Arham- Kebakaran Di Asrama Mahasiswa Unhas
-
Upload
muhammadarham -
Category
Documents
-
view
51 -
download
9
description
Transcript of Arham- Kebakaran Di Asrama Mahasiswa Unhas
SISTEM PENERAPAN PROTEKSI DAN PENANGGULANGAN
KEBAKARAN DI ASRAMA MAHASISWA UNHAS
Oleh :
ARHAM SYAM
101414253005
PROGRAM STUDI
MAGISTER KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah penerapan proteksi dan penanggulangan
bahaya kebakaran di Asrama mahasiswa Unhas.
Ucapan terima kasih kepada Ibu Dr.Ririh Yudhastuti,Drh MSc sebagai
dosen pengasuh mata kuliah penanggulangan kebakaran dan bahaya sehingga
penulis dapat mengerti dan memahami pentingnya upaya penanggulangan
kebakaran dan bahaya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari sesungguhnya masih
banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna menyempurnakan
makalah ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat
berguna dan berhasil bagi kita semua.
Penulis,
Arham Syam
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................... 4
1.2 Batasan masalah ....................................................................... 7
1.3 Tujuan penulisan....................................................................... 7
..........................................................................................................
1.4 Manfaat penulisan..................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teori.................................................................................. 8
2.1 Profil Asrama Unhas ................................................................ 8
2.2 Konsep kebakaran .................................................................... 11
2.3 Klasifikasi kebakaran................................................................ 13
2.4 Media pemadam api ................................................................. 15
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Penentuan identifikasi bahaya................................................... 22
3.2 Konsep proteksi terhadap kebakaran ....................................... 23
3.3 Proses Pencegahan Kebakaran.................................................. 24
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................. 27
4.2 Saran......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Industrialisasi yang terjadi di kota besar menghadirkan berbagai banyak
perubahan seperti majunya tatanan kehidupan manusia, namun dari kemajuan
tersebut melahirkan banyak masalah baru seperti semakin bertambahnya jumlah
urbanisasi,pemukiman padat penduduk meningkat. Pendidikan dan pekerjaan
merupakan daya pemikat yang masih tinggi untuk pengaruh urbanisasi,semakin
tinggi arus urbanisasi maka akan semakin tinggi pula angka hunian di tengah
perkotaan.
Ada banyak faktor yang memicu urbanisasi misalnya : modernisasi
teknologi,rakyat pedesaan selalu di bombardier dengan kehidupan serba mewah
yang ada dikota besar sehingga mereka terdorong untuk meninggalkan tempat
tinggalnya. Faktor pendidikan sangat berpengaruh melonjaknya kepadatan
penduduk di perkotaan. Kampus merupakan salah satu bangunan padat yang ada
diperkotaan,sehingga lahan yang dulunya kosong sekarang menjadi gedung
fasilitas kampus,Asrama Mahasiswa dan fasilitas-fasilitas pendukung mahasiswa
di sekitarnya.Mahasiswa yang datang di luar kota mempunyai kecendrungan yang
sama untuk bermukim disekitar kampus sebagai pusat pelayanan pendidikan.
Universitas Hasanuddin Makassar merupakan salah satu perguruan tinggi
di Indonesia memiliki hunian mahasiswa dalam lingkungan kampus,daya tarik
perguruan tinggi negeri masih menjadi primadona bagi para pelajar untuk
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa yang datang dari luar
kota Makassar dan yang tinggal di Asrama Mahasiswa ada juga yang berasal dari
dalam kota Makassar sendiri. Hal Ini di sebabkan oleh beberapa factor seperti
keinginan bermukim dekat dengan tempat kuliah mereka yang menurut mereka
salah satu usaha untuk efisien dari segi waktu,efisiensi jarak tempuh dan biaya.
Atas Pertimbangan bahwa terlalu banyak waktu yang hilang di jalan,terlalu
banyak bahan bakar terbuang karena macet dan biaya transportasi yang
dikluarkan menjadi sangat mahal. Intinya bahwa bertempat tinggal dekat dengan
kampus bisa lebih berkonsentrasi lebih ke kuliah. Namun demikian rumah hunian
4
mahasiswa ini kurang mendapat perhatian dari pihak pemerintah dan pihak
institusi perguruan tinggi itu sendiri.
Asrama Mahasiswa yang dibangun oleh pihak kampus merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mahasiswa yang sedang menuntut
ilmu di Universitas Hasanuddin dan merupakan tempat hunian
sementara,biasanya Penerimaan untuk mahasiswa yang akan diasramakan di
khususkan untuk para mahasiswa universitas Hasanuddin sendiri. Asrama
Mahasiswa di Universitas terdiri atas dua tempat yaitu Asrama mahasiswa Pria
dikenal dengan Ramsis putra dan asrama mahasiswi putri yang dikenal dengan
Ramsis putri,kedua – duanya berada dilokasi kampus Universitas
Hasanuddin,Kecamatan Tamalanrea Makassar.
Pembangunan Asrama Mahasiswa Unhas biasanya berlangsung cepat dan
sering tidak memperhatikan aspek estetika,kebersihan,keamanan,kenyamanan dan
resiko yang paling penting adalah kebakaran. Asrama mahasiswa merupakan
sebuah bentuk ruang pribadi yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi
mahasiswa yang keberadaanya di fasilitasi oleh pihak Universitas. Sarana
pendukung ini di harapkan dapat menfasilitasi mahasiswa baik pada kegitan
akademis maupun non akademis untuk dapat merasakan kenyamanan dan
keamanan bertempat tinggal di lingkungan kampus.
