pedaringan), ruang pawon dengan tumang sangat disakralkan sebagai bagian mengadaptasikan kehidupan wilayah yang dingin serta pembelajaran antar generasi, dan kamar mandi (pakiwan). Kawasan ritual dan pariwisata seperti gunung Bromo, Semeru, gunung Pananjakan, lautan pasir milik TNBTS sangat mendukung pengembangan wisata dan ritual adat masyarakat Tengger.

Pengetahuan masyarakat Tengger terhadap sistem pertanian terutama budidaya sayuran pada lahan perbukitan perlu mendapat perhatian dan pengamatan khusus karena berkaitan dengan terjalnya wilayah, sehingga sistem pertanian terasiring dapat dipertahankan serta dampak kemungkinan longsor dapat diminimalkan demi kelangsungan hidup serta pembangunan berkelanjutan di masyarakat Tengger. Sistem pola gubuk-kandang sangat cocok dalam membantu pengolahan budidaya pertanian, dan peternakan berkelanjutan di wilayah Tengger yang dingin, memudahkan distribusi pupuk, transaksi ekonomi serta pengembangan peternakan. Peternakan sapi, babi, kambing, ayam kampung sangat mendukung ekonomi keluarga maupun mendukung berlangsungnya ritual adat. Sistem sewa (komplangan) dari Perhutani juga menarik, dukungan dari berbagai pihak baik TNBTS seperti jalur hijau, pemanfaatan pakan ternak, pemanfaatan lokasi ritual Kasada serta pentasbihan Dukun Pandhita sangat membantu keberlanjutan serta berjalannya ritual adat serta agama di Tengger.

Pengetahuan ekologi tradisional yang dipergunakan untuk berbagai keperluan menunjukkan apresiasi yang baik terhadap usaha pelestarian lingkungan. Penanaman cemara gunung dengan diatur hukum adat tebang 1pohon tanam 10 pohon, karena begitu pentingnya pohon cemara sebagai bahan bangunan, kayu bakar, batas lahan, pencegah longsor, selain itu tidak mengganggu tanaman pertanian. Sistem pengelolaan lahan pertanian terasiring telah diatur dalam bentuk petak arah air serta ditanam rumput astruli sebagai penahan erosi.

Kawasan konservasi TNBTS, kawasan hutan lindung Perhutani, tempat sakral sangat berguna sebagai sumber air baik untuk kawasan Tengger sendiri maupun daerah bawah, yang berfungsi sebagai sumber oksigen, sumber genetik, pelindung dan penahan rawan longsor, dan berkembangbiaknya berbagai satwa maupun flora. Kawasan konservasi seperti Danyangan, makam, Sanggar Pamujan, hutan larangan yang diperkuat oleh adanya hukum adat, aspek ritual peladangan memberikan dampak positif terhadap tertatanya pemanfaatan tanah, kehidupan hewan serta lingkungan yang harmoni.

Sistem pengetahuan masyarakat Tengger tentang keanekaragaman jenis tumbuhan cukup baik hal ini dapat di tunjukkan dari cara pengenalan, pencirian, pemanfaatan tumbuhan liar dan tanaman budidaya. Hasil inventarisasi jenis tumbuhan yang dikenal masyarakat Tengger tercatat 326 jenis. Pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan adalah sebagai bahan obat, racun, ritual, pangan, pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan terhadap morfologi yaitu pencirian didapat dari leluhur mereka. Tata nama tumbuhan yang digunakan kebanyakan tunggal, sederhana yang utama digunakan untuk kebutuhan secara praktis dan mudah diingat, terutama tumbuhan yang bermanfaat

Page 9: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

dalam kehidupannya seperti putihan (Buddleja asiatica), adas (Foeniculum vulgare) dan cemara (Casuarina junghuhniana). Upacara ritual adat berkaitan dengan keanekaragaman tumbuhan sangat menarik dan unik di masyarakat Tengger yang merupakan modal sosial (capital social) dan dasar dalam pengembangan wisata, serta lingkungan yang sangat mendukung.

Sistem pengetahuan tradisional terhadap keanekaragaman hewan sangat baik terutama jenis yang berada di lingkungannya. Hasil inventarisasi jenis hewan yang tercatat meliputi 120 jenis baik hewan liar di lingkungan, hewan peliharaan maupun yang dibudidayakan. Pemanfaatan keanekaragaman hewan dipergunakan sebagai bahan pangan, penunjang ritual adat, penunjang ekonomi rumah tangga, peliharaan serta keindahan lingkungan.

Keberlanjutan keanekaragaman hayati di wilayah Tengger sebagai wilayah penyangga harus dipertahankan, diperlukan dukungan dari pihak terkait seperti Pemerintah Daerah, Dinas terkait, Kantor Balai TNBTS, Perhutani, serta strategi pengembangan disegala bidang sesuai proposional wilayah, jumlah penduduk, tingkat pendidikan, pelestarian, penyuluhan, pengawasan dalam kerangka dukungan terhadap daerah penyangga. Wilayah lahan desa masyarakat Tengger sangat cocok untuk budidaya sayuran seperti kentang, bawang prei, kobis, ercis, wortel, terong belanda, lombok terong, kopi, apel (Desa Gubuklakah, Kayukebek), kaya akan adat budaya unik sangat perlu dilestarikan, pengobatan tradisional, ritual adat, udara yang sejuk dan dingin di wilayah Tengger dengan obyek wisatanya masyarakat lokal maupun mancanegara perlu dikembangkan, digalakkan sebagai aset pariwisata Jawa Timur. Keberlanjutan ke depan desa Tengger dan sekitarnya tidak terlepas dari kesejahteraan masyarakat, sistem ekologi pegunungan Bromo Tengger Semeru saling ketergantungan dalam sebuah ekosistem, manusia serta adat sosial, keanekaragaman hayati dan lingkungannya.

Kata kunci: Bromo Tengger Semeru, etnobiologi, pengetahuan tradisional,

masyarakat Tengger.

Page 10: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan
Page 11: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

Page 12: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan
Page 13: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO TENGGER SEMERU

JAWA TIMUR

JATI BATORO

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Biologi Tumbuhan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 14: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

Penguji pada Ujian Tertutup : Prof. Dr. Eko Baroto Waluyo

Dr. Sri Sudarmiyati Tjitrosoedirdjo, M.Sc.

Penguji pada Ujian Terbuka :

Prof. Dr. Eko Baroto Waluyo

Prof. Dr. Ir. Edi Guhardja, MSc.

Page 15: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

Judul Disertasi : Etnobiologi Masyarakat Tengger di Bromo Tengger Semeru

Jawa Timur

Nama : Jati Batoro

NRP : G363070081

Program Studi : Biologi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dede Setiadi, MS. Ketua

Dr.Ir. Tatik Chikmawati, M.Si. Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto, DEA. Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Dekan Studi Biologi Tumbuhan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Miftahudin, M.Si. Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr.

Tanggal Ujian: 30 Juli 2012 Tanggal Lulus:

Page 16: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan
Page 17: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan Judul Etnobiologi

Masyarakat Tengger di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur. Pada kesempatan ini

penulis perlu menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Dede Setiadi, M.S selaku Ketua Komisi Pembimbing; Dr. Ir. Tatik

Chikmawati M.Si dan Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto DEA masing-masing selaku

anggota Komisi Pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan,

saran dan kritikan untuk menyelesaikan tulisan ini.

2. Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud banyak memberikan inspirasi.

3. Dr. Ir. Kgs. Dahlan Wakil Dekan FMIPA IPB, Dr. Ir. Aris Tjahjoleksono DEA

mewakili Pogram Studi Biologi Tumbuhan Sekolah Pasca Sarjana IPB di ujian

tertutup dan terbuka.

4. Rektor IPB, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Ketua Program Studi Biologi

Tumbuhan SPs-IPB, Dr. Ir. Miftahudin MSi.

5. Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito MS Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof. Dr.

Marjono M.Phil Dekan FMIPA UB, Dr. Widodo M.Sc, Ketua Jurusan Biologi

FMIPA dan Proyek I-MHERE UB, yang telah memberikan beasiswa program

Doktor.

6. Dr. Rodiyati S.Si, M.Sc sebagai Ketua Laboratorium Taksonomi Tumbuhan

Jurusan Biologi FMIPA UB dan kolega Brian Rahardi M.Sc, Dra.Gustini

Ekowati M.P, Dr. Serafinah Indriyani M.Si, Dr. Luqman Hakim M.Sc, Arifin

dan Apriyono S.Si.

7. Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS),

Kepala Perhutani Jawa Timur, Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Malang,

Pasuruan, Lumajang dan Probolinggo.

8. Teman-teman dari Puslitbang Biologi LIPI Kebun Raya Pasuruan, Perhutani

dan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS).

9. Petinggi Desa Ngadisari bapak Supoyo SH. MM, bapak Kartono Petinggi Desa

Ngadas Kidul, bapak Sumartono Petinggi Desa Ngadas Wetan, para Petinggi

Desa seluruh masyarakat Tengger serta staf. Koordinator Dukun Pandhita

masyarakat Tengger bapak Mudjono, Dukun Pandhita bapak Sutomo, bapak

Page 18: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

Supayadi, bapak Natrulin dan para Dukun Pandhita seluruh Tengger, Sesepuh

Tengger, masyarakat Tengger di Malang, Pasuruan, Lumajang dan

Probolinggo.

10. Kepada semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu secara materi dan non materi dalam penulis menyelesaikan

penelitian dan penulisan ini.

11. Secara khusus, penulis menyampaikan terima kasih secara tulus kepada istri

tercinta Dra. Sri Suwanti atas dorongan, pengorbanan, kesabaran,

pengertiannya, anak-anak tercinta Tectona Ekaningtyas S.KG. di FKG UNEJ

Jember, Dian Apriliyani di UB dan Agnes Arimbi A. SMAN 9 Malang. Tidak

lupa doa orang tua Sumardi WS (alm) dan Ibu Suyati serta mertua Hadi

Sukarto (alm) dan Ibu Surtijah (alm), yang semasa hidup mendorong agar

penulis dapat mecapai gelar akademik tertinggi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2012

Jati Batoro

Page 19: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 25 April 1957, sebagai anak

pertama pasangan Sumardi Widyo Sumarto Almarhum (KRT. Widyo Padmo

Dipuro) dan Ibu RR. Suyati. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah

Lanjutan Pertama SMPN 1 Wates diselesaikan di Kulon Progo Yogyakarta dan

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan di

Yogyakarta. Pendidikan Sarjana ditempuh di Fakultas Biologi UGM, lulus pada

tahun 1985. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Biologi

FMIPA, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan Beasiswa BPPS

dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan lulus pada tahun 2001.

Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program Doktor diperoleh pada tahun

2007 pada Program Studi Biologi Tumbuhan, Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor (IPB), dengan bantuan beasiswa proyek I-MHERE Universitas

Brawijaya(UNIBRAW). Penulis bekerja sebagai staf pengajar bidang Taksonomi

Tumbuhan dan ,Etnobotani pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahun Alam Universitas Brawijaya sejak tahun 1986, hingga sekarang.

Beberapa karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian disertasi telah

dipublikasikan, diantaranya sebuah artikel dengan judul Pengetahuan Fauna

(Etnozoologi) Masyarakat Tengger di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur

diterbitkan pada Jurnal Biota (SSSN 0853-8670) Vol.17 (1) : 46-56, Februari

2012. Artikel lain yang berjudul: Pengetahuan Botani Masyarakat Tengger Di

Bromo Tengger Semeru telah di terima untuk diterbitkan di Jurnal Wacana Vol 14

No (4) Oktober 2011; Ritual Entas-Entas Di Desa Tengger Ngadas Kidul

Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang telah terbit di Jurnal Natural B, Vol

1.No (2) Oktober 2011. Karya Ilmiah lain yang berjudul Pemanfaatan Tumbuhan

dan Hewan dalam Ritual Adat di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur telah

disampaikan pada Seminar, Simposium dan Kongres PTTI (11-13 Oktober) di

Bedugul Bali tahun 2011.

Page 20: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan
Page 21: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

DAFTAR ISI

Halaman

1. PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1 1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1 1.2 Perumusan Masalah …………………………………………….. 3 1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 4 1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………… 4 1.5 Kebaharuan (Novelty)…………………………………………… 5 1.6 Kerangka Pemikiran ……………………………………………. 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………. 9 2.1 Etnobiologi ……………………………………………………... 9 2.2 Masyarakat Tengger ……………………………………………. 11 2.3 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)……………. 13

3. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN METODE PENELITIAN... 17 3.1 Lingkungan Fisik ……………………………………………….. 17 3.1.1 Letak Geografi ……………………………………………… 17 3.1.2 Geologi, Tanah dan Hidrologi ……………………………… 17 3.1.3 Iklim ………………………………………………………… 18 3.2 Lingkungan Biologi …………………………………………….. 20 3.3 Lingkungan Sosial Budaya ……………………………………... 22 3.3.1 Aspek Sosial Budaya ……………………………………….. 22 3.3.2 Agama dan Kepercayaan …………………………………… 25 3.3.3 Kepemimpinan Tradisional dan Lembaga Adat ……………. 26 3.3.4 Bahasa Lokal Tengger ……………………………………… 27 3.3.5 Sistem Penguasaan Lahan (Tenurial System) ………………. 28 3.4 Pendekatan Penelitian …………………………………………... 29 3.4.1 Etnoekologi …………………………………………………. 29 3.4.2 Etnobotani …………………………………………………... 28 3.4.3 Etnozoologi …………………………………………………. 28 3.5 Konservasi Sumberdaya Tumbuhan…………………………….. 30

4. ETNOEKOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO TENGGER SEMERU JAWA TIMUR……………………………...

31

Abstrak ……………………………………………………………… 31 4.1 Pendahuluan ……………………………………………………. 32 4.1.1 Latar Belakang………………………………………………. 32 4.1.2 Tujuan Penelitian ……………………………………………. 35 4.2 Bahan dan Metoda ……………………………………………… 35 4.2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ………………………………... 35 4.2.2 Alat dan Bahan ……………………………………………… 36 4.2.3 Metode Penelitian …………………………………………… 36 4.2.3.1 Pendekatan Emik (pengetahuan) ………………………… 36 4.2.3.2 Pendekatan Etik (ilmu pengetahuan) ……………………. 36

Page 22: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

4.2.3.3 Analisis Vegetasi ………………………………………... 37 4.3 Hasil …………………………………………………………….. 38 4.3.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan ………………... 38 4.3.2 Pengenalan Satuan-satuan Lingkungan menurut Konsep Tata

Ruang Masyarakat Tengger …………………………………

40 4.3.2.1 Kawasan Pemukiman …………………………………… 41 4.3.2.2 Kawasan Pertanian ……………………………………… 49 4.3.2.3 Kawasan Sakral atau Keramat ………………………….. 63 4.3.2.4 Kawasan Hutan TNBTS ………………………………. 67 5.1 Pembahasan …………………………………………………….. 70 6.1 Simpulan ……………………………………………………….. 77

5. ETNOBOTANI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO TENGGER SEMERU JAWA TIMUR……………………………...

81

Abstrak ……………………………………………………………… 81 5.1 Pendahuluan ……………………………………………………. 82 5.1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 82 5.1.2 Tujuan Penelitian ……………………………………………. 85 5.2 Bahan dan Metode ……………………………………………… 85 5.2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ………………………………... 85 5.2.2 Alat dan Bahan ……………………………………………… 86 5.2.3 Metode Penelitian …………………………………………… 86 5.2.3.1 Metoda Pengumpulan Data Sosial Budaya Masyarakat

Tengger …………………………………………………

86 5.2.3.2 Pengumpulan Data Etnobtani ………………………….. 86 5.2.3.3 Data Kualitatif ………………………………………….. 87 5.2.3.4 Pemilihan Narasumber …………………………………. 87 5.2.3.5 Perhitungan Nilai Guna Jenis Tumbuhan Berguna …….. 88 5.3 Hasil ……………………………………………………………. 93 5.3.1 Sosial Budaya Masyarakat Tengger ………………………… 93 5.3.1.1 Aspek Sosial Budaya …………………………………... 93 5.3.1.2 Sistem Kepemimpinan Tradisional …………………….. 94 5.3.2 Pengetahuan Masyarakat Tentang Keanekaragaman Jenis

Tumbuhan ………………………………………………….

94 5.3.2.1 Pengetahuan botani lokal masyarakat Tengger................... 95 5.3.2.2 Pengetahuan masyarakat Tengger tentang pemanfaatan

jenis tumbuhan ……………………………………………

99 5.3.3 Indek Kepentingan Budaya (ICS) …………………………... 5.4 Pembahasan …………………….………………………………. 171 5.5 Simpulan ………………………………………………………... 178

6. ETNOZOOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO TENGGER SEMERU JAWA TIMUR ……………………………..

181

Abstrak ……………………………………………………………… 181 6.1 Pendahuluan ……………………………………………………. 182 6.1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 182 6.1.2 Tujuan Penelitian ……………………………………………. 184 6.2 Bahan dan Metode ……………………………………………... 184

Page 23: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

6.2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ………………………………... 184 6.2.2 Alat dan Bahan ……………………………………………... 184 6.2.3 Metode Penelitian …………………………………………... 185 6.3 Hasil …………………………………………………………….. 185 6.3.1 Pemanfaatan Jenis dan Kategori Pengelompokannya….......... 185 6.3.1 Keanekaragaman Hewan Sebagai Bahan Pangan …………... 187 6.3.3 Keanekaragaman Hewan Buruan …………………………… 188 6.3.4 Keanekaragaman Hewan Mempunyai Makna ……………… 189 6.3.5 Keanekaragaman Hewan Sebagai Bahan Ritual Adat ……… 189 6.3.6 Keanekaragaman Hewan Ternak ……………………………. 192 6.3.7 Keanekaragaman Hewan Peliharaan dan Pariwisata ………... 193 6.3.8 Keanekaragaman Hewan Liar di Lingkungan ………………. 194 6.4 Pembahasan …………………………………………………….. 201 6.5 Simpulan ……………………………………………………….. 204

7. PEMBAHASAN UMUM ………………………………………….. 205 7.1 Sosial Budaya, Adaptasi dan Pengelolaan Lingkungan

Masyarakat Tengger …………………………………………… 205 7.2 Keanekaragaman Hayati, Pengembangan Pertanian, Peternakan

dan Pariwisata di Wilayah Tengger …………………………… 211

7.3 Pembangunan Masyarakat Tengger Berkelanjutan di Wilayah Tengger ………………………………………………………...

215

7.4 Strategi Konservasi wilayah Tengger ………………………….. 217

8. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….. 221 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 227 LAMPIRAN ………………………………………………………... 235

Page 24: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan
Page 25: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah Penduduk di sembilan Desa masyarakat Tengger ………….... 242 Keanekaragaman jenis tanaman pekarangan sebagai bahan pangan … 453 Jenis-jenis tumbuhan sebagai indikator kesuburan tanah dan jenis

mengganggu tanaman budidaya di lingkungan ……………………… 624 Sistem kategorisasi lahan pada masyarakat Tengger…………………. 735 Nilai kualitas kegunaan suatu jenis tumbuhan menurut kategori

etnobotani (Quality of use categories in ethnobotany)……………….. 896 Kategorisasi intensitas penggunaan (Intensity of use) jenis tumbuhan

berguna ………………………………………………………………. 927 Kategorisasi yang menggambarkan tingkat eklusivitas atau tingkat

kesukaan ……………………………………………………………… 92

8 Terminologi untuk pengenalan dan karakterisasi tumbuhan pada masyarakat Tengger …………………………………………………. 98

9 Kategori pemanfaatan tumbuhan, jumlah jenis dan distribusi di masyarakat Tengger ………………………………………………….. 99

10 Keanekaragaman jenis tumbuhan bahan pangan (tanaman budidaya dan non budidaya) di masyarakat Tengger .......................................... 102

11 Kategori jenis penyakit di masyarakat Tengger, jumlah jenis tumbuhan dan organ tumbuhan yang digunakan sebagai obat ……… 118

12 Keanekaragaman jenis tumbuhan obat di masyarakat Tengger………. 128

13 Keanekaragaman jenis tanaman hias di perumahan dan gubuk di masyarakat Tengger ………………………………………………...... 134

14 Keanekaragaman jenis tumbuhan digunakan dalam ritual adat di tempat sakral …………………………………………………………. 141

15 Keanekaragaman jenis tumbuhan pakan ternak di masyarakat Tengger ………………………………………………………………. 159

16 Sebelas jenis tanaman dengan Nilai Indek Kepentingan Budaya (ICS) tertinggi dan tinggi masyarakat Tengger …………………………….. 168

17 Kategori nilai ICS jenis tumbuhan bermanfaat masyarakat Tengger ... 16918 Jenis tumbuhan liar yang berpotensi menurut masyarakat Tengger ..... 17119 Jumlah jenis hewan dimanfaatkan dan liar di masyarakat Tengger …. 18720 Keanekaragaman jenis hewan ritual masyarakat Tengger …………… 19121 Pengetahuan keanekaragaman jenis hewan: ternak, kegunaan dan

jenis hewan liar di lingkungan desa Tengger ………………………… 195

Page 26: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan
Page 27: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka fikir studi Etnobiologi dalam kehidupan masyarakat

Tengger di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur …………………... 72 Peta lokasi penelitian dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

(TNBTS)………………………………………………….................. 193 (a) Pakaian adat SDN Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten

Probolinggo dan (b) Pure di Desa Ranupani Kecamatan Senduro Kabuparen Lumajang ………………………………….......................... 25

4 Struktur organisasi Pemerintahan Desa dan Lembaga Adat masyarakat Tengger .................................................................................................... 39

5 Sikap dan Pandangan Hidup masyarakat Tengger............................... 396 Rumah Tengger: (a) Dapur (Pawon) dengan tumang dan (b) Homestay

di Desa Wonokitri Kabupaten Pasuruan ……………………………… 437 Pekarangan: (a) Tanaman hias, mawar (Rosa hybrida, tlotok

(Curculigo capitulata) dan (b) Jenis bahan ritual (Fuchia hybrida)… 448 Perkampungan Tengger: (a) Sistem perkampungan bergerombol Desa

Ngadiwono Kecamatan Tosari Pasuruan dan (b) Perkampungan Desa Ranupani Kecamatan Senduro Lumajan……………………………….. 47

9 Sarana Desa: (a) Jalan Desa Ngadas Kidul dan (b) Padmasari di tepi jalan Desa Ngadirejo Kabupaten Pasuruan.............................................. 48

10 Pertanian terasiring: (a) Batas Tegalan Desa Ranupani dan Zona Hutan Rimba (TNBTS) dan (b) Lahan pertanian di Ngadas Kidul Kecamatan Poncokusumo ..………………………………………………………… 49

11 (a) Lokasi kerja sama antara pihak Perhutani dan Desa Gubuklakah seluas 10 Ha dengan tanaman kopi, suren, jabon dan (b) Tanaman industri poo………….............................................................................. 55

12 Peristiwa alam: (a) Jenis tumbuhan cemara mengalami kerusakan akibat uap belerang dari gunung Bromo dan (b) Longsor lahan pertanian Desa Ngadiwono ………………………………..................... 58

13 (a) Suasana meletusnya gunung Bromo dan (b) Suasana sekolah SDN desa Putus (Ngadirejo)…………………………………………………. 58

14 Pola pertanian Gubuk-kandang di masyarakat Tengger ……………… 6015 (a) Gubuk serta kandang dan (b) Ternak sapi jantan di Desa Ngadas

Kidul Kecamatan Poncokusumo……………………………………….. 60 16 Tata guna lahan tradisional masyarakat Tengger Desa Ngadas Kidul

Kecamatan Poncokusumo: (a) Pedanyangan, (b) Wihara Paramita, (c) Pure,(d) Masjid, (e)Sanggar Pamujan, (f) Makam dan (g) Gubuk-kandang ………………………………………………………………..

6117 Padmasari di tepi jalan Desa Ngadirejo Kabupaten Pasuruan. 63

Page 28: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

18 Tempat sakral: (a) Lahan makam di Desa Wonokitri dan (b) Sanggar Agung di Desa Ngadas Wetan…………………………….....................

67

19 Sarana Desa: (a) Danau Ranupai (TNBTS) mengalami pendangkalan dan (b) Lahan tegalan subur dengan latar belakang gunung Semeru......................................................................................................

70

20 Aktivitas pertanian: (a) Sigiran jagung dan (b) Menyiwil tanaman tropong atau bawang prei di Desa Wonokitri ………….....................

112

21 Aktivitas pertanian: (a) Budidaya lombok kriting dan (b) Tanaman budidaya lombok terong ………………................................................

116

22 Sarana transportasi: (a) Konstruksi jembatan Desa Keduwung dari kayu cemara dan (b) Transportasi kuda ..………………………………

118

23 Seni tradisional dan olah raga: Kesenian jaranan (a) dan (b) Olah raga balap sepeda motor ………..................................................................

120

24 Seni tradisional: (a) Kesenian reyok Desa Wonotoro dan (b) Tayup di Desa Ngadas Kidul……………………………………………………

121

25 Peralatan rumah tangga: (a) Ibu di Desa Wonokitri menumbuk jagung untuk bahan aron dan (b) Peralatan pertanian di gubuk…...……………

122

26 Tumbuhan obat: (a) Dringu dan (b) Jamur impes, (c) Aseman dan (d) Kentang………………………………………………………….............

131

27 Tanaman bumbu: (a) Ketumbar dan (b) Tanaman jarak……………. 131 28 Upacara Yadnya Kasada: (a) Pure Poten di Lautan Pasir gunung

Bromo dan (b) Masyarakat menunggu sesaji tandur tuwuh (marit) di tebing kawah gunung Bromo……………………………………............

153

29 Upacara Yadnya Kasada: (a) Tempat Mulun (ujian Dukun Pandhita) di Pura Poten pada acara Kasada dan (b) Tetamping di kaki gunung Bromo …………………………………………………………………..

153

30 Ritual Unan-unan: (a) Korban kerbau dengan seperangkat sesaji (foto Purnomo) dan (b) Sanggar Pamujan Desa Poncokusumo Kabupaten Malang ………………………………………………………………….

154

31 Acara ritual Karo: (a) Kesenian tari sakral Sodoran di Desa Jetak dan (b) Nyadran Karo di makam Desa Ngadas Kidul……………………….

155

32 Acara ritual Entas-entas: (a) Ongkek serta macam sesaji dan (b) pembacaan mantra di depan Petra oleh Dukun Pandhita……………….

157

33 Acara ritual Entas-entas: (a) Iber-iber dalam ritual Entas-entas dan (b) Wong Sepuh membakar Petra di Pedanyangan…………………………

158

34 Acara ritual Leliwet: (a) Mendirikan rumah oleh Dukun Pandhita dan (b) Jumat Legi di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari ………………….

159

35 Dukun Pandhita Zaman Kolonial Belanda …………………………….. 167 36 Acara ritual: (a) Wisuda Sesepuh Tengger oleh Dukun Pandhita

Mudjono dan bapak Sutomo dan (b) Sendra tari Roro Anteng-Joko Seger di Bale Agung Desa Ngadisari ………………………………..

167

Page 29: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

37 Peristiwa kebakaran: (a) Padang rumput Jomplangan TNBTS tahun 2011 dan (b) Bekas kebakaran hutan TNBTS tahun 2009……………... 169

38 (a) Keanekaragaman jenis tumbuhan pakan ternak di masyarakat Tengger dan (b) Status jumlah jenis pakan ternak …………………….. 170

39 Katagori nilai ICS tumbuhan berguna pada masyarakat Tengger…………………………………………………………………. 177

40 Keanekaragaman jenis hewan pada saat Yadnya Kasada di kawah gunung Bromo …………………………………………………………. 191

41 Pemanfaatan jenis hewan: (a) Pariwisata kuda dan (b) Hewan peliharaan anjing ………………………………………………………. 191

42 Pengetahuan jenis hewan di lingkungan masyarakat Tengger…………. 20143 Jumlah jenis hewan bermanfaat, pengganggu dan liar……………….… 20144 Interaksi sistem sosial dan ekosistem dari Rambo (1983)………….….. 20945 Konsep peran, potensi, kegunaan dan konservasi keanekaragaman

hayati (Purwanto et al. 2004)…………………………………………... 216

Page 30: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan
Page 31: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Keanekaragaman jenis tumbuhan tegalan di lingkungan

masyarakat Tengger .......................................................................... 237

2 Indek Nilai Penting (INP) jenis perdu di lahan tegalan masyarakat Tengger……………………………………………………………... 243

3 Nilai Indek Penting (INP) jenis herba di lahan tegalan masyarakat Tengger …………………………………………………………….. 244

4 Indek Nilai Penting (INP) jenis pohon di lahan Sanggar Pamujan Desa Poncokusumo Kabupaten Malang ……….............................. 246

5 Indek Nilai Penting (INP) keanekaragaman jenis perdu di Sanggar Pamujan Desa Poncokusumo Kabupaten Malang …………………. 249

6 Indek Nilai Penting (INP) jenis pohon di lahan Komplangan Perhutani Kabupaten Malang ………………………………………. 250

7 Indek Nilai Penting (INP) jenis pohon di tegalan masyarakat Tengger …………………………………………………………….. 251

8 Keanekaragaman jenis buah-buahan di masyarakat Tengger………. 252

9 Keanekaragaman jenis tumbuhan bumbu, pewarna, rokok dan kecantikan ………………………………………………………….. 255

10 Keanekaragaman jenis tumbuhan bahan bangunan, teknologi lokal, tali-temali, seni, pembungkus dan kayu bakar……………………… 257

11 Index of Cultural Significance (ICS) dan keanekaragaman jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat Tengger…………........... 261

Page 32: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

 

Page 33: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

1

 

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat suku Tengger merupakan penduduk asli Jawa yang menempati

wilayah lereng deretan pegunungan Bromo Tengger Semeru sejak runtuhnya

kerajaan Majapahit. Mereka mengisolir diri dan lebih senang hidup pada

lingkungannya sendiri (Stibbe & Uhlenbeck 1921; DKDJPH & PABKSD IV

1984; Suyitno 2001). Masyarakat Tengger mempunyai tatanan yang disepakati

bersama (pranata) serta adat sosial budaya khas dan unik, agama, kepercayaan,

kesenian, bahasa serta organisasi sosial atau sistem kelembagaan sendiri. Pada

umumnya masyarakat Tengger hidup pada sektor pertanian, terutama pertanian

tanaman kentang, bawang prei, kobis, jagung, wortel, dan sebagian kecil

mengelola wisata, perdagangan maupun peternakan.

Masyarakat Tengger menghuni sebagian desa penyangga Taman Nasinal

Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang meliputi empat Pemerintah Daerah

Tingkat II yaitu Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang.

Mereka sudah hidup turun temurun mulai dari nenek moyangnya yang dahulu

menggantungkan kehidupannya berupa sumber daya hayati dari hutan dalam

memenuhi kebutuhannya dengan pedoman bahwa hutan beserta isinya merupakan

anugerah Sang Hyang Widhi untuk dimanfaatkan manusia agar kehidupannya

sejahtera (DKDJPH & PABKSD IV 1984; DKDJPH & PABTNBTS 1999;

Nurudin et al. 2004). Sebagian masyarakat Tengger menempati wilayah di dalam

Zona Pemanfaatan Tradisional (enclave) meliputi Desa Ngadas dan Desa

Ranupani, jauh sebelum TNBTS berdiri. Taman Nasional merupakan kawasan

pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem Zonasi,

mempunyai tujuan konservasi, penelitian, pendidikan dan kepariwisataan.

Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan Taman Nasional pada umumnya

disebabkan keterbatasan anggaran dana pemerintah, sumber daya pengelola,

kelemahan infrastruktur, serta belum harmonisnya hubungan antara pihak

pengelola dengan masyarakat sekitar (Primack et al.1998; DKDJPH &

PABTNBTN 1999; DKDJPH & PABTNBTS 2008).

Page 34: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

2

 

Sebagaimana halnya masyarakat lainnya, masyarakat Tengger sebagian

besar hidup pada sektor pertanian yang telah lama melakukan strategi, teknik

adaptasi, teknik pengelolaan, teknik budidaya, teknik produksi, serta teknik

pengobatan tradisional terhadap pemanfaatan keanekaragaman hayati baik

tumbuhan maupun hewan (etnobiologi) sesuai dengan keadaan alam

lingkungannya. Pengetahuan masyarakat lokal tentang pengelolaan lahan dari

sumber daya hayati tidak hanya dipengaruhi oleh sejarah dan adat-istiadat, tetapi

juga kondisi sumber daya alam yang tersedia, kesuburan tanah, teknik peladangan

dan etos kerja. Ketergantungan manusia terhadap keanekaragaman hayati serta

tata cara kehidupan, sangat berkaitan dengan keanekaragaman budaya dari suatu

masyarakat (Taylor 1990; Ellen 1993; Sandbukt & Wiriadinata 1994). Oleh sebab

itu perlu ditelaah bagaimana konsep dan pemahaman serta penguasaan

pengetahuan dari masyarakat Tengger dalam mengelola sumber daya hayati serta

lingkungannya.

Dewasa ini telah banyak pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan

tumbuhan dan hewan serta variasi jenis tumbuhan dan hewan telah hilang

keberadaannya dari suatu masyarakat. Hal ini berarti hilangnya kearifan

tradisional atau berbagai jenis tumbuhan dan variasinya yang belum sempat

diketahui atau dikaji informasinya karena kondisi lingkungan berubah dengan

cepat (Sastrapradja & Rifai 1989; Rifai 1994). Sistem pengetahuan yang berasal

dari adanya akumulasi pengetahuan dalam berinteraksi dengan alam lingkungan

yang berjalan lama, umumnya memiliki pranata, norma adat, yang merupakan

bukti fundamental dari kondisi sosial budaya suatu kelompok masyarakat (Cotton

1996; Purwanto 2006 ).

Pengetahuan masyarakat lokal telah banyak memberikan kesempatan

berharga bagi kita untuk memahami aspek ekologi lanskap lahan pegunungan,

termasuk lanskap hutan di sekitar mereka. Apakah sistem pertanian dan

pemanfaatan keanekaragaman hayati yang mereka lakukan menyebabkan

kerusakan lingkungan atau tidak, informasi ini juga akan membantu kita dalam

memahami sejarah lansekap, perubahan lansekap dan pola-pola vegetasi masa

lalu, sekarang dan mendatang. Ekosistem pegunungan merupakan fakta penting

bagi fungsi ekologis dan konservasi keragaman hayati sumberdaya genetik baik

Page 35: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

3

 

tumbuhan maupun hewan, namun rentan terhadap erosi tanah dan longsor yang

mengakibatkan hilangnya keragaman hayati dan sumberdaya genetik maupun

habitat (Odum 1971; Keating 1994, Primack et al. 1998). Berdasarkan latar

belakang di atas, serta belum adanya penelitian yang mendasar pada bidang

etnobiologi masyarakat Tengger terhadap pemanfaatan, pengelolaan

keanekaragaman hayati baik tumbuhan maupun hewan serta lingkungannya,

sehingga mendorong kami penelitian terhadap kehidupan dan etnobiologi

masyarakat Tengger dilakukan untuk penelitian disertasi ini.

1.2 Perumusan Masalah

Kondisi lingkungan biofisik dipengaruhi oleh proses adaptasi masyarakat

Tengger. Oleh sebab itu kerusakan lingkungan dan keanekaragaman hayati dapat

menyebabkan ancaman bagi kelangsungan kehidupan mereka. Mereka memiliki

ketergantungan pada lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti

bahan pangan, bahan obat-obatan tradisional, bahan ritual, sumber ekonomi

rumah tangga dan berbagai kebutuhan lainnya. Latar belakang sosial budaya dan

ekonomi masyarakat Tengger dapat mempengaruhi perilaku dalam mengelola

sumber daya alam hayati dan lingkungan sekitarnya. Hal ini yang mendasari

dilakukannya penelitian etnobiologi pada masyarakat Tengger. Salah satu aspek

yang dibahas dalam penelitian ini adalah sistem pengetahuan masyarakat Tengger

dalam mengelola sumber daya alam hayati untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

dan pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Pengetahuan lokal

(local knowledge) masyarakat Tengger tentang pengelolaan sumber daya hayati

ini belum tergali dan sangat sedikit informasinya. Oleh karena itu pengetahuan

masyarakat Tengger tersebut perlu untuk didokumentasi sebelum terdegradasi

oleh pengaruh lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi serta

intervensi budaya dari luar. Masalah lainnya adalah rendahnya tingkat pendidikan

masyarakat Tengger dan keterbatasan sarana dan prasarana sehingga

menyebabkan terjadinya keterbelakangan teknologi dan kemampuan beradaptasi

serta kemampuan daya saing dengan masyarakat di sekitarnya. Keterbelakangan

tingkat pendidikan masyarakat tersebut berkaitan erat dengan pandangan

Page 36: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

4

 

masyarakat Tengger yang beranggapan bahwa “bersekolah yang tinggipun

masyarakat Tengger akan kembali ke ladang”. Dari uraian permasalahan tersebut

maka perlu dilakukan studi etnobiologi masyarakat Tengger untuk mengetahui

strategi masyarakat Tengger dalam mengelola sumber daya hayati dan selanjutnya

dapat dijadikan pijakan dalam pengembangan dengan pengelolaan sumber daya

hayati yang lebih menguntungkan baik secara ekonomi maupun ekologi dan

pengembangan secara berkelanjutan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dari

teknologi adaptasi yang dilakukan masyarakat Tengger terhadap kondisi

lingkungan tempat mereka beraktivitas dalam mengelola dan memanfaatkan

sumberdaya alam hayati serta lingkungannya serta pengaruh yang

ditimbulkannya. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengungkap pengetahuan lokal masyarakat Tengger tentang sistem

pengelolaan sumber daya hayati (tumbuhan dan hewan) yang meliputi

keanekaragaman jenis, kegunaan dan cara pemanfaatannya, pengaruh dan

cara pengembangannya.

2. Mengungkap pengetahuan lokal masyarakat Tengger tentang lingkungan di

sekitarnya meliputi persepsi dan konsepsi, pembagian tata ruang satuan

lingkungan, pengelolaan dan pemanfaatannya, pengaruh yang ditimbulkan

serta strategi pengembangannya.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran baru tentang pengembangan

interdisiplin bidang etnologi dan biologi untuk menganalisis dan mengevaluasi

hubungan saling ketergantungan antara masyarakat Tengger sebagai produsen

(informan) dalam mengelola pola fikir (corpus) dan memanfaatkan (praxis)

sumberdaya di lingkungan tempat mereka bermukim. Dengan demikian antara

informan, corpus dan praxis menjadi bagian yang penting untuk menjelaskan

Page 37: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

5

 

proses adaptasi yang terjadi sebagai akibat hubungan keterkaitan antara

masyarakat Tengger dengan lingkungannya.

2. Melengkapi khasanah ilmu pengetahuan mengenai masyarakat Tengger

berkaitan dengan suku-suku di Indonesia. Memberikan sumbangan pemikiran

ilmiah secara komprehensif tentang hubungan masyarakat Tengger dengan

sumber daya alam hayati dan lingkungannya.

3. Memberikan sumbangan data ilmiah aspek etnobiologi masyarakat Tengger

yang dapat dijadikan dasar pertimbangan kebijakan pembangunan yang

berkelanjutan dari masyarakat Tengger.

1.5 Kebaharuan Penelitian (Novelty) 1. Pengetahuan Masyarakat Tengger tentang keanekaragaman jenis-jenis

tumbuhan dan hewan, kegunaan dan potensinya.

2. Pengetahuan Masyarakat Tengger tentang pengelolaan lingkungan dan

pembagian tata ruang di kawasan Pegunungan Bromo Tengger Semeru.

3. Pengetahuan tentang teknologi adaptasi masyarakat Tengger dalam mengelola

sumber daya hayati dan lingkungannya

1.6 Kerangka Pemikiran

Perbedaan aspek historis, sosial, ekonomi dan budaya dapat

mempengaruhi perilaku kehidupan masyarakat Tengger dalam mengelola dan

memanfaatkan sumber daya hayati dan lingkungannya. Kehidupan masyarakat

yang sebagian besar bersumber dari sektor pertanian tersebut sangat bergantung

dari sumber daya alam hayati dan lingkungannya. Hubungan masyarakat Tengger

dengan alam lingkungannya terlukis dari konsep pengelolaan sumber daya hayati

dan lingkungannya, cara pengelolaan dan pemanfaatannya, satuan lansekap yang

terbentuk, keanekaragaman jenis hayati yang terdapat di setiap satuan lingkungan

dan bentukan karakteristik setiap satuan lingkungan yang ada. Studi ini

memaparkan dan menganalisis bagaimana masyarakat Tengger mengelola dan

memanfaatkan keanekaragaman sumber daya hayati dan lingkungannya untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk kepentingan subsisten maupun

kepentingan ekonomi rumah tangganya.

Page 38: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

6

 

Kondisi biofisik alam pegunungan Tengger yang memiliki topografi

berbukit dan bergunung dengan kemiringan hingga mencapai 70o, suhu yang

dingin (kondisi ekstrem bisa mencapai 0oC), berkabut dan kelembaban yang

tinggi memiliki pengaruh terhadap strategi adaptasi masyarakat Tengger.

Kemampuan masyarakat Tengger dalam mengembangkan strategi adaptasi

tersebut adalah dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam hayati yang ada

secara optimal guna mencukupi kebutuhannya. Strategi masyarakat Tengger

dalam mengeksploitasi sumber daya hayati dan lingkungannya telah

memunculkan bentuk-bentuk satuan lingkungan yang masing-masing memiliki

karakteristik spesifik sesuai dengan pemanfaatan dan nilai gunanya.

Masyarakat Tengger memiliki pengetahuan dalam mengelola

keanekaragaman jenis sumber daya hayati dan lingkungan serta mengembangkan

sistem produksi di Pegunungan Bromo, Tengger dan Semeru dengan kondisi tipe

ekosistem yang spesifik. Pengetahuan tersebut telah mampu digunakan untuk

mempertahankan eksistensi diri masyarakat Tengger dari tekanan baik dari luar

maupun tekanan dari alam. Pengetahuan pengelolaan sumber daya hayati, sistem

produksi dan teknologi adaptasi yang dikembangkan masyarakat Tengger tersebut

merupakan sumber pengetahuan yang harus digali dan dianalisis untuk

mengetahui kesahihannya, sehingga pengetahuan yang dikembangkan masyarakat

Tengger tersebut dapat bermanfaat bagi pengembangan kawasan tersebut secara

berkelanjutan. Alur pikir studi ini disajikan dalam Gambar 1.

Batasan penelitian etnobiologi pada disertasi ini hanya meliputi

etnoekologi, etnobotani dan etnozoologi masyarakat Tengger di Bromo Tengger

Semeru Jawa Timur.

Page 39: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

7

 

Gambar 1 Kerangka fikir studi Etnobiologi dalam kehidupan masyarakat Tengger di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur.

 

Historis, sosial budaya-ekonomi mempengaruhi

perilaku kehidupan masyarakat terhadap

sumber daya hayati, lingk.

Sumber daya alam hayati dalam kehidupan masyarakat Tengger

Lingkungan alam (ekosistem) pada masyarakat Tengger

Pengetahuan sumber daya hayati, keanekaragaman jenis, pemanfaatan dan pengelolaan

Tata ruang, bentuk satuan lingkungan, pandangan (corpus)

dan praktek pemanfaatan, pengelolaan (praxis)

Adaptasi terhadap kondisi lingkungan biofisik

STRATEGI PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT

TENGGER BERKELANJUTAN

Pengetahuan sumber daya hayati Tumbuhan (Etnobotani ) dan

hewan (Etnozoologi) Pengetahuan lingkungan

(Etnoekologi)

Page 40: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

 

Page 41: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etnobiologi

Sumber daya alam pada dasarnya menyediakan penghuninya untuk dapat

dimanfaatkan dalam menunjang kelangsungan kehidupannya. Manusia sebagai

bagian dari unsur penghuni bumi paling mudah untuk menyesuaikan dirinya

dengan alam lingkungan dimana mereka bermukim. Melalui daya cipta, rasa dan

karsa manusia melakukan adaptasi berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya

yang diperoleh dari lingkungannya, sehingga setiap kelompok masyarakat atau

etnik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda dalam mengelola sumber daya

alam hayati di lingkungannya. Indonesia yang mempunyai banyak pulau besar

maupun kecil dihuni oleh berbagai suku dengan sistem adat maupun budaya yang

bermacam-macam. Masing-masing suku tersebut memiiki kemampuan adaptasi

dan berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Etnobiologi adalah bidang ilmu yang menelaah tentang hubungan

menyeluruh antara budaya manusia dengan keanekaragaman hayati meliputi pola

pikir, persepsi, konsepsi, pemanfaatan dan pengelolaannya. Menurut Berlin

(1992), Sukarman dan Riswan (1992) etnobiologi merupakan ilmu interdisipliner

yang mempelajari manusia atau suku dengan lingkungan sumberdaya hayati

tumbuhan dan hewan serta mikroorganisme, yang berkaitan dengan pengetahuan,

pengelolaan dan penggunaannya. Di Indonesia etnobiologi belum banyak dikenal,

namun dalam praktek terutama ahli biologi dan antropologi bidang ini menjadi

perhatian karena kegunaan dan status keberadaannya. Etnobiologi berkembang

dengan adanya fakta bahwa budaya suku bangsa dalam memanfaatkan sumber

daya alam hayati berbeda-beda bergantung pada sumber daya alam dan

lingkungannya.

Friedberg (1990) dan Ellen (1993) mempelajari etnobiologi suku Bunaq di

pulau Timor, suku Nuaulu di Pulau Seram Tengah yang mengkaitkan dunia

tetumbuhan dan hewan dari cara pengenalan, penggolongan (klasifikasi) dan

pemanfaatannya. Cara pendekatan dalam pengetahuan tradisional adalah dengan

pendekatan ekonomi atau kajian cara pemanfaatan jenis tumbuhan, pendekatan

Page 42: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

10

kognitif dan analisis sosial budaya dalam mengetahui bagaimana persepsi

masyarakat terhadap dunia tumbuhan dan lingkungannya serta pendekatan

ekologis dan ekologi kebudayaan bagaimana mengelola sumber daya alam dan

lingkungannya (Purwanto 2006). Dengan demikian ruang lingkup etnobiologi

merupakan ilmu yang komplek meliputi berbagai disiplin ilmu antropologi,

botani, zoologi, arkeologi, paleobotani, fitokimia, ekologi, ekonomi, pertanian,

kehutanan, ekowisata dan biologi konservasi, selain itu kajiannya dapat

memberikan gambaran, peran serta dorongan terhadap pembangunan

berkelanjutan (Berlin 1992; Toledo 1992; Keating 1994; Fandeli 2002; Dede

2007).

Bukti-bukti paleobotani menunjukkan bahwa ketergantungan manusia

terhadap keanekaragaman hayati sudah diketahui semenjak prasejarah, sehingga

peran manusia atau kelompok suku, etnis dengan segala cara kehidupannya sangat

menentukan nasib lingkungannya. Sumber daya nabati, pengetahuan tradisional,

adaptasi teknologi serta lingkungan alam akan mengalami kepunahan apabila

masyarakat, warga negara, pemerintah tidak proaktif, arif terhadap suku atau

masyarakat tradisional (tradisional people).

Etnobotani menurut Cotton (1996); Purwanto (2006) dan Waluyo (2008)

merupakan ilmu interdisipliner dengan pendekatan holistik hubungan manusia

dengan keanekaragaman jenis tumbuhan. Hubungan kultural, keanekaragaman

hayati, dan lingkungan dapat bersifat menguntungkan tetapi juga merugikan.

Aspek interdisipliner ini meliputi etnofarmakologi, etnomedisional,

etnogynaekologi, etnopediatrik, etnoortopedik, etnooptalmologi, etnoagrikultur,

etnotoksikologi, etnomusikologi, etnoekologi, etnofitokimia, etnolinguistik,

etnokosmetika dan lain-lain. Martin (1988) dan Cotton (1996) menjelaskan

etnobotani adalah ilmu yang mempelajari keseluruhan hubungan langsung antara

manusia dan tumbuhan untuk apa saja kegunaannya. Sedangkan Rifai dan Waluyo

(1992), berpendapat etnobotani sebagai cabang ilmu yang mendalami hubungan

budaya manusia dengan alam nabati sekitarnya, dalam hal ini lebih diutamakan

persepsi dan konsepsi budaya kelompok masyarakat yang dipelajari dalam sistem

pengetahuan anggotanya terhadap tumbuhan dalam lingkungan hidupnya.

Page 43: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

11 

Etnoekologi muncul karena adanya pandangan baru ilmu ekologi yaitu

keberlanjutan (sustainability). Titik awal studi etnoekologi adalah pemahaman

terhadap alam, kebudayaan dan aspek produksi. Sehingga studi etnoekologi selain

memperhatikan aspek alamiah juga mempertimbangkan aspek kebudayaan

masyarakat atau etnik dalam melakukan proses produksi. Jadi etnoekologi

merupakan disiplin ilmu menyeluruh menggabungkan aspek intelektual dan

praktis, meletakkan pusat analisisnya pada proses kongkrit secara menyeluruh dari

suatu kelompok budaya suatu etnik dalam proses produksi dan mereproduksi

material alam. Masyarakat tradisional diketahui memiliki banyak pengetahuan

yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam secara lestari, sesuai

dengan kondisi wilayahnya. Etnoekologi merupakan dasar hubungan manusia

dengan lingkungannya yaitu pemahaman tentang kebudayaan, alam dan faktor

produksi (Toledo 1992; Sukarman 1992).

2.2 Masyarakat Tengger

Masyarakat Tengger yang mayoritas beragama Hindu Dharma, sejak lama

telah menghuni lereng-lereng pegunungan Bromo Tengger Semeru pada

ketinggian antara 800–2200 m di atas permukaan laut. Persebaran wilayahnya

terletak di kabupaten tingkat II Malang, Probolinggo, Pasuruan dan Lumajang.

Sebagian masyarakat Tengger mendiami daerah penyangga Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru (Stibbe & Ulenbeck 1921; DKDJPH & PABTNBTS

1999; Anonim 2004; DKDJPH & PABTNBTS 2008).

Masyarakat Tengger dengan pengalaman yang telah teruji terhadap alam

lingkungan pegunungan, sehingga mempunyai seperangkat pengetahuan, sistem

pertanian, sistem nilai budaya, sistem kemasyarakatan, sistem kelembagaan,

sistem kepercayaan dan keagamaan. Tatanan kepemimpinan, tata ruang, kesenian,

hak tanah, adat budaya, teknologi tradisional, pengobatan, adat perkawinan,

pantangan, perdagangan, sistem kekerabatan serta hari, bulan dan pasaran,

sehingga mempunyai tatanan sosial (social order) mantap. Sistem pengetahuan

tradisional sangat berhubungan dengan adat istiadat budaya, tradisi serta persepsi

yang merupakan ungkapan pola fikir didalamnya terkandung tata nilai, norma,

kaidah dan sumber daya hayati serta alam lingkungannya (DKDJPH &

PABKSDA IV 1984; Suyitno 2001).

Page 44: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

12

Berdasarkan prasasti Walandit (Desa Walandit) berangka tahun 851 Saka

(929 M), masyarakat Tengger berasal dari kerajaan Majapahit, dikenal sebagai

wong Majapahit yang dibebaskan dari pajak (tetileman) dan dipersembahkan pada

gunung Bromo (Bataviaasch Geootschap Voor Kunsten en Wetenschappen

Notulen tahun 1899 dalam DKDJPH & PABKSD IV (1984), dimana para

penghuni dianggap sebagai Hulun Spiritual Sang Hyang Widhi Wasa, mereka

menempati tempat suci (hila-hila). Berdasarkan prasasti Kumbolo, kitab Pararaton

dan menurut kepercayaan mereka masyarakat Tengger adalah keturunan Roro

Anteng putri Majapahit dan Joko Seger, putra seorang pertapa. Masyarakat

Tengger mempunyai sifat gotong royong yang kuat, jujur, memegang teguh

sistem nilai adat budaya serta kepercayaan sebagai pemersatu yang

mengedepankan musyawarah berlandaskan kasih sayang (Welas Asih Pepitu)

yaitu Welas Asih marang Bapa Kuasa, Syang Hyang Widhi, Welas Asih Ibu

Pertiwi serta tanah dan lingkungannya, Welas Asih Bapa Biyung, Welas Asih

Rasa Jiwa, Welas Asih Sepadane Urip, Welas Asih Sato Kewan dan Welas Asih

Tandur Tinuwuh. Kesemuanya merupakan ajaran nenek moyang mereka yang

diwariskan turun temurun secara lisan. Menurut kepercayaan nenek moyang

mereka, roh ada pada setiap benda, manusia, hewan maupun tumbuhan

(DKDJPH & PABKSDA IV 1984; Suyitno 2001).

Menurut Stibbe dan Ulenbeck (1921) suku Tengger menempati wilayah

Distrik Kandangan, Distrik Pakis (vroeger Toempang), Distrik Pasuruan dan

Distrik Probolinggo. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, sekarang

ditemukan lebih dari 33 Desa Tengger, yang sebagian besar dari desa tersebut

merupakan daerah penyangga TNBTS (DKDJPH & PABTNBTS 1999; Nurudin

et al. 2004). Hasil sensus penduduk tahun 1930 jumlah masyarakat Tengger

adalah 10.000 jiwa, dan pada tahun 1990 meningkat menjadi 30.000 jiwa dan

sekarang jumlah masyarakat Tengger diperkirakan 50.000 jiwa yang tersebar di

empat Kabupaten (DKDJPH & PABTNBTS 1999; Anonim, 2004). Keberadaan

masyarakat Tengger di kawasan deretan pegunungan Tengger dan Jambangan

(Semeru) dengan Taman Nasional (TNBTS), Perhutani serta kekhasan tradisi

yang berasal dari kerajaan Majapahit merupakan modal utama untuk

dikembangkan sebagai obyek wisata budaya. Masyarakat Tengger telah

Page 45: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

13 

mempratekkan sistem pertanian pada kondisi tanah lereng pegunungan terjal dan

bersuhu dingin, dengan membuat teras (Strip Croping), menggunakan pembatas

pepohonan terutama cemara gunung (Casuarina junghuhniana).

Masyarakat Tengger sangat paham tentang bagaimana cara mengatur dan

memanfaatkan tata ruang (lanskap) dalam membangun tempat tinggal maupun

praktek tradisi pertaniannya. Tempat tinggal saling berdekatan dengan yang lain,

tanpa pagar. Rumah adat belum diketahui secara pasti, akan tetapi rumah adat

diperkirakan terbuat dari kayu atau bambu dengan atap berupa klakah (bambu

dibelah) atau alang-alang. Bentuk bangunan selalu dilengkapi perapian (tumang),

lincak dan tempat duduk (dingklik) yang berfungsi untuk tempat berkumpulnya

semua anggota keluarga untuk berdiskusi atau menerima tamu (Suyitno 2001;

Sukari et al. 2004).

Pertambahan penduduk, rendahnya pendidikan dan keterbatasan luas lahan

serta keterbukaan dengan masyarakat lain sedikit demi sedikit akan

mempengaruhi pola serta nilai kehidupan masyarakat Tengger yang sebagian

besar menempati Desa penyangga. Oleh sebab itu diperlukan pengumpulan data

yang akurat sebelum terjadi erosi atau degradasi pengetahuan lokal,

keanekaragaman hayati, kemungkinan juga kerusakan hutan sekitar mereka.

Pengetahuan lokal tentang pemanfaatan tumbuhan maupun hewan dan lingkungan

oleh masyarakat tradisional sudah banyak hilang sebelum ditulis oleh peneliti,

namun disisi lain kita ingin menggunakan sumber nabati alami, seperti obat

tradisional, kosmetika, model perumahan (back to nature).

2.3 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Kawasan Bromo Tengger Semeru dijadikan sebagai Taman Nasional

berdasarkan SK Menteri Pertanian No: 736/MentanIX/1982 tanggal 14 Oktober

1982 seluas 58.000 Ha. Pada tahun 1997 dilakukan penunjukan kawasan TNBTS

dengan SK Menhut No. 278/KPTS-IV/1997, tanggal 23 Mei 1997 dengan luas

50.267,20 Ha. Pada tahun 2005 berdasarkan Menteri Kehutanan SK No:

178/Menhut. II/2005 tentang Penetapan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

seluas 50.276,20 Ha yang terletak di Kabupaten Pasuruan, Kabupaten

Probolinggo, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang. Wilayah TNBTS

sebelumnya merupakan Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan lindung dan

Page 46: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

14

Hutan produksi. TNBTS dikelola berdasarkan Zonasi meliputi Zona Inti 22.006

Ha, Zona Rimba 23.485,20 Ha, Zona Pemanfaatan Intensif 425 Ha, dan Zona

Rehabilitasi 2.000 Ha, yang terletak di pegunungan Bromo, Tengger Semeru pada

ketinggian berkisar 750–3.676 m dpl serta dikelilingi area hutan Perhutani.

Berdasarkan perbedaan tinggi tempat dan suhu, formasi hutan TN.BTS dibagi

menjadi tiga Zona yaitu Sub Montane (750-1.500 m dpl); Zona Montane (1.500–

2.400 m dpl) dan Zona Sub Alpin (2.400 m dpl keatas) (Van Steenis 1972;

DKDJPH & PABTNBTS 1999; Sardiwina et al. 2002 ).

Gunung Bromo (2.392 m dpl masih aktif), gunung Widodaren (2.600 m

dpl) serta Pure Poten di lokasi lautan pasir merupakan tempat untuk upacara

Yadnya Kasada bagi masyarakat Tengger. Letak kawasan TNBTS meliputi

sebelah utara deretan pegunungan Tengger, dan sebelah selatan komplek

pegunungan Jambangan (gunung Semeru). Di komplek gunung Jambangan

(Semeru 3.676 m dpl masih aktif), sering dipergunakan untuk pendakian dan

merupakan obyek wisata alam menarik serta sering diadakan upacara oleh para

pendaki pada setiap tanggal 17 Agustus. Suhu udara di kawasan Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru berkisar 3°C –20°C, suhu terendah pada musim kemarau

dapat mencapai dibawah 0°C. Jenis tanah adalah regusol dan litosol, warna mulai

dari kelabu, coklat, coklat kekuningan sampai putih, tekstur pasir lepas sampai

lempung berdebu. Di TNBTS terdapat empat buah danau (ranu) yaitu Ranu

Regulo (0.75 Ha), Ranu Pani (1 Ha), Ranu Kumbolo (14 Ha) dan Ranu Darungan

(0.5 Ha), 25 sungai, 28 sumber mata air dan dua air terjun (BKDJPH &

PABTNBTS 2008).

Tugas-tugas Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis

flora dan satwa serta pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati

dan ekosistemnya untuk kepentingan budidaya, pendidikan, penelitian, ilmu

pengetahuan, sosial budaya, rekreasi dan wisata alam. Sejak tahun 1992 TNBTS

dikelola oleh Kantor TNBTS sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal

Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan dan

berdasarkan SK No: 185/kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997 menjadi Balai

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTNBTS). Melalui Peraturan Menteri

Page 47: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

15 

Kehutanan No: P.02/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 manjadi Balai Besar

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) Kelas IB (DKDJPH &

PABTNBTS 2008). Pada dasarnya daerah penyangga berfungsi sebagai

penyangga terhadap berbagai macam kegiatan yang dapat merusak potensi sumber

daya alam Taman Nasional.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang BTNBTS, sebagai pengelola

dan pemangku kawasan tidak terlepas dari gangguan dan ancaman yang salah

satunya ditimbulkan oleh masyarakat desa penyangga di sekitar kawasan hutan.

Secara administratif kawasan TNBTS dikelilingi 63 desa penyangga 23 desa

diantaranya adalah desa Tengger, tersebar di 17 kecamatan dan 4 Pemda TK II

Kabupaten yaitu Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Sebagian dari

masyarakat penyangga mempunyai ketergantungan terhadap potensi sumber daya

alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Pada wilayah hutan lindung tidak

boleh digunakan untuk pemukiman maupun dimanfaatkan, sedangkan hutan

lindung dan wilayah Taman Nasional dengan pembagian Zonasi merupakan

wilayah hukum de facto wilayah tersebut (Barber 1999).

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki lebih kurang 1.025 jenis

tumbuhan termasuk di dalamnya 226 jenis anggrek, 138 tanaman hias, dan 187

tanaman obat-obatan, dan fauna yang telah teridentifikasi sebanyak 158 jenis

satwa liar yang terdiri dari 130 jenis burung, 22 jenis mamalia, 6 jenis reptil dan

jenis-jenis hewan yang dilindungi yaitu kijang (Muntiacus muncak), trenggiling

(Manis javanica) dan macan tutul (Panthera pardus), kera abu-abu (Macaca

fascicularis), burung rangkong (Buceros rhinoceros) (DKDJPH & PABTNBTS

1997).

Page 48: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

 

Page 49: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

17

3. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PENDEKATAN PENELITIAN

3.1 Lingkungan Fisik

3.1.1 Letak Geografi

Kawasan Bromo Tengger Semeru merupakan rangkaian pegunungan yang,

meliputi komplek pegunungan Tengger dan Jambangan terletak pada ketinggian

750 – 3.676 m dpl, membentang 40 km dari Utara ke Selatan dan 20 – 30 km dari

Timur ke Barat dengan topografi kawasan di dominasi gunung, bukit serta lekuan

atau lembah yang diakibatkan erosi masa lalu (DKDJPH & PABTNBTS 1999;

DKDJPH & PABTNBTS 2008).

Masyarakat Tengger sebagian menempati daerah penyangga dan

berbatasan dengan kawasan konservasi TNBTS dan Perhutani berupa hutan

produksi dan hutan lindung. Desa Ranupani Kabupaten Lumajang dan Desa

Ngadas Kabupaten Malang merupakan daerah penyangga yang berada di dalam

wilayah konservasi TNBTS. Beberapa desa Tengger yang berada di luar kawasan

Taman Nasional merupakan desa penyangga yang berbatasan atau tidak

berbatasan dengan kawasan konservasi (Gambar 2).

3.1.2 Geologi, Tanah dan Hidrologi

Berdasarkan peta Geologi Jawa dan Madura dengan skala 1:500.000 dari

direktorat Geologi Indonesia tahun 1963, kawasan Bromo Tengger Semeru

terbentuk dari gunung api kuarter muda sampai tua, sedangkan jenis tanah adalah

regosol dan litosol, yang merupakan abu dan pasir vulkanik bersifat permiabilitas

sangat tinggi, lapisan teratas mudah terkena erosi, warna tanah mulai dari abu-

abu, coklat sampai coklat kekuningan, putih dan struktur tanah pasir sampai

lempung berdebu (DKDJPH & PTNBTS 2009). Tanah kawasan Tengger yang

terdiri dari debu, pasir dan liat merupakan faktor penting dalam penyebaran

vegetasi. Kawasan Bromo Tengger Semeru mempunyai tata air radikal (Radical

Drainase Pattern), artinya pada saat musim kemarau air permukaan sulit

didapatkan. Hal tersebut disebabkan air hujan jatuh dipermukaan tanah

selanjutnya merembes melalui sebaran tanah serta batuan gunung. Pada musim

penghujan, sungai mengalir di beberapa sungai, tidak meluap, namun air sebagian

Page 50: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

18

tertampung di danau (ranu) atau merembes masuk ke dalam tanah. Wilayah

Bromo Tengger Semeru (TNBTS dan Perhutani) mempunyai peranan sangat

penting dalam pengaturan tata guna air, baik terhadap masyarakat Tengger

maupun masyarakat sekitar meliputi wilayah Kabupaten Malang, Pasuruan,

Probolinggo dan Lumajang, dimana sumber air mengalir melalui 50 anak sungai.

Selain itu juga terdapat 4 danau terdiri Ranu Darungan, Ranu Pani, Ranu

Kumbolo dan Ranu Regulo (DKDJPH & PABTNBTS 1999).

3.1.3 Iklim

Jawa Timur memiliki iklim tropis basah. Berdasarkan peta wilayah hujan,

dataran rendah bagian utara dan selatan mempunyai tipe iklim kering dengan rata-

rata curah hujan tahunan 1.000-2.000 mm/tahun, sedangkan bagian tengah

merupakan dataran tinggi, daerah perbukitan dan pegunungan mempunyai iklim

basah, dengan curah hujan rata-rata 2.000-3.000 mm/tahun. Dibandingkan dengan

wilayah pulau Jawa bagian barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah

hujan yang lebih sedikit dengan curah hujan rata-rata 1.900 mm/tahun, dan musim

hujan berlangsung selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34°C, suhu

di daerah pegunungan lebih rendah, bahkan di daerah Ranupani (lereng gunung

Semeru), suhu bisa mencapai minus 4°C yang menyebabkan turunnya salju yang

lembut. Suhu udara kawasan Bromo Tengger Semeru berkisar antara 3-20°C,

suhu udara mencapai puncaknya pada musim kemarau 3-5°C, suhu maksimum

berkisar antara 20–22°C. Berdasarkan klasifikasi tipe hujan menurut Schmidt dan

Ferguson (1951) kawasan Bromo Tengger Semeru termasuk iklim B dengan nilai

Q sebesar 14.36% dan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun (DKDJPH &

PABTNBTS 1999). Bagian laut pasir dan sekitarnya termasuk iklim C dengan

nilai Q sebesar 43.86% dengan curah hujan rata-rata 166 mm/bulan dengan rata-

rata hari hujan 9.28 hari/bulan. Kelembaban udara kawasan Bromo Tengger

Semeru antara 42%-97% dengan tekanan udara 1.007-1.015 mm Hg.

Page 51: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

19

Gambar 2 Peta lokasi penelitian dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Gubugklakah

Ngadas

Ranu Pani

Argosari

Pandansari

Ngadisari

Ngadas

Keduwung

Wonokitri

Mororejo Ngadirejo

Lumajang

Probolinggo

Pasuruan

Malang

Page 52: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

20

3.2 Lingkungan Biologi

Secara umum masyarakat Tengger menempati wilayah pegunungan

Bromo Tengger Semeru yang mempunyai tipe ekosistem didasarkan pada

ketinggian tempat dari permukaan laut, suhu dan formasi hutan yaitu ekosistem

hutan pegunungan bawah atau Sub Montane, ekosistem hutan hujan pegunungan

atas atau Zona vegetasi Montane. Desa-desa Tengger terletak pada ketinggian 800

-2.100 m dpl, suhu rata-rata 10-20°C, dengan lingkungan bekas hutan telah

berubah menjadi lahan tegalan yang ditanami tanaman budidaya sayur mayur.

Jenis budidaya sayur meliputi kentang (Solanum tuberosum), bawang prei (Allium

fistulosum), kobis (Brassica oleracea), ucet (Vigna sinensis), wortel (Daucus

carota), sawi (Brassica juncea). Untuk konservasi masyarakat Tengger

mengandalkan tanaman lokal cemara gunung (Casuarina junghuhniana), putihan

(Buddleja indica), trabasan (Artemisia vulgaris), cubung (Brugmansia

suaneolens), paitan (Tithonia diversifolia), mentigi (Vaccinum varingiefolium),

klandingan (Albizia lophanta), akasia (Acasia decurrens) suren (Toona sinensis),

jabon (Ardina cordifolia) dan keningar (Cinnamomum burmanii)

Wilayah Bromo Tengger Semeru juga mempunyai ekosistem khas yaitu

Lautan Pasir (Kaldera), danau, ekosistem kawah dan padang rumput. Zona Sub

Montana ditandai kekayaan jenis tumbuhan dengan keanekaragaman jenis paling

tinggi dan termasuk hutan hujan tropis dataran rendah pegunungan. Jenis

tumbuhan berupa tegakan hutan pohon tinggi sehingga membentuk lapisan tajuk,

tumbuhan epifit liana, terna dan semak. Zona vegetasi Sub Montana memiliki

struktur yang kompleks dibanding dengan Zona vegetasi lainnya. Jenis-jenis

pepohonan yang paling dominan meliputi jenis dari anggota suku Moraceae,

Anacardiaceae, Lauraceae, Fagaceae, Sterculiaceae, Anacardiaceae, Rubiaceae

dan Euphorbiaceae.

Selain beranekaragam jenis pohon di Zona Sub Montana juga terdapat

tumbuhan epifit, dari suku Polypodiaceae, Hymenophyllaceae, Lycopodiaceae,

Marattiaceae, Orchidaceae, Marchantiacae dan Bryophyta. Berbagai jenis

tumbuhan bawah dari suku Arecaceae seperti Pinanga coronata, suku

Pandanaceae yang meliputi Pandanus tectorius, Freycentia insignis, suku

Begoniaceae, Poaceae, Polypodiaceae, Zingiberaceae dan suku Asteraceae seperti

Page 53: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

21

paitan, kerinyu, tehan, trabasan, tanaman anting-anting (Fuchsia hybrida),

anggrek dan jenis paku pohon (Cyathea tenggeriensis).

Pada vegetasi Zona Montana jenisnya mulai berkurang meliputi jenis

cemara gunung, paku pohon, mentigi, kemlandingan gunung, akasia, edelweiss

(Anaphalis longifolia) dan senduro (Anaphalis javanica). Tumbuhan bawah

meliputi tumbuhan paku-pakuan, anggota suku Poaceae meliputi alang-alang

(Imperata cylindrica), bambu jajang (Gigantochlea apus), bambu betung

(Dendrocalamus asper) dan rumput merak (Themeda sp), Cypeaceae dan

Asteraceae. Lautan pasir ditumbuhi adas (Foeniculum vulgare), alang-alang,

paku-pakuan dan pusek (Eupatorium sp).

Jenis-jenis eksotik yang ditanam sekitar masyarakat Tengger seperti damar

(Agathis lorantifolia) dari Maluku, Pinus merkusii, Eupatorium palescens, Bidens

pilosa, poo (Melaleuca leucadendron), Acasia iliciformis, apel (Pyrus malus),

keningar, jabon, suren dan mindi (Melia azedarach) (DKDJPH & PABTNBTS

1995; DKDJPH & PABTNBTS 1997).

Hewan liar yang menghuni daerah Tengger dan kawasan Bromo Tengger

Semeru berdasarkan catatan tahun 1996-1997 diketahui ada 113 jenis fauna terdiri

dari 22 jenis mamalia, 85 jenis burung, dan 6 jenis reptilia. Jenis yang terdapat di

hutan dan sekitar perumahan penduduk meliputi Kijang, macan tutul (Panthera

pardus), kucing hutan (Felis bengalensis), ajak (Cuon alpinus) landak (Hystrix

brachyura), trenggiling (Manis javanicus), kera abu-abu (Macaca fascicularis),

budeng (Presbytis cristata), kancil (Tragulus javanicus), lutung (Trachypitecus

auratus). Jenis burung meliputi alap-alap (Accipiter sp), burung bido (Spilormis

chella), rangkong (Buceros rhinoceros), elang bondol (Haliatur indus), srigunting

(Dicrurus macrocercus), raja udang (Halcion capensis), tulung tumpuk

(Megalaima sp) dan belibis ada di sekitar danau (DKDJPH & PABTNBTS 1997).

Hewan peliharaan di wilayah masyarakat Tengger meliputi babi (Sus srofa), sapi

(Bos taurus), kambing (Capra aegragrus), kucing (Felis silvestris), anjing (Canis

lupus), burung dara (Columba livia) dan ayam kampung (Gallus gallus).

Page 54: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

22

3.3 Lingkungan Sosial Budaya

3.3.1 Aspek Sosial Budaya

Sistem sosial masyarakat berkembang bersamaan dengan struktur sosial

yang berpengaruh terhadap perubahan sistem sosial masyarakat. Fenomena

tersebut juga terjadi di desa-desa di lingkungan masyarakat Tengger. Mereka

dikenal sebagai suku Tengger, wong Tengger atau wong Majapahit, dimana

masyarakatnya lugu, sederhana, jujur serta menyukai kehidupan dalam harmoni

dan kedamaian. Perubahan dan perkembangan sosial tersebut menyebabkan

terbentuknya unit-unit sosial yang berkembang dari sistem lama dan akan

mengalami perubahan.

Masyarakat sederhana ditandai adanya kelembagaan yang terintegrasi tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara aturan-aturan dan tuntutan. Mereka

mempunyai sistem pertanian, kelembagaan, kemasyarakatan, kepercayaan dan

upacara keagamaan, kepemimpinan, dan adat budaya yang unik. Upacara adat,

kesenian tradisional, teknologi tradisional, hak tanah, pengobatan, pantangan,

perdagangan, sistem kekerabatan serta hari, bulan dan pasaran merupakan bentuk

adaptasi kehidupan mereka. Sistem pengetahuan tradisional sangat berhubungan

dengan adat istiadat budaya, tradisi serta persepsi yang merupakan ungkapan pola

pikir yang didalamnya terkandung tata nilai, norma, kaidah dan sumber daya

hayati serta alam lingkungan sekitar (DKDJPH & PABKSD 1984; Widyoprakosa

1994; Suyitno 2001). Masyarakat Tengger mempunyai sifat gotong royong yang

kuat, jujur, memegang teguh adat budaya serta kepercayaan sebagai pemersatu

yang mengutamakan musyawarah berlandaskan Welas Asih Pepitu yang

merupakan ajaran nenek moyang mereka yang diwariskan secara turun temurun

secara lisan. Menurut kepercayaan nenek moyang mereka adanya roh pada setiap

benda, sampai pada manusia, hewan maupun tumbuhan (Suyitno 2001;

Widyoprakosa 2004).

