aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli...

88
KATA PENGANTAR Dengan mengaucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa maka Jurnal Kesehatan Ku- suma Husada (Jurnal KesMaDaSka) STIKes Kusuma Husada Surakarta yang memuat publikasi ilmiah ilmu-ilmu kesehatan khususnya bidang Keperawatan dan Kebidanan telah selesai dicetak. Perkembangan ilmu pengetahuan di lingkup kesehatan terkait bidang keperawatan dan kebidanan berupa informasi ilmiah melalui kajian kepustakaan maupun ulasan ilmiah lain berdasarkan hasil pene- litian sangat diperlukan. Berdasarkan hal tersebut maka STIKes Kusuma Husada Surakarta melalui Jurnal KesMaDaSka memberikan wadah bagi para Dosen ataupun Peneliti sesuai bidang kompetensinya untuk mempublika- sikan artikel ilmiahnya. Penerbitan Jurnal Ilmiah KesMaDaSka ini, diharapkan mampu menambahan khasanah ilmu pengetahuan tentang kesehatan khususnya bidang keperawatan dan kebidanan serta me- ningkatkan motivasi bagi para Dosen ataupun Peneliti. Atas nama civitas akademika STIKes Kusuma Husada Surakarta, saya mengucapkan selamat atas terbitnya Jurnal Ilmiah Kesehatan Kusuma Husada. Semoga Jurnal ini bermanfaat bagi kita semua. Surakarta, 01 Juli 2014 STIKes Kusuma Husada Surakarta Ketua Dra. Agnes Sri Harti, M.Si.

Transcript of aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli...

Page 1: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

KATA PENGANTAR

Dengan mengaucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa maka Jurnal Kesehatan Ku-

suma Husada (Jurnal KesMaDaSka) STIKes Kusuma Husada Surakarta yang memuat publikasi ilmiah

ilmu-ilmu kesehatan khususnya bidang Keperawatan dan Kebidanan telah selesai dicetak.

Perkembangan ilmu pengetahuan di lingkup kesehatan terkait bidang keperawatan dan kebidanan

berupa informasi ilmiah melalui kajian kepustakaan maupun ulasan ilmiah lain berdasarkan hasil pene-

litian sangat diperlukan.

Berdasarkan hal tersebut maka STIKes Kusuma Husada Surakarta melalui Jurnal KesMaDaSka

memberikan wadah bagi para Dosen ataupun Peneliti sesuai bidang kompetensinya untuk mempublika-

sikan artikel ilmiahnya. Penerbitan Jurnal Ilmiah KesMaDaSka ini, diharapkan mampu menambahan

khasanah ilmu pengetahuan tentang kesehatan khususnya bidang keperawatan dan kebidanan serta me-

ningkatkan motivasi bagi para Dosen ataupun Peneliti.

Atas nama civitas akademika STIKes Kusuma Husada Surakarta, saya mengucapkan selamat atas

terbitnya Jurnal Ilmiah Kesehatan Kusuma Husada. Semoga Jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, 01 Juli 2014

STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ketua

Dra. Agnes Sri Harti, M.Si.

Page 2: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

PERAN KELUARGA KAITANNYA DENGAN TINGKAT KESIAPAN REMAJA PUTRI

MENGHADAPI MENSTRUASI

(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Colomadu Kabupaten Karanganyar)

Anik Sularmi, Sih Rini Handajani, Murwati 69

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PADA

JURUSAN KEBIDANAN DI KAMPUS III POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

Ana Widi Astuti, Henik Istikhomah 75

PENGARUH KONSELING MENGGUNAKAN ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN

(ABPK) BER-KB TERHADAP PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERIN DEVICE (IUD)

(Studi Pre Eksperimen di Desa Platarejo Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri Tahun 2013)

Gita Kostania, Kuswati, Lina Kusmiyati 83

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN STRATEGI KOPING PADA ANGGOTA KELUARGA

DENGAN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI WILAYAH SURAKARTA

Dwi Ariani Sulistyowati 90

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PENCAPAIAN TARGET PEMASANGAN INFUS PADA

MAHASISWA TINGKAT II JURUSAN D III KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES

SURAKARTA TAHUN 2013

Sri Mulyanti 98

FAKTOR-FAKTOR DOMINAN SINDROM METABOLIK YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN AKUT MIOKARD INFARK (AMI) DI RUANG INTENSIVE

CARDIOVASKULER CARE UNIT (ICVCU) RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014

Mentari Rosriyana Dewi, Dwi Susi Haryati, Sumardino 105

HUBUNGAN ANTARA RESPONSIVENESS PERAWAT DENGAN LOYALITAS PASIEN

Atiek Murharyati, Meri Oktariani 117

PENGALAMAN PREHOSPITAL PASIEN DENGAN STEMI (St Elevation Myocard Infract)

PERTAMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA

Anissa Cindy Nurul Afni, Sri Andarini, Septi Dewi Rachmawati 124

PENGALAMAN PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM MERAWAT PASIEN

PERCOBAAN BUNUH DIRI DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Ika Subekti Wulandari, Retty Ratnawati, Lilik Supriyati, Kumboyono 133

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT PENGGUNAAN AKDR

(IUD) DI DESA GEBANG SUKODONO

Rahajeng Putriningrum, Tresia Umarianti, Maula Mar’atus Sholikhah, Dina Yulistiana 143

Page 3: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

iii

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN INTENSITAS KUNJUNGAN

LANJUT USIA KE POSYANDU LANSIA BAROKAH DI DUSUN DARATAN

KEPOH TOHUDAN COLOMADU KARANGANYAR 146

Erinda Nur Pratiwi, Eni Rumiyati, Wijayanti 146

PEDOMAN PENULISAN NASKAH 151

-oo0oo-

Page 4: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban
Page 5: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

69

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

PERAN KELUARGA KAITANNYA DENGAN

TINGKAT KESIAPAN REMAJA PUTRI

MENGHADAPI MENSTRUASI

(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Colomadu

Kabupaten Karanganyar)

Anik Sularmi1)

, Sih Rini Handajani2), Murwati3)

1, 2,3 Program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Surakarta

ABSTRAK

menganalisis hubungan antara

metode korelasional

dalam memberikan informasi tentang menstruasi termasuk kategori baik yaitu sebanyak 34 orang

Kata Kunci:

ABSTRACT

Page 6: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

70

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Keywords

1. PENDAHULUAN

Menarche adalah menstruasi pertama kali

yang dialami remaja putri biasanya terjadi dalam

rentang usia 10-16 tahun yang merupakan per-

gantian fase kehidupan dari masa kanak-kanak

menjadi masa usia remaja (Proverawati, 2009).

Seorang wanita akan meng alami menarche yang

-

buhan payudara, pertumbuhan rambut daerah -

bis dan aksila serta panggul mulai melebar dan

membesar, selain itu organ reproduksi yang ber-

ada di dalam juga mengalami perkembangan dan

perubahan untuk mempersiapkan haid pertama

(Lestari, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaku-

kan pada Siswa Kelas VII SMP Ne geri 1 Coloma-

du Kabupaten Karanganyar, menunjukkan bahwa

dari 10 siswi yang sudah mengalami menarche

mereka mengatakan bahwa pada saat pertama

kali mendapatkan menarche, mereka merasa be-

lum mem punyai kesiapan sebelumnya, dan hal

yang di rasakan dalam bentuk rasa panik karena

harus melihat begitu banyak darah yang keluar

dari alat vital mereka, rasa malu karena harus

mengalami menarche di sekolah, serta reaksi dari

teman-teman sekelas yang kurang menyenang-

kan seperti mengejek dan mendapat perlakuan

yang berbeda pada saat bermain di jam istirahat

sekolah. Oleh karena itu diperlukan suatu kesiap-

an psikologis dalam menghadapinya. Informasi

mengenai menstruasi sangat diperlukan untuk

mempersiapkan diri dalam menghadapi men-

arche. Namun kebutuhan akan informasi tentang

menarche tidak selalu mendapatkan perhatian

yang cukup dari orang tua, guru, dan pihak yang

berkompeten lainnya, sehingga masih banyak

remaja perempuan yang merasa tidak siap meng-

hadapi menarche.

Peran ibu terhadap remaja putri pada saat

menarche sebagai pendidik dan pemberian asuh-

an dalam keluarga meliputi pe rawatan haid, pe-

Pada perawatan haid diberikan wawasan masalah

haid, pada perawatan genetalia diberikan penge-

tahuan tentang merawat tubuh terutama daerah

pusing, sakit pinggang, mual dan mules, ping-

gang terasa mau putus, sedangkan pada keluhan

psikis remaja merasa kaget dan takut (Roasih,

2009).

Peran ibu terhadap remaja putri pada saat

menarche sebagai pendidik dan pemberian asuh-

an dalam keluarga meliputi perawatan haid, pe-

Pada perawatan haid diberikan wawasan masalah

haid, pada perawatan genetalia diberikan penge-

tahuan tentang merawat tubuh terutama daerah

pusing, sakit pinggang, mual dan mules, ping-

gang terasa mau putus, sedangkan pada keluhan

psikis remaja merasa kaget dan takut (Roasih,

2009).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

hubungan antara peran keluarga dengan kesiapan

Page 7: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

71

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

remaja putri menghadapi menstruasi pada Siswa

Kelas VII SMP Negeri 1 Colomadu Kabupaten

Karanganyar.

2. PELAKSANAAN

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tang-

gal bulan Agustus 2013 s/d bulan Februari

2014 di SMP Negeri 1 Colomadu Kabupaten

Karanganyar.

b. Populasi dan sampel penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua

siswa putri kelas VII SMP Negeri 1 Colo-

madu Kabupaten Karanganyar sebanyak 123

siswa.

Teknik pengambilan sampel yang diguna-

kan dalam penelitian ini adalah teknik -

yaitu de ngan

jumlah sampel sebanyak 55 orang responden /

siswa.

3. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan metode

korelasional dimana peneliti akan menyelidiki

hubungan peran keluarga (variabel bebas) de-

ngan kesiapan remaja putri menghadapi menstru-

asi (variabel terikat) pada Siswa Kelas VII SMP

Negeri 1 Colomadu Kabupaten Karanganyar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan “cross

sectional“ yaitu rancangan penelitian dengan

melakukan pengukuran atau pengamatan pada

saat bersamaan atau sekali waktu.

Teknik analisis dalam penelitian ini meng-Teknik analisis dalam penelitian ini meng-

gunakan Uji Pengujian dilakukan

dengan bantuan program komputer

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Univariat

a. Peran Keluarga

Berdasarkan hasil analisis data terhadap ha-

sil kuesioner peran keluarga diperoleh nilai ter-

endah sebanyak 40 dan nilai tertinggi sebesar 64.

Adapun nilai mean variabel peran keluarga sebe-

sar 53,4 dan nilai standar deviasi sebesar 7,74.

Berdasarkan hasil jawaban responden me-

ngenai peran keluarga yang dianalisis de ngan

menggunakan rumus skor T diperoleh data se-

bagai berikut:

Tabel 1. Peran Keluarga

No Keterangan Jumlah Prosentase

1.

2.

Peran keluarga positif

(baik)

Peran keluarga negatif

(tidak baik)

34

21

61,82

38,18

Jumlah 55 100 %

Berdasarkan data tersebut menunjukkan

bahwa peran keluarga pada siswa kelas VII SMP

Negeri 1 Colomadu Kabupaten Karanganyar ma-

suk kategori baik sebanyak 34 orang (61,82%)

dan kategori tidak baik sebanyak 21 orang

(38,18%).

Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini

menunjukan bahwa peran keluarga memiliki

remaja putri menghadapi menstruasi pertama

(menarche) pada siswa di kelas VII SMP Ne-

geri 1 Colomadu Kabupaten Karang anyar. Hal

tersebut dapat dilihat dari jawaban responden

terhadap pernyataan mengenai ibu memberitahu

tentang tanda-tanda atau gejala ketika responden

akan menstruasi yaitu menyatakan sangat setuju

sebanyak 38 orang (69,1%).

Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini

menunjukan bahwa peran keluarga merupakan

salah satu faktor yang berperan pada kesiapan

menghadapi menstruasi pertama (menarche)

pada siswi di SMP Negeri 1 Colomadu. Bentuk

kesiapan menghadapi mens truasi tersebut ditun-

jukkan dengan jawaban responden atas pernyata-

an tentang memahami dan mengerti tentang tata

cara menggunakan pembalut saat menstruasi per-

tama kali sebanyak 60% (33 subjek) menyatakan

sa ngat setuju.

Hal ini selaras dengan pendapat Sarwono

(2008) yang menyatakan bahwa komunikasi

yang efektif antara ibu dan anak akan membantu

anak dalam menyesuaikan diri saat mengalami

menstruasi pertama (menarche). Hal ini juga

selaras dengan pendapat Gunarsa (2007) yang

menyatakan bahwa peran keluarga, terutama ibu

akan membantu anak dalam menyesuaikan diri

saat mengalami menstruasi pertama

Page 8: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

72

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Hasil penelitian menunjukan bahwa skor T

untuk peran keluarga yang masuk kategori baik

yaitu 61,82% (34 subjek). Artinya siswi SMP

Negeri 1 Colomadu yang menjalin komunikasi

yang cukup efektif de ngan ibunya. Hasil peneli-

tian ini mendukung hasil penelitian yang dilaku-

kan oleh Hartati (2009) yang menyatakan bahwa

bahwa ada hubungan antara faktor keluarga de-

ngan pe ngetahuan menstruasi remaja putri.

Berdasarkan pembahasan yang telah di-

paparkan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

sebagian besar siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Colomadu Kabupaten Karanganyar menganggap

bahwa menstruasi merupakan hal yang normal di-

alami setiap remaja sehingga subjek tidak merasa

takut, cemas atau khawatir ketika mendapatkan

menstruasi pertama Subjek lebih

memaknai menstruasi pertama sebagai hal yang

positif dan menyenangkan sehingga merasa cu-

kup siap dalam menghadapi menstruasi pertama

b. Kesiapan Remaja Putri Menghadapi

Menstruasi

Berdasarkan hasil analisis data terhadap ha-

sil kuesioner kesiapan remaja putri menghadapi

menstruasi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Colomadu Kabupaten Karanganyar diperoleh ni-

lai terendah sebesar 30 dan nilai tertinggi sebesar

48. Adapun nilai mean variabel peran keluarga

sebesar 39,87 dan nilai standar deviasi sebesar

5,16.

Berdasarkan hasil jawaban responden me-

ngenai kesiapan remaja putri menghadapi mens-

truasi yang dianalisis dengan menggunakan ru-

mus skor T diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2.

No Keterangan Jml Prosentase

1.

2.

Kesiapan remaja putri

menghadapi menstruasi

positif (baik).

Kesiapan remaja putri

menghadapi menstruasi

negatif (tidak baik).

36

19

65,45

34,55

Jumlah 55 100 %

Berdasarkan data tersebut menunjukkan

bahwa variabel kesiapan remaja putri meng-

hadapi menstruasi pada Siswa Kelas VII SMP

Negeri 1 Colomadu Kabupaten Karanganyar

masuk kategori baik yaitu sebanyak 36 orang

(65,45%) dan kategori tidak baik sebanyak 19

orang (34,55%).

Sedangkan skor T untuk kesiapan meng-

hadapi menstruasi pertama (menarche) yang

masuk kategori baik yaitu 65,45% (36 subjek).

Artinya subjek yang memiliki kategori baik cu-

kup siap dalam menghadapi menstruasi pertama

(menarche).

4.2. Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh ha-

sil sebagai berikut:

Tabel 3. Tabulasi Silang Peran Keluarga

Menstruasi

Variabel

Kesiapan

Remaja Putri

Menghadapi

MenstruasiTotal P

Tidak

BaikBaik

Peran Keluarga

Tidak Baik Baik

14

5

7

29

21

34

0,001

Total 19 36 55

Hasil analisis Chi-Square diperoleh nilai

= 0,001. Karena nilai = 0,001`

< 0,05 berarti antara peran keluarga dengan ke-

siapan remaja putri menghadapi menstruasi pada

Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Colomadu Kabu-

paten Karanganyar mempunyai hubungan yang

-

kasikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang

berarti hipotesis yang menyatakan bahwa: “Ada

hubungan antara peran keluarga dengan kesiapan

remaja putri menghadapi menstruasi pada Siswa

Kelas VII SMP Negeri 1 Colomadu Kabupaten

Karanganyar”, diterima kebenarannya.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa

siswa remaja putri kelas VII SMP Negeri Colo-

madu 1 yang memiliki peran keluarga baik se-

banyak 34 responden terdapat 5 responden yang

tidak memiliki kesiapan dalam meng hadapi

mens truasi pertama. Sedangkan siswa yang me-

Page 9: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

73

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

miliki kesiapan yang baik sebanyak 36 siswa

ternyata terdapat 7 responden yang memiliki pe-

ran keluarga yang tidak baik.

Dengan demikian dapat dikemukakan bah-

wa peran keluarga yang baik belum tentu kesiap-

an remaja putri menghadapi menstruasi yang

baik pula, hal tersebut disebabkan karena kondisi

psikologis remaja putri sen diri yang kurang siap

dalam menghadapi menstruasi.

Keterbatasan penelitian ini adalah se bagai

berikut:

1. Pengumpulan data dalam penelitian ini di-

lakukan setelah selesai pembelajaran, yaitu

sekitar pukul 13.00 WIB sehingga respon-

den dalam mengisi kuesioner kurang kon-

sentrasi dan memahami isi atau pernyataan

dalam kuesioner.

2. Responden dalam mengisi instrumen pe-

ran keluarga kurang tepat, sebab instrumen

peran keluarga seharusnya diisi oleh orang

tua responden. Namun karena keterbatasan

waktu maka instrumen peran keluarga diisi

oleh siswa atau responden.

5. KESIMPULAN

a. Karakteristik responden berkaitan de ngan

kesiapan menghadapi menstruasi yaitu

tingkat pendidikan orang tua responden se-

bagian besar memiliki pendidikan tinggi

sebanyak 29 siswa (52,73%), jenis peker-

jaan orang tua responden paling banyak

adalah pegawai swasta sebanyak 16 siswa

(29,09%), tingkat penghasilan orang tua re-

sponden paling banyak adalah penghasilan

kategori tinggi sebanyak 26 siswa (47,27%),

rata-rata lama menstruasi remaja putri Siswa

Kelas VII SMP Negeri 1 Colomadu Kabu-

paten Karanganyar sebagian besar terjadi

antara 3 sampai 8 hari (normal) yaitu seba-

nyak 39 siswa (70,91%) dan sebagian besar

responden menggunakan obat penahan rasa

sakit sebanyak 29 siswa (52,73%).

b. Peran keluarga dalam memberikan infor-

masi tentang menstruasi pada Siswa Kelas

VII SMP Negeri 1 Colomadu Kabupaten

Karang anyar yaitu masuk kategori baik yaitu

sebanyak 34 orang (61,82%).

c. Kesiapan remaja putri menghadapi mens-

truasi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Colomadu Kabupaten Karanganyar yaitu

masuk kategori baik sebanyak 36 orang

(65,45%).

d. Hasil analisis diperoleh nilai p-value = 0,001

< 0,05, sehingga ada hubungan antara pe-

ran keluarga dengan kesiapan remaja putri

menghadapi menstruasi pada Siswa Kelas

VII SMP Negeri 1 Colomadu Kabupaten Ka-

ranganyar. Semakin tinggi peran keluarga,

maka semakin tinggi pula kesiapan remaja

putri menghadapi menstruasi. Sebaliknya se-

makin rendah peran keluarga, semakin ren-

dah pula kesiapan remaja putri menghadapi

menstruasi.

6. REFERENSI

Ali, Duria A. Rayis, Mona Mamoun dan Ishag

Adam. 2011. Age at Menarche and Mens-

trual Cycle Pattern Among Schoolgirls in

Journal of Public

Health and Epidemiology; 3(3): 111-114.

Aboyeji, S, Abiodun, F, Adewara, & Adegoke,

2005. Menstrual Preparation Among Ado-

lescents in Kwarta State. Journal. Kwarta

State: Department of Obstetrics and Gynae-

cology. University of Ilorin Teaching Hospi-

tal.

Al-Mighwar, M. 2010, . Band-

ung: CV Pustaka Setia.

Andira, D. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Re-

. Yogyakarta: A. Plus Books.

Aryani. 2010.

Solusinya. Salemba Medika Jakarta

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aryani, 2010, Bandung: Khaza-g: Khaza-

nah Intelektua

Azwar, Saifuddin. 2013.

Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Depkes, 2005,

Jakarta.

Erma, 2006,

Putri Yang Telah Mengalami Menarche Di

Page 10: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

74

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Fakultas Kedok-

teran Universitas Sriwijaya.

Gunarsa, S.D. 2003. Psikologi Perkembang an

. Jakarta: Gunung Mulia.

Hidayat, 2011,

Revisi. Bandung: Informatika.

Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Umum.

Bandung: CV Mandar Maju.

Lestari, 2011, -

bur, Yogyakarta: Katahati.

Lusiana, 2007, Usia Menarche, Konsumsi Pa-

Bogor.

Masysaroh, 2004,

2010. www.usu.ac.id. Diakses tanggal 03

September 2013

Muadz, M. 2009. Modul Pelatihan Konseling

Konselor Sebaya, Jakarta: BKKBN.

Manuaba, 2001,

Sosial Indonesia. Jakarta: EGC.

Machfoedz, 2007, Medotologi Penelitian Bidang

,

Yogyakarta: Fitramaya.

Notoadmojo, 2010, Metode Penelitian Kesehat-

an. Jakarta: Rineka Cipta

Puspitaningrum, 2010,

Tahun yang Mengalami Menarche Dini di

Jurusan Ke-

bidanan Universitas Muhammadiyah Sema-

rang

Purwandari, 2002, Pendekatan Kualitatif dalam

Penelitian Psikologi Lembaga Pengembang-

an Sarana Penyuluhan dan Pendidikan Psi-

kologi. Jakarta: Fak. Psikologi UI.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakar-

ta: Yayasan Bina Pustaka.

Proverawati, 2009, Menarche Menstruasi Perta-

ma Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medi-Yogyakarta: Nuha Medi-

ka.

Razi, F. 2006. Analisa Usia Menarche Pada Da-

-

temen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Ke-

dokteran Universitas Sumatera Utara RSUP

H. Adam Malik-RSUD Dr. Pirngadi Medan,

Maret 2006.

Roasih, 2009,

Brebes, Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Diponego-

ro Semarang.

Rumbiak, 2007,

Adat Gianyar. http://www.eprints.undip.

ac.id/11459/9/9._Laporan_Penelitian, Diak-

ses Tanggal 11 Oktober 2014, Pukul 14.15

WIB.

Ryani, 2010,

Solusinya, Jakarta: Salemba Empat.

Santrock, John W. 2003. Adolescece Per-

. Jakarta: Erlangga.

Saringendyanti, 1998, Pendidihan Seks Untuk

Anak. Jakarta. PT. Penebar Swadaya.

Sarwono, 2008, . Jakarta: Raja

Soetjiningsih. 2004.

Dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung

Seto.

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kunatitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Syarief, 2003, .

Jakarta: Departement Farmakologi dan Te-

rapeutik Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Widyastuti, 2009, .Yogya-

karta: Fitramaya.

Yusuf, 2002, Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakar-

ta: Ghalia Indonesia.

Zein, 2005, Jakarta:

Penerbit Fitramaya

-oo0oo-

Page 11: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

75

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ABSTRAK

Kata kunci

ABSTRACT

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PENGGUNAAN

METODE PEMBELAJARAN PADA JURUSAN

KEBIDANAN DI KAMPUS III POLITEKNIK

KESEHATAN SURAKARTA

Ana Widi Astuti1), Henik Istikhomah2)

1, 2Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Surakarta

Page 12: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

76

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Keywords

1. PENDAHULUAN

Belajar merupakan proses penting bagi per-

ubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala

sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar

memegang peranan penting bagi perkembangan,

kebiasaan, sikap, keyakinan tujuan, kepribadian,

dan bahkan persepsi manusia (Suardi, M. 2012).

Penggunaan metode pembelajaran dalam

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan

dilakukan untuk menciptakan dan membentuk

manusia yang profesional. Metode pembelajaran

yang digunakan diharapkan dapat meningkatkan

motivasi mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Supriyanto

(2012) terdapat peranan yang berat antara varia-

bel persepsi mahasiswa mengenai penggunaan

metode pembelajaran terhadap variabel motivasi

belajar mahasiswa. Penjelasan tersebut diperkuat

oleh penelitian Butar-Butar (2012), dengan hasil

-

tara penggunaan media pembelajaran dan variasi

metode pembelajaran dosen terhadap motivasi

belajar mahasiswa.

Dari proses pembelajaran kami melakukan

studi pendahuluan pada tanggal 9 September dan

pada tanggal 16 September 2013 dengan melaku-

kan wawancara kepada 10 mahasiswa DIII Ke-

bidanan dan DIV Kebidanan diperoleh informasi

bahwa metode pembelajaran yang ada di Kampus

III bervariasi, namun dalam penggunaan metode

pembelajaran belum maksimal, mahasiswa me-

ngatakan metode pembelajaran adalah cara dosen

untuk menyampaikan pelajaran. Mahasiswa me-

ngatakan metode yang digunakan sebagian sudah

bervariasi dan ada juga yang masih monoton.

Metode yang sudah digunakan dan yang

diketahui mahasiswa diantaranya metode ce-

ramah, tanya jawab, diskusi, r , demon-

strasi, tugas, simulasi. Sebagian besar maha-

siswa mengatakan metode pembelajaran yang

di senangi mahasiswa adalah metode demonstrasi

karena menurut mereka bisa efektif, mahasiswa

lebih paham karena bisa melihat dan memprak-

tikkan secara langsung, selain itu metode yang

disenangi yaitu karena dapat menjadi-

kan mahasiswa aktif dalam pembelajaran metode

tersebut membahas masalah kemudian di praktik-

kan mahasiswa sendiri. Hasil penelitian Hamid,

A (2010). Menunjukkan bahwa aktivitas belajar

mahasiswa dapat ditingkatkan secara optimal,

hasil belajar mahasiswa dapat ditingkatkan, dan

ketuntasan belajar mahasiswa lebih besar, respon

Page 13: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

77

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

mahasiswa terhadap strategi pembelajaran ber-

kategori positif.

Sedangkan metode pembelajaran yang

kurang disenangi dan dianggap monoton yaitu

ceramah, kelebihannya dapat digunakan orang

banyak, waktu lebih pendek, sedangkan kelemah-

annya mahasiswa mengatakan bila dosen yang

menyampaikan pembelajaran ceramah disertai

slide dan bisa menguasai kelas dan kreatif dalam

pembuatan slide nya maka mahasiswa semangat

dalam pembelajaran, tetapi bila dosen kurang

menguasai kelas maka ceramah dianggap mem-

bosankan mahasiswa, susah memahami pelajar-

an, mahasiswa cepat mengantuk. Mahasiswa

mengatakan metode yang digunakan dosen ada

yang dapat untuk memahami pelajaran yang di-

berikan dan ada yang tidak dapat memahami pe-

lajaran khususnya metode ceramah.

Menurut mahasiswa sebenarnya semua

metode pembelajaran yang di gunakan ada kele-

bihan dan kekurangannya, sehingga mahasiswa

harus bisa mengikuti dan pandai-pandai dalam

memanfaatkan kelebihan metode tersebut dan

menghindari kekurangan metode tersebut. Se-

baiknya dosen mengganti metode pembelajaran

yang lebih menarik sehingga akan menumbuhkan

keminatan mahasiswa untuk mengikuti pro ses

belajar. Ungkapan tersebut juga sesuai dengan

penelitian ButarButar, D (2012). Dengan hasil

penelitian tentang motivasi belajar ada pengaruh

variasi metode pembelajaran dosen terhadap mo-

tivasi belajar mahasiswa.

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk menge-

tahui persepsi mahasiswa tentang pengertian dan

manfaat metode pembelajaran yang digunakan

dosen., Untuk mengetahui persepsi mahasiswa

tentang jenis-jenis metode pembelajaran yang

digunakan., Untuk mengetahui persepsi maha-

siswa tentang metode-metode pembelajaran yang

disenangi dan tidak disenangi mahasiswa, dan

Untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang

harapan penggunaan metode pembelajaran yang

dapat memberikan motivasi belajar.

2. PELAKSANAAN

Lokasi penelitian dilaksanakan di Jurusan

Kebidanan Kampus III Poltekkes Surakarta.

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan

Oktober 2013 sampai bulan Februari 2014.

3. METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dengan cross

sectional atau studi potong lintang, bahwa pe-atau studi potong lintang, bahwa pe-

nelitian ini serentak pada saat dan periode yang

sama

Subyek penelitian menggunakan metode

dengan jenis sampling adalah

-

tion dengan jumlah informan 21 orang,

pengumpulan data dengan diskusi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persepsi mahasiswa tentang pengertian

dan manfaat metode pembelajaran yang

digunakan dosen pada Jurusan Kebidan-

an di Kampus III Poltekkes Surakarta.

Secara lebih rinci, data mengenai persep-

si mahasiswa tentang pengertian dan manfaat

metode pembelajaran dapat dilihat pada bagan

4.1.

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi ten-

tang pengertian metode pembelajaran menurut

informan penelitian pada jurusan kebidanan di

Kampus III Poltekkes Surakarta terdapat variasi

jawaban, diantaranya metode pembelajaran yaitu

cara dosen mengaplikasikan teknik dan strategi

pembelajaran.

Metode pembelajaran adalah cara-cara

dosen memberikan pelajaran ke mahasiswa,

hal ini sesuai dengan pendapat Syah, D (2007),

yang menyatakan bahwa metode pembelajar-

an adalah cara-cara yang di gunakan guru atau

Page 14: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

78

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

dosen untuk menyampaikan bahan pelajaran ke-

pada siswa atau peserta didik untuk mencapai

tujuan. Pengertian metode pembelajaran yaitu

strategi yang di gunakan dosen untuk menyam-

paikan materi kepada mahasiswa, kiat-kiat dosen

dalam menyampaikan materi pelajaran kepada

mahasiswa. Menurut Sutikno (2009) menyatakan

bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara

menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh

pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada

diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.

Persepsi tentang manfaat metode pem-

belajar an menurut informan penelitian terdapat

variasi jawaban di antaranya yaitu agar maha-

siswa tidak jenuh pada proses pembelajaran, ma-

hasiswa bisa aktif mencari solusi sendiri dalam

pembelajaran, dosen hanya mengarahkan atau

fasilitator, mahasiswa akan tahu materi pelajar-

an yang akan di sampaikan dosen. Untuk dosen

menyampaikan materi sesuai SKS yang akan

dicapai, diharapkan materi dapat dipahami ma-

hasiswa sehingga mahasiswa tahu dan jelas, bisa

menerima materi, hal ini sesuai dengan pendapat

Sudjana dalam Syah, D (2007), bahwa tujuan

penggunaan metode pembelajaran tersebut agar

materi pembelajaran dapat diserap peserta didik

dengan baik. Pendapat lain dari informan man-

faat metode pembelajaran yaitu nilai mahasiswa

naik, karena dengan metode pembelajaran itu

mahasiswa jadi tahu materi dosen, sehingga ma-

hasiswa akan meningkatkan belajarnya dan dapat

meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam pem-

belajaran, jadi mahasiswa lebih aktif mengikuti

pembelajaran, mahasiswa ikut terjun ke pembela-

jaran. Pendapat tersebut di dukung oleh pendapat

Benny, A (2009), yang menyatakan bahwa tujuan

proses pembelajaran adalah agar siswa dapat

mencapai kompetensi seperti yang diharapkan.

