Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

20
BAB II ISI 2.1 Asal Mula Terjadinya Candi Borobudur Sekitar tiga ratus tahun lampau, tempat Candi ini berada masih berupa hutan belukar yang oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama kalinya, nama Borobudur diketahui dari naskah Negara Kertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara di budur. Kemudian pada naskah Babad Tanah Jawi (1709–1710) ada berita tentang Mas Dana, seorang pemberontak terhadap Raja Paku Buwono I, yang tetangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi hukuman mati. Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentang seorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro yang berminat melihat 1000 arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar. Kemudian pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari bawahannya tentang adanya bukit yang dipenuhi dengan baru-batu berukir. Berdasarkan berita itu 5

Transcript of Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

Page 1: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

BAB II

ISI

2.1 Asal Mula Terjadinya Candi Borobudur

Sekitar tiga ratus tahun lampau, tempat Candi ini berada masih berupa hutan

belukar yang oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama

kalinya, nama Borobudur diketahui dari naskah Negara Kertagama karya Mpu

Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara di budur. Kemudian

pada naskah Babad Tanah Jawi (1709–1710) ada berita tentang Mas Dana,

seorang pemberontak terhadap Raja Paku Buwono I, yang tetangkap di Redi

Borobudur dan dijatuhi hukuman mati. Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita

tentang seorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro yang

berminat melihat 1000 arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar.

Kemudian pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari

bawahannya tentang adanya bukit yang dipenuhi dengan baru-batu berukir.

Berdasarkan berita itu Raffles mengutus Cornelius, seorang pengagum seni dan

sejarah untuk membersihkan bukit itu. Tampak di atas bukit itu batu Candi

berserakan dengan bantuan penduduk desa yang berjumlah 200 orang, HC.

Cornelius segera melakukan pembersihan dan menyingkirkan tanah yang

menutupi Candi Borobudur pada tahun 1835 atas usaha Residen Kedu, bentuk

candi dapat ditampakkan seluruhnya seperti dahulunya.

5

Page 2: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

6

2.1.1 Arti dari Nama Borobudur

Candi Borobudur sendiri sulitlah ditentukan, apa nama Borobudur

mengambil nama Desa, ataukah nama desa yang mengambil dari nama bangunan

tersebut.

Dalam kitab sejarah Jawa dari abad ke 18 tersebut “Bukit Borobudur”

sedang keterangan yang disampaikan kepada Raffles (Letnan Gubernur Jendral

Inggris) dalam tahun 1914 di Bumi Segoro menyatakan adanya sebuah penemuan

peninggalan purbakala bernama “Borobudur”. Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa nama Borobudur adalah nama asli dari bangunan candinya.

Penafsiran Borobudur telah pula dilakukan oleh Raffles, berdasarkan keterangan

yang ia kumpulkan dari masyarakat luas, Budur merupakan bentuk lain dari Budo,

yang dalam bahasa Jawa berarti kuno. Raffles juga menampilkan keterangan yang

lain yakni Budo berarti Agung, dan Budur berarti Budha. Jadi Borobudur berarti

Sang Budha Yang Agung. Namun, karena Boro dalam bahasa Jawa kuno dapat

diartikan banyak, maka Borobudur dapat pula berarti Budha yang banyak.

Para ahli mengatakan bahwa nama Borobudur berasal dari gabungan kata

Bara dan Budur. Bara berasal dari kata Sansekerta yaitu “VIHARA” yang berarti

kompleks Candi dan bihara berarti asrama. Seorang ahli yang mengemukakan

pendapat ini bernama Prof. Dr. Poerbotjoroko. Pendapat Prof. Dr. Poerbotjoroko

juga dikuatkan oleh pendapat Prof. Dr. WF. Stutterhelm yang berpendapat bahwa

Borobudur berarti Bihara di atas sebuah bukit. Sedangkan Prof. JG. De Casparis

mendasarkan pada Prasasti Karang Tengah yang menyebutkan tahun pendirian

bangunan ini, yaitu Tahun Sangkala “Rasa Sagara Kstidhara”, atau Tahun Caka

Page 3: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

7

146 (824 Masehi), atau pada Masa Wangsa Syailendra yang mengangungkan

Dewa Indra. Dalam prasasti didapatlah nama Bhumisambharabhudhara yang

berarti tempat pemujaan para nenek moyang bagi arwah-arwah leluhurnya.