Gunung Bromo sebagai tempat upacara Yadnya Kasada dipercaya sebagai

tempat suci. Puncak upacara Yadnya Kasada bertempat di Pure Poten dan

diadakan pada tengah malam hingga pagi hari, pada setiap bulan purnama bulan

Kasada atau bulan kesepuluh berdasar penanggalan Tengger. Salah satu hasil

Page 55: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

23

karya kesenian tradisional mereka adalah tari sodoran dan ujung-ujungan yang

dimainkan pada perayaan hari besar Karo. Gamelan serta tari sodoran merupakan

cerminan zaman kebesaran kerajaan Majapahit. Struktur komposisi para penari

dan pemain mirip dengan struktur kerajaan masa lalu. Desa Tengger mempunyai

berbagai macam kesenian seperti jaran kepang, lodrok, ketoprak, bantengan,

kerawitan, tayuban, wayang kulit, tari topeng, sodoran, ujung-ujungan, tayup dan

reog. Cara berpakaian masyarakat Tengger sangat unik yaitu selalu memakai

sarung dislempang (disilangkan) baik laki-laki maupun perempuan, yang sudah

dilakukan turun temurun dan digunakan baik sehari-hari maupun sebagai pakaian

adat. Budaya api-api sebagai adat dalam kehidupan menyebabkan konsumsi kayu

bakar tinggi karena tidak hanya berfungsi seagai penghangat badan dan ruangan,

namun juga untuk memasak. Pertambahan penduduk Tengger relatif rendah,

karena keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) dan kesadaran akan

keterbatasan luas lahan. Keadaan tersebut mempengaruhi pola serta nilai

kehidupan masyarakat Tengger yang harmoni.

Suatu ciri khas masyarakat Tengger, dimana desa mempunyai tempat sakral

seperti Danyangan dan Sanggar Pamujan. Tempat tersebut berkaitan dengan

Dukun Pandhita, adat Tengger, tradisi Karo, Kasada dan Unan-unan. Pakaian

adat Tengger selalu terdiri dari sarung, ikat kepala dengan udeng atau blangkon

untuk laki-laki, ketu untuk perempuan, secara antropologi seperti orang Jawa,

namun bagian pipi sedikit memerah dan terutama kelihatan pada anak-anak

Tengger.

Masyarakat Tengger sebagian besar berpendidikan sekolah dasar (SD),

seperti yang dijumpai pada warga Desa Keduwung yang warganya sebagian besar

berpendidikan SD hal ini dapat dimaklumi, karena letak sekolah untuk tingkat

SLTP jauh dari desa serta jalannya sulit dijangkau. Selain itu adanya pepatah

orang Tengger yang berpendapat bahwa “pergi ke sekolah tinggipun akhirnya

akan pulang mengolah ladang kembali”. Oleh karena itu mereka lebih baik

membantu orang tua mengolah lahan pertanian. Hal ini dapat dimengerti karena

masyarakat Tengger lebih menyukai tempat tinggal di lingkungannya sendiri.

Namun sekarang pendapat sebagian masyarakat mulai berubah, dimotori oleh

Petinggi Desa Ngadisari bapak Supoyo SH, MM, yang menerapkan secara adat

Page 56: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

24

bagi yang mau menikah minimal harus lulus SLTA. Hal ini disadari Petinggi Desa

Ngadisari yang mempunyai wawasan atas keberlanjutan pembangunan wilayah

Tengger serta pemberdayaan antar generasi ke depan. Mungkin dengan

pendekatan adat masyarakat akan tergerak terutama dalam bidang pendidikan

berbasis lokal. Menurut Anwar dalam Nurudin et al. 2004 masyarakat Tengger

meliputi 33 desa, sedang menurut bapak Dukun Pandhita Mudjono sekarang ada

sejumlah 41 desa Tengger. Jumlah penduduk di sembilan desa masyarakat

Tengger pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Penduduk di Sebelas Desa masyarakat Tengger

No Nama Desa Jumlah KK Jumlah Jiwa 1 Pandansari 1.050 3.2632 Ngadas Wetan 184 5173 Ngadisari 343 1.4934 Argosari 477 1.5395 Ranupani 400 1.289 6 Gubuklakah 839 2.9197 Ngadas Kidul 422 1.2978 Ngadirejo 484 1.0329 Mororejo 337 1.39510 Keduwung 391 1.55711 Wonokitri 624 2.400

Jumlah 5.460 18.701

Desa-desa Tengger telah mempunyai SDN, SLTP, sedang SLTA ada di

masing-masing Kecamatan. Desa Ngadisari tersusun atas 440 KK dengan jumlah

penduduk 1553 orang terdiri dari tingkat pendidikan TK 12 orang, SD 863 orang

(Gambar 3a), SLTP 424 orang, SLTA 80 orang, Akademi 3 orang, sarjana (S1-

S3) 42 orang (Anonim 2009). Masyarakat Tengger pada masa lalu rata-rata

berpendidikan SD, namun dengan kesadaran penduduk terutama generasi

mudanya nampaknya mulai melanjutkan ke tingkat SMP. Peralatan di Balai Desa

sudah mempunyai komputer dan beberapa perangkat Desa telah dapat

mengoperasikan secara baik, sedangkan dalam bidang olah raga masyarakat tidak

ketinggalan seperti halnya masyarakat lain meliputi sepak bola dan bola voli.

Page 57: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

25

3.3.2 Agama dan Kepercayaan

Masyarakat Tengger pada awalnya mempunyai agama tersendiri yang

termasuk agama Hindu-Budha dengan corak lokal. Sesuai dengan surat keputusan

dari Parisada Hindu Dharma Provinsi Jawa Timur tanggal 6 Maret 1973

No.00/PHB Jatim/Kept/III/73 agama yang dianutnya adalah Budha Mahayana.

Adat kepercayaan masyarakat Tengger terpengaruh paham animisme serta cerita

mitos dan legenda, dimana menurut kepercayaan mereka gunung Bromo-Semeru

merupakan tempat suci dan keramat yang telah diwariskan oleh nenek moyang

mereka. Masyarakat Tengger sangat taat kepada adat budaya mereka yang telah

diwariskan leluhur dan memiliki ikatan pergaulan budi pekerti serta menjadi

ikatan persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Tengger tidak

mengenal kasta seperti Hindu Bali, tetapi mereka mempunyai orientasi kepada

Panca Srada yaitu kepercayaan kepada Sang Hyang Widi, Tuhan Pencipta Alam,

Kepercayaan kepada Atma roh leluhur, kepercayaan kepada Karma Pala (hukum

sebab akibat), kepercayaan kepada Punar Bawa (reinkarnasi), kepercayaan kepada

Moksha (Sirna). Namun masyarakat Tengger juga menganut filsafat hidup atau

Kawruh Budha (pengetahuan Watak) yaitu Prasojo, Prayogo, Pranoto, Prasetyo

dan Prayitno.

Gambar 3 (a) Murid SD SDN Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo dengan menggunakan pakaian adat; (b) Pure Desa Ranupani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.

Dalam perjalanannya masyarakat Tengger ada mempertahankan Budha

Mahayana, Hindu Dharma, Islam dan Kristen. Pure dipergunakan untuk upacara

agama Hindu (Gambar 3b) meliputi Galungan, Nyepi, Saraswati, Pagar Wesi,

b a

Page 58: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

26

sedangkan yang beragama Budha, Islam, Kristen seperti tertera aturan peribadatan

agama yang dianut. Dukun Pandhita merupakan seseorang yang sangat dihormati

dan merupakan pemimpin upacara adat serta agama bagi pemeluk agama Hindu

dan Budha.

3.3.3 Kepemimpinan Tradisional dan Lembaga Adat

Dalam masyarakat tradisional kepemimpinan adat menjadi titik sentral

jalannya kehidupan masyarakat. Sistem ini mengatur segala aspek kehidupan dari

norma sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan sistem pengelolaan sumber daya

alam. Pada umumnya kepemimpinan tradisional merupakan suatu lembaga yang

memiliki ciri khas adanya dominansi golongan tertentu dan memiliki otoritas

bersifat turun-temurun dan mempunyai keputusan mutlak dan mengikat seluruh

warga. Sistem kepemimpinan desa Tengger dipimpin oleh seorang Kepala Desa

dikenal Petinggi dan sebagai kepala adat. Petinggi secara formal sebagai Kepala

Pemerintahan dan sebagai ketua adat, didampingi oleh Dukun Pandhita secara

informal bertugas pelaksanaan ritual adat, memberi pertimbangan dan nasihat

tidak hanya dalam bidang keagamaan, namun juga bidang pemerintahan,

pertanian dan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Desa.

Dalam melaksanakan tugas administrasinya pemerintahan Petinggi dibantu

Sekretaris Desa disebut Carik, dan Kepala Desa dibantu oleh beberapa Kaur

(Kepala Urusan) Pemerintahan meliputi Kaur Pembangunan, Kaur Kesehjahteraan

Rakyat dan Kaur Keuangan. Petinggi dibantu Kasun (Kepala Dusun) yang dibagi

beberapa RW (Rukun Warga) dan RT (Rukun Tetangga). Kelembagaan Desa

memiliki LKMD, LMD, BPD (Badan Permusyawaratan Desa) serta organisasi

kemasyarakatan seperti Kader Pembangunan Desa (KPD), PKK, Karang Taruna,

Kelompok Tani, Koperasi dan Kelompok Pengajian yang fungsinya mempererat

sesama warga desa. Untuk mendukung berjalannya roda Pemerintahan Desa

meliputi Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa. Untuk mengikuti keluarga

berencana (KB) hampir keseluruhan desa Tengger relatif berhasil, mereka sadar

bahwa tanah terbatas untuk keberlanjuan anak cucu.

Seluruh Dukun Panditha di masyarakat Tengger berjumlah 47 orang yang

tersebar 41 Desa di seluruh Tengger dengan koordinator Dukun Pandhita Bapak

Page 59: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

27

Mudjono Brang wetan dari Desa Ngadas Wetan, Dukun Pandhita Astabrata Brang

Kulon dan Dukun Pandhita Senior Bapak Sutomo dari Desa Ngadisari. Pada

setiap Desa Tengger mempunyai satu atau dua Dukun Pandhita dan dibantu oleh

Legen serta Pedande yang bertugas mempersiapkan acara berkaitan perkawinan

serta sesajen dan Wong Sepuh bertugas mempersiapkan acara yang berkaitan

dengan acara kematian dan sesaji. Dukun Pandhita bertugas sebagai pelaksana

ritual adat dan agama, di bidang agama Hindu, Budha serta memberi nasehat

kepada Kepala Desa tentang adat budaya di desanya. Masyarakat Tengger

mempercayai kekuasaan para dewa dan pengaruhnya terhadap kehidupan di alam

jagat raya dan kasuwargan, dan mempercayai bahwa wilayah gunung Bromo

merupakan tempat yang suci. Mereka menjunjung tinggi keharmonisan dan

kelestariaan dalam persaudaraan seperti dalam sesanti lima petunjuk kesetiaan

yaitu Setyo Budaya, Setyo Wacana (sesuai perbuatan), Setyo Semoyo (menepati

janji), Setyo Mitra (selalu membangun setia kawan) dan Setyo Laksana

(bertanggung jawab terhadap tugas). Tradisi masyarakat Tengger tergambar dalam

kehidupan mereka yang merupakan budaya peninggalan Majapahit dan tradisi

mereka terikat bersama kepercayaan mereka dan agama Hindu-Budha sehingga

tetap kokoh. Pemandangan lahan pertanian dan panorama yang indah di sekitar

gunung Bromo, serta adat istiadat dan budaya tradisi unik menarik wisatawan

domestik maupun mancanegara, merupakan modal pembangunan wisata daerah

khususnya dan Jawa Timur Pada umumnya.

3.3.4 Bahasa Lokal Tengger

Bahasa yang digunakan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Tengger

adalah bahasa Tengger dan hampir semua orang bisa berkomunikasi dengan

bahasa Indonesia. Bahasa merupakan simbol budaya yang dipergunakan untuk

komunikasi masyarakat Tengger adalah bahasa dialek Jawa Tengger, yaitu

memakai tingkatan ngoko dan kromo dipergunakan terhadap orang yang lebih tua

atau bahasa Indonesia untuk orang pendatang. Mereka masih mempertahankan

beberapa bahasa kawi seperti reang (aku), eyang untuk laki-laki dan aku (ingsun)

untuk perempuan, namun demikian setiap desa mempunyai sedikit perbedaan

dengan logat yang sama. Akhiran kata dalam pembicaraan banyak dipergunakan

akhiran a bukan seperti bahasa jawa o, yang hampir mirip dengan bahasa

Page 60: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

28

Banyumas. Dalam berkomunikasi antar mereka menggunakan bahasa ngoko

dialek Tengger dan semakin majunya pendidikan SDN, SMPN dan SMK,

sehingga bahasa Indonesia dan bahasa asing mewarnai kehidupan mereka

terutama generasi muda karena berkaitan dengan banyaknya wisatawan lokal dan

asing.

3.3.5 Sistem Penguasaan Lahan (Tenurial System)

Menurut pandangan masyarakat Tengger, lahan dan tanah adalah warisan

leluhur, yang tidak dapat di jual belikan, karena bukan saja sebagai sumber

kehidupan, ekonomi, namun juga pelaksanaan kegiatan adat budaya, sosial, politik

serta kegiatan ritual. Oleh sebab itu pengetahuan lokal dari leluhur mereka yang

mengajarkan tentang adanya keberlanjutan kehidupan di dunia dan alam

kelanggengan, sebagai contoh perkembangan tentang pembatasan jumlah

penduduk dengan laju pertumbuhan penduduk yang lambat karena mereka sadar

atas keterbatasan lahan. Hal tersebut dilakukan untuk keberlanjutan generasi

sekarang dan yang akan datang. Hukum adat mereka mengatur sebagian besar

aspek sosial baik tata guna lahan maupun tanah, harus dijaga, digarap dan

dimanfaatkan, sehingga jarang sekali tanah ada bero (tidur).

Sistem kekerabatan sama dengan masyarakat Jawa pada umumnya,

pembagian hak waris diatur dalan hukum adat mereka dimana laki-laki dan

perempuan mempunyai hak yang sama. Hukum adat Tengger membagi tanah

yang dipergunakan meliputi tanah dipergunakan untuk umum dan tanah milik

keluarga atau pribadi. Pembagian tata ruang desa berupa tanah perpajakan hak

milik, tanah bengkok, bangunan umum meliputi pekuburan/makam, perkantoran,

Balai desa, rumah ibadah, sarana hiburan seperti tempat rekreasi, perumahan,

tanah komplangan dan yang lain (Anonim 2009).

Pandangan lama terhadap hutan mencerminkan bahwa lingkungan dan

isinya anugerah Sang Hyang Widhi agar dilestarikan dan dimanfaatkan. Tanda

batas lahan, hutan biasanya berdasarkan sungai, gunung, pohon seperti cemara,

gapura, danau seperti di Desa Ranupani serta patok cor milik TNBTS atau

Perhutani. Masyarakat Tengger lebih menyukai tempat yang terpencil,

pegunungan berbukit dan dingin serta berdekatan dengan tempat yang dianggap

suci yaitu gunung Bromo dan Semeru, hal ini berkaitan dengan agama dan

Page 61: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

29

kepercayaan yang diajarkan oleh orang tua dalam mengadaptasikan kehidupan

tersebut.

3.4 Pendekatan Penelitian

3.4.1 Etnoekologi

Untuk memperoleh data ekologi dengan menggunakan analisis vegetasi

pada satuan lingkungan pekarangan, tegalan, komplangan dan Sanggar Pamujan.

Menentukan areal vegetasi pada ekosistem tegalan, komplangan dan Sanggar

Pamujan digunakan metode kwadrat secara purposive sampling. Pengamatan

ukuran plot untuk pohon 20 m x 20 m, semak 5 m x 5 m dan herba 1 m x 1 m.

Untuk Sanggar Pamujan plot diambil 20 m x 20 m dan secara kualitatif.

Pengamatan pekarangan dilakukan secara kualitatif. Hasil analisis vegetasi dari

setiap satuan lingkungan adalah nilai penutup setiap jenis tumbuhan. Besarnya

indek nilai penting (INP) jenis tumbuhan =Kerapatan Relatif + Dominansi Relatif

+ Frekwensi Relatif.

3.4.2 Etnobotani

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survei yaitu melakukan

pengamatan langsung di lapangan. Melakukan wawancara bebas (open ended) dan

terstruktur, pada setiap desa dengan 7 orang informan kunci untuk menggali

pengetahuan masyarakat tentang keanekaragaman jenis tumbuhan berguna.

Perhitungan Index of Cultural Significance (ICS) didasarkan pada formula yang

dikembangkan oleh Turner (1988). Perhitungan ICS ini memiliki tujuan dan

fungsi untuk mengevaluasi atau mengukur kepentingan jenis tumbuhan bagi

masyarakat Tengger.

3.4.3 Etnozoologi

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survei yaitu dengan

melakukan pengamatan langsung di lingkungan perkampungan, kandang dan ikut

dalam kegiatan yang berkaitan dengan acara ritual adat bersama informan.

Wawancara bebas dilakukan untuk menggali pengetahuan masyarakat tentang

keanekaragaman jenis hewan liar dan hewan yang dipelihara.

Page 62: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

30

3.5 Konservasi Sumberdaya Tumbuhan

Metode yang digunakan merupakan kombinanasi perbandingan antara

nilai INP dan ICS dari setiap jenis tumbuhan pada setiap satuan lingkungan

dengan nilai kombinasi sebagai berikut:

a. INP tinggi dan ICS tinggi berarti jenis tumbuhan dapat dipertahankan

karena keberadaan jenis tersebut tinggi dan nilai pemanfaatannya tinggi

di tempat/lokasi.

b. INP tinggi dan ICS rendah berarti jenis tumbuhan tersebut harus

dimanfaatkan lebih lanjut dan dicari kegunaan yang lainnya karena

kehadirannya atau ketersediaannya tinggi di areal tersebut.

c. INP rendah dan ICS rendah berarti jenis tersebut harus tetap ada

walaupun kegunaanya belum diketahui, tetapi untuk konservasi jenis

perlu dilakukan agar jenis tersebut tidak punah.

d. INP rendah dan ICS tinggi berarti jenis tersebut harus dibudidayakan

karena kehadiran atau keberadaannya rendah tetapi kegunaannya tinggi.

Page 63: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

31

4. ETNOEKOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO TENGGER SEMERU JAWA TIMUR

Abstrak

Penelitian etnoekologi dimaksudkan untuk mengungkap pengetahuan traditional masyarakat Tengger berkaitan dengan lingkungannya di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur. Penelitian ini meliputi konsepsi, persepsi terhadap pengetahuan lingkungan, berkaitan dengan sistem pengelolaan, pemanfaatan dan dampak pengaruh aktivitas yang ditimbulkannya. Data penelitian di lapangan berupa data etnologi dan ekologi. Data etnologi diperoleh dengan pendekatan bersifat partisipasif atau penilaian etnobotani (participatory ethnobotanical appraisal) dan melalui wawancara terstruktur dan wawancara bebas serta pengamatan langsung, sedangkan data ekologi diperoleh dengan analisa vegetasi. Pengembangan serta pengolahan tanaman budidaya di pekarangan, tegalan, kebun, komplangan, kawasan konservasi berupa Pedanyangan, Sanggar pamujan, Pura Poten dan gunung Bromo, lahan makam dan terasiring merupakan hasil pengetahuan lokal dan kearifan lokal mereka. Sistem pengetahuan tradisional terutama pertanian di tegal sebagai kunci kelestarian keanekaragaman hayati. Wilayah Tengger dipercayai oleh masyarakat Tengger sebagai lambang kesucian, terhadap keagungan Sang Hyang Widhi Wasa. Kata Kunci: Bromo Tengger Semeru, etnoekologi, Masyarakat Tengger,

pengetahuan tradisional

Abstract

The integrative study of beliefs, traditional knowledge and practice of Tengger society in Bromo Tengger Semeru, East Java was studied using ethnoecological approach for the comprehensive understanding of landscape use and management. This study included the concept and perception on the environment indigenous knowledge correlated to the management system and the impact of their activities. The research data consisted of ethnological and ecological data. Ethnological data was collected using the participatory ethnobotanical appraisal, structured and open ended interview, and also directly observation; while ecological data was collected using vagetation analysis for important value index plant. The development and proccessing of agricultural practices in the yard, field, garden, agroforestry, and conservation area that consisted of Pedanyangan, Sanggar pamujan, Pura Poten and Bromo mountain, grave area, and terasering was the result of local knowledge and local wisdom of Tengger society. The traditionally knowledge of Tengger people especially in the field agricultural practices is the key of sustanibility of biological diversity. Tengger society believe that Tengger area is the symbol of purity of the Sang Hyang Widhi Wasa. Keyword: Bromo Tengger Semeru, etnoekologi, Masyarakat Tengger, traditional knowledge

Page 64: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

32  

4.1 Pendahuluan

4.1.1 Latar Belakang

Manusia mempunyai kemampuan beradaptasi pada kondisi lingkungan

yang bervariasi sebagai penerapan pengetahuan dan teknologi untuk dapat

menyiasati kondisi lingkungan dimana mereka tinggal. Oleh sebab itu setiap

kelompok masyarakat atau etnik mempunyai tingkat kemajuan kebudayaan yang

berbeda bergantung pada akumulasi pengetahuan dan pengalaman dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Pada umumnya masyarakat telah memiliki

tatanan yang disepakati yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya

dan telah berjalan lama yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan

kehidupannya.

Etnoekologi merupakan suatu ilmu yang menitik beratkan pada

pengetahuan masyarakat tentang hubungan diantara organisme, teknologi adaptasi

dan pengelolaan lingkungan serta pengaruh terhadap kualitasnya. Titik awal studi

etnoekologi adalah pemahaman terhadap alam, kebudayaan dan aspek produksi,

sehingga studi etnoekologi selain memperhatikan aspek alamiah juga

mempertimbangkan aspek kebudayaan masyarakat atau etnik dalam melakukan

proses produksi. Etnoekologi merupakan cabang ilmu yang kemunculannya relatif

masih baru, dimana belum ada terminologi baku yang disepakati oleh para ahli.

Ilmu ekologi terus berkembang bersifat holistik antara pengetahuan kelompok

masyarakat dengan pengelolaan sumber daya alam beserta lingkungannya.

Jadi etnoekologi merupakan disiplin ilmu yang secara menyeluruh

menggabungkan aspek intelektual dan praktis, meletakkan pusat analisisnya pada

proses kongkrit secara menyeluruh dari suatu kelompok budaya suatu etnik dalam

proses produksi dan mereproduksi material alam. Masyarakat tradisional diketahui

memiliki banyak pengetahuan yang berhubungan dengan pengelolaan sumber

daya alam secara lestari sesuai dengan kondisi wilayahnya. Etnoekologi

merupakan dasar bertumpu pada hubungan kebutuhan praktis bagaimana manusia

memanfaatkan alam lingkungannya (Toledo 1992). Menurut Purwanto (2003)

etnoekologi berasal dari bidang ilmu agroekologi, etnobiologi, geografi

Page 65: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

33

lingkungan dan antropologi (etnosains), oleh karena itu pelaksanaanya harus

melibatkan masyarakat sebagai aktornya. Masyarakat lokal maupun masyarakat

pendatang mempunyai pengaruh terhadap perubahan lingkungan akibat aktivitas

dan dampaknya akan dirasakan oleh mereka.

Sebagai makluk sosial manusia senantiasa memerlukan kerja sama dengan

orang lain membentuk sosial grouping diantara sesama dalam upaya

mempertahankan diri dan mengembangkan kehidupannya. Lingkungan sosial

sebagai tempat bemacam-macam interaksi terkait dengan lingkungannya. Manusia

sebagai suatu bagian dari alam merupakan bagian utama bagi lingkungan yang

komplek. Kegiatannya seperti perkembangan jumlah penduduk, pembangunan

sarana prasarana, aktivitas penebangan hutan, penggunaan teknologi di bidang

pertanian, peternakan, penggunaan insektisida dan kegiatan lainnya yang

berkaitan dengan sumber daya alam akan mempengaruhi perubahan lingkungan.

Pada mulanya kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan kualitas kesejahteraan

hidupnya, namun kegiatan tersebut dapat menjadi bumerang apabila tidak

mengindahkan kaidah-kaidah ekologi yang berlaku di kawasan tersebut. Manusia

dalam mempertahankan kehidupannya merupakan ekspresi kebudayaannya dalam

memenuhi kebutuhan bahan sandang, pangan, papan, kesenian, dan kebutuhan

lainnya. Didalam mengekpresikan budayanya tersebut manusia memiliki sifat

memilih dan ini merupakan bagian esensial manusia. Meningkatnya jumlah

penduduk serta terbatasnya lahan menyebabkan kebutuhan pangan, sandang,

papan dan pendidikan meningkat sehingga diperlukan usaha intensifikasi dan

ekstensifikasi dalam bidang pertanian.

Untuk mempertahankan hidup berkelanjutan manusia harus belajar

memahami lingkungannya dan mengatur sumber daya alam yang dapat

dipertanggungjawabkan demi kelestariannya Setiadi dan Tjondronegoro (1989).

Sumber alam hayati merupakan bagian mata rantai tatanan lingkungan ekosistem,

sehingga mampu menghidupi manusia. Keanekaragaman hayati merupakan

ungkapan pernyataan dari berbagai bentuk seperti variasi, penampilan, jumlah dan

sifat yang dapat terlihat maupun tidak pada suatu tingkatan ekosistem, jenis serta

tingkatan genetika. Semakin beranekaragam sumber alam hayati semakin stabil

tatanan lingkungan (Odum 1971; Sastrapradja & Rifai 1989). Menurut Rugayah et

Page 66: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

34  

al. (2004) pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan meliputi

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis

biota dan ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam beserta

ekosistemnya. Oleh sebab itu dibutuhkan pengetahuan luas tentang

keanekaragaman flora dan fauna di lingkungannya.

Kawasan gunung Bromo Tengger Semeru memiliki arti penting bagi

konservasi, biodiversitas pegunungan dalam melestarikan jenis-jenis langka dan

mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru mempunyai keanekaragan jenis tinggi dan khas, di

lingkari oleh hutan Perhutani (hutan lindung dan hutan produksi), dimana hutan

lindung berfungsi dalam melestarikan tata guna air (hidrologi). Suatu lingkungan

berbeda menimbulkan dampak komposisi vegetasi berlainan misalnya, tegalan,

lautan pasir, pekarangan, hutan produksi, hutan alam. Vegetasi merupakan

masyarakat tumbuhan yang tersusun atas individu-individu atau kumpulan

populasi jenis. Struktur komunitas dengan komposisi keanekaragaman tumbuhan

tinggi mempunyai tempat dengan kelembaban tanah tinggi dan drainase baik.

Ketersediaan data yang baik di kawasan Bromo Tengger Semeru mempunyai

dampak dalam menentukan kebijakan dalam pengelolaan keanekaragaman hayati

berkelanjutan. Keberadaan masyarakat di sekitarnya merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari sebuah mata rantai ekosistem yang saling berkaitan.

Masyarakat Tengger berada di kawasan Bromo Tengger Semeru telah

memiliki pengetahuan tradisional dalam pengelolaan lahan tegalan, pekarangan,

perumahan, tata air serta lingkungan pegunungan yang dingin, dimana

pengetahuan tradisional yang telah diturunkan dari nenek moyang telah menyatu

dalam setiap aspek kehidupannya. Pengetahuan tentang tata ruang tersebut

merupakan strategi adaptasi masyarakat terhadap kondisi lingkungan di

sekitarnya. Mereka melakukan aktivitas pengolahan tegalan terutama budidaya

sayuran, kebutuhan karbohidrat, obat-obatan, ritual, kayu bakar, bangunan serta

kebutuhan konservasi dalam menjaga lingkungannya. Setiap suku mempunyai

sistem pemberdayaan sumber daya tersendiri sesuai dengan keadaan alam

lingkungannya. Perilaku setiap suku akan berbeda dan hal ini dapat dimaklumi

sesuai dengan tingkat stategi adaptasi masyarakat, budaya terhadap

Page 67: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

35

lingkungannya. Pengolahan lahan merupakan hasil pikiran manusia dalam

mengelola sumber daya alam dalam menciptakan kesejahteraannya.

4.1.2 Tujuan Penelitian

Untuk (1) mengungkap hubungan keterkaitan antara berbagai kegiatan

yang dilakukan masyarakat Tengger, sehingga mengakibatkan terbentuknya

satuan-satuan lingkungan lansekap dengan berbagai macam penutupan vegetasi.

Untuk (2) mengungkap hubungan keterkaitan antara satuan lingkungan yang satu

dengan lainnya berdasarkan atas pola pemikiran (corpus) untuk memanfaatkan

(praxis) sumberdaya di masing-masing lansekap. (3) Mengalisis secara ilmiah

sistem pengetahuan masyarakat Tengger dalam mengelola sumberdaya alam dan

melakukan analisis perbandingan dan konfrontasi antara pengetahuan lokal (emik)

dengan pengetahuan ilmiah (etik) untuk membuktikan keilmiahannya. (4)

Melakukan analisis vegetasi pada setiap satuan lingkungan yang diketahui jenis-

jenis tumbuhan mempunyai kepentingan ekologi tinggi akan menjadi dasar dalam

pengelolaan sumberdaya hayati bagi masyarakat Tengger.

4.2 Bahan dan Metode

4.2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 14 bulan mulai bulan April 2010 sampai

dengan bulan Mei 2011. Penelitian dilakukan di desa yang dihuni masyarakat

Tengger yaitu desa yang tinggal di luar dan di dalam kawasan TNBTS. Desa-desa

masyarakat Tengger yang terdapat di dalam kawasan TNBTS meliputi Desa

Ranupani Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang dan Desa Gubuklakah

Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, sedangkan Desa-desa masyarakat

Tengger yang berada di luar kawasan TNBTS meliputi Desa Ngadas Wetan, Desa

Ngadisari Kecamatan Sukapura, Desa Pandansari Kecamatan Sumber Kabupaten

Probolinggo; Desa Gubuklakah Kecamatan Poncokusuma Kabupaten Malang;

Desa Wonokitri, Mororejo Kecamatan Tosari, Desa Keduwung Kecamatan

Sumber dan Desa Ngadirejo Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dan Desa

Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang (Gambar 2).

Page 68: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

36  

4.2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah meliputi komputer, kompas,

GPS (Geographical Position System), clinometer, peta lokasi, diameter tape,

altimeter, soiltester, hygrometer, jangka sorong, parang, patok dari bambu atau

kayu, gunting stek, cat untuk penomoran, peralatan jelajah lapangan, tali plastik,

kantong plastik berbagai ukuran, amplop sampel, kertas mounting, label gantung,

kertas herbarium, kertas koran, sasak, alat dokumentasi kamera, film dan alat-alat

tulis. Bahan kimia yang digunakan meliputi alkohol 70%, formalin, kamper dan

spiritus.

4.2.3 Metode Penelitian

Studi etnoekologi masyarakat Tengger meliputi pengungkapan sistem

pengetahuan masyarakat Tengger secara total tentang lingkungannya yang di

dalamnya terdapat berbagai aktivitas produksi dan pengaruh yang ditimbulkannya.

Untuk merealisasikan studi ini telah dilakukan 2 pendekatan sebagai berikut:

4.2.3.1 Pendekatan Emik (pengetahuan)

Membuat deskripsi secara rinci tentang satuan-satuan lansekap kawasan

studi yang dikenali berdasarkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat

Tengger meliputi berbagai aspek ekologi misalnya tipe vegetasi, jenis dan sifat

tanah, kekayaan flora dan fauna, kondisi topografi, kondisi iklim dan lain-lainnya.

Mengungkapkan persepsi dan konsepsi masyarakat Tengger (pola

pemikiran, corpus) mengenai pengelolaan satuan lansekap beserta sumber daya

hayati yang terdapat di dalamnya. Untuk memperoleh data yang lengkap

dilakukan dengan menggunakan metode baku penelitian sosial terutama etnografi

yaitu melakukan pengamatan langsung dalam berbagai aktivitas kehidupan

masyarakat. Teknik yang dipergunakan wawancara (wawancara bebas atau open

ended, semi struktural dan struktural).

4.2.3.2 Pendekatan Etik (ilmu pengetahuan)

Melakukan studi dan analisis tentang bentuk dan kegiatan produksi yang

dilakukan masyarakat dengan cara mendeskripsikan bentuk aktivitas masyarakat

Page 69: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

37

dalam mengelola sumberdaya alam hayati berikut teknologinya, produk-produk

yang dihasilkan, pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan dan aspek lainnya.

Melakukan penilaian secara ekologis sebuah praxis melalui analisis dampak

pemanfaatan sumberdaya alam hayati terhadap struktur ekosistem yang telah

dimanfaatkan tersebut. Penilaian tersebut didasarkan pada pengamatan langsung

di lapangan dengan dengan menggunakan metode baku penelitian ekologi.

Sebagai contoh untuk untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi

dilakukan dengan cara membuat plot pada satuan lingkungan yang ukuran dan

cara pengamatannya disesuaikan dengan bentuk dan kondisi lingkungannya.

4.2.3.3 Analisis Vegetasi

Dihitung nilai kepentingan ekologi setiap jenis yang terdapat pada setiap

satuan lingkungannya. Besarnya indek nilai penting (INP) dihitung dengan

persamaan menurut Setiadi dan Muhadiono (2000) dan Cox (2002).

INP = Kerapatan Relatif + Dominansi Relatif+ Frekwensi Relatif.

Kerapatan Jumlah individu suatu jenis Mutlak (KM) = ---------------------------------- Luas area contoh Kerapatan Kerapatan mutlak suatu jenis Relatif (KR) = ----------------------------------- x 100 % Kerapatan seluruh jenis Dominansi Jumlah penutupan suatu jenis Mutlak (DM) = ----------------------------------- Luas areal contoh

Dominansi Dominansi mutlak suatu jenis Relatif (DK) = ------------------------------------ x 100 % Dominansi seluruh jenis

Frekwensi Jumlah plot yang diduduki jenis Mutlak (FM) = --------------------------------------- Total jumlah plot contoh Frekwensi Nilai Frekwensi suatu jenis Relatif (FR) = ----------------------------------- x 100 % Total frekwensi seluruh jenis

Page 70: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

38  

4.3 Hasil

4.3.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan

Pandangan masyarakat Tengger terhadap lingkungan sangat berkaitan

dengan falsafah maupun kepercayaan serta religi yang dianut. Masyarakat

Tengger percaya jika aturan dilanggar maka akan berdampak tidak baik dan dosa

(walat). Alam lingkungan tidak bersahabat jika manusia tidak menghormati.

Pandangan tersebut tercermin pada struktur lembaga adat (Gambar 4) serta sikap

dan kepercayaan yang dianutnya (Gambar 5).

Masyarakat Tengger melalui Kelembagaan Adat mampu mengelola

sumber daya alamnya. Adanya kearifan lokal, maka hukum adat telah mengatur

kehidupan harmonis dengan lingkungannya. Kesepakatan sosial antara

masyarakat telah dikuatkan melalui hukum adat seperti hak waris, kepemilikan

tanah dan lahan sakral.

Menurut Nurudin et al. (2004) masyarakat Tengger dalam kehidupan

kesehariannya mengedepankan musyawarah berlandaskan welas asih pepitu (tujuh

cinta kasih) yaitu Welas Asih pada Sang Hyang Widhi, Welas Asih kepada tanah

air dan bangsa, Welas Asih kepada orang tua, Welas Asih pada diri sendiri, Welas

Asih kepada sesama, Welas Asih pada binatang dan Welas Asih pada tanaman

dan tanah serta lingkungannya. Hubungan tersebut menggambarkan pandangan

kehidupan yang harmoni, baik kepada sesama manusia, Sang Hyang Widhi Wasa,

dan terhadap keanekaragaman hayati serta lingkungan di wilayah Tengger.

Pandangan terhadap Sang Hyang Widhi diwujudkan dalam perilaku kehidupan

sehari-hari, hubungan sosial serta ritual adat. Persepsi mereka tidak hanya terbatas

pada organisma hidup namun juga terhadap benda mati serta alam di

sekelilingnya.

Page 71: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

39

Gambar 4. Struktur organisasi Pemerintahan Desa dan Lembaga Adat masyarakat Tengger.

Gambar 5 Sikap dan Pandangan Hidup masyarakat Tengger.

PETINGGI

Dukun Pandhita

Legen Wong Sepuh

Pembantu Dukun Pandhita, Pedande

Kepribadian dan Perilaku

Manusia (Waras, Wareg, Wastro, Wisma , Widya

Panca Sradha, Panca Setia, Kawruh Budha

Welas Asih Pepitu

Page 72: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

40  

Sistem pendayagunaan sumber daya alam pada setiap suku berbeda, hal ini

tergantung dari sumber daya alam lingkungannya. Perbedaan ini mempengaruhi

perilaku, pola fikir dan aktivitas manusia dalam kehidupannya. Pemahaman

pengetahuan lokal sangat berkaitan dengan tingkat stategi adaptasi masyarakat

pada kondisi lingkungan di sekitarnya. Mengidentifikasi aktivitas masyarakat

dalam mengelola dapat digunakan untuk mengetahui sumber daya lingkungan

serta akibat pengaruhnya. Sumber data yang diperoleh berupa sistem menejemen

tradisional. Sistem pengetahuan tradisional tentang pengelolaan tersebut

terakumulasi dari generasi kegenerasi sehingga mereka dekat dengan alam

lingkungannya.

Masyarakat Tengger mempunyai pengetahuan dan cara pengelolaan

tradisional yang unik dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungannya

yaitu tecermin dari sistem kepemimpinan tradisioanal dan sikap hidup serta

pandanganya terhadap sumber daya alam hayati tersebut. Pengetahuan masyarakat

lokal tersebut memberikan gambaran kepada kita bagaimana mereka menyikapi

alam dan lingkungannya agar tetap hamonis sehingga mereka terus dapat

mengambil hasil dengan mengolahnya. Misalnya pengolahan lahan tegalan

berbukit terjal dapat menyebabkan kerawanan longsor dan merusak lingkungan.

Namun masyarakat Tengger punya pandangan bahwa pengolahan tanah terjal

dengan sistem strategi terasiring menggunakan tanaman konservasi berupa cemara

(Casuarina junghuhniana), astruli (Penisetum purpureum) dan jenis lain dapat

mencegah tanah longsor. Menurut masyarakat Tengger tanah, lingkungan

haruslah dirawat, dihormati, dilakukan ritual agar jauh dari marabahaya dan

mendapat penghasilan yang melimpah. Jika tanah tidak dirawat, maka dipercaya

alam akan menjadi murka seperti terjadinya tanah longsor, abu vulkanik, uap

belerang, embun upas akan terus terjadi.

4.3.2 Pengenalan Satuan-satuan Lingkungan Menurut Konsep Tata Ruang

Masyarakat Tengger

Studi tentang pengetahuan satuan lingkungan menurut konsep masyarakat

Tengger dimaksudkan mengidentifikasi, mengkarakterisasi dan menganalisis

semua aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan lingkungannya. Sistem

Page 73: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

41

pengetahuan lokal dimaksudkan untuk mengetahui tingkat strategi adaptasi

masyarakat terhadap kondisi lingkungan di sekitar mereka.

Persepsi pengetahuan masyarakat Tengger tentang satuan lingkungan

meliputi unit satuan lingkungan pemukiman (pekarangan, desa), satuan

lingkungan pertanian (peladangan atau tegalan, komplangan, pertanian jalur

hijau), satuan lingkungan sakral (makam, Danyangan, Sanggar Agung/Pamujan,

hutan larangan), hutan sekunder, hutan rimba dan satuan lingkungan alamiah

lainnya seperti ranu (danau), kali (sungai), air terjun, segoro wedi (lautan pasir),

ledok (lembah), pereng (lereng gunung), gunung, kawah (lubang lawa), dan

sebagainya.

Masyarakat Tengger mempunyai pengetahuan lokal yang khas tentang

satuan lansekap pada kawasan pegunungan yang dingin. Pola pengetahuan satuan

lansekap erat berkaitannya dengan budaya dan kondisi lingkungan masyarakat

tersebut. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kondisi lingkungan tercermin

pula dari strategi adaptasi yang dikembangkan oleh masyarakat tersebut di dalam

mengelola kawasannya.

4.3.2.1 Kawasan Pemukiman

4.3.2.1.1 Omah, Griyo/Rumah Masyarakat Tengger

Menurut masyarakat Tengger rumah disebut sebagai “omah” yaitu

merupakan tempat tinggal keluarga”. Bentuk rumah pada awalnya hampir sama

yaitu berbentuk limasan yang memiliki dua atap yaitu atap yang mengarah

belakang dan atap yang mengarah ke depan.

Umumnya setiap mata rumah dihuni oleh satu keluarga inti yaitu kepala

rumah tangga, isteri dan anak-anaknya. Sistem perumahan masyarakat Tengger

dibangun secara bergerombol dengan jarak antar rumah yang saling berdekatan.

Alasannya adalah untuk memudahkan berkomunikasi antar rumah tangga di

perkampungan tersebut. Tata ruang perumahan masyarakat Tengger berbeda

dengan tata ruang perumahan tradisional masyarakat Jawa. Pada umumnya rumah

masyarakat Jawa dilengkapi dengan tanah pekarangan dan kandang ternak.

Situasi perumahan yang dibangun secara bergerombol dan berdekatan

tersebut mencerminkan kedekatan ikatan keluarga dan individu dalam mengatasi

Page 74: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

42  

masalah kehidupan diantara mereka. Namun demikian perumahan masyaraat

Tengger di Desa Ranupani, Kecamatan Senduro mempunyai sistem perumahan

yang agak menyebar. Hal ini disebabkan karena kepemilikan lahan dan adanya

tekanan migrasi yang dilakukan oleh masyarakat bukan asli Tengger.

Struktur rumah masyarakat Tengger tersusun atas: ruang tamu dan keluarga

(petamon), kamar tidur (peturon, sedongan) yang dilengkapi ruang Pamujan,

tempat menyimpan makanan (pedaringan atau petaringan) berada di pawon, dan

kamar mandi dan WC berada di bagian belakang. Biasanya rumah masyarakat

Tengger tidak berpagar hal ini menunjukkan masyarakatnya suka bekerja sama

dan bergotong royong. Rumah masyarakat tengger dibangun mengelompok atau

bergerombol dalam satu wilayah karena diakibatkan oleh sistem pewarisan. Pada

umumnya rumah dibangun menghadap kearah jalan atau gang (banjaran), namun

sebenarnya menurut pandangan masyarakat Tengger, rumah dibangun

menghadap ke arah selatan dianggap lebih baik. Akibat dari pengaruh luar,

pembangunan perumahan masyarakat Tengger sudah mengalami perubahan yang

signifikan baik arahnya, bentuk rumahnya yang modern yang dilengkapi sarana

listrik, sebagian besar berdinding tembok, dan berlantai berkeramik. Masyarakat

Tengger yang beragama Hindu sebagian besar di depan rumahnya dilengkapi

dengan ruang Sanggar Pamujan (tempat beribadah dan bersemedi) pada Sang

Hyang Widhi dan tempat sesaji atau Padmasari.

Rumah asli orang Tengger (griyo) hampir serupa seperti rumah orang Jawa

yaitu alas rumah atau lantai dari tanah dan pintu geretan (lawang) dilengkapi

kunci kayu (slorok). Tiang utama berupa soko berjumlah 4-12 dengan sunduk

agung, sunduk kili, pengeret, klilin, lambang sunan atau lambang cancit, ander-

ander. Pada bagian ander-ander luar ditutup dengan dinding gedek disebut

ampik-ampik, bagian bawah ditutup pager sirap dari kayu atau dinding gedek

bambu (bengkurah), bagian bawah dekat tanah disebut galangan atau lagur.

Bagian dapur (pawon) terdapat bangunan tempat memasak (tumang) dan perapian

atau api-api (perapen) (Gambar 6a). Jenis peralatan pawon meliputi lincak berupa

meja kecil (dampar), tempat duduk jumlah dua dari kayu (dingklik), rak, rantai

gantungan pemasak air (ceret), alat dapur seperti nyiru (tampah) diletakkan diatas

api-api, tempat bumbu, alat menumbuk jagung (lesung, lau) dan tumpukan kayu

Page 75: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

43

bakar (pekayon). Tata cara adat Tengger adalah duduk di depan api-api atau

pawon (gegeni menghangatkan badan), tidak boleh melompati kayu bakar yang

dipergunakan untuk api-api, ini pantangan dan merupakan adat dari nenek

moyangnya.

Gambar 6 Rumah Tengger: (a). Dapur (pawon) dengan tumang; dan (b)

Homestay di Desa Wonokitri Kabupaten Pasuruan.

Setiap rumah dilengkapi dengan sigiran di bagian luar yang merupakan

lumbung jagung yang ditata rapi diletakkan bergantung, namun hal ini sekarang

sudah mulai langka, kecuali di Desa Wonokitri dan Desa Keduwung masih

banyak dijumpai. Pada dasarnya rumah pada masa kini sudah mengalami

perubahan nyata sesuai dengan keinginan pemiliknya. Secara umum rumah

tersusun atas ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dapur atau pawon

berdekatan dengan tumpukan kayu bakar dan jambangan di bagian belakang

(pakiwan), namun juga tergantung luas tanah, apakah depan dilengkapi toko atau

warung.

Rumah ternak atau kandang kebanyakan jadi satu dengan gubuk atau berdiri

sendiri, dan terletak jauh dari perumahan. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak

menimbulkan polusi di perumahan serta memudahkan memberi pakan rumput.

Wilayah Tengger relatif aman dari pencurian hal ini karena masyarakatnya jujur

dan adanya sangsi adat serta didukung letak lokasi dengan tebing curam dan

terbatasnya jumlah arah jalan.

Untuk perumahan beragama Hindu tata ruang setiap rumah dilengkapi

Padmasari di bagian depan teras dan Sanggar Pamujan. Rumah juga berisi ruang

tamu, ruang tidur, kamar mandi (jeding) serta dapur (pawon) dengan tumang atau

perapian. Lingkungan perumahan jarang ada pohon karena mereka sudah

a b

Page 76: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

44  

mengerti apabila pada tanah padas ditanam pohon cemara maka tanah mudah

pecah dan pohon mudah roboh jika terkena tiupan angin.

4.3.2.1.2 Pekarangan

Pekarangan menurut Soemarwoto (2004) adalah sebidang tanah di sekitar

rumah dengan batas tertentu, ada bangunan tempat tinggal (rumah atau gubuk)

mempunyai hubungan fungsional seperti fungsi ekonomi, biofisik, sosial budaya

serta memberi kenyamanan dan ketenteraman bagi penghuninya, estetik, biasanya

digunakan menambah penghasilan berupa ternak unggas atau ikan.

Masyarakat Tengger mengenal istilah pekarangan, namun berbeda dengan

konsep pekarangan seperti kelompok masyarakat lainnya di Indonesia. Menurut

masyarakat Tengger pekarangan berfungsi untuk mendirikan rumah dan

mempersiapkan bahan ritual, tanaman obat seperti dringu (Acorus calamus), adas

(Foeniculum vulgare) dan jenis tanaman hias lainnya seperti bunga mawar (Rosa

hybrida), adas (Foeniculum vulgare), anting-anting (Fuchsia hybrida) (Gambar

7).

Gambar 7 Pekarangan: (a) Tanaman hias, mawar (Rosa hybrida), tlotok (Curculigo capitulata) dan (b) Jenis bahan ritual (Fuchia hybrida)

Masyarakat Tengger juga memanfaatkan pekarangannya untuk ditanami

tanaman budidaya seperti halnya di tegalan yaitu jenis tanaman sayuran, buah-

buahan, bahan bumbu dan bahan minuman, misalnya bawang prei (Allium

Page 77: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

45

fistulosum), kentang (Solanum tuberosum), kobis (Brassica oleracea), lombok

besar (Capsicum annuum), lombok kecil (Capsicum frustescen), sawi (Brassica

juncea) dan lain-lainnya. Hasil inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di

pekarangan tercatat 47 jenis tanaman budidaya. Pekarangan rumah masyarakat

Tengger juga ditanami jenis tanaman yang memiliki nilai ekonomi rumah

tangganya (Tabel 2). Di maping itu, pada pekarangan masyarakat Tengger jarang

dijumpai jenis tanaman dengan perawakan pohon besar. Hal ini dikarenakan

pohon tersebut dapat merusak bangunan dan khawatir roboh

Tabel 2 Keanekaragaman jenis tanaman pekarangan sebagai bahan pangan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Kegunaan 1 Apel Pyrus malus L. Buah 2 Apokat Persea Americana Mill. Buah 3 Bawang prei Allium fistulosum L. Sayuran/bumbu 4 Bayam Amaranthus hybridus L. Sayuran 5 Benguk Mucuna pruriens DC Sayuran 6 Bentul Xanthosoma violaceum Schott. Pangan tambahan 7 Besaran Morus alba L. Buah 8 Blimbing Averhoa carambola L. Buah 9 Buncis Phaseolus vulgaris L. Sayuran

10 Ercis Pisum sativum L. Sayuran 11 Gandum/jagung Zea mays L. Pangan tambahan 12 Ganyong Canna edulis Kerr. Pangan tambahan 13 Jae Zyngiber officinale Roxb. Bumbu 14 Jambu air Eugenia aquea Burm.f. Buah 15 Jambu wer Prunus persica Zieb&Zucc. Buah 16 Jambu klutuk Psidium guajava L. Buah 17 18

Jeruk bali Jeruk pecel

Citrus maxima Merr. Citurs hystrix

Buah Bumbu

19 Kobis Brassica oleraceae L. Sayuran 21 Kersen Mutingia calabura L. Buah

22 Kentang Solanum tuberosum L. Pangan tambahan 23 Ketumbar Ciriandrum sativum L. Bumbu 24 Kopi Coffea arabica L. Minuman 25 Laos Alpinia galanga (L.) Wild. Bumbu 26 Lombok besar Capsicum anuum L. Bumbu 27 Lombok rawit Capsicum frutescens L. Bumbu 28 Lombok terong Capsicum sp Bumbu 29 Mangga Mangifera indica L. Buah 30 Pandan suji Pleumele angustifolia (Roxb.)

N.E.Brown Pewarna

31 Pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. Penyedap 32 Pisang Musa paradisiaca L. Buah

Page 78: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

46  

Tabel 2 lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Kegunaan 34 Sawi Brassica rapa L. Sayuran 35 Siyem Sechium edule (Jacq.) Swartz. Sayuran 36 Sledri Apium graviolens L. Sayuran 37 Srikoyo Carica pbescens Buah 38 Srikoyo Annona squamosa L. Buah 39 Stroberi Fragraria vesta L. Buah 40 Tales Callocasia esculenta (L.)

Schott. Pangan tambahan

41 Tebu ireng Saccharum officinarum L. Minuman 42 Tela rambat Ipomoea batatas (L.) Lamk. Pangan

tambahan 43 Terong londo Cyphomandra batacea Sendtn Buah 44 Tewel Artocarpus heterophylla Lamk. Buah 45 Tomat Lycopersicum esculentum Mill. Buah 46 Ucet Vigna sinensis (L.) Hassk. Sayuran 47 Wortel Daucus carota L. Sayuran

Pekarangan juga dimanfaatkan untuk memelihara hewan peliharaan seperti

ayam kampung yang dimanfaatkan sebagai sumber daging dan sumber protein

hewani serta keperluan untuk ritual.

Setiap lahan pekarangan memiliki batas yang jelas antara pekarangan

rumah satu dengan pekarangan rumah yang lain. Luas pekarangan dipengaruhi

oleh terjadinya perubahan model rumah sehingga pekarangan menjadi lebih

sempit dan hanya dapat ditanami jenis tanaman hias untuk tujuan estetika.

Sehingga jenis tanaman hias yang ditanam di pekarangan masyarakat Tengger

meliputi jenis-jenis tanaman hias.

Struktur tanaman pekarangan setiap Desa Tengger berbeda, hal ini

disebabkan perbedaan ketinggian tempat dan luas tanah pekarangan. Pekarangan

Desa Gubuklakah, Desa Poncokusumo, Desa Pandansari, Kecamatan

Poncokusumo dan Desa Tosari, Kecamatan Tumpang, Desa Kayukebek,

Kecamatan Tutur didominasi oleh perkebunan apel.

4.3.2.1.3 Perkampungan Tengger

Pola pemukiman masyarakat Tengger dibangun dengan cara menyesuaikan

dengan keadaan lingkungan tanah berbukit, dimana jarak rumah satu dengan yang

Page 79: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

47

lainnya saling berdekatan (Gambar 8). Perkampungan masyarakat Tengger

terletak di puncak bukit, pereng atau di ledokan.

Perkampungan masyarakat Tengger dibangun di kawasan perbukitan,

sehingga perlu membuat terasering untuk perumahan. Biasanya kawasan

perkampungan tersebut dibuat teras sehingga jalan dapat menuju banyak jurusan

dan terhindar dari tiupan angin. Sebuah perkampungan selalu dilengkapi dengan

beberapa bangunan yang sifatnya religus yaitu Punden atau Danyang, Sanggar

Pamujan, dan lahan Makam, Wihara Paramitha yang beragama Budha, Masjid

yang beragama Islam dan Gereja yang beragama Nasrani.

Gambar 8 Perkampungan Tengger: (a). Sistem perumahan bergerombol Desa Ngadiwono Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan dan (b) Perumahan Desa Ranupani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.

Perkampungan juga dilengkapi Balai Desa, Pendopo Agung, gedung

sekolah dan tempat olah raga. Letak Pure ada di tengah perumahan hal ini

dimaksudkan agar mudah terjangkau umat untuk berkunjung dan melakukan

sesaji. Gaya rumah asli Tengger secara umum sudah banyak ditinggalkan, Balai

Desa, Pendopo Agung di Desa Wonokitri sangat unik, hampir bercorak rumah

joglo di Jawa bernuansa Bali (Gambar 9a,b). Balai Desa dan Pendopo Agung

sering dipergunakan untuk masyarakat yang mempunyai hajad acara perkawinan,

ritual adat seperti Entas-entas, upacara Kasada, Karo atau pertemuan acara resmi.

Satuan lingkungan desa yang berbukit-bukit sudah tersusun dengan baik

dalam bentuk teras dan dilengkapi dengan selokan kecil untuk saluran air. Sebuah

a b

Page 80: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

48  

desa biasanya terbentuk dari pemekaran dan migrasi desa sebelumnya. Pembagian

wilayah perbukitan meliputi puncak bukit disebut pusung, bagian tengah disebut

perengan atau lereng (ereng-ereng), sedang bagian bawah merupakan ledokan,

dasar atau jurangan (curah).

Gambar 9 Sarana kegiatan masyarakat: (a) Rumah kegiatan masyarakat Tengger;

(b) Balai Agung dan Balai Desa Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan.

Jalan pada umumnya dibangun membelah desa dan satu arah dimana

rumah dibangun di kanan dan di kiri jalan. Gapura desa dibangun di jalan masuk

desa dan di setiap gang (banjaran). Pembangunan jalan di Desa Wonokitri dibuat

dengan satu jalur dengan maksud jika ada pencuri mudah tertangkap. Pengaruh

gaya ukiran Bali mewarnai gaya bangunan seperti gapura, pura, Padmasari, dan

Balai Desa.

Sarana pendidikan di desa masyarakat Tengger meliputi SDN, SMPN, dan

SMK di Desa Ngadisari. Sedangkan sarana kesehatan berupa Puskesmas dan

Pukesdes. Sarana prasarana lainnya yang terdapat di desa adalah pos ronda dan

jalan desa.

Sarana angkutan umum ke wilayah desa masyarakat Tengger di Gunung

Bromo belum memadai kecuali yang terdapat di wilayah Probolingga sudah

lancar. Sarana angkutan di kawasan wisata yang tersedia adalah ojek, kuda, dan

mobil Jeep yang siap untuk mengantar wisatawan ke Gunung Bromo, Lautan

Pasir maupun Gunung Pananjakan dan Gunung Semeru. Masyarakat Tengger

sebagian besar sudah dapat menikmati sarana listrik, PDAM, TV, telepon, wartel,

a  b

Page 81: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

49

komputer dan prasarana perdagangan seperti pasar, toko, warung dan tempat

tinggal sementara untuk menginap atau homestay maupun hotel.

4.3.2.2 Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian masyarakat Tengger meliputi tanah tegalan,

komplangan, pertanian jalur hijau dan pekarangan. Menurut Iskandar (1992) dan

Soemarwoto (1997) lahan pertanian dapat dibagi lahan persawahan, pekarangan

dan tegalan dimana ketiganya mempunyai ciri dan fungsi khusus.

4.3.2.2.1 Tegalan

Lahan pertanian tegalan atau ladang adalah tempat kegiatan utama pertanian

masyarakat Tengger dan merupakan tempat untuk menghasilkan bahan makanan

pokok serta sayuran untuk mencukupi kebutuhan hidupnya (Gambar 10 a,b).

Tegalan tersebut dibuat dengan sistem terasiring dan setiap sebidang tegalan

dibatasi dengan penanaman pohon cemara gunung (Casuarina junghuhniana)

atau dengan jenis tanaman lainnya yaitu jenis jambu wer (Prunus persica) dan

jenis tumbuhan semak seperti paitan (Tithonia diversifolia), triwulan (Eupatorium

sp), cubung (Brugmansia suaveolens), putihan (Buddleja asiatica). Sedang

galengan atau tanggul biasanya ditanami rumput astruli (Pennisetum

purpureum). Rumput astruli disamping sebagai pakan ternak digunakan juga

sebagai tanaman pelindung untuk penahan erosi air.

 

Gambar 10 Pertanian terasiring: (a) Batas tegalan Desa Ranupani dan Zona Hutan Rimba (TNBTS) dan (b) Lahan pertanian di kawasan perbukitan di desa Ngadas Kidul, Kecamatan Poncokusumo.

a b

Page 82: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

50  

Pemilihan jenis tanaman cemara gunung sebagai jenis tanaman konservasi

karena jenis tanaman ini dianggap paling kuat dan memiliki kegunaan lainnya

yaitu sebagai kayu bahan bangunan dan kayu bakar. Tanaman cemara gunung

dipilih sebagai tanaman pembatas lahan karena akarnya menancap ke bawah

sehingga tidak mengganggu tanaman budidaya di sekitarnya. Usulan dari pihak

Dinas Pertanian, BBTNBTS, dan pemerintah daerah agar cemara ditanam secara

konsisten di wilayah Tengger. Masyarakat Tengger sendiri telah mempunyai

aturan adat dalam mengelola jenis tanaman cemara gunung ini yaitu jika

seseorang memotong 1 pohon cemara gunung, maka orang tersebut harus

menanam 10 pohon. Jenis tumbuhan lain ditanam sebagai pembatas lahan

meliputi dadap (Erythrina variegata), paitan (Tithonia diversifolia), rumput gajah

(Pennisetum purpureum), acasia (Acacia decurrens), trabasan (Artemisia vulgaris)

dan kaliandra (Calliandra haematocephala). Keanekaregaman jenis tanaman

tegalan selengkapnya di tampilkan pada Lampiran 1.

Masyarakat Tengger dalam mengolah lahan tegalannya juga

memperhitungkan pertanda musim (pranoto mongso) meliputi musim penghujan

dan musim kemarau serta memperhitungkan hari baik menurut perhitungannya.

Pengolahan lahan tegalan dilakukan secara sederhana yaitu dengan cara

mencangkul, menyiangi gulma dan pemberantasan hama dan penyakit. Pada

musim kemarau maupun musim penghujan masyarakat Tengger sudah memiliki

strategi untuk mengusahakan suatu jenis tanaman yang disesuaikan dengan

kondisi musim. Sebagai contoh adalah jenis bawang prei (Allium fistulosum) yang

sangat sesuai untuk di tanam pada musim kemarau. Untuk mengatasi musim

kemarau atau kekurangan air mereka membuat bak tandon air yang dialirkan dari

sumber air atau sungai.

Kawasan pertanian masyarakat Tengger yang didominasi kawasan

perbukitan, masyarakat Tengger mengembangkan strategi adaptasi pembuatan

terasering pada lahan yang memiliki kemiringan terjal meliputi teras bangku dan

tersiring dengan pembuatan tanggul dan kalenan. Pembuatan terasering tersebut

merupakan usaha masyarakat untuk mengurangi erosi lahan.

Sistem pertanian menggunakan sistem terasiring menurut pandangan

masyarakat Tengger sangat cocok, namun jika kurang pengalaman dalam menata

Page 83: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

51

arah, posisi, aliran air (menyilang, tegak lurus atau sejajar) akan terjadi longsor.

Pihak dari Dinas Pertanian maupun TNBTS menyarankan membuat teras bangku,

namun masyarakat kurang berminat dan kembali ke terasiring tradisional lagi.

Menurut Setiadi et al. (2007) budidaya dalam strip (strip cropping) merupakan

cara mengubah petak lahan di lereng menjadi lahan dataran tinggi yang produktif.

Hal ini dimungkinkan untuk menstabilkan dan memperkaya tanah,

mempertahankan kelembaban, mengurangi hama dan penyakit serta pupuk kimia.

Tanah tegalan wilayah masyarakat Tengger sebagian besar berupa bukit

dengan lereng rendah sampai curam, struktur tanah padas sampai berpasir.

Tanaman cemara selain digunakan untuk pembatas lahan dan pencegah dari tanah

longsor dan angin, juga dipergunakan sebagai kayu bakar dan bangunan.

Tanaman budidaya yang menjadi andalan pada lahan tegalan adalah bawang

prei (Allium fistulosum), kentang (Solanum tuberosum) dan kobis (Brassica

oleracea), karena jenis tanaman sayuran tersebut memiliki nilai atau harga yang

baik. Sedangkan tanaman budidaya lainnya seperti pisang raja (Musa paradisiaca

cv. Raja), lombok (Capsicum annum) dan Lombok rawit (C. frustescens), kapri

(Pisum sativum) dan jagung (Zea mays) adalah sebagai tanaman sampingan atau

ajiran. Jenis lokal tanaman pisang memiliki 11 kultivar lokal diantaranya adalah

pisang raja, salik, cici, pisang ambon, agung, candi, gajih, nongko, rojo molo, dan

saloso.

Masyarakat Tengger mengusahakan juga jenis tanaman sendei (Brassica

sp) merupakan usaha terobosan budidaya untuk kepentingan ekonomi yaitu

hasilnya dijual selain memiliki nilai ekonomi juga jenis tanaman ini cepat

menghasilkan yaitu dalam waktu 70 hari sudah berproduksi.

Pada umumnya masyarakat memiliki pengetahuan dalam memilih lahan

yang sesuai dengan jenis tanaman yang akan diusahakan. Misalnya masyarakat

sudah mengetahui mana tanah yang cocok untuk jenis tanaman tomat yaitu

tumbuh subur pada jenis tanah gembur dan letaknya di lahan yang datar. Budidaya

tanaman tomat berperan penting bagi kehidupan ekonominya. Menurut

masyarakat dengan luas lahan tanah 250 meter yang ditanami tomat jika harganya

baik maka dapat menghasilkan uang sebanyak 20 juta rupiah.

Page 84: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

52  

Pada tahun 1980 pertanian utama masyarakat Tengger adalah bawang putih

(Allium sativum) dan jagung (Zea mays), namun dengan perjalanan waktu telah

terjadi perubahan jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan tegalan

masyarakat Tengger. Pada saat ini jenis tanaman kentang dan jenis sayuran

lainnya menjadi andalan masyarakat Tengger di lahan tegalan.

Dalam budidaya kentang masyarakat Tengger melakukan pembibitan

kentang sendiri terutama granula atau membeli bibit dari Dinas Pertanian dan dari

masyarakat Tengger sendiri. Proses penanaman pada umumnya didahului dengan

upacara adat sesaji tetamping dan selanjutnya dimulai proses penanaman mulai

dari pengolahan tanah, penanaman, perawatan, pemupukan, hingga pemanenan.

Pengolahan lahan dilakukan secara sederhana dengan cara pencangkulan lahan.

Perawatan meliputi penyiangan gulma dan pemupukan dengan pupuk kandang

yang terbuat dari kotoran ayam dan sapi yang disebut ngecroh. Pembibitan

dilakukan dengan cara memilah umbi kentang yaitu untuk kentang besar dibagi

menjadi kelompok kentang A, B dan C yang dijual. Sedangkan kentang sebesar

telur ayam yang bagus dan sehat dipilih sebagai bibit. Penyiangan kebun disebut

nyetok dilakukan untuk membersihkan rumput dan jenis tumbuhan pengganggu

lainnya. Perawatan lainnya adalah pemberantasan hama dan penyakit dengan

menyemprot pestisida (insektisida). Selain itu dalam perawatan lainnya adalah

penumbuhanbibit kentang melalui stimulasi disemprot dengan pupuk daun

(gentorik, gandasil) yaitu bibit disemprot 2 hari sekali sampai 15 hari.

Budidaya tanaman sayuran yang paling stabil produksinya adalah

budidaya kentang yaitu. Setiap 1 Ha dengan 30000 bibit dapat menghasilkan

kentang sebanyak 2-2.5 ton. Bibit kentang lokal F1 dapat diperoleh dari Dinas

Pertanian yaitu kultivar granula kembang dan granula unggul. Untuk bibit kentang

diambil dari bongkaran kentang dipilih sebesar telur, kemudian diletakkan di

kranjang atau peti, dibiarkan lebih kurang 1-2 bulan maka tunas akan siap untuk

ditanam.

Jenis tanaman budidaya lainnya adalah tanaman kobis. Tahapan yang

dilakukan meliputi pengolahan tanah dengan cara mencangkul tanah dan membuat

bedengan dengan ukuran 3x1 m, penanaman bibit, perawatan, dan pemupukan.

Untuk memacu pertumbuhannya dilakukan pemupukan baik dengan pupuk

Page 85: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

53

organik (pupuk kandang) maupun dengan pupuk daun yaitu setiap 1 minggu

disemprot sekali dengan pupuk daun sampai umur 2 bulan. Tanaman kobis mulai

memberikan hasil setelah 3-4 bulan dari penanaman.

Teknik dalam penanaman jens tanaman tropong atau bawang prei dapat

dilakukan sampai umur 2-3 tahun dengan cara pemanenan tehnik siwilan. Jenis

bawang prei ini sering mendapat gangguan serangan hama seperti hama orong-

orong (Grylotaipa grylotaipa), bobor dan wereng berwarna hitam. Untuk lahan

yang berbatasan dengan hutan terkadang diganggu monyet (Macaca fascicularis).

Jenis usaha tani lainnya di kawasan tegalan adalah pengusahaan jenis

tanaman perkebunan seperti jenis apel (Manalagi, Ana, Australi) dan tanaman

kopi. Kedua jenis tanaman perkebunan ini mempunyai nilai ekonomis tinggi dan

sangat mendukung kesejahteraan masyarakat Tengger. Tanaman tersebut tumbuh

dengan baik pada ketinggian sekitar 1100 m dpl. Jenis perkebunan tanaman apel

diusahakan masyarakat di kawasan Tengger bagian barat seperti di Kecamatan

Poncokusumo, Tumpang, Kabupaten Malang dan Kecamatan Tutur, Kabupaten

Pasuruan. Sedangkan Desa Tengger lain tidak sesuai untuk ditanami jenis apel.

Penanaman apel dilakukan secara monokultur, namun beberapa petani

mengusahakannya dengan cara tumpang sari dengan tanaman budidaya lainnya.

Dalam studi ini juga diamati jenis tanaman non budidaya. Hasil analisis di

lahan pertanian (tegalan) diperoleh data jumlah jenis tercatat 17 jenis (Lampiran

2). Untuk tingkat pohon didominasi oleh tanaman cemara gunung (Cassuarina

junghuhniana) yang mempunyai INP paling tinggi adalah (202.86). Hal ini

mengindikasikan bahwa jenis cemara gunung mempunyai peran penting di

lingkungan tegalan masyarakat Tengger. Dari analisis di lahan tegalan untuk data

tingkat perdu menunjukkan jenis ganyong (Canna edulis) mempunyai INP paling

tinggi yaitu (41.21). Jumlah jenis perdu yang tercatat dari hasil analisis tercatat

ada 41 jenis dapat dilihat di Lampiran 3. Pada analisis petak tegalan jenis perdu

Asteraceae mendominasi, sedang tanaman budidaya ganyong (Canna edulis)

digunakan sebagai tanaman bahan makanan mengatasi musim paceklik.

Hasil dari analisis jenis herba tercatat 52 jenis (Lampiran 4) dan jenis

tanaman yang memiliki INP paling tinggi adalah jenis tanaman aseman

(Achyranthes bidentata) dengan INP (43.61). Jenis herba ini merupakan jenis

Page 86: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

54  

tanaman yang mempunyai peranan penting dan tahan terhadap gangguan

lingkungan berupa abu vulkanik.

4.3.2.2.2 Pertanian Komplangan

Pertanian komplangan merupakan pola pertanian seperti halnya mengolah

lahan pertanian tegalan (Gambar 11a,b), tetapi lahannya berada di wilayah Perum

Perhutani. Bentuk kerja sama Perum Perhutani dengan masyarakat penyangga

dituangkan dalam bentuk kontrak atau sewa yang dilakukan setiap tahun.

Kerjasama tersebut saling menguntungkan dimana masyarakat berkewajiban

untuk memelihara tanaman keras milik Perum Perhutani seperti mahoni (Switenia

mahagoni), damar (Agathis alba), pinus (Pinus merkusii), poo (Melaleuca

leucadendron) atau kayu putih, jabon (Adina cardifolia), keningar (Cinnamomum

burmanii), suren (Toona sureni) dan cemara gunung (Cassuarina junghuhniana).

Masyarakat diperbolehkan menanam jenis tanaman pangan seperti jenis sayuran

(kobis, wortel, bawang prei, lombok), talas (Calocasia esculenta), bentul

(Xanthosoma violaceum), pisang (Musa paradisiaca), kopi (Coffea arabica),

kapri (Pisum sativum) dan rumput gajah (Pennisetum purpureum) diantara

tanaman keras tersebut. Di dalam pengolahan lahan komplangan masyarakat

membentuk kelompok tani yang bertanggung jawab atas keberhasilannya.

Masyarakat Tengger dalam mengusahakan pertanian komplangan tersebut juga

sudah memahami tentang kesesuaian jenis tanaman yang diusahakan yang cocok

dengan perkembangan jenis tanaman naungan. Jika tanaman keras sudah besar

atau siap disadap, maka tanaman budidaya yang sesuai adalah jenis pisang,

rumput gajah, dan talas karena jenis-jenis tanaman ini dapat tumbuh dibawah

naungan.

Untuk pertanian komplangan di Desa Gubuklakah dibagi dalam kelompok

tani. Masyarakat mengusahakan lahan Perhutani yang telah ditanami jenis mahoni

(Swietenia mahagoni), jati alas, pinus (Pinus merkusii), kayu putih (Melaleuca

leucadendron), masisus, suren (Toona sureni), dan jabon (Anthocephalus

candida) dengan berbagai jenis tanaman pangan. Sistem pengusahaannya

dilakukan dengan sistem komplangan atau sewa atau kontrak yaitu masyarakat

diperbolehkan menanam jenis tanaman budidaya dengan berkewajiban merawat

Page 87: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

55

jenis tanaman keras milik Perhutani. Sistem sewa tanah komplangan dibayar

setiap tahun kepada pihak Perhutani. Dalam pertanian komplangan di Desa

Keduwung masyarakat menyewa dengan harga setiap 1 Ha Rp.600000, namun hal

tersebut juga tergantung dari kualitas tanah dan kemiringan lahan. Di Desa

Gubuklakah harga sewa lahan komplangan sebesar 20-25 ribu rupiah untuk setiap

petaknya atau setara dengan seperempat hektar. Masyarakat desa Gubuklakah

dalam menata tanah komplangan dibagi 4 kelompok tani Sumber Sekar, dimana

masing-masing ketua kelompok tani bertanggung jawab untuk pelaksanannya.

Pihak Perum Perhutani Unit II KPH Malang dalam kerja sama dengan LKDPH

Desa Gubuklakah dan KPH Kabupaten Malang tahun 2010, mengembangkan

tanaman kopi jenis Coffea arabica dengan luas lahan 10 Ha di wilayah bekas

hutan lindung yang mengalami kerusakan. Perkembangan lebih lanjut dengan

banyaknya ternak sapi tanah komplangan yang berisi tanaman keras dan sudah

mendekati penebangan mulai ditanam rumput astruli.

Gambar 11 (a) Lokasi kerja sama antara pihak Perhutani di Desa Gubuklakah

seluas 10 Ha, tanaman kopi, suren, jabon dan (b) Tanaman industri poo.

Kerjasama antara masyarakat Tengger dengan pihak Perhutani adalah

penyadapan pohon pinus yang dilakukan dengan sistem bagi hasil. Setiap

kilogram latek sadap dihargai Rp 2000. Pemanenan atau penyadapan dilakukan

satu minggu sekali dan setiap penyadapan menghasilkan sekitar 40 kg latek,

sehingga sekurangnya berpendapatan Rp 80000 per minggu. Peralatan

penyadapan pohon pinus meliputi parang untuk melukai batang atau diplentong,

batok dari kelapa, seng sebagai saluran (talang) dimana setiap pohon besar yang

a b

Page 88: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

56  

sehat dapat 4-7 plentong. Seperti halnya dengan TNBTS, Perhutani juga

bekerjasama mengelola tempat wisata milik Perhutani sebagai contoh air terjun

Coban Pelangi melalui usaha warung wisata. Desa Wonokitri, Keduwung,

Argosari, Ngadirejo, Mororejo, Sedaeng, Ngadiwono dan beberapa desa Tengger

lain juga melakukan kerjasama dengan pihak Perhutani dalam bentuk

komplangan.

Hasil analisis jenis pohon pada lahan komplangan tercatat terdapat 9 jenis

tanaman (Lampiran 5). Jenis tanaman poo (Melaleuca leucadendron) mempunyai

nilai INP paling tinggi yaitu (80.64) selanjutnya diikuti jenis pisang (Musa

paradisiaca) INP (64.40), pinus (Pinus merkusii) INP (53.88, mahoni (Switenia

mahagoni) INP (27.06), jabon (Adina cardifolia) INP (18.87) dan suren (Toona

sureni) INP (20.52). Sedangkan nilai INP paling rendah adalah keningar dengan

INP (8.17). Jenis pohon poo, pinus, mahoni, jabon dan suren merupakan jenis

tanaman keras yang dikembangkan oleh Perhutani wilayah Malang. Sedangkan

untuk wilayah kecamatan Senduro Lumajang jenis yang diusahakan atau

dikembangkan adalah kayu damar (Agathis alba), pinus (Pinus merkusii) dan

kayu jati (Tectona grandis).