4.2 Persepsi mahasiswa tentang jenis-jenis

metode pembelajaran yang digunakan

dosen

Jenis-jenis metode pembelajaran yang di

gunakan dosen yaitu metode diskusi, ceramah,

jigzaw, tanya jawab, ,

simulasi, demonstrasi, resitasi, ronde, bed site

teaching, mentorship dan preseptorship, kerja

kelompok.

Hasil penelitian yang dilakukan Data terse-

but lebih jelas dapat dilihat pada bagan 4.2.

Page 15: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

79

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Persepsi mahasiswa tentang jenis-jenis

metode pembelajaran yang di gunakan dalam

PBM di berbagai tempat pembelajaran meliputi

tiga kategori, yaitu persepsi tentang jenis-jenis

metode pembelajaran yang digunakan dosen

pada proses pembelajaran a) di kelas, b) dalam

pembelajaran laboratorium c) di lapangan.

Jenis-jenis metode pembelajaran yang di

gunakan dosen yaitu metode diskusi, ceramah,

jigzaw, tanya jawab, ,

simulasi, demonstrasi, resitasi, ronde, bed site

teaching, mentorship dan preseptorship, kerja ke-

lompok.

Menurut pendapat informan tentang metode

diskusi yaitu membagi kelompok-kelompok

kecil atau besar, memecahkan dan mendiskusi-

kan suatu masalah. Metode diskusi bertujuan

untuk meng analisis, memecahkan, meggali,

mendiskusi kan permasalahan tertentu. Kelebihan

metode pembelajaran diskusi yaitu dapat melatih

siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau

gagasan secara verbal, dapat merangsang siswa

untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberi-

kan gagasan dan ide-ide, melatih untuk mem-

biasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi

setiap permasalah an. Metode diskusi tepat dapat

membiasakan siswa untuk beragumentasi dan

-

kasi dan memecahkan masalah serta mengambil

keputusan. Kelemahan diskusi ilmu yang didapat

kurang sesuai dengan yang diharapkan (Aqib ,

2013),

Menurut informan penelitian, metode cera-

mah yaitu dosen memberikan ceramah ke maha-

siswa di depan. Metode ceramah sering dianggap

sebagai metode yang membosankan jika guru

kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik.

Kekurangan metode ceramah yaitu monoton, ma-

hasiswa tidak aktif. Keuntungan metode ceramah

yaitu bila itu materi baru mahasiswa jadi tahu ma-

teri yang disampaikan oleh dosen (Aqib,2013).

Metode tanya jawab menurut informan

penelitian yaitu memberikan umpan balik ke

mahasiswa, dosen maupun mahasiswa saling

bertanya. Keuntungan metode tanya jawab yaitu

mahasiswa aktif, pembelajaran tidak membo-

sankan. Tujuan yang akan di capai dari metode

tanya ja wab yaitu untuk merangsang siswa ber-

pikir, untuk mengecek dan mengetahui sampai

sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai

oleh siswa (Aqib, 2013).

4.3 Persepsi mahasiswa tentang metode-

metode pembelajaran yang disenangi dan

tidak disenangi mahasiswa

Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.

4.3.1 Persepsi pada sub fenomena ini didapat-

kan metode pembelajaran yang disenangi

maupun tidak disenangi mahasiswa yaitu

metode diskusi, ceramah dan tanya jawab.

a Metode diskusi

Mahasiswa senang metode diskusi de-

ngan alasan untuk penyampaian teori yang

disenangi yaitu diskusi karena mahasiswa

bisa menemukan permasalahan yang perlu

di ketahui, mahasiswa bisa bercerita, bisa

lebih aktif, kalau ada pertanyaan dari teman-

teman waktu maju ke depan dan bisa men-

Page 16: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

80

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

jawab pertanyaan itu merasa puas, bangga,

karena merasa menguasai materi yang sudah

didiskusikan. Metode diskusi tepat jika di

gunakan untuk perluasan pengetahuan yang

telah dikuasai siswa atau peserta didik, dapat

melatih siswa untuk dapat mengemukakan

pendapat atau gagasan secara verbal (Aqib,

2013)..

Metode diskusi juga tidak disenangi

mahasiswa dengan alasan bahwa metode

diskusi membosankan, banyak mahasiswa

yang bicara sendiri saat pelaksanaan disku-

si, mahasiswa yang tidak aktif hanya diam.

Kelemahan diskusi dapat dikuasai oleh

orang-orang yang suka berbicara. Sering

terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai

oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki

keterampilan berbicara, sehingga bagi ma-

hasiswa yang kurang aktif mengikuti dis-

kusi akan bosan. Agar metode diskusi ba-

nyak disenangi mahasiswa maka metode ini

perlu strategi tertentu yang dapat menarik

mahasiswa dan mengaktifkan semua kalang-

an mahasiswa dalam pembelajaran diskusi,

karena diskusi memerlukan waktu yang cu-

kup panjang dan kadang-kadang tidak sesuai

dengan yang direncanakan (Aqib, 2013).

Metode ceramah disenangi mahasiswa

dengan alasan apabila cara penyampaian

dosen menarik dan dosen humoris dalam

pembelajaran maka mahasiswa akan senang.

Kalau dosen hanya membaca slide saja maka

mahasiswa bosan dan ngantuk. Sesuai de-

ngan pendapat Aqib, Z (2013), bahwa me-

lalui ceramah guru atau pengajar dapat me-

ngontrol keadaan kelas karena sepenuhnya

kelas merupakan tanggung jawab guru yang

memberikan ceramah.

Pendapat informan lain, metode yang

tidak di senangi yaitu metode ceramah kare-

na monoton, hanya komunikasi satu arah

saja dari dosen, tidak menggali kemampuan

mahasiswa. Ceramah yang tidak disertai

dengan peragaan dapat mengakibatkan ter-

jadinya verbalisme, ceramah sering diang-

gap sebagai metode yang membosankan jika

guru kurang memiliki kemampuan bertutur

yang baik (Aqib, 2013).

Mahasiswa senang metode tanya jawab

apabila dalam penyampaiannya menarik dan

dosen humoris. Berhasil tidaknya metode

tanya jawab sangat bergantung kepada

teknik guru dalam mengajukan pertanyaan-

nya. Metode ini digunakan apabila ber-

maksud mengulang bahan pelajaran, ingin

membangkitkan siswa belajar, tidak terlalu

banyak siswa, sebagai selingan metode cera-

mah (Aqib, 2013).

4.3.2 Persepsi pada sub fenomena ini didapat-

kan metode pembelajaran yang disenangi

mahasiswa yaitu metode simulasi, ,

demonstrasi, .

a. Metode simulasi; karena mahasiswa bisa

mengaplikasikan pengetahuan. Metode

simulasi bertujuan untuk dapat dijadikan se-

bagai bekal bagi siswa dalam menghadapi

situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam

kehidupan keluarga, masyarakat, maupun

menghadapi dunia kerja (Aqib, 2013).

b. Metode ; karena metode ini seru se-

hingga mahasiswa lebih bisa interaksi aktif

dengan kelompok lain, lebih menantang saat

pembelajaran.

c. Metode pembelajaran demonstrasi; karena

mahasiswa dapat mengaplikasikan materi,

dapat praktik langsung, mahasiswa jadi tahu

gambaran materi yang disampaikan dosen.

Sesuai dengan pendapat Saiful (2005), bah-

wa dengan cara mengamati secara langsung,

siswa akan memiliki kesempatan untuk

membandingkan antara teori dan kenyataan,

melalui metode demonstrasi, terjadinya ver-

balisme akan dapat dihindari karena siswa

disuruh langsung memerhatikan bahan pela-

jaran yang dijelaskan.

d. Metode , karena mahasiswa lebih

aktif, bisa berekspresi memerankan kenyata-

an di lapangan, mahasiswa tahu gambaran

besar materinya. Metode lebih

seru, sesuai pendapat Aqib, Z (2013), bahwa

metode ini akan menarik perhatian siswa,

sehingga dengan begitu suasana kelas akan

Page 17: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

81

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

menjadi lebih hidup dan menyenangkan

(Aqib, 2013).

4.3.3 Persepsi mahasiswa tentang jenis-jenis

metode pembelajaran yang tidak disenangi

menurut informan penelitian yaitu presen-

tasi kelompok

Metode presentasi kelompok tidak di-

senangai karena tidak efektif, mahasiswa tertentu

saja yang aktif, dan mahasiswa yang lain tidak

memperhatikan, kalau mahasiswa yang presenta-

si kurang menguasai materi maka membosankan

mahasiswa yang lain.

4.4 Persepsi mahasiswa tentang harapan ma-

hasiswa dalam penggunaan metode pem-

belajaran yang dapat memberikan moti-

vasi belajar.

Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4.

Penggunaan metode pembelajaran dapat

memberikan motivasi belajar karena dengan

metode yang sudah diterapkan mahasiswa ingin

menggali kemampuan memahami materi yang di

sampaikan. Namun metode pembelajaran yang

digunakan dosen ada yang belum terlalu se suai

harapan mahasiswa, mahasiswa ingin setiap

dosen dapat menerapkan semua metode pembe-

lajaran, sehingga mahasiswa tidak bosan, dosen

diharapkan dapat menguasai dan menerapkan

metode pembelajaran yang ada.

Harapan mahasiswa dalam penggunaan

metode pembelajaran yang dapat memberikan

motivasi belajar, antara lain:

a. Ada inovasi baru yang belum pernah di sam-

paikan dosen karena masih banyak metode-

metode pembelajaran yang lain yang belum

di sampaikan ke mahasiswa, dosen bisa me-

nambahkan teknis-teknis lain untuk metode

pembelajaran.

b. Pengembangan metode pembelajaran yang

sudah ada agar sistem pendidikan lebih ba-

gus, sehingga dapat membangkitkan moti-

vasi belajar mahasiswa, dan materi yang di-

sampaikan dosen dapat terserap secara utuh,

mahasiswa diharapkan hafal dalam proses

pembelajarannya. Metode pembelajaran

yang di harapkan mahasiswa yaitu yang ber-

variasi, yang tepat sasaran sehingga meng-

hasilkan mahasiswa yang berlian dan pro-

fesional. Menyesuaikan metode yang tepat

untuk pembelajaran teori dan praktik. Dalam

kegiatan mengajar makin tepat metode yang

kegiatan mengajar yang dilakukan antara

guru dan siswa pada akhirnya akan menun-

jang dan mengantarkan keberhasilan belajar

siswa dan keberhasilan yang dilakukan oleh

guru (Syah, 2007)

c. Dosen dapat menerapkan metode yang su-

dah ada, karena dosen mungkin sudah tahu

metode-metode pembelajaran yang ada teta-

pi belum menerapkan metode itu. Metode

pembelajaran yang di harapkan yaitu yang

beragam yang sesuai dengan materi yang di

sampaikan, materi yang harus disampaikan

dengan cerita yaitu dengan metode ceramah,

tetapi kalau pembelajaran berhubungan de-

ngan praktik disampaikan dengan demon-

strasi atau simulasi. Kriteria yang paling

utama dalam pemilihan metode pembelajar-

Page 18: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

82

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

an bahwa metode harus disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran atau kompetensi yang

ingin dicapai. Metode pembelajaran yang

di harapkan mahasiswa yaitu yang mening-

katkan peran aktif mahasiswa, dosen hanya

sebagai fasilitator dan mahasiswa yang aktif

dalam pembelajaran (Aqib, 2013).

5. KESIMPULAN

Persepsi mahasiswa tentang pengertian

metode pembelajaran adalah cara dosen untuk

mengimplementasikan teknik pembelajaran,

strategi dosen dalam menyampaikan materi dan

metode untuk belajar mengajar. Manfaat metode

pembelajaran yaitu untuk meningkatkan pema-

haman, partisipasi, interaksi dan keaktifan maha-

siswa.

Persepsi mahasiswa tentang jenis-jenis

metode pembelajaran yang digunakan dosen

pada proses PBM di berbagai tempat pembelajar-

an meliputi metode ceramah, tanya jawab, dis-

kusi, role play, resitasi, brainstorming, simulasi,

demonstrasi, jigzaw, drill.

Persepsi mahasiswa tentang jenis-jenis

metode pembelajaran yang disenangi mahasiswa

meliputi metode diskusi, jigzaw, brainstorming,

demonstrasi dan simulasi, role play, ceramah dan

tanya jawab. Metode pembelajaran yang tidak

disenangi mahasiswa meliputi metode ceramah,

presentasi kelompok, diskusi, tanya jawab.

Persepsi mahasiswa tentang harapan peng-

gunaan metode pembelajaran yang dapat mem-

berikan motivasi belajar bahwa mahasiswa

berharap agar dosen mengembangkan metode

narik sehingga mahasiswa tidak bosan, bisa aktif

dalam pembelajaran.

6. REFERENSI

Direktorat Jendral Pergururan Tinggi. 2008. Buku

Panduan Pengembangan Kurikulum Berba-

Jakarta

Fitriana, A 2012.

-

cussion. Surakarta: Politekhnik Kesehatan

Surakarta.

Hamdani, 2011. .

Bandung: CV Pustaka Setia.

Jacobsen, David A. 2009. Methods For Teaching.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Majid, Abdul. 2013. .

Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Masitoh, Siti. 2011. -

Ciamis. Yoyakarta: Uin Sunan Kalijaga.

Miles, M. B., Hubberman, A. M. 2007. Analisis

Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indone-

sia Press.

Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian

Kualitatif. EdisiRevisi. Bandung: PT Rema-

ja Rosdakarya.

Mulyana, D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualita-

tif. Bandung: Alfabeta.

Suardi, M. 2012. Pengantar Pendidikan: Teori

dan Aplikasi. Jakarta Barat: PT Indeks

Supriyanto, D. 2011. -

. Skripsi

FKIP UNS: Surakarta.

-oo0oo-

Page 19: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

83

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ABSTRAK

an

s

2

Kata kunci:

PENGARUH KONSELING MENGGUNAKAN ALAT

BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN (ABPK) BER-

KB TERHADAP PENGGUNAAN KONTRASEPSI

INTRA UTERIN DEVICE (IUD)

(Studi Pre Eksperimen di Desa Platarejo Kecamatan Giriwoyo

Kabupaten Wonogiri Tahun 2013)

Gita Kostania 1), Kuswati 2), Lina Kusmiyati3)

1, 2Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Surakarta3

Page 20: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

84

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ABSTRACT

-

-

Keywords: ABPK, KB, IUD, counseling

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan jum-

lah pendudukberada pada posisi keempat di du-

nia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif

tinggi. Esensi tugas program Keluarga Berencana

(KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurun kan

fertilitas agar dapat mengurangi beban pem-

bangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan

kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia

(Manuaba, 2010).

Pada saat ini alat kontrasepsi jangka panjang

terutama Intra Uterin Device (IUD) merupakan

salah satu cara kontrasepsi yang paling populer

dan diterima oleh program Keluarga Berencana

di setiap negara.

Menurut data BKKBN Provinsi Jawa Te-

ngah pada tahun 2012 jumlah PUS yang menjadi

peserta KB aktif tercatat sebanyak 4.784.150

peserta dengan rincian masing-masing per

metode kontrasepsi IUD 406.097 (8,49%),

MOW sebanyak 262.761 (5,49%), MOP seba-

nyak 52.679 (1,10%), kondom sebanyak 92.072

(1,92%), implansebanyak 463.786 (9,69%), sun-

tik sebanyak 2.753.967 (57,56%), pil sebanyak

752.788 (15,74%) (BKKBN Jateng, 2012). Ha-

sil pendataan peserta KB aktif seluruh keluarga

per metode kontrasepsi di Kabupaten Wonogiri

pada bulan Januari tahun 2013 yang menjadi

peserta KB aktif berjumlah 185.284 meliputi

IUD jumlah peserta 35259 (19,02%), MOW jum-

lah peserta 10951 (5,9%), MOP jumlah peserta

266 (0,1%), kondom 3836 (2,1%), implan jum-

lah peserta 10119 (5,4%), suntik jumlah peserta

97947 (52,8%), dan pil jumlah peserta 26906

(14,5%) (BKBKSP, Kab.Wonogiri 2013).

IUD merupakan alat kontrasepsi dalam ra-

him yang terbilang efektif karena angka kega-

galannya 1 dari 127-170 kehamilan.IUD efektif

segera setelah pemasangan, dapat digunakan

dalam jangka panjang yaitu 10 tahun untuk CuT-

380A sehingga lebih hemat karena tidak perlu

sering periksa ke tenaga kesehatan. Akan tetapi

IUD belum menjadi pilihan utama bagi akseptor

Page 21: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

85

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

yang akan melakukan keluarga berencana. Be-

berapa penelitian menyebutkan bahwa rendah-

nya pemakaian kontrasepsi IUD disebabkan oleh

ketidaktahuan akseptor tentang kelebihanmetode

tersebut. Ketidaktahuan akseptor tentang kelebih-

an metode kontrasepsi IUD disebabkan informasi

yang disampaikan petugas pelayanan KB kurang

lengkap (Maryatun, 2009).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh konseling menggunakan Alat Bantu

Pengambilan Keputusan (ABPK) ber-KB ter-

hadap penggunaan kontrasepsi IUD di Desa

Plata rejo.

2. PELAKSANAAN

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Platarejo

Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri

mulai dari 14 Oktober 2013 s/d 30 Novem-

ber 2013.

b. Populasi dan sampel penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

PUS di desa Platarejo. Pengambil an sam-

pel secara purposive sampling. Penentuan

sampel sebanyak 30 responden sesuai jum-

lah sampel minimum yang ditetapkan un-

tuk penelitian eksperimen (Sulistyaningsih,

2011) sesuai kriteria inklusi dan eklusi.

3. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen

studi . Pada desain ini

terdapat satu kelompok yang digunakan untuk

penelitian, tetapi dibagi dua, setengah kelompok

untuk eksperimen (yang diberikan perlakuan)

dan setengah kelompok untuk kontrol (yang tidak

diberi perlakuan).

Analisis data pada penelitian ini menggu-

nakan statistik nonparametrik yaitu pengujian

Pengujian dilakukan dengan bantuan

program komputer SPSS 16.0 forwindows.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil pengumpulan data, di-

peroleh karakteristik subyek penelitian meliputi

umur, paritas dan pekerjaan responden.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik

2. Jenis kontrasepsi responden sebelum di-

berikan konseling

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi karakteristik

digunakan sebelum konseling

Alat Kontrasepsi f Persentase (%)

Suntik 15 50,0

Pil 10 33,3

Kondom 1 3,3

Implan 0 0

IUD 0 0

Belum KB 4 13,4

Jumlah 30 100,0

3. Jenis alat kontrasepsi responden setelah

dilakukan konseling

Setelah dilakukan konseling baik dengan

ABPK maupun tanpa ABPK didapatkan data alat

kontrasepsi yang digunakan responden sebagai

berikut:

Page 22: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

86

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik

digunakan setelah dilakukan konseling

Alat Kontrasepsi

Dengan

ABPK

Tanpa

ABPK

f % f %

Suntik 2 6,6 7 23,4

Pil 2 6,6 4 13,3

Implan 0 0 1 3,3

Kondom 0 0 0 3

IUD 11 36,8 3 10

Jumlah 15 100,0 15 100,0

4. Pengaruh konseling menggunakan ABPK

ber-KB terhadap penggunaan kontrasep-

si IUD.

Penelitian ini digunakan untuk mengetahui

ada tidaknya pengaruh konseling mengguna-

kan alat bantu pengambilan keputusan (ABPK)

ber-KB terhadap penggunaan kontrasepsi IUD

dengan data kuantitatif berskala nominal by

nominal,sehingga dianalisis melalui analisis

kuantitatif dengan uji korelasi Chi-

Tabel 4.4

Hasil uji analisis non parametrik dengan

-Square diperoleh nilai x2 hitung = 8,571

> x2tabel = 3,481, dengan nilai kemaknaan (p)

sebesar 0,003<0,05., maka hipotesis nol ditolak

dan hipotesis alternatif diterima, artinya terdapat

pengaruh ABPK terhadap penggunan kontrasepsi

IUD di desa Platarejo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karak-

teristik subyek yang menjadi responden kelom-

pok umur terbanyak berusia antara 20 – 35tahun,

yaitu sebanyak 20 orang atau 66,7 %. Usia20

– 35 tahun merupakan usia reproduktif sehat.

Dalam Keluarga Berencana usia responden ber-

hubungan dengan pola penggunaan kontrasepsi

yang rasional, sehingga akan berpengaruh ter-

hadap sikap ibu dalam mempertimbangkan un-

tuk menggunakan alat kontrasepsi IUD. Sesuai

dengan usia reproduksi sehat dimana seseorang

dapat menentukan pilihan untuk menggunakan

kontrasepsi yang terbaik pada usia tersebut.

Karakteristik paritas dari subyek penelitian

terbanyak paritas 1 – 2 sebanyak 28 orang atau

93,3%, dalam hal ini sesuai dengan pola penggu-

naan kontrasepsi yang rasional pada masa meng-

atur kehamilan jangka panjang, karena paritas

lebih dari 3 merupakan ancaman bagi kesehatan

reproduktif dan kesejahteraan ekonomi.

Karakteristik pekerjaan dari responden ter-

banyak adalah ibu rumah tangga (IRT) sebanyak

14 orang atau 46,6%. Sebagian besar respon-

den merupakan ibu rumah tangga menunjukkan

bahwa kesadaran wanita akan membina keluar-

ga besar dengan banyak anak merupakan tugas

seorang ibu yangsangat berat. Anak yang banyak

jelas akan menyulitkan ibu untuk bekerja sehing-

ga ibu berkeinginan mengunakan alat kontrasepsi

IUD dengan tujuan dapat menjarangkan kehamil-

an dalam jangka waktu lama 8 – 10 tahun.

Karakteristik alat kontrasepsi yang di-

gunakan responden sebelum dilakukan konseling

terbanyak adalah KB suntik, sebanyak 15 respon-

den atau 50%. Hal ini sejalan dengan penelitian

Putriningrum (2011) dalam penelitiannya yang

berjudul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Ibu dalam Pemilihan Kontrasepsi KB Suntik di

BPS Ruvina Surakarta”, bahwa yang mempe-

ngaruhi pilihan ibu menjadi akseptor KB suntik

di Bidan Praktek Swasta Ruvina adalah faktor

pengetahuan, faktor pendidikan, dan faktor jum-

lah anak. Mereka beranggapan bahwa KB suntik

sangat praktis jika dibanding kontrasepsi yang

lain,misalnya penggunaan IUD (Intra Uterine

Device), mereka sangat takut menggunakannya

karena harus dimasukan pada lubang vagina dan

penggunaannya mengganggu hubungan suami

istri. Sedangkan kontrasepsi oral Pil, walaupun

mereka takut lupa minum dan kadang pusing, ba-

nyak dipilih akseptor karena mereka takut dengan

kontrasepsi suntik, implan ataupun IUD. Untuk

Page 23: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

87

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

kontrasepsi susuk (Implant) tidak ada pengguna

karena dimasukan di bawah kulit dengan proses

pemasangan melalui operasi kecil sehingga me-

reka sangat takut. Hal ini menunjukkan bahwa

informasi yang diperoleh oleh responden sangat

terbatas dan bahkan keliru terhadap beberapa je-

nis alat kontrasepsi sehingga mempengaruhi ter-

hadap persepsi dan pemilihan kontrasepsi.

Setelah dilakukan konseling dengan ABPK

ber-KB didapatkan sebanyak 11 responden me-

milih IUD, 2 responden tetap mengunakan KB

suntik, 2 responden memilih pil KB. Peminatan

terhadap kontrasepsi IUD meningkat setelah

akseptor diberikan konseling dengan ABPK

ber-KB. Konseling adalah proses pemberian in-

formasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara

sistematik dengan panduan ketrampilan komuni-

kasi interpersonal, teknik bimbingan dan pengua-

saan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk

membantu seseorang mengenali kondisinya saat

ini, masalah yang sedang dihadapi dan menen-

tukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi

masalah tersebut. Dalam melakukan konseling

KB agar optimal digunakan suatu Alat Bantu

Pengambilan Keputusan(ABPK) ber-KB. ABPK

ber-KB tidak hanya berisi informasi mutakhir

seputar kontrasepsi atau KB namun juga standar

proses dan langkah konseling KB yang berlan-

informasi dengan adanya konseling akan lebih

(Saifuddin, 2010). Bentuk ABPK ber-KB berupa

lembar balik yang menarik sehingga membuat

ibu lebih partisipasif untuk bertanya dan bisa me-

mahami apa yang menjadi kebutuhannya. ABPK

merupakan panduan standar pelayanan konseling

KB yang tidak hanya berisi informasi mutakhir

seputar kontrasepsi atau KB, namun juga berisi

standar proses dan langkah konseling KB yang

berlandaskan pada hak klien KB dan Inform

Choice. ABPK juga mempunyai fungsi ganda,

antara lain: membantu pengambilan keputusan

metode KB, membantu pemecahan masalah

dalam penggunaan KB,alat bantu kerja bagi pro-

vider (tenaga kesehatan), menyediakan referensi

atau info teknis, dan sebagai alat bantu visual un-

tuk pelatihan provider (tenaga kesehatan) yang

baru bertugas (BKKBN, 2011).

Data responden yang menggunakan alat

kontrasepsi setelah diberikan konseling tanpa

ABPK ber-KB yaitu sebanyak 7 responden ma-

sih menggunakan KB Suntik, 4 responden tetap

menggunakan Pil, 1 responden beralih Implan

dan 3 responden memilih IUD. Pada penelitian

ini peneliti memberikan konseling tanpa alat

bantu apapun. Peneliti hanya menjelaskan ten-

efek samping, manfaat, keuntungan, kerugian

dan cara pemasangan secara lisan. Dalam hal ini

peneliti memberikan kesempatan pada respon-

den untuk bertanya dan berpartisipasi aktif ter-

hadap ke giatan konseling yang dilakukan. Suatu

konseling agar berhasil harus meliputi beberapa

unsur antara lain pemberi pesan sebagai sumber

(encoder) atau konselor, materi atau isi pesan

(message), saluran atau media (channel), sasaran

sebagai penerima pesan (receiver) atau konseli,

pengaruh hasil komunikasi (effects) dan umpan

balik komunikasi (feedback) (BKKBN, 2012).

Konseling tanpa menggunakan suatu alat media

atau saluran (chanel) berarti menghilangkan salah

satu unsur dari konseling itu sendiri sehingga ke-

berhasilan dari tujuan konseling untuk merubah

persepsi dan pandangan seseorang terhadap satu

alat kontrasepsi kurang berhasil.

Menurut Nugroho (2010), beberapa strategi

untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dike-

lompokkan menjadi tiga bagian, yaitu menggu-

nakan kekuatan atau kekuasaan atau dorongan,

pemberian informasi dan diskusi partisipatif.

Dengan ABPK ber-KB, konseling dapat berjalan

secara informatif dan bersifat diskusi partisipatif

karena ABPK ber-KB merupakan panduan stan-

dar pelayanan konseling KB yang tidak hanya

berisi informasi mutakhir seputar kontrasepsi atau

KB namun juga berisi standar proses dan langkah

konseling KB yang berlandaskan pada hak klien

KB dan Inform Choice. ABPK juga mempunyai

fungsi ganda, antara lain membantu pengambilan

keputusan metode KB, membantu pemecahan

masalah dalam penggunaan KB, alat bantu kerja

bagi provider (tenaga kesehatan), menyediakan

referensi atau info teknis, dan alat bantu visual

untuk pelatihan provider (tenaga kesehatan) yang

baru bertugas. Hal tersebut merupakan aspek

yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga

Page 24: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

88

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Berencana. Konseling yang berkualitas antara

klien dan provider (tenaga medis) merupakan

salah satu indikator yang sangat menentukan bagi

keberhasilan program keluarga berencana (KB).

Pada penelitian ini didapatkan hasil uji

analisis nonparametrik dengan -Squaredi-

perolehnilai x2hitung= 8,571 >x2 tabel=3,481,

dengan nilai kemaknaan (p) sebesar 0,003<0,05,

maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alter-

natif diterima. Artinya terdapat pengaruh ABPK

terhadap penggunan kontrasepsi IUD di desa

Platarejo. Hal ini menunjukkan bahwa dengan

menggunakan ABPK seorang wanita lebih jelas

akan gambaran alat kontasepsi yang akan di-

gunakannya. Hal ini sejalan dengan penelitian

Candradewi (2013) dalam penelitian “Pengaruh

Pemberian Konseling Keluarga Berencana (KB)

terhadap Alat Kontrasepsi IUD Post Plasenta di

RSUP NTB” bahwa rata–rata nilai pengetahuan

ibu bersalin tentang IUD Post Plasenta sebelum

diberikan konseling KB adalah 12,53 dengan

standar deviasi 3,589. Sedangkan rata – rata ni-

lai pengetahuan ibu bersalin tentang IUD Post

Plasenta setelah diberikan konseling KB adalah

17,80 dengan standar deviasi 2,552. Perbedaan

nilai rata–rata pengetahuan ibu bersalin tentang

IUD Post Plasenta sebelum diberikan konseling

KB dan sesudah diberikan konseling KB adalah

-5,267 dengan standar deviasi 3,118. Hasil uji

statistik didapatkan nilai p = 0,001

-

kan rata-rata nilai pengetahuan ibu bersalin ten-

tang IUD Post Plasenta sebelum diberikan kon-

seling KB dan sesudah diberikan konseling KB.

Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh

pemberian konseling KB terhadap pemilihan alat

kontrasepsi IUD Post Plasenta.

Penggunaan ABPK ber-KB mempengaruhi

jenis kontrasepsi yang dipilih responden yaitu

IUD. ABPK ber-KB merupakan suatu media atau

saluran yang mempengaruhi proses konseling se-

hingga terjadi perubahan persepsi dan perilaku

sehingga akseptor memilih dan menggunakan

IUD. Sangat penting memberikan konseling pada

akseptor KB menggunakan ABPK ber-KB kare-

na ABPK ber-KB merupakan panduan standar

pelayanan konseling KB yang tidak hanya berisi

informasi mutakhir seputar kontrasepsi atau KB

namun juga berisi standar proses dan langkah

konseling KB yang berlandaskan pada hak klien

KB dan Inform Choice. ABPK juga mempunyai

fungsi ganda antara lain membantu pengambilan

keputusan metode KB, membantu pemecahan

masalah dalam penggunaan KB,alat bantu kerja

bagi provider (tenaga kesehatan), menyediakan

referensi atau info teknis, alat bantu visual untuk

pelatihan provider (tenaga kesehatan) yang baru

bertugas (BKKBN,2010)

5. KESIMPULAN

Ada pengaruh konseling menggunakan

ABPK ber-KB terhadap penggunaan alat kontra-

sepsi IUD di desa Platarejo, dilihat dengan meng-

gunakan analisis statistik chi square didapatkan

nilai x2hitung = 8,571 > x2 tabel = 3,481, dengan

nilai kemaknaan (p) sebesar 0,003<0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian informasi yang

benar kepada akseptor akan merubah perilaku se-

seorang. Dengan menggunakan ABPK akseptor

akan lebih jelas tentang gambaran alat kontasepsi

yang akan digunakannya karena ABPK ber-KB

merupakan suatu media atau saluran yang mem-

pengaruhi proses konseling sehingga terjadi pe-

rubahan persepsi dan perilaku sehingga aksepstor

memilih dan menggunakan IUD.

SARAN

Dengan adanya penelitian ini maka diharap-

kan masyarakat khususnya PUS lebih berperan

aktif dalam mengikuti program keluarga beren-

cana (KB) dan banyak mencari sumber informasi

guna memperluas pengetahuannya sehingga

dapatmenentukan alat kontrasepsi yang tepat se-

suai kebutuhannya.

