Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

28
 Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya  2011 Bab I PENDAHULUAN Appendis it is adala h peradangan yang terj adi pada Appendix vermicul ari s, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendisitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-an ak dan remaja. Terdap at sekit ar 250.0 00 kasus appen disit is yang terjadi di Amerik a Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun. Appendisitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan appendisitis akut mengalami perforasi setelah dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi cairan dan antibiotik yang lebih baik, appendisitis pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah masih tetap memiliki angka morbiditas yang signifikan. Diagnosis appendisitis akut pada anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang te pat dibuat hanya pada 50-70% pasien-pasien pada saat penilaian awal. Angka appendiktomy negatif  pada pediatrik berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis appendicitis. Semua kasus appendisit is me merl ukan ti ndakan pe ngangkatan dari appendix yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy . Apabila tidak dilakukan tindak an pen gob atan, maka angka kemati an aka n tinggi , ter uta ma dis eba bka n kar ena  peritonitis dan shock. Reginald Fitz pada tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan  bahwa Appendisitis akuta merupakan salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di seluruh dunia. Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. De fi ni si Appe ndiks

Transcript of Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

Page 1: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 1/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Bab I

PENDAHULUAN

Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan

merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa.

Appendisitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada

anak-anak dan remaja. Terdapat sekitar 250.000 kasus appendisitis yang terjadi di Amerika

Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.

Appendisitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak 

sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan appendisitis akut mengalami perforasi setelah

dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi cairan dan

antibiotik yang lebih baik, appendisitis pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah

masih tetap memiliki angka morbiditas yang signifikan.

Diagnosis appendisitis akut pada anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang tepat dibuat

hanya pada 50-70% pasien-pasien pada saat penilaian awal. Angka appendiktomy negatif 

 pada pediatrik berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik 

merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis appendicitis.

Semua kasus appendisitis memerlukan tindakan pengangkatan dari appendix yang

terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy. Apabila tidak dilakukan

tindakan pengobatan, maka angka kematian akan tinggi, terutama disebabkan karena

 peritonitis dan shock. Reginald Fitz pada tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan

 bahwa Appendisitis akuta merupakan salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di

seluruh dunia.

Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Appendiks

Page 2: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 2/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

2.1.1. Anatomi

Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm

dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak pada saat perkembangan

embriologi minggu ke delapan yaitu pada bagian ujung dari  protuberans sekum. Pada saat

antenatal  dan  postnatal , pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiks

yang akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal .

Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit ke arah

ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidensi appendisitis pada usia tersebut.

Appendiks memiliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada

appendiks terdapat tiga taenia coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk 

mendeteksi posisi appendiks. Gejala appendisitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisiappendiks adalah retrocaecal  (di belakang sekum) 65,28%,  pelvic (panggul) 31,01%,

 subcaecal  (di bawah sekum) 2,26%,  perileal  (di depan usus halus) 1% dan  postileal  (di

 belakang usus halus) 0,4%.

Appendiks disebut tonsil abdomen karena ditemukan banyak jaringan limfoid. Jaringan

limfoid pertama kali muncul pada appendiks sekitar dua minggu setelah lahir, jumlahnya

meningkat selama pubertas sampai puncaknya berjumlah sekitar 200 folikel antara usia 12-20

tahun dan menetap saat dewasa. Setelah itu mengalami atrofi dan menghilang pada usia 60

tahun.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri

mesenterica superior dari arteri appendicularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari

nervus torakalis X . Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendisitis bermula di sekitar 

umbilikus. Appendiks diperdarahi oleh arteri appendikularis yang merupakan cabang dari

  bagian bawah arteri ileocolica. Arteri appendiks termasuk  end arteri. Bila terjadi

 penyumbatan pada arteri ini, maka appendiks mengalami gangren.

2.1.1. Fisiologi

Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke

dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks

tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.

Page 3: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 3/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT)

yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk appendiks adalah Imunoglobulin A (Ig-A).

immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol

  proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen

intestinal lainnya. Namun, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh

sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan

seluruh tubuh.

2.2. Definisi AppendisitisAppendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith

(batu feses), hiperplasia jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan

 penyebab utama appendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit

seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichura dan Enterobius vermicularis.

Penelitian Collin (1990) di Amerika Serikat pada 3.400 kasus, 50% ditemukan adanya

faktor obstruksi. Obstruksi yang disebabkan hiperplasia aringan limfoid submukosa 60%,

fekalith 35%, benda asing 4%, dan sebab lainnya 1%.

2.3. Etiologi

Appendisitis dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang bakteria

yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus di antaranya hiperplasia jaringan limfe,

fekalith, tumor apendiks dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi membran mukosa

merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa faktor yang

mempermudah terjadinya radang appendiks, diantaranya:

1. Faktor sumbatan (obstruksi)

Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya appendisitis (90%) yang

diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan limfoid

sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% di

antaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obstruksi yang disebabkan oleh fekalith

dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut di antaranya: fekalith ditemukan

40% pada kasus appendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus appendisitis akut

ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus appendisitis akut dengan rupture.

2. Faktor bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada appendisitis akut.

Adanya fekalith dalam lumen appendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan

Page 4: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 4/28

y pp y g p

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnansi feses dalam lumen appendiks,

 pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara bacteriodes fragilis

dan E. coli, lalu Splanchicus, Lactobacillus, Pseudomonas, Bacteroides splanicus.

Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan

aerob <10%.

Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien apendisitis yaitu:

Bakteri Aerob Fakultatif Bakteri Anaerob

Basil Gram Negatif Escherichia coliPseudomonas aeruginosaKlebsiella spesies

Kokus Gram Positif Streptococcus anginosus

Streptococcus spesies lainnya

Enterococcus spesies

Basil Gram Negatif Bacteroides fragilis

Fusobacterium spesies

Bacteroides lainnya

Kokus Gram Positif Peptostreptococcus spesies

Basil Gram Negatif Clostridium spesies

(dikutip dari Tabel 30-1 Common Organisms Seen in Patients with Acute Appendicitis, Schwartz’s Principle of Surgery 9ed)

3. Kecenderungan familial

Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi herediter dari organ appendiks

yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang mudah terjadi

appendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan dalam keluarga

terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekalith dan

mengakibatkan obstruksi lumen.

4. Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa

kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi dari

negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiaanya terbalik.

Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi serat. Justru

negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke pola makan rendah

serat, memiliki resiko appendisitis yang lebih tinggi.

2.4. Epidemiologi

Page 5: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 5/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Insidensi appendisitis sekitar 7% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat dan negara-

negara di Eropa. Di Asia dan Afrika, insidensi appendisitis akut diperkirakan lebih rendah

dikarenakan kebiasaan makan dari penduduknya bergantung daerah geografisnya.

Pada beberapa tahun terakhir ini, dilaporkan penurunan frekuensi dari appendisitis di

 Negara Barat, yang mungkin berhubungan dengan perubahan pola makan kaya serat. Pada

kenyataannya, insidensi appendisitis dihubungkan dengan rendahnya pemakaian serat di

  beberapa negara. Orang yang berkemungkinan terkena appendisitis dengan tingginya

insidensi pada dekade kedua dan kedua kehidupannya. Kasus appendisitis pada neonatal dan

 prenatal jarang dilaporkan.

Appendisitis lebih sering mengenai laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dengan

rasio laki-laki dibanding perempuan 1,7:1.

2.5. Patofisiologi Appendisitis

Appendisitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua lapisan dinding

organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen dan ulserasi mukosa

menjadi langkah awal terjadinya appendisitis. Obstruksi intraluminal appendiks menghambat

keluarnya sekresi mukosa dan menimbulkan distensi dinding appendiks. Sirkulasi darah pada

dinding appendiks akan terganggu. Adanya kongesti vena dan iskemia arteri menimbulkan

luka pada dinding appendiks. Kondisi ini mengundang invasi mikroorganisme yang ada di

usus besar memasuki luka dan menyebabkan proses radang akut, kemudian terjadi proses

irreversibel meskipun faktor obstruksi telah dihilangkan.

Appendisitis dimulai dengan proses eksudasi pada mukosa, sub mukosa, dan muskularis

 propi. Pembuluh darah pada serosa kongesti disertai dengan infiltrasi sel radang neutrofil dan

edema, warnanya menjadi kemerah-merahan dan ditutupi granular membran. Pada

 perkembangan selanjutnya, lapisan serosa ditutupi oleh fibrinoid supuratif disertai nekrosis

lokal disebut appendsisitis akut supuratif. Edema dinding appendiks menimbulkan gangguansirkulasi darah sehingga terjadi ganggren, warnanya menjadi hitam kehijauan yang sangat

 potensial ruptur. Pada semua dinding appendiks tampak infiltrasi radang neutrofil, dinding

menebal karena edema dan pembuluh darah kongesti.

Appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan

membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan

 jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut

kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami perubahan peradangan kembali dan

dinyatakan mengalami eksaserbasi.

Page 6: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 6/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

2.6. Klasifikasi Appendisitis

Adapun klasifikasi appendisitis berdasarkan klinikopatologis adalah sebagai berikut:

2.6.1. Appendisitis Akut

a. Appendisitis Akut Sederhana (Cataral Appendisitis)

Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan submukosa disebabkan oleh obstruksi.

Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi peningkatan tekanan

dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi menebal, edema dan

kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah,

anoreksia, malaise dan demam ringan. Pada appendisitis lateral terjadi leukositosis dan

appendiks terlihat normal, hiperemia, edema dan tidak ada eksudat serosa. b. Appendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan

terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan

ini memperberat iskemia dan edema pada appendiks. Mikroorganisme yang ada di usus

 besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa

menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks

terjadi edema, hiperemia dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen.

Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik 

McBurney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans

muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.

c. Appendisitis Akut Ganggrenosa

Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu

sehingga terjadi infark dan ganggren. Selain didapatkan tanda-tanda supuratif, appendiks

mengalami ganggren pada bagian tertentu. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau

kebauan atau merah kehitaman. Pada appendisitis akut ganggrenosa terdapatmikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang purulen.

2.6.2. Appendisitis Infiltrat

Appendisitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya dapat dibatasi

oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpakan

massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya.

2.6.3. Appendisitis Abses

Page 7: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 7/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Appendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di

fossa iliaka kanan, lateral dan sekum, retrocaecal , subcaecal , dan pelvic.

2.6.4. Appendisitis Perforasi

Appendisitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren yang

menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada

dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.

