Artikel

11
ARTIKEL: Presentase Rumah Tangga yang ber PHBS Penulis: Riskesdas 2007 Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mengumpulkan 10 indikator tunggal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari enam indikator individu dan empat indikator rumah tangga. Indikator individu meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 mendapat ASI eksklusif, kepemilikan/Ketersediaan jaminan Pemeliharaan kesehatan, penduduk tidak merokok, penduduk cukup beraktifitas fisik dan penduduk cukup mengkonsumsi sayur dan buah. Indikator Rumah Tangga meliputi rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (≥8m 2 /orang) dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah. Dalam penilaian PHBS ada dua macam rumah tangga, yaitu rumah tangga dengan balita dan rumah tangga tanpa balita. Untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita terdiri dari 8 indikator, sehingga niiai tertinggi delapan (8). PHBS diklasifikasikan 'kurang' apabila mendapatkan miai kurang dari enam (6) untuk rumah tangga mempunyai nilai kurang dari lima (5) untuk rumah tangga tanpa balita. Secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat lima propinsi dengan pencapaian di atas angka nasional yaitu DI Yogyakarta (58,2%), Bali (51,7%), Kalimantan Timur (49,8%), Jawa Tengah (47%), dan Sulawesi Utara (46,9%). Sedangkan propinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut-turut adalah Papua (24,4%), Nusa Tenggara Timur (26,8%), Gorontalo (27,8%), Riau (28,1%) dan Sumatera Barat (28,2%). PROGRAM PROMOSI KESEHATAN: Peningkatan Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat Pengembangan Media Promosi Kesehatan dan Teknologi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

description

bebasss

Transcript of Artikel

Page 1: Artikel

ARTIKEL:

Presentase Rumah Tangga yang ber PHBS

Penulis: Riskesdas 2007

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mengumpulkan 10 indikator tunggal Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari enam indikator individu dan empat indikator rumah

tangga. Indikator individu meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6

mendapat ASI eksklusif, kepemilikan/Ketersediaan jaminan Pemeliharaan kesehatan, penduduk

tidak merokok, penduduk cukup beraktifitas fisik dan penduduk cukup mengkonsumsi sayur

dan buah. Indikator Rumah Tangga meliputi rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih,

akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (≥8m2/orang) dan rumah

tangga dengan lantai rumah bukan tanah.

Dalam penilaian PHBS ada dua macam rumah tangga, yaitu rumah tangga dengan balita dan

rumah tangga tanpa balita. Untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator, sehingga

nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita terdiri dari 8 indikator,

sehingga niiai tertinggi delapan (8). PHBS diklasifikasikan 'kurang' apabila mendapatkan miai

kurang dari enam (6) untuk rumah tangga mempunyai nilai kurang dari lima (5) untuk rumah

tangga tanpa balita.

Secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat

lima propinsi dengan pencapaian di atas angka nasional yaitu DI Yogyakarta (58,2%), Bali

(51,7%), Kalimantan Timur (49,8%), Jawa Tengah (47%), dan Sulawesi Utara (46,9%).

Sedangkan propinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut-turut adalah Papua (24,4%), Nusa

Tenggara Timur (26,8%), Gorontalo (27,8%), Riau (28,1%) dan Sumatera Barat (28,2%).

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN:

Peningkatan Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat

Pengembangan Media Promosi Kesehatan dan Teknologi Komunikasi, Informasi

dan Edukasi (KIE)

Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)

Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Page 2: Artikel

BERITA:

Pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Hari/Tanggal: Selasa, 30 Desember 2008

Terwujudnya masyarakat yang sehat tidak terlepas dari perilaku hidup bersih dan sehat

dilingkungan rumah tangga. Sebab, rumah tangga merupakan lingkungan terkecil dalam

masyarakat. Dengan terciptanya kehidupan masyarakat yang sehat, tentu hal ini merupakan

modal utama dan aset yang sangat berharga untuk melaksanakan pembangunan.Menurut Kepala

Dinas Kesehatan Kab. Jember, Dr. Olong Fajri M, MARS saat acara pembekalan TP PKK

Kabupaten beberapa waktu lalu, rumah tangga sehat merupakan aset atau modal utama

pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.