4.3.2.2.3 Pertanian Jalur Hijau

Pertanian jalur hijau merupakan lahan pertanian berbatasan Desa

penyangga dengan wilayah konservasi TNBTS dimaksudkan untuk membantu

masyarakat yang tidak mempunyai lahan. Desa Ngadas Kidul mendapat lahan dari

TNBTS luasnya 7.5 Ha meliputi 10 m sepanjang wilayah batas Desa. Masyarakat

diperbolehkan mengusahakan lahan tersebut dengan berbagai jenis tanaman

tanaman budidaya dan rumput gajah, namun masyarakat memiliki kewajiban

merawat jenis tanaman TNBTS seperti cemara gunung (Cassuarina

junghuhniana) dan klandingan (Albizia lophanta). Akibat dari semakin besarnya

tanaman konservasi menyebabkan hasil menurun dan sekarang kerja sama

tersebut telah ditutup, namun masyarakat masih mengharapkan ada wilayah

penggantinya. Masyarakat dapat menanam sayuran, rumput, namun sekarang

tanah tersebut sudah ditutup.

Page 89: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

57

4.3.2.2.4 Aktivitas Pertanian

Aktivitas dalam mengolah lahan pertanian terutama tegalan yang berbukit

sesuai dengan lingkungan udara dingin merupakan praktek kegiatan perwujudan

sistem pengetahuan, akal pikiran masyarakat Tengger dalam menciptakan teknik

pemanfaatan, menggali sumberdaya alam dalam membangun kesejahteraan

kehidupannya. Peralatan pertanian yang dipergunakan dalam aktivitas pertanian

meliputi cangkul, tali, topi (caping), arit, pecok, sepatu bot, kranjang, pikulan,

kebo plastik, alat semprot, mesin semprot, obat tanaman dan limbat (wadung).

Sistem pertanian tegalan yang dikelola intensif sudah mampu mengatasi,

menghidupi, mempertahankan kesejahteraan masyarakat. Praktek adaptasi

budidaya pada kondisi lingkungan sebagai lahan pertanian terutama budidaya

sayur mayur.

Dalam pengolahan tanah pertanian diperlukan penambahan unsur hara

yaitu berupa pupuk kompos dari tanaman, pupuk kandang, pupuk buatan serta

penggunaan bibit unggul. Pupuk kandang berasal dari sapi, babi, kambing dan

untuk kotoran ayam membeli dari luar Tengger setiap pak (grangsi) dengan harga

Rp.10000. Pada umumnya pengolahan dilakukan dengan menggunakan peralatan

cangkul, pecok, garpu, dan petani selalu menggunakan sepatu bot. Tahapan

pengolahan lahan dimulai monjo atau pengolahan tanah dengan cara mencangkul

dan tanaman liar ditutup tanah, kecuali beberapa tanaman dibuang seperti, alang-

alang, aseman dan lobak liar (tanaman pengganggu). Pembibitan biasanya

membuat sendiri dari bibit sebelumnya seperti jenis kentang granula dipersiapkan

sendiri dan dilakukan di gubuk. Pemupukan yang dilakukan menggunakan

beberapa jenis pupuk seperti NPK, ponska, urea, ZA, petroganik, mutiara, obat

tanaman seperti tetrakol dan diperoleh dengan membeli dari toko pertanian atau

kelompok tani.

Pengetahuan lokal tentang pertanian masyarakat Tengger mengadaptasikan

pengetahuan teknik lokal dengan jenis yang dapat dimanfaatkan serta

mengunakan jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi seperti kentang, kobis,

bawang prei, tomat, ercis dan apel. Mereka telah paham tanah subur berwarna

kehitaman, sedang yang tandus atau kurang subur berwarna kekuningan. Sebagai

indikator tanah subur ditandai jenis tumbuhan seperti menjari, kuningan,

Page 90: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

58  

jlabrangan, damarwojo, cimplukan, ecek-ecek, aseman, sawian dan berokan

(Tabel 3). Sedangkan naungan yang tidak begitu berpengaruh terhadap dampak

pertanian adalah cemara, terkadang dilakukan perempesan cabang daun, yang

difungsikan memperbanyak sinar matahari atau agar batang dapat lurus. Tahapan

pengolahan pertanian tegal menggunakan pedoman penanggalan Tengger, namun

sekarang tergantung dari kemauan masyarakat sendiri tentang jenis sayuran apa

yang mau ditanam. Peristiwa alam juga dianggap sebagai petanda baik dan buruk,

misalnya adanya peristiwa uap belerang, embun upas, longsor, meletusnya

gunung, ucapan yang tidak baik, oleh sebab itu setiap pekerjaan pengolahan

pertanian didahului dengan ritual yang dimaksudkan agar dijauhkan dari roh jahat

dan terhindar dari marabahaya (Gambar 12 a,b dan 13 a,b).

Gambar 12 Peristiwa alam: (a) Jenis tumbuhan cemara mengalami kerusakan akibat uap belerang dari gunung Bromo dan (b) Longsor lahan pertanian Desa Ngadiwono.

Gambar 13 (a) Suasana meletusnya gunung Bromo (a) dan (b) Suasana sekolah

SDN Desa Putus (Ngadirejo).

a b

a b

Page 91: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

59

Keyakinan ritual adat masyarakat Tengger sangat kuat dalam segala hal,

termasuk yang berkaitan dengan pengolahan lahan pertanian. Tradisi gotong

royong dalam pengolahan lahan tegalan disebut “sayan” yang anggotanya adalah

anggota keluarga, kerabat dekat, tetangga dekat, atau tetangga lahan berdekatan.

Pembagian kerja dalam mengolah pertanian antara pria dan wanita saling

membantu. Untuk mencangkul lebih banyak dikerjakan laki-laki karena

memerlukan tenaga yang ekstra, sedang wanita menanam, membersihkan rumput,

biasanya anak-anak mereka membantu pekerjaan orang tuanya. Oleh sebab itu

mengapa banyak anak-anak tidak sekolah jika musim tanam karena membantu

pekerjaan mengolah lahan pertanian. Tidak semua masyarakat Tengger

mempunyai lahan pertanian, sebagian menjadi buruh atau menyewa lahan, untuk

biaya tenaga buruh tani laki-laki maupun perempuan dalam 1 hari sama yaitu

Rp.15000.

Pada waktu siang masyarakat Tengger jarang ditemui karena seharian dari

pagi sampai siang berada di tegalan, baru sore hari mereka berkumpul sekeluarga

di dapur sambil api-api, menghilangkan kepenatan serta menghangatkan badan

sambil minum kopi dan makan jajanan. Masyarakat Tengger menghabiskan

waktunya untuk kegiatan pertanian, sebagian peternakan, pariwisata, berdagang

seperti toko, warung, menyadap latek pinus dan damar di Perhutani dan

melakukan kegiatan ritual adat.

Masyarakat Tengger menimbun hasil panen, pupuk, menyimpan peralatan

pertanian, bibit serta beristirahat selama bekerja di rumah kecil yang disebut

Gubuk atau Pondok. Pada waktu pekerjaan padat dalam pengolahan lahan dan

penanaman mereka tidak pulang karena letak gubuk dari rumah berjauhan dan

harus terus bekerja. Gubuk dilengkapi perapian, tempat tidur, alat memasak,

terkadang menjadi satu dengan kandang sapi atau babi. Lantai kandang dibuat

dengan lantai tanah, disemen atau dengan alas kayu cemara yang dibuat miring.

Letak gubuk biasanya di lereng dengan tanah datar dan disekitarnya ditanami

tumbuhan pelindung seperti jambu wer, dadap, cemara gunung, dan lombok

terong. Pada umumnya disekitarnya juga ditanami tanaman ritual seperti

maribang, senikir, bunga tasbih, tanalayu, tembakau, dan buah-buahan seperti

terong Belanda, besaran, pisang dan srikaya. Gubuk bentuknya berupa rumah

Page 92: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

60  

kampung atau panggang pepe, terbuat dari bahan kayu terutama kayu cemara,

bambu, dapat juga dikelilingi tembok dengan pintu. Atap terbuat dari alang-alang,

genteng, seng, asbes atau bambu betung dibuat dengan cara disusun disebut

klakah, sehingga disebut gubuk klakah. Jarak gubuk dengan rumah dapat

mencapai hingga 8 km dan lahan pertaniannya berbukit ditempuh dengan jalan

kaki, namun demikian dengan semakin baiknya perekonomian masyarakat

menggunakan sepeda motor, kuda untuk memudahkan transportasi.

Bagi masyarakat Tengger fungsi gubuk-kandang sangat penting artinya,

secara ekonomi memudahkan berjalannya roda pertanian, peternakan dan

sekaligus sebagai transaksi jual beli (Gambar 14, 15a,b). Oleh sebab itu setiap

keluarga suku Tengger pasti mempunyai gubuk. Fungsi gubuk tersebut

merupakan konsep turun temurun bagi masyarakat Tengger mempunyai fungsi

kesehatan dan pada umumnya untuk tempat istirahat, diskusi dengan keluarga dan

tetangga tentang masalah pertanian.

Gambar 14 Pola pertanian Gubuk-kandang di masyarakat Tengger.

Gambar 15 (a) Gubuk serta kandang dan (b) Ternak sapi jantan di Desa Ngadas Kidul Kecamatan Poncokusumo

a b

Rumah

Gubuk-kandang Berfungsi:

‐ Istirahat ‐ Persiapan pengolahan

lahan ‐ Kandang ternak ‐ Transaksi ekonomi ‐ Pembelajaran 

Page 93: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

61

Tata guna lahan Desa Ngadas Kidul merupakan desa enclave di Taman

Nasional Bromo Tengger Semeru meliputi 2 dusun yaitu Dusun Ngadas dan Jarak

Ijo. Perkampungan dengan luas 5092 Ha dilengkapi perumahan, lahan tegalan,

Danyangan, Sanggar Pamujan, Makam, Wihara, Pure, Masjid dan gubuk-kandang

(Gambar 16).

Gambar 16 Tata guna lahan tradisional masyarakat Tengger Desa Ngadas Kidul Kecamatan Poncokusumo: (a) Pedanyangan, (b) Wihara Paramita, (c) Pure, (d) Masjid, (e) Sanggar Pamujan, (f) Makam dan (g) Gubuk-kandang.

g

Perumahan

a

b

c

d

f

e

Perumahan

Hutan primer Tegal

g

Page 94: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

62  

Tabel 3 Jenis-jenis tumbuhan sebagai indikator kesuburan tanah dan jenis merusak tanaman budidaya di lingkungan No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Keterangan

1 Adas Foeniculum vulgare

Mill. Apiaceae Kesuburan

2 Alang-alang Imperarata cylindrica Beauv.

Poaceae Mengganggu

3 Aseman/sureng Achyranthes bidentata Bl.

Brassicaceae Mengganggu/ pupuk

4 Banyon/amprong/ Emilia sonchifolia Asteraceae Kesuburan 5 Bayam duri Amaranthus spinosus L. Amaranthaceae Menganggu/ meliar 6 Sengketan Achiranthes aspera Asteraceae Subur 7 Berokan/ Sinedrella nodiflora

Gaertn Asteraceae Subur

8 Cemplukan Nicandra physalodes Solanaceae Subur 9 Cimplukan Physalis minima L. Solanaceae Subur 10 Cimplukan Physalis angulata L. Solanaceae Subur 11 Cubung Brugmansia soaveolens

B.& Pr. Solanaceae Kesuburan

12 Damarwojo Spigula arvensis L. Loganiaceae Subur 13 Ecek-ecek/

Orok-orok Crotalaria striata D.C. Fabaceae Subur

14 Embun Upas Merusak 15 Ganjan Eupatorium sp Asteraceae Kritis, pupuk 16 Jlabrangan Digitaria argyrostachya Poaceae Subur 17 Kembang

srengenge/paitan Tithonia diversifolia Gray.

Asteraceae Subur, pupuk

18 Kuningan/ jaringan

Widelia montana Asteraceae Subur, pupuk

19 Lobak alas/liar Raphanus sativus L. Brassicaceae Mengganggu, pupuk

20 Lulangan Eleusine indica Gaertn. .

Poaceae Mengganggu

21 Menjari Sonchus javanicus Jungh.

Asteraceae Subur

22 Mladehan Scurulla Montana Loranthaceae Mengganggu pohon cemara

23 Pariontuk/ pari apo

Leersia hexandra Poaceae Subur

24 Rumput Grinting Cynodon dactylon L. Poaceae Mengganggu 25 Sawian Nosturtium sp Brassicaceae Subur, pupuk,

tanaman meliar 26 Tali putri Cassytha filiformis L. Lauraceae Merusak 27 Tehan Eupatorium riparium Asteraceae Subur, pupuk 28 Teki Cyperus monocephalus

L. Cyperaceae Subur,

mengganggu 29 Trabasan Atemisia vulgaris L. Asteraceae Subur, pupuk 30 Tubar Grangea

maderaspatana Asteraceae Subur, pupuk

Page 95: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

63

4.3.2.3 Kawasan Sakral atau Keramat

Tempat keramat atau sakral merupakan lahan yang tidak boleh diganggu

dan dibuka sebagai lahan pertanian, lahan komersial, atau pemukiman. Bentuk

tempat keramat di wilayah Tengger meliputi lahan makam, Pedanyangan, Sanggar

Pamujan, gunung Bromo dan Hutan Larangan. Tempat tersebut biasanya ditandai

adanya jenis-jenis pohon besar yang berumur ratusan tahun sebagai tanda

dimulainya adat budaya Tengger. Pada Sanggar Agung, Danyangan, Makam

biasanya juga ditanami berbagai jenis tanaman hias yang sering dimanfaatkan

sebagai tempat berteduh jenis hewan terutama burung. Tempat-tempat yang

membahayakan atau rawan kecelakaan biasanya dibangun Padmasari agar tempat

tersebut dijauhkan dari marabahaya atau roh jahat (Gambar 17). Kawasan keramat

yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan pohon besar dan tempat kehidupan

satwa merupakan implementasi dari konservasi alami masa kini. Menurut Martin

(1998) konservasi bukanlah dimanfaatkan hanya untuk pelestarian jenis endemik

maupun bukan endemik, namun juga berkaitan dengan banyak aspek seperti

hidrologi, flora-fauna dan ekosistem yang diperuntukkan pembangunan

berkelanjutan (sustainable).

Gambar 17 Padmasari di tepi jalan Desa Ngadirejo Kabupaten Pasuruan.

Lahan sakral seperti makam, pedanyangan, sanggar agung digunakan

untuk kegiatan ritual adat seperti Jumat Legi, Karo dan pelaksanaan ritual adat

lainnya. Letak makam menurut adat Tengger dipisahkan dengan perumahan, agar

orang meninggal lebih tenang dari kesibukan warga, karena Makam merupakan

tempat suci dan menjadi tempat ritual.

Page 96: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

64  

4.3.2.3.1 Danyangan

Danyangan atau Punden artinya jangan meninggalkan sobo atau adat,

kawasan Danyangan ada yang baurekso atau ada yang menjaga dan menguasainya

dan merupakan pemangku alam. Menurut Suyitno (2001) Danyang bagi

masyarakat Tengger adalah tempat roh penjaga desa, puser desa (pusat desa),

tempat pembakaran Petra, yang di sekitarnya ditumbuhi banyak pohon tumbuh

subur dan rindang. Pedanyangan adalah tempat berkumpulnya roh leluhur dimana

kawasan ini sebagai tempat meletakkan sesaji, berdoa untuk mencari berkah agar

warga desa aman dan selamat jiwa raga atau dipergunakan mempersiapkan hajat,

berdoa agar keinginannya terkabul. Danyang juga dapat diartikan tempat keramat

merupakan titisan yang tidak bisa ditinggalkan kedanyangannya dan merupakan

tempat sesaji (tetamping) di wilayah tersebut. Pedanyangan biasanya terdapat

beberapa bagian antara lain tempat pemujaan dan pohon yang dikeramatkan

sebagai tanda dimulainya kegiatan kehidupan adat leluhur.

Hasil inventarisasi keanekaragaman jenis di area Pedanyangan terdapat 8

jenis pohon tumbuhan yang menyusunnya antara lain cemara gunung

(Cassuariana junghuhniana), danglu (Engelhardia spicata), beringin (Ficus

benyamina), ringin (Ficus sp), pampung (Unanthe javanica), kayu kebek (Ficus

grassulasilasinoides), aren (Arenga pinnata) dan kayu bendo (Artocarpus

elasticus). Di Desa Wonotoro Danyangan biasanya dibatasi atau dipagari dengan

jenis tanaman bambu loring (Bambusa multiplex), paitan (Tithonia diversifolia),

triwulan (Eupatorium rotundifolium), lombok udel (Solanum capicastrum) dan

trabasan (Artemisia vulgaris). Danyang ada kaitannya dengan dukun Pandhita,

Wong Sepuh dan Legen serta masyarakat karena kawasan Pedanyangan ini

merupakan tempat pelaksanaan ritual adat. Danyang merupakan tradisi leluhur

atau titisan tradisi leluhur, tempat memuja dan memohon keselamatan bagi

masyarakat Tengger.

4.3.2.3.2 Sanggar Pamujan

Sanggar Pamujan atau Sanggar Agung merupakan tempat keramat atau

gawat, atau tempat yang tidak boleh diganggu. Sanggar Pamujan atau Sanggar

Agung adalah lingkungan sakral, tempat upacara Unan-unan yang dilakukan

Page 97: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

65

sekali dalam lima tahun dan ritual ini berfungsi sebagai tempat penghormatan

terhadap roh atau atma leluhur (Gambar 18a). Upacara Unan-unan diikuti dengan

penyembelihan hewan korban yaitu kerbau (Bos bubalus) dimana kepala kerbau

dan kulitnya diletakkan di atas ancak besar terbuat dari bambu dan diarak menuju

ke Sanggar Pamujan. Sanggar Pamujan terdiri dari tempat untuk sesaji dan di

kawasan tersebut ditumbuhi 15 jenis pohon diantaranya jenis cemara (Cassuarina

junghuhniana), danglu (Engelhardia spicata), ringin (Ficus benyamina), pampung

(Unanthe javanica), aren (Arenga pinnata), kemuning (Muraya paniculata), Kayu

kebek (Ficus sp), bendo (Artocarpus elasticus), dan ilat-ilat (Ficus callosa) yang

berumur ratusan tahun (Lampiran 6).

Tempat keramat ini merupakan tempat sakral bagi masyarakat Tengger

dan apabila dipandang secara ilmiah tempat ini sangat diperlukan dalam kaitannya

dengan konservasi baik jenis tumbuhan maupun jenis fauna seperti berbagai jenis

burung memanfaatkan kawasan ini. Perlindungan suatu tempat atau kawasan

dengan cara mensakralkan atau mengkeramatkan mempunyai keberhasilan dalam

menjaga lingkungan.

Hasil inventarisasi salah satu tempat sakral Sanggar Agung yang terdapat

di desa Poncokusumo, Kabupaten Malang seluas 450 m persegi tercatat 11 jenis

pohon dan jenis beringin jenis aren paling banyak ditemukan di kawasan tersebut .

Hasil inventarisasi jenis perdu tercatat 3 jenis perdu (Lampiran 7) dan jenis

kecubung paling banyak tumbuh di kawasan tersebut. Sedangkan Sanggar Agung

di Desa Ngadas Wetan jenis pohon yang tumbuh di kawasan tersebut 100%

berupa pohon cemara (Gambar 18b).

4.3.2.3.3 Tanah Kuburan

Menurut masyarakat Tengger lahan kuburan ditempatkan agak berjauhan

dari pemukiman agar tidak mengganggu karena merupakan tempat sakral. Tanah

kuburan atau makam adalah tempat peristirahatan terakhir orang yang meninggal

dan arsiteknya bervariasi tergantung masing-masing desa di kawasan Tengger.

Namun pada umumnya diberi tanda dengan kijing atau batu nisan atau dengan

tanda tertentu. Secara adat masyarakat Tengger memakamkan menghadap selatan,

timur atau ke arah gunung Bromo. Tempat makam di Desa Wonokitri dalam satu

Page 98: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

66  

keluarga di tempatkan pada satu tempat di susun berjajar (sak ratu balane)

(Gambar 19b). Berbeda dengan Desa Sedaeng tempat makam dibuatkan cungkup

(rumah). Tempat makam Desa Mororejo, Desa Ngadas Kidul dengan maesan atau

kijing dan dalam lingkungan terbuka. Tempat makam merupakan tempat sakral

atau keramat dan dilindungi adat yang sangat penting, karena pada setiap kegiatan

ritual adat tempat tersebut digunakan untuk sesaji. Tempat makam berkaitan

dengan atma leluhur, dipergunakan pada setiap ritual adat seperti Karo, Entas-

entas, Jumat Legi acara perkawinan (walagara) serta ritual adat lainnya. Beberapa

jenis pohon yang tercatat di area makam meliputi cemara gunung (Cassuarina

junghuhniana), danglu (Engelhardia spicata) dan pampung (Unanthe javanica).

Disini masyarakat Tengger menunjukkan begitu dekat kehidupan di dunia dan

alam kelanggengan dimana mereka sangat menghormati terhadap arwah leluhur

mereka.

Gambar 18 Tempat sakral: (a) Lahan Makam di Desa Wonokitri dan. (b) Sanggar Agung di Desa Ngadas Wetan

4.3.2.3.4 Hutan Larangan

Hutan larangan (sacred forest) adalah kawasan hutan yang secara hukum

adat dilindungi sejak nenek moyang mereka. Hutan ini merupakan tempat angker

atau keramat dan perlu dilindungi, karena dihuni roh jahat. Menurut Purwanto

(2004) kawasan hutan yang dikeramatkan dikarenakan alasan historis suatu

kejadian masa lalu (mitos). Hutan larangan masih menyimpan keanekaragaman

hewan dan tumbuhan yang tinggi sebagai contoh ular, ayam alas, bido, kancil,

budeng serta bermacam-macam jenis mamalia, burung dan organisme lain. Nilai

hutan larangan dari aspek konservasi merupakan kawasan konservasi yang secara

a b

Page 99: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

67

ilmiah dapat dipertanggung-jawabkan nilai konservasinya. Namun bagi

masyarakat Tengger, mereka mempunyai kepentingan yang berbeda dengan

menetapkan sebagai hutan larangan, karena kawasan ini memiliki nilai religi.

Nilai religi masyarakat lokal terhadap suatu kawasan dapat dipandang sebagai

sesuatu yang menguntungkan dalam mempertahankan kawasan hutan konservasi.

Hutan keramat di sekitar Desa Mororejo dan Desa Kalitejo langsung berbatasan

dengan Pedanyangan, merupakan hutan lindung milik Perhutani yang secara turun

temurun dipercaya sebagai hutan larangan. Meskipun penetapan hutan ;larangan

tersebut tidak didasarkan pada kaidah ekologi, namun kawasan hutan larangan

tersebut memiliki nilai konservasi tinggi diantaranya adalah merupakan sumber

air, kaya keanekaragaman flora dan fauna sehingga perlu dilestarikan.

Kekawatiran yang muncul adalah adanya tekanan dan perubahan pola fikir

sehingga menganggap kawasan tersebut tidak sakral lagi, sehingga tidak ada lagi

respek terhadap kawasan tersebut. Akibatnya adalah kawasan tersebut dianggap

kurang bermanfaat sehingga ada kemungkinan untuk dikonversi.

4.3.2.4 Kawasan Hutan TNBTS

Kawasan hutan rimba hanya ditemukan di Kawasan Taman Nasional

Bromo Semeru. Kawasan TNBTS ini memiliki berbagai tipe ekosistem seperti

kawasan pegunungan dan gunung berapi, savana, lautan pasir (kaldera), hutan

primer, danau atau ranu dan sungai.

Kawasan hutan alami ini memiliki arti penting bagi masyarakat Tengger

sebagai penyedia oksigen, menjaga lingkungan yang sejuk dan dingin. Hutan

konservasi TNBTS dan hutan lindung merupakan kawasan sumber hasil hutan

yang diperlukan masyarakat meliputi jamur grigit (Schizophyllum aineum) yang

tumbuh di hutan pada pohon klandingan (Albizia lophanta) dan jamur pasang

(Pleuratus sp) yang hanya terdapat pada pohon pasang (Quercus lincata). Jenis

jamur grigit ini memiliki nilai ekonomi yaitu setiap 1 panci memiliki harga

berkisar antara Rp.5000-10000. Sedangkan jamur pasang (Pleuratus sp) memiliki

harga lebih mahal dengan nilai dapat mencapai 2 kali lipat dengan harga jamur

grigit.

Page 100: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

68  

Jenis tumbuhan di kawasan ini berupa tegakan hutan pohon tinggi sehingga

membentuk lapisan tajuk, tumbuhan epifit liana, terna dan semak. Suku

pepohonan yang paling dominan meliputi suku Moraceae, Anacardiaceae,

Lauraceae, Fagaceae, Sterculiaceae, Anacardiaceae, Rubiaceae dan

Eupborbiaceae. Selain beranekaragam dalam jenis pohon juga terdapat jenis

tumbuhan epifit yang merupakan anggota dari suku Polypodiaceae,

Hymenophyllaceae, Lycopodiaceae, Marattiaceae, Orchidaceae, Marchantiacae,

Bryophyta. Pada vegetasi Zona Montane jenisnya mulai berkurang meliputi jenis

cemara gunung, paku pohon, mentigi, kemlandingan gunung, akasia, edelweiss

dan senduro (DKDJPH & PATNBTS 1995).

Kawasan hutan (alas) meliputi Lautan Pasir, Padang rumput Jomplangan,

danau, sungai dan hutan. Lautan Pasir dan Padang rumput meliputi 15 jenis

terutama ditumbuhi alang-alang, pusek, peketek, pinjalan, adas dan paku-pakuan.

Hutan TNBTS tercatat 476 jenis tumbuhan meliputi tumbuhan berkayu, liana dan

tumbuhan bawah 395 jenis dan angrek 81 jenis (DKDJPH & PATNBTS 1995).

4.3.2.5 Kawasan Wisata TNBTS dan Perhutani

Pengembangan pariwisata dan wisata alam di Tengger mempunyai potensi

strategis di wilayah Bromo Tengger Semeru karena didukung oleh adanya

masyarakat tradisional dengan budaya yang unik dan keadaan alam yang menarik.

Keindahan alam berupa sungai, laut pasir, bukit teletabis, padang rumput, air

terjun, danau, pegunungan dan gunung aktif dengan udara bersih dan dingin

merupakan modal Taman Nasional dan Perum Perhutani. Di Desa Ngadisari telah

dilakukan kerjasama dengan pihak TNBTS dengan pengembangan wisata alam,

gunung Bromo, gunung Pananjakan, wisata kuda, hotel, homestay, warung, toko

di Zona Pemanfaatan Intensif. Demikian pula Desa Wonokitri yang berbatasan

TNBTS memanfaatan jasa wisata gunung Penanjakan (sun rise), Lautan Pasir dan

gunung Bromo. Desa yang mempunyai ketinggian 2100 m dpl adalah Desa

Ranupani yang merupakan shelter untuk pendakian ke gunung Semeru. Desa

tersebut merupakan wilayah Zona Pemanfaatan Tradisional. Danau Ranupani

(Gambar 19a) dan Ranu Gumbolo berdekatan dengan Desa Ranupani merupakan

aset wisata alam milik TNBTS.

Page 101: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

69

Sumber Air

Sumber air masyarakat Tengger berasal dari sumber air alami milik Desa,

berasal dari kawasan TNBTS dan Perhutani. Oleh sebab itu perlu dikembangkan

kerjasama dan usaha pelestariannya. Sumber air tersebut berupa sungai, mata air,

danau, air terjun dan sangat diperlukan bukan hanya masyarakat Tengger, namun

juga oleh masyarakat dibawahnya. Adanya sumber mata air bagi masyarakat

Tengger merupakan sumber kehidupan. Oleh karenanya permulaan kegiatan ritual

seperti Kasada, Karo dilakukan di kawasan keramat yang berdekatan dengan

sumber mata air. Untuk melestarikan sumber air mereka mensakralkan tempat

tersebut dalam bentuk Danyang Banyu. Zaman dahulu air diambil dari sumber

mata air dengan mempergunakan bambu disebut sudang, sekarang dengan

menggunakan jirigen atau dengan membuat bak penampungan umum dan

disalurkan mempergunakan pralon atau bambu ke seluruh warga masyarakat.

Air merupakan kebutuhan manusia yang esensial untuk berbagai keperluan

seperti mencuci, mandi, minum, memasak, dan pertanian. Masyarakat Desa

Ranupani letaknya berdekatan dengan danau Ranupani yang terdapat di kawasan

TNBTS. Masyarakat desa tersebut bila kesulitan air dapat memamnfafatkan air

danau tersebut sebagai sumber air terutama pada musim kemarau (Gambar 19 a).

Sumber air juga digunakan dalam kegiatan pertanian yaitu untuk irigasi lahan

pertanian dan kegiatan perikanan dan peternakan. Masyarakat Desa Ranupani dan

Desa Ngadas Kidul mengambil air minum dari sumber air Ayeg-ayeg sekitar 6.7

km dari Desa Ngadas. Desa Gubuklakah menggunakan sumber air greja milik

Perhutani, namun sekarang mengambil air dari sungai Amprong yang dialirkan

melalui pipa paralon. Di Desa Wonokitri tata cara pembayaran PDAM dilakukan

setiap bulan dan setiap keluarga dikenakan biaya PDAM Rp.5000/bulan. Sumber

air di Desa Wonokitri meliputi sumber air Tangar, Muntur, Galingsali dan

Ngerang (Dusun Sanggar).

Page 102: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

70  

 

Gambar 19 Sarana Desa: (a) Danau Ranupai (TNBTS) mengalami pendangkalan dan (b) Lahan tegalan subur dengan latar belakang gunung Semeru.

Lingkungan sumber air merupakan sumber kehidupan sehingga perlu

dilestarikan. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan itu antara lain jenis

rumput-rumputan (Gramineae), kecubung (Brugmansia suaveolens), cemara

gunung (Cassuarina junghuhniana) dan kelompok Asteraceae. Kebutuhan air

minum Desa Gubuklakah menggunakan sumber Greja milik Perhutani, dan aliran

air Coban Pelangi merupakan aliran sungai Amprong juga berasal dari TNBTS

dan Perhutani. Kerja sama dengan TNBTS berupa air terjun raksasa Tirtowening,

pengembangan wisata sumur tiban, masih dalam tahap pemikiran dan belum ada

realisasi dalam pengembangan desa wisata.

4.4 Pembahasan

Masyarakat suku Tengger mendiami wilayah pegunungan Tengger Semeru

di empat Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang sejak zaman

kerajaan Majapahit bahkan diperkirakan sebelumnya. Mereka merupakan salah

satu suku bangsa Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri dalam tatanan

kehidupannya. Kehidupan yang masih tradisional telah mereka pertahankan

dengan berbagai keterbatasan menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya.

Mereka membuka diri dan sangat memerlukan peningkatan kehidupan yang lebih

baik. Lingkungan pegunungan yang dingin dan berbukit terjal serta berdekatan

dengan gunung vulkanik menggambarkan mereka harus berupaya sekuat tenaga

a b

Page 103: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

71

mempertahankan serta mengadaptasikan diri terhadap kondisi tersebut. Untuk

mengatasi keadaan dingin tersebut masyarakat membuat tumang (tempat api-api)

sebagai sarana penghangat badan. Hasil teknologi lokal terasiring di lahan

berbukit dengan jenis tumbuhan cemara dan astruli dalam mengatasi longsor.

Seperangkat pranata adat dan kepercayaan telah mereka sepakati dalam mengatasi

hal yang tidak diinginkan yaitu melakukan acara ritual adat, juga sebagai pengikat

kelompok suku agar harmoni dalam kehidupannya.

Mengungkap praktek kehidupan masyarakat Tengger di Bromo Tengger

Semeru Jawa Timur berkaitan dengan lingkungan, menyangkut konsepsi,

persepsi, pengetahuan lingkungan, sistem pengelolaan, pemanfaatan dan dampak

pengaruhnya sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam. Pembagian atau

kategorisasi terhadap tempat atau tata ruang berkaitan dengan fungsi apakah

berbentuk lahan pemukiman pekarangan, tegalan, kebun, tempat sakral, sumber

air, hutan, danau, gunung, bukit dan lembah atau dasar telah mereka pahami

dengan baik. Pembagian kawasan telah ditetapkan melalui Lembaga Adat yang

telah diturunkan dari nenek moyangnya. Tempat sakral sangat dihormati dan ritual

adat budaya mereka taati secara turun temurun sehingga lestari hingga kini.

Pelanggaran kesepakatan sesepuh merupakan pelanggaran adat dan dapat dijatuhi

hukum adat. Pada setiap pelaksanaan pengolahan, penggunaan, pemanfaatan lahan

selalu berhubungan dengan kegiatan ritual dan telah disepakati dan dilakukan

dengan senang hati, iklas semua warga Tengger. Mereka juga telah paham

terhadap fungsi hutan konservasi, hutan lindung maupun hutan produksi, terutama

terhadap manfaat air (hidrologi), pentingnya udara (O2) bagi kehidupan manusia,

namun belum ada penelitan berapa nilai ekonomi yang terkandung dalam

ekosistem Tengger.

Sejarah pemukiman serta perkembangan peladangan budidaya sayuran

(tegalan), konservasi (Pedanyangan, Sanggar pamujan, Pure Poten dan gunung

Bromo, lahan makam) dan terasiring merupakan hasil pengetahuan lokal serta

kearifan lokal mereka. Pengolahan lahan yang berbukit terjal serta kesakralan

gunung Bromo merupakan lambang ucapan terimakasih terhadap keagungan Sang

Hyang Widhi. Proses antropisasi terhadap lingkungan alami yang dilakukan

masyarakat Tengger untuk digunakan sebagai lahan pertanian telah

Page 104: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

72  

mempengaruhi keanekaragaman jenis di lingkungannya. Secara umum klasifikasi

kawasan didasarkan pada kegunaan dan fungsi pada masyarakat Tengger. Setiap

bentuk satuan lingkungan dicirikan oleh karakterisasi ekologi tidak saja kondisi

habitatnya (topografi, jenis tanah dan strukturnya), fenomena geologi, jenis

tumbuhan dan hal ini berkaitan dengan masyarakatnya.

Satuan lingkungan desa sudah tersusun dengan baik, karena wilayah desa

yang berbukit-bukit disusun dalam bentuk teras serta selokan kecil untuk jalannya

air. Jalan pada umumnya satu arah dimana rumah berada dikanan kiri jalan

dengan gapura dan nama Desa, disetiap gang (banjaran) di Desa Wonokitri hal ini

sangat menguntungkan sehingga pencuri mudah tertangkap.

Pada perumahan penduduk yang beragama Hindu setiap rumah dilengkapi

Padmasari di bagian depan teras dan terdapat ruang tamu, ruang tidur, jambangan

serta pawon dengan tumang atau perapian.

Desa selalu dilengkapi Punden atau Danyang, Sanggar Pamujan dan Pure.

Sanggar menurut mereka sebaiknya berdekatan dengan lingkungan rumah,

sedangkan tempat makam sebaiknya agak jauh dari pemukiman. Rumah ibadah

Wihara Paramita yang beragama Budha, Masjid atau Langgar yang beragama

Islam dan Gereja yang beragama Nasrani. Tempat pendidikan sudah terdapat

SDN, SMPN, SMK (Ngadisari), bidang kesehatan terdiri Puskesmas dan

Puskesdes. Sistem kategorisasi lahan menurut masyarakat Tengger sebagai berikut

(Tabel 4).

Aktivitas pertanian: pengetahuan dalam mengolah lahan pertanian

(indigenous agricultural knowledge) terutama tegalan yang berbukit sesuai

dengan lingkungan dan udara dingin merupakan praktek kegiatan perwujudan

sistem pengetahuan, akal pikiran masyarakat Tengger dalam menciptakan teknik

pemanfaatan, menggali sumberdaya dalam membangun kesejahteraan

kehidupannya. Sistem pertanian dengan pendekatan budaya mereka seperti model

terasiring maupun teras bangku di lahan tegalan mampu mengatasi, menghidupi,

mempertahankan kesehjahteraan masyarakat, hal ini merupakan hasil praktek

adaptasi kondisi lingkungan sebagai lahan terutama pertanian sayur mayur.

Page 105: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

73

Tabel 4 Sistem kategorisasi lahan pada masyarakat Tengger

No Kategorisasi Lahan/Hutan

Kepemilikan Fungsi Lahan

1 Kawasan pemukiman

Komunal/pribadi Pemukiman/perumahan, masarakat desa

2 Kawasan Pertanian a. Tegalan b. Kebun c. Pekarangan

Pribadi dan keluarga

a. Kawasan pertanian budidaya sayuran b. Kawasan perkebunan apel, kopi c. Tanaman hias, ritual

3 Kawasan Agroforestri a. Jalur hijau b. Tempat wisata c. Komplangan

TNBTS TNBTS Perhutani

a. TNBTS (sudah tutup) b. TNBTS, (Perhutani) atau wisata c. Perhutani, budidaya sayur mayur, pisang, rumput astruli, tanaman keras : mahoni, kopi, kayu putih, damar.

4 Kawasan Sakral a. Pedanyangan b. Danyang banyu c. Sanggar Agung d. Lahan makam e. Hutan larangan f. Gunung Bromo

Komunal Komunal Komunal komunal Perhutani TNBTS

a, b, c. (Kawasan sakral, acara adat, hidrologi) d. Lahan tempat penguburan e. Lahan hutan lindung (Perhutani), f. Ritual adat Kasada.

5 Kawasan konservasi alami (gunung Bromo, lautan pasir, ranu, hutan alami)

TNBTS (hutan konservasi alami (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru)/Perhutani

f. Hutan konservasi gunung Bromo, Semeru, ranu, air terjun, sungai, lautan pasir TNBTS/Perhutani

Jenis jagung dari hasil silangan merupakan hasil teknologi lokal mereka

yang pada masa lalu telah dapat mempertahankan kehidupannya. Pada masa lalu

jenis jagung merupakan jenis tanaman budidaya utama karena jenis ini merupakan

makanan utama masyarakat Tengger pada masa lalu. Namun demikian dampak

kepraktisan dan jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi mengubah pandangan

mereka. Mereka mulai meniggalkan budidaya jagung sebagai tanaman utama dan

digantikan dengan jenis-jenis yang dianggap memiliki nilai ekonomi tinggi,

misalnya jenis tanaman sayuran dan jenis tanaman perkebunan.

Page 106: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

74  

Kondisi topografi kawasan masyarakat Tengger yang berbukit-bukit,

memerlukan strategi untuk menghindari terjadinya tanah longsor. Untuk

mengatasi terjadinya tanah longsor masyarakat lokal mengembangkan penanaman

jenis cemara gunung di bagian tepi lahan tegalan. Selain sebagai jenis tanaman

penghambat longsor jenis ini juga bermanfaat sebagai pembatas kebun, kayu

bakar dan kayu bahan bangunan. Menurut masyarakat Tengger penggunaan jenis

tanaman cemara mempunyai keuntungan ganda antara lain selain dapat

melindungi kawasan dan sebagai tanaman pembatas, juga jenis tanaman ini tidak

banyak pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman budidaya, karena akarnya

berkembang mengarah kebawah sehingga bukan merupakan kompetitor

penyerapan unsur hara dengan jenis tanaman budidaya. Jenis tanaman berupa

pohon cemara gunung (Casuarina junghuhniana) merupakan jenis tanaman

dominan di lahan tegalan dengan INP (202.96), sedangkan jenis perdu tanaman

yang dominan jenis ganyong (Canna edulis) INP (41.21), sedangkan jenis herba

yang dominan adalah aseman (Achyranthes bidentata) dengan nilai INP (42.61).

Tanaman rumput astruli banyak ditanam di tengah tegalan utamanya pada

tanggul untuk mengatasi longsor atau pakan ternak, tetapi tananam cemara jarang

di tengah tegalan karena mengurangi produksi sayuran.

Akibat dari sistem pertanian berwawasan ekonomi menyebabkan bibit

unggul hasil teknologi masa lalu mulai langka seperti jagung lokal Tengger makin

tersisih dan dapat menjadikan erosi genetika, jika tidak ada pelestariannya.

Dampak dari aktivitas pertanian tanpa berpijak pada lingkungan seperti terjadi di

Ranupani menyebabkan danau Ranupani mengalami pendangkalan, ini sangat

memprihatinkan, sehingga perlu reboisasi disekitarnya.

Sistem lahan pertanian dilengkapi gubuk sangat menguntungkan

berdampak positif bagi kelangsungan kehidupan di Tengger. Gubuk sebagai

persiapan pengolahan lahan, tempat penimbunan pupuk, bibit, menyimpan hasil

panen, sekaligus transaksi ekonomi merupakan strategi adaptasi mereka. Gubuk-

kandang sebagai tempat ternak, dilengkapi perapian, tempat tidur diperuntukan

istirahat, sewaktu pekerjaan padat.

Pada lingkungan kawasan sakral seperti Danyangan atau punden

(pemangku alam), Danyang banyu, Sanggar Pamujan, makam, hutan larangan

Page 107: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

75

merupakan tempat keramat dan tidak boleh diganggu. Pedanyangan adalah tempat

berkumpulnya roh leluhur dimana masyarakat Tengger meletakkan sesaji, berdoa

untuk mencari berkah agar warga desa aman dan selamat jiwa raga atau

mempersiapkan hajat, berdoa agar keinginannya terkabul. Danyang banyu

mempunyai fungsi sebagai /Pedanyangan dan disekitarnya terdapat mata air yang

sangat penting bagi kehidupan masyarakat Tengger. Danyangan dilengkapi tempat

pemujaan, pohon yang dikeramatkan sebagai tanda mulainya kegiatan adat

leluhur. Jenis tumbuhan pohonnya terutama cemara gunung , danglu, beringin,

pampung, kayu kebek, pinus, aren. Danyang ada kaitan dengan dukun Pandhita,

Wong Sepuh dan Legen serta masyarakat karena tempat pelaksanaan ritual adat.

Danyang merupakan tradisi leluhur atau titisan tradisi leluhur, tempat untuk

memuja dan memohon keselamatan bagi umat di wilayah tersebut, contoh pujan,

barikan, hari Kasada dan Entas-entas. Sanggar Pamujan adalah tempat upacara

Unan-unan yang dilakukan selama lima tahun sekali berfungsi sebagai tempat

penghormatan terhadap roh atau atma leluhur. Sanggar Pamujan terdiri dari

tempat untuk sesaji, jenis tanaman komposisi sama dengan di Danyangan meliputi

cemara, danglu, ringin, pampung berumur ratusan tahun. Tempat ini merupakan

tempat keramat bagi masyarakat Tengger, dan dipandang secara ilmiah tempat ini

sangat diperlukan dalam kaitannya dengan konservasi binatang terutama burung.

Makam adalah tempat peristirahatan terakhir orang yang meninggal, sedang

arsiteknya berbeda-beda tergantung masing-masing desa Tengger. Namun pada

umumnya makam diberi tanda dengan kijing, atau dengan tanda tertentu. Menurut

adat mayat masyarakat Tengger dikubur menghadap Selatan atau Timur atau ke

arah gunung Bromo atau Semeru, dipeti dan dipocong, hal ini menunjukkan

begitu dekat dan penghargaan masyarakat Tengger dengan leluhur mereka.

Menurut masyarakat Tengger hutan Larangan (sacred forest) adalah

kawasan hutan, yang merupakan tempat angker atau keramat dan perlu dilindungi,

karena dihuni roh jahat. Tempat yang gawat di lingkungan pada umumnya diberi

tanda dengan Padmasari agar tidak diganggu roh jahat. Menurut hukum adat

keyakinan tersebut telah diikuti secara turun temurun dari nenek moyang mereka.

Secara ilmiah nilai religi seperti tempat Danyangan, Sanggar Pamujan, hutan

larangan adalah alasan sangat tepat untuk melakukan konservasi alam, namun

Page 108: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

76  

bagi masyarakat Tengger mempunyai kepentingan yang berbeda. Pedanyangan,

Sanggar Pamujan dapat menjaga kestabilan tumbuhan, hewan mamalia, tempat

bertenggernya bermacam-macam burung dalam mewujudkan konservasi. Hutan

larangan Pedanyangan dan Sanggar Pamujan masih menyimpan keanekaragaman

jenis hewan dan tumbuhan yang tinggi. Keberadaan keanekaragaman jenis

tumbuhan liar sangat penting berkaitan dengan organisme lain. Hilangnya

keanekaragaman jenis di lingkungan menyebabkan hilangnya jenis liar yang

mengandalkan keberadaannya. Menurut Purwanto (2004) kawasan yang

dikeramatkan dapat sebagai simbol identitas budaya, kepercayaan tertentu

(historis dan mitos), elemen penting pertautan alam dengan kultur dan memiliki

nilai keanekaragaman yang relatif tinggi. Kawasan keramat atau sakral sebagai

kawasan konservasi budaya dan sumber daya hayati mengalami tekanan terhadap

keberadaannya. Hal tersebut diakibatkan perubahan persepsi dan konsepsi

terhadap pengetahuan lokal yang telah lama diyakininya. Hal yang mendorong

adanya tekanan terhadap kawasan sakral adalah pertanian tradisional, jumlah

penduduk serta pendidikan dan teknologi.

Pertanian komplangan merupakan pola pertanian seperti halnya mengolah

lahan pertanian tegalan, hanya bedanya mengolah pertanian di wilayah Perhutani

(kerja sama perhutani). Bentuk kerja samanya adalah masyarakat menanam

tanaman pertanian, tetapi masyarakat berkewajiban untuk memelihara tanaman

perhutani seperti mahoni, damar, pinus, kayu putih, jabon, keningar, suren dan

cemara gunung. Jenis yang dominan di lahan komplangan adalah kayu poo

(Melaleuca leucadendron) INP (80.64), hal ini menunjukkan Perhutani

berdekatan dengan Desa Gubuklakah banyak menanam kayu poo, disusul pisang

INP (64.40) dan pinus INP (53.88). Di dalam pengolahan tanaman komplangan,

masyarakat membentuk kelompok tani yang bertanggung jawab atas

keberhasilannya. Pertanian jalur hijau merupakan lahan pertanian berbatasan

dengan wilayah konservasi TNBTS dimaksudkan untuk membantu masyarakat

yang tidak mempunyai lahan, luasnya 10 m sepanjang wilayah Desa Ngadas

Kidul sekitar 7 Ha. Penanaman dapat berupa tanaman budidaya, rumput gajah,

namun masyarakat juga berkewajiban merawat tanaman TNBTS seperti cemara

gunung. Akibat dari semakin besarnya tanaman konservasi menyebabkan tanaman

Page 109: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

77

pertanian kurang produktif dan sekarang lahan tersebut telah ditutup. Sebenarnya

masyarakat menginginkan lahan jalur hijau dapat digantikan di lokasi lain. Namun

demikan diperlukan kesadaran betapa pentingnya keberadaan TNBTS dalam

pengertian lebih luas seperti potensi wisata, kebutuhan hidrologi, oksigen, serasah

dan pelestarian keanekaragaman hayati.

4.5 Simpulan

Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungannya yang dilakukan oleh

masyarakat Tengger telah menunjukkan pola dan strategi adaptasi lokal

masyarakat tersebut.

Masyarakat Tengger memiliki pengetahuan yang baik dalam mengelola

dan memanfaatkan kawasan, sumber daya hayati dan lingkungannya di dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat Tengger mampu mengembangkan

sistem pertanian yang mampu memenuhi kebutuhannya baik untuk kepentingan

subsisten maupun kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Pengusahaan jenis

sayuran dalam kontek tegalan merupakan strategi adaptasi masyarakat Tengger

untuk mendapatkan komoditi usahatai yang paling menguntungkan di kawasan

tersebut.

Dalam hubungan dengan konservasi pengembangan sistem terasiring

merupakan strategi masyarakat Tengger untuk menyiasati kawasan pertanian agar

tetap lestari dan berkelanjutan. Penanaman jenis tanaman cemara gunung sebagai

pembatas lahan memiliki nilai tidak saja nilai konservasi yang mampu mencegah

kelongsoran lahan, jenis ini juga berguna sebagai kayu bahan bangunan dan kayu

bakar. Penetapan kawasan yang dikeramatkan juga memiliki nilai konservasi

sumber daya hayati yang tingi. Adanya peraturan adat kalau menebang 1 pohon

harus menanam 10 pohon merupakan upaya konservasi oleh masyarakat Tengger

terhadap lingkungannya dan berdasarkan analisa kehadirannya mempunyai nilai

INP (202.86). Selain itu pelaksanaan tatanan adat dalam bentuk pranata sosial

dan praktek ritual adat memiliki peran dalam pengembangan pengelolaan sumber

daya alam yang lebih lestari yaitu mengatur pembagian pemanfaatan lahan di

kawasan tersebut.

Page 110: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

78  

Praktek budidaya pertanian lokal (indigenous agricultural knowledge)

ladang atau tegal yang dilakukan masyarakat Tengger sangat berperan penting

dalam tata guna lahan yang memiliki peran sosial ekonomi dan konservasi. Sistem

pertanian dengan model gubuk-kandang pada lahan pertanian milik masyarakat

sendiri mempunyai dampak mempermudah pengolahan lahan, pemupukan dan

transaksi hasil. Kandang yang berjauhan dari pemukiman mempunyai dampak

positif terhadap kesehatan masyarakat Tengger. Pertanian yang berkelanjutan

dengan sistem terasiring dan tumpang sari yang cocok sangat penting

dikembangkan. Untuk lahan yang sedikit datar lebih tepat membuat teras bangku

serta menanam tanaman sayur dengan komoditi unggulan diutamakan bernilai

ekonomi tinggi dalam mendukung pertanian Tengger.

Kerjasama antara masyarakat dengan Perhutani yang saling

menguntungkan dalam mengelola lahan Perhutani dalam bentuk tanah

komplangan dan jalur hijau milik TNBTS sangat membantu masyarakat dan

Perhutani juga berdampak melindungi wilayah kawasan hutan lindung milik

Perhutani dan hutan konservasi TNBTS.

Strategi adaptasi pembangunan sistem perumahan yang mengelompok pada

daerah bukit yang rata mempunyai arti kebersamaan dan mempermudah

pengaturan pembagian tata ruang pemukiman.

Strategi adaptasi yang dikembangkan masyarakat terhadap udara dingin

adalah melakukan pelarangan menanam pohon besar di sekitar kawasan

perumahan mempunyai pengaruh terhadap kondisi lingkungan pemukiman

menjadi lebih hangat dan menghindari bencana pohon tumbang. Strategi adaptasi

lainnya adalah pengembangan konsep pawon dengan tumang sangat menarik yang

menunjukkan usaha masyarakat Tengger untuk mengadaptasikan kehidupannya

pada udara yang dingin.

Pengembangan konsep gubuk-kandang dalam sistem usahatani

mempunyai keuntungan ganda bagi kehidupan masyarakat Tengger yaitu

keuntungan yang berkaitan dengan kesehatan dimana letak kandang yang

berjauhan dengan pemukiman akan lebih higiensi. Pembangunan gubuk di lahan

pertanian yang berbukit memiliki manfaat mempermudah perawatan kebun,

efisiensi tenaga dan mempermudah transaksi hasil panen.

Page 111: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

79

Kondisi lingkungan Gunung Bromo, Tengger dan Semeru yang sewaktu-

waktu menimbulkan bencana seperti letusan vulkanik, mengeluarkan awan

belerang dan embun upas, telah memacu masyarakat Tengger mengembangkan

strategi adaptasi dengan mengidentifikasi jenis-jenis tanaman budidaya yang

tahan abu vulkanik yaitu jenis bawang prei.

Identifikasi pengetahuan etnoekologi masyarakat Tengger ini dapat

dijadikan sebagai dasar pijakan pengembangan wilayah berikut sumber daya

hayati dan lingkungannya menjadi lebih berdaya guna dan bermanfaat bagi

pengembangan kawasan tersebut. Persepsi dan konsepsi masyarakat Tengger

terhadap sistem pengelolaan lingkungan dapat dijadikan acuan dalam menentukan

kebijakan pengembangan kawasan tersebut terutama erat kaitannya dengan

pengelolaan kawasan konservasi di kawasan tersebut.

 

 

 

 

Page 112: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

 

Page 113: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

81

5. ETNOBOTANI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO

TENGGER SEMERU JAWA TIMUR

Abstrak

Penelitian etnobotani masyarakat Tengger Bromo Tengger Semeru Jawa Timur mengungkapkan sistem pengetahuan botani tradisional masyarakat Tengger yang meliputi pemanfaatan, pengelolaan tumbuhan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidupnya dipelajari. Penelitian ini juga menguraikan pengaruh hubungan antara faktor sosial budaya dan ekonomi terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan. Penelitian dilakukan dengan wawancara terstruktur dan wawancara bebas, pengamatan langsung kemudian dianalisis dengan ICS (index cultural significance). Masyarakat Tengger dalam kehidupannya mengandalkan sumber alam tumbuhan untuk berbagai keperluan dan memiliki pengetahuan cukup baik tentang keanekaragaman jenis tumbuhan di sekitar mereka. Berbagai pemanfaatan jenis tumbuhan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk bahan pangan (75 jenis), obat-obatan (121 jenis), bahan bangunan, kayu bakar, tali temali dan kerajinan (53 jenis), kecantikan, bumbu, rokok, pewarna (40 jenis), buah-buahan (49 jenis), pakan ternak (44 jenis), tanaman hias (140 jenis), dan bahan ritual (94 jenis). Hasil perhitungan indeks kepentingan budaya menunjukkan 1 jenis memiliki nilai tinggi yaitu padi dan 10 jenis memiliki nilai manfaat jenis tinggi. Kata kunci: Etnobotani, indeks kepentingan budaya, masyarakat Tengger

Abstract Ethnobotanical research of Tengger society from Bromo Tengger Semeru, East Java revealed the botanical indigenous knowledge system of the society covering useful plants for their livelihood. This research also described the effects of the relationships between social, cultural and economic factors to the plant diversity. The research was conducted using structural and open ended interview and direct observation. To better assess to the extractive activities and the utilization of the plant diversity by indigenous people, an index of cultural significance (ICS) analysis was employed. Tengger people depend on plant resources for their livelihood, and they have a good knowledge on plant diversity surrounding them. There are various plant utilization by Tengger society including as food (75 species), medicines (121 species), construction, firewood and local technology (53 species), cosmetics, handycraft, cigarette, colors (40 species), forage (44 species), ornamental plants (140 species), fruit (49 species) and ritual (94 species). Based on the calculation of the index of cultural significance showed that rice has very high value, together with the order ten plant species have high value in Tengger culture. Key words: Ethnobotany, index of cultural significance, Tengger society.

Page 114: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

82

5.1 Pendahuluan

5.1.1 Latar Belakang

Etnobotani adalah suatu ilmu yang menelaah tentang penggunaan, pengelolaan

serta hubungan budaya manusia dalam masyarakat atau suku bangsa terhadap

keanekaragaman hayati tumbuhan. Di Indonesia bidang ilmu etnobotani

pengembangannya banyak dilakukan oleh para peneliti laboratorium Etnobotani,

Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Peneliti etnobotani harus mampu merangkai

pengetahuan bidang ilmu sosial dan biologi menjadi suatu rangkaian yang saling

mendukung untuk mengungkapkan sistem pengetahuan suatu kelompok masyarakat

tentang pemanfaatan jenis tumbuhan yang ada di lingkungannya. Sehubungan dengan

hal tersebut di atas, studi etnobotani mencakup berbagai aspek pengetahuan

masyarakat, diantaranya: pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sumber daya

hayati tumbuhan, pengetahuan masyarakat tentang lingkungan (etnoekologi),

pengetahuan tentang pengobatan tradisional yang menggunakan ramuan dari berbagai

jenis tumbuhan dan hewan (etnomedisin), pengetahuan tentang sejarah pengelolaan

sumber daya hayati (etnopaleobotani), pengetahuan tentang pertanian

(etnoagrikultur), pengetahuan tentang linguistik (etnolinguistik), dan lain-lainnya.

Setiap bentuk pengetahuan tersebut dikaji dan dibahas secara holistik dari berbagai

sudut pandang yaitu aspek sosial budaya, botani, sosio-ekonomi, ekologi, dan lain-

lainnya. Purwanto (2003) dan Waluyo (2008) mengemukakan bahwa ilmu etnobotani

merupakan ilmu interdisipliner dengan pendekatan holistik hubungan manusia

dengan keanekaragaman jenis tumbuhan berikut lingkungannya. Hubungan tersebut

dapat bersifat menguntungkan atau sebaliknya yaitu merugikan bagi manusia atau

bagi jenis-jenis hayatinya. Beberapa ahli seperti Cotton (1996) dan Martin (1988)

juga menjelaskan tentang ilmu etnobotani yaitu bidang ilmu yang mempelajari

keseluruhan hubungan langsung antara manusia dengan tumbuhan. Sedangkan Rifai

dan Waluyo (1992), menyatakan bahwa ilmu etnobotani merupakan cabang ilmu

yang mendalami hubungan budaya manusia dengan alam nabati sekitarnya. Dalam

Page 115: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

83

hal ini lebih diutamakan persepsi dan konsepsi budaya kelompok masyarakat yang

dipelajari dalam sistem pengetahuan terhadap tumbuhan dalam lingkungan hidupnya.

Jadi data etnobotani adalah data tentang pengetahuan botani suatu masyarakat yang

menyangkut pengelolaannya, dan juga bagaimana masyarakat tersebut

mengorganisasinya yaitu mendiskripsi, menamakan, mengklasifikasi sesuai dengan

kemampuan pengetahuannya. Suatu contoh kajian pengetahuan lokal ditunjukkan

oleh Friedberg (1990) yang mempelajari sistem pengetahuan botani suku Bunaq di

pulau Timor dan Ellen (1993) yang mempelajari pengetahuan lokal masyarakat suku

Nuaulu di pulau Seram Tengah. Keduanya mengkaitkan dunia tumbuhan dan hewan

dari cara pengenalan, penggolongan, penamaan dan pemanfaatannya yang dibahas

secara holistik.

Pengetahuan etnobotani dapat mengetahui pengembangan wilayah dan

pembangunan suatu kawasan serta ”need assessment” yang diperlukan suatu

kelompok masyarakat. Menurut Rambo (1983) subsistem sosial manusia dengan

subsistem ekosistem saling berinteraksi sangat erat dan teratur memerlukan energi,

materi dan informasi. Suatu prosedur dalam mempelajari aktivitas manusia serta

keterkaitan antara sosial masyarakat dan lingkungan dilakukan secara progressif dan

kontektual, terus-menerus dengan lebih padat dan tajam, sehingga diperoleh suatu

manfaat (Vayda 1983). Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multi-

etnik terdiri dari berbagai suku yang masing-masing memiliki kekhasan budaya dan

mereka saling melakukan adaptasi dan berinteraksi dengan kondisi sumber daya alam

dan lingkungannya. Pada akhir-akhir ini banyak masyarakat memanfaatkan obat-

obatan tradisional yang diambil dari lingkungan alami seperti kehidupan masyarakat

tradisional. Oleh sebab itu pengetahuan tradisional merupakan modal informasi yang

sangat berharga.

Pada saat ini masyarakat Tengger tersebar meliputi 33 desa Tengger dan

sebagian besar desa tersebut terletak di kawasan penyangga TNBTS. Berdasarkan

hasil sensus penduduk masyarakat Tengger pada tahun 1930 berjumlah 10000 jiwa

dan jumlah penduduk pada tahun 1990 meningkat menjadi 30000 jiwa, di Kecamatan

Sukapura 13.565 jiwa (Stibbe 1921; Anonim 2004; Nurudin et al. 2004).

Page 116: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

84

Masyarakat Tengger menghuni kawasan lereng di Pegunungan Bromo Tengger

Semeru pada ketinggian antara 800-2100 m dpl, mereka mempunyai teknologi

adaptasi dan pengetahuan tradisional terhadap pemanfaatan dan pengelolaan berbagai

macam jenis tumbuhan.

Mayoritas masyarakat Tengger beragama Hindu Dharma dan dalam

kehidupan spiritual mereka mempercayai cerita legenda, tempat keramat (Punden

atau Danyang), dan mereka beribadat di Pure dan Sanggar Pamujan. Mereka

berinteraksi dengan lingkungannya melalui aktivitas pengelolaan sumber daya alam

dan lingkungannya seperti sistem pertanian, kegiatan ekstraktivisme, dan lain-lainnya

yang diatur melalui sistem kelembagaan, kepemimpinan dan peraturan adat. Berbagai

ritual dalam upacara keagamaan seperti upacara Yadnya Kasada, Karo, dan Unan-

unan merupakan bentuk manifestasi budaya dalam beradaptasi dengan alam dan

lingkungannya.

Masyarakat Tengger berasal dari kerajaan Majapahit dikenal wong Majapahit

berdasarkan prasasti Walandit (Desa Walandit) dibebaskan dari pajak (tetileman)

dipersembahkan pada gunung Bromo (Bataviaasch Geootschap Voor Kunsten en

Wetenschappen Notulen tahun 1899 dalam DKDJPH & PABKSD IV (1984),

berangka tahun 851 Saka (929 M), dimana para penghuni dianggap sebagai Hulun

Spiritual Sang Hyang Widhi Wasa, menempati tempat suci (hila-hila), prasasti

Kumbolo, kitab Pararaton dan menurut kepercayaan mereka adalah keturunan Roro

Anteng putri Majapahit dan Joko Seger putra seorang pertapa Tengger.

Penelitian ini mengungkapkan pengetahuan tentang pemanfaatan, pengelolaan

sumberdaya alam hayati tumbuhan serta perannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari meliputi bahan pangan, bangunan, kayu bakar, tanaman obat,

tanaman racun, bahan sandang, tanaman ritual, bahan seni kerajinan, teknologi lokal,

tumbuhan penikmat, pewarna dan lain-lainnya. Untuk mengetahui keanekaragaman

flora dilakukan melalui, inventarisasi, identifikasi setiap jenis baik nama lokal, nama

ilmiah, pengenalan serta pengetahuan mereka tentang jenis tersebut. Masyarakat

Tengger telah mempratekkan teknologi adaptasi tradisionalnya pada kondisi

lingkungan pegunungan terjal dan bersuhu dingin. Mereka membuat teras (strip

Page 117: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

85

croping), dengan pembatas terutama cemara gunung merupakan corak perilaku dalam

memperlakukan lahan pertanian dan lingkungannya.

5.1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: (1). Mengungkap berbagai macam cara

pemanfaatan sumber daya alam hayati tumbuhan yang masyarakat Tengger kenali

berdasarkan tingkat pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki dalam upaya

mempertahankan dan mengembangkan diri di lingkungannya. (2). Mengungkap dan

mempelajari peran sumber daya hayati tumbuhan dalam kehidupan masyarakat

Tengger.

5.2 Bahan dan Metode

5.2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 14 bulan mulai bulan April 2010 sampai Mei

2011. Penelitian dilakukan di desa yang dihuni masyarakat Tengger yaitu desa yang

tinggal di luar dan di dalam kawasan TNBTS. Desa masyarakat Tengger yang

terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger semeru meliputi

Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang dan Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten

Malang, sedangkan masyarakat Tengger yang berada di luar kawasan TNBTS

meliputi Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo;

Kecamatan Poncokusuma Kabupaten Malang; Kecamatan Tosari, Kecamatan Sumber

dan Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dan Kecamatan Senduro Kabupaten

Lumajang.

Page 118: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

86

5.2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian meliputi komputer, kompas, GPS

(Geographical Position System), clinometer, peta lokasi, altimeter, soiltester,

hygrometer, jangka sorong, parang, patok dari bambu atau kayu, gunting stek, cat

untuk penomoran, peralatan jelajah lapangan, tali plastik, kantong plasik berbagai

ukuran, amplop sampel, kertas mounting, label gantung, kertas herbarium, kertas

koran, sasak, alat dokumentasi kamera, dan alat-alat tulis. Bahan kimia yang

digunakan meliputi alkohol 70%, formalin, FAA, kamper dan spiritus.

5.2.3 Metoda Penelitian 5.2.3.1 Metode Pengumpulan Data Sosial Budaya Masyarakat Tengger

Pengumpulan data aspek sosial budaya masyarakat Tengger meliputi data

demografi (kependudukan), sejarah, adat istiadat (ritual dan keagamaan), sistem

kepemimpinan dan sistem penguasaan lahan. Data dikumpulkan dengan pengamatan

langsung di lapangan dan data sekunder dari berbagai sumber meliputi pustaka, hasil

penelitian antropologi, sosiologi dan aspek sosial (Kuncaraningrat 1980). Data aspek

sosial budaya masyarakat Tengger tersebut sangat penting sebagai dasar, acuan dan

pijakan dalam menganalisis pengetahuan masyarakat Tengger dalam mengelola

keanekaragaman jenis tumbuhan dan lingkungannya.

5.2.3.2 Pengumpulan Data Etnobotani

Kajian etnobotani dalam penelitian ini adalah menggali secara holistik

pengetahuan masyarakat Tengger tentang pengelolaan keanekaragaman jenis hayati

dan lingkungannya dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, meliputi (a).

Pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan untuk bahan pangan, bangunan, obat-

obatan, racun, pengendalian hama tanaman, ritual dan keagamaan, peralatan dan seni,

pewarna, kayu bakar dan lain-lain; (b). Studi aktivitas produksi “sistem pertanian

tradisional” masyarakat Tengger, meliputi; jenis tanaman budidaya berikut kultivar

lokal, teknik budidaya, produksinya, dan aspek produksi lainnya; (c). Studi

Page 119: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

87

pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan hubungannya dengan budaya materi;

dan (d). Kajian tentang pengelolaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati ditinjau

dari aspek pemanfaatan secara berkelanjutan.

5.2.3.3 Data Kualitatif

Metode ini didukung oleh pendekatan dan teknik pengumpulan informasi

yang bersifat partisipatif atau penilaiain etnobotani partisipasif (participatory

ethnobotanical appraisal, PEA) yang terdiri dari (a). Wawancara semi terstruktur dan

terjadwal untuk inventarisasi pengetahuan lokal (Grandstaff & Grandstaff 1987); (b).

Observasi partisipatif dan transect-walks sistematis dengan masyarakat sebagai

pemandu (Martin 1995); dan (c). Ikut aktif dalam aktivitas masyarakat baik harian

maupun khusus seperti berladang, ke pasar dan upacara ritual.

Metode ini melibatkan masyarakat sebagai pemandu dan informan kunci. Pada

tahap pertama dibuat semua jenis manfaat lokal (katagori-katagori emik) yang

disebutkan oleh narasumber untuk satu jenis tumbuhan. Selanjutnya peneliti bersama-

sama dengan narasumber membahas tentang peringkat manfaat tersebut. Setelah

peneliti mencatat peringkat manfaat yang ditentukan oleh narasumber, lembaran data

diperlihatkan kembali kepada narasumber untuk pemeriksaan ulang terhadap

peringkat manfaat yang kurang sesuai dengan persepsi narasumber. Jika narasumber

menyetujui pencatatan data manfaat tersebut, maka data tersebut adalah independen

dari pengaruh subjektivitas peneliti.

5.2.3.4 Pemilihan Narasumber

Narasumber yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat Tengger yang

bermukim di desa pengamatan yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai

keanekaragaamn jenis hayati, yaitu ahli pengobatan lokal, tokoh masyarakat dan

anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang keanekaragaman hayati.

Konsensus pemilihan informan khusus di konsultasikan dengan tokoh atau pemimpin

masyarakat dan beberapa anggota masyarakat (Purwanto 2007). Komposisi

narasumber dipilih berdasarkan pertimbangan faktor-faktor demografi penduduk di

desa yang langsung berkaitan dengan pengetahuannya terhadap dunia tumbuhan di

Page 120: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

88

lingkungannya, misalnya faktor usia, jenis kelamin (pria dan wanita), jenis pekerjaan

dan tingkat pendidikan. Faktor usia penduduk dalam pemilihan narasumber bertujuan

untuk menarik narasumber yang tidak bias pada kelompok usia tertentu saja,

misalnya berusia tua saja atau berusia muda saja. Untuk memilih narasumber yang

mewakili perbedaan usia penduduk, peneliti menerapkan rentangan usia penduduk di

atas 15 tahun untuk menjadi calon narasumber.

5.2.3.5 Perhitungan Nilai Guna Jenis-Jenis Tumbuhan Berguna.

Analisis data yang lebih mendalam bagi pemanfaatan setiap jenis tumbuhan

digunakan indeks kepentingan budaya (index of cultural significance, ICS) dari

Turner (1988). Indek kepentingan budaya merupakan hasil analisis etnobotani

kuantitatif yang menunjukkan nilai-nilai kepentingan tiap-tiap jenis tumbuhan

berguna berdasarkan kebutuhan masyarakat. Angka hasil penghitungan ICS

menunjukkan tingkat kepentingan setiap jenis tumbuhan berguna oleh masyarakat.

Untuk menghitung index of cultural significance dilakukan dengan persamaan

sebagai berikut :

n

ICS = ∑ ( q x i x e )ni (Turner 1988) i = 1

Karena setiap jenis tumbuhan mempunyai beberapa kegunaan, maka

persamaannya menjadi sebagai berikut:

n

ICS = ∑ ( q1 x i1 x e1 )n1 + ( q2 x i2 x e2 )n2 + ……… + ( qn x in x en )ni

i = 1 Keterangan: ICS = index of cultural significance, adalah jumlah dari perhitungan pemanfaatan suatu jenis tumbuhan dari 1 hingga n, dimana n menunjukkan pemanfaatan ke-n (terakhir); i adalah nilai 1 hingga ke n, dan seterusnya.

Sedangkan perhitungan nilai parameter dari suatu jenis tumbuhan adalah sebagai berikut:

q = nilai kualitas (quality value); dihitung dengan cara memberikan skor atau nilai terhadap nilai kualitas dari suatu jenis tumbuhan: 5 = makanan pokok; 4 = makanan sekunder/tambahan + material primer, 3 = bahan makanan lainnya + material sekunder + tumbuhan obat; 2 = ritual, mitologi, rekreasi dan lain sebagainya; 1 =

Page 121: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

89

mere recognition (Tabel 5).

i = nilai intensitas (intensity value); menggambarkan intensitas pemanfaatan dari jenis tumbuhan berguna dengan memberikan nilai: nilai 5= sangat tinggi intensitasnya; 4 = secara moderat tinggi intensitas penggunaannya; 3 = sedang intensitas penggunaannya; 2 = rendah intensitas penggunaannya; dan nilai 1= intensitas penggunaannya sangat jarang (Tabel 6).

e = nilai eklusivitas (exclusivitv value), sebagai berikut 2 = paling disukai, merupakan pilihan utama dan tidak ada duanya; 1= terdapat beberapa jenis yang ada kemungkinan menjadi pilihan; dan 0,5 = sumber sekunder atau merupakan bahan yang sifatnya sekunder (Tabel 7). Tabel 6-8 berikut merupakan kategorisasi nilai kegunaan dari setiap jenis tumbuhan

yang dimanfaatkan oleh masyarakat berdasarkan pada cara perhitungan yang

dikemukakan oleh Turner (1988) dalam Purwanto (2002).

Tabel 5 Nilai kualitas kegunaan suatu jenis tumbuhan menurut kategori etnobotani (Quality oj use categories in ethnobotany).

