Argentometri Dan KSP - Kelompok E

22
MAKALAH KIMIA DASAR ARGENTOMETRI DAN KSP Disusun Oleh : - Adieztyana Luki P. - Arina Astuti D. - Fiqih Dyah P. - Lisa Stiawati - Lukman Hakim - Mela Dwi K. - Meylisa Rahayu

Transcript of Argentometri Dan KSP - Kelompok E

Page 1: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

MAKALAH KIMIA DASAR

ARGENTOMETRI DAN KSP

Disusun Oleh :

- Adieztyana Luki P.- Arina Astuti D.

- Fiqih Dyah P.

- Lisa Stiawati

- Lukman Hakim

- Mela Dwi K.

- Meylisa Rahayu

- Moty Retmaesti Z.

- Prien Yenni Putri A.

Page 2: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

- Rizkia Dara F.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya.

Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dimana suatu reaksi bolak balik berlangsung terus-menerus tetapi tadak ada perubahan yang dapt diamati. Susunan kesetimbangan tidak berubah terhadap waktu karena kecepatan terbentuk dan menghilangnya masing-masing komponennya sama besar.Sedangkan titrasi hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion yang masing-masing dipangkatkan koefisien reaksi dalam larutan yang jenuh pada suhu tertentu. Semakin besar konsentrasi zat yang ditambahkan untuk membentuk endapan, maka kalor yang dibutuhkan untuk melarutkan endapan juga semakin besar. Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion dengan hasil kali kelarutan. Jika kita menambahkan sedikit demi sedikit kristal natrium klorida kedalam sejumlah tertentu air. Mula-mula kristal itu larut tapi pada suatu saat larutan akan jenuh, krital natrium klorida tiak dapat larut lebih banyak lagi. Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang dsapat larut di dalam pelarut atau larutan, kelarutan bergantung pada jenis zat terlarut, ada yang mudah larut tetapi banyak juga yang sedikit larut.Dalam larutan jenuh yang mengandung Kristal zat padat tak larut terdapat kesetimbangan antara zat padat dan larutannya. Khusus untuk elektrolit (garam atau basa), kesetimbangan terjadi antara zat padat an ion-ionnya.

Keduanya dipelajari untuk menunjang pemahaman yang lebih luas khususnya tentang ilmu kimia.

Page 3: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

1.2. Rumusan Masalah

Makalah ini terfokuskan pada empat masalah yang akan dibahas penulis yaitu :

1.2.1 Apakah pengertian Argentometri

1.2.2 Pengertian KSP ?

1.2.3 Apa saja metode yang digunakan dalam titrasi Argentometri ?

1.2.4 Bagaimana cara menentukan nilai KSP ?

1.3. Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan :

1.3.1. Mengetahui Argentometri serta metode apa saja yang digunakan dalam

Argentometri.

1.3.2. Mengetahui KSP dan bagaimana cara mennetukan KSP suatu larutan.

Page 4: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

BAB II

ARGENTOMETRI

2.1. Pengertian Argentometri

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya. Argentometri merupakan titrasi pengendapan sample yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-).

Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas :

1. Asidimetri dan alkalimetri

Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi netralisasi asam-basa.

2. Oksidimetri

Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-reduksi.

3. Argentometri

Page 5: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari ion Ag+).

Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur

dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar

yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan

pemeriksaan dapat ditentukan. (Al.Underwood,1992)

2.2. Tipe Titik Akhir

Tipe Titik Akhir yang Digunakan Titrasi dengan AgNO3 Ada tiga tipe yaitu :

1. Indikator

2. Amperometri

3. Indikator kimia

Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi,yaitu :

1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.

2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit. (skogg,1965)

Page 6: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

2.3. Metode Titrasi Argentometri

Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain:

1. Metode Fajans ( Indikator Absorpsi )

Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang

dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna.

Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih

macam indikator yang dipakai dan pH.

Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam lemah

atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya

fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein akan

mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).

 HFl(aq) ↔ H+(aq) +Fl-

(aq)

Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan

berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini

diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna yang

tampak sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan terjadi

apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit

kelebihan titrant (ion Ag+).

Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan

dimana masih ada kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+; maka endapan menyerap ion-

ion X- sehingga butiran-butiran koloid menjadi bermuatan negatif. Karena muatan Fl- juga

Page 7: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

negatif, maka Fl- tidak dapat ditarik atau diserap oleh butiran-butiran koloid tersebut.

Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang kelebihan ion X -; menjelang titik ekivalen,

ion X- yang terserap endapan akan lepas kembali karena bereaksi dengan titrant yang

ditambah saat itu, sehingga muatan koloid makin berkurang negatif. Pada titik ekivalen

tidak ada kelebihan X- maupun Ag+; jadi koloid menjadi netral. Setetes titrant kemudian

menyebabkan kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ ini diserap oleh koloid yang menjadi positif dan

selanjutnya dapat menarik ion Fl- dan menyebabkan warna endapan berubah mendadak

menjadi merah muda. Pada waktu bersamaan sering juga terjadi penggumpalan koloid,

maka larutan yang tadinya berwarna keruh juga menjadi jernih atau lebih jernih.

Fluoresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi

ini diketahui berdasar ketiga macam perubahan diatas, yakni :

i. Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan

menggumpal

ii. Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih

iii. Larutan yang semula kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna lagi.

Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak

diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya

(fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.

Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpercaya.

Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid

yang juga harus dengan cepat.

2. Metode Volhard ( penentu zat warna yang mudah larut )

Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan

Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan

Ag, membentuk endapan putih.

Ag+(aq) + SCN-

(aq) ↔ AgSCN(s)↓ (putih)

Page 8: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

Sedikit kelebihan titrant kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk ion

kompleks yang sangat kuat warnanya (merah)

SCN-(aq) + Fe3+

(aq) ↔ FeSCN2+(aq)

Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna.

Karena titrantny SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara

Volhard, titrasi langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag+ dan SCN- sedang

untuk anion-anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali: pada larutan X- ditambahkan

Ag+ berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu dititrasi untuk menentukan

kelebihan Ag+. Maka titrant selain bereaksi dengan Ag+ tersebut, mungkin bereaksi pula

dengan endapan AgX:

Ag+(aq) (berlebih) + X- (aq) ↔ AgX(s) ↓

Ag+(aq) (kelebihan) + SCN- (aq) (titrant) ↔ AgSCN(s) ↓

SCN-(aq)  + AgX (s) ↔ X-

(aq) + AgSCN(aq) ↓

Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titrant yang bereaksi dan juga

titik akhirnya melemah (warna berkurang).

Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena

titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu saling

mempengaruhi.

Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak langsung

ion-ion halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya ditambahkan

sebagai contoh,  dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali dengan tiosianat baku.

Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan

dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat,

oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.

3. Metode Mohr ( pembentukan endapan berwarna )

Page 9: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl,

dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai

dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat. Perubahan

warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hamper mencapai titik ekivalen,

semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam

metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.

(Alexeyev,V,1969)

Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga terbentuk

endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda

dari warna endapan analat dengan Ag+.

Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi:

      Ag+(aq) + Cl-

(aq) ↔ AgCl(s)↓

Sedang pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi:

      2Ag+(aq) + CrO4(aq) ↔ Ag2CrO4(s)↓

      Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila terlalu

tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga

titran terlalu banyak terpakai.

2Ag+(aq) + 2OH-

(aq) ↔ 2AgOH(s)↓ ↔ Ag2O(s)↓ + H2O(l)

Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian akan berubah menjadi Cr2O7

2- karena reaksi

2H+(aq) + 2CrO42-

(aq) ↔ Cr2O72- +H2O(l)

Yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak timbul endapannya atau

sangat terlambat.

Selama titrasi Mohr, larutan harus diaduk dengan baik. Bila tidak, maka secara

lokal akan terjadi kelebihan titrant yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik

ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian; akibatnya

ialah, bahwa titik akhir menjadi tidak tajam.

Page 10: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

BAB III

KSP

3.1. Pengertian KSP

Mengetahui bahwa suatu proses kimia tidak mungkin terjadi dalam kondisi-

kondisi tertentu, dapat menghemat banyak waktu yang terbuang percuma untuk

membuatnya terjadi dengan adanya termodinamika. Termodinamika merupakan alat

bantu untuk menetukan sifat-sifat makroskopik tertentu tetapi tidak dapat menjelaskan

mengapa suatu zat itu mempunyai sifat-sifat tertentu. Termodinamika juga dapat

menetukan apakah suatu proses dapat berjalan, tetapi tidak dapat mengatakan seberapa

cepat proses tersebut akan berlangsung. Dalam mempelajari suatu peristiwa, kita harus

memperhatikan suatu bagian yang disebut sistem, sistem adalah bagian dari alam semesta

yang menjadi pusat perhatian langsung dalam suatu eksperimen tertentu yang dikontrol

eksperimen itu. Termodinamika berhubungan dengan sifat-sifat makroskopik sistem dan

bagaimana sistem tersebut berubah. Sifat-sifat tersebut ada dua macam yaitu ekstensif

dan intensif. Sifat ekstensif sistem adalah sifat yang ditulis sebagai jumlah dari masing-

masing sifat subsistem. Sifat intensif sistem adalah sifat yang sama dengan sifat-sifat

yang bersesuaian dengan masing-masing subsistem tersebut. Suatu proses termodinamika

menyebabkan perubahan keadaan termodinamika suatu sistem. Proses seperti ini bisa

sebuah proses fisika atau suatu proses kimia dimana terjadi perubahan dalam distribusi

materi diantara senyawa-senyawa yang berbeda (Oxtoby, dkk, 2001).

Page 11: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

3.2. Cara Menentukan Nilai KSP

Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah

belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion

dengan hasil kali kelarutan, kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing- masing

kurang dari nilai Ksp maka larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan.

2. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya masing-masing sama

dengan nilai Ksp maka kelarutannya tepat jenuhnamun tidak terjadi endapan.

3. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai Ksp,

maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan

(Syukri,1999).

Page 12: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

3.3. Contoh hasil Kali Kelarutan Garam

Hasil kali kelarutan jenuh suatu garam, yang juga mengandung garam tersebut

yang tak terlarut dengan berlebihan merupakan suatu sistem kesetimbangan terhadap

hukum kegiatan massa dapat diberlakukan. Misalnya, jika endapan perak klorida ada

dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya, maka kesetimbangan berikut terjadi:

AgCl –> Ag+ + Cl-

Dalam hal ini kesetimbangan adalah kompromi dinamik dimana kecepatan

keluarnya partikel dari fase pekat sama dengan kecepatan baliknya (Oxtoby, 1986).

Ini merupakan kesetimbangan heterogen, karena AgCl ada dalam fase padat,

sedang ion-ion Ag+ dan Cl- ada dalam fase terlarut. Tetapan kesetimbangan dapat ditulis

sebagai:

K = [Ag + ] [Cl - ]

[AgCl]

Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tak berubah, dan karenanya dapat

dimasukkan ke dalam suatu tetapan baru, yang dinamakan hasil kali kelarutan (Ksp):

Ksp = [Ag+] [Cl-]

Jadi dalam larutam jenuh perak klorida, pada suhu konstan (dan tekanan konstan),

hasil kali ion perak dan ion klorida adalah konstan. Untuk larutan jenuh suatu elektrolit

AvA dan BvB, yang terion menjadi ion-ion vA Am+ dan vB Bn-:

Hasil kali kelarutan (Ksp) dapat dinyatakan sebagai:

Page 13: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

Ksp = [Am+]vA x [Bn-]vB

Jadi dapat dinyatakan bahwa dalam larutan jenuh suatu elektrolit yang sangat

sedikit larut, hasil kali konsentrasinya untk setiap ion-ion tertentu adalah konstan, dengan

konsentrasi ion dipangkatkan dengan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing

ion bersangkutan yang dihasilkan oleh disosiasi dari satu molekul elektrolit. Nilai hasil

kali kelarutan ditentukan dengan berbagai metode. Tetapi, berbagai metode itu tidak

selalu memberi hasil yang konsisten (Vogel, 1990)

Page 14: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

3.4. Hubungan Antara Kelarutan dengan KSP

Hubungan antara kelarutan dengan Ksp yaitu Ksp dapat menentukan kelarutan

dan kelarutan dapat pula dihitung dari tabel Ksp. Pengaruh ion senama, sejak ini larutan

jenuh yang mengandung ion-ion yang berasal dari satu sumber padatan murni. Kelarutan

senyawa ion yang sedikit larut semakin rendah kelarutannya dengan kehadiran yang

memberikan ion senama. Pengaruh ion senama dalam kesetimbangan kelarutan adalah

misalnya larutan yang jernih dengan penambahan sedikit larutan yang mengandung ion

senama akan menurunkan kelarutan zat, dan kelebihan terlarut mengendap. Pengaruh ion

senama lebih dikenal dengan istilah pengaruh garam. Kelarutan meningkat apabila terjadi

pembentukan pasangan ion dalam larutan. Faktor yang lebih nyata dari pasangan ion

adalah jika ion yang berperan serta dalam kesetimbangan kelarutan secara bersamaan

terlibat dalam kesetimbangan asam basa atau ion kompleks. Maka nilai Ksp tergantung

pada suhu (Underwood, 1998).

Page 15: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

BAB IV

KESIMPULAN

Argentometri merupakan titrasi pengendapan dengan larutan standart AgNO3. Dan

dalam argentometri ini metode yang digunakan ada tiga, yaitu : metode Fajans(Indikator

Arbsorpsi), metode Mohr (pembentukan endapan warna), metode Volhard (penentuan zat

warna yang mudah larut). Metode Mohr, ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak

digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode

ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat. Metode Volhard

menggunakan larutan standar ion tiosianat untuk mentitrasi ion perak: Ion besi(III) bertindak

sebagai indikator yang menyebabkan larutan berwarna merah dengan sedikit kelebihan ion

tiosianat. Metode Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap

pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung.

Sedangkan KSP ialah hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion

yang masing-masing dipangkatkan koefisien reaksi dalam larutan yang jenuh pada suhu

tertentu. Semakin besar konsentrasi zat yang ditambahkan untuk membentuk endapan, maka

kalor yang dibutuhkan untuk melarutkan endapan juga semakin besar.

Page 16: Argentometri Dan KSP - Kelompok E

DAFTAR PUSTAKA

Alexeyev, V. 1969. Quantitative Analysis. Moscow: MIR Publishers

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Ilmu Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia

A. L. Underwood, (1989), Analisa Kuantitatif Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta

Harjadi W, (1993), Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia, Jakarta.

Khopkar, (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia,

Hastuti, Sri, M.Si, dkk. 2007. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar I.

Dr.Ginting, AB., dkk. 1989. Buku Penuntun Praktikum Kimia Dasar.

http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=456