Ia menegaskan, beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena gangguan

berbagai penyakit. "Oleh karena itu, adanya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit

infeksi dan non-infeksi dapat dicegah dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)",

cetusnya.

Pada dasarnya, PHBS adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar,

mau dan mampu mempraktikkan PHBS dengan tujuan memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Selain itu, bermanfaat untuk mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi

diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. "Sehingga

dengan adanya PHBS, tatanan rumah tangga sehat dapat diwujudkan dengan perilaku sehat dan

lingkungan sehat", ujarnya.

Adapun perilaku sehat itu, kata dia, meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,

pemberian ASI kepada balita, mempunyai air bersih (sarana yang memenuhi syarat), mempunyai

jamban, lantai rumah kedap air, ada anggota keluarga yang ikut Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan (Askes), tidak merokok dan pemenuhan gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap

hari).

Sedangkan lingkungan hidup sehat meliputi, adanya sarana air bersih (sumur gali, sumur pompa

tangan, perpipaan, PDAM), adanya jamban keluarga, adanya sarana air limbah/air pembuangan,

memiliki tempat pembuangan sampah dan rumah bebas jentik nyamuk.

Selain PHBS sangat perlu diterapkan pada kehidupan rumah tangga, PHBS ini juga penting

diterapkan pada institusi kesehatan. "Upaya PHBS pada institusi kesehatan adalah upaya untuk

membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat petugas kesehatan agar mampu melakukan

pembinaan PHBS dan mengenali masalah kesehatan serta mampu mengatasi, meningkatkan dan

melindungi kesehatan di wilayah kerjanya", tandas dia.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan tatanan di rumah sakit, Puskesmas, Balai

Pengobatan dan sarana kesehatan lainnya.

Dr Olong menjelaskan manfaat PHBS di institusi kesehatan, adalah untuk meningkatkan citra

Page 3: Artikel

pemerintah dalam bidang kesehatan dan juga institusi kesehatan bersangkutan, meningkatkan

kinerja petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan preventif, promotif dan

kuratif serta dapat menjadi sarana kesehatan yang bersih dan sehat bagi pengunjung. (sal/dn)

sumber : www.jemberpost.com

BERITA:

Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Hari/Tanggal: Selasa, 25 Nopember 2008

PROGRAM acara Nanny 911 yang ditayangkan MetroTV, Minggu (19/10), sungguh menarik.

Di sana ditayangkan seorang ibu muda, Jannice (32), yang memiliki kebiasaan sangat buruk dan

jorok. Rumahnya yang megah di kompleks perumahan mewah di suatu negara bagian di AS

berubah bak kandang babi. Tentu, menjijikkan.

Sang ibu muda ini memiliki kebiasaan buruk, yakni lebih memerhatikan babi piarannya

(Mickey) ketimbang dua anak balitanya, Jelly (3,5 tahun) dan Zoey (18 bulan). Babi Mickey

bahkan memiliki kamar sendiri di rumah pasangan muda itu. Mickey dibiarkan berkeliaran dan

mengacak-acak seisi rumah. Karuan saja, rumah mereka jadi kotor dan berantakan.

Yang paling mengkhawatirkan adalah kedua balitanya mulai meniru perilaku babi Mickey.

Setiap kali waktu makan, kedua balitanya melemparkan piringnya ke lantai, lalu memakannya

sebagaimana cara Mickey makan. Suatu kali, Zoey melemparkan sebuah buku ke toilet.

Kemudian, buku itu diambil dan dijilat. Weaa...aah, sungguh menjijikkan! Pernah pula, putri

bungsunya itu tersungkur gara-gara diseruduk Mickey.

