Makalh the Art of Odontectomy

29
BAB I PENDAHULUAN Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan waktu erupsi masing-masing jenis gigi. Proses erupsi masing-masing gigi baik pada fase gigi sulung maupun gigi permanen akan terjadi secara fisiologis dan jarang mengalami gangguan. Gangguan sering terjadi pada fase gigi sulung menuju ke fase gigi permanen, sehingga gigi permanen tertentu tidak dapat mengalami erupsi atau gagal erupsi yang secara utuh pada posisi yang seharusnya. Gigi impaksi adalah gigi yang tidak erupsi atau erupsi sebagian yang proses erupsinya dipengaruhi oleh gigi tetangga, tulang, atau jaringan sekitar yang patologis. Gigi impaksi merupakan sumber potensial yang terus-menerus dapat menimbulkan keluhan sejak gigi mulai erupsi. Keluhan utama yang paling sering dirasakan adalah rasa sakit dan pembengkakan yang terjadi di sekeliling gusi gigi tersebut. Jenis perawatan pada kasus gigi impaksi dapat dikerjakan dengan pencabutan dan tindakan bedah mulut. Odontektomi adalah tindakan operasi untuk mengangkat gigi yang impaksi. 1

description

OS

Transcript of Makalh the Art of Odontectomy

Page 1: Makalh the Art of Odontectomy

BAB I

PENDAHULUAN

Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan waktu erupsi

masing-masing jenis gigi. Proses erupsi masing-masing gigi baik pada fase gigi sulung

maupun gigi permanen akan terjadi secara fisiologis dan jarang mengalami gangguan.

Gangguan sering terjadi pada fase gigi sulung menuju ke fase gigi permanen, sehingga gigi

permanen tertentu tidak dapat mengalami erupsi atau gagal erupsi yang secara utuh pada

posisi yang seharusnya.

Gigi impaksi adalah gigi yang tidak erupsi atau erupsi sebagian yang proses erupsinya

dipengaruhi oleh gigi tetangga, tulang, atau jaringan sekitar yang patologis. Gigi impaksi

merupakan sumber potensial yang terus-menerus dapat menimbulkan keluhan sejak gigi

mulai erupsi. Keluhan utama yang paling sering dirasakan adalah rasa sakit dan

pembengkakan yang terjadi di sekeliling gusi gigi tersebut.

Jenis perawatan pada kasus gigi impaksi dapat dikerjakan dengan pencabutan dan

tindakan bedah mulut. Odontektomi adalah tindakan operasi untuk mengangkat gigi yang

impaksi.

1

Page 2: Makalh the Art of Odontectomy

BAB II

IMPAKSI

A. Definisi Impaksi

Gigi impaksi adalah gigi yang jalan erupsinya terhalang, biasanya oleh gigi di dekatnya

atau jaringan patologis. Impaksi diperkirakan secara klinis apabila gigi antagonisnya sudah

erupsi dan hampir dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang lain sudah erupsi. Gigi

impaksi terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang untuk tumbuhnya

gigi dan angulasi yang tidak benar pada gigi tersebut.1,4

Gigi molar tiga adalah gigi yang paling terakhir erupsi dalam rongga mulut. Keadaan

ini yang memungkinkan gigi molar tiga menjadi gigi yang paling sering mengalami impaksi

dibandingkan gigi yang lain, karena seringkali tidak tersedia ruangan yang cukup bagi gigi

untuk erupsi.5

Gigi Impaksi

B. Etiologi Gigi Impaksi

1. Penyebab Lokal2,3

1. Kedudukan gigi tetangga yang tidak teratur.

2. Tekanan gigi tetangga.

3. Kurangnya tempat, karena kurangnya pertumbuhan rahang.

4. Densitas tulang diatas dan disekeliling gigi yang bersangkutan.

5. Persistensi gigi sulung.

6. Premature lost gigi sulung.

7. Keradangan kronis yang lama dan berkesinambungan yang

menyebabkan terjadinya penebalan mukosa.

