arti pendidikan dan mutu pendidkan

29
Pengertian Mutu Pendidikan Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsunnya proses. Input sumber daya meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb.). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundangundangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses yang dimaksud adalah proses pengembilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses- proses lainnya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dsb) dilakukan secara harmonis, sehingganya mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdaykan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan

Transcript of arti pendidikan dan mutu pendidkan

Page 1: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Pengertian Mutu PendidikanSecara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh daribarang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskankebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikanpengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karenadibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupasumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandubagi berlangsunnya proses. Input sumber daya meliputi sumberdayamanusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dansumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb.). Inputperangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundangundangan,deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapanberupa visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang ingin dicapai olehsekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsungdengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur daritingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pulamutu input tersebut.Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yanglain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebutinput sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikanbersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah prosespengambilan keputusan, proses yang dimaksud adalah proses pengembilankeputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program,proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengancatatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingdengan proses- proses lainnya.Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasianserta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dsb)dilakukan secara harmonis, sehingganya mampu menciptakan situasipembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorongmotivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakanpeserta didik. Kata memberdaykan mengandung arti bahwa peserta didiktidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akantetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik,dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih penting lagipeserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampumengembangkan dirinya)

Bab II Pengertian dan Unsur-Unsur PendidikanJuly 11, 2008 — Hartoto Seorang calon pendidik hanya dapat melaksanakan tugasnya denga nbaik jika memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang dimaksud pendidikan. Jawaban yang benar tentang pendidikan diperoleh melalui pemahaman terhadap unsur-unsurnya, konsepdasar yang

Page 2: arti pendidikan dan mutu pendidkan

melandasinya, dan wujud pendidikan sebagi sistem. Bab II ini akan mengkaji pengertian pendidikan,unsur-unsur pendidikan, dan sistem pendidikan. 

A.    PENGERTIAN PENDIDIKAN

1.     Batasan tentang PendidikanBatasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.

a.     Pendidikan sebagai Proses transformasi BudayaSebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.

b.     Pendidikan sebagai Proses Pembentukan PribadiSebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.

c.     Pendidikan sebagai Proses Penyiapan WarganegaraPendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.

d.     Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga KerjaPendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

e.     Definisi Pendidikan Menurut GBHN

Page 3: arti pendidikan dan mutu pendidkan

GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasiaonal yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

2.     Tujuan dan proses Pendidikan

a.     Tujuan pendidikanTujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dazn merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

b. Proses pendidikan Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.

  

3.     Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh comenius 3 abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH didefenisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan penstruktursn ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua.(Cropley:67)

                   Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa PSH diperlukan:a.     Rasionalb.     Alasan keadilanc.     Alasan ekonomi

Page 4: arti pendidikan dan mutu pendidkan

d.     Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek

e.     Alasan perkembangan iptekf.      Alasan sifat pekerjaan

4.     Kemandirian dalam belajar

a.     Arti dan perinsip yang melandasi Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kamauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada perinsip bahwa individu yang belajar akan sampai kepada perolehan hasil belajar.

b.     Alasan yang menopangConny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988; 14-16) mengemukakan alasan sebagai berikut:       Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak

mungkin lagi para pendidik(khususnya guru) mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik.

      Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif.      Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik

mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan situasi dan kondidi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktekannya sendiri.

      Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.

B.    UNSUR-UNSUR PENDIDIKANProses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:

1.     Subjek yang dibimbing (peserta didik).2.     Orang yang membimbing (pendidik)3.     Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)4.     Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)5.     Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)6.     Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)7.     Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)

Page 5: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Penjelasan:1.     Peserta Didik

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:a.     Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga

merupakan insan yang unik.b.     Individu yang sedang berkembang.c.     Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan

manusiawi.d.     Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

2.     Orang yang membimbing (pendidik)Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.

3.     Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

4.     Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)a.     Alat dan Metode

Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang kuratif.

b.     Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan

yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

C.    PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

1.     Pengertian Sistem

Page 6: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Beberapa definisi sitem menurut para ahli:a.     Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau

terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)

b.     Sistem meruapakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)

c.     Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11)

 2.     Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan.

Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output(tamatan), instrumentalinput(guru, kurikulum), environmental input(budaya, kependudukan, politik dan keamanan).

 3.     Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sitem Lain dan Perubahan Kedudukan

dari SistemSistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai subsistem, bidang ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan subsistem dari  bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.

 4.     Pemecahan masalah pendidikan secara sistematik.

a.     Cara memandang sistemPerubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sitem ataupunsebaliknya suatu sitem menjadi komponen dari sitem yang lebih besar, tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang lingkup suatu sitem atau dengan kata lain ruang lingkup suatu permasalahan.

b.     Masalah berjenjangSemua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan dalam hubungan sebab akibat, alternatif maslah, dan latar belakang masalah.

c.     Analisis sitem pendidikanPenggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efesien

Page 7: arti pendidikan dan mutu pendidkan

dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: bahwa kita dipersyaratkan untuk berpikir secra sistmatik, artinya harus memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam maslah pendidikan yang akan dipecahkan.

d.     Saling hubungan antarkomponenKomponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut tidak berhibungan secra fungsional dengan komponen lain.

e.     Hubungan sitem dengan suprasistemDalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan. Sdangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya memerlukan pembinaandan pengembangan.