Karry (35), sang suami, melihat ada kejanggalan dengan kondisi psikis istrinya. Ia meminta

Nanny, konsultan keluarga sekaligus aktor program reality show Nanny 911, untuk mengubah

kebiasaan buruk sang istri yang semakin abnormal. Maka, datanglah Nanny dan timnya ke

rumah mereka.

Singkat cerita, selama satu minggu, Nanny berhasil mengubah kebiasaan buruk dan jorok

Jannice. Walaupun awalnya Jannice merasa kesal, benci, dan dipandang rendah. Ia merasa ada

persekongkolan antara suaminya dan Nanny untuk menyudutkan dirinya. Puncaknya, Nanny 911

membuat aturan dan jadwal acara keluarga yang meliputi jadwal dan tempat makan, tidur,

bermain, dll. Langkah pertama yang dilakukan Nanny adalah mengeluarkan babi Mickey dan

ditempatkan di sebuah kandang yang tak jauh dari rumah mereka. Jannice nyaris mengusir

Nanny karena babi piaraannya dipisahkan dengan dirinya. Namun, dengan memberikan

pengertian terus-menerus pada Jannice, Nanny akhirnya berhasil mengubah kehidupan pasangan

muda di AS tersebut.

Page 4: Artikel

Ilustrasi singkat tadi menggambarkan betapa kebiasaan yang demikian buruk bisa diubah dengan

mengubah cara berpikir, disiplin, taat pada aturan, serta kerja keras dan pantang menyerah.

Dalam waktu singkat, kendati tak mudah, mindset dan kebiasaan seseorang bisa diubah.

Hidup Bersih dan Sehat

Hidup bersih, sehat, bahagia dan sejahtera lahir batin adalah dambaan setiap orang. Hidup

berkecukupan materi bukan jaminan bagi seseorang bisa hidup sehat dan bahagia. Mereka yang

kurang dari sisi materi juga bisa menikmati hidup sehat dan bahagia. Sebab, kesehatan terkait

erat dengan perilaku atau budaya. Perubahan perilaku atau budaya membutuhkan edukasi yang

terus-menerus.

Pemerintah sudah cukup lama mengampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Namun, berbagai kendala klasik menghadang. Di antaranya: disparitas status kesehatan

antartingkat sosial ekonomi, antarkawasan, dan antarperkotaan-perdesaan, beban ganda penyakit,

rendahnya kinerja pelayanan kesehatan, kebiasaan merokok, pemberian air susu ibu (ASI)

eksklusif dan gizi lebih pada balita, rendahnya kebersihan lingkungan, rendahnya kuantitas,

pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, dan terbatasnya tenaga kesehatan dan

penyebarannya.

Indikator yang digunakan dalam pendataan PHBS meliputi sebelas indikator perilaku, antara lain

tidak merokok, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI eksklusif, imunisasi,

balita ditimbang, sarapan pagi, makan buah dan sayur, cuci tangan, gosok gigi, dan olahraga.

Dari aspek lingkungan, harus memenuhi tujuh indikator yaitu tersedianya jamban, air bersih,

bebas jentik, pemilahan sampah, sistem pembuangan air limbah (SPAL), ventilasi, lantai, dan

kepadatan rumah.

Budaya atau perilaku hidup bersih dan sehat harus menjadi bagian integral dari kehidupan kita.

PHBS harus tertanam pada anak sejak kecil sehingga mereka sudah terbiasa dengan pola hidup

bersih dan sehat hingga mereka dewasa.

Kesehatan adalah investasi kita di masa kini dan masa depan. Masyarakat juga harus disadarkan

bahwa kesehatan dibangun bukan oleh obat-obatan atau tindakan kuratif lainnya, tapi 75 persen

kesehatan kita dibangun oleh lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat. Tidak

ada yang bisa kita kerjakan bila badan kita sakit. Bahkan, tidak ada artinya perjalanan karier

yang menanjak bila kondisi fisik, psikis, dan lingkungan kita makin buruk.

