Artikel
-
Upload
kurniawan-djj -
Category
Documents
-
view
49 -
download
0
description
Transcript of Artikel
1
ABSTRAK
SITTI HADIJAH, Pengembangan Komoditi Unggulan Sektor Pertanian Di
Kabupaten Sigi (atas bimbingan : Minullah dan Edhi Taqwa).
Guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka pemerintah daerah
harus berupaya untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Peningkatan
pendapatan masyarakat bisa dilakukan melalui pengembangan potensi daerah
yang ada melalui sektor unggulan yang dimiliki. Sektor yang paling besar
memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Sigi adalah pertanian, untuk
bisa mengembangkan sektor tersebut maka perlu diketahui komoditi-komoditi apa
saja yang tergolong unggulan.
Penelitian ini menggunakan data produksi masing-masing komoditi sektor
pertanian dengan time series 2009 – 2011. Data yang diperoleh kemudian diolah
dan dianalisis menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ) untuk
menjawab permasalahan tentang komoditi sektor pertanian yang menjadi
komoditi unggulan di Kabupaten Sigi, analisis Klassen Typology untuk
menjawab permasalahan tentang pertumbuhannya dan digambarkan secara
deskriptif untuk menjelaskan upaya-upaya apa yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan komoditi unggulan sektor pertanian tersebut.
Komoditi unggulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis LQ adalah:
komoditi jagung, kakao, kopi, sapi potong, kuda, domba, babi, ayam petelur dan
budidaya kolam. Berdasarkan analisis Klassen Typologi diperoleh hasil komoditi
maju dan tumbuh cepat adalah kopi dan domba, komoditi berkembang cepat
adalah ubi jalar dan kelapa, komoditi maju dan tumbuh lambat adalah jagung,
kakao, sapi potong, babi, ayam petelur dan budidaya kolam, serta komoditi relatif
tertinggal adalah padi, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, cengkeh, jambu
mete, kerbau, kuda, kambing, ayam pedaging dan perikanan tangkap (danau).
Kata Kunci : Sektor pertanian, komoditi unggulan
ABSTRACK
SITTI HADIJAH, The development of agriculture main commodity in Sigi
Regency (guided by : Minullah and Edhi Taqwa).
To improve the livelihoods of local communities, the government should
strive to improve incomes. To increase people income can be done through the
development of existing potential areas through seed sector owned. The biggest
sector contributed to GDP sigi district is agriculture, in order to develop this
potential it is necessary to know what commodities are considered superior.
This study uses data on production of each agricultural commodity with
time series 2009-2011. The data obtained were then processed and analyzed using
analytical tools Location Quotient (LQ) to address the problems of the agricultural
commodities sector commodities in the district sigi, Klassen analysis to answer
2
the problem. Typology of growth and descriptive described to explain what efforts
can carried out in the framework of the development of the agricultural
commodity sector
Commodities based on results obtained by the analysis of LQ is:
Commodity corn, cocoa, coffee, beef cattle, horses, sheep, pigs, laying hens and
aquaculture ponds. Based on the analysis of the results obtained Typology
Klassen advanced and rapidly growing commodity is coffee and sheep, fast
growing commodity is sweet potato and coconut, forward and slow-growing
commodity are corn, cocoa, beef cattle, pigs, poultry, and aquaculture pond and
relatively low commodity is rice, peanuts, green beans, cassava, cloves, cashew
nuts, buffalo, horses, goats, broiler, fishing (lake).
Keywords : Agriculture sector, commodity superiority
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kebijakan dalam melaksanakan pembangunan suatu daerah harus melihat
masalah, kebutuhan dan potensi serta kondisi daerah itu sendiri. Pola kebijakan
perencanaan pembangunan yang dilakukan daerah lain belum tentu memberikan
manfaat yang sama atau bahkan mungkin bisa menyebabkan kegagalan
pembangunan pada daerah yang bersangkutan karena adanya perbedaaan
karakteristik dari masing-masing daerah yang bersangkutan. Untuk itu penentuan
sektor unggulan dalam suatu daerah dengan menggunakan analisis ekonomi
merupakan salah satu alternatif yang diperlukan agar pelaksanaan pembangunan
ekonomi daerah sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan.