2.6.5. Appendisitis Kronis

Appendisitis kronis merupakan merupakan lanjutan appendisitis akut supuratif sebagai

  proses radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi rendah,khususnya obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosa appendisitis kronis baru dapat

ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih dari dua

minggu, radang kronik appendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Secara histologis,

dinding appendiks menebal, submukosa dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat

infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada submukosa, muskularis propia dan serosa.

Pembuluh darah seros tampak dilatasi.

2.7. Gambaran Klinis

Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia. Meskipun sangat jarang pada

neonatus dan bayi, appendicitis akut kadang-kadang dapat terjadi dan diagnosis appendicitis

  jauh lebih sulit dan kadang tertunda. Nyeri merupakan gejala yang pertama kali muncul.

Seringkali dirasakan sebagai nyeri tumpul, nyeri di periumbilikal yang samar-samar, tapi

seiring dengan waktu akan berlokasi di abdomen kanan bawah. Terjadi peningkatan nyeri

yang gradual seiring dengan perkembangan penyakit.

Variasi lokasi anatomis appendiks dapat mengubah gejala nyeri yang terjadi. Padaanak-anak, dengan letak appendiks yang retrocecal atau pelvis, nyeri dapat mulai terjadi di

kuadran kanan bawah tanpa diawali nyeri pada periumbilikus. Nyeri pada flank, nyeri

 punggung, dan nyeri alih pada testis juga merupakan gejala yang umum pada anak dengan

appendicitis retrocecal arau pelvis.

Jika inflamasi dari appendiks terjadi di dekat ureter atau bladder, gejal dapat berupa

nyeri saat kencing atau perasaan tidak nyaman pada saat menahan kencing dan distensi

kandung kemih.

Page 8: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 8/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Anorexia, mual, dan muntah biasanya terjadi dalam beberapa jam setelah onset

terjadinya nyeri. Muntah biasanya ringan. Diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan

iritasi pada ileum terminal atau caecum. Gejala gastrointestinal yang berat yang terjadi

sebelum onset nyeri biasanya mengindikasikan diagnosis selain appendicitis. Meskipun

demikian, keluhan GIT ringan seperti indigesti atau perubahan bowel habit dapat terjadi pada

anak dengan appendisitis.

Pada appendisitis tanpa komplikasi biasanya demam ringan (37,5 -38,5 0 C). Jika suhu

tubuh diatas 38,6 0 C, menandakan terjadi perforasi. Anak dengan appendicitis kadang-kadang

 berjalan pincang pada kaki kanan. Karena saat menekan dengan paha kanan akan menekan

Caecum hingga isi Caecum berkurang atau kosong. Bising usus meskipun bukan tanda yang

dapat dipercaya dapat menurun atau menghilang.Anak dengan appendicitis biasanya menghindari diri untuk bergerak dan cenderung

untuk berbaring di tempat tidur dengan kadang-kadang lutut diflexikan. Anak yang

menggeliat dan berteriak-teriak jarang menderita appendisitis, kecuali pada anak dengan

appendicitis retrocaecal, nyeri seperti kolik renal akibat perangsangan ureter.

Tabel Gejala Appendicitis Akut

Gejala Appendicitis Akut

Frekue

nsi (%)

Nyeri perut 100

Anorexia 100

Mual 90

Muntah 75

Nyeri berpindah 50

Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian

anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah

ke RLQ kemudian demam yang tidak terlalu

tinggi)

50

*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam

2.8. Pemeriksaan

2.8.1. Pemeriksaan Fisik 

✔ Inspeksi: pada appendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling , sehingga

 pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.

Palpasi: pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bilatekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci

Page 9: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 9/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

diagnosis dari appendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah. Ini disebut tanda Rovsing

(Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri

 pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).

✔ Pemeriksaan colok dubur: pemeriksaan ini dilakukan pada appendisitis, untuk 

menentukan letak appendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan

 pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan appendiks yang meradang terletak 

di daerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada appendisitis pelvika.

✔ Pemeriksaan Uji Psoas dan Uji Obturator: pemeriksaan ini juga dilakukan untuk 

mengetahui letak appendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot

  psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan,

kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoasmayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator 

dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila

appendiks yang meradang kontak dengan m. obturator internus yang merupakan dinding

 panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan

 pada appendisitis pelvika.

2.8.2. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin umumnya digunakan sebagai sarana untuk 

menegakkan diagnosis apendisitis akut dengan menyingkirkan kemungkinan diagnosis

 banding lainnya. Pada kasus apendisitis biasanya nilai sel darah putih akan meningkat,

terlebih pada kasus komplikasi. Namun pada beberapa tertentu dapat dijumpai sel darah

 putih dengan nilai yang normal.

Pada keadaan tertentu diperlukan juga pemeriksaan rutin lainnya seperti: Pertama,

analisis urin dengan pemeriksaan mikroskopik, tujuan utama dari pemeriksaan ini adalahuntuk menyingkirkan kemungkinan batu uretra (hematuria), infeksi saluran kemih

(piuria, bakteriuria) sebagai penyebab dari nyeri abdomen bagian bawah, terutama pada

 pasien lanjut usia yang disertai dengan diabetes. Tidak jarang ditemukan infeksi saluran

kemih bagian bawah pada pasien wanita dengan apendisitis.