Keuntungan yang didapatkan dari tinggal dan menetap di asrama
mahasiswa adalah : pertama mahasiswa baru akan mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang baru,kedua mahasiswa juga tinggal di tempat yang lebih baik
dengan biaya yang relative lebih murah dibanding biaya hidup diluar asrama.
Ketiga adalah betapa pentingnya asrama bagi keberhasilan belajar mahasiswa.
Kebakaran adalah suatu nyala api baik kecil ataupun besar pada
tempat,situasi,dan waktu yang tidak kita kehendaki,sangat merugikan dan pada
umumnya sulit untuk dikendalikan. Mengelola kebakaran bukan sekedar
menyediakan alat-alat pemadam, atau melakukan latihan pemadaman secara
berkala setahun sekali, namun memerlukan program terencana dalam suatu sistem
yang disebut sistem manajemen kebakaran.
Disamping itu, rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur terhadap
peralatan operasional yang memiliki potensi bahan bakar, dan sumber penyalaan
5
sangat diperlukan sehingga kerusakan peralatan tersebut dapat diketahui secara
dini dan perawatan bisa dilakukan secara terencana. Pemeriksaan rutin peralatan
pemadam kebakaran juga hal yang sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan
untuk menghindari malfunction alat pemadam api pada saat dibutuhkan.
Peristiwa kebakaran di kampus merupakan kecelakaan yang berakibat
sangat merugikan, baik bagi pihak kampus maupun bagi mahasiswa itu sendiri.
Total kerugian akibat kebakaran yang terjadi di banyak negara maju di dunia
berada pada rentang 0,8 sampai 2 dari GDP (Gross Domestic Product) pada
masing-masing negara tersebut.
Tidak hanya menyebabkan kerugian seperti disebutkan diatas, kejadian
kebakaran juga dapat menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan cidera (injury)
terutama yang disebabkan oleh keracunan akibat kebakaran (Fire toxocity) hal ini
dikarenakan mayoritas kematian dan kesakitan akibat kebakaran berhubungan
erat dengan terhirupnya asap (effluent) dari kebakaran tersebut.
Kebakaran yang terjadi di asrama merupakan suatu hal yang paling sering
kita saksikan atau dengar walaupun belum ada data akurat mengenai frekuensi
kejadian kebakaran namun dapat disimpulkan bahwa resiko kejadian kebakaran
di asrama mahasiswa sangatlah besar. Seperti kejadian di tahun 2012,diberitakan
oleh radio Australia bahwa 28 mahasiswa asing tewas dan 78 luka-luka,dinas
pemadam kebakaran kota Moskow memperkirakan jumlah korban luka-luka akan
bertambah melampui 100 orang,kebakaran bermula di bangunan tingkat lima di
Universitas persahabatan Rakyat Patrice Lumumba kota Moskow.
Berikut dampak yang dapat diakibatkan oleh kebakaran tersebut sendiri :
1. Kerugian material dan korban jiwa yang tidak sedikit.
2. Kesan tidak terjaminya keselamatan mahasiswa di tempt tinggal.
3. Pengaruh psycologis yang dapat mengurangi semangat belajar yang merugikan
proses penyelesaian studi mahsiswa tersebut.
Sehingga sudah menjadi kewajiban bagi suatu kampus untuk
mengupayakan terciptanya tempat tinggal mahasiswa yang aman dan melakukan
upaya-upaya pencegahan terjadinya kecelakaan dan bencana serta memberikan
kesempatan/jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian
kejadian yang berbahaya sesuai dengan regulasi :
6
UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada BAB II
pasal 3 ayat 1 huruf d dan e.
Peraturan menteri pekerjaan umum no.26/PRT/M/2008 tentang
persyaratan teknis system proteksi kebakaran pada
bangunan,gedung dan lingkungan.
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum no 11/KPTS/2000
serta ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di
perkotaan.
1.2 Batasan Masalah
Dalam Penulisan makalah ini penulis membatasi ruang lingkup yaitu
penerapan proteksi dan penanggulangan kebakaran di asrama Mahasiswa Unhas
Makassar.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui system proteksi kebakaran,khususnya asrama
mahasiswa Unhas Makassar
2. Untuk mengetahui jenis alat pemadam kebakaran dan cara penggunaannya
dalam proses penanggulangan kebakaran di asrama mahasiswa Unhas
Makassar.
3. Untuk mengetahui tindakan dan pencegahan yang dilakukan oleh petugas
dan mahasiswa di Asrama Mahasiswa saat terjadi kebakaran.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Penulisan makalah ini diharapkan akan memberikan pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas bagi para pekerja dalam menganalisis resiko
kebakaran khususnya diasrama mahasiswa Unhas Makassar.
2. Penulisan makalah ini lebih lanjut dapat memberikan informasi tentang
penanganan bahaya dan kebakaran, atau sebagai bahan referensi bagi
penulis lain yang mengambil masalah yang sama.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
2.1 Profil asrama mahasiswa Unhas
Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk suatu
kelompok,mahasiswa perguruan tinggi maupun murid sekolah. Asrama biasanya
di bangunan dengan kamar yang dapat di tempati penghuni disetiap kamarnya
dan penghuninya menginap untuk jangka waktu yang lama dari pada losmen atau
hotel. Alasan tinggal di asrama adalah biaya tinggal yang relative murah di
banding tempat lain misalnya apartemen.