Bagi Instansi Dinas Kesehatan Kabupaten

Wonogiri maupun pihak-pihak terkait diharapkan

dapat lebih memperhatikan pengadaan ABPK

bagi petugas kesehatan terutama bidan untuk me-

ningkatkan kualitas pelayanan Keluarga Beren-

cana bagi masyarakat, karena sejauh ini keterse-

diaan ABPK bagi tenaga kesehatan khususnya

bidan masih sangat terbatas.

6. REFERENSI

Astrina, K.M. (2008). Pengaruh Konseling ter-

Page 25: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

89

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

-

tar. -

diunduh tanggal 2 Agustus 2013.

BKBKSP.(2013).

.

diunduh pada

tanggal 5 Agustus 2013.

BKKBN.(2012).

Jateng,

tanggal 2 Agustus 2013.

_______. (2011). Buku Panduan Penggunaan

Ber-KB, Jakarta: MStar.

_______. (2012). Seri 10 Advokasi KIE, diunduh

tanggal 31 Agustus 2013.

Candradewi. (2013). Pengaruh Pemberian Kon-

RSUP NTB Tahun 2013. -

di unduh pada tanggal 11 No-

vember 2013.

Cunningham, F.G., Gant, F.N, Leveno, K.J.

(2006). , Edisi 21, Jakarta:

EGC.

Everet, S. (2007).

, Edisi 2, Jakarta: EGC.

Glasier, A., Gebbie,A. (2005). Keluarga Beren-

, Jakarta:

EGC.

Hidayat, A.A. (2010). Metode Penelitian Kebi-

danan dan Teknik Analisis Data, Jakarta: Sa-

lemba Medika.

Machfoedz, I. (2006). , Yogya-

karta: Fitramaya.

Manuaba, I. B. (2010).Ilmu Kebidanan, Penyakit

Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC.

Maryatun. (2009).

-

, Surakarta: STIKES Aisyiyah.

McLeod, J. (2006). Pengantar Konseling Teori

dan Studi Kasus, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Notoadmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian

Kesehatan, Edisi 3, Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho.(2012)

Kesehatan,

-

diunduh tanggal 3 Oktober

Puskesmas Giriwoyo II. (2012).Data Peserta KB

Baru, Giriwoyo:Arsip Laporan.

Saifuddin, B. A., Affandi, B, Baharuddin, M,

Soekir, S. (2010).Buku Acuan Nasional

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neona-

tal, Jakarta: YBPSP.

Saryono. (2010).

, Purwokerto: UPT Percetakan dan

Penerbitan.

Speroff, L., Darney, P. (2003). Pedoman Klinis

, Edisi 2, Jakarta: EGC.

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Kuantitaif

Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Sulistyaningsih, (2011).Metodologi Penelitian

, Yogyakar-

ta: Graha Ilmu.

Uripni, C. L.,Untung, S. (2003). Komunikasi Ke-

bidanan, Jakarta: EGC.

Wararag.D, (2013).

Pencabutan,

diunduh tanggal 10 Septem-

ber 2013.

Yulifah. R, Yuswanto, T.J.A. (2009). Komunikasi

dan Konseling dalam Kebidanan, Jakarta:

Salemba Medika.

-oo0oo-

Page 26: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

90

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ABSTRAK

Kata kunci:

ABSTRACT

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN STRATEGI

KOPING PADA ANGGOTA KELUARGA DENGAN

RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI WILAYAH

SURAKARTA

Dwi Ariani Sulistyowati1)

1,

Page 27: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

91

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Keywords:

1. PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23

tahun 1992 bahwa pembangunan kesehatan ber-

tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemempuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajad kesehatan ynag optimal.

Untuk itu diselenggarakan upaya kesehatan yang

salah satunya dilaksanakan melalui kegiatan ke-

sehatan keluarga yang dalam pelaksanaannya

melalui penyediaan sarana dan prasarana atau

dengan kegiatan yang menunjang peningkatan

kesehatan keluarga.

Dalam sebuah unit keluarga, penyakit yang

diderita salah satu anggota keluarga akan mem-

pengaruhi satu atau lebih anggota keluarga dan

dalam hal tertentu, sering kali akan mempe-

ngaruhi anggota keluarga yang lain (Friedman,

1998). Bila salah satu individu dalam keluarga

meempunyai riwayat perilaku kekerasan dan

memerlukan tindakan keperwatan, maka hal ini

tidak hanya menimbulkan stress pada dirinya

sendiri tetapi juga pada keluarganya.

Di seluruh Asia, diperkirakan 2-10 dari se-

tiap 1000 penduduk mengalami schizofrenia, dan

10% diantaranya perlu diobati dan dirawat inten-

sif karena telah sampai pada taraf yang mengkha-

watirkan.

Prevalensi penderita schizofrenia di Indone-

sia adalah 0,3 – 1 %. Apabila penduduk Indonesia

sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar

2 juta jiwa menderita schizofrenia. Schizofrenia

adalah gangguan mental yang sangat luas dialami

di Indonesia, dimana sekitar 99% Rumah Sakit

Jiwa di Indonesia adalah penderita schizofrenia

(Sosrosumihardjo, 2007). Permasalahan utama

yang sering terjadi pada pasien schizofrenia

adalah perilaku kekerasan. Hal ini sesuai de-

ngan diagnosa keperawatan NANDA yang biasa

ditegakkan berdasarkan pengkajian gejala psiko-

tik atau tanda positif. Kondisi ini harus segera

ditangani karena perilaku kekerasan yang terjadi

akan membahayakan diri pasien, orang lain, dan

lingkungan. Hal inilah yang menjadi alasan uta-

ma pasien schizofrenia dibawa ke rumah sakit.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana

seseorang melakukan tindakan yang dapat mem-

orang lain, maupun lingkungan. Hal tersebut di-

lakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal

atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan

Sundeen, 2006).

Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu

akibat yang ekstrim dari rasa marah atau ketakut-

an yang mal adaptif (panik). Perilaku agresif dan

perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang

sebagai suatu dimana agresif verbal di suatu sisi

dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang

lain. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan

di mana seseorang melakukan tindakan yang

diri sendiri maupun orang lain, sering disebut

juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang

marah berespon terhadap suatu stressor dengan

gerakan motorik yang tidak terkontrol (Stuart dan

Laraia, 2005), sedangkan kemarahan adalah per-

asaan jengkel yang muncul sebagai respon terha-

dap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman

(Keliat, 1996).

Kecemasan adalah sensasi yang mem-

bingungkan dari kejadian yang akan datang yang

muncul tanpa alasan. Kecemasan dicetuskan

oleh sesuatu yang tidak diketahui dan muncul

sebelum ada pengalaman baru, yang mengan-

cam identitas dan harga diri seseorang (Taylor,

1997). Kecemas an akan muncul pada keluarga

yang salah satu anggota keluarganya sedang sakit

dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Bila

salah satu anggota keluarga sakit maka hal terse-

but akan menyebabkan terjadinya krisis pada ke-

luarga. Untuk menghadapi keadaan yang penuh

stress tersebut keluarga perlu mengembangkan

koping yang efektif. Strategi dan proses koping

keluarga berfungsi serbagai proses dan meka-

nisme yang vital dimana melalui proses dan me-

kanisme tersebut fungsi-fungsi keluarga menjadi

nyata. Tanpa koping yang efektif, fungsi afektif,

Page 28: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

92

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ekonomi, sosialisasi, perawatan keluarga tidak

dapat dicapai secara adekuat (Friedman, 1998).

Oleh sebab itu proses koping keluarga meru-

pakan proses penting yang membuat keluarga

mampu mencapai fungsi-fungsi keluarganya se-

cara optimal.

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubung-

an antara tingkat kecemasan dengan strategi ko-

ping pada keluarga dengan anggota keluarga ri-

wayat perilaku kekerasan di wilayah Surakarta.

2. PELAKSANAAN

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan

Maret tahun 2013 di wilayah Surakarta.

b. Populasi dan sampel penelitian

Dari 45 responden di Wilayah Surakarta me-

menuhi syarat untuk dijadikan responden

sejumlah 30 pasien. Teknik sampling yang

digunakan dalam penentuan sampel adalah

proporsional .

Metode pengumpulan data tentang ting-

kat kecemasan dengan strategi koping pada

keluarga dengan anggota keluarga perilaku

kekerasan dengan menggunakan angket.

3. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah dis-

kripsi analitik dengan cross sectional atau studi

potong lintang, bahwa penelitian ini serentak

pada saat dan periode yang sama

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Diskripsi Karakteristik Responden

-

den

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 30

responden yang mengalami kecemasan dengan

strategi koping pada keluarga dengan riwayat

perilaku kekerasan di wilayah Surakarta adalah

perempuan yaitu 10 orang (33,3 %) dan laki-laki

sebesar 20 orang (66,7 %).

Distribusi jenis kelamin responden yang

mengalami kecemasan dengan strategi koping

pada keluarga dengan riwayat perilaku kekerasan

di wilayah Surakarta dapat dilihat pada gambar1.

Dari 30 responden yang mengalami ke-

cemasan dengan strategi koping pada keluarga

dengan riwayat perilaku kekerasan di wilayah

Surakarta sebagian besar usia dewasa yaitu 13

orang (43,3%), usia remaja sejumlah 9 orang

(30%), dan usia tua sejumlah 8 orang (26,7%).

Distribusi frekuensi umur responden yang

mengalami kecemasan dengan strategi koping

pada keluarga dengan riwayat perilaku kekerasan

di wilayah Surakarta tersebut dibuat dalam ben-Surakarta tersebut dibuat dalam ben-

Page 29: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

93

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

-

Dari 30 responden yang yang mengalami

kecemasan dengan strategi koping pada keluar-

ga dengan riwayat perilaku kekerasan di wila-

yah Surakarta yang mempunyai tingkat pendi-Surakarta yang mempunyai tingkat pendi- yang mempunyai tingkat pendi-

dikan Sekolah Dasar (SD) adalah sebesar 12

orang (40%), Sekolah Menengah Pertama sebe-

sar 1 orang (3,3%), Sekolah Menengah Atas 9

orang (30%), Perguruan Tinggi sebesar 5 orang

(16,7%), dan tidak bersekolah sebesar 3 orang

(10%).

Distribusi frekuensi tingkat pendidikan re-

-

bagai berikut:

-

Dari 30 responden yang diteliti sebagian

besar mengalami penurunan frekuensi setelah

dilakukan tindakan intervensi (pemasangan re-

strain). Distribusi frekuensi tabulasi perilaku re-

sponden lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4

sebagai berikut:

Distribusi frekuensi tabulasi perilaku re-

maka akan tampak seperti gambar berikut ini.

-

Dari 30 responden yang diteliti sebagian

besar mengalami penurunan frekuensi setelah

dilakukan tindakan intervensi (pemasangan re-

strain). Distribusi frekuensi tabulasi verbal re-

sponden lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5

sebagai berikut:

Distribusi frekuensi tabulasi verbal respon-

akan tampak seperti gambar berikut.

-

Dari 30 responden yang diteliti sebagian

besar mengalami penurunan frekuensi setelah

Page 30: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

94

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

di lakukan tindakan intervensi (pemasangan res-

train). Distribusi frekuensi tabulasi emosi respon-

den lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel seba-

gai berikut:

Distribusi frekuensi tabulasi emosi respon-

akan tampak seperti gambar berikut ini.

-

den

Dari 30 responden sebagian besar meng-

alami penurunan frekuensi setelah dilakukan

tindakan intervensi (pemasangan restrain). Dis-

jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

tampak seperti gambar berikut ini.

4.2 Distribusi Tingkat Kecemasan Berdasar-

kan Karakteristik responden

Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari 30 responden yang diteliti secara kese-

luruhan mengalami kecemasan dengan strategi

koping pada keluarga dengan riwayat perilaku

kekerasan di wilayah Surakarta dalah jenis kela-Surakarta dalah jenis kela- dalah jenis kela-

min laki-laki sebesar 20 orang (66,7%) dan pe-

rempuan 10 orang (33,3%). Distribusi frekuensi

kecemasan berat berdasarkan jenis kelamin lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 sebagai ber-

ikut:

-

Dari 30 responden yang diteliti mengalami

kecemasan dengan strategi koping pada keluar-

ga dengan riwayat perilaku kekerasan di wila-

yah Surakarta sebagian besar usia dewasa yaitu

13 orang (43,3%), usia remaja sejumlah 9 orang

(30%), dan usia tua sejumlah 8 orang (26,7%).

Distribusi frekuensi kecemasan berat berdasar-

kan umur lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Page 31: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

95

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

-

kan Pendidikan

Dari 30 responden yang mengalami

kecemas an dengan strategi koping pada keluar-

ga dengan riwayat perilaku kekerasan di wila-

yah Surakarta yang mempunyai tingkat pendi-Surakarta yang mempunyai tingkat pendi- yang mempunyai tingkat pendi-

dikan Sekolah Dasar (SD) adalah sebesar 12

orang (40%), Sekolah Menengah Pertama sebe-

sar 1 orang (3,3%), Sekolah Menengah Atas 9

orang (30%), Perguruan Tinggi sebesar 5 orang

(16,7%), dan tidak bersekolah sebesar 3 orang

(10%). Distribusi frekuensi kecemasan berat ber-Distribusi frekuensi kecemasan berat ber-

dasarkan tingkat pendidikan lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut

Manifestasi klinis kecemasan berat adalah

ditandai dengan persepsi sangat berkurang, ber-

fokus pada hal-hal detail. Kecemasan berat ini

terjadi disebabkan oleh karena kecemasan be-

rat disebabkan oleh karena kondisi rumah sakit

merupakan pengalaman pertama kali bagi pasien

maupun keluarga pasien dan harus beradaptasi

dengan lingkungan yang baru dirumah sakit, di-

mana harus berhadapan dengan prosedur – prose-

dur yang sebelumnya tidak diketahui.

Dari hasil data tentang distribusi tingkat

kecemasan berat dengan anggota keluarga pen-

derita gangguan jiwa riwayat perilaku kekerasan

di wilayah Surakarta; hal ini dapat disebabkan

karena pasien baik laki-laki maupun perempuan

menghadapi lingkungan yang baru yang belum

diketahui. Hal ini sesuai dengan teori yang dike-

mukakan oleh Johnson dan Shoen, (1997) yang

menyatakan bahwa perubahan lingkungan meru-

pakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

kecemasan. Penyebab yang lain adalah semakin

pasien maupun keluarga mengetahui hal-hal yang

harus dilakukan sesuai prosedur di rumah sakit

semakin mengalami kecemasan. Hal ini sesuai

dengan teori yang disampaikan White Ruth dan

Christine Ewan, (1991) yang menyatakan bahwa

pengalaman dirumah sakit yang kompleks akan

menimbulkan kecemasan.

4.3 Analisis Bivariat

Berdasarkan perhitungan menggunakan

dengan bantuan program kom-

puter aplikasi statistik SPSS for Windows versi

10.0 diperoleh hasil seperti pada tabel sebagai

berikut:

Berdasarkan table di atas diperoleh per-

bandingan nilai probabilitas tingkat kecemasan

= 0,003 < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.

Dengan demikian nilai probabilitas lebih kecil

dari 0,05 , maka Ho ditolak dan Ha diterima atau

tingkat kecemasan dengan strategi koping pada

keluarga dengan riwayat perilaku kekerasan di

wilayah Surakarta.

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasa-

an tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi

dialami secara subyektif dan dikomunikasikan

dalam hubungan interpersonal. Pada tingkat ke-

cemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi

seseorang. Seseorang cenderung untuk memu-

Page 32: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

96

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

-

rilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

Dengan demikian kecemasan mempunyai kon-

tribusi dalam pemilihan strategi koping keluarga.

Berdasarkan hasil uji statistik variabel kece-

masan diperoleh nilai r sebesar

0,412 artinya setiap kenaikan 5% variabel kece-

masan dengan menganggap variabel lain selain

kecemasan dikendalikan, maka akan diikuti ke-

naikan pemilihan strategi koping sebesar 4,12%.

Faktor kecemasan dalam penelitian ini ter-

bukti mampu memberikan kontribusi yang posi-

koping keluarga dengan anggota keluarga pen-anggota keluarga pen-pen-

derita gangguan jiwa riwayat perilaku kekerasan

di wilayah Surakarta. Hal ini dibuktikan hasil

Uji Stattistik diperoleh per-

bandingan nilai probabilitas tingkat kecemas-

an = 0,003 < 0,05 dengan tingkat kepercayaan

95%. Dengan demikian nilai probabilitas lebih

kecil dari nilai tabel kritis, sehingga Ho ditolak

dan Ha diterima atau ada hubungan yang positif

strategi koping dengan anggota keluarga pende-anggota keluarga pende-pende-

rita gangguan jiwa riwayat perilaku kekerasan di

wilayah Surakarta

Penderita dengan penyakit jantung dapat

mengalami stress, kecemasan, dan gelisah karena

sulit bernafas (Smeltzer 2001). Dalam penelitian

keperawatan tentang keluarga, bahwa dengan

adanya penyakit jantung iskemik (Tapp 1995 da-

lam Friedman 1998), keluarga mengalami stress

yang berhubungan dengan kebutuhan untuk pe-

ran keluarga tambahan dan tanggung jawab un-

tuk memonitor kesehatan. Reaksi seseorang ter-

hadap adanya penyakit berbeda-beda tergantung

dari keseriusan penyakit tersebut. Penyakit yang

parah dan mengancam dapat menyebabkan per-

ubahan emosional dan perilaku pada individu ter-

sebut dan bagi keluarganya. Perubahan yang ter-

jadi seperti kecemasan, syok, penolakan, marah,

dan menarik diri ( Potter & Pery 1995 ). Menurut

pandangan interpersonal kecemasan timbul ter-

hadap tidak adanya penerimaan dan penolakan

interpersonal. Selain itu kecemasan juga berhu-

bungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan

-

dah terutama mudah mengalami perkembangan

kecemasan yang berat.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah

penelitian ini hanya mengamati sekali saja pada

saat pengambilan data dan tidak diamati dalam

jangka panjang. Sampel dalam penelitian ini ha-

nya di Wilayah Surakarta, sehingga belum dapat

mencerminkan hubungan kecemasan dengan

strategi koping pada keluarga dengan riwayat

perilaku kekerasan yang digunakan keluarga di

semua jasa pelayanan kesehatan, dan masih ba-

nyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

strategi koping. Penelitian ini hanya menganali-

sis hubungan variable tingkat kecemasan dengan

strategi koping pada keluarga dengan riwayat

perilaku kekerasan. Selain itu, ancaman terhadap

sistem diri, gangguan fungsi sistem keluarga, dan

-

bangan waktu dan biaya penelitian yang terbatas.

5. KESIMPULAN

a. Tingkat kecemasan keluarga dengan anggota

keluarga penderita gangguan jiwa riwayat

perilaku kekerasan di Wilayah Surakarta se-

cara keseluruhan mengalami kecemasan be-

rat yaitu 50 orang (100%).

b. Strategi koping yang digunakan keluarga

dengan anggota keluarga penderita gang-

guan jiwa riwayat perilaku kekerasan di

Wilayah Surakarta yang mempunyai strate-

gi koping kurang efektif sebesar 12 orang

(24%), strategi koping cukup efektif sebesar

13 orang (26%), dan strategi koping baik

sebesar 25 orang (50%).

c. Hasil hipotesa menun-

jukkan ada hubungan yang positif dan sig-

anggota keluarga penderita gangguan jiwa

riwayat perilaku kekerasan dengan strategi

koping di Wilayah Surakarta.

SARAN

Peningkatan pengetahuan pasien dan ke-

luarga tentang prosedur dan pengelolaan gang-

guan jiwa riwayat perilaku kekerasan yang dapat

dilakukan dengan mengikuti penyuluhan ke-

sehatan, membaca buku - buku tentang riwayat

perilaku kekerasan khususnya pencegahan dan

Page 33: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

97

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

pengelolaan gangguan jiwa riwayat perilaku ke-

-

diakan oleh Puskesmas dan kontrol secara teratur

dan konsultasi pada petugas kesehatan di Puskes-

mas Mojosongo Surakarta.

Di harapkan bagi tenaga kesehatan khusus-

nya perawat serta profesi kesehatan lain untuk

lebih intensif mengkaji dan menangani masalah-

masalah kecemasan baik pasien maupun keluarga

yang terkait dengan anggota keluarga penderita

gangguan jiwa riwayat perilaku kekerasan juga

faktor – faktor yang lain yang bisa menyebabkan

kecemasan seperti lingkungan rumah sakit yang

asing.

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut ten-

tang faktor – faktor yang berpengaruh terhadap

tingkat kecemasan dan strategi koping, selain

faktor yang sudah diteliti.

6. REFERENSI

Doengoes, Marlyn E, 2006. Rencana Asuhan

Alih bahasa Laila

Mahmudah et al. Editor Monica Ester Ed. 3.

Jakarta: EGC.

Isaac Ann, 2006.

Alih bahasa

D.P. Rahayuningsih, Editor Sari Kurnianing-

sih Jakarta: EGC.

Keliat B.A. dan Akemat, 1996. -

Jakarta: EGC.

Keliat B.A dan Akemat, 1998. Marah Akibat Pe-

Jakarta: EGC.

Kristanty, P, 2009.

Jakarta: Trans Info Media.

Machfoeds, I. 2007. Metodologi Penelitian Yog-

yakarta: Fitramaya.

Mancini, Mary E., 2004. Pedoman Praktis Prose-

of Emergency Nursing Alih ba-

hasa / editor Ni Luh Gde Yasmin Asih, Ja-

karta: EGC.

Maramis, W.F., 2005. Catatan Ilmu Kedokteran

Surabaya: Airlangga University Press.

Marlindawati, J. 2009. Penggunaan Restrain Pada

, diunduh

tanggal 26 Juni 2012.

NANDA, 2010.

. Editor T.Heather

Herdman, alih bahasa Made Sumarwati, dkk.

Editor Monica Ester, Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. , 2005. Pengantar Pendidikan

Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Nurjanah, I., 2004

-

Yogyakarta: Moco Media.

Nursalam, 2009. -

-

edisi 2. Jakarta: Salemba Me-

dika.

Riwidikdo, H., 2010. Statistik Untuk Penelitian

SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rima.

Sugiyono, 2010.

Bandung: Alfabeta.

Sulisetyowati E.C, 2009.

Stuart, G.W., 20006.

Alih bahasa Achir Yani S.H., Editor

Yasmin Asih, Jakarta EGC.

Stuart and Sundeen, 2006. ,

Jakarta: EGC.

Townsen, M.C., 2009.

-

Alih bahasa

Novi Helena C.D., editor Monica Ester, Ed.3

Jakarata: EGC.

Videbeck, S.L., 2008.

Alih bahasa Renata K., Afrina H. Edi-

tor Pamilih E.K. Jakarta: EGC.

-oo0oo-

Page 34: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

98

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ABSTRAK

engetahui hubungan

Kata kunci:

ABSTRACT

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PENCAPAIAN

TARGET PEMASANGAN INFUS PADA MAHASISWA

TINGKAT II JURUSAN D III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA TAHUN 2013

Sri Mulyanti1)

1,

Page 35: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

99

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Keywords: skills, motivation, infusion, the target

1. PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, ke-

mauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajad kesehatan masyara-

kat yang setinggi-tingginya. (SKN, 2009). Semua

komponen bangsa tersebut tidak terkecuali Jurus-

an Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta

sebagai institusi kesehatan yang ikut berperan

dalam membentuk tenaga kesehatan khususnya

perawat yang dapat sebagai sarana untuk menca-

pai tujuan tersebut sesuai dengan strategi pem-

bangunan kesehatan yang salah satunya adalah

profesionalisme tenaga kesehatan.

Profesionalisme tenaga kesehatan ditunjuk-

kan dari perilaku tenaga kesehatan yang mem-

berikan pelayanan kesehatan berdasarkan standar

pelayanan, mandiri, bertanggung jawab dan ber-

tanggung gugat, serta senantiasa mengembang-

kan kemampuan sesuai dengan kemajuan ilmu

pengetahuan.

Dalam mencapai visi misinya, Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta

mempunyai target dalam setiap lulusannya untuk

dapat unggul bersaing dalam dunia kerja dalam

lingkup nasional maupun internasional. Salah

satu cara yang ditempuh adalah dengan cara

melakukan evalusi atau pantauan setiap kom-

ponen kompetensi, termasuk didalamnya pen-

capaian target pemasangan infus. Ketrampilan

pemasangan infus merupakan salah satu kom-

petensi yang harus dimiliki oleh tenaga perawat

profesional. Hampir setiap hari seorang perawat

pasti menemui pasien yang harus dipasang infus.

Untuk itu maka perawat harus terampil dalam

melakukan pemasangan infus. Supaya perawat

mempunyai ketrampilan pemasangan infus maka

sejak dari pendidikan harus sudah dibekali teori

dan praktek memasang infus secara langsung ke

pasien.

Kondisi tersebut tidak lepas dari motivasi

mahasiswa yang berinisiatif dari dalam untuk

mencari ketrampilan tersebut selama praktek

keperawatan di rumah sakit. Berdasarkan pan-

tauan kompetensi dalam lembar kompetensi ma-

hasiswa yang dilaksanakan pada periode praktek

semester III, mahasiswa mengalami penurunan

motivasi dalam mencapai target kompetensi

pemasangan infus yang terlihat dalam rincian

kompetensi tersebut dalam setiap asuhan kepe-

rawatan yang dilakukan secara langsung terha-

dap pasien.

Kompetensi ketrampilan pemasangan infus

dapat dicapai dengan pendekatan praktek klinik

yang dapat bervariatif sesuai motivasi dalam diri

setiap mahasiswa. Oleh karena itu tujuan dari

penelitian untuk mengetahui hubungan antara

motivasi dengan pencapaian target pemasangan

infus pada mahasiswa tingkat II Jurusan D III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta ta-

hun 2013.

2. PELAKSANAAN

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Jurusan D III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Sura-

karta, jalan Let. Jen Sutoyo Surakarta. Pe-

ngambilan data dilaksanakan selama bulan

Juli 2013

b. Populasi dan sampel penelitian

Populasi dan sampel penelitian adalah se-

mua mahasiswa tingkat II Jurusan D III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakar-

ta tahun 2013 sejumlah 104 mahasiswa yang

dibagi menjadi 2 (dua) kelas untuk memu-

dahkan koordinasi.

3. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik

korelasional untuk mengetahui hubungan antara

motivasi mahasiswa dengan keberhasilan penca-

paian target pemasangan infus

Page 36: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

100

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Program pendidikan Diploma III Kepe-

rawatan merupakan salah satu program pen-

didikan perawat yang bertujuan untuk meghasil-

kan perawat profesional yang mengutamakan

kemampuan ketrampilan keperawatan. Sebagai

profesi yang mengutamakan pelayanan yang

bersifat altruistik maka seorang perawat harus

mempunyai bekal yang cukup dalam hal kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Tindakan pemasangan infus merupakan

salah satu tindakan keperawatan sebagai tugas

limpah dari dokter yang sering dilakukan di

rumah sakit. Hampir setiap hari tindakan ini akan

dilakukan pada pasien terkait dengan pemenuhan

kebutuhan cairan tubuh ataupun fasilitasi pem-

berian obat parenteral. Untuk dapat melakukan

pemasangan infus dengan terampil maka sejak

dalam perkuliahan, mahasiswa sebaiknya sudah

dilatih secara laboratorium ataupun secara lang-

sung ke pasien.

-

mester IV di Jurusan Keperawatan Polteknik Ke-

sehatan Surakarta dapat terlihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa mayoritas maha-

siswa Tingkat II Semester IV tahun 2012/2013

Jurusan keperawatan Poltekes Surakarta lebih

banyak didominasi oleh perempuan yaitu 75, 96

% dan mahasiswa laki – laki lebih sedikti yaitu

24,04 %. Kondisi ini merupakan hal yang lum-

rah karena memang secara umum profesi perawat

lebih banyak didominasi oleh perempuan

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa mahasiswa

Tingkat II Semester IV berada pada rentang umur

18 tahun – 24 tahun, dimana jumlah terbesar

adalah pada kelompok umur 20 tahun yaitu

70,19% dan yang paling sedikit adalah kelompok

umur 22 tahun – 24 tahun yaitu masing-masing

hanya 0,96 %. Kondisi ini merupakan hal yang

normal karena politeknik kesehatan merupakan

pendidikan vokasi dimana syarat calon mahasiswa

adalah lulusan SMA dengan umur maksimal saat

masuk 28 tahun. Mahasiswa tingkat II rata-rata

berumur 19 tahun – 20 tahun.

4.2 Pencapaian Target Pemasangan Infus

Berdasar data yang diperoleh menunjukkan

bahwa pencapaian target ketrampilan pemasang-

an infus untuk mahasiswa Tingkat II Semester IV

tahun 2012/2013 Jurusan keperawatan Poltekes

Surakarta belum memuaskan. Gambaran hasil

pencapaian terlihat pada diagram 4.1. di bawah

ini

Diagram 4.1. menunjukkan bahwa 86 atau

82,69 % mahasiswa sebagai responden sudah

mampu mencapai target pencapaian ketrampilan

pemasangan infus dan 18 atau 17,31 % maha-

siswa belum mampu mencapai target. Kondisi

belum sesuai denganharapan yang sudah ditetap-

kan akademi yaitu seluruh mahasiswa atau 100%

Page 37: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

101

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

mahasiswa harus mampu mencapai target ke-

trampilan memasang infus pada pasien saat prak-

tik.

Salah satu kompetensi perawat sesuai de-

ngan Kurikulum Nasional D III Keperawatan ta-

hun 2006 adalah mampu melakukan perawatan

pada pasien yang mengalami gangguan kebu-

tuhan cairan. Cairan atau juga sering disebut

dengan cairan tubuh merupakan salah satu ke-

butuhan dasar manusia yang vital. Pasien yang

mengalami kekurangan atau kelebihan cairan ha-

rus dirawat sampai mencapai cairan tubuh yang

seimbang. Ketrampilan perawat yang terkait

langsung dalam merawat pasien yang mengalami

gangguan cairan salah satunya adalah ketrampi-

lan memasang infus.

Tindakan pemasangan infus adalah tindak-

an kanulasi vena (memasukkan jarum ke dalam

vena) sebagai jalan memasukkan cairan infus

ke dalam tubuh pasien. Tindakan ini termasuk

tindakan invasiv yang sangat sering dilakukan

oleh perawat tidak hanya untuk memenuhi ke-

butuhan cairan tetapi juga untuk kebutuhan yang

lain se perti memasukkan obat parenteral ataupun

sebagai persiapan operasi. Di sisi lain tindakan

memasang infus merupakan salah satu tindakan

yang sangat ditakuti oleh pasien terkait dengan

penggunaan jarum dan rasa sakit. Pemasangan

infus sering membuat pasien kesakitan dan me-

nimbulkan efek trauma yang lama bagi pasien.

Untuk meminimalkan dampak tersebut maka

kemampuan memasang infus dengan tepat dan

aman harus dimiliki oleh perawat. Karena meru-

pakan kompetensi psikomotor maka frekwensi

melakukan tindakan memegang perawan pen-

ting. Untuk itu sejak menjadi mahasiswa perawat

sudah harus dilatih melakukan ketrampilan ini.

Berkenaan dengan hal tersebut maka Poli-

teknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kepe rawatan

sebagai salah satu program pendidikan yang

menghasilkan perawat selalu berusaha memberi-

kan bekal yang cukup bagi mahasiswa terkait

dengan ketrampilan melakukan pemasang an in-

fus. Pencapaian kompetensi ini dimulai dari pem-

berian teori di kelas, latihan praktik di laborato-

rium dengan menggunakan phantom dan melatih

mahasiswa secara langsung saat praktik klinik.