2

Page 3: Makalh the Art of Odontectomy

8. Penyakit nekrosis karena keradangan/abses.

9. Perubahan pada tulang karena proses keradangan.

2. Penyebab Sistemik2,3

a. Penyebab prenatal

1) Keturunan

2) Miscegeneration (perkawinan campur antar suku/bangsa).

b. Penyebab postnatal

1) Ricketsia (gangguan penulangan normal karena defisiensi vitamin

D)

2) Anemia

3) Kongenital syphilis

4) TBC

5) Gangguan kelenjar endokrin

6) Malnutrisi

c. Kelainan pertumbuhan

1) Cleidocranial dysostosis

2) Oxycephaly

3) Progeria

4) Achondroplasia (kerdil)

5) Cleft palate (celah langit-langit)

C. Indikasi dan Kontraindikasi Pengangkatan Gigi Impaksi

1. Indikasi4,7,8

Adapun indikasi pengangkatan gigi impaksi, adalah :

a) Pencegahan dari terjadinya :

Infeksi karena erupsi yang terlambat dan abnormal (perikoronitis)

Berkembangnya folikel menjadi keadaan patologis (kista odontogenik dan

neoplasma)

b) Adanya infeksi (focus selulitis)

c) Adanya keadaan patologi (odontogenik)

d) Adanya rasa nyeri

e) Penyimpangan panjang lengkung rahang dan untuk membantu

mempertahankan stabilitas hasil perawatan ortodonti.

2. Kontraindikasi7,8,9

3

Page 4: Makalh the Art of Odontectomy

Adapun kontraindikasi pengangkatan gigi impaksi, adalah :

a) Sebelum panjang akar mencapai sepertiga atau dua pertiga dan apabila tulang

yang menutupinya terlalu banyak (pencabutan prematur)

b) Jika kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur penting di

sekitarnya atau kerusakan tulang pendukung yang luas misalnya rasio

risiko/manfaat tidak menguntungkan

c) Apabila tulang yang menutupinya sangat termineralisasi dan padat

d) Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan

terganggu oleh kondisi fisik

D. Dampak gigi impaksi10

a) Infeksi: perikoronitis, abses, selulitis, osteitis dan osteomyelitis

b) Rasa sakit biasa terlokalisir maupun menyebar hingga ke telinga, belakang

telinga, maupun bagian yang disarafi oleh n. trigeminus (revered pain)

c) Kista dentigerous yang bisa berlanjut menjadi ameloblastoma

d) Pergeseran gigi tetangga

e) Food impaction karies pada gigi tetangga dan gigi impaksi yang erupsi

sebagian

f) Gigi yang impaksi dapat menyebabkan relaps setelah perawatan orthodontik,

sehingga hasil dari perawatan orthodontik tidaklah sempurna.

E. Klasifikasi Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah6,7

a) Jarak antara gigi M rahang bawah, dan batas anterior ramus mandibula.

Posisinya berdasarkan jarak antara molar kedua rahang bawah dan batas anterior ramus

mandibula dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak antara

bagian distal molar kedua ke ramus mandibula :

1) Klas I : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula cukup

lebar mesiodistal molar tiga bawah

4

Page 5: Makalh the Art of Odontectomy

Klas I

2) Klas II : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula lebih

kecil dari lebar mesiodistal molar tiga bawah

Klas II

3) Klas III : gigi molar tiga bawah terletak di dalam ramus mandibula

Klas III

b) Kedalaman

Impaksi gigi rahang bawah dapat di kelompokan berdasarkan kedalamannya,

dalam hubungannya terdapat garis servikal molar 2 disebelahnya.

1) Pada level A, mahkota molar 3 yang impaksi bearada pada atau diatas garis

oklusal.

5

Page 6: Makalh the Art of Odontectomy

Level A

2) Pada level B mahkota molar 3 dibawah garis oklusal tetapi diatas garis servikal

dari molar 2

Level B

3) Pada level C mahkota gigi molar 3 yang impaksi terletak di bawah garis servikal.

