APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik...

97
APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT (SLES) DAN ALKIL POLIGLIKOSIDA (APG) DALAM FORMULASI SABUN CAIR Oleh: DESMIA TRI SUJIANTI F34054332 2010 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Transcript of APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik...

Page 1: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT (SLES) DAN ALKIL

POLIGLIKOSIDA (APG) DALAM FORMULASI SABUN CAIR

Oleh:

DESMIA TRI SUJIANTI

F34054332

2010

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT (SLES) DAN ALKIL

POLIGLIKOSIDA (APG) DALAM FORMULASI SABUN CAIR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

DESMIA TRI SUJIANTI

F34054332

2010

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 3: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Desmia Tri Sujianti. F3405432. Aplikasi Surfaktan Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES)

dan Alkil Poliglikosida (APG) dalam Formulasi Sabun Cair. Dibawah Bimbingan Ani

Suryani. 2010.

RINGKASAN

Surfaktan merupakan senyawa aktif penurun tegangan permukaan (surface active

agent) yang digunakan sebagai bahan penggumpal, pembasah, pembusaan, emulsifier, dan

komponen bahan adhesif yang telah diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang

industri. Kebutuhan pasar dunia terhadap surfaktan sangat besar terutama untuk aplikasi

pembersihan. Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) merupakan surfaktan anionik yang biasa

digunakan dalam produk pembusa dan pembersih tetapi memiliki tingkat iritasi yang

tinggi, hal tersebut dapat diatasi dengan penambahan surfaktan sekunder yang lebih

lembut. Alkil poliglikosida (APG) disintesa menggunakan bahan baku alkohol lemak dari

minyak kelapa atau kelapa sawit dan pati sagu atau pati tapioka yang dapat digunakan

sebagai surfaktan sekunder. Bahan pembersih dan pembusa cair masih sangat popular di

kalangan masyarakat oleh karena itu pembuatan produk sabun cair masih sangat

berpotensi. Pemanfaatan surfaktan SLES dan APG dalam produk sabun cair sangat

berpeluang untuk menghasilkan produk sabun cair yang lebih baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang

memanfaatkan surfaktan SLES dan APG ditinjau dari karakteristik sabun cair dan

penerimaan konsumen terhadap produk sabun cair yang dihasilkan. Penelitian didahului

oleh karakterisasi SLES dan APG serta penelitian utama yaitu formulasi sabun cair dengan

menggunakan surfaktan SLES dan APG. Rancangan percobaan dalam formulasi sabun cair

ini adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan dua kali ulangan.

Perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi SLES dalam formula (25%, 30, dan 35%)

dan konsentrasi APG dalam formula (3%, 5%, dan 7%). Produk yang dihasilkan kemudian

diuji karakteristiknya meliputi pH, bobot jenis, viskositas, cemaran mikroba, tegangan

permukaan, tegangan antarmuka, kestabilan busa dan daya bersih, sedangkan pengujian

penerimaan produk oleh konsumen dilakukan oleh 30 panelis untuk memperoleh produk

terbaik yang disukai konsumen.

Surfaktan Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil Poliglukosida (APG) dapat

diaplikasikan masing-masing sebagai surfaktan primer dan surfaktan sekunder dalam

formulasi sabun cair. Perbedaan konsentrasi SLES dan atau APG memberikan pengaruh

nyata (α=0,05) terhadap karakteristik sabun cair yang dihasilkan.

Sabun cair yang dihasilkan berwarna coklat dan transparan. Produk memiliki nilai

pH rata-rata antara 6,63-7,20, nilai tersebut sesuai dengan standar mutu SNI yaitu 6-8.

Nilai rata-rata bobot jenis relatif antara 1,039-1,095 g/ml, sesuai dengan standar mutu SNI

yaitu antara 1,00-1,10 g/ml. Nilai cemaran mikroba antara 0-4,3x103 koloni/g, nilai

tersebut masih dibawah batas minimum cemaran mikroba pada SNI yaitu 1x105 koloni/g.

Nilai viskositas rata-rata antara 42,5-12.200 cP sedangkan nilai viskositas menurut Spiess

(1996) adalah antara 400-4000 cP. Sabun cair yang dihasilkan mampu menurunkan

tegangan permukaan air rata-rata 46,39-50,17% sedangkan sabun cair komersial mampu

menurunkan tegangan permukaan air sebesar 54,93% dan 54,44%. Tegangan antarmuka

air:xylen menurun sampai rata-rata 55,99-60,04% dengan penambahan sabun cair yang

dihasilkan sedangkan sabun cair komersial menurunkan tegangan antarmuka air:xylen

sebesar 68,31% dan 64,79%. Kestabilan busa rata-rata antara 57,85-75,19% sedangkan

sabun cair komersial memiliki kestabilan busa sebesar 84,62% dan 85,71%. Daya bersih

rata-rata berkisar antara 27,5-41,5 ftu turbidity sedangkan nilai daya bersih sabun cair

komersial adalah 182 dan 184 ftu turbidity.

Page 4: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Penerimaan konsumen terhadap warna sabun cair rata-rata antara 3,83-5,03; aroma

rata-rata 3,97-4,13; kekentalan rata-rata 4,63-4,97; banyaknya busa rata-rata 4,8-5,23, dan

kesan setelah penggunaan rata-rata 4,2-4,5.

Hasil pembobotan sederhana menunjukkan bahwa produk terbaik berdasarkan

pengujian karakteristik sabun cair dan pengujian penerimaan konsumen adalah sabun cair

dengan kode A2B1 yaitu sabun cair dengan kombinasi konsentrasi SLES 30% dan

konsentrasi APG 3%. Sabun tersebut memiliki nilai pH 6,93; bobot jenis 1,046; cemaran

mikroba negatif; viskositas 150,25 cP; penurunan tegangan permukaan 46,91%; penurunan

tegangan antarmuka 57,04%; kestabilan busa 73,74%, dan daya bersih 37 ftu turbidity.

Hasil uji kesukaan terhadap sabun cair ini menunjukkan nilai kesukaan terhadap warna

sebesar 5,03; aroma 3,96; kekentalan 4,67; banyaknya busa 4,8; dan kesan setelah

penggunaan 4,23.

Page 5: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Desmia Tri Sujianti. F3405432. The Application of Surfactant Sodium Lauryl Ether

Sulfates (SLES) and Alkyl Polyglycoside (APG) in Liquid Soap Formulation. Supervised

by Ani Suryani. 2010.

SUMMARY

Surfactant is a surface active agent, which have application as clotting, wetting, and

foaming agent, emulsifier, or adhesive mater component and already used widely on

various industries. The world market demand for surfactant now is very large, especially

for cleaning and washing. Sodium Lauryl Ether Sulfates (SLES) is an anionic surfactant

that most widely being used for foaming and cleaning product but they have high irritation

value. Therefore, that should be covered by combining them with the other mildness

secondary surfactant. Alkyl Polyglycosides (APG) is surfactant that synthesized from fatty

alcohol of coconut oil or palm oil and sago or cassava starch and can be used to secondary

surfactant. The usage of liquid soap is still popular. Therefore, application of surfactant

SLES and APG in liquid soap has opportunity to be developed in order to produce the

better formulation of liquid soap than the previously formulation,

This research purposes are to find out the best formula of liquid soap that used

surfactant SLES and APG according to characteristic of liquid soap and acceptances of the

consumer. The research started with characterization of SLES and APG and then the main

research was formulation of liquid soap that used surfactant SLES and APG. The

experiment design in liquid soap formulation was completely random design with 2 factors

and twice of repetition. The research treatments were SLES concentrations (25%, 30%,

and 35%) and APG concentrations (3%, 5%, and7%). After that, the product are examined

for their characteristics include the pH value, density, microorganism soiled, viscosity,

surface tension, interface tension, foam stability, and the detergency. The consumer

acceptances examination contained of acceptances to color, odor, viscosity, foam quantity,

and the trace after using.

SLES and APG could be applied each as primary and secondary surfactant in liquid

soap formulations. The variation of SLES and APG concentrations gave significant effect

to liquid soap characterizations.

The color of liquid soap products was brown, transparent, looked like the colors of

APG. These products had neutral pH value (about 6,63-7,2), and these values appropriated

with the quality standard of SNI 1996 (6-8). The density values were about 1,039-1,095

g/ml, and these values appropriated with the quality standard of SNI 1996 (1,00-1,10

g/ml). The soiled microorganisms were about 0-4,3x103 coloni/g, these values were still

under the quality standard limit of SNI 1996 (1x105 coloni/g). The viscosity values were

about 42,5-12.200 cP, according to Spiess (1996), the best viscosity values of liquid

foaming product are about 400-4000 cP. The research products were able to reduced the

water surface tension about 46,39-50,04% while the commercial products were able to

reduce the water surface tension about 54,93% and 54,44%. The water:xylen interface

were reduced about 55,99-60,04% by liquid soap addition while the commercial product

were able to reduce the water:xylen interface tension about 68,31% and 64,79%. The foam

stability values were about 57,85-75,19% while the commercial products had foam

stability about 84,62% and 85,71%. The detergency values were about 27,5-41,5 ftu

turbidity while the commercial products had a detergency about 182 and 184 ftu turbidity.

The consumer acceptance values for the color of product were about 3,38-5,03; for

odor were about 3,97-4,13; for viscosity were about 4,63-4,97; for the quantity of foam

were about 4,8-5,23, and for the trace after using were about 4,2-4,5.

Page 6: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

The best product according to characteristic and consumer acceptances of liquid

soap is a product that contained of SLES 30% and APG 3%. This product had pH value

6,93, density value 1,046 g/; negative microorganism soiled; viscosity 150,25 cP; reduced

of surface tension 46,91%; reduced of interface tension 57,04%; stability of foam 73,74%,

and detergency 37 ftu turbidity. The consumer acceptances examination value of liquid

soap showed that acceptances to color is 5,03; odor 3,96; viscosity 4,67; quantity of foam

4,8; and trace after using 4,23.

Page 7: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Judul Skripsi : Aplikasi Surfaktan Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil

Poliglikosida (APG) dalam Formulasi Sabun Cair

Nama : Desmia Tri Sujianti

NRP : F34054332

Menyetujui :

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA

NIP. 19581026 1983 03 2003

Mengetahui :

Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Prof. Dr Ir. Nastiti Siswi Indrasti

NIP. 19621009 198903 2001

Tanggal Lulus :

Page 8: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Desmia Tri Sujianti, merupakan anak kedua

dari dua bersaudara dari pasangan Sumar dan Marmiati, dilahirkan di

Madiun pada tanggal 9 Desember 1986. Pada tahun 1999 penulis

menyelesaikan pendidikan tingkat dasar di SDN Madiun Lor 1,

Madiun dan melanjutkan ke SLTPN 1 Madiun sampai dengan tahun

2002. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan SMU di

SMUN 2 Madiun.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005

melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Pada tahun 2006, penulis

diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif menjadi pengurus organisasi di

HIMALOGIN (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri) bagian Departemen PR (Public

Relation) (2006-2007) dan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda

Gentra Kaheman (2006-2009). Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan seperti seminar

dan workshop.

Pada tahun 2008 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapang di PT RNI unit PG

Rejo Agung Baru, Madiun dengan topik Teknologi Proses Produksi, dan Penanganan

Limbah di PG Rejo Agung Baru, Madiun-Jawa Timur. Pada tahun 2009 penulis

melaksanakan kegiatan penelitian dengan judul skripsi Aplikasi Surfaktan Sodium

Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil Poliglikosida (APG) dalam formulasi sabun cair.

Page 9: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Desmia Tri Sujianti

NRP : F34054332

Departemen : Teknologi Industri Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Universitas : Institut Pertanian Bogor

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Aplikasi Surfaktan

Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil Poliglikosida (APG) dalam Formulasi

Sabun Cair” merupakan karya tulis saya pribadi dengan bimbingan dan arahan dari dosen

pembimbing, kecuali yang dengan jelas disebut rujukannya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa tekanan dari

siapapun.

Bogor, Mei 2010

Penulis,

(Desmia Tri Sujianti)

F34054332

Page 10: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa terpanjat kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ―Aplikasi Surfaktan Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil Poliglikosida

(APG) dalam Formulasi Sabun Cair‖. Skripsi ini adalah salah satu tulisan ilmiah

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Pemanfaatan surfaktan Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil Poliglikosida

(APG) sebagai surfaktan primer dan sekunder dalam suatu formulasi sabun cair diharapkan

mampu menghasilkan sabun cair dengan kinerja yang baik. SLES merupakan surfaktan

yang sering digunakan dalam formulasi cairan pembersih dan APG sedang dikembangkan

di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi dan bersifat lembut

sebagai surfaktan sekunder sehingga aplikasinya dalam formulasi sabun cair berpeluang

untuk dikembangkan di Indonesia mengingat sabun cair masih sangat populer di

masyarakat Indonesia. Penulis berharap agar tulisan ini bermanfaat dalam pengembangan

terhadap produk-produk berbasis surfaktan.

Berbagai bentuk kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis sehingga skripsi

ini dapat menjadi lebih baik. Semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.

Amin…

Bogor, Mei 2010

Penulis

Page 11: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

UCAPAN TERIMA KASIH

Melalui kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sangat tulus kepada:

1. Ibu dan Bapak, serta Mbak Ari dan keluarga (Mas Sugeng dan Dik Bangkit) yang

telah memberikan dorongan semangat, motivasi, doa, materi, cinta, dan segala

perhatian yang penulis rasakan sampai saat ini.

2. Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA, selaku dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis

selama penelitian dan penulisan skripsi.

3. Bapak Chilwan Pandji dan Bapak Muslich selaku dosen penguji yang telah

berkenan untuk menyediakan waktu untuk menjadi penguji dalam ujian skripsi

penulis.

4. Ir. Adi Salamun, M. Si., yang telah memberikan bahan baku berupa APG yang

digunakan dalam pnelitian ini.

5. Ibu Rini, ibu Ega, ibu Sri, bapak Sugiardi, dan seluruh laboran yang ada di

laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian yang telah membantu

penulis selama penelitian.

6. Mas Agus dan Mas Moko yang telah membantu penulis dalam pencarian bahan

baku yang digunakan pada penelitian ini.

7. Nutriana, Vrika, Mas Darto dan Mas Catur selaku teman sebimbingan atas segala

pengalaman yang luar biasa baik dalam keseharian ataupun dalam penelitian, serta

Kartika teman seperjuangan di laboratorium Teknologi Kimia TIN atas segala

bantuan dan pertukaran informasi serta ilmu kepada penulis.

