Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya
-
Upload
adnanhendarman -
Category
Documents
-
view
211 -
download
0
Transcript of Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 1/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Bab I
PENDAHULUAN
Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa.
Appendisitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada
anak-anak dan remaja. Terdapat sekitar 250.000 kasus appendisitis yang terjadi di Amerika
Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.
Appendisitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak
sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan appendisitis akut mengalami perforasi setelah
dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi cairan dan
antibiotik yang lebih baik, appendisitis pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah
masih tetap memiliki angka morbiditas yang signifikan.
Diagnosis appendisitis akut pada anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang tepat dibuat
hanya pada 50-70% pasien-pasien pada saat penilaian awal. Angka appendiktomy negatif
pada pediatrik berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik
merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis appendicitis.
Semua kasus appendisitis memerlukan tindakan pengangkatan dari appendix yang
terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy. Apabila tidak dilakukan
tindakan pengobatan, maka angka kematian akan tinggi, terutama disebabkan karena
peritonitis dan shock. Reginald Fitz pada tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan
bahwa Appendisitis akuta merupakan salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di
seluruh dunia.
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Appendiks
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 2/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
2.1.1. Anatomi
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm
dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak pada saat perkembangan
embriologi minggu ke delapan yaitu pada bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saat
antenatal dan postnatal , pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiks
yang akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal .
Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit ke arah
ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidensi appendisitis pada usia tersebut.
Appendiks memiliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada
appendiks terdapat tiga taenia coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk
mendeteksi posisi appendiks. Gejala appendisitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisiappendiks adalah retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul) 31,01%,
subcaecal (di bawah sekum) 2,26%, perileal (di depan usus halus) 1% dan postileal (di
belakang usus halus) 0,4%.
Appendiks disebut tonsil abdomen karena ditemukan banyak jaringan limfoid. Jaringan
limfoid pertama kali muncul pada appendiks sekitar dua minggu setelah lahir, jumlahnya
meningkat selama pubertas sampai puncaknya berjumlah sekitar 200 folikel antara usia 12-20
tahun dan menetap saat dewasa. Setelah itu mengalami atrofi dan menghilang pada usia 60
tahun.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri
mesenterica superior dari arteri appendicularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari
nervus torakalis X . Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendisitis bermula di sekitar
umbilikus. Appendiks diperdarahi oleh arteri appendikularis yang merupakan cabang dari
bagian bawah arteri ileocolica. Arteri appendiks termasuk end arteri. Bila terjadi
penyumbatan pada arteri ini, maka appendiks mengalami gangren.
2.1.1. Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks
tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 3/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT)
yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk appendiks adalah Imunoglobulin A (Ig-A).
immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol
proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen
intestinal lainnya. Namun, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh
sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan
seluruh tubuh.
2.2. Definisi AppendisitisAppendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith
(batu feses), hiperplasia jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama appendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit
seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichura dan Enterobius vermicularis.
Penelitian Collin (1990) di Amerika Serikat pada 3.400 kasus, 50% ditemukan adanya
faktor obstruksi. Obstruksi yang disebabkan hiperplasia aringan limfoid submukosa 60%,
fekalith 35%, benda asing 4%, dan sebab lainnya 1%.
2.3. Etiologi
Appendisitis dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang bakteria
yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus di antaranya hiperplasia jaringan limfe,
fekalith, tumor apendiks dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi membran mukosa
merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya radang appendiks, diantaranya:
1. Faktor sumbatan (obstruksi)
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya appendisitis (90%) yang
diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan limfoid
sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% di
antaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obstruksi yang disebabkan oleh fekalith
dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut di antaranya: fekalith ditemukan
40% pada kasus appendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus appendisitis akut
ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus appendisitis akut dengan rupture.
2. Faktor bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada appendisitis akut.
Adanya fekalith dalam lumen appendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 4/28
y pp y g p
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnansi feses dalam lumen appendiks,
pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara bacteriodes fragilis
dan E. coli, lalu Splanchicus, Lactobacillus, Pseudomonas, Bacteroides splanicus.
Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan
aerob <10%.
Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien apendisitis yaitu:
Bakteri Aerob Fakultatif Bakteri Anaerob
Basil Gram Negatif Escherichia coliPseudomonas aeruginosaKlebsiella spesies
Kokus Gram Positif Streptococcus anginosus
Streptococcus spesies lainnya
Enterococcus spesies
Basil Gram Negatif Bacteroides fragilis
Fusobacterium spesies
Bacteroides lainnya
Kokus Gram Positif Peptostreptococcus spesies
Basil Gram Negatif Clostridium spesies
(dikutip dari Tabel 30-1 Common Organisms Seen in Patients with Acute Appendicitis, Schwartz’s Principle of Surgery 9ed)
3. Kecenderungan familial
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi herediter dari organ appendiks
yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang mudah terjadi
appendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan dalam keluarga
terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekalith dan
mengakibatkan obstruksi lumen.
4. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa
kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi dari
negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiaanya terbalik.
Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi serat. Justru
negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke pola makan rendah
serat, memiliki resiko appendisitis yang lebih tinggi.