Page 5: Artikel

Peran PKK

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sejatinya tugas setiap orang, tak hanya kaum

perempuan kendati motor penggerak PKK sebagian besar kaum perempuan. Yang perlu

dipahami masyarakat adalah ada perbedaan siginifikan antara PKK dulu dengan sekarang.

PKK bukan bagian organik dari pemerintah, tapi mitra strategis pemerintah dalam menjalankan

pembangunan. Kepedulian PKK pada berbagai persoalan keluarga menjadi kekuatan PKK dalam

menjawab persoalan-persoalan riil masyarakat. Salah satunya adalah perhatiannya pada soal

kesehatan anak, ibu, dan keluarga.

Momentum Kesatuan Gerak PKK-KB Kesehatan ke-14 yang akan digelar di Kota Bogor, Jawa

Barat, 21 Oktober 2008 merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan selama tiga bulan,

Oktober-Desember 2008. Momentum ini merupakan pengejawantahan dari komitmen jajaran

PKK dalam mendukung program KB dan Kesehatan. Kegiatan ini akan mendorong optimalisasi

pelayanan berbagai sarana kesehatan seperti posyandu, puskesmas, kampanye perilaku hidup

bersih dan sehat, dll.

Pemerintah menyarankan 17 tip hidup sehat. Di antaranya ibu hamil memeriksakan

kehamilannya sedini mungkin dan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dan

meminta pertolongan persalinan kepada bidan, memberi ASI saja kepada bayinya selama empat

bulan pertama. Ibu hamil juga disarankan minum tablet tambah darah atau tablet zat besi.

Setiap bayi harus diimunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun dan ditimbang berat badannya sejak

lahir sampai usia 5 tahun di posyandu atau sarana kesehatan. Setiap orang agar makan makanan

yang mengandung unsur zat tenaga, zat pembangun, garam yodium, dan zat pengatur sesuai

dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

Setiap orang juga disarankan membuang air besar atau tinja di jamban (WC), mencuci tangan

dengan sabun setelah buang air besar dan waktu akan makan. Selain itu, gunakan air bersih dan

air untuk minum agar dimasak dahulu, jangan lupa olahraga teratur dan jadi peserta Dana Sehat

(Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).

Jika sebagian besar masyarakat memahami manfaat perilaku hidup bersih dan sehat, bukan tak

mungkin kita mampu menekan tingginya angka diare, DBD, dan ISPA yang kerap datang pada

musim pancaroba (pergantian musim). Kita juga dapat melihat kenaikan angka perempuan hamil

yang melahirkan pada tenaga kesehatan.

Pada akhirnya kita akan melihat warga memiliki kemandirian dalam mewujudkan derajat

kesehatan sebagai hak individualnya yang akan berkontribusi pada kenaikan IPM Jabar. Semoga!

(*)

Sumber : www.tribunjabar.co.id NETTY PRASETIYANI, SS. Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat

Page 6: Artikel

ARTIKEL:

Promosi Kesehatan di Sekolah: Membentuk Anak Menjadi Agent of Change

Penulis: Winitra Rahmani A., S.Sos

Setiap tanggal 23 Juli kita memperingati Hari Anak Nasional. Mengapa? Karena secara logika -

dan siapa pun pasti sepakat - bahwa masa depan bangsa Indonesia terletak di tangan anak-anak

saat ini. Dengan adanya Hari Anak Nasional, kita seperti diingatkan kembali untuk

memperhatikan apakah kita sudah benar-benar mengayomi para penerus bangsa ini.Masih dalam

semangat Hari Anak Nasional ke-24 yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2008 yang lalu, yang

mengusung tema "Saya Anak Indonesia Sejati, Mandiri, dan Kreatif" dengan sub tema "Anak