Kedua, pengukuran kadar enzim hati dalam serum dan kadar amylase untuk 

membantu menyingkirkan diagnosis inflamasi pada hati, kandung empedu dan pancreas,

yaitu pada pasien dengan keluhan nyeri yang lebih mengarah pada mid-abdomen atau

 pada kwadran kanan atas.

Page 10: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 10/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Ketiga, pengukuran kadar serum β-HCG (human chorionic gonadotropin) pada

 pasien wanita usia subur untuk menyingkirkan kemungkinan dari kehamilan.

 b. Pemeriksaan Pencitraan

Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini

  jarangmembantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG)

cukup membantudalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 ?97 %), terutama untuk 

wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan

 pemeriksaan CT scan (93 ?98 %).Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran

appendiks.

Pemeriksaan foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang umum dikerjakan pada pasien dengan nyeri abdomen akut. Temuan yang paling sering dihubungkan

dengan kasus apendisitis adalah fekalit. Namun pada kenyataannya fekalit hanya

ditemukan pada sekitar 10-40% dari seluruh pasien apendisitis. Tetapi apabila pada

 pasien nyeri abdomen akut ditemukan adanya fekalit setelah dilakukan pemeriksaan foto

 polos abdomen, maka kemungkinan diagnosis apendisitisnya adalah 90%. Terdapatnya

fekalit, usia (orangtua dan anak kecil), keterlambatan diagnosis , merupakan faktor yang

 berperan terhadap terjadinya perforasi apendiks.

Pada pemeriksaan barium enema dapat dicari kemungkinan terhadap adanya

nonfilling apendiks, juga perubahan dinding caecum yang irregular/efek massa.

Pemeriksaan ultrasonografi abdomen merupakan pemeriksaan yang popularitasnya

meningkat belakangan ini. Temuan yang penting pada pemeriksaan ini antara lain:

Penebalan dinding dan kehilangan lapisan normalnya (Target sign), Peningkatan

echogenitas dari jaringan lemak disekitarnya, lokulasi cairan pericaecal, gangguan

motilitas.Pemeriksaan CT-scan dapat dianggap sebagai standar emas dari pemeriksaan

imaging non invasive pada pasien dengan apendisitis. Dengan CT-scan dapat ditentukan

lokasi inflamasi, massa, maupun abses.

2.8.3. Skor Diagnostik Dalam rangka meningkatkan tingkat akurasi dari diagnosis apendisitis, maka telah

disusun sebuah system penilaian yang dibuat berdasarkan penelitian secara retrospektif oleh

Alvarado. Sistem penilaian ini meliputi gejala-gejala (nyeri yang berpindah dari

Page 11: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 11/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

 periumbilikal ke perut kanan bawah, mual dan penurunan nafsu makan), tanda-tanda (nyeri

tekan pada perut kanan bawah, nyeri lepas, dan demam), dan pemeriksaan laboratorium

(leukositosis dan pergeseran ke kiri).

Tabel Alvarado Score untuk membantu menegakkan diagnosisManifestasi Skor  

Gejala Adanya migrasi nyeri 1Anoreksia 1Mual/muntah 1

Tanda Nyeri RLQ 2 Nyeri lepas 1Febris 1

Laboratorium Leukositosis 2Shift to the left 1

Total poin 10

Keterangan:

0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil

5-6 : bukan diagnosis Appendicitis

7-8 : kemungkinan besar Appendicitis

9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis

Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah

sebaiknya dilakukan.

2.9. Diagnosa Banding

Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis appendisitis karena penyakit

lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan appendisitis, diantaranya:

 – Gastroenteritis ditandai dengan mual, muntah dan diare mendahului rasa sakit. Sakit

  perut lebih ringan, hiperperistaltis sering ditemukan, panas dan leukositosis kurang

menonjol dibandingkan dengan appendisitis akut

  – Limfadenitis mesenterika, biasanya didahului oleh entertitis atau gastroenteritis.

Ditandai dengan nyeri perut kanan disertai dengan perasaan mual dan nyeri tekan perut.

 – Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh hasil positif 

untuk rumple lead , trombositopenia dan hematokrit yang meningkat.

 – Infeksi panggul, salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan appendisitis akut. Suhu

 biasanya lebih tinggi daripada appendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus.

Infeksi panggul pada wanita biasanya diserai keputihan dan infeksi urin.

Page 12: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 12/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

 – Gangguan alat reproduksi perempuan, folikel ovarium yang pecah dapat memberikan

nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklis menstruasi. Tidak ada tanda radang

dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.

 – Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang

tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar rahim disertai pendarahan

menimbulkan nyeri mendadak difus di pelvic dan bisa terjadi syok hipovolemik.

 – Divertikulosis meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan appendisitis akut dan

sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada appendisitis akut sehingga

diperlukan pengobatan serta tindakan bedah yang sama.

 – Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan appendisitis jika isi gastroduodenum

mengendap turun ke daerah usus bagian kanan sekum. – Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai appendisitis

retrocaecal . Nyeri menajalar ke labia, skrotum, penis, hematuria dan terjadi demam

atau leukositosis.