8. Keluarga besar mahasiswa pecinta seni dan budaya di UKM LISES Gentra

Kaheman (A Mul, Umi Fini, Emma, Sarah, A Haikal, Cecep, Amel, Ayun,

Punjung, Ipul, Kosmas, Dede, Mya, dan seluruh anggota, pengurus, Dewan

Kehormatan dan Anggota Kehormatan GK) atas kekeluargaan, semangat, ilmu,

pengalaman, dan seluruh kenangan manis yang tak terupakan oleh penulis.

9. Teman-teman laskar Ash-Shohwah Rina, Silla, Ais, Iin, Tyas, Dini, Tika, Vivit,

Mira, dan Fitri atas segala kebersamaan, pengalaman, dan bantuan kepada penulis

selama tiga tahun bersama dibawah satu atap.

10. Semua rekan TIN angkatan 42 atas kebersamaan, kekompakan, pengalaman,

dukungan kepada penulis.

Page 12: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

11. Pasmaders (Anggota Paguyuban Sedulur Madiun) yang ada di Bogor yang telah

menjadi rekan sekampung halaman atas persaudaraan selama tinggal di Bogor.

12. Seseorang dalam diri penulis yang senantiasa memberi semangat, dorongan, dan

arahan menuju hal yang positif.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan

dan dukungan kepada penulis hingga saat ini.

Page 13: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR TABEL...................................................................................................

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................

I. PENDAHULUAN............................................................................................

A. LATAR BELAKANG..................................................................................

B. TUJUAN......................................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................

A. SURFAKTAN..............................................................................................

B. SODIUM LAURIL ETER SULFAT (SLES)............................................

C. ALKIL POLIGLIKOSIDA (APG)...............................................................

D. SABUN CAIR..............................................................................................

III. METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................

A. BAHAN DAN ALAT..................................................................................

B. METODE PENELITIAN.............................................................................

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................

A. KARAKTERISTIK SLES DAN APG………….........................................

B. KARAKTERISTIK SABUN CAIR…………………………….................

C. PENERIMAAN KONSUMEN....................................................................

D. REKAPITULASI HASIL DAN PEMBAHASAN………………………..

V. KESIMPULAN DAN SARAN……………......................................................

A. KESIMPULAN…........................................................................................

B. SARAN........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

LAMPIRAN............................................................................................................

i

v

vi

viii

1

1

2

3

3

4

5

5

8

8

8

11

11

14

31

40

45

45

46

47

49

Page 14: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Syarat Mutu Deterjen Cair Menurut SNI................................................

Tabel 2. Formulasi Sabun Cair...……..…………….............................................

Tabel 3. Data Hasil Pengujian Angka Lempeng Total..........................................

Tabel 4. Karakteristik SLES dan APG..................................................................

Tabel 5. Karakteristik Sabun Cair yang Dihasilkan..............................................

Tabel 6. Pembobotan terhadap Karakterisik Sabun Cair………………………..

Tabel 7. Skor Produk Berdasarkan Karakteristik Sabun Cair………...................

Tabel 8. Pembobotan terhadap Parameter Kesukaan Sabun Cair……………….

Tabel 9. Nilai Skor Produk Berdasarkan Kesukaan Panelis…………………….

Tabel 10. Pembobotan terhadap Uji Karakteristik dan Uji Kesukaan Sabun Cair

Tabel 11. Penilaian Total terhadap Produk Berdasarkan Karakteristik Sabun Cair

dan Uji Kesukaan………………………...……………………….........

7

9

19

40

40

41

42

42

43

43

43

Page 15: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1a. Grafik tegangan permukaan air akibat pengaruh penambahan

SLES pada berbagai konsentrasi..................................................

Gambar 1b. Grafik tegangan permukaan air akibat pengaruh penambahan

APG pada berbagai konsentrasi...................................................

Gambar 2a. Grafik tegangan antarmuka air:xylen akibat pengaruh

penambahan SLES pada berbagai konsentrasi...............................

Gambar 2b. Grafik tegangan antarmuka air:xylen akibat pengaruh

penambahan APG pada berbagai konsentrasi……………………

Gambar 3. Produk sabun cair yang dihasilkan.................................................

Gambar 4. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dan APG dalam sabun

cair terhadap nilai rata-rata pH sabun cair…………………….….

Gambar 5a. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata bobot jenis sabun cair……………...….…

Gambar 5b. Grafik hubungan antara konsentrasi APG dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata bobot jenis sabun cair……………...….…

Gambar 6. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dan APG dalam sabun

cair terhadap nilai rata-rata viskositas (30 rpm) sabun

cair.....................................................................................

Gambar 7. Grafik hubungan antara konsentrasi APG dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata tegangan permukaan air oleh sabun

cair…………………......................................................................

.

Gambar 8. Grafik hubungan antara konsentrasi APG dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata penurunan tegangan permukaan air oleh

sabun cair........................................................................................

Gambar 9a. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata tegangan antarmuka

air:xylen..........................................................................................

Gambar 9b. Grafik hubungan antara konsentrasi APG dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata tegangan antarmuka

air:xylen..........................................................................................

Gambar 10a. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata penurunan tegangan antarmuka air:xylen

oleh sabun cair................................................................................

12

12

13

13

14

16

18

18

21

23

24

26

26

27

Page 16: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Gambar 10b. Grafik hubungan antara konsentrasi APG dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata penurunan tegangan antarmuka air:xylen

oleh sabun cair................................................................................

Gambar 11. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata kestabilan busa sabun cair……………….

Gambar 12. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata daya bersih sabun cair...............................

Gambar 13. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap warna sabun

cair…………………………………..............................................

Gambar 14. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap aroma sabun

cair………………………………................................................

Gambar 15. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan sabun

cair................................................................................................

Gambar 16. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap bayaknya busa

yang dihasilkan sabun cair ……………………..........................

Gambar 17. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap kesan setelah

penggunaan sabun cair.................................................................

27

29

31

33

34

36

38

39

Page 17: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Analisis yang dilakukan pada Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES),

Alkil Poliglikosida (APG), dan sabun cair……………………….

Lampiran 2. Diagram Alir Pembuatan Sabun Cair……………….......................

Lampiran 3. Contoh Lembar Uji Kesukaan………………..………....................

Lampiran 4. Hasil Analisis Karakteristik SLES dan APG…………...................

Lampiran 5. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan

terhadap pH sabun cair…………………………………………….

Lampiran 6. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan

terhadap bobot jenis sabun cair........................................................

Lampiran 7. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan

terhadap viskositas sabun cair……………………………………..

Lampiran 8. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan

terhadap tegangan permukaan air dengan penambahan sabun

cair………………………………..........................................

Lampiran 9. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan

terhadap penurunan tegangan permukaan air oleh sabun

cair....................................................................................................

Lampiran 10. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan

terhadap tegangan antarmuka air:xylen dengan penambahan

sabun cair……………….................................................................

Lampiran 11. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan

terhadap penurunan tegangan antarmuka air:xylen oleh sabun

cair....................................................................................................

Lampiran 12. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan

terhadap kestablian busa sabun cair……………………………….

Lampiran 13. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan

terhadap daya besih sabun cair……………….................................

Lampiran 14. Data hasil penelitian, analisis Friedman pada nilai kesukaan

terhadap warna sabun cair…………………………………………

Lampiran 15. Data hasil penelitian, analisis Friedman pada nilai kesukaan

terhadap aroma sabun cair……………………................................

49

52

53

54

55

57

59

61

62

63

65

67

68

69

71

Page 18: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 16. Data hasil penelitian, analisis Friedman pada nilai kesukaan

terhadap kekentalan sabun cair……………………………………

Lampiran 17. Data hasil penelitian, analisis Friedman pada nilai kesukaan

terhadap banyaknya busa sabun cair………………………………

Lampiran 18. Data hasil penelitian, analisis Friedman pada nilai kesukaan

terhadap kesan setelah penggunaan sabun cair……………………

73

75

77

Page 19: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Surfaktan merupakan senyawa aktif penurun tegangan permukaan (surface

active agent) yang digunakan sebagai bahan penggumpal, pembasah, pembusaan,

emulsifier, dan komponen bahan adhesif yang telah diaplikasikan secara luas pada

berbagai bidang industri. Kehadiran gugus hidrofobik dan hidrofilik yang berada

dalam satu molekul menyebabkan surfaktan cenderung berada pada antarmuka antara

fasa yang berbeda derajat polaritasnya seperti minyak dan air. Pembentukan film pada

antarmuka ini menurunkan energi antarmuka dan menyebabkan sifat-sifat khas

molekul surfaktan (Geourgeiou et al., 1992). Kebutuhan pasar dunia terhadap

surfaktan sangat besar terutama untuk aplikasi pada produk pembersih dan kebutuhan

lain.

Saat ini penggunaan bahan pembersih atau pembusa sangat luas di masyarakat.

Bahan pembersih atau pembusa yang banyak beredar sebelumnya adalah yang

berbentuk padat atau serbuk. Seiring berjalannya waktu, penggunaan bahan pembersih

atau pembusa berkembang dalam bentuk cairan. Cairan pembusa oleh masyarakat

lebih dikenal dengan sabun cair. Paul et al. (2002) menyebutkan bahwa penggunaan

sabun cair dikalangan masyarakat menjadi sangat populer. Sabun pembusa cair

diformulasikan dari campuran surfaktan dan sejumlah air. Surfaktan yang digunakan

sebagai bahan pembersih adalah surfakan anionik. Salah satu jenis surfaktan anionik

yang sering digunakan dalam aplikasi pada produk pembersih adalah Sodium Lauril

Eter Sulfat (SLES). Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) merupakan surfaktan anionik

yang paling banyak digunakan untuk kosmetika atau produk-produk perawatan diri.

SLES memiliki pH 7-9, mudah mengental dengan garam dan menunjukkan kelarutan

dalam air yang baik. Kesesuaian SLES terhadap kulit dan mata dapat diterima pada

kebanyakan aplikasi dan bisa ditingkatkan melalui kombinasi dengan surfaktan

sekunder yang tidak terlalu kuat (Spiess, 1996).

Alkil Poliglikosida (APG) merupakan surfaktan yang ramah lingkungan karena

disintesa menggunakan bahan baku yang berbasis karbohidrat seperti sagu dan minyak

nabati misalnya minyak kelapa, minyak sawit, minyak biji kapok dan minyak biji

Page 20: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

karet. Di Indonesia, potensi ketersediaan kelapa sebagai bahan baku alkohol lemak

dan pati-patian sebagai sumber karbohidrat cukup banyak mengingat Indonesia adalah

negara berbasis pertanian.

APG tidak membuat iritasi di mata, kulit dan membran mukosa serta dapat

mengurangi efek iritasi yang ditimbukan karena penggunaan surfaktan lain. Setelah

pengembangan surfaktan APG perlu dilakukan pemanfaatan surfaktan tersebut dalam

suatu produk.

Penggunaan surfaktan anionik sebagai surfaktan utama dalam suatu formulasi

sabun dilengkapi dengan surfaktan jenis lain contohnya surfaktan nonionik sebagai

penyempurna formulasi cairan pembusa. APG merupakan salah satu surfaktan

nonionik dan sedang dikembangkan di Indonesia. Pemanfaatan SLES dan APG ke

dalam formulasi sabun cair diharapkan dapat dikembangkan sehingga dapat

meningkatkan kinerja produk yang dihasilkan.

B. TUJUAN

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memanfaatkan surfaktan Sodium

Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil Poliglikosida (APG) dalam formulasi sabun cair.

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang

memanfaatkan surfaktan Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil Poliglikosida

(APG) ditinjau dari karakteristik sabun cair dan penerimaan konsumen terhadap

produk sabun cair yang dihasilkan.

Page 21: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. SURFAKTAN

Surfaktan merupakan senyawa aktif penurun tegangan permukaan (surface

active agent) yang digunakan sebagai bahan penggumpal, pembasah, pembusaan,

emulsifier, dan komponen bahan adhesif yang telah diaplikasikan secara luas pada

bidang industri. Kehadiran gugus hidrofobik dan hidrofilik yang berada dalam satu

molekul menyebabkan surfaktan cenderung berada pada antarmuka antara fasa yang

berbeda derajat polaritas dan kandungan hidrogennya seperti minyak dan air.

Pembentukan film pada antarmuka ini menurunkan energi antarmuka dan

menyebabkan sifat-sifat khas molekul surfaktan (Geourgeiou et al., 1992).

Swern (1979) membagi surfaktan menjadi empat kelompok sebagai berikut:

1. Surfaktan kationik, merupakan surfaktan yang bagian pangkalnya berupa gugus

hidrofilik dengan ion bermuatan positif (kation). Umumnya merupakan garam-

garam amonium kuarterner atau amina.

2. Surfaktan anionik, merupakan surfaktan yang gugus hidrofiliknya dengan ion

bermuatan negatif (anion). Umumnya berupa garam natrium, akan terionisasi

menghasilkan Na+ dan ion surfaktan yang bermuatan negatif.

3. Surfaktan nonionik, merupakan surfaktan yang tidak berdisosiasi dalam air,

kelarutannya diperoleh dari sisi polarnya. Surfaktan jenis ini tidak membawa

muatan elektron, tetapi mengandung hetero atom yang menyebabkan terjadinya

momen dipol.

4. Surfaktan amfoterik, mengandung gugus yang bersifat anionik dan kationik seperti

pada asam amino. Sifat surfaktan ini tergantung pada kondisi media dan nilai pH.

Sifat hidrofilik surfaktan nonionik terjadi karena adanya gugus yang dapat larut

dalam air yang tidak berionisasi. Biasanya gugus tersebut adalah gugus hidroksil (R–

OH) dan gugus eter (R–O–R’). Daya kelarutan dalam air gugus hidroksil dan eter lebih

rendah dibandingkan dengan kelarutan gugus sulfat atau sulfonat. Kelarutan gugus

hidroksil atau eter dalam air dapat ditingkatkan dengan penggunaan gugus

multihidroksil atau multieter. Beberapa contoh produk multihidroksil (hasil reaksi

antara gugus hidrofobik dengan produk multihidroksil) antara lain: glikosida, gliserida,

Page 22: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

glikol ester, gliserol ester, poligliserol ester dan poligliserida, poliglikosida, sorbitol

ester dan sukrosa ester.

