apresiasi puisi

22
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa. Menurut Hudson (dalam Tarigan 2009:10), sastra merupakan pengungkapan baku dari peristiwa yang telah disaksikan orang dalam kehidupan, yang telah direnungkan, dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan yang menarik minat secara langsung dan kuat dari seorang pengarang atau penyair. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi. Akan tetapi, sastra telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual di samping konsumsi emosi. Menurut Sherlley (dalam Pradopo 2010:6), puisi merupakan rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Puisi adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk. Menurut Shahnon Ahmad (dalam 1

description

Apresiasi puisi

Transcript of apresiasi puisi

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa. Menurut Hudson (dalam Tarigan 2009:10), sastra merupakan pengungkapan baku dari peristiwa yang telah disaksikan orang dalam kehidupan, yang telah direnungkan, dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan yang menarik minat secara langsung dan kuat dari seorang pengarang atau penyair. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi. Akan tetapi, sastra telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual di samping konsumsi emosi.Menurut Sherlley (dalam Pradopo 2010:6), puisi merupakan rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Puisi adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk. Menurut Shahnon Ahmad (dalam Pradopo 2010: 6), menyimpulkan unsur puisi yang paling pokok adalah (1) pemikiran, ide, dan emosi, (2) bentuknya, dan (3) kesan yang dibiaskan oleh ide dalam puisi. Menurut Pradopo (2010: 8), puisi merupakan pernyataan sastra yang paling inti. Unsur-unsur seni kesusastraan mengental dalam puisi. Berbeda dengan karya sastra lainnya, prosa dan drama, karya sastra berbentuk puisi bersifat konsentrif dan intensif. Pengarang tidak mengungkapkan secara terperinci maksud yang hendak disampaikan kepada pembaca. Pengarang menyampaikan yang menurut perasaan atau pendapatnya merupakan bagian pokok atau penting saja. Oleh karena itu, puisi memilki bentuk yang padat (intensif). Padat yang dimaksud adalah penghematan unsur-unsur bahasanya. Kata-kata yang tidak mendukung makna akan dihilangkan. Puisi sebagai karya sastra menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan makna. Dalam hal ini pengamatan atau pengkajian terhadap puisi khususnya dilihat dari gaya bahasanya sering dilakukan. Pengamatan terhadap puisi melalui pendekatan struktur untuk menghubungkan suatu tulisan dengan pengalaman bahasanya disebut kajian stilistika.Puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa sehari-hari. Kata-kata dengan makna yang tersembunyi di dalamnya membuat pembacanya sulit untuk memahami. Dalam puisinya banyak sekali Sapardi Djoko Damono menggunakan majas untuk memperindah puisinya tersebut. Salah satu puisi karya Sapardi Djoko Damano yang di dalamanya terdapat banyak gaya bahasa adalah puisi Hujan Bulan Juni.Berdasarkan latar belakang tersebut,judul yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tinjauan Gaya Bahasa dalam Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, rumasan masalah dalam makalah ini adalah :1. Bagaimanakah gaya bahasa dalam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono?1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui gaya bahasa apa saja yang terdapat dalam puisi Hujan Bulan Juni.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Gaya BahasaDalam Retorika, gaya bahasa dikenal dengan istilah style. Kata style diturunkan dari latin stilus yang berarti semacam alat untuk menulis lempengan lilin. Keahlian dalam menggunakan alat ini akan tampak dari tulisan yang terjadi pada lempengan tersebut. Pengertian style ini kemudian berkembang dengan penekanan pada keahlian menulis indah atau mempergunakan kata-kata secara indah.Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000:276) gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Hal ini ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, pengguna kohesi dan lain-lain. Sejalan dengan itu, Zainuddin (1992:51) menyatakan gaya bahasa adalah pemakaian ragam bahasa dalam mewakili atau melukiskan sesuatu dengan pemilihan dan penyusunan kata dalam kalimat untuk memperoleh efek tertentu. Adapun ragam pemakaian bahasa ini dibedakan gaya bahasa perbandingan dan gaya bahasa sindiran.Dari beberapa pendapat di atas, gaya bahasa merupakan bentuk pengungkapan untuk menggambarkan sesuatu, pikiran atau perasaan dengan mempergunakan bentuk-bentuk ungkapan tertentu yang ditandai ciri kebahasaan sehingga yang diungkapkan itu menarik dan menimbulkan efek-efek tertentu.2.2 Jenis-jenis Gaya BahasaGaya bahasa dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang. Ahmadi (1990:177-191) membedakan gaya bahasa menjadi 2 golongan besar yaitu gaya bahasa perasosiasian pikiran dan gaya bahasa penekanan atau penegasan masing-masing dengan macamnya.