Indonesia Sejahtera, Berkualitas, dan Terlindungi" dan "Anak Indonesia Bisa!", kita seolah-olah

diingatkan benarkah keadaan anak-anak di Indonesia saat ini telah mencerminkan tema yang

diusung tersebut? Alangkah ironisnya, sebab berdasarkan pernyataan Ketua Yayasan

Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Prof. Lily I. Ruliantoro, MD, dari 27,6 juta anak-anak

usia 0-6 tahun pada tahun 2005, hanya 25 persen yang terakses program peningkatan kesehatan,

gizi, dan pendidikan (Pendidikan Anak Usia Dini - PAUD) secara menyeluruh (Koran Tempo,

23 Juli 2008). Ini tentu saja memprihatinkan kita semua karena seperti yang tercantum dalam

Konvensi Hak-Hak Anak yang dikeluarkan oleh Dewan Umum PBB pada tanggal 20 November

1989, dinyatakan bahwa anak-anak memiliki hak atas kesehatan (artikel 24) dan pendidikan

(artikel 28).

Bila kita mau menyelamatkan nasib anak-anak kita, mari kita coba dengan cara yang sederhana.

Misalnya dengan mengajak para guru untuk memberdayakan 25 persen anak-anak yang

beruntung tersebut - pada saat ini mereka telah berusia 3-9 tahun - untuk melakukan promosi

kesehatan di sekolah. Mengapa di sekolah dan bukannya di rumah? Karena seperti kita ketahui

bersama bahwa saat ini sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan di sekolah dengan berbagai

macam kurikulum dan ekstrakurikulernya. Banyak pula orang tua yang sibuk bekerja, sehingga

tidak selalu sempat untuk memberikan pengajaran pada anak-anaknya dan kemudian bagian itu

diberikan pada guru. Ini mengindikasikan bahwa promosi kesehatan akan lebih efektif bila dapat

dilakukan di sekolah.

Salah satu bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah penerapan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS). Ada 8 indikator PHBS yang dilakukan di sekolah, yaitu Cuci Tangan dengan Air

Bersih dan Sabun; Jajan di Kantin Sekolah; BAB dan BAK di Jamban; Buang Sampah di

Tempatnya; Berolahraga; Mengukur Tinggi dan Berat Badan; Memeriksa Jentik Nyamuk; dan

Tidak Merokok di Sekolah. Dengan diajarkannya PHBS pada anak-anak di sekolah, diharapkan

mereka menerapkannya pula di rumah dan di lingkungan masyarakat sekitarnya. Diharapkan

pula, dengan kepolosannya mereka dapat memberi pengertian dan menggugah orang-orang di

sekitarnya tentang betapa pentingnya PHBS itu.

Page 7: Artikel

Sesungguhnya, dengan menyelamatkan anak-anak berarti kita menyelamatkan diri kita sendiri di

masa yang akan datang. Ini seperti kutipan dari lagu "We Are the World" - walaupun konteksnya

tidak sama, lagu tersebut dalam konteks kepedulian artis-artis Amerika terhadap bencana

kelaparan di Afrika - pada tahun 1980-an: We are the world, we are the children

We are the one to make a brighter day so let's start giving There's a choice we're making,

we're saving our own lives It's true we make a better day just you and me...

AYA HIDUP DAN GAYA HIDUP SEHAT, TANTANGAN PROMOSI KESEHATAN DI INDONESIA

Penulis: Ari W.

Gaya hidup dan gaya hidup sehat, kini merupakan kosa kata yang seksi, menjadi jualan yang laris manis.