Surfaktan digunakan secara luas di berbagai bidang. Sejauh ini, surfaktan paling

banyak diaplikasikan dalam bidang pencucian dan pembersihan sebaik yang digunakan

untuk perawatan tekstil dan kosmetik, penggunaan ini lebih dari 50% dari total

keseluruhan surfaktan. Surfaktan juga digunakan dalam bidang makanan, proteksi

tanaman, pertambangan, produksi cat, dan kertas (Hill, 2001)

B. SODIUM LAURIL ETER SULFAT (SLES)

Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) merupakan surfaktan anionik yang paling

banyak digunakan untuk kosmetika atau produk-produk perawatan diri. SLES memiliki

pH 7-9, mudah mengental dengan garam dan menunjukkan kelarutan dalam air yang

baik. Kesesuaian SLES terhadap kulit dan mata dapat diterima pada kebanyakan

aplikasi dan bisa ditingkatkan melalui kombinasi dengan surfaktan sekunder yang tidak

terlalu kuat (Spiess, 1996).

Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) umumnya bentuknya adalah R-(OCH2CH2)n-

OSO3‾Na+ dimana R adalah rantai alkil dengan berbagai panjang utamanya adalah C12

(lauril) dan rata-rata derajat etoksilat n yang sama dengan 2 atau 3. Lauril Sulfat dan

Lauril Eter Sulfat terdapat dalam larutan pada konsentrasi berkisar antara 25-30% atau

disebut sebagai konsentrasi ―high-active‖, biasanya dalam rentang 6—70% bahan aktif.

Surfaktan ini berbentuk gel sehingga konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkannya

sulitnya surfaktan ini larut dalam air. Di Eropa, Lauril Eter Sulfat (apalagi bentuk

garam sodium) paling biasa digunakan sebagai surfaktan primer, dan Lauril Sulfat

menduduki peringkat kedua. Sodium Lauril Sulfat (SLS) lebih mudah menyebabkan

iritasi daripada Lauril Eter Sulfat (SLES). SLS lebih baik sifat deterjensinya daripada

SLES sedangkan untuk kelarutan dan pembentukan busa, SLES lebih baik daripada

SLS. Pencampuran surfaktan ini dengan surfaktan lain dapat mengoptimalkan sifatnya

dan unsur lain dapat digunakan untuk memodifikasi sifatnya. Contohnya adalah

pengunaan coconut fatty acid diethnolamide untuk menstabilkan busa dan

meningkatkan tekstur kasar dari busa yang dihasilkan dengan Eter Sulfat (Shipp,

1996).

Page 23: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

C. ALKIL POLIGLUKOSIDA (APG)

Alkil Poliglikosida (APG) dapat diklasifikasikan sebagai surfaktan nonionik.

Menurut Matheson (1996) surfaktan noionik adalah surfaktan yang tidak bermuatan

atau tidak terjadi ionisasi molekul. Oleh karena cabang dari surfaktan tersebut adalah

rantai dari alkohol lemak dan gugus gula (dekstrosa) yang tidak bermuatan. Sifat

hidrofilik yang dimiliki surfaktan nonionik didapatkan karena keberadaan gugus

hidroksil dari dekstrosa. Selain itu gugus polar (hidrofilik) dan gugus non polar

(hidrofobik) juga menentukan kemampuan surfaktan dalam membentuk kestabilan

emulsi di dalam campuran produk (Swern, 1979).

Akil Poliglikosida (APG) mempunyai dua struktur kimia. Rantai hidrokarbon

yang bersifat hidrofobik (lipofilik) dan bagian molekul yang bersifat hidrofilik. Sifat

rantai yang hidrofobik disebabkan oleh rantai hidrokarbon yang tersusun dari alkohol

lemak (dodecanol/tetradodecanol). Sedangkan, bagian molekul yang bersifat hidrofilik

dari APG disebabkan bagian tersebut tersusun dari molekul glukosa yang berasal dari

pati. Alkil Glikosida juga membuktikan keberadaannya dalam bidang produk kosmetik,

sebagai penunjang pada formulasi produk yang diaplikasikan dalam bidang proteksi

tanaman, dan sebagai surfaktan dalam industri bahan pembersih dan sekarang telah

dapat dikatakan menjadi surfaktan berbasis gula yang paling penting (Hill, 2001).

Alkil Poliglikosida merupakan surfaktan nonionik. Alkil Poliglikosida adalah

asetal rantai panjang dari polisakarida. Produk komersial biasanya mempunyai rantai

pendek (rata-rata 10-12,5 atom karbon). Alkil poliglikosida menunjukkan sifat wetting,

foaming, detergency, dan biodegradable mirip dengan sifat alkohol etoksilat, tetapi

memiliki daya larut yang lebih tinggi di dalam air dan dalam larutan elektrolit. Alkil

Poliglikosida juga dapat larut dan stabil dalam larutan sodium hidroksida, sifat ini

berlawanan dengan alkohol etoksilat. Walaupun efektif mengangkat lemak, Alkil

Poliglikosida sangat rendah menyebabkan iritasi kulit dan direkomendasikan untuk

cairan pencuci tangan dan pembersih lapisan yang keras (Rosen, 2004).

D. SABUN CAIR

Catatan pertama mengenai penggunaan sabun berasal dari Sumeria 4500 tahun

yang lalu. Mereka menggunakan lemak tumbuhan dan bubuk kayu sebagai pembersih

kulit dan baju. Penggunaan sabun meluas keseluruh pelosok dunia melalui

perdagangan dan penyebaran agama sejak ditemukannya bahan pembersih yang

Page 24: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

disebut sapo. Bahan tersebut berkhasiat sebagai pembersih dan penyembuh luka oleh

seorang tabib Yunani (Wasiaatmadja,1991).

Wibisono dan Budiono (2004) menyatakan bahwa ditinjau dari bahan dasarnya

sabun dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:

1. Sabun yang dibuat dari asam lemak dan logam yang digaramkan. Logam yang

digunakan biasanya dari jenis logam alkali, misalnya natrium dan kalium. Jenis

sabun yang dihasilkan di antaranya adalah sabun mandi padat dan krim.

2. Sabun yang dibuat dari bahan dasar zat aktif permukaan (ZAP). Jenis ZAP yang

digunakan biasnya dari jenis anionik dan menghasilkan sabun dalam bentuk cair.

Bahan utama sabun pembusa cair adalah campuran surfaktan dan air, dimana

kemampuan meningkatkan busa atau menghasilkan busa telah menjadi sifat surfaktan.

Jumlah air yang ditambahkan menunjukkan faktor kritis (Paul et al., 2002).

Formulasi spesifik produk sabun pembusa cair yang multifungsi adalah

polysorbat 20 10%, Amonium Lauril Sulfat 30%, Cocoamid DEA 5%, triclosan 0,2%,

dan penambahan air 54,8% (Paul et al., 2002). Pada penelitian ini Amonium Lauril

Sulfat yang merupakan surfaktan anionik akan digantikan dengan SLES dengan sifat

iritan yang lebih kecil sedangkan Cocoamid DEA yang merupakan surfaktan nonionik

yang berbasis minyak kelapa digantikan dengan APG yang juga berbasis minyak

kelapa.

Triclosan adalah bahan sintetik, zat antimikroba berspektrum besar akhir-akhir

ini meledak di pasar konsumen dalam beragam jenis sabun antibakteri, deodorant,

pasta gigi, kosmetik, garmen, plastik, dan produk yang lain. Triclosan biasanya

digunakan untuk membunuh bakteri pada kulit dan permukaan lain, meskipun

terkadang digunakan untuk menjaga produk dari keadaan buruk yang disebabkan oleh

mikroba. (Glaser, 2004).

Triclosan menunjukkan keefektifannya dalam mengurangi dan mengendalikan

kontaminasi bakteri pada tangan dan produk perawatan. Bahan organik ini berupa

serbuk padat putih dengan sedikit aroma harum/fenol. Triclosan merupakan komponen

aromatik yang diklrorinasi yang mewakili fungsi dari kelompok eter dan fenol. Fenol

biasanya menunjukkan sifat antibakteri. Triclosan hanya sedikit larut dalam air, tetapi

larut dalam ethanol, dietil eter, dan lautan pokok yang kuat (Anonim, 2007).

Dalam pencapaian kondisi efektif, penggunaan dan keinginan produk sabun

pembusa cair antiseptik yang menggunakan triclosan ditemukan bahwa polisorbat 20

lebih baik digunakan sebagai surfaktan untuk membantu triclosan untuk terlarut dalam

Page 25: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

larutan encer. Karena triclosan merupakan bahan yang tidak larut air, suatu zat

diperlukan untuk melarutkan triclosan kedalam larutan. Meskipun polisorbat 20 lebih

baik untuk tujuan ini, zat efektif lain yang mirip dengan polisorbat boleh juga

digunakan (Paul, et al., 2002).

Salah satu ciri utama formulasi sabun pembusa cair adalah pH yang dihasilkan

oleh komposisi ini relatif lembut untuk semua kegunaan. Akan tetapi, jika diinginkan,

pH dengan dapat diatur menjadi berkisar antara 7,0 dan 7,6. Sebagai hasilnya, kondisi

netral dapat dicapai dan produk sabun pembusa cair nyaman pada setiap penggunaan

atau aplikasi (Paul, et al., 2002).

Sesuai dengan SNI (1996), sabun cair yang baik harus memenuhi standar mutu

yang telah ditetapkan. Syarat mutu sabun cair dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar mutu sabun cair menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)

No Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu

1 Organoleptik

Bentuk

Bau

Warna

Cairan Homogen

Khas

Khas

2 pH 6-8

3 Bobot Jenis Relatif, 25 °C g/ml 1,01-1,10

4 Cemaran Mikroba Koloni/g Maks. 1 x 105

Sumber: SNI (1996)

Page 26: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan untuk formulasi sabun cair adalah APG, Sodium Lauril

Eter Sulfat (SLES), polysorbate 20, triclosan, dan aquades. Bahan yang digunakan

untuk proses karakterisasi dan analisis adalah piridin, benzena, aquades, xylen, dan

margarin.

Peralatan yang digunakan untuk formulasi sabun cair antara lain adalah gelas

piala, erlenmeyer, hotplate dengan stirrer, magnetic stirrer, vortex mixer, neraca

analitik dan botol-botol kaca. Peralatan yang digunakan untuk proses karakterisasi dan

analisis adalah tensiometer Du Nuoy, viscosimeter Brookfield LV, Ftu turbidimeter,

buret, gelas erlenmeyer, neraca analitik, gelas ukur, gelas piala, labu takar, erlenmeyer,

tabung ulir, corong, pH meter, pipet volumetrik, pipet tetes, sudip, kain putih, dan

termometer.

B. METODE PENELITIAN

1. Karakterisasi SLES dan APG

Penelitian didahului dengan pengujian karakteristik surfaktan SLES dan

APG yang meliputi pengujian tegangan permukaan dan tegangan antarmuka.

Pengujian tegangan permukaan dan tegangan antarmuka dilakukan dengan metode

du Nuoy menggunakan tensiometer du Nuoy. Pengujian tegangan permukaan

dilakukan dengan mencampurkan air dengan surfaktan SLES dan APG masing-

masing pada berbagai konsentrasi untuk dilihat kemampuan surfaktan SLES dan

APG dalam menurunkan tegangan permukaan. Hal tersebut juga dilakukan pada

pengujian tegangan antarmuka, yaitu dengan menambahkan surfaktan SLES dan

APG masing-masing dengan berbagai konsentrasi pada campuran air:xylen untuk

dilihat kemampuannya menurunkan tegangan antarmuka air:xylen.

2. Formulasi Sabun Cair

Page 27: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Hal yang menjadi penelitian utama adalah pembuatan formula sabun cair

dengan memanfaatkan APG. Bahan yang menjadi peubah dalam formulasi adalah

Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil Poliglikosida (APG) sebagai surfaktan

dalam produksi sabun cair. Hal tersebut dikarenakan faktor kritis dari pembuatan

sabun cair adalah konsentrasi air dan campuran surfaktan yang ditambahkan.

Rancangan percobaan dalam pembuatan formula sabun cair adalah

rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor dan dua kali ulangan. Faktor yang

digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi SLES (A) dan konsentrasi APG

(B). Konsentrasi SLES diujikan dalam tiga taraf yaitu 25%, 30%, dan 35% dari

total keseluruhan bobot formula, konsentrasi APG yang diujikan adalah 3%, 5%,

dan 7% dari total bobot formula. Model rancangan percobaan yang digunakan

adalah:

Yijk = μ + Ai + Bj + ABij + εk(ij)

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan dari faktor A taraf ke-i, faktor B taraf-j pada

ulangan ke-k

μ = Nilai rata-rata

Ai = Pengaruh faktor A pada taraf ke-i

Bj = Pengaruh faktor B pada taraf ke-j

ABij = Pengaruh interaksi faktor A taraf ke-i dengan faktor B taraf ke-j

εk(ij) = Pengaruh kesalahan percobaan

Berdasarkan rancangan percobaan di atas, maka formulasi sabun cair yang

dibuat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Formulasi Sabun Cair

Kode

Contoh

Konsentrasi (% b/b) Total

(g) SLES APG Polisorbat 20 Triclosan Aquades

A1B1 25 3 10 0.2 61.8 100

A1B2 25 5 10 0.2 59.8 100

A1B3 25 7 10 0.2 57.8 100

A2B1 30 3 10 0.2 56.8 100

A2B2 30 5 10 0.2 54.8 100

A2B3 30 7 10 0.2 52.8 100

A3B1 35 3 10 0.2 51.8 100

A3B2 35 5 10 0.2 49.8 100

A3B3 35 7 10 0.2 47.8 100

Page 28: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Prosedur pembuatan produk sabun cair yaitu dengan pencampuran SLES

dengan APG yang selanjutnya disebut C1. Polisorbat 20 dan triclosan dicampurkan

dan selanjutnya disebut dengan C2. C1 dipanaskan sampai suhu 65 °C, begitu pula

dengan C2. Aquades dipanaskan sampai suhu 50 °C. C1 dan C2 dicampurkan dan

suhunya diturunkan sampai 50 °C kemudian aquades dimasukkan dan larutan

diaduk dengan magnetic stirrer dengan mempertahankan suhunya pada 50 °C

sampai semua bahan tercampur dengan sempurna. Diagram alir pembuatan sabun

cair disajikan pada Lampiran 2.

3. Pengujian Karakteristik Sabun Cair

Pengujian dilakukan terhadap formula sabun cair secara fisiko-kimia dan

mikrobiologi meliputi pengujian pH, bobot jenis relatif, viskositas, cemaran

mikroba, tegangan permukaan dan penurunan tegangan permukaan, tegangan

antarmuka dan penurunan tegangan antarmuka, kestabilan busa, dan daya bersih.

Prosedur pengujian terhadap karakteristik sabun disajikan pada Lampiran 1.