Asrama Mahasiswa Unhas dijadikan tempat tinggal bagi mahasiswa,
yang koordinasinya dipegang oleh manajemen kampus Universitas Hasanuddin.
Sementara pengelolaan sepenuhnya dilakukan oleh mahasiswa yang menghuni
asrama.
Gambar 1 : Asrama Mahasiswa Unhas
Target
Asrama Mahasiswa Unhas ingin menjadi sarana pengembangan
kepribadian, peningkatan kedisiplinan dan kepedulian sosial mahasiswa. Untuk
8
menuju itu, Asrama Mahasiswa Unhas menyediakan hunian yang layak dan
kondusif, menyelenggarakan kegiatan untuk pengembangan kepribadian,
peningkatan kedisiplinan mahasiswa,serta meningkatkan kepedulian social, nilai-
nilai moralitas dan spiritualitas, dan kemampuan komunikasi mahasiswa dalam
berbahasa internasional.
Pada umumnya, mahasiswa baru, khususnya yang berasal dari luar kota
mengalami kesulitan dalam mencari hunian yang layak dan kondusif. Mereka
juga perlu beradaptasi dengan lingkungan barunya sehingga mempercepat
pengembangan kepribadian dan kepekaan mahasiswa khususnya dalam
masalah sosial, politik, ekonomi. Tidak hanya itu, penyegaran suasana kampus
Unhas diperlukan bagi mahasiswa baru agar terjadi proses komunikasi antar
sivitas akademika yang intens sehingga terjadi lebih banyak saling pengertian,
kesetia kawanan dan kepekaan sosial. Di sinilah peran Asrama mahasiswa Unhas
untuk menjadi pilihan hunian bagi mahasiswa Unhas.
Sasaran
Asrama memiliki impian agar penghuninya mampu menjadi insan
akademika akademika yang cerdas, kritis, terbuka, tidak berprasangka negatif,
kreatif, produktif, menghargai waktu, jujur, santun, percaya diri, dan tradisi
akademik yang positif. Sehingga kampus Unhas menjadi pusat kegiatan
intelektual dan kultural yang produktif dan kreatif serta menjadi kampus yang
lebih manusiawi dengan menyemarakkan kehidupan mahasisiwa, sehingga
kegiatan mahasiswa dapat tumbuh.
Fasilitas Asrama Mahasiswa
Kantin Asrama
Ada beberapa stan kantin yang menyediakan menu makanan yang
beragam termasuk depo air galon.
Hot Spot/Wifi
Hot spot/Wifi dapat diakses secara gratis yang berada di setiap lobi
gedung dan berada di tempat arena belajar bersama.
Televisi
Televisi terletak di setiap lobi gedung.
9
Mini market
Mini market yang dikelola oleh Koperasi Mahasiswa Unhas adalah toko
kecil yang menyediakan berbagai macam kebutuhan mahasiswa.
Loundry
Disediakan sebagai sarana pencucian pakaian penghuni asrama dengan
tarif yang terjangkau.
Ketersediaan kamar asrama :
Unit 1 dan 2 Untuk mahasiswa Pria
Unit 3 Untuk mahasiswa Putri
Setiap Unit terdiri :
264 kamar = 528 Orang
Persyaratan untuk tinggal di asrama mahasiswa Unhas :
1. Diutamakan calon mahasiswa dengan kriteria :
Berasal dari luar kota Makassar
Telah terdaftar pada semester pertama
Mengajukan surat permohonan menjadi penghuni Asrama
Rekomendasi dari Ketua Jurusan pada Fakultas masing-masing
Membayar uang Asrama untuk 11 Bulan sebesar Rp. 1.650.000
Membayar uang jaminan sebesar Rp.100.000
Total pembayaran Rp.1.750.00
Kewajiban yang harus dipenuhi oleh mahasiswa :
a) Menghormati dan menjaga ketenangan asrama untuk mendukung kegiatan
belajar
b) Menjaga nama pribadi, almamater dan kerukunan antar sesama penghuni
asrama
c) Bertindak jujur, disiplin, serta sopan baik dalam bertingkah laku maupun
dalam hal berpakaian, khususnya di tempat umum di lingkungan asrama
d) Menjaga dan memelihara fasilitas kamar dan fasilitas umum
10
2.2 Konsep Kebakaran
Peristiwa terbakar adalah suatu reaksi yang hebat dari zat yang mudah
terbakar dengan zat asam. Reaksi kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan
panas.Pada berberapa zat, reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa.
Namun pada umumnya reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang
ditimbulkannya hilang ke sekeliling.(Suma’mur, 1996)
Dasar teori yang digunakan untuk menjelaskan terjadinya ledakan adalah
konsep segitiga api menurut teori tersebut terjadinya kebakaran atau ledakan
maka diperlukan tiga syarat :
1. Bahan mudah terbakar (flammable substance) harus berada jumlah yang
cukup untuk menghasilkan campuran yang dapat tersulut atau meledak.
2. Pengoksidasi (oksidator) harus berada dalam jumlah yang cukup bersama
bahan yang mudah terbakar untuk mendapatkan campuran yang dapat
meledak.
3. Sumber Pemantik (ignition) harus ada penyulut atau panas.
Gambar : Segitiga Api
Ketiga elemen diatas menjadi syarat utama terjadinya kebakaran atau
ledakan.jika salah satu dari ketiga elemen yang dihilangkan dari proses proses
tersebut maka tidak terjadi kebakaran atau ledakan.
