BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tanaman Tembakau...

31
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tanaman Tembakau Menurut Dinas Perkebunan (2002:1) menyatakan pengertian tembakau sebagai berikut. “Tanaman Tembakau dikenal dengan nama latinnya yaitu Nicotiana Tabacum. merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting bagi perekonomian nasional yaitu menyumbang pendapatan Negara melalui cukai rokok dan devisa, serta sebagai salah satu sumber ekonomi di pedesaan berupa usaha perkebunan rakyat”. Menurut Suwarso (1999:8), mengemukakan bahwa tanaman tembakau merupakan tanaman semusim, umur sampai selesai panen sekitar 90-120 hari. Untuk mendapatkan hasil yang baik memerlukan budidaya yang intensif. Lebih lanjut Suwarso (1999: 8) menambahkan kegunaan tanaman tembakau yaitu: “Daun yang dikeringkan menjadi bahan baku rokok sigaret putih, rokok kretek, rokok cerutu, tembakau pipa, tembakau shag, tembakau tingwe, tembakau susur. Air perasan daun tembakau digunakan untuk pembersih luka, dapat juga sebagai pestisida baik untuk tanaman maupun ternak. Juga dikenal sebagai pelengkap makan sirih terutama dalam upacara perkawinan. Bijinya dapat menghasilkan minyak digunakan sebagai minyak cat. Saat ini kegunaan utama daunnya untuk rokok dan cerutu”. Berlandaskan beberapa pernyataan di atas, tembakau merupakan tanaman perkebunan rakyat yang ditanam semusim. Jenis tembakau ini sangat beragam dengan umur 90-120 hari. Dan mulai akar hingga daun, tembakau mempunyai banyak manfaat. Namun diperlukan budidaya yang intensif untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Pada setiap tanaman memiliki kondisi optimal untuk tumbuh berkembang. Kondisi tersebut dapat diartikan oleh banyak parameter seperti halnya curah

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tanaman Tembakau...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tanaman Tembakau

Menurut Dinas Perkebunan (2002:1) menyatakan pengertian tembakau

sebagai berikut.

“Tanaman Tembakau dikenal dengan nama latinnya yaitu Nicotiana Tabacum. merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting bagi perekonomian nasional yaitu menyumbang pendapatan Negara melalui cukai rokok dan devisa, serta sebagai salah satu sumber ekonomi di pedesaan berupa usaha perkebunan rakyat”.

Menurut Suwarso (1999:8), mengemukakan bahwa tanaman tembakau

merupakan tanaman semusim, umur sampai selesai panen sekitar 90-120 hari.

Untuk mendapatkan hasil yang baik memerlukan budidaya yang intensif. Lebih

lanjut Suwarso (1999: 8) menambahkan kegunaan tanaman tembakau yaitu:

“Daun yang dikeringkan menjadi bahan baku rokok sigaret putih, rokok kretek, rokok cerutu, tembakau pipa, tembakau shag, tembakau tingwe, tembakau susur. Air perasan daun tembakau digunakan untuk pembersih luka, dapat juga sebagai pestisida baik untuk tanaman maupun ternak. Juga dikenal sebagai pelengkap makan sirih terutama dalam upacara perkawinan. Bijinya dapat menghasilkan minyak digunakan sebagai minyak cat. Saat ini kegunaan utama daunnya untuk rokok dan cerutu”.

Berlandaskan beberapa pernyataan di atas, tembakau merupakan tanaman

perkebunan rakyat yang ditanam semusim. Jenis tembakau ini sangat beragam

dengan umur 90-120 hari. Dan mulai akar hingga daun, tembakau mempunyai

banyak manfaat. Namun diperlukan budidaya yang intensif untuk mendapatkan

hasil yang lebih baik.

Pada setiap tanaman memiliki kondisi optimal untuk tumbuh berkembang.

Kondisi tersebut dapat diartikan oleh banyak parameter seperti halnya curah

10

hujan, kesuburan tanah (hara, toksisitas), kemiringan lereng. perlakuan manusia

seperti pemupukan, pengolahan lahan dan lainnya. Jika kondisinya

menguntungkan (sesuai dengan syarat tumbuhnya), maka akan tumbuh dengan

sangat baik ataupun sebaliknya. Adapun syarat tumbuh optimal untuk tanaman

tembakau sebagai berikut.

B. Jenis dan Persyaratan Tumbuh Tanaman Tembakau

1. Jenis Tanaman Tembakau

Menurut Abdullah (1991:1) “Menurut penggunaannya tembakau di

Indonesia dapat dibagi menjadi 5 jenis yakni: asepan, cerutu, sigaret putih, pipa

dan tembakau asli/rakyat (pada umumnya rajangan)”.

Meskipun terdapat lebih dari 50 spesies tembakau yang tergolong genus

Nicotiana, namun hanya 2 spesies yang mempunyai arti ekonomi cukup tinggi.

Kedua spesies tersebut yaitu Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica. Sebagian

orang memperkirakan bahwa Nicotiana tabacum bukanlah suatu spesies, tetapi

kelompok yang terdiri dan hibrida-hibrida yang dihasilkan dari persilangan antara

Nicotiana rustica dan Nicotiana Petuniodes. Rupanya sejarah pemuliaan tanaman

tembakau ini mencatat bahwa orang Indian rnempunyai andil yang cukup besar

untuk menghasilkan spesies yang bermutu seperti sekarang ini. Sebab, beratus-

ratus tahun yang lalu perkawinan antar spesies tembakau ini banyak dilakukan

oleh orang Indian yang menghuni dataran tinggi di Amerika Tengah dan bagian

utara dari Amerika Selatan.

Perbedaan yang mencolok di antara kedua spesies tersebut yaitu kadar

nikotinnya. Nicotiana rustica mengandung kadar nikotin tertinggi, yaitu sekitar

11

16%. Sedangkan Nicotiana tabacum mempunyai kadar nikotin terendah, yaitu

sekitar 0,6%. Dengan demikian, Nicotiana rustica banyak digunakan untuk

membuat abstrak alkaloid yang akan dipergunakan sehagai insektisida atau

semacam tembakau susur yang di Negara-negara Barat, India, dan Eropa Timur

dikenal dengan Snuff . Chewing tobacco, dan lain-lain. Sedangkan jenis tembakau

yang banyak digunakan sekarang berasal dari spesies Nicotiana tabacum,

Jenis-jenis tembakau yang ada sekarang biasanya diberi nama berdasarkan

tempat asal jenis tembakau tersebut terus-menerus diusahakan. Kualitas tanaman

tembakau banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, terutama faktor iklim dan

tanah. Walaupun secara genetis (genotipe) tanaman tembakau tidak mengalami

perubahan, namun secara fenotip tergantung pada keadaan lingkungannya. Hal ini

rnenyebabkan jenis tembakau yang dihasilkan berbeda karena keadaan lingkungan

yang tidak sama. Dengan demikian, semakin banyak dikenal nama-nama

tembakau yang diusahakan berdasarkan negara asalnya, misalnya tembakau

Virginia yang berasal dari daerah Virginia (Amerika), tembakau Turki (berasal

dari negara Turki). Demikian pula di Indonesia, banyak dikenal jenis-jenis

tembakau berdasarkan daerah asal penanamannya, di antaranya tembakau Deli,

Besuki, Payakumbuh, Bugis, Kedu, Slink, Banyumas, Kediri, Lumajang, Madura,

dan Rembang.