4. Pengujian terhadap Penerimaan Konsumen

Pengujian kesukaan konsumen terhadap sabun cair dilakukan dengan

pengujian organoleptik pada 30 panelis dengan contoh sabun cair yang telah dipilih

dengan metode pembobotan dari karakteristik sabun cair yang telah diuji

sebelumnya. Metode pembobotan dilakukan dengan menilai kepentingan masing-

masing parameter untuk menentukan bobot. Hasil kali bobot dan ranking

menentukan nilai skor produk. Persamaan matematikanya adalah sebagai berikut:

S = NB x NR

S = skor tiap produk

NB = nilai bobot (hasil dari tingkat kepentingan tiap parameter produk)

NR = nilai rangking (nilai hasil dari pengujian tiap produk).

Page 29: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK SLES DAN APG

Pengujian karakteristik SLES dan APG digunakan untuk mengetahui kinerja

surfaktan SLES dan APG sehingga bisa diaplikasikan pada produk sabun cair.

Pengujian yang dilakukan adalah pengujian kemampuan surfaktan untuk menurunkan

tegangan permukaan dan tegangan antarmuka.

Tegangan permukaan dirumuskan sebagai energi yang harus digunakan untuk

memperbesar permukaan suatu cairan sebesar 1 cm. Pengukuran kemampuan

menurunkan tegangan permukaan air dengan berbagai konsentrasi SLES dan APG

dilakukan dengan metode du Nouy. Pada metode ini tegangan permukaan sebanding

dengan gaya yang diperlukan untuk menarik cincin platina hingga lapisan tipis air

tepat putus. Gambar 1a dan 1b menunjukkan nilai tegangan permukaan air setelah

penambahan SLES dan APG pada beberapa konsentrasi.

Data hasil pengujian tegangan permukaan SLES dan APG disajikan pada

Lampiran 4a dan 4b. Tegangan permukaan air setelah penambahan SLES dan APG

pada beberapa konsentrasi menunjukkan bahwa SLES dan APG mampu menurunkan

tegangan permukaan air. Air memiliki tegangan permukaan sebesar 72 dyne/cm.

Pengujian tegangan permukaan menunjukkan nilai tegangan permukaan air dengan

penambahan SLES berkisar antara 36,45-40,4 dyne/cm sedangkan tegangan

permukaan air dengan penambahan APG berkisar antara 30,45-33,2 dyne/cm.

Semakin besar konsentrasi SLES dan APG semakin rendah tegangan permukaannya.

Hal tersebut berarti SLES dapat menurunkan tegangan permukaan air sekitar 45%

sedangkan APG dapat menurunkan tegangan permukaan sekitar 50% bahkan bisa

lebih besar. Hargreaves (2003) menyatakan bahwa tegangan permukaan merupakan

gaya yang terjadi di antara molekul dalam cairan. Apabila surfaktan ditambahkan pada

suatu cairan dengan konsentrasi rendah, maka dapat mengubah karakteristik tegangan

permukaan dan antarmuka cairan tersebut. Sebagian besar surfaktan, pada tingkat

0.1%, akan mengurangi tegangan permukaan air dari 72 menjadi 32 mN m-1

(dyne cm-

1). Hal ini terjadi karena molekul-molekul dalam sebagian besar cairan saling tertarik

Page 30: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

satu sama lain oleh gaya Van der Walls yang lebih kuat yang menggantikan ikatan

hidrogen air.

Gambar 1a. Grafik tegangan permukaan air akibat pengaruh penambahan SLES pada

berbagai konsentrasi.

Gambar 1b.Grafik tegangan permukaan air akibat pengaruh penambahan APG pada

berbagai konsentrasi.

Keberadaan SLES dan APG dalam suatu larutan dapat menurukan tegangan

permukaan larutan tersebut. Oleh karena itu, SLES dan APG dapat dimanfaatkan pada

formulasi produk yang membutuhkan rendahnya tegangan permukaan seperti sebagai

zat yang dapat melarutkan air dengan bahan-bahan yang tidak larut air.

Hargreaves (2003) menyatakan bahwa antar muka adalah bagian dimana dua

fasa saling bertemu atau kontak, sedangkan permukaan yaitu antar muka dimana satu

fasa kontak dengan gas (biasanya udara). Pengukuran tegangan antarmuka air:xylen

dengan penambahan surfaktan SLES dan APG dengan berbagai konsentrasi dilakukan

dengan menggunakan tensiometer du Nouy. Pengukuran ini menggunakan larutan

Page 31: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

yang yang tidak saling bercampur satu sama lain yaitu antara air (polar) dengan xylen

(non polar). Besarnya tegangan antar muka sebanding dengan gaya yang diperlukan

untuk menarik cincin hingga lapisan tipis pada cincin yang terbentuk pada batas dua

larutan tepat putus. Gambar 2a dan 2b menunjukkan nilai antarmuka air:xylen setelah

penambahan SLES dan APG pada beberapa konsentrasi.

Hasil pengujian tegangan antarmuka air:xylen pada pengukuran ini adalah 28,4

dyne/cm. Tegangan antarmuka air:xylen setelah penambahan SLES pada berbagai

konsentrasi adalah berkisar antara 7,95-11,95 dyne/cm sedangkan penambahan APG

pada berbagai konsentrasi menurunkan tegangan antarmuka air:xylen sampai berkisar

antara 7,75-11,95 dyne/cm. Penambahan SLES dapat menurunkan tegangan

antarmuka sampai 70% begitu juga dengan APG yang dapat menurunkan tegangan

antarmuka sampai sekitar 70%. Semakin tinggi konsentrasi SLES dan APG semakin

rendah tegangan antarmukanya. Data hasil pengujian tegangan antarmuka disajikan

pada Lampiran 4c dan 4d.

Gambar 2a.Grafik tegangan antarmuka air:xylen akibat pengaruh penambahan SLES

pada berbagai konsentrasi.

Page 32: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Gambar 2b.Grafik tegangan antarmuka air:xylen akibat pengaruh penambahan APG

pada berbagai konsentrasi.

Hasil pengukuran tegangan antarmuka menunjukkan bahwa SLES dan APG

dapat diandalkan untuk menurunkan tegangan antamuka. Pemanfaatan SLES dan APG

dalam suatu formulasi produk diharapkan dapat menurunkan tegangan antarmuka

produk sehingga larutan produk dapat stabil.

B. KARAKTERISTIK SABUN CAIR

Penelitian utama meliputi formulasi sabun cair dengan memanfaatkan Sodium

Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil Poliglikosida (APG) sebagai surfaktan primer dan

sekunder serta pengujian terhadap sabun cair tersebut. Produk sabun cair yang

dihasilkan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3. Sabun cair yang dihasilkan

memiliki penampakan transparan dan berwarna coklat tua seperti warna APG yang

digunakan.

Gambar 3. Produk sabun cair yang dihasilkan

Pengujian dilakukan untuk mengetahui kinerja sabun cair. Pengujian yang

dilakukan meliputi uji pH, bobot jenis relatif, dan uji lempeng total. Pengujian lain

yang dilakukan untuk mengetahui sifat fisiko-kimia sabun cair adalah viskositas,

penurunan tegangan permukaan, penurunan tegangan antaramuka, stabilitas busa dan

daya bersih sabun cair.

1. Derajat Keasaman (pH)

Salah satu syarat mutu sabun cair adalah nilai pH. Hal tersebut karena sabun

cair kontak langsung dengan kulit dan dapat menimbulkan masalah jika pH-nya

tidak sesuai dengan pH kulit. Menurut Wasiaatmadja (1997), bahwa produk

kosmetika yang memiliki pH yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat

Page 33: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

menambah daya absorpsi kulit sehingga menyebabkan kulit teriritasi, oleh sebab

itu pH dari produk perawatan diri dan kosmetika sebaiknya dibuat sesuai dengan

pH kulit yaitu antara 4,5-7,00.

Nilai pH sabun cair yang dihasilkan berkisar antara 6,63-7,20 (Lampiran

5a). Hasil uji ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi SLES dan konsentrasi

APG berpengaruh nyata (α=0,05) terhadap nilai pH sabun cair yang dihasilkan.

Interaksi kedua faktor tersebut juga berpengaruh nyata terhadap nilai pH sabun

cair yang dihasilkan. Hasil pengujian ragam disajikan pada lampiran 5b.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, semakin tinggi konsentrasi SLES dan APG

semakin rendah nilai pH sabun cair yang dihasilkan. Hasil uji lanjut Duncan

faktor konsentrasi SLES terhadap nilai pH menunjukkan bahwa nilai pH sabun

dengan konsentrasi SLES 25% berbeda nyata dengan sabun cair dengan

konsentrasi 30% dan 35%, sedangkan sabun cair dengan 30% SLES dan 35%

SLES memiliki nilai pH yang tidak berbeda nyata. Hasil uji lanjut Duncan tentang

pengaruh konsentrasi SLES terhadap nilai pH sabun cair disajikan dalam lampiran

5c. Hasil uji lanjut faktor konsentrasi APG terhadap nilai pH menunjukkan bahwa

nilai pH sabun dengan konsentrasi APG 3%, 5%, dan 7% masing masing

memiliki nilai pH rata-rata yang berbeda nyata, semakin tinggi konsentrasi APG

semakin rendah nilai pH sabun. Hasil uji lanjut pengaruh konsentrasi APG

terhadap nilai pH sabun cair disajikan pada Lampiran 5d. Interaksi antara kedua

faktor juga berpengaruh nyata terhadap nilai pH, hasil pengujian lanjut terhadap

interaksi faktor konsentrasi APG dan SLES terhadap nilai pH disajikan pada

Lampiran 5e.

Hubungan perlakuan terhadap nilai pH dapat dilihat pada Gambar 4. Nilai

pH tertinggi diperoleh dari perlakuan konsentrasi SLES 25% dengan konsentrasi

APG 3%, sedangkan nilai pH terendah diperoleh dari perlakuan pada konsentrasi

SLES 35% dengan konsentrasi APG 7%. Data hasil pengujian pH sabun cair yang

diberi perlakuan disajikan pada lampiran 5a. Nilai pH sabun cair yang baik agar

tidak membuat kulit teriritasi adalah sesuai dengan pH kulit atau dengan kata lain

pada pH normal. Nilai pH sabun cair yang dihasilkan berada pada kisaran pH

normal, jadi tidak akan membuat kulit iritasi. Berdasarkan SNI (1996), salah satu

syarat mutu sabun mandi cair adalah memiliki pH pada kisaran 6-8, sehingga

sabun yang dihasilkan telah memenuhi syarat mutu tersebut.

Page 34: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Gambar 4. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dan APG dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata pH sabun cair

Nilai pH sabun cair yang dihasilkan berubah seiring perubahan konsentrasi

SLES dan APG, sehingga dapat diduga bahwa perubahan pH dipengaruhi oleh pH

kedua bahan tersebut. Selain itu, turunnya nilai pH sabun cair diduga juga

disebabkan oleh semakin banyaknya bahan penyusun sabun cair yang memiliki

nilai pH yang rendah sehingga mempengaruhi nilai pH sabun cair yang

dihasilkan. Sabun cair yang beredar di pasaran yaitu sabun cuci tangan merk D

memiliki nilai pH sebesar 4,47 sedangkan merk L memiliki nilai pH sebesar 9,69.

Sabun cuci tangan merk D merupakan sabun anti bakteri sehingga nilai pH-nya

rendah untuk menghindari tumbuhnya bakteri dan mikroorganisme, sedangkan

sabun yang basa dimaksudkan agar sifat kebasaan sabun dapat menghancurkan

lemak/lipid alami pada kulit sehingga kotoran yang melekat pada bagian lemak

dapat larut dalam air.

Pada dasarnya nilai pH dapat diatur dengan penggunaan zat pengatur pH.

Nilai pH sabun cair di pasaran disesuaikan dengan tujuan penggunaan sabun cair.

Jika sabun cair tersebut dibutuhkan untuk membersihkan lemak seketika maka

sabun cair dibuat dengan pH yang lebih basa sehingga mampu dengan cepat

mengangkat lemak. Penggunaan sabun dengan pH yang terlalu rendah atau terlalu

tingi dengan waktu kontak yang terlalu lama akan menyebabkan iritasi pada kulit.

Nilai pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah tidak menjadi pemasalahan pada

sabun dengan kebutuhan kontak dengan kulit yang sebentar seperti sabun cuci

Page 35: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

tangan karena kebutuhannya membersihkan kotoran seketika tanpa kontak yang

lama.

2. Bobot Jenis Relatif

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi

APG dan SLES dalam formulasi sabun cair terhadap bobot jenis sabun yang

dihasilkan. Berdasarkan SNI (1996), bobot jenis relatif adalah perbandingan

densitas sabun cair dengan densitas air pada volume dan suhu yang sama.

Pengukuran dilakukan menggunakan piknometer 10 ml pada suhu ruang.

Produk sabun cair dengan variasi konsentrasi surfaktan penyusunnya yang

dihasilkan dalam penelitian ini memiliki bobot jenis yang berkisar antara 1,035 –

1,100 g/ml dan memenuhi standar mutu yang terdapat dalam SNI yaitu berkisar

antara 1,010-1,100 g/ml. Data hasil pengujian bobot jenis relatif disajikan dalam

lampiran 6a. Analisis ragam terhadap data hasil pengujian bobot jenis menyatakan

bahwa faktor konsentrasi SLES dan APG memiliki pengaruh yang nyata terhadap

nilai bobot jenis relatif sabun cair pada selang kepercayaan 95% (α=0,05). Akan

tetapi, interaksi kedua faktor tersebut tidak memiliki pengaruh yang nyata

terhadap nilai bobot jenis. Hasil analisis ragam bobot jenis relatif disajikan dalam

lampiran 6b.

Uji lanjut Duncan (Lampiran 6c dan 6d) menyatakan konsentrasi SLES

memiliki pengaruh yang sangat nyata baik pada α=0,05 ataupun α=0,01. Masing-

masing konsentrasi yang divariasikan (25%, 30%, dan 35%) memiliki nilai bobot

jenis yang berbeda nyata. Semakin tinggi konsentrasi SLES semakin tinggi pula

bobot jenis sabun cair yang dihasilkan. Konsentrasi APG juga memiliki pengaruh

yang nyata terhadap nilai bobot jenis sabun cair yang dihasilkan. Bobot jenis

sabun cair dengan penambahan APG 3% tidak berbeda nyata dengan nilai bobot

jenis sabun cair yang mengandung 5% APG tetapi berbeda nyata dengan sabun

cair dengan konsentrasi APG 7%. Hal tersebut juga berarti sabun cair dengan

konsentrasi APG 7% juga memiliki bobot jenis yang tidak berbeda nyata.

