PADA SUATU HARI KARYA ARIFIN C. NOER DAN...

135
ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NASKAH DRAMA PADA SUATU HARI KARYA ARIFIN C. NOER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SLTP. Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh: Maisyah Rahmanita Putri 1111013000112 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of PADA SUATU HARI KARYA ARIFIN C. NOER DAN...

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NASKAH DRAMA

PADA SUATU HARI KARYA ARIFIN C. NOER

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA DI SLTP.

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

Maisyah Rahmanita Putri

1111013000112

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2018

i

ABSTRAK

MAISYAH RAHMANITA PUTRI, 1110113000112, Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Tindak Tutur

Lokusi, Ilokusi dan Perlokusi dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya

Arifin C Noer dan Implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di SLTP. Pembimbing Mahmudah Fitryah, ZA,MPd.

Tulisan ini dilandasi oleh pandangan bahwa karya sastra berupa naskah drama

mencerminkan tindak tutur dalam naskah drama tersebut. Naskah drama sebagai

dokumen yang terlahir dalam konteks fenomena di masyarakat dalam bertindaktutur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil tindak tutur lokusi,

ilokusi, dan perlokusi yang terdapat dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya

Arifin C. Noer. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data dalam

penelitian ini berupa teks naskah drama Pada Suatu Hari yang menggambarkan

tindak tutur sehari-hari dalam naskah drama tersebut.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data, ditemukan bentuk-

bentuk tindak tutur, yaitu: (1) Lokusi yang terdiri atas jenis deklaratif, interogatif,

imperatif, interjektif; dan simultan. (2) Ilokusi yang terdiri atas jenis tindak

penegasan, tindak meminta, tindak menyarankan, tindak melakukan, tindak otoritas

kegiatan, tindak penempatan, kombinasi tindak ilokusi beserta verbanya, dan

kombinasi verba dalam satu tindak ilokusi dan (3) Perlokusi yang terdiri atas jenis

menanggapi, menjelaskan, menjawab, menjengkelkan, mengajukan, mengalihkan,

meyakinkan, menakuti, membingungkan, melakukan, mengganggu, mempersulit,

memperngaruhi, menuruti, merespon, menyetujui, memperhatikan, memaklumi,

bersimpati, meahami, menyadarkan, menggelikanhati, membosankan, mengilhami,

dan tanpaperlokusi.

Kata kunci: Tindak Tutur, Naskah Drama, Arfin C Noer, Pembelajaran Sastra dan

Bahasa Indonesia

ii

ABSTRACT

MAISYAH RAHMANITA PUTRI, 1110113000112, Indonesian

Language and Literature Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and

Teacher Training, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The title of term paper

"The act of speech, Locution, Ilocution and Perlokusi" in drama script Pada

Suatu Hari by Arifin C Noer and Its Implication to Indonesian Language and

Literature Teaching in SLTP. As a mentor, Mahmudah Fitryah, ZA, MPd.

This paper is based on the view that the literary work of drama script reflects

the act of speech in the drama script. Drama script as a document that was born in the

phenomenon context in the act of speech of society.

This study aims to find out how the results of speech acts location, ilocution

,and perlokusi contained in drama script Pada Suatu Hari by Arifin C. Noer. This type

of study is qualitative research. The method used is descriptive qualitative method.

The data in this study is a drama script text Pada Suatu Hari which describes the daily

speech act in the drama script.

Based on the results of the analysis and discussion of the data, there are forms

of speech acts, which are: (1) Locutions consisting of declarative, interrogative,

imperative, interjective, and simultaneous types, (2) Ilocution consisting of types of

affirmation acts, acts of action, combination of illocution acts and verbs, and

combinations of verbs in a single act of illocution and (3) Perlokusi consisting of

responding, explaining, answering, annoying, filing, transferring, convincing,

frightening confusing, doing, disturbing, complicating, affecting sympathy,

understanding, awakening, cheering, boring, inspiring, and without perlocution,

obeying, responding, approving, paying attention, tolerating.

Keywords: Speech Act, Drama, Arfin C Noer, Literature and Indonesian Language

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah Subhanahuwataala yang senan tiasa telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya, serta kesehatan jasmani dan rohani kepada penulis sehingga skripsi dengan

judul “ Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi Dalam Naskah Drama Pada

Suatu Hari karya Arifin C Noer dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra

Indonesia” ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam

penulis curahkan kepada Rasulullah Shallahualaihiwasalam dan semoga kita

mendapat syafaatnya kelak.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.Terselesaikannya skripsi ini tentu saja tidak terlepas

dari nasihat, saran, dukungan, bimbingan dan motivasi yang dilimpahkan kepada

penulis dari banyak pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.,selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Makyun Subuki, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia yang memudahkan dalam segala proses baik formal maupun

informal.

3. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, MPd, selaku dosen pembimbing skripsi yang

paling membantu proses penulisan skripsi, selalu berusaha meluangkan waktu

dalam bimbingan skripsi, sabar dalam membimbing, mengarahkan dan

memberikan masukan untuk tulisan hingga akhirnya skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya, dan

dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberkan ilmu

iv

pengetahuan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama

menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Teruntuk yang lebih berperan penting dalam hal ini ialah (alm) ayah Thaif Abd

Manan dan (almh) mama Siti Atiqah, yang selama hidupnya tidak behenti untuk

terus mendukung, mendoakan dan selalu member motivasi serta bantuan moril

kepada penulis dengan tulus dan kasih sayangnya. Skripsi ini adalah hadiah

special untuk ayah dan mama.

6. kakak terbaik Hulyatun Jannah terimakasih selalu menjadi inspirasi adikmu ini

dan Aa Emha Rizky Rahman Putra, yang selalu bawel mengingatkan untuk

selalu cepat menyelesaikan skripsi ini dan adikku Nur ‘Azmy juga Wita Andriani

dan Aisyah Putri Utami yang selalu ada memberikan energi semangat, keceriaan

dan kasih sayang sehingga dapat terselesaikan skripsi ini terimakasih.

7. Anak didikku dan staff di Saung Qur’an AlManan terimakasih karena kalian

tidak ada kata letih selalu menyelipkan nama penulis didalam doa kalian.

8. Sahabat seperjuangan Marsita Fajarwati, Nurlaily Hanifah, dan Septi Liawati.

Makasih selalu jadi teman terbaik yang mau direpotkan, selalu ada keceriaan

setiap skripsian, saling membantu sama lain dan Alhamdulillah nazar kita

terlaksana, bisa wisuda bareng.

9. Teman-teman tersayang Iin, Intan, Sifa, Mimah, Via dan Amel terimakasih selalu

memberi semangat kepada penulis dan selalu setia mendengarkan keluh kesah

dalam proses pembuatan skripsi ini.

10. Keluarga besar PBSI UIN ‘11 terutama untuk kelas C, kalian adalah sahabat

sekaligus memberikan pengalam terbaik.

v

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Dengan segala

kebaikan dan doake pada penulis, semoga senatiasa mendapat pahala juga limpahan

rahmat-Nya. Selain itu, besar harapan penulis skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi banyak pihak, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan pembelajaran

sastra Indonesia.

Jakarta, 20 Juli 2018

Penulis

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

E. TujuanPenelitian. ........................................................................ 5

F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

BAB II :KAJIAN TEORI

A. Pragmatik .................................................................................... 7

1. Pengertian Pragmatik dalam Penggunaan Bahasa ................ 8

B. Hakikat Tindak Tutur ........................................................................... 9

a. Pengertian Tindak Tutur ................................................. 9

b. Macam-macam Tindak Tutur .......................................... 17

i. Tindak Lokusi ......................................................... 17

ii. Tindak Ilokusi ................................................... 21

iii. Tindak Perlokusi ............................................... 25

c. Hakikat Naskah Drama ........................................................... 31

d. Tindak Tutur Dalam Naskah Drama ....................................... 37

BAB III : ARIFIN C NOER, DUNIA DAN KARYANYA

A. Pendekatan Penelitian ................................................................. 42

B. Sumber dan Data Penelitian ........................................................ 43

C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 43

vi

D. Pengolahan Data. ....................................................................... 44

E. Penyajian Data ............................................................................ 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Temuan kesantunan berbahasa menurut Leech dalam naskah drama Pada

Suatu Hari karya Arifin C. Noer…………………………………….45

B. Analisis Deskripsi Tindak Tutur dalam Naskah Drama Pada Suatu Hari

Karya Arifin C. Noer……………………………………………….. 48

1. Tindak Ilokusi ……………………………………………………48

2. Tindak Ilokusi……………………………………………………..52

3. Tindak Perlokusi…………………………………………………. 55

C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia...60

BAB V :PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................... 61

B. Saran ........................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR UJI REFERENSI

PROFIL PENULIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan

masyarakat di sekitarnya. Interaksi antarsesama anggota masyarakat dapat

berjalan lancar apabila memiliki sarana yang dapat menjalani komunikasi

antar sesama mereka. Salah satu sarana komunikasi itu adalah bahasa. Dengan

mengunakan bahasa dapat menggungkapkan gagasan, pikiran, pengalaman,

dan perasaan. Hal yang sesuai dengan teori tindak tutur, di mana pada

umumnya bahasa berfungsi sebagai wadah dalam hal berkomunikasi.

Kegiatan komunikasi tersebut dapat terlaksana jika penutur

mengemukakan tuturan pada mitra tutur, dalam konteks ini bahasa tidak

hanya untuk menyatakan sesuatu, akan tetap dapat juga untuk melakukan

sesuatu seperti, menyatakan keadaan, bertukar informasi dan pengalaman.

Tindak tutur kurang lebih mencangkup ada terjadinya atau

berlangsungnya interaksi linguistik dalam bentuk ujaran atau lebih yang

melibatkan dua pihak yaitu penutur dan mitra tutur, dengan satu pokok

tuturan, dalam waktu, tempat, situasi tertentu.1

Peristiwa tutur terjadi karena adanya jumlah tindak tutur. Jika

peristiwa tutur merupakan gejala sosial yang menyangkut dari pihak-pihak

yang melakukan sebuah tuturan maka segala tindak tutur tersebut adalah

gejala individual yang bersikap psikologis dan berlangsungnya oleh

kemampuan berbahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam

tindak tutur yang dilihat adalah tujuan dari sebuah peristiwanya, sedangkan

dalam tindak tutur yang dilihat ialah sebuah makna atau arti tindakan dalam

tuturannya. Tindak tutur dikemukakan oleh filsuf Inggris, John Langshaw,

1 Abdul Chaer dan Leonie Agustina,Sosiolingustik Perkenalan awal, (Jakarta:Rineka

Cipta,2004), hlm. 47

2

yang mengemukakan bahwa di dalam berbicara, pembicaraan melakukan

tindak tutur sekaligus, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi adalah

tindakan mengatakan sesuatu dalam bentuk lingual, ilokusi adalah maksud

penutur mengatakan sesuatu, sedangkan perlokusi adalah efek atau akibat

yang dihasilkan dari ucapan pembicara terhadap pendengar. Tindak tutur

biasa terjadi dalam komunikasi sehari-hari, seperti dalam percakapan, dialog,

diskusi, tanya-jawab, wawancara, dan komunikasi lisan lainya. Selain itu, kita

dapat menemukan tindak tutur dalam berkomunikasi yang berbentuk tulisan,

seperti pada kolom surat pembaca majalah atau surat kabar, di dalam cerpen,

roman, naskah drama, ataupun wacana tulisan lainnya.

Tindak tutur dalam sebuah wacana lisan lebih mudah dipahami dari

pada tindak tutur dalam wacana tulisan. Hal ini disebabkan karena di dalam

wacana lisan faktor gerak seperti gerak-gerik, mimik, irama, jeda, serta unsur-

unsur nonlinguistik lainnya ikut membantu mempelancar jalannya komunikasi

terhadap seseorang disekitar. Unsur-unsur nonlinguistik itu tidak terdapat

dalam wacana tulisan, sehingga menyulitkan komunikasi dan member

peluang terjadinya kesalah pahaman.

Oleh karena itu, tindak tutur di dalam wacana tulisan direncanakan

dulu dalam menuturkan agar pembaca dapat memahami maksud penulisan

dengan mudah. Dalam hal ini, penulis harus menguasai dam mampu

menggukan ejaan dan tanda baca untuk mengantikan beberapa unsur

nonlinguistik yang diperlukan dalam memperjelas maksud penulis. Jadi,

dalam sebuah wacana tulisan tindak tutur yang terjadi direncanakan terlebih

dahulu. Hal ini juga berlaku dalam wacana yang berbentuk karya sastra yang

berbentuk naskah drama berjudul Pada Suatu Hari Karya Arifin C. Noer.

Naskah drama Pada suatu hari, karya Arifin C. Noer diamana

mengisahkan tentang sepasang suami istri yang sudah memasuki umur yang

bisa di bilang tidak muda lagi, mereka ingin mengadakan acara ulang tahun

pernikahan mereka untuk ke sekian kalinya mereka bersama. Sejak masih

3

muda sampai sekarang ini sepasang suami ini adalah pasangan yang romantis

dan selalu bahagia di dalam kehidupannya dan menjadi pasangan romantis.

Sampai pada suatu hari setelah tergelarnya acara ulang tahun mereka,

datanglah seorang janda yang seksi yang bernama nyonya Wenas, yang

berkunjung kekediaman sepasang suami istri ini. niat nyonya Wenas ini

datang berkunjung bermaksud untuk meminta maaf kepada kakek dan nenek

karena tidak bisa hadir diacara yang mereka gelar itu. Akan tetapi seketika

nenek marah, dan merasa kesalx karena yang nenek tau nyonya Wenas tidak

diundang oleh nenek dan kakek untuk hadir keacara ulang tahun pernikahan

mereka. Namun pada saat itulah hubungan kakek dan nenek ini mulai

renggang. Pengalaman konflik ini dialami dalam kehidupan rumah tangga

ketika dirinya masuk masa tuanya karena kata perceraian sanggat mudah

diuangkapkan dalam drama ini. Lewat tokoh Nenek yang terdapat di dalam

naskah drama ini bahwasannya dalam mengambil tindakan atau keputusan

tidak harus memandang hanya satu sisi saja, melainkan harus juga

mempertimbangkan segala sesuatunya.

Penelitian ini, penulis berharap agar peserta didik mendapatkan ilmu

tentang kebahasaan yang di mana mereka akan mempelajari dan juga

mengelompokan macam-macam bahasa. Salah satu karya sastra yang dipilih

oleh Arifin C. Noer yaitu sebagai proses kreatifannya, karena banyaknya

nahkah yang diselesaikannya sendiri sehinga menjadi sebuah pementasan.

Naskah drama karya Arifin C. Noer ini berbeda dari karya sastra lainya yang

merupakan kumpulan dialog yang berderet, bertek-tok, dan berirama

keseharian. Namun dengan demikian, naskah drama adalah bagian dari karya

sastra yang mengandung unsur kesenian yang utuh. Maka dari itu penulis

mengangkat judul “ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NASKAH

DRAMA PADA SUATU HARI KARYA ARIFIN C. NOER DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA DI SLTP.”

4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Karya sastra mengambarkan sebuah pemikiran dan sebuah alat

komunikasi, dan naskah drama merupakan media yang tepat sebagai alat

kritik terlebih terhadap tindak tuturnya.

2. Naskah-naskah dra ma karya Arifin C. Noer menggunakan bahasa yang

mudah dimengerti oleh masyarakat terutama pada naskah Pada suatu hari

yang mempunyai situasi tutur antar tokoh yang beragam di dalam naskah

drama.

3. Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer sangat menarik untuk dikaji,

sehingga perlunya sebuah pemahaman lebih mendalam mengenai tindak

tutur yang terdapat di dalam naskah.

4. Seperti tindak lokusi yang tindakannya mengatakan atau mengucapkan

sesuatu dalam bentuk linguistik. Tindak lokusi mencakup ujaran

deklaratif, ujaran interogratif, ujaran imperatif, dan ujaran interjektif.

5. Tindak ilokusi yang berfungsi sebagai sebuah pernyataan, tawaran dan

pernyataan.

6. Tindak perlokusi mempunyai fungsi yang dapat menghasilkan dampak

yang di timbulkan dari ungkapan kepada pendengar sesuai dengan situasi

dan kondisinya.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penuliis membatasi

permasalahan pada hal berikut:

a. Macam-macam tindak tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya

Arifin C. Noer.

b. Fungi Tindak Tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C.

Noer.

5

c. Implikasi peristiwa tindak tutur dala bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di sekolah.

1.4 Rumusan Masalah

Bedasarkan uraian di atas, berikut dikemukakan masalah dalam penelitian

ini.

1. Bagaimana macam-macam tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam

wacana naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer?

2. Bagaimana Fungsi tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi apa sajakah

yang terdapat dalam wacana naskah drama “Pada Suatu Hari” karya

Arifin C. Noer?

3. Bagaimana implikasi peristiwa tindak tutur dalam bidang pendidikan Bahasa

dan Sastra.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui macam-macam tindak tutur yang terdapat dalam wacana

naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer.

2. Mengetahui fungsi tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi dalam wacana

naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer.

3. Mengetahui implikasi peristiwa tindak tutur dalam bidan pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis mengharapkan dengan dilakukannya penelitian mengenai

“Analisis Tindak Tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C.

Noer” dapat memberikan pengetahuan bagi para pembaca mengenai tindak

tutur, fungsi tindak tutur yang terdapat di dalam naskah drama tersebut dan

implikasinya terhadap pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

6

1.6 Manfaat Penelitian

Penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teorits dan

praktis sebagai berikut:

A. Manfaat Teoritis

Penelitian ini mengharapkan dapat memperkaya peneliti sastra

Indonesia dan mempekaya khazanah ilmu pegetahuan sehingga dapat

bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.

B. Manfaat praktis.

a. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia

Hasil penelitian ini dapat digunakan guru bahasa dan sastra

Indonesia sebagai masukan bahan ajar apresiasi sastra dalam

pengembangan materi pembelajaran apresiasi sastra sehingga

memudahkan proses mengajar bahasa dan sastra Indonesia terutama

bagi dunia pendidikan.

b. Siswa

Sastra diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan siswa

tentang tindak tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya

Arifin C. Noor.

c. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

perbandingan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sastra

dengan permasalahan yang sejenis dan dapat menambah wawasan

kepada penikmat karya sastra tentang tindak tutur dalam naskah drama

Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noor.

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pragmatik

Pada dasarnya sebuah kajian prosa bersifat naratif, menjelaskan, atau

menguraikan. Dengan juga pada naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin

C. Noer juga menceritakan sesuatu keadaan. Drama ini akan lebih hidup,

bervariasi dan bernilai seni apabila pada saat penampilan sang pemain peran

bisa membawa audiens merasa seperti merasakan masuk di dalamnya. Karena

sebuah tuturan bisa membuat seseorang terbawa atau dengan mudah

terpengaruh, akan tetapi pada hakikatnya dapat juga dikaji melalui suatu teori

kebahasaan yang sudah dikenal dengan istilah tindak tutur. Teori tindak tutur

merupakan salah satu kajian dari ilmu pragmatik. Oleh karena itu, apabila

seseorang membicarakan teori tindak tutur berarti pula membicarakan

pragmatik begitu pula sebaliknya.

Bahasa sendiri berada di dalam sebuah keadaan yang berada pada

benak seseorang, karena tidak bisa langsung didapatkan oleh pengamat

apabila pengamat tersebut mendapatkannya tanpa melalui pencapaian

standarnya seperti dikamus dan buku tata bahasa. Dan pada kenyataannya

bahasa itu muncul sebuah tindakkan yaitu tindak tutur atau perbuatan

seseorang itu sendiri.

Bahasa adalah wahana komunikasi dan tutur adalah penggunaan

wahana itu oleh karena itu pada suatu kejadian tertentu, sebuah kode tutur

adalah pengkodean (encode) dari pesan khusus yang kemudian akan diartikan

oleh seseorang pendengar atau lebih.

Dengan demikian, suatu ujaran itu mengandung di dalam nya tiga

unsur, yaitu tindak ujar (speech acts), muatan proposisi (propositional

content), dan muatan tematik (thematic content).1

Sebuah tindak tutur mempunyai dua segi yaitu fisik dan psikologis

bunyi tuturan yang sering didengar. Dengan demikian bahasa hanya dapat

1 Sunjono dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta,

Yayasan Obor Indonesia) hlm 94.

8

dicapai dengan melalui kegiatan bertutur. Itulah yang menyebabkan peneliti

menganalisis ujaran seseorang yang diharapkan dapat mengidentifikasi dari

kesatuan bahasa.

1. Pragmatik dalam Penggunaan Bahasa

Leech di dalam buku terjemahannya yaitu prinsip-prinsip

pragmatik menyatakan bahwa bahasa yang diupayakan untuk mmencari

hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan dan tanpa

disadari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu

digunakan dalam berkomunikasi.2

Dengan kata lain, jika seseorang ingin memahami sifat-sifat

bahasa, seseorang harus memahami pragmatiknya juga. Karena dari

pernyataan di atas dapat diketahui bahwasannya pragmatik sangat

berhubungan atau berkaitan dengan penggunaan bahasa. Jika dibandingan

dengan sebuah istilah competence dan performance dalam sistem

Chomsky, pragmatik lebih dekat kepada performance dari pada

competence. Pada sistem Chomsky “competence” ialah perangkat aturan-

aturan bahasa yang kalau dimiliki menyanggupkan orang membuat

kalimat-kalimat, performance ialah tindakan berbahasa orang yang

memang didasarkan atas competence tetapi dipengaruhi oleh faktor lain

sepertiingatan, keadaan dan sebagainya.

Pendapatnya hampir serupa dengan yang diungkapkan oleh

Ibrahim, yang dimana ia memandang bahwa tindak tutur sebagai salah

satu konsep yang paling menonjol dalam katagori linguistik masa kini.

Konsep ini dianggap mampu membawa upaya agar ilmiah dari manusia ke

arah fungsi bahasa dalam sebuah komunikasi antar manusia.3

Untuk memahami dasar dari suatu tuturan dalam suatu komunikasi

pemahaman suatu konteks sangat dibutuhkan. Konteks yang dibutuhkan

itu dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1) Konteks fisik yang

2 Geoffrey Leech, The Principles of Pragmatic, Terj, Prinsip-Prinsip Pragmatik, M.D.D Oka

M.A(Jakarta: Universitas Indonesia, 2011)hml 3-4. 3 Abd Syukur Ibrahim, Kajian Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hlm, 106.

9

meliputi tempat terjadinya dalam penggunaan bahasa dalam suatu

komunikasi, objek yang ada di dalam peristiwa komunikasi itu adalah

tindakan atau sikap pada saat berkomunikasi, serta para pemain peran

dalam peristiwa komunikasi tersebut. (2). Konteks epitemis atau latar

belakang pengarang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh

pembicara atau pendengar. (3). Konteks linguistik yang terdiri dari

kumpulan kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mencoba uuntuk

mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam kegiatan

berkomunikasi. (4). Konteks sosial yaitu relasi sosial dan latar setting yang

melengkapi hubungan anara pembicara (mitra tutur) dengan penutur.