No Deskripsi Kegunaan Nilai Guna Makanan Utama:

1 Makanan pokok 5 Bahan Pangan Tambahan (Secondary Foods)

2 Umbi-umbian 4 3 Bahan makanan berupa batang, daun, pucuk daun, bunga, kecambah 4

4 Bahan makanan berupa buah-buahan, biji-bijian 4 5 Bahan makanan berupa tunas, pucuk tumbuhan dan bagian tanaman

lainnya 4

6 Bahan makanan yang berupa jamur yang tidak beracun 4 7 Bahan makanan yang hanya dimanfaatkan pada saat paceklik,

kekurangan makanan 4

8 Bahan minuman 4 Bahan pangan lain yang digunakan

9 Menambah rasa, aroma, manis, bumbu-bumbuan dan penambah rasa lainnya.

3

10 Bahan pangan suplemen sebagai campuran bentuk menu makanan, pembungkus bahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam persiapan pembuatan bahan pangan

3

11 Bahan rokok (misalnya: tembakau) 3 12 Pakan ternak dan makanan hewan 3

 

Page 122: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

90

Tabel 5 Lanjutan

No Deskripsi Kegunaan Bahan Materi Utama

13 Kayu bahan bangunan, bahan wadah 4 14 Kayu bahan bakar 4 15 Bahan serat, bahan pakaian, dan bahan kerajinan atau teknologi

tradisional 4

16 Kulit kayu sebagai wadah dan konstruksi 4

Bahan Materi Sekunder 17 Penghasil tannin, berguna untuk perawatan 3 18 Bahan pewarna, tato, dekorasi dan kosmetika 3

19 Bahan deodoran, bahan pembersih 3 20 Bahan perekat, tali, bahan tahan air 3 21 Bahan sebagai alas, bahan tikar, bahan pengelap, bahan pembalut 3 22 Bahan campuran berbagai jenis bahan yang berguna 3

Bahan Obat-obatan 23 Tonikum, obat-obatan yang menyegarkan, merangsang 3 24 Purgatif, laksatif, emetik 3 25 Bahan obat untuk demam, obat batuk, TBC, influenza 3 26 Bahan pembersih luka, luka bakar 3 27 Bahan obat untuk arthritis, rheumatik, sakit persendian, lumpuh atau

paralis 3

28 Obat-obatan untuk penyakit saluran kencing 3 29 Obat-obatan untuk penyakit dalam 3 30 Obat-obatan untuk infeksi mata 3 31 Obat-obatan untuk perempuan, obstetrik atau ginekologi atau

reproduksi 3

32 Obat-obatan yang secara khusus untuk anak-anak 3 33 Obat-obatan untuk kanker 3 34 Obat-obatan untuk penyakit hati, sistem sirkulasi, tekanan darah 3 35 Obat anti iritasi 3 36 Analgetik dan anesthetik 3 37 Obat anti racun 3 38 Obat-obatan sakit perut atau masalah pencernaan, disentri 3 39 Obat-obatan untuk aphrodisiac 3 40 Obat-obatan untuk penyakit infeksi telinga 3 41 Obat-obatan untuk demam dan malaria 3 42 Obat sakit gigi. 3 43 Obat-obatan untuk penyakit hewan 3 44 Obat-obatan untuk infeksi Wit dan perwatan kulit 3 45 Medicine miscellaneous or unspecified 3

Page 123: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

91

Tabel 5 Lanjutan

No Diskrisi kegunaan Nilai KegunaanRitual atau Spiritual

46 Ritual kelahiran 2 47 Ritual inisiasi 2 48 Ritual kematian atau ritual keberanian, kepahlawanan dalam perang

antar suku 2

49 Ritual pengobatan (Shaman's ceremonies "training' "witchcraft"protection againt “witchcraft”)

2

50 Ritual perburuan, pemancingan dan ritual kegiatan pertanian 2 51 Bahan pangan utama untuk ritual 2

52 Jenis yang secara spesifik ditabukan atau hanya digunakan untuk ritual adat maupun penyembuhan

2

53 Sebagai jimat, tanda cinta kasih (symbol), permainan, atau sebagai bahan ritual penolak hujan dan lain-lain.

2

Mitologi 54 Jenis tumbuhan berperan dalam supernatural atau mitos 2

55 Jenis tumbuhan berperan dalam supernatural dalam mitos yang yang bersifat magis religius

2

56 Jenis tumbuhan berperan secara alami dalam mitos-mitos atau sejarah

2

57 Keperluan totem, simbol dansa 2 58 Misthik atau secara tradisional berasosiasi dengan hewan 2 59 Bahan campuran 2 60 Untuk kesenangan, indikator lingkungan, nama seseorang, desa dan

sebagainya 2

61 Tumbuhan yang dihargai atau memiliki nilai 2 62 Tumbuhan yang secara spesifik tidak diketahui kegunaannya, tetapi

diketahui mempunyai gambaran yang indah atau memiliki kemiripan dengan jenis tumbuhan lainnya

2

63 Tumbuhan yang memiliki nilai, tetapi tidak digunakan secara khusus atau ada kalanya sangat khusus atau mempunyai kekecualian

1

64 Tumbuhan tidak berharga atau tidak bernilai atau tidak diketahui oleh siapapun.

0

Catatan: Kategorisasi kegunaan tumbuhan tersebut di atas dimodifikasi dari kategori yang

dibuat oleh Turner (1988); Purwanto (2002)

Page 124: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

92

Tabel 6 Kategorisasi intensitas penggunaan (Intensity of use) jenis tumbuhan berguna

Nilai Deskripsi 5 Sangat tinggi intensitas penggunaannya; yaitu jeni-jenis tumbuhan yang

digunakan dalam kehidupan sehari-hari, digunakan secara regular, hampir setiap hari dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

4 Intensitas penggunaannya tinggi; meliputi jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, digunakan secara reguler harian, musiman, atau dalam waktu berkala

3 Intensitasnya sedang; penggunaan jenis-jenis tumbuhan secara reguler tetapi dalam kurun waktu-waktu tertentu, misalnya pemanfaatan yang bersifat musiman. Biasanya jenis-jenis ini diramu, diekstrak, atau bila hasilnya berlebihan bisa diperjual belikan

2 Intensitas penggunaannya rendah, meliputi jenis-jenis yang jarang digunakan dan tidak mempunyai pengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

1 Sangat jarang intensitas penggunaannya, meliputi jenis-jenis tumbuhan yang sangat minimal atau sangat jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Catatan: Kategorisasi tersebut merupakan modifikasi dari Turner (1988); Purwanto (2002)

Tabel 7 Kategorisasi tingkat eklusivitas atau tingkat kesukaan.

Nilai Deskripsi 2

Paling disukai, merupakan pilihan utama, jenis tumbuhan yang menjadi komponen utama dan sangat berperan dalam kultural. Jenis ini memiliki kegunaan yang paling disukai atau juga bagi jenis-jenis yang mempunyai nilai guna tidak tergantikan oleh jenis lain

1 Meliputi jenis-jenis tumbuhan berguna yang disukai tetapi terdapat jenis-jenis lain apabila jenis tersebut tidak ada

0,5 Meliputi jenis-jenis tumbuhan berguna yang hanya sebagai sumber daya sekunder, eklusivitasnya atau nilai kegunaannya rendah.

Catatan: Kategorisasi tersebut merupakan modifikasi dari Turner (1988), Purwanto (2002)

Page 125: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

93

5.3 Hasil

5.3.1 Sosial Budaya Masyarakat Tengger

Sejarah masyarakat Tengger diawali dengan adanya mitos sepasang suami-istri

yang bernama Joko Seger dan Roro Anteng. Mereka mempunyai anak 25 orang,

sedang putranya yang bungsu bernama Raden Kusuma sirna di kawah gunung

Bromo. Sesuai dengan petunjuk suara gaib yang isinya “Hai, kadang-kadangku

kabeh, reang ajo digoleki. Reang wis dadi siji karo Sang Hyang Widhi Wasa. Mung

wae sak ilange reang iki, saben purnama sasih Kasada reang jaluk kiriman tandur

tuwuh rika kabeh, kanggo reang kang dadi korban”. Artinya Wahai saudara-

saudaraku semua, saya jangan dicari, karena saya sudah menyatu dengan Sang Hyang

Widhi Wasa. Hanya saja sehilangnya saya, setiap Purnama bulan Kasada, saya minta

dikirim hasil bumi (pertanian, peternakan) sebagai ganti saya yang menjadi korban.

Setelah kerajaan Majapahit mulai runtuh sebagian masyarakatnya berpindah ke

wilayah deretan Bromo Tengger Semeru serta melakukan asimilasi dengan penduduk

lokal dan mulai berkembang adat budaya di wilayah Tengger.

5.3.1.1 Aspek Sosial Budaya

Sistem sosial masyarakat berkembang bersamaan dengan kontruksi sosial

masyarakat, artinya bahwa perubahan sosial berpengaruh terhadap sistem sosial

masyarakat. Fenomena evolusi sosial pada masyarakat akan mempengaruhi sistem

sosial yang dimiliki masyarakat tersebut. Perubahan terjadi dari masyarakat yang

sederhana berkembang menjadi masyarakat yang kompleks. Perubahan dan

perkembangan sistem sosial tersebut mendorong terbentuknya unit sosial yang

berkembang dari suatu sistem lama mengalami revisi, diperbaharuhi dan terus

mengalami perubahan. Demikian pula dalam sistem kepemimpinan tradisional

masyarakat Tengger melalui proses yang panjang dimana masing-masing unsur

mempunyai jabatan, tugas, fungsi dan tanggung jawab. Beberapa faktor sosial budaya

yang melatar belakangi terbentuknya pola kedudukan, pembagian tugas dan fungsi

Page 126: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

94

serta peran adat adalah pengaruh lingkungan, demografi, sistem hirarki masyarakat

dan sistem politik lokal.

Masyarakat Tengger menjunjung tinggi serta memegang teguh nilai-nilai luhur

nenek moyangnya. Sistem nilai sosial budaya yang terbentuk tidak terlepas dari

faktor sosial budaya yang melatar belakangi serta peran generasi mudanya. Peran

orang tua, tokoh karismatik Petinggi dan Dukun Pandhita, peraturan pemerintah

maupun adat mempunyai pengaruh besar terhadap kepatuhan nilai sosial budaya.

Proses nilai-nilai sosial budaya dari orang tua kepada anaknya diperkenalkan melalui

pembelajaran, kegiatan kehidupan sehari-hari dan kegiatan adat.

5.3.1.2 Sistem Kepemimpinan Tradisional

Dalam kehidupan masyarakat tradisional, kepemimpinan adat menjadi titik

sentral berlangsungnya kehidupan masyarakat sehari-hari. Pada umumnya

kepemimpinan adat tradisional merupakan suatu lembaga yang memiliki ciri khas

yaitu adanya dominasi golongan tertentu, otoritas, bersifat turun menurun, mutlak

keputusannya dan bersikap mengikat. Kepemimpinan tradisional masyarakat Tengger

adalah Petinggi (Kepala Desa) yang bertugas dalam pemerintahan desa. Sedangkan

Dukun Pandhita bertugas dalam bidang keagamaan dan ketua pelaksana upacara adat.

Petinggi juga sebagai kepala adat, sedangkan Dukun Pandhita juga bertugas memberi

nasihat kepada Kepala Desa. Kepemimpinan formal dan informal (Petinggi dan

Dukun Pandhita) sangat kharismatik dan berpengaruh besar dalam kepemimpinan

sehingga masyarakat Tengger yang damai dan harmoni. Pemerintah Desa Ngadisari

dan Ngadas Wetan memliki BPD (Badan Permusyawaratan Desa berjumlah 11

orang) dan kelengkapan lain sesuai Perda.

5.3.2 Pengetahuan Masyarakat Tentang Keanekaragaman Jenis Tumbuhan

Sebagai masyarakat yang hidupnya mengandalkan sumber daya alam

khususnya dalam menyediakan bahan pangan, mereka mempunyai pengetahuan yang

baik terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di lingkungannya.

Masyarakat Tengger mengandalkan kehidupannya dari sumber daya alam dalam

Page 127: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

95

memenuhi sebagian besar kebutuhan kehidupannya. Interaksi dengan kondisi alam

telah berjalan turun-temurun menghasilkan pengetahuan yang baik tentang

pemanfaatan sumber daya alam di lingkungannya. Mereka mampu dan memiliki

pengetahuan tentang bagaimana mengidentifikasi, menggolongkan, memberi nama

tumbuhan, membedakan jenis tanaman budidaya, pakan ternak, obat dan racun,

bangunan, kayu bakar dan ritual. Mereka paham dalam mengungkapkan potensi

berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan baik di lingkungan pemukiman, area

pertanian serta hutan. Berbagai pemanfaatan jenis diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari seperti bahan pangan, obat-obatan, ritual dan kayu bakar. Masyarakat

Tengger juga mengenal karakter-karakter tumbuhan berhubungan dengan pengenalan

jenis, pemberian nama jenis tumbuhan yang dikaitkan dengan lingkungan dan nama

desa, sebagai contoh Desa Kayu Kebek, Ngadas, Gubuklakah, Wonotoro dan Desa

Wonokitri, demikian pula nama Desa Tengger yang lainnya.

5.3.2.1 Pengetahuan botani lokal masyarakat Tengger

Masyarakat Tengger dahulu hidup di lingkungan hutan tetapi sekarang

sebagian desa berdekatan bahkan berbatasan langsung dengan hutan konservasi dan

hutan Perhutani. Sehingga mereka memiliki pengetahuan, pengalaman yang baik

tentang pengelolaan sumber daya dan mempunyai kearifan lokal sangat berkompeten

dengan konservasi dan hidrologi. Kesadaran terhadap perlunya pelestarian

lingkungan berkaitan dengan kultur masyarakat Tengger yang merupakan bagian

dari keberadaan eksistensi keanekaragaman yang membentuk bahasa khas, struktur

sosial, seni dan budaya, agama, kepercayaan serta sejumlah simbul lainnya. Manusia

mempunyai kemampuan beradaptasi pada kondisi lingkungan melalui penerapan

pengetahuan dan teknologi baik secara teori berdasarkan pengalamannya secara turun

temurun, serta praktek dalam menyiasati kondisi lingkungannya. Pada setiap

kelompok etnis atau suku mempunyai pengetahuan yang tidak sama, hal ini

tergantung kondisi lingkungan, tingkat kemajuan budaya dalam berakumulasi dan

berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggal.

Page 128: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

96

Identifikasi serta pengenalan tumbuhan berkaitan dengan pemanfaatan

merupakan dasar di dalam penelitian etnobotani dalam mengungkap potensi jenis

yang dipergunakan secara tradisional oleh masyarakat lokal. Pendekatan inventarisasi

masih umum dilakukan dan dipergunakan dalam mengidentifikasi keanekaragaman

alam hayati. Perkembangan berlanjut melalui metode-metode dan perkembangan

baru lain seperti bersifat kuantitatif (Turner 1988; Cotton 1996). Karakter-karakter

penting yang dipergunakan oleh masyarakat dalam mengidentifikasi tumbuhan

menggunakan beberapa kriteria meliputi morfologi, anatomi, sensorial, ekologi,

mekanik serta mitologi. Kriteria morfologi seperti bentuk dan tekstur baik akar,

batang, daun, bunga, buah dan biji. Karakter morfologi juga digunakan dalam

persiapan pengolahan tanaman pertanian seperti kentang bibit diambil sebesar telur

ayam, karakter bunga tanalayu, senikir, daun tlotok, putihan, digunakan dalam

imajinasi ritual. Berbagai macam bentuk morfologi tanaman pisang dengan karakter

khas. Kriteria sensorial (bau, rasa, warna) dapat digunakan dalam membandingkan

dengan antar jenis tumbuhan sebagai contoh rasa pedas lombok terong, warna merah

dan biru seperti bunga anting-anting, warna bung (bambu muda), bisa membedakan

antara bambu betung dan bambu jajang, tanaman putihan dimana daun bagian bawah

berwarna putih. Ciri khas aroma (fitokimia) seperti pada daun tanaman sempretan,

daun sere, jambu wer, dringu, pohon poo laki-laki (lanang) dan perempuan (wadon)

mempunyai aroma khas. Kriteria mekanik digunakan untuk menentukan kekuatan

dan daya tahan suatu bahan seperti kekuatan pohon cemara untuk bangunan maupun

kayu bakar lebih baik dibandingkan kayu dari jenis lain. Demikian pula kayu dadap,

dan kayu klandingan kurang baik dibuat arang karena cepat habis.

Kriteria ekologi telah menghasilkan karakter suatu tanaman yang digunakan

dalam mengkonservasi kemiringan lahan yaitu tanaman cemara, mentigi, dadap,

astruli dan gronggong pada lahan pertanian maupun lahan hutan. Untuk menghadapi

tanah longsor meliputi jenis-jenis tanaman rumput-rumputan, cemara, kecubung,

dadap. Kriteria lahan subur maupun tidak subur ditandai adanya tanaman banyon

(Asteraceae), ecek-ecek (Crotalaria striaca), tehan (Eupatorium riparium), demikian

pula jenis tanaman ternaungi yang dapat dibudidayakan. Mereka juga telah

Page 129: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

97

mengetahui jenis tanaman yang tahan terhadap gas belerang maupun akibat abu

vulkanik yaitu bawang prei (Allium fistulosum), tanaman yang berdekatan dengan

hutan akan lebih subur karena mendapatkan serasah dari tumbuhan hutan. Kriteria

mitologi seperti tebu, piji, pisang yang mempunyai tunas banyak memiliki makna

terkait dengan mitologi kesuksesan atau keberhasilan seseorang. Teknik

pencangkulan serta perlakuan tegalan pada pengolahan ladang telah disesuaikan

dengan jenis tumbuhan tertentu. Kriteria fisik untuk tanah subur berwarna agak gelap,

sedang untuk tanah kurang subur berwarna kuning keputihan. Tanda alam seperti

kabut, uap belerang, aturan musim (pranoto mongso), juga merupakan kriteria

lingkungan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan pertanian.

Pendekatan identifikasi pada pemanfaatan tumbuhan merupakan langkah awal

studi etnobotani untuk mengungkap serta mempelajari potensi keanekaragaman

hayati yang digunakan oleh masyarakat Tengger. Dalam identifikasi mereka

mengenal bagian organ tanaman (organ vegetatif dan generatif) serta nama lokalnya,

sebagai contoh nama wit atau pohon, pang (cabang), pentul (putik) dan gagang

kembang (tangkai bunga) (Tabel 8). Ukuran dan bentuk suatu benda mempunyai

makna sebagai contoh bibit kentang sebesar telur ayam, pohon besar disebut wit

gede, ujung daun runcing (lancip), bundar (pepek). Kemampuan masyarakat Tengger

dalam mengidentifikasi dan memberi nama jenis tumbuhan diperoleh dari orang tua

baik pengetahuan jenis tanaman budidaya maupun jenis tumbuhan liar dan jenis

tanaman berguna seperti jenis tanaman obat, bahan ritual, bahan bangunan, bahan

teknologi lokal, dan jenis tanaman yang terdapat di lingkungan rumah, di kawasan

tegalan dan di kawasan hutan. Mereka memberi nama sederhana, praktis dan mudah

dikenal dan biasanya berupa nama tunggal dan jarang memberikan nama majemuk

serta tidak pernah terjadi masalah atau kesalahan. Masyarakat Tengger menyebut

rumput-rumputan sebagai jukut yang sebenarnya terdiri dari banyak jenis yang

berbeda. Nama-nama sinonim lokal juga banyak dijumpai walaupun di dalam

masyarakat Tengger sendiri, sebagai contoh aseman atau surengan (Achiranthes

bidentata), paitan atau nyamu atau liyer (Tithonia diversifolia).

Page 130: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

98

Tabel 8 Terminologi untuk pengenalan dan karakterisasi tumbuhan pada masyarakat Tengger

No Organ tumbuhan Terminologi lokal Terminologi Indonesia 1 Organ vegetatif Wit/pohon/kayu/kajeng,

bonggol, gedebok pada pisang Pohon

Jelun, mrambat Liana Wit cilik/kajeng alit Semak/pohon kecil Wit gede/kajeng ageng Pohon besar Suket/jukut Rumput Oyot, tlencer Akar, akar utama Jangkar Akar papan atau banir Lanceran Akar gantung Prapatan, bulet Bentuk dan struktur Abang, biru, putih, kuning, ireng

Warna merah, biru, kuning, hitam

Kasar (jengkrik), alus Gambaran kulit batang kasar, halus

Godong (rosong), daun muda pisang (tlajungan), kering (klaras)

Daun, daun muda masih mengulung, daun pisang kering

Gagang/ papah pada daun pisang, lompong (tangkai daun, lumbu daun muda tales)

Tangkai daun

Pang Cabang Semai, bungkil pada pisang, entos pada mbote

Tunas

Ri Duri Ganci Rizoma

2 Organ generatif Bentuk dan ukuran Gede, cilik, sedengan Besar, kecil, cukup

Jumlah Siji, loro, telu, papat Satu, dua,tiga, empat dst

Cekap Sedang Cilik Kecil

Bagian buah Whoh Buah Kulit kandel, tipis Daging, tebal, tipis

Wiji Biji Wiji Biji

Bagian bunga Gagang kembang Tangkai bunga No Organ tumbuhan Terminologi lokal Terminologi Indonesia

Mentul/kudup Bunga belum mekar/kuncup Ron kembang Mahkota Wiji/klenteng Biji, Benang sari Pentul Putik Warno Warna Alat tambahan

Page 131: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

99

5.3.2.2 Pengetahuan masyarakat Tengger tentang pemanfaatan jenis tumbuhan

Pendekatan pengamatan dilakukan dengan mengidentifikasi pemanfaatan

tumbuhan untuk mengungkap potensi berbagai jenis tumbuhan yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari. Memberi nama dan menggolongkan adalah cara penting

dalam pengelolaan sumber daya hayati. Mereka mengerti betul terutama tanaman

budidaya, jenis liar maupun tanaman yang tidak dibudidaya dan meliar secara alami

sebagai contoh lobak liar. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat

Tengger meliputi jenis tumbuhan bahan pangan pokok dan buah-buahan, bahan

bumbu, pewarna, rokok dan kecantikan, jenis tumbuhan obat dan racun, ritual, pakan

ternak, tanaman hias, bahan bangunan, teknologi lokal, tali temali, pembungkus,

tumbuhan untuk konservasi dan liar (Tabel 9).

Tabel 9 Kategori pemanfaatan tumbuhan, jumlah jenis dan distribusi di masyarakat Tengger

No Kategori Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Jumlah Jenis Σ Kultivar

A Tanaman Budidaya (Domesticated Plants)

1 Makanan Pokok 1 5 2 Makanan Tambahan a. Biji-bijian 3 4 b. Umbi-umbian 6 2 c. Sayuran 28 d. Buah-buahan 34 14 e. Bumbu 15 - f. Minuman 4 - g. Minyak nabati 2 - h. Rokok dan nginang 8 - i. Stimulan 10

3 Racun 5 - 4 Kayu bakar 16 - 5 Pakan ternak 4 - 6 Ritual dam magis 73 7 Obat 65 8 Bahan bangunan 23

Page 132: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

100

Tabel 9 lanjutan

No Kategori Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Jumlah Jenis Σ Kultivar

9 Teknologi lokal/tulis 7 10 Penghasil latek dan resin 3 - 11 Penghasil serat 5 - 12 Bahan aromatik dan kosmetik 7 - 13 Bahan pewarna 4 - 14 Pupuk hijau 3 - 15 Pembungkus 4 4 16 Konservasi 30 17 Tanaman Hias 126 18 Bahan lain B Tumbuhan Liar 1 Bahan pangan pokok/tambahan a. Sayuran 10 1 b. Umbi-umbian 1 - c. Biji-bijian 2 - d. Buah-buahan 6 - d. Bumbu 1 - e. Minuman 1 - f. Stimulan 3 -

2 Tumbuhan hias 14 - 3 Bahan serat dan tali 3 - 4 Kayu bakar 13 - 5 Bahan bangunan/teknologi lokal - a. Bangunan rumah 11 - b. Teknologi lokal 5 -

6 Bahan stimulan 3 - 7 Bahan Jamur 4 - 8 Indikator ekologis 16 - 9 Tumbuhan obat dan racun 46 - 10 Tumbuhan ritual dan magis 18 - 11 Pakan Ternak 40 - 12 Pewarna 3 - 13 Bahan kesenian dan adat 3 - 14 Konservasi 107 - 15 Bahan lain-lain C Tanaman semi-Budidaya

Bahan pangan 3 - D Jamur 3 -

Page 133: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

101

5.3.2.2.1 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bahan Pangan dan Buah-buahan

Masyarakat Tengger dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya bertani pada

ladang berbukit terjal dengan penghasilan utama bawang prei, kobis, kentang dan

jagung. Makanan pokok masyarakat Tengger dahulu adalah nasi aron dibuat dari

bahan jagung, dengan makanan tambahan karbohidrat berupa ketela pohon, ganyong,

bentul dan talas serta bahan pangan dari hutan. Dengan berkembangnya kehidupan

masyarakat, sekarang ini padi (beras) menjadi makanan pokok, sedang lauk pauk

yang digunakan sesuai dengan selera, hal ini disebabkan mudahnya trasportasi masuk

ke wilayahnya, serta banyaknya toko, warung dan pasar. Demikian pula pedagang

(mlijo) mempergunakan angkutan pick up, sepeda motor dari Probolinggo, Malang,

Nongkojajar Pasuruan dan Senduro Lumajang. Jenis lauk pauk yang dijual meliputi

daging ayam, daging kambing, daging sapi, telur, tahu, tempe, ikan pindang, ikan

kering (gereh), ikan lele serta buah-buahan dan sayuran. Keanekaragaman jenis

bahan pangan masyarakat Tengger cukup tinggi terdiri dari 75 jenis meliputi tanaman

budidaya (cultivated plants) sejumlah 26 jenis dan yang tidak dibudidayakan (jenis

tumbuhan liar, meliar) 10 jenis (Tabel 10). Secara umum tanaman pangan dapat

dikelompokkan bahan pangan utama, bahan makanan pengganti, sayuran dan buah-

buahan yang dibudidayakan dan tidak dibudidayakan (Lampiran 8)

Jenis tumbuhan untuk bahan pangan terutama dihasilkan dari budidaya di

tegalan, pekarangan namun ada jenis pangan yang berasal dari hutan. Bahan sayuran

dan buah yang berasal hutan hanya merupakan pangan tambahan meliputi pakis

sayur (Diplazium esculentum), tunas (bung) bambu betung (Dendrocalamus asper)

atau bambu jajang (Gigantochlea apus), umbut rotan, batang muda piji (Pinanga

coronata), cimplukan (Physalis angulata), rukem (Flacourtiaceae rukam) dan lo

gondang (Ficus sp). Sedangkan jenis jamur yang sering diramu dari hutan meliputi

jamur grigit (Schizophyllum aineum), jamur pasang (Pleuratus sp) dan jamur kuping

yang tumbuh pada musim tertentu. Kegiatan ekstraktivisme sekarang jarang

dilakukan masyarakat Tengger karena kesadaran akan fungsi hutan di Taman

Nasional dan hutan lindung.

Page 134: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

102

Tabel 10 Keanekaragaman jenis tumbuhan bahan pangan (tanaman budidaya dan non budidaya) dan jamur di masyarakat Tengger

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status, Lokasi 1 Andewi Cichorium endevia L. Asteraceae Budidaya, tegalan 2 Apel Pyrus malus L. Rosaceae Budidaya, tegalan 3 Apokat Persea americana Mill. Lauraceae Budidaya, tegalan 4 Astruli/gajahan Pennisetum purpureum

L. Poaceae Budidaya, tegalan

5 Bambu betung (bung)

Dendrocalamus asper (Schultes f.) Backer ex Heyne.

Poaceae Budidaya, liar, tegalan

6 Bambu jajang Gigantochloa apus Kurz Poaceae Budidaya, liar, tegalan

7 Bawang merah Allium cepa L. Liliaceae Budidaya, tegalan 8 Bawang Prei Allium fistulosum L. Liliaceae Budidaya, tegalan 9 Bawang putih Allium sativum L. Apiaceae Budidaya, tegalan 10 Bayam Amaranthus hybrida L. Amaranthaceae Budidaya, meliar,

tegalan 11 Benguk Mucuna pruriens (L.)

DC. Fabaceae Budidaya, tegalan

12 Bentul Xanthosoma violaceum Shott.

Araceae Budidaya, tegalan

13 Brokoli Brasssica oleracea L. Brassicaceae Budidaya, tegalan 14 Buncis Phaseolus vulgaris L. Fabaceae Budidaya, tegalan 15 Empos Maclura sp Moraceae Liar,TNBTS,

Perhutani, 16 Ercis/kapri/

tomeo Pisum sativum L. Fabaceae Budidaya, tegalan

17 Gandum Triticum sativum L. Poaceae Budidaya, tegalan 18 Gandum/jagung Zea mays L. Poaceae Budidaya,

tegalan,komplangan, tegalan

19 Ganyong Canna edulis Ker. Cannaceae Budidaya, tegalan 20 Gude Cajanus cajan (L.) Mill Fabaceae Budidaya, tegalan,

Perhutani 21 Terong londo Cyphomandra betacea Solanaceae Budidaya, tegalan 22 Tomat Lycopersicum

esculentum L. Solanaceae Budidaya, tegalan

23 Ucet Pisum sativum L. Fabaceae Budidaya, tegalan 24 Wortel Daucus carota L. Apiaceae Budidaya, tegalan 25 Jeruk siyem Citrus auranthium L. Rutaceae Tegalan, budidaya 26 Kentang Solanum tuberosum L. Solanaceae Budidaya, tegalan

Page 135: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

103

Tabel 10 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status, Lokasi 27 Kerut/garut Maranta arundinacea L. Maranthaceae Budidaya, tegalan,

komplangan 28 Ketela rambat Ipomoea batatas (L.)

Lamk. Convonvulaceae Budidaya, tegalan,

budidaya 29 Ketumbar Coriandrum sativum L. Apiaceae Budidaya, tegalan 30 Ketirem Ipomoea sp Solanaceae Liar,tegalan/TNBTS

Perhutani 31 Kobis Brassica oleracea L Brasicaceae Budidaya, tegalan,

komplangan 32 Kopi Coffea arabica L. Rubiaceae Budidaya, tegalan,

komplangan 33 Kucai Allium odoratum L. Apiaceae Budidaya, tegalan 34 Kuningan Widelia Montana (Bl.)

Boerl. Asteraceae Liar, tegalan

35 Lengkeng Letchi chinensis Sonn. Sapindaceae Budidaya, tegalan 36 Litus Brassica sp Brassicaceae Budidaya, tegalan 37 Lo gondang Ficus glomerata Roxb. Moraceae Liar, TNBTS,

Perhutani 38 Lobak Daikong Raphanus sativus L. Brassicaceae Budidaya, tegalan

Komplangan 39 Lombok besar Capsicum anuum L. Solanaceae Budidaya, tegalan,

komplangan 40 Lombok rawit Capsicum frutescens L. Solanaceae Budidaya, tegalan 41 Lombok terong Capsicum sp Solanaceae Budidaya, tegalan,

komplangan 42 Mentigi Vaccinum variriefolium

(Bl.) Miq. Vaccinaceae Liar, tegalan,

TNBTS, Perhutani/ 43 Nangka Artocarpus heterophylla

L. Moraceae Budidaya, tegalan,

komplangan 44 Padi Oryza sativa L. Poaceae Budidaya, luar

daerah 45 Paku sayur Diplazium esculentum

(Retzius) Swartz Drypteridaceae Liar, komplangan,

TNBTS 46 Pete Parkia speciosa Hassk. Fabaceae Budidaya, tegalan 47 Pisang agung Musa paradisiaca L. Musaceae Budidaya, tegalan,

komplangan 48 Pisang ambon Musa paradisiaca L. cv.

Ambon Musaceae Budidaya, tegalan,

komplangan 49 Pisang candi Musa paradisiaca

L.cv.Candi Musaceae Budidaya, tegalan,

komplangan 50 Pisang cici Musa paradisiaca L. Musaceae Budidaya, tegalan,

komplangan 51 Pisang hutan Musa balbisiana Musaceae Liar, TNBTS,

Perhutani  

Page 136: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

104

Tabel 10 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status, Distribusi 52 Pisang raja Musa paradisiaca L.

cv.Rojo Musaceae Budidaya, tegalan,

komplangan 53 Pisang

rajomolo Musa paradisiaca L. Musaceae Budidaya, tegalan,

TNBTS, Perhutani 54 Pisang

rojonongko Musa paradisiaca L. Musaceae Budidaya,

tegalan,Perhutani 55 Pisang salek Musa paradisiaca L.

cv.Salik Musaceae Budidaya, tegalan

56 Pisang selolosa Musa paradisiaca L. Musaceae Budidaya, tegalan,Perhutani

57 Pohong Monohot utilisima Pohl. Euphorbiaceae Tegalan, budidaya, komplangan

58 Ranti Solanum torvum Sw. Solanaceae Liar, tegalan 59 Rukem Flacourtia rukam Zoll.&

Moritzi Flacourtiaceae Liar, Prhutani,

TNBTS 60 Sawi ijo Brasica juncea L. Brasicaceae Budidaya, tegalan 61 Sawi ireng Brassica rapa L. Brassicaceae Budidaya, tegalan 62 Sawian Nosturtium sp Brassicaceae Meliar, tegalan 63 Siyem Sechium edule (Jacq)

Swartz. Cucurbitaceae Budidaya, tegalan

63 Sledri Apium graviolens L. Apiaceae Budidaya, tegalan 65 Spinax/horinso Brassica sp Brassicaceae Budidaya, tegalan 66 Srikoyo Carica pubescens Caricaceae Budidaya,

pekarangan, tegalan 67 Stroberi Fragraria vesta L. Rosaceae Budidaya,

pekarangag, tegalan 68 Talas Calocasia esculenta (L.)

Schott. Araceae Budidaya, tegalan

69 Tebu Sacharum officinarum L.

Poaceae Budidaya, tegalan

70 Tembakau Nicotiana tabacum L. Solanaceae Budidaya, tegalan 71 Terong Solanum melongena L. Solanaceae Budidaya, tegalan 72 Jamur entos Lycoperdon pratense Polyporaceae Liar, Perhutani,

TNBTS/ 73 Jamur Grigit Schizephyllum aineum Schizophyllaceae Liar, TNBTS,

Perhutani 74 Jamur

kuping/jamur bibir

Auricularia auricularis Loid.

Auriculaceae Liar, tegalan, TNBTS, Perhutani

75 Jamur Pasang Pleuratus sp Agaricales Liar, TNBTS, Perhutani

Untuk mengatasi musim paceklik mereka membuat lumbung jagung yang

disebut sigiran, atau mereka menanam ganyong (Canna edulis) yang sewaktu-waktu

Page 137: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

105

dapat dipanen. Kentang juga dapat disimpan di tegalan hingga 2-3 bulan dengan cara

membiarkan tanaman tetap di ladang. Keanekaragaman bahan pokok untuk

menunjang perekonomian terletak di daerah yang tinggi (>1700 m dpl) adalah

bawang prei (Allium fistulosum), kentang (Solanum tuberosum), kobis (Brassica

oleracea), sedang di wilayah Tengger yang mempunyai ketinggian lebih rendah

dibawah 1.700 m dpl meliputi kobis (Brassica oleracea), apel (Pyrus malus), tomat

(Lycopersicum esculentum), kentang (Solanum tuberosum), bawang prei (Allium

fistulosum), wortel (Daucus carota) dan ketela pohon (Monihot esculenta).

Tanaman penghasil karbohidrat lokal meliputi jagung (Zea mays), bentul

(Xanthosoma violacium), tales (Calocasia esculenta), ganyong (Canna edulis) dan

ketela rambat (Ipomoea batatas). Di Desa Gubuklakah dan Desa Poncokusumo

Kecamatan Poncokusumo, ketela pohon dapat tumbuh dengan baik. Padi tidak dapat

tumbuh di lingkungan Tengger sedangkan budidaya gandum (Triticum sativum)

masih dalam taraf uji coba dari Dinas Pertanian.

Perkembangan sistem transportasi dan mudahnya memperoleh sarana

transportasi ke wilayah Tengger masyarakat yang dahulu makan jagung sebagai

bahan pokok, sekarang bergeser ke beras. Hal ini disebabkan beras mempunyai

keunggulan mudah dimasak dan praktis. Pihak pemerintah ternyata memberi bantuan

beras baik melalui raskin maupun bentuk dana bantuan lain, sehingga masyarakat

Tengger yang biasa makan aron membiasakan untuk makan nasi. Padi tidak dapat

ditanam di wilayah Tengger. Sedangkan jagung sangat cocok terutama jagung

kultivar Tengger yang mempunyai umur 7-9 bulan. Proses pembuatan bahan pangan

nasi aron diperlukan proses yang panjang. Umur yang panjang jagung inilah yang

menurut mereka terlalu lama dan kurang praktis dibanding tanaman bawang prei

umur 2-3 bulan panen. Demikian pula budidaya bawang putih, bawang merah

mencapai 8 bulan, karena waktu yang panjang tersebut kurang menguntungkan dalam

segi waktu, ekonomi dibanding bawang prei dan kentang.

Tanaman buah-buahan terdiri dari (49 jenis) (Lampiran 3), namun demikian

sebagian besar bukan buah lokal. Adapun buah lokal Tengger hanya sekitar 30%

yang tumbuh baik pada ketinggian 1500-2100 m dpl meliputi srikoyo, besaran, jambu

Page 138: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

106

wer, cimplukan, stroberi, calingan, terong belanda, pisang salik dan pisang raja. Pada

ketinggian dibawah 1200 m dpl keanekaragaman jenis buah lebih bervariasi seperti

apel tumbuh baik pada bagian Barat Tengger, pepaya dan berbagai kultivar pisang. Di

Desa Gubuklakah dan Desa Kayukebek, jenis kultivar pisang bervariasi terutama

pisang raja, pisang salek, pisang ambon, pisang cici, pisang rojomolo, pisang salosa

dan pisang agung. Jenis buah-buahan yang berasal dari luar daerah berjumlah lebih

banyak seperti salak (Salacca edulis), mangga (Mangifera indica), anggur (Vitis

vinifera), timun (Cucumis sativus), dan kelapa (Cocos nucifera) didatangkan dari

Malang, Probolinggo, Lumajang dan Pasuruan.

Pada zaman dahulu kebutuhan gula masyarakat Tengger dapat dipenuhi

dengan cara membuat sendiri gula dengan bahan baku tebu (Sacharum officinarum)

yang diperas dan dicampur kapur gamping dan sedikit garam kemudian dimasak

sampai hampir kental dan selanjutnya dicetak dengan bumbung (buku bambu) terbuat

dari bambu membentuk gula merah. Gula merah ini dulu dijual-belikan dan

digunakan untuk pemanis makanan atau jajanan, Namun sekarang ini di Desa

Gubuklakah lahan pertanian banyak di sewa pabrik gula dari Krebet Malang dan

mempunyai produksi cukup baik.

Masyarakat Tengger tetap melestarikan bahan pangan jagung varietas

Tengger (Zea mays cv. Tengger), ganyong (Canna edulis), tales (Calocasia

esculenta), bentul (Xanthosoma violacium) sebagai strategi untuk mengatasi situasi

paceklik. Tanaman jagung tersebut hanya ditanam sebagai sampingan (ijir),

sedangkan ketela pohon (Monihot utilisima) tambah baik pada ketinggian dibawah

1000 m dpl di wilayah masyarakat Tengger. Masyarakat Tengger yang tinggal di

Desa Ngadas Wetan mulai banyak menanam jagung hibrida yang berumur 4 bulan.

Hal ini karena kawasan ini memiliki jenis tanah yang cocok untuk tanaman jagung

walaupun pada ketinggian 1650 m dpl sedangkan masyarakat Tengger yang tinggal di

kawasan pada ketinggian lebih dari 1700 m dpl, mereka lebih memilih menanam jenis

tanaman budidaya seperti kentang (Solanum tuberosum), kobis (Brassica oleracea),

tropong atau bawang prei (Allium fistulosum) sebagai komoditi utama. Jenis tanaman

budidaya sayuran lainnya yang ditanam meliputi benguk (Mucuna pruriens), siyem

Page 139: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

107

(Sechium edule), ercis (Pisum sativum), ucet (Vigna sinensis), brokoli (Brassica

oleracea), mencogan (Allium sativum), bawang merah (Allium cepa), sledri (Apium

graviolens), lombok rawit (Capsicum frutescens), lombok kriting (Capsicum

annuum), lombok terong (Capsicum sp), tomat (Lycopersicum esculentum), lobak

(Raphanus sativus), dan sawi (Brassica juncea). Untuk jenis tanaman jagung kultivar

Tengger, bibit dipersiapkan sendiri melalui seleksi masa terhdapa hasil jagung yang

memiliki 1 tongkol atau 2 tongkol yang besar.

Tempat atau lumbung penyimpanan jagung terletak diluar rumah yaitu dengan

membuat sigir (seperti para-para) yang selanjutnya buah jagung disusun (disigir) agar

tidak dimakan bubuk disebut sigiran. Sigiran masih banyak dijumpai di Desa

Wonokitri dan Desa Keduwung. Sigiran tersebut terbuat dari bambu atau kayu

berfungsi tempat menyusun dan menyimpan jagung. Jagung tua dikeringkan di pohon

ladang pertanian kemudian di ikat (dipocong) dengan tali tutus dari bambu jajang

(Gigantochlea apus) dan dibawa ke rumah. Jagung yang telah dipocong disusun

dalam bentuk sigir pada kayu dan bambu yang kemudian atasnya ditutup dengan

alang-alang dan klakah (bambu yang dibelah). Gambar 20a di bawah menunjukkan

penyimpanan jagung kering hasil panen disusun yang disusun dalam bentuk sigiran

atau lumbung, sedang (Gambar 20b) teknik pemanenan bawang prei (Allium

fistulosum) dengan disiwil.

Gambar 20 Aktivitas pertanian: (a) Sigiran jagung dan (b) Menyiwil tanaman

tropong atau bawang prei di Desa Wonokitri.

a b

Page 140: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

108

Untuk mengolah biji jagung menjadi makanan aron dilakukan dengan cara

menumbuk di lumpang. Untuk membuat nasi aron yaitu biji jagung direndam selama

1 minggu sampai 2 bulan. Air rendaman jagung selalu diganti setiap 2 hari sekali. Biji

jagung kemudian ditumbuk menjadi tepung yang berwarna putih dan selanjutnya siap

untuk dikukus menjadi nasi aron. Nasi aron ini zaman dahulu merupakan makanan

pokok masyarakat Tengger. Menurut mereka bila kita makan nasi aron maka kita

merasa kenyang dan tahan untuk makan 1 kali sehari. Pengolahan buah jagung juga

dapat langsung dibakar, digodok, atau dibuat tepung untuk digunakan sebagai bahan

bermacam-macam kue seperti kue pasung dan roti dan lain-lain. Jenis sayuran yang

dibudidayakan masyarakat Tengger adalah jenis kobis (Brassica oleracea), wortel

(Daucus carota), sawi (Brassica oleacea), ucet (Phaseolus vulgaris), buncis

(Phaseolus sp), lombok kriting (Capsicum anuum), lombok terong (Capsicum sp)

(Gambar 21) dan sebagainya.

Gambar 21 Aktivitas pertanian: (a) Budidaya lombok kriting dan (b) tanaman lombok terong.

5.3.2.2.2 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Sebagai Bahan Teknologi Lokal

dan Seni

Jika kita mengklasifikasikan peralatan yang dipergunakan masyarakat Tengger,

maka terdapat lebih 6 macam jenis peralatan yang digunakan dalam kehidupannya.

Sistem peralatan tersebut meliputi (1) peralatan pengangkutan dan transportasi; (2)

peralatan produksi; (3) peralatan perang; (4) Peralatan menyalakan api; (5); peralatan

ba

Page 141: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

109

seni tradisional; (6); peralatan rumah tangga. Keanekaragaman jenis tumbuhan dan

peralatan tersebut meliputi:

5.3.2.2.2.1 Peralatan Pengangkutan dan Transportasi

Masyarakat Tengger menggunakan peralatan pengangkutan tradisional melalui

pengangkutan di darat atau menggunakan kuda (Gambar 22b). Secara tradisonal

mereka mengangkut hasil pertaniannya, atau kayu bakar dengan cara digendong,

dipanggul dan dipikul menggunakan kranjang dari bambu. Perkembangan sekarang

masyarakat Tengger dalam transportasi ke tegalan banyak menggunakan sepeda

motor bahkan mobil Jeep.

Gambar 22 Sarana transportasi: (a) Konstruksi jembatan di Desa Keduwung dari kayu cemara dan (b) Transportasi kuda.

5.3.2.2.2.2 Peralatan Produksi

Berdasarkan dari pengalaman yang diturunkan dari nenek moyangnya

masyarakat Tengger mampu memilih jenis kayu yang dapat digunakan untuk

membuat berbagai peralanan pertanian, peralatan berburu dan peralatan menangkap

ikan. Peralatan berladang dan berkebun merupakan alat yang digunakan dalam proses

produksi khususnya dalam bidang pertanian. Peralatan pertanian meliputi kranjang,

sudang dari bambu, pikulan, garpu, cangkul, arit, sabit, pecok dan limbat. Limbat

digunakan untuk memotong pohon, sedang arit digunakan untuk memotong rumput.

Pegangan atau hulu cangkul, arit, limbat, garpu tersebut terbuat dari bahan kayu

kipres (Cassuarina rumphiana), kayu jambu wer (Prunus persica), cemara gunung

a b

Page 142: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

110

(Cassuariana junghuhniana) dan kayu tewel (Artocarpus heterophylla). Dalam

melakukan pekerjaan di ladang, masyarakat Tengger telah memakai sepatu bot untuk

melindungi kaki dari berbagai gangguan seperti duri maupun ular. Pemupukan dan

penyemprotan hama tanaman dilakukan dengan mempergunakan alat semprot

(tangki) atau mesin penyemprotan. Bahan pikulan terbuat dari jenis bambu betung

(Dendrocalamus asper), bambu jajang (Gigantochlea apus), kayu kipres (Cassuarina

rumphiana) dan cemara (Cassuarina junghuhniana), karena jenis kayu tersebut lebih

kuat. Kotak bibit terbuat dari kayu dadap (Erythrina variegata) dan biasanya

digunakan untuk persiapan pembibitan kentang.

Pada masa lalu kegiatan berburu merupakan kegiatan yang cukup penting di

masyarakat. Akan tetapi kegiatan berburu mulai berkurang dengan berlakunya hutan

lindung (Perhutani) dan TNBTS dan berlakunya hukum adat. Oleh karena itu

masyarakat Tengger tidak mempunyai keahlian baik dalam perburuan liar. Pada masa

lalu masyarakat untuk berburu menggunakan bantuan anjing dan peralatan tombak

atau parang. Peralatan menangkap ikan juga tidak berkembang karena kondisi

lingkungannya yang tidak mendukung baik di tempat danau maupun sungai.

5.3.2.2.2.3 Peralatan Perang

Setiap kelompok masyarakat di dunia ini mempunyai senjata khusus yang

digunakan menjadi alat berperang untuk mempertahankan diri dari serangan musuh.

Masyarakat Tengger mempunyai senjata khas yang menjadi alat berperang dalam

rangka mempertahankan diri dari serangan lawan. Mereka dikenal sebagai wong

Tengger yang sejak lama menempati tanah hila-hila artinya sebagai abdi atau Hulun

Spriritual Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga dapat dimaklumi kalau peralatan

perang tidak banyak berkembang, namun demikian mereka tetap mempunyai

peralatan perang seperti keris, panah dan tombak. Mata tombak terbuat dari besi

degan bentuk bervariasi salah satu contohnya berbentuk trisula. Tombak dari bambu

dengan ujung runcing disebut taki ari yang terbuat dari bambu jajang atau betung.

Pegangan (gagang) tombak atau keris terbuat dari kayu cemara dan kayu aren.

Page 143: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

111

5.3.2.2.2.4 Peralatan Penerangan

Wilayah Tengger hampir semua sudah menggunakan listrik, namun zaman

dulu alat penerangan yang digunakan berupa obor terbuat dari bambu atau

menggunakan biji jarak yang di susun atau disunduk dengan bambu (sujen). Tumang

merupakan tempat atau tungku untuk memasak bahan pangan dan digunakan untuk

penghangat badan. Prapen adalah tempat untuk tempat membakar kemenyan yang

terbuat dari besi atau kuningan dan pada umumnya dipergunakan oleh para dukun

Pandhita.

5.3.2.2.2.5 Peralatan Seni Tradisional

Keanekaragaman kesenian masyarakat Tengger meliputi kesenian tradisional

yang berasal dari masyarakat dan kesenian dari luar Tengger. Peralatan seni

merupakan ekspresi seni masyarakat dalam mengungkap nilai esteika, seni suara

berkaitan seni tari dan religi. Kesenian tradisional asli Tengger adalah tari Sodoran

dan Ujung-ujungan yang dimainkan satu tahun sekali pada bulan Karo. Tari Sodoran

ini mempunyai pola khusus dan setiap menari meliputi empat pasang pemain dengan

membawa tongkat sodoran diiringi musik gamelan. Alat musik gamelan terdiri

kendang, gong, saron, bonang, slentem, peking dan kenong. Tempat duduk Ratu dan

dan Tuan Rumah adalah tiga Petinggi Desa sebagai ketua adat terbuat dari kayu jati.

Alat tongkat tari sodoran terbuat dari bambu jajang panjangnya 2 meter yang diisi

biji-bijian ujungnya ditutup dengan sabut kelapa. Tari Sodoran kelihatan sederhana

dengan penunjukan telunjuk jari yang menurut Sukari et al. (2004) merupakan

lambang Pyrusan dan Prodana bermakna pertama dan alam semesta yang bersifat

abadi. Sedangkan tari Ujung-ujungan memakai batang penjalin dimainkan

berpasangan dengan letak pukulan di bagian punggung. Tari ini melambangkan

kehidupan manusia baik dalam keadaan suka dan duka tetap mengedepankan

kerukunan dan kedamaian abadi. Jenis kesenian lain meliputi jaran kepang (Gambar

23), reog dan tari tayup (Gambar 24), bantengantari topeng, ketoprak, ludrok, campur

sari, gamelan dan sendra tari modern Roro Anteng-Joko Seger. Peralatan seni jaran

kepang dan reog terbuat dari bambu jajang maupun bambu betung, sabut aren dan

Page 144: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

112

bahan tari topeng Gubuklakah terbuat dari kayu pampung atau dadap. Sarak terbuat

dari tanduk kerbau dipergunakan untuk menari (nyarak) pada waktu tari Sodoran.

Kentongan yang terbuat dari kayu atau bambu betung atau jajang merupakan alat

untuk komunikasi zaman dahulu. Kerajinan lokal membuat gedek sekarang sudah

jarang karena hanya pekerjaan sambilan, sedang kerajinan seni seperti bunga tanalayu

dan bunga paitan dikeringkan sering kita dapatkan dan dijual belikan.

Gambar 23 Seni tradisional Kesenian jaranan.

Gambar 24 Seni tradisional: (a) Kesenian reog Desa Wonotoro, dan (b) Tayup di

Desa Ngadas Kidul.

a b

Page 145: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

113

Masyarakat Tengger juga menyimpam benda-benda keramat yang merupakan

warisaran nenek moyang berupa jimat Klontongan meliputi tombak, sejumah uang

logam dari abad-keabad, siwur dari kelapa, sarak (tanduk kerbau), tumbu dari bambu,

periuk dan pakaian warna hitam tanpa jahitan. Serbang merupakan tempat alat-alat

seperti jimat klontongan dan sodor berupa tongkat dari bambu berisi biji-bijian yang

dipergunakan pada waktu tarian sakral Sodoran. Ancak adalah tempat (wadah) yang

terbuat dari bambu betung dan jajang, digunakan untuk meletakkan sesaji, sedangkan

tempat air yang digunakan Dukun Pandhita untuk japa mantra disebut prasen dan

tempat api untuk membakar kemenyan disebut prapen.

5.3.2.2.2.6 Peralatan Rumah Tangga

Peralatan rumah tangga meliputi wadah, peralatan dapur, peralatan makan,

minum, peralatan menyalakan api, perabotan rumah tangga dan peralatan mengambil

air. Peralatan untuk wadah digolongkan sebagai alat untuk menampung, menyimpan

barang seperti air, pakaian, hasil pertanian, makanan dan lain-lain. Alat untuk

mengambil air dari sumber yang jauh letaknya dengan bahan dari bambu betung atau

bambu jajang disebut sudang, sekarang sudah banyak menggunakan pipa paralon dan

jerigen. Alat memasak meliputi cepel, irus, siwur atau gayung (cebok) terbuat dari

tempurung kelapa, tampah (tempeh), kukusan (tanggi) dan tumbu terbuat dari bambu

jajang, ulekan dari kayu cemara, parut kelapa dan sapu lidi aren atau dari daun

kelapa. Masyarakat Tengger juga memanfaatkan sumberdaya hayati tumbuhan yang

ada disekitar untuk lumpang, alu (lau) dari kayu danglu (Engelhardia spicata),

cemara gunung (Casuarina junghuhniana), kayu tewel (Artocarpus heterophylla),

dan kayu pasang (Quercus lincata). Tempat untuk menyimpam makanan disebut

pedaringan yang terbuat dari bambu atau kayu. Sedangkan lincak (dampar)

digunakan menaruh makanan, minuman yang diletaknan di depan tumang yang

terbuat dari kayu pampung (Unanthe javanica), jati (Tectona grandis), damar

(Agathis alba) dan kayu kembang (Michelia velutina). Tempat untuk menyimpan

peralatan makan seperti piring, gelas, cingkir, sendok disebut jodang yang terbuat

Page 146: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

114

dari kayu cemara (Casuarina junghuhniana), tewel (Artocarpus heterophylla) dan jati

(Tectona grandis). Sedangkan alat pikulnya terbuat dari bambu (Gambar 25).

Gambar 25 Peralatan rumah tangga: (a) Ibu Desa Wonokitri menumbuk jagung untuk

bahan aron dan (b) Peralatan disimpan di gubuk.

Berbagai peralatan pertukangan seperti halnya masyarakat lain meliputi pasah,

limbat, wadung, linggis, cetok, kasutan, petil, gergaji, tatah dan bor. Peralatan

tersebut dipunyai secara lengkap oleh kelompok masyarakat Tengger yang profesinya

sebagai tukang. Namun demikian peralatan pertukangan seperti parang dan limbat

digunakan untuk setiap keluarga Tengger. Untuk membuat rumah, dan peralatan

meja, dingklik (kursi panjang berkaki pendek), amben (tempat tidur) dari kayu

cemara gunung, kayu pinus, kayu dadap, bambu, kayu pasang, kayu kembang dan

kayu pampung. Peralatan dapur yang dipergunakan untuk makan dan minum terbuat

dari porselin, plastik, keramik dan metal. Namun pada zaman dulu mereka

menggunakan peralatan makan dan minum dari jenis tumbuhan diantaranya adalah

tempayan dari tanah, sendok dan tempat sayur dari tempurung kelapa, gelas dari jenis

bambu jajang.

5.3.2.2.3 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan sebagai Bahan Bumbu, Rokok,

Pewarna dan Kecantikan.

Dari penelitian ini diperoleh berbagai macam jenis tanaman bumbu berjumlah

23 jenis (Lampiran 9). Pemanfaatan bahan bumbu-bumbuan berdasarkan pengalaman

tradisionalnya masyarakat mampu memilih jenis tanaman untuk keperluan bahan

pangan contohnya masakan dari bahan daging atau sayuran. Jenis masakan daging

a b

Page 147: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

115

dapat disate, sate goreng, gulai, rawon, sedangkan bumbu meliputi kluwek, sere, daun

jeruk, bawang merah, bawang putih, bawang prei, tumbar, sledri, kelapa dan lain-lain.

Untuk masakan sayuran mempunyai bumbu hampir sama tergantung jenis

sayurannya apakah sayur bening, sop, pada umumnya mereka lebih menyukai

kulupan. Kulupan lebih dominan karena merupakan hasil budidaya mereka sendiri

apalagi dengan sambal dari lombok terong dan ikan asin, lalapan buah klandingan,

ketirem dan ranti. Jenis penyedap, pewangi adalah pandan wangi sedangkan jenis

bumbu meliputi kelapa, mrica, didatangkan dari luar Tengger.

5.3.2.2.3.1 Bahan pewarna

Sebelum dikenal bahan pewarna sintetis masyarakat Tengger telah

menggunakan bahan pewarna alami, yang telah turun temurun dipergunakan. Untuk

mempercantik diri digunakan warna dari denges (bunga waru), bunga pacar sebagai

cat kuku, bedak dari tepung beras. Pewarna makanan terdiri dari kunyit (Curcuma

domestica) untuk memberi warna kuning dan gambir untuk menginang biasnya untuk

warna merah. Dalam berbagai ritual adat masyarakat Tengger menggunakan warna

untuk bahan makanan meliputi jenang merah (abang) dan jenang putih. Tumbuhan

pewarna bahan makanan meliputi daun suji (Pleomele angustifolia) untuk warna

hijau, kunyit (Curcuma domestica) untuk warna kuning dan sabut kelapa (Cocos

nucifera) untuk pewarna hitam caranya yaitu sabut kelapa tersebut dibakar kemudian

disaring sebagai pewarna hitam.

Bahan pakaian masyarakat Tengger meliputi baju adat berwarna hitam,

sedangkan warna selempang untuk para Dukun Pandhita berwarna kuning. Bagi

masyarakat Tengger masing-masing warna mempunyai makna seperti warna merah

melambangkan keberanian, putih kebersihan hati yang suci, bersih dan kuning

melambangkan kebikjaksanaan.

5.3.2.2.3.2 Bahan rokok

Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) oleh masyarakat Tengger dapat di

tanam sebagai tanaman budidaya untuk bahan rokok. Tanaman ini diusahakan hanya

Page 148: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

116

untuk keperluan lokal, sedang bibit tembakau dijual untuk dikembangkan di wilayah

lain seperti Probolinggo, Situbondo dan Lumajang. Tembakau juga dipergunakan

sebagai bahan nginang (gambir, sirih, injet). Pada umumnya rokok tembakau

digulung sendiri. Sebagian besar masyarakat Tengger baik laki-laki dan perempuan

merokok, hal ini dilakukan untuk menghilangkan rasa dingin disertai minum kopi.

Selain itu bahan rokok juga mempergunakan klobot jagung. Beberapa jenis tumbuhan

lokal juga bisa digunakan untuk bahan merokok yaitu daun kecubung dan ganjan

namun jenis tumbuhan tersebut dapat memabukkan.

5.3.2.2.3.3 Bahan Kecantikan

Dalam hal kecantikan yang berkaitan dengan penghilang bau badan masyarakat

Tengger menggunakan bunga mawar dan melati yang diletakkan di saku, minyak

klentik (kelapa) dicampur bunga mawar, kenanga atau melati sebagai pewarna rambut

kelihatan rapi (klimis). Bahan pembersih rambut digunakan merang padi (Oryza

sativa) dibakar atau klerek (Sapindus rarak) untuk menghilangkan kutu kepala atau

tumo. Bagi orang tua lebih menyukai nginang dari bahan tembakau, injet, gambir,

sirih sehingga bibir kelihatan mempunyai warna. Hasil inventarisasi jenis tumbuhan

sebagai bahan pewarna berjumlah 8 jenis antara lain: kelapa (Cocos nucifera), kunyit

(Curcuma domestica), pacar (Lawsonia inermis).

5.3.2.2.4 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Sebagai Bahan Obat Tradisional

Keanekaragaman jenis tumbuhan obat tradisional dalam masyarakat Tengger

di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur ada sekitar 98 jenis (Indriyani et al. 2006).

Pada akhir-akhir ini dengan perkembangan bidang kesehatan seperti Puskesdes,

Polindes, Puskesmas dan toko obat, masyarakat Tengger lebih banyak meninggalkan

obat tradisional dengan alasan lebih cepat sembuh (manjur) dan lebih praktis.

Pengetahuan tentang penggunaan obat tradisional tinggal sebatas pengetahuan

mereka yang didapat secara turun temurun, namun demikian sebagian mereka masih

menggunakan bahan tradisional (Tabel 11) dan suwuk (mantera). Sebagai contoh

bahan dari obat tradisional meliputi getah pisang, rizoma alang-alang (Imperata

Page 149: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

117

cylindrica), daun binahong (Basella rubra), getah lamtoro (Leucaena glauca)

digunakan untuk obat luka. Umbi bawang putih (Allium sativum) dan daun dringu

(Acorus calamus ) untuk pengobatan anak-anak panas atau kena sawan. Daun tepung

otot (Stellaria saxatilis), cimplukan (Physalis angulata) (daun dan buah), yodium

(Jatropha multifida), dan daun sirih (Piper betle), digunakan untuk obat mimisan.

Untuk obat masuk angin masyarakat menggunakan daun dringu (Acorus calamus),

bawang putih (Allium fistulosum), dan adas (Foeniculum vulgare). Obat kesleo,

vitalitas tubuh dan perut kembung digunakan jenis tumbuhan akar sempretan, tepung

otot (Stellaria saxatilis), jae wono (Zingiber officinale)), pulosari (Alixia reinwardtii),

jahe (Zingiber officinale), kencur (Kaemferia galanga), kunyit (Curcuma domestica),

pronojiwo (Euchresta horsfieldii), kayu ampet (Astronia macrophylla), lobak

(Raphanus sativus) dan poo (Melaleuca leucadendron). Untuk obat batuk meliputi

cimplukan (Physalis angulata), adas (Foeniculum vulgare), pulosari (Alixia

reinwardii), jeruk pecel (Citrus hystrix) dan bawang prei (Allium fistulosum). Obat

menanggulagi darah tinggi dan darah rendah menggunakan timun (Cucumis sativus),

cimplukan (Physalis minima), srikaya (Carica pubescent), bayam (Amaranthus

hybridus), ketumbar (Coriandrum sativum) dan seledri (Apium graveolens). Obat

sakit gigi menggunakan getah atau biji jarak (Ricinus comunnis), bawang putih

(Allium sativum) dan tembakau (Nicotiana tabacum). Untuk obat sakit mata

menggunakan air dari bunga muda (kuncup) kecubung (Brugmansia suaveolens) dan

bunga danglu (Engelhardia spicata).

Masyarakat Tengger mengenal beberapa tanaman racun meliputi buah jarak

(Ricinus comunnis), jamur kayu (Ganoderma cochlear), tehan (Eupatorium

riparium), jamur impes (Calvatia borista), triwulan (Eupatorium rotundifolium),

kecubung hutan (Datura metel) dan trabasan (Artemisia vulgaris). Biji jarak (Ricinus

comunnis) dan ranti (Solanum nigrum) dikenal beracun, namun bagi mereka

digunakan sebagai bumbu atau lalapan, demikian pula ki racun digunakan sebagai

tanaman hias. Masyarakat Tengger dalam pengobatan tradisional biasanya

menggunakan 1 jenis tumbuhan atau berupa campuran dari beberapa jenis tumbuhan

seperti obat masuk angin ramuan daun dringu (Acorus calamus) dan bawang putih

Page 150: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

118

(Allium sativum) ditumbuk kemudian dibobok. Bagian tumbuhan yang digunakan

berupa bagian rimpang, akar, kulit batang, daun, buah dan biji.

Tabel 11 Keanekaragaman jenis tumbuhan obat di masyarakat Tengger.

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Suku Cara meramu Kegunaan

1 Adas Foeniculum vulgare Mill.

Apiaceae Daun, biji + pulosari tumbuk+dringu +bawang putih, minum, dibobok, beras+kencur

Perut kembung, batuk, flu, sesak napas, sawan, linu, penghangat bayi, panas, pusing

2 Apel Pyrus malus L. Rosaceae Buah dimakan, dijus

Vitalitas, sariawan,darah tinggi

3 Asam Tamarindus indica L.

Fabaceae Buah campur air panas+gula

Minuman setelah melahirkan,batuk,bumbu

4 Alang-alang

Imperata cylindrica L.

Poaceae Rizoma tumbuk, oles,+air minum

Luka, vitalitas, ginjal

5 Apokat Persea gratissima

Lauraceae Buah dimakan +gula

Darah tinggi, mejen

6 Aseman/jarongan

Achiranthes aspera L.

Amaranthaceae Akar,daun ditumbuk+air

Panas,pegal linu,vitalitas

7 Anggrung Trema amboinensis (Wild) Bl.

Moraceae Daun bobok Gatal

8 Bawang prei

Allium fistulosum L.

Liliaceae Batang, daun masak, bening, makan

Batuk

9 Bayam Amaranthus hybridus L.

Amaranthaceae Daun di masak, kulup

Darah rendah, pelancar asi

10 Bawang putih/mencogan

Allium sativum L.

Liliaceae Umbi tumbuk, + dringu +minyakkelapa,+bawang merah, minyak gas

Panas, kembung, sakit gigi, kesleo, masuk angin, sawan

11 Binahong Basella rubra L. Basellaceae Batang, daun ditumbuk, oles

Luka, kesleo, rematik, sakit perut

12 Cemara Casuarina junghuhniana Miq.

Casuarinaceae Abu kayu + air panas+gula Minum

Sakit perut, mencret, pegal linu

Page 151: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

119

Tabel 11 Lanjutan

No Nama lokal

Nama Ilmiah Suku Cara meramu Kegunaan

13 Cimplukan Physalis heterophylla L.

Solanaceae Buah muda diambil air dioleskan, daun dimakan

Luka, kulit gatal, darah tinggi, sariawan, batuk, sakit kuning

14 Calingan/pagan

Centella asiatica (L.) Urb.

Umbelliferae Daun tumbuk+air panas minum

Batuk, kencing batu, pegal linu

15 Dilem Pogostemon hortensis Back.

Labiatae Daun +air panas minum

Kembung, masuk angin

16 Digitalis Digitalis purpureaL.

Scrophulariaceae Daun bobok, temple

Luka luar

17 Dringu Acorus calamus L.

Araceae Daun+mencogan tumbuk,direbus+bobok,rimpang, tumbuk

Panas, kesleo, kembung, pegal linu, sakit kepala obat tidur bayi,bidur,sawan

18 Dadap Erythrina variegata L.

Fabaceae Daun+air hangat dibobok, tempel

Panas, step

19 Danglu Engelhardia spicata L.

Juglandaceae Kulit batang, bunga tumbuk

Sariawan, sakit mata

20 Ganjan Artemisia vulgaris L.

Asteraceae Daun tumbuk, dioles

Mimisan

21 Grinting Cynodon dactylon Pers.

Poaceae Batang, tangkai Luka

22 Gandum Zea mays L. Poaceae Buah muda di tumbuk+air minum

Batuk, pelancar asi, vitalitas

23 Grunggung/ calingan

Rubus rosaefolius J.E.Smith.

Rosaceae Buah dimakan+air panas

Sariawan, mencret

24 Jamur impes

Calvatia bovista(L.) Van Overeem.

Lycoperdaceae Badan buah, dibobok +air mandi, obat dan racun

Borok, bengkak, kadas kudiis

25

Jamur kayu

Ganoderma cochlear Bl. et Nees.

Polyporaceae

Badan buah direndam,+air mandi obat dan racun

Borok, bengkak, kadas,gatal

26 Jamur es Polyporaceae Badan buah digodok

Sesak

 

Page 152: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

120

Tabel11 Lanjutan

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Suku Cara meramu Kegunaan

27 Jambu wer

Prunus persica Zieb.&Zucc.

Myrtaceae Buah dan daun muda tumbuk+air panas, direbus di minum

Mencret, diare, sariawan

28 Jarak Ricinus comunnis L.

Euphorbiaceae Getah batang, daun dioles, biji dibakar oles gigi bengkak

Sakit gigi, biji bumbu, racun, lampu, kesleo, sengat tawon

29 Jarak jawa/pagar

Jatropa curcas L.

Euphorbiaceae Biji, getah Sakit gigi, colok lampu,minyak,racun

30 Jambe Areca catechu L.

Arecaceae Buah tumbuk Sakit gigi, kosmetik

31 Jae wono Zingiber sp Zingiberaceae Rizoma,tumbuk+madu+air panas

Vitalitas, batuk, kesleo, setelah melahirkan, panas

32 Jae jawa Zingiber officinale Roxb.

Zingiberaceae Rizoma tumbuk,bakar +air diminum, bobok

Kesleo,penghangat, pegal linu, sakit gigi, pusing, panas, bau badan

33 Jeruk nipis

Citrus aurantifolia Swing.

Rutaceae Buah diperas+air +gula

Batuk, pegal linu, bumbu,pilek,minuman, asma

34 Jeru siyem

Citrus sinensis Osb.

Rutaceae Buah dimakan Sariawan

35 Jeruk bali Citrus maxima Merr.

Rutaceae Buah dimakan, kulit bakar,buah+air minum

Sariawan, setelah melahirkan

36 Jambu jawa

Psidium quajava L.

Myrtaceae Daun muda bobok+air,minum

Mencret

37 Kencur Kaempferia galangal L.

Zingiberaceae Rizoma tumbuk/parut, minum, bobok,+beras bobok

Kesleo, pegal linu, pusing,panas,kembung, setelah melahirkan,kesuburan,bengkak

 

 

Page 153: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

121

Tabel 11 Lanjutan

No Nama lokal

Nama Ilmiah Suku Cara meramu Kegunaan

38 Kunyit/ kunir

Curcuma domestica Val.

Zingiberaceae Rizoma tumbuk+air

Kembung, pegal linu, minuman, bidur, bengkak, setelah melahirkan, sawan,panas, pusing, bau badan

39 Kentang Solanum tuberosum L.

Solanaceae Umbi, rebus, Vitalitas, sayuran, sakit perut

40 Krangean Abrus laevigatus E. Mey

Fabaceae Biji Racun

41 Ketumbar Coriandrum sativum L.

Apiaceae Buah tumbuk+air panas

Kembung, darah tinggi, bumbu

42 Keningar Cinnamomum burmanii Bl.

Lauraceae Buah, kulit batang tumbuk+air, campuran jamu

Vitalitas, pusing, darah tinggi, sakit perut, obat kuat

43 Kecu-bung

Brugmansia suaviolens Barcht.& Presl.

Solanaceae Daun,bunga, air bunga muda,kuncup, diambil oleskan/tetes dimata

Obat mata, daun merokok,racun

44 Klanding Albitzia lopantha (Wild) Beth.

Fabaceae Buah untuk lalapan+sambal, kulit bobok

Vitalitas, nafsu makan,cacingan, luka luar

45 Kecu bung ungu

Datura metel L. Solanaceae Buah dan daun bunga racun,= air, memabukkan

Memabukkan, racun, lelap tidur,merokok

46 Kayu ampet

Astronia macrophilla Bl.

Apocynaceae Kulit kayu rebus, bakar, bobok +air, minum,daun

Patah tulang, mejen,mencret,sakit mata,masuk angin

47 Ketirem Ipomoea sp Convolvulaceae Daun direbus, lalapan

Vitalitas, nafsu makan, sakit perut, pelancar asi

 

 

Page 154: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

122

Tabel 11 Lanjutan

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Suku Cara meramu Kegunaan

48 Ketiu Emilia prenanthoidea D.C.

Asteraceae Getah dibobokkan atau dioles

Luka, sayur

49 Kunci Kaemppferia angustifolia L.

Zingiberaceae Rizoma Panas, bumbu

50 Kapulogo Amomum cardamomum L.

Zingiberaceae Campuran jamu

Vitalitas

51 Kayu pule

Alstonia shcolaris R.Br.

Apocynaceae Getah dibobokkan atau dioles

Luka

52 Kopi Coffea arabica L.

Rubiaceae Biji kering tumbuk+air panas+gula

Vitalitas, pusing,tekanan darah naik

53 Kemangi/telasih

Oscimum basilicum L.

Labiatae Daun lalap Bau keringat, nafsu makan, demam

54 Lobak Rhapanus sativus L.

Brassicaceae Batang ,umbi parut/tumbuk air minum, bunga

Perut kembung, pegal linu, ginjal,ambien, sengat lebah

55 Lombok rawit

Capsicum frutescens L.

Solanaceae Buah+bawang putih tumbuk

Nafsu makan

56 Lombok kriting

Capsicum anuum L.

Solanaceae Buah+bawang putih+tumbuk

Nafsu makan

57 Lombok terong

Capsicum sp Solanaceae Buah+bawang putih+tumbuk, raja pedas

Nafsu makan, pusing, pelancar asi

58 Lombok udel

Solanum capicastrum Link.

Solanaceae Buah di peras diminum

Sariawan, pusing

59 Lidah buaya

Aloe vera Mill. Liliaceae Daun, buah direbus, minum

Batuk, darah tinggi

60 Lempuyang

Zingiber aromaticum Val.

Zingiberaceae Rimpang Panas

61 Laos Alpinia galanga (L) Wild.

Zingibearaceae Rizoma tumbuk, gosok

Vitalitas, bumbu, pegal linu, mriang

62 Lerak Sapindus rarak DC.

Sapindaceae Buah tumbuk+air

Obat tumo, serangga, cuci, sampo

 

 

Page 155: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

123

Tabel 11 Lanjutan

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Suku Cara meramu Kegunaan

63 Menjari/gembokan

Sonchus javanicus Jungh.

Asteraceae Getah bunga, batang, daun

Sariawan, ginjal, luka

64 Manggis Garcinia mangostana L.

Guttiferae Kulit buah dibakar

Mencret

65 Mrica Piper nigum L. Piperaceae Buah Vitalitas, pegel linu, pusing

66 Mahoni Switenia mahagoni (L.) Jacq.

Meliaceae Buah Pusing

67 Nanas muda

Ananas comusus Merr.

Bromeliaceae Buah muda Obat KB/aborsi

68 Pari Oriza sativa L. Poaceae Biji, bunga Campuran obat, sampo, kesleo, kesuburan wanita,bedak,pelancar asi

69 Pisang raja

Musa paradisiaca L.cv.Rojo

Musaceae Buah dimakan, getah batang, buah bakar

Mejen, luka, mencret,abeien, luka bakar

70 Pisang salek

Musa paradisiaca L.cv.Salik

Musaceae Buah dimakan, getah oles

Mejen, luka

71 Pisang hutan

Musa paradisiaca L.

Musaceae Getah batang dioles

Luka, ritual

72 Pohong Monihot utilisima Pohl.

Euphorbiaceae Daun godok Pelancar asi

73 Pisang ambon

Musa paradisiaca L.cv.Ambon

Musaceae Buah dimakan Mejen, luka,sakit perut, mencret

74 Pronoji-wo

Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn.

Fabaceae Buah, biji tumbuk+air minum, bobok

Pegal-linu, sakit perut,rematik,vitalitas

75 Pepaya Carica papaya L.

Caricaceae Buah dimakan, daun direbus atau tumbuk+air minum

Mejen, sariawan, vitalitas, setelah melahirkan

76 Purwoceng/antanan

Pimpinella pruatjan Molkenb.

Umbelliferae Akar,batang, daun, bunga , buah+air buah rebus

Vitalitas tubuh, lemah syahwat

 

Page 156: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

124

Tabel 11 Lanjutan

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Suku Cara meramu Kegunaan

77 Poo lanang, poo wadon

Melaleuca leucadendron L.