Semakin tinggi konsentrasi APG semakin tinggi pula nilai bobot jenis sabun cair.

Hubungan antara konsentrasi SLES dan APG dengan nilai bobot jenis relatif

sabun cair masing-masing disajikan pada Gambar 5a dan 5b.

Page 36: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Nilai bobot jenis suatu bahan dipengaruhi oleh penyusun bahan tersebut dan

sifat fisiknya. Hal tersebut juga berlaku pada sabun cair yang merupakan larutan

air dan bahan-bahan lain seperti surfaktan dan bahan aktif penyusunnya. Menurut

Gaman dan Sherington (1990), apabila suatu bahan dilarutkan ke dalam air dan

selanjutnya membentuk suatu larutan maka densitasnya mengalami perubahan.

Berdasarkan hasil analisis ragam yang dilakukan pada penelitian ini terhadap nilai

bobot jenis sabun cair, salah satu hal yang mempengaruhi perubahan bobot jenis

adalah konsentrasi bahan yang dilarutkan dalam air. Bahan yang dimaksud adalah

surfaktan yang terlarut dalam air dalam formula sabun cair.

Gambar 5a. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dalam sabun cair terhadap

nilai rata-rata bobot jenis sabun cair

Gambar 5b.Grafik hubungan antara konsentrasi APG dalam sabun cair terhadap

nilai rata-rata bobot jenis sabun cair

Berdasarkan hasil tersebut, salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan

bobot jenis suatu larutan adalah jenis dan konsentrasi bahan yang terlarut di

dalamnya. Menurut Gaman dan Sherington (1990) kebanyakan bahan-bahan

Page 37: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

seperti gula dan garam menyebabkan peningkatan densitas, tetapi kadang-kadang

densitas dapat pula turun jika terdapat lemak atau ethanol dalam larutan. Dalam

pustaka tersebut bahan yang dapat meningkatkan bobot jenis larutan adalah jenis

bahan yang memiliki densitas atau bobot jenis yang lebih tinggi dari air (gula dan

garam) dan sebaliknya jenis bahan yang berdensitas lebih rendah dari air (lemak

dan ethanol) dapat menurunkan densitas atau bobot jenis larutan.

3. Cemaran Mikroba (Angka Lempeng Total)

Pengujian Angka Lempeng Total bertujuan untuk mengetahui banyaknya

mikroorganisme dan bakteri yang terdapat pada sabun cair yang dihasilkan. Syarat

mutu SNI (1996), batas jumlah mikroorganisme yang terdapat pada sabun adalah

sejumlah 1x105 koloni/g. Data pengujian angka lempeng total terhadap sabun cair

yang dihasilkan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data hasi pengujian angka lempeng total

konsentrasi SLES (%) Konsentrasi APG (%) nilai Angka Lempeng

Total (koloni/g)

25

3 4.3 x 103

5 1.2 x 103

7 4.1 x 103

30

3 0

5 0

7 3 x 103

35

3 1.3 x 103

5 0

7 1 x 103

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa ternyata masih terdapat cemaran

mikroorganisme pada sabun cair yang dihasilkan. Jumlah mikroorganisme yang

terdapat pada produk yang dihasilkan masih dibawah batas maksimum yang

disyaratkan oleh SNI. Mikroorganisme yang terdapat pada sabun cair ini diduga

berasal dari kemasan yang digunakan untuk menyimpan sabun cair atau peralatan

lain yang digunakan di laboratorium yang kurang steril. Selain itu dapat juga

disebabkan oleh kandungan bahan aktif yang tidak cukup untuk menghalau

tumbuhnya mikroorganisme dalam sabun yang dihasilkan. Keberadaan triclosan

dalam sabun cair adalah sebagai bahan aktif yang dapat mencegah tumbuhnya

mikroba dalam sabun cair dan mengalau mikroba berkembang di kulit setelah

Page 38: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

pemakaian sabun cair. Akan tetapi, setelah pengujian TPC masih terdapat

sejumlah mikroba. Hal tersebut mungkin disebabkan juga karena proses produksi

sabun cair yang tidak menggunakan suhu tinggi (50°C).

4. Viskositas

Viskositas adalah salah satu sifat fisik sabun cair yang dapat digunakan

menjadi parameter kualitas produk. Viskositas dapat didefinisikan sebagai

shearing stress yang diberikan dalam luasan area tertentu sewaktu kecepatan

dalam gradien normal pada area tersebut (Suryani et al, 2002). Pengukuran

viskositas dilakukan dengan menggunakan viscosimeter Brookfield dengan

kecepatan putar 30 rpm. Viskositas sangat penting baik untuk stabilitas dan untuk

penanganan produk kosmetik. Untuk shampo dan sabun cair viskositas antara 400

dan 4000 mPa s (Spiess, 1996). Hasil pengujian viskositas menunjukkan bahwa

viskositas sabun cair yang dihasilkan berkisar antara 42,5-12000 cP. Data hasil

pengujian viskositas disajikan pada Lampiran 7a.

Hasil pengujian ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi APG, SLES

dan interaksi antara faktor konsentrasi SLES dan APG memberikan pengaruh

yang nyata (α=0,05) terhadap nilai viskositas sabun cair yang dihasilkan. Uji

lanjut terhadap faktor perlakuan konsentrasi SLES, konsentrasi APG, dan

interaksi kedua faktor tersebut menunjukkan bahwa pada masing-masing

perlakuan memberikan hasil yang berbeda nyata. Data hasil pengujian ragam dan

pengujian lanjut disajikan pada Lampiran 7. Hasil pengujian lanjut juga

menunjukkan bahwa setiap perlakuan dan taraf menyebabkan nilai viskositas

berbeda nyata. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

SLES dan APG semakin tinggi pula nilai viskositas sabun cair yang dihasilkan.

Hubungan faktor perlakuan dengan nilai voskositas sabun cair disajikan pada

Gambar 6.

Nilai viskositas suatu larutan dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi bahan

yang terkandung dalam larutan tersebut. Sodium Lauril Eter Sulfat merupakan

surfaktan yang berbentuk gel. Shipp (1996) menyatakan bahwa penggunaan SLES

dalam komposisi produk dapat merubah sifat fisik larutan antara lain kelarutannya

terhadap air, viskositas, dan efek kekentalan. SLES merupakan bahan yang

menyebabkan larutan semakin kental diantara turunan alkil sulfat yang lain

Page 39: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

(Amonium Lauril Sulfat, Monoetanolamin Lauril Sulfat, dan Trietanolamin Lauril

Sulfat). Penambahan konsentrasi surfaktan ini dapat meningkatkan viskositas

sabun cair yang dihasilkan. Akan tetapi penambahannya yang lebih dari 30%

menyebabkan produk berbentuk gel atau pasta.

Gambar 6. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dan APG dalam sabun cair

terhadap nilai rata-rata viskositas (30 rpm) sabun cair

Spiess (1996) menyatakan bahwa APG dapat digunakan sebagai surfaktan

sekunder yang mempunyai sifat pembusa yang baik. Corredoira dan Pandolfi

(1996) menyatakan bahwa sebagian besar surfaktan sekunder berbentuk pasta dan

cair yang digunakan untuk membuat sabun menjadi kental. Oleh karena itu

penambahan konsentrasi APG juga mempengaruhi viskositas sabun cair yang

dihasilkan. Apabila keduanya dikombinasikan maka akan terbentuk larutan

pembusa dan akan membentuk larutan yang semakin kental jika konsentrasi APG

dan SLES ditingkatkan.

5. Tegangan Permukaan dan Penurunaan Tegangan Permukaan

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keampuan sabun cair yang

dihasilkan untuk menurunkan tegangan permukaan air. Selain itu, pengujian ini

juga untuk mengetahui hubungan konsentrasi surfaktan yang terdapat pada sabun

cair dengan tegangan permukaan dan penurunan tegangan permukaan air karena

keberadaan surfaktan diduga dapat mempengaruhi nilai tegangan permukaan dan

Page 40: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

penurunan tegangan permukaan. Tegangan permukaan diartikan sebagai usaha

yang diperlukan untuk memperluas permukaan suatu cairan per satuan luas.

Tegangan permukaan disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik dari molekul

cairan. Pengukuran tegangan permukaan dilakukan dengan metode du Nuoy

menggunakan Tensiometer du Nuoy, berdasarkan pengujian ini besarnya

tegangan permukaan sebanding dengan gaya yang diperlukan untuk menarik

cincin hingga lapisan tipis tepat putus.

Tegangan permukaan air yang terukur pada pengujian ini adalah sebesar 72

dyne/cm. Sabun cair yang dihasilkan dapat menurunkan tegangan permukan air

menjadi 35,7-39.25 dyne/cm. Data hasil pengukuran tegangan permukaan

disajikan pada lampiran 8a. Pengujian tegangan permukaan juga dilakukan pada

sabun cair komersial yang beredar dipasaran, sabun cuci tangan cair merk D

setelah dicampurkan dengan air memiliki tegangan permukaan sekitar 34,5

dyne/cm sedangkan sabun cuci tangan cair merk L setelah dicampur dengan air

memiliki tegangan permukaan sebesar 32,40 dyne/cm. Sabun cair yang dihasilkan

sudah dapat menurunkan tegangan permukaan air seperti sabun cair komersial

yang ada akan tetapi tegangan permukaan air dengan sabun cair komersial sedikit

lebih rendah daripada tegangan permukaan air setelah ditambah sabun cair yang

dihasilkan pada penelitian ini.

Hasil pengujian ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi APG

berpengaruh nyata (α=0,05) terhadap nilai tegangan permukaan air yang telah

ditambahkan sabun cair yang dihasilkan. Data pengujian ragam disajikan pada

lampiran 8b. Berdasarkan hasil uji lanjut (Lampiran 8c) diketahui bahwa nilai

rata-rata tegangan permukaan air yang ditambahkan sabun cair dengan konsentrasi

APG 3% berbeda nyata dengan nilai rata-rata tegangan permukaan air yang

ditambahkan sabun cair dengan konsentrasi APG 5% dan 7%. Sedangkan nilai

rata-rata tegangan permukaan air yang ditambahkan sabun cair dengan konsentrasi

APG 5% tidak berbeda nyata dengan sabun dengan konsentrasi APG 7%.

Selain pengujian tegangan permukaan air yang ditambahkan sabun cair,

dihitung juga persentase penurunan tegangan permukaan air oleh sabun cair yang

ditambahkan. Penurunan tegangan permukaan air ini dihitung dengan

membandingkan niai tegangan permukaan air sebelum dan sesudah ditambahkan

sabun cair dengan nilai tegangan permukaan air kemudian dikalikan 100%.

Penurunan tegangan permukaan oleh sabun cair yang dihasilkan berkisar antara

Page 41: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

45,49-50,42%. Data penurunan tegangan permukaan dan analisis ragamnya

disajikan pada Lampiran 9.

Berdasarkan hasil pengujian tegangan permukaan dan penurunan tegangan

permukaan menunjukkan bahwa dengan penambahan konsentrasi APG pada

sabun cair dapat menurunkan tegangan permukaan air. APG merupakan surfaktan

nonionik yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik. Berdasarkan

Swern (1979) sifat hidrofilik pada surfaktan nonionik (APG) didapatkan karena

keberadaan gugus hidroksil dari dekstrosa. Menurut Rialen (2005) penambahan

surfaktan dalam air akan menyebabkan sisi hidrofilik surfaktan ditarik ke dalam

air dan larut didalamnya sedangkan sisi hidrofobik surfaktan ditolak oleh molekul

air sehingga membentuk lapisan tipis diatas permukaan air. Keberadaan lapisan

hidrofobik di permukaan air tersebut yang menyebabkan tegangan permukaan

turun.

Semakin tinggi konsentrasi APG dalam sabun cair semakin rendah

tegangan permukaan dan semakin tinggi penurunan tegangan permukaan air saat

ditambahkan sabun cair. Akan tetapi, pada saat konsentrasi APG dinaikkan dari

5% sampai 7%, tegangan permukaan tidak turun secara berbeda nyata. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh penambahan konsentrasi APG yang kurang tinggi

atau penambahan APG pada suatu produk dengan konsentrasi diatas 5% tidak

menurunkan tegangan permukaan air secara berbeda nyata. Hubungan antara

konsentrasi APG terhadap nilai tegangan permukaan air yang ditambahkan sabun

cair yang dihasilkan pada Gambar 7 sedangkan hubungan antara konsentrasi APG

terhadap penurunan tegangan permukaan oleh sabun cair disajikan pada Gambar

8.

Gambar 7. Grafik hubungan antara konsentrasi APG dalam sabun cair terhadap

nilai rata-rata tegangan permukaan air oleh sabun cair

Page 42: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Gambar 8. Grafik hubungan antara konsentrasi APG dalam sabun cair terhadap

nilai rata-rata penurunan tegangan permukaan air oleh sabun cair

Suatu surfaktan memiliki titik konsentrasi dimana jika surfaktan

ditambahkan ke dalam suatu produk dengan konsentrasi di atas titik tersebut

maka kemampuan surfaktan tersebut untuk menurunkan tegangan permukaan

tidak berbeda nyata dengan penurunan tegangan permukaan pada konsentrasi

sebelumnya. Didalam air, surfaktan akan terkonsentrasi pada permukaan-

antarmuka daripada di badan larutannya. Pada penambahan surfaktan dengan

konsentrasi tertentu, akan tercapai keadaan dimana permukaan-antarmuka sudah

jenuh/tertutupi oleh molekul surfaktan dan adsorpsi surfaktan ke permukaan-

antarmuka tidak terjadi lagi. Pada keadaan ini molekul-molekul surfaktan mulai

berasosiasi membentuk suatu struktur yang disebut misel. Konsentrasi dimana

mulai terbentuk misel disebut critical micelle concentration (CMC). Dengan

terbentuknya misel, sifat-sifat larutan akan berubah secara mendadak, seperti

tegangan permukaan-antarmukanya, viskositasnya, daya hantar listrik, dan lain-

lain, sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut.

6. Tegangan Antarmuka dan Penurunan Tegangan Antarmuka

Tegangan antarmuka suatu fasa yang berbeda polaritasnya akan menurun

jika gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda dari kedua fase (adhesi) lebih

besar dibandingkan gaya tarik menarik antar molekul yang sama dalam fase

tersebut (kohesi) (Swern,1979). Pengukuran tegangan antarmuka air:xylen dengan

hadirnya APG dengan berbagai konsentrasi dilakukan dengan menggunakan

tensiometer metode du Nouy. Pengukuran ini menggunakan larutan yang tidak

Page 43: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

saling bercampur satu sama lain yaitu antara air (polar) dengan xylen (non polar).