Perencanaan pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa
3
sektor ekonomi yang berkembang dan diperkirakan sektor yang mempunyai
perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan menjadi suatu sektor unggulan.
Sektor Pertanian yang terbagi dalam 5 (lima) sub sektor yaitu Tanaman
Pangan (Farm Food Crops), Perkebunan (Farm Nonfood Crops), Peternakan
(Livestock), Kehutanan (Forestry) dan Perikanan (Fishery) adalah salah satu
sektor pembentuk PDRB dan merupakan sektor unggulan saat ini.
Peran penting sektor pertanian telah terbukti dari keberhasilan sektor
pertanian pada saat krisis ekonomi dalam menyediakan kebutuhan pangan pokok
dalam jumlah yang memadai dan tingkat pertumbuhannya yang positif dalam
menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Keadaan ini menjadi pertimbangan
utama dirumuskannya kebijakan yang memiliki keberpihakan terhadap sektor
pertanian dalam memperluas lapangan kerja, menghapus kemiskinan dan
mendorong pembangunan ekonomi yang lebih luas.
Sektor unggulan pertanian yang dimiliki suatu daerah akan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena
akan memberikan keuntungan kompetitif dan komparatif yang selanjutnya akan
mendorong pengembangan ekspor barang maupun jasa.
Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sigi sangat
besar. Hal ini terlihat dari angka PDRB yang tiap tahunnya meningkat pada sektor
pertanian khususnya sub sektor perkebunan dan tanaman pangan. Ini
menunjukkan bahwa pengaruh sektor ini sangat besar dibandingkan dengan
sektor-sektor pembentuk PDRB lainnya.
4
Sektor Pertanian di Kabupaten Sigi cukup memberikan kontribusi yang
signifikan dalam perekonomian daerah dan memegang peranan penting dalam
upaya peningkatan taraf hidup masyarakat.
Peningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi komoditi
pertanian unggulan dirasa perlu untuk diteliti. Kemudian perlu juga diketahui
kendala-kendala pengembangan komoditi tersebut, sehingga dapat dirumuskan
pemecahan masalah atau jalan keluar agar komoditi unggulan tersebut dapat lebih
dikembangkan dan yang bukan unggulan dapat menjadi komoditi unggulan.
Namun perlu untuk disadari bahwa pemilihan sektor unggulan tidak semata-mata
untuk tampil beda menurut ragam karakteristik daerah, tetapi terutama menjadi
strategi akselerasi pembangunan daerah sendiri. Dari uraian diatas, maka dalam
rangka penggalian potensi daerah khususnya di Kabupaten Sigi sangatlah tepat
dilakukan studi identifikasi potensi produk unggulan daerah berdasarkan sektor
pertanian. Untuk itu, kami tertarik untuk melakukan penelitian yang akan
dijadikan sebagai karya tulis dengan judul “Pengembangan Komoditi Unggulan
Sektor Pertanian di Kabupaten Sigi”.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini, adalah:
1. Komoditi apa saja yang merupakan komoditi unggul di Kabupaten Sigi ?
2. Bagaimana pertumbuhan komoditi unggulan sektor pertanian di Kabupaten
Sigi?
5
1.3. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis komoditi sektor pertanian unggulan
Kabupaten Sigi.
2. Mengkaji pertumbuhan komoditi unggulan sektor pertanian di Kabupaten
Sigi.
3. Mengetahui dan menganalisis upaya yang dapat dilakukan untuk
pengembangan komoditi unggulan sektor pertanian di Kabupaten Sigi.
1.4. Manfaat penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah
Kabupaten Sigi dalam penentuan kebijakan yang berkaitan dengan
pengembangan komoditi unggulan pada sektor pertanian.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak terkait yang tertarik pada
pembangunan daerah Kabupaten Sigi khususnya pembangunan pertanian.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang terkait dengan pembangunan dan
perencanaan ekonomi daerah.
II. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi
Tengah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi.
6
3.2. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sigi yang merupakan salah satu
Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan kabupaten termuda,
dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini adalah kabupaten baru pemekaran dari
kabupaten induk yaitu Kabupaten Donggala dan mempunyai potensi yang besar
dalam sektor pertanian yang jika dikembangkan memberikan kontribusi yang
tinggi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah khususnya di
Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah secara umum. Penelitian ini
dilaksanakan pada Bulan Juni sampai dengan Bulan Juli 2012.