Simaklah belantara industri media – media kertas maupun elekronik – betapa banyak dagangan yang

ditawarkan atas nama gaya hidup dan gaya hidup sehat. Dan menjadi sebuah kewajiban para praktisi

marketing dan periklanan untuk mengetahui gaya hidup para konsumen, untuk dipuasi atau untuk

dirubah gaya hidup dan gaya hidup sehat mereka. Begitulah adanya dunia industri kini dan kitapun

terperangkap dalamnya, bagai ikan didalam bubu. Apa boleh buat, itulah kutukan peradaban. Dan setiap

gaya hidup – sehat atau tidak sehat – yang kita jalani sadar maupun tidak sadar, ada ongkos didalamnya,

ada harga yang harus dibayar – pra maupun pasca – gaya itu. Dan seyogyanya menjadi kerisauan

bersama.

Tentang gaya hidup itu

Terdapat berbagai pengertian tentang gaya hidup, tergantung dari mana kita berkepen

tingan melihatnya. Seperti orang orang pemasaran misalnya. Bagi kalangan ini, kesamaan atau kebedaan

antara usia, tempat tinggal, suku , agama, kebangsaan dan kewar

gaan, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, belumlah menggambarkan apa apa. Itu baru

pengkategorian demografis atau baru menjawab “ siapa konsumen kita”. Padahal bagi pembidik

pembidik pasar, ada yang lebih penting yaitu : apa yang ada dikepala mereka ( segmentasi psikografi,

kohor) – apa yang mereka beli dan dimana mereka dapat dijangkau. Apa yang ada dikepala mereka,

itulah salah satu cara segmentasi pasar modern. Apa yang ada dikepala konsumen adalah AIO (

A=aktivitas, I = interes, minat, O=opini, pendapat. Resultante dari AIO inilah yang disebut gaya hidup,

yang dalam pengertian pemasaran : Gaya hidup ialah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan

uangnya.Mengetahui hal hal ini berarti mengetahui apa yang dapat dijual kepada mereka, juga dimana

atau cara bagaimana mereka dapat dijangkau Tulisan yang lebih detil tentang ini dapat dibaca dalam

berbagai referensi anatara lain Membidik Pasar Indonesia- Rhenald Kasali, Gramedia Jakarta 2001.

Uraian dalam artikel ini hanyalah sekedar perbandingan dengan pengertian dan analisis Gaya Hidup dari

sisi kesehatan atau Gaya Hidup Sehat.

Page 8: Artikel

Gaya hidup - dari penglihatan kesehatan

Dalam health promotion glossary ( WHO 1998) , dirumuskan pengertian sebagai berikut :

Lyfestyle is a way of living based on identifiable patterns of behaviour which are determined by the

interplay between an individual’s personal characteristics, social interactions, and socioeconomicand

environmental living condition.

Pola pola perilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau lingkungan social yang

berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap (fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan

dengan pola perilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada

kesehatan orang lain. Dalam “kesehatan” gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara

memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu saja,

tetapi juga merubah lingkungan social dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi pola perilakunya.

Harus disadari bahwa tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang “sama dan cocok” yang

berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struktur keluarga, umur, kemampuan fisik, lingkungan

rumah dan lingkungan tempat kerja, menciptakan berbagai “gaya” dan kondisi kehidupan lebih menarik,

dapat diterapkan dan diterima.

Senjata sama : maksud beda

Para marketer melihat gaya hidup dengan analisis AIO, dengan maksud agar tepat dalam penetrasi

barang dan jasa yang ditawarkannya

Para promosi kesehatan melihat gaya hidup dengan analisis AIO, agar lebih mengenal khalayak dan

dapat mengembangkan promosi gaya hidup sehat yang berorientasi khalayak atau klien. Bedanya

dengan para marketer ialah, para promotor membandingkan gaya hidup khalayak dengan standar

standar kesehatan, merubahnya bila tidak sesuai.

Lalu, apa maksud kedua penampakan gaya hidup dari sisi pemasaran dan promosi diuraikan dalam

tulisan ini? Cuma satu : saling memperkaya.