Besarnya tegangan antar muka sebanding dengan gaya yang diperlukan untuk

menarik cincin hingga lapisan tipis pada cincin yang terbentuk pada batas dua

larutan tepat putus. Pengukuran tegangan antarmuka dimaksudkan untuk

mengetahui kemampuan sabun cair yang dihasilkan untuk menurunkan tegangan

antarmuka antara air dan xylen sehingga dapat diketahui kemampuan interaksi

sabun cair dengan bahan yang tidak larut air seperti xylen.

Tegangan antarmuka air:xylen pada pengukuran ini adalah 28,4 dyne/cm.

Hasil pengujian tegangan antarmuka larutan air:xylen dan sabun cair yang

dihasilkan berkisar antara 11,20-12,60 dyne/cm. Data hasil pengujian tegangan

antarmuka disajikan pada Lampiran 10a. Hasil pengujian ragam menunjukkan

bahwa faktor konsentrasi APG dan SLES pada sabun cair berpengaruh nyata

(α=0,05) terhadap nilai tegangan antarmuka larutan air:xylen dan sabun cair yang

dihasilkan tetapi interaksi kedua faktor tidak menyebabkan nilai tegangan

antarmuka berbeda nyata. Hasil pengujian ragam disajikan pada Lampiran 10b.

Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai tegangan antarmuka air:xylen

dengan penambahan sabun cair dengan konsentrasi APG 3% berbeda nyata

dengan sabun cair dengan APG 5% dan 7% sedangkan sabun cair dengan

konsentrasi APG 5% tidak berbeda nyata. Hal tersebut sama dengan hasil uji

lanjut pada pengukuran tegangan permukaan. Kenaikan konsentrasi SLES dalam

sabun cair juga menyebabkan nilai tegangan antarmuka berbeda nyata. Tegangan

atarmuka larutan air:xylen dengan penambahan sabun cair dengan konsentrasi

SLES 3% dan 5% tidak berbeda nyata, sedangkan dengan konsentrasi 7% berbeda

nyata. Data hasil pengujian lanjut Duncan disajikan pada Lampiran 10c. Nilai

tegangan antarmuka turun saat konsentrasi APG dan SLES masing-masing naik.

Tegangan antarmuka turun saat konsentrasi APG naik hal ini sesuai dengan

pengukuran tegangan permukaan. Moecthar (1989) menjelaskan bahwa tegangan

antarmuka sebanding dengan tegangan permukaan, akan tetapi nilai tegangan

antarmuka akan selalu lebih kecil daripada tegangan permukaan pada konsentrasi

yang sama. Grafik hubungan konsentrasi SLES terhadap tegangan antarmuka

air:xylen oleh sabun cair yang dihasilkan disajikan pada gambar 9a sedangkan

hubungan konsentrasi APG terhadap tegangan antarmuka air:xylen oleh sabun

cair disajikan pada Gambar 9b.

Page 44: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Penurunan tegangan antarmuka dihitung dengan membandingkan selisih

nilai tegangan antarmuka air:xylen sebelum dan sesudah ditambahkan sabun cair

dengan nilai tegangan antarmuka air:xylen dan dikali 100%. Perhitungan ini

bertujuan untuk mengetahui efektivitas surfaktan dalam menurunkan tegangan

antarmuka air:xylen.

Gambar 9a. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dalam sabun cair terhadap

nilai rata-rata tegangan antarmuka air:xylen

Gambar 9b. Grafik hubungan antara konsentrasi APG dalam sabun cair terhadap

nilai rata-rata tegangan antarmuka air:xylen

Penurunan tegangan antarmuka air oleh sabun cair yang dihasilkan

berkisar antara 55,63-60,56%. Data hasil perhitungan penurunan tegangan

antarmuka disajikan pada Lampiran 11. Semakin tinggi konsentrasi SLES dan

APG maka semakin tinggi pula penurunan tegangan antarmuka. sedangkan

hubungan konsentrasi SLES terhadap penurunan tegangan antarmuka air:xylen

oleh sabun cair disajikan pada Gambar 10a sedangkan hubungan konsentrasi APG

terhadap penurunan tegangan antarmuka air:xylen oleh sabun cair disajikan pada

Gambar 10b.

Page 45: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Gambar 10a. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dalam sabun cair terhadap

nilai rata-rata penurunan tegangan antarmuka air:xylen oleh sabun cair

Gambar 10b. Grafik hubungan antara konsentrasi APG dalam sabun cair terhadap

nilai rata-rata penurunan tegangan antarmuka air:xylen oleh sabun cair

Kehadiran gugus hidrofobik dan hidrofilik yang berada dalam satu

molekul menyebabkan surfaktan cenderung berada pada antarmuka antara fase

yang berbeda derajat polaritas dan kandungan hidrogen seperti minyak dan air.

Pembentukan film pada antarmuka ini menurunkan energi antarmuka dan

menyebabkan sifat-sifat khas molekul surfaktan (Geourgeiou et al., 1992). SLES

(Sodium Lauril Eter Sulfat) merupakan salah satu jenis surfaktan anionik

golongan alkil sulfat. Spiess (1996) menyatakan bahwa Alkil sulfat adalah

pembusa yang baik dan menghasikan busa yang banyak dan lembut.

SLES yang terkandung dalam sabun cair dapat membentuk lapisan busa di

antara air dan xylen sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan air:xylen.

APG juga merupakan surfaktan yang terkandung dalam formula sabun cair yang

Page 46: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

dihasilkan sehingga keberadaanya dapat membentuk lapisan yang dapat

menurunkan tegangan antarmuka air:xylen.

7. Kestabilan Busa

Pengujian kestabilan busa bertujuan untuk mengetahui persentase

banyaknya busa yang masih tersisa setelah jangka waktu tertentu. Berdasarkan

data tersebut dapat diketahui hubungan antara penambahan konsentrasi suatu

surfaktan dengan kestabilan busanya karena salah satu fungsi surfaktan adalah

membentuk busa. Data hasil pengujian kestabilan busa terhadap sabun cair yang

dihasilkan disajikan dalam Lampiran 12a. Nilai kestabilan busa sabun yang

dihasilkan berkisar antara 60%-87,5%. Hasil pengujian ragam yang dilakukan

menunjukkan bahwa faktor konsentrasi Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES)

berpengaruh nyata (α=0,05) terhadap nilai kestabilan busa sabun yang dihasilkan.

Akan tetapi, faktor konsentrasi APG dan interaksi kedua faktor tidak berpengaruh

nyata terhadap nilai kestabilan busa sabun cair yang dihasilkan. Hasil pengujian

ragam disajikan pada Lampiran 12b. Setelah dilakukan uji lanjut (Lampiran 12c)

diketahui bahwa penambahan SLES pada konsentrasi 30% dan 35% tidak

memiliki nilai kestabilan busa yang berbeda nyata. Akan tetapi, sabun cair dengan

penambahan SLES pada konsentrasi 25% memiliki nilai kestabilan busa berbeda

nyata dengan kedua konsentrasi sebelumnya.

Busa adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium

pendispersi zat cair. Fase terdispersi gas biasanya berupa udara atau CO2.

Kestabilan busa diperoleh dari adanya surfaktan. Surfaktan memiliki gugus

hidrofilik dan hidrofobik. Gugus hidrofilik terikat dengan molekul air, sedangkan

gugus hidrofobiknya menuju permukaan larutan dan mengarah ke udara. Ketika

larutan air dan surfaktan tersebut diaduk atau dialiri udara maka gelembung udara

yang keluar dari badan cairan akan dilapisi oleh lapisan tipis cairan yang

mengandung surfaktan dan terbentuklah busa. Stabilitas suatu busa ditentukan

oleh elastisitas lapisan tipisnya.

Nilai kestabilan busa tertinggi pada kombinasi perlakuan konsentrasi

SLES 25% dan APG 3% sedangkan nilai kestabilan busa terendah adalah pada

kombinasi perlakuan konsentrasi SLES 35% dan APG 7%. Hasil pengujian diatas

menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan konsentrasi SLES semakin

Page 47: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

meningkat kestabilan busanya tetapi pada penambahan SLES dengan konsentrasi

tertentu akan menunjukkan kestabilan yang maksimum dan bila konsentrasi

ditambah kestabilan busa akan menurun. Grafik hubungan antara konsentrasi

SLES terhadap nilai rata-rata kestabilan busa disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dalam sabun cair terhadap

nilai rata-rata kestabilan busa sabun cair

Sodium Lauril Eter Sulfat merupakan surfaktan anionik golongan alkil

sulfat yang menghasilkan busa yang melimpah namun tidak stabil pada air sadah

(Spiess, 1996) akan tetapi dapat dibantu dengan surfaktan sekunder yang dapat

membantu menstabilkan busa yang dihasilkan oleh SLES. Keberadaan APG

selain sebagai zat pembusa juga diharapkan dapat meningkatkan kestabilan busa

pada sabun cair yang dihasilkan. Pada konsentrasi SLES 25% dan 30%,

penambahan APG dengan konsentrasi 3%, 5% dan 7% dapat meningkatkan

kestabilan busa yang dihasilkan oleh SLES. Akan tetapi, pada konsentrasi SLES

35% kestabilan menurun terus dan variasi konsentrasi APG tidak berpengaruh

pada peningkatan kestabilan busa.

8. Daya Bersih

Daya bersih merupakan karakteristik sabun cair yang menunjukkan

kemampuan sabun cair untuk mngangkat kotoran. Daya bersih biasa disebut

dengan daya deterjensi. Pengukuran daya bersih dilakukan dengan ftu

turbidimeter yang mengukur kekeruhan suatu larutan. Larutan air dan sabun cair

diukur terlebih dahulu kekeruhannya, kemudian kain yag sudah diolesi margarin

dimasukkan dan dibiarkan 10 menit. Kain yang mengandung lemak diibaratkan

Page 48: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

sebagai kotoran yang harus dibersihkan. Larutan sabun cair yang sudah

bercampur dengan lemak diukur lagi kekeruhannya. Selisih tingkat kekeruhan

awal dan akhir dinyatakan sebagai daya bersih. Kekeruhan diasumsikan sebagai

kotoran yang telah terangkat oleh sabun cair tersebut.

Nilai daya bersih sabun cair yang dihasilkan rata-rata berkisar antara 21,5-

44,0 ftu turbidity. Salah satu sabun cair cuci tangan komersial merk D memiliki

daya bersih 182 ftu turbidity dan sabun cuci tangan merk L memiliki daya bersih

184 ftu turbidity. Data hasil pengujian daya bersih disajikan pada Lampiran 13a.

Apabila nilai daya bersih sabun cair yang dihasikan dibandingkan dengan sabun

cair komersial nilai yang ditunjukkan berbeda jauh. Akan tetapi, sabun cair yang

dihasilkan memiliki daya bersih meskipun nilainya kecil.

Hasil pengujian ragam yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor

konsentrasi Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) berpengaruh nyata (α=0,05)

terhadap nilai daya bersih sabun yang dihasilkan. Akan tetapi, faktor konsentrasi

APG dan interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap nilai daya

bersih sabun cair yang dihasilkan. Hasil pengujian ragam disajikan pada Lampiran

13b. Setelah dilakukan uji lanjut (Lampiran 13c) diketahui bahwa penambahan

SLES pada konsentrasi 25% memiliki nilai daya bersih yang tidak berbeda nyata

dengan sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% akan tetapi berbeda nyata

dengan sabun cair dengan konsentrasi SLES 35%. Sabun cair dengan penambahan

SLES pada konsentrasi 35% memiliki nilai kestabilan busa yang tidak berbeda

nyata dengan sabun cair dengan konsentrasi SLES 30%.

Semakin tinggi konsentrasi SLES dalam sabun cair semakin tinggi pula

daya bersih dari sabun cair yang dihasilkan. Daya bersih tertinggi ditunjukkan

oleh sabun cair dengan konsentrasi SLES 35% dan APG 3% sedangkan daya

bersih terendah ditunjukkan oleh sabun cair dengan konsentrasi SLES 35% dan

APG 5%. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES terhadap nilai rata-rata

kestabilan busa disajikan pada Gambar 12.

Page 49: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Gambar 12. Grafik hubungan antara konsentrasi SLES dalam sabun cair terhadap

nilai rata-rata daya bersih sabun cair

Hargreaves (2003) menyatakan bahwa penggunaan SLES dalam suatu

formulasi baik sebagai surfaktan primer. Dalam suatu formulasi, SLES memiliki

aksi pembersihan yang besar dan itulah yang digunakan untuk menghilangkan

kotoran atau debu. Kotoran atau lemak dapat diangkat karena keberadaan

surfaktan. Surfaktan mempunyai gugus lipofilik yang dapat bergabung dengan

kotoran yang berupa lemak dan gugus hidrofilik yang bergabung dengan air

sekaligus. Hargreaves (2003) menyatakan bahwa kotoran minyak diangkat dari

pembawanya oleh keterlibatan aksi molekul surfaktan dalam air. Ekor lipofilik

dari molekul ditarik ke kotoran lemak dan menyerapnya dengan kepala hidrofilik

surfaktan bergabung kearah air. Kotoran minyak kemudian didispersi ke dalam air

dengan gaya yang sama dalam bentuk emulsi oil-in-water.

C. PENERIMAAN KONSUMEN

Uji kesukaan atau uji organoleptik adalah suatu pengujian yang bertujuan

untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap sabun cair yang dihasilkan.

Penilaian organoleptik adalah pengujian yang memanfaatkan kepekaan indera manusia

untuk mengukur atau menilai mutu suatu komoditas secara subyektif. Rahayu (1998)

menyatakan bahwa uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu uji

penerimaan. Panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan

atau sebaliknya.

Uji kesukaan dilakukan pada sampel sabun cair yang sebelumnya telah

dihitung skor atau pembobotan nilai uji karakteristiknya. Sabun cair yang digunakan

Page 50: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

adalah sabun cair yang memiliki skor tertinggi antara lain sabun cair dengan

konsentrasi SLES:APG masing-masing 30:3, 30:5, dan 30:7. Pengujian yang

dilakukan adalah uji kesukaan terhadap warna, aroma, kekentalan, banyaknya busa,

dan kesan setelah penggunaan sabun cair. Jumlah panelis sebanyak 30 orang dan skala

hedonik yang digunakan adalah 7 skala numerik yaitu 1=sangat tidak suka, 2=tidak

suka, 3=agak tidak suka, 4=netral, 5=agak suka, 6=suka, 7=sangat suka.

