Analisis Film Art of Getting

download Analisis Film Art of Getting

If you can't read please download the document

Transcript of Analisis Film Art of Getting

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTERKEPEMIMPINAN PENDIDIKANANALISIS FILM THE ART OF GETTING BERDASARKAN TEORI BELAJAR

Oleh:Gumilar Prastio115110500111043

Pendidkan Bahasa & Satra InggrisUniversitas BrawijayaMalang2013

Sinopsis Film The Art of Getting ini berkisah tentang kehidupan seorang remaja SMA bernama George Zinavoy . yang diperankan oleh Freddie Highmore. George adalah seorang remaja yang idealis dan mempunyai pola pikir yang amat rumit hingga ia terlihat seperti orang aneh dan asing di sekitarnya. George tidak memiliki teman, dia hidup menyendiri dan tidak suka diganggu orang lain. Dalam film ini, tokoh George diceritakan sebagai seorang siswa pemalas. Dia tidak pernah mengerjakan tugas sekolahnya dan sering bolos sekolah. Dia memiliki pemikiran bahwa We live alone, we die alone, everything else is just an illusion. So, why am I supposed to spend my life working, sweating, struggling, for an illusion ?. Artinya bahwa bagi George apapun yang kita kerjakan dan kita perjuangkan di dunia ini tidak berarti apa-apa, karena pada akhirnya kita mati juga. Dia menganggap bahwa hal lain selain mati dan hidup sendiri hanyalah sebuah ilusi, termasuk mempunyai seorang pacar maupun teman dekat. Sebagai seorang siswa SMA tingkat akhir yang akan segera lulus dan hendak menerima ijazah, George sering memiliki masalah dalam proses pembelajaran di sekolah. Dia sama sekali tidak merespon apapun yang diajarkan oleh gurunya. Tugas terstruktur dan tugas harian yang diberikan oleh gurunya pun ia tidak kerjakan. Hal itu membuat George sering terkena masalah dengan kepala sekolahnya. Namun hal itu tidak membuatnya jera. Sifatnya yang idealis dan tidak suka berhubungan dengan orang lain membuatnya semakin egois dan tidak memiliki gairah hidup. Sebenarnya Goerge memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh siswa lain. Dia melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya yang jelas sekali berbeda dari sudut pandang orang lain. Selain itu George juga memiliki bakat dan ketertarikan terhadap seni. Namun tetap saja dalam perjalanannya George masih belum bisa menemukan apa yang benar-benar ia ingin sampaikan dalam karya seninya. Pemikiran radikalnya terhadap kehidupan sangat menutup dirinya dari kemungkinan hidup dan hasrat untuk mendapatkan sesuatu. Hal itu terus berlanjut sampai akhirnya ia bertemu dengan Sally, seorang gadis cantik yang tak lain adalah temen sekelas George. Sebagai lelaki norma George tak bisa mengelak perasaan sukanya terhadap Sally. Namun ia tetap memendam perasaannya dengan alasan bahwa Sally hanya ingin mempermainkannya saja. Hubungan kompleks mereka terus berlanjut sampai George bertemu Dustin, siswa senior yang sudah lulus dan menjadi pelukis professional. George memperkenalkan Sally pada Dustin. Permasalahanpun semakin rumit ketika Sally mencoba merayu Dustin untuk menjadi pacarnya, dan sebagai lelaki normal Dustin pun tak bias menolak Sally. Mengetahui hubungan Sally dan Dustin, George menjadi sangat marah dan merasa terkhianati. Sejak saat itu ia kembali ke dunianya yang tanpa teman dan menjadi pemalas seutuhnya. Hingga akhirnya George terancam tidak lulus sekolah karena kemalasannya. George sadar ketika ia mengetahui bahwa ibunya sudah bangkrut dan menjual apartemennya. Akhirnya ia tergerakan untuk berjuang memperbaiki sifat buruknya dan mencoba mendapatkan ijazah dengan cara mengerjakan tugas yang tidak pernah ia kerjakan selama satu tahun penuh. Hingga pada akhirnya ia berhasil lulus sekolah.