  

5.     Keterkaitan antara pengajaran dan pendidikanKesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan pendidikan adalah:

a.     pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masing-masing saling mengisis.

b.     Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar masing-masing dapat dipahami lebih baik.

c.     Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan membentuk wadah, sedangkan pengajaran mengusahakan isinya. Wadah harus menetap meskipun isi bervariasi dan berubah.

 6.     Pendidikan prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam jabatan

(inservice education) sebagai sebuah sistem.Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu. Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan kepada oramg-orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-kursus, dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan prajabatan hanya memberikan bekal dasar, sedangkan bekal praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan dalam jabatan.

 7.     Pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai sebuah sistem.

Page 8: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya SD,SMP,SMA, dan PT. Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping pendidikan formal dan nonformal.Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.

 

n saja dalam situasi apa saja. Hambatan-hamabatan di atas sedapat mungkin diatasi dengan cara tertentu. Cara-cara tersebut dirancang sedemikain rupa guna mengatasi hambatan belajar baik hambatan belajar dalam pembelajaran di dalam kelas, maupun pembelajaran di luar kelas, misalnya pembelajaran jarak jauh. Jadi rancangan tersebut dapat berupa rancangan secara makro, mikro dan meso. Rancangan makro adalah rancangan secara nasional yang tertuang dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan sebagainya. Rancangan secara meso adalah implikasi kebijakn nasional ke dalam kebiajakan operasional dalam ruang lingkup wilayah Departemen atau Dinas Pendidikan Nasional di Propinsi. Sedangkan rancangan mikro adalah aplikasi kebijakan pendidikan yang berlangsung dalam satuan pendidikan baik formal ataupun nonformal. Inilah yang disebut learning how to learn yaitu mempelajari bagaimana caranya belajar. Dengan mempelajari bagaimana caranya agar peserta didik dapat belajar inilah maka hambatan pencapaian tujuan pendidikan dapat diperkecil atau dihilangkan.

Untuk ’belajar bagaimana cara belajar’ maka diperlukan cara atau teknik, selanjutnya kita sebut teknologi pendidikan atau teknologi pembelajaran. Tirtarahardja dan La Sulo (2005:41) mengemukakan sebagai berikut.

Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab berkembanmgnya tingkah laku peserta didik sebagai tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh adanya pengalaman belajar yang optimal itu. Di sini jelas bahwa penggunaan teknologi pendidikan memegang peranan penting. Pengelolaan prposes pendidikan harus memperhitungkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (ditebalkan oleh penulis).

Dari uraian tersebut jelas bahwa untuk mengatasi masalah belajar diperlukan suatu cara atau teknik yang sekarang ini dikenal dengan istilah teknologi pendidikan atau teknologi pembelajaran. Sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, Association for Educational Communications Tacnology (AECT) pada tahun 1994 seperti dikutip Prawiradilaga (1999:11) memberikan definisi teknologi pendidikan atau teknologi pembelajaran sebagai berikut: “Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar”.

Page 9: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Sebetulnya definisi tersebut awalnya bukan seperti itu, teknologi pendidikan hanya sebatas audio visual saja (tahun 1963) namun konsep tersebut berkembangan menuju kesempurnaan seperti di atas. Semula teknologi pendidikan hanya sebatas alat namun berkembang ke sistem yang lebih luas. Dari praktek menuju teori dan praktek dan dari produk menuju ke proses dan produk dan dalam perjalanannya teknologi pendidikan menjadi sebuah bidang ilmu dan profesi (Sudrajat, 2007:3).

Banyak pertanyaan yang muncul sekitar profesi teknologi pendidikan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berupa pertanyaan mengenai pengertiannya, tugas pokoknya, kompetensinya, organisasinya, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan ini muncul sebagai reaksi adanya suatu bidang kajian keilmuan yang dianggap baru oleh masyarakat awam. Bahkan bukan masyarakat umum yang awam saja melainkan mahasiswa yang menempuh Program Sudi Teknologi Pendidikan pun mempertanyakannya seperti dikemukakan oleh Chaeruman (2008). Bukan itu saja berkemungkinan pihak pengguna profesi teknologi pendidikan pun tidak tahu, baik swasta ataupun pemerintah. Ini berlanjut pada lapangan pekerjaan. Apakah dunia kerja sudah mengetahui adanya profesi teknologi pendidikan yang dapat mereka manfaatkan ? Apabila dikaitkan dengan jabatan fungsional, apakah pemerintah telah mengeluarkan peraturan untuk mengakui jabatan fungsional teknologi pendidikan atau yang lebih dikenal Jabatan Funsional Pengembang Teknologi Pendidikan (JF-PTP) ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan cerminan adanya masalah seputar profesi teknologi pendidikan. Untuk itu perlu adanya bahasan mengenai teknologi pendidikan secara tuntas, sehingga akan berguna bagi penulis sendiri ataupun orang lain yang membacanya.