1) Gaya Perasosiasiana. Metafora adalah gaya perasosiasian atau kiasan untuk menyatakan sesuatu dengan menggunakan perbandingan secara langsung.b. Personifikasi adalah gaya kiasan yang melukiskan benda-benda sebagai orang yang berperilaku.c. Simbolik adalah gaya bahasa yang memakai kata atau nama tertentu untuk mewakili pengertian dari nama, hal atau keadaan lain di luar kata tersebut.d. Metonomia adalah gaya kiasan yang menggunakan kata-kata untuk pengertian yang lebih luas atau yang lebih sempit dari artinya yang lazim.e. Pars pro toto adalah gaya kiasan dalam melukiskan suatu peristiwa dengan menyebut suatu bagian sedang yang dimaksud adalah keseluruhannya.f. Totem pro parte adalah kiasan dalam melukiskan sesuatu peristiwa atau hal dengan menyatakan suatu keseluruhan sedang yang dimaksud hanya sebagiannya.g. Eufimisme adalah gaya kiasan berupa kata-kata atau fraseuntuk rasa yang lebih halus atau sopan untuk menyatakan suatu benda, hal, keadaan atau orang.h. Hiperbola adalah gaya kiasan untuk menyatakan sesuatu dengan cara melebih-lebihkan agar menarik perhatian.i. Litotes adalah melukiskan suatu benda/peristiwa dengancara memperlemah suasana makna yang sebenarnya.j. Allusio adalah gaya kiasan dengan menggunakan ungkapan atau peribahasa lama sebagai sindiran berselubung dengan maksud memberi rasa humor,k. Ironi adalah ekpresi maksud dengan ungkapan yang berlawanan agar orang yang dituju tersindir secara halus tetapi tajam untuk memaksa mengubah sikap dan pendiriannya.l. Sinisme adalah seperti ironi tetapi lebih tajam dan menusuk perasaan serta penuh ejekan.m. Sarkasme adalah gaya memperingatkan orang secara pahit dan kasar dengam maksud mellukai perasaan.n. Simile seperti metafora alah perbandingan dua benda yang berbeda yang terasa lebih jelas dengan menggunakan kata-kata seperti bak, umpama, laksana, sebagai dan lain-lain.2) Gaya Penegasan atau Penekanana. Tautologi adalah gaya menyatakan sesuatu yang sama dengan cara yang ebrbeda dan tanpa menambah kejelasan tetapi sedikit menambah kekuatan.b. Perarelisme adalah gaya menyatakan sesuatu hal dengan mengulang isi ungkapan atau kalimat sebelumnya tetapi dalam bentuk pengungkapan yang berbeda.c. Asidenton adalah gaya bahasa untuk mengemukakan beberapa hal secara berturut-berturut dengan tidak memakai tanda bahasa sebagai penghubung fungsi pengertian.d. Polisidenton adalah gaya melukiskan beberapa peristiwa atau ebnda berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung berkali-kali.e. Repitisio adalah gaya yang melukiskan suatu penegasan maksud dengan memakai kata yang sama secara brulang-ulang.f. Anafora adalah gaya untuk menegaskan maksud dan memperkuat ekspresi dengan teknik mengulang ide atau kata yang ditempatkan di awal-awal pegucapan.g. Epifora adalah gaya bahasa penegasan atau penguat ekspresi dengan cara mengulangi kata yang dipentingkan pada akhir tiap kalimat yang digayakan.h. Epiteton adalah gaya untuk menegaskan sesuatu dengan perbandingan yang berlebih-lebihan.i. Antonomasia adalah gaya melukiskan benda atau orang dengan menggunakan simbol sebagai pengganti nama yang sebenarnya. j. Eksklamasi adalah gaya untuk melukiskan perasaan atau suasana dengan menyisipkan kata-kata seru atau tiruan bunyi (enomatoposia) denga tujuan mempertegas ekspresi k. Enumerasia adalah gaya untuk mengemukakan perasaan atau peristiwa secara terperinci dalam beberapa bagian yang disebutkan satu persatu agar masing-masing bagian / unsur lebih terang dan diperhatikan.l. Klimaks adalah gaya untuk menyatakan beberapa peristiwa atau keadaan berturut-turut mulai dari yang fungsinya kurang penting meningkat ke yang lebih penting atau tinggi.m. Antiklimaks adalah gaya untuk melukiskan beberapa peristiwa atau hal secara berturut-turut mulai dari yang penting menurun pada yang kepentingannya yang lebih kecil. n. Paradoks adalah suatu pernyataan yang memunculkan kontradiksi atau pertentangan.o. Antitese adalah gaya untuk melukiskan sesuatu dengan paduan kata-kata yang maknanya saling bertentangan. p. Inversi adalah mementingkan bagiantertentu suatu pernyataan dengan mengembalikan urutan unsur kalimatnya.q. Elipsi adalah menghilangkan unsur tertentu dari kalimatnya.r. pleonasme adalah pemakaian bahasa dengan menambahkan kata-kata yang sebenarnya tidak diperlukan karena tanpa keterangan tersebut maksud yang diinginkan telah jelas.s. Simetri adalah suatu gaya yang diperoleh dari korespondensi bagian secara baik sehingga diperoleh suatu kualitas harmonis dan seimbang.t. Prateria adalah gaya yang berupa pernyataan berselubung, seolah-olah pengarang enggan atau tak suka menyatakan sesuatu dengan jelas tetapi sebenarrnya si pembaca diminta mengakui suatu kebenaran.u. Koraksio adalah gaya untuk menyatakan suatu hal dengan cara mula-mula menyelewekan ke yang tidak benar tetapi segera diperbaiki dengan tujuan membuat kejutan rasa dan menarik perhatian.v. Retoris adalah gaya penegasan dengan memakai jenis kalimat pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban karena secara halus telah menyindirkan jawabannya.w. Sinonimi adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kata-kata yang bersinonim.x. Interupsi adalahgaya bahasa untuk melukiskan sesuatu dengan menggunakan kalimat seingan, sebelum kalimat yang mewadahi pokok pikiran selesai diucapkan.y. Okupasi adalah gaya untuk melukiskan maksud dengan cara memaksa pembaca berpikir atau mengadakann bantahan dalam hati atau pikirannya,tetapi akhirnya pengarang memberikan penjelasannya dengan tegas dan sugestif.