3.3. Definisi operasional variabel dan pengukurannya
Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan
menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi batasan
definisi operasional sebagai berikut :
1. Sektor pertanian merupakan salah satu lapangan usaha dalam PDRB yang
terdiri dari sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan, sub sektor
perkebunan dan sub sektor kehutanan.
2. Komoditi Unggulan dilihat dari sisi penawaran yang dicirikan oleh
superioritas dalam pertumbuhannya dalam kondisi biofisik, teknologi dan
sosial ekonomi petani di suatu wilayah, dan dari sisi permintaan dicirikan oleh
kuatnya permintaan di pasar domestik maupun pasar internasional.
3. Penentuan komoditi unggulan ditentukan berdasarkan kualitas dan kuantitas di
lapangan.
7
4. Analisis komoditi unggulan ditentukan berdasarkan data produksi masing-
masing komoditi sektor pertanian.
5. Komoditi maju dan tumbuh cepat, jika komoditi tersebut kontribusi dan laju
pertumbuhan ditingkat kabupaten lebih tinggi dibandingkan dengan laju
pertumbuhan dan kontribusi komoditas lainya.
6. Komoditi yang relatif maju tetapi tertekan yaitu komoditi dimana
kontribusinya terhadap nilai produksi pada tingkat kabupaten lebih besar
dibandingkan kontribusi komoditi lainnya, tetapi laju pertumbuhannya rendah
dibandingkan dengan laju pertumbuhan komoditi lainnya..
7. Komodi dikatakan berkembang cepat, yaitu komoditi yang mempunyai
prospek pengembangan yang lebih baik, tetapi memiliki tingkat kontribusi
yang rendah. Pada dasarnya komoditi-komoditi tersebut mempunyai laju
pertumbuhan yang lebih besar ditingkat kabupaten dibandingkan komoditi
lainnya, tetapi memberikan kontribusi tingkat kabupaten yang lebih rendah
dibandingkan dengan komoditi lainnya.
8. Komoditi relatif tertinggal yaitu komoditi yang pertumbuhan dan
kontribusinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan komoditi lainnya.
3.4. Jenis dan sumber data
Penelitian ini menggunakan data produksi masing-masing komoditi sektor
pertanian yang terdiri dari 4 (empat) sub sektor yaitu tanaman pangan, tanaman
perkebunan, peternakan dan perikanan dengan time series 2009 – 2011.
8
3.5. Tehnik pengambilan dan pengumpulan data
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi
komoditi pertanian di Kabupaten Sigi dan data produksi komoditi pertanian di
Provinsi Sulawesi Tengah yang terdiri dari komoditi tanaman pangan,
perkebunan, peternakan dan perikanan dengan kurun waktu 3 (tiga) tahun, yaitu
2009 – 2011 yang dilakukan melalui studi pustaka.
3.6. Instrumen penelitian
Pada penelitian ini data yang diperoleh diolah dan dianalisis
menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ) untuk menjawab
permasalahan tentang komoditi sektor pertanian yang menjadi komoditi unggulan
di Kabupaten Sigi, analisis Klassen Typology untuk menjawab permasalahan
tentang pertumbuhannya dan digambarkan secara deskriptif untuk menjelaskan
upaya-upaya apa yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan komoditi
unggulan sektor pertanian tersebut di Kabupaten Sigi.
3.7. Tehnik analisis data
Pada penelitian ini, data yang telah dikumpulkan diteliti dan dianalisis
melalui alat analasis :
1. Location Quotient
Analisis LQ dapat digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari
segi produksinya. Untuk mengetahui komoditas unggulan pertanian masing-
LQ = Pij /Pj Pir/Pr atau LQ=
P ij / Pir Pj / Pr
9
masing sub sektornya dari sisi produksi di Kabupaten Sigi, pada penelitian ini
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Keterangan :
P ij
Pj
Pir
Pr
=
=
=
=
Produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Sigi
Total produksi komoditi pertanian sub sektor i di Kabupaten Sigi
Produksi komoditi pertanian i di Provinsi Sulawesi Tengah
Total produksi komoditi pertanian sub sektor i pada di Provinsi Sulawesi
Tengah
Kriteria pengukuran nilai LQ yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
a. Bila LQ > 1 berarti komoditi pertanian tersebut di Kabupaten Sigi menjadi
basis atau merupakan komoditi unggulan, hasilnya tidak saja dapat memenuhi
kebutuhan diwilayah bersangkutan, akan tetapi juga dapat di ekspor keluar
wilayah.