Myrtaceae Kulit batang, daun direbus, minum,dioles

Masuk angin, batuk, penghangat bayi, kembung,pegal linu,

78 Petungan Equisetum debile Roxb.

Equisetaceae Batang,daun tumbuk, bobok

Pegal linu, diare

79 Permenan Mentha arvensis L.

Menispermaceae Daun Gatal

80 Piji Pinanga coronata (Bl.ex Mart.) Bl.

Arecaceae Batang muda Mencret

81 Pusek Gynura procumbens (Lour.) Merr.

Asteraceae Bunga Campuran mandi anak-anak

82 Pulosari Alyxia reinwardii L.

Apocynaceae Daun, biji +adas tumbuk +air minum, kulit tumbuk+air minum

Vitalitas, sakit perut,batuk, flu,panas, pusing, mencret

83 Ranti Solanum nigrum L.

Solanaceae Buah, daun lalapan

Nafsu makan, pelancar seni,maag, darah tinggi

84 Rotan Daemonorop sp Arecaceae Umbut digodok Mencret 85 Sirih Piper betle L. Piperaceae Daun+tembaka

u+kapur kunyah,sumbat daun+air, bakar,direbus,rembang

Sakit gigi, sakit mata, borok, mimisen,keputihan, melahirkan

86 Suri pandak

Plantago mayor L.

Campanulaceae Daun bobok, Kesleo, ambeien, luka

87 Siyem Sechium edule (Jacq) Swartz.

Cucurbitaceae Buah dimasak, makan kompres

Panas,menggigil

88 Sawi ireng

Brassica rapa L. Brassicaceae Daun rebus,kulup dimakan

Pusing, demam

89 Sawian Nostorticum sp Brassicaceae Daun Sengat lebah 90 Sledri Apium

graviolens L. Apiaceae Daun+air

minum Daarah tinggi, bau keringat

 

Page 157: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

125

Tabel 11 Lanjutan

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Suku Cara meramu Kegunaan

91 Sesuruh Piperomia pellucid (L.) Kunth.

Piperaceae Daun tumbuk +air minum

Sariawan, asam urat, bisul

92 Senduro Sindora javanica (K. & V.) Back.

Fabaceae Daun tumbuk, bobok

Pegel linu

93 Semanggi Oxalis corniculata L.

Oxalidaceae Daun Demam,flu

94 Sembukan

Paederia scandens (Lour) Merr.

Rubiaceae Daun Masuk angin, kentut

95 Semboja Plumeria acuminata W.T.Ait.

Apocynaceae Getah, daun,batang

Sakit gigi

96 Sintok Cinnamomum sintoc Bl.

Lauraceae Kulit batang Vitalitas

97 Singkong Monihot utilisisima Pohl.

Euphorbiaceae Daun muda rebus+garam

Pelancar asi, vitalitas

98 Sempre-tan/lumpungan

Eupatoriun sp Asteraceae Akar ditumbuk+air panas Diminum atau dioles

Vitalitas, batuk, kesleo,luka masuk angin, berbagai penyakit

99 Srikoyo/karikaya

Carica pubescens L.

Caricaceae Buah dimakan Mejen, darah rendah, mriang

100

Stroberi

Fragraria vesta L.

Rosaceae

Buah dimakan

Sariawan, vitamin, mencret

101 Susuh angin/ janggut wesi

Usnea dasypoga (Acharius) Nylander.

Usneaceae Badan buah tumbuk +Air panas diminum

Campruan obat, jawa, asma,ginjal, pegal linu, vitalitas

102 Tebu ireng

Sacharum officinarum L.

Poaceae Air tebu dibakar minuman

Penghangat badan, batuk,vitalitas

103 Tembakau Nicotiana tabacum L.

Solanaceae Daun di potong,rokok, susur/kunyah, rokok ditempel luka gigitan

Rokok, vitalitas, sakit gigi, racun untuk binatang ular, tawon

 

 

Page 158: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

126

Tabel 11 Lanjutan

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Suku Cara meramu Kegunaan

104 Toro Leucaena leucocephalla (Lam.) de Wit

Fabaceae Biji dimakan, masak, getah daun muda dioles

Nafsu makan, luka, bisul, sakit gigi

105 Trabasan Eupatorium sp Asteraceae Daun ditumbuk Racun 106 Tehan Eupatoriun

riparium Regel Asteraceae Daun

ditumbuk+air panas diminum

Racun, obat mencret, rokok

107 Triwulan Eupatorium pallescens DC.

Asteraceae Daun, bunga ditumbuk

Racun ternak

108 Timun Cucumis sativus L.

Cucurbitaceae Buah ditumbuk +air diminum

Darah tinggi

109 Tepung otot

Stellaria saxatilis Ham.

Caryophyllaceae Batang,daun ditumbuk bobok

Kesleo, pegal linu, asam urat, patah tulang,

110 Tomat Lycopersicum esculentum Mill.

Solanaceae Buah makan,masak+ air+gula, diminum

Sariawan, ambeien, vitamin

111 Teki Cyperus monocephalus L.

Cyperaceae R hizoma tumbuk +air+garam diminum

Pusing, campuran jamu

112 Temu lawak

Curcuma xanthorhiza L.

Zingiberaceae Rhizoma+air+asam

Jamu,vitalits

113 Temu ireng

Curcuma aeruginosa Roxb.

Zingiberaceae Rimpang Bidur

114 Terong belanda

Solanum sp Solanaceae Buah ditumbuk+air atau dimakan

Sariawan

115 Talas/mbote

Calocasia esculenta Schott.

Araceae Batang/umbi digodok

Tidur, luka bakar

116 Tibar Sonchus arvensis L.

Asteraceae Getah batang, dioles

Sakit gigi

117 The Commelina sinensis L.

Theaceae Daun+gula+air panas

Vitalitas

118 Ulan-ulan Tinospora coriaceae (Bl.) Beumee.

Menispermae Daun, bunga Kesleo

 

 

Page 159: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

127

Tabel 11 Lanjutan

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Suku Cara meramu Kegunaan

119 Wortel Daucus carota L.

Apiaceae Batang ditumbuk+air diminum

Sariawan, mata

120 Waron Abelmonchus moschatus Medik.

Malvaceae Bunga Sengat tawon, cuci pakaian

121 Yodium Jatropha multifida L.

Euphorbiaceae Getah tangkai daun, di oles

Luka

Masyarakat Tengger memanfaatkan obat dan racun tradisional dari tumbuhan

sekitar 121 jenis, yang termasuk 75 marga dan 41 suku. Sebagian besar kelompok

tumbuhan berperawakan terna dan sebagian kecil pohon, tumbuhan lumut dan jamur

dipergunakan untuk mengatasi 61 gejala penyakit. Salah satu jenis tumbuhan yang

paling mahal dan sulit dicari adalah sempretan, yang berada di kawasan hutan

konservasi TNBTS maupun di hutan Perhutani. Jenis-jenis tumbuhan obat pada

umumnya diambil di sekitar rumah, tegalan, atau hutan dan digunakan untuk

mengobati sekitar 63 macam gejala penyakit. Metoda pelaksanaan pengobatan

tradisional mereka mempergunakan satu jenis tumbuhan atau beberapa jenis (racikan)

dengan cara ditumbuk, dikunyah, dibobok, direbus, digosok, ditetes dan diikuti

dengan mantra yang disebut suwuk. Mereka percaya bahwa semua tumbuhan yang

tumbuh di alam mempunyai maksud dan fungsi tertentu, bahkan semua tanaman

bahan pangan, sayuran, buah-buahan juga berfungsi sebagai obat.

Jenis tumbuhan obat sering ditanam sebagai tanaman hias rumah atau gubuk,

tanaman ritual, tanaman konservasi dan tanaman liar. Tumbuhan obat yang paling

banyak di temukan di sekitar perumahan secara liar adalah adas, jarak, kecubung,

cimplukan, pisang hutan , dan jenis dibudayakan seperti dringu dan jambu wer. Adas,

bawang putih mudah di dapat dipergunakan mengobati perut kembung, sawan, panas,

sedangkan buah muda cimplukan, getah pisang, rumah laba-laba, rizoma alang-alang

untuk obat luka. Beberapa jenis tumbuhan dari hutan seperti sempretan, kayu ampet,

purwoceng, ketirem, klandingan, jahe wono, pulosari biasanya harus diambil dari

Page 160: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

128

hutan. Kategori jenis penyakit, jumlah jenis tumbuhan dan bagian tumbuhan yang

digunakan masyarakat Tengger ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12 Kategori jenis penyakit dalam masyarakat Tengger, jumlah jenis tumbuhan dan organ tumbuhan yang digunakan sebagai obat

No Kategori jenis penyakit Jumlah jenis Organ tumbuhan 1 Sawan 3 Batang, daun 2 Sakit mata/ gatal/ klilip 3 Batang,bunga muda, bunga 3 Pegal linu/rematik 18 Rimpang 4 Influensa 2 Rimpang, daun 5 Sakit diare/mencret/ berak

darah 9 Batang, umbut, daun, buah

6 Sariawan 11 Buah 7 Penyakit kulit/borok 3 Badan buah, batang,

daun,umbi 8 Penyakit batuk 5 Rimpang, daun, buah 9 Sakit gigi 6 Getah batang, daun 10 Ibu melahirkan/persalinan 5 Rimpang, batang, daun, buah 11 Obat luka 11 Batang, daun,rimpang, getah 12 Luka bakar 2 Buah muda 13 Perut kembung, masuk angin 16 Akar, batang, daun, bunga,

biji 14 Mimisan 2 Daun 15 Obat kuat/vitalitas 22 Rimpang,kulit,daun,buah 16 Kosmetika dan parfum 5 Rimpang, buah, daun, biji 17 Perangsang nafsu

makan/stimulant 9 Rimpang, daun muda, buah

muda, biji 18 Menstruasi 3 Rimpang, batang, daun 19 Kesleo/patah tulang 4 Rimpang, batang, daun 20 KB 2 Rimpang, daun, buah 21 Pasca persalinan 5 Rimpang, batang, daun,

buah, biji 22 Ginjal 2 Rimpang, daun 23 Demam 4 Rimpang, daun,bunga,

batang 24 Tekanan darah (darah tinggi) 6 Daun, buah 25 Tekanan darah (darah rendah) 4 Rimpang, daun, biji 26 Sengatan lebah 3 Daun, bunga 27 Penghangat badan 4 Rimpang, biji 28 Bisul 1 Daun, badan buah 29 Menambah vitalitas tubuh 13 Rimpang, batang, daun,

buah, biji 30 Pelancar asi 3 Rimpang,daun, buah, biji 31 Obat tumo 1 Buah 32 Asam urat 2 Rimpang, daun 33 Bengkak-bengkak 3 Badan buah, daun

Page 161: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

129

Tabel 12 Lanjutan

No Kategori jenis penyakit Jumlah jenis Organ tumbuhan 34 Sakit kuning 1 Daun 35 Asma/sesak napas 2 Badan buah, buah 37 Penurun panas/step 7 Rimpang, daun 38 Pusing/sakit kepala 8 Rimpang, batang, daun,

buah,biji 39 Gatal 4 Badan buah,daun 40 Kadas 2 Badan buah 41 Penyakit TBC 1 Buah, biji 42 Ambein/mejen 7 Daun,buah 43 Pembersih rambut/shampoo 2 Buah, bunga 44 Bidur 2 Rimpang, daun 45 Kencing batu 1 Daun 46 Cegah lek 3 Rimpang, biji 47 Kadas kudis 3 Badan buah, daun 48 Penyakit cacingan 2 Biji 49 Gigit ular 1 Daun 50 Keracunan 2 Buah, didih 51 Aborsi 1 Buah 52 Kesuburan wanita/ pria 4 Rimpang, akar, daun 53 Cacingan 2 Buah, biji 54 Luka bakar 2 Buah 55 Obat tidur bayi 1 Daun 56 Racun hewan 3 Daun 57 Sakit kepala/pusing 8 Bunga 58 Keputihan 1 Daun 59 Bau badan/keringat 3 Daun

Menurut masyarakat Tengger beberapa tumbuhan beracun adalah kelompok

Asteraceae meliputi trabasan, tehan dan jenis lain terdiri lerak, kecubung ungu, jamur

impes, jarak dan jamur kayu. Menurut Tyler (1976) kecubung ungu beracun karena

mengandung alkaloid berupa scopolamine atau hyocine. Sebagian kelompok

Eupatorium spp merupakan racun untuk binatang, jarak mengandung globulin,

albumin nucleoalbumin, glycoprotein dan ricin (racun). Jambu wer mengandung

minyak persic dipergunakan dalam bidang farmasi bunga maupun daun trabasan

mengandung racun L-thujone dan d-isotujone, daun tembakau mengandung alkaloid

nicotine (C10 H14 N2), ranti (Solanum nigrum) dikenal (Black Nighshade). Seperti

halnya kentang juga mengandung racun steroidal glycoalkaloids yaitu solanin dan

demisine, sedangkan kopi mengandung caffeine.

Page 162: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

130

Beberapa jenis obat bermanfaat untuk vitalitas tubuh seperti akar sempretan,

jahe dan purwoceng. Jenis tumbuhan berguna untuk menambah nafsu makan meliputi

buah klandingan, lombok terong, ranti dan toro. Untuk menyembuhkan racun gigitan

ular dan sengatan lebah digunakan tembakau atau rokok bersama api, dapat juga

berbagai macam bunga seperti bunga sawi dan maribang. Menurut Lemmes et al.

(1989) katagori tumbuhan racun dan obat dimasukkan dalam satu kelompok seperti

Achiranthes bidentata, Datura metel, Acorus javanica, masuk tumbuhan obat, namun

demikian pengetahuan tanaman obat masyarakat Tengger didapat dari nenek moyang

mereka, meliputi rizoma alang-alang, getah pisang, akar sempretan dan racun hewan

seperti Eupatorium spp, sehingga perlu penelitian lebih mendalam tentang aspek

farmakologinya.

Jenis tanaman yang terdapat di sekitar lingkungan masyarakat Tengger yang

dapat digunakan sebagai bahan obat adalah jenis srikaya (Carica pubescent), kopi

(Coffea arabica), toro (Leucaena glauca), apel (Pyrus malus), kobis (Brassica

oleracea), bawang prei (Allium fistulosum), kentang (Solanum tuberosum), dan

jagung (Zea mays). Teridentifikasinya keanekaragaman jenis tumbuhan obat sangat

penting sebagai dasar pengembangannya. Namun pengetahuan ini juga memiliki

resiko terjadinya peningkatan pemanfaatan atau ekploitasi yang berlebihan dari pihak

luar yang dapat mengakibatkan penurunan populasi. Oleh karena itu pemanfaatannya

harus dikemas secara arif, sehingga pemanfaatannya dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat. Hal ini memberi peluang kemajuan jamu tradisional,

karena pilihan terhadap obat-obatan alami tradisional (herbal) semakin meningkat,

oleh sebab itu masyarakat Tengger memiliki peluang untuk mengembangkan

berbagia jenis tumbuhan obat yang terdapat di kawasan tersbut. Selain itu kawasan

orang Tengger juga berdekatan dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

yang memiliki keanekaragaman jenis cukup tinggi.

Upaya pengembangan dan usaha budidaya jenis-jenis tumbuhan obat dapat

meningkatkan perekonomian masyarakat lokal dalam industri tanaman obat

tradisional alami maupun program konservasi in-situ maupun ex-situ. Jenis-jenis

tumbuhan obat yang mempunyai nilai ekonomi dan pemanfaatan tinggi seperti

Page 163: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

131

Pimpinella pruatjan, pronojiwo, Alyxia reinwardtii, adas (Foeniculum vulgare),

dringu (Acorus calamus), sempretan dan jarak (Jatropha curcas). Upaya lain adalah

perlu di kembangkan jenis-jenis tumbuhan obat potensial di kebun obat milik

masyarakat Tengger, sehingga berdampak pada ekonomi, konservasi dan pariwisata.

Menurut Hidayat et al. (1986) jenis tumbuhan obat di TNBTS diantaranya adalah

jenis Pimpinella pruatjan digolongkan extinct, Euchresta horsfieldii status least

concern, Cinnamomum sintoc dan Alyxia reinwardtii memiliki status endangered.

Keadaan jenis-jenis tumbuhan obat tersebut perlu mendapat perhatian dan segera

dilakukan usaha budidaya untuk mendukung usaha pelestarian maupun industri obat

tradisional di masyarakat Tengger. Usaha menanam berbagai tanaman jenis obat di

lingkungan masyarakat Tengger pernah dilakukan, namun karena faktor teknologi

pembudidayaan dan modal yang terbatas, pemasaran yang belum optimal dan belum

ada etikat kerja sama dengan perusahaan jamu, maka upaya ini mengalami kegagalan.

Masyarakat Tengger bersifat terbuka dan berinteraksi dengan masyarakat lain

dan senantiasa berlangsung pertukaran arus energi, materi dan informasi, yang

mempengaruhi pemanfatan obat tradisional, seperti dikemukakan Rambo (1983).

Perkembangan arus informasi serta munculnya toko obat kebanyakan masyarakat

Tengger telah menggunakan obat modern dari Puskesmas, Puskesdes yang dirasakan

lebih praktis. Namun beberapa pandangan dan praktek masih berlangsung

menggunakan obat-obatan yang mudah diambil seperti aseman, dringu, jamur impes,

ketumbar, kentang, jarak (Gambar 26 dan 27) serta tumbuhan sayuran, lalapan seperti

sawi, ketirem, klandingan, lombok terong, ranti dan minuman jahe.

Sejarah pemanfaatan jenis tumbuhan bahan obat banyak diperoleh dari leluhur

yang mempunyai kemampuan meramu yang tidak kalah dengan yang dibuat bangsa

lain. Fenomena tentang pengetahuan tradisional tumbuhan obat di Indonesia tanpa

kecuali masyarakat Tengger di Jawa Timur. Masyarakat sekarang sudah jarang sekali

menggunakan keanekaragaman jenis sebagai ramuan obat-obatan. Mereka tidak harus

bersusah payah pergi ke hutan atau tegalan cukup membeli obat dari toko. Khusus

penyakit yang berkaitan dengan roh halus, salah urat mereka masih menggunakan

obat tradisional. Perubahan pandangan terutama pada generasi muda dan sebagian

Page 164: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

132

masyarakat, menyebabkan tidak menguntungkan terhadap pelestarian pengetahuan

tradisional tentang pengobatan tradisional.

Gambar 26 Tumbuhan dan jamur sebagai obat: (a) Dringu dan (b) Jamur impes,

(c) Aseman dan (d) Tanaman kentang.

Gambar 27 Tanaman bumbu: (a) Ketumbar dan (b) Tanaman jarak.

a b

c d

a b

Page 165: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

133

5.3.2.2.5 Keanekaragaman jenis tanaman yang memiliki fungsi perlindungan

dan konservasi

Jenis tanaman yang memiliki fungsi konservasi di wilayah Tengger adalah

jenis cemara gunung (Casuarina junghuhniana) karena jenis tanaman ini mempunyai

beberapa kelebihan yaitu akar tunggang masuk lurus kedalam tanah, batangnya kuat,

daun kecil sehingga tidak banyak mengganggu lahan pertanian, tahan terhadap

penyakit, tahan terhadap uap belerang, sangat cocok pada lingkungan dingin, berbukit

dan tumbuh mencapai umur ratusan tahun. Pengetahuan masyarakat Tengger tentang

konservasi cukup baik yaitu terlihat dari cara mereka dalam mengelola jenis tanaman

yang digunakan untuk menghadapi tanah longsor, menahan air dan pembatas tegalan.

Jenis tanaman konservasi meliputi jenis tanaman dibudidayakan dan jenis tumbuhan

liar diantaranya adalah jenis cemara gunung (Casuarina junghuhniana), putihan

(Buddleja asiatica), danglu (Engelhardia spicata), rumput gajah (Pennisetum

purpureum), pampung (Unanthe javanica), jarak (Ricinus comunnis), kecubung

(Brugmansia suaveolens), lamtoro (Leucaena glauca), paitan (Tithonia diversifolia),

kemlandingan gunung (Albizia lophanta), dadap (Erythrina variegata), triwulan

(Eupatorium rotundifolium) dan trabasan (Artemisia vulgaris). Tanaman trabasan

(Artemisia vulgaris), putihan (Budleja asiatica), bambu loring (Bambusa multiplex)

dan kaliandra (Calliandra haematocephala) selain sebagai jenis untuk kepentingan

konservasi juga sering ditanam untuk pagar di kawasan tegalan dan juga sebagai

batas jalan. Kejadian penting seperti tanah longsor akibat hujan serta kurangnya

tanaman konservasi, embun upas pada musim kemarau dan uap belerang dari kawah

gunung Bromo, awan berkabut, abu vulkanik menyebabkan kerusakan jenis tanaman

budidaya pertanian. Kejadian alam yang merusak seperti uap belerang dan embun

upas sampai sekarang belum pernah dapat diatasi dan bagaimana solusinya. Uap

belerang dapat memusnahkan tanaman pertanian, bahkan jenis tanaman konservasi

utama cemara gunung dapat mati kering.

Page 166: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

134

5.3.2.2.6 Keanekaragaman Jenis Tanaman Hias

Tanaman hias bagi masyarakat Tengger merupakan bagian penting dalam

berbagai hal karena fungsinya berkaitan dengan seni dan keindahan lingkungan. Pada

setiap bagian atau lingkungan depan rumah masyarakat Tengger biasanya ditanami

berbagai jenis tanaman hias dan sekaligus dimanfaatkan sebagai bahan obat dan

kegiatan ritual adat.

Keanekaragaman tanaman hias tercatat berjumlah 140 jenis dari 63 suku yang

termasuk jenis tanaman berkaitan keindahan dan bahan ritual meliputi bunga

bugenvil, tebu ireng, anggrek, maribang, senikir, senduro, mawar, palem cina, lidah

mertua , dringu, mentigi, kembang soko dan lainnya. Tanaman hias lokal meliputi

paku pohon, tanalayu, anting-anting, tlotok dan kecubung. Jenis lain sering dijumpai

meliputi, keladi hias , bunga tasbih, lili, puring, paku sepat, dan sebagainya (Tabel

13). Lingkungan gubuk juga dilengkapi beberapa jenis tanaman hias meliputi suku

Rosaceae, Asteraceae, Amaryllidaceae, Solanaceae, Malvaceae dan sebagainya.

Jenis-jenis tanaman hias juga ditanam baik di lingkungan perumahan, sekolah, Balai

Desa, tempat sakral maupun gubuk.

Tabel 13 Keanekaragaman jenis tanaman hias di perumahan dan gubuk di masyarakat Tengger. No Nama lokal Nama ilmiah Suku Kegunaan Lokasi

1 Adam Rhoe discolor Hance

Bromeliaceae Hias Rumah

2 Adas Foeniculum vulgare Mill.

Apiaceae Hias, obat Rumah, gubuk

3 Agave Agave angustifolia Haw.

Amaryllidaceae Hias Rumah

4 Agave Agave americana L. Liliaceae Hias Rumah 5 Akasia Acasia

auriculiformis A.Cunn.

Fabaceae Hias Gubuk

6 Alamanda Allamanda cathartica L.

Apocynaceae Hias Rumah

7 Andong Cordyline fruticosa A.Chev.

Liliaceae Hias Rumah, gubuk

8 Anggrek Dendrobium sp. Orchidaceae Hias Rumah 9 Anggur Vitis vinifera L. Vitaceae Hias, buah Rumah 10 Angrek Sphatoglottis

plicata Bl. Orchidaceae Hias Rumah

Page 167: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

135

Tabel 13 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Kegunaan Lokasi 11 Anting-

anting Fuchsia hybrida Hort.

Onagraceae Hias, ritual Rumah, gubuk

12 Apel Pyrus malus L. Rosaceae Hias, buah Rumah, gubuk 13 Apokat Persea americana

Mill. Lauraceae Buah Rumah, gubuk

14 Astruli Pennisetum purpureum L.

Poaceae Hias Gubuk

15 Ayaman Iris sp Asteraceae Hias Rumah 16 Bakung Crinum asiaticum

L. Amaryllidaceae

Hias Rumah

17 Bambu kuning

Bambusa vulgaris Schrad.

Poaceae Hias Rumah, pekarangan

18 Bambu loring

Bambusa multiplex Auct.non Raeusch.

Poacae Hias Rumah, gubuk, Danyangan

19 Bawang prei Allium fistulosum L. Liliaceae Sayur, hias Rumah, gubuk 20 Bayam

merah Alternanthera amoena Voss.

Amaranthaceae Hias Rumah

21 Begonia Begonia glabra Kuiz.ex Puv.

Begoniaceae Hias Rumah

22 Belimbing Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae Hias Rumah 23 Bentul Xanthosoma

violaceum Schott. Araceae Hias, umbi Rumah, gubuk

24 Besaran Morus alba L. Moraceae Hias, buah Rumah, gubuk 25 Bugenvil Bougenvillea

spectabilis L. Nygtaginaceae Hias, ritual Rumah, gubuk

26 Bunga matahari/

Tithonia diversifolia Asteraceae Liar Gubuk

27 Cemara Casuarina junghuhniana Miq.

Casuarinaceae Pelindung Gubuk, Danyangan, Sanggar

28 Cemoro norfolk

Aracaucaria heterophylla (Salisb.) Franco.

Araucariaceae Hias Rumah

29 Cengkeh Eugenia aromatica O.K.

Myrtaceae Hias, buah Gubuk

30 Cocor bebek Kalanchoe spathulata DC.

Crassulaceae Hias Rumah

31 Cubung Brugmansia suaveolens Barcht.& Presl.

Solanaceae Hias, obat Rumah, gubuk

32 Dadap Erythrina variegata L.

Fabaceae Hias,pelindung

Gubuk

33 Damar Agathis alba Foxw. Araucariaceae Hias, penahan longsor

Batas hutan berpereng

Page 168: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

136

Tabel 13 Lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah Suku Kegunaan Lokasi 34 Delima Punica granatum L. Punicaceae Hias,buah Rumah 35 Dringu Acorus calamus L. Araceae Hias, obat Rumah, gubuk 36 Endogan Sanseviera sp Liliaceae Hias Rumah 37 Entongan Nopalea

cochenillifera (Salm.) Dyck.

Cactaceae Hias Rumah

38 Euphorbia Euphorbia splendens Bojer ex. Hook.

Euphorbiaceae Hias Rumah

39 Gandum Zea mays L. Poaceae Hias, makanan

Rumah, gubuk

40 Ganjan Eupatorium sp Asreraceae Liar Gubuk 41 Gladiol Gladiolus

gandavensis V. Houte.

Iridaceae Hias Rumah

42 Grunggung Rubus rosaefolium J.E.Sm.

Rosaceae Hias, ritual Rumah, gubuk

43 Jambu air Eugenia malaccensis l.

Myrtaceae Hias Rumah

44 Jambu klutuk

Psidium guajava L. Myrtaceae Hias Rumah

45 Jambu wer Prunus persica Sieb.&Zucc.

Myrtaceae Hias, buah Rumah, gubuk

46 Jarak Ricinus communis L.

Euphorbiaceae Hias, bumbu, ritual

Rumah, gubuk

47 Jeru nipis Citrus aurantium L. Rutaceae Hias Rumah 48 Jeruk manis Citrus sinensis

Osbeck. Rutaceae Hias Gubuk

49 Jeruk gulung Citrus maxima Merr.

Rutaceae Hias, buah Gubuk, Sanggar Agung

50 Jodium Jatropa multifida L. Euphorbiaceae Hias Rumah 51 Kanna Canna hybrida

Hort. Cannaceae Hias Rumah

52 Keji beling Strobilanthus crispus Bl.

Acanthaceae Hias Rumah

53 Keladi hias Caladium bicolor (Ait.) Vent.

Araceae Hias Rumah

54 Kelor Mongifera oleifera Lamk.

Moringaceae Hias, sayur Rumah, sekolah, gubuk

55 Kembang abang

Digitalis purpurea Shropulariaceae

Hias Rumah, jalan

56 Kembang matahari

Helianthus annuus L.

Asteraceae Hias Rumah

Page 169: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

137

Tabel 13 Lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah Suku Kegunaan Lokasi 57 Kembang

merak Caesalpinia pulcherima (L.) Swartz.

Fabaceae Hias Rumah

58 Kemiri Aleurites moluccana (L.) Willd.

Euphorbiaceae Hias Peneduh jalan

59 Kemuning Muraya paniculata L.

Rutaceae Hias Rumah

60 Kenikir Tagetes erecta L Asteraceae Hias Rumah. gubuk, Danyangan

61 Keningar Cinnamomum bormanii Bl.

Lauraceae Hias Gubuk

62 Kenongo Cananga odoratum Baill.

Annonaceae Hias Rumah

63 Kersen Muntingia calabura L.

Moringaceae Hias, buah Rumah, jalan, sekolah

64 Ketumbar Coriandrum sativus L.

Apiaceae Hias, bumbu

Rumah, gubuk

65 Kipres Casuarina rumphiana Miq.

Casuarinaceae Hias Rumah, jalan, sekolah

66 Klengkeng Euphorbia longana Lamk.

Sapindaceae Hias Rumah

67 Kobis Brassica oleracea L.

Brassicaceae Hias, sayur Rumah, gubuk

68 Koleus Coleus antropurpurius Bantham.

Labiatae Hias Rumah

69 Kopi Coffea arabica L. Rubiaceae Hias Rumah, gubuk 70 Krokot Portulaca oleracea

L. Portulacaceae Hias Rumah

71 Kesemek Diospyros kaki L. Ebenaceae Hias Rumah 72 Kuping

gajah Anturium clarinervum

Araceae Hias Rumah

73 Kupu-kupu Sesbania grandiflora Pers.

Fabaceae Hias Rumah, jalan

74 Lamtoro Leucaena glauca Bth.

Fabaceae Hias Gubuk

75 Lidah buaya Aloe vera L. Liliaceae Hias Rumah 76 Lidah

mertua Sansevieria trivasciata Prain.

Liliaceae Hias Rumah

77 Lombok kriting

Capsicum annuum L.

Solanaceae Hias, sayur Rumah, gubuk

78 Lombok riwit

Capsicum frutescens L.

Solanaceae Hias, sayur Rumah, gubuk

Page 170: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

138

Tabel 13 Lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah Suku Kegunaan Lokasi 79 Lombok

udel Solanum capicastrum

Solanaceae Hias Gubuk

80 Magdalea Rosa sp Rosaceae Hias, ritual Rumah 81 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Hias, buah Rumah, gubuk 82 Mangkoan Nathopanax

scutellarium Araliaceae Rumah Rumah

83 Maribang Hibiscus tiliaceus L.

Malvaceae Hias Rumah, gubuk

84 Mawar Rosa hibrida L. Rosaceae Hias, ritual Rumah 85 Mentigi Vaccinum

varingiaefolium (Bl.) Miq.

Vacciniaceae Hias Rumah, gubuk

86 Mindi Melia acedarach L. Meliaceae Penahan longsor

Batas rumah pereng

88 Oleander Nerium oleander L. Apocynaceae Hias Rumah 89 Pakis pohon Cyathea

contaminans (Wall.exHook.) Copel.

Cyatheaceae Hias Rumah

90 Pakis Tengger

Cyathea tenggeriensis

Chyateaceae Hias, ritual Rumah

91 Paku Nephrolepis biserata

Polypodiaceae Hias Rumah

92 Paku menjangan

Platycerium bifurcatum C.Chr.

Polypodiaceae Hias Rumah

93 Palm cina Raphis excelsa (Thunb.) Henry ex Rehder

Arecaceae Hias Rumah, Danyangan, Sanggar Agung

94 Palm kuning Areca sp Arecaceae Hias Rumah, Danyangan

95 Palm raja Roystonea regia O.F. Cook.

Palmae Hias Tepi jalan

96 Pandan suji Pleumele angustifolia N.E.Brown.

Liliaceae Hias Rumah

97 Pandan ri Pandanus tectorius Park.

Pandanaceae Hias, Rumah

98 Pandan wangi

Pandanus amaryllifolius L.

Pandanaceae Hias Rumah

99 Patah kaki Pedianthus tithymaloides Poir.

Euphorbiaceae Hias Rumah

100 Penitian Gliseridae sepium (Jacq.) Walp.

Fabaceae Hias Rumah

Page 171: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

139

Tabel 13 Lanjutan No Nama lokal Nama ilmiah Suku Kegunaan Distribusi 101 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Hias, buah Rumah, gubuk 102 Permenan Gynura procumbens

(Lour.) Merr. Asteraceae Hias Rumah

103 Petungan Equisetum debile Roxb.

Equisetaceae Hias Rumah

104 Pisang-pisangan

Heliconia rostrata Heliconiaceae Hias Rumah

105 Poncowarno Primula sinensis Primulaceae Hias Rumah 106 Pukul empat Mirabilis jalapa L. Nyctaginaceae Hias Rumah 107 Puring Codiaeum

variegatum Bl. Euphorbiaceae Hias Rumah

108 Putihan Buddeja asiatica Lour.

Asteraceae Hias, ritual Rumah, gubuk

109 Randu Ceiba petandra L. Bombaceae Peneduh jalan

Jalan

110 Sawi Brassica rapa L. Brasicaceae Sayur, hias Rumah, gubuk 111 Sempur Dillenia ovate Wall. Dileniaceae Hias Rumah 112 Sengketan Achyranthes

bidentata Bl. Amaranthaceae Hias Rumah, gubuk

113 Senikir Tagetes erecta L. Asteraceae Hias, ritual Gubuk, rumah 114 Senikir Cosmos caudatus

H.B.K. Asteraceae Hias Rumah

115 Sereh Andropogon citratus DC.

Poaceae Hias Rumah

116 Sirih Piper betle L. Piperaceae Hias Rumah 117 Siyem Sechium edule

(Jacq). Swartz. Cucurbitaceae Sayur Rumah, gubuk

118 Sledri Apium graviolens L. Apiaceae Hias Rumah 119 Soka Ixora paludosa

Kurz. Rubiaceae Hias, ritual Rumah

120 Srikoyo Carica pubescent Caricaceae Hias, buah Rumah, gubuk 121 Srikoyo Annona squamosa

L. Annonaceae Hias Rumah

122 Sruni Wedelia biflora D.C.

Asteraceae Hias, meliar

Rumah, jalan

123 Stroberi Fragraria vesta L. Rosaceae Hias, buah Rumah 124 Suji Pleomele

angustifolia N.E. Brown.

Liliaceae Hias Rumah

125 Suplir Adiantum codaeum L.

Polypodiaceae Hias Rumah

126 Talas Calocasia esculenta Shott.

Araceae Hias, umbi Rumah, gubuk

127 Tanalayu Anaphalis longifolia Asteraceae Hias, ritual Gubuk, rumah 128 Tapak doro Catharatus roseus

G.Don. Apocynaceae Hias Rumah

Page 172: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

140

Tabel 13 Lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah Suku Kegunaan Distribusi 129 Tebu ireng Saccharum

officinarum L. Poaceae Hias, ritual Rumah, gubuk

130 Teki Cyperus papyrus L. Cyperaceae Hias Rumah 131 Teki Cyperus

compressus L. Cyperaceae Hias Rumah

132 Tembakau Nicotiana tabacum L.

Solanaceae Hias, rokok Rumah, gubuk

133 Terong belanda

Solanum sp. Solanaceae Hias Rumah, gubuk

134 Tewel Artocarpus heterophylla Lamk.

Moraceae Hias Rumah

135 Tiris Iris tectorium Max. Iridaceae Hias Rumah 136 Tlotok Curculigo

capitulata O.K.(Lour.) Kunze

Amaryllidaceae Hias, ritual Rumah, gubuk

137 Tomat Solanum tuberosum L.

Solanaceae Hias, sayur Rumah

138 Trabasan Artemisia sp Asteraceae Hias Rumah, jalan 139 Trembesi Samaea saman

(Jacq.) Merr. Fabaceae Hias Peneduh jalan

140 Wit racun Euphorbia pulcherima Willd.

Euphorbiaceae Hias Rumah, makam

5.3.2.2.7 Keanekaragaman Jenis Tanaman Ritual

Masyarakat Tengger mempergunakan berbagai macam jenis tumbuhan untuk

kegiatan ritual adat. Keanekaragaman tumbuhan yang dipergunakan dalam keperluan

ritual adat maupun keagamaan meliputi 94 jenis dari 43 suku (Tabel 14). Jenis

tumbuhan ritual dikemas dalam bentuk gedang ayu, jambe ayu, kembang boreh, Petra

(Bespa), tetamping, tuwuhan dan ongkek. Ongkek adalah tempat sesaji terbuat dari

kayu atau bambu yang tersusun beberapa jenis tumbuhan seperti daun pandan wangi,

soka, piji, daun pelowo, alang-alang, jagung, bunga padi, batang pisang bersama

buah, bunga (ontong), tandur tuwuh dan jajan pasar.

Page 173: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

141

Tabel 14 Keanekaragaman jenis tumbuhan digunakan dalam ritual adat di tempat sakral.

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Kegunaan Ritual Bagian

berguna 1 Adas Foeniculum

vulgare Mill. Apiaceae Entas-entas, ritual

adat lain Bunga, batang, daun

2 Alang-alang

Imperata cylindrica (L.) Beauv.

Poaceae Entas-entas (petra), Danyangan, Sanggar Pamujan

Batang, daun

3 Andewi Cichorium endevia L.

Brasicaceae Kasada Bunga

4 Andong Cordaline fructicosa L.

Liliaceae Entas-entas, Kasada, makam, Danyangan Sanggar Pamujan, acara adat lain

Tanaman, daun

5 Anting-anting

Fuchsia hybrida Hort.

Onagraceae Entas-entas, Kasada Bunga

6 Apel Pyrus malus L. Rosaceae Kasada Buah 7 Aren Arenga piñata

Merr. Arecaceae Kasada, Unan-unan Daun

9 Bambu betung

Dendocalamus asper

Poaceae Kasada, Karo, Entas-entas, acara adat lain

Batang

10 Bambu jajang

Gigantochloa apus Kurz.

Poaceae Tali petra, umbul-umbul, kematian, acara adat lain

Batang

11 Bambu loring

Bambusa multiplex Auct. Non Raeusch.

Poaceae Kasada Batang

12 Bawang prei

Allium fistulosum L.

Liliaceae Kasada. Tanaman

13 Bayam Amaranthus viridis

Amaranthaceae

Kasada Tanaman

14 Bentul Xanthosoma violacium Schott.

Araceae Kasada Umbi

15 Brokoli Brassica oleracea L.

Brassicaceae Kasada Bunga

16 Bugenvil Bougainvillea spectabilis Willd.

Nygtaginaceae Entas-entas, Kasada, Jumat legi, leliwet, adat lain

Bunga

17 Cemara Casuarina junghuhniana L.

Casuarinaceae Danyangan, Danyang banyu, Sanggar Pamujan

Tanaman

18 Cengkeh Eugenia aromatic O.K.

Myrtaceae Kasada Bunga

 

Page 174: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

142

Tabel 14 Lanjutan

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Suku Kegunaan Ritual Organ

19 Cubung Brugmansia suaviolens B.& Pr.

Solanaceae Danyangan, Danyang banyu, Sanggar Pamujan

Tanaman, bunga

20 Dadap Erythrina variegata L.

Fabaceae Sesajen kematian, bespa

Daun

21 Danglu Engelhardia spicata L.

Juglandaceae Danyangan, Danyang banyu, Sanggar Pamujan

Tanaman

22 Gambir Uncaria gambir Roxb.

Rubiaceae Karo, unan-unan, entas-entas, ritual adat lain

Akar, batang

23 Gandum Triticum sativum L.

Poaceae Kasada Buah

24 Gandum/ jagung

Zea mays L Poaceae Entas-entas, Kasada, leliwet

Bunga, buah

25 Jambe Areca catechu L.

Arecaceae Leliwet, Entas-entas, Kasada

Bunga, buah

26 Jarak Ricinus comunis L.

Solanaceae Leliwet, Kasada, acara adat lain

Biji

27 Jeruk bali Citrus maxima Rutaceae Danyangan, Sanggar Pamujan

Tanaman

28 Kayu kebek

Ficus grassulasioides Burm.f.

Moraceae Sanggar Pamujan, Danyangan, syarat hasil bumi kebek (penuh)

Tanaman

29 Kayu kesek

Dondisia viscose Jaeq.

Sapindaceae Danyangan, Sanggar Pamujan

Tanaman

30 Kemenyan Styrax benzoin Dryand.

Styracaceae Entas-entas, Kasada, leliwet, adat lain

Getah

31 Kenanga Cananga odorata Baill.

Anonaceae Entas-entas, Kasada, Jumat legi, adat lain

Bunga

32 Kentang Solanum tuberosum L.

Solanaceae Kasada Batang

33 Ketela rambat

Ipomoea batatas Lamk.

convolvulaceae

Kasada Umbi batang

34 Ketumbar Coriandrum sativum L.

Apiaceae Kasada Tanaman, buah

35 Klopo Cocos nucifera L.

Arecaceae Ritual, leliwet, Entas-entas, Karo, Kasada, kematian

Buah muda, sabut, bunga, daun (janur)

36 Kobis Brassica oleracea L.

Brassicaceae Kasada Daun

Page 175: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

143

Tabel 14 Lanjutan

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Suku Kegunaan Ritual Organ

37 Kopi Coffea arabica L.

Rubiaceae Kasada, Jumat legi, acara adat lain

Biji

38 Koro babi/benguk

Mucuna pruriens (L.) DC.

Fabaceae Kasada Buah

39 Lobak Raphanus sativus L.

Brassicaceae Kasada Batang

40 Locari Michelia champaca L.

Annonaceae Karo, Entas-entas, Jumat legi, acara adat lain

Bunga

41 Lombok rawit

Capsicum frutescens L.

Solanaceae Kasada Buah

42 Lombok terong

Solanum sp. Solanaceae Kasada Buah

43 Lombok udel

Solanum capiscatrum L.

Solanaceae Batas Danyangan, Sanggar Pamujan

Tanaman

44 Magdalea Rosa sp Rosaceae Entas-entas, adat lain Bunga 45 Maribang Hibiscus rosa-

sinensis L. Malvaceae Makan, Sanggar

Pamujan Tanaman, bunga

46 Mawar Rosa hybrida Rosaceae Kasada, Entas-entas, acara adat lain

Bunga

47 Mencogan Allium sativum L.

Liliaceae Kasada. Tanaman

48 Mentigi Vaccinum varingiefolium (Bl.) Miq.

Ericaceae Danyangan, Sanggar Pamujan

Pohon

49 Mladean Scurulla Montana

Loranthaceae Danyangan, Sanggar Pamujan

Parasit pada cemara

50 Paku Tengger

Cyathea tenggeriensis

Cyatheaceae Kasada Daun

51 Pakuan/suplir

Adiantum sp Polypodiaceae Danyangan, Sanggar Pamujan

Tanaman

52 Pampung Uanthe javanica Moraceae Danyangan, Sanggar Pamujan (petra)

Tanaman, daun

53 Pandan wangi

Pandanus amaryllifolius Roxb..

Pandanaceae Leliwet, Karo, Kasada, acara adat lain

Daun

54 Pari Oryza sativa L. Poaceae Kasada, Entas-entas, Leliwet, adat lain

Bunga, buah

Page 176: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

144

Tabel 14 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Kegunaan Ritual Organ

55 Pelawo Tristania obovata Benn.

Amaranthaceae

Kasada, adat lain Daun

56 Penitian Gliseridae sepium (Jacq.) Walp.

Fabaceae Danyangan, Sanggar Pamujan

Tanaman

57 Piji Pinanga coronata Blume

Arecaceae Entas-entas, Kasada Batang, daun

58 Pisang ambon

Musa paradisiaca L. cv. Ambon

Musaceae Kasada, Karo, Entas-entas, Unan-unan

Daun, bunga, buah

59 Pisang cici

Musa paradisiaca L.

Musaceae Kasada, Karo, Entas-entas

Buah

60 Pisang hutan

Musa paradisiaca L.

Musaceae Kasada, Karo, Entas-entas, leliwet acara adat lain

Daun, bunga buah

61 Pisang raja

Musa paradisiaca L. cv. Rojo

Musaceae Kasada, Karo, Entas-entas, Unan-unan, leliwet, sesanding adat lain

Batang,daun, bunga, buah

62 Pisang rajomolo

Musa paradisiaca L.

Musaceae Kasada, Karo Buah

63 Pisang salek

Musa paradisica L.cv. Salik

Musaceae Kasada, Karo, Entas-entas, Jumat legi,Unan-unan, Sesanding, adat

Pisang, daun, buah

64 Poo Melaleuca leucadendron L.

Myrtaceae Danyangan Tanaman

65 Prenjalin Calamus sp Arecaceae Permainan ujung-ujungan

Batang

66 Puring Codaeum variegatum Bl.

Euphorbiaceae Makam, Danyangan, Sanggar Pamujan

Tanaman

67 Putihan Buddleja asiatica Lour.

Asteraceae Danyangan, Sanggar Pamujan, (petra), wiwit, leliwet, ritual adat lain

Tanaman,daun

68 Ringin Ficus benyamina Roxb.

Moraceae Makam, Danyangan, Sanggar Pamujan, Entas-entas, Kasada

Tanaman, daun

69 Rumput grinting

Cynodon dactylon Pers.

Poaceae Sesajen kematian Batang, daun

70 Salak Salaca edulis Reinw.

Arecaceae Kasada Buah

Page 177: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

145

Tabel 14 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Kegunaan Ritual Organ

71 Samboja Plumeria acuminata Ait.

Apocynaceae Kasada, Entas-entas Bunga

72 Sawi ijo Brassica juncea Brasicaceae Kasada Tanaman 73 Sawi putih Brassica rapa L. Brasicaceae Kasada Tanaman 74 Senikir Tagetes erecta

L. Asteaceae Danyangan, Sanggar

Pamujan, Entas-entas, Kasada, acara adat lain

Bunga

75 Sirih Piper betle L. Piperaceae Entas-entas, Kasada, Jumat legi, Unan-unan, adat lain

Daun

76 Siyem/manisah

Sechium edule (Jacq) Swarz.

Cucurbitaceae Kasada Buah

77 Sledri Apium graveolens L.

Apiaceae Kasada Tanaman

78 Soka Ixora paludosa (Bl.) Kurz.

Rubiaceae Kasada, entas-entas, Jumat legi, Karo, ritual lain.

Bunga

79 Spinax Brassica sp Brassicaeae Kasada Bunga 80 Srikoyo Carica

pubescens Caricaceae Kasada Buah

81 Stroberi Fragraria vesta L.

Rosaceae Kasada Buah

82 Sundel Polianthes tuberose L.

Solanaceae Ritual agama dan adat, Kasada, Entas-entas, Jumat legi

Bunga

83 Talas Colacasia esculenta Schott.

Araceae Kasada Umbi

84 Tanalayu/ edelweis

Anaphalis longifolia L.

Asteraceae Danyangan, Sanggar Pamujan, (petra), ritual adat

Bunga

85 Tapak doro

Catharanthu roseus G.Don.

Apocynaceae Danyangan Daun

86 Tasbih Canna edulis Ker.

Cannaceae Kasada, Danyangan, Sanggar Pamujan,

Bunga

87 Tebu ireng

Sacharum officinarum L.

Poaceae Entas-entas, Kasada, acara adat lain

Daun

89 Tlotok Curculigo capitulata O.K. (Lour.) Kunze

Amaryllidaceae

Danyangan, Entas-entas, Kasada, Leliwet, acara adat

Daun

88 Tikar mendong

Fimbristylis globulosa (Retz.) Kunth.

Cyperaceae Entas-entas, Kasada, kematian, ritual adat lain

Daun

Page 178: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

146

Tabel 14 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Kegunaan Ritual Organ

90 Tomat Solanum lycopersicum L.

Solanaceae Kasada Buah

91 Tomeo/kapri

Pisum sativum L.

Fabaceae Kasada Buah

92 Ucet Vigna sinensis (L.) Hassk.

Fabaceae Kasada Buah

93 Wit nyampuh

Litzea volutina Boerl.

Lauraceae Danyangan, Kasada, Entas-entas, adat lain

Pohon, daun

94 Wortel Daucus carota L.

Apiaceae Kasada Batang

Keberadaan masyarakat Tengger diperkirakan sebelum kerajaan Majapahit

berdiri dan menempati tanah suci (hila-hila) yang dianggap sebagai Hulun Spiritual

Sang Hyang Widhi Wasa tertulis pada prasasti Tengger 851 Saka atau tahun 929 M.

serta mempunyai tradisi unik (DKDJPH & PABKSD IV 1984). Warisan adat budaya

Tengger berkembang seiring perpindahan masyarakat Majapahit ke wilayah Tengger.

Masyarakat Tengger diketahui masih baik dan kokoh memegang teguh adat

budayanya turun temurun yang merupakan akumulasi dari kehidupan di lingkungan

mereka. Mereka mempunyai adat budaya yang unik, khas, demikian pula agama dan

kepercayaannya yang berkembang merupakan perpaduan animisme, dinamisme

Hindu dan Budha. Agama Hindu yang dianut masyarakat Tengger berbeda dengan

agama Hindu Bali berkaitan dengan kasta. Mereka percaya mitos seperti mitos

Ajisaka, Yadnya Kasada, Unan-unan, dan mempunyai kalender tersendiri, yaitu

kalender Tengger. Berdasarkan kepercayaannya setiap acara adat dilakukan secara

ikhlas turun-temurun tidak hanya berkaitan dengan kehidupannya, juga terhadap alam

lingkungan. Setiap upacara ritual diyakini masyarakat Tengger memiliki nilai sakral

yang sangat penting bagi kelangsungan hidup dalam tatanan kehidupan mantap.

Pranata tersebut dapat dijadikan sebagai modal sosial (social capital) yang telah kita

kenal seperti Kelembagaan Adat. Demikian pula lingkungan pegunungan dengan

udara sejuk, dingin, berdekatan TNBTS, gunung Bromo, gunung Semeru, gunung

Pananjakan, sebagai modal lingkungan (environment capital) dalam mendukung

kehidupan ekonomi dan pariwisata.

Page 179: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

147

Menurut penanggalan Tengger tahun bumi terdiri dari 360 hari dan

menggunakan perhitungan pasaran, hari, wuku dan bulan. Pasaran (Legi, Paing, Pon,

Wage, Kliwon), Nama hari (Radite, Somo, Anggara, Budha, Wraspati, Sukra dan

Tumpek artinya hari Saptu), sedang nama wuku 30 hari. Menurut perhitungan tahun

Saka (Tengger) dibagi 12 bulan yaitu Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem,

Kapitu, Kawolu, Kasanga, Kasepuluh, Desta, dan bulan keduabelas disebut Kasada.

Hari Raya Karo dilakukan selama 7-14 hari merupakan acara terbesar bagi

masyarakat Tengger merupakan pemujaan pada Sang Hyang Widhi Wasa dan

penghormatan terhadap roh leluhur. Karo merupakan peringatan terhadap asal usul

manusia, memperingati zaman Setyo Yoga atau kesucian artinya manusia suci bersih

dari segala dosa serta mitos Tengger tentang kepahlawanan dan kegigihan Ajisaka

dalam menghancurkan angkara murka.

Sekitar abad 15 dengan runtuhnya kerajaan Majapahit dimana tradisi yang

pernah ada lambat laun mengalami kemunduran, kecuali masyarakat Tengger masih

mempertahankan tradisi spiritual yang dipersatukan dengan masyarakat lokal. Semua

tradisi Hindu-Budha masih dapat dipertahankan oleh para penghuni Tengger dikenal

masyarakat suku Tengger hingga kini. Mereka mempunyai adat yang unik dan khas

berbeda dengan masyarakat Jawa, serta menarik, demikian pula masalah agama dan

kepercayaannya yang berkembang merupakan warisan Majapahit, sehingga dikenal

Wong Majapahit (Anonim 1998, Suyitno 2001). Dalam melakukan acara adat mereka

merasa bahagia, dengan kebersamaan dan terlihat keakrabannya, santun serta merasa

sangat bangga, sebagai contoh tari religious dan sakral Sodoran dilakukan tarian

begantian antara yang muda dan tua pada bulan Karo.

Masyarakat Tengger bagian tengah hingga kini masih kuat memegang teguh

adat budaya sedangkan masyarakat Tengger bagian luar atau pinggiran mulai terjadi

erosi pelaksanaan adat budaya yang disebabkan pengaruh luar atau akibat asimilasi

dengan suku lain. Kegiatan ritual adat tidak hanya dilakukan masyarakat yang

beragama Hindu atau Budha saja tetapi juga dilakukan masyarakat Tengger yang

beragama Muslim dan Nasrani. Hal ini dapat diketahui pada waktu Kasada,

Page 180: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

148

pelaksanaan Karo di Desa Tengger di empat Kabupaten Malang, Probolinggo,

Lumajang maupun Pasuruan.

Dalam satu tahun masyarakat Tengger melakukan acara adat sesuai

penanggalan Tengger baik dilakukan secara umum dan individu. Sesaji di gunung

Bromo merupakan perwujudan masyarakat Tengger agar mendapat berkah

kemakmuran, kesehatan, kebahagiaan, keselamatan dari Sang Hyang Widhi dalam

mengarungi bahtera kehidupannya dan merupakan pesan Raden Kusumo. Bahan

sesaji utama jenang merah (abang), jenang putih diikuti pasung, pipis dan jadah yang

terbuat dari beras, beras ketan, tepung terigu atau jagung, uang satak, gedang ayu,

kembang boreh, sesaji tersebut mempunai makna sebagai penanda (tetenger), tolak

balak, ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Agung. Masyarakat Tengger

melakukan tetamping setiap hari terutama di Padmasari yang beragama Hindu,

maupun tempat sakral dan selalu ada gedang ayu sebagai sesanding.

Bagi masyarakat Tengger yang beragama Hindu memperingati Galungan,

Saraswati akan memasang umbul-umbul disebut benjor terdiri dari batang bambu

apus atau jajang, dilengkapi janur, tandur tuwuh seperti buah kelapa, jagung, kobis,

kentang, wortel, buah siyem dan sebagainya. Untuk yang beragama Hindu dilakukan

di Pure atau Sanggar Pamujan, sedangkan yang beragama Budha ke Wihara Paramita.

Keanekaragaman hayati tumbuhan yang dipergunakan bervariasi tergantung pada

jenis hajat ritual adat, dan bahan diambil dari lingkungan dan dari daerah lain atau

hutan. Kegiatan ritual adat masyarakat Tengger dapat dibagi ritual adat berkaitan

dengan kehidupan masyarakat, siklus kehidupan seseorang dan siklus pertanian,

mendirikan rumah, gejala alam dan pengobatan. Pemanfaatan keanekaragaman hayati

untuk ritual tidak mengganggu wilayah konservasi, bahkan tempat sakral Danyangan

dan Sanggar Pamujan sangat penting untuk konservasi alami.

5.3.2.2.7.1 Acara ritual adat umum dan agama

Upacara Yadnya Kasada dilakukan setiap tahun pada bulan Kasada tanggal

bulan Purnama dan menurut perhitungan tahun Saka disebut juga Pujan Kasada. Pada

bulan Kasada termasuk yang paling ramai dikunjungi wisatawan terutama dipusatkan

Page 181: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

149

di Pure Poten, gunung Penanjakan, Lautan Pasir (Kaldera) dan gunung Bromo.

Upacara Kasada dapat dimaknai sebagai upacara korban, nglabuh ke kawah gunung

Bromo untuk melaksanakan pesan Raden Kusumo nenek moyang masyarakat

Tengger (Gambar 28a,b dan 29 a,b).

Prosesi dimulai dengan pengambilan air suci dari gunung Widodaren dan

persiapan sesaji dalam bentuk ongkek yang dibuat oleh para Dukun Pandhita yang

memenuhi syarat adalah Desa Tengger yang pada bulan Desta sampai Kasada

masyarakatnya tidak ada yang meninggal. Setiap desa membuat 2 buah ongkek yang

berisi jenis-jenis tanaman hasil bumi meliputi ucet, bawang prei, kentang, siyem,

jagung, wortel, padi, jagung, kelapa, yang didasarkan dari maksud dan tujuannya.

Pada pelaksanaan adat Kasada adalah berdasarkan keinginan (uni) setiap masyarakat

untuk mengorbankan sebagian miliknya ke kawah gunung Bromo agar segala

keinginan baik dalam bidang pertanian, peternakan, kesehatan, kedamaian keluarga

dapat dikabulkan oleh Sang Hyang Widhi. Dalam pelaksanaan bahan yang

dikorbankan ternyata tidak terbatas hasil bumi (tandur tuwuh) tetapi juga berasal dari

hasil bumi luar daerah, seperti kelapa, padi, salak, dan dapat berupa uang, rokok, kue

dengan maksud lebih praktis, dibawa mendaki gunung Bromo diperlukan kesehatan

yang prima. Sesaji dilakukan pula di rumah berupa gedang ayu, dalam bentuk

tetamping diletakkan dibeberapa tempat seperti pintu, sanggar, jeding, Danyang,

Sanggar Pamujan berupa dandanan pras, nasi liwet, bunga-bungaan bunga kenanga,

bunga tanalayu, putihan, senikir, kembang boreh (kenanga, sundel, bugenvil, pandan

wangi dan soka).

Sesaji dalam bentuk ongkek terbuat dari bambu atau kayu cemara sebagai alat

pikul, dilengkapi dengan berbagai macam tanaman hias, sayur mayur, ritual meliputi

batang pisang beserta bunga dan buahnya, pisang, pelowo, bunga jambe dan buahnya,

kelapa muda, daun nyangkuh, batang serta daun piji, daun tebu, bunga senikir, bunga

edelweis, bunga padi, bunga jagung, sayur mayur seperti ucet, kentang, siyem,

bawang prei, ketela rambat, serta macam-macam jajanan pasar

Page 182: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

150

Gambar 28 Upacara Yadnya Kasada: (a) Pure Poten di Lautan Pasir gunung Bromo dan (b) Masyarakat menunggu sesaji tandur tuwuh (marit) di tebing kawah gunung Bromo.

Gambar 29 Upacara Yadnya Kasada: (a) Tempat Mulun (ujian Dukun Pandhita) di Pura Poten pada acara Kasada dan (b) Tetamping di kaki gunung Bromo.

. Sanggar Pamujan adalah tempat upacara Unan-unan yang dilakukan selama

lima tahun sekali bertujuan untuk penghormatan terhadap roh leluhur. Upacara diikuti

penyembelihan hewan kerbau dimana kepala kerbau dan kulit di letakkan diatas

ancak besar terbuat dari bambu dan diarak, di pusatkan di Sanggar Pamujan (Gambar

31 a,b). Unan-unan adalah “nguna” artinya memanjangkan bulan pada setiap lima

tahun sekali. Mitos Unan-unan menurut keyakinan masyarakat Tengger bertujuan

untuk menghormati tiga raksasa (buta) Kala (buta Dunggulan, buta Galungan dan

buta Amangkurat) agar tidak mengganggu desa, sehingga masyarakat perlu

melakukan penyembelihan hewan besar (kerbau), sesajen dan tamping yang diketuai

Dukun Pandhita. Sesaji Unan-unan utamanya kerbau, tumbuhan meliputi gedang ayu,

a b

a b

Page 183: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

151

sirih, jambe, tikar dari mendong, nasi tumpeng. Sanggar Pamujan juga dipergunakan

sesaji jika pada suatu saat ada penyakit maka pak dukun Pandhita akan memberikan

penyuluhan kepada keluarga. Sanggar Pamujan merupakan tempat tradisi sebagai

pemangku kawasan Tengger (tetenger), terdiri tempat untuk sesaji, pohon tua

meliputi cemara, danglu, ringin, kayu kebek. aren, ilat-ilat, bendo dan pampung.

Gambar 30 Ritual Unan-unan: (a) Korban kerbau dengan seperangkat sesaji (foto Purnomo) dan (b) Sanggar Pamujan Desa Poncokusumo Kabupaten Malang.

Karo merupakan hari besar masyarakat Tengger yang dilakukan satu tahun

sekali pada bulan Karo dan sering disebut Pujan Karo. Upacara Karo dapat diartikan

sebagai bersih desa dan mempunyai rangkaian panjang yaitu Ngumpul untuk

mempersiapkan dan musyawarah menyambut Pujan Karo. Mepek artinya persiapan

mencukupi jalannya Pujan Karo. Pujan Pitu mempunyai makna mengundang roh

leluhur. Prepegan dimana para ibu membuat kue-kue, seperti pasung, tetel, lemper,

pisang goreng, Sodoran adalah tarian sakral dilakukan untuk tahun 2010 di Desa

Jetak, sedang tahun 2011 di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten

Probolinggo. Tari Sodoran dimainkan banyak pemain dengan struktur tarian sebagai

berikut kursi 7 buah, sesajen, serbang dan tempat musik gamelan sarak (tanduk

kerbau). Tarian sodoran diiringi gamelan dengan khas Tengger meliputi gending

surabalen, rancakan jaten dan titir. Pada waktu siang (istirahat) acara tersebut ibu-ibu

Tengger mengirim tumpeng Bandungan yang dikemas dengan kranjang dari janur

(Gambar 31a). Sesajen tersusun atas alas (lemek), bunga senikir, tanalayu, bambu

a b

Page 184: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

152

betung, gedang ayu dan janur. Pada acara Pujan Karo juga dilakukan ritual untuk

membersihkan jimat klontongan oleh dukun Pandhita. Nyadran merupakan acara

ritual yang diakukan di makam (pekuburan) (Gambar 31b), dan sebagai penutupan

upacara Karo adalah tari ritual Ujung-ujungan.

Gambar 31 Acara ritual Karo: (a) Kesenian tari sakral Sodoran di Desa Jetak dan (b) Nyadran Karo di makam Desa Ngadas Kidul.

Struktur kelembagaan Dukun Pandhita di Tengger tersusun atas Dukun-dukun

seluruh masyarakat Tengger. Pada setiap Desa Tengger mempunyai 1 atau 2 Dukun

Pandhita dan masing-masing dibantu Legen dan Wong Sepuh yang masing-masing

dibantu Pedande. Untuk acara adat besar seperti Kasada, Karo biasanya dilakukan

oleh Ketua Koordinator Dukun Pandhita dari Desa Ngadas Wetan bapak Mudjono

dan bapak Sutomo sebagai dukun senior dari Desa Ngadisari.

5.3.2.2.7.3 Acara ritual berkaitan dengan siklus kehidupan

Pandangan masyarakat Tengger tentang kehidupan manusia mempunyai

hubungan timbal balik antara kehidupan duniawi dan alam kelanggengan. Pada

setiap siklus perubahan kehidupan dapat mempengaruhi keseimbangan yang

berdampak kurang baik. Oleh sebab itu pengaruhnya harus dihindari dengan

melakukan upacara selamatan meliputi upacara Sayut, Kekerik, Tugel Kuncung

untuk laki-laki dan Tugel Gombak untuk perempuan, Walagara (perkawinan),

Kematian dan Entas-entas.

a b

Page 185: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

153

Upacara Sayut atau tujuh bulanan dilakukan pada waktu bayi masih dalam

kandungan ibu. Upacara kekerik atau cuplak puser dilakukan sekitar 6 hari setelah

puser bayi lepas, sedang upacara Tugel Gombak dan Tugel Kuncung diakukan pada

waktu anak-anak umur sekitar 12 tahun. Upacara Walagara dilakukan mulai dari

lamaran pihak laki-laki ke pihak perempuan dan jika umur mereka telah memenuhi

syarat untuk menikah. Di Desa Ngadisari Petinggi memberlakukan umur dan

pendidikan setelah tamat SLTA agar kedua pihak sudah siap masuk kehidupan

berumah tangga.

Upacara pemakaman dimana jasat dikafan, dipocong diletakkan dipeti, dipikul

dari rumah duka ke makam dan secara adat dikubur dengan kepala di Selatan atau

Timur. Makam diberi tanda kijing atau hanya tanda nama, dicungkup atau tidak

dengan lingkungan ditanamani tanaman hias seperti andong, puring, cemara gunung

dan lain-lain. Sedekah penguburan dilakukan dukun dibantu Wong Sepuh dengan

membuat sesajen. Untuk sesaji di kuburan tersusun atas kembang boreh, nasi

tumpeng, minuman dan pakaian orang meninggal. Sesaji di rumah dilakukan berupa

ontong pisang, rumput grinting, daun dadap, telur ayam kampung, gula kelapa,

carang bambu, nasi tumpeng, dandanan pras, dan dilengkapi dengan Bespa.

Ritual adat Entas-entas yang berlangsung sampai 3 hari mulai dari awal pawai

masyarakat dan keluarganya maupun anak-anak dihias naik kuda hias, kuda joget

yang sampai terakhir pembakaran Petra dilakukan di Danyangan (Gambar 33b). Petra

dibuat oleh Wong Sepuh dengan susunan daun pampung dimaksudkan untuk tempat

duduk atau lemek, bunga senikir untuk menyingkirkan roh jahat, tanalayu agar roh

diterima Sang Hyang Widhi, tusuk bambu melambangkan tulang, tali bambu agar

tidak lepas sebagai otot, kuali dilambangkan kawah dan cowek simbul lautan pasir

gunung Bromo. Pada acara Entas-entas atau adat Jawa disebut Seribu Hari (Nyewu),

dilakukan untuk mengentaskan roh leluhur dengan acara puncak pembakaran Petra

(Gambar 32 a, b dan 33 a, b). Petra adalah orang-orangan yang terbuat dari tumbuhan

senikir, tanalayu, tlotok, pampung, tali bambu jajang, bambu betung, tanalayu dan

diberi pakaian dan dilakukan ritual oleh dukun Pandhita.

Page 186: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

154

Sesajen jenis binatang seperti sapi, ayam, kerbau, babi, bebek, sedang kuda

hias dilengkapi dengan bulu burung merak dilakukan sebagai kuda tunggangan pada

setiap acara ritual. Bulu burung merak (Pavo muticus) menurut mereka cukup mahal

dan dibeli dari alas purwo atau dari Taman Nasional Meru Betiri. Arak-arakan

dimulai dari tempat hajat berjalan diiringi dengan gamelan berputar menuju makam.

Di makam dilakukan sesaji (tetamping), dengan membakar kemenyan, kue-kue,

buah-buahan seperti pisang/gedang ayu daun dan bunga seperti daun pandan bunga

soka, bunga kenongo dan mawar. Setiap pertigaan memecah telur ayam dan sesaji

berbagai jenis bunga-bungaan. Acara selanjutnya ketempat Petinggi, Dukun Pandhita

dan terakhir ke yang punya hajat. Acara malam hari acara tandakan atau tayup,

diiringi dengan gamelan dan joget bergantian.

Gambar 32 Acara ritual Entas-entas: (a) Ongkek serta macam sesaji dan (b)

pembacaan mantra di depan Petra oleh Dukun Pandhita.

Gambar 33 Acara ritual Entas-entas: (a) Iber-iber dan (b) Wong Sepuh membakar Petra di Pedanyangan.

a b

a b

Page 187: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

155

5.3.2.2.7.3 Acara ritual berkaitan dengan pertanian, gejala alam dan mendirikan rumah

Ritual berkaitan dengan penanaman jagung dilakukan acara selamatan di Desa

Wonokitri untuk permulaan penanaman jagung meliputi 1. Wiwit terdiri dari jenang

abang, putih, liwet, pecak bakal (bumbu-bumbuhan), jae, garam (uyah); 2. Pada saat

mulai tumbuh rambut jagung kemerahan (mantenan), rujak (pencit, timun). 3.

Susupan dimana klobot mulai garing/kering. Pada saat itu jagung belum boleh

diambil, kalau berkeinginan untuk dibakar dapat diambil berupa larikan. 4. Pada saat

panen diadakan upacara wiwit/pawit, pembakaran (ngobong) menyan dan didoakan

agar terkabul hasil panen. Demikian pula acara ritual dilakukan pada tanaman

kentang dan bawang prei diadakan jika ada waktu saja.

Acara ritual juga dilakukan pada tanaman kentang, apel dan bawang prei tapi

sekarang dilakukan jika ada waktu. Ritual sesaji untuk penanaman sekarang masih

dilakukan namun tergantung petaninya. Untuk ritual panen kentang dapat dengan

bantuan Dukun atau masyarakat sendiri tapi pada prinsipnya dicari hari baik, agar

hasil dapat melimpah. Acara Leliwet adalah ritual adat, wiwit atau permulaan

mendirikan bangunan rumah dipimpin oleh Dukun Panditha, maksud diadakan ritual

agar keluarga yang menempati diberi kemudahan dan keselamatan (Gambar 35a).

Bahan sesajen meliputi ayam bakar (ingkung), kelapa muda 2 diikat, jambe dengan

tongkol bunga, gedang ayu 2 sisir (tangkep), bunga mawar, padi, soka, tasbih, tangkai

beserta daun beringin, daun pandan wangi dipotong kecil-kecil, biji jarak dibakar

diletakkan pada setiap tiang bangunan. Sesajian lengkap diletakkan di atas tikar

mendong sebagai alas (lemek), 2-3 bulir padi, jika padi tidak ada dapat diganti bulir

jagung, kupat dari beras dan janur, lepet dari daun pisang didalamnya tersusun beras

atau jagung, kendi 2, dengan makanan diatas tampah terdiri ketan, wajik, tetel,

pasung, pepes dan satu perangkat pakaian laki-laki dan perempuan serta bendera

merah putih.

Pada acara leliwet Dukun Panditha mengatur acara dan membaca mantra

dengan membakar kemenyan dengan menyiratkan air suci dengan daun beringin,

buah jarak ditusuk dengan bambu dan dibakar, diikat disetiap tiang (jagak) rumah

Page 188: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

156

(Gambar 34a). Pada acara leliwet masyarakat ikut bergotong royong disebut “sayan”

sampai tiyang utama berdiri dan selanjutnya dilakukan oleh tukang profesional.

Masyarakat Tengger, melakukan selamatan tetuwuh yang meliputi tetamping artinya

makanan kita sedikit-sedikit, gedang, tebu, putihan, klopo, jambe, piji dan bunga

boreh terdiri dari kenanga, sundel, jambe dan bunga locari (sedap malam).

Gambar 34 Acara ritual Leliwet: (a) Mendirikan rumah oleh Dukun Pandhita dan (b) Jumat Legi di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari. Masyarakat Tengger mempunyai modal sosial (social capital), yang mantap

dan terjaga dengan baik dan teruji, modal sosial dicerminkan dari interaksi sosial dan

didukung kebersamaan, ikatan keluarga, kerabat, antar sesama saling menghargai

menyebabkan suasana damai jauh dari konflik. Mereka memegang teguh nilai luhur

yang telah diturunkan dari nenek moyangnya berupa kepercayaan dan kegiatan ritual

seperti Unan-unan, Karo, Kasada, Entas-entas merupakan kristalisasi perjalanan

kehidupan yang diwarnai animisme, dinamisme, Hindu, Budha dengan kemasan seni,

teknologi lokal dan kegiatan hiburan. Peranan tokoh kharismatik Dukun Pandhita,

Petinggi Desa, serta hukum adat didukung pandangan agama dan kepercayaan

sehingga masyarakatnya selalu mendekatkan diri kepada Sang Maha Agung.

Konsep tentang kehidupan, nilai budaya, informasi keluarga biasanya

diturunkan dan dilakukan di dekat tumang atau pawon atau perapian sambil

menghangatkan badan, begitu pentingnya tempat tersebut sehingga adat memberikan

nilai sakral bahwa kayu diperapian tidak baik untuk dilompati. Makna inilah masih

a b

Page 189: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

157

berkesinambungan hingga kini merupakan warisan leluhur, sebagai tempat

pembelajaran keluarga suku Tengger. Pada setiap ritual adat dipimpin oleh Dukun

Pandhita dibantu Legen dan Wong Sepuh, dimana Legen menyiapkan acara,

perkawinan, Wong Sepuh acara berkaitan dengan kematian, namun demikian ada

Desa yang hanya mempunyai seorang pembantu Dukun jadi merangkap. Petinggi

sebagai orang sangat dihormati karena sebagai sebagai Kepala Pemerintahan juga

sebagai Kepala Adat. Pada acara adat besar seperti Kasada misalnya ujian Dukun

(Mulun), penstabihan sesepuh adat yang dipimpin koordinator Dukun Pandhita dan

dukun Pandhita senior Tengger (Gambar 35 dan 36).

Gambar 35 Dukun Pandhita Zaman Kolonial Belanda

Gambar 36 Acara ritual: (a) Wisuda Sesepuh Tengger oleh Dukun Pandhita Mudjono

dan bapak Sutomo dan (b) Sendra tari Roro Anteng Joko Seger di Balai Agung Desa Ngadisari.

a b

Page 190: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

158

Pada setiap acara adat dilakukan beberapa kegiatan yaitu dengan pembacaan

doa dan mantra, pembakaran kemenyan (dupa), dan dilengkapi dengan makanan (nasi

tumpeng), jajanan, jenis-jenis tanaman dan hewan, perangkat pakaian, alas, ongkek,

sedangkan pada acara adat besar seperti Unan-unan, Kasada, Karo, Entas-entas

dilengkapi gamelan serta macam-macam kesenian. Kebiasaan setiap hari mereka

melakukan tetamping dengan tujuan agar dihindarkan dari marabahaya serta

mendapat kemakmuran. Pemanfaatan tanaman yang dipergunakan dalam sesaji paling

banyak jenisnya adalah ritual Kasada yang pada dasarnya melaksanakan permintaan

(ucapan) Raden Kusuma putra bungsu Roro Anteng dan Joko Seger yaitu sesaji

berupa hasil bumi (tandur tuwuh), sedangkan jenisnya tergantung maksud dan

tujuannya.

Keanekaragaman hayati telah menyumbangkan perekat dalam kehidupan

melalui pemanfaatan dalam setiap jenis ritual adat baik pemanfaatan di tempat sakral

seperti pohon cemara gunung, danglu dan beringin. Bahan jenis tanaman untuk sesaji

meliputi buah-buahan, sayur mayur dan dikemas dalam bentuk petra, gedang ayu,

kembang boreh dan ongkek. Jenis-jenis tumbuhan yang dipergunakan berasal baik

dari lingkungan, hutan bahkan dari luar Tengger seperti janur, kelapa muda (degan)

maupun padi. Jenis hewan juga mempunyai nilai sebagai ikatan susunan rangkaian

adat seperti sapi, kerbau, kambing, kuda, ayam, bebek dalam sebuah kemasan adat

Tengger. Jumlah biaya yang dikeluarkan pada setiap acara ritual adat cukup besar,

untuk acara adat Entas-entas berkisar 50 juta rupiah bahkan lebih, namun demikian

biaya tergantung dari kekayaan dan biasanya masyarakat sebelum upacara adat

menabung.