Level C

c) Hubungan radiografis terhadap molar kedua.9

Hubungan radiografis terhadap molar kedua. Gigi molar 3 rahang atas dan bawah yang

impaksi dikelompokan berdasarkan hubungan dengan molar kedua. Klasifikasi yang di

dasarkan sinar-X ini dilakukan dengan melihat inklinasi gigi yang mengalami impaksi yaitu:

a. Mesioangular

6

Page 7: Makalh the Art of Odontectomy

b. Distoangular

c. Vertikal

d. Horizontal

e. Melintang

F. Analisa kesulitan.11

Kategori ini merupakan titik awal untuk suatu analisa atau memperkirakan tingkat

kesulitan pencabutan gigi impaksi. Secara umum, semakin dalam letak gigi impaksi dan

semakin banyak tulang yang menutupinya serta makin besar penyimpangan angulasi gigi

impaksi dari kesejajaran terhadap sumbu panjang molar kedua, makin sulit pencabutannya.

Pilihan yang diperoleh dari analisa ini adalah (1) tidak diapa-apakan (2) pencabutan gigi

impaksi (3) rujukan.

7

Page 8: Makalh the Art of Odontectomy

Tabel 2.1 : Indeks kesulitan dari pembedahan molar ketiga bawah yang impaksi.

Klasifikasi Nilai

Hubungan ruang

Mesioangular 1

Horizontal/melintang 2

Vertikal 3

Distoangular 4

Kedalaman

Level A 1

Level B 2

Level C 3

Ruangan yang tersedia/hubungan dengan ramus

Kelas I

Kleas II

1

2

Kelas III 3

Indeks kesulitan

Sangat sulit 7-10

Kesulitan sedang 5-7

Kesulitan minimal 3-4

Contoh: impaksi mesioangular = 1

Level B = 2

Klas II = 2

Skor tingkat kesulitan = 5

Jadi gigi impaksi tersebut mempunyai tingkat kesulitan sedang.

BAB III

ODONTEKTOMI

A. Prosedur6,9

Menurut Archer odontektomi adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan

pengangkatan mukoperiosteal flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga tulang

disekitar akar bukal dengan chisel, bur, atau rongeurs. Ada 2 metode / teknik :

8

Page 9: Makalh the Art of Odontectomy

a. Odontotomi : Pencabutan gigi secara utuh. Teknik ini juga dipakai untuk gigi dengan

akar hiper sementosis

b. Odontektomi disertai odontotomi : Pencabutan gigi disertai dengan pemotongan

gigi {gigi dipotong menjadi beberapa bagian in separate}

1. Pemilihan Anestesi10

1. Anestesi Lokal:

1. Dilakukan untuk pengangkatan 1 gigi impaksi

2. Pasien kooperatif

2. Anestesi Umum:

1. Apabila kita hendak melakukan pengangkatan seluruh gigi impaksi secara bersamaan.

2. Untuk pengangkatan gigi impaksi dengan derajat kesukaran yang tinggi.

3. Penderita yang gelisah / tidak kooperatif.

2. Anamnesa6

Suatu kegiatan wawancara antara pasien/keluarga pasien dan dokter atau tenaga

kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang

keluhan dan penyakit yang diderita pasien. Biasanya menggunakan aturan 5W 1H. Dari

anamnesa kita dapat mengetahui keluhan utama pasien serta riwayat penyakit yang dapat

digunakan untuk memoerkirakan diagnosa, penanganannya serta pemberian obat. Anamnesa

dapat dilakukan dengan dua acara , yaitu :

a)Auto-anamnesa yaitu kegiatan wawancara langsung kepada pasien karena

pasien dianggap mampu melakukan tanya jawab

b) Allo-anamnesa yaitu kegiatan wawancara secara tidak langsung atau dilakukan

wawancara/tanya jawab pada keluarga pasien atau yang mengetahui tentang

pasien

c) Allo-anamnesa dilakukan karena :

Pasien belum dewasa (anak-anak yang belum dapat mengemukakan

pendapat terhadap apa yang dirasakan)

Pasien dalam keadaan tidak sadar karena sesuatu

Pasien tidak dapat berkomunikasi

Pasien dalam keadaan gangguan jiwa

3. Pemeriksaan Penunjang

9

Page 10: Makalh the Art of Odontectomy

a) Radiologi,12

Rujukan pemeriksaan radiologi dilakukan bila dokter gigi ingin melihat gambaran

radiologis suatu penyakit atau kelainan dengan bantuan foto rontgen. Beberapa tipe foto

rontgen yang umum digunakan dokter gigi:

Cephalometric

Panoramic

Lateral

Periapical

Occlusal

Foto radiologi

b) Laboratorium7

Periksa darah memang diwajibkan untuk pasien operasi. Dengan mengetahui kondisi

darah dari pasien, dokter otomatis akan mempelajari riwayat penyakit pasien tersebut.