2.1.2 Letak Candi Borobudur

Candi Borobudur terletak di sebelah selatan Gunung Tidar kira-kira jarak

lurus 15 km,atau sekitar 40 Km sebelah utara Yogyakarta tepatnya di Desa

Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.

Candi Borobudur terletak di dataran kedu yang dialiri oleh dua sungai besar yaitu

Sungai Progo dan Sungai Elo yang mengalir ke selatan menuju Samudra Hindia

Candi Borobudur yang terletak di Dataran Kedu, hampir seluruhnya

dilingkari pegunungan, seperti Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung

Merbabu, dan Gunung Merapi serta Pegunungan Menoreh. Candi Borobudur juga

dikelilingi beberapa dusun anata lain ; Bumi Segoro, Sabrang Rowo, Gopatan,

Jawahan, Barepan, Ngaran, Kelon, Janan dan Gendingan.

2.1.3 Pemugaran Candi Borobudur

Dalam pelajaran sejarah, disebutkan bahwa Candi Borobudur dibuat pada

masa Wangsa Syailendra yang Buddhis di bawah kepemimpinan Raja

Samaratthungga. Sedangkan yang menciptakan candi, berdasarkan tuturan

masyarakat bernama Guna Dharma. Pembangunan Candi itu selesai pada tahun

846 M. Menurut Prasasti Kulrak (784 M) pembuatan candi ini dibantu oleh

seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya sebagai

Page 4: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

8

penasihat yang ahli dalam ajaran Buddhis Tantra Vajrayama. Pembangunan

candi ini dimulai pada masa Maha Raja Dananjaya yang bergeral Sri

Sanggramadananjaya, dilanjutkan oleh putranya, Samaratthungga, dan oleh cucu

perempuannya, Dyah Ayu Pramodhawardhani.

Sebelum dipugar, Candi Borobudur berupa reruntuhan seperti halnya

artefak-artefak candi yang baru ditemukan sekarang ini. Ketika kita mengunjungi

Borobudur dan menikmati keindahan alam sekitarnya dari atas puncak candi,

kadang kita tidak pernah berpikir tentang siapa yang berjasa membangun kembali

Candi Borobudur menjadi bangunan yang megah dan menjadi kekayaan Bangsa

Indonesia ini.

Pemugaran selanjutnya, setelah oleh Cornelius pada masa Raffles maupun

Residen Hatmann, dilakukan pada 1907–1911 oleh Theodorus Van Erp yang

membangun kembali susunan bentuk candi dari reruntuhan karena dimakan

zaman sampai kepada bentuk sekarang. Van Erp sebetulnya seorang ahli teknik

bangunan Genle Militer dengan pangkat Letnan Satu, tetapi kemudian tertarik

untuk meneliti dan mempelajari seluk beluk Candi Borobudur, mulai falsafahnya

sampai kepada ajaran-ajaran yang dikandungnya. Untuk itu dia mencoba

melakukan studi banding selama beberapa tahun di India. Ia juga pergi ke

Srilangka untuk melihat susunan bangunan puncak stupa Sanchi di Kandy, sampai

akhirnya Van Erp menemukan bentuk Candi Borobudur. Sedangkan mengenai

falsafah dan agamanya ditemukan oleh Stutterheim dan Nj. Krom, yakni tentang

ajaran Budha Dharma dengan alian Mahayana–Yogacara dan ada kecenderungan

pula bercampur dengan alitan Tantrayana–Vajrayama. Oleh sebab itu, para

Page 5: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

9

pemugar harus memiliki sekelumit sejarah agama ini di Indonesia. Penelitian

terhadap susunan bangunan candi dan falsafah yang dibawahnya tentunya

membutuhkan waktu yang tidak sedikit, apalagi kalau dihubung-hubungkan

dengan bangunan-bangunan candi lainnya yang masih satu rumpun. Seperti

halnya Candi Borobudur dengan Candi Pawon dan Candi Mendut yang secara

geografis berada pada satu jalur.