ASPEK RADIOLOGIS APPENDICITIS ACUT

1. Foto Polos Abdomen

Pemeriksaan foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang umum dikerjakan

 pada pasien dengan nyeri abdomen akut. Temuan yang paling sering dihubungkan

dengan kasus apendisitis adalah fekalit. Namun pada kenyataannya fekalit hanya

ditemukan pada sekitar 10-40% dari seluruh pasien apendisitis. Tetapi apabila pada

 pasien nyeri abdomen akut ditemukan adanya fekalit setelah dilakukan pemeriksaan foto

 polos abdomen, maka kemungkinan diagnosis apendisitisnya adalah 90%. Terdapatnya

fekalit, usia (orangtua dan anak kecil), keterlambatan diagnosis , merupakan faktor yang

 berperan terhadap terjadinya perforasi apendiks.

2. Barium Enema

Pada pemeriksaan barium enema dapat dicari kemungkinan terhadap adanya

nonfilling apendiks, juga perubahan dinding caecum yang irregular/efek massa.

3. Ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi abdomen merupakan pemeriksaan yang popularitasnya

meningkat belakangan ini. Temuan yang penting pada pemeriksaan ini antara lain:

Penebalan dinding dan kehilangan lapisan normalnya (Target sign), Peningkatan

Page 13: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 13/28

g g p y ( g g ) g

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

echogenitas dari jaringan lemak disekitarnya, lokulasi cairan pericaecal, gangguan

motilitas.

4. CT-scan

Pemeriksaan CT-scan dapat dianggap sebagai standar emas dari pemeriksaan

imaging non invasive pada pasien dengan apendisitis. Dengan CT-scan dapat ditentukan

lokasi inflamasi, massa, maupun abses.

5. Appendicography

Teknik pemeriksaan radiologi untuk memvisualisasikan appediks denganmenggunakan kontras media positif barium sulfat. Dapat dilakukan :

1. Secara oral

2. Secara anal

PERSIAPAN PASIEN

1. 48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak berserat.

Misal : bubur kecap

2. 12 jam atau 24 jam sebelum pem pasien diberikan 2/3 Dulcolac untuk diminum

Pagi hari pasien deberi dulkolac supositoria melalui anus atau dilavement

3. 4 jam sebelum pemeriksaan pasien harus puasa hingga pemeriksaan berlangsung

4. Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok 

PERSIAPAN ALAT

1. Pesawat sinar-X yg dilengkapi fluoroskopi & dilengkapi alat bantu kompresi yg

  berfungsiuntuk memperluas permukaan organ yg ada didaerah ileosaekal /

memodifikasi posisi pasiensupine mjd prone

2. Kaset + film

 

PERSIAPAN BAHAN

Bahan kontras barium sulfat dengan perbandingan 1 : 4 sampai 1 : 8

Page 14: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 14/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

3.2. Teknik Pemeriksaan PA/AP PROJECTION

Posisi Pasien : Pasien pada posisi pone atau supine, dengan bantal di kepala.

Posisi Objek :

• MSP berada di tengah-tengah meja pemeriksaan

• Pastikan tidak ada rotasi

Central Ray :

• CR tegak lurus terhadap kaset

• CR setingi iliac crest

• SID minimal 100 cm

Struktur yang tampak :

Colon bagian transversum harus diutamaka terisi barium.pada posisi PA dan terisi

udara pada posisi AP dengan teknik double contrast.

Seluruh luas usus harus nampak termasuk flexure olic kiri.

RPO (Right Posterior Oblique)

Posisi Pasien : 35 to 45o menuju right dan left porterior oblique (RPO atau LPO),

dengan bantal pada bantal

Posisi Objek :

• Letakan bantal di atas kepala.

• Flexikan siku dan letakan di depan tubuh pasien

• Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margins kiri dan

kanan sama jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan

 

CENRAL RAY :

• CRtegak lurus terhadap IR 

• Sudutkan CR dengan titik pusat setinggi iliac crest dan sekitar 2,5 cm lateral

menuju

• garismidsaggital plane (MSP).

• SID minimal 100 cm

Page 15: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 15/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

STRUKTUR YANG TAMPAK 

LPO – colic flexura hepatic kanan dan ascending & recto sigmoid portions harus

tampak terbuka tanpa superimposition yang significant. RPO- colicflexure kiri dan

descending portions harus terlihat terbuka tanpa superimposition yang significant

Bab III

PENATALAKSANAAN, KOMPLIKASI, DAN PROGNOSIS

3.1. Penatalaksanaan

3.1.1. Indikasi Operasi

Apabila diagnosis apendisitis telah ditegakkan dengan berbagai pemeriksaan yang

mendukung, hal tersebut sudah merupakan suatu indikasi operasi (apendektomi), kecuali

Page 16: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 16/28

g p p ( p )

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

 pada kasus-kasus tertentu seperti halnya pada keadaan dimana masa akut telah dilewati

namun muncul komplikasi dengan terbentuknya abses. Pada beberapa kasus dapat digunakan

antibiotic sebagai terapi tunggal untuk mengurangi massa abses tersebut. Bila massa abses

telah terbentuk di ekitar apendiks maka basis dari sekum akan sulit untuk ditemukan, selain

itu tindakan operatif secara aman akan sulit untuk dikerjakan.

3.1.2. Persiapan pre-operasi

Analgetik dapat diberikan pada pasien setelah diagnosis dari apendisitis sudah dapat

ditegakkan dan manajemen operatif telah direncanakan. Status cairan harus dipantau dengan

ketat menggunakan indicator klinis seperti nadi, tekanan darah, dan jumlah pengeluaranurine.