b. Bila LQ < 1 berarti komoditi pertanian tersebut di Kabupaten Sigi tergolong
non basis, tidak memiliki keunggulan, produksi komoditi tersebut disuatu
wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau
inpor dari luar.
c. Bila LQ = 1 berarti komoditi pertanian tersebut di Kabupaten Sigi tergolong
non basis, tidak memiliki keunggulan, produksi dari komoditi tersebut hanya
mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk
diekspor.
2. Analisis Klassen Typologi
Pada penelitian ini analisis Klassen Typologi digunakan untuk
menggambarkan pola dan struktur pertumbuhan produksi komoditi pertanian yang
dibedakan menjadi empat bagian, yaitu komoditi maju dan tumbuh cepat,
10
komoditi maju tetapi tertekan, komoditi berkembang dengan cepat dan komoditi
yang relatif tertinggal. Untuk jelasnya penggunaan dan interpretasi alat analisis
Klassen Typologi dapat dilihat pada tabel 3 dibawah.
Tabel 3.1
Tipologi Pertumbuhan Produksi Komoditi menurut Klassen
y ik > y i y ik < y i
r ik > r i
Komoditi maju
dan tumbuh cepat (A)
Komoditi
berkembang cepat (B)
r ik < r i
Komoditi maju dan
tumbuh lambat (C)
Komoditi relatif
tertinggal (D)
Keterangan :
y ik
y i
r ik
r i
=
=
=
=
Kontribusi komoditi pertanian i terhadap total produksi pertanian di
Kabupaten Sigi
Kontribusi komoditi pertanian i terhadap total produksi di Provinsi
Sulawesi Tengah
Laju pertumbuhan produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Sigi
Laju pertumbuhan produksi komoditi pertanian i di Provinsi Sulawesi
Tengah
Kontribusi komoditi pertanian i terhadap total produksi di tingkat
Kabupaten Sigi (yik) dan kontribusi komoditi petanian terhadap total produksi di
tingkat Provinsi Sulawesi Tengah (yi) dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Dimana :
P ik
P tk
P i
P t
=
=
=
=
Produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Sigi
Total produksi pertanian sub sektor i di Kabupaten Sigi
Produksi komoditi pertanian i di Provinsi Sulawesi Tengah
Total produksi komoditi pertanian sub sektor i di Provinsi Sulawesi
Tengah
Laju Pertumbuhan
Kontribusi
y ik = P ik
P tk
y i = P i
P t
X 100 % X 100 %
11
Untuk laju pertumbuhan produksi komoditi pertanian i masing-masing sub
sektor yaitu sub sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor
peternakan dan sub sektor perikanan ditingkat Kabupaten Sigi (rik) dan laju
pertumbuhan seluruh komoditi pertanian i di KabupatenSigi (ri) dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
Dimana :
P ikt
P ik0
P it
P i0
= Produksi komoditi pertanian i di Kabupaten. Sigi pada tahun ke t
= Produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Sigi pada awal tahun = Produksi komoditi pertanian i di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun
ke t
= Produksi komoditi pertanian i di Provinsi Sulawesi Tengah pada awal
tahun
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
4.1.2 Hasil analisis Location Quotient
Berdasarkan data dan kondisi dilapangan, terdapat komoditi-komoditi yang
tergolong unggulan yaitu: sub sektor tanaman pangan adalah komoditi padi,
jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar, dari sub sektor
perkebunan adalah komoditi kakao, kelapa, kopi, cengkeh dan jambu mete. Dari
sub sektor peternakan adalah komoditi sapi potong, kerbau dan kuda yang masuk
golongan ternak besar. Untuk golongan ternak kecil adalah komoditi kambing,
domba dan babi, dan yang masuk dalam golongan unggas adalah komoditi ayam
petelur dan ayam pedaging. Sedangkan dari sub sektor perikanan adalah perikanan
budidaya kolam dan perikanan tangkap danau. Hal ini berbeda dengan hasil
analisis LQ sebagaimana tabel dibawah, yaitu :
r ik = P ikt - P ik0
P ik0 X 100 % r i = P it - P i0
P i0 X 100 %
12
Tabel. 4.1
Hasil Perhitungan Location Quotient Komoditi Pertanian
di Kabupaten Sigi Tahun 2009 - 2011
No Komoditi Tahun Rata-
Rata 2009 2010 2011
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tanaman Pangan
Padi
Jagung
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
0,95
1,38
0,42
0,22
0,99
0,85
0,95
1,35
0,43
0,23
0,97
0,81
0,97
1,29
1,26
0,91
0,77
0,84
0,96
1,34
0,70
0,45
0,91
0,83
1.