B. Masalah

Dari uraian di atas yang menjadi masalah adalah apakah fungsi, tugas, dan pendidikan profesi teknologi pendidikan ?

2. Pembahasan

A. Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan

1). Pengertian Profesi Teknologi Pendidikan

Miarso (2004:96) mengartikan tenaga profesi teknologi pendidikan sebagai tenaga ahli dan atau mahir dalam membelajarkan peserta didik dengan memadukan secara sistemik komponen sarana belajar meliputi orang, isi ajaran, media atau bahan ajaran, peralatan, teknik, dan lingkungan. Apa yang dikemukakan Miarso tersebut apabila dihubungkan dengan definisi teknologi pendidikan yang dikemukakan oleh AECT 1994 sangat relevan. Dalam AECT 1994 telah dirumuskan definisi teknologi pendidikan seperti telah disebutkan dalam Latar Belakang di atas bahwa: “Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar”. Dari kedua definisi itu maka pengertian profesi teknologi penddidikan adalah tenaga ahli yang melakukan teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan serta menilai proses dan sumber untuk membelajarkan peserta didik.

Page 10: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Lebih lanjut Miarso mengemukakan bahwa ciri utama dalam profesi teknologi pendidikan adalah adanya kode etik, pendidikan dan pelatihan yang memadai, serta pengabdian yang terus menerus. Kode etik profesi sebetulnya mempunyai tujuan melindungi dan memperjuangkan kepentingan peserta didik; melindungi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara; melindungi dan membina diri serta sejawat profesi; dan mengembangkan kawasan dan bidang kajian teknologi pendidikan (Kusuma, 2008:7). Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk memberikan pembelajaran mengenai teknologi pendidikan kepada mahasiswa atau mereka yang telah menyelesaikan studi mereka di Program Studi Pendidikan. Dengan cara ini mereka akan dapat bekerja lebih profesional. Sedangkan pengabdian yang terus menerus merupakan bentuk karya nyata dari seorang yang berprofesi teknologi pendidikan dalam membelajarkan peserta didik melalaui layanannya seperti fasilitas dan sumber belajar.

Finn (1953) dalam Kusuma (2008:2) mengemukakan karakteristik profesi adalah

a. suatu teknik intelektual;

b. aplikasi teknik tersebut yang terkait dengan urusan prektis manusia;

c. pelatihan dengan priodee waktu yang lama;

d. suatu perkumpulan anggota profesi yang tergabung dalam sebuah badan dengan suatu komunikasi bermutu tinggi agar anggota-anggotanya;

e satu rangkaian pernyataan kode etik dan standar yang disepakati;

f. pengembangan teori intelektual dengan penelitian yang terorganisasi.

Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan dapat digolongkan sebagai sebuah profesi. Karakteristik di atas dapat dipenuhi oleh teknologi pendidikan yaitu adanya teknik intelektual, praktek aplikasi, pelatihan dengan priode yang panjang, adanya asosiasi dan komunikasi sesama anggota (organisasi profesi IPTI = Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia), kode etik dan standar, teori intelektual dan penelitian.

2). Posisi Profesi Teknologi Pendidikan

Posisi profesi teknologi pendidikan tidak jauh dari pendidikan itu sendiri. Apabila kita kaitkan definisi teknologi pendidikan menurut AECT 1994 dengan UU No. 20 Tahun 2003, maka tampak suatu hubungan yang jelas. Dalam AECT 1994 disebutkan bahwa

“Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan , pengelolaan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar”. Ada beberapa kata dalam definisi di atas terdapat juga di dalam UU No. 20 Tahun 2003 atau yang mempunyai makna yang sama, yaitu pengelolaan, pengembangan dan pelayanan teknis dan semuanya itu tergolong sebagai tenaga kependidikan..

Page 11: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Tenaga kependidikan yang juga sebagai profesi teknologi pendidikan berada dalam lingkungan kependidikan. Miarso (2004:52) menggambarkan spektrum tenaga kependidikan sebagai berikut.

Berdasarkan gambar tersebut ternyata posisi profesi teknologi pendidikan berdampingan dengan profesi-profesi lainnya dalam bidang pendidikan. Terlihat juga pendidik dikelilingi oleh profeasi-profesi lainnya.

3). Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan

Untuk mengetahui fungsi profesi teknologi pendidikan maka perlu kembali ke definisi teknologi pendidikan. Bersdasarkan definisi tersebut fungsi profesi teknologi pendidikan sebagai suatu profesi yang mencarikan jalan keluar masalah belajar baik individu atau kelompok. Jalan keluar yang diberikan adalah berupa rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaaan, penilaian dan penelitian terhadap belajar. Tampak di sini adanya kegiatan memfasilitasi belajar. Selain itu profesi teknologi pendidikan juga sebagai pengembang sumber daya manusia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi profesi teknologi pendidikan memfasilitasi kegiatan belajar manusia melalui pendekatan-pendekatan atau cara-cara tertentu. Dengan demikian profesi teknologi pendidikan dapat menjadikan orang bertambah dalam kegiatan belajar sekaligus menjadikan orang bertambah cerdas baik dari jumlah orang yang cerdas maupun mutu dari kecerdasan itu sendiri. Dengan kecerdasan ini berarti akan meningkatkan nilai tambah seseorang sebagai sumber daya manusia, mengatasi masalah belajar baik individu ataupun kelompok, dan juga akan meningkatkan kinerja

B. Tugas Pokok Profesi Teknologi Pendidikan

Berbicara tugas pokok profesi teknologi pendidikan ada kaitannya dengan definisi teknologi pendidikan. Kita harus tahu terlebih dahulu definisi teknologi pendidikan, dan selanjutnya membuat suatu rumusan lebih rinci masing-masing kalimat, dengan demikian akan tergambar jelas pokok pokok tugas profesi teknologi pendidikan. Definisi teknologi penddikan menurut AECT tahun 1994 yang telah diadaptasi oleh Miarso (2004:64) adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber dan sistem untuk belajar. Untuk lebih jelasnya definisi tersebut dapat diuraikan dan dibuat suatu bagan seperti di bawah ini.

Teknologi pembelajaran adalah:

Teori dan praktek dalam desain proses, sumber dan sistem untuk belajar Teori dan praktek dalam pengembangan proses, sumber dan sistem untuk belajar Teori dan praktek dalam pemanfaatan proses, sumber dan sistem untuk belajar Teori dan praktek dalam pengelolaan proses, sumber dan sistem untuk belajar Teori dan praktek dalam penilaian proses, sumber dan sistem untuk belajar Teori dan praktek dalam penelitian proses, sumber dan sistem untuk belajar.

Berdasarkan definisi itu pula dapat dibuat bagan kawasan dan bidang garapan teknologi pendidikan seperti yang digambarkan oleh Seels dan Richey (1994:28) dan telah diadaptasi oleh Miarso (2004:65) seperti di bawah ini.

Page 12: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Dari bagan di atas maka dapat maka profesi teknologi pendidikan meliputi desainer, pengembang, pemakai, pengelola dan pengevaluasi, peneliti kegiatan belajar. Chaeruman (2008:2) mengatakan bahwa seorang sarjana teknologi pendidikan dapat menjadi profesi:

F Perancang proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaannya seperti merancang sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik pebelajar

F Pengembang proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaannya seperti mengembangkan teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berbantuan komputer, dan sebagainya

F Pemanfaat atau pengguna proses dan sumber belajar dengan ruang lingkuperjaannya seperti memanfaatkan media pembelajaran, difusi inovasi pendidikan, implementasi dan institusionaliasasi model inovasi pendidikan, serta penerapan kebijakan dan regulasi pendidikan.

F Pengelola proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaaannya seperti mengelola proyek, mengelola aneka sumber belajar, mengelola sistem penyampaian, dan mengelola sistem informasi pendidikan

F Pengevaluasi (evaluator) atau peneliti proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaannya seperti melakukan analisis masalah, mengukur acuan patokan, evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan meneliti kawasan pendidikan.

Pendapat lain yang hampir sama dengan di atas disampaikan oleh Kusuma (2008:5) bahwa tugas pokok ahli teknologi pendidikan adalah sebagai berikut.

1) Menyebarkan konsep dan aplikasi teknologi pendidikan, terutama untuk mengatasi masalah belajar di mana saja.

2) Merancang program dan sistem instruksional.

3) Memproduksi media pendidikan.

4) Memilih dan memanfaatkan media pembelajaran.

5) Memilih dan menafaatkan sumber belajar.

6) Mengelola kegiatan belajar dan instruksional yang kreatif

7) Memperhatikan perkembangan teknologi dan dampaknya dalam pendidikan.

Mengelola organisasi dan personel yang melaksanakan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan teknologi pendidikan.

9) Merencanakan, melaksanakan dan menafsirkan penelitian dalam bidangnya dan dalam bidang lain yang berkaitan dengan teknologi pendidikan.

Page 13: arti pendidikan dan mutu pendidkan

10) Penyusunan rumusan kebijakan dalam bidang teknologi pembelajaran..