5.3.2.2.8 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Sebagai Pakan Ternak.

Berternak merupakan mata pencaharian sampingan bagi masyarakat Tengger.

Mereka memelihara beberapa jenis ternak yang pada awalnya bertujuan untuk

kepentingan adat dan sebagai simpanan atau tabungan, jika mereka memerlukannya.

Ternak pada mulanya yang banyak dikelola adalah hewan babi dan kambing, namun

dengan keberhasilan ternak sapi masyarakatpun banyak berpindah ke ternak sapi

Page 191: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

159

jantan potong untuk penggemukan karena lebih menguntungkan. Dengan beragamnya

hewan peliharaan dan suburnya serta baiknya kualitas rumput pakan ternak maka

masyarakat mulai beternak sapi, babi, kambing sebagai sambilan dalam mengolah

pertanian. Dalam berternak masyarakat menggunakan banyak jenis tumbuhan.

Keanekaragaman pakan ternak meliputi 44 jenis tumbuhan tergolong dalam 35 marga

dan 14 suku (Tabel 15). Dari seluruh tumbuhan pakan ternak, 4 jenis dibudidayakan,

34 jenis liar berasal dari lingkungan dan 6 jenis liar dari TNBTS atau Perhutani

(Gambar 37) Jenis-jenis pakan ternak yang dibudidayakan tersebut diantaranya

rumput rumput astruli, jagung, sedangkan yang liar meliputi alang-alang, petungan,

genggeng, pari apa, daun peketek, grinting, gewor, aseman, gronggong, kolonjono

dan damarwojo.

Table 15 Keanekaragaman jenis tumbuhan pakan ternak di masyarakat Tengger No Nama lokal Nama ilmiah Suku Status 1 Alang-alang Imperata cylindrica (L.)

Beauw. Poaceae Pakan utama

2 Antanan Centella asiatica (L.) Urb.

Umbelliferae Pakan tambahan

3 Aseman Achyranthes bidentata Bl. Amaranthaceae Pakan tambahan 4 Astruli/

gajahan Pennisetum purpureum Schumach..

Poaceae Pakan utama

5 Brambangan Comelina sp Comelinaceae Pakan tambahan 6 Damarwojo Spigula arvensis L. Loganiaceae Pakan tambahan 7 Dibal Isachne rhabdiana

(Steud.) Ohwi Poaceae Pakan tambahan

8 Empritan Eragrostis amabilis (L.) W.& A.

Poaceae Pakan tambahan

9 Genggeng Microstegium rufisticum (Steud.) A.Camus

Poaceae Pakan utama

10 Gewor Comelina nodiflora Comellinaceae Pakan tambahan 11 Glagah Saccharum spontaneum

L. Poaceae Pakan tambahan

12 Grinting Cynodon dactylon (L.) Pers.

Poaceae Pakan tambahan

13 Gronggong Erianthus arundinaceus Poaceae Pakan tambahan 14 Ijoan Paspalum sp Poaceae Pakan tambahan 15 Jagung Zea mays L. Poaceae Pakan tambahan 16 Jaringan Sonchus javanicus Jungh. Asteraceae Pakan tambahan 17 Jlabrangan Paspalum srobiculatum Poaceae Pakan tambahan 18 Jukut Eragrostis nigra Nees ex

Steud. Poaceae Pakan tambahan

19 Jukut Comelina benghalensis Comelinaceae Pakan tambahan

Page 192: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

160

Tabel 15 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status 20 Kaliandra Calliandra

haematocephala Hassk. Fabaceae Pakan utama

kambing 21 Kalonjono Hierochloe horsfieldii Poaceae Pakan tambahan 22 Kawatan/lulan

g Elleusine indica Gaertn. Poaceae Pakan tambahan

23 Ketanan Paspalum commersonii Poaceae Pakan tambahan 24 Kobis Brassica oleracea L. Brassicaceae Pakan tambahan 25 Kolomento Axonopus compressus Poaceae Pakan tambahan 26 Kuningan Widelia Montana (Bl.)

Boerl. Asteraceae Pakan tambahan

27 Lamtoro Leucaena glauca L. Fabaceae Pakan tambahan 28 Merakan Themeda gigantea (Cav.)

Hack. Poaceae Pakan tambahan

29 Padi Oryza sativa L. Poaceae Pakan ternak 30 Pari apo Leersia hexandra Sw. Poaceae Pakan tambahan 31 Petungan Equisetum debile Roxb. Equisetaceae Pakan tambahan 32 Pinjalan Capillipedium

parviflorum (R.Br.) Stapf.Poacae Pakan utama

33 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae Pakan tambahan, daun

34 Peketek Pogonatherum paniceum Hack.

Poaceae Pakan tanbahan

35 Sawian Nosturtium sp Brassicaceae Pakan tambahan 36 Suket jukut Schizachyrium fragile

(R.Br.) A.Camus. Poaceae Pakan tambahan

37 Srigotong Arundinella setosa Trin. Poaceae Pakan tambahan 38 Tebu Saccharum officinarum

L. Poaceae Pakan tambahan

39 Teki Cyperus monocephalus L. Cyperaceae Pakan tambahan 40 Teki Cyperus brevifolius L. Cyperaceae Pakan tambahan 41 Tepung otot Plantago mayor L. Plantaginaceae Pakan tambahan 42 Tewel Artocarpus heterophylla

Lam. Moraceae Pakan kambing

43 Tibar Grangea maderaspatana (L.) Poir.

Asteraceae Pakan tambahan

44 Tela rambat Ipomoea batatas (L.) Lam.

Solanaceae Pakan tambahan

Page 193: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

161

Gambar 37 (a) Keanekaragaman jenis tumbuhan pakan ternak di masyarakat Tengger dan (b) Status jumlah jenis pakan ternak.

Penanaman rumput astruli diantara petak tegalan sangatlah menguntungkan

untuk pakan ternak, disamping berdampak positif mencegah tanah longsor. Dengan

semakin berkembangnya ternak sapi, kambing, babi maka lahan untuk penyedia

pakan menjadi semakin terbatas. Di Desa Gubuklakah tanaman rumput astruli juga

banyak ditanam di tanah komplangan, demikian pula di Desa-desa Tengger yang

terdapat Perhutani. Pemanfaatan rumput dari TNBTS berupa rumput alang-alang,

genggeng, petungan, pinjalan dan gronggong, atau jika terjadi musim kemarau

dimana rumput di Desa kurang subur. Untuk hal inilah perlunya pemikiran bersama

baik masyarakat, dinas terkait untuk memikirkan dampak perluasan ternak sapi. Sisa

dari keanekaragaman tumbuhan hasil produksi seperti kobis, jagung serta ritual adat

(jumat legen), dapat juga dimanfaatkan kembali sebagai pakan ternak babi, sapi

maupun kambing atau dapat digunakan untuk pupuk.

a

b

Page 194: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

162

Untuk mengatasi kekurangan pakan ternak sebagai contoh desa Ngadas Kidul

yang berjumlah 400 ekor sapi, 200 ekor babi, 50 ekor kambing maka dilakukan

penanaman tumbuhan pakan ternak terutama astruli, namun demikian karena

banyaknya ternak maka masyarakatpun harus memanfaatkan rumput dari TNBTS.

Setiap satu ekor sapi membutuhkan 1 hingga 2 pikul rumput per hari dengan harga

satu pikul rumput Rp.15.000, sedangkan untuk kuda porsinya lebih banyak. Hewan

ternak hanya dikandangkan karena lingkungannya berbukit-bukit. Aturan adat yang

diberlakukan untuk ternak harus berada jauh dari perumahan sangatlah positif untuk

mendukung kesehatan masyarakat.

Dengan beragamnya serta baiknya kualitas pakan ternak masyarakat Tengger

memanfaatkan potensi tersebut dengan beternak sebagai sambilan dalam mengolah

pertanian. Sebagian masyarakat ada yang khusus bekerja merumput atau hanya

sebagai buruh saja. Bahan pakan ternak tambahan berupa polar atau dedak yang harus

dibeli dari Malang, Pasuruan dan Probolinggo. Pada umumnya mereka merumput

terutama astruli dan alang-alang, namun menurut mereka semua rumput-rumputan

dapat digunakan sebagai pakan ternak kecuali tanaman beracun kelompok Asteraceae

seperti tehan, kerinyu, trabasan dan kecubung. Kerja sama dengan pihak Perhutani

juga telah dilakukan dalam mengatasi keperluan pakan ternak yaitu di Komplangan,

biasanya disekitar tanaman keras yang sudah rimbun.

Pemanfaatan rumput di padang savana Jomplangan merupakan kerjasama

partisipasif antara masyarakat dan TNBTS dalam bentuk kompensasi dimana

masyarakat diharuskan menanam terutama pohon cemara gunung. Pada musim

kemarau wilayah tersebut rawan kebakaran seperti yang terjadi pada tahun 2009 dan

2011 (Gambar 38).

Page 195: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

163

Gambar 38 Peristiwa kebakaran: (a) Padang rumput Jomplangan TNBTS tahun

2011 dan (b) Bekas kebakaran hutan TNBTS tahun 2009.

5.3.2.2.9 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan sebagai Bahan Bangunan, Kayu

bakar, Pembungkus dan Tali serta Penikmat

Masyarakat Tengger telah mampu memilih serta memanfaatkan jenis-jenis

tumbuhan yang cocok dan tepat dipergunakan untuk keperluannya, berdasarkan

teknologi tradisional yang mereka peroleh dari nenek moyangnya. Keanekaragaman

jenis tumbuhan bahan bangunan, teknologi lokal, seni, kayu bakar ditampilkan pada

Lampiran 10.

5.3.2.2.9.1 Bahan Bangunan

Keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan bangunan

masyarakat Tengger berjumlah 22 jenis dari 21 marga termasuk dalam 17 suku. Salah

satu jenis tumbuhan bahan bangunan tersebut adalag cemara gunung. Kualitas kayu

cemara gunung tidak dapat diragukan karena kuat, tahan penyakit dan sangat cocok

ditanam di ladang terutama sebagai batas tegalan, jalan atau tempat yang mempunyai

kemiringan tinggi. Jenis jenis lain yang berkualitas dapat dipergunakan sebagai bahan

bangunan adalah bambu betung (Debdrocalamus asper), bambu jajang (Gigantochlea

apus), nangka atau tewel (Artocarpus heterophylla), kembang (Michelia velutina),

damar (Agathis alba), pampung (Unanthe javanica), jambu wer (Prunus persica),

pinus (Pinus merkusii), dadap (Erythrina variegata) dan mahoni (Swietenia

mahagoni). Jenis-jenis tumbuhan yang berasal dari luar Tengger meliputi kayu

a b

Page 196: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

164

meranti kamper (Cinnamomum camphora) dan kayu jati (Tectona grandis).

Bangunan atap dulu mempergunakan klakah dari bambu betung atau alang-alang,

namun sekarang alang-alang lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Rumah Tengger sekarang sudah mengikuti perkembangan zaman, dan bentuk

lama sudah banyak ditinggalkan karena pengaruh dari luar yang begitu kuat dan lebih

praktis. Bentuk rumah adat yang lama memiliki bentuk khas, dengan atap terdiri dari

alang-alang, kayu bangunannya terutama dari cemara, nyampuh, kembang dan

bambu. Namun demikian masih ada masyarakat yang tetap melestarikan gaya asli

rumah Tengger dengan berbagai perubahan. Kayu yang paling baik dan kuat untuk

bahan bangunan rumah zaman dulu adalah cemara gunung mepunyai keunggulan

kayu keras tahan terhadap cuaca, hujan, mempunyai keawetan jika digunakan kayu

bakar karena kadar pemanasan paling unggul.

Jenis-jenis bahan bangunan rumah diantaranya kayu kembang dan kayu

nyampuh sebagai rangka, bambu sebagai cagak, gedek atau atap susunan dari bambu

(klakah), susunan alang-alang (welit), sekarang sudah banyak menggunakan triplek,

kayu kalimantan seperti kayu meranti, kayu kamper dan kayu jat. Struktur rumah

Tengger terdiri dari soko guru atau cagak 4-12, tergantung dari besarnya rumah,

sunduk tanganan, sunduk agung, sunduk kili, sunduk cengkel, usuk, pengeret, dengan

atap dari alang-alang atau klakah, gedek dari bambu atau kayu, pintu tarikan dari

bambu atau kayu. Pawon atau dapur dilengkapi tumang, biasanya dengan lubang 2

dan bagian depan dilengkapi rantai untuk meletakkan ceret, dingklik, lincak

sedangkan kamar atau tempat tidur disebut sedongan atau peturon. Makanan di

simpan dalam pedaringan atau petaringan, masyarakat Tengger biasanya

mempersilahkan tamu di pawon sambil api-api sambil minum kopi. Tempat api-api

merupakan tempat dimana keluarga berkumpul, bermusyawarah, dan berbincang

terutama masalah ritual adat, pertanian dan lain-lain.

5.3.2.2.9.2 Kayu bakar

Bahan bakar utama masyarakat Tengger adalah kayu bakar yang digunakan

untuk memasak bahan pangan dan menghangatkan badan. Kayu bakar merupakan

Page 197: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

165

sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Tengger. Kayu bakar

diperlukan setiap saat baik di rumah maupun di peladangan. Menurut mereka hampir

jenis kayu dapat digunakan sebagai kayu bakar, namun jenis kayu cemara yang

mengandung resin mempunyai kualitas unggul baik nyala maupun keawetannya.

Keanekaragaman tumbuhan kayu bakar terdiri atas 16 jenis, yang meliputi kayu

cemara, klandingan, bambu jajang, bambu betung, pampung, jambu wer, paitan,

akasia dan sebagainya (Lampiran 7).

Penggunaan kayu bakar sangat berkaitan dengan suhu udara pegunungan yang

dingin, bahkan di Desa Ranupani pada musim kemarau dapat mencapai suhu 0°C.

Kayu bakar bagi masyarakat Tengger merupakan bahan primer seperti halnya bahan

pangan, yang diperlukan setiap hari untuk memasak baik saat tinggal di

perkampungan maupun di ladang sehingga penduduk selalu mempunyai gubuk yang

dilengkapi dengan tumang atau perapian. Masyarakat Tengger menyukai tanaman

cemara gunung, akasia dan jambu wer karena jenis-jenis kayu tersebut menghasilkan

kualitas api yang baik dan awet. Setiap keluarga memerlukan 2 pikul hingga 3 pikul

kayu pada setiap minggunya, namun dengan masuknya listrik serta kompor gas

kebutuhan kayu berkurang sepertiganya. Masyarakat yang mampu kadang-kadang

membeli kayu bakar dalam bentuk arang. Harga 1 pikul kayu bakar Rp.10000,

sedangkan untuk 1 pikul grangsi (pontang) arang dari kayu klandingan, pasang dan

akasia Rp.40000-50000, untuk arang kayu cemara gunung Rp.50000-60000. Untuk

Desa Keduwung memproduksi paling banyak arang untuk dijual ke desa-desa

Tengger. Kebutuhan kayu di masyarakat Tengger belum dilakukan perhitungan,

sehingga seberapa besar volume kayu bakar yang dibutuhkan setiap minggu atau

setiap bulannya.

Ketergantungan dan kebutuhan kayu bakar sangat tinggi dan pada umumnya

masyarakat Tengger menggunakan kayu bakar yang berasal dari pekarangan mereka

sendiri. Pada daerah inclave yang berbatasan dengan TNBTS terkadang masih juga

terjadi pemanfaatan kayu seperti akasia, cemara gunung dan klandingan. Oleh karena

itu pemerintah dan dinas terkait perlu melakukan pendekatan tentang bagaimana cara

Page 198: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

166

menyiapkan bahan kayu bakar diperlukan dengan menggunakan tanaman yang cepat

tumbuh dan tidak mengganggu pertanian.

Teknologi lokal membuat arang kayu cemara meliputi: kayu dipotong 0.5-1.5

meter dimasukkan galian. Pada galian bagian bawah dan tepi di batasi jenis-jenis

rumput atau dedaunan yang masih basah seperti dibal, jukut, genggeng, trebah,

trabasan, tehan, potongan kayu cemara kemudian disusun pada galian dan ditutup

jenis rumput tersebut, dibakar dan ditutup tanah, jangan sampai bocor, selama 3 hari

hingga 1 bulan, tergantung jenis, ukuran serta banyaknya tumpukan kayu.

5.3.2.2.9.3 Bahan tali dan pembungkus

Bebagai jenis tumbuhan pohon dan semak merupakan bahan baku yang sangat

penting dalam pembuatan kerajinan dan teknologi tradisional. Penggunaan tali

penting bagi masyarakat Tengger meliputi 9 jenis yang digunakan untuk membawa

kayu bakar, rumput, bangunan rumah, tali petra, tali pagar, tali ikat jagung (tutus), tali

sapi atau kuda dan ritual. Jenis tali-temali tersebut meliputi, serat dari pohon waru,

rotan, bambu jajang (bahan tutus atau tali petra), kulit batang paitan, batang atau daun

pandan rambat, batang pisang dan benang kapas pada acara ritual adat. Bahan tutus

dari bambu jajang banyak digunakan sebagai tali atap rumah, pengikat jagung pada

sigiran. Kulit batang waru zaman dahulu sering digunakan sebagai tali sapi atau kuda

karena kuat, tahan lama dan tidak mudah putus. Masyarakat Tengger pada umumnya

banyak mempergunakan kantong plastik, tali plastik, kranjang bambu, dalam

merumput atau mengambil pupuk kandang, pupuk anorganik dengan kuda atau

sepeda motor. Dalam acara ritual Entas-entas masyarakat Tengger mempergunakan

tali dan tusuk dari bambu dalam membuat Petra, prenjalin atau rotan gunung acara

ujung-ujungan menggunakan bambu yang diisi biji-biian pada acara tari sodoran.

Sebagai bahan pembungkus kue dan bahan pangan terutama digunakan daun pisang

raja, pisang hutan, pisang salek, janur dan daun tlotok.

5.3.2.2.9.4 Bahan penikmat

Jenis tanaman sebagai penikmat diantaranya adalah tembakau (Nicotiana

tabacum), kopi (Coffea arabica), jae (Zingiber officinale), teh (Thea sinensis),

Page 199: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

167

klembak (Rheum officinale), cengkeh (Eugenia aromatica), bahan kinang terdiri

tembakau (Nicotiana tabacum), jambe (Areca catechu), sirih (Piper betle) dan kapur

(injet).

5.3.3 Indeks Kepentingan Budaya (ICS)

Dari hasil perhitungan ICS (Gambar 39) menunjukkan bahwa kebutuhan

masyarakat Tengger masih tergantung sebagian besar dari sumberdaya alam lokal

sekitar dan sebagian kecil disuplai dari luar. Secara keseluruhan pengetahuan

keanekaragaman tetumbuhan tercatat 326 jenis yang dimanfaatkan (Lampiran 11)

yang. Perhitungan indek kepentingan budaya (ICS) dimaksudkan untuk mengetahui

sejauh mana tumbuhan yang paling penting dan penting dipergunakan bagi kehidupan

masyarakat. Nilai dari ICS merupakan hasil perhitungan kuantitatif dari masing-

masing jenis tumbuhan yang dimanfaatkan berdasarkan nilai kualitas (Quality value),

intensitas (intensity value) dan eksklusivitas (exclusity value). Analisis serta evaluasi

dari nilai kepentingan budaya merupakan langkah yang perlu diperhitungkan mulai

dari tingkat keperluan kebutuhan masyarakat Tengger dari hal yang paling penting

sampai minimal dimanfaatkan dalam budaya kehidupan masyarakat.

Gambar 39 Kategori nilai ICS tumbuhan berguna pada masyarakat Tengger.

Page 200: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

168

Berdasarkan hasi perhitungan ICS tumbuhan dari yang kecil hingga sangat

tinggi kegunaannya pada masyarakat Tengger (Lampiran 11) memudahkan dalam

menganalisis jenis-jenis tumbuhan yang berguna dan penting dalam kehidupan

masyarakat Tengger. Kategori nilai pemanfaatan tumbuhan berguna di masyarakat

Tengger (Tabel 16) dengan kategori seperti tercantum Tabel 17, menghasilkan satu

jenis memiliki ICS sangat tinggi (> 87) yaitu padi yang berasal dari luar Tengger, 10

jenis mempunyai kategori tinggi (60-87) berupa tanaman sayuran kobis, kentang,

bawang prei, cemara gunung, pisang, kelapa, rumput astruli, bambu betung, bambu

jajang dan kopi. Kategori sedang dengan nilai 38-60 terdiri dari 11 jenis meliputi

tumbuhan ritual, obat, bangunan, kayu bakar, pakan ternak, buah-buahan, sayur

mayur, konservasi, kerajinan lokal dan makanan tambahan. Jagung dahulu

merupakan bahan pokok masyarakat Tengger sekarang hanya menjadi makanan

tambahan seperti halnya ganyong dan tales. Jumlah tumbuhan yang memiliki ICS

rendah 16-38 berjumlah 121 jenis yang terdiri dari jenis tumbuhan obat, kerajinan,

bumbu, tanaman hias, pakan ternak, sedang tumbuhan dengan nilai katagori ICS 1-15

meliputi 183 jenis tumbuhan pakan ternak, kayu bakar, teknologi lokal, liar, hasil

hutan seperti jamur, pakan rumput tambahan, racun dan tanaman hias.

Tabel 16 Sebelas jenis tanaman dengan Nilai Indek Kepentingan Budaya (ICS) tertinggi dan tinggi masyarakat Tengger

No Nama Lokal Nama Ilmiah Nilai ICS 1 Beras/padi Oryza sativa L. 90 2 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 86.5 3 Kentang Solanum tuberosum L. 72 4 Pisang salek Musa paradisiaca L. cv. Salik 73 5 Pisang raja Musa paradisiaca L.cv. Rojo 64 6 Pisang ambon Musa paradisiaca L.cv. Ambon 63 7 Klopo Cocos nucifera L. 78 8 Bawang prei Allium fistulosum L. 85 9 Kobis Brassica oleracea L. 61

10 Astruli Pennisetum purpureum Schumach. 68 11 Kopi Coffea arabica L. 60 12 Bambu jajang Gigantochlea apus Kurs 68 13 Bambu betung Dendrocalamus asper (Schult.) Backer 64

Page 201: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

169

Tabel 17 Kategori nilai ICS jenis tumbuhan bermanfaat masyarakat Tengger.

No Kategori ICS Jumlah Jenis Tumbuhan 1 Sangat Tinggi (> 87) 1 2 Tinggi (60-87) 10 3 Sedang (38 - 60) 11 4 Rendah (16 -38) 121 5 Sangat Rendah (1-15) 183 6 Nol (0-<1) 0

Total 326

Dari hasil wawancara langsung (kualitatif) sangat mendukung perkiraan nilai ICS

tinggi seperti beras, bawang prei, kentang, kobis, cemara gunung. Jagung, ganyong,

talas dan singkong merupakan andalan makanan pokok masa lalu masyarakat

Tengger dan sekarang telah bergeser menjadi padi. Beras menjadi bahan pangan

utama, serta mempunyai kegunaan lebih praktis dibandingkan dalam pengolahan nasi

aron, serta berfungsi dalam ritual adat, bahan kosmetik, membuat makanan kue dan

obat.

Nilai ICS cemara 86.5 yang berarti mempunyai fungsi penting yaitu sebagai

tanaman konservasi agar tanah tidak longsor, kayu bakar sangat baik dan kuat, bahan

teknologi lokal seperti tangkai cangkul, arit, limbat, alu, bangunan rumah, jembatan.

Kentang mempunyai nilai ICS 72, tanaman ini mempunyai nilai jual stabil dengan

harga tinggi serta dapat disimpan dalam tanah selama 1-3 bulan dan dapat

dimanfaatkan sebagai makanan tambahan. Bawang prei memiliki nilai ICS 85,

merupakan salah satu tanaman yang tahan abu vulkanik dan kobis ICS 61 merupakan

tanaman sangat cocok di Tengger karena mempunyai nilai jual tinggi, namun harga

terkadang turun naik. Jenis pisang seperti salek, raja dapat tumbuh baik di ketinggian

1800 m dpl, pisang ambon, salosa dapat tumbuh baik di wilayah Tengger yang

mempunyai ketinggian sekitar 1200 m dpl berfungsi sebagai buah-buahan, obat,

pembungkus, ritual adat dan membuat kue.

Demikian pula kopi dengan nilai ICS 60, dapat tumbuh baik di ketinggian 900-

1200 m dpl di daerah Tengger bawah seperti Desa Gubuklakah, Sapikerep, Kayu

kebek, Pandansari dan Poncokusumo, mempunyai kegunaan tinggi untuk minuman

Page 202: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

170

sehari-hari karena sebagai penghangat badan di depan tumang. Kelapa mempunyai

nilai ICS 78 dimana tanaman ini baik buah, bunga, daun digunakan pada setiap

kegiatan adat, bumbu, kosmetik dan bahan pangan masyarakat Tengger.

Secara umum pada Tabel 16 menunjukkan padi sebagai bahan pangan pokok

menggantikan jagung lokal dan jagung hanya sebagai makanan tambahan. Kayu

cemara sebagai kayu paling baik untuk teknologi lokal seperti bangunan rumah,

peralatan pertanian, peralatan rumah tangga, kayu bakar dan konservasi. Tiga varietas

pisang merupakan jenis buah utama karena mempunyai nilai ICS antara 63-73 juga

digunakan pada setiap hari sebagai bahan ritual dalam bentuk gedang ayu, karena

sangat bermagna. Pengembangan bidang peternakan terutama sapi sangat tinggi

sehingga diperlukan pakan yang memadai digunakan setiap hari seperti astruli.

Definisi dan konsep manfaat tentang sumber daya tumbuhan akan berbeda-beda

antara budaya satu dengan lainnya tergantung lingkungan maupun ketinggian tempat.

Nilai kepentingan budayapun akan berbeda disetiap saat karena tumbuhan masa lalu

hanya sedikit diketahui oleh masyarakat sekarang. Nilai indek kepentingan budaya

hasil penelitian ini juga dapat berubah dari waktu ke waktu maupun perbedaan

informan dan hanya terbatas pada masyarakat Tengger.

Keanekaragaman jenis tumbuhan liar yang diketahui oleh masyarakat Tengger

berjumlah 100 jenis yang tergolong dalam 38 suku. Jenis-jensi tumbuhan liar tersebut

mempunyai potensi sebagai bahan obat, bahan ritual, bahan bangunan, jenis

konservasi, bahan teknologi lokal, kayu bakar dan bahan pangan (Tabel 18).

Page 203: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

171

Tabel 18 Jenis tumbuhan liar yang berpotensi menurut masyarakat Tengger

No Nama lokal Kegunaan ICS 1 Adas Bahan obat, hias 18 2 Alang-alang Bangunan, ritual adat, pakan ternak 32 3 Anting-anting Bahan ritual, hias 18 4 Bambu betung Bangunan, kayu bakar, teknologi lokal, ritual

adat, bahan pangan 64

5 Bambu jajang Bangunan, kayu bakar, teknologi lokal, ritual adat, bahan pangan

68

6 Beringin Bahan ritual adat, konservasi, kayu bakar 24 7 Cemara Bangunan, kayu bakar, teknologi lokal, ritual

adat, konservasi, obat 86.5

8 Danglu Obat, kayu bakar, konservasi, ritual adat 30 9 Grunggung Bahan buah, kayu bakar, konservasi 25

10 Jarak gunung Obat, ritual adat, bumbu, konservasi 45 11 Kayu kembang Bahan bangunan, kayu bakar 22 12 Kayu nyampuh Bahan bangunan, kayu bakar 13 Kecubung Obat, hias, konservasi 20 14 Ketirem Bahan obat, bahan pangan 24 15 Mentigi Bahan pangan, kayu bakar, konservasi 30 16 Paitan Kayu bakar, teknologi local, konservasi 26 17 Paku pohon Bahan bangunan, hias, konservasi, media

anggrek 24

18 Pampung Bahan bangunan, kayu bakar, ritual adat 24 19 Piji Obat, ritual adat 20 20 Pisang hutan Obat, ritual adat, pembungkus, bahan pangan 43 21 Putihan Ritual adat, kayu bakar, konservasi, hias 32 22 Ranti Lalapan, buah, obat 21 23 Sempretan Bahan obat, hias 24 24 Tanalayu Bahan ritual adat, tanaman hias, teknologi

lokal 29

25 Telekan Kayu bakar, konservasi, racun 22 26 Tlotok Bahan ritual adat, tanaman hias, pembungkus 29

5.4 Pembahasan

Kehidupan masyarakat Tengger sangat tergantung dari keanekaragaman jenis

sumber daya tumbuhan. Masyarakat Tengger mengusahakan keanekaragaman jenis

tumbuhan tersebut melalui kegiatan ekstraktivisme bagi jenis-jenis tumbuhan yang

masih liar dan membudidayakan jenis-jenis tanaman budidaya. Secara umum

Page 204: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

172

pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan tersebut adalah untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya baik kebutuhan subsisten maupun ekonominya. Kegunaan dan

pemanfaatan jenis tumbuhan tersebut adalah sebagai bahan pangan, bahan sandang,

bahan bangunan, kayu bakar, bahan obat tradisional, bahan racun, bahan ritual, bahan

tali, bahan pewarna, bahan teknologi lokal (kerajinan) dan peralatan, dan ;lain-

lainnya. Sehubungan dengan ketergantungan tersebut, maka masyarakat Tengger

memiliki pengetahuan yang baik terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada

dan tumbuh di lingkungannya.

Pemenuhan kebutuhan kehidupannya dilakukan dengan dua cara utama yaitu

kegiatan meramu (ekstraktivisme) dan kegiatan budidaya. Kegiatan ekstraktif

dilakukan untuk jenis-jenis hasil hutan non kayu dan kayu bahan bangunan. Hasil

hutan non kayu yang sering diramu antara lain jenis-jenis rumbuhan bahan obat-

obatan, bahan pangan dan sayuran, bahan racun, bahan kayu bakar, dan lain-lainnya.

Kegiatan meramu tersebut sifatnya adalah sambilan dan hanya dilakukan bila

memerlukannya dan bukan merupakan pekerjaan utama masyarakat Tengger.

Kegiatan utama masyarakat Tengger adalah petani yang membudidayakan berbagai

jenis tanaman pangan dan jenis tanaman perkebunan. Sesuai dengan karakter

lingkungannya, maka masyarakat Tengger adalah petani sayur yang cukup handal

yang mengusahakan berbagai jenis tanaman sayuran seperti kentang, kobis, bawang

prei, bawang putih, kol bunga, kobis, lombok, tomat, terong, dan berbagai jenis

sayuran lainnya. Sedangkan jenis tanaman pangan sumber karbohidrat adalah

budidaya jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kentang. Sedangkan budidaya buah-buahan

meliputi buah apel, jeruk, strowberry, terong belanda, pepaya, srikaya, pisang, dan

lain-lainnya .

Pengetahuan masyarakat Tengger terhadap karakter dan pencirian jenis

tumbuhan cukup baik. Pengetahuan ini digunakan untuk upaya identifikasi,

penamaan dan pengklasifikasian jenis sumber daya hayati. Menurut Friedberg (1990)

secara prinsip setiap tipe tumbuhan berbeda dengan jenis tumbuhan lainnya dan

mempunyai nama yang membedakannya dengan determinan. Penamaan suatu jenis

yang dilakukan masyarakat Tengger yaitu dengan cara memberi nama dasar atau

Page 205: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

173

nama primer dan diikuti atau tidak dengan satu sampai beberapa determinan atau

nama sekunder. Penamaan tersebut mempunyai formula nama marga dan nama jenis.

Sebagai contoh pengatahuan lokal masyarakat Dani seperti yang dikemukakan oleh

Purwanto (1997) dimana nama dasar yang sama yaitu haningkukuh dan setelah

diidentifikasi pada nama tersebut ternyata terdiri atas 3 jenis yaitu Bidens biternata,

Erigeron linifolia dan Emilia monchifolia (Asteraceae). Demikian pula masyarakat

Tengger menggunakan karakter lokal dalam memanfaatkan, mengelola, memberi

nama tumbuhan di lingkungannya. Mereka memberi nama untuk digunakan

kebutuhan praktis dan sebagian besar dalam bentuk nama tunggal.

Pengetahuan lokal tentang pemanfaatan sumber daya hayati tumbuhan

masyarakat Tengger memberikan pengetahuan yang berharga sebagai hasil

pembelajaran, praktek langsung, pemikiran, persepsi, teknologi lokal dan tidak hanya

memberi sumbangan kemajuan ilmu dan teknologi, namun juga untuk menentukan

atau memprediksi, memahami, menginterpretasi berdasarkan alasan logis, dalam

melakukan kegiatan adaptasi terhadap lingkungan. Sistem pengetahuan lokal dapat

digunakan sebagai sumber pengembangan gagasan alternatif seperti kelembagaan

desa, sistem klasifikasi bahasa, pengembangan keluarga berencana, penyelesaian

konflik, masalah pemukiman, sistem pengairan dan sebagainya. Pendekatan yang

didukung pemahaman sistem pengetahuan lokal sejalan dengan konsep pembangunan

berwawasan lingkungan. Perubahan pengaruh luar, asimilasi, bertambahnya jumlah

penduduk, terbatasnya lahan pertanian memberikan dampak berupa pemanfaatan

jenis tumbuhan lebih selektif berkaitan dengan nilai ekonomi maupun kebutuhan

praktis. Hal ini dikemukakan Rambo (1983) bahwa subsistem sosial dengan

subsistem ekosistem saling berinteraksi sangat erat dan teratur memerlukan energi,

materi dan informasi. Berbagai pemanfaatan, pengelolaan jenis tumbuhan yang

dipergunakan dan dimanfaatkan sehari-hari masyarakat Tengger adalah sebagai

dampak pengaruh langsung maupun tidak langsung baik dari teknologi informasi,

masyarakat, lingkungan maupun pihak pemerintah yang terkait.

Hutan yang dulu merupakan wilayah yang menopang kehidupan telah dibatasi

oleh perubahan status kawasan hutan menjadi kawasan hutan lindung, hutan

Page 206: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

174

produksi, dan hutan konservasi sehingga menyebabkan masyarakat tidak leluasa lagi

melakukan kegiatan ekstraktivisme di kawasan tersebut. Sehubungan dengan hal

tersebut masyarakat Tengger mengembangkan lahannya secara optimal untuk

kegiatan produksi.

Pelarangan pemanfaatan hasil hutan kayu bahan bangunan dan hasil hutan non

kayu bahan bangunan memberikan dampak positif bagi masyarakat terutama dalam

kegiatan pengembangan jenis tumbuhan. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan kayu

bahan bangunan, masyarakat Tengger melakukan penanaman jenis cemara gunung di

kawasan usahataninya. Jenis cemara gunung tersebut ditanam masyarakat tidak saja

digunakan sebagai jenis tanaman pembatas lahan juga kayu dari jenis ini

dipergunakan sebagai kayu bakar dan kayu bahan bangunan serta sebagai jenis

tanaman untuk penanggulangan dampak erosi. Pemanfaatan hasil hutan ikutan atau

hasil hutan non kayu (non-timber forest products) hanya digunakan untuk

kepentingan subsisten dan dilakukan hanya bila memerlukannya. Misalnya peramuan

untuk mendapat bahan baku tumbuhan obat, bahan tali, bahan pewarna dan lain-

lainnya.

Keberadaan pemukiman masyarakat Tengger di daerah penyangga secara

langsung maupun tidak langsung dapat mengakibatkan kerawanan terhadap wilayah

konservasi maupun hutan lindung. Namun sebaliknya keberadaan masyarakat di

kawasan penyangga ini juga dapat sebagai modal pengelolaan kawasan konservasi.

Dengan catatan bahwa masyarakat di kawasan ini dikembangkan dan merasa bahwa

kawasan konservasi memiliki nilai dalam kehidupannya. Salah satu upaya yang telah

dilakukan adalah melakukan kerjasama dalam mengelola kawasan dengan TNBTS

dan Perhutani seperti kegiatan pengembangan pertanian jalur hijau dan komplangan.

Disamping itu usaha pembinaan masyarakat yang mempunyai kerawananan terhadap

ketergantungan hasil hutan perlu mendapat dukungan baik melalui pendidikan,

pengetahuan, ketrampilan dan diversifikasi modal usaha.

Kebutuhan kayu bakar selama ini masih dapat ditanggulangi oleh masyarakat

Tengger sendiri yaitu dengan menanam jenis pohon cemara gunung, Acacia, jambu

wer (Prunus persica), dan keningar (Cinnamomum burmanii) di lahan tegalannya.

Page 207: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

175

Penanaman jenis-jenis pohon tersebut memiliki beberapa manfaat antara lain: jenis

pohon tersebut berfungsi juga sebagai batas lahan, pencegah erosi, dan sebagai bahan

kayu bakar dan khusus untuk cemara dapat digunakan sebagai bahan bangunan.

Kegiatan masyarakat Tengger dalam proses produksi telah mebnerapkan

strategi adaptasi yang baik tidak saja untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup

sehari-hari, tetapi juga untuk kepentingan pelestarian alam atau konservasi. Sebagai

contoh penanaman jenis-jenis pohon tersebut di atas, penanaman rumput di lahan

tegalan (penanaman rumput gajah) pada teras tegalan sangat berguna tidak saja

berguna sebagai pakan ternak tetapi juga berfungsi sebagai penahan erosi tanah.

Disamping itu kegiatan produksi pengembangan sistem terasering juga merupakan

pengembangan strategi adaptasi usahatani di kawasan pegunungan. Kegiatan ini

selain untuk mencegah erosi dna longsor, juga bermanfaat mengurani ancaman akibat

erosi.

Pengungkapan terhadap pengetahuan masyarakat Tengger tentang pemanfaatan

keanekaragaman jenis tumbuhan memiliki nilai penting dalam rangka

mengungkapkan budaya masyarakat Tengger dalam mengelola sumber daya

tumbuhan. Pengetahuan ini sangat berguna sebagai pijakan dalam pengembangan

wilayah masyarakat Tengger.

Penelitian ini juga mengungkapkan sistem strategi adaptasi yang

dikembangkan masyarakat Tengger dalam rangka menanggulangi tantangan dan

ancaman masa depan, misalnya strategi dalam rangka menanggulangi tekanan

terhadap budaya masyarakat Tengger, khususnya tentang kemampuan masyarakat

Tengger mangadaptasikan diri pada kondisi lingkungan yang memiliki karakteristik

spesifik, misalnya suhu dingin, kawasan pegunungan dan lain-lainnya. Kemampuan

eksistensi atau keberadaan masyarakat Tengger perlu mendapatkan apresiasi dan

menjadi acuan dalam mengembangkan strategi adaptasi terhadap berbagai tekanan.

Hal ini wajar karena keberadaan masyarakat Tengger di kawasan tersebut sudah sejak

lama yaitu semasa kerajaan Majapahit masih berdiri. Kemampuan masyarakat

Tengger ini memberikan inspirasi untuk mengembangkan strategi adaptasi yang lebih

Page 208: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

176

baik dalam menyikapi kawasan Tengger yang rawan bencana, khususnya bencana

vulkanik dari Gunung Bromo.

Bencana abu vulkanik telah menimbulkan kerugian besar bagi kegiatan

pertanian. Hasil pengamatan lapangan ditemukan satu jenis tanaman sayuran yaitu

bawang prei yang memiliki ketahanan terhadap abu vulkanik. Sedangkan jenis pohon

yang mampu bertahan hidup terhadap abu vulkanik adalah jenis cemara gunung.

Dari aspek budaya: masyarakat Tengger memiliki kegiatan budaya yang tetap

dipertahankan dengan baik hingga kini, misalnya ritual Kasodo yang cukup terkenal

dan menjadi daya tarik wisata budaya yang sangat menarik turis domestik maupun

mancanegara. Dampak pengembangan wisata juga perlu diantisipasi yaitu semakin

semaraknya penjualan tanaman edelweis (tanalayu) dari hutan, sebaiknya dilakukan

budidaya.

Pengetahuan tradisional masyarakat Tengger mengenai jenis tumbuhan obat

cukup baik tercatat 121 jenis tumbuhan obat. Pengetahuan ini mulai terancam punah

akibat perubahan sosio-budaya yang secara umum mempengaruhi nilai-nilai sosial,

dimana generasi mudanya mencari alternatif yang lebih praktis. Pengetahuan obat

tradisional mereka hanya terbatas oleh kelompok orang tua dan alasan ini juga

menyebabkan mereka lebih sering memilih pengobatan modern ke pak mantri,

Puskesmas, Polindes, bidan, dukun bayi yang telah dibekali ilmu kesehatan dan dari

pemerintah sendiri melakukan pengobatan gratis. Teknologi pengobatan akhirnya

tidak berkembang secara baik, apalagi penggunaanya kurang praktis dan lambat,

sehingga sekarang dapat dikatakan hanya beberapa jenis saja yang dimanfaatkan dan

terbatas pada pengetahuan orang tua mereka.

Pemanfaatan jenis tumbuhan yang dipergunakan dalam teknologi lokal

meliputi teknologi pembuatan rumah, peralatan rumah tangga, peralatan ritual adat,

dan peralatan pertanian. Pengungkapan teknologi lokal tersebut dapat menjadi

dokumen penting mengenai teknologi lokal yang dikembangkan masyarakat Tengger.

Teknologi lokal yang dikembangkan masyarakat Tengger memiliki nilai yang tinggi

dan dapat dipakai sebagai pijakan untuk pengembangan selanjutnya. Misalnya

pengetahuan pembangunan perkampungan, bentuk rumah, peralatan dan lain-lainnya

Page 209: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

177

merupakan hasil karya masyarakat Tengger yang telah diadaptasikan dengan kondisi

lingkungannya. Primack et al. (1998) mengemukakan bahwa perlindungan

kebudayaan tradisional di dalam lingkungan alami merupakan suatu kesempatan

melindungi keanekaragaman hayati dan lingkungannya serta memelihara

keanekaragaman kebudayaan. Toledo (1988) berpendapat melindungi warisan alami

tanpa melindungi kebudayaan memperkecil alam menjadi tidak dikenal, statis, jauh

dan hampir mati. Kebijakan konservasi tanpa mempertimbangkan dimensi

kebudayaan sulit dilakukan keberhasilannya. Indonesia memiliki keanekaragaman

jenis tumbuhan tertinggi ketiga dunia setelah Brazilia, sangat berpotensi untuk

pengembangan produksi pertanian, kehutanan, perikanan tanaman hias, obat-obatan

yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan sangat mejanjikan untuk dikembangkan

(Primack et al, 1998; Sastrapraja et al, 1989).

Keanekaragaman jenis tumbuhan berguna yang memiliki nilai penting bagi

masyarakat adalah jenis padi, kelapa, cemara, bawang prei, bambu betung, bambu

jajang, kopi, dan pisang. Penentuan nilai kepentingan bagi masyarakat tersebut

didasarkan pada perhitungan ICS yang datanya berbasis pada pengetahuan

masyarakat. Hal yang menarik dari analisis adalah nilai ICS padi dan kelapa dimana

kedua jejnis tersebut tidak terdapat di kawasan Tengger. Namun ke dua jenis tersebut

memiliki nilai yang penting terutama padi sebagai makanan utama saat ini yang telah

menggantikan jenis jagung sebagai makanan utama. Beralihnya makanan utama

masyarakat Tengger dari jagung ke beras disebabkan oleh kemudahan transportasi,

tersedianya beras, mudah didapat, mudah pengolahannya dan ada program

pemerintah mengenai raskin (beras untuk orang miskin), walaupun masyarakat

Tengger bukan termasuk masyarakat miskin. Disamping itu pemerintah kurang peka

terhadap kebiasaan makan jagung yang dipertahankan berabad-abad dan mempunyai

teknologi lokal yang telah menghasilkan varietas lokal jagung Tengger dengan rasa

lebih gurih dan lebih tahan lama kenyang. Walaupun tanaman jagung telah tergeser

fungsinya sebagai makanan utama, namun jenis ini tetap penting bagi masyarakat

Tengger sebagai bahan makanan tambahan dan makanan cadangan bila beras sulit

didapat. Jagung juga memiliki nilai ekonomi yang cukup baik bagi masyarakat

Page 210: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

178

Tengger terutama untuk kepentingan ekonomi rumah tangganya yaitu dijual di pasar

lokal. Jenis-jenis tumbuhan yang penting bagi masyarakat Tengger dapat dilihat pada

tabel Lampiran 1.

Sedangkan jenis sayuran yang mempunyai nilai tinggi bagi masyarakat

Tengger adalah jenis bawang prei, kentang, dan kobis. Ketiga jenis sayuran tersebut

selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi juga memiliki nilai ICS yang tinggi pula.

5.5 Simpulan

1. Hasil studi etnobotani masyarakat Tengger tercatat sebanyak 326 jenis tumbuhan

yang digunakan sebagai bahan pangan 75 jenis, bahan obat 121 jenis, bahan

racun 7 jenis, bahan bangunan (22 jenis), bahan peralatan dan teknologi lokal

(22 jenis), bahan tali temali (5 jenis), bahan pembungkus 4 jenis, bahan bumbu

23 jenis, bahan kayu bakar 16 jenis, bahan pakan ternak 44 jenis, jenis tumbuhan

konservasi 137 jenis, bahan buah-buahan 49 jenis, bahan ritual 94 jenis, bahan

pewarna 8 jenis, bahan kosmetika 10 jenis, bahan rokok dan nginang 10 jenis dan

jenis tanaman hias 140 jenis.

2. Pengetahuan masyarakat Tengger tentang keanekaragaman jens tumbuhan obat

cukup baik dengan dikenalnya 121 jenis tumbuhan bahan obat tradisional.

Terdapat 59 jenis penyakit yang dikenal masyarakat yang pada masanya

pengobatannya dengan menggunakan bahan dari jenis tumbuhan. Pengetahuan

pengobatan tradisional masyarakat Tengger mulai ditinggalkan seiring dengan

kemajuan dan kemudahan akses serta tersedianya sarana dan prasarana

pengobatan modern yang disediakan pemerintah.

3. Pemanfaatan dan pengelolaan keanekaragaman jenis tumbuhan oleh masyarakat

Tengger mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap

kehidupan sosial budaya masyarakat Tengger. Pemanfaatan jenis tanaman

budidaya bernilai tinggi memberikan dampak positif terhadap pelestarian jenis

bahan pangan lokal berkaitan pelestarian keanekaragaman hayati. Hasil

perhitungan nilai kepentingan budaya jenis padi mempunyai nilai ICS tertinggi

Page 211: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

179

yaitu 90 dan merupakan bahan pangan utama. Walaupun jenis padi ini tidak

diusahakan atau dibudidayakan oleh masyarakat Tengger, namun beras atau padi

ini memiliki nilai kegunaan yang tinggi dan merupakan makanan utama

menggantikan peran jagung. Hal ini dikarenakan rasa padi yang lebih enak,

mudah mengolahnya, murah harganya, mudah didapat dan tersedia dijual di

kawasan tersebut.

4. Hasil identifikasi jenis tumbuhan berguna di kawasan Tengger, tercatat 1 jenis

sayuran yaitu bawang prei (Allium fistulosum) memiliki ketahanan terhadap abu

vulkanik. Jenis ini tetap mampu tumbuh walaupun ketika itu terjadi hujan abu

vulkanik. Demikian juga satu jenis tanaman pohon yaitu cemara gunung

(Casuarina junghuhniana) juga memiliki sifat tahan terhadap hujan abu

vulkanik.

 

Page 212: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

 

Page 213: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

181

6. ETNOZOOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO

TENGGER SEMERU JAWA TIMUR Abstrak

Penelitian Etnozologi masyarakat Tengger di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur mengungkapkan sistem pengetahuan tentang pemanfaatan, pengelolaan hewan berpotensi dan pelestarian lingkungan oleh masyarakat Tengger. Dalam penelitian ini juga digambarkan interaksi antara masyarakat dan lingkungannya dalam aspek praktek, persepsi, serta representasinya. Pengumpulan data menggunakan survei exploratif yang meliputi inventarisasi jenis hewan di kandang, lingkungan rumah, tegalan, wilayah konservasi hutan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Perhutani. Data ditampilkan sebagai nama lokal dan nama ilmiah. Pengambilan data dilakukan dengan teknik ethnodirect sampling melalui wawancara langsung, semi struktural terhadap penduduk, pemangku adat dan dukun, serta dengan pendekatan bersifat partisipasif (participatory ethnobotanical appraisal, PEA). Pemanfaatan hewan oleh masyarakat Tengger sangat penting dalam mendukung ekonomi, sebagai bahan pangan, ritual, transportasi, pariwisata. Pengetahuan keanekaragaman satwa liar dan hewan yang dimanfaatkan masyarakat Tengger sangat bagus, meliputi 120 jenis meliputi Aves 64 jenis, Mamalia 32 jenis, Reptilia 9 jenis, Diptera 3 jenis, 2 Decapoda, 1 Arachnidae, 1 Orthoptera, 1 Hypnoptera dan Pisces 6 jenis.

Kata Kunci: Etnozoologi, masyarakat Tengger.

Abstract

The Ethnozoological research of Tengger society in Bromo Tengger Semeru East Java revealed the knowledge system of Tengger community on the use of the potential animals and the environment conservation. This research also described the interaction between people and their environment in the aspects of social, practical, perception and representation of the society. The research was conducted using the explorative survey to record the number, identity, and the benefit of the animals in cage, and surround their houses, field, conservation area of Bromo Tengger Semeru National Park (TNBTS), and Perhutani. Sample was collected using ethnodirect sampling methods including direct and semi structural interview to ordinary people, traditionally leaders and shaman. The collected data were supported by participatory approach or participatory ethnobotanical appraisal (PEA). For Tengger people, various animals have an economic value, and can be used for food, ritual, transportation, and the object for tourism. The indigenous knowledge on wild animals and the useful animals were very good. Tengger people distinguished 120 species consisted of 64 species of Aves, 32 species of Mammals, 9 species of Reptilia, 3 species of Diptera, 2 species of Decapoda, 1 species of Arachnidae, 1 species of Orthoptera, 1 species of Hypnoptera and 6 species of Pisces.

Keywords: Ethnozoology, Tengger society.

Page 214: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

182

6.1 Pendahuluan

6.1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman hayati Indonesia baik hewan, tumbuhan maupun mikroba

cukup tinggi di dunia, meliputi 10% jenis tumbuhan, 12% binatang menyusuhi, 16%

reptilia dan amfibia, 17% burung, 25% ikan dan 15% serangga (BAPPENAS 1993

dalam Primack et al. 1998). Masyarakat suku Tengger mendiami wilayah Bromo

Tengger Semeru ratusan tahun yang lalu, menempati kawasan Tengger di empat

Kabupaten yaitu Malang, Pasuruan Probolinggo dan Lumajang. Mereka telah

melakukan strategi adaptasi di lingkungan secara turun-temurun serta telah

melakukan percampuran antara budaya lokal dengan budaya Majapahit sehingga

mempunyai keunikan tersendiri dalam tatanan kehidupannya (Stibe & Uhlenbeck

1921; DKDJPH & PABKSD IV 1984). Sebagian wilayah masyarakat Tengger

berbatasan dengan TNBTS dan Perhutani yang merupakan daerah penyangga

kawasan konversvasi. Kawasan ini menjadi penting untuk dikembangkan sebagai

buffer lingkungan ekologis melalui peningkatan kehidupan sosial ekonomi dan

kualitas hidupnya melalui pengembangan berkelanjutan. Daerah penyangga

diharapkan mampu menjadi penyangga kehidupan kawasan konservasi dan dapat

melindungi kawasan konservasi dari gangguan yang berasal dari luar. Menurut

UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)

melalui program Man and the Biosfer (MAB), zona penyangga kawasan cagar biosfer

memiliki peran melindungi area inti (kawasan konservasi) dan mampu menjadi zona

pendukung pengembangan area transisi yang berada di sekitarnya dalam rangka

pembangunan berkelanjutan. Daerah penyangga berfungsi menjembatani penyebaran

satwa serta aliran gen antara kawasan konservasi yang dilindungi dan wilayah

transisi. Menurut DKDJPH & PABTNBTS (1999) dan Primack et al. (1998) daerah

penyangga Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah wilayah berada di luar

kawasan konservasi baik sebagai kawasan konservasi, kawasan hutan, tanah negara,

Page 215: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

183

bebas maupun tanah yang dibebani hak dan mampu menjaga keutuhan wilayah

konservasi yang pada dasarnya merupakan kawasan diluar daerah konservasi.

Etnozoologi merupakan bagian dari bidang etnobiologi yang mempelajari

tentang pemanfaatan dan pengelolaan keanekaragaman jenis hewan yang erat

kaitannya dengan budaya masyarakat suatu kelompok, etnik ataupun suku bangsa.

Dalam sejarah perkembangan manusia, tumbuhan dan hewan telah memainkan

peranan penting dalam mengembangkan, mengadaptasikan untuk keperluan

pemenuhan bahan pangan, sandang, papan, ritual dan keperluan lainnya.

Keanekaragman jenis satwa liar yang tercatat di kawasan TNBTS hingga tahun 1997

diketahui ada 113 jenis fauna terdiri atas: 22 jenis mamalia, 85 jenis burung, dan 6

jenis reptilia (DKDJPH & PABTNBTS 1997). Sekarang masing-masing jenis

tersebut diketahui mengalami penyusutan jumlah jenisnya

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

asli dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan,

penelitian, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (Primack et al. 1989).

DKDJPH & PABTNBTS (1997) dan Basuni (2003) mengemukakan bahwa Taman

Nasional adalah salah satu bentuk kawasan konservasi yang pengelolaannya

diarahkan dalam pemenuhan fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman flora dan fauna serta pemanfaatan sumber alam hayati

dan ekosistemnya secara berkelanjutan. Penetapan untuk wilayah konservasi

diprioritaskan pada kekhasan komunitas hayati endemik, keterancaman jenis pada

kepunahan serta nilai kegunaan nyata dan potensi bagi manusia serta nilai konservasi

alami.

Pengetahuan tentang pengelolaan, pemanfaatan, kelestarian fauna di

lingkungan masyarakat Tengger dapat memberikan kesempatan sangat berharga

dalam memahami lansekap lahan desa dan hutan. Informasi ini merupakan sumber

penting berkaitan dengan keanekaragaman genetik satwa, ekosistem, sejarah

lansekap, erosi pemanfatan akibat perubahan budaya serta kemajuan informasi

menuju kebutuhan praktis (Rambo 1983; Mackinnon 1993; Sheil 2004). Penelitian

pengetahuan, pemanfaatan, pengelolaan terhadap keanekaragaman jenis hewan sangat

Page 216: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

184

perlu dilakukan terutama yang terfokus dan terintegrasi dengan lingkungan

masyarakat Tengger sebagai daerah penyangga wilayah konservasi.

6.1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengungkap berbagai macam cara

pemanfaatan sumber daya alam hayati hewan yang mereka kenali berdasarkan tingkat

pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki dalam upaya mempertahankan dan

mengembangkan diri di lingkungannya. Mengungkap dan mempelajari peran sumber

daya hayati hewan dalam kehidupan masyarakat Tengger di lingkungannya.

6.2 Bahan dan Metode

6.2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April 2010 hingga bulan Mei 2011 di

Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang, Kecamatan Tutur, Kecamatan Tosari,

Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan; Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumber

Kabupaten Probolinggo; Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang dan lahan

komplangan Perhutani di lingkungan TNBTS yang berdekatan dengan wilayah desa

Tengger.

6.2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: komputer,

kompas, GPS (Geographical Position System), clinometer, peta lokasi, altimeter,

soiltester, hygrometer, jangka sorong, parang, patok dari bambu atau kayu, gunting

stek, cat untuk penomoran, peralatan jelajah lapangan, tali plastik, kantong plastik

berbagai ukuran, amplop sample, label gantung, kamera, film, tropong dan alat-alat

Page 217: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

185

tulis. Bahan kimia yang digunakan meliputi alkohol 70%, formalin, FAA, kamper

dan spiritus.

6.2.2 Metode Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April 2010 hingga Mei 2011 di Kecamatan

Poncokusumo Kabupaten Malang, Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang,

Kecamatan Sukapura dan Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo, Kecamatan

Tosari dan Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dan TNBTS serta komplangan

Perhutani. Penelitian menggunakan metode survei exploratif yang meliputi

inventarisasi jenis hewan di kandang, tegalan, rumah, lingkungan, bahan pangan dan

ritual dan data berupa nama lokal dan ilmiah. Teknik pengumpulan informasi serta

pendekatan bersifat partisipasif (participatory ethnobotanical appraisal, PEA)

melalui wawancara langsung, semistruktural, terjadwal, observasi partisipasif dan

ikut aktif dalam aktivitas harian. Survey ekploratif meliputi inventarisasi jenis hewan

yang dimanfaatkan masyarakat Tengger meliputi bahan pangan, ritual, peliharaan

serta pencatatan hewan liar baik di lingkungan, Perhutani (komplangan) maupun

lahan berdekatan TNBTS. Identifikasi burung dilakukan dari suara, cara terbang, bulu

dan warna, paruh, kaki burung, habitat dan pakan (MacKinnon et al.1999).

6.3 Hasil

6.3.1 Pemanfaatan Jenis dan Kategori Pengelompokannya

Pandangan mayarakat Tengger terhadap fauna, seperti halnya manusia adalah

ciptaan Sang Maha Agung. Oleh sebab itu mereka juga harus dijaga, dilindungi

keberadaannya, apalagi binatang liar yang berada di hutan yang dilindungi undang-

undang dan dikembangkannya. Konsep kepercayaan yang terkandung dalam lontar

berisi cinta kasih (Welas Asih Pepitu) menunjukkan kandungan prinsip yang dalam,

dimana didalamnya berupa cinta kasih pada fauna (sato kewan), tumbuhan dan

Page 218: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

186

lingkungannya. Kidungan serta cerita yang ditanamkan dari nenek moyang mereka ke

generasi selanjutnya seperti cerita membunuh anak burung mempergunakan alat

ketepil melambangkan kearifan lokal terhadap keberadaan fauna. Kepercayaan

tersebut memberikan petunjuk adanya suatu bentuk kehidupan harmoni dengan alam

lingkungannya. Namun demikian ada jenis hewan yang merugikan seperti ulat,

wereng, tikus, babi hutan (celeng), budeng karena sering mengganggu tanaman

pertanian.

Masyarakat Tengger merupakan salah suku bangsa di Indonesia yang

mempunyai keunikan tersendiri dalam tatanan kehidupannya. Mereka mempunyai

sistem pengetahuan yang baik terhadap sumber daya alam di lingkungannya.

Masyarakatnya berusaha meningkatkan kehidupannya dengan berbagai keterbatasan

kondisionalnya. Sistem pengelolan sumber daya alam dikelola secara lestari yang

dipadukan dengan keadaan alam yang adaptif terintegrasi dengan strategi dan

partisipasif. Budaya tempat tumang juga memberikan kontribusi untuk pembelajaran

sangat efektif tidak hanya pada anak-anaknya, saudaranya namun antar generasi

berikutnya. Hal ini dikuatkan kesepakatan sosial, pranata dan berkaitan hukum adat di

lingkungannya dimana tanah dan lingkungannya termasuk keanekaragaman hewan

mempunyai arti penting bagi kehidupan yang diciptakan Sang Hyang Widhi Wasa.

Tata ruang pengembangan bidang peternakan sangat logis serta menarik.

Masyarakat Tengger sudah memikirkan kesehatan lingkungan perumahan, dan

pertimbangan keamanan serta kesehatan ternak yaitu membuat kandang ternak yang

beralaskan kayu cemara dengan sistem miring. Pada umumya kandang ternak juga

dilengkapi tumang, karena kandang dan gubuk menjadi satu (Gambar 17). Letak

kandang dipisahkan dari lingkungan perumahan karena mereka khawatir akan

menimbulkan bau kurang sedap dan mengganggu kesehatan, sehingga kandang

dibangun di tegalan dengan jarak 0.5 hingga 8 km dari perumahan. Konsep kandang

di tegalan sangat logis untuk memudahkan memberi pakan dari ladang sendiri serta

memudahkan pengolahan kompos sebagai pupuk kandang untuk persiapan pertanian.

Hal ini sudah dilakukan secara turun temurun yang berbeda dengan konsep kandang

pada masyarakat Jawa.

Page 219: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

187

Masyarakat Tengger dalam kehidupannya mengandalkan sumber daya alam

dari usaha ternak sebagai bahan pangan dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani.

Mereka mempunyai pengetahuan yang baik terhadap usaha pengelolaan peternakan

terutama sapi, babi, kambing dan ayam kampung serta pengetahuan keanekaragaman

hayati jenis tumbuhan dan hewan di lingkungannya. Jumlah jenis fauna di lingkungan

masyarakat Tenger tidak begitu banyak, karena kondisi alam yang dingin dan relatif

kering. Jenis hewan yang menguntungkan secara ekonomi adalah hewan ternak baik

sapi, babi, kuda, kambing dan ayam kampung. Pengembangan hewan ternak bagi

mereka sangat menguntungkan terutama untuk mendukung perekonomian keluarga,

kegiatan ritual, memenuhi kebutuhan protein hewani, serta mendukung kegiatan

pertanian yaitu sebagai pupuk. Pembagian kategori jenis hewan berhubungan dengan

fungsi manfaat bagi masyarakat Tengger (Tabel 19).

Tabel 19 Jumlah jenis hewan dimanfaatkan dan liar di masyarakat Tengger.

No Kategori Pemanfaatan Jumlah Jenis 1 Hewan untuk bahan pangan 16 2 Hewan untuk ritual 11 3 Hewan untuk pariwisata 1 4 Kesenangan/peliharaan 8 5 Hewan untuk obat 1 6 Hewan menguntungkan ekonomi 6 7 Hewan pengganggu tanaman budidaya 5 8 Hewan mempunyai nilai makna 9 9 Hewan Liar 95

Total 120

6.3.2 Keanekaragaman Hewan sebagai Bahan Pangan

Kebutuhan akan protein hewani masyarakat Tengger dipenuhi dengan

mengkonsumsi berbagai macam jenis hewan terutama dari hasil peternakan,

sedangkan kebutuhan ikan disuplai dari luar daerah terutama dari Probolinggo,

Pasuruan dan Malang. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani lokal mereka

beternak pada umumnya babi, kambing, sapi dan ayam kampung. Dengan semakin

Page 220: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

188

majunya kehidupan sekarang ini kebutuhan lauk pauk disesuaikan dengan selera, hal

ini disebabkan mudahnya trasportasi yang masuk ke wilayahnya. Para pedagang

(mlijo) mempergunakan angkutan mobil truk, pikup, sepeda motor dari Probolinggo,

Malang, Pasuruhan dan Lumajang sampai wilayah Tengger. Pemanfaatan lauk-pauk

bagi masyarakat tidak harus ada karena mereka lebih menyukai sayur-sayuran.

Kebutuhan lauk pauk sebagai sumber protein hewani seperti ikan kering (gereh) juga

mudah di dapat, namun untuk daging kambing, sapi, ayam biasanya disediakan jika

ada acara pesta adat seperti Entas-entas, leliwet dan lain-lain.

Keanekaragaman jenis makanan di masyarakat Tengger tidak seperti di

perkotaan yang mempunyai banyak variasi menu. Pengolahan makanan berbahan

dasar daging dilakukan dengan cara digoreng, disate, dirawon, dipanggang, dikecap

dan gulai. Bidang perikanan kurang menguntungkan karena kondisi lingkungan

dingin, dari pihak masyarakat maupun pemerintah daerah sudah mencoba usaha

perikanan di danau Ranu Pani dan Ranu Regulo namun hasilnya kurang produktif dan

kurang efektif sehingga tidak mendukung pengembangannya.

6.3.3 Keanekaragaman Hewan Buruan

Masyarakat Tengger tidak suka (pantang) membunuh hewan, kecuali untuk

keperluan ritual, hal ini berkaitan dengan kepercayaan mereka. Sifat tersebut dapat

tercermin pada tingkah laku dalam kehidupan sehari-harinya. Pemanfaatan fauna dari

berburu di hutan konservasi dan Perhutani jarang terjadi karena mereka tahu kawasan

tersebut di lindungi undang-undang, sehingga teknologi perburuan tidak berkembang.

Perburuan binatang liar hampir tidak ada, sehingga lingkungan masih terjaga. Mereka

lebih baik beternak, bertani, melakukan kegiatan ritual, pengembangan wisata

kesenian dan berdagang. Namun masih juga terjadi penangkapan jenis burung di

lingkungan Perhutani maupun wilayah konservasi yang dilakukan oleh masyarakat

luar Tengger yaitu dengan cara menggunakan bantuan anjing, jaring dan getah

(pulut). Perburuan babi hutan juga dilakukan oleh orang luar Tengger hal ini terlihat

adanya penjualan daging tersebut di pasaran. Di lingkungan desa suara ayam hutan,

deluk, sriti, burung gereja, cendet masih bersahutan terutama dekat Pedanyangan,

Page 221: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

189

Sanggar Pamujan dan area dekat aliran sungai yang bersih dan nyaman. Masyarakat

Tengger sangat menghargai hutan karena mereka tahu akan fungsinya terhadap

kelestarian, tataguna air, keselamatan, kesejahteraan hidup masyarakat sangat erat

hubungannya dengan lingkungan.

6.3.4 Keanekaragaman Jenis Hewan dan Maknanya bagi Masyarakat Tengger

Masyarakat Tengger mempercayai suara binatang mempunyai makna tertentu,

sebagai contoh suara gagak (Corvus enca) dipercayai ada orang meninggal, suara

lalat hijau (Lucilia sp) dan suara prenjak (Prinia familiaris) menandakan dirumah

mereka akan kedatangan tamu. Bunyi jangkrik (Grylus campestris) menunjukkan

bulan kesembilan, demikian juga dengan bunyi garengpung (Diptera) menandakan

musim penghujan. Aturan musim (pranoto mongso) juga digambarkan atas

keberadaan serta kelakuan jenis binatang tertentu. Jenis binatang kambing korban

(Capra aegagrus) yang digunakan dalam ritual Entas-entas dimaknai sebagai

tunggangan atman (roh) orang yang sudah meninggal. Demikian pula dengan

perhitungan hari, jika dalam perhitungan menunjukkan hari tidak baik maka harus

dilakukan acara ritual “ngepras”. Demikian pula kejadian akibat kecelakaan sebagai

contoh pada tahun 2010 di tempat wisata Coban Pelangi terjadi kecelakaan yang

mengakibatkan orang meninggal karena berenang, maka masyarakat Tengger

melakukan ritual juga disebut ritual “Kepras”.

6.3.5 Keanekaragaman Jenis Hewan sebagai Bahan Ritual Adat

Masyarakat Tengger melakukan kegiatan keagamaan maupun ritual adat secara

beriringan. Keanekaragaman hewan digunakan dalam ritual adat meliputi 7 jenis

mamalia dan 2 jenis aves (Tabel 20). Pada setiap macam ritual adat dilakukan dengan

menyembelih sapi (Bos taurus), babi (Sus srofa) khusus masyarakat Hindu, ayam

(Gallus gallus), bebek (Anas ciliosa) khusus acara “iber-iber”, kambing (Capra

aegagrus), domba (Ovis aries) dan kerbau (Bos bubalus). Penyembelihan jenis

binatang dalam acara ritual adat juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan

Page 222: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

190

protein hewani masyarakat di lingkungannya. Pada ritual Entas-entas misalnya

dilakukan arak-arakan dengan diiringi gamelan dengan tunggangan kuda goyang atau

kuda hias. Tidak semua masyarakat Tengger mempunyai kuda, oleh karena itu untuk

acara ritual dapat diatasi dengan menyewa kuda dari daerah sendiri atau desa lain

dengan harga sehari per ekor Rp.60000. Pada acara Nglukat Entas-entas acara ritual

dengan memberi makan beras pada ayam (Gallus gallus) dan bebek (Anas ciliosa)

untuk “iber-iber” dan diakhiri dengan pembakaran Petra dan acara Wayon (penutup)

untuk mengembalikan atman (arwah). Pada acara ritual leliwet dalam mendirikan

rumah dipergunakan ayam bakar (ingkung) dengan berbagai macam tanaman ritual

seperti beringin, pisang serta jajanan, seperangkat pakaian, bendera merah putih,

kemudian mantra dibacakan oleh dukun Pandhita dengan disertai pembakaran dupa.

Pelaksanaan acara adat Unan-unan berlangsung setiap 5 tahun sekali yang

dipusatkan di Sanggar Pamujan, dengan melakukan arak-arakan dengan korban

kerbau (Bos bubalus). Pujan Kasada dilakukan pada bulan purnama bulan Kasada

dimaksudkan persembahan hasil bumi (tandur tuwuh) seperti pesan nenek moyang

masyarakat Tengger, acara ini dipusatkan di pura Poten serta dilakukan ujian Dukun

baru dan pelantikan dukun Pandhita (Dhiksa Widhi). Ritual adat Kasada disamping

tandur tuwuh juga menggunakan sesaji berbagai jenis binatang seperti kambing

(Capra aegagrus), domba (Ovis aries) dan ayam (Gallus gallus) (Gambar 40).

Sebagian besar masyarakat Tengger percaya bahwa melakukan acara wayang orang

maupun wayang kulit merupakan pantangan, namun demikian desa Gubuklakah

dapat melakukan acara wayang kulit yaitu hanya dalam acara ruwatan seperti Tugel

Kuncung, Tugel Gombak dan anak ontang-anting. Desa Gubuklakah mempunyai

tradisi tari topeng yang dilakukan pada acara khusus, bantengan, namun acara-acara

ritualnya mulai berkurang karena adanya pengaruh desa lain maupun berkembangnya

agama baru. Pada waktu acara malam jumat legi di rumah masing-masing juga

dilakukan acara ritual untuk menghormati leluhur, berupa makanan, ikan, kopi dan

kembang boreh.

Page 223: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

191

Gambar 40 Keanekaragaman jenis hewan pada saat Yadnya Kasada di kawah gunung Bromo.

Tabel 20 Keanekaragaman jenis hewan ritual masyarakat Tengger

No Nama lokal Nama Ilmiah Suku/Bangsa Kegunaan 1 Ayam

kampung Gallus gallus Phasianidae/Aves Ritual Kasada,

leliwet, Entas-entas, Karo, Jumat legi, ritual adat lain

2 Babi Sus srofa Suidae/Mamalia Entas-entas, ritual adat lain

3 Bebek Anas sp Anatidae/Aves Entas-entas 4 Ikan asin/

gereh Leiognathus sp, Pennahia argentata

Pisces Jumat legi

5 Ikan lele Clarias sp Clariidae/Pisces Jumat legi 6 Kambing Capra aegagrus Bovidae/Mamalia Kasada, Entas-

entas, ritual adat 7 Kerbau Bos bubalus Bovidae/Mamalia Unan-unan, karo

berupa sudang (tanduk)

8 Kuda Equus caballus Bovidae/Mamalia Acara, Entas-entas, Kasada, Karo, ritual adat.

9 Merak Pavo muticus Phasianidae/Aves Entas-entas, Karo, Kasada, ritual adat lain

10 Sapi Bos Taurus Bovidae/Mamalia Entas-entas, ritual adat

Page 224: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

192

6.3.6 Keanekaragaman Hewan Ternak

Binatang ternak yang utama dan menguntungkan adalah sapi penggemukan

khususnya jantan, sedang babi banyak terdapat di Desa Wonokitri, kambing (Capra

aegagrus), kelinci (Lepus capensis), ayam kampung (Gallus gallus), berada di sekitar

perumahan. Secara ekonomi memelihara hewan sama dengan menabung, disamping

kotorannya dipergunakan pupuk kandang, karena dirasa membeli pupuk kandang dari

luar daerah juga mahal. Hewan sapi (Bos taurus) sangat menguntungkan karena harga

4-6 juta rupiah per ekor dan mudahnya merumput. Hewan babi juga mempunyai

keuntungan karena anaknya banyak dapat mencapai 12 ekor dalam sekali melahirkan.

Sedangkan ternak ayam kampung dipelihara untuk dikonsumsi sendiri dan acara

ritual adat. Pembelian anak sapi maupun penjualannya sapi melalui para pengumpul

(pengepul) di kampung masing-masing dan dapat langsung dijual tetapi harus

menggunakan jasa angkutan yang mahal, karena pasar hewan hanya ada di masing-

masing kota kecamatan.

Sisa dari keanekaragaman tumbuhan bahan sayur atau ritual adat dapat juga

diambil kembali sebagai pakan ternak babi. Untuk mengatasi kekurangan makanan

ternak Desa Ngadas Kidul yang terdiri 400 ekor sapi, 200 ekor babi, 50 ekor kambing

menanam terutama rumput gajah atau astruli, namun demikian karena banyaknya

jumlah ternak maka masyarakatpun memanfaatkan rumput dari padang rumput

Jomplangan TNBTS. Demikian pula jumlah ternak sapi di Desa Ngadisari (kambing

388 ekor, sapi 115 ekor dan kuda 108 ekor), Desa Ranupani dan Desa Wonokitri

terus meningkat, hal ini perlu dipikirkan masalah tersedianya pakan baik berupa

rumput astruli maupun jenis lain karena keterbatasan lahan pertanian. Berapa

kebutuhan pakan ternak seluruh desa Tengger belum dapat dihitung, hal ini harus ada

survei jumlah ternak, jenis pakan, jenis ternak dan luas lahan pakan ternak.