Umumnya, jenis-jenis tembakau tidak mudah dibedakan. Untuk

memudahkan pembagiannya, berbagai jenis tembakau dibedakan berdasarkan

waktu penanaman dan penggunaannya. Berdasarkan waktu penanamannya,

tembakau biasanya dibagi menjadi tembakau musim kemarau (dalam Bahasa

12

Belanda disebut Voor Oogst (VO) atau sering juga disebut onberegend tabak) dan

tembakau musim hujan (dikenal dengan nama Naoogst (NO) atau beregend

tabak). Tembakau VO ditanam pada akhir musim hujan dan dipanen pada musim

kemarau karena pada waktu panen sebaiknya tidak sampai kehujanan. Sedangkan

penanaman tembakau NO dilakukan pada awal musim hujan atau akhir musim

kemarau dan dipanen pada saat musim hujan. Berdasarkan penggunaannya, secara

umum tembakau digolongkan menjadi 5 jenis.

Secara lengkap, penggolongan jenis ternbakau berdasarkan waktu tanam

dan penggunaannya adalah sebagai berikut.

a) Tembakau musim hujan (NO)

- Tembakau cerutu

- Tembakau pipa

b) Tembakau musim kemarau (VO)

- Tembakau sigaret (putih)

- Tembakau asapan

- Ternbakau asli/rakyat (kebanyakan tipe rajangan)

c. Tembakau Cerutu

Dalam dunia pertembakauan internasional, Indonesia telah terkenal karena

jenis tembakau cerutu ini. Sebab sejak 2,5 abad yang lalu, Indonesia sudah

mengekspor jenis tembakau ini. Tembakau cerutu yang paling terkenal yaitu

tembakau Deli. Di samping tembakau Deli, yang termasuk jenis tembakau cerutu

yaitu tembakau Besuki dan tembakau Vorstenlanden. Di pasaran internasional,

13

tembakau Deli lebih dikenal sebagai tembakau Sumatera, sedangkan tembakau

Besuki dan Vorstenlanden lebih dikenal dengan nama tembakau Jawa.

Berdasarkan fungsinya pada pembuatan rokok cerutu, tembakau cerutu

dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:

- jenis pengisi (Belanda: vulzel; lnggris: filer),

- jenis pembalut (Belanda: omblad; Inggris: binder),

- jenis pembungkus (Belanda: dekblad; Inggris: wrapper).

Tembakau Deli termasuk tipe tembakau pembungkus terbaik (top quality)

bukan di Indonesia saja, melainkan di seluruh Dunia. Tembakau Deli yang

berkualitas baik memiliki ciri khas yang tidak didapatkan pada jenis tembakau

lainnya, yaitu tipis dan elastis dengan warna yang terang menyala. Hal ml

disebabkan oleh keadaan iklim dan tanah yang sesuai untuk tipe tembakau

pembungkus, tembakau Deli mempunyai cerita sendiri dalam perkembangannya.

Pada mulanya tembakau yang di tanam di Deli terdiri dan banyak varietas. Seleksi

alam terjadi sebab setiap dilakukan penanaman selalu dipilih pohon-pohon yang

memberikan kualitas terbaik, sehingga dari sifat-sifat baik yang menurun dari

generasi ke generasi, setelah melalui proses seleksi akhirnya diperoleh varietas

tcmbakau seperti yang ada sekarang. Padahal sebenarnya tembakau Deli

merupakan kumpulan sebagian besar sifat-sifat dari varietas havanensis dan

macrophyla.

Tembakau Besuki memiliki sifat-sifat berdaun tipis dan empuk dengan

aroma yang baik. Sifat seperti ini cukup diminati oleh pabrik-pabrik rokok cerutu

di Eropa untuk dipergunakan sebagai daun pembalut dan pengisi. Negara-negara

14

yang banyak mempergunakan tembakau Besuki terutama adalah Belanda, Jerman

Barat, Swiss, Belgia, dan Negara-negara Skandinavia.

Varietas tembakau Besuki yang telah lama dikenal oleh masyarakat yaitu

vanietas Kedu. Kemudian menyusul hibrida-hibrida hasil perkawinan antar

varietas. Namun, walaupun sudah dikenal vanietas hibrida, varietas Kedu masih

tetap dipertahankan karena memiliki sifat elastisitas, aroma, dan rasa yang baik,

terutama untuk daun pembalut dan pengisi. Keunggulan yang dimiliki galur

hibrida dibandingkan tipe Kedu terletak pada produksi dan pengolahannya.

a. Di samping menghasilkan daun-daun pembalut dan pengisi, galur hibrida

juga rnenghasilkan daun pembungkus (wrapper, dekblad) dalam jumlah

kecil.

b. Daun pembalut yang dihasilkan oleh galur hibrida, dengan menggunakan

mesin tertentu bisa digunakan sebagai pembungkus.

c. Tipe hibrida lebih disenangi oleh pembeli karena mempunyai bobot yang

lebih ringan sehingga untuk satuan berat tertentu bisa diperoleh jumlah

yang lebih banyak.

d. Produksi galur hibrida jauh lebih tinggi dibandingkan tipe Kedu.

Seperti dua varietas sebelumnya, varietas vorstenlands juga berasal dari

perkawinan antar tipe/varietas yang didatangkan dari luar negeri maupun dari

daerah lainnya. Nama vorstenlands sendiri berasal dari daerah tempat tembakau

ini diusahakan, yaitu di sekitar daerah Klaten. Varietas ini berasal dari perkawinan

varietas kenari dengan varietas timor. Setelah melalui seleksi yang terus-menerus

15

pada varietas kenari diperoleh beberapa galur kualitas yang cukup baik, tetapi

masih rentan terhadap penyakit lanas (Phytophthora nicotinae).

Akhirnya melalui perkawinan dengan varietas timor yang relatif tahan

terhadap penyakit tersebut diperoleh varietas yang diberi nama Timor

Vorstenlanden (TV). Pada perkembangan selanjutnya, melalui teknik pemuliaan

yang terus berlanjut akhirnya diperoleh varietas hibrida yang lebih dikenal dengan

nama Vorstenlands saja. Hibrida yang dihasilkan mempunyai kelebihan pada

bentuk daunnya yang lebar dan agak membulat serta memiliki sifat yang baik

sebagai tembakau cerutu.