2.
3.
4.
5.
Tanaman Perkebunan
Kakao
Kelapa
Kopi
Cengkeh
Jambu Mete
1,68
0,30
7,69
0,37
0,14
1,08
0,73
9,01
0,28
0,01
1,42
0,38
9,57
0,15
0,02
1,39
0,47
8,76
0,27
0,06
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ternak Besar
Sapi Potong
Kerbau
Kuda
Ternak Kecil
Kambing
Domba
Babi
Unggas
Ayam Petelur
Ayam Pedaging
0,99
0,93
1,64
0,77
0,92
1,42
1,43
0,97
1,17
0,12
1,38
0,70
2,93
1,52
7,05
0,54
1,00
1,39
0,64
0,79
3,41
1,39
4,85
0,65
1,05
0,81
1,22
0,75
2,42
1,45
4,45
0,72
1.
2
Perikanan Budidaya
Kolam
Perikanan Tangkap
Danau
0,98
1,35
1,02
0,84
1,01
0,01
1,00
0,73
Sumber : Data Produksi Komoditi Sektor Pertanian diolah
4.1.3 Analisis klassen typologi
Berikut ini adalah hasil analisis komoditi pertanian di Kabupaten Sigi
berdasarkan Klassen Typologi.
13
Tabel 4.2
Klasifikasi Komoditi di Kabupaten Sigi menurut Klassen Typologi
Kontribusi kabupaten
lebih besar dari
kontribusi provinsi
yik > y i
Kontribusi kabupaten
lebih kecil dari
kontribusi provinsi
y ik < y i
Laju Pertumbuhan kabupaten
lebih besar dari pada laju
pertumbuhan provinsi
r ik > r i
Komoditi maju
dan tumbuh cepat
-
-
-
Kopi
Sapi Potong
Domba
Komoditi
berkembang cepat
-
-
Ubi jalar
Kelapa
Laju Pertumbuhan kabupaten
lebih kecil dari pada laju
pertumbuhan provinsi
r ik < r i
Komoditi maju dan
tumbuh lambat
-
-
-
-
-
-
Jagung
Kakao
Kuda
Babi
Ayam petelur
Perikanan
budidaya (kolam)
Komoditi relatif
tertinggal
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Padi
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi kayu
Cengkeh
Jambu Mete
Kerbau
Kambing
Ayam pedaging
Perikanan
tangkap (danau)
4.2 Pembahasan hasil penelitian
4.2.1 Arah pengembangan komoditi unggulan sub sektor tanaman pangan
Sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu sub sektor yang
mempunyai kotribusi terbesar terhadap perekonomian Kabupaten Sigi.
Berdasarkan hasil analisis Loqation Quotient, pada sub sektor Tanaman Pangan
terdapat komoditi unggul dan komoditi tidak unggul, dimana jagung merupakan
satu-satunya komoditi unggulan sedangkan padi, kacang tanah, kacang hijau, ubi
kayu dan ubi jalar tergolong tidak unggul karena memiliki LQ < 1.
Kontribusi
Laju Pertumbuhan
14
Untuk komodi padi, kacang tanah, kacang hijau,ubi kayu dan ubi jalar
berdasarkan hasil analisis Loqation Quotient termasuk pada golongan bukan
unggulan. Tetapi dengan penanganan yang baik, diharapkan komoditi-komoditi
ini dapat menjadi komoditi unggulan. Utamanya komoditi padi, berdasarkan data
yang diperoleh pada Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah merupakan
Kabupaten terbesar ke-2 penyumbang komoditi ini setelah kabupaten Parigi
Moutong.