1. Warna

Warna merupakan salah satu pertimbangan konsumen untuk membeli

sabun cair. Penilaian terhadap warna sabun cair dilakukan dengan mengamati

secara visual dan menilai secara subyektif. Nilai kesukaan yang tinggi mewakili

warna yang paling disukai. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna sabun cair

yang dihasilkan berkisar antara 1 sampai dengan 7. Data tingkat kesukaan panelis

terhadap wanrna sabun cair yang dihasilkan disajikan pada lampiran 14a. Sabun

cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 3% memiliki kisaran nilai kesukaan

2-7 dengan rata-rata nilai 5,03. Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan

APG 5% memiliki kisaran nilai kesukaan 1-6 dengan nilai rata-rata kesukaan

3,90, sedangkan sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 7% memiliki

kisaran nilai kesukaan 1-6 dengan nilai rata-rata kesukaan 3,83.

Hasil uji Friedman menunjukkan bahwa ketiga sabun cair dengan

perlakuan berbeda tersebut menyebabkan nilai kesukaan panelis terhadap warna

sabun cair berbeda nyata pada masing-masing sampel (α=0,01). Rata-rata nilai

kesukaan panelis menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi APG yang

digunakan, panelis semakin tidak suka terhadap warna sabun cair yang dihasilkan.

Hasil uji friedman kesukaan panelis terhadap warna sabun cair disajikan pada

Lampiran 14b.

Sebanyak 70% panelis menunjukkan sikap agak suka sampai suka pada

sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 3%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa panelis banyak yang menyukai warna yang ditunjukkan oleh

sabun cair dengan kode tersebut. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap

warna sabun cair disajikan pada Gambar 13. Warna yang terdapat pada sabun cair

dipengaruhi oleh warna APG yaitu coklat tua. Sehingga semakin banyak

konsentrasi APG yang ditambahkan semakin meningkat derajat warna coklat yang

dihasilkan. Panelis menyukai sabun cair dengan konsentrasi APG 3%. Hal ini

Page 51: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai sabun cair dengan warna yang lebih

terang.

Keterangan :

A2B1 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 3%

A2B2 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 5%

A2B3 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 7%

Gambar 13. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap warna sabun cair

2. Aroma

Aroma sabun cair merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

konsumen saat membeli produk sabun cair. George dan Serdakowski (1996)

menyatakan bahwa penilaian terhadap aroma suatu sediaan sabun atau produk

akhirnya sama pentingnya dengan karakteristik lainnya. Penilaian aroma ini

dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap aroma sabun cair

yang dihasilkan. Penilaian kesukaan terhadap aroma dilakukan dengan menghirup

aroma sabun cair yang diujikan.

Nilai kesukaan panelis terhadap aroma sabun cair yang dihasilkan berkisar

antara 1-7. Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 3% memiliki

kisaran nilai kesukaan 2-6 dengan rata-rata nilai 3,97. Sabun cair dengan

konsentrasi SLES 30% dan APG 5% memiliki kisaran nilai kesukaan 2-7 dengan

nilai rata-rata kesukaan 4,13 sedangkan sabun cair dengan konsentrasi SLES 30%

dan APG 7% memiliki kisaran nilai 1-6 dengan nilai rata-rata 4,10. Hasil

pengujian kesukaan terhadap aroma disajikan pada Lampiran 15a. Hasil uji

Page 52: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Friedman menunjukkan bahwa ketiga sabun dengan perlakuan berbeda tersebut

tidak menyebabkan nilai kesukaan panelis terhadap aroma berbeda nyata pada

masing-masing sampel. Rata-rata nilai kesukaan panelis menunjukkan bahwa

panelis bersikap netral pada semua aroma sabun cair yang dihasilkan. Hasil uji

friedman kesukaan panelis terhadap warna sabun cair disajikan pada Lampiran

15b. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap aroma sabun cair disajikan

pada Gambar 14.

Keterangan :

A2B1 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 3%

A2B2 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 5%

A2B3 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 7%

Gambar 14. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap aroma sabun cair

Berdasarkan histogram tersebut masing-masing sabun lebih banyak dinilai

netral oleh panelis. Hanya saja 40% panelis memberikan penilaian agak suka

sampai suka terhadap sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 5.

Formulasi sabun cair ini tidak menggunakan tambahan bahan pewangi. Aroma

pada sabun cair dihasilkan oleh komponen bahan yang terdapat pada formula

sabun cair tersebut. Sediaan sabun cair yang dihasilkan telah memiliki aroma

sendiri sehingga jika dilakukan penambahan zat pewangi lain akan menghasilkan

wangi yang berbeda dengan wangi yang diinginkan. Variasi konsentrasi APG

tidak mempengaruhi kesukaan panelis pada aroma sabun cair secara berbeda

nyata karena aroma yang ditimbulkan oleh APG sama pada masing-masing

konsentrasi.

Page 53: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

3. Kekentalan

Sifat fisik sabun cair yang juga berpengaruh pada kesukaan konsumen

adalah kekentalan. Pengujian kesukaan terhadap kekentalan sabun cair yang

dihasilkan dilakukan dengan cara mengamati kekentalan sabun cair yang

dihasilkan saat dituangkan ke tangan. Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30%

dan APG 3% memiliki kisaran nilai kesukaan 2-7 dengan rata-rata nilai 4,67.

Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 5% memiliki kisaran nilai

kesukaan 3-7 dengan nilai rata-rata kesukaan 4,97, sedangkan sabun cair dengan

konsentrasi SLES 30% dan APG 7% memiliki kisaran nilai kesukaan 1-7 dengan

nilai rata-rata kesukaan 4,63. Nilai rata-rata kesukaan panelis menunjukkan bahwa

panelis rata-rata memberi kesan netral sampai agak suka terhadap kekentalan

sabun cair yang diujikan. Hasil pengujian kesukaan terhadap kekentalan sabun

cair disajikan pada Lampiran 16a.

Hasil uji Friedman menunjukkan bahwa ketiga sampel sabun cair yang

diuji tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kesukaan panelis terhadap

kekentalan sabun cair. Nilai rata-rata kesukaan panelis menunjukkan bahwa

panelis memberikan respon yang netral sampai agak suka pada kekentalan ketiga

sampel sabun yang diuji. Hasil uji friedman disajikan pada Lampiran 16b.

Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan sabun cair disajikan pada

Gambar 15.

Panelis paling banyak memberikan nilai 5 pada sabun cair dengan

konsentrasi SLES 30% dan APG 3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa panelis

agak suka pada kekentalan sabun cair tersebut. Panelis paling banyak memberikan

nilai 6 pada sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 5%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa panelis banyak yang menyukai kekentalan yang ditunjukkan

sabun cair tersebut. Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 7%

paling banyak diberi nilai kesukaan 6. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak

panelis yang bersikap suka dengan kekentalan sabun cair tersebut. Jumlah nilai 6

yang diberikan pada sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 7% lebih

banyak daripada sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 5%. Hal

Page 54: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

tersebut menunjukkan lebih banyak panelis yang menyukai kekentalan sabun cair

dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 7%.

Keterangan :

A2B1 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 3%

A2B2 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 5%

A2B3 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 7%

Gambar 15. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan sabun cair

Panelis pada umumnya tidak menyukai sabun cair yang terlalu encer atau

teralu kental. Pengujian viskositas menunjukkan nilai viskositas terendah dari

ketiga sampel adalah sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 3%

(150,5 cP), nilai viskositas sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG

5% adalah 390 cP dan viskositas tertinggi yaitu sabun cair dengan konsentrasi

SLES 30% dan APG 7% (2150 cP). Sabun cair yang paling disukai kekentalannya

oleh konsumen (66,67% panelis) adalah sabun cair dengan konsentrasi SLES 30%

dan APG 7% (2150cP). Panelis menyukai sabun cair dengan viskositas sedang,

sabun cair dengan viskositas 2150 cP tidak terlalu kental dan mudah diaplikasikan

dalam keperluan sehari-hari. Konsumen menyimpulkan bahwa kebanyakan sabun

cair itu biasanya merupakan cairan yang kental.

4. Banyaknya Busa

Busa merupakan sifat fisik sabun yang sangat mempengaruhi kesukaan

konsumen. Corredoira dan Pandolfi (1996) menyatakan bahwa meskipun

pembusaan tidak sepenuhnya bisa disamakan dengan dengan detergensi,

Page 55: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

konsumen berfikir dan menyimpulkan bahwa banyaknya busa sesuai dengan

kualitas dan pembersihan suatu sabun. Penilaian kesukaan terhadap banyaknya

busa yang dihasilkan dilakukan dengan memakai sabun yang diujikan untuk

mencuci tangan dan menilai banyaknya busa yang dihasilkan.

Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 3% memiliki kisaran

nilai kesukaan 2-7 dengan rata-rata nilai 4,8. Sabun cair dengan konsentrasi SLES

30% dan APG 5% memiliki kisaran nilai kesukaan 3-7 dengan nilai rata-rata

kesukaan 5,23, sedangkan sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 7%

memiliki kisaran nilai kesukaan 2-7 dengan nilai rata-rata kesukaan 5,1. Rata-rata

nilai kesukaan panelis terhadap banyaknya busa yang dihasilkan menunjukkan

bahwa panelis agak menyukai banyaknya busa yang dihasilkan oleh sabun cair

yang diuji. Hasil pengujian kesukaan terhadap banyaknya busa disajikan pada

Lampiran 17a. Pengujian Friedman menunjukkan bahwa nilai kesukaan terhadap

banyaknya busa yang dihasilkan oleh sabun cair tidak berbeda nyata pada masing-

masing sampel. Hasil pengujian Friedman disajikan pada Lampiran 17b.

Panelis paling banyak memberikan nilai 6 pada sabun cair dengan

konsentrasi SLES 30% dan APG 3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa panelis

suka pada banyaknya busa yang dihasilkan sabun cair tersebut. Panelis paling

banyak memberikan nilai 6 pada sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan

APG 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa panelis banyak yang menyukai

banyaknya busa yang dihasilkan sabun cair tersebut. Sabun cair dengan

konsentrasi SLES 30% dan APG 7% paling banyak diberi nilai kesukaan 5 dan 6.

Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak panelis yang bersikap agak suka sampai

suka dengan banyaknya busa yang dihasilkan sabun cair tersebut. Histogram

tingkat kesukaan panelis terhadap banyaknya busa yang dihasilkan sabun cair

disajikan pada Gambar 16. Secara garis besar 76,67% panelis menyatakan agak

suka sampai sangat suka terhadap sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan

APG 7%.

Surfaktan yang menghasilkan busa pada formulasi sabun cair ini adalah

Sodium Lauril Eter Sulfat. Spiess (1996) menyatakan bahwa surfaktan golongan

alkil sulfat adalah pembusa yang sangat baik, menghasilkan busa yang banyak dan

lembut. Sampel yang digunakan pada pengujian organoleptik adalah sabun cair

yang mengandung SLES dengan konsentrasi yang sama sehingga penilaian

panelis terhadap ketiga sampel tidak berbeda nyata

Page 56: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Keterangan :

A2B1 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 3%

A2B2 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 5%

A2B3 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 7%

Gambar 16. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap bayaknya busa yang

dihasilkan sabun cair

5. Kesan Setelah Penggunaan

Kesan setelah penggunaan adalah rasa yang tertinggal di kulit setelah

pemakaian produk sabun cair. Beberapa sabun meninggalkan rasa kering pada

kulit sehingga konsumen tidak menyukai kesan tersebut. Penilaian terhadap kesan

setelah penggunaan dilakukan oleh panelis dengan mencuci tangan dan merasakan

kesan setelah tangan dikeringkan.

Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 3% memiliki kisaran

nilai kesukaan 2-7 dengan rata-rata nilai 4,23. Sabun cair dengan konsentrasi

SLES 30% dan APG 5% memiliki kisaran nilai kesukaan 2-6 dengan nilai rata-

rata kesukaan 4,2, sedangkan sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG

7% memiliki kisaran nilai kesukaan 2-6 dengan nilai rata-rata kesukaan 4,5. Rata-

rata nilai kesukaan panelis terhadap kesan setelah penggunaan menunjukkan

bahwa panelis memberikan respon netral terhadap kesan setelah penggunaan

sabun cair yang diuji. Hasil pengujian kesukaan terhadap kesan setelah

penggunaan disajikan pada Lampiran 18a.

Pengujian Friedman menunjukkan bahwa nilai kesukaan terhadap kesan

setelah penggunaan sabun cair tidak berbeda nyata pada masing-masing sampel.

Hasil pengujian Friedman disajikan pada Lampiran 18b. Histogram tingkat

Page 57: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

kesukaan panelis terhadap kesan setelah penggunaan sabun cair disajikan pada

Gambar 17.

Keterangan :

A2B1 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 3%

A2B2 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 5%

A2B3 : Sabun cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 7%

Gambar 17. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap kesan setelah

penggunaan sabun cair

Sebagian besar panelis (50%) menyukai kesan setelah penggunaan sabun

cair dengan konsentrasi SLES 30% dan APG 7%. Kebanyakan konsumen tidak

menyukai kesan kering yang disebabkan oleh sabun cair yang dipakai. Spiess

(1996) menjelaskan bahwa hal negatif dari penggunaan alkil sulfat adalah

memiliki sifat iritan yang cukup tinggi meskipun sebagai pengecualian adalah

magnesium lauril sulfat, yang mengkombinasikan kelembutan surfaktan sekunder

sebagai pembersih yang baik dan sifat pembusa dari surfaktan primer. Iritasi dapat

dikurangi dengan penambahan surfaktan sekunder yang bersifat lembut dan

kontak dengan lapisan kulit yang tidak terlalu lama atau sewajarnya saja.

Sebagian besar panelis lebih menyukai kesan setelah penggunaan sabun dengan

konsentrasi SLES 30% dan APG 7%. APG diharapkan bisa menetralkan sifat

pembusa yang menyebabkan kulit kering. Sebagian besar agen pembusa biasanya

selain menghasilkan busa dan mengangkat kotoran dari permukaan yang terpapar

juga mengangkat kelembaban dari lapisan epidhermis kulit. Oleh karena itu,

biasanya sabun masndi dilengkapi dengan gliserin yang menimbulkan kesan licin

yang biasanya disebut lembut oleh konsumen.