Selain itu tugas profesi teknologi pendidikan dikemukakan oleh Miarso (2004:70). Miarso menyebutnya sebagai tugas pokok teknolog pembelajaran atau perekayasa pembelajaran dengan tugasnya sebagai berikut:

pengembangan bidang kajian dan kawasan teknologi/rekayasa pembelajaran perancangan dan pengembangan proses, sumber dan sistem pembelajaran produksi bahan belajar penyediaan sarana dan prasarana belajar pemilihan dan penilaian sistem dan komponen sistem pembelajaran pemanfaatan proses dan sumber belajar penyebaran konsep dan temuan teknologi pendidikan pengelolaan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber belajar perumusan bahan kebijakan teknologi/ rekayasa pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik suatu rumusan tugas pokok profesi teknologi pendidikan seperti berikut ini.

1. Perancang (desainer): tugas ini meliputi mendesain sistem pembelajaran, desain pesan, stratedi pembelajaran, dan karakteristik pebelajar. Desain sistem pembelajaran adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilaian pembelajaran. Desain pesan adalah perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan. Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. Karakteristik pebelajar adalah segi-segi latar belakang pengalaman pebelajar yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya (Seels dan Richey, 1994:30).

2. Pengembang (developer): tugas ini meliputi produksi dan penyampaian teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer dan teknologi terpadu. Contoh teknologi cetak adalah buku-buku, bahan-bahan visual yang statis atau fotografis. Teknologi cetak ini ada dua jenis yaitu teks verbal dan bahan visual. Teknologi audio visual adalah teknologi yang berkaitan dengan mekanik dan elektrik. Audio visual adalah gabungan dari audio (dengar) dan visual (lihat). Ada kemungkinan alat tersebut hanya audio saja dan ada pula kemungkinan audio visual. Sedanmgkan visual saja termasuk ke dalam teknologi cetak. Teknologi berbasis komputer adalah teknologi yang memanfaatkan komputer baik perangkat lunak maupun perangkat keras. Perangkat lunak berpa program-program komputer yang dapat menampilkan tayangan-tayangan pembelajaran. Sedangkan perangkat keras dapat berupa layar monitor, CPU, LCD. In focus, dan sebagainya. Dalam perkembangannya komputer merupakan alat untuk menampilkan internet, e-mail, dan sebagainya. Teknologi terpadu adalah paduan beberapa jenis media yang dikendalikan oleh komputer. Sebagai contohnya adalah video, filem, telekomprens, dan sebagainya ( Seels dan Richey, 1994:30).

3. Pemanfaat/Pengguna (User): tugas ini meliputi pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan pelembagaan, dan kebijakan/regulasi. Pemanfaatan media merupakan penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Difusi inovasi adalah proses

Page 14: arti pendidikan dan mutu pendidkan

berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan tujuan untuk diadopsi. Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasikan), sedangkan pelembagaan adalah penggunaan yang rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi ( Seels dan Richey, 1994:30).

4. Pengelola (Manager), tugas ini meliputi pengelola proyek, pengelola sumber, pengelola sistem penyampaian, dan pengelola informasi. Pengelola proyek meliputi merencanakan, memonitor dan pengendalikan proyek desain dan pengembangan. Pengelola sumber meliputi merencanakan, memantau, dan mengendalikan pendukung dan pelayanan sumber. Pengelola sistem penyampaian merupakan kegiatan merencanakan, memantau, dan mengendalikan ”cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan”. Sedangkan pengelola informasi adalah merencanakan, memantau dan mengendalikan cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemprosesan informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar ( Seels dan Richey, 1994:30).

5. Penilai (Evaluator), tugas ini meliputi menganalisis masalah, mengukur yang beracuan patokan, menilai secara formatif dan sumatif. Analisis masalah merupakan kegiatan penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan. Pengukuran acuan patokan adalah teknik-teknik untuk menentukan kemampuan pebelajar menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya. Penilaian formatif adalah pengumpulan informasi tentang kecukupan dan penggunaan informasi sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Sedangkan penilaian sumatif berkaitan dengan pengum[pulan informasi tentang kecukupan untyuk pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan ( Seels dan Richey, 1994:30).

6. Peneliti (Researcher), tugas ini meliputi kegiatan penelitian yang berkaitan dengan teknologi pendidikan. Kegiatan penelitian ini mencakup penelitian dalam kawasan desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian.

C. Tempat Bekerja Profesi Teknologi Pendidikan

Dari uraian di atas maka tugas pokok profesi teknologi pendidikan tersebut begitu luas. Keluasan ini akan menimbulkan keleluasaan bidang garapan, dalam arti lowongan pekerjaan bagi teknolog pendidikan cukup banyak Seseorang teknolog pendidikan dapat bekerja pada lembaga pemerintah atau swasta, pada lembaga pendidikan atau di luar lembaga pendidikan. Seorang teknolog pendidikan dapat pula bekerja pada lembaga konsultan baik konsultan milik orang lain atau didirikan sendiri.