Kita sepakat, dalam hal gaya hidup, penyebab dan penampakkan ( hal hal yang dapat diidentifikasi) pada

setiap orang dan kelompok, pasti berbeda. Aktivitas (A) interast (I) dan Opini (O) masing masing orang

dan kelompok saling berbeda, jadi intervensi yang dilakukan pun harus berbeda.

Page 9: Artikel

Dan Vientiane berdeklarasi

Antara lain ditanda tangani oleh Dr Achmad Sujudi, Menteri Kesehatan Indonesia, di Republik Laos 15

Maret 2002, di ibu kota Vientiane, lahirlah Deklarasi Vientiane tentang Gaya Hidup Sehat Asean –

ditanda tangani oleh sepuluh menteri kesehatan negara negara ASEAN. Deklarasi ini mengartikan gaya

hidup sebagai praktek perilaku dan prakek social yang mendukung kesehatan dan merupakan cerminan

dari nilai nilai dan jatidiri dari kelompok dan masyarakat dimana penduduk hidup dan menghabiskan

sebagian besar hidupnya untuk memenuhi kehidupan ekonomi , social dan lingkungan fisik.

Sedemikian pentingnya gaya hidup sehat itu sehingga para menteri kesehatan menetapkan visi “ pada

tahun 2000 semua penduduk ASEAN akan menuju gaya hidup sehat, sesuai dengan nilai hidup,

kepercayaan dan budaya ASEAN, dalam lingkungan yang mendukung.

Selanjutnya dirumuskan berbagai area prioriotas, tergantung kondisi kesehatan masing masing negara.

ARTIKEL:

Promosi Kesehatan dengan Tatanan

Penulis:

Dari pelayanan kesehatan kuratif ke promotif dan preventif

Kesehatan adalah kebutuhan dasar bagi semua orang dimanapun berada. Dahulu kala pelayanan

kesehatan lebih perhatian kepada masalah sakit atau penyakit yang dialami oleh penderita untuk

dilakukan penyembuhan sampai penderita menjadi sehat kembali. Tanpa memperhatikan lagi

bahwa penyakit tersebut dapat kambuh kembali dikemudian hari. Konsep pencegahan dan

pemeliharaan yang ada kurang diperhatikan oleh petugas kesehatan, hal ini diserahkan kepada

teman sejawat yang peduli akan pencegahan yang mana profesionalisme, keadaan sosialnya

masih rendah untuk meningkatkan pengadaan air bersih dan sanitasi, pemberian vaksin dalam

mencegah penyakit dan penyuluhan ke masyarakat apa yang mereka harus lakukan dan apa yang

tidak perlu dilakukan agar menjadi lebih sehat. Sebetulnya kesehatan dapat dipromosikan secara

baik di manapun. Tempat pelayanan kesehatan, petugas kesehatan dan peralatan yang canggih

dan mahal dengan majunya perkembangan teknologi saat ini untuk menjalankan prosedur

pemeriksaan kesehatan mengakibatkan takutnya masyarakat ataupun yang membutuhkan untuk

berobat terutama untuk sosial ekonomi yang rendah atau paspasan. Sementara pelayanan

kesehatan yang bersifat pencegahan dengan teknologi yang sederhana masih dibutuhkan, untuk

mengurangi kematian. Dengan adanya perbedaan biaya kesehatan yang mahal dan murah

dibandingkan dengan hasilnya maka menjadi tidak jelas.

Page 10: Artikel

Penyebab kematian sering tidak begitu jelas tapi ada hubungan dengan yang erat dengan

kemiskinan, ketidaktahuan, kurang gizi, lingkungan yang kotor atau berpolusi, pemakaian

NAPZA termasuk rokok dan gaya hidup yang tidak sehat sering mempengaruhi kesehatan

masyarakat samapai menimbulkan penyakit yang berbahaya dan kematian.

