Aromatase, Molekul Penting Dalam Patofisiologi Dari Endometriosis Dan Suatu Pengobatan Sasaran
-
Upload
eva-maya-puspita -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
description
Transcript of Aromatase, Molekul Penting Dalam Patofisiologi Dari Endometriosis Dan Suatu Pengobatan Sasaran
Aromatase, molekul penting dalam patofisiologi dari endometriosis
dan suatu pengobatan sasaran (M. Khailed, Fertility & Sterility vol.72, no.6, Dec 1999)
Insiden : 2-10% pada kelompok usia reproduksi, juga bisa terdapat pada remaja dan
wanita postmenopause.
Perkembangan baru dari endometriosis adalah terdapat penyimpangan molekul
intrinsik dalam penanaman endometriosis panggul. Beberapa dari defek molekul
tersebut, meliputi penyimpangan dalam tampilan aromatase, sitokin tertentu, dan
matalloproteinase jaringan : defisiensi 17-hidroksisteroid dehidrogenase (17HSD)
dan resistensi terhadap kerja protektif dari progesteron (P).
Karena endometriosis merupakan suatu gangguan estrogen-dependent, tampilan
aromatase dan defisiensi dari 17HSD tipe-2 merupakan yang terpenting dalam
patofisiologi.
Biosintesa dan metabolisme estrogen pada manusia
Perubahan dari androstenedion (A) dan testosteron (T) ke estron (E1) dan E2
dikatalisir oleh P450 aromatase (P450arom) yang terdapat dalam beberapa jaringan
manusia dan sel-sel seperti sel granulosa ovarium, sinsiotrofoblas plasenta,
jaringan lemak dan fibroblas kulit dan otak. Dalam usia reproduksi manusia,
ovarium merupakan biosintesa estrogen yang terpenting dan berperanan dalam siklus
yang berlangsung secara siklik. Tidak terdapat sekresi E2 yang bermakna dari ovarium
pada permulaan siklus menstruasi (selama menstruasi), tetapi ketika matangnya
folikel dominan, sel-sel granulosa memperbanyak diri dan menampilkan kadar
aromatase yang tinggi dibawah pengaruh FSH.
Aromatase mengkatalisir perubahan A ke E yang selanjutnya merubah ke estrogen
yang poten E2 oleh enzim 17HSD tipe-1 dalam sel granulosa. Pada pertengahan
siklus, kadar puncak serum E2 tercapai sesaat menjelang ovulasi, dan sekresi E2
ovarium dari korpus luteum kemudian selanjutnya menurun ke kadar yang lebih
rendah. Pada ikatan FSH ke reseptor pasangannya protein-G dalam membran sel
granulosa, kadar-kadar siklik adenosin monofosfat (cAMP) intraseluler meningkat,
dimana memberikan peningkatan terhadap ikatan 2 faktor transkripsi yang kritis,
seperti steroidogenik factor-1 (SF-1) dan cAMP response element binding protein
(CREB) ke gen aromatase yang secara klasik terletak proksimal promoter II. Hal ini
berikutnya mengaktivasi aromatase mRNA dan pembentukan protein dan
bertanggung jawab untuk perangsangan aktifitas aromatase dan sebagai
konsekuensinya keluarlah estrogen dari folikel preovulatoar.
Sebaliknya pada wanita postmenopause, pembentukan estrogen berlangsung dalam
jaringan ekstraglanduler seperti jaringan lemak dan kulit. Berlawanan dengan
pengaturan cAMP dari tampilan aromatase dalam ovarium, hal ini dikontrol secara
primer oleh sitokin-sitokin [interleukin-6 (IL-6), IL-11, tumor necrosis factor
(TNF)- dan glukokortikoid melalui pemakaian alternatif dari promoter I,4 dalam
jaringan lemak dan fibroblas kulit. Yang harus digarisbawahi bahwa bahan utana atau
aromatase jaringan lemak/kulit adalah androstenedion yang berasal dari adrenal. Pada
wanita postmenopause, hampir 2% dari androstenedion yang beredar dirubah menjadi
E1 yang selanjutnya dirubah menjadi E2 dalam jaringan perifer. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya hiperplasia endometrium atau bahkan karsinoma akibat
meningkatnya kadar E2.