RESIKO MATERIAL ALAT PEMADAM
Class A Kayu, kertas, kain Dry Chemichal Multiporse dan ABC
soda acid
Class B Bensin, Minyak tanah,
varnish
Dry Chemichal foam ( serbuk bubuk ),
BCF (Bromoclorodiflour Methane),
11
CO2, dan gas Hallon
Class C Bahan – bahan seperti
asetelin, methane, propane
dan gas alam
Dry Chemichal, CO2, gas Hallon dan
BCF
Class D Uranium, magnesium dan
titanium
Metal x, metal guard, dry sand dan
bubuk pryme
Tabel . Klasifikasi Kebakaran
Pengoksidasi (oksidiser) pada dasarnya adalah oksigen yang ada di udara
dalam kondisi atmosfir normal. Udara harus ada dalam jumlah yang setimbang
dengan bahan mudah terbakar.untuk memicu terjadinya nyala api,jika jumlahnya
lebih kecil atau lebih besar.dari titik kesetimbanganya maka akan sulit terjadinya
kebakaran atau ledakan.
Sumber Pemantik (ignition source) membutuhkan jumlah energy tertentu
Untuk menimbulkan kebakaran atau ledakan. Jumlah energy tersebut dipengaruhi
oleh beberapa factor yaitu :
- Konsentrasi bahan berbahaya dalam batas kemampuan terbakarnya
(flammability limits)
- Sifat meledak dari masing masing bahan berbahaya
- Volume lokasi dimana bahan tersebut berbahaya
Sumber pemantik dapat berupa (NFPA 30,2008) :
- Nyala Api terbuka (open flames)
- Gas Panas (hot gas)
- Reksi kimia (chemical reaction) yang terjadi pada level atau
temperature oksigen
- Petir
- Radiasi elektomagnetik dalam jumlah yang intensif
- Radiasi Ion
- Kompresi Adiabatik dan gelombang kejut
- Listik statis
- Percikan api dari peralatan listrik
- Peralatan panas dari peralatan atau kabel listrik
12
Klasifikasi Pertumbuhan Waktu Pertumbuhan / Growth Time
( detik )
Tumbuh Lambat ( Slow Growth ) > 300
Tumbuh Sedang ( Moderete Growth ) 150 – 300
Tumbuh Cepat ( Fast Growth ) 80 – 150
Tumbuh Sangat Cepat (Very Fast Growth ) < 80
Tabel : Laju Pertumbuhan Kebakaran
2.3 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran dimaksudkan sebagai penggolongan atau
pembagian jenis kebakaran berdasarkan jenis bahan bakar yang terbakar.
Pembagian atau penggolongan ini bertujuan agar diperoleh kemudahan dalam
menentukan cara pemadamannya..
1. Klasifikasi di Indonesia
Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu kepada Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per. 04/Men/1980 tanggal 14 April 1980 Tentang
syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Klas A: Bahan bakar padat (bukan logam)
(2) Klas B: Bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar
(3) Klas C: Instalasi listrik bertegangan
(4) Klas D: Kebakaran logam
2. Klasifikasi Eropa
Klasifikasi di Eropa sesudah tahun 1970 mengacu kepada Comite
European de Normalisation sebagai berikut.
(1) Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu
13
(2) Klas B: Bahan bakar cair. Contoh: bensin, solar, spiritus dan lain sebagainya
(3) Klas C: Bahan bakar gas. Contoh: LNG, LPG dan lain sebagainya
(4) Klas D: Bahan bakar logam. Contoh: magnesium, potasium dan lain
sebagainya.
3. Klasifikasi Amerika National Fire Protection Association (NFPA)
(1) Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu
(2) Klas B: Bahan bakar cair atau yang sejenis
(3) Klas C: Kebakaran karena listrik
(4) Klas D: Kebakaran logam
Label menurut klasifikasi NFPA untuk fire extinguisher seperti gambar berikut:
4. Klasifikasi Amerika U.S. Coast Guard
(1) Klas A: Bahan bakar padat
(2) Klas B: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 170 derajat
Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya: bensin, benzena dan lain
sebagainya
(3) Klas C: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 170 derajat
Fahrenheit dan larut dalam air misalnya: ethanol, aceton dan lain sebagainya
(4) Klas D: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih besar atau sama dengan
170 derajat Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya:minyak kelapa, minyak
pendingin trafo dan lain sebagainya
(5) Klas E: Bahan bakar cair dengan titik nyala sama dengan atau lebih tinggi
dari 170 derajat Fahrenheit dan larut dalam air misalnya: gliserin, etilin dan lain
sebagainya
14
(6) Klas F: Bahan bakar logam misalnya: magnesium, titanium dan lain
sebagainya
(7) Klas G: Kebakaran listrik.
2.4 Media Pemadam Api
Media pemadam api yang biasa digunakan adalah (1) air, (2) busa, (3)
karbon dioksida, (4) gas halon serta pasca halon dan (5) serbuk kimia kering.
Cara kerja dari ke lima media pemadam api tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
1.Air
Air merupakan media pemadam api yang paling umum digunakan,
karena air dipandang memiliki berbagai sifat yang baik untuk
memadamkan api dan relatif mudah dan murah didapatkan dalam jumlah
yang banyak. Pada kondisi normal air mempunyai panas laten penguapan
2250 kJ/kg. Dengan sifat ini maka air sangat mudah untuk mendinginkan
api (memisahkan panas dari unsur api).