Bedasarkan macam-macam konteks, teori tindak tutur adalah

sebuah bagian yang dikaji dari pragmatik dan pengertian dari pragmatik

itu sendiri adalah merupakan konteks. Dengan demikian, pragmati

mempunyai cangkuppan dengan cara memakai bahasa-bahasa untuk

menerapkan pengalaman atau pengetahuan untuk mengunterprestasi dari

ucapan-ucapan. Dan pernyataan tersebut menunjukan bahwasannya

menganalisis tindak ujar merupakan bagian dari kajian pragmatik. Oleh

karena itu dari pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa tindak tutur

merupakan kajian dari pragmatik.

B. Hakikat Tindak Tutur.

1. Pengertian Tindak Tutur

Dalam kegiatan berbahasa dan berkomunikasi berhadapan dengan sebuah

tindakkan kebahasaan yang memiliki beberapa aspeknya. Aspek tersebut

adalah informasi, interaksi, komunikasi, reaksi, dan transaksi. Tindak bahasa

tidak semata-mata merupakan peristiwa, tetapi mempunyai maksud dan

disusun untuk memberikan efek di sekitar pendengar dan pembicara tindak

bahasa itu disebut juga sebagai tindak tutur.

Dalam interaksi sosial saling berpengaruh karena orang akan lebih sering

menggunakan bahasa yang biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan

seseorang yang sudah sering menggunakan untuk sehari-hari. Tak heran

10

apabila suatu bahasa lebih banyak dipakai, maka bahasa itu akan berkembang.

Tapi sebaliknya bahasa yang tidak banyak digunakan, maka kosa katanya

akan terdesak oleh pemakaian bahasa yang lebih dominan. 4

Bahasa itu sendiri adalah sejumlah kombinasi dari berbagaimacam kosa

kata yang digenerasikan oleh sebuah tataan bahasa. Dalam artian yaitu bahasa

adalah sejumlah formula yang mengalami sebuah kegiatan interpretasi secara

semantik ketia diletakan dalam hubungan sistematis di dalam objek lain.

Misalnya dengan susunan dari bahasa lain, dengan kondisi dari pengguna

bahasa atau kondisi-kondisi yang mungkinnya terjadi tanpa disadari.

Hal ini sering terjadi karena dalam pelaksanaan interaksi sosial itu

berhubungan dengan bahasa karena tanda yang disadari dalam pemerolehan

sebuah bahasa itu tidak pernah berfikir apakah kata-kata yang sering

diungkapkan itu memenuhi syarat fonologi, morfologi, atau sintaksis. Karena

sebuah kata yang dikeluarkan pada saat berkomunikasi tersebut adalah sebuah

pemerolehan kata itu tanpa disadari ke luar secara tidak disengaja, walaupun

sering kali hanya membutuhkan satu kata saja tetapi di dalam komunikasi

tersebut secara sepontan menjelaskan panjang lebar penjelasannya padahal

hanya membutuhkan satu kata saja.

Dalam pembahasan untuk meneliti sebuah kata atau beberapa kata dapat

dilakukan dengan mengidentifikasi tindak tutur. Pengertian tindak tutur itu

sendiri adalah sesuatu yang dilakukan dalam rangka berbicara atau suatu inti

bahasa yang berfungsi di dalam sebuah percakapan. Tuturan juga

menjelaskan tentang pengutaraan sesuatu dengan jelas atau menerangkan

sesuatu dengan sejelas-jelasnya. Setelah penutur melakukan tindakan

menjelaskan ini diharapkan mitra tutur memahami penjelasan penutur dengan

baik.5

Tindak tutur (speech act theory) di perkenalkan oleh John Langshaw

Austin dalam buku How To Do Things With Words. Ia mencoba memecahkan

persoalan-persoalan dengan mengajukan pemikirannya mengenai dua macam

4 Mansoer Pateda, Sosiolinguistik, (Bandung: Angkasa,2001) hlm, 12. 5Arono dan Nadrah, “Tindak tutur wacana dialog liputan enam SCTV, Jurnal Penelitian Bahasa,

Sastra dan Pengajarannya”, Vol.8, 2009, hlm 91.

11

cara pemakaian bahasa, yaitu tuturan konstatif dan tuturan perpomatif.

Tuturan perpomatif adalah pernyataan yang tidak dapat dinyatakan benar atau

salah karena menggambarkan suatu fakta atau realita indrawi atau tuturan

berupa kalimat atau bagian kalimat untuk melakukan sesuatu tindkaan yang

tidak lazin dideskripsikan untuk menyatakan sesuatu. Sedang tuturan konstatif

adalah pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah bedasarkan fakta atau

pernyataan deklaratifnya tidak dapat diukur contohnya “aya mempunyai uang

lima ribu rupiah”, pernyataan ini dapat di nilai benar atau salah karena adanya

fakta yang dinyatakan di dalam nya.6

Tuturan perfomatif menyatakan suatu perbuatan, tertentu yang akan

dilakukan melalui pengucapan kata-kata atau dalam sebuah kalimat. Misalnya

dalam suatu upacara peresmian, seorang gubenur berkata “saya menyatakan

pameran kerajinan tangan ini di buka” ia tidak menyatakan sesuatu realita

indrawi namun membuat pernyataan yang berfokus pada sebuah tindakan. Jadi

bisa diartikan bahwa Austin menyatakan atau mengklarifikasi sebuah tuturan

perfomatis ini menjadi dua, yaitu wajar dan tidak wajar. Menurut Austin agar

dapat terlaksana ada tiga syarat yang harus terpenuhi dalam performatif

seperti:

1. Pelaku dan situasi harus sesuai (The persons and circumstances

must be appropriate)

Misalnya, tuturan sering disampaikan kepada pasangan pengantin

“saya nyatakan saudara-saudara sebagai suami istri” hal tersebut hanya

dapat terpenuhi bila mengucapkan adalah seorang yang memang

berwewenang untuk mengucapkan tuturan tersebut, misalnya pendeta

dan penghulu. Sebaliknya jika tuturan seorang penghulu yang berbunyi

“saya nyatakan saudara-saudara sebagai suami istri” tidak dapat

dianggap berlaku apabila pengantinya bukan sepasang pria dan wanita.

2. Tindakan harus dilaksanakan dengan lengkap dan benar oleh

pelaku (The act must be executed completely and correctly by all

participants)

6 Abd Syukur Ibrahim, Kajian Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm, 64.

12

Misalnya, seorang pemimpin yang menyatakan “Anda betul-betul

salah” kepada bawahannya namun tidak mampu menunjukan

kesalahannya ataupun peraturannya apa yang membuatnya dianggap

salah merupakan tuturan yang tidak valid.

3. Pelaku harus mempunyai maksud yang sesuai (The participants

must have the appropriate intentions).

Misalnya, tuturan “saya akan menemui anda dikantor pukul tiga”,

sedangkan sebetulnya pukul tiga penutur tersebut telah mengadakan

janji lain dengan pihak tertentu, maka dari itu tuturan tersebut tidak

valid.7

Secara garis besar tindak tutur adalah suatu kegiatan yang

dilakukan seseorang untuk mendapatan maksud tetntu misalnya, untuk

mendapatkan informasi atau memberikan informasi, ataupun

berfungsi untuk mengatakan sesuatu kepada mitra tutur itu sendiri.

Adapun beberapa jenis tindak tutur yang biasa di gunakan dalam

komunikasi sehari-hari yakni tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

Maka dari itu penulis akan melakukan penelitian mengenai tindak

tutur, dalam teks naskah drama dengan menggunakan prinsip dari

Austin.

Dalam buku pedoman penelitian sosiolinguistik menurut Suhardi

Basuki beranggapan bahwa Austin menyebutkan pada dasarnya pada

saat seseorang mengatakan sesuatu, ia juga melakukan sesuatu.

Pernyataan tersebut kemudian mendasari lahirnya teori tindak tutur.

Mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui

ujaran. Sedangkan Cohen dalam Hornberger dan McKay menyatakan

tindak tutur sebagai sebuah kesatuan fungsional dalam komunikasi.

Dengan kata lain tindak tutur merupakan suatu ujaran yang

7 FX. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2009) hlm,12.

13

mengandung tindakan sebagai suatu kesatuan fungsional dalam

komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur. 8

Dan kajian Austin diteruskan oleh Searle ia menjelaskan perincian

tindak tutur menjadi beberapa kelompok:9

1. Representatif (Representative): tindak tutur yang memerikan suatu

keadaan atau peristiwa seperti ( pernyataan, dugaan, laporan, dan

pemerintan) tindak tutur ini dapat benar dan salah.

Misalnya: Ini namanya lumpia (padahal sebenarnya ini adalah risoles)

2. Komisif (Commisseve): Tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk

melakukan sesuatu ( janji, sumpah, dan ancaman)

Misalnya: Siapa saja yang ketahuan menyontek, tidak tanggung-

tanggung saya akan kasih nilai E.

3. Direktif (Directive): tindak tutur yang dimaksudkan agar pendengar

melakukan tindakan ( minta tolong, perintah, menantang, dan

mengundang).

Misalhnya: Seorang pengawas berkata pada murid yang berisik

“Harap tenang karena ini sedang ulangan”.

4. Deklarasi (Declaration): tindak tutur yang dapat mengubah atau

mendatangkan suatu keadaan (pembabtisan, pengukuhan, dan

keputusan).

Misalnya: salah satu rektor dari fakultas kedokteran menyatakan

kepada mahasiswanya “Selamat untuk kalian, karena kami nyatakan

lulus menjadi dokter”.

5. Ekspresif (Expressive): tindak tutur yang menunjukan keadaan

psikologis atau sikap terhadap penuturnya (memberi salam, minta atau

memberi maaf, ucapan selamat, ucapan belasungkawan dan memberi

pujian).

Misalnya: Seorang muird yang terlambat kasuk ke dalam kelas dan

berkata “maaf pak, saya terlambat”.

8 Basuki Suhardi , Pedoman Penelitian Sosiolinguistik, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2009) hml, 34.

14

Tindak tutur dan peristiwa tutur sangat erat terkait. Keduanya

merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses

komunikasi. Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena

menyangkut pihak-pihak yang bertutur dalam satu situasi dan tempat

tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari

sejumlah tindak tutur (speech act) yang terorganisasikan untuk

mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, tindak tutur selalu berada

dalam peristiwa tutur. Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial

seperti disebut di atas, maka tindak tutur merupakan gejala individual,

bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh

kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Jika

dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi

dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam

tuturannya.

Karena tindak tutur adalah sesuatu yang dilakukan dalam rangka

berbicara atau suatu inti bahasa yang berfungsi di dalam sebuah

percakapan. Tuturan juga menjelaskan tentang pengutaraan sesuatu

dengan jelas atau menerangkan sesuatu dengan sejelas-jelasnya.

Setelah penutur melakukan tindakan menjelaskan ini diharapkan mitra

tutur memahami penjelasan penutur dengan baik.

Menurut Austin di dalam buku kesantunan berbahasa Abdul Chaer

menjelaskan bahwasannya sebuah tindak tutur itu tidak hanya di

fokuskan untuk sebuah tuturan melainkan dapat menyatakan adanya

sebuah perbuatan atau tindakan yang terdapat di dalam kajian

pragmatik. Dan Abdul Chaer juga merumuskan sebagai ketiga

tindakan yaitu sebagai tindak lokusi ialah tindakan untuk menyatakan

sesuatu sebagaimana adanya atau an act of saying something tindakan

yang dilakukan untuk mengatakan sesuatu, tindak tutur ilokusi

bertindak untuk melakukan sesuatu (an act doing something), dan

tindak tutur perlokusi yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap

lawan tuturan bisa juga dengan orang yang mendengar tuturan tersebut

15

maka tindak tutur perlokusi sering di sebut an act of affecting someone

(tidak memberi dampak buruk untuk orang lain).10

Dari penjelasan di atas bahwa tindak lokusi dapat menyatakan

sesuatu lokusi juga dapat melakukan sebuah tindakan, maka dari itu

tindak ilokusi ini sangat berpengaruh besar dalam menyampaikan

maksud kepada seseorang, apabila seseorang itu berada di dalam

konteksnya. Oleh karena itu tindak ilokusi sangat berdampak kepada

implikatur di dalam sebuah percakapan. Contohnya seperti:

A. Kamu diam.!!

B. Apakah kamu tidak bisa tutup mulut kamu??

C. Seandainya saya jadi kamu, saya pasti sudah menutup mulut saya.

Dalam konteks tersebut semua tuturan tersebut merupakan

impositif yang bertujuan agar diam, akan tetapi pada perumusan dari

setiap tuturan sangat terlihat bahwa seseorang tersebut menggunakan

strategi-strategi penyampaian yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan

tertentu. Seperti percakapan si A terkesan sebagai perintah militer.

Sedangkan kalimat B terasa sedang merasakan hal yang sangat

menjengkelkan luar biasa terhadap pelaku yang tidak bisa diam. Dan yang

C mencoba menasehati si pelaku dengan cukup ramah demi sebuah

kebaikan. Dari ketiga contoh tersebut sangat jelas bahwasannya ilokusi

sangat dibutuhkan di dalam sebuah percakapan karena ilokusi sangat

mempertahankan sebuah kesopanan dalam berbicara atau melakukan

sebuah percakapan kepada seseorang meskipun cara bercakapnya berbeda-

beda untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Dan dari semua pengertian

tindak tutur, suatu tindak percakapan tidak akan pernah ada jika tidak

adanya faktor-faktor yang mendukung kegiatan tersebut, faktor-faktornya

adalah penutur dan mitra tutur.

Jhon Austin dan John Searle ialah mengembangkan teori tindak

tutur dari keyakinan dasar bahwa bahasa yang digunakan untuk melakukan

10 Abdul Chaer, Kesantunan Berbahsa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hml 27-28.

16

tindakan, jadi paham fundamentalnya (dasar) yang berfokus pada bagian

mana makna dan tindakan dihubungkan dengan bahasa. Teori tindak tutur

berawal dengan kerja John Austin. Yang dimana ide-ide itu dikembangkan

dan digabungkan ke dalam teori linguistik oleh Jhon Searle. Karena Searl

juga memunculkan pertanyaan penting mengenai inventarisasi dan

klarifikasi tindakan yang dikenal orang dan cara tuturan tunggal dapat

diasosiasikan dengan lebih dari satu tindakan. Hal ini pada awalnya

digunakan kerangka kerja yang menganalisis wacana isu yang mengarah

pada tindak tutur (makna, penggunaan, dan tindakan).11

Subyakto Nababan menjelaskan bahwasannya teori tindak tutur

Austin dengan menggunakan istilah tindak bahasa dari sudut pembicara.

Menurut pendapatnya, tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi terjadi

sekaligus dalam pembicaraan. Hal ini berarti dalam berbicara untuk

melakukan tindakan lokusi, ilokusi, dan perlokusi secara simultan atau

bersamaan. Adapun mengenai tindak tutur ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Tindak bahasa lokusi (locutionary act): yakni mengatakan sesuatu

dalam arti berkata, Searly menamakan tindak bahasa proposisi.

Untuk kemudahan pengertian, kita akan menggunakan istilah

proposisi.

b. Tindak bahasa ilokusi (ilocutionary act): yakni tindakan bahasa

yang diidentifikasi dengan kalimat pelaku yang eksplisit dan

c. Tindakan bahasa perlokusi (perlocutionry act): yakni tindak bahasa

yang dilakukan sebagai akibat atau efek dari suatu ucapan orang

lain.12

Sebuah tuturan tidak selalu merupakan sebuah kegiatan langsung

yang mengandung elemen-elemen makna unsur-unsurnya. Karena pada

11 Deborah Schiffrin, Ancangan Kajian Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007), hml 63. 12 Sri Utari Subyakto Nababan, Psikolinguistik Suatu Pengatar, (Jakarta: Gramedia Utama, 1992)

hlm 31.

17

kenyataannya terjadi bermacam-macam maksud dapat diwujudkan dengan

cara melalui tindakan bertutur atau sebaliknya bermacam-macam tuturan

dapat diungkapkan melalui sebuah maksud tertentu. Dari teori yang

disampaikan Austin setiap tuturan dapat diklasifikasikan menjadi tiga

macam tindakan yang berbeda-beda, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

Klasifikasi ini yang kemudian akan menjadi acuan penulis untuk

menganalisis tindak tutur yang terkandung dalam sebuah naskah drama.

Tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi termasuk dalam ruang

lingkup kajian Sosiolinguistik karena berhubungan dengan penggunaan

bahasa oleh masyarakat pengguna bahasa. Dalam lingkup yang lebih

sempit tersebut, tindak tutur termasuk dalam kajian Pragmantik. Makna

imperatif itu banyak sekali di dalam tuturan imperatif melainkan dengan

tuturan non imperatif. Di dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa

makna pragmantif imperatif banyak digunakan dalam tuturan deklaratif

dan tuturan introgratif. Maka pengguna tuturan non imperatif untuk

menyatakan makna pragmantik imperatif itu, biasanya mengandung unsur

ketidak langsungan. Dengan demikian dalam tuturan non imperatif

mengandung aspek kesantunan pragmatik imperatif. Di dalam sebuah

kegiatan bertutur yang sebenarnya, penutur cendrung menggunakan non

imperatif untuk menyatakan sebuah makna pragmatik imperatif. Demikian

pula untuk menyatakan makna pragmatik imperatif suruhan, penutur dapat

menggunakan tuturan yang berkonstruksi deklaratif. Tuturan dengan

kontruksi deklaratif banyak digunakan untuk menyatakan makna

pragmatik imperatif suruhan karena dengan tuturan itu muka si penutur

dapat diselamatkan.13

13 Kunjana rahardi, Pagmantik (Jakarta: Erlangga,2006 )hlm 135.

18

C. Macam-macam Tindak Tutur

1. Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu

(informasi). Karena apa yang diucapan oleh penutur yang semata-mata

hanya untuk menginformasikan saja.

Dan secara pragmatik tindak tutur lokusi adalah suatu tindakan yang

difungsikan untuk memberikan sebuah informasi. Karena di dalam jurnal

yang dibuat oleh Saras Wati yang berjudul bahasa dan sastra serta

pendidikan berpendapat bahwa pendapat Austin tentang tindak tutur lokusi

ialah sebuah tindakan untuk menyatakan sesuatu, dalam kata lain lokusi

hanya di fokuskan untuk menyampaikan sebuah amat kepada mitra

tuturnya. Misalnya: “Harimau itu binatag buas” dari kata buas ini yaitu

bahwasannya harimau adalah binatang yang tidak boleh semata-mata

orang mendekati binatang ini karena binatang ini tergolong binatang buas.

Arti buas sendiri menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ialah

binatang yang galak, kejam atau liar.14

Menurut Searle yang mengembangkan sebuah teori yang dimana

bahwa hakikatnya semua tuturan mengandung sebuhah arti dan tindakan,

dan bukan hanya tuturan yang mempunyai kata kerja yang perfomatif. Dan

di dalam buku pragmatik dan penelitian pragmatik Searle berpendapat

bahwa tindak lokusioner adalah tindak tutur yang semata-mata

menyatakan sesuatu, biasanya dianggap kurang penting dalam kajian

tindak tutur.15 Dan Heri Guntur tarigan dalam buku pengejaran Pragmatik

berpendapat tentang buku karya Austin yang berjudul How to do things

with words yaitu membedakan jenis tindak ujar, yaitu Tindak lokusi (

melakukan tindakan untuk mengatakan sesuatu), tindak ilokusi

14 Ni Made Sueni, “Pragmatik dalam tindak berbahasa dan relevansi terhadap pembelajaran bahasa

Indonesia, wacana,” Majalah Ilmiyah tentang bahasa-sastra serta pendidikan bahasa dan sastra,

2007, hal: 38. 15 FX. Nadar Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2009) hlm 14.

19

(melakukan sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu), dan tindak

perlokusi (melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu). 16

Bedasarkan pernyataan di atas, tindak lokusi adalah melakukan

tindakan untuk mengatakan sesuatu. Tindakan yang dimaksud adalah

berbicara atau berkomunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi.

Oleh karena itu, Tarigan menjelaskan bahwa tindak lokusi itu disamakan

dengan pengiriman pesan atau (komunikasi ideasional). Pengiriman atau

penyampaian informasi berupa kata-kata tertentu yang diucapkan dengan

perasaan, makna, dan acuan tertentu. Tindak lokusi ini berfungsi untuk

melakukan tindakan dalam menyampaikan sesuatu. Jadi, makna

mengatakan sesuatu tersebut yaitu adanya sebuah tindakan yang dilakukan

untuk menyampaikan maksud penutur untuk memelihara kerja sama dan

sopan santun dalam hubungan sosial.

Tindakan lokusi yang bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat. Sesuai

dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat tersebut. Di

dalam lokusi ini biasanya tidak mempermasalahkan maksud batin dan

fungsi tuturan yang disampaikan oleh si penutur. Oleh karena itu, tindak

lokusi tampak seperti implikatur percakapan. Tindak perlokusilah yang

merupakan pengaruh akibat yang disebabkan oleh ucapan pembicara

terhadap lawan bicara yang berupa perubahan sikap, gerak-gerik, tingkah

laku, atau tanggapan yang verbal.

Menurut Austin di dalam buku kesantunan berbahasa Abdul Chaer

menjelaskan bahwasannya sebuah tindak tutur itu tidak hanyya difokuskan

untuk sebuah tuturan melainkan dapat menyatakan adanya sebuah

perbuatan atau tindakan yang terdapat di dalam kajian pragmatik. Abdul

Chaer juga merumuskan bahwa lokusi adalah tindakan untuk menyatakan

sesuatu sebagaimana adanya atau an act of saying shomething tindakan

yang dilakukan untuk mengatakan sesuatu.17

16 Herry Guntur Tarigan Pengajaran PragmatikI, (Bandung: Angkasa, 1990), hlm 100. 17 Abdul Chaer, Kesantunan Berbahsa, (Jakart:Rineka Cipta, 2010), hml 27-28.

20

Dari penjelasan di atas bahwa tindak lokusi dapat menyatakan sesuatu

lokusi juga dapat melakukan sebuah tindakan, maka dari itu tindak ilokusi

ini sangat berpengaruh besar dalam menyampaikan maksud kepada

seseorang, apabila seseorang itu berada di dalam konteksnya. Oleh karena

itu tindak ilokusi sangat berdampak kepada implikatur di dalam sebuah

percakapan. Contohnya seperti:

A. Kamu diam.!!

B. Apakah kamu tidak bisa tutup mulut kamu??

C. Seandainya saya jadi kamu, saya pasti sudah menutup mulut saya.

Dalam konteks tersebut semua tuturan merupakan impositif yang

bertujuan agar diam, akan tetapi pada perumusan setiap tuturan sangat

keliahatan bahwa seseorang tersebut menggunakan strategi-strategi

penyamaian yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu. Seperti

percakapan si A terkesan sebagai perintah militer. Sedangkan kalimat B

terasa sedang merasakan hal yang sangat menjengkel terhadap pelaku yang

tidak bisa diam. Dan yang C mencoba menasehati si pelaku dengan cukup

ramah demi sebuah kebaikan. Dari ketiga contoh tersebut sangat jelas

bahwasannya ilokusi sangat dibutuhkan di dalam sebuah percakapan

karena ilokusi sangat mempertahankan sebuah kesopanan dalam berbicara

atau melakukan sebuah percakapan kepada seseorang meskipun cara

bercakapnya berbeda-beda untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.