Tembakau pipa yang dimaksud yaitu jenis tembakau yang dipergunakan

untuk pipa. Sampai sekarang, jenis tembakau yang paling baik untuk pipa yaitu

tembakau Lumajang. Tembakau ini, sesuai dengan namanya, dihasilkan di daerah

Lumajang (Jawa Timur). Varietas tembakau Lumajang yang asli mempunyai

sosok yang tinggi ramping dengan duduk daun yang mirip dengan varietas cerutu

Besuki dan Vorstenlanden. Sebelum perang kemerdekaan, tembakau Lumajang

cukup dikenal, bahkan sudah diekspor ke Eropa. Saat itu dikenal dua macam

tembakau Lumajang yakni vooroogst dan naoogst Lumajang.

Mulanya tembakau Lumajang ini dimaksudkan untuk menghasilkan

pembungkus (dekblad dan wrapper), menyaingi tembakau Deli. Akan tetapi,

karena adanya perbedaan lingkungan antara Lumajang dan Deli, maka tembakau

Lumajang ini hanya mampu menghasilkan jenis daun pembalut dan pengisi saja.

Sebagai bahan cerutu, tembakau Deli memang masih sulit ditandingi oleh

tembakau Lumajang. Namun, ternyata hal ini justru memberikan keuntungan

16

tersendiri bagi tembakau Lumajang sebab beberapa sifat yang dianggap jelek bagi

tembakau cerutu justru sesuai dengan syarat-syarat tembakau pipa.

Sayangnya tembakau Lumajang yang benar-benar asli (jembel putih dan

krungsung) sekarang ini agak sulit didapatkan. Sebab, pada saat pendudukan

Jepang pernah menghilang dari pasaran. Saat itu pasaran tembakau pipa praktis

tertutup sehingga masyarakat tidak bergairah untuk menanam kembali. Pada saat

yang bersamaan muncul jenis tembakau baru yang bernama kasturi. Kemudian

banyak petani beralih menanam jenis kasturi yang pasarannya lebih baik karena

diperlukan untuk kebutuhan lokal sebagai tembakau sigaret.

Selain jenis kasturi, ditanam juga jenis tembakau Kedu dan Virginia dalam

jumlah yang tidak terlalu banyak. Munculnya jenis-jenis baru ini menyebabkan

terjadinya percampuran antar varietas, baik secara mekanis maupun genetis.

Dengan demikian, terciptalah jenis-jenis baru yang mempunyai sifat sedikit

berbeda dengan jenis asli. Oleh karena itu, sekarang agak sulit mendapatkan jenis

jembel putih dan krungsung yang benar-henar asli. Padahal jenis-jenis yang asli

tersebut mempunyai kualitas yang sangat baik untuk bahan tembakau pipa.

Walaupun demikian, tembakau Lumajang yang ditanam sekarang sudah

lebih mendekati jenis tembakau Lumajang asli. Sebab, sejak tahun 1970-an usaha-

usaha untuk mengembalikan jenis tembakau asli terus dilakukan. Usaha ini

diarahkan untuk menghasilkan jenis tembakau yang memiliki sifat sama dengan

jenis tembakau jembel putih.

Apabila ditanam pada tempat yang cocok, tembakau jembel putih akan

menghasilkan tembakau yang berkualitas tinggi sehingga memiliki nilai ekonomi

17

yang tinggi. Hal yang menyebabkannya yaitu jenis tembakau ini memiliki sifat-

sifat yang khas dan cocok untuk tembakau pipa. Umumnya, tembakau jenis ini

yang berkualitas tinggi memiliki sifat-sifat:

a. warna daunnya terang menyala (bright) kecokelatan bingga cokelat

merah,

b. daya pijarnya baik sekali, serta

c. ringan dan kenyal.

Salah satu ciri khas tembakau ini yang tidak terdapat pada jenis tembakau

lainnya, yaitu adanya bercak putih cercospora yang tetap tidak mengurangi nilai

kualitasnya. Bahkan bercak-bercak tersebut merupakan bercak keberuntungan,

karena justru menjadi ciri khas yang dicari-cari oleh penggemarnya.

Pemberian nama tembakau sigaret disesuaikan dengan kegunaannya, yaitu

sebagai bahan pembuatan rokok sigaret, baik sigaret putih maupun kretek. Cukup

banyak jenis tembakau yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan rokok

sigaret ini. Sebenarnya, hampir semua jenis tembakau rajangan bisa digunakan

untuk bahan rokok sigaret, Namun, tembakau yang paling banyak digunakan

untuk rokok sigaret ini adalah tembakau virginia. Dalam jumlah yang tidak terlalu

banyak digunakan juga tembakau Turki (oriental), tembakau kasturi, dan

beberapa jenis tembakau rakyat sebagai bahan campuran. Jenis tembakau rakyat

yang kadang-kadang dipergunakan untuk sigaret di antaranya tembakau Madura,

tembakau Garut (Jawa Barat), tembakau Payakumbuh (Sumatera Barat), dan

tembakau Bugis (Sulawesi Selatan).

18

Selanjutnya adalah Virginia yang berasal dari daerah Orinoco, Amerika

Serikat. Karena perkembangannya baik dan tingkat adaptasinya terhadap jenis

tanah cukup tinggi, maka sampai saat ini jenis tembakau Virginia ditanam hampir

di seluruh dunia, Tembakau ini merupakan hasil utama Amerika Serikat, yang

kemudian disusul oleh negara-negara Rhodesia, India, RRC, Filipina, dan

Indonesia.

Jenis tembakau Virginia cukup mudah dibedakan dari jenis yang lainnya

karena memiliki sosok (terutama dilihat dari daunnya) yang agak berbeda.

Tembakau ini memiliki daun yang berwarna kekuning-kuningan. Bentuk daunnya

genjang (rhomboidal) sampai jorong (elliptical), tetapi kadang-kadang bulat telur

(ovalis), ujung daunnya lancip sampai meruncing. Setiap batang biasanya

memiliki jumlah daun sekitar 20-30 helai yang tidak bertangkai (daun duduk) dan

tertancap pada batangnya dengan posisi tegak membentuk sudut 45o,

Keistimewaan jenis tembakau ini dibandingkan dengan yang lainnya

terutama tingkat adaptasinya yang cukup tinggi terhadap lingkungan dan

mempunyai kualitas yang sangat baik untuk bahan rokok sigaret. Tembakau

Virginia yang berkualitas baik, melalui pengolahan daun flue-curing akan

menghasilkan krosok yang berwarna kuning keemasan sampal kuning

jingga/limau. Di samping warnanya yang menarik, ciri khas tembakau Virginia

yaitu aromanya.