Jenis sapi yang menguntungkan di masyarakat Tengger adalah sapi potong,

artinya masyarakat membeli sapi jantan muda (pedet) dari jenis sapi lokal atau jenis

sapi potong dan hanya untuk dibesarkan. Hal ini berkaitan dengan baiknya rumput

astruli serta keuntungan dan berkaitan ritual adat. Jenis pakan ternak yang digunakan

Page 225: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

193

sebagian besar rumput-rumputan dan jenis lain meliputi kaliandra, tewel, lamtoro,

daun pisang dan lain-lain. Jenis rumput di Jomplangan TNBTS yang dimanfaatkan

masyarakat meliputi jenis gengeng, pinjalan, petungan, gronggong dan alang-alang

(Imperata cylindrica). Kerja sama masyarakat dengan TNBTS dan Perhutani dapat

diwujudkan dalam bentuk kompensasi atau sistem sewa.

6.3.7 Keanekaragaman Hewan Peliharaan dan Pariwisata

Jenis binatang peliharaan di daerah Tengger meliputi anjing (Gambar 41a),

kucing, burung dara, ayam kampung dan kuda Masyarakat sangat jarang memelihara

burung dalam sangkar, namun beberapa kejadian hasil pengamatan dijumpai jenis

punglor dan puter.

Gambar 41 Pemanfaatan jenis hewan: (a) Pariwisata kuda dan (b) Hewan peliharaan anjing.

Untuk transportasi dan pariwisata dimanfaatkan 1 jenis hewan yaitu kuda, yang

pada zaman dahulu merupakan alat transpor utama (Gambar 41b). Pada

perkembangan sekarang sudah banyak mempergunakan mobil (hartop), sepedamotor,

ojek untuk jasa pariwisata ke Lautan Pasir Bromo, gunung Bromo, gunung

Pananjakan (Sun rise), maupun ke gunung Semeru. Penggunakan mobil sewaan jeeb

tersebut dimaksudkan agar kenyamanan berwisata lebih terjaga karena medannya

yang cukup berbahaya. Kuda juga dipergunakan untuk transportasi mengambil

rumput, berdagang, acara ritual seperti pawai obor pada acara Kasada, arak-arakan

a b

Page 226: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

194

pada acara Entas-entas, Unan-unan, acara Tugel Kuncung, Tugel Gombak dan

Walagara (perkawinan). Untuk keindahan kuda kecak (kuda goyang) mereka hias

dengan bulu merak yang didatangkan dari wilayah Jember maupun Banyuwangi.

Biasanya dalam acara adat dapat menyewa beberapa kuda yang telah disediakan

masyarakat mereka sendiri atau dari desa lain, sedang binatang peliharaan kuda

terbanyak dijumpai di Desa Ngadisari. Kuda dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata,

dan dalam sekali sewa pendakian gunung Bromo tarif berkisar Rp.60000 - Rp.75000

hal ini sangat menguntungkan secara ekonomi masyarakat. Desa Ngadisari

mempunyai 108 ekor kuda yang siap mengantar wisatawan baik lokal maupun

mancanegara untuk dapat menikmati keindahan gunung Bromo.

6.3.8 Keanekaragaman Hewan Liar di Lingkungan

Pengetahuan tentang binatang liar cukup baik hal ini karena mereka hidup

berdekatan dengan lingkungan hutan. Keanekaragaman jenis binatang liar di

lingkungan meliputi ayam alas, deluk, cabak, salawiti, cendet, peking, pelatuk,

jangkrik, terkadang juga masih banyak terbang burung bido dan alap-alap (Tabel 21).

Jenis binatang mamalia liar seperti macan tutul, budeng, kijang, babi hutan yang

masuk perkampungan jarang terjadi namun demikian pada tegalan masih banyak

binatang liar. Desa Gubuklakah dan Desa Ranupani sering diganggu babi hutan (Sus

verucossus), monyet (Presbitis cristata) dan budeng (Macaca fascicularis), terurama

tanaman budidaya kentang, bawang prei dan jagung.

Populasi burung di Tengger berkurang salah satu penyebabnya adalah

kedatangan pemburu liar dari daerah lain, disamping itu juga pengaruh obat-obatan

dari pertanian, dan semakin berkurangnya populasi tanaman liar karena beralih fungsi

menjadi tanaman budidaya disekitar mereka. Keanekaragaman jenis fauna tergantung

dari ketinggian lokasi, dimana pada ketinggian 900 m dpl sampai 1500 m dpl

mempunyai variasi jenis lebih beragam dibanding pada ketinggian diatas 1800 m dpl.

Berdasarkan pengetahuan fauna yang dijumpai di lingkungan masyarakat

memberikan peran sumber informasi penting dalam hal konservasi, sumber genetik

Page 227: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

195

pengembangan, pengelolaan kawasan desa Tengger dan wilayah konsevasi. .Jenis

yang sering dimanfaatkan ditangkap di lingkungan Perhutani misalnya jenis cendet,

bido, trocokan, prenjak, pelatuk, bido dan kacamata. Jenis burung dengan populasi

banyak di lingkungan desa adalah salawiti, deluk, cendet, ayam hutan, pelatuk, gereja

dan peking.

Tabel 21 Pengetahuan keanekaragaman jenis hewan: ternak, kegunaan dan jenis hewan liar di lingkungan desa Tengger.

No Nama Lokal Spesies Suku/Kelas Status, kegunaan dan distribusi

1 Anjing Canis lupus Canidae/Mamalia Peliharaan, lingkungan

2 Ayam hutan hijau

Gallus varius Phasidae/Aves Liar,lingkungan, TNBTS, Perhutani

3 Ayam hutan merah

Gallus bonkiva Phasianidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

4 Ayam kampung

Gallus gallus Phasianidae/Aves Ternak bahan pangan, ritual adat, lingkungan

5 Babi Sus srofa Suidae/Mamalia Peliharaan, Bahan pangan, ritual, lingkungan

6 Babi hutan/celeng

Sus barbatus Suidae/Mamalia Liar,lingkungan,TNBTS, Perhutani

7 Bajing Tupaia sp. Tupaidae/Mamalia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

8 Bajing tanah Laricus insignis Tupaidae/Mamalia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

9 Banteng Bos javanicus Bovidae/Mamalia Cerita rakyat zaman Belanda

10 Banyak Anas sp Anatidae/Aves Peliharaan, Ranupani

11 Bebek Anas superciliosa

Anatidae/Aves Peliharaan, ritual Entas-entas, lingkungan

12 Bunglon Goniyocephalus diophus

Agamidae/Reptilia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

13 Burung ceret gunung

Cettia vulcania Aves Liar/ranupani, TNBTS

14 Burung gelatik

Padda oryzivora Sittidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

15 Burung alap-alap tikus

Elanus caeruleus

Falconidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

16 Burung alap-alap

Accipiter novanellandiae

Falconidae/Aves Liar, lingkungan, Perhutani, TNBTS

 

Page 228: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

196

Tabel 21 lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status, kegunaan dan distribusi

17 Burung belibis/itik gunung

Dendrocygna arcuata

Anatidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS

18 Burung betet Lanius cristatus Psittacidae/Laniidae /Aves

Liar, TNBTS, Perhutani

19 Burung betet Psittacula alexandri

Lainidae/Aves Liar, TNBTS

20 Burung bido/elang bido

Spilornis cheela Accipitridae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

21 Burung branjangan

Micrafa javanica

Alaudidae/Aves Liar, Jomplangan TNBTS

22 Burung cabak Caprimulgus pulchellus/ Caprimulgus indicus

Caprimulgidae/Aves

Liar, lingkungan,TNBTS

23 Burung cawu Hirundo tahitica Hirundinidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

24 Burung cendet Lanius schach Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

25 Burung ciu Pterotius aenobartus

Aves Liar, lingkungan, TNBTS Perhutani

26 Burung cucak Pycnonotus zeylanicus

Pycnonotidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

27 Burung cucak gunung

Pycnonotus bimaculatus

Pycnonotidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

28 Burung dara Columba livia Columbidae/Aves Peliharaan, lingkungan

29 Burung decu Saxicola caprata

Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

30 Burung Derkuku/deluk

Streptopelia chinensis

Columbidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

31 Burung elang hitam

Ictinaeus malaynensis

Accipitridae/Aves Liar, Perhutani, TNBTS

32 Burung elang gunung

Henicopernis lengicauda

Falconidae/Aves Liar, TNBTS, Perhutani

33 Burung emprit Lonchura leucogastroides

Ploceidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

34 Burung gagak Corvus enca. Corvidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

35 Burung gentilang

Chloropsis sonerati

Irinidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

36 Burung gereja Passer montanus

Ploceidae/Aves Liar, lingkungan

Page 229: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

197

Tabel 21 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status, kegunaan dan distribusi

37 Burung gemak Turnix suscitator

Turnidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS

38 Burung glatik gunung

Pitta azurea Paridae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

39 Burung hantu Otus bakkamoena/ Tylo alba

Strigidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

40 Burung jalak gunung

Acridotheres javanicus

Sturnidae/ Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

41 Burung jalak putih

Sturnus melanopteris

Sturnidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

42 Burung kacamata

Zosterops montanus

Zosteropidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

43 Burung kapinis rumah

Apus afinis Apopidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

44 Burung rangkong

Bucheros rhinoceros

Bucerotidae/Aves Liar, TNBTS, Perhutani

45 Burung kepodang

Oriolus chinensis

Oriolidae/Aves Liar, TNBTS, Perhutani

46 Burung kutilang

Pycnonotus aurigaster

Pycnonotidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

47 Burung layang-layang api

Hirundo mustica Hirundinidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

48 Burung mantenan

Treron griseicauda

Aves Liar,, TNBTS, Perhutani

49 Burung merak Puvo cristatus Phasianidae/Aves Liar, Bulu untuk ritual, TNBTS

50 Burung paok Pitta caerulea Aves Liar, TNBTS, Perhutani

51 Burung peking Lonchura punctulata

Ploceidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

52 Burung pelatuk

Picoides tridactylus

Picidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

53 Burung Pendet/cendet

Lanius schach Lannidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

54 Burung perkutut

Geopelia striata striata

Aves Peliharaan (jarang), lingkungan

55 Burung prenjak

Abroscoppus superciliaris/Prinia familiaris

Cisticolidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

56 Burung punglor

Zoothera citriana

Aves Liar, peliharaan, lingkungan, TNBTS, Perhutani

 

Page 230: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

198

Tabel 21 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status, kegunaan dan distribusi

57 Burung puter Streptopelia bitorquata

Columbridae/Aves Peliharaan, lingkungan

58 Burung puyuh Arborophyla javanica

Turnidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

59 Burung rangkong

Bucherus rhinocerus

Bucerotidae/Aves Liar, TNBTS, Perhutani

60 Burung walet Callocalia esculenta

Apodidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

61 Burung sepah gunung

Pericrocotus miniatus

Campephagidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

62 Burung sesap madu/sriganti

Nectarinia sperata

Nectariniidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

63 Burung sikatan

Cyornis sp Muscicapidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

64 Burung srigunting

Dicrurus macrocercus

Dicruridae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

65 Burung sriti Appus afinis Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

66 Burung tekukur

Steptopelia chinensis

Columbidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

67 Burung tledean

Pycnonotus squamatus

Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

68 Burung trocokan

Pycnonotus goiavier

Pycnonotidae/Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

69 Burung trulek jawa

Vanilus macroterus

Charadriidae/Aves Liar, TNBTS, Perhutani

70 Burung cemblek cemplir

Orthotomus sutorius

Aves Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

71 Cumi-cumi Lolligo sp Cephalopoda/Pisces Pasar

72 Domba Ovis aries Bovidae/Mamalia Peliharaan,Bahan pangan, ritual, lingkungan

73 Entok Cairina moschata

Anatidae/Aves Peliharaan, lingkungan

74 Garangan Viverricula indica

Viverridae/Mamalia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

75 Gembiring/tawon besar

Hemipepsin sp Pompilidae/Hypnoptera

Liar, TNBTS, Perhutani

76 Gogor/macan kumbang

Panthera pardus Felidae/Mamalia Liar, TNBTS, Perhutani

 

 

Page 231: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

199

Tabel 21 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status, kegunaan dan distribusi

77 Ikan asin (pepetek),tigawaja

Leiognathus sp, Pennahia argentata

Pisces Pasar, lauk

78 Ikan lele Clarias batracus Clariidae/Pisces Pasar, lauk

79 Jagkrik Grylus campestris

Gryllidae/Orthoptera Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

80 Jaran/kuda Equus caballus Equidae/Mamalia Peliharaan, wisata, ritual/wisata

81 Kadal Maboia javanica

Lacertidae/Reptilia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

82 Kalong Pteropus vampyrus

Pteropodidae/Mamalia

Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

83 Kambing Capra aegagrus Bovidae/Mamalia Bahan pangan, ritual

84 Kancil Tragulus javanica

Tragulidae/Mamalia Liar, TNBTS, Perhutani

85 Kelelawar Emballonura monticula

Emballonuridae/Chiroptera/Mamalia

Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

86 Kelinci Lepus capensis Leporidae/Mamalia Peliharaan/bahan pangan

87 Kepiting Cancer pagurus Portunidae/ Decapoda

Pasar, bahan pangan

88 Kerbau Bos bubalus Bovidae/Mamalia Peliharaan, ritual, luar Tengger

89 Kijang Muntiacus muncal

Cervidae/Mamalia Liar, TNBTS, Perhutani

90 Kucing Felis silvestris Felidae/Mamalia Peliharaan, lingkungan

91 Kuniran Upeneus sulphureus

Panaeidae/Pisces Pasar, lauk

92 Laba-laba Tegenaria saeva Arachnidae Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

93 Lalat Lucilia sp Calliphoridae/ Diptera

Liar, lingkungan

94 Lalat hijau Lucilia sp Calliphoridae/ Diptera

Liar, lingkungan

95 Landak Histrix brachyura

Hystricidae/Mamalia Liar, TNBTS, Perhutani

96 Lutung Presbytis cristata

Cercopithecidae/ Mamalia

Liar, TNBTS, Perhutani

97 Luwak Paradoxurus hermaproditur

Viverridae/Mamalia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

98 Macan dahan/ rangutan

Neofelis nebulosa

Felidae/Mamalia Liar, TNBTS, Perhutani

Page 232: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

200

Tabel 21 lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status, kegunaan dan distribusi

99 Macan tutul Panthera pardus Felidae/Mamalia Liar, TNBTS, Perhutani

100 Monyel abu-abu

Macaca fascicularis

Cercopithecidae/ Mamalia

Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

101 Monyet hitam Trachypithecus auratus

Cercopithecidae/ Mamalia

Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

102 Mujair Oreochromis mossambicus

Cichlidae/Pisces Peliharaan/pasar, Ranupani

103 Musang Prionodon linsang

Viveridae/Mamalia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

104 Orong-orong Grylotaipa grylotaipa

Grylotaipidae Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

105 Pindang Euthynnus affinis

Scombridae/Pisces Pasar, lauk

106 Rangutan/ macan dahan

Neofelis nebulosa

Felidae/Mamalia Liar, TNBTS, Perhutani

107 Rusa Cervus timorensis

Cervidae/ Mamalia Liar, TNBTS, Perhutani

108 Sapi Bos taurus Bovidae/Mamalia Peliharaan, bahan pangan,ritual,

109 Teledu Mydaus javanensis

Mustelidae/Mamalia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

110 Tikus Rattus rattus Muridae/Mamalia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

111 Tokek Gekko gecko Gekkonidae/Reptil Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

112 Tombro Cyprinus carpio Cyprinidae/Pisces Pasar, peliharaan di danau Ranupani

113 Trenggiling Manis javanica Manidae/Mamalia Liar, TNBTS, Perhutani

114 Udang Penaeus merquiensis

Penaeidae/Decapoda Pasar, lauk

115 Ular bandotan Vipera ruselli Viverridae/Reptilia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

116 Ular gadung/hijau

Ahaetulla prasina

Colubridae/Reptilia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

117 Ular kobra Naja spp Elapidae/Reptilia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

118 Ular sowo Phyton reticulates

Boidae/Reptilia Liar, TNBTS, Perhutani

119 Ular tanah Calloselasma rhodostoma

Viperidae/Reptilia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

120 Ular weling Bungarus fasciatus

Colubridae/Reptilia Liar, lingkungan, TNBTS, Perhutani

Page 233: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

201

6.4 Pembahasan

Keanekaragaman jenis satwa liar seperti burung di kawasan Tengger masih

cukup tinggi dan jenis-jenis burung tersebut dibiarkan hidup liar dan tidak diburu

serta tidak dimanfaatkan karena mereka memiliki pantangan untuk membunuh sesuai

yang diajarkan leluhur mereka. Satuan lingkungan yang memiliki nilai konservasi

seperti tempat sakral seperti Danyangan, Sanggar Pamujan, makam, Danyang banyu

dan hutan larangan dapat mendukung usaha pelestarian keanekaragaman hayati.

Keberadaan keanekaragaman hayati liar di lingkungan masyarakat Tengger juga

sangat mendukung keberadaan makluk hidup lainnya.

Keanekaragaman jenis satwa liar dan ternak yang dikenal memiliki kegunaan

oleh masyarakat Tengger berjumlah 120 jenis terdiri atas jenis aves (64 jenis),

mamalia (32 jenis), reptil (9 jenis) dan ikan (3 jenis), sedangkan (3 jenis) berupa ikan

kering berasal dari luar Tengger. Jenis hewan ternak berjumlah 6 jenis mamalia, 6

jenis aves dan 3 jenis pisces (Gambar 42). Sedangkan jenis satwa yang digunakan

untuk bahan ritual adat berjumlah 8 jenis meliputi sapi, babi, kuda, kerbau, kambing,

domba, ayam dan bebek.

Gambar 42 Pengetahuan jenis hewan di lingkungan masyarakat Tengger.

Page 234: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

202

Kearifan lokal masyarakat Tengger yang melarang atau pantang melakukan

pembunuhan atau perburuhan hewan liar sangat membantu keberhasilan upaya

konservasi SDH di kawasan konservasi yang dilakukan TNBTS. Demikian pula

peran persepsi dan konsepsi yang terkait dalam ajaran tujuh cinta kasih (Welas Asih

Pepitu) dan pandangan tentang karma yang telah tertanam dari generasi ke generasi.

Kebutuhan ekonomi dan peranan akan protein hewani masyarakat Tengger

lebih mengandalkan hasil pemeliharaan ternak sendiri, sedang kebutuhan ikan

dipenuhi dengan membeli di pasar atau mlijo yang disuplai dari Malang dan

Probolinggo (11%). Perburuhan satwa liar jarang dilakukan sehingga lingkungan

dapat dikatakan sangat mendukung wilayah konservasi TNBTS maupun Perhutani

(62%) (Gambar 43). Hal ini dapat kita lihat di lapangan, pada pagi, siang, sore hari

suara burung, ayam hutan, deluk di lingkungan terutama berdekatan dengan hutan

atau lingkungan sungai di sekitar mereka. Sekarang kebutuhan daging mudah didapat

dari pasar yang disuplai dari luar daerah meliputi ayam, daging kambing, daging babi,

daging sapi, telur, ikan pindang, ikan kering (gereh), ikan lele (Clarias batracus).

Suatu kebiasaan pesta adat sangat membantu dalam pemenuhan protein hewani

masyarakat Tengger, karena pada saat itulah mereka menikmati variasi lauk pauk

mulai dari daging sapi, babi, kambing dan ayam.

Gambar 43 Jumlah jenis hewan bermanfaat, pengganggu dan liar

Page 235: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

203

Hewan yang digunakan pada ritual adat Tengger meliputi ayam (Gallus

gallus), sapi (Bos taurus), kambing (Capra aegagrus), babi (Sus scrofa) untuk

digunakan dagingnya, sedangkan kerbau (Bos bubalus) hanya digunakan acara ritual

adat Unan-unan setiap lima tahun. Selain digunakan pada setiap acara adat kuda

(Equus cabalus) digunakan pada acara wisata, transportasi dan ritual sebagai

tunggangan atau kuda joget. Bebek (Anas supercilliosa) dipergunakan pada acara

iber-iber ritual Entas-entas mempunyai makna dikemudian hari dapat mencari dan

memberi penghidupan. Suara burung prenjak (Prinia familiaris), gagak (Corvus

enca), jangkrik (Grylus campestris) memberi penanda baik suatu kejadian atau

aturan musim (pranoto mongso) dan memberikan pengetahuan dalam kehidupan

manusia. Pandangan tentang tingkah laku dan suara hewan merupakan pengetahuan

dari hasil kristalisasi pemikiran dan catatan pengalaman tentang kehidupan organisme

di alam.

Hewan peliharan yang sering dijumpai di perumahan anjing, burung dara dan

kucing, sedang punglor dan puter sangat jarang dijumpai. Jenis hewan penggangu

ternak seperti garangan, macan tutul sekarang jarang dijumpai, sedangkan hewan

yang mengganggu tanaman budidaya yaitu babi hutan (Sus verrusus), kera abu-abu

sering berada di tegalan yang berbatasan dengan hutan konservasi. Fungsi beternak

adalah untuk menambah pemasukan atau income masyarakat selain dari hasil

pertanian dan membuat pupuk kandang dari kotoran ternak mereka. Ternak dan

rumah serta kepemilikan tanah merupakan simbol status kekayaan seseorang.

Kandang ternak ditempatkan di luar atau jauh dari perumahan dimaksudkan untuk

kesehatan lingkungan masyarakat dan mudahnya memberi pakan ternak dan

memudahkan pengolahan pupuk kandang, biasanya kandang menjadi satu dengan

gubuk atau berdekatan.

Ayam dan itik biasanya ditempatkan di kandang yang berada di belakang

rumah dan tidak ditempatkan di dekat dengan tegalan, karena akan dapat menggangu

pertaniaan tetangga. Walaupun letak kandang ternak berada jauh dari rumah namun

masyarakat tidak khawatir ternak akan hilang. Karena wilayah Tengger sangat aman

Page 236: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

204

terhadap pencurian, rasa aman tercipta karena masyarakatnya pantang mencuri seperti

yang diajarkan kepercayaan dan agama mereka. Bentuk bangunan kandang berupa

panggang pepe atau kampung dengan alas dari tanah, lantai atau kayu cemara dengan

permukaan sedikit miring agar air kencing dapat mengalir. Pakan ternak terutama

untuk sapi, babi, kuda adalah rumput astruli yang ditanam masyarakat di batas

terasiring. Untuk pakan ternak kambing diantaranya adalah jenis kaliandra dan jenis

lamtoro yang ditanam sebagai pagar atau ditepi jalan, tanah komplangan serta

dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi untuk mencegah tanah longsor.

6.5 Simpulan

Pengetahuan keanekaragaman jenis hewan di lingkungan masyarakat Tengger

berjumlah 120 jenis yang terdiri dari hewan peliharaan dan liar. Hewan peliharaan

yang dimanfaatkan masyarakat Tengger terdiri dari Aves (8 jenis), Mamalia (10

jenis), sedang jenis ikan danau (3 jenis), dan jenis ikan berasal dari luar Tengger

adalah ikan kering (3 jenis), Decapoda (2 jenis). Pengetahuan masyarakat Tengger

terhadap binatang liar di sekitar mereka meliputi, Mamalia (32 jenis), Reptilia (9

jenis), Aves (64 jenis), Diptera (2 jenis), Arachnidae (1 jenis), Grylotaipidae (1 jenis),

Hypnoptera (1 jenis).

Pengetahuan tentang keanekaragaman jenis hewan di lingkungan maupun jenis

hewan di hutan sangat baik, karena masyarakat Tengger selalu berkomunikasi dengan

alam sekitar. Perburuan terhadap binatang liar tidak ada, hal ini sangat mendukung

konservasi keanekaragaman hayati.

Masyarakat suku Tengger memanfaatkan hewan untuk mendukung kebutuhan

ekonomi, kebutuhan protein hewani, menjaga keamanan dan bahan ritual adat

meliputi ayam, babi, sapi, kambing, domba, bebek, sedangkan kuda mendukung jasa

transportasi dan pariwisata. Peran jenis hewan tertentu mengandung nilai makna

kepercayaan suatu kejadian maupun indikasi aturan musim (pranoto mongso). Dalam

mendukung perekonomian keluarga dan ritual adat jenis penting meliputi ternak sapi,

babi, kambing dan ayam dan berdampak positif dalam pengolahan lahan pertanian

untuk dipergunakan sebagai pupuk kandang. 

Page 237: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

205

 

7. PEMBAHASAN UMUM

7.1 Sosial Budaya, Adaptasi dan Pengelolaan Lingkungan Masyarakat Tengger

Sikap dan pandangan hidup masyarakat Tengger tercermin di dalam agama,

kepercayaan, dan pranata sosial yang mengatur hubungan antara manusia dengan

Sang Hyang Widhi, manusia dengan manusia, manusia dengan sumber hayati dan

alam lingkungan. Pedoman kepribadian tersebut didasari kepercayaan Kawruh Budha

(prasojo, prayogo, pranoto, prasetya dan prayitno), Panca Sradha (Percaya Sang

Hyang Widhi Wasa, Percaya Atman, Percaya Karmapala, Percaya Purnabawa dan

percaya Moksa), hubungan antar manusia bersikap Panca Setia (Setyo Budoyo, Setyo

Semoyo, Seryo Wacana, Setyo Laksana dan Setyo Mitro). Menurut Sukari et al.

(2004) dan Nurudin et al. (2004) masyarakat Tengger mempunyai sikap waras

(sehat), wareg (kenyang) wastro (sandang) dan widya (ilmu dan teknologi) dan welas

asih pepitu (cinta kasih tujuh) (Gambar 5). Keberhasilan dalam mempertahankan,

nilai sosial budaya dan kepribadian di masyarakat tidak terlepas dari peran orang tua,

pemimpin adat maupun pemerintahan setempat.

Kehidupan masyarakat Tengger di kawasan Bromo Tengger Semeru sudah

berlangsung lama diperkirakan setelah keruntuhan kerajaan Majapahit. Mereka telah

mampu mengadaptasikan kehidupan sosial ekonomi, budaya serta lingkungan

beratus-ratus tahun yang lalu secara turun temurun. Interaksi dan hubungan yang

serasi tersebut sudah berlangsung lama hingga pada saat ini. Hubungan timbal balik

antara sistem sosial masyarakat Tengger dengan lingkungan biofisik (ekosistem)

menyebabkan mereka mampu mengelola sumber daya alam yang ada. Pengetahuan

dalam pengelolaan sumber hayati dan lingkungannya sesuai kaidah ekologi

(sustainable) seperti pembagian satuan-satuan lansekap, struktur sistem

pemerintahan, pranata sosial dan lembaga adat, pengetahuan konservasi tradisional

dan pengetahuan tradisional berkaitan dengan petanian. Berbagai aspek sosial seperti

jumlah penduduk, teknologi lokal, kearifan lokal, sistem kepercayaan, mitos, seni

budaya, sistem kelembagaan dan struktur sosial. Kelembagaan tradisional ternyata

Page 238: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

206

 

 

 

mempunyai nuansa kesetaraan dengan tugas dan fungsinya dalam mengatur

pengelolaan sumber daya alam (Purwanto 2004). Sedang aspek lingkungan bio-fisik

(ekosistem) berupa komponen fisik meliputi udara, tanah, air dan hayati meliputi

tumbuhan budidaya dan tumbuhan liar, hewan ternak, peliharaan, hewan liar, dan

sebagainya.

Masyarakat Tengger dengan berbagai aspek sosial budaya, populasi penduduk,

kearifan lokal, teknologi lokal, struktur sosial dan kelembagaan telah terbentuk secara

alami sesuai kemampuan mereka. Tatanan sosial masyarakat terjaga dengan baik

sehingga tercipta suasana tenteram, damai dan jauh dari konflik. Menurut Nurudin et

al. (2004) modal sosial (social capital) masyarakat Tengger meliputi konsep hidup

dan nilai budaya. Modal sosial seperti nilai-nilai adat dan aturan-aturan informal

digunakan setiap individu dalam perilaku kehidupan sehari-harinya. Keadaan

masyarakat Tengger tradisional namun terbuka serta nampaknya mengalami dampak

perubahan zaman yang begitu cepat, hal tersebut merupakan beban berat, karena

kondisi wilayah maupun pendidikan masyarakat. Namun masyarakat Tengger tetap

tegar mempertahankan adat budaya, bahkan menerima tradisi yang bersifat lokal

dalam memperkaya khasanah seni budaya. Kesenian yang dilakukan pada saat acara

perkawinan, maupun acara adat seperti tari tayup yang diiringi tari gamelan

merupakan tradisi turun temurun, dilakukan di rumah, di Balai Desa dan tempat

Danyangan.

Peran kawasan keramat dari pandangan ekologi adalah memiliki nilai

konservasi tinggi dan sebagai konservasi sumber air dan kondisi fisik lainnya seperti

perlindungan terhadap kondisi lahan. Sistem konservasi lokal masyarakat yang

dikaitkan dengan pandangan religi dan kepercayaan lokal ternyata lebih dihormati

dibanding dengan sistem konservasi formal. Kawasan ini juga mempunyai peran

ekologis diantaranya adalah sebagai habitat jenis yang terancam keberadaannya dan

jenis endemik. Konservasi yang didasarkan pada pengetahuan lokal berkaitan dengan

religi lebih sustainable. Kawasan keramat terjaga dalam kurun waktu yang panjang,

maka suksesi biologi sumber daya hayati lebih lengkap yang dapat dijadikan sebagai

kawasan public awareness demonstrasi bagi pendidikan lingkungan dalam rangka

Page 239: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

207

 

pengelolaan sistem sumber daya hayati yang berkelanjutan. Tempat sakral

mempunyai keterkaitan erat antara sumber daya alam sebagai wujud integrasi antara

budaya dan nilai alamiah dalam sistem pengelolaan sumber daya hayati. Kawasan

keramat merupakan perlindungan terhadap pengetahuan lokal dan budaya masyarakat

yang mempunyai religi tradisional. Kawasan keramat juga mempunyai nilai kultural

sebagai acuan dari budaya, agama dan merupakan identitas suatu kelompok

masyarakat. Kawasan keramat tidak hanya menguntungkan baik sosial, ekonomi dan

ekologi, tapi berdampak pada kekayaan budaya dan sumber daya alam yang memiliki

kekhususan tersendiri dan dapat dijadikan obyek eko-turisme. Oleh sebab itu kawasan

sakral mempunyai nilai religi yang harus dihargai, dihormati dan dilindungi sebagai

manifestasi yang mendasar dari suatu kepercayaan tradisional, spiritual dan nilai

spesifik dari budaya lokal.

Beberapa kelemahan dari pada kawasan sakral atau keramat yaitu belum

adanya pengakuan, kerahasiaan pengetahuan oleh masyarakat adat, tidak mengikuti

tata cara yang sistemik, memiliki ukuran yang relatif kecil, perubahan budaya

manusia akibat pengaruh pendidikan, teknologi, modernisasi dan budaya lain.

Disamping itu juga pengelolaan sumber daya hayati hanya berorientasi kepentingan

ekonomi dan analisis keilmiahan dari sudut pandangan ekologi barat. Tempat ritual

adat seperti gunung Bromo, Danyangan, Sanggar Pamujan, Makam, hutan larangan

merupakan tempat sakral dan magis dan secara pandangan ekologis merupakan

tempat konservasi dalam mendukung pelestarian keanekaragaman hayati.

Akibat pengaruh intervensi budaya lain yang dialami masyarakat Tengger

bagian luar, dengan masyarakat suku lain, sehingga mengalami tekanan yang

mengakibatkan terjadi erosi budaya karena kuatnya pengaruh, perkawinan silang, dan

secara evolusi tidak dapat terbendung dari perubahan, hal ini situasinya berbeda

dengan Tengger bagian dalam. Dampak arus informasi serta teknologi mempengaruhi

pola di semua aspek kehidupan masyarakat Tengger. Aspek sosial budaya lokal

masyarakat berkaitan dengan populasi penduduk, teknologi lokal hingga peralatan

modern, sistem kepercayaan, sistem pertanian, kearifan lokal serta kelembagaan, adat

budaya masih kuat bahkan sangat kokoh. Mitos Ajisaka, Roro Anteng Joko Seger,

Page 240: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

208

 

 

 

terjadinya gunung serta simbol-simbol memberikan arti khusus yang membuahkan

ritual adat, kepercayaan yang disepakati. Sistem organisasi sosial, politik, aspek

ekonomi, teknologi, sistem pertanian, pengelolaan lingkungan sangat dipengaruhi

oleh sistem sosial budaya mereka. Beberapa aspek sosial budaya, simbol bahasa,

pakaian adat serta tatanan yang mapan dan terjaga baik tidak lepas dari unsur

lingkungan, ikatan keluarga, kekerabatan, kelembagaan, sifat individu yang suka

menolong berkaitan dengan kepercayaan, sehingga menjadi modal dasar terciptanya

suasana damai, tenang dan tenteram.

Ikatan kekerabatan hampir sama dengan suku Jawa pada umumnya mulai dari

canggah, buyut, simbah, bapak/ibu, anak dan cucu/putu. Perkawinan masyarakat

Tengger, biasanya dalam satu desa atau desa lain dalam lingkungan masyarakat

Tengger, namun suku Tengger yang berbatasan dengan masyarakat Jawa banyak

melakukan perkawinan silang. Pada setiap acara yang dilakukan mempergunakan

salam “Houng Ulum Basuki Langgeng” yang mempunyai arti Tuhan tetap

memberikan keselamatan, kemakmuran yang kekal, hal ini juga dimaksudkan

mempererat hubungan dalam persatuan masyarakat Tengger. Salam untuk yang

beragama Hindu Dharma dengan “Om Swasti Astu”.

Adaptasi yang dilakukan masyarakat Tengger berlangsung melalui proses

waktu yang panjang dari generasi ke generasi melalui kehidupan sosial ekonomi,

budaya serta lingkungannya telah mengantarkan sistem kehidupan yang harmonis dan

mantap. Hubungan tersebut mempersatukan berbagai komponen melalui proses

evolusi budaya dari berbagai macam aspek dan berlangsung hingga saat ini sebagai

contoh adaptasi kultural dengan penggunaan teknologi tumang dan simbol adat selalu

berpakaian sarung baik laki-laki maupun perempuan. Dalam mempertahankan seni

budaya seperti tari Sodoran dan Ujung-ujungan, Sendra tari Roro Anteng-Joko Seger

menggambarkan kerukunan antara warga Tengger. Lembaga adat, Petinggi sebagai

kepala adat dan koordinasi Dukun Pandhita menjadi lebih berdaya guna dalam

masyarakat dalam melakukan ritual adat. Untuk mempertahankan eksistensi adat dan

budaya serta wilayah Tengger mereka lebih mengutamakan perkawinan diantara

sesama warga Tengger.

Page 241: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

209

 

Demikian pula dalam mengadaptasikan bentuk perkampungan yang

disesuaikan dengan tanah perbukitan agar tidak longsor, tanpa pohon besar sehingga

menerima sinar matahari lebih banyak dan lingkungan lebih hangat. Kerangka rumah

dengan kayu cemara gunung lebih kuat, hal ini untuk menghindari dampak abu

vulkanik dari gunung Bromo maupun gunung Semeru. Pada kondisi dingin, kabut

dan ekstrim mereka membuat tempat api-api (tumang), baik di lingkungan

perumahan, gubuk-kandang, pos ronda dan Balai desa.

Dalam bidang pertanian budidaya yang sesuai dan mempunyai nilai ekonomi

tinggi seperti kentang, kobis, bawang prei, jagung dan variasi jenis bahan pangan

mereka menanam ganyong, talas dalam mengatas musim paceklik. Pembagian pupuk

anorgnik diatur dalam kelompok tani, demikian pula pengolahan lahan komplangan.

Pengolahan lahan tegalan dengan terasiring lebih cocok dan pembatas lahan tanaman

cemara, astruli serta mensakralkan tempat Danyangan, Sanggar Pamujan, makam,

gunung Bromo, hutan larangan menjadikan kelestarian sumber daya hayati di

Tengger. Hubungan yang serasi dan berkesinambungan antara sistem sosial budaya

serta lingkungan biofisik. Interaksi tersebut menimbulkan pengetahuan, pengelolaan

dan pemanfaatan terhadap sumber daya alam serta lingkungannya (Gambar 44).

Gambar 44 Interaksi sistem sosial dan ekosistem dari Rambo (1983).

Page 242: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

210

 

 

 

Rambo (1983) dan Soemarwoto (2004) menjelaskan bahwa kehidupan

manusia akan selalu berkaitan dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Dampak

dimana mereka tinggal termasuk keanekaragaman flora, fauna, tanah, udara akan

saling mempengaruhi. Interaksi timbal balik kehidupan masyarakat Tengger di

Bromo Tengger Semeru telah dimulai sejak zaman Majapahit. Arus tersebut

menyebabkan terbentuknya budaya dengan unik seperti kesenian Sodoran, Ujung-

ujungan dan lain-lain. Struktur organisasi, pengetahuan tentang tempat keramat,

sistem pertanian seperti kentang, bawang prei, kobis, peternakan sapi, babi,

perumahan, pola makan, terasiring dan sebagainya. Di dalam lingkungan populasi

manusia berusaha melakukan strategi adaptasi melalui seleksi alam untuk dapat

sukses dan bertahan sehingga membentuk sistem sosial. Pertukaran arus energi,

materi dan informasi antara sistem sosial dan sistem biofisik dengan daerah lain

menyebabkan terbentuknya struktur dan fungsi khusus. Idiologi dan pandangan

masyarakat Tengger terhadap lingkungan mempunyai nilai positif, kearifan

berlangsung secara turun menurun, menerima dan pasrah terhadap wedar Sang

Hyang Widi sehingga mempunyai dampak praktek ke dalam bentuk kepercayaan,

kearifan, tata nilai dan ini dapat dilihat dalam bentuk perilaku kehidupan se-hari-

harinya. Oleh sebab itu dari banyaknya pengalaman, dan pengetahuan selama

mendiami wilayah Tengger sehingga mempunyai dampak keberhasilan atau

eksistensi kehidupan masyarakat Tengger.

Pengetahuan lokal membentuk gaya arsitek masyarakat yang sesuai zamannya

akan berdampak pada pemanfaatan sumber daya hayati, lingkungan berkaitan dengan

kehidupan sosialnya seperti kalender Tengger, adat budaya, struktur organisasi dan

ritual kepercayaan. Ekosistem di lingkungan mereka dimana di dalamnya terdapat

keanekaragaman hayati, udara, suhu, tanah, air, iklim saling berinteraksi.

Pengetahuan serta tata nilai yang terakumulasikan dalam kehidupan keseharian

mereka nampak dalam kehidupan sosialnya. Oleh sebab itu dampak pengetahuan

tradisionalnya diterapkan dalam teknik pengolahan lahan atau lansekap pegunungan

yang curam, tata ruang desa, teknologi, seni, kerajinan, pengobatan, sosial budaya,

arsitek, kelembagaan serta ritual kepercayaan mereka. Norma adat yang dilakukan

Page 243: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

211

 

terhadap kontrol sosial, sikap, tingkah laku, tindakan serta tokoh kharisma Petinggi

sebagai ketua adat dan dukun Panditha sebagai pelaksana ritual adat sangat disegani

dalam menciptakan suasana harmonis di wilayah Tengger. Menurut Purwanto et al.

(2011) etnoekologi dijadikan dasar untuk pengembangan wilayah tanpa harus

mengorbankan kehidupan suatu kelompok masyarakat dan kondisi lingkungan

berikut sumber daya alam hayati di suatu lingkungan.

7.2 Keanekaragaman Hayati, Pengembangan Pertanian, Peternakan dan

Pariwisata di Wilayah Tengger

Sistem pertanian paling cocok di wilayah Tengger adalah tanaman sayuran, hal

ini sangat potensial dalam mendukung perekonomian daerah sesuai dengan tanah,

lingkungan serta udara sejuk dan dingin. Faktor sosial budaya dan ekonomi

mempengaruhi keanekragaman jenis tanaman pekarangan maupun tanaman tegalan,

kebun serta tanaman liar di lingkungannya. Ditinjau dari lingkungan ekologi, seperti

suhu, tanah, musim, ketinggian dan kemiringan diperlukan usaha pemikiran análisis

dari pengalaman mereka tentang pengelolaan lahan di perbukitan yang terjal karena

hal ini dapat menimbulkan rawan longsor. Konsep serta model terasiring ini perlu

pemikiran yang akurat dari para peneliti dan para pemikir Tengger dalam

mempertahankan, mengembangkan, mengantisipasi tanah longsor serta dampak yang

diakibatkannya. Teknologi mereka dalam bidang pertanian sangat mengagumkan

terutama jagung varietas Tengger, proses penanaman, pemeliharaan, penyimpanan

dalam lumbung sigiran sampai menjadi bahan baku aron. Menurut mereka makan

nasi aron dapat bertahan satu hari dan baru merasa lapar, ini sangat menguntungkan

dalam pekerjaan yang jauh tempatnya.

Untuk menanggulangi pekerjaan ladang mereka yang jauh dan berbukit-bukit

membuat tempat istirahat yang disebut gubuk, dimana fungsinya untuk penimbunan

bibit, hasil produksi, istirahat, tempat memasak, musyawarah dengan keluarga,

transaksi penjualan, sehingga keluarga masyarakat Tengger dipastikan mempunyai

gubuk. Dalam bidang pertanian masyarakat Tengger sudah memikirkan tanaman

budidaya apa yang menguntungkan secara ekonomi, namun juga mempertimbangkan

Page 244: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

212

 

 

 

modal, seperti budidaya kentang harus mempunyai modal yang cukup. Tanaman

andalan masyarakat Tengger terutama kentang, bawang prei, kobis, selanjutnya ercis,

tomat, wortel, lobak, lombok, apel (Desa Gubuklakah), dan yang lain digunakan

untuk sayur mayur.

Keanekaragaman hayati berkaitan dengan kebutuhan yang sangat penting

adalah kayu bakar dan kayu bangunan, hal ini perlu mendapakan prioritas. Kayu

bakar merupakan sumber energi yang berkaitan dengan kehidupan seperti halnya

kebutuhan pokok. Mayoritas masyarakat Tengger menggunakan kayu bakar untuk

memasak makanan dan menghangatkan badan. Demikian pula kayu bangunan untuk

membuat rumah dan perabotan rumah tangga, perlu pemikiran untuk keberlanjutan

keanekaragaman hayati di Tengger.

Peternakan utama sekarang adalah sapi penggemukan yaitu sapi jantan, babi,

sedangkan ternak kambing, ayam kampung, kelinci hanya digunakan sendiri.

Permasalahan yang muncul dengan banyaknya ternak sapi mengakibatkan lumbung

rumput di tegalan seperti astruli tidak memenuhi, hal in dapat menyebabkan

gangguan wilayah konservasi. Dampak masalah pakan ternak perlu ditanggulangi

sedini mungkin dengan menanam di wilayah komplangan Perhutani pada lahan

tanaman keras. Untuk masyarakat tidak berbatasan dengan Perhutani akan lebih tepat

melakukan kerjasama dengan pihak terkait saling menguntungkan sebagai contoh

kesepakatan kerjasama kompensasi.

Dalam bidang pariwisata masyarakat Tengger berbangga hati karena

lingkungannya sangat mendukung seperti gunung api, pegunungan, udara yang

dingin sejuk, sistem pertanian unik, budaya istiadat unik, sehingga wisata dimasa

akan datang merupakan penambangan divisa bagi masyarakatnya. Wilayah perkotaan

yang padat dan bising serta perekonomian semakin baik akan berdampak

berkeinginan menikmati keindahan Tengger dengan adat budaya yang menarik serta

masyarakatnya yang ramah. Para wisatawan mancanegarapun banyak tertarik

menikmati keindahan wilayah Bromo Tengger Semeru dengan adat budaya Tengger

yang unik dan gunung api yang masih aktif. Bidang kesenian masyarakat Tengger

juga bervariasi karena terpengaruh dari luar sehingga kesenianpun sangat

Page 245: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

213

 

berkembang meliputi jaran kepang, bantengan, kerawitan dan gamelan, tari topeng

(Desa Gubuklakah), wayang kulit hanya untuk ruwatan, tayuban, campur sari,

dangdutan, reog, dan tari ritual Sodoran serta Ujung-ujungan. Menurut para sesepuh

Tengger wayang kulit dan wayang orang tidak diperbolehkan karena wilayah

Tengger merupakan wilayah pertapaan (kadewatan), dan menjauhkan dari hal yang

kurang baik.

Pengetahuan lokal atau tradisional merupakan pengetahuan yang berasal dari

masyarakat tradisional dalam memanfaatkan, mengolah berbagai jenis tumbuhan,

hewan serta lingkungan untuk bahan dasar keperluan kehidupannya. Kemampuan

yang dimiliki sebagian masyarakat lokal dalam mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan

maupun hewan merupakan langkah awal kegiatan etnobiologi. Pengetahuan tentang

keanekaragaman hayati sangat baik hal ini dapat dibuktikan tidak ada permasalahan

dalam mengidentifikasi serta memberi nama lokal. Nama-nama jenis-jenis tumbuhan

lokal serta pemanfaatannya dalam praktek kehidupan mereka baik secara individu

maupun kelompok dianggap sebagai strategi dan merupakan klasifikasi atau

penggolongan tradisional. Pengetahuan tradisional yang dikembangkan oleh

masyarakat di lingkungannya kemudian dipelajari di olah, diilmiahkan akhirnya

terbentuk etnobiologi yang sebenarnya yang merupakan hasil akumulasi pengetahuan

serta praktek masyarakat lokal. Pengetahuan serta praktek masyarakat tradisional,

serta pemikiran tentang ritual, baik ritual pengobatan (suwuk), maupun ritual adat

sangatlah berkaitan dengan kepercayaan mereka.

Evaluasi nilai budaya jenis-jenis tumbuhan (etnobotani) sangat perlu untuk

diteliti, dievaluasi secara mendalam. Dalam penelitian ini juga berkaitan taksa-taksa

yang mempunyai nilai dengan budaya dan mempunyai kegunaan dituangkan dalam

nilai penting (ICS) dari setiap taksa. Kegunaan jenis tumbuhan terdokumentasi dari

hasil penelitian ini sejumlah 326 jenis. Berbagai macam tumbuhan digunakan sebagai

bahan pangan (75 jenis), bahan obat (121 jenis), bahan ritual (94 jenis), bahan

bangunan, kayu bakar, teknologi lokal, tali-temali, bungkus dan kayu bakar (53

jenis), tanaman hias 140 jenis, tumbuhan liar (100 jenis), bahan indikator kesuburan

tanah dan merusak (29 jenis), bahan pangan buah (49 jenis), bumbu, pewarna, rokok,

Page 246: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

214

 

 

 

kecantikan (40 jenis) dan pakan ternak (44 jenis). Untuk hewan liar, bahan pangan,

peliharaan dan ritual (120 jenis) terdiri dari mamalia (32 jenis), burung (64 jenis),

reptilia (9 jenis) dan ikan (6 jenis).

Indek nilai penting (ICS) yang tercatat dari 326 jenis yang dimanfaatkan oleh

masyarakat Tengger menunjukkan padi mempunyai nilai ICS (90) paling tinggi

sebagai bahan pangan utama, selanjutnya nilai ICS tinggi seperti cemara digunakan

bangunan, konservasi dan teknologi lokal, sayur mayur seperti bawang prei, kobis

dan kentang merupakan pilihan ujung tombak ekonomi, pisang sebagai bahan buah-

buahan, ritual dan mitos, rumput astruli pakan ternak utama serta konservasi lahan di

masyarakat Tengger. Hubungan antara nilai ICS dan INP dapat menjadi bahan

analisis untuk dapat dikembangkan dalam mengatasi permasalahn di Tengger.

Cemara mempunyai nilai INP 202.86 sangat tinggi merupakan tanaman dominan di

Tengger, sedangkan cemara mempunyai nilai ICS tinggi (86.5) karena mempunyai

pemanfaatan kepentingan nilai budaya. Nilai padi ICS (90) sangat tinggi, tidak dapat

di tanam di Tengger dan harus diimpor dari luar Tengger, demikian pula kelapa ICS

(78), hal ini perlu pemikiran bagaimana mengantisipasinya. Sepeti halnya kayu

bangunan lokal kayu kembang, dadap sangat jarang ditemui di tegalan, pihak

pemerintah telah menganjurkan menanam sengon, suren dan jabon. Pemanfatan

pisang dengan ICS tinggi tetapi INP rendah (16.01) sehingga perlu pembudidayaan

terutama pisang salik dan pisang raja.

Menurut Rambo (1983) faktor-faktor biofisik disekitar manusia yang sangat

bervariasi termasuk iklim, udara, tanah, air dan keanekaragaman jenis hewan,

tumbuhan serta lingkungan tidak pernah lepas dengan kehidupan sehari-hari.

Bergesernya kebiasaan menggunakan bahan pokok jagung varietas lokal merupakan

dampak perubahan, adaptasi yang tidak dapat dihindari serta akan menimbulkan erosi

sumber genetik lokal. Berkembangnya budidaya ternak babi, sapi, kambing juga

berkaitan dengan meluasnya penanaman rumput astruli yang ditanam pada lahan

tegalan dan komplangan milik Perhutani berdampak pada ekonomi masyarakat.

Page 247: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

215

 

7.3 Pembangunan Masyarakat Tengger Berkelanjutan di Wilayah Tengger.

Tatanan sosial yang stabil dan mantap dari berbagai konflik, serta modal

budaya yang unik, institusi sosial, jumlah penduduk yang cukup stabil merupakan

hasil adaptasi mereka di lingkungannya. Lingkungan gunung vulkanik dan deretan

pegunungan, udara dingin, sejuk, kaya oksigen juga merupakan modal yang dapat

dikembangkan di masa depan. Perkembangan penduduk stabil sangat menguntungkan

terhadap ekosistem, tanah, air dan udara, sehingga aktivitas ekonomi mempunyai

dampak positif terhadap masyarakat lokal (Dharmawan 2006). Sifat masyarakat

Tengger yang terbuka, dengan jiwa berpegang pada adat budaya kepercayaan

merupakan nilai positif sebagai modal sosial (social capital) serta konsep pandangan

mereka akan kehidupan, kejujuran dan kebersamaan merupakan nilai hakiki yang

luhur. Keterbukaan terhadap pembangunan kehidupan modern, namun tetap

meletakkan tradisi leluhur serta budaya merupakan kekuatan antar generasi yang

sangat berharga. Modal dasar tersebut jika didukung partisipasi masyarakat, kualitas

sumber daya, partisipasi, pemberdayaan masyarakat serta kesiapan semua pihak

terkait (stakeholder), dengan proses perencanaan yang matang, pelaksanaan,

pengawasan serta evaluasi menuju pembangunan masyarakat yang berkelanjutan

berwawasan lingkungan. Perhatian kearifan serta etika masyarakat terhadap

lingkungan, pranata sosial mereka harus dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh

serta mempersempit dampak konflik baik terhadap masyarakat lain, wilayah

konservasi maupun Perhutani.

Menurut Purwanto et al. 2004 pada dasarnya terdapat tiga dimensi peran

sumber daya hayati yaitu peran yang berdimensi ekologi, ekonomi dan dimensi etik

(Gambar 45). Dimensi ekologi jelas manfaatnya berkaitan dengan keanekaragaman

hayati pada ekosistem. Peran ekologi dan sosial budaya sering diabaikan karena

mempunyai dampak nyata dan dapat dirasakan perannya terhadap ekonomi. Ketiga

dimensi keanekaragaman hayati tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Jika pengelolaan sumber daya hayati tidak mengacu pada kepentingan

Page 248: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

216

 

 

 

tiga dimensi tersebut maka dapat dipastikan sumber daya hayati mengalami

kerusakan.

Gambar 45 Konsep peran, potensi, kegunaan dan konservasi keanekaragaman hayati (Purwanto et al. 2004).

Menurut Purba (2002) lima prinsip dasar pembangunan berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan yaitu keadilan antar generasi (intergenerational equity),

keadilan dalam satu generasi (intragenerational equity), pencegahan dini

(precautionary principle), perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity

conservation) dan internalisasi biaya lingkungan serta mekanisme insentif. Primack et

al. (1998) menekankan disiplin biologi konservasi karena konsep pembangunan

KEANEKARAGAMAN HAYATI

Dimensi Ekologi Dimensi Ekonomi Dimensi Etik

Asal usul dan keanekaragaman, respon terhadap gangguan dan peran dalam

fungsi ekosistem

Berguna Pandangan hidup, persepsi dan

konsepsi masyarakat

Keuntungan ekosistem

alami

Sumberdaya (Budidaya dan non budidaya

ANCAMAN

Pengolahan dan Konservasi

Pembangunan Berkelanjutan

Page 249: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

217

 

berkelanjutan perlu dilangsungkan tanpa disertai pertumbuhan dalam penggunaan

sumber daya alam, maka upaya pelestarian keanekaragaman hayati sering

berbenturan dengan kebutuhan manusia. Perlindungan kebudayaan tradisional di

lingkungan alami sangat berkaitan erat dengan pelestarian keanekaragaman hayati

dan pelestarian keanekaragaman genetika.

Beberapa strategi upaya pelestarian keanekaragaman hayati harus dipadukan

dengan adat masyarakat tradisional. Pendekatan melalui partisipasi masyarakat

tradisional merupakan elemen penting atau kunci dalam pengelolaan konservasi.

Deklarasi Rio tentang lingkungan dan pembangunan menyatakan untuk mencapai

ekonomi jangka panjang harus mengaitkan dengan perlindungan lingkungan.

Pembangunan berkelanjutan diperlukan adaptasi, pembelajaran terhadap lingkungan,

organisasi sosial, ekonomi, kebijakan dan perencanaan untuk menuju keselarasan

(Sugandhy 2007).

Menurut Clay (1991) dalam Primack et al. (1998) strategi top down dimana

pemerintah bertindak menentukan rencana pengelolaan dipadukan dengan program

botton up, dimana masyarakat desa atau kelompok lokal mampu merumuskan,

merencanakan pengembangan pembangunan. Strategi keanekaragaman hayati di

wilayah Tengger sebagai suatu sistem hakiki, kehidupan harmoni yang natural harus

melibatkan masyarakat termasuk sosial budayanya, keanekaragaman hayati, hutan

konservasi maupun hutan Perhutani, kalangan swasta, dan pihak pemerintah yang

terkait. Keanekaragaman hayati sebagai pengikat sosial budaya masyarakat serta

lingkungan di wilayah Tengger merupakan faktor penting sebagai daya dukung

pembangunan berkelanjutan.

7.4 Strategi Konservasi di Wilayah Tengger

Sistem pertanian pada lahan tegalan merupakan sistem ekonomi subsistem

sebagian besar penduduk masyarakat Tengger. Sistem pertanian pada lahan berbukit

sebagai inti budaya, karena hal tersebut merupakan pola adaptasi terhadap

lingkungannya. Inti budaya meliputi teknik produksi dan pengetahuan masyarakat

Page 250: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

218

 

 

 

termasuk sumber daya yang ada didalamnya serta tenaga kerja yang terlibat dalam

teknik tersebut.

Strategi konservasi di lahan pertanian dapat dilakukan dengan membandingkan

nilai INP dan nilai ICS. Pada lahan pertanian nilai INP cemara mempunyai nilai

(202.86), sedang nilai ICS (86.5) hal ini perlu dipertahankan sebagai strategi

konservasi. Jenis tersebut mempunyai penyebaran yang banyak (INP) tinggi dan

manfaatnya tinggi (ICS) tinggi, demikian pula dengan adanya aturan adat kalau

menebang satu pohon harus menanam 10 pohon untuk jenis cemara gunung. Hal ini

berarti masyarakat Tegger telah teradaptasi dengan sumberdaya hayati yang

merupakan kawasan konservasi TNBTS. Bambu jajang mempunyai INP (7.20)

rendah dan nilai ICS tinggi (68), bambu betung INP (1.68) rendah dan nilai ICS

tinggi (64), kedua jenis tersebut perlu dilakukan pembudidayaan (pengayakan)

intensif di lahan tegalan Tengger. Pisang mempunyai nilai INP rendah yaitu (16.01)

dan ICS (64) tinggi perlunya dilakukan pembudidayaan (pengayakan) terutama

varietas yang sesuai di lahan tegalan Tengger. Untuk tanaman dengan nilai INP

rendah dengan ICS sedang seperti jambu wer INP (11.96) dan ICS (33), dadap INP

(10.29) dan ICS (24), mentigi INP (1.68) dan ICS (20) perlu dilakukan penanaman

karena tanaman tersebut sangat cocok tumbuh pada ketinggian diatas 1.500 m dpl.

Untuk semak berkaitan meliputi jarak nilai ICS (45) dan INP (17.83), cubung ICS

(20) dan INP (13.80), putihan ICS (32) dan INP (4.5) diperlukan penanaman dan

pelestarian. Tanaman ganyong INP tinggi (41.21), pemanfaatannya sedang ICS (18),

sehingga perlu dipertahankan dan usaha pemanfaatannya. Untuk jenis herba aseman

mempunyai INP tinggi (42.60) yang mempunyai peran di lingkungan, sedangkan ICS

(14) rendah agar dipertahanan, sedang rumput astruli INP (10.08) rendah, ICS (68)

tinggi sehingga diperlukan pengayakan (pembudidayaan) intensif sebagai pakan

ternak. Untuk jenis INP rendah contohnya pokak (0.75), adas (2.98) dengan ICS

sedang agar dipertahankan karena tanaman tersebut sebagai bahan obat.

Untuk lingkungan Perhutani di lingkungan Desa Gubuklakah bahwa jenis

poo/kayu putih (Melaleuca leucadendron) mempunyai INP tinggi (80.64), sedangkan

INP sedang (24) perlu dipertahankan, sedangkan paku tiyang INP (8.18) dan ICS (24)

Page 251: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

219

 

dan keningar (8.17) dan ICS (24), keduanya rendah keduanya perlu pembudidayaan.

Untuk semak tanaman cubung INP (207.19) dan ICS (20) perlunya jenis tanaman

tersebut dipertahankan.

Pada lahan Sanggar Pamujan di Desa Poncokusumo mempunyai INP paling

tinggi beringin (88.52) dan ICS (26), disusul aren INP (50.079) dan ICS (16), kedua

jenis tersebut perlu dipertahankan. Pada Sanggar Pamujan di Desa Ngadas Wetan

100% tanaman yang ada cemara gunung, ICS (202.86) perlu dipertahankan.

Melalui studi etnobiologi masyarakat Tengger diperoleh suatu sistem

pengetahuan lokal tentang pengelolaan sistem sumber daya alam yang dapat diadopsi

untuk pengelolaan sumber daya hayati dan lingkungannya. Sehingga peran

pengetahuan lokal tersebut dapat mengeliminir konflik dengan penguasa. Melalui

kajian sosial budaya menunjukkan masyarakat Tengger mempunyai kelembagaan

tradisional yang tugas dan fungsinya mengatur sistem pengelolaan dan pemanfaatan

sumber daya alam yang lebih mempunyai suasana kesetaraan dan konservasi.

Kepemimpinan tradisional formal dan informal antara Petinggi dan Dukun Pandhita

sebagai dua pemimpin kharismatik sehingga norma adat dapat dipegang teguh

termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungannya.

 

Page 252: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

 

Page 253: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

221 

 

8. SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan

1. Masyarakat Tengger mempunyai pengetahuan pengelolaan kawasan berwawasan

konservasi. Mereka membagi menjadi kawasan pemukiman; kawasan pertanian

(pekarangan, tegalan dan kebun); kawasan agroforestri (jalur hijau dan

komplangan); kawasan sakral (Danyangan, Sanggar Pamujan, hutan larangan,

gunung Bromo) dan kawasan alami yaitu kawasan hutan. Pengetahuan ekologi

tradisional (tradisional ecological knowledge) telah digunakan pada berbagai

keperluan dan menunjukkan apresiasi yang baik terhadap upaya konservasi

sumberdaya hayati dan lingkungan terutama pada lahan pemukiman, peribadatan,

ladang pertanian terasiring, teras bangku, gubuk, kandang, daerah tangkapan air

(catchment area). Keanekaragaman hayati yang digunakan, maupun lokasi sakral

berperan dalan pengikat adat budaya Tengger. Kearifan lokal masyarakat Tengger

telah dimanifestasikan dalam bentuk aturan-aturan adat serta kepercayaan dalam

menjaga keberlanjutan (sustainability) kehidupan di Tengger. Dimensi ekologi dan

keanekaragaman hayati manfaatnya sangat jelas karena berkaitan dengan satuan

lingkungan. Masyarakat Tengger melakukan kerja sama saling menguntungkan

dengan pihak Perhutani dan TNBTS telah diwujudkan dalam bentuk pertanian

jalur hijau dan komplangan Dalam bidang budaya dan parwisata alam meliputi

tempat sakral Pure Poten, Pedanyangan, Lautan Pasir, gunung Pananjakan, danau

(ranu), air terjun Coban Pelangi, gunung Bromo dan gunung Semeru.

Pengembangan Zona Pemanfaatan Intensif, Zona Pemanfaatan Tradisional sangat

mendukung kehidupan, perekonomian dan membuka lapangan pekerjaan di

wilayah Tengger. Masyarakat Tengger masih memegang teguh ritual adat sebagai

modal sosial yang merupakan bagian dari pada kehidupannya dan telah berjalan

turun temurun, dipandang merupakan cara mempersatukan mereka sebagai

komunitas Tengger dan hal ini sangat mengagumkan dalam mempertahankan

budaya lokal dan menarik serta unik dalam membangun wisata daerah, nasional

serta menarik turis lokal dan turis mancanegara.

Page 254: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

222

 

2. Pengetahuan keanekaragaman flora serta pemanfaatannya oleh masyarakat

Tengger tercermin dari berbagai bentuk pemanfaatan untuk berbagai keperluan

meliputi jenis-jenis tumbuhan sebagai bahan pangan (75 jenis), bahan obat (121

jenis), bahan ritual (94 jenis), kayu bakar, tali-temali, bahan bangunan, bahan

kerajinan dan teknologi lokal (53 jenis), bahan kecantikan, rokok, pewarna, bumbu

(40 jenis) dan bahan buah-buahan (49 jenis), tanaman hias (140 jenis), pakan

rumput (44 jenis) dan tumbuhan liar (100 jenis). Keaneragaman tanaman

budidaya baik yang bernilai ekonomi tinggi seperti kentang, bawang prei, kobis,

apel dan tanaman budaya lokal seperti jagung, pisang sangat berperan penting

dalam kehidupan dan ekonomi keluarga. Bahan bangunan, teknologi lokal, kayu

bakar berkualitas seperti cemara sangat berperan dalam kelangsungan kehidupan

masyarakat Tengger. Keanekaragaman hayati yang digunakan, maupun lokasi

sakral berperan dalan pengikat adat budaya Tengger. Dalam kehidupannya

masyarakat Tengger telah mampu memanfaatkan sumber daya yang ada

disekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan kehidupannya terdiri dari teknologi

lokal dan seni meliputi berbagai kebutuhan peralatan pertanian, peralatan rumah

tangga, transportasi dan berbagai macam barang kerajinan dan peralatan kesenian

maupun adat. Berdasarkan perhitungan nilai ICS jenis tumbuhan di lingkungan

masyarakat Tengger yang mempunyai nilai ICS tinggi mempunyai indikasi jenis

penting bagi kehidupan masyarakat Tengger.

3. Dalam pengelolaan sumberdaya tumbuhan masyarakat Tengger melakukan upaya

konservasi jenis tumbuhan terutama terhadap cemara gunung (Casuarina

junghuhniana) yang mempunyai nilai INP tinggi (202.86) dengan menerapkan

hukum adat bahwa menebang 1 pohon harus menanam 10 pohon cemara gunung.

4. Pengetahuan tentang jenis-jenis hewan di lingkungan dan jenis hewan yang

bermanfaat untuk masyarakat Tengger meliputi 120 jenis, terdiri dari hewan

mamalia 32 jenis, aves 64 jenis, reptilia 9 jenis, ikan 6 jenis, Arachnidae 1 jenis,

Grylotaipidae 1 jenis dan Hypnoptera 1 jenis. Keanekaragaman hayati yang

digunakan, maupun lokasi sakral berperan dalan pengikat adat budaya Tengger

berkaitan kehidupan fauna di lingkungan. Peternakan terutama babi, sapi, kambing

Page 255: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

223 

 

dan ayam merupakan sumberdaya hayati untuk memenuhi kebutuhan protein

hewani serta berlangsungnya keberlanjutan adat budaya. Faktor peternakan juga

mendukung keberlanjutan pariwisata dan sistem pertanian di wilayah Tengger

terutama sebagai pupuk organik. Pengetahuan lokal, kearifan lokal dan etik

merupakan warisan pengetahuan yang tak ternilai harganya.

8.2 Saran

Ada beberapa saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Pemanfaatan serta pengelolaan lahan pertanian yang mempunyai implikasi

ekonomi cukup tinggi perlu dipertimbangkan dalam membuat dasar kebijakan,

keputusan dan pengelolaan, namun juga perlu diadakan jenis komoditi lain yang

tahan terhadap hama penyakit, faktor alam seperti uap belerang dan embun upas

serta abu vulkanik. Perlu ada diversivikasi makanan pokok selain beras dari jenis

lain (umbi-umbian) yang banyak dijumpai di Tengger seperti ganyong, jagung dan

talas. Jangan hanya bergantung pada beras yang harus didatangkan dari daerah

lain, karena padi tidak bisa ditanam di daerah tersebut atau harus dilakukan lebih

lanjut untuk mencari jenis padi seperti padi (gogo), gandum (Triticum sativum)

yang cocok untuk daerah Tengger yang merupakan dataran tinggi.

2. Teknik terasiring yang sangat cocok dalam pengolahan lahan pertanian bukit pada

posisi kemiringan rendah sampai tinggi diperlukan pertimbangan dan diteliti lebih

mendalam baik secara teori maupun praktek turun-temurun sebagai kebijakan

yang baik dan terarah untuk mengantisipasi ke depan. Diperlukannya

menggalakkan tanaman pembatas lahan, jalan dengan cemara gunung dalam

mengatasi longsor, serta mencari jenis lain yang mempunyai kualitas sama dengan

cemara yang monopoli, jenis pohon mentigi dan perdu, rumput, karena hal ini

diperlukan untuk mengatasi dampak longsor yang tidak diinginkan.

3. Alam pegunungan yang dingin dengan gunung Bromo, lautan pasir serta gunung

Semeru perlu dijaga kelestariannya karena berkaitan dengan tata guna air atau

hidrologi dan lingkungan alami. Adat budaya yang luhur, unik masyarakat

Tengger perlu dipertahankan karena merupakan potensi pariwisata sangat menarik

Page 256: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

224

 

bagi turis lokal dan turis mancanegara. Promosi dan transportasi perlu ditingkatkan

sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan yang sekaligus dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah.

4. Dengan melimpahnya keanekaragaman bahan obat tradisional dengan ritualnya,

maka diperlukan penelitian lebih terarah terorganisir berkaitan budidaya dan

perusahaan obat yang berkompeten, atau dibuat kebun raya Tengger sebagai pusat

kajian sehingga dapat dinikmati masyarakat Tengger khususnya. Masyarakat

Tengger juga mempertahankan hasil teknologi lokal seperti jagung varietas

Tengger yang mempunyai rasa khas, dan merupakan bahan nasi aron tahan di

perut dan tidak cepat lapar serta gurih.

5. Memberikan pengarahan tentang pentingnya wilayah Bromo Tengger Semeru,

baik berdekatan dengan wilayah konservasi (TNBTS), hutan lindung dan hutan

produksi (Perhutani) berkaitan dengan sumber oksigen dan hidrologi baik kepada

masyarakat Tengger maupun masyarakat di bagian bawah, departemen terkait dan

internasional.

6. Kualitas sumber daya manusia masyarakat Tengger perlu ditingkatkan berkaitan

dengan kebutuhan yang akan datang melalui pendidikan, kursus, untuk mengatasi

masuknya dampak peralatan teknologi pertanian, teknik budidaya dan

pengembangan plasma nutfah, pariwisata alam seperti agrowisata, desa wisata,

teknologi tepat guna misalnya gas, tungku dan listrik.

7. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pengendalian jumlah penduduk

karena areal lahan pertanian tegal terbatas, sedang masyarakat Tengger sangat

hormat terhadap tanah leluhur serta lingkungannya. Kualitas pendidikan

ditingkatkan berkaitan kualitas sumber daya manusia koordinasi dengan Dinas

Pendidikan baik tingkat desa maupun Kecamatan, Kabupaten dan Kota. Dalam

bidang hukum terhadap masalah Undang-undang Pokok Agraria, hukum adat, hak

waris akan memberikan pengertian yang lebih baik dan luas.

8. Berkaitan dengan wilayah konservasi TNBTS dan Perhutani maka kerjasama

saling menguntungkan dalam mendukung wilayah konservasi, sumber air

Page 257: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

225 

 

(hidrologi), tapal batas, sangat diperlukan untuk mengantisipasi pemanfaatan hutan

(kayu, bambu, hasil hutan), termasuk pendidikan pencinta alam dan kegiatan riset.

9. Perlu pembangunan daerah yang berbasis keanekaragaman hayati (bioregional

development plant) dalam memenuhi kebutuhan secara mandiri.

Masyarakat Tengger mempunyai kearifan lokal dalam mengelola sumber daya

hayati dan lingkungan, yang dapat diadopsi sebagai pelengkap alternatif dalam

pengelolaan sumber alam di pemukiman agar lebih mempunyai keserasian dengan

lingkungannya.

 

Page 258: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

 

Page 259: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

227 

 

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja K. 1986. Sistem Pengetahuan Lokal dan Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia. Unit Pelaksana Teknis Indonesia Resource Centre for Indigenous Knowledge: Universitas Pajajaran Bandung.

[Anonim] 2004. Tengger Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: Delta Pamungkas. [Anonim] 2002. Peraturan Perundangan Kehutanan di Era Reformasi. Bogor:

Penerbit Rif Dexts. [Anonim] 2000. Undang-Undang Lingkungan Hidup & Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan. Jakarta: Tamamita Utama. [Anonim] 2009. Data Monografi Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten

Probolinggo. [Anonim] 2011. Suku Tengger. http://www. id Wikipedia.org/wiki/Suku_Tengger.

Html. [22 Agustus 2011]. Backer CA, van Den Brink BRC. 1963. Flora of Java. Vol. I,II . Groningen:

Noordhoff. NV Balgooy MMJ. 1987. Collecting. in Vogel, E. de (ed.) Manual of Herbarium

Taxonomy Theory and Practice. UNESCO and MAB. Banilodu L. 1998. Implikasi etnobotani kuantitatif dalam kaitannya dengan

konservasi gunung Mutis, Timor. [disertasi] Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Barber CV, Johnson NC, Hafild E. 1999. Menyelamatkan Sisa Hutan di Indonesia

dan Amerika Serikat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Basuni S. 2003. Inovasi institusi untuk meningkatkan kinerja daerah Penyangga

kawasan konservasi (studi kasus) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Berlin B. 1992. Ethnobiological Classification Principles of Catagorization

Traditional Socioeties. New Jersey: Princeton University Press. Cox WG. 1972. Laboratory Manual of General Ecology. Dubuque-Iowa: MW. C.

Brown Company Publishers.195 p.

Page 260: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

228

Cotton CM. 1996. Ethnobotany: Principles and Applications. New York: John Wiley & Sons.

Darusman D. 2002. Pembenahan Kehutanan Indonesia. Dokumentasi Tulisan (1986 –

2002). Lab. Politik Ekonomi dan Sosial Kehutanan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

[DKDJPH dan PABKSD IV] Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal

Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1984. Rencana Karya Lima Tahun Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Malang: DKDJPH & PABKSDA IV.

[DKDJPH dan BKSDA IV] Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan

Hutan dan Pelestarian Alam 1992. Pola Hubungan Masyarakat Penyangga Dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Malang: DKDJPH & BKSDA IV.

[DKDJPH dan PATNBTS] Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan

Hutan dan Pelestarian Alam. 1999. Potret Desa Penyangga Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTNBTS). Malang: DKDJPH & PABTNBTS.

[DKDJPH dan PATNBTS] Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan

hutan dan Pelestarian Alam 1997. Laporan Inventarisasi Flora (Tanaman Obat-obatan dan Tanaman Hias) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. (TNBTS). Malang: DKDJPH & PABTNBTS.

[DKDJPH dan PATNBTS] Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan

Hutan dan Pelestarian Alam 1997. Laporan Inventarisasi Fauna Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Malang: DKDJPH & PABTNBTS.

[DKDJPH dan PATNBTS] Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan

Hutan dan Pelestarian Alam 1995. Laporan Inventarisasi Flora Penting Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Malang: DKDJPH & PATNBTS.

[DKDJPH dan PABBTNBTS] Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal

Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam 2009. Rencana Kerja (RENJA) Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS). Malang: DKDJPH & PABBTNBTN.

Dharmawan AH. 2008. Bahan Kuliah Gerakan Sosial dan Dinamika Masyarakat

Pedesaan. Mayor Sosiologi Pedesaan-Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.

Page 261: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

229 

 

Ellen R. 1993. The Cultural Relations of Classification. An Analysis of Nuaulu

Animal Catagories from Central Seram.Cambridge: University Press. Fandeli C. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Fakultas

Kehutanan Kehutanan Universitas Gadjah Mada Bulaksumur, Yogyakarta. Friedberg C. 1990. Le Savoir botanique des Bunaq Percevoir et classer dans le Haut

Lemaknen (Timor, Indonesie). Memoires du Museum Nati d’Histoire Naturelle. Botanique. Tome. hlm 32: 303p.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 1-.4. Badan Litbang Kehutanan.

Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Hill AF. 2006. Economyc Botany (adopted by) Pharma. O. P. Tata McGraw- Hill

Publishing Company Limited New Delhi. Hidayat et al. 2006. Kajian Status Konservasi Tumbuhan Obat Langka di Jawa :

Ekspedisi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur LIPI Bogor. Indrayanto G. 2006. Laporan Eksplorasi Keanekaragaman dan Kandungan kimia

Tumbuhan Obat di Hutan Tropis Gunung Bromo Semeru dan Ijen. Fakultas Farmasi. Surabaya: Universitas Airlangga Surabaya.