2.4. Epidemiologi
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 5/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Insidensi appendisitis sekitar 7% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat dan negara-
negara di Eropa. Di Asia dan Afrika, insidensi appendisitis akut diperkirakan lebih rendah
dikarenakan kebiasaan makan dari penduduknya bergantung daerah geografisnya.
Pada beberapa tahun terakhir ini, dilaporkan penurunan frekuensi dari appendisitis di
Negara Barat, yang mungkin berhubungan dengan perubahan pola makan kaya serat. Pada
kenyataannya, insidensi appendisitis dihubungkan dengan rendahnya pemakaian serat di
beberapa negara. Orang yang berkemungkinan terkena appendisitis dengan tingginya
insidensi pada dekade kedua dan kedua kehidupannya. Kasus appendisitis pada neonatal dan
prenatal jarang dilaporkan.
Appendisitis lebih sering mengenai laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dengan
rasio laki-laki dibanding perempuan 1,7:1.
2.5. Patofisiologi Appendisitis
Appendisitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua lapisan dinding
organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen dan ulserasi mukosa
menjadi langkah awal terjadinya appendisitis. Obstruksi intraluminal appendiks menghambat
keluarnya sekresi mukosa dan menimbulkan distensi dinding appendiks. Sirkulasi darah pada
dinding appendiks akan terganggu. Adanya kongesti vena dan iskemia arteri menimbulkan
luka pada dinding appendiks. Kondisi ini mengundang invasi mikroorganisme yang ada di
usus besar memasuki luka dan menyebabkan proses radang akut, kemudian terjadi proses
irreversibel meskipun faktor obstruksi telah dihilangkan.
Appendisitis dimulai dengan proses eksudasi pada mukosa, sub mukosa, dan muskularis
propi. Pembuluh darah pada serosa kongesti disertai dengan infiltrasi sel radang neutrofil dan
edema, warnanya menjadi kemerah-merahan dan ditutupi granular membran. Pada
perkembangan selanjutnya, lapisan serosa ditutupi oleh fibrinoid supuratif disertai nekrosis
lokal disebut appendsisitis akut supuratif. Edema dinding appendiks menimbulkan gangguansirkulasi darah sehingga terjadi ganggren, warnanya menjadi hitam kehijauan yang sangat
potensial ruptur. Pada semua dinding appendiks tampak infiltrasi radang neutrofil, dinding
menebal karena edema dan pembuluh darah kongesti.
Appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan
jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut
kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami perubahan peradangan kembali dan
dinyatakan mengalami eksaserbasi.
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 6/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
2.6. Klasifikasi Appendisitis
Adapun klasifikasi appendisitis berdasarkan klinikopatologis adalah sebagai berikut:
2.6.1. Appendisitis Akut
a. Appendisitis Akut Sederhana (Cataral Appendisitis)
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan submukosa disebabkan oleh obstruksi.
Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi peningkatan tekanan
dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi menebal, edema dan
kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah,
anoreksia, malaise dan demam ringan. Pada appendisitis lateral terjadi leukositosis dan
appendiks terlihat normal, hiperemia, edema dan tidak ada eksudat serosa. b. Appendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan
ini memperberat iskemia dan edema pada appendiks. Mikroorganisme yang ada di usus
besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa
menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks
terjadi edema, hiperemia dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen.
Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik
McBurney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans
muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.
c. Appendisitis Akut Ganggrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu
sehingga terjadi infark dan ganggren. Selain didapatkan tanda-tanda supuratif, appendiks
mengalami ganggren pada bagian tertentu. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau
kebauan atau merah kehitaman. Pada appendisitis akut ganggrenosa terdapatmikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang purulen.
2.6.2. Appendisitis Infiltrat
Appendisitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya dapat dibatasi
oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpakan
massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya.
2.6.3. Appendisitis Abses
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 7/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Appendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di
fossa iliaka kanan, lateral dan sekum, retrocaecal , subcaecal , dan pelvic.
2.6.4. Appendisitis Perforasi
Appendisitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren yang
menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada
dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.
2.6.5. Appendisitis Kronis
Appendisitis kronis merupakan merupakan lanjutan appendisitis akut supuratif sebagai
proses radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi rendah,khususnya obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosa appendisitis kronis baru dapat
ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih dari dua
minggu, radang kronik appendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Secara histologis,
dinding appendiks menebal, submukosa dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat
infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada submukosa, muskularis propia dan serosa.
Pembuluh darah seros tampak dilatasi.
2.7. Gambaran Klinis
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia. Meskipun sangat jarang pada
neonatus dan bayi, appendicitis akut kadang-kadang dapat terjadi dan diagnosis appendicitis
jauh lebih sulit dan kadang tertunda. Nyeri merupakan gejala yang pertama kali muncul.
Seringkali dirasakan sebagai nyeri tumpul, nyeri di periumbilikal yang samar-samar, tapi
seiring dengan waktu akan berlokasi di abdomen kanan bawah. Terjadi peningkatan nyeri
yang gradual seiring dengan perkembangan penyakit.