2.2 Bentuk Bangunan Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan Candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat

di Kamboja. Borobudur mirip banguan Piramid Cheops di Gizeh Mesir. Candi

Borobudur tidak mempunyai bilik atau ruangan di dalamnya, sehingga bangunan

Candi Borobudur dianggap sebagai bangunan ziarah. Candi Borobudur berbentuk

punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga

tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya.

Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.

Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat

mazhab Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh

tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi

Buddha.

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih

dikuasai oleh kama atau “nafsu rendah”. Bagian ini sebagian besar tertutup oleh

tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada

bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita

Page 6: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

10

Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga

orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.

Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan

Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah

dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk.

Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.

Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk

dinding di atas ballustrade atau selasar.

Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini

dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah

lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana

manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun

belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa

yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung

itu masih tampak samar-samar. Tingkatan tertinggi yang menggambarkan

ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa

digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah

ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished

Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui

penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama.

Candi Borobudur terbuat dari batu alam sangat keras. Batu dipotong dengan

berbagai macam ukuran dan dalam bentuk beraneka ragam. Batu alam disusun

rapi tanpa bahan perekat.

Page 7: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

11

Luas bangunan Candi Borobudur 15.129 m2 yang tersusun dari 55.000 m3

batu, dari dua juta potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25cmx10cmx15

cm. Panjang potongan batu secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan

batu 1,3 juta ton. Dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau

relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang tersusun dalam 1.460 panel.

Panjang panel masing-masing 2 meter. Jadi, kalau rangkaian relief itu

dibentangkan maka kurang lebih panjang relief seluruhnya 3 km. Jumlah tingkat

ada sepuluh, tingkat 1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7–10

berbentuk bundar. Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504

buah. Sedangkan, tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk

dulunya 42 m, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir.

Candi Borobudur tersusun atas tiga buah tingkatan. Adapun tingkatan-

tingkatan itu pada dasarnya dapat pula diterapkan pembagian alam semesta

menjadi 3 dunia :

1. Dunia Paling Bawah : KAMADHATU (Dunia Hasrat)

Dalam tingkatan ini manusia masih terikat oleh hasrat. Relief ini terdapat

pada kaki Candi.

2. Dunia yang lebih tinggi : RUPADHATU (Dunia Rupa)

Dalam tingkatan ini manusia telah meninggalkan segala hasratnya tetapi

masih terikat kepada nama dan rupa. Bagian ini terdapat pada langkah 1-5.

Page 8: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

12

3. Dunia tertinggi : ARUPADHATU (Dunia Tanpa Rupa)

Pada tingkatan ini manusia sudah tidak ada sama sekali nama maupun rupa.

Manusia telah bebas sama sekali dan memutuskan untuk selama-lamanya segala

ikatan kepada dunia fana.

Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas berundak. Apabila dilihat dari

atas berbentuk bujur sangkar. Bangunan ini terdiri atas 10 tingkat. Tiga tingkat

yang paling atas berbentuk lingkaran dengan 3 teras dan 72 stupa berlubang.

Teras-teras tersebut adalah :

1. Teras pertama terdapat 32 stupa berlubang

2. Teras kedua terdapat 24 stupa berlubang

3. Teras ketiga terdapat 16 stupa berlubang

Pada bagian tengah stupa terdapat stupa induk yang merupakan mahkota

dari bangunan Candi Borobudur. Stupa induk bergaris tengah 9,90 m tinggi

sampai bawah pinakel 7 m, dan tertutup rapat sehingga orang tidak dapat melihat

bagian dalamnya.