Begitu luasnya bidang garapan pekerjaan profesi teknologi pendidikan sudah sepantasnya lulusan atau mereka yang berprofesi sebagai teknolog pendidikan memiliki tempat bekerja yang banyak pula. Lulusan atau teknolog pendidikan dapat bekerja pada lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pendidikan, pelatihan, penerangan, komunikasi dan sebagainya.

Lembaga-lembaga tersebut berupa lembaga pemerintah atau swasta, seperti berikut ini.

Page 15: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, seperti Departemen Pendidikan Nasional, Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Nasional, dinas-dinas lain yang memerlukan pendidikan dan pelatihan, satuan-satuan pendidikan, Pusat Sumber Belajar, LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan), BUMN dan sebagainya.

Lembaga Informasi dan Komunikasi, seperti televisi, production houses, radio, Badan Informasi dan Komunikasi( dulu Departemen Penerangan), Unit Teknologi Komunikasi Pendidikan, Pusat Komputer, Laboratorium Bahasa, Pustekom Depdiknas dan sebagainya.

Lembaga Percetakan dan Produksi Media, seperti Laboratorium Fotografi, Laboratorium Video, Laboratorium Audio dan sebagainya.

Lembaga Penelitian, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lembaga Survey Indonesia, dan sebagainya.

Lembaga Konsultan, khususnya konsultan bidang pendidikan yang menyangkut belajar atau teknologi pendidikan.

D. Pendidikan Keahlian Teknologi Pendidikan

Untuk dapat berprofesi sebagai teknolog pendidikan, maka pendidikan yang harus ditempuh adalah jenjang perguruan tinggi melalui Program Studi Teknologi Pendidikan pada strata 1, 2, atau 3. Namun tidak semua perguruan tinggi di Indonesia membuka program studi tersebut. Sebagai contoh lembaga perguruan tinggi yang melakukan pendidikan dan pelatihan teknologi pendidikan adalah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang akan diuraikan sebgai berikut (Miarso, 2004:68).

F Pada tahun 1972, latihan pengembangan bahan ajar melalui radio.

F Pada tahun 1974, diberikan mata kuliah Teknologi Pendidikan.

F Pada tahun 1976, dibuka Program Studi Teknologi Pendidikan.

F Pada tahun 1978, dibuka program studi Teknologi Pendidikan untuk S2, dan S3.

Selain itu pada tahun 1979 dibuka pendidikan keahlian teknologi pendidikan (S1) di tujuh IKIP (Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang) (Kusuma:2008)

Sebetulnya pendidikan dan pelatihan keahlian teknologi pendidikan telah dimulai pada tahun 1950 dengan mengirimkan tenaga ke luar negeri (Miarso, 2004: 57).

Sekarang ini sudah banyak perguruan tinggi yang membuka program studi teknologi pendidikan baik strata satu, dua ataupun tiga. Ketiga strata pendidikan ini mempunyai kompetensi yang berbeda-beda. Kompetensi Strata 1 (S1) lebih ditekankan pada kawasan pemanfaatan atau penggunaan, Strata 2 (S2) ditekankan pada pengelolaan, penilaian dan penelitian, sedangkan strata 3 (S3) penekanannya pada penilaian dan penelitian (Chaeruman, 2008:3).

Page 16: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini (Miarso, 2004:154).

E. Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan (JF-PTP)

Untuk dapat bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) terutama di lingkungan pendidikan yang sesuai dengan profesi tersebut tentunya memerlukan sebutan atau nama resmi jabatan seperti Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan. JF-PTP adalah jabatan yang diperoleh oleh seseorang yang memenuhi syarat untuk memperolehnya seperti pendidikan yang relevan, lulus seleksi dan sebagainya. Nama jabatan tersebut perlu mendapatkan pengakuan dari pemerintah, dalam hal ini seperti Departemen Pendidikan Nasional, Badan Kepegawaian Negara, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, dan sebagainya. Siahaan (2008:2) mendefinisikan Jabatan Fungsional Teknologi Pendidikan sebagai jabatan fungsional yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejkabat yang berwenang. Ia juga mengatakan bahwa Pengembang Teknologi pembelajaran adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mempunyai keahlian khusus yang bertugas di lingkungan sdepartemen, non departemen, ABRI dan Kepolisian, yang bergerak di bidang pendidikan/pelatihan dan atau pelayanan media pembelajaran yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab di bidang teknologi pembelajaran.

Secara de facto bidang keahlian teknologi pendidikan telah berkembang dan mendapat pengakuan akan kegunaannya, namun secara de jure masih dalam pengusulan ke pemerintah untuk mendapatkan pengesahan atau pengakuan atas Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan atau yang disebut juga Perekayasa Teknologi Pendidikan (Miarso, 2004:57). Sebelum mendapat pengakuan dari pemerintah sebetulnya mereka lulusan dari Program Studi Teknologi Pendidikan telah banyak bekerja di lembaga-lembaga pemerintah dan swasta, namun tanpa sebutan jabatan seperti di atas tadi.