Subyakto Nababan menjelaskan bahwasannya teori tindak tutur

Austin dengan menggunakan istilah tindak bahasa dari sudut pembicara.

Menurut pendapat tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi terjadi sekaligus

dalam pembicaraan. Hal ini berarti dalam berbicara untuk melakukan

tindakan lokusi, ilokusi, dan perlokusi secara simultan atau bersamaan.

Adapun mengenai tindak tutur ini. dijelaskan sebagai berikut:

a. Tindak bahasa lokusi (locutionary act): yakni mengatakan sesuatu

dalam arti berkata, Searly menamakan tindak bahasa proposisi.

21

Untuk kemudahan pengertian, kita akan menggunakan istilah

proposisi.

b. Tindak bahasa ilokusi (ilocutionary act): yakni tindakan bahasa

yang diidentifikasi dengan kalimat pelaku yang eksplisit.

c. Tindakan bahasa perlokusi (perlocutionary act): yakkni tindak

bahasa yang dilakukan sebagai akibat atau efek dari suatu ucapan

orang lain.18

Bedasarkan kutipan diatas, tindakan lokusi berarti berkata untuk

menyampaikan makna kepada lawan bicara. Ia menggunakan istilah lokusi

dengan proposisi. Dengan demikian tindakan lokusi mempunyai fungsi

yang sama dengan tindak bahasa proposisi, yakni mengalihkan makna dari

berbicara kepada lawan.

2. Ilokusi

Sopan santun sering diartikan secara kecil digunakan sebagai

tindakan yang hanya sekedar menjaga sikapnya saja. Dan sopan santun itu

bersifat asimetris yang artinya tuturan yang sopan bagi satu pihak atau

pihak ketiga dan bukan dari tuturan yang sopan baginya. Sikap sopan

santun itu sangat diperlukan dalam melakukan interaksi terhadap

seseorang karena sikap yang sopan mengambarkan bahwa seseorang yang

bertutur tersebut memiliki sifat yang baik. Sikap yang baik akan terlihat

dari bagaimana caranya ia bersikap juga berbicara. Seperti halnya tindak

ilokusi ini.

Pada sebuah tingkatannya ilokusi yang paling umum dan fungsi-

fungsinya dapat diklarifikasi menjadi empat jenis yaitu:

a) Kompetitif (competitive): Tujuan ilokusi bersaingan

dengan tujuan sosial. Misalnya > memerintah, meminta,

menuntut, dan mengemis.

18 Sri Utari Subyakto Nababan, Psikolinguistik Suatu Pengatar (Jakarta: Gramedia Utama, 1992)

hlm 31.

22

b) Menyenangkan (convivial): tujuan ilokusi sejalan dengan

tujuan sosial. Misalnya > menawarkan, mengajak,

mengundang, menyapa, dan mengucapkan terimakasih.

c) Berkeja sama (collaborative): tujuan ilokusi tidak

menghiraukan tujuan sosial itu sendiri. Misalnya >

menyatakan, melapor, mengummumkan, dan

mengajarkan.

d) Bertentangan (conflictive): tujuan ilokusi bertentangan

dengan tujuan sosial. Misalnya > mengancam seseorang,

menuduh, menympahi, dan memarahi.

Dari empat jenis ilokusi ini sudah pasti melibatkan sopan santun di

dalam sebuah komunikasi seperti halnya jenis yang pertama kompetitif

pada sikap ini mempunyai sifat negatif dan bertujuan untuk mengurangi

ketidak harmonisan yang terdapat dalam kompetisi antara apa yang ingin

dicapai oleh penutur dengan apa yang dituntut oleh sopan santun dalam

bertutur. Fungsi yang kedua pada dasarnya tindak ini mempunya tata

krama dan sopan santun dalam bertutur karna fungsi kedua ini bertujuan

untuk menyenangkan seseorang untuk memberi kesempatakan kepada

seseorang yang bertutur dalam menciptakan hal untuk beramah tamah.

Sedangkan fungsi ke tiga mengandung unsur yang tidak melibatkan sopan

santun dalam bertutur karena sopan santu tidak relevan atau tidak cocok

dengan fungsi kerja sama ini, karena sebagaian besar tindak ilokusi

terhadap tindak tutur masuk difungsi ini. dan fungsi yang terakhir yaitu

fungsi bertentangan sudah jelas dari kata bertentangan hal ini pasti tidak

mengandung unsur sopan santun dalam berbicara atau berkomunikasi.

Maka dari itu fungsi ini sangat mengandung unsur marginal atau tidak

menguntungkan karena akan menciptakan dampak yang tidak bagus

terhadap kegiatan bertutur.

John Searle mengklarifikasi mengenai tindakan ilokusi yang

berdasarkan terhadap kriteria-kriteria tindak ilokusi tersebut, tindakannya

23

seperti: asertif (assertive), direktif (directives), komusif (commissives),

ekspresif (expressives) dan deklarasi (declaration).

Sertif pada lokusi itu ialah penutur yang sangat terikat pada

kebenaran karena mengandung unsur sebuah pengungkapan yang dapat

dipercaya, namun ada beberapa pengecualian jika sebuah percakapan

tersebut mengandung kata atau kalimat yang dianggap tidak sopan. Karena

dari segi semantik ilokusi bersifat propesioal. Direklatif ialah ilokusi pada

kriteria ini bertujuan untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang

dilakukan penutur. Jenis ilokusi ini sering kali dimasukan kedalam

katagori kompetitif karena mencakup dalam katagori ilokusi yang

membutuhkan sopan santun agar istilah directive tidak dikacaukan dengan

ilokusi-ilokusi langsung dan tidak langsung. Komisif pada ilokusi ini

kurang lebih berkaitan dengan suatu tindakan dimasa depan karena jenis

ilokusi ini cendrung berfungsi menyenangkan dan kurangnya bersifat

kompetitif karena tidak mengacu kepada kepentingan penutur tetapi

kepentingan penutur. Ekspresif fungsi ilokusi ini mengungkapkan atau

mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat

dalam ilokusi tersebut. Dan sebagai mana dengan ilokusi komisif ini,

ilokusi ekspresif cendrung menyenangkan, karena itu secara unsur inrisik

ilokusi ini sopan kecuali dalam tindakan seperti mengancam dan menuduh.

Dan yang terakhir ialah Deklarasi sikap ilokusi ini mampu dalam

melakukan sebuah pelaksaan. Searle mengatakan bahwa tindakan-tindakan

ini merupakan katagori tindakan khusus, karena tindakan-tindakan ini

merupakan katagori ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang dalam

sebuah karangan untuk dijadikan acuan dalam sebuah kelembagaan karena

diberikan wewenang untuk melakukannya. Dari semua klarifikasi yang

diajukan oleh John Searle tempat utama bersikap sopan santun negatif

ialah di dalam katagori ilokusi deriktif. Sedangkan tempat sopan santun

positif ialah di dalam katagori ilokusi komisif dan katagori ilokusi

ekspresif.

24

Austin di dalam buku ancangan kajian wacana bahwasanya

tuturan ilokusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu tuturan perfomatif

dengan tuturan konstantif yaitu peryataan dekralatif yang benar atau

tidaknya dapat diukur. Perfomatif dapat dikatakan mempunyai kondisi

yang benar sehingga konstatif bisa di katakan sesuai dengan kondisi yang

baik. Karena tuturan perpomatif menyatakan sesuatu perbuatan tertentu

yang akan dilakukan melalui pengucapan kata-kata atau kalimat. Misalnya

dalam suatu upacara peresmian, seorang gubenur berkata “Saya

menyatakan pameran kerajinan tangan ini dibuka” pemilik toko kerajinan

itu tidak hanya menyatakan sesuatu realita indrawinya saja akan tetapi

membuat pernyataan yang merujuk pada sebuah tindakan.

John Searle dalam Abdul Wahab menambahkan suatu kategori

dalam tiga speech act buah pikiran austin yaitu

“Membujuk, meyakinkan, menakut-nakutin, yaitu melaksanakan

tindakan bicara yang tanggapannya berupa sikap dan keyakinan

pendengar. Penutur yang demikian disebut performing perlocutionary acts.

19

Bedasarkan kutipan kata diatas, dapat diperoleh pandangan Abdul

Wahab tentang teori Speech act Austin sebagai berikut: tindakan lokusi

mencakup tindakan dalam mengucapkan kata-kata dan menciptakan

sebuah predikasi, sedangkan tindak ilokusi mencangkup tindakan yang

dilakukan supaya pendengar memberikan suatu tanggapan, seperti

mengajukan sebuah permintaan, perintah ataupun perjanjian. Tindakan

ilokusi ini berkaitan langsung dengan pembicara sebagai subjek yang

memberikan stimulus pendengar setelah pembicara melakukan tindak

berbicara. Contohnya seperti bertindak, meyakinkan, dan menakut-nakuti.

Salah satu modofikasi yang perlu ditambahkan pada pernyataanya

Austin adalah dalam bab-bab yag di muka “ tujuan ilokusi yang dibedakan

dengan tujuan-tujuan sosial yang lainya diantara tujuan sosial itu adalah

19Abdul wahab. MA, Isu linguistik, (Surabaya: Airlangga University Press, 1991) hlm 136.

25

mempertahankan kerja sama, sopan santun dan sebagainya. Karena itu

perhatikan diagram cara sampai tujuan tindak ilokusi ini. 20

Namun sebuah ide yang mendorong Austin untuk membuat suatu

klarifikasi mengenai tindak-tindakan ilokusi yaitu dia berpendapat

bahwasannya perpomatif merupakan batu ujian yang mempunyai sifat

berterus terang dan tidak berbelit-belit dalam melakukan sebuah tindakan

komunikasi. Lalu ia juga mengklarifikasi mengenai tindakan ilokusi ke

dalam verdictives, exercitives, commissives, behahitives, dan expositives.

Meskipun Austin menyatakan klarifikasi tindak tutur Searle

berpendapat bahwa taksonomi Austin tidak menjaga perbedaan yang jelas

antara ilokusi kata kerja dan tindak tutur, untuk menyatakan klarifikasi

tersebut Searle menyatakan ada lima kelompok tindak tutur yaitu

resperentatif (misalnya: menuntut), komisif (misalnya: janji), ekspresif

(misalnya: berterimakasih), dan deklaratif (misalnya : penunjukan).21

Jadi, tindak ilokusi adalah tindak bahasa dalam menyampaikan

maksud penutur yang disampaikan bersaan dengan kalimat pelaku yang

eksplisit atau jelas tidak berbelit-belit. Tindak tutur ilokusi ini dapat

berhasil menyampaikan maksud penutur bila berada di dalam konteksnya.

Adapun maksud pembicara dapat dikatagorikan atas menanyakan,

menegaskan, memprediksi, meminta, meyakinkan, menyuruh,

mempertanyakan, mengingatkan, menyadarkan, menjelaskan, meminta

maaf, menyanggah, mengijinkan, menyatakan, menyesalkan,

menunjukkan, menyadari, melarang, mengajak, menolak, mengadu,

menawarkan, memotivasi, memprotes, menasihati, memuji,

memperingatkan, membenarkan, menyetujui, menyimpulkan,

menyarankan, dan berterima kasih.

20Geoffrey Leech, The Principles of Pragmatic, Terj, Prinsip-prinsip pragmatik, (Jakarta:

Universitas Indonesia, 2011)hml 319. 21 Abd Syukur Ibrahim, Kajian Wacana (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)hal 75.

26

3. Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi yaitu mengacu kepada suatu dampak yang

ditimbulkan oleh penutur dengan mengatakan sesuatu, seperti membuat

seseorang merasa yakin, senang atau merasa termotivasi dari sebuah

tindakan. Adapun contoh tindak perlokusi yang merupakan sebuah

tindakan yang menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur.

Menurut Austin di dalam buku kesatuan berbahasa Abdul Chaer

tindak perlokusi adalah tutur yang mempunyai pengaruh atau efek

terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar tuturan itu. Maka dari itu

tindak perlokusi itu sendiri sering disebut juga sebagai The act of affective

someone (tindak yang memberi efek pada orang lain). Seperti contoh

seorang guru yang mencoba menjelaskan sesuatu kepada kelapa

sekolahnya tentang kemarin si guru itu tidak dapat hadir di dalam sebuah

rapat penyusunan jadwal pelajaran.22

a. rumah saya jauh sih.

b. minggu lalu saya tidak ada keperluan keluarga yang tidak dapat

ditinggalkan.

Dari pernyataan si penutur tidak hanya memberikan sebuah

informasi bahwa rumah si penutur itu jauh, akan tetapi penutur juga

menjelaskan mengapa tidak hadir pada saat pembagian jadwal pelajaran.

Dan guru itupun mendapat efek tidak hadirnya pada saat rapat dari kepala

sekolah yaitu memberi tugas mengajar pada jam-jam siang hari bukan

pada jam-jam pertama. Dan penutur juga memberikan informasi juga

bahwa penutur pada hari minggu lalu tidak dapat mengikuti rapat

dikarenakan harus mengantar orang tuanya ke rumah sakit karena sudah

jadwal untuk cek kesehatannya. Bermaksud untuk meminta maaf kepada

kepala sekolah karena ketidak hadirannya. Dan bermaksud agar kepala

sekolah memberi maaf kepadanya.

22 Abdul Chaer, Kesantunan Berbahasa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hml 28.

27

Perlokusi menurut Nababan adalah hasil atau efek yang

ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan

kondisi pengucapan. Searle dalam Geoffrey Leech juga mengelompokkan

tindakan perlokusi menjadi tiga jenis yaitu:

a. Perlokusi Verbal

Jika seorang lawan tutur menanggapi penutur dengan

menerima atau menolak maksud penutur. Misalnya,

menyangkal, melarang, tidak mengizinkan, dan meminta

maaf.

b. Perlokusi Nonverbal

Jika lawan menanggapi penutur dengan gerakan seperti

megangguk, menggeleng, tertawa, senyuman dan bunyi

decakan mulut.

c. Perlokusi verbal nonverbal

Jika lawan tutur menanggapi penutur dengan mengucapkan

ucapan verbal yang disertai dengan gerakan. Misalnya,

berbicara sambil tertawa, berbicara sambil berjalan, dan

tindakan-tindakan yang diminta oleh lawan tutur.

Di dalam buku kristal-kristal bahasa Austin mengartikan golongan

tindak perlokusi (perlocutionary act) yaitu pengaruh yang dihasilkan pada

pendengar karena pengujaran kalimat itu dan pengaruhnya yaitu berkaitan

dengan situasi pengujaran. Austin membedakan kalimat perlokusi itu

menjadi dua yaitu tindak bahasa langsung (direct speech act) dan tindak

bahasa tidak langsung (indirect speech act).23

1. Tindak bahasa langsung (direct speech act)

Apabila suatu bentuk seperti apakat anda..?, apakah

mereka..? atau dapatkah anda..? di gunakan untuk bertanya hal

tersebut di katan sebagai tindak bahasa langsung, sedangkan

23 Bambang Yudi Cahyono, Kristal-Kristal Bahasa, (Surabaya: Airlangga University Press,1995)

hlm 41.

28

tindak bahasa tidak langsung yang biasanya dikaitan dengan

sebuah pertanyaan dari penutur terhadap mitra tuturnya.

Contohnya : apa anda bisa menggunakan handphone ini?

2. Tindak bahasa tidak langsung (indirect speech act)

Apabila menggunakan suatu bentuk yang pada

umumnya dihubungkan dengan sebuah pertanyaan tahukah

anda...? dan dijawab oleh seseorang yang ditanyanya saya

tahu.!. misalnya : seorang wisatawan yang datang ke

Yogjakarta merasa kebingungan dikota tersebut. Kemudian

mencoba menghetikan seseorang pejalan kaki yang sedang

melintas di dapannya dan mengucapkan ujaran berikut ini.

Wisatawan : permisi Pak. Tahukah anda dimana letak Hotel

Ambarukmo?

Perjalan kaki : Ohhh,,, tentu saja saya tahu letaknya tidak

jauh di dekat

dengan alun-alum.

Nadar menyatakan bahwa bedasarkan jenis tindak tutur

yang dapat dicermati dari sudut pandang langsung dan tidak

langsung harus disertai dengan tindak tutur literal dan tindak

tutur tidak riteral. Dan secara klasifikasi dan interaksi tindak

tutur ini dikemukakan oleh Wijana yaitu menjelaskan bahwa

tindak tutur literak adalah tindak tutur yang maksudnya sama

dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan tindak

tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak

sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang

menyusunnya.24

24 FX. Nadar Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2009) hlm, 19-21.

29

1) Tindak tutur langsung literal

Tindak tutur langsung literal yang dimaksud sama dengan

makna dan kata-kata yang menyusunnya. Maksud memerintah

disampaikan yaitu dengan menggunakan kalimat perintah,

memberitakan dengan menggunakan kalimat berita,

menyatakan sesuatu dengan kalimat tanya, dsb. Misalnya:

a. Rina sangat pandai

b. Tutup mulutmu!

c. Jam berapa sekarang?

Tuturan a,b, dan c, merupakan tindak tutur langsung

literal apabila secara berturut-turut yaitu untuk memberi sebuah

informasi bahwa orang yang dibicarakan sangat pandai,

menyuruh agar lawan tutur menutup mulut, dan menanyakan

pukul berapa pada saat sebuah tindak tutur itu berlangsung.

Dan yang dimaksud memberikan informasu di utarakan dengan

kamlimat berita si a, kegiatan memerintah dengan kalimat

perintah di ajukan oleh tindakan si b, lalu kegiatan bertanya di

ajukan pada tindak ujar si c.

2) Tindak tutur tidak langsung literal.

Tindak tutur yang mempunyai maksud tidak sama atau

berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.

Dengan kata lain tindak tutur tidak langsung literal adalah

tindakan yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak

sesui dengan maksud pengutaraannya, akan tetapi makna kata-

kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksud oleh

penutur. Dalam tindak ini maksud dari memerintah di urakan

dengan kalimat berita atau kalimat tanya. Misalnya:

a. Bajunya kotor

b. Di mana bajunya?

30

Dalam konteks ini seorang ibu rumah tangga

berbicara dengan pembantunya pada kata yang tuturan ini

tidak hanya mencoba menginformasikan saja akan tetapi

mengandung maksud memerintah yang diungkapkan secara

tidak langsung dengan kalimat berita yang menggambarkan

bahwa baju ini kotor. Demikian pula dengan konteks b

seorang suami bertutur dengan istrinya dengan tujuan untuk

memerintahkan kepadanya supaya mengambilkan baju

yang tidak kotor. Kalimat ini diungkapkan secara tidak

langsung dengan sebuah kalimat tanya. Untuk memperjelas

maksud memerintah seorang ibu rumah tanggan dan

suaminya yaitu dengan konteks:

a. Bajunya kotor

- Baik bu, saya akan mencucinya sekarang, Bu.

b. Di mana sabunya?

- Sebentar, saya akan ambilkan sambunnya.

3. Tindak tutur langsung tidak literal

Tindak langsung tidak literal ini adalah tindak tutur yang

diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud

tuturan, akan tetapi kata-kata yang menyusunnta tidak memiliki

makna yang sama dengan maksud penuturnya. Contohnya

seperti:

a. Suaramu bagus, kok.

b. Bu, bolehkah saya meminta sambalnya?

Dengan tindak tutur langsung tidak literal ini penutur

dalam percakapan a bermaksud bahwa suara tuturnya tidak

bagus. Sementara itu pada kalimat b yaitu tuturan seorang

suami menyuruh kepada istrinya untuk menuangkan sambal

yang ia buat ke dalam piring suaminya itu. Karena dari contoh

a dan b menunjukan bahwa analisis tindak tutur bukanlah apa

31

yang dikatan penting. Akan tetapi bagai mana cara

mengatakannya. Hal ini yang perlu diketahui adalah kalimat

tanya tidak dapat digunakan untuk mengutarakan tindak tutur

langsung tidak literal ini.

4. Tindak tutur tidak langsung langsung dan tidak literal

Tindak tutur tidak langsung langsung dan tidak literal

adalah tindak tutur yang diutarakan dengan bentuk kalimat dan

makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hentdak

diutarakan. Untuk menyusug seorang pembantu yang sedang

mencuci baju kotor, seorang majikan dapat saja dengan nada

tertentu tergantung dengan situasinya. Dengan demikian pula

untuk menyuruh seorang tetangga mematikan atau mengecilkan

volume radionya, penutur dapat mengutarakan kalimat berita

dan kalimat tanya seperti:

1. Bajunya bersih sekali.

2. Radionya terlalu pelan, sampai-sampai saya tidak

mendengarnya.

3. Apakah radio sepelan itu kamu dapat mendengarnya?

Akhirnya secara ringkas dapat disimpulkan bahwa

sebuah tindakan seperti tindak tutur dalam bahasa

Indonesia dapat dibagi atau dibedakan menjadi tindak tutur

langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal,

tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, tidak

tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak

literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal.

D. Hakikat Naskah Drama

Naskah drama merupakan wacana sastra yang disusun dengan

menggunakan bahasa yang indah dan sangat menarik. Wacana sastra ini

berbentuk dialog yang di ciptakan melalui percakapan. Oleh karena itu,

32

dapat ditemukan tindak tutur di dalam dialog-dialognya. Naskah drama

memegang peranan yang sangat menentukan apakah suatu drama

digolongkan ke dalam karya sastra atau tidak. Drama dapat digolongkan

dalam karya sastra apabila drama tersebut memiliki naskah dalam

bentuk tertulis.

Naskah drama merupakan tulisan yang berisi percakapan atau

dialog yang dilakukan oleh para pelakunya. Dialog dalam naskah drama

biasanya berupa kalimat langsung serta dijelaskan dengan sikap, gerakan,

latar, dan cara pengungkapan kalimat yang dilakukan para oleh para

pemain peran pada saat diatas panggung. Dialog dalam drama tidak selalu

berbentuk kalimat melaikan dapat juga dibentuk dengan kata atau frase.

“Drama adalah salah satu bentuk dari sebuah gendre sastra. Kata

drama berasal dari bahasa yunani Dramoi yang artinya berbuat, bertindak,

bereaksi, dan menirukan.”25 “Dan drama atau sandiwara adalah seni yang

mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan laku

jasmani dan ucapan kata-kata.” 26 Dimaksud dari hal tersebut adalah

drama merupakan bagian dari seni yang tidak hanya berkumpul dalam

imaji seseorang, melainkan dipertontonkan di hadapan oarang banyak atau

penonton.