Pemberian antibiotik dapat dimulai, umumnya diberikan cephalosporine generasi 2

secara tunggal atau dikombinasikan dengan antibiotic spectrum luas yang melingkupi bakteri

gram negatif aerob (e.coli) dan anaerob (bacteroides spp.). Perlu diingat bahwa tujuan utama

dari pemberian antibiotic bukan untuk memberantas apendisitis itu sendiri. Pada kasus yang

tidak disertai dengan komplikasi, antibiotic umumnya diberikan untuk mengurangi insidens

infeksi dari luka dan peritoneum bagian dalam setelah operasi dan melindungi terhadap

kemungkinan terjadinya bakteremia.

Pada kasus-kasus dimana telah terjadi komplikasi berupa pembentukan abses maupun

  bakteremia, maka pemberian antibiotic ditujukan untuk mengobati komplikasi tersebut.

Terdapat beragam pendapat tentang pemberian antibiotic profilaksis, namun terdapat

konsensus bahwa:

1. Pemberian cephalosporin generasi 2 efektif dalam mengurangi komplikasi yang dapat

timbul oleh karena luka pada kasus non-komplikata

2. Waktu yang tepat dalam memberikan antibiotic adalah sesaat sebelum pembedahan atau pada saat pembedahan dilakukan agar tercapai kadar yang optimal pada saat akan

dilakukan incise

3. Pada kasus non-komplikata, pemberian antibiotic cukup dengan dosis tunggal.

Penambahan dosis setelah operasi tidak berguna dalam menurunkan resiko infeksi lebih

lanjut.

2.10.3. Pertimbangan Operatif 

Page 17: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 17/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Perlu ditentukan apakah prosedur operasi akan dilaksanakan melalui pendekatan secara

tradisional (terbuka) atau dengan bantuan laparoskopi. Terdapat berbagai penelitian yang

membandingkan antara pendekatan secara terbuka maupun dengan laparoskopi. Berdasarkan

informasi terkini dapat disimpulkan bahwa pada kasus apendisitis tanpa disertai komplikasi,

 pendekatan secara laparoskopik dapat mengurangi nyeri, kebutuhan untuk dirawat dan juga

menurunkan insidens infeksi pada luka setelah operasi. Pasien juga dapat kembali bekerja

lebih awal.

Tabel Perbandingan Antara Laparotomy dan Laparoskopi

Dilakukan pengangkatan apendiks apabila pada saat operasi ditemukan gambaran

inflamasi. Hal penting yang harus diingat adalah untuk melakukan disseksi apendiks sampai

ke basis, yaitu pada pertemuan taenia di dinding sekum. Kegagalan dalam mengangkat

seluruh apendiks sampai ke basis-nya dapat mengingkatkan resiko terjadinya apendisitis

rekuren. Mengingat bahwa terdapat beberapa laporan terjadinya appendicitis rekuren, maka

 penting untuk tetap berwaspada terhadap kemungkinan munculnya apendisitis rekuren meski

terdapat riwayat operasi apendiks dan bukti jaringan parut yang nyata. Apabila diseksi secaraaman tidak dimungkinkan oleh karena adanya inflamasi ataupun pembentukan abses, sebuah

closed suction drain dapat diletakan kedalam kavum peritoneum. Tindakan ini bermanfaat

untuk mengalirkan materi fekal maupun pus keluar sehingga mencegah tertimbunnya materi-

materi tersebut kedalam kavum peritoneum.

2.10.4. Apendektomi

Page 18: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 18/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Untuk mencapai apendiks ada tiga cara yang secara operatif mempunyai keuntungan

dan kerugian.

a. Insisi menurut Mc Burney ( grid incision atau muscle splitting incision).

Sayatan dilakukan pada garis tegak lurus pada garis yang menghubungkan spina

iliaka anterior superior (SIAS) dengan umbilicus pada batas sepertiga lateral (titik Mc

Burney). Sayatan ini mengenai kutis, subkutis dan fasia. Otot-otot dinding perut dibelah

secara tumpul menurut arah serabutnya. Setelah itu akan tampak peritoneum parietal

(mengkilat dan berwarna biru keabu-abuan) yang disayat secukupnya untuk meluksasi

sekum. Sekum dikenali dari ukurannya yang besar dan mengkilat dan lebih kelabu/putih,

mempunyai haustrae dan teania koli, sedangkan ileum lebih kecil, lebih merah dan tidak 

mempunyai haustrae atau teania koli. Basis apendiks dicari pada pertemuan ketiga taeniacoli.

Teknik inilah yang paling sering dikerjakan karena keuntungannya tidak terjadi

 benjolan dan tidak mungkin terjadi herniasi, trauma operasi minimum pada alat-alat

tubuh, dan masa istirahat pasca bedah lebih pendek karena masa penyembuhannya lebih

cepat. Kerugiannya adalah lapangan operasi terbatas, sulit diperluas, dan waktu operasi

lebih lama. Lapangan operasi dapat diperluas dengan memotong secara tajam.

 b. Insisi menurut Roux (muscle cutting incision)

Lokasi dan arah sayatan sama dengan Mc Burney, hanya sayatannya langsung

menembus otot dinding perut tanpa memperdulikan arah serabut sampai tampak 

  peritoneum. Keuntungannya adalah lapangan operasi lebih luas, mudah diperluas,

sederhana, dan mudah.