Menurut keterangan Siahaan (2008:6) pada tahun 2008 ini banyak lowongan untuk bidang keahlian Teknologi Pendidikan, seperti:

F Lowongan Dosen hampir di semua Perguruan Tinggi (UNESA, UNES, UPI, UNY, UNJ, dan lain-lain).

F Sekretariat Jenderal Pendidikan Tinggi

F Dinas Pekerjaan Umum

F Badan Pertanahan Nasional

F Badan Narkotika Nasional

F Pustekkom Depdiknas

F Departemen Dalam Negeri

F Departemen Perdagangan dan Industri

Page 17: arti pendidikan dan mutu pendidkan

F Dan lain-lain.

Pustekkom (Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi) Departemen Pendidikan Nasional telah banyak berbuat untuk mengajukan Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan (JF-PTP). Pengusulan ini sudah dirintis semenjak Prof. Yusufhadi Miarso menjadi Kepala Pustekkom yang pertama. Usulan itu pun masih berlanjut sampai sekarang. Baru-baru ini pada Hari Jumat tanggal 12 September 2008 telah dibahas bersama antara Pustekkom Depdiknas, Menpan, dan BKN mengenai validasi uji petik beban kerja JF-PTP. Salah satu hasilnya adalah bahwa kenaikan pengkat JF-PTP paling cepat 2 tahun dan paling lambat 4 tahun, di samping itu pula dibahas penyempurnaan konsep tentang kegiatan utama dan penunjang serta angka kredit bagi JF-PTP. Sebagai kelanjutan pembahasan ini mereka menggelar pertemuan kembali pada Hari Senin tanggal 22 September 2008 (Siahaan, 2008:1). Siahaan berharap agar usulan tersebut akan selesai tahun 2008 ini dan akan disahkan pada tahun 2009.

Untuk lebih jelas mengenai butir-butir tugas JF-PTP yang dinilai angka kreditnya akan diuraikan sebagi berikut (Siahaan, 2008:

Yang termasuk unsur utama adalah:

1. Pendidikan dan Pelatihan, yaitu pendidikan formal, pelatihan fungsional, dan Diklat Prajabatan.

2. Pengembangan Teknologi Pembelajaran yaitu penganalisisan dan pengkajian sistem/model teknologi pembelajaran, perancangan sistem/model teknologi pembelajaran, produksi media pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran, pengendalian sistem/model pembelajaran, evaluasi penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran.

3. Pengembangan Profesi, yaitu penyusunan karya ilmiah, penterjemahan buku, pembuatan buku petunjuk di bidang teknologi pembelajaran dan pendidikan jarak jauh, berpartisipasi aktif dalam penerbitan buku, majalah, jurnal, dan sebagainya,

melaksanakan studi banding di bidang teknologi pembelajaran, pendidikan terbuka dan jarak jauh.

Yang termasuk unsur penunjang adalah:

1. Mengajar/melatih di bidang teknologi pembelajaran2. Menjadi anggota tim seminar, nara sumber dan tim penilai JF-PTP.3. Mengelola unit kerja atau lembaga yang tugas dan fungsinya di bidang teknologi

informasi dan komunikasi untuk pendidikan./pembelajaran,.4. Menjadi anggota organisasi profesi IPTPI atau organisasi kependidikan lainnya, tim

kelompok kerja, dan sebagainya.5. Memperoleh penghargaan dan tanda jasa dari pemerintah atas prestasi kerja, setiap tanda

jasa tingkat nasional/internasional , Propinsi/Kabupaten/Kota, gelar kehormatan di bidang akademik.

6. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya.7. Menjadi tim penilai karya yang berkaitan dengan teknologi pembelajaran.

Page 18: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Jenjang jabatan dan kepangkatan JF-PTP di atur sebagai berikut, disusun dari yang paling rendah (Miarso, 2004 89).

a. Asisten Pengembang Teknologi Pendidikan Pratama

b. Asisten Pengembang Teknologi Pendidikan Muda

c. Asisten Pengembang Teknologi Pendidikan Madya

d. Pengembang Teknologi Pendidikan Pratama

e. Pengembang Teknologi Pendidikan Muda

f. Pengembang Teknologi Pendidikan Madya

g. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Pratama

h. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Muda

i. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Madya

j. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Kepala

Uraian di atas cukup menggambarkan posisi dan fungsi profesi teknologi pendidikan. Selain itu uraian di atas juga memberikan kejelasan tentang tugas pokok dan jabatan fungsional pengembang teknologi pendidikan. Diharapkan para ahli teknologi pendidikan akan dapat berkiprah dalam tugasnya membelajarkan peserta didik melalui cara dan pendekatan tertentu.