Upaya peningkatan produksi komoditi tanaman pangan di Kabupaten Sigi
dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu peningkatan produktivitas dan
perluasan areal tanam atau luas tanam, peningkatan daya saing dan nilai tambah,
peningkatan dan pengembangan infrastruktur pertanian, pengembangan sistem
perbenihan dan perbibitan, pengembangan alat dan mesin pertanian, pengamanan
produksi tanaman bahan pangan, pengembangan kelembagaan serta perbaikan
citra petani dan pertanian agar kembali diminati generasi penerus.
4.2.2. Arah pengembangan komoditi unggulan sub sektor perkebunan
Pada Sub sektor perkebunan ini, komoditi yang diamati adalah kakao,
kelapa, kopi, cengkeh dan jambu mete. Dari hasil analisis LQ diperoleh bahwa
selama 3 (tiga) tahun pengamatan yang termasuk komoditi unggulan adalah kakao
dan kopi, sedangkan komoditi yang bukan unggulan adalah kelapa, cengkeh dan
jambu mete.
Berdasarkan kondisi di lapangan diperoleh bahwa kelapa, cengkeh dan
jambu mete bukan merupakan unggulan disebabkan karena kondisi sebagian besar
tanaman-tanaman ini merupakan tanaman tua yang menyebabkan tingkat produksi
15
yang rendah. Untuk itu dalam rangka peningkatan produksi komoditi tersebut
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: Perbaikan lahan, Perbenihan
dan pembibitan, infrastruktur dan sarana, peningkatan sumberdaya manusia dan
kelembagaan petani perkebunan serta pembiayaan, tehnologi dan industri hilir
4.2.3 Arah pengembangan komoditi unggulan sub sektor peternakan
Pada Sub sektor peternakan ini, yang diamati adalah sapi potong, kerbau
dan kuda untuk golongan ternak besar dan kambing, domba dan babi untuk
golongan ternak kecil serta golongan unggas adalah ayam petelur dan ayam
pedaging. Dari hasil analisis LQ diperoleh bahwa selama 3 (tiga) tahun
pengamatan yang termasuk unggulan adalah sapi potong, kuda, domba, babi dan
ayam petelur sedangkan yang bukan unggulan adalah Kerbau, kambing dan ayam
pedaging.
Pengembangan sub sektor peternakan pemerintah daerah Kabupaten Sigi
juga telah memberi perhatian khusus, untuk itu beberapa strategi pengembangan
yang dapat ditempuh antara lain adalah: pengembangan Kelembagaan Peternakan,
Pola pembinaan kelompok tingkat usaha tani, Pola bergulir, Pengembangan
Kelembagaan Penyuluh, Pengembangan Jasa Pelayanan Tehnis dan Konsultasi
Peternakan, Pengembangan Tehnologi Tepat Guna, Program Optimalisasi
Sumberdaya Alam Lokal, Program Pengembangan Kelembagaan Keuangan,
Pengembangan kemitraan, Pembangunan dan Pemeliharaan
Prasarana/Infrastruktur
16
4.2.4 Arah pengembangan komoditi unggulan sub sektor perikanan
Pada Sub sektor perikanan ini, untuk Kabupaten Sigi tidak dapat mengkaji
sektor perairan laut dikarenakan tidak adanya perairan laut. Komoditi yang
diamati adalah perikanan budidaya adalah kolam dan perikanan tangkap yaitu
danau. Dari hasil analisis LQ diperoleh bahwa selama 3 (tiga) tahun pengamatan
yang termasuk komoditi unggulan adalah perikanan budidaya yaitu kolam,
sedangkan komoditi yang bukan unggulan adalah perikanan tangkap khususnya
danau. Hal ini disebabkan karena wilayah Kabupaten Sigi tidak memiliki wilayah
laut, sehingga usaha bidang perikanan digerakkan hanya pada budidaya kolam.