BAB 3. PEMBAHASAN3.1 Tinjauan Gaya Bahasa Pada Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko DamonoMenurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000:276) gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Hal ini ditandai oleh ciri-ciriformal kebahasaan seperti pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, pengguna kohesi dan lain-lain. Puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono banyak menggunakan majas atau gaya bahasa. Penggunaan majas tersebut membuat puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono terlihat lebih menarik untuk dibaca dan menimbulkan efek-efek tertentu. Salah satunya adalah puisi Hujan Bulan Juni, dalam puisi tersebut banyak mengandung majas atau gaya bahasa.Berikut akan dijelaskan gaya bahasa yang terdapat pada puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono :1) Majas personifikasi Majas personifikasi adalah gaya kiasan yang melukiskan benda-benda sebagai orang yang berperilaku. Majas ini disebut juga majas yang memanusiakan benda mati. Benda-benda mati tersebut digambarkan seolah-olah dapat melakukan aktifitas manusia.Bukti :Tak ada yang lebih tabah Majas PersonifikasiDari hujan bulan juniPada larik tersebut, penyair menggambarkan Hujan Bulan Juni seolah-olah memiliki sifat seperti manusia, yaitu tabah. Hal tersebut juga didukung oleh larik selanjutnya yaitu,

Tak ada yang lebih bijak Majas PersonifikasiDari hujan bulan juni.....