Sebagai langkah pencapaian kompetensi ini

maka Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Surakarta mengambil kebijkan bahawa seluruh

mahasiswa Tingkat II Semester IV harus pernah

melakukan pemaangan infus ke pasien langsung

secara mandiri minimal 3 kali selama periode

praktik. Namun berdasar hasil evaluasi pencapai-

an kompetensi ini sering meunjukkan hasil yang

kurang memuaskan. Kondisi yang sama juga ter-

jadi pada tahun ini yang ditunjukkan dari hasil

kuesioner dimana masih ada 18 atau 17,31 maha-

siswa yang belum mencapai target.

4.3 Motivasi Mahasiswa

Motivasi mahasiswa Tingkat II Semester IV

tahun 2012/2013 Jurusan keperawatan Poltekes

Surakarta secara umum masuk kategori tinggi

dengan nilai 16,096. Gambaran tingkat motivasi

mahasiswa saat praktik terutama dalam rangka

mencapai target ketrampilan memasang infus

terlihat pada diagram 4.2. di bawah ini

Diagram 4.2. menunjukkan bahwa 77 atau

74,04% mahasiswa sebagai responden mempu-

nyai motivasi tinggi terutama dalam mencapai

target pencapaian ketrampilan pemasangan infus,

27 mahasiswa atau 25,96 % mempunyai motivasi

yang cukup, dan mahsiswa yang masuk pada ka-

tegori motivasi rendah tidak ada (0 %).

Proses belajar mengajar pada tataran aka-

demik setingkat D III keperawatan adalah pem-

belajaran pada orang dewasa (andragogic). Oleh

karenanya setiap mahasiswa dianggap sudah

mempunyai bekal konsep yang memadai dan

sudah tahu apa yang mereka butuhkan. Berdasar

konsep tersebut maka model pembelajaran yang

diterapkan pada pembelajaran di tigkat akademik

Page 38: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

102

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

harus disesuaikan dengan karakterisitk maha-

siswa sebagai orang dewasa.

Salah satu faktor yang mempengaruhi ke-

mauan belajar seorang mahasiswa adalah moti-

vasi. Motivasi menurut Susan Bastable (2002)

menggerakkan seseorang ke arah beberapa jenis

tindakan dan sebagai suatu kesediaan peserta di-

dik untuk menerima pembelajaran. Sedangkan

motivasi menurut Ruseell C. Swansburg (2001)

merupakan konsep yang digunakan untuk men-

diskripsikan baik kondisi ekstrinsik yang me-

rangsang timbulnya suatu perilaku tertentu mau-

pun respon instrinsik yang menunjukkan perilaku

manusia.

Pencapaian ketrampilan memasang infus

dilakukan melalui pembelajaran teori di kelas,

latihan di laboratorum dan kemudian dilakukan

langsung ke pasien saat praktik klinik. Selama

proses tersebut membutuhkan kemauan dan daya

juang yang luar biasa. Terutama saat praktik kli-

nik di rumah sakit mahasiswa akan dihadapkan

pada situasi nyata yang mirip dengan suasana

kerja. Pada umumnya saat praktik inilah yang

membutuhka semangat dan daya juang untuk

dapat mencapai target target yang sudah ditetap-

kan akademik. Motivasi yang tinggi akan mampu

menggerakkan mahasiswa untuk selalu aktif dan

atusias mecapai tujuan pembelajaran yang sudah

ditetapkan.

Motivasi mengandung tiga komponen po-

kok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan me-

nopang tingkah laku manusia. (Ngalim purwan-

to, 2002) Menggerakkan berarti menimbul kan

kekuatan pada individu, memimpin seseorang

untuk bertindak dengan cara tertentu. Mengarah-

kan berarti menyediakan suatu orientasi tujuan.

Sedangkan menopang berarti harus menguatkan

intensitas dan arah dorongan-dorongan dan keku-

atan-kekuatan individu.

4.4 Hubungan Motivasi Mahasiswa dengan

Pencapaian Target Pemasangan Infus

Gambaran keterkaitan atau hubungan antara

motivasi dengan pencapaian target pemasangan

infus untuk mahasiswa Tingkat II Semester IV

tahun 2012/2013 Jurusan keperawatan Poltekes

G

belum mencapai target ketrampilan memasang

infus tersebar pada kelompok mahasiswa dengan

motivasi tinggi 11 mahasiswa dan 21 mahasiswa

pada kelompok mahasiswa dengan motivasi cu-

kup. Hubungan antara variabel tersebut setelah

diuji dengan uji statistik Chi Square menujukkan

nilai p = 0,000 seperti ditunjukkan pada tabel 4.1

di bawah ini

Hasil uji Chi Square menunjukkan ada

motivasi dengan pencapaian target pemasangan

infus pada mahasiswa Tingkat II Semester IV Ju-

rusan Keperawatan Poltekkes Surakarta. Sesuai

dengan pedoman praktik yang ditetapkan oleh

Jurusan Keperawatan Poltekkes Surakarta ke-

trampilan memasang infus merupakan ketrampil-

an wajib yang harus dipenuhi oleh mahasiswa.

Untuk dapat dikatakan berhasil mencapai target

ketrampilan memasang infus apabila mahasiswa

selama praktik minimal 3 kali peranah melakukan

Page 39: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

103

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

pemasangan infus secara langsung kep pasien.

Untuk dapat mencapai target tersebut dibutuhkan

ketekunan dan usaha yang kuat karena selama

praktik peluang melakukan pemasangan infus

pada pasien tidaklah mudah.

Untuk dapat melakukan hal tersebut dimulai

mahasiswa harus membuat perencanaan praktik,

kemudia di test oleh pembimbing, baru setelah

lulus mahasiswa boleh melakukan pemasangan

infus. Itupun dimulai dari melihat dulu, asistensi,

baru boleh mencoba. Di sisi lain tidak jarang

dalam satu hari tidak ada pasien yang perlu dipa-

sang infus. Berdasar kondisi tersebut maka hanya

mahasiswa yang mempunyai motivasi kuat saja

yang biasanya memperoleh kesempatan.

Hasil penelitian menujukkan walaupun pada

kelompok mahasiswa dengan motivasi tinggi

masih ada yang belum mencapai target namun

secara persentase masih lebih rendah dibanding

pada kelompok dengan motivasi tinggi. G

4.1. menunjukkan mahasiswa jumlah mahasiswa

yang tidak dapat mencapai target lebih banyak

pada kelompok mahasiswa dengan motivasi cu-

kup yaitu 21 mahasiswa atau 77,77 % dari ke-

seluruhan mahasiswa dengan motivasi cukup.

Sedangkan pada kelompok mahasiswa dengan

motivasi tinggi hanya ada 11 atau 0,14 mahasis-

wa yang tidak mencapai target.

Komponen motivasi menurut Swansburg

(2002) dapat didukung oleh empat teori proses

motivasi yang meliputi: teori penguatan (reinfor-

cement) yaitu perilaku positif atau yang diingin-

kan harus dihargai atau diperkuat. Penghargaan

memberikan motivasi, meningkatkan kekuatan

dari suatu respons. Penguatan yang terus menerus

mempercepat penampilan kerja. Penguatan yang

sifatnya intermiten pada rasio tertentu atau ber-

variasi akan mempertahankan penampilan kerja,

kedua adalah teori harapan dimana

kebanyakan perilaku secara sukarela dikendali-

kan oleh seseorang dan karenanya termotivasi.

Secara umum individu yang mempunyai

motivasi tinggi akan mempunyai energi yang

lebih banyak dibanding dengan motivasi ren-

dah. Mhasiswa yang mempunyai motivasi prak-

tik yang baik akan selalu berusaha datang lebih

awal, aktif mencari kesempatan, dan tidak mudah

putus asa. Hasil penelitian membuktikan bahwa

ada hubungan positip antara motivasi dengan

pencapaian target pemasangan infus.

5. KESIMPULAN

a. Mahasiswa yang belum mencapai target ke-

trampilan pemasangan infus adalah 18 atau

17,31 %

b. Mahasiswa yang sudah mencapai target ke-

trampilan pemasangan infus adalah 86 atau

82,69 %

c. Mahasiswa yang belum mencapai target le-

bih banyak pada kelompok mahasiswa de-

ngan tingkat motivasi cukup yaitu 21 maha-

siswa

d. Terdapat hubungan antara motivasi dengan

pencapaian target ketrampilan pemasangan

infus (p:0,000)

SARAN

a. Poltekkes Surakarta Jurusan D III Kepe-

rawatan perlu mencari langkah-langkah

yang riel untuk meningkatkan motivasi ma-

hasiswa selama praktik

b. Poltekkes Surakarta Jurusan D III Kepe-

rawatan perlu mencari alternatif jalan yang

efektif untuk meningkatkan target pencapai-

an ketrampilan pemasangan infus.

6. REFERENSI

Alimul Azis,

Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika,

2003

Azrul Azwar. Pengantar Administrasi Keseha-

tan. Edisi 3. Jakarta: Bina Rupa Aksara,

1996.

Budioro. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan)

Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Di-

ponegoro, 2002.

Bastable Susan B. Alih Bahasa: Gerda Wulan dari

dan Gianto Widiyanto.

. Jakarta: EGC,2002.

Djamariah syaiful Bahri. . Ce-

takan Pertama. Jakarta: PT Rineka Cipta,

2002.

Page 40: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

104

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Halonen Jones S. -

. United Stated Of Amerika: The

MC Graw-Hill Companies, 1999.

Handoko Martin. Motivasi Daya Penggerak

Tingkah Laku. Cetakan ke 3. Yogyakarta:

Kanisius, 1995.

Koto Rusda Sutadi et all. -

. Semarang: Tim MKDK IKIP Sema-

rang, 1996.

Mastaniah, sri Mulyani.

SMA. Yogyakarta: UGM, 1984.

Meier Paul at all. Pengantar Psikologi dan Kon-

Yogyakarta: Baker Book,

2004.

Monks, F. J. Siti Rahayu Hadinoto. Psikologi

Bagiannya. Gajah Mada Univercity Press.

Yogyakarta, 2002.

Mulyasa, -

Ban-

dung: Remaja Rosdakarya, 2004

Murti Bisma. -

miologi. Edisi 2. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2003.

Nettina, -

tice, Philadelphia-New York, USA, Mosby

Years Book, 1996

Ngalim Purwanto M. Psikologi Pendidikan. Ce-Ce-

takan Ke Delapanbelas. Bandung: PT Rema-

ja Rosda Karya, 2002.

Nursalam.

.

Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika, 2002.

Nursalam.

. Jakarta: Sa-

lemba Medika, 2003.

Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Cetakan kedua. Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2003.

Potter Patricia A, and Perry A.G., Fundamental

,

St. Louis, USA, Mosby Years Book, 2000

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Badan

Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber

Daya Manusia Kesehatan. Panduan Pembe-

.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2004.

Pratinya Ahmad W. -

nelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi 1.

Jakarta: CV Sagung Seto, 2001.

Siagian Sondang P.

nya. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995.

Sugiyono. . Cetakan

keempat. Bandung: Alfabet, 2002.

Swansburg Russell C. Alih Bahasa: Agung Wa-

luyo dan Yasmin Asih. Pengembangan Staf

. Jakarta: EGC, 2002.

Tolsma Marie T. Hastings, Brockopp Dorothy

Young.

Edisi 2. Jakarta: EGC, 1999.

Weinner B. Theories of Motivation from Mecha-

nism to Cognition. Chicago: Mark Co, 1982.

Winardi. Motivasi dan Pemotivasian dalam Ma-

2002.

-oo0oo-

Page 41: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

105

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ABSTRAK

Kata kunci: Akut Miokard Infark, sindrom metabolik, faktor dominan

ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR DOMINAN SINDROM

METABOLIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN AKUT MIOKARD INFARK (AMI) DI

RUANG INTENSIVE CARDIOVASKULER CARE UNIT

(ICVCU) RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014

Mentari Rosriyana Dewi1), Dwi Susi Haryati2) , Sumardino3)

1,

2,3

Page 42: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

106

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Keywords: Acute Myocardial Infarction, metabolic syndrome, the dominant factor

1. PENDAHULUAN

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan

salah satu penyebab tingginya angka kematian

di dunia. Angina pectoris dan Akut Miokard

Infark (AMI) merupakan salah satu PTM yang

menyumbang angka kematian tinggi. Penyakit

jantung menurut WHO ( -

tion) (2002) yang dikutip Alikhani (2005) adalah

salah satu penyebab angka kesakitan dan kema-

tian yang tinggi. Sebanyak 60% dari total pasien

meninggal dan 40% menjadi masalah yang serius

terjadi di dunia, 75% dari total penderita yang

meninggal karena penyakit jantung terjadi di

negara berkembang. WHO tahun 2011 menjelas-

kan bahwa di Indonesia jumlah kematian pada

tahun 2008 terdapat 1.064.000 jiwa dikarenakan

penyakit tidak menular. Penyakit kardiovaskuler

merupakan penyebab kematian terbesar seba-

nyak 39%, di ikuti kanker 27%, penyakit perna-

fasan kronis 30%, dan diabetes 4%.

-

hun 2011 terdapat kasus penyakit jantung koroner

(PJK) sebesar 59 per 1.000 penduduk, terdiri dari

Angina pektoris sebesar 13 per 1.000 penduduk,

AMI sebesar 9 per 1.000 penduduk, dan Dekomp

Kordis sebesar 37 per 1.000 penduduk. Data dari

rekam medis RSUD Dr. Moewardi pada tahun

2011 terdapat 198 pasien AMI pada tahun 2012

terdapat 175 pasien dan pada tahun 2013 terdapat

234 pasien. AMI merupakan penyakit kedua ter-

besar setelah gagal jantung selama tahun 2013 di

ruang ICVCU.

Rahmawansa (2009) menjelaskan jika pe-

nyakit jantung koroner telah menduduki pering-

kat pertama sebagai pembunuh nomor satu dan

ke depannya akan semakin mening kat seiring

perubahan pola makan serba lemak dan instan.

Gaya hidup seperti stres, obesitas, merokok, dan

terjadinya PJK. Menurut Suastika (2007) yang

dikutip Parlindungan (2009) sindrom metabolik

merupakan hasil interaksi antara gangguan gene-

tik dengan perubahan gaya hidup. Sindrom me-

tabolik memberikan risiko lebih besar terhadap

penyakit jantung koroner dibandingkan risiko

lainnya seperti merokok, usia, jenis kelamin, ras,

dan riwayat keluarga.

Penelitian

pada 356.222 orang menunjukkan angka kenai-

kan kolesterol berbanding lurus dengan pening-

katan terjadinya serangan AMI. Setiap penurunan

HDL 4mg% maka akan meningkatkan risiko se-

rangan AMI sekitar 10%. Hasil penelitian Bolu-

logne tahun 2004 yang berjudul “ -

cal data and screening criteria of the metabolic

syndrome“ menyebutkan bahwa angka kejadian

sindrom metabolik di Amerika Serikat sebanyak

25% dari jumlah penduduk dan di Perancis 10%

dari total jumlah penduduk. Penderita obesitas

dan hipertrigliserida akan lebih berisiko terkena

sindrom metabolik dan memiliki risiko 2-4 kali

lipat untuk menderita penyakit jantung koroner.

Di Indonesia penelitian yang dilakukan oleh

Suastika tahun 2007 yang dikutip Parlindungan

(2009) yang mengambil 501 subyek masyarakat

pedesaan di Bali menemukan angka sindrom me-

tabolik sebanyak 17,2%. Penelitian di Makasar

yang melibatkan 330 orang pria berusia 30-65

tahun menemukan prevalensi sindrom metabolik

sebesar 33,9%. Kelompok pria dengan obesitas

sentral menunjukkan prevalensi lebih tinggi yai-

tu 62%. Kriteria dari sindrom metabolik seperti

obesitas sentral, hipertensi, darah tinggi, dan dis-

lipidemia merupakan faktor yang dapat diubah

sehingga diharapkan nantinya risiko penyakit

kardiovaskuler dapat diturunkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

faktor-faktor dominan dan bagaimana keter-

kaitan antara sindrom metabolik dan kejadian

Akut Miokard Infark (AMI) Di Ruang Intensive

Cardiovaskuler Care Unit (ICVCU) RSUD Dr.

Moewardi Surakarta Tahun 2014 .

2. PELAKSANAAN

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di ruang

Intensive Cardiovascular Care Unit

(ICVCU) RSUD Dr. Moewardi.

Page 43: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

107

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal

12 Februari-12 April 2014.

b. Populasi dan sampel penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien

dengan diagnosa medis AMI yang dirawat di

ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

Besar sampel yang digunakan dalam pene-

litian ini sebanyak 30 pasien, sesuai dengan

jumlah populasi yang ada pada 12 Febru-

ari-12 April 2014.

Pada penelitian ini menggunakan teknik

yaitu, semua pasien dengan

diagnosa medis AMI yang baru pertama

kali di rawat di Ruang ICVCU RSUD Dr.

Moewardi pada bulan Februari-April 2014

sebanyak 30 pasien.

3. METODE PENELITIAN

Desain yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah

adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk

menjelaskan hubungan antara dua atau lebih vari-

able. Dalam model penelitian

peneliti perlu menyiapkan beberapa pertanyaan

sebagai penuntun untuk memperoleh data primer

dasar lain (Paul, 2005). Design waktu pengam-

bilan data dengan pendekatan retrospektif yaitu

peneliti mengambil data dari masa lalu pasien

melalui status pasien

Metode pengumpulan data meliputi data

primer yaitu data yang diperoleh dari informan

(penderita AMI dan keluarga) adalah lingkar

pinggang pasien dengan cara pengukuran dan

tanda tangan informed concent sebagai bukti per-

setujuan menjadi responden. Data sekunder yaitu

data yang diperoleh dari catatan kesehatan pasien

meliputi nama, umur, alamat, pendidikan, dan je-

nis kelamin. Data diambil dari hasil laboratorium

(kadar trigliserida, kolesterol HDL, dan kadar

gula darah ) dan tekanan darah pasien yang telah

ada di laporan status pasien. Data laboratorium

dan tekanan darah pasienyang diambil adalah

data pertama kali pasien masuk rumah sakit dan

data laboratorium pertama kali.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik responden

Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa re-

60%.

Kozier (2010) menjelaskan AMI adalah pe-

nyakit utama orang yang berusia lebih dari 60

tahun. Seiring dengan pertambahan usia yang

dapat berpengaruh terhadap penurunan fungsi

tubuh seseorang. AMI berhubungan dengan

pembuluh darah koroner yang mengalirkan da-

rah ke otot-otot jantung. Trubus (2010) juga me-

negaskan bahwa pada usia muda, mulai timbul

guratan-guratan lemak pada pembuluh darah.

Semakin bertambah usia, tumpukan lemak juga

kian bertambah dan begitu juga dengan kejadian

AMI (Setianto,2007). Hasil penelitian Hermawa-

nto (2011) juga menunjukkan bahwa responden

penelitian diketahui 55% berusia lebih dari 60

tahun.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 18

responden (60%) berusia lebih dari 60 tahun dan

12 responden (40%) berusia kurang dari 60 ta-

hun. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dike-

mukakan bahwa semakin banyak usia semakin

tinggi pula risiko menderita AMI. Peningkatan

umur berpengaruh terhadap peningkatan tekanan

darah karena menurunnya fungsi organ tubuh,

terutama jantung dan pembuluh darah terutama

intima mengalami perubahan dimana terben-

tuknya ateroma dan perubahan pembuluh da-

rah, sehingga mengganggu absorbsi nutrien oleh

sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding

pembuluh darah sehingga menyumbat aliran da-

rah dan membentuk jaringan parut, selanjutnya

lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah

terhambat olek plak sehingga memungkinkan ter-

kena hipertensi (Price dan Wilson, 2006). Inter-

(2013) menye-

butkan bahwa semakin bertambahnya usia maka

Page 44: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

108

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

stres oksidatif akan meningkat karena gangguan

metabolisme sehingga lebih berisiko terkena pe-

nyakit kardiovaskuler.

Jenis kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa re-

sponden paling banyak berjenis kelamin laki-laki

yaitu 63,3%.

Sitepoe (1993) menjelaskan bahwa laki-

laki memiliki risiko yang lebih tinggi dari pada

perempuan untuk terjadinya AMI, karena pada

laki-laki, tidak mempunyai efek protektif antia-

terogenik yang dipengaruhi oleh hormon estero-

gen seperti perempuan. Hormon esterogen me-

ningkatkan kadar HDL sehingga menekan kadar

LDL dalam darah. Meningkatnya usia se seorang

risiko kerentanan terhadap aterosklerosis ko-

roner meningkat sehingga dapat terkena serang-

an IMA, namun jarang timbul penyakit serius

sebelum usia 40 tahun sedangkan usia 40 tahun

hingga 60 tahun insiden infark miokard mening-

kat lima kali lipat.

Pada perempuan yang telah mengalami

menopouse risiko terjadinya AMI meningkat

dikarenakan perempuan yang telah dua tahun

mengalami menopouse rata-rata kadar LDL me-

ningkat 9% dan kadar kolesterol total meningkat

6,5% (Trubus, 2010).

Peningkatan umur berpengaruh terhadap

peningkatan tekanan darah karena menurunnya

fungsi organ tubuh, terutama jantung dan pembu-

luh darah terutama intima mengalami perubahan

dimana terbentuknya. Hasil penelitian yang di-

lakukan menunjukkan bahwa jumlah responden

laki-laki sebanyak 19 responden (63,3%) dan 11

responden berjenis kelamin perempuan. Hasil ini

sesuai teori yang menyebutkan bahwa laki-laki

berisiko terkena AMI daripada perempuan.

4.2 Analisis uji univariat

Akut Miokard Infark

Obesititas sentral

Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak

responden yang tidak mengalami obesitas sentral

atau lingkar pinggang normal (<90 cm pada laki-

laki dan <80 cm pada perempuan), yaitu seba-

nyak 53,3%.

Gotera (2006) menjelaskan obesitas sentral

adalah seseorang yang mengalami penimbun an

lemak yang berlebih di rongga perut. Price &Wil-

son (2006) menjelaskan obesitas saling keterkait-

an dengan peningkatan tekanan darah, peningkat-

an kolesterol darah, diabetes melitus yang tidak

tergantung pada insulin dan tingkat aktivitas ren-

dah. Pada obesitas kadar kolesterol akan mening-

kat, selain itu dapat mengalami hi pertensi karena

terjadi gangguan pembuluh darah, sehingga jan-

tung bekerja lebih keras untuk memompa darah

dan semakin parah dengan adanya aterosklerosis

koroner yang dapat meningkatkan beban kerja

jantung, hal ini merupakan konstribusi dari ter-

jadinya infark miokard. Hasil penelitian Gotera

(2006) menyimpulkan sebagian besar responden

mempunyai rata-rata IMT 24,99±3,11 kg yang

masuk dalam kategori gemuk.

Hasil penelitian diketahui 53,3% atau 16

responden masuk dalam kategori normal 46,7%

atau 14 responden mengalami obesitas sentral.

Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor

yang mempengaruhi obesitas seperti gaya hidup,

kebiasaan konsumsi makanan, dan keturunan.

Menurut Trubus (2010) kondisi obesitas sentral

Page 45: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

109

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

memicu stress kelenjar endokrin sehingga saraf

yang mengatur terganggu. Metabolisme lemak

yang terganggu menyebabkan pelepasan asam

lemak bebas terjadi sangat cepat. Dampaknya

adalah sirkulasi asam lemak bebas di hati sa-

ngat tinggi dan mengakibatkan kemampuan hati

dalam mengikat dan mengekstrak insulin dari

darah berkurang. Dari melonjaknya asam lemak

bebas tersebut juga menghambat sel otot meng-

ambil glukosa sehingga terjadi peningkatan in-

sulin dalam darah dan menyebabkan terjadinya

resistensi insulin yang memicu terjadinya AMI.

(2013) menyebutkan bahwa prevalensi obesitas

juga meningkat di seluruh dunia dan menjadi

masalah kesehatan masyarakat yang utama kare-

na berhubungan dengan penyakit kronis seperti

diabetes mellitus, hipertensi, dislipidemia, sleep

apnea, penyakit osteoarticular, dan cardio dan pe-

nyakit serebrovaskular. Menurut data dari WHO

tahun 2008, prevalensi global obesitas (indeks

pada pria dan 14% pada wanita. Data dari Survei

Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional menunjukkan

bahwa prevalensi overweight dan obesitas pada

orang dewasa meningkat dari 55,9% menjadi

64,5% dari tahun 1999-2000.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa re-

sponden yang mengalami hipertensi sebanyak

56,7%.

Price dan Wilson (2006), menyebutkan

tekanan darah tinggi menyebabkan tekanan pada

jantung dan sirkulasi meningkat.Tekanan darah

tinggi pada pembuluh nadi akan merusak din-

ding pembuluh nadi dan merangsang timbulnya

ateroma. Jantung juga harus bekerja lebih keras

untuk memompa darah yang bertekanan tinggi

tanpa suplai oksigen yang memcukupi sebagai

latasi dan payah jantung dengan semakin ter-

ancam oleh semakin parahnya aterosklerosis

koroner, hal ini meningkatkan kemungkinan ter-

kena serangan angina serangan infark miokard

akut. Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko

yang paling membahayakan, karena biasanya

tidak menunjukkan gejala sampai telah men-

jadi kronis. Tekanan darah tinggi menyebabkan

tingginya gradien tekanan yang harus dilawan

oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan

tinggi yang terus-menerus menyebabkan suplai

kebutuhan oksigen jantung meningkat.

Hasil penelitian diketahui 53,3% atau 16 re-

sponden mengalami hipertensi. Lebih dari sete-

ngah responden mengalami hipertensi dan hal

ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa

pasien yang mengalami hipertensi berisiko meng-

alami AMI. -

sion (2013) menjelaskan bahwa hipertensi adalah

penyakit yang sangat umum di seluruh dunia dan

sangat umum di antara pasien dengan diabetes.

Hal ini meningkatkan risiko terjadinya komplika-

si makrovaskuler (infark miokard, stroke) dan

juga komplikasi mikrovaskuler (nefropati dan

retinopati). Pasien yang menderita obesitas dan

hipertensi memiliki tingkat mortalitas dan morbi-

ditas kardiovaskuler yang lebih tinggi.

Peningkatan tekanan darah sistemik me-

ningkatkan resistensi terhadap pemompaan da-

rah dari ventrikel kiri, akibatnya beban jantung

meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi,

kemampuan ventrikel untuk mempertahankan

-

sasi akhirnya terlampaui, sehingga terjadi di latasi

dan payah jantung. Jantung menjadi semakin

terancam karena semakin parahnya aterosklero-

sis koroner. Bila proses aterosklerosis berlanjut,

maka suplai oksigen miokardium berkurang.

Kebutuhan miokardium akan oksigen yang me-

-

tan beban kerja jantung akhirnya menyebabkan

angina atau infark miokardium. Sekitar separuh

kematian karena hipertensi adalah akibat infark

miokardium.

Penelitian yang dilakukan Alderman dan

Madhavan (2008) menyebutkan bahwa, Rata-

rata ( ± SD ) tekanan darah pada awal adalah 151

Page 46: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

110

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

renin tinggi , 151 ± 19/97 ± 10 mm Hg pada me-

8,3 tahun masa tindak lanjut , ada 27 infark mio-

kard. Kejadian infark miokard per 1000 orang

Hal ini juga diperkuat dengan penelitian Yuliani

(2014) menyimpulkan bahwa tekanan darah yang

tinggi (hipertensi) mempunyai pengaruh ter-

hadap kejadian Jantung Koroner Pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe 2. Dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa hipertensi berpengaruh be-

sar pada kejadian Akut miokard Infark (AMI).

Distribusi responden berdasarkan kenaikan

glukosa darah puasa ditampilkan pada tabel 4.6

Renaldi (2009) menerangkan bahwa insu-

lin merupakan hormon yang memiliki dua fungsi

penting dalam nebjaga homeostasis metabolisme

dalam tubuh. Fungsi pertama, mengusahakan

agar tetap tersedianya sumber energi yang cu-

kup dalam masa perkembangan, pertumbuhan,

dan reproduksi. Sedangkan fungsi kedua adalah

untuk mengatur konsentrasi glukosa plasma. Se-

hingga dari kedua fungsi tersebut berefek pada

penyimpanan karbohidrat, protein, dan lemak.

Pada penderita obesitas sentral yang mengalami

penurunan kadar adiponektin dapat menyebab-

kan resistensi insulin. Pada keadaan ini jika terus

menerus tubuh mendapatkan asupan energi akan

semakin banyak asam lemak bebas yang masuk

ke pembuluh koroner. Dengan demikian akan

bermanifestasi pada peradangan vaskuler yang

menyebabkan sumbatan pada arteri dan akhirnya

menghentikan suplai darah ke miokard.

Hasil penelitian menunjukkan pasien de-

ngan kenaikan glukosa darah puasa diketahui

50% atau 15 responden, hal ini dapat terjadi kare-

na pengaruh gaya hidup serta faktor keturunan.

Price dan Wilson (2006), menjelaskan resistensi

terhadap hormon insulin yang mengontrol penye-

baran glukosa ke sel-sel diseluruh tubuh melalui

aliran darah kadar glukosa yang tinggi di dalam

darah dapat menyebabkan sel kehilangan glu-

kosa. Terjadinya hiperglikemia dan glukosuria,

penurunan lipogenesis, peningkatan lipopisis dan

peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai

terjadinya pembentukan benda keton dalam plas-

ma menyebabkan peningkatan ketosis. Pening-

katan pembentukan keton akan mengakibatkan

peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis me-

tabolik. Smeltzer dan Bare (2002) menjelaskan

pada penderita DM akan mengalami penyakit

vaskuler sehingga terjadi makro vasklerisasi dan

terjadi aterosklerosis, dari aterosklerosis dapat

menyebabkan emboli yang kemudian menyum-

bat dan terjadi iskemik pada jantung, sehingga

perfusi ke otot jantung menurun sehingga terjadi

kegagalan jantung dalam kontraksi

Menurut Luman (2007), menyebutkan

bahwa terapi insulin meurunkan angka kejadi-

an Akut Miokard Infark sebesar 33%. Hal ini

menunjukkan bahwa insulin berpengaruh dalam

me ngurangi kejadian penyakit Akut Miokard In-

fark (AMI), sedangkan pada penderita diabetes

mellitus yang produktivitas insulinnya menurun

dapat meningkatkan risiko Akut Miokard Infark

(AMI). Pasien dengan riwayat diabetes mellitus

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

kejadian penyakit jantung koroner (PJK) pada

wanita usia >45 tahun.

Kenaikan kadar trigliserida

Distribusi responden berdasarkan kenaikan

kadar trigliserida ditampilkan pada tabel 4.7.

Baraas (1993) menyatakan makanan yang

mengandung banyak lemak hewani yang diubah

Page 47: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

111

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

oleh tubuh menjadi kolesterol. Lemak kemudian

diserap oleh lambung dan usus lalu diteruskan ke

hati yang akan dipecahkan diedarkan ke seluruh

tubuh untuk pemberian energi, atau disimpan

dalam sel-sel lemak. Lemak kemudian beredar

keseluruh tubuh melalui darah dalam pecahan

kecil yang mengandung campuran kolesterol dan

lemak lain. Asupan makanan berlebih terutama

karbohidrat dan lemak yang disertai penurunan

pengeluaran energi akan menimbulkan akumu-

lasi lemak berlebih. Setiap jumlah lemak dan

karbohidrat makanan yang tidak langsung digu-

nakan akan disimpan di jaringan adiposa dalam

bentuk trigliserida. Pada umumnya 3% dari jum-

lah glukosa makan yang dapat disimpan sebagai

glikogen di hati dan otot, 30% disimpan sebagai

trigliserida dan 67% langsung dbakar sebagai en-

ergi.