Selain tembakau Virginia, sebenarnya hampir semua tembakau rajangan

dapat digunakan sebagai bahan rokok sigaret. Akan tetapi, tembakau yang paling

cocok untuk rokok sigaret tentunya adalah tembakau Virginia. Beberapa jenis

19

tembakau lainnya yang dianggap cukup baik untuk bahan rokok sigaret di

antaranya tembakau Turki, Burley, dan Maryland, beberapa jenis tembakau rakyat

(tembakau Rembang, Madura, Garut, Payakumbuh) dan beberapa varietas

campuran dari tembakau Virginia dengan tembakau rakyat.

Di antara ketiga jenis tembakau ekspor yang paling banyak ditanam di

Indonesia yaitu tembakau Turki. Tembakau ini sudah sejak lama dikenal oleh

dunia pertembakauan karena ciri khas aromanya banyak dikagumi oleh para

perokok. Karena aromanya yang sangat baik, maka jenis tembakau ini dikenal

juga dengan nama aromatic tobacco. Dulu hampir semua pabrik rokok sigaret di

dunia menggunakan tembakau Turki sebagai campuran bahan. Akan tetapi,

kemudian perkembangannya tidak semulus awalnya, kemungkinan karena

harganya yang sangat mahal dan adanya jenis tembakau subtitusi. Di Indonesia

sendiri perkembangan tembakau Turki kurang menggembirakan karena kesulitan

dalam hal pemasaran dan produksi yang tidak terlalu tinggi untuk iklim Indonesia.

Dengan demikian, petani lebih tertarik menanam jenis tembakau Virginia dan

tembakau rakyat.

Berbeda dengan jenis tembakau lainnya, pemberian nama tembakau

asapan adalah berdasarkan cara pengolahan daunnya, yaitu diasapi (smoke

cured). Sebenarnya pemberian nama ini kurang tepat, namun karena pengolahan

daun tembakau ini paling baik dan paling banyak dengan pengasapan, maka nama

ini sekarang sudah biasa digunakan. Di Indonesia, jenis tembakau ini banyak

dihasilkan oleh daerah Boyolali (Jawa Tengah) sehingga sering juga disebut

20

dengan nama tembakau Boyolali. Tembakau jenis ini mempunyai karakteristik

antara lain berdaun tebal, berwarna gelap, berminyak, kuat, dan berat.

Tembakau yang diperoleh dari hasil pengasapan, selain dikenal dengan

smoke cured leaf, hasil rajangannya juga sering disebut tembakau shag. Rokok

yang dibuat dan jenis tembakau ini mempunyai cirri khas sebagai tembakau berat,

baik rasa maupun aromanya dan berwarna cokelat hitam sampai cokelat merah.

Jenis tembakau seperti ini ternyata tidak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga di

Amerika. Di sana jenis tembakau asapan paling banyak ditanam di bagian barat

Kentucky dan Tennessee. Sehingga jenis tembakau inii juga lebih dikenal dengan

nama tembakau Kentucky.

Jenis tembakau asapan yang biasa ditanam di Indonesia dapat digolongkan

menjadi tiga tipe, yaitu sili, cetok, dan benggala.

a. Tipe sili mempunyai sosok piramidal tinggi dengan daun- daunnya

yang panjang menyerupai bentuk lanset (lanceolatus) dan mempunyai tipe

daun duduk, tidak bertangkai daun.

b. Tipe cetok daunnya berbentuk seperti cetok (dalam Bahasa Jawa berarti

alat tukang batu yang biasa digunakan untuk menembok). Daunnya

bertangkai, berbentuk ovalis (bulat telur) dan sedikit meruncing pada

ujungnya. Berbeda dengan tipe sili, tipe cetok ini mempunyai sosok

berbentuk pyramidal pendek.

c. Tipe benggala mempunyai sosok yang besar, bentuk daunnya bulat

telur. Ada yang berdaun duduk, ada pula yang bertangkai. Melalul seleksi

yang berlangsung terus-menerus terhadap varietas-varietas tersebut,

21

sekarang diperoleh varietas-varietas yang lebih baik di antaranya grompol,

grompol kenongo, benggala gagang, gombel, ontel, dan cetok sendiri.

Tembakau asli yaitu yang dikenal sebagai tembakau “jenis daerah”, juga

sering disebut “landras”. Dalam istilah populernya sering disebut native tobaccoes

atau bevolkings tabak. Walaupun hampir semua ahli sudah sepakat bahwa

tanaman tembakau berasal dari benua Amerika, tetapi tembakau asli ini sudah

lama ditemukan dan tersebar di daerah tertentu di Indonesia. Sebagian ahli

memperkirakan tembakau asli ini masuk ke Indonesia (Pulau Jawa) sekitar abad

ke-16, dibawa oleh orang Portugis. Biasanya, semua proses mulai dari budidaya

sampai pengolahan dilaksanakan oleh rakyat, bahkan pemasarannya pun ditangani

langsung oleh petaninya. Pada umumnya tembakau asli ditanam oleh petani secara

campur aduk (terdiri dari berbagai varietas) dan kebanyakan pembenihannya

dilakukan sendiri oleh petani. Hal inilah yang agak menyulitkan pelacakan

varietasnya secara pasti. Belum lagi pengaruh pencampuran dengan benih-benih

impor sehingga varietas tembakau asli semakin heterogen. Tidak rnengherankan

kalau sekarang banyak dijumpai bermacam-macam varietas dalam satu hamparan

pertanaman yang dilakukan oleh petani.

Walaupun demikian, istilah tembakau asli ini lebih banyak ditujukan untuk

membedakan tembakau perkebunan dan tembakau impor dan tembakau rakyat.

Tembakau asli masih bisa dibedakan dengan jelas dan tembakau lainnya. Bentuk

daun tembakau asli bervariasi: bersayap, tidak bersayap, bertangkai panjang, dan

bertangkai pendek.

22

Tembakau yang bertangkai adalah tembakau tertua atau lebih dahulu

ditanam dl Indonesia. Jenis tembakau yang tergolong ke dalarn golongan ini yaitu

varietas fructicosa berdaun sempit dan berdaun lebar serta kombinasi dan

keduanya. Sedangkan tembakau yang berdaun duduk adalah jenis-jenis yang

ditanam di Indonesia setelah itu. Termasuk ke dalarn golongan ini yaitu varietas

havanensis berdaun sempit, sedang, dan lebar. Berbeda dengan tembakau asli,

tembakau perkebunan yang digunakan sebagai tembakau cerutu ekspor semua

daunnya bersayap dan lebar-lebar. Sedangkan tembakau ekspor, misalnya

ternbakau Virginia, adalah hibrida antara varietas Virginia dengan varietas lainya.