Variasi lokasi anatomis appendiks dapat mengubah gejala nyeri yang terjadi. Padaanak-anak, dengan letak appendiks yang retrocecal atau pelvis, nyeri dapat mulai terjadi di
kuadran kanan bawah tanpa diawali nyeri pada periumbilikus. Nyeri pada flank, nyeri
punggung, dan nyeri alih pada testis juga merupakan gejala yang umum pada anak dengan
appendicitis retrocecal arau pelvis.
Jika inflamasi dari appendiks terjadi di dekat ureter atau bladder, gejal dapat berupa
nyeri saat kencing atau perasaan tidak nyaman pada saat menahan kencing dan distensi
kandung kemih.
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 8/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Anorexia, mual, dan muntah biasanya terjadi dalam beberapa jam setelah onset
terjadinya nyeri. Muntah biasanya ringan. Diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan
iritasi pada ileum terminal atau caecum. Gejala gastrointestinal yang berat yang terjadi
sebelum onset nyeri biasanya mengindikasikan diagnosis selain appendicitis. Meskipun
demikian, keluhan GIT ringan seperti indigesti atau perubahan bowel habit dapat terjadi pada
anak dengan appendisitis.
Pada appendisitis tanpa komplikasi biasanya demam ringan (37,5 -38,5 0 C). Jika suhu
tubuh diatas 38,6 0 C, menandakan terjadi perforasi. Anak dengan appendicitis kadang-kadang
berjalan pincang pada kaki kanan. Karena saat menekan dengan paha kanan akan menekan
Caecum hingga isi Caecum berkurang atau kosong. Bising usus meskipun bukan tanda yang
dapat dipercaya dapat menurun atau menghilang.Anak dengan appendicitis biasanya menghindari diri untuk bergerak dan cenderung
untuk berbaring di tempat tidur dengan kadang-kadang lutut diflexikan. Anak yang
menggeliat dan berteriak-teriak jarang menderita appendisitis, kecuali pada anak dengan
appendicitis retrocaecal, nyeri seperti kolik renal akibat perangsangan ureter.
Tabel Gejala Appendicitis Akut
Gejala Appendicitis Akut
Frekue
nsi (%)
Nyeri perut 100
Anorexia 100
Mual 90
Muntah 75
Nyeri berpindah 50
Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian
anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah
ke RLQ kemudian demam yang tidak terlalu
tinggi)
50
*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam
2.8. Pemeriksaan
2.8.1. Pemeriksaan Fisik
✔ Inspeksi: pada appendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling , sehingga
pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.
✔
Palpasi: pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bilatekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 9/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
diagnosis dari appendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah. Ini disebut tanda Rovsing
(Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri
pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).
✔ Pemeriksaan colok dubur: pemeriksaan ini dilakukan pada appendisitis, untuk
menentukan letak appendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan
pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan appendiks yang meradang terletak
di daerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada appendisitis pelvika.
✔ Pemeriksaan Uji Psoas dan Uji Obturator: pemeriksaan ini juga dilakukan untuk
mengetahui letak appendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot
psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan,
kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoasmayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator
dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila
appendiks yang meradang kontak dengan m. obturator internus yang merupakan dinding
panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan
pada appendisitis pelvika.
2.8.2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin umumnya digunakan sebagai sarana untuk
menegakkan diagnosis apendisitis akut dengan menyingkirkan kemungkinan diagnosis
banding lainnya. Pada kasus apendisitis biasanya nilai sel darah putih akan meningkat,
terlebih pada kasus komplikasi. Namun pada beberapa tertentu dapat dijumpai sel darah
putih dengan nilai yang normal.
Pada keadaan tertentu diperlukan juga pemeriksaan rutin lainnya seperti: Pertama,
analisis urin dengan pemeriksaan mikroskopik, tujuan utama dari pemeriksaan ini adalahuntuk menyingkirkan kemungkinan batu uretra (hematuria), infeksi saluran kemih
(piuria, bakteriuria) sebagai penyebab dari nyeri abdomen bagian bawah, terutama pada
pasien lanjut usia yang disertai dengan diabetes. Tidak jarang ditemukan infeksi saluran
kemih bagian bawah pada pasien wanita dengan apendisitis.
Kedua, pengukuran kadar enzim hati dalam serum dan kadar amylase untuk
membantu menyingkirkan diagnosis inflamasi pada hati, kandung empedu dan pancreas,
yaitu pada pasien dengan keluhan nyeri yang lebih mengarah pada mid-abdomen atau
pada kwadran kanan atas.
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 10/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Ketiga, pengukuran kadar serum β-HCG (human chorionic gonadotropin) pada
pasien wanita usia subur untuk menyingkirkan kemungkinan dari kehamilan.
b. Pemeriksaan Pencitraan
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini
jarangmembantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG)
cukup membantudalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 ?97 %), terutama untuk
wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan
pemeriksaan CT scan (93 ?98 %).Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran
appendiks.