Di Indonesia yang terdiri dari beribu pulau dengan jumlah penduduk yang sangat banyak dengan

beraneka ragam budaya, sehingga hal ini penanganan yang terintegrasi. Jumlah penduduk

Indonesia masih banyak di pedesaan dan perkotaan yang kurang mendukung dari segi kebersihan

dan kesehatan lingkungannya.

Masih banyak juga masyarakat kurang mampu menjangkau pelayanan kesehatan karena

hambatan geografis dan transportasi sehingga hal ini menyebabkan keterlambatan dalam

penotongan.

Dengan kemajuan teknologi kedokteran saat ini seharusnya semua masyarakat Indonesia

merasakan kemajuan tersebut, tetapi karena keterbatasan biaya dan pemerataan pelayanan maka

teknologi tersebut baru dapat dirasakan sebagian kecil saja. Keadaan tersebut di atas merupakan

gambaran pembangunan kesehatan di Indonesia, untuk itu sebaiknya kesehatan harus menjadi

kebutuhan dasar dan merupakan juga hak azazi manusia dalam mencapai Indonesia Sehat 2010.

Prinsip ini merupakan visi dari pembangunan kesehatan Indonesia dimana semua masyarakat

hendaknya derajat kesehatanya memungkinkan untuk produktif dalam bekerja dan berpartisipasi

secara aktif dalam pencegahan dan pemeliharaan kesehatannya. Hal tersebut diatas tidak

mungkin dapat dicapai melalui kesehatan saja tetapi juga harus melibatkan semua sektor yang

terkait. (jms)

ARTIKEL:

PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

Penulis: Jame's

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal

yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan

organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi sosial,mental dan

phisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat

memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan

moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktifitas. Sebaliknya tempat

kerja yang kurang sehat atau tidak sehat (sering terpapar zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan)

dapat meningkatkan angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja,

meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya.

Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan

pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Secara umum bahwa

kesehatan dan lingkungan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi.

Page 11: Artikel

Dimana industrilisasi banyak memberikan dampak positif terhadap kesehatan, seperti meningkatnya

penghasilan pekerja, kondisi tempat tinggal yang lebih baik dan meningkatkan pelayanan, tetapi

kegiatan industrilisasi juga memberikan dampak yang tidak baik juga terhadap kesehatan di tempat

kerja dan masyarakat pada umumnya.

Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara global dibidang

pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan perubahan-perubahan dalam

pembangunan baik dalam bidang tehnologi maupun industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka

konsekuensinya terjadi perubahan pola penyakit / kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan

pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan) , faktor fisik (panas , Bising, radiasi) dan

faktor kimia. Masalah gizi pekerja juga merupakan hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan,

stress, penyakit Jantung, tekanan darah tinggi dan lain-lainnya. Perubahan ini banyak tidak disadari oleh

pengelola tempat kerja atau diremehkan.

Atau walaupun mengetahui pendekatan pemecahan masalahnya hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif

saja tanpa memperhatikan akan pentingnya promosi dan pencegahan.

Promosi kesehatan ini dikembangkan dengan adanya Deklarasi Jakarta hasil dari konferensi

Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta bulan juli 1997. Dengan komitmen yang tinggi Indonesia ikut

berperan dalam melakukan kegiatan tersebut terutama melalui program perilaku hidup bersih yang

dilakukan di beberapa tatanan diantaranya adalah tatanan tempat kerja.

Masih sangat sedikit sekali pekerja dari perusahaan mendapatkan pelayanan kesehatan keselamatan

kerja yang memuaskan, karena banyak para pimpinan perusahaan kurang menghubungkan antara

tempat kerja, kesehatan dan pembangunan. Padahal kita ketahui bahwa pekerja yang sehat akan

menjadikan pekerja yang produktif, yang mana sangat penting untuk keberhasilan bisnis perusahaan

dan pembangunan nasional. Untuk itu promosi kesehatan di tempat kerja merupakan bagian yang

sangat penting di tempat kerja.