Takaada yang lebih arifMajas PersonifikasiDari hujan bulan juniDihapusnya jejak-jejak kakinyaDengan bukti-bukti tersebut, nampak bahwa pada puisi Hujan Bulan Juni terdapat majas personifikasi. Penyair seolah-olah menggambarkan bahwa hujan memiliki sifat seperti yang dimiliki oleh manusia yaitu, tabah, bijak dan arif. Pada bukti tersebut juga terdapat larik dihapusnya jejak-jejak kakinya, penyair seolah-olah menggambarkan bahwa hujan dapat melakukan pekerjaan yang bisa dilakukan oleh manusia yaitu menghapus jejak-jejak kakinya.2) Majas MetonimiaMetonomia adalah gaya kiasan yang menggunakan kata-kata untuk pengertian yang lebih luas atau yang lebih sempit dari artinya yang lazim.

Bukti :...hujan bulan Juni Majas Metonimia...pohon yang berbunga ituPada larik tersebut, hujan bulan Juni memiliki pengertian yang lebih luas dari arti lazimnya. Arti lazimnya yaitu, hujan yang datang pada bulan Juni, sedangkan arti luas yang dimaksudkan penyair adalah rasa rindu dan cinta yang tidak sempat diucapkan oleh penyair. Selain itu, juga terdapat larik pohon yang berbunga itu yang memiliki arti lazim sebuah pohon yang memiliki bunga, akan tetapi arti luas yang dimaksudkan penyair adalah tambatan hati penyair.3) Majas PararelismePerarelisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu hal dengan mengulang isi ungkapan atau kalimat sebelumnya tetapi dalam bentuk pengungkapan yang berbeda.Bukti :Tak ada yang lebih tabahDari hujan bulan JuniTak ada yang lebih bijakDari hujan bulan JuniTak ada yang lebih arifDari hujan bulan JuniPada larik tersebut terdapat larik yang mengalami perulangan yaitu tak ada yang lebih. Larik tersebut terulang pada setiap bait yang terdapat pada puisi Hujan Bulan Juni. Selain itu, terdapat larik dari hujan bulan Juni yang juga terulang pada setiap bait yang terdapat pada puisi hujan bulan Juni. Pengulangan tersebut memiliki arti, penyair ingin menegaskan kepada pembaca bahwa tidak ada satu pun di dunia ini yang memiliki sifat tabah, bijak dan arif selain hujan pada bulan juni tersebut.Dalam puisi Hujan Bulan Juni terdapat majas personifikasi, metonimia, dan pararelisme. Penyair menggunakan majas-majas tersebut bertujuan untuk mengungkapkan gambaran sesuatu, pikiran yang ada dalam benak penyair sehingga gambaran serta pikiran tersebut tersampaikan kepada pembaca. Gambaran pikiran tersebut dikemas dengan menggunakan majas yang cocok serta padu sehingga menarik perhatian pembaca untuk membaca puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini.Puisi Hujan Bulan Juni yang telah dipaparkan diatas terdiri dari 12 baris, 3 bait. Puisi Hujan Bulan Juni ini memiliki ide tertentu, seperti ketabahan, kerinduhan, dan penantian. Sapardi Djoko Damono tidak hanya mengartikan hujan sebagai bulir air yang jatuh ke permukaan bumi tetapi juga diberi jiwa yang memiliki sifat seperti manusia. Dalam puisi ini, banyak ditemukan majas terutama majas personifikasi yang sangat dominan. Pada bait pertama, hujan dilukiskan memiliki sifat yang tabah dalam menyimpan rintik rindunya. Secara sederhana, bait pertama ini ditafsirkan sebagai kerinduan yang sengaja dirahasiakan atau sengaja tidak diucapkan. Bait kedua menggambarkan kebijakan hujan untuk menyerah membiarkan rintik rindunya tak terucapkan. Jika dikaitkan dengan judul puisi Hujan Bulan Juni, mustahil jika hujan terjadi pada bulan juni karena bulan Juni termasuk dalam orde musim kemarau yang jarang terjadi hujan. Jadi dapat disimpulkan,puisi Hujan Bulan Juni merupakan sebuah kiasan penantian.Hujan dalam puisi Hujan Bulan Juni seolah menjelma menjadi tokoh yang begitu dekat dengan pembaca, bahkan dapat mewakili diri pembaca sendiri, karena mungkin pembaca memiliki rasa yang sama dengan apa yang dirasakan oleh hujan bulan Juni dalam puisi tersebut, yaitu hujan bulan Juni yang tabah, yang menahan dirinya (cintanya) untuk tidak turun ke bumi karena belum waktunya. Hal ini bisa diartikan sebagai seseorang yang menahan perasaannya (rindu atau cintanya) kepada seseorang karena belum waktunya untuk disampaikan, hujan bulan Juni yang bijaksana, karena mampu menahan diri dan rindunya untuk bertemu dengan bunga-bunga (yang dicintainya), hujan bulan Juni yang arif, karena dibiarkannnya (cintanya) yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga.Puisi tersebut juga menggambarkan seseorang yang memiliki rasa rindu atau cinta kepada orang lain, tetapi karena suatu hal seseorang tersebut menjadi ragu-ragu atau merasa tidak mungkin untuk menyampaikannya, dan mencoba untuk menghilangkan atau menghapuskan rasa yang dimilikinya itu dan membiarkannya untuk tetap tak tersampaikan.Bila dikaitkan dengan kenyataan sehari-hari, dari judul puisi tersebut merupakan sesuatu yang hampir tidak mungkin, karena bulan Juni termasuk dalam musim kemarau, hujan tidak mungkin turun. Apabila dilihat dari tahun tercipta puisinya yaitu tahun 1989, yang pada saat itu musim kemarau dan musim hujan masih berjalan secara teratur, tidak seperti saat ini. Oleh karena itulah hujan harus menahan diri untuk tidak turun ke bumi. Jadi, dapat ditafsirkan bahwa hujan bulan Juni merupakan gambaran atau pengistilahan dari perasaan rindu atau cinta sang penyair kepada seseorang yang ditahan, yang tak mungkin untuk disampaikan, dan membiarkannya untuk tetap tak tersampaikan.Jika dilihat dari sisi penyairnya, si penyair ingin menyampaikan sesuatu kepada seseorang, tetapi tidak dapat disampaikan karena ada suatu hal yang menghalanginya untuk menyampaikan sesuatu itu, si penyair juga berusaha untuk menghapuskan jejak-jejak perasaannya yang ragu-ragu untuk disampaikan, dan si penyair hanya bisa menyampaikannya lewat sebuah puisi.Disini penyair menyampaikan sebuah pesan kepada pembaca atau masyrakat yaitu beberapa etika agar pembaca atau masyrakat diharapkan memiliki sifat-sifat yang di ibaratkan pada puisi Hujan Bulan Juni, yaitu sifat tabah, bijak, dan arif dalam menghadapi segala sesuatu atau dalam mengambil suatu keputusan.