2.3 Patung Budha

Candi Borobudur tidak diperindah dengan relief-relief cerita ukiran hias,

tetapi juga dapat dibanggakan karena patung-patungnya yang sangat tinggi mutu

seninya. Patung-patung itu semuanya menggambarkan Dhyani – Budha, terdapat

pada bagian Rupadhatu dan Arupadhatu. Tingkatan bangunan Candi Borobudur

makin ke atas semakin kecil ukurannya.

Page 9: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

13

Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief

ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa

Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur.

Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita

jātaka.

Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada

pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir

di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur

adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya

bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.

Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna

sebagai berikut :

1. Karmawibhangga

Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi

dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan

relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura

menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. Relief

tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai

dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan

pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam

lingkaran lahir – hidup – mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh

agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan.

Page 10: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

14

2. Lalitawistara

Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-

relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya

Sang Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman

Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan,

setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi

timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di

dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang

Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang

Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan

Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura,

yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai

Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti

“hukum”, sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.

3. Jataka dan Awadana

Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai

Pangeran Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang

membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya,

pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha

menuju ketingkat ke-Buddha-an.

Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi

pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun

dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab

Page 11: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

15

Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur jataka

dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang

sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang

Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura

dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.

4. Gandawyuha

Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita

Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari

Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya

dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul

Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu

Bhadracari.

Tahapan pembangunan Borobudur

Tahap pertama

Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan

850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang

sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun

yang dibongkar.

Tahap kedua

Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan

satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.

Page 12: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

16

Tahap ketiga

Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan

dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak

ini dengan satu stupa besar di tengahnya.

Tahap keempat

Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan

lengkung atas pintu. Ikhtisar waktu proses pemugaran Candi Borobudur

Foto pertama Borobudur dari tahun 1873. Bendera Belanda tampak pada

stupa utama candi.

1814 – Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di

Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles

memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit

yang dipenuhi semak belukar. Susunan patung Budha pada setiap langkan adalah

sebagai berikut :

1 Langkan pertama = 104 Patung Budha

2. Langkan kedua = 104 Patung Budha

3.Langkan ketiga = 88 Patung Budha

4.Langkan keempat = 72 Patung Budha

5.Langkan kelima = 64 Patung Budha

6.Teras bundar pertama = 32 Patung Budha

7.Teras bundar kedua = 24 Patung Budha

8.Teras bundah ketiga = 16 Patung Budha

Jumlah = 504 Patung Budha

Page 13: Arsitektur Candi Borobudur Sebagai Aset Berharga Bangsa Indonesia

17

Sekilas patung-patung Budha itu serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada

juga perbedaan-perbedaannya. Yang membedakan antara Patung Budha yang satu

dengan yang lain adalah sikap tangan (Mudra) yang merupakan ciri khas setiap

patung. Jumlah sikap tangan (Mudra) yang pokok ada 5 yaitu sebagai berikut :

Bhumispara – Mudra

Sikap tangan ini melambangkan saat Budha memanggil Dewi Bumi sebagai

saksi ketika ia menangkis semua serangan Iblis Mara.

a. Wara – Mudra

Sikap tangan ini melambangkan pemberian amal, memberi anugrah atau

berkah. Mudra ini adalah khas Dhyani Budha Ratna Sambawa. Patung-patungnya

menghadap ke selatan.

b. Dhyana – Mudra

Melambangkan sedang semedi/mengheningkan cipta yang merupakan tanda

khusus bagi Dhyani Budha Amitabha

c. Abhaya – Mudra

Melambangkan sedang menenangkan merupakan tanda khusus Dhyani

Budha Armogashidi

d. Dharma Cakra – Mudra

Melambangkan gerak memutar roda dharma. Mudra ini menjadi ciri khusus

Dhyani Budha Wairocana, daerah kekuasaannya terletak di pusat khusus di Candi

Borobudur Wairocana.