2. Busa (foam)
Busa atau foam terbentuk bila udara atau gas terjebak di dalam
media cairan. Busa mempunyai efek menyelimuti dan mendinginkan api.
Sebagai media pemadaman api busa dibuat dari campuran antara air,
udara dan campuran busa.
3. Karbon dioksida
Karbon dioksida dipakai sebagai media memadamkan api karena
sifatnya yang dapat mengganggu proses oksidasi pada bahan yang
terbakar. Bila oksigen berkurang sampai kurang dari 15 % maka proses
kebakaran akan berhenti. Karbon dioksida mempunyai sifat yang tidak
konduktif maka bisa dipakai untuk kebakaran jenis C (listrik
bertegangan), namun demikian tidak cocok untuk pemakaian kebakaran
yang sudah meluas atau di tempat terbuka.
15
4. Gas halon
Halon merupakan keluarga dari senyawa halogenated hydrocarbon
yang semua atau sebagian atom hidrogennya diganti dengan fluorine,
chlorine atau bromine. Senyaea hidrocarbon yang paling sering digunakan
adalah metane atau ethane. Material ini memadamkan api dengan cara
menekan terjadinya reaksi rantai kebakaran. Sayang bahwa halon merusak
atmosfer sehingga tidak dipergunakan lagi sebagai media pemadam
kebakaran. Sebagai penggantinya dipakai gas pasca halon.
5. Bubuk kimia kering (dry chemical powder)
Bubuk kering dari zat kimia tertentu dapat memadamkan api. Zat
kimia yang biasanya digunakan untuk ini adalah sodium, potasium atau
urea bikarbonat. Namun dapat juga dipergunakan potassium chloride atau
mono-ammonium phospat. Cara memadamkan api media ini adalah
dengan isolasi, pendinginan, dan mengganggu proses reaksi rantai.
Alat Pemadam Api
Alat pemadam api telah berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Secara garis besar alat pemadam api ini dapat
dibedakan menjadi (1) alat pemadam api gerak yaitu alat pemadam api yang
dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain dengan mudah misalnya:
alat pemadam api ringan (APAR), mobil pemadam api dan lain sebagainya. (2)
pemadam api instalasi tetap misalnya springkle, hydrant dan lain sebagainya.
Alat pemadam api ringan (APAR)
Alat pemadam api ringan (APAR) atau fire extinguisers adalah alat
pemadam api yang mudah dipergunakan oleh satu orang untuk memadamkan api
pada awal terjadinya kebakaran. APAR dapat berupa tabung jinjing, gendong
maupun beroda. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa APAR berhasil
menanggulangi sekitar 30 % kejadian kebakaran.
16
Gambar : Jenis APAR
Secara singkat cara mengoperasikan APAR adalah sebagai berikut.
1. APAR Jenis Air
Pada jenis ini media pemadamnya berupa air yang terletak pada tabung.
Dibuat dalam dua konstruksi yaitu SPT dan GCT. Jarak jangkau pancaran sekitar
10 ft sampai 20 ft. Dan waktu pancaran sekitar satu menit untuk kapasitas 2,5
galon. Hanya direkomendasikan untuk kebakaran jenis A, dengan luas bidang
jangkauan sekitar 2500 ft persegi, jarak penempatan setiap 50 ft.
17
2. APAR Jenis Busa
Tabung utama berisi larutan sodium bikarbonat (ditambah dengan
penstabil busa). Tabung sebelah dalam berisi larutan aluminium sulfat. Campuran
dari kedua larutan tersebut akan menghasilkan busa dengan volume 10 kali lipat.
Busa ini kemudian didorong oleh gas pendorong (biasanya CO2 )..
3. APAR Jenis Karbon Dioksida
APAR jenis ini memadamkan dengan cara isolasi (smothering) di mana
oksigen diupayakan terpisah dari apinya. Di samping itu CO2 juga mempunyai
peranan dalam pendinginan. Material yang diselimuti oleh CO2 akan cenderung
lebih dingin.
4. APAR Jenis Serbuk Kimia Kering (dry chemical powder)
APAR jenis ini berisi tepung kering sodium bikarbonat dan tabung gas
karbon dioksida atau gas nitrogen (di dalam cartridge) sebagai pendorongnya.
Gas pendorong bisa ditempatkan dalam tabung atau di luar tabung. Tepung kimia
kering bersifat cepat menutup material yang terbakar, dan mempunyai daya
jangkau menutup permukaan yang cukup luas.
5. APAR Jenis Gas Halon dan Pasca Halon.
APAR jenis ini biasanya berisi gas halon yang terdiri dari unsur-unsur
karbon, fluorine, bromide dan chlorine. Namun sejak diketemukan lubang pada
lapisan ozon yang diduga disebabkan oleh salah satu unsur gas halon maka
menurut perjanjian Montreal gas halon tidak boleh dipergunakan lagi, dan mulai
1 Januari 1994 gas halon tidak boleh diproduksi
Pemercik Air Otomatis
Penggunaan Pemercik Otomatis
Pemercik air otomatis (automatic sprinklers) merupakan sarana pemadam
kebakaran instalasi tetap yang paling sering digunakan/dipasang pada gedung-
gedung.
18
Sistem ini bekerja apabila gelas (quartzoid bulb) pada kepala sprinklers pecah
karena panas. Dengan pecahnya quartzoid bulb ini maka air bertekanan
memercik ke seluruh tempat yang kebakaran dan memadamkan api.