Indriyani S, Batoro J, Ekowati G. 2007. Inventarisasi Jenis dan Potensi Tanaman

Obat Suku Tengger, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Malang: Universitas Brawijaya Malang.

Kassa S. 2009. Konsep pengembangan co-management untuk melestarikan Taman

Nasional Lore Lindu. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Keating M. 1994. Bumi Lestari Menuju Abad 21. Agenda 21 dan hasil KTT Bumi.

Jakarta: Konphalindo. Keng H. 1978. Orders and Families of Malayan Seed Plants. Singapore: University

Press. Koentjaraningrat 1980. Pengantar Imu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru. Mackinnon J, Phillips K, van Balen B. 1993. Panduan Lapangan: Burung-burung di

Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Page 262: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

230

Martin GJ. 1998. Ethnobotani. Sebuah Manual Pemeliharaan Manusia dan Tumbuhan. Borneo: Natural History Publications.

Ngadiono 2004. Pengolahan Hutan Indonesia. Refleksi dan Prospek. Yayasan Adi

Sanggoro. Nurudin, Salvina, Faturrohman D. editor 2004. Agama Tradisional : Potret Kearifan

Hidup Masyarakat Samin dan Tengger. LKIS Yogyakarta. Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunders Company. Purwanto Y. 2009. Pengetahuan Botani Lokal dan Klasifikasi Populer. Bahan Kuliah

Pasca Sarjana S2-S3 Biologi IPB (tidak dipublikasikan). Laboratorium Etnobotani Balitbang Botani Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.

Purwanto Y. 2007. Hasil hutan Bukan Kayu (NTFPs) : Terminologi dan Perannya

Bagi Masyarakat di Sekitar Hutan. Bahan Kuliah Pasca Sarjana IPB. Laboratorium Etnobotani. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor.

Purwanto Y. 2006. Metode Penelitian Kuanitatif Etnobiologi. Bahan Kuliah Pasca

Sarjana S2-S3 Biologi IPB. Laboratorium Etnobotani, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Bogor.

Purwanto Y, Laumonier Y, Malaka M. 2004. Antropologi dan Etnobiologi

Masyarakat Yamdena di Kepulauan Tanimbar, Jakarta: The TLUP Project Director, Tanimbar LUP/BAPPEDA

Purwanto Y. 2011. Valuasi Hasil Hutan Bukan Kayu (Kawasan Lindung PT

Wirakarya Sakti Jambi). Jakarta: LIPI Press. Purba J. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial, Kantor Menteri Negara Lingkungan

Hidup. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi Konservasi.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Puri RK. 2001. Bulungan Ethnobiology Handbook. Center for International Forestry

Research, Bogor Indonesia. Rambo AT, Gillogly K, Hutterer KL. 1988. Ethnic Diversity and the Control of

Natural Resources in Southeast Asia. Center for South and Southeast Asian Studies The University of Michigan USA.

Page 263: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

231 

 

Rambo AT. 1983. Conceptual Approaches to Human Ecology. East-West Environment and Policy Institute, East-West Center, Honolulu, Hawaii. USA. Research Report No.14:6, 1-26.

Rifai MA. 1994. A Discourse on Biodiversity Utilization in Indonesia. Tropical

Biodiversity 2(2) : 339. Rifai MA. 1976. Sendi-Sendi Botani Sistematika. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-

LIPI. Herbarium Bogoriense Bogor. Rugayah, Widjaya EA, Praptini, penyunting. 2004. Pedoman Pengumpulan Data

Keanekaragaman Flora. Bogor: Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Sandbukt Q, Wiriadinata H. 1994. Rain Forest and Resource Management.

Proceeding of the NORINDRA Seminar, LIPI. Jakarta. Sangat HM, Zuhud FAM, Damayanti EK. 2000. Kamus Penyakit dan Tumbuhan

Obat Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Sardiwina O. et al. 2002. Laporan Eksplorasi Anggrek Kawasan Nasional Bromo

Tengger Semeru Jawa Timur. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI. Bogor.

Sastrapradja DS, Adisoemarto, Kartawinata, Sastrapradja S, Rifai MA. 1989.

Keanekaragaman Hayati Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi–LIPI. Bogor.

Sastrapradja DS, Rifai MA. 1989. Sumber Pangan Nabati dan Plasma Nutfahnya.

Puslitbang Bioteknologi-LIPI. Bogor. Setiadi D. et al. 2007. Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Buku Materi

Pokok PEB14522/2SKS/Modul 1 – 6. Indonesia: Penerbit UT. Setiadi D, Muhadiono I. 2000. Penuntun Praktikum Ekologi: Laboratorium Ekologi

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Seymour C, Smith 1990. Macmillan Dictionary of Anthropology. Sheil D. et al. 2004. Mengeksplorasi keanekaragaman Hayati, Lingkungan dan

Pandangan Masyarakat Lokal Mengenai Lanskap Hutan. Bogor: Center for International Forestry Research (CIFOR). Indonesia.

Page 264: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

232

Sinukaban N. 2007. Konservasi Tanah dan Air. Kunci Pembangunan Berkelanjutan. Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jenderal RLPS.

Soekarman, Riswan S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia Prosiding

Seminar Etnobotani Balitbang Botani-Balitbang Biologi, LIPI. Bogor. Soeriaatmadja RE. 1981. Ilmu Lingkungan. Bandung: Penerbit Institut Teknologi

Bandung. Soemarwoto O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:

Djambatan. Stearn WT. 1992. Botanical Latin. Fourth ed. Redwood Press Ltd. Melksham for

Davis & Charles England. Stibbe DG, Uhlenbeck UM. 1921. Tengger, Encyclopedie van Nederlandch-Indie

Leiden. Suyitno 2001. Mengenal Upacara Tradisional Masyarakat Suku Tengger. Ttt:

Satubuku. Suparto, Ponidi. 2006. Arahan Tata Ruang Pertanian Provinsi Jawa Timur. Jakarta:

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Sugandhy A, Hakim R. 2007. Prinsip Dasar Pembangunan Berkelanjutan

Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara. Sukari, Salamun, Mudjijono, Munawaroh S, Sumarno 2004. Kearifan Lokal di

Lingkungan Masyarakat Tengger Kabupaten Pasuruhan, Propinsi Jawa Timur. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta: Proyek Pemanfaatan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Taylor PM. 1990. The Folk Biology of the Tobelo People A Study in Folk

Classification. Washington: Smithsonian Institution Press. Tylor V.E, Brady LR. and Robbers JE. 1976. Pharmacognosy Lea & Febiger

Philadelphia USA. Toledo MV. 1992. What is Ethnoecology? Origen, Scope and Implications of A

Rising Dicipline. Ethnoecologica 1(1): 5–21.

Page 265: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

233 

 

Turner NJ. 1988. “The Importance of a Rose”: Evaluating the Cultural Significance of Plants in Thompson and Lillooet Interior Salish. American Anthropolist. 90 (2): 272-290.

Usman H, Akbar PS. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Vayda AP. 1983. Progressive Contextualization: Methods for Research in Human

Ecology. Plenum Publishing Corporation. Human Ecology, 3: 264-278. van Steenis CGGJ. 1972. The Montain Flora of Java. Leiden: The Rijkherbarium

Netherlands. van Steenis CGGJ. 2005. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: PT PradNya

Paramita. van Steenis CGGJ. 1972. Preliminary Checklist of The Flora of Bromo Tengger

Semeru. Field Report of UNDP/FAO. Waluyo EK. 2008. Review: Research Ethnobotany in Indonesia and the Future

Perspectives. Biodiversitas 9 (1), 59-63. Widianto et al. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestri 3 World AgroForestry Centre

(ICRAF). Widyaprakosa S. 1994. Masyarakat Tengger: Latar Belakang Daerah Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru. Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta. Yuniati E. 2004. Pengaruh faktor sosial budaya dan ekonomi terhadap

keanekaragaman jenis tumbuhan pekarangan pada perkampungan yang di huni oleh masyarakat Sunda dan Jawa di Kabupaten Brebes. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Zahorka H. 2004. The Shamanic Belian Sentiu Ritual of Benuaq Ohookng, with

Special Attention to the Ritual Use of Plants. Borneo Research Bulletin vol. 38. Zuhud EAM, Haryanto 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan

Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor: Lembaga Alam Tropika (LATIN).

 

Page 266: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

 

Page 267: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

235

LAMPIRAN

Page 268: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

 

Page 269: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

237

Lampiran 1 Keanekaragaman jenis tumbuhan tegalan di lingkungan masyarakat Tengger No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status, Lokasi

1 Adas Foeniculum vulgare Mill. Apiaceae Liar,tegalan 2 Akasia Acasia auriculiformis

A.Cunn.ex Benth. Fabaceae Budidaya,

tegalan 3 Akasia

gunung Acacia decurens Fabaceae Tegalan

4 Alang-alang Imperata cylindrica (L.) Beauv.

Poaceae Liar, tegalan

5 Anting-anting

Funchia hybrida Hort. Onagraceae Liar, tegalan

6 Anggrung Trema amboinensis (Wild) Bl.

Ulmaceae Liar, tegalan

7 Aren Arenga pinnata Merr. Arecaceae Liar, egalan 8 Aseman/sure

ngan Achyranthes bidentata Bl. Asteraceae Liar, tegalan

9 Astruli/gajahan/kalonjono

Pennistum purpureum Schumch.

Poaceae Budidaya, tegalan

10 Awar-awar Ficus septica Burm.f. Moraceae Liar,tegalan 11 Bambu

betung Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne

Poaceae Liar, tegalan

12 Bambu Jajang

Gigantochloa apus (Blume ex Schult.f.) Kurz.

Poaceae Liar, tegalan

13 Bambu loring

Bambusa multiplex Schult. Poaceae Budidaya, tegalan

14 Bandotan Ageratum conyzoides L. Asteraceae Liar, tegalan 15 Bayam duri Amaranthus spinosus L. Amaranthaceae Meliar, tegalan 16 Calincing Oxalis corniculata L. Oxalidaceae Liar, tegalan,

jalan 17 Calingan Rubus rosaefolius

J.E.Smith. Rosaceae Liar, tegalan

18 Cemara/ Cemara Gunung

Casuarina junghuhniana L. Casuarinaceae Budidaya, liar di batas tegalan

19 Cimplukan Physalis minima L. Solanaceae Liar, tegalan 20 Cimplukan

gunung Physalis peruviana L. Solanaceae Liar, tegalan

21 Cubung Brugmansia suaveolens Barcht.& Presl.

Solanaceae Liar, budidaya, tegalan, rumah

22 Cubung Brugmansia candida Pers. Solanaceae Liar, tegalan, rumah, gubuk, Danyangan

23 Dadap Erythrina variegata L. Fabaceae Budidaya, tegalan, gubuk

24 Damar Agathis alba Foxw. Araucariaceae Budidaya, tegalanTNBTS

Page 270: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

238

Lampiran 1 lanjutan

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status, Lokasi 25 Damarwojo Spegula arvensis L. Caryophyllaceae Liar, tegalan 26 Dangglu Engelhardia spicata L. Juglandaceae Liar,

Danyangan, Sanggar Pamujan

27 Dibal Isachne rhabdiana Poaceae Liar, tegalan 28 Dringu Acorus calamus L. Araceae Budidaya,

rumah, gubuk 29 Ecek-

ecek/Orok-orok

Crotalaria striata D.C. Fabaceae Liar, tegalan

30 Empikan Centrosoma pubesens Bth. Fabaceae Liar, tegalan 31 Empritan Eragrostis amabilis O.K. Poaceae Liar, tegalan 32 Flamboyan Delonix regia Raf. Fabaceae Budidaya,jalan

Perhutani 33 Ganjan Artemisia vulgaris Jungh Asteraceae Liar, tegalan 34 Ganyong Canna edulis L. Cannaceae Budidaya,

tegalan 35 Genggeng Microstegium rufisticum Poaceae Liar, tegalan 36 Gewor Commelina benghalensis Commelinaceae Liar, tegalan 37 Grinting/

kawatan Cynodon dactylon Pers. Poaceae Liar, tegalan

38 Gronggong Erianthus arundinaceus (Retz.) Jeswiet.

Poaceae Liar, tegalan

39 Gronggong/pring-pringan

Pogonatherum paniceum L..

Poaceae Liar, tegalan

40 Grunggung Rubus rosaefolius J.E. Smith.

Rosaceae Liar, tegalan

41 Ijoan Paspalum sp Poaceae Liar, tegalan 42 Intil-intil

daun Oxalis corniculata Oxalidaceae Liar, tegalan

43 Jabon Ardina cordifolia Hook.f. Rubiaceae Budidaya, tegalan

44 Jae wono Zingiber sp Zingiberaceae Liar, tegalan, TNBTS

45 Jambu Jono Prunus sp Myrtaceae Liar, budidaya 46 Jambu wer Prunus persica

Sieb.&Zucc. Myrtaceae Liar, tegalan,

budidaya 47 Jarak Ricinus comunnis L. Euphorbiaceae Liar 48 Jaringan Paspalum commersonii

Lamk. Poaceae Liar, tegalan

49 Jati lando Quasoma ulmifolia Sterculaceae Budidaya, Perhutani

50 Jukut Pogonatherum paniceum Hack.

Poaceae Liar, tegalan

51 Kapuk randu Ceiba petandra Gaertn. Bombaceae Budidaya, jalan

Page 271: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

239

Lampiran 1 lanjutan

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Status, Lokasi 52 Kayu jati Tectona grandis L.f. Verbenaceae Budidaya,

tegalan, Perhutani

53 Kayu kebek Ficus grossulasioides Burm.f.

Moraceae Liar, Danyangan, makam, Sanggar Agung

54 Kayu Kidang Photinia notoniana W.et A. Rosaceae Liar, tegalan 55 Kayu pasang Quercus lincata Bl. Fagaceae Liar, tegalan 56 Kembang

kacuk bedes Sonchus sp Asteraceae Liar, tegalan

57 Kemiri Aleurites moluccana Willd. Euphorbiaceae Budidaya, tegalan

58 Kemlandingan gunung

Albizia lophanta (Wild) Beth

Fabaceae Liar, tegalan, TNBTS, Perhutani

59 Keningar Cinnamomum burmanii Bl. Lauraceae Budidaya, tegalan

60 Kerinyu Euphantorium palescens Asteraceae Liar, tegalan 61 Kesek Dodonaon viscose Jaeq. Sapindaceae Liar, tegalan 62 Ketanan Isachne albens Trin Poaceae Liar, tegalan 63 Ketirem Ipomoea sp Convolvulaceae Liar, tegalan,

TNBTS, Perhutani

64 Ketiu Sonchus javanensis Asteraceae Liar, TNBTS 65 Kipres/cemor

o londo Casuarina sp Casuarinaceae Budidaya,

rumah, jalan 66 Kladean Scurulla montana Loranthaceae Liar, parasit 67 Kopi Coffea arabica L. Rubiaceae Budidaya,

tegalan, Perhutani

68 Krokot Portulaca grandiflora Lindl.

Portulacaceae Liar, tegalan

69 Krokot Portulaca oleracea L. Portulacaceae Liar, tegalan 70 Kuningan Widelia montana (Bl.)

Boerl. Asteraceae Liar, tegalan

71 Lempuyang Zingiber aromaticum Val. Poaceae Liar, tegalan 72 Lobak Raphanus sativus L. Brassicaceae Meliar, tegalan 73 Lombok udel Solanum capicastrum L. Solanaceae Liar, tegalan 74 Lulangan Eleusin indica Gaertn Poaceae Liar, tegalan 75 Mahoni Swietenia mahagoni Jacq. Meliaceae Budidaya,

tegalan, jalan, Perhutani

76 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Budidaya, rumah tegalan

Page 272: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

240

Lampiran 1 lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah Suku Status, Lokasi

77 Maribang Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae Budidaya, rumah, gubuk

78 Mencogan Allium sativum L. Liliaceae Liar, tegalan 79 Menjari/

Ketiu Sonchus javanicus Jungh. Asteraceae Liar, tegalan

80 Mentigi Vaccinum varingiefolium (Bl.) Miq.

Vaccinaceae Liar,tegalan,Danyangan, Sanggar Pamujan

81 Menuran Eriglostis amabilis Poaceae Liar, tegalan 82 Merakan Chloris barbata Swarts. Poaceae Liar, tegalan 83 Mindi Melia azedarach L. Meliaceae Budidaya,

tegalan 84 Mlandingan/

toro Leucaena glauca Bth. Fabaceae Budidaya,

tegalan 85 Pakis

Tengger Cyathea tenggeriensis Cyatheaceae Liar, tegalan

86 Paku Adiantum tenerum Sw. polypodiacaea Tegalan, liar 87 Paku sarang Platycerium bifurcatum

C.Chr. Polypodiaceae Liar, tegalan,

TNBTS 88 Paku sayur Diplazium esculentum

Swartz. O. F. Cook. Polypodiaceae Liar, tegalan,

TNBTS, Perhutani

89 Paku tangkar Selliqua heterocarpa BL. Polypodiaceae Liar, tegalan 90 Paku tiang Cyathea contaminans

(Wall.ex Hook) Copel Cyatheaceae Liar, tegalan,

TNBTS, Perhutani

91 Palem raja Roystonea regia Arecaceae Budidaya, jalan 92 Pandan ri Pandanus tectorius Park. Pandanaceae Liar, tegalan 93 Pariapo Leersia hexandra Poaceae Liar, tegalan 94 Petungan Equisetum debile Roxb. Equisetaceae Liar, tegalan 95 Pokak Solanum torvum Sw. Solanaceae Liar, tegalan 96 Piji Pinanga coronata Blume Arecaceae Liar, tegalan,

TNBTS 97 Pinjalan Andropogon parviflorus Poaceae Liar, tegalan,

TNBTS 98 Pinus Pinus merkusii Jung.& De

Vr. Pinaceae Budidaya,

Perhutani 99 Pisang hutan Musa balbisiana. Musaceae Liar, tegalan 100 Poo lanang,

Poo wadon Melaleuca leucadendron L. Myrtaceae Budidaya,

jalan, tegalan, Perhutani

 

 

Page 273: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

241

Lampiran 1 lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah Suku Status, Lokasi 101 Pulutan Urena lobata L. Malvaceae Liar, tegalan 102 Putihan Buddlyeja indica Lour. Asteraceae Liar, tegalan 103 Ranti Solanum nigrum L. Solanaceae Liar, tegalan 104 Resep Tylophora villosa Asclepiadaceae Liar, tegalan 105 Ringin Ficus benyamina L. Moraceae Liar, Budidaya,

Danyangan, Sanggar Agung

106 Ringin (ilat-ilat)

Ficus callosa Wild. Moraceae Liar, tegalan, Danyangan, Sanggar Pamujan

107 Riwilkop Mimosa pudica L. Fabaceae Liar, tegalan 108 Sawian Nostorticum sp Brassicaceae Liar, tegalan 109 Semanggi Oxalis corniculata L. Oxalidaceae Liar, tegalan 110 Semanggi

gunung Marsilea crenata Presl. Marseliaceae Liar, tegalan

111 Senduro Anaphalis javanica Asteraceae Liar, tegalan, TNBTS

112 Sengketan Achyranthes aspera L. Asteraceae Liar, tegalan 113 Sengon Albizzia falcata Back. Fabaceae Budidaya,

tegalan 114 Sirih hutan Piper aduncum L. Piperaceae Liar, tegalan 115 Srigotong Arundinella setosa Poaceae Liar, tegalan 116 Sripandak Plantago mayor L. Campanulaceae Liar, tegalan 117 Suren Toona sinensis M.Roem. Meliacae Budidaya,

tegalan 118 Suruhan Peperomia pellucida (L.)

Kunth. Piperaceae Liar, tegalan.

119 Susuh angin Usnea dasypoga (Acharius) Nilander

Usneaceae Liar, tegalan di pohon Poo, Pinus, danglu

120 Tanalayu/edelweis

Anaphalis longifolia Asteraceae Liar, budidaya tegalan

121 Tehan Eupatorium riparium Asteraceae Liar, tegalan 122 Teki Cyperus rotundus L. Cyperaceae Liar, tegalan 123 Teki Cyperus brevifolius L. Cyperaceae Liar, tegalan 124 Telanan Ipomoea sp Convolvulaceae Liar, tegalan 125 Telekan Lantana camara L. Asteraceae Liar, tegalan 126 Tepung otot Stellaria saxatilis Ham. Caryophyllaceae Liar, tegalan 127 Tereside Glericidae sepium Steud. Fabaceae Budidaya,

tegalan 128 Tewel/

nongko Artocarpus heterophylla Lamk.

Moraceae Budidaya, tegalan

129 Tibar Grangea maderaspatana Asterceae Liar, tegalan 130 Trabasan Artemisia vulgaris L. Asteraceae Liar, tegalan,

jalan, Danyang

Page 274: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

242

Tabel 1 lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah Suku Status, Lokasi 131 Trebah/Paita

n/nyamu Tithonia deversifolia Gray. Asteraceae Liar, tegalan

132 Trembesi Samaea saman Merr. Fabaceae Budidaya, jalan 133 Triwulan Euphantorium

rotundifolium Asteraceae Liar,tegalan

134 Turi Sesbania grandiflora Pers. Fabaceae Budidaya, tegalan

135 Waru Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae Budidaya, jalan 136 Wit kidang Aglaia heptandra K.et V. Meliaceae Liar, tegalan 137 Wit ri Mimosa invisa Mart. Fabaceae Liar, tegalan

Page 275: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

243

Lampiran 2 Indek Nilai Penting (INP) jenis pohon di tegalan masyarakat Tengger

Nama Ilmiah Jml Ind KM KR DM DR FM FR INP

Acacia decurrens Auct. non Wild.

36 1.64 2.40 2.52 0.05 0.73 12.90 15.36

Adina cardifolia Hook.f.

40 1.95 2.87 2.49 0.05 0.27 4.84 7.76

Albisia falcata sensu Backer

13 0.59 0.87 0.38 0.01 0.18 3.23 4.10

Carica papaya L. 2 0.09 0.13 0.01 0.00 0.18 3.23 3.36 Carica pubescens 2 0.09 0.13 0.01 0.00 0.09 1.61 1.75 Casuarina junghuhniana L.

1273 58.09 85.37 4,820.36

99.75 1.00 17.74 202.86

Chyathea tenggeriensis

3 0.14 0.20 0.04 0.00 0.09 1.61 1.81

Cinnamomum burmanii Bl.

20 0.91 1.34 0.01 0.00 0.27 4.84 6.18

Dendrocalamus asper (Schultes f.) Back. Ex Heyne

1 0.05 0.07 0.02 0.00 0.09 1.61 1.68

Erythrina variegata L.

9 0.41 0.60 0.20 0.00 0.55 9.68 10.28

Gigantochloa apus Kurz.

11 0.50 0.73 0.69 0.01 0.36 6.45 7.20

Melia azedarach L. 16 0.73 1.07 0.30 0.01 0.09 1.61 2.69 Musa paradisiaca l. 45 2.05 3.01 5.04 0.10 0.73 12.90 16.01 Prunus persica Sieb.& Zucc.

10 0.45 0.67 0.15 0.00 0.64 11.29 11.96

Switenia mahagoni Jacq.

3 0.14 0.20 0.03 0.00 0.09 1.61 1.81

Toona sinensis M.Roem

12 0.55 0.80 0.19 0.00 0.18 3.23 4.03

Vaccinum varingiaefolium (Bl.) Miq.

1 0.05 0.07 0.00 0.00 0.09 1.61 1.68

1497 68.41 100.53 4,832.4 100.00 5.64 100.00 300.53

Page 276: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

244

Lampiran 3 Indek Nilai Penting (INP) jenis perdu di lahan tegalan masyarakat Tengger

Nama Ilmiah KM KR DM DR FM FR INP Acacia decurens Willd

0.00 0.78 346.50 1.33 0.18 1.54 3.65

Achiranthes bidentata Bl.

0.00 0.26 201.14 0.77 0.09 0.77 1.80

Artemisia vulgaris 0.02 6.48 1,886.50 7.24 0.64 5.38 19.10 Brugmansia suaveolens Barcht.& Presl.

0.01 2.33 1,386.00 5.32 0.73 6.15 13.80

Buddleja asiatica Lour.

0.00 1.04 113.14 0.43 0.36 3.08 4.55

Calliandra haematocephala Hassk

0.00 0.52 28.29 0.11 0.09 0.77 1.40

Canna edulis Kerr. 0.03 9.59 7,241.14 27.78 0.45 3.85 41.21 Carica pubescens 0.00 0.52 201.14 0.77 0.18 1.54 2.83 Casuarina rumphiana Miq.

0.00 0.26 7.07 0.03 0.09 0.77 1.06

Citrus sinensis Osb. 0.00 0.26 3.14 0.01 0.09 0.77 1.04 Coffea arabica L. 0.02 5.44 1,886.50 7.24 0.45 3.85 16.52 Crotalaria striaca DC.

0.00 0.52 12.57 0.05 0.09 0.77 1.34

Curculigo capitulata O.K.

0.00 0.26 28.29 0.11 0.09 0.77 1.14

Eugenia aromatica O.K.

0.00 0.26 7.07 0.03 0.09 0.77 1.06

Eupatorium inulifolium

0.05 15.54 2,043.64 7.84 0.36 3.08 26.46

Eupatorium rotundifolium

0.02 4.40 1,757.87 6.74 0.82 6.92 18.07

Eupatotium sp 0.02 6.99 415.64 1.59 0.27 2.31 10.90 Euphorbia pulcherrima Wild.

0.00 0.26 12.57 0.05 0.09 0.77 1.08

Foeniculum vulgare 0.01 3.63 551.77 2.12 0.64 5.38 11.13 Fuchsia hybrida Merr.

0.00 0.78 19.64 0.08 0.18 1.54 2.39

Glericidae sepium (Jacq.) Walp.

0.00 0.78 201.14 0.77 0.18 1.54 3.09

Gynura procumbens (Lour.) Merr.

0.00 0.52 201.14 0.77 0.18 1.54 2.83

Hibiscus tiliaceus L. 0.01 2.33 254.57 0.98 0.45 3.85 7.15 Lantana camara L. 0.01 3.89 962.50 3.69 0.55 4.62 12.19  

Page 277: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

245

Lampiran 3 lanjutan

Nama Ilmiah KM KR DM DR FM FR INP Leucaena leucocephalla (Lam.) de Wit

0.00 1.30 314.29 1.21 0.36 3.08 5.58

Lycopersicum esculentum Mill.

0.01 1.55 63.64 0.24 0.18 1.54 3.34

Monihot utilisima Pohl.

0.01 2.59 201.14 0.77 0.09 0.77 4.13

Morus alba L. 0.00 0.26 7.07 0.03 0.09 0.77 1.06Nosturtium sp 0.00 0.26 3.14 0.01 0.09 0.77 1.04Physalis angulata L. 0.00 0.78 19.64 0.08 0.27 2.31 3.16Plumeria acuminata W.T. Aiton

0.00 0.26 28.29 0.11 0.09 0.77 1.14

Pyrus malus L. 0.00 0.78 38.50 0.15 0.18 1.54 2.46Ricinus comunis L. 0.01 3.37 1,964.29 7.54 0.82 6.92 17.83Rubus rosaefolius J.E. Smith.

0.01 2.59 452.57 1.74 0.64 5.38 9.71

Sacharum officinarum L.

0.00 0.52 50.29 0.19 0.18 1.54 2.25

Sacharum sp 0.00 0.52 201.14 0.77 0.09 0.77 2.06Sechium edule (Jacq.) Swartz

0.00 0.52 12.57 0.05 0.18 1.54 2.10

Solanum involucratum Bl.

0.00 0.26 3.14 0.01 0.09 0.77 1.04

Tithonia diversifolia Gray.

0.02 5.18 1,386.00 5.32 0.55 4.62 15.11

Vaccinum varingiafolium (Bl.) Miq.

0.00 0.26 28.29 0.11 0.09 0.77 1.14

Zea mays L. 0.04 11.40 1,521.14 5.84 0.45 3.85 21.08 0.35 100.00 26,064.14 100.00 11.82 100.00 300.00

Page 278: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

246

Lampiran 4 Nilai Indek Penting (INP) jenis herba di lahan tegalan masyarakat Tengger

Nama ilmiah KM KR DM DR FM FR INP Achiranthes bidentata Bl.

1.955 6.585 1359.049 30.107 0.909 5.917 42.609

Allium fistulosum L.

0.409 1.378 68.580 1.519 0.273 1.775 4.673

Amaranthus spinosus L.

0.159 0.536 3.497 0.077 0.273 1.775 2.389

Artemisia arvensis

0.477 1.608 8.635 0.191 0.364 2.367 4.166

Axonopus compressus P.B.

0.318 1.072 13.987 0.310 0.182 1.183 2.565

Brassica oleracea L.

0.159 0.536 1.784 0.040 0.182 1.183 1.759

Brassica rapa 0.045 0.153 0.642 0.014 0.091 0.592 0.759 Brassica sp 0.250 0.842 144.511 3.201 0.182 1.183 5.227 Calocasia esculenta (L.) Schott.

0.068 0.230 64.227 1.423 0.182 1.183 2.836

Canna edulis Ker.

0.159 0.536 28.545 0.632 0.182 1.183 2.352

Capsicum fructescens L.

0.045 0.153 4.567 0.101 0.091 0.592 0.846

Centela asiatica Urb.

0.682 2.297 28.545 0.632 0.273 1.775 4.705

Centrosoma pubesens Bth.

0.023 0.077 0.285 0.006 0.091 0.592 0.675

Chloris barbata auct. non Sw.

0.045 0.153 0.285 0.006 0.091 0.592 0.751

Comelina nodiflora L.

0.114 0.383 2.569 0.057 0.182 1.183 1.623

Cynodon dactylon Pers.

2.886 9.724 515.602 11.422 0.909 5.917 27.064

Cyperus monocephala L.

1.273 4.288 55.949 1.239 0.909 5.917 11.444

Cyperus rotundus L.

0.341 1.149 23.122 0.512 0.364 2.367 4.028

Eleusine indica Gaertn.

1.386 4.671 274.322 6.077 0.636 4.142 14.890

Emilia sonchifolia DC.

0.091 0.306 1.784 0.040 0.091 0.592 0.938

Equisetum debile Roxb.

1.114 3.752 114.182 2.529 0.364 2.367 8.648

Eragostis amabilis (L.) W.& A.

0.295 0.995 8.635 0.191 0.182 1.183 2.370

Page 279: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

247

Lampiran 4 Lanjutan Nama ilmiah KM KR DM DR FM FR INP Eupatorium inulifolim H.B.K.

1.727 5.819 329.985 7.310 0.909 5.917 19.047

Euphorbia hirta L.

0.045 0.153 0.642 0.014 0.091 0.592 0.759

Foeniculum vulgare Mill.

0.091 0.306 13.987 0.310 0.364 2.367 2.983

Grangea sp 0.045 0.153 0.285 0.006 0.091 0.592 0.751 Gynura procumbens

0.045 0.153 0.285 0.006 0.091 0.592 0.751

Imperata cylindrica (L.) Beauv.

1.955 6.585 380.297 8.425 0.636 4.142 19.152

Ipomoea batatas (L.) Lamk.

0.045 0.153 0.285 0.006 0.091 0.592 0.751

Ipomoea sp 0.045 0.153 0.642 0.014 0.091 0.592 0.759 Isachne rhabdiana (Steud.)

0.045 0.153 1.142 0.025 0.091 0.592 0.770

Leersia hexandra

0.568 1.914 13.987 0.310 0.545 3.550 5.774

Mimosa pudica L.

0.023 0.077 0.285 0.006 0.091 0.592 0.675

Mucuna pruriens DC.

0.409 1.378 12.060 0.267 0.182 1.183 2.829

Oxalis corniculata L.

0.023 0.077 0.071 0.002 0.091 0.592 0.670

Paspalum longifolium Roxb.

0.864 2.910 37.751 0.836 0.727 4.734 8.480

Paspalum srobiculatum

1.682 5.666 283.242 6.275 0.636 4.142 16.083

Pennisetum purpureum Schumach.

1.364 4.594 87.420 1.937 0.545 3.550 10.081

Physalis angulata L.

0.045 0.153 7.136 0.158 0.091 0.592 0.903

Plantago mayor L.s.l.

0.295 0.995 12.060 0.267 0.273 1.775 3.038

Portulaca oleracea

0.068 0.230 2.569 0.057 0.091 0.592 0.878

Sellequa heterocarpa Bl.

0.023 0.077 0.285 0.006 0.091 0.592 0.675

Sida rhombifolia L.

0.023 0.077 0.285 0.006 0.091 0.592 0.675

Page 280: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

248

Lampiran 4 Lanjutan Nama ilmiah KM KR DM DR FM FR INP Sinedrella nodiflora

0.795 2.680 5.780 0.128 0.182 1.183 3.991

Solanum tuberosum L.

0.091 0.306 1.142 0.025 0.091 0.592 0.923

Sonchus arvensis L.

0.023 0.077 0.642 0.014 0.091 0.592 0.683

Sonchus javanicus Jungh.

0.318 1.072 55.949 1.239 0.455 2.959 5.270

Spigula aevensis 3.386 11.409 339.762 7.527 0.545 3.550 22.486 Widelia montana (Bl) Boerl.

2.750 9.265 200.460 4.441 0.727 4.734 18.439

Widelia sp 0.523 1.761 1.784 0.040 0.182 1.183 2.984 Zea mays L. 0.045 0.153 0.285 0.006 0.091 0.592 0.751 29.682 100.000 4514.107 100.000 15.364 100.000 300.000

Page 281: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

249

Lampiran 5 Indek Nilai Penting (INP) jenis pohon di lahan Komplangan Perhutani Kabupaten Malang

Nama Ilmiah KM KR DM DR FM FR INP Ardina cardifolia Hook.f

10.00 9.52 2.26 1.65 0.25 7.69 18.87

Cinnamomum burmanii Bl.

0.50 0.48 0.01 0.01 0.25 7.69 8.17

Cyathea tenggeriensis

0.50 0.48 0.02 0.01 0.25 7.69 8.18

Erythrina variegata L.

2.00 1.90 0.77 0.56 0.50 15.38 17.85

Melaleuca leucadendron L.

17.50 16.67 76.93 56.28 0.25 7.69 80.64

Musa paradisiaca L. 27.50 26.19 20.69 15.14 0.75 23.08 64.40Pinus merkusii Jungh. De. Vr.

16.00 15.24 31.79 23.26 0.50 15.38 53.88

Swietenia mahagoni Jacq.

20.00 19.05 1.00 0.74 0.25 7.69 27.48

Toona sinensis M. Roem

11.00 10.48 3.21 2.35 0.25 7.69 20.52

105.00 100.00 136.68 100.00 3.25 100.00 300.00

Page 282: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

250

Lampiran 6 Indek Nilai Penting (INP) jenis pohon lahan di Sanggar Pamujan Desa Poncokusumo Kabupaten Malang

Nama Lokal

Nama Ilmiah jml KM KR DM DR FM FR INP

Aren Arenga pinnata (Wurm.) Merr.

7 0.016 31.818 87.529 9.170 1.000 9.091 50.079

Bendo Artocarpus elasticus Reinw.

2 0.004 9.091 20.347 2.132 1.000 9.091 20.314

Ilat-ilat Ficus callosa Wild.

1 0.002 4.545 109.028

11.423 1.000 9.091 25.059

Jati awang

Hymenodictyon exelsum Wall.

3 0.007 13.636 4.019 0.421 1.000 9.091 23.148

Kemuning Muraya paniculata Jack.

1 0.002 4.545 0.504 0.053 1.000 9.091 13.689

Pandan ri Pandanus tectorius Park.

1 0.002 4.545 0.393 0.041 1.000 9.091 13.677

Pepaya Carica papaya L.

1 0.002 4.545 0.698 0.073 1.000 9.091 13.709

Randu Ceiba petandra Gaertn.

1 0.002 4.545 0.698 0.073 1.000 9.091 13.709

Ringin Ficus benyamina L.

3 0.007 13.636 628.000

65.795 1.000 9.091 88.522

Ringin Ficus sp 1 0.002 4.545 100.480

10.527 1.000 9.091 24.163

Tapasan Tiliacae 1 0.002 4.545 2.791 0.292 1.000 9.091 13.929

0.049 100.000 954.487 100.000 11.000 100.000 300.000

Page 283: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

251

Lampiran 7 Indek Nilai Penting (INP) jenis perdu di Sanggar Pamujan Desa Poncokusumo Malang

Nama lokal

Nama Ilmiah jml KM KR DM DR FM FR INP

Cubung Brumansia suaviolen B.& Pr.

7 0.28 77.78 0.62 96.08 1.00 33.33 207.19

Palem Areca sp 1 0.04 11.11 0.01 1.96 1.00 33.33 46.41 Penitian Glericidae

sepium (Jacq.) Walp.

1 0.04 11.11 0.01 1.96 1.00 33.33 46.41

0.36 100.00 0.64 100.00 3.00 100.00 300.00

Page 284: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

252

Lampiran 8 Keanekaragaman jenis buah-buahan di masyarakat Tengger No. Nama lokal Nama Ilmiah Suku Distribusi Bagian

digunakan 1 Anggur Vitis vinifera L. Vitaceae Luar,lokal Buah

2 Apel Pirus malus Mill. Rosaceae Lokal Buah

3 Apokat Persea americana

Mill. Lauraceae Lokal Buah

4 Besaran Morus alba L. Moaceae Lokal Buah 5 Blimbing Averrhoa

carambola L. Oxalidaceae Lokal, luar Buah

6 Cimplukan Physalis minima L.

Solanaceae Lokal, liar Buah

7 Delima Punica granatum L.

Punicaceae Lokal Buah

8 Durian Durio zibethinus Murr.

Bombaceae Luar, lokal Buah

9 Empos Maclura sp Moraceae Lokal, hutan

Buah

10 Gigit mantung

Eugenia cymosa Lamk.

Myrtaceae Lokal, hutan

Buah

11 Grunggung/ calingan

Rubus rosifolius Smith.

Rosaceae Lokal Buah

12 Jambu air Eugenia jambos L. Myrtaceae Luar, lokal Buah

13 Jambu air Eugenia aquea Burm.f.

Myrtaceae Lokal, luar Buah

14 Jambu jono Prunus sp Myrtaceae Lokal Buah

15 Jambu klutuk Psidium guajava L.

Myrtaceae Lokal, luar

16 Jambu wer Prunus persica Zieb&Zucc

Myrtaceae Lokal Buah

17 Jeruk bali Citrus maxima Merr.

Rutaceae Lokal, luar Buah

18 Jeruk purut Citrus sp Rutaceae Lokal, luar Buah 19 Jeruk pecel Citrus aurantifolia

Swingle. Rutaceae Lokal Buah

20 Jeruk siyem Citrus sinensis Osb.

Rutaceae Lokal, luar Buah

21 Kersen Mutingia calabura L.

Tiliaceae Lokal Buah.

 

 

Page 285: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

253

Lampiran 8 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Distribusi Bagian digunakan

22 Kesemek Diospyros kaki L. Ebenaceae Luar Buah

23 Klengkeng Euphoria longana Lam.

Sapindaceae Lokal, luar Buah

24 Klopo Cocos nucifera L. Arecaceae Luar Buah

25 Lo gondang Ficus glomerata Roxb.

Moraceae Lokal, hutan

Buah hutan

26 Mangga Mangifera indica L.

Sapindaceae Luar/lokal Buah

27 Manggis Garcinia mangostana L.

Guttiferae luar Buah

28 Mentigi Vaccinum varingiafolium (Bl.) Miq.

Vaccinaceae Buah Buah hutan

29 Mentimun Cucumis sativus L.

Cucurbitaceae Luar Buah

30 Mlanding Leucaena leucocephala De Wit.

Fabaceae Lokal Buah

31 Nanas Ananas comusus (L.) Merr.

Bromeliaceae Luar Buah

32 Pepaya/kates Carica papaya L. Caricaceae Lokal, luar Buah

33 Pisang agung Musa paradisiaca L.

Musaceae Luar, lokal Buah

34 Pisang ambon

Musa paradisiaca L. cv. Ambon

Musaceae lokal Buah

35 Pisang candi Musa paradisiaca L. cv. Candi

Musaceae Luar,lokal Buah

36 Pisang cici Musa paradisiaca L.

Musaceae Lokal Buah

37 Pisang gajih Musa paradisiaca L. cv. Gajih

Musaceae Luar, lokal Buah

38 Pisang gendruwo

Musa paradisiaca L.

Musaceae Luar, lokal Buah

39 Pisang raja Musa paradisiaca L. cv. Rojo

Musaceae Lokal Buah

40 Pisang salek Musa paradisiaca L. cv. Salik

Musaceae Lokal Buah

41 Rukem Flacourtia rukam Zoll.& Mor.

Flacourtiaceae Lokal Buah hutan/liar

 

Page 286: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

254

Lampiran 8 Lanjutan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Distribusi Bagian digunakan

42 Salak Salacca edulis Reinw.

Aracaceae Luar Buah

43 Srikoyo Carica pubescent Caricaceae lokal Buah 44 Srikoyo Annona squamosa

L. Annonaceae lokal Buah

45 Sroberi Fragraria vesta L. Rosaceae Lokal Buah 46 Tebu ireng Sacharum

officinarum L. Poaceae Lokal Batang

47 Terong Londo

Cyphomandra betacea

Solanaceae Lokal Buah

48 Tewel Artocarpus heterophylla L.

Moraceae Lokal, luar Buah

49 Tomat Solanum tuberosum L.

Solanaceae Lokal Buah

Page 287: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

255

Lampiran 9 Keanekaragaman jenis tumbuhan bumbu, pewarna, rokok dan kecantikan No. Nama lokal Nama Ilmiah Suku Kegunaan, asal Organ 1 Asem Tamarindus

indica L. Fabaceae Bumbu, luar Buah

2 Bawang bombai

Allium cepa L. Liliaceae Bumbu, luar Batang semu

3 Bawang merah

Allium cepa L. Liliaceae Bumbu, luar Batang semu

4 Beras Oriza sativa L. Poaceae Pemutih wajah, luar

Biji

5 Cengkeh Eugenia aromatica O.K.

Myrtaceae Rokok, lokal Buah

6 Gambir Uncaria gambir Roxb.

Verbenaceae Nginang/kecantikan,warna, luar

Batang, akar

7 Ganjan Artemisia vulgaris L.

Asteraceae Rokok, lokal Daun

8 Jae Zingiber officinale l.

Zingiberaceae Minuman/bumbu, lokal, luar

Rhizoma

9 Jarak Ricinus comunis L.

Euphorbiaceae Bumbu, lokal Biji

10 Jeruk nipis Citrus aurantifolia L.

Rutaceae Bumbu, lokal Daun, buah

11 Kemiri Aleurites moluccana (L.) willd.

Euphorbiaceae Bumbu, lokal, luar

Biji

12 Kencur Kaempferia galanga L.

Zingiberaceae Bumbu, pembersih wajah, lokal, luar

Rhizoma

13 Ketirem Ipomoea sp Convolvulaceae Sayuran, lalapan, lokal

Daun

14 Ketumbar Coriandrum sativus L.

Apiaceae Bumbu, lokal Buah

15 Klandingan Albizia lophanta Fabaceae Lalapan, lokal Buah

16 Klembak Rheum officinale Baill.

Polygonaceae Rokok, luar Batang

17 Klopo Cocos nucifera L. Arecaceae Bumbu, minyak/pewarna, campuran pewangi, luar

Buah, biji, sepet dibakar

18 Kluek Pangium edule Reinw.

Flacourtiaceae Bumbu masak , (rawon), luar

Biji

19 Kunci Kaempferia angustifolia Rosc.

Zingiberaceae Bumbu, lokal, luar

Rhizoma

Page 288: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

256

Lampiran 9 Lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah Suku Kegunaan, asal Organ 20 Kunir/kunyit Curcuma

domestica Val. Zingiberaceae Penyedap,

pewarna lokal Rhizoma

21 Laos Alpinia galanga (L.) Willd.

Zingiberaceae Bumbu, lokal Rhizoma

22 Lombok kriting

Capsicum annuum L.

Solanaceae Bumbu/sambal, lokal

Buah

23 Lombok rawit Capsicum frutescen L.

Solanaceae Bumbu/sambal, lokal

Buah

24 Lombok terong

Capsicum sp. Solanaceae Bumbu/sambal, lokal

Buah

25 Mbako Nicotiana tabacum L.

Solanaceae Rokok, lokal Daun

26 Melati Jasmicum sambac Ait.

Oleaceae Pewangi, lokal Bunga

27 Mencogan/ bawang putih

Allium sativum L. Liliaceae Bumbu, lokal Batang semu, daun

28 Mrico Piper nigrum L. Piperaceae Bumbu, luar Biji 29 Pacar Lawsonia inermis

L. Lythraceae Cat kuku, lokal Buah,

bunga 30 Pandan suji Pleumele

angustifolia N.E.Brown.

Liliaceae Pewarna, lokal Daun

31 Pandan wangi Pandanus amaryllifolius L.

Pandanaceae Penyedap, pewangi, lokal

Daun

32 Pokak Solanum torvum Sw.

Solanaceae Lalapan, sayur lokal

Buah

33 Ranti Solanum nigrum L.

Solanaceae Lalapan, lokal Buah, daun

34 Salam Eugenia polyantha Wight.

Myrtaceae Bumbu penyedap lokal, luar

Daun

35 Sereh Andropogon nardus L.

Poaceae Bumbu, lokal Batang, daun

36 Sledri Apium graveolens Apiaceae Penyedap, sayur, lokal

Batang, daun

37 Sirih Piper betle L. Piperaceae Nginang, lokal, luar

Daun

38 Temulawak Curcuma xanthorhiza Roxb.

Zingiberaceae Minuman, luar, lokal

Rhizoma

39 Tropong/bawang prei

Allium fistulosum L.

Liliaceae Bumbu, sayur, lokal

Batang semu, daun

40 Waru Hibiscus tiliaceus L.

Malvaceae Warna bibir, lokal

Bunga

Page 289: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

257

Lampiran 10 Keanekaragaman jenis tumbuhan bahan bangunan,teknologi lokal, tali-temali, seni, pembungkus dan kayu bakar No Nama

lokal Nama ilmiah Suku Kegunaan, asal Bagian

digunakan 1 Akasia Acacia decurens

Willd. Fabaceae Bangunan, kayu

bakar, (lokal) Batang

2 Alang-alang

Imperata cylindrica Beauv.

Poaceae Bangunan atap, petra, (lokal)

Batang, daun

3 Anggrung Trema orientatalis Bl.

Ulmaceae Bangunan, kayu bakar, (lokal)

Batang

4 Aren Arenga pinnata (Wurb.)Merr.

Arecaceae Menulis, (lokal) Daun

5 Bambu jajang

Gigantochloa apus Kurz.

Poaceae Tali, kayu bakar, kranjang, pikulan, welat, petra, benjor, sigiran, ongkek, gedek, getek, lanjaran, layang-layang, tutus, lokal

Batang

6 Bambu betung

Dendrocalamus asper (Shultes f.) Back. Ex Heyne

Poaceae Bangunan rumah, gubuk, pikulan, kayu bakar, sigiran, petra, ongkek, gedek, getek, lanjaran, (lokal)

Batang

7 Bambu ori

Bambusa vulgaris Schrad.

Poaceae Bangunan, welat(alat potong puser), kranjang, pikulan, (lokal)

Batang

8 Bambu loring

Bambusa bambos Backer.

Poaceae Benjor, (lokal) Batang

9 Batang pisang

Musa paradiaca L.

Musaceae Tali, (lokal) Batang

10 Damar Agathis alba Foxw

Araucariaceae

Bangunan/papan/perkakas/kayu bakar, (lokal)

Batang,

11 Ganjan Artemisia vulgaris L.

Asteraceae Pupuk (lokal) Batang, daun

12 Jabon Adina cardifolia Hook.f.

Rubiaceae Kayu bangunan, cagak, kayu bakar (lokal)

Batang

13 Jabungan/telasih

Eupatorium sp Asteraceae Kayu bakar (lokal) Batang

14 Jambu air Eugenia jambos Myrtaceae Kayu bakar (lokal) Batang  

 

Page 290: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

258

Lampiran 10 Lanjutan

No Nama lokal

Nama ilmiah Suku Kegunaan, asal

Bagian digunakan

15 Jambu wer

Prunus persica Sieb. & Zucc.

Rosaceae Kayu bakar/bangunan, teknologi lokal, pegangan pacul, arit (lokal)

Batang

16 Kaliandra Calliandra haematocephala Hassk.

Fabaceae Bangunan, kayu bakar (lokal)

Batang

17 Kayu kamper

Cinnamomum camphora Ness & Eberm.

Dipterocarpa ceae

Bangunan rumah,pintu (luar)

Batang,

18 Kayu pinus

Pinus merkusii L. Pinaceae Bangunan, getah, kayu bakar, (lokal)

Batang

19 Kayu cemara

Casuarina junghuhniana L.

Casuarinaceae Bangunan, cagak,kayu bakar, kerajinan, lumpang, alu, tangkai pacul (kayu utama Tengger),( lokal)

Batang

20 Kayu dadap

Erythrina variegata L.

Fabaceae Bangunan, papan, kayu bakar, seni (lokal)

Batang

21 Kayu danglu

Engelhardia spicata L.

Juglandaceae Lumpang, kayu bakar (lokal)

Batang

22 Kayu jati Tectona grandis L.

Lauraceae Bahan bangunan, cagak, pintu (lokal, luar)

Batang

23 Kayu Kebek

Ficus grossulasioides Burm.f.

Moraceae Ritual, kayu bakar (lokal)

Batang

24 Kayu kembang

Michelia velutina Bl.

Magnolia-ceae Bangunan, cagak rumah,kayu bakar (lokal)

Batang

25 Kayu kidang

Aglaia heptandra K.et V.

Meliaceae Kayu bakar, tangkai arit, limbat (lokal)

Batang

Page 291: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

259

Lampiran 10 lanjutan

No Nama lokal

Nama ilmiah Suku Kegunaan, asal Bagian digunakan

26 Kayu kipres/cemara londo

Casuarina rumphiana Miq.

Pinaceae Kerajinan, pikulan, gagang arit, pisau (lokal)

Batang

27 Kayu meranti

Shorea acuminata Dyer.

Dipterocarpaceae

Bangunan rumah.pintu (luar)

Batang

28 Kayu pakis Tengger

Cyathea tenggeriensis

Cyatheaceae Bangunan cagak gubuk, tempat anggrek (lokal)

Batang, akar

29 Kayu pasang

Quercus crassinervis Bl.

Fagaceae Bahan bangunan, teknologi lokal dingklik (lokal),

Akar, batang

30 Kayu poh Alstronia macrophylla L.

Apocynaceae Bahan bangunan, lumpang, (lokal)

Batang

31 Kayu mahoni

Swietenia mahagoni Jacq.

Meliaceae Bangunan, kayu bakar (lokal)

Batang

32 Kayu sengon

Albisia falcata Fabaceae Bangunan, kayu bakar (lokal)

Batang

33 Kayu tewel

Artocarpus heterophylla L.

Moracaeae Bangunan, kayu bakar, lumpang (lokal)

Batang

34 Kayu waru

Hibiscus tiliaceus L.

Malvaceae Tali, kayu. Bangunan, bakar (lokal)

Kulit batang

35 Kemladingan

Leucaena leucocephalla (Lam.) de Wit.

Fabaceae Kayu bakar bangunan, tangkai pecok (lokal)

Batang

36 Klandingan

Albitzia montana Benth.

Fabaceae Kayu bakar, lalapan (lokal)

Batang, daun, buah

37 Klopo Cocos nucifera L. Arecaceae Pembungkus, umbul-umbul (luar)

Daun

38 Mindi Melia azedarach L.

Meliaceae Kayu bangunan. Kayu bakar (lokal)

Batang

39 Nyampuh

Litsea volutina Boerl.

Lauraceae Bangunan, kayu bakar. (lokal), topeng Gubuklakah

Batang

40 Ocek-ocek

Crotalaria striaca D.C.

Fabaceae Pupuk (lokal) Batang, daun

41 Pakis/wit pakis

Cyathea contaminans (Wall.exHook.)Copel.

Cyatheaceae Bangunan gubuk, tempat media anggrek (lokal)

Batang, akar

Page 292: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

260

Lampiran 10 Lanjutan

No Nama lokal

Nama ilmiah Suku Kegunaan, asal Bagian digunakan

42 Pampung Unanthe javanica Moraceae Bangunan, kayu bakar, topeng, petra (lokal)

Batang, daun

43 Poo Melaleuca leucadendron L.

Myrtaceae Bangunan, kayu bakar (lokal)

Batang,

44 Prenjalin/rotan

Calamus javensis Bl.

Arecaceae Tali, tari Ujung-ujungan (lokal)

Batang

45 Salam Eugenia polyantha Wight.

Myrtaceae Bangunan, kayu bakar (lokal, luar)

Batang

46 Sengon laut

Albizia falcataria (L,) Wielsen.

Fabaceae Bangunan, kayu bakar (lokal)

Batang

47 Srengege/ jabongan/paitan, nyamu

Thitonia diversifolia Gray.

Asteraceae Kayu bakar, hiasan,tali (lokal)

Batang, kulit batang, bunga

48 Suren Toona sinensis M.Roem.

Meliaceae Bangunan, kayu bakar (lokal)

Batang

49 Tanalayu, gubahan, edelweis

Anaphalis longifolia

Asteraceae Hiasan, petra Bunga

50 Tehan Eupatorium riparium Reg.

Asteraceae Pupuk (lokal) Batang, daun

51 Telekan Lantana camara L.

Asteraceae Kayu bakar, pupuk (lokal)

Batang, daun

52 Tlotok Curculigo capitulata (Cour.) Kunze

Amaryllidaceae

Pembungkus, ritual petra (lokal)

Daun

53 Trabasan Artemisia vulgaris L.

Asteraceae Kayu bakar, pupuk Batang, daun

Page 293: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

261

Lampiran 11 Index of Cultural Significance (ICS) dan keanekaragaman jenis Tumbuhan dan jamur dimanfaatkan dan liar masyarakat Tengger No Nama lokal Nama Ilmiah ICS 1. Adas Foeniculum vulgare Mill. 18 2 Agave Agave angustifolia Haw. 6 3 Akasia Acasia auriculiformis

A.Cunn.ex Benth. 14

4 Alamanda Allamanda cathartica L. 12 5 Alang-alang Imperata cylindrica (L.) Beauw. 32 6 Andewi Cichorium endivia L. 16 7 Andong Cordaline fructicosa (L. ) A.

Chev. 24

8 Anggrek Dendrobium sp 6 9 Anggrek tanah Spatoglotis plicata Bl. 6 10 Anggrung Trema orientalis Bl. 20 11 Anggur Vitis vinifera L. 12 12 Anting-anting Fuchsia hybrid Hort. 18 13 Apel Pyrus malus L. 32 14 Apokat Persea americana Miller 19 15 Aren Arenga pinnata(Wurm.) Merr.) 16 16 Asam Tamarindus indica L. 20 17 Aseman/surengan Achyranthes bidentata Bl. 14 18 Astruli Pennisetum purpureum

Schumach. 68

19 Awar-awar Ficus septica Burm.f. 2 20 Bakung Crinum asiaticum L. 4 21 Bambu betung Dendrocalamus asper

(Schult.)Backer 64

22 Bambu jajang Gigantochlea apus Kurs. 68 23 Bambu loring Bambusa multiplex Auct. Non

Raeusch. 18

24 Bambu ori Bambusa vulgaris Schrad. 18 25 Bandotan Ageratum conyzoides L. 6 26 Banyon Sonchus sp 15 27 Bawang bombai Allium cepa L. 14 28 Bawang merah Allium cepa L. 18 29 Bawang prei Allium fistulosum L. 85 30 Bawang

putih/mencoga Allium sativum L. 21

31 Bayam sayur Amaranthus hybridus L. 15 32 Bayam duri Amaranthus spinosus L. 3 33 Begonia Begonia longifolia Kuiz.ex Puv. 6  

Page 294: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

262

Lampiran 11 Lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah ICS 34 Benguk Mucuna pruriens DC. 16 35 Bentul Xanthosoma violacium Schott. 25 36 Berakan Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. 6 37 Beringin Ficus benyamina L. 26 38 Besaran Morus alba L. 18 39 Binahong Basella rubra L. 8 40 Blimbing Averhoa carambola L. 16 41 Brokoli Brassica oleracea L. 20 42 Bugenvil Bougainvilea spectabilis Wild. 22 43 Buncis Phaseolus vulgaris L. 22 44 Cakar kucing Polyscias fructicosa Harms. 10 45 Calingan Centella asiatica Urb. 9 46 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 86.5 47 Cemoro norfolk Araucaria heterophylla (Salisb.)

Franco. 21

48 Cemplukan Nicandra physalodes 10 49 Cengkeh Eugenia aromatica O.K. 16 50 Cimplukan Physalis angulata L. 21 51 Cocor bebek Kalanchoe pinnata Pers. 6 52 Cubung Brugmansia suaveolens

Barcht.& Presl. 20

53 Cubung biru Datura metel L. 3 54 Dadap Erythrina variegata L. 24 55 Digitalis abang Digitalis purpurea L. 9 56 Damar Agathis alba Foxw. 36 57 Damarwojo Spergula arvensis L. 9 58 Danglu Engelhardia spicata L. 30 59 Delima Punica granatum L. 6 60 Dibal Isachne rhabdiana (Steud.)

Ohwi 9

61 Dringu Acorus calamus L. 24 62 Duren Durio zibethinus Murray 12 63 Ecek-ecek Crotalaria striaca DC. 8 64 Empikan Centrosoma pubesens Bth. 8 65 Empos Maclura sp 8 66 Empritan Eragrostis amabilis (L.) W.& A. 9 67 Endogan Polygalaceae 6 68 Entongan Nopalea cochenillifera Salm-

Dyck. 6

69 Ercis/tomeo/kapri Pisum sativum L. 18  

Page 295: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

263

Lampiran 11 Lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah ICS 70 Euphorbia Euphorbia splendens Bojer ex

Hook. 6

71 Flamboyan Delonix regia Raf. 6 72 Gambir Uncaria gambir Roxb. 21 73 Gandum Triticum sativum L. 14 74 Gandum/jagung Zea mays L. 47 75 Ganjan Eupatorium sp 12 76 Ganyong Canna edulis Kerr. 18 77 Gembokan Asteraceae 6 78 Genggeng Microstegium rufisticum (Steud.)

A. Camus18

79 Gewor Comelina nodiflora L. 4 80 Gigit mantung Eugenia sp 8 81 Gladiol Gladiolus gandavensis v.Houtte 10 82 Glagah Saccharum spontaneum L. 9 83 Grinting Cynodon dactylon Pers. 9 84 Gronggong Erianthus arundinaceus (Retz.)

Jeswiet. 15

85 Grunggung Rubus rosaefolius J.E. Smith. 25 86 Gude Cajanus cajan (L.) Mill. 17 87 Ijoan Paspalum sp 6 88 Intil-intil

wedus/calincin Oxalis corniculata L. 9

89 Jabon Adina cardifolia Roxb. 24 90 Jae Zingiber officinale Roxb. 17 91 Jae wono Zingiber officinale Rosc. 17 92 Jambe Areca catechu L. 32 93 Jambu air Eugenia aquea Burm.f. 12 94 Jambu jono Prunus pesica Zieb&Zucc. 33 95 Jambu klutuk Psidium guajava L. 12 96 Jambu wer Prunus persica Zieb&Zucc. 33 97 Jamur grigit Schizophyllum aineum 12 98 Jamur impes Calvatia borista (L.) Van.

Overeem. 3

99 Jamur kayu Ganoderma cochlear (Bl. et Nees)Murrill.

3

100 Jamur krucu Polyporaceae 9 101 Jamur

kuping/bibir Auricularia polystricha (Montagne)Saccardo

12

102 Jamur pasang Pleuratus sp 12 103 Jamur siung Polyporaceae 8  

Page 296: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

264

Lampiran 11 Lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah ICS 104 Jamur wulan Polyporaceae 8 105 Jarak gunung Ricinus comunis L. 45 106 Jarak pager Jathropa curcas L. 10 107 Jaringan/jlabrang Paspalum srobiculatum 6 108 Jati Tectona grandis L.f. 14 109 Jati belanda Quasoma ulmifolia 3 110 Jelantir/jonggol Emilia sonchifolia (L.) DC. 5 111 Jeruk bali Citrus maxima Merr. 12 112 Jeruk manis Citrus aurantium Swing. 20 113 Jeruk pecel Citrus hystrix DC. 20 114 Jukut Paspalum longifolium Roxb. 9 115 Kacuk bedes Oxalis corniculata 9 116 Kaktus tiyang Cereus peruvianus (L.) Mill. 6 117 Kaliandra Calliandra haematocephala

Hassk. 25

118 Kalomento Leersia hexandra Swartz. 4 119 Kapuk randu Ceiba petandra (L) Gaerth. 6 120 Kawatan Axonopus compressus (Sw.)

Beauv. 10

121 Kayu ampet Astronia macrophylla L. 9 122 Kayu kamper Cinnamomum camphora T.

Fries 12

123 Kayu kebek Ficus grassulasioides Burm.f. 10 124 Kayu kembang Michelia velutina L. 22 125 Kayu pasang Quercus lincata Bl. 9 126 Kayu pule Alstonia shcolaris R.Br. 14 127 Keladi hias Caladium bicolor (Ait.) Vent. 4 128 Kelor Moringa oleracea Lamk. 4 129 Kemangi Oscimum basilicum L. 9 130 Kembang hias Dieffenbachia sequine (Jacq.)

Schott. 12

131 Kembang merak Caesalpinia pulcherima (L.) Swartz.

6

132 Kembang srengene/trebah/paitan/nyamu

Tithonia diversifolia Gray. 26

133 Kemenyan Styrax benzoin Dryand. 20 134 Kemiri Aleurites moluccana Willd. 9 135 Kemuning Muraya paniculata (L.) Jack. 12 136 Kencur Kaempferia galangal L. 17  

Page 297: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

265

Lampiran 11 Lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah ICS 137 Kenikir Tagetes erecta L. 8 138 Keningar Cinnamomum burmanii Bl. 24 139 Kenongo Cananga odorata Hook.f.& Th. 25 140 Kentang Solanum tuberosum L. 72 141 Kersen Muntingia calabura L. 16 142 Kerut Maranta arundinacea L. 12 143 Kerinyu Eupatorium inulifolium H.B.K. 144 Kesek Dodonaon viscose Jaeq. 6 145 Kesemek Diospyros kaki L. 8 146 Ketanan Paspalum sp 6 147 Ketirem Ipomoea sp 24 148 Ketiu/menjari Sonchus javanicus L. 12 149 Ketumbar Coriandrum sativum L. 16 150 Kidangan/kayu

kidang Photinia notoniana W. et A. 16

151 Kipres Casuarina rumphiana Miq. 24 152 Klandingan Albizia lophanta (Wild.) Bth. 32 153 Klembak Rheum officinale Baill. 6 154 Klopo Cocos nucifera L. 78 155 Kobis Brassica oleracea L. 61 156 Koleus Coleus acutellaroides L. Benth. 6 157 Kolonjono Hierochloe horsfieldii 6 158 Kopi Coffea arabica L. 60 159 Krangean Abrus rosaefolius L. 9 160 krokot Portulaca oleracea L. 6 161 Kucei Zephyranthes grandiflora 12 162 Kunci Scheffera aromatic L. 12 163 Kuningan/trebah Widelia montana (Bl.) Boerl. 9 164 Kunyit/kunir Curcuma domestica Val. 21 165 Kuping gajah Athurium clarinervum 6 166 Kupu-kupu Sesbania grandiflora (L.) Pers. 6 167 Lamtoro Leucaena leucocephala (Lam.)

de Wit. 31

168 Laos Alpinia galanga (L.) Wild. 18 169 Lempuyang Zingiber serumbet (L.) Sm. 9 170 Lengkeng Lechi sinensis Sonn. 16 171 Lerak Sapindus rarak L. 9 172 Lidah buaya Aloe vera Mill. 18 173 Lidah mertua Sansevieria trivfasciata Prain. 12 174 Lili Crinum asiaticum L. 12  

Page 298: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

266

Lampiran 11 Lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah ICS 175 Litus Brassicaceae 12 176 Lo gondang Ficus glomerata Roxb. 9 177 Lobak daikong Raphanus sativus L. 21 178 Lobak liar Raphanus sativus L. 18 179 Locari Michelia champaca L. 12 180 Lombok besar Capsicum anuum L. 21 181 Lombok kriting Capsicum anuum L. 21 182 Lombok rawit Capsicum frutescens L. 18 183 Lombok terong Capsicum sp 25 184 Lombok udel Solanum capiscastrum L. 12 185 Lulangan Eleusine indica Gaertn. 9 186 Magdalea/ria n Rosa sp 6 187 Mahoni Swietenia mahagoni Jacq. 42 188 Mangga Mangifera indica L. 12 189 Manggis Garcinia mangostana L. 11 190 Mangkoan Nathopanax scutellarium

(Burm.f.) Merr. 9

191 Maribang Hibiscus rosa-sinensis L. 6 192 Mawar Rosa hybrida Hort. 16 193 Melati Jasmicum sambac (L.) W. Ait 16 194 Mendong Fimbristylis globulosa (Retz.)

Kunth. 12

195 Mentigi Vaccinum varingiaefolium (Bl.) Miq.

20

196 Menuran Eriogrostis amabilis 6 197 Merakan Themeda gigantea (Cav.) Hack. 9 198 Meranti Shorea acuminata Dyer. 16 199 Mindi Melia acedarach L. 16 200 Mladean Scurulla montana 6 201 Mrico Piper nigrum L. 16 202 Nanas Ananas comusus Merr. 17 203 Nyampuh Litzea volutina Boerl. 26 204 Pacar Lawsonia inermis L. 12 205 Paku jangan Diplazium esculentum Swartz. 8 206 Paku menjangan Platicerium bifurcatum C.Chr. 6 207 Paku pohon Cyathea contaminans (wall.ex

Hook.) Copel. 24

208 Paku sarang Drynaria quercifolia J.Sm. 6 209 Paku sepat Neprolepis biserrata Schott. 6 210 Paku tangkur Sellequa heterocarpa Bl. 2

Page 299: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

267

Lampiran 11 Lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah ICS 211 Paku tengger Cyathea tenggeriensis 24 212 Palem cina/jari Raphis exelta Henry ex Render 6 213 Palem kuning Chrysalidocarpus lutescens 6 214 Palem raja Roystonea regia O.F.Cook. 6 215 Pampung Unanthe javanica 24 216 Pandan mendong Fimbristylis globulosa (Retz.)

Kuntz. 20

217 Pandan rambat Freycinetia insignis 6 218 Pandan ri Pandanus tectorius Soland. Ex.

Park. 8

219 Pandan suji Pleumele angustifolia (Roxb.) N.E.Brown

15

220 Pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. 40 221 Pari Oryza sativa L. 90 222 Pari apo Leersia hexandra 6 223 Patah tulang Euphorbia tirucalli L. 6 224 Pelawo Tristania obovata Benn. 20 225 Penitian Glericidae sepium (Jacq.) Walp. 8 226 Pepaya Carica papaya L. 33 227 Permenan Mentha piperita L. 3 228 Pepagan Centela asiatica Urb. 9 229 Petungan/greges

otot Equisetum debile Roxb. 13

230 Piji Pinanga coronata Blume 20 231 Pinjalan Capillipedium parviflorus

(R.Br.) Stapf. 9

232 Pinus Pinus merkusii Jung& De.Vr. 32 233 Pisang agung Musa paradisiaca L. 28 234 Pisang ambon Musa paradisiaca L.cv. Ambon 63 235 Pisang candi Musa paradisiaca L. cv. Candi 28 236 Pisang cici Musa paradisiaca L. 36 237 Pisang gajih Musa paradisiaca L. cv. Gajih 30 238 Pisang hutan Musa acuminata 43 239 Pisang nongko Musa paradisiaca L. cv.

Nongko 30

240 Pisang raja Musa paradisiaca L. cv. Rojo 64 241 Pisang rajomolo Musa paradisiaca L. 24 242 Pisang salaloso Musa paradisiaca L. 34 243 Pisang salek Musa paradisiaca L. cv.Salik 73 244 Pisang-pisangan Heliconia rostrata 6  

Page 300: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

268

Lampiran 11 Lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah ICS 245 Pohong Monihot esculenta Crantz. 40 246 Pokak Solanum torvum Sw. 6 247 Poo lanang Melaleuca leucadendron L. 24 248 Poroan Polygonum chinense L. 6 249 Poo wadon Melaleuca leucadendron L. 24 250 Prenjalin Calamus javensis Bl. 30 251 Pronojiwo Euchresta horsfieldii (Lesch.)

Benn. 6

252 Pukul empat Mirabilis jalapa L. 6 253 Pulosari Alyxia reinwardtii L. 9 254 Pulutan Triumfetta bartrania Lour. 9 255 Puring Codiaeum variegatum (L.) Bl. 10 256 Purwoceng Pimpinella pruacan Molkenb. 9 257 Pusek Gynura procumbens (Lour.)

Merr. 6

258 Putihan Buddleja asiatica Lour. 32 259 Ranti Solanum nigrum L. 21 260 Resep Tylophora villosa 9 261 Ri Mimosa invisa Mart. 6 262 Riwilkop Mimosa pudica L. 6 263 Rukem Flacourtiaceae rukam Zoll.&

Mor. 9

264 Salak Salacca edulis Reinw. 16 265 Salam Eugenia polyantha Wight. 17 266 Samboja Plumeria acuminata Ait. 12 267 Sawi ireng Brassica rapa L. 44 268 Sawi putih Brassica juncea Cosson 44 269 Sawian Nostorticum sp 17 270 Sempretan Eupatorium sp. 24 271 Sempur Dillenia ovata Wall. 26 272 Sendei Brassicaceae 10 273 Senduro Sindora javanica (K.& V.)

Beck. 25

274 Senggani Melastoma polyanthum Bl. 5 275 Sengketan Achyranthes bidentata Bl. 6 276 Sengon/johar Albizzia procera (Roxb.) Benth. 12 277 Sengon laut Albizia falcata Back. 20 278 Senikir Tagetes erecta L. 38 279 Sereh Adropogon citrates DC. 12 280 Sesuruhan Piperomia pellucid (L.) Kunth. 12

Page 301: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

269

Lampiran 11 Lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah ICS 281 Sintok Cinnamomum sintoc Bl. 9 282 Sirih Piper betle L. 29 283 Siyem Sechium edule (Jacq.)Swart. 21 284 Sledri Apium graviolens L. 22 285 Soka Ixora paludosa Kurz. 16 286 Spinak Spinacia oleracea L. 10 287 Srigotong Arundinella setosa Trin. 9 288 Srikoyo Carica pubescens 26 289 Srikoyo Annona squamosa L. 16 290 Srunen Widelia biflora D.C. 6 291 Stroberi Fragraria vesta L. 24 292 Sundel Polianthes tuberosa L. 20 293 Suplir Adiantum tenerum Sw. 6 294 Suren Toona sureni M.Roem. 22 295 Suripandak Plantago mayor L.S.L. 9 296 Sidoguri Sida rhombifolia L. 6 297 Susuh angin Usnea dasypoga (Acharius)

Nylander 12

298 Tales/mbote Calocasia esculenta (L.) Schott. 40 299 Tali putri Cassytha filiformis L. 4 300 Tanalayu Anaphalis longifolia 29 301 Tapak doro Catharanthus roseus (L.) G.

Don. 13

302 Tasbih Canna hybrida Hort. 10 303 Tebu Sacharum officinarum L. 12 304 Tebu ireng Sacharum officinarum L. 30 305 Tehan/tegelan Eupatorium riparium Reg. 6 306 Teki Cyperus brevivolius L. 6 307 Teki Cyperus rotundus L. 6 308 Teki Cyperus monocephalus L. 6 309 Teki hias Cyperus papyrus L. 4 310 Telanan Convolvulaceae 2 311 Telekan/waung Lantana camara L. 22 312 Telo rambat Ipomoea batatas (L.) Lamk. 26 313 Tembakau/mbako Nicotiana tabacum L. 37 314 Temu Curcuma xanthorhiza Roxb. 12 315 Temu ireng Curcuma aeroginosa Roxb. 6 316 Temu lawak Curcuma xanthorhiza Roxb. 21 317 Tespong Opuntea sp. 6  

Page 302: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO … · pewarna, bumbu, buah, kayu bakar, pakan ternak, konservasi, bangunan, tali-temali, pembungkus, teknologi lokal dan lain-lainnya. Pengetahuan

270

Lampiran 11 Lanjutan

No Nama lokal Nama Ilmiah ICS 318 Tepung

otot/greges otot Stellaria saxatilis Ham. 6

319 Tereside Glirecidae sepium (Jacq.) Walp. 4 320 Terong londo Cyphomandra betacea Sendtn. 26 321 Tewel Artocarpus heterophylla Lamk. 39 322 Teh Thea sinensis L. 24 323 Telasih Eupatorium inulifolium H.B.K. 24 324 Timun Cucumis sativus L. 18 325 Tiris Iris tectorium 5 326 Tlotok Curculigo capitulata O.K. 29 327 Tomat Lycopersicum esculentum Mill. 20 328 Trabasan/saung Atemisia vulgaris L. 12 329 Trembesi Samaea saman Merr. 2 330 Triwulan/telasih Eupatorium rotundifolium 18 331 Turi Sesbania grandiflora Pers. 2 332 Ucet Vigna sinensis (L.) Hassk. 16 333 Ulan-ulan Tinospora coriacea (Bl.)

Beumee. 6

335 Waron Abelmonchus moschatus Medik.. 6 336 Waru Hibiscus tiliaceus L. 20 337 Wlingi/teki rawa Cyperus kyllingia Endl. 2 338 Wortel Daucus carota L. 56 339 Yodium/racun Jatropha multifida L. 12 Jml 326 jenis