Tampilan aromatase dalam jaringan yang berasal dari Müllerian
Sampai saat ini, kerja estrogen secara klasik digambarkan terjadi hanya melalui suatu
mekanisme endokrin. Dengan kata lain, dianggap bahwa hanya E2 yang beredar,
apakah itu yang disekresikan oleh ovarium atau dibentuk dalam jaringan lemak, dapat
memberikan efek estrogeniknya setelah dikeluarkan ke jaringan target melalui aliran
darah. Penelitian-penelitian tentang tampilan aromatase dalam kanker payudara telah
memperlihatkan bahwa mekanisme parakrin memegang peranan dalam kerja estrogen
dalam jaringan ini. Estrogen dihasilkan oleh aktifitas aromatase dalam fibroblas
jaringan lemak payudara yang terlihat meningkatkan pertumbuhan dari sel-sel
epitelial payudara ganas yang berdekatan. Akhirnya, peneliti ini memperlihatkan
suatu kemungkinan terdapatnya efek intrakrin dari estrogen dalam leiomioma uteri
dan endometriosis. Estrogen yang dihasilkan oleh aktifitas aromatase dalam
sitoplasma sel-sel otot lunak leiomioma atau sel-sel stroma endoemtriosis dapat
menimbulkan efeknya melalui ikatannya yang siap dengan inti reseptornya dalam sel
yang sama.
Jaringan Müllerian dikenal sebagai sasaran kerja dari estrogen. Jadi, dengan adanya
atau tanpa tampilan aromatase (seperti biosintesa estrogen) dalam endometrium dan
miometrium merupakan konsekuensi fisiologik dan klinik yang penting. Penyakit
yang bebas dari endometrium dan miometrium kurang mengandung tampilan
aromatase. Dengan kata lain, teman imbangan neoplastik dari jaringan – jaringan ini
memperlihatkan tampilan dan kadar aromatase yang tinggi. Tampilan mRNA
aromatase dan protein diperlihatkan dalam sel-sel stroma dari kanker endometrium
dan dalam sel-sel otot polos dari leiomioma uteri. Tampilan aromatase dalam kedia
tumor-tumor ini diatur oleh cAMP melalui ovarium-tipe promoter II.
Dalam ovarium normal, tampilan aromatase terbatas pada sel granulosa dan tidak
terdapat pada sel teka dan sel-sel stroma yang lain. Hal ini juga harus digarisbawahi
bahwa tampilan aromatase terdapat dalam sel-sel stroma dari neoplasma epitelial
ovarium. Pada saat ini, kepentingan tampilan aromatase (seperti biosintesa estrogen)
dalam tumor-tumor epitelial ovarium tidak diketahui, tetapi hal ini menarik bahwa
kebanyakan dari tumor-tumor ovarium yang positif terhadap aromatase merupakan
jenis endometrioid. Karena tumor endometrioid ovarium dianggap berasal dari foki
endometriosis, tampilan aromatase dalam kanker-kanker epitelial ovarium ini dan
endometriosis dianggap berasal dari asal yang sama. Kenyataannya, pertumbuhan dari
karsinoma endometrioid berasal dari foki endometriosis dalam ovarium yang
mungkin dirangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh aktifitas lokal aromatase.
Peranan tampilan aromatase dalam endometriosis
Dalam sel-sel stroma endometriotik diketahui bahwa PGE2 merupakan perangsang
aktifitas aromatase. Sedangkan dari hasil kultur dilaporkan estrogen meningkatkan
pembentukan PGE2 melalui rangsangan enzim cyclooxygenase tipe-2 dalam sel-sel
stroma endometrium. Jadi, suatu lengkung arusbalik positif untuk berlanjutnya
produksi lokal estrogen dan PGE2 dibuat, menyebabkan karakteristik proliferasi dan
inflamatori dari endometriosis.
Adrenal
Androstenedion sitokin (IL-1, TNF-)
aromatase + PGE2
PGH2 as.arakhidonat
Estron + Jaringan perifer
Estradiol PG synthase-2
+
Ovarium
Patofisiologi endometriosis, Fertil Steril 1999
Sebagai alternatif, akibat adanya suatu defek pada sistem imun yang gagal untuk
membersihkan permukan-permukaan peritoneum dari aliran balik darah menstruasi
dianggap merupakan perkembangan dari endometriosis.
Saling perubahan dari E1 dan E2 dalam endometriosis
Bahan pimer untuk aktifitas aromatase dalam endometriosis adalah androstenedion
dari adrenal dan dari ovarium pada wanita premenopause dan androstenedion yang
berasal dari adrenal pada wanita postmenopause.
Dalam endometriosis