Drama adalah sebuah gendre sastra yang penampilan fisiknya

memperlihatkan secara verbal adanya dialogue atau percakapan diantara

tokoh-tokoh yang ada “selain didominasi oleh percakapan yang langsung

itu, lazimnya sebuah karya drama juga memperlihatkan adanya semacam

petunjuk pemanggungan yang akan memberikan gambaran tentang

suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh.27

Drama yaitu kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan

atau diproyeksikan diatas pentas sebagai suatu bentuk kwalitet

komunikasi, situasi, aksi, (dan segala apa yang terlihat dalam pentas baik

secara objektif maupun subjektif) yang menimbulkan perhatian,

25 Suhabudi, dkk, Bahasa Indonesia 2 edisi pertama (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), hal 7. 26 Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1993), hal 97. 27 Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Magelang: Indonesia Tera, 2006), hal 95.

33

kehebatan, keterunyahan, dan ketegangan perasaan pada pendengar atau

penonton dimana konflik sikap dan sifat manusia sebagai tulang

punggungnya.28

Dilihat dari beberapa pengertian drama diatas, bahwasannya drama

memiliki dua dimensi yaitu drama sebagai teks sastra dan drama sebagai

seni pertunjukan atau seni lakon. Drama sebagai seni pertunjukan atau seni

lakonya adalah perpaduan yang humoris antara sekian banyak seni yang

mewujudkan sesuatu kisah kehidupan diatas pentas. Pertunjukan sebuah

drama haruslah indah dan menjelma menjadi kenikmatan yang diterima

oleh pikiran penonton. Naskah drama akan senantiasa berada di dalam

sebuah pikiran pembaca saja jika naskah drama tersebut tidak di

pentaskan. Sedangkan gendre sastra, drama ditulis dengan menggunakan

bahasa yang memikat dan elegan. Drama dapat ditulis oleh pengarangnya

dengan menggunakan bahasa yang puitis sehingga terkadang membuat

penonton merasa ada di dalam naskah tersebut dan mengalami sendiri

kejadiannya itu.

Adapun para ahli yang memberikan definisi kata drama, yaitu Aris

Toteles yang mendefinisikan drama sebagai tiruan manusia dalam gerak-

gerik. Menurut Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian yang

melukiskan sikap dan sifat manusia dengan gerak. Moulton

mendefinisikannya sebagai kehidupan yang dilukis dengan gerak.

Ferdinand Brunetieere mendefinisikan drama sebagai kehendak manusia

yang diungkapkan dengan action. Sedangkan Alvin B Keman menjelaskan

bahwa drama berasal dari kata “dram” yang berarti berbuat (to do) atau

(to act)29. Drama merupakan bentuk yang paling kongkrit yang secara

artistik dapat menceritakan kembali situasi kemanusiaan, dan hubungan

kemanusiaan.30

28 Adhy Asmara dr, Apresiasi Drama, (Yogjakarta: C.V. Nur Cahaya, 1979), hal 12. 29 Drs. Hasanuddin, M.Hum, Drama Karya Dua Dimens, (Bandung: Angkasa, 1996), hal 2. 30 Rizanur Gani, Pengajaran SastrI Indoneisa, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Pustaka,

1988) hal 253.

34

Drama adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian

untuk diperankan oleh aktor. Kosa kaya ini berasal dari bahasa Yunani

yang berarti “aksi = perbuatan. Dan drama ialah pertunjukan pertunjukan

cerita atau drama adalah sebuah pementasan atau pertunjukan adegan yang

disengaja untuk menggambarkan sebuah peristiwa yang disampaikan

manusia, dan drama mengemukakan konflik manusia.31

Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra. Bedanya

dengan bentuk lain (prosan dan puisi). Drama bukanlah sekedar teks yang

dipentaskan, dimaikan, dan dilakonkan. Karena itu drama menarik

menikmatnya dengan cara melalui proses menyaksikan ataupun menonton

pementasan drama. Kata drama dalam bahasa Yunani “dromai” yang

bearti perbuatan, bertindak, dan bereaksi.32

Dari tanggapan Widjojo dan Endang Hidayat di atas bahwasannya

drama itu bukanlah subah karya yang kita hanya bisa membacanya saja,

akan tetapi sebuah drama kita bisa merasakan masuk ke dalam cerita pada

saat pementasan drama karena pementasan drama bukan hanya kita bisa

menyaksikannya saja akan tetapi para pemain drama akan memikirkan

bagaimana para penonton bisa merasakan dan bisa terbawa keadaan sesuai

dengan alur cerita sebuah drama tersebut. Makanya para pemain

memainkan perannya sesuai denga kisah cerita dan memerankan seolah-

olah akulah yang merasa menjadi tokoh tersebut.karena drama merupakan

perilaku, sikap, dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari

yang disusun dalam sebuah naskah untuk dipentaskan. Dengan demikian,

drama mencerminkan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Drama

memiliki dua aspek yaitu aspek cerita dalam bentuk naskah drama dan

pementasan.

Drama adalah bentuk dari sebuah karya sastra yang bertujuan

unutk mengambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan

emosi melalui lakuan dan dialog. Lakuan dan dialog dalam drama tidak

31 Suryadi San, Drama Konsep Teori dan Kajian (Medan, CV. Pratama Mitra Sari 2013) hlm 5. 32 Drs. Widjojoko “Teori dan Sejarah Sastra Indonesia” (Bandung, UPI PRESS, 2006) hlm 66.

35

jauh beda dengan lakuan dan dialog yang terjadi pada kehidupan sehari-

hari.33

Sebagai sebuah wacana yang mempunyai ciri-ciri struktural dan

stilistis yang khusus (genre sastra). Misalnya: dongeng, parabel, lirik, dsb.

Drama dibangun dan di bentuk oleh sebuah unsur-unsur sebagai mana

terlihat dalam genre sastra lainnya terutama fisik. Secara umumnya, fisik

yang terdapat di dalam unsur yang dapat membangun dan membentuk dari

dalam karya sastra itu sendiri (intrisik), dan unsur yang mempengaruhi

penciptaan karya yang tentunya berasal dari luar karya (ekstrinsik).

Dengan demikian, kemampuan drama sebagai karya sastra

haruslah dimengerti dan dipahami bahwa drama tidak lahir begitu saja

namun sebagai karya kreatif kemunculan drama disebabkan oleh banyak

hal terutama unsur ekstrinsik yang sangat bisa mempengaruhi dalam

penciptaan dalam suatu karya seperti drama karena penciptaan karya

drama tidak hanya dapat dari pemikiran saja namun sebuah karya drama

ini bisa saja timbul dari pengalaman si penulis atas apa saja yang terjadi di

dalam kehidupannya tersebut. Sedangkan dari dalam karya drama itu

sendiri cerita dibentuk dari unsur-unsur penokohan, alur, latar, konflik-

konflik, tema, amanat, dan gaya bahasa. Adapun karakteristik drama yaitu:

1. Drama karakteristiknya, pengembangan unsur yang membangunnya

dari segi genre sastra terasa lebih lugas, lebih tajam, dan lebih detil,

terutama unsur penokohannya dan perwatakannya.

2. Pengarang tidak secara leluasa mengembangkan kemampuan

imajinasinya di dalam drama. Artinya pengarang ingin melukiskan

suatu kehidupan dialam tertentu yang secara konvensional belum dapat

diterima logika umum amatlah sulit. Pengarang juga tidak mungkin

mengembangkan suatu yang abstrak, misalnya isi pikiran seseorang,

renungan seseorang, perasaan hati seseorang. Jika pengarang harus

memaksa tokoh-tokohnya berbicara lewat ujaran-ujaran, dialog, gerak

atau perilaku.

33 E. Kokasih, Apresiasi Sastra Indonesia, (jakarta, Nobel Edumedia, 2008) hlm 81.

36

3. Dalam dimensi sebagai seni pertunjukan drama dapat

memberipengaruh emosional yang lebih besar dan terarah kepada

penikmat (audiens). Karena jika dibandingakn dengan menyaksikan

secara langsing peristiwa langsung diatas pentas, unsur emosional

penikmat lebih mudah digugah atau terugah. Karena kesan yang

tinggal dalam pemikiran penikmat juga akan lebih lama dibandingkan

genre sastra lainya.

4. Keterkaitan sastra dengan dimensi seni pertunjukan mengharuskan

para aktor atau pemain menghidupkan tokoh-tokoh yang digambarkan

pengarangnya lewat apa-apa yang diucapkan tokoh-tokoh tersebut

dalam bentuk dialog-dialog.

5. Unsur pangung memang membatasi pengarang drama dalam

menuangkan imajinasinya. Namun dengan demikian panggung juga

akan memberi kesempatan penuhnya kepada pengarang untuk dapat

mempergunakannya supaya menarik dan memusatkan perhatian

penikmat dan penonton pada situasi tertentunya, yaitu situasi

panggung.

6. Bentuk yang khusus dari drama adalah keseluruhan peristiwa

disampaikan melalui dialog tersebut, karena bukankah sebuah karya

ilmiah atau perenungan filsafatpun dapat disampaikan dalam bentuk

dialog. Pembedaan dialog-dialog selain drama adalah materi dialog

drama. Menurut Oemarjati bentuk-bentuk dialog yang tidak bersifat

sastra, lebih khususnya lagi merupakan drama, karena tidak ditandai

oleh adanya suatu kepribadian. Dialog-dialog di dalam drama sampai

dengan materinya membentuk suatu kesatuan yang pada akhirnya

menampilkan suatu kepribadian.

7. Konflik kemanusian menjadi syarat mutlak. Bentuk dialognya yang

menuntut adanya konflik tersebut di dalam drama. Tanpa konflik

peristiwa tidak akan bergerak. Satu-satunya peristiwa baru dapat

37

berjalan dan menciptakan alur atau plot dalam bentuk dialog. Jika satu-

satunya peristiwa itu dikontroversikan melalui konflik-konflik.34

Dari karateristik di atas bisa dapat dimengerti bahwasannya tanggapan

ini sudahlah terperinci dan dianggap representatif. Dan dengan mengetahui

ke khususan pada drama, maka di dalam sebuah proses pendekatan

terhadapa karya drama dapat dipilih secara tekni sehingga pemahaman

terhadap drama dapat dilakukan secara proposional. Dengan begitu pula

drama yang dianggap sebagai genre sastra tidaklah masuk kepada genre

fisik. Jika drama adalah suatu karya sastra yang kompleks dengan dua

dimensi, maka haruslah bersikap sesuai dengan hakikat strukturnya.

E. Tindak Tutur dalam Naskah Drama

teori tindak tutur muncul bedasarkan hasil penelitian Austin

terhadap bahasa pergaulan sehari-hari. Yaitu bahasa percakapan yang

dilakukan oleh kelompok anggota kelompoknya yang berkumpul pada saat

melakukan kerja kelompok. Dalam penelitian melalui percakapan pada

saat melakukan kerja kelompok tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

pada waktu seseorang berbicara mereka melakukan tiga tindak tutur

sekaligus, yaitu tindak mengatakan sesuatu dalam bentuk bahasa, tindak

menyampaikan maksud kepada lawan berbicara, dan tindakan yang

menimbulkan reaksi atau dampak kepada lawan berbicara untuk

melakukan suatu tindakan.

Pengenalan tindak tutur bermula dari bahasa lisan yaitu bahasa

yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Jadim tindak tutur terhadap

pada setiap berkomunikasi dengan menggunakan lisan. Selain komunikasi

lisan, ada juga komunikasi berbentuk tulisan yang merupakan rekapan dari

komunikasi lisan, seperti tulisan hasil wawancara yang dapat dibaca dalam

surat kabar. Oleh karena itu, dalam komunikasi berbentuk tulisan juga

sudah terdapat di dalam kegiatan yaitu kegiatan bertutur.

34 Hasanuddin WS. Drama karya dalam dua dimensi kajian teori, sejarah dan analisis, (Bandung,

Angkasa 1996) hml 10-12.

38

Tindak tutur dapat ditemukan dalam setiap komunikasi baik lisan

maupun tulisan. Sebuah tindak tutur di dalam komunikasi lisan biasanya

ditemukan dalan percakapan sehari-hari, diskusi, tanya jawab, wawancara,

dan komunikasi lisan lainnya. Tindak tutur dalam komunikasi tulisan

dapat ditemukan dalam wacana yang bersifat interaksional, yaitu wacana

yang berisi tentang bagai mana mementingkan sebuah komunikasi timbal

balik, seperti tulisan wawancara, cerpen, novel, roman, dan dalam naskah

drama.

Naskah drama termasuk dalam wacana interaksional, karena di

dalam sebuah naskah drama tersebut terdapat dialog atau percakapan para

penutur. Naskah drama merupaka tulisan otentik yang disusun untuk

dipentaskan di atas panggung oleh para pemain dari masing-masing

perannya. Naskah drama dibuat bedasarkan fenomena yang terjadi dalam

masyarakat. Oleh karena itu percakapan sehari-hari yang mencerminkan

adanya tindak tutur para pemeren drama tersebut.

Tindak tutur dalam naskah drama yang akan dianalisis ini dikaji

bedasarkan teori tindak tutur, tindak tutur menurut Austin yang

mencangkup tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Disetiap ujaran dalam

sebuah dialog, naskah akan dianalisis. Bagian tersebut merupakan konteks

yang membantu penulis melakukan analisis. Adapun analisis tindak tutur

yang dimaksud peneliti dalam menganalisis naskah drama Pada Suatu

Hari karya Putu Wijaya sebagai berikut :

1. Tindak lokusi adalah tindakan yang menyatakan sesuatu dalam

bentuk linguistik. Tindak lokusi ini sudah mencangkup ujaran

deklaratif, ujaran introgatif, ujaran imperatif dan ujaran interjektif.

2. Tindak ilokusi adalah suatu tindakan yang berfungsi untuk

menyampaikan maksud penutur yang bersamaan dengan kalimat

pelaku yang eksplisit (dikatakan tentang informasi secara formal yang

diwakili melalui seuatu wacana seperti dengan kata-kata morfem,

urutan elemen, dsb). Adapun maksud yang disampaikandapat berupa:

menanyakan, menegaskan, memprediksi, meminta, meyakinkan,

39

menyuruh, mempertanyakan, mengingatkan, menyadarkan,

menjelaskan, meminta maaf, menyanggah, mengijinkan, menyatakan,

menyesalkan, menunjukkan, menyadari, melarang, mengajak,

menolak, mengadu, menawarkan, memotivasi, memprotes, menasihati,

memuji, memperingatkan, membenarkan, menyetujui, menyimpulkan,

menyarankan, dan berterima kasih, melaporkan, mengumumkan,

meramalkan, mengakui, mennayakan, menegur, memohon,

menyarankan, memerintahkan, memesan, mengusulkan,

mengungkapkan, mengungkapkan selamat dan menyajikan.

3. Tindak perlokusi adalah tindakan yang dilakukan sebagai efek atau

sebuah akibat dari ucapan si penutur. Tindak perlokusi mencakup:

meyakinkan, menipu, memperdayakan, membohongi, mengajurkan,

membesarkan hati, menjengkelkan, mengganggu, mendongkolkan,

menakuti, memikat, menawan, menggelikan hati, membuat penyimak,

melakukan, mengilhami, membingungkan. Dan membuat penyimak

mikirkan tentang, mengurangi ketegangan, memalukan, mempersukar,

menarik perhatian, menjemukan, dan membosankan.

Dan gaya bahasa yang digunakan hendaklah memperhitungkan

kemungkinan pementasannya untuk didengar atau disaksiakan penonton

tidak sekedar untuk dibaca saja seperti novel atau bacaan yang lainya.

Gaya bahasa yang secara sengaja atau tidak sengaja memperhilangkan

fonemnya, baik di muka (aferesis), di tenggah (syncope), maupun di

belakang (apocope) merupakan gaya bahasa realis yang menimbulkan

suasana realis atau seharian.35

Pemanfaatan gaya bahasa ini seperti bahasa-bahasa daerah, bahasa

rakyat, atau gaya bahasa sehari-hari masuk ke dalam wacana percakapan

dalam drama, hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan suasana realita

daerah yang dimaksud. Gaya bahasa realis demikian banyak sekali kita

jumpai di dalam pementasan drama ataupun naskah-naskah drama yang

35 Soediro Satoto, Stilistika, (Yogjakarta, Ombak, 2012) hlm 142.

40

hampir menggunakan gaya bahasa yang berbeda-beda contohnya yaitu

dalam naskah-naskah yang dikarang atau dibuat oleh Arifin C.Noer yang

dimasukan suasana lokal dengan menggunakan bahasa-bahasa lokal pula.

Adapun hal-hal yang perlu di perhatikan dalam bahasa drama yaitu:

a. Bahasa drama hendaknya mampu melahirkan permasalahan yang

harus difikirkan. Dirasakan, dan dipecahkan oleh tokoh-tokoh watak.

b. Bahasa drama hendakalh bisa menggambarkan kekhiasan masing-

masing tokoh wataknya dan bahasa drama hendaknya mampu

membina alur dramatik.

John Russel Brown dalam bukunya Theatre language

mengemukakan bahwa teknik dialog biasanya menyesuaikan atau

mengikuti bentuk dramanya. Misalnya drama sejarah lebih cendrung

menggunakan bahaasa percakapan yang lirik, berirama, dan beriman.

Bentuk drama dengan bahasa demikian biasanya disebut drama liris atau

drama puitis.36

Seperti halnya pada naskah-naskah yang dibuat oleh Arifin C.Noer

bahasa yang digunakannya sering kali kita melihat yaitu bahasa sehari-

hari. Hal ini bertujuan untuk supaya para pembaca atau penikmat mengerti

apa isi ceritanya dan mengerti dari setiap perkapan yang dicuapkan oleh

pemainnya. Aspek bahasa, gaya, dan stail (style) bertujuan untuk

melukiskan sejauh mana keberhasilan seseorang sastrawan menggarap

sebuah percakapan sesuai dengan aplikasi bahasa yang kreatif, imajinatif,

figuratif, simbolik, metaforik, dan memiliki unsur-unsur etika adalam

berbahasa. Dan adapun macam-macam gaya bahasa yaitu gaya bahasa

drama sejarah, gaya bahasa drama realisme, dan gaya bahasa drama

absurdisme.

36 Ibid., hlm 139-140.

41

Gaya bahasa drama sastra adalah gaya bahasa yang menggunakan

gaya bahasa arkaik (kuno, sudah tidak lagi digunakan). Sedangkan gaya

bahasa drama realisme adalah merupakan jenis sastra yang paling objektif

dari pada jenis prosa dan puisi. Dan gaya bahasa drama absurdisme adalah

gaya bahasa para sastrawan (pada umumnya) akan menggunakan bahasa

pengungkapannya sesuai dengan kurunnya zaman.

Sebenarnya suatu dialog atau percakapan dalam drama memang

cendrung dengan mengabaikan bagaimana cokrak keindahan dari suatu

bahasa. Seperti halnya dalam drama sejarah, drama realisme juga

menggunakan gaya aforisme, solilokui, stikometri, dan epigon.37

Namun dalam hal ini gaya bahasa yang di gunakan Arifin C.Noer

yaitu gaya bahasa solilokui pada gaya bahasa realisme karena sering kali

kita jumpai di dalam naskah karyanya misalnya dalam naskah kapai-kapai.

Karena gaya bahasa solilokui ini berbentuk percakapan seorang diri untuk

menerangkan atau melukiskan hal-hal yang akan datang. Gaya solilokui

ini bisa dikatagorikan sebagai konvensional atau naive soliloquy. Solilokui

demikian hanyalah berfungsi sebagai penjelas, bukan penafsir watak.

37 Ibid., hlm 143-144.

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini yaitu

menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Data yang didapatkan

berupa deskriptif tentang tindak tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari

karya Arifin C. Noor. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah salah satu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi sesuatu, system pemikiran ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.1

Dalam penelitian ini digunakan triangulasi teori, yang dimana

triangulasi ini dilakukan berdasarkan tanggapan bahwa fakta tertentu tidak

dapat diperiksa derajat kepercayaanya dengan satu atau lebih rinci, maa dalam

penelitian ini dikumpulkan beberapa teori dari beberapa ahli untuk mengambil

dialog dan konteks yang bisa dikatagorikan dalam objek pragmatic.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka setelah data di

klarifikasi peneliti menganalisis data dengan metode padan. Teknik yang

digunakan adalah referensial dan teknik pragmatis. Teknik refensial yang

biasa digunakan untuk mendeskripsikan dialog tuturan dalam drama Pada

Suatu Hari karya Arifin C. Noer, sedangkan teknik pragmatis digunakan

untuk menjelaskan maksud dari tuturan yang mengandung tindal lokusi,

ilokusi dan perlokusi dan arti atau maksud-maksud tuturan yang di tutur oleh

mitra tutur.

1 Lexy, J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) hml 18.

43

B. Sumber dan Data Penelitian

Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teks

karya sastra yaitu naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer.

Peneliti menggunakan naskah ini karena jumlah data yang terdapat dalam

naskah tersebut dianggap sudah mencukupi untuk keperluan penelitian dan

bervariasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono menyatakan bahwa “teknik Pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data”2. Pengumpulan data dalam penelitian

merupakan suatu keharusan. Tekniik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan teknik membaca dan mencatat. Penulis membaca dan mencatat

penggalan ujaran dan petunjuk laku dalam naskah drama Pada Suatu Hari

yang mengandung tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi.

Peneliti hanya memfokuskan pada kalimat atau percakapan yang

mengandung unsure tindak tutur didalam naskah. Data yang diperoleh

kemudian dicatat dalam data yang telah disiapkan. Ujaran dan petunjuk mitra

tutur yang teridentifikasi mengandung unsur tindak lokusi, ilokusi, dan

perlokusi selanjutnya dianalisis kembali untuk menjadi data penelitian.

Berikut prosedur pengumpulan data:

1. Membaca sumber data

2. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan macam-macam tindak lokusi,

ilokusi dan perlokusi.

3. Mencatat data yang diperoleh ke dalam kolom pembagian tindak tutur.

2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 224

44

D. Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data

yang diperoleh mengenai tindak tutur yang terdapat dalam naskah drama.

Pada penelitian ini menentukan data sesuai dengan teori yang di kemukakan

oleh John Austin tentang sebuah tindakan yang dibagi dialam tiga macam

tindak tutur serta dibagi sesuai katagori dari masing-masing tindakkan.

1. Data yang diperoleh dicatat.

2. Setelah data disimpan, kemudian dianalisis dari tindak lokusi,

ilokusi dan perlokusi.

3. Hasil analisis tersebut diklasifikasikan didalam sebuah kolom data

yang mana dari masing-masing jenis tindak tutur dan dibagi di

setiap kolom katagori tindak tersebut.

4. Pada tahap penyelesaian, penulis mengecek kembali analisis dan

perbaikanya bila ada kesalahan pada penulisan. Setelah itu penulis

menyimpulkan dari semua hasil penelitian yang dilakukan.