Tingkat kolesterol dijumlahkan dalam dua

macam unsur yakni LDL ( -

tein), dan HDL ( ). LDL

adalah lemak jahat yang menempel di dinding

pembuluh nadi yang disebut ateroma yang meru-

pakan penyebab utama penyakit jantung. Tim-

bulnya lemak yang disebabkan kolesterol yang

disebut plak, terbentuk pada dinding pembuluh

nadi. Inilah yang membuat semakin sempit se-

hingga menghambat aliran darah pada daerah

yang terkena dan menghambat darah ke bagian

otot jantung.

Hasil penelitian menunjukkan 66,7% atau

20 responden mengalami kenaikan kadar trigli-

serida. Peningkatan kadar rigliserida dapat di-

pengaruhi oleh asupan makanan dan gaya hidup

responden. Hasil yang didapat menujukkan bah-

wa peningkatan kadar trigliserida dapat berisiko

terkena AMI.

Penurunan HDL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa re-

sponden yang mengalami penurunan kadar HDL

( sebanyak 46,7 %.

Hodoglugil (2005) dalam Ercho (2013)

yang menyatakan bahwa nilai IMT yang tinggi

menunjukkan adanya hubungan dengan kadar

kolesterol HDL. Rendahnya kadar HDL berisiko

2 kali lebih besar terkena AMI karena rendahnya

kadar HDL menggambarkan banyaknya cabang

pembuluh darah koroner yang tersumbat. Ber-

dasarkan data terdapat 50 % atau 15 responden

dengan kadar HDL rendah. Hal ini sesuai dengan

teori bahwa rendahnya kadar HDL berpengaruh

terhadap terjadinya AMI.

Salah satu gangguan lipoprotein mayor

pada sindrom metabolik adalah berkurangnya

HDL kolesterol. Berkurangnya HDL ini meru-

pakan akibat dari perubahan pada komposisi dan

metabolisme HDL. Pada keadaan hipertrigliseri-

demia, penurunan jumlah HDL kolesterol meru-

pakan hasil dari penurunan dari jumlah choles-

teryl ester dari inti lipoprotein dengan perubah an

peningkatan trigliserida. Bolulogne (2004) me-

nyebutkan bahwa angka kejadian sindrome me-

tabolik di Amerika Serikat sebanyak 25% dari

jumlah penduduk dan di Perancis 10% dari total

jumlah penduduk. Penderita obesitas dan hiper-

trigliserida akan lebih beresiko terkena sindrome

metabolik dan akan memiliki risiko 2-4 kali lipat

untuk menderita penyakit jantung koroner.

Semakin tinggi kadar LDL dan kian rendah

kadar HDL, maka makin tinggi risiko untuk men-

derita AMI. Dan begitu juga sebaliknya, semakin

rendah kadar LDL dan kian tingginya kadar HDL

mak semakin rendah sesorang mengalami AMI.

Setiap peningkatan 1mg/dl kadar LDL, mening-

katkan 1% risiko AMI. Sebaliknya setiap pening-

katan 1mg/dl kadar HDL, justru mengurangi

risiko AMI hingga 3% (Trubus, 2010). Kelebihan

LDL melayang-layang dalam darah, dan terjadi

penumpukan atau pengendapan pada dinding

pembuluh darah arteri koroner yang menyebakan

ateroskerosis. Sehingga terjadi iskemik miokard,

dan akhirnya miokard mengalami infark kondisi

inilah yang disebut AMI (Soeharto, 2004).

Page 48: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

112

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

4.3 Analisis bivariat

obesitas sentral

Hasil analisis bivariat menunjukkan obesitas sen-

tral berpengaruh pada kejadian AMI dengan taraf

dilanjutkan dalam analisis multivariate.

Hasil analisis bivariat menunjukkan hipertensi

berpengaruh pada kejadian AMI dengan taraf

dilanjutkan dalam analisis multivariat.

Hasil analisis bivariat menunjukkan peningkat-

an gula darah puasa berpengaruh pada kejadian

-

hingga variabel itu dilanjutkan dalam analisis

multivariate.

Hasil analisis bivariat menunjukkan peningkat-

an trigliserida berpengaruh pada kejadian AMI

variabel itu dilanjutkan dalam analisis multi-

variate.

Hasil analisis bivariat menunjukkan penurunan

HDL berpengaruh pada kejadian AMI dengan

tidak dapat lanjut ke multivariat, namun secara

substansi variabel penurunan HDL sangat pen ting

maka variabel ini dapat dianalisis multivariat.

4.4 Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui fak-

tor peningkatan kadar trigliserida merupakan

faktor paling dominan dalam mempengaruhi ke-

Page 49: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

113

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

jadian AMI. Trigliserida merupakan salah satu

jenis lemak yang berada dalam darah yang si-

fatnya merugikan seperti LDL. Saat kita makan,

tubuh mengubah sebagian kalori yang tidk ter-

pakai menjadi trigliserida. Trigliserida disimpan

di dalam sel-sel lemak tubuh dan nantinya akan

dilepaskan untuk menghasilkan energi antara

waktu-waktu makan. Apabila seseorang lebih

banyak mengkonsumsi kalori melebihi kebutuh-

an seperti karbohisrat dan lemak maka kemung-

kinan menyebabkan peningkatan kadar trigliseri-

da ( (Karyadi, 2006).

Di dalam darah, trigliserida menyimpan ka-

lori yang tidak terpakai oleh tubuh untuk cadang-

an energi sedangkan kolesterol dalam jumlah

normal (dibawah 200 mg%) digunakan untuk

membangun sel-sel tubuh dan hormon tertentu.

Kadar trigliserida yang tinggi dapat dipengaruhi

pola makan yang tidak sehat, gaya hidup kurang

berolahraga, konsumsi alkohol, perokok, dan

gangguan genetik. Makanan yang mengandung

trigliserida tinggi seperti kulit ayam, ayam po-

tong, kuning telur ayam horn, lele, gurami, ga-

jis sapi/kambing, keju, kepiting, udang, kerang,

santan kelapa, susu sapi, coklat, mentega, cumi-

cumi, otak sapi, dan berbagai macam jeroan he-

wan.

Lemak kemudian diserap oleh lambung dan

usus lalu diteruskan ke hati yang akandipecah

dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk pemberian

energi atau disimpan dalam sel-sel lemak. Lemak

kemudian beredar ke seluruh tubuh melalui da-

rah dalam pecahan kecil yang mengandung cam-

puran kolesterol dan lemak lain. Dalam hal ini,

keterkaitan trigliserida dengan AMI adalah pe-

ningkatan kadar LDL dan penurunan kadar HDL.

Trigliserida bersirkulasi di dalam darah bersama

dengan LDL yang bersifat aterogenik (mampu

membentuk aterosklerosis) sehingga LDL dan

trigliserida berbanding lurus, apabila LDL me-

ningkat kemungkinan kadar trigliserida juga me-

ningkat (Sitepoe, 1993).

LDL adalah lemak jahat yang menempel

di dinding pembuluh nadi yang disebut ateroma

yang merupakan penyebab utama penyakit jan-

tung. Timbulnya lemak khusunya akibat koles-

terol yang disebut plak terbentuk pada dinding

pembuluh darah. Hal ini yang membuat pembu-

luh darah semakin sempit sehingga menghambat

aliran darah pada daerah yang terkena dan meng-

hambat darah ke bagian otot jantung. Kenaikan

kadar kolesterol dalam hal ini berbanding lurus

dengan kejadian AMI (Karyadi, 2006). Cara

menurunkan kadar trigliserida tinggi adalah de-

ngan memiliki gaya hidup sehat seperti olahraga

setiap hari minimal 30 menit, tidak merokok, ti-

dak mengkonsumsi alkohol, dan mengkonsumsi

makanan sehat seperti sayuran hijau,buah-buah-

an, kacang-kacangan, makanan berserat tinggi,

dan makanan beromega 3 dan ikan yang dapat

menurunkan risiko penyakit jantung.

Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian tidak menggunakan sampel kon-

trol, sebab penelitian ini merupakan pen-

litian analisis faktor yang fungsinya untuk

mengetahui faktor-faktor yang dominan

pada kejadian AMI. Sehingga hasil pene-

litian hanya mengetahui faktor dari pasien

yang telah mengalami AMI tanpa mengeta-

hui penyakit cardiovaskuler lainnya, seperti

gagal jantung, angina pectoris, dan lainnya.

2. Sampel yang diambil merupakan batas mini-

mal sehingga data yang diperoleh kurang ob-

jektif.

3. Keterbatasan waktu penelitian, sehingga

dapat mempengaruhi pencarian sampel ber-

dasarkan criteria inklusi.

4. Kadar SGOT/SGPT tidak diteliti sehingga

kadar kolesterol yang tinggi tidak diketahui

secara pasti apakah akibat pola hidup yang

kurang sehat atau karena gangguan fungsi

hati

5. Pengambilan data hipertensi tidak dilihat

dari riwayat penyakit responden sebab hi-

pertensi dapat dipengaruhi oleh berbagai

kondisi.

5. KESIMPULAN

-

tas sentral dengan kejadian AMI.

-

tensi dengan kejadian AMI.

ningkatan gula darah puasa dengan kejadian

AMI.

Page 50: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

114

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

-

katan trigliserida dengan kejadian AMI.

kadar kolesterol HDL dengan kejadian AMI.

f. Faktor peningkatan kadar trigliserida meru-

pakan faktor dominan sindrom metabolik

yang berhubungan dengan kejadian AMI di

Ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Tahun

2014.

SARAN

1. Pasien AMI

Responden setelah mengetahui faktor-fak-

tor yang mempengaruhi kejadian AMI, di-

harapkan dapat dijadikan informasi untuk

menghindarkan diri dari faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian AMI dan dapat

menjaga pola makan tidak mengandung

kolesterol seperi jeroan, kuning telur ayam

horn, makanan olahan, cumi-cimu, kerang,

udang, dan lainnya, berolahraga ringan 15-

30 menit setiap hari seperti lari-lari kecil dan

tidak melalukan olahraga yang terlalu berat

atau sesuai kemampuan agar kerja jantung

tidak terbebani.

2. Bagi Rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat membantu untuk

meningkatkan mutu penatalaksaan serta

pencegahan kejadian AMI yang dapat di-

lakukan di rumah sakit dengan uapaya pre-

ventif sehingga kejadian serangan AMI ber-

ulang dapat diminimalkan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang berminat untuk

melakukan penelitian dengan tema serupa

diharapkan dapat melakukan penelitian yang

lebih luas dan kompleks variable maupun

jumlahnya, dan juga penentuan instrument

penelitian yang tepat. Metode penelitian

sebaiknya menggunakan metode kontrol

dan penentuan kriteria inklusi serta ekslusi

lebih dipertajam sehingga dapat dilihat fak-

tor mana saja yang benar-benar berpengaruh

pada AMI.

6. REFERENSI

Aaronson, Philip I dan Ward, Jeremy P.T.(2008).

At A Glance System Cardiovaskuler Edisi 3.

Jakarta: Erlangga.

Alderman, MH, Madharan SH, Ooi WL. (2013).

n. N England: J Med.

Alikhani, Siamak. (2005).

-

Iran: Ministry of Health and Medi-

cal Education Islamic Repiblic of Iran diak-

ses tanggal 25 September 2013.

Alwi, Indrus. (2009).

Dalam Jilid II. Jakarta: Internal Publishing.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Pene-

litian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arisman. (2010). Obesitas, Diabetes Meli-

. Jakarta: EGC.

Mencegah Serangan Jan-

tung Dengan Menekan Kolesterol. Jakarta:

Boulogne A, Vantyghem MC Epidemio-

logical data and screening criteria of the

metabolic syndrome

-

Budiono, Bambang. (2011). Seminar “Sindrom

Metabolik dan Penyakit Kardiovaskuler”

www.sindrom-metabolik-dan-penyakit.

html. Makasar: Pusat Jantung Rumah Sakit

Dr. Wahidin Sudirohusodo Konsultan Jan-

tung Rumah Sakit Akademis Jaury diakses

14 Januari 2014.

Corwin, E.J. (2009). .

Alih bahasa: Pendit, B.U. Jakarta: EGC.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2011).

.

-

Diakses tanggal

30 September 2013.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan

Edisi 3. Ja-

karta: EGC.

Ercho. (2013). Hubungan Obesitas Dengan Ka-

.

Page 51: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

115

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Diakses 30 Juni

2014.

Ford ES. (2005). Prevalence of metabolic syn-

-

eration among adults in the US. Diabetes

Care

Gibney, Michael J, dkk. (2008).

Jakarta: EGC

Gotera, Wita; Aryana, Suka; Suastika, Ketut &

Kuswardhani, Tuty. (2006). Hubungan An-

-

tin Pada Pasien Geritari Dengan Penyakit

Diakses 27 Juni 2014.

Hermawanto, Sonny. (2012). “Hubungan

Semarang”. Stikes Telogorejo Semarang.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Metode Peneli-

.

Jakarta: Salamba Medika.

International Journal of Hypertension (2013).

-

.

Diakses 23 Juni

2014.

Karyadi. (2006). -

Jakar-

ta: PT Intisari Mediatama

Kementerian Kesehatan RI. (2011).

Kementerian Kesehatan Tentang Pedoman

Intensive Care Unit (ICU). Jakarta: Kement-

erian Keseharan Republik Indonesia.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., dan Snyder, S.

J. (2010). -

. Ja-

karta: EGC.

Luman, Andi. (2010). Diabetes dan Penyakit

Medan: FK USU Medan.

Diakses 15 Juni

2014.

Machfoedz, Ircham. (2007). Statistika Induksi

-

Yogyakarta: Fitraya-

ma.

Mannuci B, Mykletun A, Hole T, et al. (2007).

-

betes federation and the national cholesterol

study. BMC public Helath

Muttaqin, Arif. (2009).

Klien Dengan Gangguan Sistem Kardio-

vaskuler Dan Hematologi. Jakarta: Salemba

Medika.

NCEP ATP-III. (2001). -

tion, Evaluation, and Treatment of High

-

Cholesterol Education Program (NCEP)

Treatment of High Blood Cholesterol in

Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA

Nursalam. (2003). -

Jakarta:

Salemba Medika.

Nursalam.(2008). -

I. Jakarta: Salemba Medika.

Parlindungan, Faisal. (2009). Jurnal ”Sindrom

Metabolik dan Penyakit Kardiovaskuler”.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra

Utara.

Paul.D. Leedy and Jeanne.E. Ormrod.

.Practical Research: Planning and Design

Ohio : Pearson Merrill

Prentice Hall.

Price, S & Wilson, L, (2005). -

Proses .

Jakarta: EGC.

Rahmawansa, Sanny. (2009).

Sebagai Faktor Utama Penyakit Jan-

tungKoroner .

Diakses 21 Jan-

uari 2014.

Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi. (2011).

Prevalensi AMI. Surakarta: RSUD Dr.

Moewardi

Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi. (2012).

Prevalensi AMI. Surakarta: RSUD Dr.

Moewardi

Page 52: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

116

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi. (2013).

Prevalensi AMI. Surakarta: RSUD Dr.

Moewardi

Renaldi, Olly. (2009). -

Metabolik.

Diakses 12

Mei 2014.

Riwidikdo, Handoko. (2008). Statistik Tera-

Yo-

gyakarta: Mitra Cendikia.

Riwidikdo, Handoko. (2010). Statistik Kesehat-

Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Sitepoe, Mangku. (1993). Kolesterolfobia Keter-

kaitannya Dengan Penyakit Jantung. Jakar-

ta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Smeltzer, Suzanne C. (2001). -

Volume 2. Jakarta: EGC.

Soegondo, Sidartawan dan Dyah Purnamasari.

(2009).

Jakarta: Internal Publising.

Soeharto, Iman. (2004). PJK & Serangan Jan-

tung. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sudoyo et all. 2009. Ja-

karta: Interna Publishing.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sutomo, Budi. (2008). Menu Sehat Penakluk

. Jakarta: DeMedia.

Trubus. (2010). My Healthy Life Kegemukan

Pergi & Tak Kembali. Jakarta: Trubus Swa-

daya.

Udjianti, Wajan Juni. (2010). -

diovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

WHO. (2011). -

Geneva. Switzerland. WHO

Yuliani, Fadma; Fadil Oemzil. (2014). Hubungan

Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes

Diakses 12 Mei 2014.

-oo0oo-

Page 53: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

117

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ABSTRAK

Kata kunci:

ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA RESPONSIVENESS PERAWAT

DENGAN LOYALITAS PASIEN

Atiek Murharyati1), Meri Oktariani2)

1,

1

2

2

Page 54: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

118

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Keywords:

1. PENDAHULUAN

Rumah sakit harus mampu mengikuti per-

kembangan jaman dan memenuhi tuntutan ma-

syarakat yang semakin tinggi terhadap pelay-

anan kesehatan. Sebaiknya rumah sakit menjadi

-

galkan sifat sosialnya. Strategi yang dilakukan

rumah sakit adalah meningkatkan volume pen-

jualan, dengan memuaskan kebutuhan, keingi-

nan, harap an pasien, sehingga pasien akan loyal

kepada rumah sakit.1 Hal tersebut dikarenakan

bahwa pendapatan terbesar rumah sakit berasal

dari pasien.

Berdasarkan konsep pemasaran bahwa pe-

rawat memiliki peran dalam pemasaran rumah

sakit, melalui pelayanan yang dilakukannya ke-

pada pasien. Pemasaran yang dilakukan oleh

perawat dengan pasien sebagai pelanggannya

disebut dengan pemasaran interaktif, dalam ben-

tuk komunikasi perawat yang dilakukan untuk

mencapai kesembuhan yang disebut komunikasi

terapeutik, yang meliputi beberapa indikator di-

antaranya -

ness,

Loyalitas pelanggan dimaknai sebagai pe-

langgan melakukan pembelian ulang.21 Pelang-

gan yang melakukan pembelian ulang tersebut

bisa saja karena tidak ada pilihan lain, sehingga

bukan karena loyal, dan hal tersebut tidak bisa

loyal adalah pelanggan yang dengan antusias dan

sukarela merekomendasikan produk kita kepada

orang lain, walaupun belum tentu ia masih men-

jadi pelanggan produk atau perusahaan tersebut.22

Pasien umum pengguna jasa pelayanan ke-

perawatan di rawat inap Rumah sakit Umum

Daerah Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bah-

wa jumlah pasien umum sejak bulan Juli sampai

dengan September 2012 mengalami penurunan,

yaitu bulan Juli 2012 ada 397 pasien, bulan Agus-

tus ada 321 pasien, dan bulan September ada 232

pasien. Data tersebut menunjukkan adanya penu-

runan jumlah pasien dalam tiga bulan terakhir.

Pasien rawat inap dengan asuransi kesehatan

jumlahnya lebih banyak daripada pasien umum,

pada bulan Juli dan Agustus 2012 perbandingan-

nya kurang lebih 1: 2, dan pada bulan September

2012 perbandingannya kurang lebih 1: 3.25

Dikaitkan dengan hasil wawancara dengan

bagian mutu pelayanan RSUD Kabupaten Su-

koharjo, bahwa hasil pendataan kepuasan pasien

terhadap kualitas pelayanan di RSUD Kabupaten

Sukoharjo pada bulan Agustus 2012 oleh bagian

mutu pelayanan rumah sakit diperoleh data dari

pelayanan rawat inap, yaitu 78% pasien tidak

puas terhadap kualitas pelayanan, 4,4 % me-

nyatakan puas terhadap kualitas pelayanan, dan

17,6 % menyatakan lebih puas. Disampaikan

pula oleh kepala bagian mutu pelayanan bahwa

terdapat 68% pasien tidak puas terhadap komuni-

kasi petugas pemberi pelayanan.

Menghadapi ketidakpuasan pasien tersebut,

maka Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Su-

koharjo perlu memiliki upaya mempertahankan

pelanggan agar tidak beralih ke rumah sakit lain

(customer retention) secara cepat dan tepat oleh

pihak manajemen agar tidak menyebabkan cus-

(kehilangan pelanggan) dan customer

voice (keluhan pelanggan).1

Hasil wawancara kepada pasien yang per-

nah merasakan jasa pelayanan kesehatan di

rumah sakit umum daerah Sukoharjo. Wawan-

cara dilakukan terhadap orang yang sebelumnya

pernah menerima jasa pelayanan di RSUD Kabu-

paten Sukoharjo, dan diambil dari salah satu RT

di daerah dekat lingkungan Rumah Sakit Umum

Daerah Sukoharjo.

Hasilnya menunjukkan terdapat 13 orang

yang sakit dengan kondisi harus rawat inap sejak

12 bulan terakhir dengan berbagai jenis penyakit,

namun hanya 2 orang yang menggunakan jasa

pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Suko-

harjo dengan alasan jarak tempuh dekat dan yang

penting sakitnya bisa sembuh, dan diperolah data

Page 55: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

119

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

bahwa 7 orang mengatakan terdapat perawat

kurang ramah, terkesan acuh, dan terdapat pula

perawat yang bersuara keras atau kurang halus

sehingga terasa kurang , dan kurang ada

kedekatan dengan pasien, sejumlah 5 orang ber-

pendapat respon terhadap penanganan keluhan

kurang cepat.

Berdasarkan beberapa studi pendahuluan

dan hasil penelitian sebelumnya yang telah terse-

but diatas, maka peneliti ingin melakukan pene-

litian tentang hubungan dari salah satu indikator

komunikasi terapeutik yaitu responsiveness atau

daya tanggap dengan loyalitas pasien di Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo.

Tujuan umum mengetahui hubungan antara

dengan loyalitas pasien .

2. PELAKSANAAN

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di RSUD Kabupaten Su-

koharjo, dan waktu pelaksanaan penelitian

dimulai sejak Januari 2014

b. Populasi dan sampel penelitian

Rata-rata jumlah pasien rawat inap umum

per bulan 337 pasien. maka besar respon-

dennya adalah 182,9 dibulatkan menjadi 183

pasien, tetapi peneliti menambahkan 10%

sehingga ditambah 19 pasien menjadi 202

pasien, dengan alasan sebagai cadangan se-

andainya terdapat pasien yang tidak mengisi

kuesioner

3. METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dengan cross

sectional atau studi potong lintang, bahwa pe-atau studi potong lintang, bahwa pe-

nelitian ini serentak pada saat dan periode yang

sama

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa univariat

Gambaran perawat sebagai

sarana pemasaran interaktif di kriteriakan

berdasarkan mean karena distribusi data re-

normal. Dikatakan -

ness baik jika lebih dari 25,71 dan -

siveness kurang baik jika kurang dari atau

sama dengan 25,71. Dapat dilihat pada Tabel

4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1.

No Responsiveness JumlahPersentase

(%)

1

baik

97 53%

2

kurang baik

86 47%

Jumlah 183 100 %

Gambaran loyalitas pasien di kriteriakan

berdasarkan mean, karena distribusi loyalitas

pasien berdistribusi normal. Dikatakan

pasien loyal jika lebih dari 57,52, dan pasien

tidak loyal jika kurang dari atau sama dengan

57,52 dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai

berikut:

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi berdasarkan

No Loyalitas Jumlah Persentase (%)

1 Loyal 97 53%

2 Tidak loyal 86 47%

Jumlah 183

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui dari

183 responden, sebagian besar responden loyal

sejumlah 97 responden (53%).

4.2 Analisa bivariat

Tabel 4.3. Analisis bivariat

Variabel

independent

Variabel

dependent

r hitung

pearson

p value

loyalitas

pasien

0,590 0,0001

Berdasarkan Tabel 4.3 bahwa p value sebe-

sar 0,0001 yang lebih kecil dari 0,05, sehingga

hipotesa Ho ditolak artinya ada hubungan antara

terhadap loyalitas pasien. Ber-

statistik diperoleh nilai r hitung

Page 56: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

120

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

sebesar 0,590, dan nilai tersebut lebih besar dari

r tabel (0,145) maka dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara terhadap loyali-

tas pasien memiliki kekuatan pengaruh yang ter-

golong cukup atau sedang, serta berpola positif

yang artinya semakin meningkat nilai -

ness maka nilai loyalitas akan meningkat pula. 45

4.3 Analisis hubungan antara responsiveness

dengan loyalitas pasien

Rumah sakit merupakan organisasi yang

unik dan kompleks. Unik karena di rumah sakit

terdapat suatu proses yang menghasilkan jasa

perhotelan, sekaligus jasa medis, dan perawatan

dalam bentuk pelayanan kepada yang rawat inap

maupun berobat jalan. Kompleks karena terdapat

permasalahan yang rumit. Orang yang dihadapi

memiliki emosi labil, tegang, emosional, karena

sedang dalam kondisi sakit, termasuk keluarga

pasien, oleh karena itu pelayanan rumah sakit

lebih kompleks daripada hotel.55 Rumah sakit

dalam meningkatkan kualitas pelayanan-nya per-

lu berupaya untuk meningkatkan kepuasan pasien

sebagai pelanggannya, termasuk melalui komu-

nikasi. Pemasaran merupakan salah satu fungsi

manajemen yang bertanggungjawab untuk iden-

pasien dan menghasilkan kemampulabaan rumah

sakit, karena dengan demikian pasien atau peng-

guna jasa rumah sakit akan mengetahui tentang

pelayanan kesehatan yang dimiliki rumah sakit

bersangkutan, dan perlu diingat bahwa pendapat-

an terbesar rumah sakit adalah dari pasien.1

Pemasaran memiliki 3 pilar utama, dianta-

ranya adalah internal marketing, interaktif mar-

keting dan . Tiga pilar tersebut

memiliki tujuan memberikan kepuasan.56 Pene-

litian ini dilakukan untuk membahas interaktif

marketing atau pemasaran interaktif, melalui ko-

munikasi perawat.

Komunikasi perawat atau komunikasi tera-

peutik oleh tenaga kesehatan terdiri dari 4 in-

dikator, diantaranya

dan .1 Berikut ini akan

dibahas salah satu hubungan indikator komuni-

kasi perawat atau pemasaran interaktif di rumah

sakit dalam hal ini adalah yang

menjadi variabel terhadap loyalitas

pasien sebagai variabel , yaitu sebagai

berikut:

merupakan daya tanggap.

yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah daya tanggap perawat dalam memberi-

kan pelayanan keperawatan kepada pasien, atau

segera melayani pada saat dibutuhkan pasien se-

hingga bisa menciptakan hubungan terapeutik,

dengan demikian dijadikan indi-

kator dalam komunikasi terapeutik.1

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

baik dengan yang kurang baik

selisih hanya 11 orang. Artinya bahwa -

siveness sudah tergolong baik namun belum op-

timal. Penyebab belum optimal

tersebut adalah karena masih banyak ditemu-

kan perawat yang belum dianggap cepat dalam

menanggapi kebutuhan pasien. Hal ini dapat

diketahui dari butir pernyataan kuesioner yaitu

78 responden (42,6%) yang terdiri 22 respon-

den tidak setuju dan 56 responden kurang setuju

dengan pernyataan bahwa perawat memberikan

bantuan kepada pasien tanpa diminta. Pendapat

lain yaitu 81 responden (44,3%) yang terdiri 13

responden tidak setuju dan 68 responden kurang

setuju dengan pernyataan bahwa perawat bertan-

ya tentang hal – hal yang perlu dibantu kepada

pasien. Artinya bahwa masih banyak perawat

yang dinilai menawarkan bantuan kepada pasien

dan memberikan bantuannya tersebut hanya ke-

tika diminta pihak pasien saja. Secara teori per-

awat dituntut mampu mengendalikan emosi,

mengesampingkan kepentingannya dan men-

gutamakan pelayanan, walaupun dalam suasana

hati yang kurang nyaman, sehingga diharapkan

dalam kondisi apapun perawat selalu tanggap ter-

hadap kebutuhan pasien.4

Sejumlah 88 responden (48,1%) yang terdiri

dari 15 responden tidak setuju dan 73 responden

kurang setuju dengan pernyataan bahwa perawat

menengok ke kamar pasien tanpa diminta. Arti-

nya perawat mengunjungi pasien pada saat dim-

inta pihak pasien saja atau jika ada keluhan dari

pasien. Hal ini dapat dikarenakan perawat tidak

memiliki banyak waktu mengunjungi pasien satu

per satu jika tanpa diminta, karena berkaitan pula

dengan hasil kuesioner perawat bahwa

Page 57: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

121

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

perawat tergesa-gesa dan menunjukkan kurang

adanya waktu.

Sejumlah 84 responden (45,9%) terdiri dari

10 responden tidak setuju dan 74 responden

kurang setuju bahwa penjelasan perawat kepada

pasien jelas. Artinya banyak responden mera-

sa penjelasan perawat dirasakan belum jelas.

Penjelasan dari seorang komunikator atau pe-

rawat dipengaruhi oleh penguasaan materi yang

dijelaskan, penguasaan bahasa dari perawat atau

komunikator.37 Ditinjau dari pendidikannya, per-

awat RSUD Kabupaten Sukoharjo minimal ber-

pendidikan DIII Keperawatan, sehingga dinilai

sudah menguasai teori asuhan keperawatan.

Faktor yang menyebabkan hal tersebut

adalah responden dalam penelitian ini sebagian

besar berusia lebih dari 45 tahun, artinya pasien

sebagai komunikan mayoritas adalah lansia, se-

hingga teknik penyampaian pesannya semestinya

dengan cara kecepatan yang lebih lambat, jelas,

tenang, nilai ulang pemahamannya secara ber-

kala dan beri kesempatan membuat keputusan

sendiri sesuai kebutuhan yang dapat diketahu

melalui feed back.44

Penyebab lainnya adalah 68% pasien belum

puas dengan daya tanggap perawat, yang didasar-

kan oleh hasil survei kepuasan tahun 2012 oleh

bagian mutu pelayanan keperawatan.54 Komuni-

kasi perawat didukung oleh kualitas hubungan

yang didalamnya terdapat dua faktor, yaitu faktor

interpersonal dan faktor rumah sakit sebagai pe-

rusahaan, yang terdiri dari kepuasan, kepercaya-

an dan komitmen pasien.38

Kondisi pasien yang sakit, dengan emosi

yang labil ingin diberikan perhatian dengan

pelayanan yang berkualitas, cepat, tepat.44 Pasien

akan merasa kecewa jika daya tanggap perawat

kurang baik, maka dapat berakibat tujuan ko-

munikasi terapeutik yaitu memperbaiki emosi

pasien dan memperoleh kesembuhan tidak akan

tercapai.5

Hasil uji korelasi dan regresi penelitian ini

loyalitas pasien (nilai r hitung = 0,590, dan p va-

lue 0,0001). Hasil uji c pada -

ness diperoleh nilai 29,951 dan c regresi

sebesar 0,462, menunjukkan pengaruh positif

yaitu apabila variabel dinaikkan

maka variabel juga akan meningkat

nilainya. Setiap ada kenaikkan 1 nilai -

ness maka loyalitas akan naik nilainya sebesar

0,462, dan sebaliknya.29

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

semakin perawat baik, maka

pasien cenderung bersedia untuk loyal, karena

umumnya pasien datang ke rumah sakit membu-

tuhkan perhatian dan ingin segera mendapatkan

pena nganan yang cepat dan tepat. Apabila pasien

menilai baik maka cenderung akan puas dan ter-

bentuk loyalitas. Pasien yang merasa kecewa

atau tidak puas dengan pelayanan

perawat, dapat mengakibatkan menurunnya ci-

tra perawat.12 Pasien akan mudah menceritakan

kepada orang lain, seperti keluarga, tetangga, se-

hingga loyalitas berkurang.