3. Kesimpulan dan Saran

Profesi teknologi pendidikan adalah tenaga ahli atau mahir dalam membelajarkan peserta didik dengan memadukan secara sistemik komponen sarana belajar seperti orang, media, bahan ajaran peralatan teknik dan lingkungan. Profesi ini sama kedudukannya dengan profesi lain dalam bidang kependidikan, hanya cakupannya lebih luas atau menyeluruh mencakup desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian terhadap proses, sumber dan sistem belajar untuk belajar. Dapat dikatakan bahwa profesi teknologi pendidikan adalah sebagai perancang (desainer), pengembang (developer), pengelola (manager), penilai (evaluator), dan peneliti (reseacher) terhadap proses belajar, sumber belajar dan sistem belajar untuk kepentingan pembelajaran.

Dengan cakupan itu maka profesi teknologi pendidikan berfungsi sebagai pencari jalan keluar atas masalah dalam belajar baik individu maupun kelompok, dengan cara memfasilitasi belajar. Dengan cara ini profesi teknologi pendidikan akan meningkatkan kesempatan belajar, kecerdasan peserta didik, meningkatkan nilai tambah peserta didik sebagai sumber daya manusia, dan meningkatkan kinerja.

Page 19: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Agar dapat menjalankan fungsinya itu maka mereka yang memiliki keahlian teknologi pendidikan tersebut dapat melakukan pekerjaan baik di lembaga pemerintah maupun swasta. Mereka dapat bekerja di lembaga pendidikan dan pelatihan; lembaga informasi dan komunikasi; lembaga percetakan dan multimedia, dan lembaga penelitian, serta lembaga konsultan. Selama ini mereka telah memasuki dunia kerja di beberapa lembaga pemerintah dan swasta sesuai dengan keahlian mereka. Namun untuk dapat menjadi PNS dengan sebutan profesi, maka profesi teknologi pendidikan harus mendapat pengakuan dari pemerintah. Walaupun selama ini secara de facto telah diakui, namun secara de jure masih dalam proses pengajuan.

Pengusulan Jabatan Funsional Pengembang Teknologi Pendidikan telah dilakukan sejak lama oleh Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekkom) Departemen Pendidikan Nasional, namun sampai sekarang masih dalam pembahasan antara Pustekkom Depdiknas, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan), dan Badan Kepegawaian Negara (BKN). Perkembangan terakhir pembahasan JF-PTP telah memasuki tahap akhir yaitu tanggal 12 September 2008 dan tanggal 22 September 2008 tinggal pengesahannya mudah-mudahan selesai tahun 2008 ini dan disahkan tahun 2009.

Sebagai saran adalah agar pihak pemerintah segera mengesahkan jabatan JF-PTP karena Indonesia sangat membutuhkan profesi ini. Selain itu lulusan Teknologi Pendidikan agar segera berkiprah dalam bidangnya masing-masing, baik di lembaga pemerintah atau swasta. Selain itu menjadi tugas kita semua untuk mensosialisasikan bidang keahlian ini ke masyarakat pengguna pendidikan, terutama Program Sudi Teknologi Pendidikan dan Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia (IPTPI).

4. Daftar Pustaka

Chaeruman, Uwes Anis, 2008, Kompetensi Sarjana Teknologi Pendidikan, Jakarta: http://www.fakultasluarkampus.net/

Kusuma, Wijaya, 2008, Profesi dan Pendidikan Keahlian Teknologi Pendidikan, Jakarta: http://www.wijayalabs.wordpress.com/

Miarso, Yusufhadi, 2004, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta:

Kencana Media Grup.

Prawiradilaga, Dewi Salma, 1999, Konsep Teknologi Pendidikan/Instruksional Makalah Mk. Pengantar Teknologi Pendidikan (1), Jakarta: http://www.teknologipendidikan.net/

Seels Barbara B., Rita C. Richey, (terjemahan Yusufhadi Miarso, dkk.), 1994, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta.

Siahaan, Sudirman, 2008, Jabatan Funsional Teknologi Pendidikan, Jakarta: http://www.teknologipendidikan_undiksha.com/

Page 20: arti pendidikan dan mutu pendidkan

Siahaan, Sudirman, 2008, Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran: Bagaimana Perkembangannya ?, Jakarta: http://www.e-dukasi.net/

Siahaan, Sudirman, 2008, Menguak Konsep Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan, Jakarta: http://www.e-dukasi.net/

Sudrajat, Akhmad, 2008, Definisi Teknologi Pendidikan, Jakarta: http://www.akhmadsudrajat.files.wordpress.com/

Surakhmad, Winarno, 1984, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan Teknik Metode Pembelajaran Edisi IV, Bandung: Tarsito.

Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2006, Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen dan Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Nuansa Aulia.

Tirtarahardja, Umar, SL. La Sulo, 2005, Pengantar Pendidikan Edisi Revisi, Jakarta: PT. Asdi Mahastya.

5 tanggapan

11 07 2009

hendra (01:53:27) :

saya ingin bertanya kepada kru TP..apakah TP juga bisa menjadi seaorang pengajar atau guru???trimakasih atas perhatiannya.