Sedangkan kerugiannya adalah diagnosis yang harus tepat sehingga lokasi dapat

dipastikan, lebih banyak memotong saraf dan pembuluh darah sehingga perdarahan

menjadi lebih banyak, masa istirahat pasca bedah lebih sering terjadi, kadang-kadang ada

hematoma yang terinfeksi, dan masa penyembuhan lebih lama.c. Insisi pararektal

Dilakukan sayatan pada garis batas lateral m.rektus abdominis dekstra secara

vertikal dari kranial ke kaudal sepanjang 10cm. Keuntungannya, teknik ini dapat dipakai

 pada kasus-kasus apendiks yang belum pasti dan kalau perlu sayatan dapat diperpanjang

dengan mudah. Sedangkan kerugiannya, sayatan ini tidak langsung mengarah ke apendiks

atau sekum, kemungkinan memotong saraf dan pembuluh darah lebih besar, dan untuk 

menutup luka operasi diperlukan jahitan penunjang.

Page 19: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 19/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Setelah peritoneum dibuka dengan retractor, maka basis apendiks dapat dicari pada

 pertemuan tiga taenia koli. Untuk membebaskannya dari mesoapendiks ada dua cara yang

dapat dipakai sesuai dengan situasi dan kondisi, yaitu :

Apendiktomi secara biasa, bila kita mulai dari apeks ke basis apendiks untuk 

memotong mesoapendiks. Ini dilakukan pada apendiks yang tergantung bebas pada

sekum atau bila puncak apendiks mudah ditemukan.

Apendiktomi secara retrograde; bila kita memotong mesoapendiks dari basis ke arah

 puncak. Ini dilakukan pada apendiks yang letaknya sulit, misalnya retrosekal, atau

 puncaknya sukar dicapai karena tersembunyi, misalnya karena terjadi perlengketan

dengan sekitarnya.

Teknik Apendektomi Mc Burney :

1. Pasien berbaring telentang dalam anestesi umum atau regional. Kemudian dilakukan

tindakan asepsis dan antisepsis pada perut kanan bawah

2. Dibuat sayatan menurut Mc Burney sepanjang kurang lebih 10 cm dan otot-otot dinding

 perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya, berturut-turut m.rektus abdominis

eksternus, m. abdominis internus, m. transversus abdominis, sampai akhirnya tampak 

 peritoneum.

3. Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi.

4. Sekum beserta apendiks diluksasi keluar.

5. Mesoapendiks dibebaskan dan dipotong dari apendiks secara biasa, dari puncak ke arah

 basis.

6. Semua perdarahan dirawat.

7. Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks, basis apendiks kemudian dijahit dengan

catgut.

8. Dilakukan pemotongan apendiks apikal dari jahitan tersebut.9. Ujung apendiks dioleskan betadin.

10. Jahitan tabac sac disimpulkan dan Mesoapendiks diikat.

11. Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat di dalamnya, semua

 perdarahan dirawat.

12. Sekum dikembalikan ke dalam abdomen.

13. Peritoneum ini dijahit jelujur dengan chromic catgut dan otot-otot dikembalikan.

14. Dinding perut ditutup/dijahit lapis demi lapis

15. Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kasa steril.

Page 20: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 20/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Pasca Operasi

Kasus-kasus apendisitis tanpa komplikasi, pasien dapat mulai minum dan makan

segera setelah mereka merasa mampu, dan defekasi dievaluasi dalam 24-48 jam. Pemberian

antibiotik dan dekompresi dengan nasogastric tube pasca operasi tidak rutin dikerjakan pada

 pasien apendisitis tanpa komplikasi. Pada kasus-kasus yang disertai dengan peritonitis,

 pemberian antibiotic diberikan hingga 5-7 hari setelah operasi.

2.11. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebasmaupun perforasi pada appendiks yang telah mengalami wall-off sehingga berupa massa yang

terdiri dari kumpulan apendiks, sekum dan lekuk usus halus.

Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi penyakit ini

tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan mengalami

  perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk 

dilakukan dalam masa tersebut.

Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran

kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam,

malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau

 pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakan

dengan pasti.

Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk 

menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring dalam

  posisi fowler medium (setengah duduk), pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan

elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik spektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, transfuse untuk mengatasi anemia, dan

 penanganan syok septik secara intensif, bila ada.

Bila terbentuk abses apendik akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang

cenderung mengelembung ke arah rectum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi

antibiotik (ampisilin, gentamisin, metronidazol atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses

akan segera menghilang, dan apendektomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian. Pada

abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang

menonjol ke arah rectum atau vagina dengan fluktuasi positif juga perlu dilakukan drainase.

Page 21: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 21/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi

yang letal. Hal ini harus kita curigai bila ditemukan demam sepsis, menggigil, hepatomegali

dan ikterus setelah terjadi perforasi apendik. Pada kedaan ini diindikasikan pemberian

antibiotik kombinasi dengan drainase.

Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis

intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.

2.12. Prognosis

Sebagian besar pasien apendisitis sembuh dengan mudah melalui terapi operatif,

namun komplikasi dapat muncul apabila terjadi keterlambatan dalam penatalaksanaan atau bila sudah terjadi peritonitis. Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan sangat bergantung

 pada usia, kondisi fisik, komplikasi, dan keadaan-keadaan lainnya, termasuk konsumsi

alcohol, namun biasanya untuk penyembuhan memerlukan waktu sekitar 10 dan 28 hari. Pada

anak-anak (usia kurang lebih 10 tahun), penyembuhan memerlukan waktu sekitar tiga

minggu.