Untuk membedakan secara morfologis antara satu varietas dengan vanietas

lainnya yaitu dengan cara identifikasi berbagai sifat tanaman tembakau tersebut.

Di Indonesia tembakau asli kebanyakan dipakai sebagai tembakau

rajangan, sedangkan di luar negeri sangat jarang dilakukan. Hasil rajangan ini

cukup bervariasi, mulai dan rajangan kasar, tengahan, dan halus. Dilihat dari

warnanya juga cukup bervariasi, rnulai dari kuning emas, merah, cokelat, sampai

hitam kelam. Perbedaan warna ini Sebenarnya masih bisa dimodifikasi sesuai

dengan keinginan, kecuali warna kuning yang berhubungan erat dengan varietas

yang ditanam. Penggunaan jenis tembakau ini juga cukup bervariasi sebagai

bahan campuran dalam industri rokok kretek dan sigaret, dibuat lintingan, atau

sering juga digunakan untuk tembakau susur.

Banyak orang yang rnenyangsikan prospek tembakau asil/rakyat ini.

Sebab, setelah munculnya jenis-jenis tembakau ekspor (terutama Virginia),

tembakau asli menjadi tersisihkan. Anggapan ini tidak benar sebab dalam

23

beberapa hal tembakau asli memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh tembakau

impor. Beberapa kelebihan penting yang dimiliki tembakau asli di antaranya

adalah lebih tahan terhadap penyakit lanas, serta pengeringan daunnya bisa

dilakukan secara seclerhana (sun/air curing) sehingga biaya pengolahanya lebih

murah.

Ketahanan tembakau asli terhadap penyakit dibandingkan tembakau

Virginia menyebabkan jenis tembakau ini lebih menjanjikan kelangsungan

produksi yang mantap. Salah satu kesulitan yang dialami oleh para petani

tembakau virginia yaitu penggunaan biaya dan keperluan baban bakar yang cukup

tinggi untuk pengeringan daunnya. Padahal, untuk ternbakau asli hal ini tidak

menjadi masalah karena pengolahannya cukup dengan dijemur. Di samping itu,

beberapa jenis tembakau asli rnempunyai kualitas yang tidak kalah dengan

tembakau Virginia sehingga dapat menggantikan (subtitusi) tembakau Virginia.

Beberapa tembakau asli yang memiliki kualitas cukup baik di antaranya tembakau

Rembang, Bojonegoro, Kasturi, Kayurnas, Molek, Madura, Kedu, Payakumbuh,

Takengon, dan Bone.

Lebih lanjut Abdullah (1991:1) menambahkan tentang jenis tembakau.

Yaitu: Berdasarkan waktu dan masa panen, maka jenis tembakau dapat dibagi

menjadi 2, yakni: tembakau musim penghujan dan tembakau musim kemarau

(dalam istilah bahasa Belanda tanaman No = Na Oogst dan tanaman VO = Voor

oogst. Tembakau yang tergolong musim penghujan adalah tanaman jenis cerutu.

Sedang tembakau yang tergolong musim kemarau adalah jenis sigaret (termasuk

Virginia, Aseli. Turki, Burley. rajangan, asapan, garangan). Untuk tembakau jenis

24

pipa berada pada musim antara penghujan dan kemarau (NO-VO)”. Dalam hai ini,

penulis memfokuskan diri pada tanaman tembakau yang tergolong pada tanaman

tembakau musim kemarau yaitu tanaman tembakau jenis sigaret (Virginia) di

Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka.

2. Persyaratan Tumbuh Tanaman Tembakau

Menurut Dinas Perkebunan (2002:3) mengemukakan “Tanaman tembakau

termasuk keluarga solanaceae, spesies tabacum yang dapat tumbuh pada dataran

rendah maupun dataran tinggi sampai dengan 2.000 m dpl. Sedang menurut

Suwarso (1999:8) “Tembakau dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis,

dan 450 LS sampai 60° LS, di dataran rendah sampai dataran tinggi 1500 m dpl.

Berikut secara detail, menurut Dinas Perkebunan (2002:3) “Persyaratan

tumbuh tanaman tembakau, yaitu:

1. Tanah yang cocok untuk tanaman tembakau yang terpenting adalah tanah

tersebut harus cukup gembur, mempunyai kandungan humus yang cukup

serta dapat merembeskan air dengan baik tetapi tidak terlalu cepat kering.

Jenis tanah seperti itu adalah podsolik, latosol, tanah vulkanik lempung

berdebu.

2. Tanaman tembakau memerlukan penyinaran matahari yang cukup, jadi

diperlukan medan yang terbuka, lahan yang terlindung oleh pepohonan

kurang baik untuk pertumbuhan tembakau.

3. Tanaman tembakau menghendaki keadaan kering 2-3 bulan. terutama

pemasakan daun, panen, prosesing, sehingga curah hujan merupakan

faktor yang menentukan hasil dan mutu tembakau, demikian juga

intensitas matahari yang tinggi sangat diperlukan saat panen dan

pengeringan, sehingga untuk penanaman tembakau perlu mengetahui

karakteristik daerah setempat terutama curah hujan dan intensitas

penyinaran matahari”.

25

Menurut Tuti Aswati (2006:55), Tembakau dapat tumbuh dengan

baikdengan karakterisktik lahan sebagai berikut.

1. Tinggi tempat : 200 m dpl-2000 m dpl

2. Curah hujan : 100 mm/bulan -90 mm/bulan

3. Kondisi Tanah : kapasitas menahan air kuat dan drainase baik

4. pH tanah : 5,5 - 6,5”.

Sejalan dengan hal tersebut, Prabowo (2007:10) mengemukakan: “Persyaratan tumbuh tanaman tembakau adalah curah hujan rata-rata 2000

mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 2 1-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 200-3.000 m dpl”.

Telah diungkapkan sebelumnya bahwa diperlukan budidaya yang intensif

untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Persyaratan tumbuh tanaman tembakau

pada pernyataan di atas telah menjadikan bahan masukan pada proses budidaya

tanaman tembakau. Pemadu serasian antara aspek budidaya dengan aspek

klasifikasi syarat tumbuh tanaman tembakau akan mendapatkan hasil yang lebih

optimal.