E. Penyajian data

Analisis data merupakan upaya untuk mengelompokkan data yang

telah diperoleh. Selanjutnya pemaparan hasil analisis, menurut Sudaryanto

yang dikuti oleh Muhammad ada dua cara untuk menyajikan hasil penelitian

yaitu dalam metode formal dan informal. Metode formal ada penyajian

dengan mengunakan tanda dan lambang.3 Sedangkan penyajian dengan

metode informal adalah dengan kata-kata biasa untuk merumuskan kaidah

sesuai dengan domainnya dan hubungan anta kaidah.4

dalam penelitian ini penulis menggunakan metode informal, karena

penyajian data berbentuk tuturan yang didalamnya terdapat tuturan yang

mengandung unsur tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi.

3Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm 266. 4 Ibid, hlm 288.

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Berkomunikasi selalu identik dengan tindak tutur, karena tindak tutur

menunjukkan isi tuturan dan respon dari lawan tutur. Kajian dalam penelitian ini

adalah tindak tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer

dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yang

menggunakan prinsip tindak tutur Leech dan John Austin. Deskripsi penemuan

penelitian ini mencakup tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

A. Temuan kesantunan berbahasa menurut Leech dalam naskah drama

Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer

Berdasarkan hasil penelitian didapat temuan-temuan penelitian.

Berikut ini disajikan tabel temuan hasil penelitian tindak tutur lokusi.

Tabel 1. Hasil penelitian tindak tutur lokusi

No Tindak Lokusi Jumlah/data

1 Deklaratif 9

2 Interogatif 7

3 Imperatif 2

4 Interjektif 5

5 Simultan 0

Jumlah 23

Tindak tutur lokusi dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin

C. Noer meliputi: (1) deklaratif, (2) interogatif, (3) imperatif, (4) interjektif,

(5) simultan. Dari keseluruhan data pada ujaran dan petunjuk laku diperoleh

23 data yang mematuhi prinsip tindak tutur Leech yaitu 9 deklaratif, 7

interogatif, 3 imperatif, 4 interjektif, dan 0 simultan.

46

Tabel 2. Hasil penelitian tindak tutur ilokusi

No Tindak Ilokusi Jumlah/data

1 Tindak Penegasan 19

2 Tindak Meminta 6

3 Tindak Menyarankan 9

4 Tindak Melakukan 0

5 Tindak Otoritas Kegiatan 2

6 Tindak Penempatan 0

7 Kombinasi Tindak Ilokusi beserta

verbanya

1

8 Kombinasi Verba dalam Satu

Tindak Ilokusi

1

Jumlah 38

Tindak tutur ilokusi dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya

Arifin C. Noer meliputi: (1) tindak penegasan, (2) tindak meminta, (3)

tindak menyarankan, (4) tindak melakukan, (5) tindak otoritas kegiatan, (6)

tindak penempatan, (7) kombinasi tindak ilokusi beserta verbanya, (8)

kombinasi verba dalam satu tindak ilokusi. Dari keseluruhan data pada

ujaran dan petunjuk laku diperoleh 38 data yang mematuhi prinsip tindak

tutur yaitu 19 tindak penegasan, 6 tindak meminta, 9 tindak menyarankan, 0

tindak melakukan, 2 tindak otoritas kegiatan, 0 tindak penempatan, 1

kombinasi tindak ilokusi beserta verbanya, dan 1 kombinasi verba dalam

satu tindak ilokusi.

Tabel 3. Hasil penelitian tindak tutur perlokusi

No Tindak Perlokusi Jumlah/data

1 Menganggapi 12

2 Menjelaskan 23

3 Menjawab 6

47

4 Menjengkelkan 0

5 Mengajukan 4

6 Mengalihkan 5

7 Meyakinkan 7

8 Menakuti 0

9 Membingungkan 1

10 Melakukan 0

11 Mengganggu 0

12 Mempersulit 1

13 Mempengaruhi 0

14 Menuruti 0

15 Merespon 9

16 Menyetujui 1

17 Memperhatikan 0

18 Memaklumi 0

19 Bersimpati 0

20 Memahami 0

21 Menyadarkan 4

22 Menggelikan Hati 0

23 Membosankan 0

24 Mengilhami 0

25 Tanpa Perlokusi 1

Jumlah 74

Tindak tutur perlokusi dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin

C. Noer meliputi: (1) menanggapi, (2) menjelaskan, (3) menjawab, (4)

menjengkelkan, (5) mengajukan, (6) mengalihkan, (7) meyakinkan, (8)

menakuti, (9) membingungkan, (10) melakukan, (11) mengganggu, (12)

mempersulit, (13) mempengaruhi, (14) menuruti, (15) merespon, (16)

menyetujui, (17) memperhatikan, (18) memaklumi, (19) bersimpati, (20)

memahami, (21) menyadarkan, (22) menggelikan hati, (23) membosankan,

48

(24) mengilhami, (25) tanpa perlokusi. Dari keseluruhan data pada ujaran

dan petunjuk laku diperoleh 74 data yang mematuhi prinsip tindak tutur

yaitu 12 menanggapi, 23 menjelaskan, 6 menjawab, 0 menjengkelkan, 4

mengajukan, 5 mengalihkan, 7 meyakinkan, 0 menakuti, 1 membingungkan,

0 melakukan, 0 mengganggu, 1 mempersulit, 0 mempengaruhi, 0 menuruti,

9 merespon, 1 menyetujui, 0 memperhatikan, 0 memaklumi, 0 bersimpati, 0

memahami, 4 menyadarkan, 0 menggelikan hati, 0 membosankan, 0

mengilhami, dan 1 tanpa perlokusi.

B. Analisis Deskripsi Tindak Tutur dalam Naskah Drama Pada Suatu

Hari Karya Arifin C. Noer

Analisis temuan-temuan penggalan ujaran atau petunjuk laku yang

mematuhi tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

1. Tindak Lokusi

Pematuhan tindak tutur lokusi terjadi apabila tuturan yang

diucapkan berupa informasi kepada lawan tuturnya. Penutur yang

mengujarkan tuturan tindak lokusi adalah penutur yang hanya bertujuan

memberikan informasi atau bertanya kepada lawan tuturnya. Berikut

ujaran dan petunjuk laku yang mematuhi tindak tutur lokusi yang

meliputi deklaratif, interogatif, imperatif, interjektif, dan simultan.

(1) Konteks: Kakek sedang meminta Nenek untuk menyanyikan lagu

untuknya.

Nenek: Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.

Ujaran yang diucapkan oleh Nenek dikatakan terdapat tindak

tutur lokusi dalam kategori interjektif. Dikatakan tindak tutur kategori

interjektif karena dalam tuturan itu menunjukkan isi hati Nenek yang

merasa kesal kepada Kakek yang selalu mengejeknya kalau ia menyanyi.

49

(2) Konteks: Saat Nyonya Wenas (Janda) datang kerumah mereka.

Nenek: Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?

Ujaran yang diucapkan oleh Nenek dikatakan terdapat tindak

tutur lokusi dalam kategori interogatif. Dikatakan tindak tutur kategori

interogatif karena dalam tuturan itu menunjukkan Nenek yang

mengajukan pertanyaan kepada Kakek dan merasa curiga kalau Janda

mengetahui pesta mereka karena di beritahu oleh Kakek.

(3) Konteks: Saat Nyonya Wenas (Janda) datang kerumah mereka.

Nenek: Kami sangat berharap sekali nyonya hadir kemarin. Suami

saya juga heran kenapa nyonya tidak datang kemudian.

Ujaran yang diucapkan oleh Nenek dikatakan terdapat tindak

lokusi dalam kategori interjektif. Dikatakan tindak tutur kategori

interjektif karena dalam tuturan itu menunjukkan Nenek yang

mengutarakan isi hatinya kepada Janda kalau ia berharap Janda datang ke

pestanya.

(4) Konteks: Saat Kakek menanyakan hal yang tidak sopan kepada

Janda.

Nenek: Maafkan suami saya, Nyonya. Kadangkala dia amat kasar,

tapi sebenarnya dia lelaki yang amat lembut.

Ujaran yang diucapkan oleh Nenek dikatakan terdapat tindak

lokusi dalam kategori deklaratif. Dikatakan tindak tutur kategori

deklaratif karena dalam tuturan itu menunjukkan Nenek yang merasa

tidak enak kepada Janda karena pertanyaan dari Kakek.

(5) Konteks: Saat Nenek meyakinkan kepada Joni mengenai kejujuran

Joni kepada istrinya.

50

Nenek: Jadi kau selalu berdusta dengan istrimu sendiri?

Ujaran yang diucapkan oleh Nenek dikatakan terdapat tindak

tutur lokusi dalam kategori interogatif. Dikatakan tindak tutur kategori

interogatif karena dalam tuturan ini menunjukkan Nenek mengajukan

pertanyaan mengenai kejujuran Joni kepada istrinya.

(6) Konteks:Saat Nenek menanyakan kejujuran Joni kepada iatrinya.

Pesuruh: Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat sangat prtibadi,

nyaonya dan kurang sopan.

Ujaran yang diucapkan oleh Pesuruh dikatakan terdapat tindak

lokusi dalam kategori deklaratif. Dikatakan tindak tutur kategori

deklaratif karena dalam tuturan ini menunjukkan Pesuruh merasa

keberatan Nenek menanyakan hal sifatnya sangat pribadi.

(7) Konteks: Novia menyuruh Joni untuk mengajak Meli dan Feri

untuk menonton ikan.

Joni: Ayo kita nonton ikan.

Ujaran yang diucapkan oleh Joni dikatakan terdapat tindak tutur

lokusi dalam kategori imperatif. Dikatakan tindak tutur kategori

imperatif karena dalam tuturan itu menunjukkan Joni mengajak Meli dan

Feri untuk ikut menonton ikan dengannya.

(8) Konteks: Novia sedang bercerita kalau ia akan meminta cerai

kepada suaminya.

Kakek: Kau kira kau akan menjadi betina yang jantan kalau kau

berhasil bercerai dengan suamimu?

Ujaran yang diucapkan oleh Kakek dikatakan terdapat tindak

tutur lokusi dalam kategori interogatif. Dikatakan tindak tutur kategori

51

interogatif karena dalam tuturan itu Kakek menanyakan secara tegas

kepada Novia mengenai sikapnya yang akan meminta cerai dari

suaminya.

(9) Konteks: Kakek yang sedang memarahai Novia ketika ia

menjelaskan kalau ia ingin bercerai.

Novia: Vita mau kawin lagi.

Ujaran yang diucapkan oleh Novia dikatakan terdapat tindak tutur

lokusi dalam kategori deklaratif. Dikatakan tindak tutur kategori

deklaratif karena dalam tuturan itu Novia menginformasikan kepada

Kakek, Nenek dan Nita kalau suaminya mau kawin lagi oleh sebab itu

itu ingin bercerai.

(10) Konteks: Saat Meli dan Feri hilang, namun ternyata mereka

diculik oleh ayahnya sendiri dan Kakek marah-marah karena hal

itu.

Nenek: Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-sungguh? Apa

memang kau berharap agar Meli dan Feri diculik?

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur

lokusi dalam kategori interogatif. Dikatakan tindak tutur kategori

interogatif karena dalam tuturan itu Nenek merasa kesal kepada Kakek

yang marah-marah setelah tahu kalau Meli dan Feri diculik ayahnya

sendiri. Oleh karena itu, Nenek menanyakan hal itu kepada Kakek.

52

2. Tindak Ilokusi

Pematuhan tindak tutur ilokusi terjadi apabila tuturan yang

diucapkan berupa informasi dan digunakan untuk melakukan suatu

tindakan kepada lawan tuturnya. Penutur yang mengujarkan tuturan

tindak ilokusi adalah penutur yang bertujuan menyatakan atau

memberikan informasi kepada lawan tutur agar lawan tuturnya

melakukan suatu tindakan. Berikut ujaran dan petunjuk laku yang

mematuhi tindak tutur lokusi yang meliputi tindak penegasan, tindak

meminta, tindak menyarankan, tindak melakukan, tindak otoritas

kegiatan, tindak penempatan, kombinasi tindak ilokusi beserta verbanya,

dan kombinasi verba dalam satu tindak ilokusi.

(1) Konteks: Saat Kakek dan Nenek sedang duduk santai berdua di

kursi.

Kakek: Sekarang kau nyanyi.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur

ilokusi dalam kategori tindak meminta. Dikatakan tindak tutur

kategori tindakmeminta karena dalam tuturan itu Kakek ingin sekali

mendengar Nenek bernyanyi untuknya.

(2) Konteks: Saat Nenek menolak untuk menyanyi karena Kakek

selalu mengejeknya.

Kakek: Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah

mengejek kau lagi.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur

ilokusi dalam kategori tindak penegasan. Dikatakan tindak tutur

kategori tindak penegasan karena dalam tuturan itu Kakek menegaskan

kepada Nenek kalau ia tidak akan mengejek lagi saat Nenek menyanyi.

53

(3) Konteks: Saat Kakek selalu saja membicarakan kematian kepada

Nenek.

Nenek: Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik,

lagi tak ada gunanya. Sayang, berhentilah kau berfikir tentang hal

itu.

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur

ilokusi dalam kategori tindak menyarankan. Dikatakan tindak tutur

kategori tindak menyarankan karena dalam tuturan itu Nenek

menyarankan kepada Kakek untuk tidak terus membicarakan dan

memikirkan tentang kematian.

(4) Konteks: Saat Janda bertamu ke rumah mereka dan Kakek lebih

memilih untuk pergi ke ruang baca.

Kakek: Saya takut dia betul-betul demam karena kedatangan janda

itu. Ah, lebih baik saya menyingkir ke ruang baca. (Exit)

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur

ilokusi dalam kategori tindak otoritas kegiatan. Dikatakan tindak

tutur kategori tindak otoritas kegiatan karena dalam tuturan itu Kakek

bertutur dan setelah itu melakukan kegiatan yaitu keluar dari ruangan

itu dan pindah ke ruang baca.

(5) Konteks: Saat Janda bertamu ke rumah Nenek dan Kakek,

kemudian Nenek masuk ke dalam untuk memanggil Kakek.

Janda: Terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar?

Ujaran yang diucapkan Janda dikatakan terdapat tindak tutur

ilokusi dalam kategori tindak kombinasi tindak ilokusi beserta

verbanya. Dikatakan tindak tutur kategori tindak kombinasi tindak

ilokusi beserta verbanya karena dalam tuturan itu Janda bertutur

sekaligus menggunakan verba seperti rasa cemas yang ditunjuk pada

tuturan “kenapa saya jadi gemetar?”.

54

(6) Konteks: Saat Pesuruh memberi minuman kepada Janda yang

ternyata minuman kesukaannya.

Janda: (minum) segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya suka

minuman ini?

Ujaran yang diucapkan Janda dikatakan terdapat tindak tutur

ilokusi dalam kategori kombinasi verba dalam satu tindak ilokusi.

Dikatakan tindak tutur kategori kombinasi verba dalam satu tindak

ilokusi karena dalam tuturan itu Janda bertutur setelah melakukan

kombinasi perbuatan yaitu minum minuman yang dibawakan pesuruh.

(7) Konteks: Saat pesuruh datang saat dipanggil oleh Nenek untuk

membuatkan minuman.

Nenek: Bikin es susu dan dua gelas jeruk panas.

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur

ilokusi dalam kategori tindak meminta. Dikatakan tindak tutur

kategori tindak meminta karena Nenek menyuruh pesuruh untuk

membuatkan minuman.

(8) Konteks: Saat Nenek memastikan kepada Kakek kalau ia diam-

diam memelihara kaktus.

Nenek: Bahkan kau dia-diam memelihara kaktus dalam kakus.

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur

ilokusi dalam kategori tindak penegasan. Dikatakan tindak tutur

kategori tindak penegasan karena dalam tuturan tersebut Nenek

menegaskan kepada Kakek kalau ia benar-benar memelihara kaktus

didalam toilet mereka.

(9) Konteks: Saat Novia menjelaskan kalau ia ingin meminta cerai

dari suaminya.

55

Nita: Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik

betapa jernih mata anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.

Ujaran yang diucapkan Nita dikatakan terdapat tindak tutur

ilokusi dalam kategori tindak menyarankan. Dikatakan tindak tutur

kategori tindak menyarankan karena dalam tuturan tersebut Nita

menyarankan kepada Novia untuk memperhatikan mata anak-anaknya

yang masih jernih dan polos.

(10) Konteks: Saat ketahuan kalau Meli dan Feri bukan hilang,

melainkan diculik oleh ayahnya sendiri.

Kakek: Keterlaluan! Keterlaluan! Saya tidak bisa memaafkan

permainan kasar seperti ini ini.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur

ilokusi dalam kategori tindak penegasan. Dikatakan tindak tutur

kategori tindak penegasan karena dalam tuturan tersebut Kakek tidak

bisa memaafkan ayahnya Meli dan Feri yang sudah berbuat kasar

menculik Meli dan Feri.

3. Tindak Perlokusi

Pematuhan tindak tutur perlokusi terjadi apabila tuturan yang

diucapkan berupa informasi dan menimbulkan dampak dari lawan

tuturnya. Penutur yang mengujarkan tuturan tindak perlokusi adalah

penutur yang bertujuan menyatakan atau mengujarkan agar lawan

tuturnya melakukan suatu tindakan sebagai respon terhadap ujaran.

Berikut ujaran dan petunjuk laku yang mematuhi tindak tutur perlokusi

yang meliputi menanggapi, menjelaskan, menjawab, menjengkelkan,

mengajukan, mengalihkan, meyakinkan, menakuti, membingungkan,

melakukan, mengganggu, mempersulit, mempengaruhi, menuruti,

56

merespon, menyetujui, memperhatikan, memaklumi, bersimpati,

memahami, menyadarkan, menggelikan hati, membosankan,

mengilhami, tanpa perlokusi.

(1) Konteks: Saat Kakek meminta Nenek untuk menyanyi untuknya,

namun Nenek menolak.

Kakek: Kau kejam. Saya sangat sedih. Saya mati tanpa lebih dulu

mendengar kau menyanyi.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur

perlokusi dalam kategori menanggapi. Dikatakan tindak tutur kategori

tindak menanggapi karena dalam tuturan tersebut Kakek menanggapi

respon Nenek yang menolak permintaannya untuk menyanyi.

(2) Konteks: Saat Nenek benar-benar menolak untuk menyanyi.

Kakek: Mati saya tidak bahagia karena kau tidak mau menyanyi.

Ini memang salah saya. Tetapi kalau sejak dulu kau cukup mengerti

bahwa saya memang sangat memainkan kau, tentu kau bisa

meaafkan segala macam ejekan-ejekan saya. Tuhan, saya kira saya

akan menghembuskan nafas saya yang terakhir tatkala kau sedang

menyanyi sebuah lagu ditelinga saya.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur

perlokusi dalam kategori menjelaskan. Dikatakan tindak tutur kategori

tindak menjelaskan karena dalam tuturan tersebut Kakek menjelaskan

dan meminta maaf kepada Nenek kalau ia merasa bersalah karena

sering mengejeknya.

(3) Konteks: Saat Kakek terus menerus membicarakan kematian

kepada Nenek.

Nenek: Sayang, saya tidak mau memberi maaf kalau kau tidak mau

juga berhenti menyebut-nyebut soal kematian.

57

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur

perlokusi dalam kategori mengajukan. Dikatakan tindak tutur kategori

mengajukan karena dalam tuturan tersebut Nenek mengajukan syarat

kepada Kekek kalau ia tidak akan memaafkan Kakek kalau Kakek terus

menerus membicarakan kematian.

(4) Konteks: Saat Kakek masih terus membicarakan kematian kepada

Nenek.

Nenek: Sekarang saya akan memaafkan kau dengan satu syarat.

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur

perlokusi dalam kategori mempersulit. Dikatakan tindak tutur kategori

mempersulit karena dalam tuturan tersebut terlihat dalam kata “satu

syarat” untuk memberi maaf kepada Kakek.

(5) Konteks: Saat Janda bertamu ke rumah Nenek dan Kakek.

Janda: Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit anjing

saya juga ikut sakit. Saya agak senang karena sekarang saya agak

sembuh, tetapi Bison agak parah sakitnya.

Ujaran yang diucapkan Janda dikatakan terdapat tindak tutur

perlokusi dalam kategori menjelaskan. Dikatakan tindak tutur kategori

menjelaskan karena dalam tuturan tersebut Janda menjelaskan alasan ia

tidak dapat menghadiri pesta Kakek dan Nenek.

(6) Konteks: Saat Nenek menyuruh pesuruh untuk membuatkan

minuman, dan pesuruh meyakinkannya.

Pesuruh: Dua es susu dan satu gelas jeruk panas, maksud nyonya?

58

Ujaran yang diucapkan Pesuruh dikatakan terdapat tindak tutur

perlokusi dalam kategori meyakinkan. Dikatakan tindak tutur kategori

meyakinkan karena dalam tuturan tersebut Pesuruh menanyakan ulang

agar yakin minuman yang diminta Nenek.

(7) Konteks: Saat Kakek bersikap pura-pura tidak mengenal sama

sekali kepada Janda.

Kakek: Susah. Kalau saya wajar kau marah. Kalau saya berlebihan

kau juga marah. Kalau saya jumput di perpustakaan kau juga

marah. Saya tidak tahu bagaimana supaya kau tidak marah dan

saya tidak mau marah agar kau tidak marah.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur

perlokusi dalam kategori menjelaskan. Dikatakan tindak tutur kategori

menjelaskan karena dalam tuturan tersebut Kakek menjelaskan kalau ia

serba salah melakukan apapun kepada Janda, karena selalu dianggap

salah oleh Nenek.

(8) Konteks: Saat Nenek mulai kesal dengan Kakek yang memiliki

masa lalu dengan Janda.

Nenek: Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga-bunga

pesta kita dengan kaktus-kaktus pacar kau.

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur

perlokusi dalam kategori merespon. Dikatakan tindak tutur kategori

merespon karena Nenek sudah merasa kesal dengan kedatangan Janda

yang memiliki masa lalu dengan Kakek dengan bahasa kias.

(9) Konteks: Saat Nenek mulai menangis karena merasa kecewa

dengan Kakek yang masih memelihara kaktus.

Kakek: Diamlah, sayang. Kalau kau diam saya akan menyanyi

lagi. Diamlah. Saya akan menyanyi dua buah lagu sekaligus.

59

Sayang diamlah. Lagi jangan terlalu keras kau menangis nanti kau

batuk kalau batuk tenggorokan bisa luka dan suara bisa serak.

Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka satang. Sayang.

Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan

membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang bunting,

sementara seekor kera sakit enfluensa.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur

perlokusi dalam kategori meyakinkan. Dikatakan tindak tutur kategori

meyakinkan karena dalam tuturan tersebut Kakek member keyakinan

kepada Nenek untuk menyanyi lagi kalau Nenek tidak akan menangis

lagi.

(10) Konteks: Saat Novia sedang menjelaskan kepada Nenek, Kakek,

dan Nita kalau ia ingin meminta cerai kepada suaminya.

Nita: Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu bahagia

dengan Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu

mau memuaskan kebahagiaan itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam-

diam saya sebagai kakakmu selalu merasa iri karena saya dan

suami saya tidak pernah diberkahi anak?