BAB 4. PENUTUP4.1 Kesimpulan Pada puisi Hujan Bulan Juni terdapat majas personifikasi, metonimia, dan pararelisme. Dalam majas personifikasi, hujan seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia, yaitu tabah, bijaksana dan arif. Majas metonimia, hujan bulan Juni memiliki pengertian yang lebih luas dari arti lazimnya. Hujan bulan Juni dalam puisi tersebut memiliki arti rasa rindu dan cinta yang tidak sempat terucapkan. Sedangkan dalam majas pararelisme, terdapat larik-larik yang diulang kembali pada larik selanjutnya, hal itu bertujuan untuk mempertegas makna yang terdapat pada larik-larik tersebut. Dengan adanya majas-majas tersebut, peneliti dapat mengetahui seperti apakah hujan bulan Juni yang dimaksudkan oleh penyair dalam puisi tersebut.

DAFAR PUSTAKAAminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Satra. Bandung : Sinar Baru AlgensindoDamono, Sapardi Djoko. 1989. Puisi Hujan Bulan Juni.Nurgiyantoro, Burhan.1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:Gajah Mada UniversityPradopo, Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, danPenerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. _______________________. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Lampiran Hujan Bulan JuniKarya : Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabahDari hujan bulan juniDirahasiakannya rintik rindunyaKepada pohon yang berbunga ituTak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan juniDihapusnya jejak-jejak kakinyaYang ragu-ragu di jalan itu

Taka ada yang lebih arifDari hujan bulan juniDibiarkannya yang tak terucapkanDiserap akar pohon bunga itu

15