Peritonitis yang mengancam nyawa merupakan alasan mengapa apendisitis akut

memerlukan evaluasi dan penatalaksanaan secara cepat. Apendisitis tipikal memberikan

respon yang sangat baik dengan apendektomi, dan terkadang dapat sembuh dengan spontan.

Apabila apendisitis sembuh dengan spontan, masih merupakan kontroversi mengenai perlu

tidaknya tindakan apendektomi elektif untuk mencegah apendisitis rekuren.

Apendisitis atipikal (dihubungkan dengan apendisitis supuratif) lebih sulit untuk 

didiagnosis dan lebih cenderung untuk terjadi komplikasi meskipun telah dilakukan operasi

secara dini. Pada kedua keadaan diatas diagnosis secara tepat dan apendektomi memberikan

hasil yang baik, dan penyembuhan penuh terjadi antara dua sampai empat minggu. Mortalitas

dan komplikasi berat umumnya jarang ditemui, namun dapat terjadi apabila peritonitis berlanjut dan tidak mendapat terapi. Terdapat pula topic pembahasan yang sering mendapat

  perhatian mengenai massa apendikular, yaitu terbentuknya suatu massa yang terdiri dari

omentum dan usus yang saling melekat, hal ini terjadi apabila apendiks tidak segera

dipindahkan dengan segera selama terjadinya infeksi. Selama masa ini, tindakan apendektomi

akan sangat beresiko kecuali bila didapatkan pembentukan pus yang dibuktikan dengan

adanya demam dan toksisitas atau dengan USG.

Page 22: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 22/28

Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011

Stump appendicitis, merupakan suatu komplikasi yang jarang ditemui, yaitu

terjadinya inflamasi pada sisa apendiks yang tertinggal setelah apendektomi yang tidak 

komplit.

Page 23: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 23/28

 Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya

BAB III

KESIMPULAN

Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan

merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa.

Appendicitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada

anak-anak dan remaja

Gejala appendicitis akut pada anak tidak spesifik . Gejala awalnya sering hanya rewel

dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Dalam beberapa jam

kemudian akan timbul muntah-muntah dan anaka akan menjadi lemah dan letargik. Karena

gejala yang tidak khas tadi, appendicitis sering diketahui setelah terjadi perforasi. Pada bayi,

80-90% appendicitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.

Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling

 penting dalam mendiagnosis appendicitis.

Page 24: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 24/28

 Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. The Appendix on Chapter 30 in Schwartz’s Principles of Surgery 9ed ebook. New York: McGraw-Hills

Katz MS. Appendicitis. Available at : www.emedicine.com . Last update Apr 20th 2010

Kevin P. Lally, Charles S. Cox JR. dan Richard J. Andrassy. 2004. Appendix on Chapter 47in Sabiston Textbook of Surgery 17ed ebook. New York: Saunders.

Sjamsuhidajat R, Jong WD, et al. Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum, dalamBuku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2003

Page 25: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 25/28

Page 26: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 26/28

 Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya

APPENDISITIS

REFERATdiajukan guna memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu BedahRumah Sakit Pelabuhan JakartaPeriode 16 Agustus 2010 – 30 Oktober 2010

Disusun oleh:

RUDY

406090067

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TARUMANAGARAJAKARTA2010

Page 27: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 27/28

 Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya

KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul“Appendisitis” ini dengan baik. Referat ini disusun untuk memperluas wacana, bagi sayakhususnya, dan bagi semua pihak yang membaca referat ini pada umumnya. Referat ini jugadisusun untuk melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, di RS Pelabuhan Jakarta,

 pada periode 16 Agustus 2010 – 30 Oktober 2010.Terima kasih yang sebesar-besarnya saya haturkan kepada dr. Henry B. Sitompul,

SpB, atas bimbingan dan kebijaksanaannya selama saya mengikuti Kepaniteraan Klinik IlmuBedah di RS Pelabuhan Jakarta.

Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, saya menyadari bahwareferat ini amatlah jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak yang membaca referat ini, pada umumnya dan dari dr. Henry B. Sitompul, SpB pada

khususnya amatlah saya harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan referat ini.

Jakarta, September 2010 

Penyusun

Page 28: Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya

5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 28/28

 Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya

DAFTAR ISI

Cover ………………………………………………………………………………… iKata Pengantar ………………………………………………………………………. ii

Daftar Isi …………………………………………………………………………….. iiiBab I. Pendahuluan ………………………………………………………………….. 1Bab II. Tinjauan Pustaka……………………………………………………………… 2

2.1. Definisi Appendiks………………………………………………..….……… 22.2. Definisi Appendisitis …………………………………………….………….. 32.3. Etiologi ……………………………………………………………………… 32.4. Epidemiologi ………………………………………………………………... 52.5. Patofisiologi …………………………………………………………………. 52.6. Klasifikasi Apendisitis………………………………………………………. 62.7. Gambaran Klinis…………………………………………………………….. 72.8. Pemeriksaan ………………………………………………………………… 92.9. Diagnosa Banding…………………………………………………………… 132.10. Penatalaksanaan……………………………………………………………. 142.11. Komplikasi…………………………………………………………………. 192.12. Prognosis…………………………………………………………………… 20

Bab III. Kesimpulan…………………………………………………………………... 22Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….. 23