Disadari bahwa Kabupaten Sigi memiliki potensi budidaya perikanan air tawar
yang cukup besar. Pengembangan budidaya kolam di Kabupaten Sigi yang
dikembangkan adalah pada jenis Ikan Mas, Nila dan Lele. Upaya yang perlu
dilakukan untuk pengembangannya adalah: Pemilihan spesies ikan, Penyediaan
sarana dan prasarana budidaya yang memadai, Pemberdayaan kelompok
pembudidayan ikan, termasuk bantuan permodalan, Meningkatkan daya saing,
melalui efisiensi biaya produksi, Mengendalikan hama penyakit ikan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Hasil analisis Location Quotient di Kabupaten Sigi menunjukkan bahwa
komoditi-komoditi unggulan sektor pertanian yang diamati berdasarkan sub
sektornya masing-masing yaitu :
a. sub sektor tanaman pangan adalah jagung;
17
b. sub sektor perkebunan adalah kakao, kopi;
c. sub sektor peternakan adalah sapi potong, kuda, domba, babi, ayam petelur ;
dan
d. sub sektor perikanan adalah perikanan budidaya kolam.
2. Hasil analisis Klassen Typologi struktur pertumbuhan komoditi sektor
pertanian di Kabupaten Sigi terbagi menjadi 4 bagian, yaitu :
a. komoditi maju dan tumbuh cepat adalah kopi dan domba;
b. komoditi berkembang cepat adalah ubi jalar dan kelapa;
c. Komoditi maju dan tumbuh lambat adalah kakao, sapi potong, babi, ayam
petelur dan perikanan budidaya (kolam); dan
d. Komoditi relatif tertinggal adalah padi, kacang tanah, kacang hijau, ubi
kayu, cengkeh, jambu mete, kerbau, kuda, kambing, ayam pedaging dan
perikanan tangkap (danau).
3. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan berbagai upaya dapat dilakukan
untuk pengembangan komoditi-komoditi unggulan dan bukan unggulan
tersebut berdasarkan sub sektornya masing-masing sehingga dapat terus
memberikan kontrubusi yang signifikan dalam perekonomian daerah
Kabupaten Sigi sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
5.2. Saran
1. Komoditi yang masuk dalam komoditi unggulan dapat terus dipertahankan
kelangsungannya dan bisa lebih diupayakan menjadi lebih berkembang lagi.
18
2. Komoditi yang belum unggul perlu diidentifikasi sehingga bisa diketahui
masalah-masalah yang dihadapi dan bisa dicari solusi yang dapat dilakukan
sehingga dapat menjadi komoditi unggulan terhadap Kabupaten Sigi.
3. Peningkatan produksi Sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Sigi dapat
dilakukan melalui peningkatan produksi, perluasan areal tanaman atau luas
tanam, peningkatan daya saing dan nilai tambah, peningkatan dan
pengembangan infrastruktur, pengembangan sistem perbenihan dan perbibitan,
pengembangan alat dan mesin pertanian, pengamanan produksi,
pengembangan kelembagaan dan perbaikan citra petani dan pertanian agar
kembali diminati generasi penerus.
4. Pada Sub sektor perkebunan, dapat dilakukan melalui perbaikan lahan,
perbenihan dan pembibitan, infrastruktur dan sarana, peningkatan sumberdaya
manusia dan kelembagaan petani perkebunan dan tehnologi dan industri hilir.
5. Peningkatan produksi pada Sub sektor peternakan dapat dilakukan dengan cara
pengembangan kelembagaan peternak, pola kelompok tingkat usaha tani, pola
bergulir, pengembangan kelembagaan penyuluh, pengembangan jasa pelayanan
tehnis dan konsultasi peternakan, pengembangan tehnologi tepat guna, program
optimalisasi sumberdaya alam lokal, program pengembangan kelembagaan
keuangan, pengembangan kemitraan, pembangunan dan pemeliharaan
prasarana/infrastruktur.
6. Peningkatan produksi pada Sub sektor perikanan dapat dilakukan melalui
upaya pemilihan spesies ikan, penyediaan sarana dan prasarana budidaya yang
memadai, pemberdayaan kelompok pembudidayaan ikan, termasuk bantuan
19
permodalan, meningkatkan daya saing melalui efisiensi biaya produksi serta
mengendalikan hama penyakit ikan.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Adisasmita, Rahardjo, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu,
Yokyakarta.