Termasuk juga untuk menyiapkan antisipasi jika ternyata dalam pemeriksaan darah itu

ditemukan sesuatu yang tidak normal sehingga mempengaruhi keadaan pasien saat dan

setelah dilakukan operasi. Pemeriksaan hematologi lengkap meliputi pemeriksaan

hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan sel darah putih atau leukosit, pemeriksaan trombosit

atau faktor pembeku darah, pemeriksaan cloying time (CT) – bleeding time (BT),

pemeriksaan fungsi ginjal, pemeriksaan kadar gula darah, dsb.

4. Alat dan bahan3,11

a) Alat standart : kaca mulut, sonde, eskavator, pinset anatomis.

10

Page 11: Makalh the Art of Odontectomy

b) Alat anestesi : disposable syring 2,5 ml

c) Alat pembuatan flap: handle scalpel, rasparatorium.

d) Alat untuk menghilangkan tulang : contra high speed, diamond bur gigi bentuk

long shank bur, diamond bur bentuk ulir.

e) Alat pengungkit : bein lurus, bein bengkok, cryer.

bein

luxator

f) Alat pencabutan: tang mahkota dan tang sisa akar rahang atas dan bawah, serta

tang trismus.

g) Alat penjahitan: needle holder, needle cutting, gunting, dan pinset chirrugis.

h) Benang jahit: benang jahit dibagi menjadi yang bisa diabsorbsi dan tidak.

Secara umum jahitan yang terletak diluar tubuh menggunakan bahan non

absorbsi, yang dibawah kulit menggunakan bahan absorbsi. Pada odontektomi

digunakan benang non absorbsi.

11

Page 12: Makalh the Art of Odontectomy

Alat-alat yang digunakan selama operasi

B. Pembuatan Flap5,6,16

Flap merupakan suatu bagian mukosa yang secara bedah dipisahkan dari jaringan di

bawahnya. Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur di bawahnya

(biasanya pada tulang atau gigi) atau untuk prosedur koreksi, untuk mencapai daerah

patologis, merawat luka, atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan. Klasifikasi flap ada

tiga parameter penting untuk mempermudah aplikasi klinisnya yaitu lokasinya, komposisi

jaringannya, dan desain/bentuknya.

Berdasarkan komponen jaringan yang membentuknya atau ketebalannya, flap dibagi

menjadi 2 (dua) yaitu full thickness flap (berketebalan penuh) atau flap mukoperiosteal yang

mengikut sertakan mukosa dan periosteum dan partial thickness flap (berketebalan sebagian)

atau flap mukosa yang hanya menyertakan mukosa saja sedangkan periosteum tetap

ditempatnya.

Ada beberapa prinsip yang mendasari desain flap mukoperiostal, yaitu: 10

1. Menyediakan ruang yang cukup bagi daerah yang akan di operasi

2. Dasar flap harus lebar sehingga jaringan lunak mendapatkan suplai darah yang

cukup setelah penutupan luka

3. Untuk menghindari pendarahan, full thickness mukoperiosteal flap harus

ditinggikan

4. Insisi harus didesain sedemikian rupa sehingga flap dapat menutupi tulang

padat

5. Dapat memperbaiki margin pada tulang yang sehat.

6. Insisi seharusnya tidak merusak struktur anatomi yang penting

Pada dasarnya desain flap untuk operasi gigi molar tiga dibagi menjadi dua kategori :

a) Flap envelope

Insisi yang bisa diandalkan untuk pembedahan impaksi molar tiga bawah adalah flap

envelope. Teknik ini biasanya dilakukan dengan membuat insisi horizontal pada tepi gingiva.

