Art of Bonsai

5
ART OF BONSAI by: Rudi Julianto Hal terpenting dalam membuat bonsai, bagi saya adalah bagaimana pada awalnya kita bisa “ “berkomunikasi” dengan bahan bonsai yang sedang kita hadapi untuk bisa menemukan potensi terbaiknya. “Komunikasi” awal ini adalah dimana art feeling atau talenta dari sang seniman terlibat, dan disinilah dimana teori-teori pembuatan bonsai yang berdasarkan ‘text book’ tidak dipergunakan. Karena di dalam menemukan potensi dari sebuah bonsai, adalah keterlibatan perasaan sang seniman yang sangat tidak mudah untuk di jelaskan, dan bahkan sangat rumit untuk diajarkan. Perwujudan langkah awal ini adalah dengan menentukan posisi dan alur tumbuh (flow). Ada bahasa tertentu bagi sang seniman dalam berkomunikasi dengan bahan bonsai yang sedang di kerjakannya, tetapi bahasa tsbt bukan A,B,C atau 1,2,3... bahasa bonsai yang sebenarnya adalah hasil dari komunikasi dua arah yang muncul antara seniman dan pohon sejak awal pembuatan pohon tsbt, untuk selanjutnya dijadikan konsep atau ide dasar dan diwujudkan lewat sebuah ekspresi imajinasi yang bebas dan bertanggung jawab (terhadap estetika seni rupa, holticulture dan kaidah alam), sehingga hasilnya adalah sebuah bonsai yang mempunyai pesan makna tersirat yang dengan mudah akan di mengerti atau dapat menimbulkan imajinasi bebas dari seorang penikmat, dalam level tertentu bahkan bisa sampai pada sebuah ilusi......dan ini semua yang saya sebut [b]ART OF BONSAI[/b]. Untuk memperjelas uraian saya di atas, saya akan mencoba menjabarkan dengan memberi contoh progres bonsai santigi berikut ini: Bahan ini saya dapat dari seorang teman di Surabaya (bpk. Sulis Ninja) kurang lebih 5-6 thn yang lalu. Melihat posisi awal yang masih polos (naif) untuk di jadikan sebuah komposisi yang estetis (ballance, unity and rythem) maka mutlak bahwa bahan tsbt membutuhkan reposisi.

description

By: Rudi Julianto

Transcript of Art of Bonsai

ART OF BONSAI

by: Rudi Julianto

Hal terpenting dalam membuat bonsai, bagi saya adalah bagaimana pada awalnya kita bisa berkomunikasi dengan bahan bonsai yang sedang kita hadapi untuk bisa menemukan potensi terbaiknya. Komunikasi awal ini adalah dimana art feeling atau talenta dari sang seniman terlibat, dan disinilah dimana teori-teori pembuatan bonsai yang berdasarkan text book tidak dipergunakan. Karena di dalam menemukan potensi dari sebuah bonsai, adalah keterlibatan perasaan sang seniman yang sangat tidak mudah untuk di jelaskan, dan bahkan sangat rumit untuk diajarkan. Perwujudan langkah awal ini adalah dengan menentukan posisi dan alur tumbuh (flow). Ada bahasa tertentu bagi sang seniman dalam berkomunikasi dengan bahan bonsai yang sedang di kerjakannya, tetapi bahasa tsbt bukan A,B,C atau 1,2,3... bahasa bonsai yang sebenarnya adalah hasil dari komunikasi dua arah yang muncul antara seniman dan pohon sejak awal pembuatan pohon tsbt, untuk selanjutnya dijadikan konsep atau ide dasar dan diwujudkan lewat sebuah ekspresi imajinasi yang bebas dan bertanggung jawab (terhadap estetika seni rupa, holticulture dan kaidah alam), sehingga hasilnya adalah sebuah bonsai yang mempunyai pesan makna tersirat yang dengan mudah akan di mengerti atau dapat menimbulkan imajinasi bebas dari seorang penikmat, dalam level tertentu bahkan bisa sampai pada sebuah ilusi......dan ini semua yang saya sebut [b]ART OF BONSAI[/b]. Untuk memperjelas uraian saya di atas, saya akan mencoba menjabarkan dengan memberi contoh progres bonsai santigi berikut ini: Bahan ini saya dapat dari seorang teman di Surabaya (bpk. Sulis Ninja) kurang lebih 5-6 thn yang lalu. Melihat posisi awal yang masih polos (naif) untuk di jadikan sebuah komposisi yang estetis (ballance, unity and rythem) maka mutlak bahwa bahan tsbt membutuhkan reposisi.

Dan gambar di bawah ini adalah posisi yang telah saya tentukan:

Saya memutuskan untuk menggunakan 2 kelompok daun saja, agar alur atau flow lebih jelas. Untuk itu saya melakukan pemotongan seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Maka saya telah mendapat posisi dan pola dasar dari bahan santigi ini.. perhatikan alur hidup kambiumnya, bergerak meliuk-liuk dalam kombinasi kayu mati alami yang sangat eksotik.

Ini adalah bagian tersulit dari proses desai bahan santigi ini. Yaitu bagaimana menentukan perantingan yang akan memunculkan karakter dari pohon ini. Sangat sulit, karena kita di hadapkan pada kenyataan kondisi 2 batang yang bergerak berlawanan ( ke atas dan ke bawah) lama sekali saya belum bisa menentukan yang terbaik buat pohon ini. Sampai pada akhirnya setelah +/- 1thn berlalu, dan pohon ini tumbuh sangat subur.... dari sinilah saya mendapat ide, weeping...... atau perantingan merunduk. Perhatikan pertumbuhan liar dari santigi ini, ranting dan cabang-cabang yang ada ternyata secara alami tumbuh merunduk ke bawah ( ada jenis santigi yang seperti ini, tapi jarang). Disinilah moment dimana sebuah keputusan desain bukan semata kehendak sang seniman. Tetapi adalah hasil komunikasi dua arah yang baik dengan pohon yang dikerjakannya.

Karakter variasi gaya weeping sangat cocok untuk bentuk kedua batangnya, seolah menunjukkan factor alam yang masuk akal kenapa batang yang satu turun kebawah. Dan batang yang tumbuh keatas, pada akhirnya cabang dan rantingnya merunduk juga. Maka sekarang saatnya saya membuat kerangka dasar seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar di bawah ini adalah setelah 2 tahun proses perwujudan dari perantingan merunduk:

Dan ini adalah tahap yang lebih matang lagi, tetapi masih belum mature..

SELAMAT BERKARYA.... Percayalah, bahwa tidak ada aturan dalam bonsai.