Ujaran yang diucapkan Nita dikatakan terdapat tindak tutur

perlokusi dalam kategori menyadarkan. Dikatakan tindak tutur

kategori menyadarkan karena dalam tuturan tersebut Nita menyadarkan

Novia untuk tidak mementingkan kebahagiaannya dengan bercerai, tapi

ia juga harus memikirkan anak-anaknya yang akan kehilangan kasih

saying dari kedua orang tuanya.

60

C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Tindak tutur dapat diterapkan dalam pembelajaran siswa di sekolah

yaitu pada aspek keterampilan menulis dengan materi pelajaran menulis

drama. Pelajaran menulis drama terdapat di SMP kelas VIII dengan standar

kompetensi menulis drama satu babak dengan keaslian ide. Peserta didik

banyak menonton drama yang ditayangkan di televise, maupun dari

kehidupan nyata yang mereka alami. Dalam kehidupan sehari-hari tindak

tutur sudah jarang diujarkan dengan tuturan yang panjang, karena pada saat

ini dengan tuturan singkatpun lawan tutur sudah memahami maksudnya.

Oleh sebab itu dalam pembelajaran penulisan drama di sekolah dapat

menerapkan prinsip tindak tutur.

Pembelajaran drama dapat meningkatkan kreativitas anak melalui

kegiatan menulis teks drama sehingga anak dapat mengembangkan ide dan

gagasan ke dalam tulisan dalam bentuk dialog. Tujuan pembelajaran tidak

hanya membuat siswa menjadi pandai tetapi juga dapat menjadikan siswa

pribadi yang baik dalam bertutur dalam kehidupan sehari-hari.

Naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer dapat

dijadikan sebagai bahan acuan dalam pembelajaran menulis drama. Guru

menerangkan kepada siswa pemilihan bahasa yang digunakan dalam

menulis naskah drama.

Berdasarkan tulisan hasil karya siswa seorang guru dapat melakukan

penilaian sikap terhadap seorang siswa. Tindak tutur tidak hanya dilihat dari

ujaran sehari-hari melainkan dapat dilihat juga melalui tulisan. Adapun

rancangan pembelajaran yang berhubungan dengan kajian penelitian dapat

dilihat pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlampir.

61

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Bedasarkan hasil analisis tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi

dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya A Rifin C Noor, dapat di tarik

simpulan dalam naskah drama PadaSuatuHari karya Arifin C Noer.

Ditemukan beragam tindak tutur dari tindak tutur lokusi sebagai informasi,

ilokusi sebagai pencapaian maksud dari tindak tersebut serta pelokusi

dijadikan sebagai efek dari tindak tutur tersebut. Adapun bentuk-bentuk tidak

tutur, yaitu (1) Lokusi yang terdiri atas jenis deklaratif, interogatif, imperatif,

interjektif; dan simultan. (2) Ilokusi yang terdiri atas jenis tindak penegasan,

tindak meminta, tindak menyarankan, tindak melakukan, tindak otoritas

kegiatan, tindak penempatan, kombinasi tindak ilokusi beserta verbanya, dan

kombinasi verba dalam satu tindak ilokusi dan (3) Perlokusi yang terdiri atas

jenis menanggapi, menjelaskan, menjawab, menjengkelkan, mengajukan,

mengalihkan, meyakinkan, menakuti, membingungkan, melakukan,

mengganggu, mempersulit, memperngaruhi, menuruti, merespon, menyetujui,

memperhatikan, memaklumi, bersimpati, meahami, menyadarkan,

menggelikanhati, membosankan, mengilhami, dan tanpa perlokusi. Beberapa

macam jenis tindak tutur tindak lokusi di dalam naskah terdapat tindak tutur

terbanyak 35,65% dari jenis tindak deklaratif dari lima jenis tindak ilokusi.

62

62

Sedangkan ilokusi terdapat 59,76% dari jenis terbanyak dengan tidak

penegasan dari delapan jenis tindak tutur ilokusi, dan perlokusi terdapat

19,72% tindak tutur terbanyak melalui tindak menjelaskan di dalam jenis

tindak perlokusi yang mempunyai 25 jenis tindak tutur. Jadi, didalam naskah

drama ini.

B. SARAN

Bedasarkan hasil penelitian analisis beserta kesimpulan yang telah dijelaskan

dalam skripsi ini penulis memiliki beberapa saran, diantaranya:

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan

peneliti ini dengan topik lain seperti pelanggaran prinsip kerja dan

prinsip kesopanan, implikatur, serta tindak tutur angsung dan tidak

langsung, tindak tutur literal dan tidak literal.

2. Bagi mahasiswa disarankan menggunakan hasil penelitian untuk

memberikan pengajaran tentang jenis dan bentuk tindak tutur

terutama bentuk tindal lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

3. Bagi peserta didik, diharapkan mampu memahami tentang

perbedaan percakapan dalam sebuah tindakkan, supaya

mengetahui mana tindak member informasi, tindak penyampaian

informasi dan dampak dari tindak ersebut supaya lebih berhati-hati

dalam bertindak didalam sebuah tuturan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad H.P. 1998. Diktat Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Arono dan Nadrah. 2009. Tindak Tutur Wacana Dialog Liputan 6 SCTV, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 8.

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolingustik Perkenalan awal. Jakarta:Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Damono, Sapardi Djoko. 2006. Anologi Drama Indonesia. Jakarta: The Henry Luce Foundation, Inc.

Dardjowidjojo, Sunjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Drs. Widjojoko. 2006. Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

E. Kokasih. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Nobel Edumedia.

Hasanuddin WS. 1996. Drama Karya dalam Dua Dimensi Kajian Teori, Sejarah dan Analisis. Bandung: Angkasa.

http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/775-sutradara-film-g-30-s-pki, 24 februari 2012.

Ibrahim, Abd Syukur. 2007. Kajian Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Leech, Geoffrey. 2011. The Principles of Pragmatic, Terjemahan Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Majalah Kartini edisi no 419. 1990.

Majalah Vista edisi no 129. 1891.

Nababan, Sri Utari Subyakto. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengatar. Jakarta: Gramedia Utama.

Nadir, FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pateda, Mansoer. 2001. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Rahardi, Kunjana. 2006. Pragmatik. Jakarta: Erlangga.

San, Suryadi. 2013. Drama Konsep Teori dan Kajian. Medan: CV. Pratama Mitra Sari.

Satoto, Soediro Satoto. 2012. Stilistika. Yogjakarta: Ombak.

Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, Antar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Sueni, Ni Made. 2007. “Pragmatik dalam Tindak Berbahasa dan Relevansi terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia, Wacana” dalam Majalah Ilmiah Tentang Bahasa-Sastra Serta Pendidikan Bahasa dan Sastra.

Suhardi, Basuki. 2009. Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat Bahasa.

Tarigan, Herry Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik I. Bandung: Angkasa.

Wahab, Abdul Wahab. 1991. Isu Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

LAMPIRAN

BIOGRAFI

Bab ini berisi tentang riwayat hidup Arifin C. Noor, seorang sineas

dan juga seorang dramawan yang karya tulisnya menjadi objek penelitian

penulis dalam pembuatan skripsi ini.

A. Biografi Pengarang

Arifin C. Noor adalah anak kedua dari Mohammad Adnan, seorang

tukang sate di daerah Cirebon. Arifin sudah memulai kiprahnya dalam dunia

seni sejak SMP. Ia menamatkan SD di Taman Siswa Cirebon, kemudian

melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Cirebon. Namun demikian, ketika

SMA ia masuk SMA jurnalistik di Solo. Ia melanjutkan perguruan tingginya

di Fakultas Sosial Politik di Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta dan

International Writing Program di Universitas Lowa, Amerika Serikat.

Arifin mulai mengenal dunia sastra serta teater saat masih duduk di

bangku SMP. Pada masa itulah karya-karya puisinya ia kirimkan ke majalah

yang terbit di Cirebon dan Bandung, honornya ia belikan buku cerita, baik

dalam maupun luar negeri. Sejak kecil ia memang gemar membaca,

khususnya buku anak-anak terbitan Balai Pustaka 1950-an. Baik fiksi-ilmiah

maupun petualangan Karl May. Tetapi yang paling digemarinya adalah buku

biografi orang-orang besar. Karena banyak pelajaran yang bisa dipetik dari

pengalaman serta kerja keras mereka. Hal itu kemudian sangat memengaruhi

filsafat hidupnya untuk gemar bekerja dan berpikir keras.

Selama aktif di sekolah, ia sempat menjadi pemimpin umum majalah

sekolah dengan sekretarisnya Nani Wijaya (aktris sekaligus istri almarhum

Misbach Yusa Biran). Diluar sekolah ia selalu melakukan aktivis di RRI

Cirebon. Disitu ia bergaul dengan para seniman Cirebon antara lain Mus

Mualim, Indra Soeradi, dan kemudian Titik Puspa. Di RRI ia mengasuh ruang

puisi serta membuat sandiwara-sandiwara radio. Pada usia 16 tahun, tapatnya

saat kelas II SMP pada 1957 Arifin menciptakan naskah sandiwaranya yang

pertama berjudul Dekaden57, disusul naskah keduanya yang ia tulis saat

duduk di kelas III SMP dengan judul Dunia yang Retak.

Menurut Arifin pada saat di wawancara oleh majalah Kartini – edisi

khusus, Arifin mengungkapkan “ Seperti yang anda kenal, saya bukan saja

membuat film, tapi juga seorang penyair dan pembuat sandiwara. Setiap kali

saya memproses hasil ciptaan, tidak ada pretensi lain. Kecuali berharap agar

karya yang sedang diproses itu akan berubah menjadi karya yang baik,

sehingga mampu berdialog dengan semua orang”.31

Menurut Indra Soeradi, aktor dan seniman Cirebon yang

‘menemukan’ sekaligus guru N. Riantiarno (Teater Koma), suatu kali pada

1960-an, oleh Arifin ia pernah diminta membaca beberapa naskah

sandiwaranya antara lain Tengul, Sumur Tanpa Dasar, dan Kasir Kita. Ia

tidak mengira bahwa berpuluh tahun kemudian naskah-naskah tersebut

menjadi cikal bakal bangkitnya teater di Indonesia Baru.32

Menginjak bangku SMA, Arifin merasa kecintaannya terhadap

kesenian semakin memuncak. Ia menjadi penanggungjawab kolom kesenian

di koran setempat, menjadi juri dalam berbagai lomba kesenian, pembicara

dalam pertemuan peminat teater si-Cirebon, menerjemahkan naskah ‘berat’

Komedi Manusia karya William Sarojan, bahkan sempat menjadi juara dua

Bintang Radio se-Cirebon untuk jenis seriosa. Pada usia SMA, Arifin telah

menciptakan naskah monolog Jangan Lupakan Saya.

Akibat kesibukannya dalam aktivitas kesenian, ia tak hanya

dikeluarkan dari sekolah tetapi juga telah membuat marah Bapaknya.

Apalagi, saat Arifin memutuskan untuk menjadi seniman saja dan bertekad

mau pergi ke Jakarta. Akibatnya, ia kemudian dikirim ke pesantren

Djamsaren di Solo dan meneruskan sekolahnya ke SMA Jurnalistik, Solo. Di

pesantren itulah lahir naskah Aminah yang menurut Arifin merupakan naskah

31 Januardi “Berbincang-bincang dengan Arifin C Noor” Majalah Kartini. hlm 34 32 Dendy Sugono, Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm, 34-36

“dewasa”nya yang pertama. Naskah itu kemudian populer pada 1960-an,

karena banyak dipentaskan oleh grup-grup drama di Jawa.

Tidak hanya dalam dunia teater, Arifin panggilan pria berkepala botak

yang dilahirkan 10 Maret 1941 di Cirebon ini adalah juga seorang sineas

(orang yang ahli tata cara pembuatan film) yang lengkap. Dia bukan hanya

bisa menyutradarai, tetapi pandai pula menulis cerita dan dijadikan skenario.

Arifin sendiri menulis cerita dan skenario dalam film Bibir Mer, dan langsung

menjadi sutradara, maka apa yang ingin disampaikan ke penonton bisa

diterima secara utuh. Kelancaran bertutur, dan menyelesaikan konflik yang

tidak bertele-tele menjadi ciri khas dan sekaligus kekuatan film-film Arifin.

Untuk sampai ke Bibir Mer, Arifin telah melakukan perjalanan panjang. Dia

giat mementaskan sandiwara sejak tahun 1957. Pertama kali, waktu dia

menulis dan sekaligus sebagai sutradara pementasan berjudul Dunia yang

Retak. Tiga tahun kemudian melanjutkan sekolah ke Solo, sampai di sana

bergabung dalam Himpunan Peminat Sastra Surakarta (HPSS), sambil

mencanangkan hari puisi.

Menurut Arifin “Suatu pementasan bukanlah suatu karya tulis ilmiyah

yang memungkinkan sejuta foot note dicantumkan. Teater memerlukan

ketangkasan dalam waktu seperti sulapan, sehingga dalam sekejap saja

seluruh dunia segera memahaminya. Oleh sebab itu senantiasa berusaha agar

teater saya bukan teater Barat di Timur, tetapi teater Timur yang dipahami

oleh Barat. Dengan demikian, teater sebagai ajang dan upacara pertemuan

mesra antara kita tetap hangat dalam suasana alamiah dengan sejuta warna

yang tak terumuskan, sehingga hidup lebih membetahkan”.33

Kreativitasnya dibidang penulisan puisi dan drama makin berkembang

sejak pindah ke Yogyakarta. Tahun 1960, dia bergabung dengan WS Rendra

dalam lingkungan Drama Yogya, dan kemudian ia masuk Teater Muslim

pimpinan Mohammad Dipoonegoro. Di situlah lahir drama Nenek Tercinta,

33 Adi M “Namana tak Hanya Menjulang Lataran Dunia Pentas” Majalah Vista. hlm 82.

pemenang pertama sayembara penulisan lakon Teater Muslim. Karyanya

yang lain adalah Mega-Mega, pemenang kedua sayembara naskah drama

Badan Pembina Teater Nasional Indonesia (BPTNI) tepatnya tahun 1967.

Arifin membentuk Teater Ketjil setelah hijrah ke Jakarta. Teater Ketjil

adalah sebuah perkumpulan sandiwara atau teater, terutama yang bersifat

eksperimental. Didirikan di Jakarta pada tahun 1968 oleh Arifin C. Noor.

Untuk membina anggota-anggota dan peminat-peminat lainnya, perkumpulan

kekeluargaan ini juga memiliki kelas latihan atau diskusi bernama lab teater

ketjil. Pada tahun 1972 naskah dramanya yang berjudul Kapai-Kapai

memenangkan hadiah pertama dalam sayembara penulisan lakon DKJ.

Kristisi sastra dan drama menilai Arifin sebagai salah satu pembaharu dalam

dunia drama di Indonesia, karya-karya drama dan puisinya mempunyai

jalinan yang kuat, puisi-puisinya kuat dramatik, sedangkan drama-dramanya

puitik sekali.

Berikut ini adalah karya Arifin semasa hidupnya: Buku kumpulan

sajaknya, Nurul Aini (1963), Sitti Aisah (1964), Puisi-Puisi yang Kehilangan

Puisi (1967), Selamat Pagi, Jajang (1979), dan Nyanyian Sepi (1995).

Buku-buku dramanya adalah Lampu Neon (1960), Matahari di

Sebuah Djalan Ketjil (1963), Nenek Tertjinta (1963), Prita Istri Kita (1967),

Mega-Mega (1967), Sepasang Pengantin (1968), Kapai-Kapai (1970), Sumur

Tanpa Dasar (1971), Kasir Kita (1972), Tengul (1973), Orkes Madun I atawa

Madekur dan Tarkeni (1974), Umang-Umang (1976), Sandek Pemuda

Pekerja (1979), Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi (1984), Ari-Ari

atawa Interogasi II (1986), dan Ozan atawa Orkes Madun IV (1989).

Selain itu, ia juga menyutradarai banyak film dan sinetron serta

menulis skenarionya, antara lain Pemberang (1972), Rio Anakku (1973),

Melawan Badai (1974), Petualang-Petualang (1974), Suci Sang Primadona

(1978), Harmoniku (1979), Lingkaran-Lingkaran (1980), Serangan Fajar

(1981), Pengkhianatan G.30 S/PKI (1983), Matahari-Matahari (1985),

Sumur Tanpa Dasar (1989), Taksi (1990), dan Keris (1995). Karena film dan

sinetron garapannya itu, Arifin C. Noor dapat menyabet piala The Golden

Harvest pada Festival Film Asia (1972), piala Citra dalam Festifal Film

Indonesia (1973, 1974, dan 1990), dan piala Vidia dalam Festival Sinetron

Indonesia (1995). Film garapannya yang mendapat penghargaan terbesar

selama pemerintahan Orde Baru adalah Pengkhianatan G.30 S/PKI yang

dibintangi Umar Kayam. Film ini selalu diputar setiap tahun melalui TVRI

dalam memeringati Hari Kesaktian Pancasila dan baru diberhentikan setelah

Orde Baru tumbang.

Sebagai sastrawan yang unggul dan kreatif, ia juga sering mendapat

hadiah sastra antara lain: (1) Pemenang Sayembara Penulisan Naskah Lakon

dari Teater Muslim, Yogyakarta (1963) atas karyanya Matahari di Sebuah

Djalan Ketjil dan Nenek Tertjinta, (2) Anugerah Seni dari Pemerintah

Republik Indonesia (1972) atas jasanya dalam mengembangkan kesenian di

Indonesia, (3) Hadiah Sastra ASEAN dari Putra Mahkota Thailand (1990)

atas karyanya Ozon, dan (4) Hadiah Sastra dari Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa (1990). Dramanya Kapai-Kapai diterjemahkan ke

dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling dengan judul Moths dan diterbitkan

di Kuala Lumpur, Malaysia.

Karya Selamat Pagi, Jajang menjadi mas kawin dari pernikahannya

dengan Jajang. Sebelum dengan Jajang, Arifin telah menikah dengan Nurul

Aini dan dikaruniai dua anak. Ia wafat pada 28 Mei 1995 di Jakarta karena

liver cirrhosis (kelainan pada hati). Ia meninggalkan Jajang, Teater Ketjil,

dunia teater dan film Indonesia yang sangat khas dan unik, serta empat orang

anak yaitu Vita Ariavita, Veda Amritha (dari Nurul Aini), serta Nitta Nezyra

dan Marah Laut (dari Jajang).

Sinopsis Naskah Drama Pada Suatu Hari

Karya Arifin C. Noer

Sepasang suami istri yang sudah memasuki masa tua dan baru saja

menggelar acara ulang tahun pernikahan mereka. Sejak muda mereka selalu

bahagia dan selalu menjadi pasangan yang romantis hingga pada masa tua.

Sampai di suatu hari setelah tergelarnya acara ulang tahun mereka. Si kakek ingin

mendengarkan si nenek menyanyi, karena dahulunya si nenek jago menyanyi,

kakek ingin mendengarkan suara si nenek. Tak lama kemudian datang seorang

janda seksi (Nyonya Wenas) berkunjung ke kediaman pasangan tua itu (nenek dan

kakek), nyonya Wenas datang berkunjung bermaksud untuk meminta maaf

kepada kakek dan nenek karena tidak bisa hadir diacara yang mereka gelar itu.

Nenek seketika marah dan merasa kesal, karena yang nenek tahu nyonya Wenas

tidak diundang oleh nenek dan kakek untuk hadir ke acara ulang tahun pernikahan

mereka. Nyonya Wenas yang ternyata adalah mantan kekasih kakek menjadi

penyebab utama kemarahan nenek kepada kakek. Nenek yang saat itu sedang

merasa kesal, bertambah kesal karena seketika Joni (pembantu rumah tangga)

memberikan minuman susu dingin yang diketahui bahwa minuman itu adalah

kesukaan Nyonya Wenas. Tanpa pikir panjang, nenek saat itu juga meminta

bercerai kepada kakek. Dengan segala cara kakek memohon agar dimaafkan dan

agar nenek menarik kembali perkataannya tapi nenek tetap kuat dengan apa yang

telah dilontarkannya.

Nenek dan kakek bertengkar sejadi-jadinya, tiba-tiba datang Nita (anak

tertua nenek dan kakek) berkunjung menemui kedua orang tuanya. Nita hanya

terdiam mendengan dan melihat pertengkaran nenek dan kakek. Dan Novia adik

Nita datang dengan membawa pakaian-pakaiannya. Novia yang ternyata juga

sudah meminta cerai kepada suaminya (Vita) karena cemburu berlebih kepada

pasien suaminya itu. Karena, tidak mau rumah tangga anaknya rusak. Nenek

mengingatkan Novia untuk tidak mengambil keputusan secara tiba-tiba, dan

memikirkan kembali demi masa depan anak-anaknya. Seolah tidak ada masalah

apapun nenek menasehati Novia agar tidak bercerai dengan kakek. Akhirnya

masalah di antara nenek dan kakek terhapus begitu saja karena anaknya Novia.

Dan di akhir cerita, anak-anak novia di bawa pergi oleh vita ketika anak-anaknya

sedang bermain di kolam bersama Joni.

No Penutur Tuturan Lokusi

Deklaratif Interogatif Imperatif Interjektif Simultan

1 Nenek Habis kaupun selalu mengejek setiap kali

saya menyanyi.

2 Nenek Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu

tentang pesta kita?

3 Nenek

Kami sangat berharap sekali nyonya hadir

kemarin. Suami saya juga heran kenapa

nyonya tidak datang kemudian.

4 Kakek Maaf, saya lupa. Maksud saya apa tujuan

nyonya datang kemari?

5 Nenek

Maafkan suami saya, Nyonya. Kadangkala

dia amat kasar, tapi sebenarnya dia lelaki

yang amat lembut.

6 Nenek Kalau begitu sayapun berterus terang.

Nyonya semakin tua semakin cantik.

7 Nenek

Apa tidak indah kemeriahan flamboyan,

yang mampu menciptakan jalan selalu

diliputi senja?

8 Janda

Sayang sekali kita telah sepakat menerima

kehadiran matahari, sehingga saya kini telah

ditegurnya. Sudah cukup lama.

9 Janda

… Saya di jamu di sini. Saya minta diri

sekali lagi saya mengucapkan selamat atas

perkawinan emas tuan dan nyonya. Sayang

sekali dia sedang sakit. Saya harus segera

pulang.

Tabel 1

Analisis Naskah Drama Pada Suatu Hari dalam Tindak Tutur lokusi

10 Kakek Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta

emas dengan kata-kata seru.

11 Kakek

Sejak muda kau begitu yakin seakan saya

pernah punya hubungan percintaan dengan

perempuan tadi. Saya heran kenapa kau

begitu berhasil menciptakan tokoh yang

fantatis itu menjadi tokoh yang seolah nyata

dalam diri kau sehingga tokoh itu mampu

mempermainkan kau sendiri selama hidup

kau.

12 Nenek Jadi kau selalu berdusta dengan istrimu

sendiri?

13 Pesuruh

Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat

sangat amat pribadi, nyonya dan kurang

sopan.