Flap dibuat memanjang dari papilla mesial molar pertama rahang bawah dan mengelilingi

sekitar leher gigi ke sudut garis distobukal dari molar kedua. Kemudian garis insisi

memanjang ke posterior dan lateral sampai ke perbatasan anterior ramus mandibular. Flap

envelope seringkali digunakan untuk membuka jaringan lunak mandibular dalam pencabutan

12

Page 13: Makalh the Art of Odontectomy

gigi impaksi molar tiga, perluasan insisi posterior harus divergen kearah lateral untuk

menghindari cedera pada saraf lingual. Insisi envelope dibuka kearah lateral sehingga tulang

yg menutupi gigi impaksi terbuka. Keuntungan flap ini adalah kerusakan minimal dari suplai

vaskular pada jaringan flap, penutupan dan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik.

Akses bedah yang terbatas merupakan kelemahan utama desain flap ini.

Desain flap envelope

Desain flap envelope

b) Flap Triangular

Flap triangular merupakan bagian dari desain envelope dengan membebaskan insisi

vertikal. Teknik ini biasanya dilakukan dengan membuat insisi horizontal pada tepi gingiva,

kemudian dimodifikasi seperlunya dengan melakukan insisi serong kearah anterior. Saat flap

jaringan dibuka pada insisi pembebas, akan diperoleh lapang pandang yang lebih luas,

terutama pada aspek apikal daerah pembedahan dapat dilihat pada gambar 12.

Flap triangular modern terdiri dari satu insisi intra sulkular horizontal dan satu insisi

bebas (vertical releasing incision). Flap triangular menunjukkan kasus di mana gigi yang

terkena dampak tertanam dalam tulang dan membutuhkan pengangkatan tulang yang luas.

Flap ini memiliki dua keuntungan utama. Membuat insisi yang longgar yaitu berupa

suatu insisi pendek pada gingiva cekat dan margin yang akan mempermudah operator untuk

melebarkan flap dan untuk mendapatkan akses yang diperlukan. Flap triangular juga memacu

13

Page 14: Makalh the Art of Odontectomy

penyembuhan luka yang sangat cepat. Flap ini terutama diindikasikan untuk gigi-gigi

posterior mandibular dan anterior maksila.

Desain flap triangular

.Desain flap triangular

C. Penjahitan14,15

Simple interrupted suture

14

Page 15: Makalh the Art of Odontectomy

Simple interrupted suture merupakan teknik penjahitan yang paling sering dipakai.

Jahitan dilakukan satu persatu. Jarak dari setiap jahitan dengan garis insisi dapat bervariasi

berdasarkan kebutuhan. Jahitan ini memiliki kekuatan yang baik.

Keuntungan:

Pemilihan ujung penjahitan dapat dilakukan.

Kegagalan satu jahitan tidak mempengaruhi jahitan lainnya.

Kerugian:

Dapat menghasilkan bekas jahitan setelah edema pasca pembedahan.

Karena jumlah simpul bertambah, kekuatan benang jahit dapat berkurang

sebanyak 50%

D. Teknik Pembedahan Odontektomi13,14

Prinsip dan langkah-langkah untuk menghilangkan gigi impaksi sama dengan surgical

extraction lain. Ada lima teknik pembedahan odontektomi yaitu:

1. Asepsis

Mensterilkan daerah kerja menggunakan betadine

15

Page 16: Makalh the Art of Odontectomy

Asepsis pada daerah operasi

2. Umumnya operasi molar tiga mandibular dilakukan dengan anestesi lokal dengan

bahan anestesi yang bersifat vasokonstriktor untuk mendapatkan efek anestesi yang

cukup lama dan memberikan daerah operasi yang relatif bebas darah, sehingga tidak

menghalangi pandangan saat pembedahan dilakukan. Untuk molar tiga madibula

dilakukan injeksi blok pada nevus alveolaris inferior dan nevus bukalis atau anestesi

umum jika jumlah gigi impaksi yang dilakukan odontektomi lebih dari satu gigi.

Anestesi di area gigi yang akan dilakukan odontektomi

3. Pembuatan flap yang biasa di lakukan dalam odontektomi adalah flap triangular

yaitu dengan melakukan insisi. Tujuannya agar mendapatkan lapang pandang yang

baik, jalan masuk alat yang cukup, dan trauma secukup mungkin.