C. Pengolahan Tembakau

a. Pembuangan gagang

Sesudah daun dipetik dan sebelum difermentasi (diperam) gagang dibuang

terlebih dahulu.

b. Fermentasi

Sebelum diperam tulang daun dibuang, kemudian daun sejumlah 15-20 helai

ditumpuk dan digulung. Gulungan daun diperam pada rak peraman atau diatas

26

lantai yang diberi alas ditikar atau daun-daun kering. Waktu atau lamanya

pemeraman disesuaikan dengan kelas daun serta warna tembakau rajangan

yang akan diperoleh.

c. Peraman: 1 - 2 hari

Warna hijau (daun pasir kaki)

d. Peraman: 2-3 hari

Wama hijau kuning (daun tengah)

e. Peraman: 3-4 hari

Warna kuning (daun tengah)

f. Peraman : 4 - 5 hari

Warna kuning cokelat - cokelat tua (daun atas)

g. Peraman: 5 7 hari

Warna cokelat hitam (daun atas + pucuk)

h. Merajang

Pekerjaan merajang dilakukan pada pagi hari dan selesai sebelum jam 08.00

pagi. Hal ini dimaksudkan agar tembakau rajangan tersebut dapat kering

dijemur pada hari itu juga dengan warna yang cerah.

Ukuran irisan rajangan bervariasi disesuaikan dengan permintaan pasar atau

kebiasaan lokal:

a. Rajangan kasar : tebal irisan 2,5 - 5 mm

b. Rajangan sedang : tebal irisan 1,5 - 2 mm

c. Rajangan halus : tebal irisan 0,5 - 1 mm

d. Persiapan pengeringan

27

Tembakau yang sudah dirajang dipapar diatas rigen. Memaparnya

diusahakan setipis mungkin agar saat penjemuran bisa lekas kering.

e. Menjemur/mengeringkan

Irisan rajangan tembakau yang sudah dipapar harus segera dijemur pada

sinar matahari langsung. Untuk memperoleh warna yang seragam. maka

setelah dijemur lebih kurang lamanya 3 jam paparan harus dibalik,

kemudian dijemur lagi sampai kering.

Setelah kering lalu diangin-angin sampai tembakau rajangan menjadi elastis,

kemudian digulung kecil-kecil untuk dimasukkan dalam keranjang atau tikar

pembungkus.

f. Ageing

Sesudah rajangan kering ditaruh didalam keranjang dengan dilapisi kulit atau

pelepah pisang kering agar terjadi ageing.

g. Sortasi

Sampai saat ini (tahun 1982) belum ada standar mutu tembakau rajangan yang

ditetapkan secara seragam.

h. Pengepakan

Pengepakan dilakukan secara sederhana dengan menggunakan pembungkus

tikar dimaksudkan untuk siap jual.

i. Penyimpanan

Dalam penyimpanan perlu diperhatikan proses pembalikannya. Untuk

mencegah serangan hama dan penyakit sebaiknya disimpan ditempat yang

cukup kering, demikian juga kondisi tembakaunya.

28

C. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi menggambarkan keadaan sosial dan ekonomi

suatu masyarakat. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya

mata pencaharian, pendidikan dan pendapatan. Masing-masing dan faktor tersebut

memiliki keterkaitan yang erat dan bersifat saling mempengaruhi antara yang satu

dengan yang lainnya.

Dari kondisi ini pula dapat diperoleh gambaran mengenai kondisi

kesejahteraan masyarakatnya berdasarkan indikator tertentu yakni pendapatan

Pendidikan, kesehatan, kepemilikan rumah, dan kepemilikan sarana informasi dan

transportasi.

1. Mata pencaharian

Kebutuhan manusia yang utama adalah kebutuhan akan makanan.

Kebutuhan ini dikenal juga sebagai kebutuhan primer yang bersifat mendesak

harus segera dipenuhi dan berlangsung secara terus-menerus selama manusia yang

bersangkutan masih hidup. Dari kebutuhan ini pula muncul aktivitas yang

dinamakan mata pencaharian. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh

Mutakin dan Kamil Pasva (2002:54) dalam Pratama, Meindra (2008) yakni:

‘Untuk mendapatkan makanan maka manusia berusaha mendapatkannya, hanya cara untuk mendapatkan makanan ini tidak dilakukan satu kali saja tetapi secara terus-menerus selama manusia yang bersangkutan masih hidup, akibat dan kebutuhan hidup tersebut maka manusia berusaha untuk memperolehnya secara terus-menerus. Sehingga munculah aktivitas yang berhubungan dengan mendapatkan bahan makanan sebagai kebutuhan dasar yaitu mata pencaharian.’

Berdasarkan ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi

kebutuhan hidup, manusia harus berusaha. Wujud usaha yang dilakukan adalah

dengan adanya aktivitas kerja. Karena dengan bekerjalah seseorang bisa

29

memperoleh upah baik dalam bentuk uang maupun barang untuk memenuhi

kebutuhan hidup.

Adapun pengertian pekerja menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) sebagai

berikut:

“Pekerja adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi atau kantor secara tetap dengan menerima upah atau gaji atau pendapatan berupa uang maupun barang. Dalam hal ini terdiri dan pekerja atau buruh atau karyawan, pekerja bebas disektor pertanian dan non pertanian”.

Pada pengertian di atas terdapat istilah yang berkenaan dengan

ketenagakerjaan seperti buruh, karyawan, pekerja bebas dipertanian dan dinon

pertanian. Sastrohadiwirvo (2003:27) mengemukakan pengertian buruh dan

karyawan sebagai berikut:

“Buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian. Karyawan adalah mereka yang bekerja pada suatu badan usaha atau perusahaan. baik swasta maupun pemerintah dan diberikan imbalan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang bersifat harian, mingguan, maupun bulanan yang biasanya imbalan tersebut diberikan secara mingguan”.

Sedangkan seseorang disebut sebagai pekerja bebas apabila ia bekerja pada

orang atau instansi atau majikan secara tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam

sebulan terakhir) pada usaha pertanian maupun non pertanian atas dasar balas jasa

dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang baik

dengan sistem harian maupun borongan.

Dalam aktivitas kerja, suatu pekerjaan dapat dilakukan oleh laki-laki

maupun oleh perempuan atau oleh laki-laki atau oleh perempuan saja. Bahkan

arena alasan tertentu seperti tuntutan ekonomi anak pun tidak jarang dilibatkan

dalam aktivitas kerja. Padahal dengan dipekerjakannya anak bukan hanya

30

melanggar haknya saja tetapi juga membawa dampak buruk bagi anak-anak. baik

secara fisik maupun psikis. Lebih jauh, bekerja dikhawatirkan akan menggangu

masa depan anak-anak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.Bellamy

(Usman dan Nachrowi, 2004:1-2) menyatakan bahwa:

“Anak-anak yang bekerja diusia dini, yang biasanya berasal dari keluarga miskin dengan pendidikan yang terabaikan, sesungguhnya akan melestarikan kemiskinan, karena anak yang bekerja tumbuh menjadi seorang dewasa yang terjebak dalam pekerjaan yang tak terlatih, dan dengan upah yang sanga buruk”.