Hal ini sesuai teori bahwa dimensi loyali-

tas pasien diantaranya adalah dimensi publisitas

publik atau artinya pasien akan

merekomendasikan kepada orang yang dike-

nalnya tentang pengalamannya saat menerima

pelayanan di rumah sakit. Pasien akan merasa

bangga menceritakan rumah sakit yang digu-

nakannya kepada orang lain jika

perawat baik, dan pasien akan percaya dengan

kemampuan perawat maupun rumah sakit secara

umum.17

Penilaian pasien yang kurang baik, sebaik-

nya menjadi pertimbangan bagi pihak rumah

sakit untuk membenahi citra perawat yang dinilai

nya kurang baik. Upaya yang bisa

dilakukan yaitu dengan cara pelatihan ketrampil-

an tindakan, memonitor pelayanan keperawatan

melalui program supervisi, pengarahan rutin dari

pihak manajemen kepada perawat.

Hasil penelitian ini apabila dikaitkan dengan

hasil survei kepuasan terhadap di

tahun 2012, bahwa 68% pasien tidak puas de-

ngan perawat, maka -

ness baik belum tentu sudah puas namun cende-

rung loyal. Hal ini sesuai sebuah pendapat bahwa

pasien yang loyal belum tentu puas.27

perlu menjadi perhatian

oleh bagian manajemen Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Sukoharjo untuk tetap ber-

upaya meningkatkan hal – hal yang mempenga-

ruhi perawat, agar nilai kepuasan

Page 58: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

122

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

pasien menjadi prioritas utama dan tidak terjadi

adanya citra negatif rumah sakit karena -

siveness yang belum memuaskan, sehingga lo-

yalitas pasien dapat dipertahankan atau diting-

katkan. Hal ini sesuai penelitian Levi Kharisma

Haqi yang berpendapat bahwa loyalitas pasien

dapat pula dipengaruhi oleh kepuasan pasien.19

Adanya nya yang baik, maka

harapannya pasien percaya, bangga, bersedia

merekomendasikan kepada orang lain bahwa

RSUD Kabupaten Sukoharjo mampu mem-

berikan pelayanan dengan cepat, tepat, mampu

berkomunikasi secara jelas dan tuntas, sehingga

pasien bersedia diajak kerjasama dengan rumah

sakit. Hal tersebut sesuai dengan teori tentang

dimensi loyalitas pasien yaitu, kepercayaan, pu-

blisitas publik, kerjasama, komitmen psikologi

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pene-

litian dengan menggunakan responden sejumlah

183 orang, dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Sebagian besar perawat RSUD Kabupaten

Sukoharjo memiliki baik

(53%), dan sebagian besar responden diketa-

hui loyal (53%).

2. Ada hubungan antara dengan

loyalitas pasien, dengan p value 0,0001 dan r

hitung 0,590 (kekuatan pengaruh cukup).

SARAN

Bagi institusi pendidikan

a. Materi perkuliahan tentang komunikasi pe-

rawat sebagai sarana pemasaran interaktif

di rumah sakit salah satunya responsiveness

perlu di sampaikan kepada mahasiswa

b. Mahasiswa Diploma Keperawatan dan S1

Keperawatan diberi tambahan dasar ilmu

tentang kepuasan pasien dan loyalitas pasien

terhadap rumah sakit. Hal ini perlu diberikan

karena saat bekerja mahasiswa akan ditun-

tut memberikan kepuasan pelayanan pasien

yang harapannya akan menjadikan pasien

loyal.

6. REFERENSI

Supriyanto.

Edisi 1. Yogyakarta: CV Andi Offset. 2010.

Momon Sudharma.

Jakarta: Salemba Medika. 2008.

I Made Sutarna.

Jurnal Keperawatan.Volume

4. Nomor 2. 2011.Halaman 41-44.

Sumijatun. Membudidayakan Etika dalam Prak-

. Jakarta: Salemba Medika.

2011.

Mahmud Mahfoedz.

Yogyakarta:

Penerbit Ganbika. 2009.

Arwani. . Jakar-

ta: EGC. 2002.

Liyana.

. 2008.

Haryanto Adi Nugroho. Hubungan Antara Komu-

Jur-

nal Keperawatan. Volume 2. Nomor 2. Maret

2009. Halaman 36 – 41

Diana, dkk. Hubungan Pengetahuan Komunikasi

-

Rumah Sakit Elisabeth Pur-

Jurnal Keperawatan Soedirman.

Volume 1. Nomor 2. 2006. Halaman 2.

Zuyina Luk Lukaningsih dan Siti Bandiyah.

Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha me-

dika. 2011

Edy Soesanto dan Nurkholis. Hubungan Komu-

-

san Pasien Gangguan Kardiovaskuler Yang

. Jurnal

Keperawatan. Volume. 1 No. 2 . Maret 2008.

Halaman 1 – 11

Sri Mugianti.

tif Pasien di Rumah Sakit Pemerintah di

Jurnal kesehat-

an. Volume 7. Nomor 1. Mei 2009. Halaman

31-40

Page 59: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

123

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Imbalo Pohan. Jaminan Mutu Layanan Kesehat-

Jakarta: EGC. 2004.

Ari Wijayanti. Tesis. Strategi Meningkatkan Lo-

Kasus: Produk Kartu Seluler Prabayar

2008.

Diakses 20 November 2012.

.

Arlina. Pengaruh Consumer Education dan Ser-

Jurnal Aplikasi

Manajemen. Volume 7. Nomor 2. 2009.

Halaman 355-369. Diakses 20 Januari 2013.

Ruben Tuhumena. Analisis Pengaruh Kualitas

-

-

Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume 9.

Nomor 3. 2011.Halaman 798-807.

Ketut Gunawan. Kualitas Layanan dan Loyali-

tas Pasien (Studi Pada Rumah Sakit Umum

. Volume 13

Nomor 1,2011.Halaman 32-39.

Hasan Sabri. Pengaruh Kualitas Layanan, Ni-

Jurnal aplikasi manajemen. Volume

8. Nomor 1. 2010. Halaman 256-263.

Levi Kharisma Haqi, dkk. Analisis Loyalitas

Pasien Dengan Metode Structural Equation

. Jurusan

Teknik Industri ITS Surabaya. Diakses 2 No-

vember 2012

Dwi Aryani dan Febrina Rosinta. Pengaruh

Pelanggan dalam Membentuk Loyalitas

Jurnal Ilmu

Administrasi dan Organisasi. Volume 17.

Nomor 2. 2010. Halaman 114-126. Diakses

02 Desember 2012.

Istijanto. . Ja-

karta: PT Gramedia. 2009.

Ismawan Nur Laksono.

Hubungannya dengan Loyalitas Pasien

-

Tesis. Diakses 20 No-

vember 2012.

Nirsetyo Wahdi. Analisis Faktor-Faktor Yang

Diakses 20 November 2012.

Sri Mardiningsih.

RSUD Kabupaten Sukoharjo.

2011.

Tim Rekam Medik.

RSUD Kabupaten Sukoharjo. 2012.

_____________. Panduan Akreditasi JCI. 2012.

Fandy Tjiptono. Percetakan

Andi. Yogyakarta. 2002.

Fajrianthi dan Zatul Farah. Strategi Perluasan

Jurnal IN-

SAN Volume. 7 Nomor. 3. 2005. Diakses 02

Desember 2012.

Diah Dharmayanti. -

formance -

Jurnal Manajemen Pemasaran Volume. 1

Nomor. 1. 2006.Halaman 35-43.

-oo0oo-

Page 60: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

124

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ABSTRAK

Kata kunci:

ABSTRACT

Keywords

PENGALAMAN PREHOSPITAL PASIEN DENGAN

STEMI (St Elevation Myocard Infract) PERTAMA DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI

SURAKARTA

Anissa Cindy Nurul Afni1), Sri Andarini2), Septi Dewi Rachmawati3)

1,3

2

Email:

Page 61: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

125

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

1. PENDAHULUAN

Data (WHO)

pada tahun 2008 mencatat 7,2 juta kematian di

seluruh dunia disebabkan oleh penyakit kardio-

vaskuler (Priyanto Ade, 2011). Kasus kematian

pada STEMI menunjukkan 3,2% pasien mening-

gal pada 2 jam setelah onset, 3,4% meninggal

pada 2-6 jam setelah onset dan 14,8% meninggal

lebih dari 12 jam setelah onset (Ostrzyki, Sos-

nowski, Borowiec, Zera, Pienkowska, Drop et

, 2008).

STEMI merupakan bagian dari Acute Coro-

nary Syndrome (ACS), yaitu suatu kondisi ber-

bahaya dimana iskemia miokard terjadi akibat

penurunan mendadak aliran darah yang melalui

pembuluh koroner (Steg , 2012; Aaronson &

Ward, 2010). Kondisi STEMI umumnya menjadi

prioritas pertama (P1) dalam penanganan di IGD

(Instalasi Gawat Darurat). Hal ini menunjukkan

betapa gawat daruratnya kejadian STEMI (Steg

, 2012).

Fase dua puluh empat jam pertama prog-

nosis STEMI berkembang cepat (Steg ,

2012; Aaronson & Ward, 2010). Namun penata-

laksanaan STEMI selama ini menjadi tidak opti-

mal akibat keterlambatan pasien datang ke IGD

rumah sakit ataupun mencari pelayanan kesehat-

an. Keterlambatan pasien tersebut merupakan

bagian dari pengalaman fase pasien.

Melihat perbedaan kondisi sosioekonom-

-

daktersediaan EMS (Emergency Medical Ser-

vices) di Indonesia, menjadikan penulis tertarik

mengeksplorasi lebih dalam pengalaman -

pada pasien dengan STEMI pertama. Se-

lain itu penulis ingin mengeksplorasi lebih detail

bagaimana proses pengambilan keputusan pasien

untuk mencari pelayanan kesehatan dalam fase

. Hasil temuan tersebut diharapkan

dapat menjadi masukan dalam menurunkan wak-

tu keterlambatan penanganan ( )

pada kasus STEMI.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengeksplorasi pengalaman pasien

dengan STEMI pertama.

2. PELAKSANAAN

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama

enam bulan.

b. Populasi dan sampel penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 8

orang dengan diagnosa STEMI pertama dan

tercatat sebagai pasien yang mendapatkan

penanganan STEMI di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta, pasien dalam kondisi sadar se-

lama fase , bebas dari nyeri dan

kesulitan bernafas dan dinyatakan hemodin-

amik dan tanda-tanda vital stabil.

3. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuali-

tatif dengan desain fenomenologi menggunakan

pendekatan interpretif. Melalui metode kualita-

tif peneliti ingin melihat gambaran menyeluruh

peng alaman pasien dengan STEMI

pertama. Pengalaman masing-masing

partisipan berbeda, dan cara partisipan memak-

nai pengalamannya juga berbeda sehingga desain

yang paling tepat digunakan adalah fenomenolo-

gi dengan pendekatan interpretif.

Data dikumpulkan dengan metode wawan-

cara mendalam semi struktur. Wawancara dilaku- semi struktur. Wawancara dilaku-semi struktur. Wawancara dilaku-

kan dalam waktu 20-40 menit dan direkam de-

ngan menggunakan Handphone Samsung Galaxy

Note II.

Hasil wawancara kemudian dijabarkan

dalam bentuk verbatim yang kemudian dianali-

sis menggunakan pendekatan Braun and Clarke

(2006). Proses analisa data dengan menggunakan

Braun and Clarke terdiri atas 6 tahapan yaitu

mengenali dan membiasakan diri dengan data,

memunculkan kode awal, mencari tema, menin-

jau ulang dan menyaring tema, menjelaskan dan

memberi nama tema, dna terakhir menghasilkan

laporan ( )

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini mengungkapkan 8

tepatan menafsirkan gejala, keputusan mencari

pertolong an, perilaku terhadap keluhan, ungkap-

an penolakan, reaksi psikologis, penanganan

Page 62: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

126

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

awal, dan perjalanan mendapatkan pelayanan

kesehatan.

Kedelapan tema tersebut dibangun oleh sub

tema dan kategori-kategori yang akan diperkuat

dengan kutipan-kutipan hasil wawancara dengan

partisipan. Untuk menjaga kerahasiaan partisi-

pan, peneliti menggunakan pengkodean untuk

masing-masing partisipan. Pengkodean itu de-

ngan penyebutan partsipan dengan “P” di mulai

dari partisipan satu dengan sebutan P1 demikian

seterusnya hingga partisipan delapan (P8).

Karakteristik Partisipan

Rentang usia kedelapan partisipan dalam

penelitian adalah 45-60 tahun. Seluruh partisipan

berjenis kelamin laki-laki. Hampir seluruh parti-

sipan memiliki minimal satu faktor risiko penya-

kit jantung yaitu merokok, hipertensi, diabetes

mellitus, hiperlipidemia dan riwayat keluarga

dengan panyakit jantung.

Ketidaknyamanan Fisik

-

nyaman yang timbul akibat proses penyakit.

Variasi Keluhan

Partisipan mengungkapkan variasi keluhan yang

mereka rasakan yaitu dada terasa sakit, dada

nyeri, dada terasa panas, lengan terasa pegal,

lengan kiri sampai rahang bawah terasa linu, dada

terasa sesak, kepala kencang, keluar keringat

dingin, badan lemas, dan degup jantung keras.

Radiasi Nyeri

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa

keluhan yang muncul tidak hanya terlokalisir pada

satu area tertentu. Partisipan mengungkapkan

adanya radiasi nyeri dimana setiap partisipan

berbeda-beda diantaranya nyeri cuma dirsakan

di dada kanan, nyeri terpusat, nyeri merambat,

lokasi nyeri berpindah-pindah, nyeri dirasakan

hingga tembus ke punggung belakan sebelah kiri.

Kualitas Keluhan

Dikaji lebih jauh keluhan yang dirasakan setiap

partisipan berbeda-beda. Partisipan mengung-

kapkan sakit yang dirasakan terasa panjang, le-

bar, bukan sakit-hilang-sakit. Sakitnya juga dira-

sakan tidak putus-putus, tidak berhenti-berhenti,

sakitnya pelan, bertahan, seperti ditusuk-tusuk

benda besar, seperti ditarik, dijepit, hingga ter-

dapat partisipan yang menyebutkan keluhan ti-

dak dapat digambarkan.

Keparahan keluhan yang diungkapkan partisipan

sebagian besar menyebutkan keluhan yang

dirasakan berat dengan rentang nilai 7-10, sakit

tidak dapat ditahan, sakit sekali, sakitnya luar

biasa dan sesak sekali.

Waktu timbulnya keluhan saat onset serangan

berbeda-beda diantaranya saat bangun tidur,

Keluhan dan Gejala pasien dengan STEMI

Hasil penelitian menunjukkan, keluhan dan

gejala yang dirasakan pasien STEMI pertama me-

-

yang timbul akibat proses penyakit. Gambaran

dikelompokkan secara ringkas dalam variasi ke-

luhan, radiasi nyeri,kualitas keluhan, keparahan

keluhan, dan waktu timbulnya keluhan saat onset

serangan.

STEMI biasanya terjadi bila suatu trombus

telah menyumbat arteri koroner secara komplet

-

nyebabkan gejala yang lebih berat dibandingkan

gejala angina tak stabil dan NSTEMI (Aaron-

son & Ward, 2010). Dari hasil penelitian, vari-

asi keluhan yang dirasakan oleh partisipan saat

terjadinya serangan STEMI pertama antara lain

dada terasa sakit, dada nyeri, dada terasa panas,

lengan terasa pegal, lengan kiri sampe rahang

bawah terasa linu, dada terasa sesak, kepala ken-

cang, keluar keringat dingin, badan lemas, dan

degup jantung keras.

Hasil ini didukung oleh studi kualitatif yang

dilakukan oleh Pattenden (2002) terhadap

22 partisipan di Kota North Yorkshire pada kun-

jungan ke dua, tiga dan empat. Penelitian tersebut

menemukan bahwa saat onset STEMI, partisipan

mengeluhkan timbulnya nyeri selama beberapa

hari dengan skala nyeri sedang dan kesulitan ber-

nafas.

Page 63: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

127

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Keluhan dada terasa sakit ataupun nyeri

yang diungkapkan oleh partisipan dalam peneli-

tian ini menunjukkan adanya perasaan tidak nya-

man di tubuh atau bagian tubuh karena men derita

sesuatu (demam, sakit perut,dan sebagainya).

Partisipan lain mendeskripsikan nyeri dada yang

dirasakan dengan perih. Secara bahasa, perih dan

nyeri memiliki arti yang sama yaitu perasaan atau

pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan

yang dapat berkisar dari ketidaknyamanan ringan

hingga berat. Hasil penelitian juga sejalan dengan

teori dimana keluhan yang sering muncul pada

pasien STEMI selain nyeri dada adalah pasien

berkeringat dan tampak dingin serta lembab

(Aaronson & Ward, 2010; Antman , 2004).

Perkins (2009) mengemukakan bah-

wa gejala biasanya muncul tanpa disertai adanya

nyeri, seperti breathlesness (kesulitan bernafas),

mual atau muntah, berkeringat berlebih, dan juga

pusing hingga membuat pingsan. Kondisi ini di-

temukan pada partisipan tiga yang menyebutkan

tidak adanya keluhan rasa nyeri. Partisipan hanya

mengeluhkan badan lemas seperti tidak memiliki

tenaga dan keluar keringat dingin yang banyak.

Partisipan juga mengeluhkan dada terasa

sesak. Kata sesak menurut arti bahasa adalah

sempit sekali atau tidak lapang. Secara kontek-

stual menunjukkan adanya kesulitan pasien un-

untuk bernafas. Sesak juga dapat diungkapkan

dengan kata-kata berbeda yaitu “ampeg” atau-

pun “menggeh-menggeh” atau mengeh-mengeh”

Kata “mengeh-mengeh” dan “ampeg” secara

bahasa menunjukkan perasaan sesak di dada se-

hingga tidak dapat bernapas dengan lega.

Hasil tersebut juga mendukung temuan se-

rupa dalam studi kuantitatif yang dilakukan oleh

Mussi (2013) pada 100 pasien di RS Sal-

vador. Delapan puluh satu persen pasien menga-

lami nyeri dada saat onset serangan. Selain itu,

67% menyatakan berkeringat, sesak nafas (47%),

mual, pusing, palpitasi.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan

bahwa keluhan-keluhan yang muncul biasanya

tidak hanya terlokalisir pada satu area tertentu.

Radiasi nyeri secara kontekstual diartikan ada-

nya perambatan, pemancaran ataupun persebar-

an nyeri ke area yang lain. Radiasi nyeri dalam

penelitian ditemukan lokasi nyeri hanya di dada

kanan, nyeri terpusat, nyeri merambat ke lengan

kiri, rahang bawah kemudian dari dada tengah ke

dada kiri, lokasi nyeri berpindah-pindah, nyeri

dirasakan hingga tembus ke punggung belakan

sebelah kiri. Secara teori, pasien dengan STEMI

umumnya mengeluhkan adanya nyeri dada di

tengah seperti ditekan, yang menjalar ke lengan,

rahang, atau leher (Aaronson & Ward, 2010).

Hasil penelitian tersebut didukung oleh pe-

nelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Perkins

(2009) terhadap 228 pasien di Rumah Sakit

London juga menemukan bahwa gejala yang di-

rasakan pasien adalah nyeri dada di lengan, bahu,

leher, punggung belakang. Mussi (2013)

juga menggambarkan radiasi nyeri yang dirasa-

kan menjalar ke lengan, leher, punggung bela-

kang dan epigastrum.

Dikaji lebih jauh dalam penelitian ini par-

tisipan mengungkapkan kualitas keluhan yang

dirasakan setiap partisipan berbeda-beda. Partisi-

pan mengungkapkan sakit yang dirasakan terasa

panjang, lebar, bukan sakit-hilang-sakit-hilang.

Sakitnya juga dirasakan tidak putus-putus, ti-

dak berhenti-berhenti, sakitnya pelan, bertahan,

seperti ditusuk-tusuk benda besar, seperti di-

tarik, dijepit, hingga terdapat partisipan yang

menyebutkan keluhan tidak dapat digambarkan.

Keparahan keluhan yang diungkapkan partisipan

dalam penelitian ini menunjukkan sebagian besar

menyebutkan keluhan yang dirasakan berat de-

ngan rentang nilai 7-10, sakit tidak dapat ditahan,

sakit sekali, sakitnya luar biasa dan sesak sekali.

Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelum-

nya oleh Mussi (2013) yang menyebutkan

nyeri yang dirasakan seperti tertekan benda be-

rat dan terbakar. Nyeri biasanya dirasakan lebih

lebih dari 30 menit dan tidak berkurang setelah

diberi nitrogliserin (Aaronson & Ward, 2010).

Thuresson (2012) menggali lebih jauh ter-

kait gambaran nyeri yang dirasakan pasien. Se-

bagian pasien menyebutkan nyeri yang dirasa-

kan seperti perasaan diremas-remas, ditekan dan

disobek (tearing). Nyeri yang dirasakan dapat

berlangsung dalam hitungan menit maupun hi-

tungan jam. Rata-rata pasien menyebutkan nyeri

berada pada skala 7.

Page 64: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

128

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Ketidaktepatan Menafsirkan Gejala

Tema kedua yang didapatkan dalam peneli-

tian ini adalah ketidaktepatan menafsirkan gejala.

Ketidaktepatan menafsirkan keluhan memperli-

hatkan adanya ketidaktepatan dalam mengartikan

keluhan dan gejala yang muncul sebagai tanda

dan gejala STEMI.

Kesalahan penafsiran pasien terlihat dari bagai-

mana partisipan mengungkapkan bahwa apa yang

mereka rasakan bukanlah keluhan dan gejala pe-

nyakit jantung melainkan keluhan yang muncul

akibat kecapean, karena terforsir kerja, kurang ti-

dur, kegemukan, terlalu banyak merokok, masuk

angin, ataupun karena lambung yang sakit.

Keterbatasan Pengetahuan

Kesalahan penafsiran dapat muncul akibat keter-

batasan pengetahuan pasien tentang keluhan dan

gejala STEMI. Hampir semua partisipan meng-

ungkapkan ketidaktahuan nya tentang keluhan

dan ini pertama kalinya partisipan mendapatkan

informasi tentang keluhan STEMI.

Persepsi Pasien terhadap Keluhan dan Gejala

Ketidaktepatan menafsirkan keluhan mem-

perlihatkan adanya ketidaktepatan dalam mem-

persepsikan keluhan dan gejala yang muncul

sebagai tanda dan gejala STEMI. Kesalahan

penafsiran pasien terlihat dari bagaimana parti-

sipan mengungkapkan bahwa apa yang mereka

rasakan bukanlah keluhan dan gejala penyakit

jantung melainkan keluhan yang muncul akibat

kecapean, karena terforsir kerja, kurang tidur,

kegemukan, terlalu banyak merokok, masuk an-

gin, ataupun karena lambung yang sakit.

Mendukung hasil tersebut, penelitian kuali-

tatif yang dilakukan oleh Pattenden (2002)

menemukan bahwa partisipan sering mengala-

STEMI. Sebagian besar partispan menganggap

gejala yang mereka rasakan tidak cukup berat

untuk menyebabkan terjadinya serangan jantung.

Me reka beranggapan nyeri dada yang dirasakan

sama seperti nyeri pada gangguan pencernaan.

Kesalahan penafsiran dapat muncul akibat

keterbatasan pengetahuan pasien tentang kelu-

han dan gejala STEMI. Hampir semua partisipan

mengungkapkan ketidaktahuannya tentang kelu-

han dan ini pertama kalinya partisipan mendapat-

kan informasi tentang keluhan STEMI.

Penelitian di atas didukung oleh hasil yang

didapatkan Alshahrani (2012) dalam pe-

nelitiannya menunjukkan bahwa kurangnya

pengetahuan pasien mengenai gejala STEMI

berhubungan dengan rendahnya intrepretasi pa-

sien terhadap gejala STEMI. Selain itu, kurang-

nya pengetahuan dan kognitif yang rendah juga

mempengaruhi kontrol diri pasien dan keputusan

dalam mencari pelayanan kesehatan.

Hasil di atas didukung oleh penelitian yang

dilakukan Mussi (2013). Dari 100 pasien,

15% diantaranya tidak mengetahui gejala STE-

MI, 41% tidak dapat mengintrepretasikan bahwa

gejala yang dirasakan adalah penyakit jantung.

Mereka cenderung beranggapan bahwa keluhan

dan gejala yang diraskan adalah nyeri perut, sa-

kit punggung, perdarahan otak, stress harian, dan

efek obat yang mereka konsumsi.

Keputusan Mencari Pertolongan

Hasil penelitian ini menunjukkan tema ke-

putusan mencari pertolongan dibangun dari

ungkap an partisipan yang menunggu perkemban-

gan kondisi sebagai alasan bertindak dan peng-

ambil keputusan.

Perkembangan Kondisi Sebagai Alasan Bertin-

dak

Pasien cenderung menjadikan perkembangan

kondisi sebagai alasan bertindak mencari per-

tolongan. Tadinya belum apa-apa, nyeri tidak

hilang, nyeri tidak berkurang, makin bertambah

sakit, lebih sakit dari yang sebelumnya, sakitnya

serius, hingga keluhan terasa sakit lagi menjadi

alasan bagi pasien untuk mencari pertolongan.

Setelah melihat perkembangan kondisi, pada

akhirnya keputusan mencari pertolonganpun di-

ambil. Partisipan mengungkapkan berbeda-beda

mengenai orang yang mengambil keputusan saat

itu.

Proses Pengambilan Keputusan Mencari

Pelayanan Kesehatan

Keputusan mencari pertolongan dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa partisipan cen-

Page 65: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

129

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

derung melihat perkembangan kondisi sebagai

alasan bertindak mencari pertolongan. Tadinya

belum apa-apa, nyeri tidak hilang, nyeri tidak

berkurang, makin bertambah sakit, lebih sakit

dari yang sebelumnya, sakitnya serius, hingga

keluhan terasa sakit lagi menjadi alasan bagi

pasien untuk mencari pertolongan.

Dalam penelitiannya Perkins (2009)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

keterlamabatan pasien. Hal di atas

didukung oleh studi kualitatif yang dilakukan

oleh Pitsavos (2006) menunjukkan bahwa

pada lamanya pasien. Pasien yang

memiliki riwayat gejala nyeri yang hebat dan ri-

wayat penyakit lain sebelumnya akan memiliki

masa yang lebih singkat.

Setelah melihat perkembangan kondisi, pada

akhirnya keputusan mencari pertolonganpun di-

ambil. Partisipan mengungkapkan berbeda-beda

mengenai orang yang mengambil keputusan saat

itu. Beberapa partisipan mengungkapkan saat itu

diri sendirilah yang mengambil keputusan men-

cari pertolongan selain istri, anak dan lingkungan

sosial seperti teman.

Dalam kasus STEMI, sangat dibutuhkan

kepedulian individu, keluarga ataupun publik

untuk dapat mengenali tanda dan gejala awal

STEMI (O’Gara, 2013; Steg , 2012). Ti-

dak pekanya individu dan publik terhadap ge-

jala STEMI dapat memperlama fase

pasien. Sebagai penemu pertama, memberikan

pertolongan dengan memanggil bantuan ke-

sehatan adalah tugas utama selain memindahkan

pasien ketempat yang aman (WHO, 2005).

Perilaku Terhadap Keluhan

Salah satu tema yang kemudian muncul dari

penelitian ini adalah perilaku terhadap keluhan.

Perilaku terhadap keluhan ditunjukkan dengan

sikap reaktif terhadap keluhan dan perilaku re-

ligius yang dilakukan partisipan saat terjadinya

serangan.

Respon reaktif terhadap keluhan digambarkan

berbeda-beda oleh partisipan, diantaranya jalan

ke sana ke sini, memegangi dada, istirahat, tidur-

an, menyampaikan kepada pasangan, diam dan

menahan.

Perilaku Religius

Perilaku religius juga tergambar dari respon

pasien saat terjadinya serangan STEMI, dianta-

ranya istgifar, sholat, dan dzikir.

Ungkapan Penolakan

Ungkapan penolakan partisipan diketahui

dibangun dari ketidakpercayaan dan ketidak-

pedulian partisipan terhadap keluhan dan gejala

yang muncul sebagai keluhan STEMI.

Gambaran ketidakpercayaan pasien bahwa keluh-

an yang dirasakan adalah tanda dan gejala STE-

MI ditunjukkan dalam bentuk ungkapan-ungkap-

an bahwa partisipan tidak memiliki pemikiran

memiliki penyakit jantung, tidak menduga punya

penyakit jantung, tidak yakin memiliki penyakit

jantung, dan partisipan tidak merasa sakit.

Ketidakpercayaan partisipan bahwa dirinya

meng alami penyakit jantung (STEMI) menjadi-

kan partisipan bersikap tidak peduli pada keluhan

yang dirasakan.

Reaksi Psikologis

Selain tema di atas, tema lain yang didapat-

kan dari penelitian ini adalah adanya reaksi

psikologis yang dialami pasien terkait respon

terhadap keluhan STEMI. Reaksi

psikologis partisipan muncul dari adanya pe-

ngelompokan sub tema pemikiran akan kema-

tian, eskpresi emosional pasien dan harapan

pasien terhadap penanganan yang membangun.

Pemikiran Akan Kematian

Sub tema pemikiran akan kematian muncul dari

beberapa ungkapan partisipan seperti hampir

kehilangan nyawa dan ungkapan mungkin mau

meninggal.

Ekspresi takut, menangis, tidak mau membebani

hingga pasrah muncul dari hasil ungkapan

partisipan.

Page 66: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

130

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Hal ini terlihat dari ungkapan partisipan yang

ingin agar sakit yang dirasakan cepat hilang dan

cepat mendapatkan penanganan.

Penanganan Awal

Berdasarkan pengelompokan hasil wawan-

cara dan proses berpikir induksi dalam pene-

litian ini, tema yang kemudian ditemukan dari

pengalam an pasien dengan STEMI

pertama adalah pengalaman pasien dalam pena-

nganan awal. Penanganan awal secara konteks-

tual diartikan sebagai proses atau cara awal

menangani keluhan dan gejala yang dirasakan

partisipan.

Pengobatan Mandiri

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa

langkah awal yang dilakukan partisipan saat

muncul keluhan dan gejala adalah melakukan

pengobatan mandiri. Pengobatan mandiri yang

dilakukan partisipan pun berbeda-beda, diantara-

nya mengurangi keluhan dengan minum anta-

ngin, air kelapa muda, air putih hingga kerokan.

Setelah pengobatan mandiri yang dilakukan tidak

berhasil partisipan cenderung segera mengun-

jungi pelayanan kesehatan seperti Puskesmas

atau Polindes, dokter praktik umum, dan rumah

sakit terdekat yang dapat dijangkau oleh partisi-

pan dan keluarga dengan cepat.

Dari hasil wawancara dengan pasien, tatalak-

sana awal yang didapatkan dari pelayanan kes-

ehatan yang dikunjungi oleh partisipan, secara

umum hampir sama yaitu diperiksa, dikasih obat

di bawah lidah, ditensi, diberikan informasi, di-

pasang infuse, diberikan oksigen, dilakukan pe-

rekaman jantung dan saran rujukan.

Berdasarkan pengalaman mendapatkan pena-

ngan an di pelayanan kesehatan, beberapa parti-

sipan mengungkapkan kesan terhadap pelayanan

kesehatan yang diterima diantaranya pasien lang-

sung mendapatkan penanganan, pasien langsung

dirujuk hingga kesan pasien tidak tahu proses

yang dilaluinya.