16

Page 17: Makalh the Art of Odontectomy

Insisi untuk membuat flap

4. Mendapatkan akses yang diperlukan untuk pembuangan tulang mandibula dengan

alat bur dan dibantu dengan irigasi larutan saline agar gigi terlihat untuk dilakukan

pemotongan atau pengangkatan.

Pengeburan tulang disertai irigasi larutan saline

5. Melakukan tehnik odontektomi yaitu membelah / membagi gigi dengan bur agar

ekstraksi gigi dapat dilakukan tanpa pembuangan tulang yang berlebihan.

6. Penjahitan pada daerah yang telah dilakukan odontektomi.

Penjahitan atau hecting pada area yang telah dilakukan odontektomi

17

Page 18: Makalh the Art of Odontectomy

7. Pembersihan daerah operasi dengan menggunakan larutan NaCl dan betadine, socket

di spooling dengan penggunaan dua macam campuran ini, kemudian lakukan

penghalusan tulang dengan bone file supaya tidak ada tulang yang tajam, sesudah itu

lakukan spooling kembali untuk memastikan socket telah bersih secara sempurna,

berikan medikasi berupa spongostan pada lubang socketnya dengan tujuan

menghentikan perdarahan.

8. Kemudian evaluasi minggu depannya. Pasien diberi obat secara injeksi pada saat

rawat inap: ceftriaxone, ketorolac, dexamethasone, ranitidine dan pada saat pulang

diberikan obat secara oral yaitu: clindamycin, asam mefenamat, dexamethasone.

E. Komplikasi Bedah Gigi Impaksi serta Penanganannya11,12

1. Komplikasi intra operatif

a. Perdarahan

Perdarahan merupakan komplikasi selama pembedahan yang umumnya terjadi

hal ini di karenakan pemutusan jaringan yang di ikuti oleh putusnya pembuluh

darah.

b. Fraktur

Fraktur bisa mengenai akar gigi, gigi tetangga atau gigi antagonis, restorasi,

prosesus alveolaris dan kadang-kadang mandibula. Etiologi fraktur adalah

adanya tekanan yang berlebih atau tidak terkontrol atau keduanya. Fraktur

pada gigi antagonis dapat disebabkan karena pada waktu mencabut gigi tang

berkontak gigi antagonis atau tetangganya.

c. Menelan atau aspirasi gigi, fragmen gigi, restorasi, dan mahkota

Disebabkan karena kecerobohan operator dalam memegang instrument dan

aplikasi teknik yang kurang tepat.

d. Dislokasi kondilus

Penyebab terjadinya dislokasi kondilus adalah tekanan kebawah yang berlebih

dan kurangnya fiksasi rahang.

e. Cedera saraf

Saraf yang memungkinkan terjadinya cedera selama pencabutan dan

pembedahan gigi molar ketiga rahang bawah adalah divisi ketiga nervus

18

Page 19: Makalh the Art of Odontectomy

trigeminus yaitu, alveolaris inferior, nervus lingualis, nervus bukalis. Cedera

saraf akan menyebabkan beberapa risiko antara lain:

Anestesi atau hipestesi: sensasi yang menurun

atau hilang secara perlahan

Distesi: sensasi abnormal yang tidak nyaman

terhadap stimulus normal. Misalnya sensasi terbakar pada rangsangan

sederhana

Parastesi: sensasi subjektif seperti kebakar,

kesemutan, tertusuk, mati rasa parsial dan lain-lain.

2. Komplikasi pasca operatif

a. Oeteitis alveolar (dry socket)

Oeteitis alveolar atau dry socket adalah salah satu komplikasi bedah yang

sering terjadi. Hal ini disebabkan karena tidak terbentuknya bekuan darah atau

terlepasnya bekuan darah pada soket sehingga terjadi infeksi. Aplikasi

chlorexidine gel setelah dilakukannya pencabutan atau pembedahan gigi molar

ketiga mengurangi terjadinya dry socket.