Pemeriksaan foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang umum dikerjakan pada pasien dengan nyeri abdomen akut. Temuan yang paling sering dihubungkan
dengan kasus apendisitis adalah fekalit. Namun pada kenyataannya fekalit hanya
ditemukan pada sekitar 10-40% dari seluruh pasien apendisitis. Tetapi apabila pada
pasien nyeri abdomen akut ditemukan adanya fekalit setelah dilakukan pemeriksaan foto
polos abdomen, maka kemungkinan diagnosis apendisitisnya adalah 90%. Terdapatnya
fekalit, usia (orangtua dan anak kecil), keterlambatan diagnosis , merupakan faktor yang
berperan terhadap terjadinya perforasi apendiks.
Pada pemeriksaan barium enema dapat dicari kemungkinan terhadap adanya
nonfilling apendiks, juga perubahan dinding caecum yang irregular/efek massa.
Pemeriksaan ultrasonografi abdomen merupakan pemeriksaan yang popularitasnya
meningkat belakangan ini. Temuan yang penting pada pemeriksaan ini antara lain:
Penebalan dinding dan kehilangan lapisan normalnya (Target sign), Peningkatan
echogenitas dari jaringan lemak disekitarnya, lokulasi cairan pericaecal, gangguan
motilitas.Pemeriksaan CT-scan dapat dianggap sebagai standar emas dari pemeriksaan
imaging non invasive pada pasien dengan apendisitis. Dengan CT-scan dapat ditentukan
lokasi inflamasi, massa, maupun abses.
2.8.3. Skor Diagnostik Dalam rangka meningkatkan tingkat akurasi dari diagnosis apendisitis, maka telah
disusun sebuah system penilaian yang dibuat berdasarkan penelitian secara retrospektif oleh
Alvarado. Sistem penilaian ini meliputi gejala-gejala (nyeri yang berpindah dari
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 11/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
periumbilikal ke perut kanan bawah, mual dan penurunan nafsu makan), tanda-tanda (nyeri
tekan pada perut kanan bawah, nyeri lepas, dan demam), dan pemeriksaan laboratorium
(leukositosis dan pergeseran ke kiri).
Tabel Alvarado Score untuk membantu menegakkan diagnosisManifestasi Skor
Gejala Adanya migrasi nyeri 1Anoreksia 1Mual/muntah 1
Tanda Nyeri RLQ 2 Nyeri lepas 1Febris 1
Laboratorium Leukositosis 2Shift to the left 1
Total poin 10
Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah
sebaiknya dilakukan.
2.9. Diagnosa Banding
Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis appendisitis karena penyakit
lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan appendisitis, diantaranya:
– Gastroenteritis ditandai dengan mual, muntah dan diare mendahului rasa sakit. Sakit
perut lebih ringan, hiperperistaltis sering ditemukan, panas dan leukositosis kurang
menonjol dibandingkan dengan appendisitis akut
– Limfadenitis mesenterika, biasanya didahului oleh entertitis atau gastroenteritis.
Ditandai dengan nyeri perut kanan disertai dengan perasaan mual dan nyeri tekan perut.
– Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh hasil positif
untuk rumple lead , trombositopenia dan hematokrit yang meningkat.
– Infeksi panggul, salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan appendisitis akut. Suhu
biasanya lebih tinggi daripada appendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus.
Infeksi panggul pada wanita biasanya diserai keputihan dan infeksi urin.
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 12/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
– Gangguan alat reproduksi perempuan, folikel ovarium yang pecah dapat memberikan
nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklis menstruasi. Tidak ada tanda radang
dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.
– Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang
tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar rahim disertai pendarahan
menimbulkan nyeri mendadak difus di pelvic dan bisa terjadi syok hipovolemik.
– Divertikulosis meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan appendisitis akut dan
sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada appendisitis akut sehingga
diperlukan pengobatan serta tindakan bedah yang sama.
– Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan appendisitis jika isi gastroduodenum
mengendap turun ke daerah usus bagian kanan sekum. – Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai appendisitis
retrocaecal . Nyeri menajalar ke labia, skrotum, penis, hematuria dan terjadi demam
atau leukositosis.
ASPEK RADIOLOGIS APPENDICITIS ACUT
1. Foto Polos Abdomen
Pemeriksaan foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang umum dikerjakan
pada pasien dengan nyeri abdomen akut. Temuan yang paling sering dihubungkan
dengan kasus apendisitis adalah fekalit. Namun pada kenyataannya fekalit hanya
ditemukan pada sekitar 10-40% dari seluruh pasien apendisitis. Tetapi apabila pada
pasien nyeri abdomen akut ditemukan adanya fekalit setelah dilakukan pemeriksaan foto
polos abdomen, maka kemungkinan diagnosis apendisitisnya adalah 90%. Terdapatnya
fekalit, usia (orangtua dan anak kecil), keterlambatan diagnosis , merupakan faktor yang
berperan terhadap terjadinya perforasi apendiks.
2. Barium Enema
Pada pemeriksaan barium enema dapat dicari kemungkinan terhadap adanya
nonfilling apendiks, juga perubahan dinding caecum yang irregular/efek massa.
3. Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi abdomen merupakan pemeriksaan yang popularitasnya
meningkat belakangan ini. Temuan yang penting pada pemeriksaan ini antara lain:
Penebalan dinding dan kehilangan lapisan normalnya (Target sign), Peningkatan
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 13/28
g g p y ( g g ) g
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
echogenitas dari jaringan lemak disekitarnya, lokulasi cairan pericaecal, gangguan
motilitas.
4. CT-scan
Pemeriksaan CT-scan dapat dianggap sebagai standar emas dari pemeriksaan
imaging non invasive pada pasien dengan apendisitis. Dengan CT-scan dapat ditentukan
lokasi inflamasi, massa, maupun abses.
5. Appendicography
Teknik pemeriksaan radiologi untuk memvisualisasikan appediks denganmenggunakan kontras media positif barium sulfat. Dapat dilakukan :
1. Secara oral
2. Secara anal
PERSIAPAN PASIEN
1. 48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak berserat.
Misal : bubur kecap
2. 12 jam atau 24 jam sebelum pem pasien diberikan 2/3 Dulcolac untuk diminum
Pagi hari pasien deberi dulkolac supositoria melalui anus atau dilavement
3. 4 jam sebelum pemeriksaan pasien harus puasa hingga pemeriksaan berlangsung
4. Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok
PERSIAPAN ALAT
1. Pesawat sinar-X yg dilengkapi fluoroskopi & dilengkapi alat bantu kompresi yg
berfungsiuntuk memperluas permukaan organ yg ada didaerah ileosaekal /
memodifikasi posisi pasiensupine mjd prone
2. Kaset + film
PERSIAPAN BAHAN
Bahan kontras barium sulfat dengan perbandingan 1 : 4 sampai 1 : 8
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 14/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
3.2. Teknik Pemeriksaan PA/AP PROJECTION
Posisi Pasien : Pasien pada posisi pone atau supine, dengan bantal di kepala.
Posisi Objek :
• MSP berada di tengah-tengah meja pemeriksaan
• Pastikan tidak ada rotasi
Central Ray :
• CR tegak lurus terhadap kaset
• CR setingi iliac crest
• SID minimal 100 cm
Struktur yang tampak :
Colon bagian transversum harus diutamaka terisi barium.pada posisi PA dan terisi
udara pada posisi AP dengan teknik double contrast.
Seluruh luas usus harus nampak termasuk flexure olic kiri.
RPO (Right Posterior Oblique)
Posisi Pasien : 35 to 45o menuju right dan left porterior oblique (RPO atau LPO),
dengan bantal pada bantal
Posisi Objek :
• Letakan bantal di atas kepala.
• Flexikan siku dan letakan di depan tubuh pasien
• Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margins kiri dan
kanan sama jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan
CENRAL RAY :
• CRtegak lurus terhadap IR
• Sudutkan CR dengan titik pusat setinggi iliac crest dan sekitar 2,5 cm lateral
menuju
• garismidsaggital plane (MSP).
• SID minimal 100 cm
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 15/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
STRUKTUR YANG TAMPAK
LPO – colic flexura hepatic kanan dan ascending & recto sigmoid portions harus
tampak terbuka tanpa superimposition yang significant. RPO- colicflexure kiri dan
descending portions harus terlihat terbuka tanpa superimposition yang significant
Bab III
PENATALAKSANAAN, KOMPLIKASI, DAN PROGNOSIS
3.1. Penatalaksanaan
3.1.1. Indikasi Operasi
Apabila diagnosis apendisitis telah ditegakkan dengan berbagai pemeriksaan yang
mendukung, hal tersebut sudah merupakan suatu indikasi operasi (apendektomi), kecuali
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 16/28
g p p ( p )
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
pada kasus-kasus tertentu seperti halnya pada keadaan dimana masa akut telah dilewati
namun muncul komplikasi dengan terbentuknya abses. Pada beberapa kasus dapat digunakan
antibiotic sebagai terapi tunggal untuk mengurangi massa abses tersebut. Bila massa abses
telah terbentuk di ekitar apendiks maka basis dari sekum akan sulit untuk ditemukan, selain
itu tindakan operatif secara aman akan sulit untuk dikerjakan.
3.1.2. Persiapan pre-operasi
Analgetik dapat diberikan pada pasien setelah diagnosis dari apendisitis sudah dapat
ditegakkan dan manajemen operatif telah direncanakan. Status cairan harus dipantau dengan
ketat menggunakan indicator klinis seperti nadi, tekanan darah, dan jumlah pengeluaranurine.
Pemberian antibiotik dapat dimulai, umumnya diberikan cephalosporine generasi 2
secara tunggal atau dikombinasikan dengan antibiotic spectrum luas yang melingkupi bakteri
gram negatif aerob (e.coli) dan anaerob (bacteroides spp.). Perlu diingat bahwa tujuan utama
dari pemberian antibiotic bukan untuk memberantas apendisitis itu sendiri. Pada kasus yang
tidak disertai dengan komplikasi, antibiotic umumnya diberikan untuk mengurangi insidens
infeksi dari luka dan peritoneum bagian dalam setelah operasi dan melindungi terhadap
kemungkinan terjadinya bakteremia.