Respon terhadap Keluhan dan Gejala STEMI

Pada topik ini, banyak respon yang muncul

terhadap keluhan dan gejala STEMI yang di-

rasakan pasien yaitu, perilaku terhadap keluhan,

adanya ungkapan penolakan, reaksi psikologis,

dan penanganan awal yang dilakukan terhadap

keluhan dan gejala.

Ungkapan penolakan tercermin dari ketidak-

percayaan dan ketidakpedulian partisipan ter-

hadap keluhan dan gejala yang muncul sebagai

keluhan STEMI. Banyak individu yang tidak

ingin percaya bahwa mereka memiliki risiko

meng alami serangan jantung. Mereka cenderung

menolak fakta keluhan yang mereka rasakan se-

bagai gejala infark miokard akut hingga kondisi

menjadi lebih buruk (Pattenden , 2002).

Pateenden (2002) menemukan bahwa

decision time pada pasien berlangsung selama

tujuh jam hanya untuk mengakui bahwa keluh-

an yang mereka rasakan adalah gejala STEMI.

Sebagian besar pasien mengakui bahwa mereka

berharap keluhan yang mereka rasakan akan se-

gera pergi berlalu sehingga mereka menunggu

dan tidak pergi ke rumah sakit atau mencari pela-

yanan kesehatan.

Selain itu, dalam penelitian ini ekspresi

emosional pasien juga muncul seperti takut,

menangis, tidak mau membebani hingga pasrah

terhadap keluhan yang dirasakan. Studi kuan-Studi kuan-

titatif yang dilakukan oleh Walsh (2004)

terhadap 61 pasien STEMI bahwa respon emo-

mempengaruhi lamanya fase pasien.

Respon emosional yang tampak biasanya kece-

masan, khawatir, gelisah, tegang, kaget, terkejut

atas kondisi yang mereka rasakan. Pasien yang

memiliki kecemasan/ketegangan dan khawtir

tinggi akan memiliki masa yang le-

bih pendek.

Dengan melewati banyak tahapan dimulai

dari penolokan hingga menerima kondisinya pada

akhirnya partisipan juga melakukan penanganan

awal untuk mengurangi keluhan dan gejala yang

dirasakannya. Penanganan awal yang dilakukan

oleh partisipan antara lain pengobatan mandiri,

mengunjungi pelayanan kesehatan, tatalaksana

yang didapatkan pasien dan terakhir kesan pasien

terhadap pelayanan kesehatan yang diterima.

Page 67: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

131

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Dalam penelitiannya Thuresson (2012)

juga menjelaskan bahwa partisipan cenderung

mengalihkan perhatian mereka dengan melaku-

kan aktivitas lain seperti meregangkan otot-otot

lengan dan anggota tubuh bagian atas, selain itu

mereka mencoba memijatnya. Partisipan cende-

rung menjadikan keluhan yang mereka rasakan

seperti keluhan sakit biasa pada umumnya. Men-

dukung hal tersebut, Mussi (2013) dalam

penelitiannya menemukan bahwa dari 100 pasien

didapatkan 20 pasien memutuskan mencari pela-

yanan kesehatan karena status nyeri yang mereka

rasakan meningkat.

Setelah pengobatan mandiri yang dilaku-

kan tidak berhasil partisipan cenderung segera

me ngunjungi pelayanan kesehatan seperti Pus-

kesmas atau Polindes, dokter praktik umum, dan

rumah sakit terdekat yang dapat dijangkau oleh

partisipan dan keluarga dengan cepat.

Di Indonesia, terbatasnya EMS serta am-

bulan 118 menjadi masalah tersendiri dalam

peningkatan mutu layanan . Sedang-

kan tingginya mortalitas dan morbiditas pada

kasus STEMI tidak hanya ada pada kelas sosial

menengah hingga tinggi, tetapi juga pada kelas

sosial menengah ke bawah. Pada situasi tersebut

Puskesmas dengan Unit Gawat Darurat 24 jam

dapat mengoptimalkan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat di area pinggiran kota/wilayah kota

yang daya jangkauan ke pusat layanan kesehatan

lainnya cukup jauh. Puskesmas dapat menjadi

pilihan pertama bagi penderita dengan tanda dan

gejala STEMI.

Perjalanan Mendapatkan Pelayanan Kesehat-

an

Berdasarkan analisa data hasil wawancara

tema akhir yang kemudian muncul adalah per-

jalanan mendapatkan pelayanan kesehatan. Per-

jalanan mendapatkan pelayanan dapat diartikan

sebagai cara, jarak atau jauh, dan juga perbuatan

yang dilakukan oleh partisipan dalam mendapat-

kan pelayanan kesehatan (www.kbbi.wed.id).

Kemudahan Akses

Partisipan mengungkapkan adanya kemudahan

akses yang mereka rasakan selama proses trans-

portasi. Kemudahan itu diantaranya diungkapkan

dalam bentuk jarak ke pelayanan kesehatan, per-

jalanan lancar, tidak ada masalah dalam perjalan-

an dan alat transportasi yang cepat.

Selain kemudahan akses, lamanya proses trans-

portasi juga diungkapkan oleh partisipan dianta-

ranya proses transport yang cepat, setengah jam,

dan satu jam.

Selain itu salah satu partisipan juga menyebutkan

adanya kendala selama proses transportasi.

Perjalanan mendapatkan pelayanan kesehat-

an digambarkan dari kemudahan akses, lamanya

waktu transport, dan kendala selama proses trans-

portasi. Kemudahan akses yang mereka rasakan

selama proses transportasi diantaranya diungkap-

kan dalam bentuk jarak ke pelayanan kesehatan,

perjalanan lancar, tidak ada masalah dalam per-

jalanan dan alat transportasi yang cepat. Di nega-Di nega-

ra maju sejak dulu telah banyak diaktifkan EMS.

EMS merupakan sistem layanan prehospital yang

diaktifkan dengan adanya nomor telepon yang

mudah diingat dan dihubungi. Selain itu, ambu-

lan yang tersedia tidak hanya menjadi alternatif

alat transportasi tetapi juga dapat melakukan

initial diagnosis, triage dan juga treatment pada

pasien STEMI. Initial diagnosis, triage dan juga

treatment pada pasien STEMI berhubungan erat

dengan keputusan penggunaan reperfusi terapi

yang tepat. Penurunan keterlambatan dapat mem-

berikan hasil akhir yang maksimal dalam penan-

ganan STEMI (O’Gara, 2013; Steg , 2012).

Keterbatasan dalam penelitian ini dalah Eksplora-

si pengalaman pasien dalam proses transportasi

terkait layanan ambulan yang digunakan selama

proses rujukan kurang detail. Sesungguhnya hal

ini telah dilakukan oleh peneliti dengan meng-

gali lebih dalam pengalaman pasien dalam pro-

ses transportasi menggunakan ambulan, namun

karena kurang kayanya data dari partisipan dan

jumlah partisipan yang menggunakan ambulan

hanya sedikit sehingga eksplorasi pada poin ini

kurang detail.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujuk-

-

kasi kebutuhan health education dan sosialisasi

Page 68: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

132

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

terkait penyakit jantung terutama STEMI bagi

masyarakat. Penelitian ini dapat menjadi dasar

rujuk an bagi perawat dalam membangun pe-

layanan keperawatan yang terintegrasi dimulai

dari Primary Care sebagai penyedia pelayanan

hingga pelayanan keperawatan di

rumah sakit pada pasien dengan STEMI.

5. KESIMPULAN

Delapan tema yang berkaitan pengalaman

prehospital pasien STEMI pertama yaitu keti-

gejala, keputusan mencari pertolongan, perilaku

terhadap keluhan, ungkapan penolakan, reaksi

psikologis, penanganan awal, dan perjalanan

mendapatkan pelayanan kesehatan.

Secara umum keluhan yang dirasakan pasien

dengan STEMI pertama adalah adanya ketidak-

menafsirkan keluhan dapat disebabkan karena

keterbatasan pengetahuan pasien terkait keluhan

dan gejala STEMI sehingga mampu menunda

keputusan pasien dalam mencari pelayanan ke-

sehatan.

SARAN

Perlu adanya penelitian lanjutan terkait

lama pasien STEMI di Indo-

nesia menggunakan Triangulasi antara metode

kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat yang

didapatkan lebih lengkap. Perlu adanya tindak

lanjut dari rumah sakit sebagai pihak terkait un-

tuk mulai mengaktifkan EMS ataupun ambulan

sehingga penanganan pasien STEMI

dapat lebih cepat.

REFERENSI

-

Isaksson, R. M., Brulin, C., Eliasson, M., Nas-

lund, Ulf., Zingmark, K. (2011). Prehospital

-

cardial infraction; a qualitative analysis wit-

hin the Northern Sweden MONICA study.

Leslie, W. S., Urie, A., Hooper, J., Morrison, C.

E. (2000). Delay in calling for help during

myocardial infraction reasons for the delay

and subsequent pattern of accessing care.

Mussi, F. C., Gibaut, M. A. M., Damasceno, C.

A., Mendes, A. S., Guimaraes, A. C., Santos,

C. A. (2013). Sociodemographic and clinical

factors associated with the decision time for

seeking care in acute myocardial infraction.

Ostrzyki, A., Sosnowski, C., Borowiec, A., Zera,

T., Pienkowska, K., Drop, D., Chwyzko, T.,

Kowalik, I., Szwed, H. (2008). Pre-hospital

delay of treatment in patients with ST seg-

men elevation myocardial infraction under-

going primary percutaneous coronary inter-

vention: experience of cardiac centre located

in the vicinity of the centre of Warsaw. Kar-

Pattenden, J., Watt, I., Lewin, R. J. P., and Stand-

ford. (2002). Decision making process in

people with symptoms of acute myocar-

dia; infraction: qualitative study.

Perkins, P. L., Whitehead, D. L., Strike, P. C.,

Steptoe, A. (2009). Prehospital delay in pa-

tients with acute coronary syndrome: factors

associated with patient decision time and

home to hospital delay. Eur J Cardiovasc

Pitsavos, C., Kourlaba, G., Panagiotakos, D.,

Stefanadis, C. (2006). Factors associated

with delay in seeking helath care for hos-

pitalized patients with acute coronary syn-

drome: the GREECS study. Hellenic J Car-

ESC Guidlines for the management of acute

Thuresson Marie. (2012).

-

to reduce time to seek care and to increase

ambulance use. Orebro University.

-oo0oo-

Page 69: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

133

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ABSTRAK

Kata kunci

ABSTRACT

PENGALAMAN PERAWAT

INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM MERAWAT

PASIEN PERCOBAAN BUNUH DIRI DI RUMAH

SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Ika Subekti Wulandari 1), Retty Ratnawati 2), Lilik Supriyati 3), Kumboyono4)

1

2,3,4

Page 70: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

134

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Keywords

1. PENDAHULUAN

Percobaan melukai diri merupakan salah

satu alasan seseorang dibawa ke Instalasi Gawat

Darurat (IGD). Pasien dibawa ke IGD dan mem-

butuhkan perawatan akibat usaha melukai diri

diantaranya dengan memotong nadi, membakar

diri, menenggelamkan diri, menggantung diri

dan meracuni diri (Crawford et al, 2003). Perco-

baan melukai diri memiliki hubungan yang erat

dengan bunuh diri, dimana biasanya bunuh diri

didahului dengan pikiran untuk bunuh diri dan

percobaan melukai diri (Conlon & O’Tuathail,

2010).

Tindakan perawat IGD dalam menangani

pasien percobaan bunuh diri sering disertai pe-

rasaan dilema tersendiri. Conlon dan O’Tuathail

(2012) menyatakan bahwa perawat sering merasa

frustasi, antipati, tidak berdaya, dihadapkan pada

dilema dan mengeluarkan emosi negatif karena

pasien percobaan bunuh diri cenderung sensitif

dan memiliki konsep diri negatif. Tenaga kese-

hatan di IGD merasa cemas dan cenderung meng-

hindari pasien dengan percobaan bunuh diri yang

berulang karena beranggapan bahwa hal tersebut

merupakan tindakan manipulasi dan mencari per-

hatian (Sethi & Uppal, 2006).

Percobaan bunuh diri membutuhkan pe-

layanan yang komprehensif, holistik dan pari-

purna dikarenakan pasien percobaan bunuh diri

memiliki karakteristik yang berbeda. Beban kerja

IGD yang tinggi disertai anggapan mengenai

rumah sakit umum lebih berfokus pada masalah

diri lebih tepat dirawat di rumah sakit khusus

jiwa dibandingkan di rumah sakit umum (Martin

& Chapman, 2014; Hopkins, 2002).

Perawat dalam memberikan pelayanan lebih

suka menghindari pasien yang agresif (resiko

menciderai diri sendiri atau orang lain) karena

khawatir dengan keselamatan diri (Heslop et al,

2000). Menurut penelitian Friedman et al (2006)

dari 107 perawat, sebanyak 55% tidak suka

menangani kasus persobaan bunuh diri. Alasan-

nya adalah pasien percobaan bunuh diri lebih

sulit ditangani dibandingkan dengan pasien lain

(Huband & Tantam, 2000).

Merawat pasien percobaan bunuh diri dalam

kondisi yang agresif dimana respon pasien bi-

asanya berada diluar kontrol kesadaran sangat

beresiko terhadap keselamatan perawat, pasien

lain maupun pasien sendiri. Kondisi ini bisa saja

membuat perawat stres dan merasakan dilema

karena menghadapi kondisi yang sulit di samping

aspek psikososial. Disisi lain pendidikan dan

kasus percobaan bunuh diri juga masih terbatas,

akan tetapi perawat dituntut untuk tetap mem-

berikan pelayanan kegawatdaruratan secara kom-

prehensif.

Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

merupakan rumah sakit tipe A yang menjadi ru-

jukan bagi rumah sakit lain di Surakarta dalam

penanganan kasus gawat darurat. Lokasinya

yang berdekatan dengan Rumah Sakit Jiwa Dae-

rah Surakarta juga menjadikan Rumah Sakit Dr.

Moewardi sebagai rujukan terutama kasus per-

cobaan bunuh diri yang mengancam kehidup-

segera.

Penelitian ini penting dilakukan karena

setiap manusia memiliki respon yang berbeda

terhadap fenomena yang dialami, oleh karena

itu perlu dilakukan eksplorasi lebih mendalam

mengenai makna pengalaman perawat dalam

merawat pasien percobaan bunuh diri di Instalasi

Gawat Darurat.

Melalui eksplorasi pengalaman perawat

akan diperoleh gambaran mengenai proses pe-

nanganan pada kasus percobaan bunuh diri. Hal

tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pertim-

bangan dalam membangun ide dan konsep dasar

dalam mengembangkan model penanganan kasus

percobaan bunuh diri di Instalasi Gawat Darurat.

Page 71: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

135

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

2. PELAKSANAAN

Tempat penelitian di IGD (Instalasi Gawat

Darurat) Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

Partisipan yang terlibat sejumlah lima orang

dengan pertimbangan telah mencapai saturasi

data.

3. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah kualitatif dengan pendekatan feno-

-

degger (Spezial & Carpenter, 2003). Partisipan

dipilih dengan yang me-

menuhi kriteria inklusi yaitu perawat yang beker-

ja di IGD Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta,

memiliki pengalaman merawat pasien percobaan

bunuh diri, bersedia dan setuju untuk berpartisi-

pasi dalam penelitian, mampu berbahasa Indone-

sia dengan baik.

Pengambilan data dilakukan dengan tehnik

Hasil wawan-

cara dianalisis berdasarkan tahapan Miles dan

Huberman, sedangkan proses keabsahan data

yang merupakan validitas dan reliabilitas pene-

litian dilakukan dengan memenuhi prinsip Cred-

-

ferability

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tema-tema yang ditemukan dalam peneli-

tian sebanyak 9 tema dimana saling berinteraksi

dan menggambarkan makna pengalaman perawat

dalam merawat pasien percobaan bunuh diri.

Berikut adalah penjelasan masing-masing tema

yang diperoleh:

a. Ketakutan perawat

Respon emosional yang dirasakan perawat

ketika menghadapi pasien percobaan bunuh

diri adalah takut. Perasaan ini dibangun oleh

dua sub tema yaitu takut salah dan takut

akan keselamatan diri perawat. Mayoritas

partisipan menunjukkan bahwa dalam men-

jalankan tugas dan tanggung jawabnya kepa-

da pasien sebagai manusia biasa terkadang

rasa takut muncul dikarenakan sikap pasien

yang sangat sensitif dan tidak terkontrol se-

hingga bisa saja tiba-tiba bertindak agresif

dan dapat mengancam keselamatan perawat

sendiri seperti peryataan berikut.

Ketakutan lain yang dirasakan perawat

adalah takut salah ketika melakukan peng-

kajian atau memberi tindakan. Misalnya

ketika perawat melakukan pelevelan triage

terkadang perawat menemukan respon ti-

dak kooperatif pasien dan sulit membedakan

apakah pasien dalam kondisi tidak sadar atau

sebenarnya sadar tetapi tidak mau berespon

terhadap perawat, seperti pernyataan berikut.

tidak sadar, berarti itu kan fase abu-

abu yang kadang kita masih kita lebih

amannya kalau kita masih ragu-ragu

mau masuk ke kuning mending kita ma-

Karena takutnya kalau nanti takutnya

ya kalau tidur, kalau tidak bernafas

b. Motivasi kasihan

Motivasi kasihan karena ingin membantu

pasien dipengaruhi oleh rasa so sial, mengu-

tamakan keselamatan pasien, memposisikan

sebagai pasien dan perasaan ikhlas. Hal ini

dibuktikan dengan pernyataan berikut.

-

-

Naluri perawat sebagai mahluk sosial

mendorong perawat untuk berkewajiban sa-

ling tolong menolong supaya nyawa pasien

Page 72: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

136

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

selamat dan dilandasi dengan keikhlasan.

pasien pada diri perawat sendiri sehingga

perawat dapat memahami kebutuhan dan

perasaan pasien yang sebenarnya.

c. Motivasi tugas

Latar belakang tugas dan tanggungjawab se-

bagai seorang perawat yang harus merawat

pasien merupakan hal yang menggerakkan

perawat untuk memberikan pelayanan, se-

perti yang diungkapkan partisipan berikut.

Memberikan perawatan pada semua

pasien sudah merupakan tugas dan tang-

gung jawabnya sebagai orang yang berpro-

fesi sebagai perawat. Perawat dituntut untuk

mau dan mampu meberikan pelayanan yang

dibutuhkan oleh pasien dengan kasus apapun

termasuk pada kasus percobaan bunuh diri.

d. Pasien agresif

Pasien percobaan bunuh diri yang datang

ke IGD biasanya dalam kondisi yang masih

agresif dan sangat aktif sehingga berpotensi

mengganggu pasien lain seperti yang diung-

kapkan partisipan berikut.

da tang itu kan masih agresif banget

mbak”(I3)

teriak, gelisah itu otomatis mengganggu

Pasien menampilkan respon yang

ekspresif terhadap apa yang sedang dira-

sakannya atau dapat juga sebagai bentuk

usaha mencari perhatian dari orang lain.

Perasaan gelisah ini juga berpotensi men-

jadi tindakan agresif yang mebahayakan diri

sendiri dan orang lain. Respon tidak kooper-

atif dari pasien ini membuat perawat merasa

kesulitan ketika akan membangun interaksi

dengan pasien.

e. Pasien tidak terus terang

Sikap tertutup pasien ditunjukkan de ngan

kategori tidak mau mengakui, diam dan

menangis. Pasien seringkali tidak mau meng-

akui terkait kondisi yang sebenarnya terjadi

maupun alasan melakukan percobaan bunuh

diri, seperti yang diungkapkan beberapa par-

tisipan berikut ini.

tangan) di radialis dia bilangnya kena

kaca, terus saya lihat luka kena kaca

sama luka kayak gitu kan beda, kalau

mungkin kalau kena kaca saya bilang

Pernyataan menunjukkan bahwa ada

sikap pasien yang berusaha menutupi ke-

adaan sebenarnya, yaitu pasien mengatakan

bahwa luka di pergelangan tangan tersebut

disebabkan karena terkena kaca, akan tetapi

ketika perawat melakukan analisis terhadap

mekanisme cidera, perawat menemukan ke-

janggalan bahwa karakteristik luka tersebut

tidak menujukkan luka yang disebabkan

karena pecahan kaca, melainkan ada upaya

kesengajaan. Kondisi seperti ini menuntut

perawat harus jeli menganalisa dan cermat

dalam melakukan pengkajian, supaya inter-

vensi yang diberikan bisa benar-benar efek-

tif dan tepat sasaran.

f. Proses keperawatan

Belum adanya ruangan isolasi yang khusus

untuk gangguan psikologis menjadi salah

satu penyebab pengkajian lebih fokus pada

triage psikologis belum di-

lakukan.

-

mbak heem”(I1)

-

Page 73: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

137

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

nggih sebenarnya kita isolirkan atau

-

Privacy merupakan hal yang diperhati-

kan perawat, terutama ketika dilakukan edu-

kasi atau pengkajian terkait masalah pribadi,

bisa saja pasien tidak mau mengekspresikan

perasaannya dikarenakan banyaknya orang

disekitar yang dapat mengetahui masalah

pribadinya yang bukan konsumsi umum. Be-

lum adanya ruang isolasi membuat perawat

menempatkan pasien dipojok ruangan dan

campur dengan pasien lain. Faktor tersebut

membuat perawat jarang mengkaji masalah

pada aspek psikologis.

Pada saat merawat kasus, perawat me-

nemui beberapa karakteristik pasien yang

bervariasi terkait usia, jenis kelamin, penye-

bab dan metode bunuh diri, seperti pernyata-

an berikut.

-

Selama penegakan diagnosa, perhatian

mengenai masalah psikologis pada pasien

percobaan bunuh diri belum mendapat por-

si yang setara dengan penanganan masalah

jarang diangkat menjadi diagnosa di IGD

tetapi biasanya dmunculkan ketika pasien

sudah rawat inap diruangan sebagai diagno-

sa pendukung, seperti ungkapan berikut ini.

yang sifatnya tidak emergency itu kita

-

-

lolaanya di bangsal”(I2)

Penyusunan rencana intervensi menga-

cu pada kondisi kegawatan yang mengancam

nyawa terlebih dahulu. Perawat terkadang ti-

dak melakukan semua perencanaan di IGD,

akan tetapi hanya melakukan tindakan untuk

mengatasi kegawatan saja, sedangkan inter-

vensi lainnya yang tidak emergency terma-

suk penanganan aspek psikologis dilakukan

di ruang bangsal perawatan. Hal tersebut di-

ungkapkan oleh partisipan berikut.

-

-

Pada tahap implementasi perawat me-

laku kan beberapa tindakan seperti manaje-

men live saving, memotivasi

dan membina hubungan saling percaya di-

mana

dan psikologis sesuai tingkat kegawatan,

seperti ungkapan berikut.

“Kemudian kalau memang memang

-

-

Page 74: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

138

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

eee mungkin dia kan disitu sudah bolak-

-

Pada tahap evaluasi selama ini lebih

berfokus untuk mengevaluasi kondisi se-

tetapi pada aspek pikiran atau ide bunuh diri

belum mendapat perhatian dari perawat, se-

perti ungkapan berikut.

itu eee dilihat kondisinya sudah layak

datang dengan tentamen suicide terus

yang hebat, merasa terbakar, terus dia

ada gelisah, muntah-muntah ya kita

misalkan nanti sudah teratasi misalnya

sudah mulai agak tenang, nggak nggak

komunikasi, baru nanti kita bisa eee itu

g. Sensasional

Perawat merasakan kepuasan tersendiri ke-

tika berhasil menolong pasien sekaligus ada

rasa ketidakpuasan terhadap hasil kerja yang

dilakukan, selain itu perawat juga merasakan

ada keunikan tersendiri ketika menangani

pasien percobaan bunuh diri yang tidak dite-

mui pada pasien lain, seperti ungkapan part-

sipan berikut.

-

Perawat merasakan kepuasan tersendiri

ketika berhasil membantu masalah pasien

atau ketika pasien bersedia menceritakan ma-

salahnya. Kesediaan pasien untuk mencerita-

kan masalahnya dianggap se bagai keberhasi-

lan perawat dalam membina hubungan saling

percaya. Disisi lain perawat merasakan ada

sebuah kenyataan yang tidak sesuai dengan

harapan yaitu pasien atau ke luarga pasien

tidak memberikan apresiasi terhadap kerja

perawat. Perawat merasa kecewa terhadap

sikap keluarga pasien yang sering komplain

padahal perawat sudah berusaha semaksimal

mungkin untuk memberikan pelayanan yang

terbaik kepada pasien.

Perawat merasakan ada hal yang ber-

beda dalam diri pasien percobaan bunuh diri

dibanding pada pasien lainnya. Hal ini di-

ungkapkan oleh partisipan

-

-

Pernyataan partisipan diatas menunjuk-

kan bahwa pada pasien percobaan bunuh

diri memiliki pola pikir yang berbeda den-

gan orang kebanyakan. Perawat terkadang

merasakan bahwa sebenarnya ada kelucuan

tersendiri pada keterangan-keterangan yang

diungkapkan pasien, akan tetapi perawat

berusaha menghargai dan memahami segala

bentuk respon perasaan pasien baik yang

positif maupun negatif. Perawat mengang-

gap apapun respon yang ditampilkan pasien

merupakan bagian dari cara pasien untuk

mengekspresikan perasaan.

h. Mengesampingkan manajemen psi kologis

Psikologis bukan menjadi prioritas dikare-

nakan perawat kurang menguasai manaje-

men kasus yang disebabkan rendahnya mo-

tivasi perawat untuk mengembangkan diri,

perawat juga sulit membangun komunikasi

dengan pasien, seperti ungkapan berikut ini.

Page 75: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

139

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

malas mau mengembangkan diri gitu

kan kadang nek nggak memang bu-

kan bidangnya itu susah to mbak

sudah kita lakukan berhubungan de-

Rasa malas menyebabkan motivasi

belajar perawat untuk mengembangkan

diri masih sangat kurang dikarenakan larut

dalam rutinitas pekerjaan. Perawat merasa

sulit membangun interaksi karena tehnik ko-

munikasi pada pasien gangguan psikologis

berbeda dengan pasien lainnya. Kesulitan ini

dirasakan karena di rumah sakit umum lebih

dan jarang mengelola kasus kegawatan yang

disertai gangguan psikologis.

Perawat berpendapat bahwa fokus uta-

ma penanganan kegawatan di rumah sakit

psikologisnya, sehingga membuat perawat

jarang melihat pasien sebagai manusia yang

holistik dan hanya berhenti pada penanganan

i. Pengharapan

Perawat memiliki beberapa harapan yang

bisa meningkatkan kualitas layanan, seperti

pernyataan berikut ini.

-

sium, seminar itu yang selalu saya

.

-

-

Harapan perawat dalam meningkatkan

kualitas layanan khususnya pada manajemen

kasus percobaan bunuh diri dimulai dari as-

pek terpentingnya yaitu peningkatan kualitas

SDM yang didukung dengan adanya sarana

dan prasarana yang memadahi serta infor-

masi mengenai teori-teori baru yang dite-

mukan berdasarkan hasil penelitian selain

itu juga dibutuhkan penghargaan dari pihak

luar kepada perawat sebagai bentuk motivasi

eksternal perawat dalam proses peningkatan

kualitas layanan.

Tema-tema yang ditemukan dalam pene-

litian ini membentuk sebuah keterkaitan yang

dapat menggambarkan makna pengalaman per-

awat dalam merawat pasien percobaan bunuh

diri. Perawat merasakan takut ketika berhadapan

dengan pasien akibat kekerasan yang mungkin

dilakukan pasien. Tidak bisa dipungkiri bahwa

perawat merupakan garda terdepan dalam ber-

interaksi kepada pasien, sehingga beresiko tinggi

mendapat tindakan kekerasan dari pasien yang

masih agresif. Almutairi et al (2013) menyatakan

bahwa perawat yang bekerja di unit psikiatri atau

IGD memiliki resiko yang tinggi sekitar 62,1%

terpapar kekerasan oleh pasien, bahkan Keough

et al (2003) menyatakan bahwa perawat yang

bekerja di IGD seperti bekerja dalam zona per-

ang. Keselamatan perawat merupakan hal yang

harus dilindungi dan ini juga merupakan hak

perawat sebagai pekerja, akan tetapi selama ini

kebijakan atau manajemen belum memberikan

perhatian dengan porsi yang cukup terhadap ma-

salah ini,

Dampak yang muncul sebagai akibat ke-

kerasan yang mengancam perawat tidak hanya

aspek emosional perawat seperti perasaan marah,

cemas, putus asa, sedih dan depresi (Grenyer et

al, 2004 & Brennan, 2001). Kondisi ini tentu akan

Page 76: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

140

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

berpengaruh terhadap kualitas hidup perawat dan

Perawat dalam memberikan pelayanan di-

gerakkan oleh dua faktor yaitu rasa kasihan dan

tugas. Menurut Tomey dan Alligood (2006) teory

of caring yang diungkapkan oleh Kristen Swan-

son menyatakan bahwa kesediaan perawat mau

menolong pasien dimulai dari maintaining belief

yang merupakan dasar dan pondasi utama prak-

tik caring perawat. Kepercayaan dan keyakinan

hati akan menggerakkan perawat dalam mem-

bentuk komitmen untuk membantu pasien. Tin-

dakan tersebut sebagai usaha untuk mengerti dan

memahami makna hidup seseorang ( ).

Keyakinan dan usaha memaknai kehidupan akan

menghasilkan respon emosional untuk bersedia

berbagi dan saling merasakan arti pengalaman

hidup ( ). Perawat siap dan selalu ada

untuk mendampingi pasien tidak hanya secara

.

Pelaksanaan proses keperawatan pada kasus

bunuh diri belum dilakukan secara komprehensif

termasuk dalam kegiatan triage. Padahal menu-

rut

(2004) menyatakan bahwa ketika pasien datang

ke IGD harus dilakukan triage

mental.

Meletakkan pasien dipojok ruangan meru-

pakan salah satu bentuk triage atau pemilahan

yang dilakukan oleh perawat. Pemilahan ini ber-

tujuan menjaga patient safety dan pasien.

Karena menurut Ando et al (2013) pasien per-

cobaan bunuh diri membutuhkan perlindungan

yang tinggi karena karakteristiknya yang

sangat sensitif. Belum adanya ruangan isolasi

khusus membuat pasien terganggu, se-

hingga penggalian data pada aspek yang sangat

pribadi juga tidak bisa dilakukan secara maksi-

mal.

Minimnya motivasi perawat dalam mengem-

bangkan diri membuat manajemen pada aspek

psikologis belum mendapat perhatian yang cu-

kup. Menurut Oshvandi et al (2008) ada sembi-

lan faktor yang mempengaruhi perawat memiliki

motivasi rendah dalam meningkatkan kinerjanya

meliputi kesulitan dalam pekerjaan, ketidakber-

dayaan, rendahnya gaji, kekerasan pada perawat,

lemahnya dukungan, manajemen yang terpu-

sat, budaya bahwa dokter adalah posisi sentral,

minimnya fasilitas dan kurang jelasnya -

Kualitas sumber daya yang baik akan men-

dukung terghadap peningkatan mutu pelayanan.

Friedman et al (2006) dan Egan et al (2012) me-

nyatakan bahwa peningkatan pengetahuan dan

kepercayaan diri mengenai manajemen kasus de-

ngan gangguan psikologis sangat di butuhkan oleh

perawat rumah sakit umum dalam memberikan

pelayanan yang paripurna kepada pasien. Selama

ini pendidikan dan pelatihan banyak difokuskan

tidak menutup kemungkinan perawat IGD RSU

juga akan menerima pasien-pasien yang disertai

gangguan psikologis.