AnalisisFilm The Art of Getting ini mempunyai perpaduan unik antara unsur percintaan, keluarga dan pendidikan. Dari ketiga unsur itu tidak ada yang paling menonjol, semuanya memiliki klimaks masing-masing dan mempunyai akhir bahagianya masing-masing bagi si tokoh utama, George. Satu hal yang dapat menyatukan ketiga unsur itu adalah perubahan pola pikir George yang cenderung apatis dengan semua hal yang ada di sekitarnya menjadi sangat peduli karena sentuhan emosi dari ibunya. Dari ketiga unsur di atas, analisis ini fokus hanya kepada unsur pendidikannya saja, terutama dalam hal teori belajar yang dipakai dan bagaimana implementasinya. Sebelum kita melangkah lebih jauh, saya ingin memberikan ulasan singkat tentang teori belajar konstruktivistik dan teori belajar behavioristik. Teori belajar konstruktivistik adalah salah satu teori belajar yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri. Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Sedangkan Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Pertanyaannya adalah, teori belajar apakah yang dipakai SMA Morgan di film The Art of Getting ? Kita bisa menganalisis teori belajar yang ada di film ini dengan mengacu pada tiga aspek pembelajaran, seperti, penataan lingkungan belajar, tujuan pembelajaran dan strategi pembelajaran yang dipakai. Ditinjau dari aspek penataan lingkungan belajar, SMA Morgan di film The Art of Getting ini menggunakan teori belajar konstruktivistik, alasannya di dalam kelas siswa tidak harus memakai seragam, melainkan memakai pakaian bebas rapi. Pasalnya di dalam teori belajar konstruktivistik, kebebasan dalam penataan lingkungan belajar menjadi unsur esensial dalam lingkungan belajar. Sedangkan dalam teori belajar behavioristik yang menjadi unsur penting yaitu keteraturan, kepastian, dan ketertiban. Sekolah yang menerapkan teori belajar ini biasanya mewajibkan siswanya untuk memakai seragam sekolah setiap harinya. Berbicara tentang kebebasan, di dalam film ini juga terdapat beberapa adegan dimana kepala sekolah memberikan kebebasan kepada George untuk memilih. Contoh, saat George ketahuan merokok dan bolos sekolah. Kepala sekolah tidak serta merta memberikan George hukuman berupa Skorsing, tapi ia memberikan pilihan kepada George berupa tanggung jawab terhadap sebuah acara, yaitu acara career day, sebuah acara dimana alumni datang ke sekolah untuk memberikan semacam ulasan singkat tentang karir yang ia miliki selepas kuliah. George bebas memilih antara skorsing atau menjadi penanggung jawab acara tersebut. Terdapat perbedaan mendasar antara teori belajar konstruktivistik dan teori belajar behavioristik tentang tujuan pembelajaran. Dalam teori belajar konstruktivistik tujuan pembelajaran ditekankan pada belajar bagaimana belajar (learn how to learn). Sedangkan dalam teori belajar behavioristik tujuan pembelajaran ditekankan pada penambahan pengetahuan. Dalam hal ini SMA Morgan masih menggunakan teori belajar konstruktivistik. Hal ini bisa dilihat dari cara Guru-guru di SMA Morgan dalam menghadapi siswa pemalas seperti George. Mereka tidak langsung menghukum George saat ia tidak mengerjakan tugas, tapi mereka memberikan George kesempatan untuk menjelaskan argument George tentang pekerjaan rumah dan mencoba memperbaiki perspektif George yang salah tentang tugas. Contoh saat Guru Trigonometri tahu bahwa George tidak mengerjakan tugas, dia menanyakan beberapa hal kepada George, kenapa ia tidak mengerjakan tugas. George berpendapat bahwa mengerjakan pekerjaan rumah adalah perbuatan yang sia-sia, karena pada akhirnya kita akan mati. Akhirnya Guru Trigonometri itu menyuruh George untuk ke ruang Kepala Sekolah dan berkonsultasi kepadanya tentang arti sebenarnya dari pekerjaan rumah. Hal ini juga terjadi dalam kelas seni. Guru Seni George mengajarkan George bagaimana cara mendisiplinkan diri dalam seni untuk menemukan bakat yang terpendam sehingga bisa ia gunakan untuk mengekspresikan dirinya dalam seni. Jadi, tidak hanya sekedar teori, Guru ini mengajarkan bahwa urusan Seni bukan hanya terletak pada bakat, tapi juga harus ada kedisiplinan di dalamnya. Dengan begitu jelaslah bahwa SMA Morgan mengajarkan kepada siswanya tentang belajar bagaimana belajar (learn how to learn).Lalu bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan oleh SMA Morgan ?. terdapat dua perbedaan penting tentang strategi pembelajaran dalam teori konstruktivistik dan behavioristik. Pertama, dalam teori belajara konstruktivistik, pembelajaran lebih banyak diarahkan memancing pertanyaan atau pandangan si belajar. Sedangkan dalam teori behavioristik, pembelajaran mengikuti urutan kurikulum yang ketat. Yang kedua, dalam teori belajar konstruktivistik, aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulative dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis. Sedangkan dalam teori belajar behavioristik, aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks dengan penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks.Dari penjelasan di atas, kita bisa mengetahui bahwa SMA Morgan masih menggunakan teori belajar konstruktivistik dalam strategi pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dalam adegan saat Guru literature George menanyakan tentang elemen mana yang merupakan pergerakan romantis dari sebuah novel populer kepada seluruh siswa berdasarkan perspektif mereka masing-masing. Bisa kita perhatikan bahwa penggunaan novel populer sebagai bahan ajar merupakan ciri teori belajar konstruktivistik. Menanyakan pendapat dan mencoba untuk menggali perspektif siswa mengenai satu hal merupakan ciri strategi belajar dalam teori belajar konstruktivistik. Jadi, jelaslah bahwa SMA Morgan dalam film The Art of Getting ini menggunakan teori belajar konstruktivistik dalam sistem pembelajarannya.

Refleksi Mata kuliah kepemimpinan pendidikan ini adalah matakuliah yang cukup penting untuk dipelajari oleh semua mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Inggris. Pasalnya mata kuliah ini akan menjadi dasar untuk kita dalam mengetahui teori belajar dan memahami cara mendidik siswa dengan baik saat di dalam kelas. Selama satu semester ini saya cukup menikmati cara belajar kepemimpinan pendidikan ini, karena situasi dalam kelas terasa sangat bersahabat dan tidak menegangkan. Hal ini membuat saya menjadi tenang dalam belajar dan bebas untuk memilih mana pelajaran yang saya rasa penting dan tidak penting. Dari mata kuliah Kepemimpinan pendidikan ini saya ingin mendapatkan nilai tertinggi yaitu nilai A, karena saya rasa saya sudah memahami mata kuliah ini dengan baik dan sudah berpartisipasi dalam proses pembelajaran di dalam kelas dengan baik. Saya berharap dari mata kuliah kepemimpinan pendidikan ini, saya bisa mengaplikasikannya sebaik mungkin ketika saya menjadi guru.