Walaupun demikian pada kenyataanya bahwa keluarga miskin sangat

membutuhkan pekerjaan bagi anak-anaknya, baik untuk membantu perekonomian

keluarga, maupun melangsungkan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, walaupun

Indonesia telah meratifikasi Konvensi ILO (Internasional Labour Organization)

1973/1938 yang menetapkan batas batas usia minimal untuk diperbolehkan

bekerja, yaitu 15 tahun, pemerintah tidak dapat memberlakukannya secara tegas.

Telah sejak lama Indonesia lebih memilih kebijakan untuk mentolerir keberadaan

pekerja anak dengan memberikan perlindungan terhadap mereka.

a) Pendapatan

Bekerja dapat membuat seseorang memperolah imbalan atau upah atas

kegiatan atau pekerjaan yang telah dilakukannya. Pekerja dan keluarganya

mempunya ketergantungan terhadap besarnya nilai upah yang diterima untuk

memenuhi kebutuhan hidup, mulai dari kebutuhan pangan, sandang, papan dan

beragam kebutuhan Iainnya.

Pemerintah sebagai institusi yang mewakili negara dan masyarakat,

mempunyai kepentingan untuk menetapkan kebijakan pengupahan guna

31

menjamin kelangsungan kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya,

yakni dengan mengarahkan agar penentuan besarnya upah mengacu kepada

terpenuhinya Kebutuhan Hidup Minimum (KHM).

Sebagai tindak lanjut terhadap kebijakan pengupahan, maka pemerintah

mengeluarkan ketetapan upah minimum sebagai suatu keharusan perusahaan

untuk membayar upah sekurang-kurangnya sama dengan Kebutuhan Hidup

Minimum (KHM) kepada pekerja yang paling rendah tingkatannya.

Pengaturan pengupahan ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan

pekerja, tidak boleh lebih rendah atau bertentangan dengan ketentuan pengupahan

yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika

kesepakatan tersebut ternyata lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi hukum.

Perlindungan pengupahan bagi pekerja meliputi upah minimum, up kerja

lembur, upah tidak masuk kerja karena sakit, upah tidak masuk karena melakukan

kegiatan lain diluar pekerjaannya, upah karena menjalankan hak waktu istirahat

kerjanya.

Upah minimum ini hanya berlaku bagi sektor usaha formal dan tidak

untuk usaha informal (pekerja bebas dipertanian dan nonpertanian). Sehingga

upah yang diperoleh pada sektor inform ini dapat melebihi upah minimum atau

jauh dibawah upah minimum.

Untuk pemberian balas jasa yang telah dilakukan berkaitan erat dengan

sistem perburuhan dimana didalamnya dikenal adanya buruh harian, buruh

bulanan, dan buruh borongan. Buruh harian didasarkan pada pemberian balas jasa

32

tenaga atau upah menurut satuan waktu harian, tenaga buruh bulanan diikat

dengan perjanjian kerja dan diberi imbalan jasa tetap setiap bulan sedangkan

buruh borongan pada umumnya didasarkan kepada perjanjian mengerjakan

sejumlah pekerjaan tertentu dengan upah tertentu pula.

b) Pendidikan

Pendidikan dapat diperoleh oleh seseorang mulai dan kelahirannya sampai

pada kematiannya. Pendidikan yang dimaksud dapat dibedakan menjadi

pendidikan informal, formal dan nonformal. Adapun yang membedakan antara

ketiganya adalah dalam hal penyelenggaraannya. Pendidikan informal diperoleh

dari lingkungan keluarga yang berlangsung secara alami dan wajar. Sebaliknya

dengan pendidikan formal diperoleh dan lingkungan sekolah merupakati kegiatan

yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat

seperti harus berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan pendidikan nonformal

diperoleh dan lingkungan masyarakat seperti kursus dan kelompok belajar yang

tidak dipersyaratkan berjenjang dan berkesinambungan serta dengan aturan-aturan

yang lebih longgar.

Untuk pendidikan formal dipersyaratkan harus berjenjang dan

berkekesinambungan. Jenjang yang dimaksud terdiri atas jenjang pendidikan

dasar pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Yang termasuk kedalam

jenjang pendidikan dasar yakni Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama. Jenjang pendidikan menengah berupa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

atau satuan pendidikan lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan tinggi disebut

Perguruan Tinggi yang berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut

dan unversitas.

33

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang

diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap,

pergetahuan dan keterampilan dasar. Disamping itu juga berfungsi untuk

mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti

pendidikan menengah.

Jenjang pendidikan menengah dalam hubungan kebawah sebagai lanjutan

dan perluasan pendidikan dasar, dalam hubungan keatas mempersiapkan peserta

didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.

Jenjang pendidikan atas disebut perguruan tinggi merupakan kelanjutan

pendidikan yang ada dibawahnya diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta

didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki akademik dan atau professional

yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu

pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.

Salah satu fungsi dan pendidikan adalah menyiapkan seseorang sehingga

memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar ini berupa pembentukan,

pengetahuan, dan keterampilan kerja, ini menjadi misi penting dari didikan karena

bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Kerja menjadi

penopang hidup seseorang dan keluarga sehingga tidak tergantung kepada pihak

atau keluarga yang lain. Melalui kegiatan bekerja pula orang mendapat kepuasan

bukan saja karena menerima imbalan melainkan karena dapat memberikan sesuatu

kepada orang lain, bergaul, berkreasi dan sibuk diri.

Pendidikan dan keterampilan memang bukan satu-satunya faktor yang

ditentukan besar-kecilnya imbalan yang diterima pekerja, karena dalam usaha

34

ditentukan oleh faktor lain seperti penguasaan modal, ketekunan. dsb. tapi dengan

pendidikan yang dimiliki seseorang lebih mampu memilih berbagai alternatif

pekerjaan serta lebih mampu mengelola sutu usaha. sehingga layak untuk

mendapatkan upah yang lebih tinggi. Sedangkan pada jenjang pendidikan yang

rendah peserta didik hanya diberikan bekal kemampuan dasar dan diasumsikan

memiliki kemampuan serta keterampilan pekerjaan yang masih dah. Sehingga

akibat dari pekerja dengan keterampilan yang belum cukup ini kemungkinan besar

hanya mampu melakukan pekerjaan yang melibatkan kemampuan fisik saja.

Investasi pendidikan bagi kesejahteraan hidup itu penting. Hal ini

menunjukkan dengan adanya perbedaan rata-rata upah yang diterima oleh masing-

masing jenjang yakni untuk pekerja dengan tingkat pendidikan rendah (<SLTA)

dan menengah (SLTA) masing-masing sebesar 1/3 atau 2/3 kali lipat dari

Pendidikan tinggi.

c) Kesejahteraan

a) Pengertian Kesejahteraan

Setiap keluarga pasti mendambakan kehidupan yang sejahtera baik secara

materi maupun nonmateri. Karena dengan tercapainya hidup sejahtera maka

ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan dalam hidup akan tercapai pula.