14 Nenek

Kau memang jago silat. Baik. Sekarang kau

akui saja siapa yang menyuruh kau

menyiapkan tiga gelas es susu begitu tamu

tadi datang?

15 Nenek Biarpun kau dukung saya dari sini ke kamar

saya tidak akan diam.

16 Kakek Kau rupanya ingin kita pisah. 17 Joni Ayo kita nonton ikan.

18 Kakek

Kau dan ibumu memang satu jiwa. Alasan

apa yang mendorong kau meminta

kesedihan serupa itu? Kebodohan macam

apa yang mengotori otakmu? Cerai! Seakan

dengan mendapatkan kata itu kau dapat

mengecap hidup ini lebih nikmat? Novia,

kau jangan seperti gadis ingusan. Kamu kira

rumah tangga itu rumah-rumahan dari kotak

geretan yang dengan mudah kau bongkar-

bongkar dank au susun-susun? Novia, kau

sudah waktunya menginsafi bahwa rumah

tangga adalah rumah suci lain, seperti

masjid, gereja, dan kelenteng. Dan rumah

suci adalah tempat dimana firman-firman

Tuhan yang agung dan suci dimulyakan,

rumah suci adalah tempat dimana cinta

kasih ditumbuh-kembangkan menjadi gairah

hidup, untuk meraih maka hidup yang

samara dalam semsta ini.

Tuhanku.. Novia, alasan picisan apa yang

menjadikan kau begitu gairah mendapatkan

surat talak? Jangan main main. Ini bukan

lagi semata persoalan kau, juga bukan

persoalan suamimu semata, tetapi persoalan

anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)

Meli, Feri…. Ini sudah menjadi persoalan

Negara, persoalan dunia, saya tidak boleh

membiarkan rumahmu terbakar hanya

disebabkan api mainan yang diminyaki

cemburu buta. Saya harus beritahu segera

ibumu. (Exit)

19 Nenek

(Menubruk Novia sambil menangis) Novia,

sayang, kau jangan suka membaca roman-

roman picisan. Kau bisa bayangkan sendiri

apa jadinya isi kepalamu dengan roman-

roman seperti itu. Dengan membaca cerita-

cerita cengeng seperti itu kau sama dengan

mengisi usus besarmu dengan minuman

keras. Sekali-kali tentu kau boleh, tapi kalau

setiap hari kau minum arak sama dengan

memperpendek usiamu sendiri.

20 Nenek

………….Novia, ibu yakin kau telah

terpengaruh roman-roman sampah itu

sehingga hidup bagimu tak ubahnya seperti

mainan peraan belaka. Bacalah Romeo

Juliet. Bacalah tentang kesetiaan cinta, dan

singkirkan bacaan yang mengajarkan

kebencian dan perceraian. Kau kira

perceraian itu jalan cuci?

21 Kakek

Kau kira kau akan menjadi betina yang

jantan kalau kau berhasil bercerai dengan

suamimu?

22 Novia Vita mau kawin lagi.

23 Nenek

Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-

sungguh? Apa memang kau berharap agar Meli

dan Feri diculik?

Tabel 2

Analisis Naskah Drama Pada Suatu Hari dalam Tindak Tutur Ilokusi

No Penutur Tuturan

Ilokusi

Tin

dak

Pen

egasa

n

Tin

dak

Mem

inta

Tin

dak

Men

yara

nk

an

Tin

dak

Mela

ku

kan

Tin

dak

Oto

ritas

Keg

iata

n

Tin

dak

Pen

emp

ata

n

Kom

bin

asi

Tin

dak

Ilok

usi

Beserta

Verb

an

ya

Kom

bin

asi

Verb

a d

ala

m

Satu

Tin

dak

Ilok

usi

1 Kakek Sekarang kau nyanyi.

2 Kakek Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak

akan pernah mengejek kau lagi.

3 Kakek Saya tidak mau menyanyi.

4 Nenek

Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu

sangat tidak baik, lagi tak ada gunanya.

Sayang, berhentilah kau berfikir tentang hal

itu.

5 Nenek

Sayang saya mohon berhentilah kau berfikir

mengenai hal itu. Demi segala-galanya

berhentilah. Tersenyumlah lagi seperti

biasanya.

6 Kakek Saya akan tersenyum kalau kau mau

mengucapkan janji.

7 Nenek Tapi acap kali kau begitu. Kalau saya batuk

baru setelah satu minggu kau tahu.

8 Kakek

Ya, saya akui saya acap kali terlalu asyik

dengan diri sendiri. Saya akui. Saya minta

dimaafkan supaya sorga saya tidak tertutup,

supaya kubur saya…

9 Nenek

Setiap kali kau bilang begitu, padahal kau

memang pintar menyanyi. Dan kau selalu

menghabiskan sebuah lagu dengan sempurna

tanpa batuk.

10 Nenek Ayolah, sayang. Penonton sudah tidak sabar

lagi menggu sang penyanyi.

11 Kakek

Mana album kesatu? Saya ingin melihat

gambar saya ketika saya menyanyi di depan

umum dimana kau juga ikut mendengarkan.

Kau ingat kapan itu?

12 Kakek Seharusnya dia tidak perlu datang kemari.

13 Kakek

Saya takut dia betul-betul demam karena

kedatangan janda itu. Ah, lebih baik saya

menyingkir ke ruang baca. (Exit)

14 Nenek

Kasihan. Sayang. (heran suaminya tidak ada).

Dimana kau? Dia tadi disini. Sebentar,

nyonya (berseru) Onda, dimana kau? (exit)

15 Janda Terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar?

16 Janda (minum) segar bukan main. Bagaimana kau

tahu saya suka minuman ini?

17 Pesuruh

Tidak, nyonya, tapi tuan besar menyirami

seluruh bunga sekarang, setiap pagi dan sore.

Memang tengah malam seringkali diam-diam

ia menyirami kaktus yang ditaruh di dalam

kakus. Maaf nyonya, saya harus ke dalam.

18 Nenek Bikin es susu dan dua gelas jeruk panas.

19 Nenek Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus

dalam kakus.

20 Nenek Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan

menangis lebih keras lagi.

21 Nenek Saya akan terus menangis. Biar gledek

menyambar saya tetap menagis.

22 Nenek Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak

mengerti.

23 Nenek Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan.

Kita cerai.

24 Nenek

Dalam soal perceraian tidak perlu fikiran tapi

perasaan seperti halnya soal percintaan.

Pokoknya kita harus cerai. Hari ini juga kita

harus selesaikan surat-suratnya.

25 Nenek

Kalau kantor-kantor tutup besokpun jadi, tapi

mulai malam ini saya tidak sudi tidur satu

kamar bersama kau. Kau boleh tidur di kamar

baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap-

rayapnya.

26 Novia Ikutlah sama Mang Memet.

27 Nita

Novia, apakah kau tidak pernah

memperhatikan baik-baik betapa jernih mata

anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.

28 Nita

Kenapa kau tidak ikut ke dalam dan

menyaksikan Vita memeriksa tubuh

perempuan itu.

29 Novia Lalu apa saya perlu juga membuka kancing

roknya? Gila!

30 Nita

Betul-betul kau diliputi kemarahan saja.

Cobalah berfikir dengan tenang. Sebegitu

banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi

tidak sepatahpun kata yang dapat menjelaskan

kenapa kau minta cerai dari suamimu. Kalau

kau mau jujur sebenarnya kau hanya

digerakkan oleh prasngka-praangkamu sendiri

saja. Coba. Kalau kau bisa cemburu oleh Icih

kenapa oleh puluhan perempuan-perempuan

lain atau bahkan gadis-gadis yang juga

berobat kepada suamimu?

31 Nenek

Jangan kau sangka perasaanmu dan

kecemburuanmu akan menuntun hidupmu

kearah kebahagiaan

32 Kakek

Hanya karena soal cemburu, soal-soal roman

picisan rumah tangga kau bongkar? Kenapa

tidak kandang ayam saja yang kau bongkar

yang sudah jelas sudah rapuh itu?

33 Nenek Kau dalam keadaan marah. Dalam keadaan

marah lebih baik orang diam, dan lebih baik

lagi kalau kau mau mendengarkan saran

orang lain.

34 Kakek

Ya, saya kira begitu. Ibumu sebenarnya juga

sedang marah tetapi tak sepatahpun kata kata

yang diucapkan.

35 Nenek Ban ini, koper-koper ini apa perlu artinya?

Main-main kau sudah keterlaluan.

36 Nita Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau

teruskan ibu bisa pingsan.

37 Kakek

Merekalah menghibur kita, menyembuhkan

kita dari segala macam luka yang ditatahkan

sang kala.

38 Kakek Keterlaluan! Keterlaluan! Saya tidak bisa

memaafkan permainan kasar seperti ini ini.

Tabel 3

Analisis Naskah Drama Pada Suatu Hari dalam Tindak Tutur Perlokusi

No Penutur Tuturan

Perlokusi

Men

an

ggap

i

Men

jelask

an

Men

jaw

ab

Men

jengk

elkan

Men

gaju

kan

Men

galih

kan

Mey

ak

ink

an

Men

ak

uti

Mem

bin

gu

ngk

an

Mela

ku

kan

Men

ggan

ggu

Mem

persu

lit

Mem

pen

garu

hi

Men

uru

ti

Mer

espon

men

yetu

jui

Mem

perh

atik

an

Mem

ak

lum

i

Bersim

pati

Mem

ah

am

i

Men

yad

ark

an

Men

ggelik

an

Hati

Mem

bosa

nk

an

Men

gilh

am

i

Tan

pa P

erlok

usi

1 Kakek

Kau kejam. Saya sangat sedih. Saya mati

tanpa lebih dulu mendengar kau

menyanyi.

2 Kakek

Mati saya tidak bahagia karena kau tidak

mau menyanyi. Ini memang salah saya.

Tetapi kalau sejak dulu kau cukup

mengerti bahwa saya memang sangat

memainkan kau, tentu kau bisa

memaafkan segala macam ejekan-ejekan

saya. Tuhan, saya kira saya akan

menghembuskan nafas saya yang terakhir

tatkala kau sedang menyanyi sebuah lagu

ditelinga saya.

3 Nenek

Tidak mungkin, sayang, kau tahu saya

sedikit flu karena pesta beberapa hari

yang lalu?

4 Nenek Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah

ambil pusing setiap kali saya sakit.

5 Nenek

Sayang, saya tidak mau memberi maaf

kalau kau tidak mau juga berhenti

menyebut-nyebut soal kematian.

6 Nenek Sekarang saya akan memaafkan kau

dengan satu syarat.

7 Kakek Baik, saya akan menyanyi. Tapi separo.

Kalau terlalu lama nanti saya batuk.

8 Nenek Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika

pertama kali kau mencium saya.

9 Kakek

Saya memang pintar berkhayal. Setiap

kali saya menonton saya selalu

menkhayalkan adegan ciuman secara

amat terperinci.

10 Janda

Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali

saya sakit anjing saya juga ikut sakit.

Saya agak senang karena sekarang saya

agak sembuh, tetapi Bison agak parah

sakitnya.

11 Pesuruh

Tuan besar sering menceritakan perihal

nyonya kepada saya. Dan ketika saya

tahu nyonya datang, segera saya buatkan

minuman itu. Selamat minum nyonya.

12 Nenek Bawa minuman ini ke dalam.

13 Pesuruh Dua es susu dan satu gelas jeruk panas,

maksud nyonya?

14 Nenek Dua es jeruk satu susu panas

15 Kakek Bagaimana anak-anak nyonya?

16 Nenek

Sayang, Nyonya dan tuan Wenas tidak

diberkahi putera. Kenapa kau bertanya

begitu?

17 Janda

Betul, nyonya. Onda adalah lelaki yang

amat lembut, malah sangat amat lembut.

Onda selalu cermat dalam memilih kata-

kata dan juga saya kira ia tidak pernah

memakai tanda seru selama hidupnya.

18 Nenek

Onda, kita baru saja memesan minuman

(menyeret). Tingkahmu berlebihan

sehingga memuakkan.

19 Kakek

Kau sendiri yang menyuruh agar saya

berlaku pura-pura tidak kenal kepada

nyonya itu.

20 Kakek

Susah. Kalau saya wajar kau marah.

Kalau saya berlebihan kau juga marah.

Kalau saya jumput di perpustakaan kau

juga marah. Saya tidak tahu bagaimana

supaya kau tidak marah dan saya tidak

mau marah agar kau tidak marah.

21 Janda Terus terang saya sangat kagum pada

nyonya. Saya tidak pernah melihat

nyonya bertambah tua.

22 Nenek Nyonya berlebihan.

23 Janda Saya sungguh-sungguh, nyonya.

24 Kakek

Memang (Nenek melotot). Maksud saya,

maksud saya ketuaan itu hanya timbul

apabila kita merasa tua. Adapun tua itu

sendiri hanya hasil dari suatu penjabaran,

hanya sayangnya penjabaran tersebut

dilakukan oleh waktu, sehingga

menyebabkan kurang enak kita terima

kensekwensinya.

25 Nenek Saya kira tidak begitu. Tua adalah

konsekwensi dari kesadaran kita.

26 Kakek

Ya, kalau saja kita punya matematika,

kita tidak akan pernah tua. Juga kalau

saja kita tidak punya jam kita tidak akan

pernah tua.

27 Nenek Lebih baik punya matahari daripada sama

sekali tak punya apa-apa.

28 Kakek

Saya jadi ingat Old Shatterhand dengan

Winnetou, bagaimana keduanya

merangkak di atas padang rumput sambil

membaui udara yang mengantarkan bau

musuh, atau bagaimana mereka

mendengarkan bentak-bentakan kaki

kuda musuh dari jarak bermil-mil.

Kaktus-kaktus liar banyak bertumbuhan

di Amerika.

29 Kakek

Saya kira lebih indah, juga lebih

bermanfaat. Kita bahkan bisa berteduh di

bawah cahaya kuning merahnya.

30 Kakek

Bagaimana kalau kita beralih kepada

bunga bank saja. Ini lebih langsung

menyangkut kepentingan ekonomi kita.

31 Perang bisu meletus antara Kakek dan Nenek

32 Nenek

Kau sendiri yang membubuhinya. Kau

rusak bunga-bunga pesta kita dengan

kaktus-kaktus pacar kau.

33 Nenek

Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh

fantasi kau bahkan sampai saat kau tua

(menangis) Sengaja kau suruh Joni

menyiapkan segera minuman

kesukaannya begitu dia datang

34 Nenek

Kau lakukan itu ketika saya sedang

menemui dia tadi ketika kau menyingkir

dari sini tadi dan kemudian kau sembunyi

ke kamar baca.

35 Kakek

Tidak, sayang, dari sini saya langsung ke

kamar baca dan kemudian saya asyik

membaca mengenai para psikologi.

Ketika kau datang tepat saya sampai pada

baris-baris mengenai telepati. Saya ingat

betul.

36 Pesuruh Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi

tidak pernah lebih tiga kali sehari.

37 Pesuruh Saya tidak tahu. Saya asal saja. Nyonya,

seperti halnya untuk tamu sebelumnya

saya buatkan es sirop dan nyonya diam

saja.

38 Kakek Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis

bunga lainnya, juga …

39 Kakek

Diamlah, sayang. Kalau kau diam saya

akan menyanyi lagi. Diamlah. Saya akan

menyanyi dua buah lagu sekaligus.

Sayang diamlah. Lagi jangan terlalu

keras kau menangis nanti kau batuk kalau

batuk tenggorokan bisa luka dan suara

bisa serak. Selain itu apa kata anak-anak

nanti kalau mereka satang. Sayang. Atau

kau mau saya membaca kitab suci?

Dongeng? Saya akan membaca

bagaimana nabi Nuh melayani singa

betina yang bunting, sementara seekor

kera sakit enfluensa.

40 Kakek Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa

tapi kau diam.

41 Kakek

Tuhanku,kepala saya cuma satu dan

puyeng. Kalau saja saya punya tiga

kepala barangkali saya tahu apa yang

harus saya perbuat agar kau diam. Tapi

kepala saya cuma satu dan tangis kau

memenuhi kepala saya dengan sejuta lalat

hijau. Tuhan-ku.

42 Nenek Kau kejam. Kau bagaikan patung

perunggu dengan hati terbuat dari timah.

Kau tidak punya perasaan. Kau nodai

percintaan kita dengan perempuan berhati

kaktus. Hatimu ular cobra. Kejam!

Kejam! Tuhan, masukkan dia ke dalam

neraka sampai kukunya hangus.

43 Kakek Sayang, kau harus panjang berfikir untuk

sampai kesana.

44 Nenek Kalau saya panjang fikir saya takut kita

nanti tidak jadi cerai.

45 Joni Tidak tahu, nyonya. Tapi tadi saya

dengar mereka tangis tangisan.

46 Novia

Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan

dengan janji tidak main-main air. Nanti

ikannya sakit. Kalau ikannya sakit nanti

kakek dan nenek menangis.

47 Novia

Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang

bagaimana sakitnya perasaan saya

melihat tingkah Vita terhadap pasiennya

yang pura-pura sakit itu.

48 Novia Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.

49 Kakek

(Setelah berfikir) Kebetulan kau datang.

Begini. Tidak salah kalau kau juga

sebagai anak tahu. Ini persoalan juga

sangat runcing dan bisa mengakibatkan

kesedihan berlarut-larut.

50 Kakek Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini.

Soalnya sepele dan tidak bermutu. Ibumu

tidak suka tanaman kaktus. Saya suka

tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman

kaktus dalam kakus. Ibumu marah-

marah.

51 Kakek Selama hidup saya selalu mengalah dan

terus-terusan kalah malah.

52 Nita Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu

cemburu pada nyonya Wenas.

53 Kakek Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-

aling. Ibumu cemburu dan minta cerai.

54 Kakek Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya

hari ini juga diselesaikan surat-suratnya.

55 Novia

Saya terpaksa jadi polisi kalau tahu

perempuan itu mau berobat. Sengaja saya

masuk dalam kamar praktek. Pura-pura

mencari sesuatu.

56 Novia Saya tidak membayang-bayangkan tapi

memastikan.

57 Novia

Ini bukan masalah bersuami atau belum

tapi masalah watak. Sekalipun

perempuan jalang itu sudah mati saya

yakin rohnya masih banal.

58 Novia

Apa kau kira semua perempuan banal

seperti sundal itu? Kalau ternyata

memang demikian sayapun pasti

cemburu sebesar-besarnya terhadap

semua perempuan. Tapi saya kira kaupun

yakin tidak semua perempuan punya

leher selenggang-lenggok leher Icih yang

suka membelit leher suami orang lain.

59 Nenek

Novia, sayang, tidak satupun kebaikan

yang terselip dalam niatmu untuk

bercerai dari suamimu. Lagi tidakkah kau

dapat membayangkan kembali kebaikan-

kebaikan suamimu seperti katamu dulu,

ketika kau mendesak ibu agar menerima

lamaran? (novia akan bicara) tidak perlu

kau bicara apa-apa.

60 Nenek

Lebih jelek lagi (menangis lagi)

Tuhanku, apa jadinya nanti kalau kau jadi

berpisah dengan Vita yang dulu kau

agung-agungkan? Apa jadinya hidupmu?

61 Nita

Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri

akan kehausan cinta sebab mereka tidak

akan lengkap menerima keutuhan cinta.

62 Nenek

Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan

kegelapan yang dibenihkan setan

cemburu.

63 Nenek

Tuhanku, limpahilah anak saya dengan

cahaya kasih Mu. Novia, tidakkah kau

bisa menimba pelajaran dari pengalaman-

pengalaman ibu dan ayahmu?

64 Kakek

Ayah dan ibumu berumah tangga selama

setengah abad, tanpa sedikitpun

membiarkan setan talak bertelur dalam

kamar tidurnya, bahkan tidak dalam

dapurnya.

65 Nita

Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku,

kau begitu bahagia dengan Meli dan Feri

dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu

mau memuaskan kebahagiaan itu?

Tidakkah kau tahu bahwa diam-diam

saya sebagai kakakmu selalu merasa iri

karena saya dan suami saya tidak pernah

diberkahi anak?

66 Nita

Dan anak-anakmu, Novia, anak-anakmu?

Akan kau biarkan mereka kehausan cinta

hanya demi kepuasan amarahmu?

Egoistis!

67 Novia

Saya tidak akan bicara apa-apa, saya

hanya akan menjeslakan panjang lebar.

Duduk perkaranya.

68 Nenek

Apa kau yakin itu kalimatmu? Saya yakin

kalimat itu kau pungut dari salah satu

buku picisanmu (berseru) Joni! (tak ada

sahutan)

69 Nenek

Novia, rupanya kau belum menyadari

bahwa usapan tangan seorang dokter

lembut dan suci seperti lembut usapan

orang-orang suci atau bahkan nabi.

Dokter-dokter bekerja atas tugas suci.

Merekalah yang paling nyata

mengamalkan firman-firman Tuhan.

Kalau kau mau mengerti para dokterlah

yang paling banyak tahu tentang

penderitaan manusia sepanjang

sejarahnya. Merekalah yang berjuang

dengan nyata agar kita bisa mengecap

hidup ini bertambah baik.

70 Arba

Papanya sendiri yang menculik, kira-kira

seperempat jam yang lalu tuan dokter tadi

menemui saya dan diam-diam mengajak

Meli dan Feri pulang.

71 Nenek

Cucuku yang malang…. Oh saya sedang

membayangkan mereka menangis karena

penculik itu mengeluarkan pisau cukur.

72 Nita

Meli dan Feri sudah di rumahnya

sekarang. Mereka diculik oleh papanya

sendiri.

73 Nenek

Kenapa berang begitu? Seharusnya kita

bersyukur bahwa ini semua cuma main-

main.

74 Kakek

Bukan begitu maksud saya, tapi

permainan ini bukan untuk orang-orang

tua macam kita. Ini permainan pemuda

dan bukan untuk orang-orang yang rapuh

jantungnya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) KE-8

Satuan Pendidikan : SMP N 1

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VIII/2

Materi Pokok : TEKS DRAMA

Alokasi Waktu : 4 x Pertemuan (12 JP)

A. Kompetensi Inti

KI-1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam

jangkauan pergaulan dan keberadaannya

KI-3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

KI-4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN

KOMPETENSI

3.15

Mengidentifikasi unsur-unsur drama

(tradisional dan modern) yang disajikan

dalam bentuk pentas atau naskah.

3.15.1

Memperhatikan contoh model teks drama

3.15.2

Merumuskanpengertian/karakteristik drama.

4.15

Menginterprestasi drama (tradisional dan

modern) yang dibaca dan ditonton/ didengar

4.15.1

Mendiskusikan unsur-unsur dan isi teks

drama

4.15.2

Mengidentifikasi isi teks drama

4.15.3

Menanggapi dan melaporkan secara lisan dan

tulis isi teks drama yang ditonton

3.16

Menelaah karakteristik unsur dan kaidah

kebahasaan dalam teks drama yang

berbentuk naskah atau pentas.