Pada kasus-kasus dimana telah terjadi komplikasi berupa pembentukan abses maupun
bakteremia, maka pemberian antibiotic ditujukan untuk mengobati komplikasi tersebut.
Terdapat beragam pendapat tentang pemberian antibiotic profilaksis, namun terdapat
konsensus bahwa:
1. Pemberian cephalosporin generasi 2 efektif dalam mengurangi komplikasi yang dapat
timbul oleh karena luka pada kasus non-komplikata
2. Waktu yang tepat dalam memberikan antibiotic adalah sesaat sebelum pembedahan atau pada saat pembedahan dilakukan agar tercapai kadar yang optimal pada saat akan
dilakukan incise
3. Pada kasus non-komplikata, pemberian antibiotic cukup dengan dosis tunggal.
Penambahan dosis setelah operasi tidak berguna dalam menurunkan resiko infeksi lebih
lanjut.
2.10.3. Pertimbangan Operatif
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 17/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Perlu ditentukan apakah prosedur operasi akan dilaksanakan melalui pendekatan secara
tradisional (terbuka) atau dengan bantuan laparoskopi. Terdapat berbagai penelitian yang
membandingkan antara pendekatan secara terbuka maupun dengan laparoskopi. Berdasarkan
informasi terkini dapat disimpulkan bahwa pada kasus apendisitis tanpa disertai komplikasi,
pendekatan secara laparoskopik dapat mengurangi nyeri, kebutuhan untuk dirawat dan juga
menurunkan insidens infeksi pada luka setelah operasi. Pasien juga dapat kembali bekerja
lebih awal.
Tabel Perbandingan Antara Laparotomy dan Laparoskopi
Dilakukan pengangkatan apendiks apabila pada saat operasi ditemukan gambaran
inflamasi. Hal penting yang harus diingat adalah untuk melakukan disseksi apendiks sampai
ke basis, yaitu pada pertemuan taenia di dinding sekum. Kegagalan dalam mengangkat
seluruh apendiks sampai ke basis-nya dapat mengingkatkan resiko terjadinya apendisitis
rekuren. Mengingat bahwa terdapat beberapa laporan terjadinya appendicitis rekuren, maka
penting untuk tetap berwaspada terhadap kemungkinan munculnya apendisitis rekuren meski
terdapat riwayat operasi apendiks dan bukti jaringan parut yang nyata. Apabila diseksi secaraaman tidak dimungkinkan oleh karena adanya inflamasi ataupun pembentukan abses, sebuah
closed suction drain dapat diletakan kedalam kavum peritoneum. Tindakan ini bermanfaat
untuk mengalirkan materi fekal maupun pus keluar sehingga mencegah tertimbunnya materi-
materi tersebut kedalam kavum peritoneum.
2.10.4. Apendektomi
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 18/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Untuk mencapai apendiks ada tiga cara yang secara operatif mempunyai keuntungan
dan kerugian.
a. Insisi menurut Mc Burney ( grid incision atau muscle splitting incision).
Sayatan dilakukan pada garis tegak lurus pada garis yang menghubungkan spina
iliaka anterior superior (SIAS) dengan umbilicus pada batas sepertiga lateral (titik Mc
Burney). Sayatan ini mengenai kutis, subkutis dan fasia. Otot-otot dinding perut dibelah
secara tumpul menurut arah serabutnya. Setelah itu akan tampak peritoneum parietal
(mengkilat dan berwarna biru keabu-abuan) yang disayat secukupnya untuk meluksasi
sekum. Sekum dikenali dari ukurannya yang besar dan mengkilat dan lebih kelabu/putih,
mempunyai haustrae dan teania koli, sedangkan ileum lebih kecil, lebih merah dan tidak
mempunyai haustrae atau teania koli. Basis apendiks dicari pada pertemuan ketiga taeniacoli.
Teknik inilah yang paling sering dikerjakan karena keuntungannya tidak terjadi
benjolan dan tidak mungkin terjadi herniasi, trauma operasi minimum pada alat-alat
tubuh, dan masa istirahat pasca bedah lebih pendek karena masa penyembuhannya lebih
cepat. Kerugiannya adalah lapangan operasi terbatas, sulit diperluas, dan waktu operasi
lebih lama. Lapangan operasi dapat diperluas dengan memotong secara tajam.
b. Insisi menurut Roux (muscle cutting incision)
Lokasi dan arah sayatan sama dengan Mc Burney, hanya sayatannya langsung
menembus otot dinding perut tanpa memperdulikan arah serabut sampai tampak
peritoneum. Keuntungannya adalah lapangan operasi lebih luas, mudah diperluas,
sederhana, dan mudah.
Sedangkan kerugiannya adalah diagnosis yang harus tepat sehingga lokasi dapat
dipastikan, lebih banyak memotong saraf dan pembuluh darah sehingga perdarahan
menjadi lebih banyak, masa istirahat pasca bedah lebih sering terjadi, kadang-kadang ada
hematoma yang terinfeksi, dan masa penyembuhan lebih lama.c. Insisi pararektal
Dilakukan sayatan pada garis batas lateral m.rektus abdominis dekstra secara
vertikal dari kranial ke kaudal sepanjang 10cm. Keuntungannya, teknik ini dapat dipakai
pada kasus-kasus apendiks yang belum pasti dan kalau perlu sayatan dapat diperpanjang
dengan mudah. Sedangkan kerugiannya, sayatan ini tidak langsung mengarah ke apendiks
atau sekum, kemungkinan memotong saraf dan pembuluh darah lebih besar, dan untuk
menutup luka operasi diperlukan jahitan penunjang.