Jenis Sistem Pemercik Otomatis
Secara garis besar sistem pemercik otomatis dikategorikan menjadi (1)
sistem pipa basah, (2) sistem pipa kering, (3) sistem deluge dan (4) pre action
system.
1. Sistem pipa basah
Pemercik otomatis disebut sebagai sistem pipa basah (wet pipe system) ialah
apabila seluruh pipa distribusi sampai ke sprinkler terisi air bertekanan. Sistem ini
memakai kepala sprinkler otomatis. Apabila gelas pada kepala sprinklers pecah
karena panas maka air bertekanan segera memancar keluar memadamkan area
yang terbakar. Air akan memancar hanya pada daerah yang sprinklernya pecah
saja.
2. Sistem pipa kering
Pada sistem pipa kering pipa distribusi tidak tersisi air. Sistem ini dipakai
apabila tempat atau bangunan yang dilindungi mempunyai kemungkinan
bertemperatur dingin sedemikian sehingga air di dalam pipa distribusi dan
sprinklers membeku. Tempat seperti ini misalnya ruang refrigerator, bangunan di
tempat dingin dan lain sebagainya.
Di dalam pipa distribusi tidak berisi air melainkan gas nitrogen atau udara
bertekanan. Apabila terjadi kebakaran maka sprinklers akan pecah, gas terdorong
keluar sambil menghidupkan kontrol aliran air bertekanan yang kemudian
memancarkan air untuk memadamkan kebakaran. Air hanya memancar pada
daerah yang sprinklernya pecah saja.
3. Deluge system
Deluge system atau system banjir atau sistem pancaran serentak biasanya
dipasang pada tempat atau bangunan yang berisi material mudah terbakar secara
19
keseluruhan misalnya gudang busa polyester, bagian pengeringan hardboard,
polyurethane, hanggar pesawat terbang dan lain sebagainya. Pada sistem ini
semua sprinkler dalam keadaan terbuka, kemudian apabila ada sinyal kebakaran
dari sistem deteksi maka seluruh sprinkler akan memancarkan air. Jadi sistem
pancaran serentak ini dihubungkan dengan pengontrol lain yang berfungsi untuk
memberitahu adanya kebakaran pada tempat itu.
4. Pre-action system
Sistem ini bertujuan untuk membantu mempercepat aliran air pada sistem
kering. Pada dasarnya konstruksi terdiri dari gabungan standard sprinkler system
dengan alat pengindera kebakaran (baik smoke ataupun heat detector). Pada saat
awal pengindera mencium adanya bahaya kebakaran maka sistem langsung
bekerja mengisi air pada pipa distribusi springkler, sehingga air sudah terisi
sebelum sprinkler pecah karena panas. Jadi ketika sprinkler pipa sistem kering
pecah maka di dalam pipa sudah berisi air yang langsung memancar pada tempat
yang terbakar.
Kepala Pemercik Otomatis
Kepala pemercik otomatis betugas untuk memancarkan air apabila telah
mendapat sinyal deteksi kebakaran. Kepala pemercik otomatis akan aktif
memancarkan air bila temperatur pada ruangan cukup untuk memecahkan
quartozoid bulb (jenis a) atau memutus pengunci (jeins b). Temperatur ini disebut
“temperature rating” dan biasanya besarnya sekitar 60 oC sampai 70 oC. Namun
untuk beberapa tempat dengan pertimbangan tertentu di pasaran juga tersedia
kepala pemercik dengan temperature rating yang lebih tinggi.
Detektor Kebakaran
Detektor kebakaran yang biasanya dipergunakan adalah (1) detektor asap,
(2) detektor panas dan (3) detektor nyala. Namun demikian seiring dengan
perkembangan teknologi maka telah berkembang berbagai detektor kebakaran
yang semakin peka dan canggih.
20
1. Detektor Asap
Detektor asap yang sering dipakai adalah (1) detektor asap ion dan
detektor asap dengan. Detektor asap ion bekerja berdasarkan keseimbangan ion
positif dan ion negatif. Sebuah sumber radioaktif menghasilkan ion positif dan
ion negatif. Pada keadaan tidak ada asap maka ion positif dan ion negatif
seimbang. Namun pada kondisi berasap maka keseimbangan ion positif-negatif
terganggu. Gangguan ini memicu jaringan elektris untuk memberi tahukan
ketidak normalan sistem ke pusat pengendali.
2. Detektor Panas
Salah satu contoh detektor panas adalah seperti pada sprinklers.
3. Detektor Nyala.
Detektor nyala akan diaktivasi apabila ada nyala api pada daerah
jangkauannya.
Apabila terjadi nyala api yang tertangkap oleh detektor maka filter infra-
red hanya akan meneruskan radiasi infra-red melalui lensa. Kemudian radiasi ini
ditangkap oleh light sensing element yang meneruskannya ke time delay dan
deskriminator frekuensi. Radiasi nyala infra-red mempunyai frekuensi yang unik
yang membedakan dengan radiasi yang bukan dari nyala api, sehingga dapat
menjamin kepastian bahwa yang tertangkap adalah radiasi karena nyala api.
Keberadaan radiasi ini kemudian memicu rangkaian elektronik mengirim sinyal
ke pusat pengendali kebakaran
21
BAB III
PEMBAHASAN
3. Penentuan identifikasi bahaya
Jenis sumber bahaya kebakaran dapat muncul dari kamar mahasiswa:
- Korek gas
- Puntung rokok
- Pembakaran obat nyamuk bakar
- Kompor masak mahasiswa
Jenis Antisipasi
- Menyediakan APAR khusus untuk menangkal terjadinya resiko
kebakaran.