3.16.1

Mendiskusikan karakteristik unsur drama

dan kaidah kebahasaan teks drama

3.16.2

Mendiskusikan cara menulis teks drama dan

penyajiannya

4.16

Menyajikan drama dalam bentuk pentas

atau naskah

4.16.1

Menulis teks drama

4.16.2

Mementaskan drama secara berkelompok

C. Tujuan Pembelajaran

Pertemuan Pertama

Setelah memperhatikan suatu model teks drama, peserta didik dapat :

a. Mengidentifikasi pengertian, karakteristik teks drama yang dibaca dan

ditonton/didengar

b. Merumuskan karakteristik teks drama yang dibaca dan ditonton/didengar

Pertemuan Kedua

Setelah memperhatikan teks drama, peserta didik dapat :

a. Mendiskusikan unsur-unsur dan isi teks drama

b. Menanggapi dan melaporkan secara lisan dan atau tulis isi drama

yang ditonton

Pertemuan Ketiga

Setelah memperhatikan teks drama, peserta didik dapat:

a. Mendiskusikan karakteristik unsur drama dan kaidah kebahasaan teks

drama

b. Mendiskusikan cara menulis teks drama dan penyajiannya

Pertemuan Keempat

Setelah mempelajari teks drama, peserta didik dapat :

a. Menulis teks drama

b. Mementaskan drama secara berkelompok

D. Materi Pembelajaran

Pertemuan Pertama

1. Materi Pembelajaran Reguler

(1) Faktual

Pengertian/karakteristik teks drama

Contohteks drama

Arloji

Karya P.Hariyanto

Para Pelaku

Jidul : Anak laki-laki berumur 15 tahun

Pak Pikun : Pembantu rumah tangga berumur sekitar 40 tahun

Ibu : Nyonya rumah berumur sekitar 42 tahun

Tritis : Gadis berusia 18 tahun

Kisah ini terjadi di sebuah ruang tamu keluarga yang cukup terpandang

terdapat berbagai perlengkapan yang lazim di ruang tamu tetapi yang

terpenting ialah seperangkat meja dan kursi tamu kira kira pukul 09.00 drama

ini terjadi.

Dengan penuh keriangan si jidul membersihkan meja dan kursi-kursi.

Kepalanya melenggut-lenggut pinggangnya bergerak-gerak seirama dengan

musik dangdut yang terdengar meriah. Jidul tekejut ketika musik mendadak

berhenti.

Pak Pikun : (muncul, langsung menuju ke arah Jidul) Ayo! Mana! Berikan

kembali padaku! Ayo! Mana!

Jidul : (ber-ah-uh, sambil memberikan isyarat yang menyatakan

ketidakmengertiannya)

Pak Pikun : Dasar pencuri! Belum sampai sebulan di sini kamu sudah

kambuh lagi, ya? Dasar nggak tau diri! Ayo, kembalikan

kepadaku! Mana, heh?

Jidul : (meringkuk diam)

Pak Pikun : (semakin keras suaranya) Jidul! Kamu mau kembalikan apa

tidak? Mau insaf apa tidak? Apa mau kupanggilkan orang-

orang sekampung untuk menggerebekmu? Ayo, mana?

Ibu : (muncul tergesa-gesa) Eh, ada apa, Pak Pikun? Ada apa

dengan Jidul?

Pak Pikun : Anak ini memang tidak pantas dikasihani, Bu. Dia mencuri

lagi, Bu!

Ibu : Mencuri? (tertegun) Kamu mencuri, Jidul?

Jidul : (ber-ah-uh sambil menggoyang-goyangkan kepala dan

tangannya)

Pak Pikun : Mungkir, ya? Padahal jelas, Bu! Tadi saya mandi. Setelah itu,

alroji saya tertinggal di kamar mandi. Lalu, dia masuk entah

mengapa. Lalu, tidak ada lagi alroji saya, Bu.

Ibu : O, arloji Pak Pikun hilang, begitu?

Pak Pikun : Bukan hilang, Bu! Jelas dicurinya! Ayo, ngaku saja! Kamu

ngaku saja, Jidul!

Jidul : (ber-ah-uh mencoba menjelaskan ketidaktahuannya)

Pak Pikun : Masih mungkir?

Ibu : Sabar, Pak Pikun! Sabar!

Pak Pikun : Maaf, Bu. Ini biar saya urus sendiri! (menarik Jidul) Sini!

Si Jidul : (meloncat, lari keluar dikejar oleh Pak Pikun)

Ibu : Sabar dulu, Pak Pikun! Diperiksa dulu! (mendesah sendiri)

Ya, ampun! Orang sudah tua kok gegabah, tidak sabaran

begitu.

Tritis : (muncul membawa buku dan alat tulis) Uh, pagi-pagi sudah

mencuri! Mengganggu orang belajar saja!

............................................................................................................................

..........

(2) Konsep

Pengertian teks drama

Struktur teks drama

Unsur-unsur teks drama

Ciri-ciri teks drama

Penjelasan isi dari teks drama

(3) Prosedur

Bagian-bagian struktur teks drama

Pengertian/karakteristik teks drama

Unsur-unsur teks drama

2. Materi Pembelajaran Pengayaan

a. Menyimpulkan isi teks drama

b. Menulis teks drama

3. Materi Pembelajaran Remidial

a. Pengertian teks drama

b. Unsur-unsur teks drama

c. Penjelasan isi teks drama

d. Struktur teks drama

e. Menulis teks drama

Pertemuan Kedua

1. Materi Pembelajaran Reguler

a. Mendiskusikan unsur-unsur dan isi drama

b. Mengidentifikasi isi drama

c. Menanggapi dan melaporkan secara lisan dan atau tulis isi drama yang

ditonton

2. Materi Pembelajaran Pengayaan

a. Menginterpretasi teks drama

b. Menulis teks drama

3. Materi Pembelajaran Remidial

a. Cara menginterpretasi teks drama

b. Cara memahami isi teks drama yang ditonton

Pertemuan Ketiga

1. Materi Pembelajaran Reguler

a. Karakteristik teks drama berdasarkan struktur dan kaidahnya.

b. Ciri teks drama

c. Unsur-unsur teks drama

2. Materi Pembelajaran Pengayaan

a. Menyimpulkan struktur teks drama

3. Materi Pembelajaran Remidial

a. Menyimpulkan struktur teks drama

b. Struktur, ciri, unsur teks drama

Pertemuan keempat

1. Materi Pembelajaran Reguler

a. Menulis teks drama

2. Materi Pembelajaran Pengayaan

a. Menulis teks drama

3. Materi Pembelajaran Remidial

a. Menulis teks drama

E. Metode Pembelajaran

1. Paedagogik Genre

2. Saintifik

F. Media dan Bahan Pembelajaran

a. Media

1) Tayangan contoh drama tradisional/modern

b. Bahan

1) kertas manila

2) kertas plano

G. Sumber Belajar

Kemdikbud. 2015. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas VIII. Jakarta:

Kemdikbud,

Harsiati, Titik.dkk. 2016. Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP. Kemdikbud : Jakarta

Kosasih.E. 2009.Mantap Bersastra Indonesia untuk SMP. Irama Widya : Bandung.

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Pertama (3JP)

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

a. Peserta didik menjawab salam, dan berdoa untuk mengawali pembelajaran

(PPK)

b. Guru mengecek kehadiran peserta didik

c. Guru menanyakan pemahaman materi sebelumnya.

d. Mengungkapkan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai.

e. Membentuk kelompok antara 4-5 Peserta didik, dengan Peserta didik yang

pandai menjadi kelompok dan yang lainnya menjadi anggota.

Kegiatan Inti (100 menit)

a. Peserta didik memperhatikan model teks drama (LITERASI)

b. Peserta didik menanyakan hal-hal yang belum diketahui dari contoh model

teks drama

c. Peserta didik mengumpulkan informasi tentang teks drama dari buku teks

Peserta didik.

d. Peserta didik berdiskusi tentang teks drama dengan menggunakan lembar

kerja dari guru.(4C=COLLABORATIVE)

e. Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan.

f. Peserta didik secara berkelompok mempresentasikan berbagai informasi

tentang teks drama (4C=COMMUNICATIVE)

g. Melaksanakan tes tertulis (HOTS)

Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Guru memberikan reviu hasil pembelajaran

b. Guru memberikan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran.

c. Guru dan Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan

bimbingan guru.

d. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

Pertemuan Kedua (3JP)

Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)

a. Peserta didik menjawab salam, dan berdoa untuk mengawali pembelajaran

b. Guru mengecek kehadiran .

c. Guru bertanya jawab dengan Peserta didik tentang materi sebelumnya.

d. Guru menyampaikan cakupan materi, yaitu fungsi sosial, struktur, unsur-

unsur kebahasaan dalam teks, dan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu

kegiatan pembelajaran yang meliputi pencermatan model, kerja kelompok/

berpasangan, dan kerja individual.

e. Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu penilaian sikap, pengetahuan,

dan keterampilan serta teknik penilaian yang akan digunakan, yaitu observasi

dan tes tulis.

f. Membentuk kelompok antara 4-5 Peserta didik, dengan Peserta didik yang

pandai menjadi kelompok dan yang lainnya menjadi anggota

Kegiatan Inti (100 Menit)

a. Peserta didik berkelompok membaca pemahaman isi teks drama

b. Peserta didik membuat pertanyaan tentang hal yang dideskripsikan tentang

isi teks drama

c. Peserta didik mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka susun dari buku

teks.

d. Peserta didik berdiskusi tentang isi teks drama

e. Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan.

f. Peserta didik membuat kesimpulan tentang isi teks drama

g. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya tentang teks

drama

h. Peserta didik mengumpulkan hasil kerja kelompok untuk diberi penilaian

Kegiatan Penutup (10 Menit)

a. Guru memberikan reviu hasil pembelajaran

b. Guru memberikan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran.

c. Guru dan Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari

d. Guru memberikan tugas secara mandiri untuk membuat kesimpulan tentang

teks drama

e. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

Pertemuan Ketiga (3JP)

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

a. Peserta didik menjawab salam, dan berdoa untuk mengawali pembelajaran

b. Guru mengecek kehadiran peserta didik

c. Guru menanyakan pemahaman materi sebelumnya..

d. Mengungkapkan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai.

e. Membentuk kelompok antara 4-5 Peserta didik secara heterogen.

Kegiatan Inti (100 menit)

a. Peserta didik mengamati struktur, isi, ciridan struktur dari contoh teks drama

b. Peserta didik menanyakan hal-hal yang belum diketahui tentang struktur teks

drama

c. Peserta didik mengumpulkan informasi tentang struktur teks drama dari

buku teks Peserta didik.

d. Peserta didik berdiskusi tentang struktur, isi, dan ciri dari contoh teks drama

dengan menggunakan lembar kerja dari guru.

e. Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan.

f. Peserta didik secara berkelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok

struktur, isi, dan ciri teks drama

g. Melaksanakan tes tertulis

Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Guru memberikan reviu hasil pembelajaran

b. Guru memberikan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran.

c. Guru dan Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan

bimbingan guru.

d. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

Pertemuan Keempat (3JP)

Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)

a. Peserta didik menjawab salam, dan berdoa untuk mengawali pembelajaran

b. Guru mengecek kehadiran .

c. Guru bertanya jawab dengan Peserta didik tentang materi sebelumnya.

d. Guru menyampaikan cakupan materi, yaitu menyusun, memvariasikan dan

mendemonstrasikan teks drama

e. Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu penilaian keterampilan serta

teknik penilaian yang akan digunakan, yaitu praktik dan produk.

f. Membentuk kelompok antara 4-5 Peserta didik, dengan Peserta didik yang

pandai menjadi kelompok dan yang lainnya menjadi anggota

Kegiatan Inti (100 Menit)

a. Peserta didik berkelompok mengamati contoh teks drama yang disediakan.

b. Peserta didik membuat pertanyaan tentang susunan struktur, isi dan ciri dari

contoh teks drama yang disediakan.

c. Peserta didik mencari jawaban atas pertanyaan dari contoh yang tersedia dari

buku teks.

d. Peserta didik berdiskusi untuk menyusun teks drama yang disediakandengan

memperhatikan susunan struktur, isi dan ciri teks drama.

e. Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan.

f. Peserta didik mementaskan hasil diskusi tentang teks drama yang telah

dibuat.

Kegiatan Penutup (10 Menit)

a. Guru memberikan reviu hasil pembelajaran

b. Guru memberikan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran.

c. Guru dan Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari

d. Guru memberikan tugas secara mandiri untuk menyusun teks drama yang

disediakan) dengan memperhatikan susunan struktur, isi, ciri dan unsur teks

drama.

e. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

I. Penilaian

Teknik Penilaian

a. Sikap (Observasi/jurnal)

b. Pengetahuan

- Tes tertulis

c. Keterampilan

- Produk

- Praktik

Pertemuan Pertama dan Pertemuan Ketiga (6 JP)

- Instrumen Penilaian sikap

JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP

Nama Sekolah : SMP N 1

Kelas/Semester : VIII/Semester II

Tahun pelajaran : 2017/ 2018

No Waktu Nama Peserta

didik Catatan Perilaku

Butir

Sikap Ttd

Tindak

Lanjut

1

2

3

- Instrumen Penilaian Pengetahuan (Per. 1 Dan Per. 3)

KISI-KISI TES TERTULIS

NO KOPETENSI

DASAR MATERI INDIKATOR SOAL

3.15

Mengidentifikasi

unsur-unsur

drama

(tradisional dan

moderen) yang

disajikan dalam

bentuk pentas

atau naskah.

Pengertian/karakteris

-tik teks drama.

Unsur-unsur teks

drama.

Penjelasan isi drama.

3.15.1

Memperhatikan suatu

model teks drama

3.15.2

Merumuskan

pengertian/karakteristik

drama.

3.15.3

Mendiskusikan unsur-

unsur dan isi drama

1. Disajikan sebuah teks drama

2. Peserta didik menentujkan ciri-ciri

teks drama

3. Disajikan sebuah model teks drama

4. Peserta didik menentujkan ciri-ciri

teks drama

5. Disajikan sebuah teks drama

6. Peserta didik menentujkan ciri-ciri

teks drama

7. Peserta didik dapat menyebutkan

struktur teks drama

8. Disajikan sebuah model teks drama.

9. Peserta didik menentukan unsur

teks drama

3.16

Menelaah

karakteris

tik unsur

dan

kaidah

kebahasa

an dalam

teks

drama

yang

berbentuk

naskah

atau

pentas

Karakteris-tik teks

drama berdasar-kan

struktur dan

kaidahnya

3.16.1

Mendiskusikan

karakteristik unsur

drama dan kaidah

kebahasaan teks drama

Disajikan sebuah teks Pantun.

Peserta didik menentukan struktur

a. Disajikan sebuah model teks

drama

Peserta didik menentukan struktur

a. Disajikan sebuah teks drama

b. Peserta

didik

menent

ukan

unsur

yang

digunak

an

- Soal Pengetahuan (Pertemuan Pertama)

1. Tuliskan ciri-ciri teks drama!

2. Tuliskanisi teks drama!

3. Tuliskan struktur teks drama!

4. Tuliskan unsur teks drama?

- Soal Pengetahuan (Pertemuan ketiga)

1. Tuliskanstruktur teks drama

2. Tuliskan ciri teks drama!

RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

PERTEMUAN PERTAMA

NO URAIAN SKOR JUMLAH

1 Dapat menentukan ciri umum dengan tepat

a. Skor 4 jika dapat menuliskan 4 ciri teks drama

b. Skor3 jika dapat menuliskan 3 ciri teks drama

c. Skor2 jika dapat menuliskan 2 ciri teks drama

d. Skor1 jika dapat menuliskan 1 ciri teks drama

2 Dapat menentukan ciri umum dengan tepat

a. Skor 4 jika dapat menuliskan 4 unsur

b. Skor3 jika dapat menuliskan 3 unsur

c. Skor2 jika dapat menuliskan 2 unsur

d. Skor1 jika dapat menuliskan 1 unsur

3 Dapat menentukan ciri umum dengan tepat

a. Skor 4 jika dapat menuliskan 4 ciri teks drama

b. Skor3 jika dapat menuliskan 3 ciri teks drama

c. Skor2 jika dapat menuliskan 2 ciri teks drama

d. Skor1 jika dapat menuliskan 1 ciri teks drama

4 Dapat menyebutkan struktur, isi, ciri teks drama

a. Skor 5 jika dapat menyebutkan 3 struktur isi

ciri

b. Skor 3 jika dapat menyebutkan struktur isi ciri2

struktur

c. Skor 1 jika dapat menyebutkan struktur isi

ciri1 struktur

5 Dapat menyebutkan unsur teks drama

a. Skor 5 jika dapat menyebutkan 3 unsur

b. Skor 3 jika dapat menyebutkan 2 unsur

c. Skor 1 jika dapat menyebutkan 1 unsur

Skore maksimal = 22

Nilai = skor perolehan X 100/ 22

RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

PERTEMUAN KETIGA

NO URAIAN

SKOR

JUMLAH

1 Dapat menentukan ciri umum dengan tepat

a. Skor 4 jika dapat menuliskan 4 pola pengembangan isi

teks

b. Sko 3 jika dapat menuliskan 3pola pengembangan isi teks

c. Skor 2 jika dapat menuliskan 2pola pengembangan isi

teks

d. Skor 1 jika dapat menuliskan 1pola pengembangan isi

teks

2 Dapat menentukan ciri umum dengan tepat

a. Skor 4 jika dapat menuliskan 4 kata

b. Skor 3 jika dapat menuliskan 3kata

c. Skor 2 jika dapat menuliskan 2kata

d. Skor 1 jika dapat menuliskan1kata

3 a. Skor 3 jika semua lengkap

b. Skor 2 jika kurang lengkap

c. Skor 1 jika tidak lengkap

4 Dapat menyebutkan ciri-ciri

a. Skor 3 jika komentar lengkap

b. Skor 2 jika komentar kurang lengkap

c. Skor 1 jika komentar tidak lengkap

5 Dapat menyebutkan perbedaan struktur teks drama

a. Skor 5 jika dapat menyebutkan 3 struktur

b. Skor 3 jika dapat menyebutkan 2 struktur

c. Skor 1 jika dapat menyebutkan 1 struktur

6 a. Skor 3 jika lengkap

b. Skor 2 jika kurang lengkap

c. Skor 1 jika tidak lengkap

SKORE MAKSIMAL = 22

Instrumen Penilaian

Pertemuan Kedua dan Pertemuan Keempat (6 JP)

- Instrumen Penilaian sikap

JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP

Nama Sekolah : SMP N 1

Kelas/Semester : VIII/Semester II

Tahun pelajaran : 2017/ 2018

No Waktu Nama Peserta

didik Catatan Perilaku

Butir

Sikap Ttd

Tindak

Lanjut

1

2

3

- Instrumen Penilaian Pengetahuan (Per. 2 Dan Per. 4)

KISI-KISI TES TERTULIS

NO KOPETENSI DASAR MATERI INDIKATOR KD INDIKATOR

SOAL

NOMOR SOAL

TLS PRTK

1 4.15

Menginterprestasi drama

(tradisional dan modern)

yang dibaca dan

ditonton/ didengar

Penjelasan

isi drama.

Tanggapan

atas drama.

4.15.1

Mengidentifikasi isi

drama.

4.15.2

Menanggapi dan

melaporkan secara

lisan dan atau tulis isi

drama yang ditonton

1. Disajikan

sebuah model

teks drama

2. Peserta didik

dapat membuat

kesimpulan

2 4.16

Menyajikan drama

dalam bentuk pentas

atau naskah

.Cara

menulis

naskah

drama dari

karya yang

sudah ada

dan yang

orisinal.

Langkah-

langkah

pementas-an

4.16.1

Menulis teks drama

4.16.2

Mementaskan drama

secara berkelompok

Peserta didik dapat

menulis teks drama

drama

- Soal Pengetahuan (Pertemuan Kedua)

1. Disajikan sebuah teks drama, uraikan apa isi yang terkandung pada teks

dramayang disajikan?

- Soal Pengetahuan (Pertemuan Keempat)

1. Tulislah sebuah teks drama dengan menggunakan pilihan kata, kelengkapan

struktur dan kaidah.

2. Sajikanlah sebuah model teks drama

a. Perhatikan struktur

b. Perhatikan isi

c. Perhatikan unsur

d. Perhatikan keindahan.

RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

PERTEMUAN KEDUA

NO RINGKASAN

SKOR

JUMLAH

1. Ketepatan

a. Skor 5 jika menuliskan semua pokok-pokok isi teks

drama dengan tepat

b. Skor4 jika terdapat satu pokok isi teks drama yang tidak

tepat

c. Skor 3 jika terdapat dua pokok isi teks drama yang tidak

tepatSkor2 jika hanya satu pokokteks drama

d. Skor 1 jika tidak tidak dapat menuliskan pokok-pokok isi

teks drama dengan tepat

RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

PERTEMUAN KEEMPAT

NO RINGKASAN

SKOR

JUMLAH

1. Ketepatan

a. Skor 5 jika menuliskan semua pokok-pokok isi teks

dengan tepat

b. Skor 4 jika terdapat satu pokok isi teks yang tidak tepat

c. Skor 3 jika terdapat dua pokok isi teks yang tidak tepat

d. Skor 2 jika hanya satu pokokteks

e. Skor 1 jika tidak tidak dapat menuliskan pokok-pokok isi

teks dengan tepat

2. a. Skor 5 jika menyuguhkan 4 aspek

b. Skor 4 jika menyuguhkan 3 aspek

c. Skor 3 jika menyuguhkan 2 aspek

d. Skor 2 jika menyuguhkan 1 aspek

3. a. Skor 3 jika menyuguhkan 3 aspek

b. Skor 2 jika menyuguhkan 2 aspek

c. Skor 1 jika menyuguhkan 1 aspek

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

(LKPD 1)

Nama Peserta didik/Kelomok : ................................................................

Kelas : ................................................................

NO TULISKAN CIRI-CIRI TEKS DRAMA

1.

NO URAIKAN ISI YANG TERKANDUNG DALAMTEKS DRAMA

1.

Mengetahui,

Kepala Sekolah,

............................

NIP.

…………, Juli 2017

Guru Mata Pelajaran,

.............................

NIP.

Profil Penulis

Maisyah Rahmanita Putri

dilahirkan di Jakarta, Kecamatan Kelapa

Gading, Kelurahan Pegangsaan Dua,

Jakarta Utara 23 November 1993.

Merupakan anak kedua dari dua

bersaudara.

Penulis menuntaskan pendidikan

taman kanak-kanan di TK Al Ikhsan Jakarta Utara, pendidikan dasar SDN 07 Pagi

Pegangsaan Dua, namun tidak dapat menyelesaikan hingga tuntas disekolah

tersebut dan dilanjutkan di Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Darunnajah Cipining,

Bogor. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah di Madrasah

Tsanawiyah (MTS) Darunnajah Cipining hanya sampai kelas 2 Mts saja dan

dilanjutkan untuk kelas 3 di MTS Annajah di Rumpin, Bogor. Dan meneruskan

sekolah menengah atas penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Annajah

hingga lulus pada tahun 2010. Setelah lulus SMA penulis memilih untuk

melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi di Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan program stusy

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.