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 19/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Setelah peritoneum dibuka dengan retractor, maka basis apendiks dapat dicari pada
pertemuan tiga taenia koli. Untuk membebaskannya dari mesoapendiks ada dua cara yang
dapat dipakai sesuai dengan situasi dan kondisi, yaitu :
Apendiktomi secara biasa, bila kita mulai dari apeks ke basis apendiks untuk
memotong mesoapendiks. Ini dilakukan pada apendiks yang tergantung bebas pada
sekum atau bila puncak apendiks mudah ditemukan.
Apendiktomi secara retrograde; bila kita memotong mesoapendiks dari basis ke arah
puncak. Ini dilakukan pada apendiks yang letaknya sulit, misalnya retrosekal, atau
puncaknya sukar dicapai karena tersembunyi, misalnya karena terjadi perlengketan
dengan sekitarnya.
Teknik Apendektomi Mc Burney :
1. Pasien berbaring telentang dalam anestesi umum atau regional. Kemudian dilakukan
tindakan asepsis dan antisepsis pada perut kanan bawah
2. Dibuat sayatan menurut Mc Burney sepanjang kurang lebih 10 cm dan otot-otot dinding
perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya, berturut-turut m.rektus abdominis
eksternus, m. abdominis internus, m. transversus abdominis, sampai akhirnya tampak
peritoneum.
3. Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi.
4. Sekum beserta apendiks diluksasi keluar.
5. Mesoapendiks dibebaskan dan dipotong dari apendiks secara biasa, dari puncak ke arah
basis.
6. Semua perdarahan dirawat.
7. Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks, basis apendiks kemudian dijahit dengan
catgut.
8. Dilakukan pemotongan apendiks apikal dari jahitan tersebut.9. Ujung apendiks dioleskan betadin.
10. Jahitan tabac sac disimpulkan dan Mesoapendiks diikat.
11. Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat di dalamnya, semua
perdarahan dirawat.
12. Sekum dikembalikan ke dalam abdomen.
13. Peritoneum ini dijahit jelujur dengan chromic catgut dan otot-otot dikembalikan.
14. Dinding perut ditutup/dijahit lapis demi lapis
15. Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kasa steril.
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 20/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Pasca Operasi
Kasus-kasus apendisitis tanpa komplikasi, pasien dapat mulai minum dan makan
segera setelah mereka merasa mampu, dan defekasi dievaluasi dalam 24-48 jam. Pemberian
antibiotik dan dekompresi dengan nasogastric tube pasca operasi tidak rutin dikerjakan pada
pasien apendisitis tanpa komplikasi. Pada kasus-kasus yang disertai dengan peritonitis,
pemberian antibiotic diberikan hingga 5-7 hari setelah operasi.
2.11. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebasmaupun perforasi pada appendiks yang telah mengalami wall-off sehingga berupa massa yang
terdiri dari kumpulan apendiks, sekum dan lekuk usus halus.
Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi penyakit ini
tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan mengalami
perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk
dilakukan dalam masa tersebut.
Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran
kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam,
malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau
pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakan
dengan pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk
menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring dalam
posisi fowler medium (setengah duduk), pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan
elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik spektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, transfuse untuk mengatasi anemia, dan
penanganan syok septik secara intensif, bila ada.
Bila terbentuk abses apendik akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang
cenderung mengelembung ke arah rectum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi
antibiotik (ampisilin, gentamisin, metronidazol atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses
akan segera menghilang, dan apendektomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian. Pada
abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang
menonjol ke arah rectum atau vagina dengan fluktuasi positif juga perlu dilakukan drainase.
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 21/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi
yang letal. Hal ini harus kita curigai bila ditemukan demam sepsis, menggigil, hepatomegali
dan ikterus setelah terjadi perforasi apendik. Pada kedaan ini diindikasikan pemberian
antibiotik kombinasi dengan drainase.
Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis
intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.
2.12. Prognosis
Sebagian besar pasien apendisitis sembuh dengan mudah melalui terapi operatif,
namun komplikasi dapat muncul apabila terjadi keterlambatan dalam penatalaksanaan atau bila sudah terjadi peritonitis. Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan sangat bergantung
pada usia, kondisi fisik, komplikasi, dan keadaan-keadaan lainnya, termasuk konsumsi
alcohol, namun biasanya untuk penyembuhan memerlukan waktu sekitar 10 dan 28 hari. Pada
anak-anak (usia kurang lebih 10 tahun), penyembuhan memerlukan waktu sekitar tiga
minggu.
Peritonitis yang mengancam nyawa merupakan alasan mengapa apendisitis akut
memerlukan evaluasi dan penatalaksanaan secara cepat. Apendisitis tipikal memberikan
respon yang sangat baik dengan apendektomi, dan terkadang dapat sembuh dengan spontan.