Penanganannya : buat perdarahan baru, lakukan kuretase, spooling, lalu beri

alvogyl

b. Infeksi

Infeksi setelah pencabutan gigi biasanya disebabkan karena jarum dan larutan

anestesi yang terkontaminasi, dan asespsis yang tidak memadai.

Penanganan : pemeberian antibiotik dan NSID. Jika ada abses maka lakukan

insisi dan drainase

BAB IV

KESIMPULAN

Gigi impaksi adalah gigi yang tidak erupsi atau erupsi hanya sebagian oleh karena

proses erupsi normalnya terhalang, biasanya oleh gigi di dekatnya, tulang atau jaringan

sekitar yang patologis. Etiologi Gigi Impaksi disebabkan oleh karena faktor lokal dan

sistemik. Molar tiga rahang bawah yang impaksi di klasifikasikan berdasarkan: panjang

19

Page 20: Makalh the Art of Odontectomy

lengkung/atau kedekatannya dengan ramus mandibula, kedalamannya dalam rahang dan

hubungan radiografis terhadap molar kedua. Klasifikasi Impaksi molar tiga rahang atas,

dikelompokkan berdasarkan: Kedalaman relatif M3 atas impaksi di dalam tulang. Klasifikasi

yang didasarkan pada perbandingan sumbu aksis M3 atas dengan sumbu aksis M2 atas yang

mengalami impaksi, dan klasifikasi didasarkan pada rongten gigi yang dilakukan dengan

melihat hubungan impaksi M3 atas dengan sinus maksilaris.

Odontektomi adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan pengangkatan

mukoperiosteal flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga tulang disekitar akar

bukal dengan bur, atau rongeurs. Tindakan odontektomi ini dapat menimbulkan komplikasi

baik pra bedah dan pasca bedah. Maka perlu dilakukan tindakan odontektomi sebaiknya

dengan spesialis bedah mulut.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.scribd.com/doc/27547187/gigi impaksi-Bedah mulut-kedokteran gigi

2. Alamsyah RM, Situmorang N, 2005. Dampak Gigi Molar Tiga mandibula

Impaksi Terhadap Kualitas Hidup Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Dentika Dental Journal, Vol 10: ISSN: 1693-671X: 73

20

Page 21: Makalh the Art of Odontectomy

3. Adam K, 2000. Odontektomi Pada Penderita Dengan Trombositopenia. PABMI,

ISSN: 1410-0746

4. Pedersen GW, 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa. Purwanto dan

Basoeseno, Lilian Yuwono. 1st ed, Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran EGC, hal 47-

48, 60-63

5. Adam K, 2000. Odontektomi Pada Penderita Dengan Trombositopenia. PABMI,

ISSN: 1410-0746

6. http://gigisehatalami.files.wordpress.com/2011/07/defenisi-gigi-impaksi1.jpg

7. Dym, Harry. 2001. Atlas of Minor Oral surgery. Philadelphia : W.B. Saunders

Company, 80-83.

8. Suwelo A, 2006. Impaksi Mesiodens Pada Anak Perempuan Usia 10 Tahun.

Journal Ilmiah dan Teknologi kedokteran Gigi, Vol 3: ISSN: 1693-3079

9. Maulani IR, 2010. Diktat Impaksi Gigi, Jakarta, 32-39

10. Balaji, S M. 2007. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery, New dehli :

Elsevier, hal 231-234

11. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR, 2008. Contemporary Oral and Maxillofacial

Surgery. 5th ed, Elsevier: Mosby, 160-163, 171, 172

12. http://www.scribd.com/doc/50823115/Teknik-Odontektomi

13. Archer WH, 1975. Oral Surgery. 3th ed, Philadelphia: WB Saunders Company,

253, 255.

14. Nasir M, Mawardi, 2003. Perawatan Impaksi Gigi Insisivus Sentralis Kiri Maksila

dengan Kombinasi Teknik Flep Tertutup dan Tarikan Ortodontik. Dentika Dental

Journal, Vol 8: ISSN: 1410-1629: 95.

15. Pedlar J,frame JW, 2007. Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed, Edinburgh:

Elsevier, 37

16. Arens DE, Adams WR, 1817. Endodontioc Surgery. Philadelphia: Harper & Row,

112

21