- Penyediaan sprinkle dan detector asap.
- Supervisor petugas keamanan melakukan identifikasi bahaya dan
pengecekan setiap malam untuk kegiatan mahasiswa di asrama
2. Jenis kebakaran karena listrik (hubungan arus pendek).
Gambar : Instalasi Listrik
22
Jenis sumber bahaya kebakaran yang dapat muncul karena :
- Hubungan arus pendek
- Penggunaan alat elektronik
Jenis Antisipasi :
- Penggunaan APAR untuk mengantisipasi kebakaran khususnya Dry
chemical untuk peralatan listrik
- Pemeriksaan berkala untuk alat listrik
- Pemberian informasi untuk panel listrik
- Menghubungi PLN jika terjadi kerusakan instalasi listrik.
4. Bahaya ledakan untuk tabung gas di kantin asrama :
Gambar : Tabung gas
Jenis sumber bahaya ledakan yang dapat muncul karena :
- Jika terjadi kebakaran maka akan disrtai ledakan oleh tabung gas tersebut
Jenis Antisipasi :
- Penggunaan tabung gas harus selalu dilakukan pengawasan oleh
supervisor atau security kantin
- Pemberian informasi untuk barang mudah meledak,khususnya tabung
bertekanan
- Melakukan penempatan pada posisi jauh dari kompor dan tabung gas itu
sendiri
Setelah melakukan identifikasi bahaya maka selanjutnya dilakukan pengendalian
resiko :
1. Mengelompokkan jenis bahaya dan penanggulangannya.
2. Membuat check list untuk SOP yang dipatuhi dan diabaikan
3. Membuat JSA atau JSO untuk identifikasi
4. Membuat evaluasi dan perencanaan untuk jenis temuan probabilitasnya
banyak muncul untuk pemicu kebakaran.
23
3.2 Konsep proteksi terhadap kebakaran
Konsep proteksi kebakaran dapat dibagi 2 yaitu konsep proteksi primer
dan proteksi sekunder.
Proteksi primer adalah semua tindakan yang mengacu kepada semua
tindakan untuk mencegah timbulnya kebakaran,misalnya melalui :
Menghilangkan penggunaan bahan mudah meledak (replacement
technology)
Deaktifasi (misalnya penambahan karbon dioxide )
Membatasi konsentrasi bahan
Pengaturan ventilasi baik alami maupun buatan.
Gambar : system proteksi kebakaran
Jika seluruh atau sebahagian bahaya kebakaran tidak dapat dihilangkan
dengan proteksi primer,maka dapat dilakukan dengan proteksi sekunder.
Area berbahaya di klasifikasikan menjadi class atau group,area tersebut
dibagi dalam berbagai zona yang harus di proteksi dari sumber percikan dengan
melakukan pemilihan peralatan dan system proteksi untuk memenuhi persyaratan.
Pencegahan kebakaran
Pencegahan kebakaran adalah segala daya upaya atau tindakan secara
terencana untuk mencegah dan meniadakan sejauh mungkin timbulnya kebakaran.
Karena itu pencegahan kebakaran dan pemadaman dalam tahap awal penyalaan
sangat penting untuk dilakukan, baik dengan jalan meningkatkan ilmu pengetahuan
maupun ketrampilan khususnya tentang kebakaran.
3.3 Proses pencegahan bahaya kebakaran
1. Perencanaan darurat kebakaran.
Pencegahan kebakaran dimulai sejak perencanaan kegiatan usaha. Suatu
prinsip penting pada semua perencanaan adalah tidak meluasnya kebakaran yang
24
terjadi dan dimungkinkan untuk penanggulangan kebakaran yang efektif.
Pendekatannya dilakukan dengan penelahan secara cermat atas bangunan menurut
kegunaannya dan penentuan lokasi yang diperlukannya. Bangunan-bangunan
tersebut harus diatur letaknya sedemikian, sehingga aman dari kebakaran, dan cukup
jarak diantara satu dengan yang lainnya. Perlengkapan penanggulangan kebakaran
termasuk alat-alat pemadam kebakaran harus tersedia dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.(Suma’mur, 1996)
2.Organisasi/Unit Penanggulangan Kebakaran.
Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi
untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi
kegiatan administratif, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan,
pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.
(Kepmenaker RI, No: KEP-186/MEN/1999 )
Unit penanggulangan kebakaran terdiri dari :
a. Petugas peran penanggulangan kebakaran.
Petugas peran penanggulangan kebakaran adalah petugas yang ditunjuk dan
diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan melaksanakan
upaya penanggulangan kebakaran di unit kerjanya.
Tugas dari petugas peran kebakaran adalah :
1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan
bahaya kebakaran.
2. Memadamkan kebakaran pada tahap awal.
3. Mengarahkan evakuasi orang dan barang.
4. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
5. Mengamankan lokasi kebakaran. (Kepmenaker RI, No: KEP-186/MEN/1999)
Koordinator unit penanggulangan kebakaran.
Koordinator unit penanggulangan kebakaran adalah ialah orang yang
mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat kerja atau bagiannya yang
berdiri sendiri.
Tugas dari koordinator unit penanggulangan kebakaran :
1. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat dari instansi yang
berwenang.
2. Menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan kebakaran.
3. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran kepada
pengurus. (Kepmenaker RI, No: KEP-186/MEN/1999 )
25
3. Jalur/Tempat Evakuasi.
Secara ideal, semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya dua jalan
penyelamat diri pada dua arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran yang
terjadi pada sembarangan tempat dalam bangunan tersebut, sehingga tak seorang pun
bergerak kearah api untuk menyelamatkan diri. Jalan-jalan penyelamatan demikian
harus dipelihara bersih, tidak terhalang oleh barang barang, mudah terlihat dan di
beri tanda tanda yang jelas. (Suma’mur, 1996)
Jauh maksimum jalan penyelamatan yang pada umumnya diterima adalah
sekitar 40 m, sekalipun pada bangunan-bangunan yang resiko kebakarannya kecil
atas dasar sifat tahan api jarak tersebut dapat diperbesar menjadi 50 m. Sebaliknya,
manakala bahaya perembetan api sangat cepat, jarak tersebut harus dikurangi,
katakanlah menjadi menjad 30 m atau kurang dari 30m. Jarak tersebut harus
diperhitungkan menurut keadaan sebenarnya dan tidak menurut garis lurus sebagai
akibat barang-barang atau hadangan yang ada. (Suma’mur, 1996)
4. Fasilitas dan Peralatan Dalam Kebakaran.
a. Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi yang perlu dipersiapkan antara lain : alarm, radio panggil,
telepon genggam dengan satuan khusus dan lain-lain. Karena fungsinya yang sangat
penting maka sarana komunikasi harus selalu dirawat dan dijaga agar senantiasa
berfungsi dengan baik dan dapat dipakai secara terus menerus dengan efektif.
b. Alat pelindung diri
Alat pelindung diri harus ditempatkan di lokasi yang strategis bagi tim
emergency, tergantung pada bahan kimia yang ada tempat kerja sesuai dengan jenis
kecelakaannya. Alat pelindung meliputi alat bantu pernafasan dan saluran oksigen,
baju tahan bahan kimia dan tahan api,sarung tangan tahan api, sepatu boot. Alat
pilindung tersebut selalu diperiksa dan di uji coba secara rutin sehingga dapat pada
saat dibutuhkan selalu siap. Sebelum digunakan perlu dilakukan pengujian untuk
mencoba peralatan tersebut sebelum keadaan darurat yangsebenarnya terjadi. (Kuhre,
1996)
c. Peralatan Pemadam Kebakaran
Peralatan pemadam kebakaran seperti fire extinguiser (Alat Pemadam Api
Ringan/APAR), hidran, sprinkler, dan lain sebagainya harus tersedia di seluruh
bagian pabrik dan harus dicek secara teratur.
d. Peralatan medis
26
Tim emergency harus dilengkapi dengan peralatan medik untuk pertolongan
darurat seperti oksigen, alat resusitasi jantung dan paru, pembalut dan obat-obatan.
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asrama kampus Unhas merupakan salah satu tempat potensial terjadinya bahaya
kebakaran,karena masih banyak mahasiswa yang belum mengerti bahaya kebakaran di
Asrama,dengan adanya identifikasi bahaya dan risk assessment yang dilakukan maka hal ini
dapat dijadikan acuan untuk membuat system proteksi kebakaran yang baik,sehingga
keselamatan penghuni asrama mahasiswa unhas dapat mengantisipasi terjadinya kebakaran
ataupun mengevakuasi korban kebakaran jika sewaktu –waktu terjadi.
4.2 Saran
Sebagai penulis mungkin banyak temuan yang bisa menjadi masukan bagi asrama
mahasiswa Unhas untuk melakukan deteksi dini dalam pencegahan kebakaran di kampus
tersebut.
Manajemen pengelola asrama harusnya memberikan pemahaman atau pelatihan
penanganan kebakaran bagi mahasiswa khususnya dalam penggunaan Alat Pemadam Api
Ringan,karena bahaya yang setiap saja bisa terjadi.
Perlu adanya pakaian lengkap penanganan kebakaran yang disediakan khususnya
untuk penanganan kebakaran yang tiba –tiba dapat terjadi.
Sebaiknya manajemen membentuk tim atau kelompok kerja dari mahasiswa sendiri
dalam pemadaman yang secara tiba-tiba bisa merespon cepat jika terjadi kebakaran.
Harus ada evaluasi dan pemeriksaan terhadap asset dan alat proteksi kebakaran yang
ada agar kondisinya layak ketika akan digunakan.
28
DAFTAR PUSTAKA
DPNK3 RI, 2007. Himpunan Perundang-Undangan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta
Indra Z,Kamil Ikhsan,Analisis Sistem instalasi listrik rumah tinggal dan gedung untuk mencegah kebakaran,2011,Politeknik negeri Jakarta
Kuhre,W.L, 1996. Sertifikasi ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan, Jakarta Bina Sumber Daya Manusia
Suma’mur, 1996 Keselamatan Kerja dan pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV.Haji Masagung.
Sahrir Hery,2012.Studi penyusunan dan pemeringkatan untuk menilai tingkat keselamatan terhadap kebakaran dan ledakan di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU),Jakarta Universitas Indonesia
Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,Jakarta :PT Bina Sumber Daya Manusia
Kustono Djoko,2013.materi K3 mencegah dan menanggulangi kebakaran ,bayu prass.
Bramashtya karisma putra,2010.skripsi pencegahan dan penanggulan di PT INKA (Madiun) Jawa
Timur.Universitas Sebelas Maret Surakarta.
29