Kualitas sumber daya manusia yang baik

juga harus ditunjang dengan peningkatan fasili-

tas sarana dan prasarana yang memadai. Perawat

berharap disediakannya ruang isolasi dan standar

operasional prosedur yang didesain khusus un-

tuk kasus-kasus kegawatan yang disertai gang-

guan psikologis. Manongi et al (2006) bahwa

minimnya sarana dan prasarana yang diberikan

rumah sakit membuat perawat merasa bingung

dalam menentukan masalah pasien. Dibentuknya

SOP dan ruangan isolasi akan menghasilkan

disesuaikan dengan kebutuhan perawatan.

Perawat telah melakukan segala usaha dan

kemampuannya secara maksimal untuk mem-

berikan pelayanan yang terbaik pada pasien.

Meskipun ada berbagai macam motivasi yang

melandasi hal tersebut, akan tetapi perawat tetap

membutuhkan penghargaan sebagai bentuk apre-

siasi terhadap usaha yang dilakukan. Menurut

Oshvandi et al (2008) salah satu faktor rendah-

nya motivasi kerja adalah minimnya penghar-

gaan yang diberikan, sehingga apresiasi dapat

dijadikan sebagai pemicu perawat untuk lebih

meningkatkan kinerjanya.

Interaksi antar tema yang didapat dapat di-

lihat pada gambar 1 berikut ini:

Page 77: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

141

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Implikasi

Temuan yang dihasilkan pada penelitian ini

dapat memberikan pemahaman tentang bagaima-

na perawat melakukan penanganan pada pasien

percobaan bunuh diri terkait tindakan yang di-

lakukan dan respon emosional perawat. Hasil

penelitian ini juga bisa sekaligus sebagai evaluasi

terhadap proses keperawatan pada kasus perco-

baan bunuh diri yang selama ini berjalan di IGD.

Ditemukannya harapan perawat dapat dijadikan

sebagai pertimbangan dan masukan dalam mem-

bangun kerjasama dengan beberapa pihak terkait

untuk memenuhi aspek-aspek yang dibutuhkan

perawat dalam rangka memberikan pelayanan

yang prima pada pasien.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu

hanya dilakukan di satu region daerah di Sura-

karta dimana daerah ini mungkin memiliki karak-

teristik sosial dan budaya yang berbeda dengan

daerah lain. Sebagain besar wawancara dilaku-

kan di ruangan IGD dan bersamaan saat partisi-

pan berjaga, sehingga hasil perekaman wawan-

cara kurang jernih akibat kondisi IGD yang

ramai, selain itu perawat tidak bisa terlalu banyak

meluangkan waktu karena harus menjalankan tu-

gas melayani pasien. Kasus percobaan bunuh diri

merupakan kasus yang jarang terjadi di RSU, se-

hingga pengambilan data hanya dilakukan lewat

wawancara mendalam dan tidak bisa dilakukan

observasi langsung ketika perawat menangani

pasien percobaan bunuh diri dikarenakan waktu

penelitian yang terbatas.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

makna bahwa dalam memberikan pelayanan

perawat belum melihat pasien secara holistik,

seperti halnya dalam melakukan triage lebih ber-

aspek psikologis. Meletakkan pasien dipojok ru-

angan merupakan bentuk triage psikologis yang

dilakukan perawat. Pemisahan pasien percobaan

bunuh diri dilakukan karena karakteristik pasien

yang tidak terus terang dan agresif , kondisi ini

menimbulkan ketakutan dalam diri perawat.

Perawat tetap memberikan pelayanan meskipun

merasa takut karena mengingat adanya rasa ka-

sihan dan tugas sebagai seorang perawat. Pe-

rawat juga merasakan ada sensasi tersendiri ke-

tika merawat pasien dan memiliki harapan untuk

bisa memberikan pelayanan yang lebih baik serta

membutuhkan apresiasi yang baik terhadap jerih

payahnya.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,

maka peneliti perlu memberikan rekomendasi

demi peningkatan ilmu keperawatan dan pela-

yanan kepada pasien. Pada penelitian selanjut-

nya perlu eksplorasi pengalaman perawat tidak

hanya pada kasus bunuh diri tetapi pada kasus

kegawatan dengan gagguan psikologis yang lain

di tempat yang berbeda. Metode penelitian se-

atau studi kasus dan disertai pengambilan data

observasi kegiatan perawat secara langsung ke-

tika melakukan perawatan pada pasien.

Rekomendasi bagi institusi rumah sakit

diantaranya perlu meningkatkan kualitas sum-

berdaya manusia dengan memberikan pelatihan

psikologis, menyediakan ruangan isolasi dan

SOP yang didesain khusus untuk pasien perco-

baan bunuh diri, mengembangkan pelayanan

berdasarkan dan mem-

perkuat motivasi kinerja perawat dengan mem-

berikan apresiasi yang baik.

6. REFERENSI

Almutairi, N, Ahed Alkhatib, Ahmad Boran and

Ibrahim Mubarak. (2013). The Prevalence of

Page 78: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

142

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

physical violence and its associated factors

against nurses working at Al-Medina Hospi-

tals. The Social Sciences

8 (3): 265-270

Ando, S, Kiyoto.K, Misato M, Yukako H, Hi-

royuki, Hi, Nozomu, A. (2013). Psychoso-

cial factors associated with suicidal ideation

in clinical patients with depression. Journal

of Affective Disorders.151: 561–565

Brennan, W.(2001). Dealing with verbal abuse

Emergency Nurse. 9 (5):15–17

Crawford, T., Geraghty, W., Street, K., Simonoff,

M. (2003). Staff knowledge and attitudes

towards deliberate self harm in adolescents.

Journal of Adolescence 26 (5), 619–629.

Conlon.M, O’Tuathail. (2010). Measuring emer-

gency department nurse’s attittude towards

deliberate self harm using the self harm

antipathy scale. International Emergency

Nursing. 20:3-13

Friedman, T., Newton, C., Coggan, C., Hooley,

S., Patel, R., Pickard, M., Mitchell, A.J.,

(2006). Predictors of A & E staff attitudes to

self harm patients who use self-lacerations:

-

ence. Journal of Psychosomatic Research 60

(3), 273–277.

Grenyer, B., Ilkiw-Lavalle, O., Biro, P., Mid-

dleby-Clements, J.,Cominos, A.,Coleman,

M., 2004. Safer at work: development and

evaluation of an aggression and violence

minimization program

Zealand Journal of Psychiatry. 38: 804–810.

Hopkins C. (2002). ‘But what about the really ill,

poorly people? (An ethnographic study into

what it means to nurses in medical admis-

sion units to have people who have harmed

themselves as their patients). Journal of

9(2):147-154

Heslop, L., Elsom S. and Parker N. (2000) Im-

proving continuity of care across psychiatric

and emergency services: combining patient

data within a participatory action research

framework.

31: 135–143.

Huband N, Tantam D. (2000). Attitudes to self in-

jury within a group of mental health staff. Br

J Med Psychol. 73:495– 504.

Keough, V., Schlomer, R., Bollenburg, B. (2003)

emergency nursing. Journal of Emergency

Nursing. 29 (1), 17–22.

Martin. C, Chapman. R. (2014). A mixed method

study to determine the attitude of Australian

emergency health professionals towards pa-

tient who present with deliberate self poison-

ing. International Emergency Nursing. 22:

98-104

Manongi, R., T. Marchant and C. Bygbjerg.

(2006). Improving motivation among prima-

ry health care worker in Tanzania: A health

worker perapective. Human Resources for

Health. 4(6), 1186-1478

National Institute of Health and Clinical Effec-

tiveness.(2004). Self-Harm, the Short- Term

Physical and Psychological Management

and Secondary Prevention of Self-Harm in

Primary and Secondary Care. NICE Clinical

Guideline 16 (NICE Guideline).

diakses tanggal 25 maret

2014

Oshvandi K, Zamanzadeh V, Ahmadi F. (2008).

Barriers to nursing job motivation. Journal

of Biological Science. 3 (4): 426-434

Sethi S, Upaal S. (2006). Attitude of clinicians in

emergency room towards suicide. Int J Psy-

chiatry Clin Pract. 10(3):182-85.

Speziale,H.J.S, Carpenter, D.R . (2003). -

Philadel-

phia: Lipincott Williams and Walkins

Tomey, A.M. dan Alligood, M.R. (2006). Nurs-

USA:

Mosby Elsevier.

-oo0oo-

Page 79: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

143

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ABSTRAK

Risiko kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran di dunia yang sedang berkembang

Kata kunci:

ABSTRACT

Keywords:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RENDAHNYA MINAT PENGGUNAAN AKDR (IUD)

DI DESA GEBANG SUKODONO

Rahajeng Putriningrum1), Tresia Umarianti 2), Maula Mar’atus Sholikhah3),

Dina Yulistiana 4)

1,2,4 Prodi DIII Kebidanan, STIKes Kusuma Husada Surakarta1

3

Page 80: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

144

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

KB pada bulan September sampai Novem-

ber 2013 sebanyak 168 orang, terdiri dari: IUD

3 orang, suntik 1 bulan 43 orang, dan suntik 3

bulan 123 orang.

Tujuan penelitian untuk mengetahui “Faktor

Penyebab Rendahnya Minat Pengguna Alat Kon-

trasepsi IUD Pada PUS di Desa Gebang Keca-

matan Sukodono”.

2. PELAKSANAAN

Penelitian ini dilaksanakan pada mulai De-

sember 2013 sampai Juni 2014 di Desa Gebang

Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian des-

kriptif. Teknik pengambilan sampel yang digu-

nakan adalah Pada Penelitian

kualitatif ini alat yang digunakan yaitu kuesioner,

, pensil, buku tulis.

Cara pengumpulan data peneliti menggu-

nakan triangulasi, wawancara, dan partisipasi

pengambilan data baik data primer maupun data

sekunder.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari

kuesioner dan wawancara pada responden, maka

dapat di jabarkan bahwa sedikitnya minat aksep-

tor KB IUD ini membuat resah bagi BKKBN

(Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasi-

onal), hal ini disebabkan banyaknya minat ma-

syarakat yang lebih memilih kontrasepsi pil dan

suntik. Melihat hasil dari pengetahuan responden

tentang KB IUD, tingkat pengetahuan responden

sebagian besar pada kategori pengetahuan cukup

yaitu 81%. Hal ini memberikan arti bahwa re-

sponden sudah mengenal kontrasepsi IUD, baik

dari pengertian, manfaat dan efek sampingnya

tetapi belum sepenuhnya paham.

Pengetahuan yang cukup pada responden

di desa Gebang kecamatan Sukodono kabupaten

Sragen dapat juga dikarenakan rendahnya pen-

didikan responden, di buktikan dari jumlah re-

spoden yang mempunyai pendidikan rendah yai-

tu 67%. Berdasarkan teori skiner (1938) dalam

buku Notoatmodjo menyebutkan bahwa perilaku

seseorang bisa berubah karena adanya stimulus

1. PENDAHULUAN

Masalah di dunia yang sedang berkem-

bang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan

untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh

yang bermakna terhadap mortalitas dan morbi-

ditas bayi, anak dan ibu. Risiko kesehatan yang

berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran di

dunia yang sedang berkembang jauh lebih besar

daripada risiko akibat penggunaan kontrasepsi

modern. Banyak wanita merasakan kesulitan me- Banyak wanita merasakan kesulitan me-

nentukan pilihan kontrasepsi. Tidak hanya karena

terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi

juga karena metode tersebut mungkin tidak dapat

diterima sehubungan dengan kebijakan nasional

KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita

atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam

memilih suatu metode, wanita harus menimbang

berbagai faktor, termasuk status kesehatan, efek

samping potensial suatu metode, konsekuensi

terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besar-

nya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasang-

an, dan norma budaya mengenai kemampuan

mempunyai anak.

Indonesia merupakan negara yang dilihat

dari jumlah penduduknya ada pada posisi ke-

empat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang

masih relatif tinggi. Esensi tugas program Ke-

luarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas

yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengu-

rangi beban pembangunan demi terwujudnya

kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan

bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam

UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

kan kepedulian dan peran serta masyarakat me-

lalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan

peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewu-

judkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera

(BKKBN, 2008).

Menurut data di atas dapat dijelaskan bah-

wa di Puskesmas Sukodono Kabupaten Sragen,

pengguna alat kontrasepsi sebagian kecil adalah

IUD (AKDR) yaitu sebanyak 256 orang (3,27%).

Sedangkan berdasarkan survey pendahuluan di

desa Gebang Kecamatan Sukodono Kabupaten

Sragen jumlah pasangan usia subur (PUS) yang

aktif sebagai peserta

Page 81: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

145

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

atau rangsangan , salah satu rangsangan yang

mempengaruhi perilaku responden tidak meng-

gunakan KB IUD yaitu pengetahuan dan pendi-

dikan. Sesuai teori tersebut maka pada penelitian

ini pengetahuan responden yang dalam kategori

cukup dapat dikarenakan pendidikan responden

yang masih rendah. Sedangkan jika dilihat dari

segi usia, rata-rata responden berusia 20-35 tahun

di mana usia tersebut merupakan usia reproduksi,

sehingga mereka harus menggunakan alat kon-

trasepsi. Jika tingkat pengetahuan responden

bagus tentang kontrasepsi IUD dan memahami

betul, seharusnya mereka memilih kontrasepsi

IUD atau AKDR karena tingkat kegagalan sangat

sedikit di bandingkan dengan kontrasepsi pil dan

suntik. Penyebab lain rendah nya penggunaan

IUD atau AKDR yaitu psikologi dari respon-

den. Psikologi ini merupakan rasa ketakutan dan

kekhawatiran dari responden akan pemasangan

AKDR (IUD). Berdasarkan wawancara dengan

responden ketakutan mereka di sebabkan karena

proses pemasangannya yang harus melewati va-

gina, mereka juga takut akan terjadinya infeksi,

ada juga mereka takut ketidaknyamanan saat

mereka melakukan hubungan suami-istri, semua

itu diungkapkan oleh sebagian besar responden

yaitu ada 88% responden. Ada 12% responden

mereka tidak bersedia menggunakan kontrasepsi

IUD atau AKDR disebabkan trauma. Hasil waw-

ancara dengan responden rasa trauma responden

disebabkan oleh perdarahan saat menggunakan

kontrasepsi IUD atau AKDR.

Banyak usaha yang dilakukan oleh pemer-

intah untuk bisa menekan laju pertumbuhan pen-

duduk, yang menjadi kekhawatiran pemerintah

bahwa kontrasepsi pil dan suntik lebih besar

tingkat kegagalannya daripada kontrasepsi IUD

atau AKDR. Bahkan pemerintah juga mefasilitasi

masyarakat untuk mendapatkan dan pemasangan

IUD atau AKDR dengan gratis, dengan harapan

masyarakat bersedia untuk memilih dan menggu-

nakan alat kontrasepsi IUD, sehingga laju pert-

ambahan penduduk dapat terkendali dengan baik

dan target BKKBN tercapai.

Maka dapat disimpulkan bahwa penyebab

rendahnya minat pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi IUD di Desa Ge-

bang kecamatan Sukodono kabupaten Sragen

yaitu tingkat pengetahuan, pendidikan, psikolo-

gis yang terditi dari ketakutan saat pemasangan,

efek samping dan trauma saat pemasangan yang

lampau. Ada 12% responden mereka tidak ber-

sedia menggunakan kontrasepsi IUD atau AKDR

disebabkan trauma.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam

penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa

penyebab rendahnya minat pasangan usia subur

dalam penggunaan alat kontrasepsi IUD di desa

Gebang kecamatan Sukodono kabupaten Sragen

yaitu tingkat pengetahuan, pendidikan, psikolo-

gis yang terditi dari ketakutan saat pemasangan,

efek samping dan trauma saat pemasangan yang

lampau.

SARAN

Ada beberapa saran yaitu bagi BKKBN un-

tuk terus bekerjasama dengan bidan mensukses-

kan program keluaraga berencana pemerintah,

dan BKKBN terus mengadakan pelatihan pema-

sangan up date alat kontrasepsi sehingga semua

bidan berkompeten dalam melakukan pemasang-

an dan pencabutan IUD.

6. REFERENSI

-----------------------------------. 2009. Ilmu Kebi-

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sar-

wono Prawirohardjo

Abdul Bari. 2006. -

Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Arikunto, S,2006, Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek, Edisi revisi V. Jakarta:

Rineka Cipta

Notoatmodjo, S,2011. Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Riwidikdo, H. 2006. Statistik Kesehatan, Yogya-

karta: Mitra Cendekia Press. Bunda

Saifuddin, Sugiyono, 2007. Statistik Untuk Pene-

litian. Bandung: Alfabeta

Syah, Muhibbin, 2003. Psikologi Pendidikan

. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

-oo0oo-

Page 82: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

146

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

ABSTRAK

Kata kunci

ABSTRACT

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN INTENSITAS KUNJUNGAN LANJUT USIA

KE POSYANDU LANSIA BAROKAH

DI DUSUN DARATAN KEPOH TOHUDAN

COLOMADU KARANGANYAR

Erinda Nur Pratiwi1), Eni Rumiyati2), Wijayanti3)

1,2,3 Prodi D-III Kebidanan, STIKes Kusuma Husada Surakarta

Page 83: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

147

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Keywords

1. PENDAHULUAN

Pertambahan penduduk diseluruh dunia se-

makin cepat, khususnya orang lanjut usia (lan-

sia) diperkirakan akan mencapai 1,2 miliar pada

tahun 2005. Penduduk lanjut usia di Indonesia

akan meningkat sekitar 11% pada tahun 2020

dengan pencapaian angka harapan hidup 70-75

tahun (Nugroho, 2000).

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000,

jumlah lansia mencapai 15,8 juta jiwa atau 7,6%.

Pada tahun 2005 meningkat menjadi 18,2 juta

jiwa atau 8,2%. Sedangkan pada 2015 diperki-

rakan mencapai 24,4 juta jiwa atau 10%. Data

Badan Pusat Statistik dan Departemen Sosial

2001 menyebutkan dari jumlah lansia yang men-

capai 15,8 juta itu, 21,75% diantaranya dikategor-

ikan sebagai lansia terlantar, sedangkan 33,89%

masuk ke dalam rawan terlantar (Depkes, 2008).

Terjadinya proses penuaan merupakan peris-

tiwa yang sangat dialami dan semua manusia

akan menghadapi masalah ini. Kapan persisnya

seseorang mengalami usia lanjut tidaklah sama

antara orang yang satu dengan orang yang lain-

nya. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti

akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai

usia panjang, terjadinya tidak bisa disadari oleh

siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk

menghambat kejadiannya (Giriwijoyo & Kom-

ariyah. 2003).

Posyandu lansia merupakan pengembangan

dari kebijakan pemeerintah melalui pelayanan

kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya

melalui program Puskesmas dengan melibatkan

peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyara-

kat dan organisasi sosial dalam penyelenggara-

annya. Berbeda dengan posyandu balita yang

terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diseleng-

garakan dalam posyandu lansia tergantung pada

mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan

di suatu wilayah kabupaten maupun kota penye-

lenggara (Erfandi, 2008).

Lansia membutuhkan rasa aman dan cinta

kasih dari lingkungan tempat lansia itu tinggal

(Nugroho, 2000). Pada umumnya para lanjut usia

menikmati hari tuanya bersama dengan keluar-

ganya, hal ini sesuai dengan nilai sosial budaya

timur yang menyatakan bahwa orang tua yang

telah berusia lanjut itu berhak dan pantas meneri-

ma perhatian dengan penuh penghormatan dan

kemuliaan di tengah-tengah keluarganya (Dhar-

madi, 2005).

Berdasarkan studi pendahuluan, di Posyan-

du Barokah dusun Daratan Kepoh ada program

bagi lansia yaitu posyandu lansia yang diadakan

setiap 1 bulan sekali pada tanggal 10 pada awal

kegiatan banyak lansia yang berkunjung hampir

semua lansia bersedia mengikuti kegiatan, akan

tetapi pada setiap kegiatan lansia yang datang

semakin berkurang, sehingga terlihat sekali

berkurangnya lansia yang datang ke posyandu

dari setiap kegiatan. Pada setiap kegiatan tidak

banyak juga lansia yang datang diantar atau di-

dampingi keluarga, lansia cenderung datang

sendiri tanpa diantar keluarga. Sehingga keluarga

yang tidak mendampingi lansia, kemungkinan

lansia akan lupa jadwal kapan berkunjung ke po-

syandu.

2. PELAKSANAAN

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian bertempat di Posy-

andu Lansia Barokah Dusun Daratan Kepoh

Tohudan Colomadu Karanganyar. Waktu

penelitian pada tanggal 31 Maret sampai 10

April 2011.

b. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah selu-

ruh lansia yang tercatat di Posyandu Lansia

Barokah Dusun Daratan Kepoh yaitu ber-

jumlah 46 orang.

Page 84: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

148

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

c. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah meng-

gunakan teknik yaitu teknik

penentuan sampel bila semua anggota popu-

lasi digunakan sebagai sampel (Setiawan, et

al, 2010). Sampel dalam penelitian ini se-

jumlah 46 responden.

3. METODE PENELITIAN

Desain penelitian menggunakan metode

deskriptif korelasi, dengan menggunakan pen-

dekatan cross sectional, yaitu -

dent dan diukur pada saat

yang sama.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Data yang diambil adalah data primer ke-

mudian dilakukan data dan didapatkan gambar-

an umum hubungan dukungan keluarga dengan

intensitas kunjungan lansia ke posyandu lansia.

Berikut ini adalah hasil penelitian secara rinci.

Diagram 4.1. Distribusi Frekuensi Dukungan

Keluarga tahun 2011

(Sumber: Data Primer, 2011)

Berdasarkan karakteristik responden menu-

rut dukungan keluarga pada diagram 4.1. mayo-

ritas dukungan keluarga yang kurang sebanyak

30 responden (65,22%) dan dukungan keluarga

yang baik sebanyak 16 responden (34,78%).

Dukungan keluarga yang kurang terhadap

lansia dapat dipengaruhi oleh kelas sosial, ben-

tuk-bentuk keluarga, latar belakang keluarga,

tahap siklus kehidupan keluarga, sosial ekonomi

orang tua, model-model peran peristiwa situa-

sional khususnya masalah-masalah kesehatan

atau sakit (Friedman, 2003).

Diagram 4.2. Distribusi Frekuensi Intensitas

Kunjungan Lansia tahun 2011.

(Sumber : Data Primer, 2011) (Sumber : Data Primer, 2011)

Berdasarkan karakteristik responden ber-

dasarkan intensitas kunjungan pada diagram

4.2. diketahui bahwa kunjungan lansia yang

datang kadang-kadang sebanyak 31 responden

(67,39%), kunjungan lansia yang datang rutin se-

banyak 15 responden (32,61%) dan lansia yang

tidak datang sama sekali ke posyandu lansia yaitu

tidak ada (0%).

Dukungan keluarga sangat berperan dalam

mendorong minat atau kesediaan lansia untuk

mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga

bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila

selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau

mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan

lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha

membantu mengatasi segala permasalahan ber-

sama lansia (Akhmadi, 2009).

Dukungan sosial yaitu sebagai adanya ke-

nyamanan, perhatian, penghargaan atau me-

nolong orang dengan sikap menerima kondisinya,

dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu

maupun kelompok. Dukungan sosial juga disebut

sebagai informasi verbal atau non verbal, saran,

bentuan, yang nyata atau tingkah laku yang di-

berikan oleh orang-orang yang akrab dengan

subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang

berupa kehadiran dan hal-hal yang dpaat mem-

berikan keuntungan emosional atau berpengaruh

dalam tingkah laku penerimanya (Kuntjoro &

Zainuddin, 2008).

Page 85: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

149

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Diagram 4.3. Distribusi frekuensi hubungan

dukungan keluarga dengan intensitas kunjungan

lansia tahun 2011.

(Sumber : Data Primer, 2011) (Sumber : Data Primer, 2011)

Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Intensitas Kunjungan pada tabel 4.1. menun-

jukkan bahwa dukungan keluarga yang kurang

dengan intensitas kunjungan lansia yang datang

rutin sebanyak 5 responden (10,87%), lebih ke-

cil daripada dukungan keluarga dalam kategori

kurang dengan intensitas kunjungan lansia yang

datang kadang-kadang sebanyak 25 responden

(54,35%).

Dukungan keluarga yang baik dengan in-

tensitas kunjungan lansia yang datang rutin se-

banyak 10 responden (21,74%) dan dukungan

keluarga yang baik dengan intensitas kunjungan

lansia yang datang kadang-kadang sebanyak 6 re-

sponden (13,04%).

4.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa untuk

mengetahui hubungan dukungan keluarga de-

ngan intensitas kunjungan lansia ke posyandu

lansia barokah di dusun Daratan Kepoh Tohudan

Colomadu Karanganyar tahun 2011.

Hubungan dukungan keluarga dengan inten-

sitas kunjungan lansia pada tabel 4.1. menunjuk-

kan bahwa dari hasil uji chi-square menggunakan

SPSS 16.0 (Statistical Product and Service Solu-

tion Ver. 16.0) didapatkan p value 0,002 dengan

dk = 2 taraf signifkan 5% X2 tabel 5,591 didapat-

kan hasil X2 hitung > X2 tabel (9,975 > 3,481).

Maka Ho ditolak dan Ha diterima.

(p value 0,002<0,05), artinya ada hubungan se-

intensitas kunjungan lansia ke posyandu lansia.

Manfaat dukungan keluarga dalam kunjung-

an lansia ke posyandu lansia merupakan upaya

untuk meningkatkan kesehatan keluarga, sebab

keluarga merupakan orang terdekat dengan lan-

sia. Apakah keluarga lansia dapat mendukung

atau tidak mendukung kunjungan lansia ke po-

syandu lansia sehingga dapat mempengaruhi

keteraturan kunjungan lansia ke posyandu lansia.

Dukungan keluarga berwujud anjuran-anjuran

dari pihak keluarga selama lansia berkunjung

ke posyandu lansia diharapkan dapat membantu

keteraturan kunjungan lansia ke posyandu lansia

(Markaento, 2003).

5. KESIMPULAN

a. Dukungan keluarga mayoritas kurang yaitu

sebanyak 30 responden (65,22%).

b. Intensitas kunjungan lansia ke posyandu

lansia yang paling banyak adalah kadang-

kadang sebanyak 31 responden (67,39%).

0,002 <0,05) antara dukungan keluarga de-

ngan intensitas kunjungan lansia ke posy-

andu lansia.

6. REFERENSI

Damin. 2003. Metode Penelitian Kebidanan.

EGC, Jakarta.

Erfandi. 2008. Pengelolaan Posyandu Lan-

Available online:

Hidayati. 2002.

Usia Yang Aktif dan Tidak Aktif dalam Ke-

. KTI.

Ismawati, Cahyo. 2010. Posyandu dan Desa Sia-

ga. Nuha Medika, Yogyakarta.

Lusi. 2006. Hubungan antara Tingkat Penge-

tahuan Lansia tentang Posyandu Lansia

-

KTI.

Page 86: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

150

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Majalah Gemari. 2006. Membangun Posyandu

Mandiri. Available online: -

23

November 2010.

Makmun. 2010. -

Majalah Kesehatan

Masyarakat no. 59.

Mamad. 2010. Peran Keluarga dalam Kesehat-

an. Nursing Community.

. 27 Maret 2010.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Metodologi Peneli-

PT. Rineka Cipta, Jakarta

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka

Cipta, Jakarta.

Riwidikdo, Handoko. 2010. Statistik untuk Pene-

Pustaka Rihama, Yogya-

karta.

Santoso Giriwijoyo dan Komariyah. 2003. Olah

Raga Kesehatan dan Kebugaran Jasmani

. UPI, Bandung.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Alfa

Beta, Bandung.

Hubungan Dukungan Keluarga

KTI.

-oo0oo-

Page 87: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

151

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

FILOSOFI

Jurnal Kesehatan Kusuma Husada disingkat Jurnal KesMaDaSka adalah jurnal ilmiah yang

diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kusuma Husada Surakarta merupakan pu-

blikasi ilmiah ilmu-ilmu kesehatan. Artikel yang dimuat berupa : artikel penelitian (hasil penelitian asli),

kajian kepustakaan maupun ulasan ilmiah lain, yang belum pernah dimuat di media lain.

PEDOMAN

1. Redaksi menerima naskah dari peneliti dan pemerhati ilmu-ilmu kesehatan.

2. Naskah dikirim kepada :

Redaksi Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, STIKes Kusuma Husada Surakarta

Jl. Jaya Wijaya No. 11 Surakarta 57127, Telpon / Fax (0271) 857724

Email : [email protected]

3. Naskah dikirim rangkap dua, disertai dalam rekaman CD dan diketik dalam program Micro-

.

Ditulis spasi tunggal, 11, huruf Times New Roman, maksimal 20 halaman ukuran A4

FORMAT PENULISAN

Sistematika artikel Hasil Penelitian adalah :

Sedangkan artikel berupa Kajian Kepustakaan atau Ulasan

Ilmiah lain, sistematikanya adalah :

Judul

Ditulis dalam bahasa Indonesia, singkat dan jelas.

Nama dan Instansi (para) Penulis

Ditulis dengan gelar akademik instansi ditulis di bawah nama dengan cara diberi superskrip 1), 2), 3)

dan seterusnya.

Abstrak dan Ringkasan

Ditulis dalam bahasa Indonesai dan atau bahasa Inggris, lebih – kurang 300 kata, berisi tentang highlight

hasil penelitian yang menonjol dan terkait dengan judul artikel. Kajian kepustakaan / ulasan ilmiah lain

mengikuti.

Pendahuluan

Berisi latar belakangan dan rumusan masalah, sitasi kepustakaan, tujuan dan manfaat, kontribusi hasil.

Metodologi

Berisi tentang waktu dan tempat penelitian, jenis dan teknis pengambilan data, hipotesis (bila ada),

teknik analisis dan interpretasi data.

Page 88: aproval ke-2 Jurnal Kesmadaska Vol. 5 No-2 Juli 2014digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-aniksularm... · Kata Kunci: SHUDQ NHOXDUJD ... Berdasarkan hasil jawaban

152

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Hasil dan Pembahasan

kecil. Bila ada foto (hitam putih), harus dicetak pada kertas putih mengkilat dan disertai keterangan.

Dalam membahas hasil penelitian, sebaiknya diikuti tinjauan pustaka yang terkait.

Simpulan (dan saran)

Penarikan kesimpulan didasari dari hasil yang diperoleh dengan mengacu kepada judul penelitian, dapat

dikemukakan saran yang terkait.

Ucapan Terima Kasih (bila ada)

Dapat ditulis nama perseorangan atau instansi yang banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian.

Daftar Pustaka

Disusun berdasarkan abjad nama akhir penulis utama, judul karangan buku ditulis dengan huruf besar

pada setiap awal kata yang bukan kata sambung, sedangkan untuk jurnal hanya awal kata saja.

Contoh bila kepustakaan diambil dari jurnal ilmiah :

cook chicken aroma , 34 : 443.

Contoh bila kepustakaan diambil dari buku :

Pippen, J.R., 1984. Sensory Analysis of Food. Elsevier Applied Science, Prentice-Hall Inc. Englewood

Cliff. New Jersey.

Contoh bila diambil dari internet :

Abadi , C.J., 2002. Kumis kucint. .tanggal akses 12

Desember 2003.

-oo0oo-