Arifin C
-
Upload
ahmad-rizal -
Category
Documents
-
view
142 -
download
6
Transcript of Arifin C
Arifin C. NoerDari Wikipedia bahasa Indonesia
Arifin C. Noer
Arifin C Noer.
Nama lahir Arifin Chairin Noer
Lahir10 Maret 1941Cheribon, Jawa Barat, Hindia Belanda
Meninggal28 Mei 1995 (umur 54)
Jakarta, IndonesiaPekerjaan sutradara, produserPasangan Jajang C. Noer
AnakNitta NazyraMarah Laut
Arifin Chairin Noer (lahir di Cirebon, Jawa Barat, 10 Maret 1941 – meninggal di Jakarta, 28 Mei 1995 pada umur 54 tahun), atau lebih dikenal sebagai Arifin C. Noer, adalah sutradara teater dan film asal Indonesia yang beberapa kali memenangkan Piala Citra untuk penghargaan film terbaik dan penulis skenario terbaik.
Salah satu film Arifin yang paling kontroversial adalah Pengkhianatan G 30 S/PKI (1984). Film ini diwajibkan oleh pemerintah Orde Baru untuk diputar di semua stasiun televisi setiap tahun pada tanggal 30 September untuk memperingati insiden Gerakan 30 September pada tahun 1965. Peraturan ini kemudian dihapus pada tahun 1997.
Selain itu Arifin jugalah yang pertama mengenali bakat aktris Joice Erna dan mengangkatnya ke jenjang popularitas dengan film Suci Sang Primadona di tahun 1977.
Latar belakang teaternya yang kuat ia raih dengan pertama bergabung dengan kelompok bentukan Rendra dan juga kemudian menulis dan menyutradari lakon-lakonnya sendiri seperti Kapai Kapai, Tengul, Madekur dan Tarkeni, Umang-Umang dan Sandek Pemuda Pekerja.
Istrinya adalah aktris Jajang C. Noer.Darinya Arifin mendapat dua anak : Nitta Nazyra dan Marah Laut
Arifin C. Noer
Dilahirkan di Cirebon tanggal 10 Maret 1941, Arifin C. Noer memulai
kiprahnya dalam dunia seni sejak kecil. Minatnya pada kesenian telah
tumbuh sejak masih duduk di bangku SMP. Ia mengarang cerpen dan
puisi, lalu mengirimkannya ke majalah mingguan yang terbit di Cirebon
dan Bandung. Honor yang diperoleh dari menulis ia pergunakan untuk
membeli buku-buku sastra, terutama kisah petualangan yang sangat di
sukainya. Komedi Manusia karya William Saroyan merupakan salah satu
buku yang sangat berkesan baginya saat itu.
Sejak tahun 1957 secara berkala ia mengirimkan karya-karyanya berupa
puisi dan naskah sandiwara untuk kebutuhan RRI Cirebon. Aktivitas
kesenian dia lakukan selepas sekolah dan setelah membantu Pak Adnan
ayahnya mengipasi sate di warung makan milik keluarganya. Dua kali
seminggu dia berlatih sandiwara dan menyanyi di bawah bimbingan Mus
Mualim, salah satu musisi andal negeri ini. Kegiatan yang sempat
membuat namanya tercatat sebagai juara lomba menyanyi seriosa
tingkat daerah.
Setamat SLA ia melanjutkan studinya di Universitas Cokroaminato Solo,
dimana ia bergabung dengan Teater Muslim pimpinan Mohammad
Diponegoro. Pada periode ini lahir karya-karya seperti Sumur Tanpa
Dasar, Ia Telah Datang Ia Telah Pergi dan Mega-Mega.
Tahun 1968, ia hijrah ke Jakarta dan mendirikan Teater Ketjil. Pada
periode ini lahir sejumlah karya seperti Kapai-kapai, Kisah Cinta Dll,
AA II UU, serta pentalogi Orkes Madun : Madekur dan Tarkeni,
Umang-Umang, Sandek Pemuda Pekerja, Dalam Bayangan Tuhan
dan Ozone. Naskah-naskahnya serta-merta menarik minat teaterawan
dari generasi yang lebih muda, sehingga di mana-mana orang
mementaskan karya Arifin C Noer. Banyak karya Arifin yang kemudian
diterjemahkan ke bahasa lain seperti Inggris, Swedia, Prancis, Belanda,
Flams dan Cina dan di pentaskan di berbagai Negara seperti Malaysia,
Amerika, Australia, negara-negara Benelux, Singapura dan Swedia oleh
kelompok teater setempat.
Sebagai pekerja seni, Arifin C Noer memberi sumbangan yang besar bagi
perkembangan seni peran di Indonesia. Karya-karya tulisnya berupa
naskah lakon yang kemudian disutradarainya dan dipentaskan oleh Teater
Ketjil yang dipimpinnya, membuktikan kedudukannya sebagai salah satu
pencetus bentuk teater modern. Kiprahnya sebagai sutradara kemudian
membawanya pula ke dunia layar perak. Pada kurun 70-an skenarionya
seperti Pemberang, Rio Anakku dan Sanrego menangguk
penghargaan. Sutradara terbaik versi FFI diperolehnya melalui film
Serangan Fajar dan Taksi yang mengukuhkan namanya sebagai salah
satu seniman terpenting di Indonesia. Karya-karyanya juga mengambil
peran di berbagai festival Internasiona dan Indonesia. Teater Timur yang
dipahami orang barat, seluruh bahasanya sendiri
Pada tahun 1967 salah satu karyanya, Mega-Mega mendapatkan hadiah
sebagai lakon sandiwara terbaik dari Badan Pembina Teater Nasional
Indonesia (BPTNI). Ia juga sempat menerima Anugrah Seni dari
pemerintah RI (1971) dan Sea Write Award dari Kerajaan Thailand (1990)
untuk bidang sastra. Ditambah sejumlah penghargaan lain dari bidang
film, lengkaplah Arifin sebagai tokoh dari sejumlah bidang seni. Belum lagi
sumbangannya berupa pemikiran yang dituangkan dalam tulisan-tulisan,
baik yang dimuat dalam media massa maupun diperbanyak sebagai
materi workshop, seminar dan lokakarya.
Pada tanggal 28 Mei 1995 Arifin C Noer meninggal dunia karena sakit
lever dan kanker. Beberapa karyanya tak sempat terselesaikan, namun
kegelisahannya terus hidup sebagai inspirasi bagi para penerusnya di
jagad kesenian Indonesia.
(Katalog Pekan Arifin C. Noer –- DKJ 2005)