Sulastri (dalam Solih, 1983:14) mengemukakan mengenai kesejahteraan yakni:

“Kesejahteraan menggambarkan kemajuan atau kesuksesan dalam hidup baik secara materil, mental spiritual dan sosial secara seimbang, sehingga menimbulkan ketentraman dan ketenangan hidup, sehingga dapat menyongsong kehidupan mendatang dengan gembira dan optimal”.

Sedangkan pengertian kesejahteran berdasarkan kamus Webster’s New

Internasional Dictionary (dalam Solih. 1983:14) yakni menggambarakan situasi

35

kerja yang menunjukkan kesuksesan. kemakmuran, dan meliputi juga

kebahagiaan karena terdapatnya nasib yang baik.

b) Indikator Kesejahteraan

Tingkat Kesejahteraan Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Badan

Pemberdayaan masyaakat Daerah Provinsi jabar, 2003:18) mengelompokan

keluarga berdasarkan tahapan pencapaian tingkat kesejahteraannya menjadi lima,

yaitu:

• Keluarga Pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan

pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan.

• Keluarga Sejahtera tahap I yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat

memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologinya (socio psycologica1

need) seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi

dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan

transportasi

• Keluarga sejahtera tahap II yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh

kebutuhan psikologinya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan

kebutuhan perkembangannya (developmental need) seperti kebutuhan

untuk menabung dan memperoleh informasi.

• Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya juga telah memenuhi kebutuhan psikologinya dan

kebutuhan perkembangannya, namun belum dapat memberikan

sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur

(waktu tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material dan

keuangan untuk kepentirigan sosial kemasyarakatan serta berperan aktif

dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan, atau yayasan sosial.

keagamaan, kesenian, olah raga, pndidikan dan sebagainya.

36

• Keluarga sejahtera III Plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah memenuhi kebutuhan sosial

psikologinya dan kebutuhan pengembangan serta telah dapat pula

memberikan sumbangan atau koritribusi yang nyata dan berkelanjuan bagi

masyarakat.

Secara urutan untuk menentukan status suatu keluarga sejahtera digunakan

indikator yang dibagi menjadi lima tahapan keluarga sejahtera, yaitu:

1. Keluarga Pra Sejahtera (Pra S)

Belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera

(KS I)

2. Keluarga Sejahtera I (KS I)

• Melaksanakan ibadah

• Makan dua kali sehari atau lebih

• Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas

• Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah, dan

• Bila anak sakit dibawa kesarana kesehatan

3. Keluarga Sejahtera II (KS II)

• Ibadah teratur

• Daging atau ikan atau telur satu kali seminggu

• Satu stel pakaian baru per tahun

• Luas lantai kurang dan 8 meter per jiwa

• Sehat tiga bulan terakhir

• Punya penghasilan tetap

• Usia 10-60 tahun bisa baca tulis huruf latin

• Usia 7-15 tahun bersekolah

• Anak kurang dari dua ber KB

4. Keluarga Sejahtera III (KS Ill)

• Meningkatkan pengetahuan agama

• Sebagian penghasilan ditabung

37

• Makan bersamaan dimanfaatkan untuk berkomunikasi

• Ikut kegiatan masyarakat dilingkungan tempat tinggal

• Rekreasi bersama minimal satu kali dalam enam bulan

• Memperoleh informasi

• Mampu menggunakan sarana transportasi

5. Keluarga sejahtera III Plus

• Secara sukarela memberikan sumbangan secara teratur

• Aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yayasan atau institusi

D. Tingkat Kesejahteraan Menurut Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik (2002) menetapkan indikator untuk mengukur

tingkat kesejahteraan yakni berdasarkan pendidikan, kesehatan dan gizi, taraf dan

pola konsumsi rumah tangga ketenagakerjaan, perumahan dan lingkungan.

1. Pendidikan

Kemampuan baca tulis penduduk dewasa merupakan ukuran yang sangat

mendasar dari tingkat pendidikan yang tercermin dan data angka melek huruf

yaitu persentase penduduk usia 1 tahun keatas yang dapat membaca huruf latin

dan huruf lainnya.

Indikator lainnya adalah rata-rata lama sekolah dan angka putus. Secara

umum rata-rata lama sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai

oleh penduduk usia 15 tahun keatas. Sedangkan angka putus sekolah

mencerminkan anak-anak usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau tidak

menamatkan suatu jenjang pendidikan.

38

2. Kesehatan dan Gizi

Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk

yang dapat dilihat dari derajat kesehatan adalah angka kematian bayi dan angka

harapan hidup.

3. Taraf dan Pola Konsumsi Rumah Tangga

Berkurangnya jumlah penduduk miskin mencerminkan bahwa secara

keseluruhan pendapatan penduduk meningkat, sedangkan meningkatnya jumlah

peaduduk miskin mengindikasikan menurunnya pendapatan penduduk.

Data pengeluaran dapat mengungkapkan tentang pola konsumsi rumah

tangga secara umum dengan menggunakan indikator proporsi pengeluaran

makanan dan non makanan. Semakin tinggi pandapatan maka porsi pengeluaran

unuk makanan bergeser kepengeluaran nonmakanan.

4. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting tidak hanya untuk

mencapai kepuasan individu, tetap juga untuk memenuhi perekonomian rumah

tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Pada suatu kelompok masyarakat.

Sebagian dari mereka utamanya yang memasuki usia kerja diharapkan terlibat

dilapangan kerja tertentu atau aktif dalam kegiatan perekonomian.

5. Perumahan dan Lingkungan

Rumah dapat dijadikan indikator bagi kesejahteraan pemiliknya. Karena

Semakin baik fasilitas yang dimiliki oleh rumah tersebut, dapat dipastikan bahwa

kelurga yang menempati rumah tersebut hidup secara sejahtera. Berbagai fasilitas

yang dimiliki telaht mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara lain

39

dilihat dan luas lantai rumah, sumber air minum. fasilitas tempat buang air besar

rumah tangga dan juga tempat penampungan kotoran akhir.

Luas lantai rumah tinggal selain digunakan sebagai indikator untuk

menilai kemampuan sosial masyarakat, juga dikaitkan dengan sistem kesehatan

lingkungan keluarga atau tempat tinggal (rumah) karena luas lantai menunjukkan

tingkat kepadatan hunian atau rata-rata luas ruang untuk setiap anggota keluarga..

Rumah tangga dengan jenis lantai keramik atau marmer mempunyai

tingkat kesejahteraan yang lebih baik daripada rumah tangga yang

mempergunakan jenis lantai semen, atau tanah. Jenis lantai ini juga dapat

mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.

Indikator lainya dari kualitas perumahan yang layak ialah perumahan

tersebut telah menggunakan atap yang layak untuk dipakai sebagai tempat

berlindung dan ditopang oleh dinding yang permanen.