Adisasmita, Rahardjo, 2006. Ekonomi Archipelago. Makassar.
Arief Daryanto dan Yundy Hafizrianda, 2010. Model-Model Kuantitatif Untuk
Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, Konsep dan Aplikasi. PT.
Penerbit IPB Press, Bogor.
Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah. BPFE, Yogyakarta.
Badan Perecanaan Pembangunan Daerah. 2010. Arah Pengembangan Kawasan
Pertanian di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Laporan. Kerjasama
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
dengan Lembaga Lamdawara, Palu
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sigi, 2010. Kawasan Sentra
Pengembangan Agribisnis Komoditi Unggulan untuk Komoditi Ternak di
Kabupaten Sigi. Laporan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Sigi dan Pusat Kajian Perencanaan dan Pengembangan
Sumberdaya Ternak (PKP2SP) Untad, Palu.
Damsar, 2002. Sosiologi Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2006. Pedoman Umum
Pelaksanaan Program dan Anggaran Kinerja Pengolahan dan Pemasaran
Hasi Pertanian. Deptan.
Indra Susanto, 2009. Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten
Pacitan dengan menggunakan Pendekatan Analisis Tipologi Klassen, Skipsi.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
20
Jaenudin, D. Marwah H, Subagio H, Anny Mulyani dan Nata Suharta. 2000.
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kmoditas Pertanian. Versi 3. Pusat
Penelitian Tanah dan Agrokliat, Bogor.
Kuncoro, M, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,
Strategi dan Peluang. Erlangga, Jakarta.
La Ode Syaifudin, 2003. Analisis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Di
Kabupaten Muna, Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas
Brawijaya, 2010. Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten
Ponorogo. Laporan. Kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Kepada Masyarakat Universitas Brawijaya Malang dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Ponorogo.
Mayrowani H. Spriyati, B., Rahmanto, dan Erwidodo, 2002. Kajian Perdagangan
Komoditas Pertanian Antar Wilayah dalam Era Otonomi Daerah. Laporan
Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian.
M. Suparmoko, 1999. Metode Penelitian Praktis. BPFE-Yokyakarta.
Muhammad, Hasan, 2009. Ekonomi Pembangunan Perdesaan. Buku Ajar.
Program Pasca Sarjana Universitas Tadulako Palu.
Nur Indah Wulandari, 2010. Penentuan Agribisnis Unggulan Komodita Pertanian
Berdasarkan Nilai Produksi di Kabupaten Grobogan, Tesis. Program Studi
Magister Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang.
Nurleli, 2008. Pengembangan Komoditas Unggulan Perkebunan Di Kabupaten
Tanggamus Propinsi Lampung, Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Ridha W, 2008. Analisis Potensi Wilayah untuk Pengembangan Usaha. Pasted
Juni 7th.
Riyadi dan Dedy Supriady, 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Saragih, B., 2000. Kumpulan Pemikiran Agribisnis Berbasis Peternakan. Pustaka
Wirausaha Muda, Bogor.
21
Setiono, Dedi, NS, 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah, teori dan Analisis.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Siagian, Sondang P, 1984. Proses Pengelolaan Pembangunan Nasional. Gunung
Agung, Jakarta.
Singarimbun, M dan Sofyan Effendi., 1989. Metode Penelitian Survay. LP3ES,
Jakarta.
Sirojuzilam, 2008. Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional, Ketimpangan
Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara,
Pustaka Bangsa Press.
Sjafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat. Prisma Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial.
Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Boduose Media. Padang
Sumatera Barat.
Sjafrizal, 2009. Teknis Praktis Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah.
Boduose Media. Padang Sumatera Barat.
Soekartawi, 1993. Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian. Rajawali Press,
Jakarta.
Tahawila, Amir, 2010. Perencanaan Tata Ruang. Buku Ajar. Program Pasca
Sarjana Universitas Tadulako Palu.
Tambunan, Tulus T. H, 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori &
Penemuan Empiris. Salemba Empat Jakarta.
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. PT Bumi Aksara, Jakarta.
.............................Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Yusdja dan Ilham, 2004. Tinjauan Kebijakan Pengembangan Agribisnis Sapi
Potong. Akp. Vol. 2 No. 2, Juni 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.