Apabila apendisitis sembuh dengan spontan, masih merupakan kontroversi mengenai perlu
tidaknya tindakan apendektomi elektif untuk mencegah apendisitis rekuren.
Apendisitis atipikal (dihubungkan dengan apendisitis supuratif) lebih sulit untuk
didiagnosis dan lebih cenderung untuk terjadi komplikasi meskipun telah dilakukan operasi
secara dini. Pada kedua keadaan diatas diagnosis secara tepat dan apendektomi memberikan
hasil yang baik, dan penyembuhan penuh terjadi antara dua sampai empat minggu. Mortalitas
dan komplikasi berat umumnya jarang ditemui, namun dapat terjadi apabila peritonitis berlanjut dan tidak mendapat terapi. Terdapat pula topic pembahasan yang sering mendapat
perhatian mengenai massa apendikular, yaitu terbentuknya suatu massa yang terdiri dari
omentum dan usus yang saling melekat, hal ini terjadi apabila apendiks tidak segera
dipindahkan dengan segera selama terjadinya infeksi. Selama masa ini, tindakan apendektomi
akan sangat beresiko kecuali bila didapatkan pembentukan pus yang dibuktikan dengan
adanya demam dan toksisitas atau dengan USG.
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 22/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya2011
Stump appendicitis, merupakan suatu komplikasi yang jarang ditemui, yaitu
terjadinya inflamasi pada sisa apendiks yang tertinggal setelah apendektomi yang tidak
komplit.
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 23/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya
BAB III
KESIMPULAN
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa.
Appendicitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada
anak-anak dan remaja
Gejala appendicitis akut pada anak tidak spesifik . Gejala awalnya sering hanya rewel
dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Dalam beberapa jam
kemudian akan timbul muntah-muntah dan anaka akan menjadi lemah dan letargik. Karena
gejala yang tidak khas tadi, appendicitis sering diketahui setelah terjadi perforasi. Pada bayi,
80-90% appendicitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.
Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling
penting dalam mendiagnosis appendicitis.
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 24/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. The Appendix on Chapter 30 in Schwartz’s Principles of Surgery 9ed ebook. New York: McGraw-Hills
Katz MS. Appendicitis. Available at : www.emedicine.com . Last update Apr 20th 2010
Kevin P. Lally, Charles S. Cox JR. dan Richard J. Andrassy. 2004. Appendix on Chapter 47in Sabiston Textbook of Surgery 17ed ebook. New York: Saunders.
Sjamsuhidajat R, Jong WD, et al. Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum, dalamBuku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2003
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 25/28
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 26/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya
APPENDISITIS
REFERATdiajukan guna memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu BedahRumah Sakit Pelabuhan JakartaPeriode 16 Agustus 2010 – 30 Oktober 2010
Disusun oleh:
RUDY
406090067
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TARUMANAGARAJAKARTA2010
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 27/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul“Appendisitis” ini dengan baik. Referat ini disusun untuk memperluas wacana, bagi sayakhususnya, dan bagi semua pihak yang membaca referat ini pada umumnya. Referat ini jugadisusun untuk melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, di RS Pelabuhan Jakarta,
pada periode 16 Agustus 2010 – 30 Oktober 2010.Terima kasih yang sebesar-besarnya saya haturkan kepada dr. Henry B. Sitompul,
SpB, atas bimbingan dan kebijaksanaannya selama saya mengikuti Kepaniteraan Klinik IlmuBedah di RS Pelabuhan Jakarta.
Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, saya menyadari bahwareferat ini amatlah jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak yang membaca referat ini, pada umumnya dan dari dr. Henry B. Sitompul, SpB pada
khususnya amatlah saya harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan referat ini.
Jakarta, September 2010
Penyusun
5/12/2018 Appendicitis Acuta Dan Aspek Radiologisnya - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/appendicitis-acuta-dan-aspek-radiologisnya 28/28
Appendicitis Acuta dan Aspek Radiologisnya
DAFTAR ISI
Cover ………………………………………………………………………………… iKata Pengantar ………………………………………………………………………. ii
Daftar Isi …………………………………………………………………………….. iiiBab I. Pendahuluan ………………………………………………………………….. 1Bab II. Tinjauan Pustaka……………………………………………………………… 2
2.1. Definisi Appendiks………………………………………………..….……… 22.2. Definisi Appendisitis …………………………………………….………….. 32.3. Etiologi ……………………………………………………………………… 32.4. Epidemiologi ………………………………………………………………... 52.5. Patofisiologi …………………………………………………………………. 52.6. Klasifikasi Apendisitis………………………………………………………. 62.7. Gambaran Klinis…………………………………………………………….. 72.8. Pemeriksaan ………………………………………………………………… 92.9. Diagnosa Banding…………………………………………………………… 132.10. Penatalaksanaan……………………………………………………………. 142.11. Komplikasi…………………………………………………………………. 192.12. Prognosis…………………………………………………………………… 20
Bab III. Kesimpulan…………………………………………………………………... 22Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….. 23