Page 58: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

D. REKAPITULASI HASIL PEMBAHASAN

1. Karakteristik SLES dan APG

Tabel 4. Karakteristik SLES dan APG yang Digunakan dalam Formulasi Sabun

Cair

Parameter Hasil Pengujian

SLES APG

Tegangan Permukaan (dyne/cm) 36.45-40.4 30.45-33.2

Tegangan Antarmuka (dyne/cm) 7.95-11.95 7.75-11.95

penurunan tegangan permukaan (%) 43.88-49.45 53.89-57.71

penurunan tegangan antarmuka (%) 57.92-72.01 57.92-72.71

2. Karakteristik Sabun Cair

Tabel 5. Karakteristik Sabun Cair yang Dihasilkan

Analisis Sabun Cair Hasil Pengujian Syarat Mutu Keterangan

pH 6,63-7,20 6,5-8,0 memenuhi syarat

Bobot Jenis (g/ml) 1,035-1,100 1.010-1,100 memenuhi syarat

Cemaran Mikroba (koloni/g) 0-4,3x102 < 10

5 memenuhi syarat

viskositas (cP) 42,5-12000 400-4000

Sebagian

memenuhi syarat

Penurunan Tegangan

Permukaan (dyne/cm) 45,49-50,42

tidak

disyaratkan

Terbaik = nilai

terbesar

Penurunan Tegangan

Antarmuka (dyne/cm) 55,63-60,56

tidak

disyaratkan

Terbaik = nilai

terbesar

Kestabilan Busa (%) 60-87,5

tidak

disyaratkan

Terbaik = nilai

terbesar

Daya Bersih 21-42,5

tidak

disyaratkan

Terbaik = nilai

terbesar

3. Pembobotan Parameter

Pembobotan parameter ditujukan untuk mengetahui skor tertinggi dari

sabun cair yang dihasilkan untuk menentukan produk terbaik. Pembobotan terdiri

dari tiga tahap. Pembobotan pertama adalah pembobotan terhadap pengujian

karakteristik sabun cair dan bertujuan untuk mengetahui produk terbaik untuk

selanjutnya digunakan untuk pengujian kesukaan konsumen. Pembobotan tahap

kedua adalah pembobotan terhadap parameter uji kesukaan untuk mengetahui

produk yang terbaik menurut pengujian kesukaan. Pembobotan tahap ketiga

adalah pembobotan total dari karakterisasi sabun cair dan pengujian kesukaan.

Pembobotan dilakukan secara subyektif dan mengacu pada penilaian pakar

dalam Rialen (2005). Penilaian secara subyektif menggunakan kisaran

Page 59: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

kepentingan 1-5 dilakukan terhadap masing-masing parameter kemudian

dilakukan pembobotan. Nilai bobot kemudian dikalikan dengan nilai ranking

untuk mendapatkan skor. Pemberian ranking dilakukan dengan kisaran 1-3. Nilai

ranking selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:

Nilai 1 diberikan jika : a. Tidak memenuhi standar

b. Jumlah panelis yang tidak suka lebih banyak

dari yang netral dan suka.

Nilai 2 diberikan jika : a. Memenuhi standar tetapi nilai tersebut tidak

dianjurkan

b. Jumlah panelis yang netral lebih banyak

daripada yang tidak suka dan suka.

Nilai 3 diberikan jika : a. Memenuhi standar

b. Jumlah panelis yang suka lebih banyak

daripada yang netral dan tidak suka.

Produk dengan skala tertinggi merupakan produk terbaik.

Pembobotan pembobotan untuk karakteristik sabun cair disajikan pada

Tabel 6. Setelah dilakukan pembobotan terhadap karakteristik sabun cair yang

dihasilkan maka dilakukan pemberian skor dengan mengalikan bobot parameter

dengan nilai rangking yang telah diberikan pada masing-masing produk sesuai

dengan ketentuan diatas. Skor yang diperoleh kemudian dijumlahkan dan tiga

produk dengan nilai/skor tertinggi digunakan sebagai sampel pada pengujian

organoleptik.

Tabel 6. Pembobotan terhadap Karakterisasi Sabun Cair

parameter nilai kepentingan bobot

pH 5 0.16129

Bobot Jenis 5 0.16129

Cemaran Mikroba 5 0.16129

Viskositas 4 0.129032

Kestabilan Busa 4 0.129032

Tegangan Permukaan 2 0.064516

Tegangan Antarmuka 3 0.096774

Daya Bersih 3 0.096774

Total 31 1

Page 60: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Tabel 7. Skor Produk Berdasarkan Karakteristik Sabun Cair

Parameter Skor

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

pH 0.484 0.484 0.484 0.484 0.484 0.484 0.484 0.4839 0.484

Bobot Jenis 0.484 0.484 0.484 0.484 0.484 0.484 0.323 0.3226 0.323

Cemaran Mikroba 0.323 0.323 0.323 0.484 0.484 0.323 0.323 0.4839 0.323

Viskositas 0.129 0.129 0.129 0.129 0.258 0.387 0.129 0.129 0.129

Kestabilan Busa 0.387 0.387 0.387 0.387 0.258 0.258 0.387 0.2581 0.129

Penurunan Tegangan

Permukaan

0.129 0.129 0.129 0.129 0.129 0.129 0.129 0.129 0.129

Penurunan Tegangan

Antarmuka

0.29 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29 0.2903 0.29

Daya Bersih 0.194 0.097 0.097 0.194 0.097 0.194 0.29 0.0968 0.097

Total 2.419 2.323 2.323 2.581 2.484 2.548 2.355 2.1935 1.903

Keterangan:

A1 = konsentrasi SLES 25% B1 = konsentrasi APG 3%

A2 = konsentrasi SLES 30% B2 = konsentrasi APG 5%

A3 = konsentrasi SLES 35% B3 = konsentrasi APG 7%

Total Skor tertinggi menurut Tabel 7 adalah sabun cair dengan kode

A2B1, A2B2, dan A2B3. Setelah diuji kesukaan maka pembobotan kedua

dilakukan untuk mengetahui sabun cair mana yang disukai. Pembobotan terhadap

parameter uji kesukaan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Pembobotan terhadap Parameter Kesukaan Sabun Cair

Kesukaan terhadap nilai kepentingan bobot

Aroma 5 0.20833

Warna 5 0.20833

Kekentalan 4 0.16667

Banyaknya busa 5 0.20833

Kesan setelah pemakaian 5 0.20833

Total 24 1

Nilai skor diperoleh dengan mengalikan nilai bobot dengan nilai ranking

seperti pembobotan terhadap parameter karakteristik sabun cair. Nilai skor

disajikan pada tabel 9.

Page 61: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Tabel 9. Nilai Skor Produk Berdasarkan Kesukaan Panelis

Kesukaan terhadap A2B1 A2B2 A2B3

NR NR x NB NR NR x NB NR NR x NB

Aroma 3 0.625 3 0.625 2 0.4167

Warna 3 0.625 1 0.2083 1 0.2083

Kekentalan 3 0.5 3 0.5 3 0.5

Banyaknya busa 3 0.625 3 0.625 3 0.625

Kesan setelah pemakaian 3 0.625 3 0.625 3 0.625

Total 3 2.5833 2.375

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

NB= Nilai Bobot NR= Nilai Ranking

Pembobotan terakhir dilakukan untuk mengetahui produk terbaik dengan

menggabungkan kedua parameter yaitu karakteristik sabun cair dan kesukaan

konsumen. Pembobotan dilakukan dengan 5 skala numerik seperti yang dilakukan

pada pembobotan sebelumnya. Nilai pembobotan disajikan pada Tabel 10 dan

Tabel 11 menunjukkan penilaian total.

Tabel 10. Pembobotan terhadap Uji Karakteristik dan Uji Kesukaan Sabun Cair

Parameter nilai kepentingan Bobot

Uji Karakteristik 5 0.5

Uji Kesukaan 5 0.5

Total 10 1

Tabel 11. Penilaian Total terhadap Produk Berdasarkan Karakteristik Sabun Cair

dan Uji Kesukaan

Parameter A2B1 A2B2 A2B3

Skor Skor x NB Skor Skor x NB Skor Skor x NB

Uji Karakteristik

Sabun Cair 2.581 1.2905 2.484 1.242 2.548 1.274

Uji Kesukaan 3 1.5 2.5833 1.2917 2.5833 1.2917

Total 2.7905 2.5337 2.5657

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

NB= Nilai Bobot

Setelah pembobotan dilakukan maka dapat diketahui bahwa produk yang

terbaik sesuai pengujian karakteristik sabun cair dan pengujian terhadap kesukaan

konsumen adalah produk dengan kode A2B1 yaitu sabun cair dengan konsentrasi

SLES 30% dan APG 3% dengan total skor 2,7905.

Page 62: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Surfaktan Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil Poliglukosida (APG)

dapat diaplikasikan masing-masing sebagai surfaktan primer dan surfaktan sekunder

dalam formulasi sabun cair. Perbedaan konsentrasi SLES dan atau APG memberikan

pengaruh nyata (α=0,05) terhadap karakteristik sabun cair yang dihasilkan meliputi

nilai pH, bobot jenis, cemaran mikroba, viskositas, penurunan tegangan permukaan

air, penurunan tegangan antarmuka air:xylen, kestabilan busa dan daya bersih.

Sabun cair yang dihasilkan berwarna coklat dan transparan. Produk memiliki

nilai pH rata-rata antara 6,63-7,20, nilai tersebut sesuai dengan standar mutu SNI yaitu

6-8. Nilai rata-rata bobot jenis relatif antara 1,039-1,095 g/ml, sesuai dengan standar

mutu SNI yaitu antara 1,00-1,10 g/ml. Nilai cemaran mikroba antara 0-4,3x103

koloni/g, nilai tersebut masih dibawah batas minimum cemaran mikroba pada SNI

yaitu 1x105 koloni/g. Nilai viskositas rata-rata antara 42,5-12.200 cP sedangkan nilai

viskositas menurut Spiess (1996) adalah antara 400-4000 cP. Sabun cair yang

dihasilkan mampu menurunkan tegangan permukaan air rata-rata 46,39-50,17%

sedangkan sabun cair komersial mampu menurunkan tegangan permukaan air sebesar

54,93% dan 54,44%. Tegangan antarmuka air:xylen menurun sampai rata-rata 55,99-

60,04% dengan penambahan sabun cair yang dihasilkan sedangkan sabun cair

komersial menurunkan tegangan antarmuka air:xylen sebesar 68,31% dan 64,79%.

Kestabilan busa rata-rata antara 57,85-75,19% sedangkan sabun cair komersial

memiliki kestabilan busa sebesar 84,62% dan 85,71%. Daya bersih rata-rata berkisar

antara 27,5-41,5 ftu turbidity sedangkan nilai daya bersih sabun cair komersial adalah

182 dan 184 ftu turbidity.

Penerimaan konsumen terhadap warna sabun cair rata-rata antara 3,83-5,03;

aroma rata-rata 3,97-4,13; kekentalan rata-rata 4,63-4,97; banyaknya busa rata-rata

4,8-5,23, dan kesan setelah penggunaan rata-rata 4,2-4,5.

Hasil pembobotan sederhana menunjukkan bahwa produk terbaik berdasarkan

pengujian karakteristik sabun cair dan pengujian kesukaan konsumen adalah sabun

cair dengan kode A2B1 yaitu sabun cair dengan kombinasi konsentrasi SLES 30% dan

konsentrasi APG 3%. Sabun tersebut memiliki nilai pH 6,93; bobot jenis 1,046;

cemaran mikroba negatif; viskositas 150,25 cP; penurunan tegangan permukaan

46,91%; penurunan tegangan antarmuka 57,04%; kestabilan busa 73,74%, dan daya

Page 63: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

bersih 37 ftu turbidity. Hasil uji kesukaan terhadap sabun cair ini menunjukkan nilai

kesukaan terhadap warna sebesar 5,03; aroma 3,96; kekentalan 4,67; banyaknya busa

4,8; dan kesan setelah penggunaan 4,23.

B. SARAN

Perlu dikembangkan kembali pemanfaatan SLES dan APG ke dalam produk

pembersih atau pembusa lain seperti shampo, pencuci piring, atau pembersih yang

lainnya. Perlu dilakukan pengembangan terhadap formulasi sabun cair dengan

penambahan bahan lain seperti pelembut sehingga dapat diaplikasikan lebih luas

sebagai cairan pembersih yang dapat melembabkan atau melembutkan kulit.

Page 64: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. ―Triclosan‖. Dalam http//www.wikipedia.org. 23 Maret 2009.

BPPT. 2006. ―Sagu, Potensial Perkaya Keragaman Pangan‖. Dalam http//www.bbpt.go.id.

6 Juni 2009.

Bujang K dan F.B. Ahmad. 2000. ‖Production and Utilization in Malaysia‖. Dalam : Sagu

Untuk Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Sagu; Manado, 6 Oktober

2003. manado. Pusat Penelitian dan pengembangan Perkebunan manado. Halaman

16-19.

Corredoira, R. dan A. R. Pandolfi. 1996. ―Raw Materials and Their Pretreatment for Soap

Production‖. Dalam Soaps and Detergents A Theoritical and Pratical Review.

AOCS Press, Champaign, Illinois.

Gaman, P. M, K. M. Sherrington. 1990. The Science of Food, 3rd

edition. Pergamon Press,

Oxford.

George, E. D. dan J. A. Serdakowski. 1996. ―The Formulation of Bar Soap‖. Dalam Soaps

and Detergents A Theoritical and Pratical Review. AOCS Press, Champaign,

Illinois.

Geourgeiou G., C.L. Sung., dan M.M. Shara. 1992. Surface Active Compund from

Microorganisms. Departement of Chemical Engineering and Petrolium

Engineering. University of Texas, Austin.

Glaser, A. 2004. ―The Obiquitous Triclosan‖. Dalam http//www.beyondpesticides.org. 23

Maret 2009.

Hall, K. 2000. ―Sustainable Surfactant: Renewable Feedstocks for The 21st Century- Fat

and Oil as Oleochemical Raw Material‖. Dalam http://www.nf.org. 19 Februari

2009.

Hargreaves, T. 2003. Chemical Formulation: An Overview of Surfactant-Based

Preparations Used In Everyday Life. RSC Paperbacks, Cambridge.

Hill, K. 2001. ―New Cosmetic Raw Materials from Fats and Oils‖. Dalam http//www.scf-

online.com/issue26. 19 Februari 2009.

Matheson, K. L. 1996. ―Surfactant Raw Material: Classification, Synthesis, and Uses‖.

Dalam : Spitz, L. (Edl. Soap and Detergent: A Theoretical and Practical Review).

AOCS Press, Champaign, Illinois.

Paul, L., G. Rozsa, dan T. Rozsa. 2002. ―Liquid Foaming Soap Composition‖. US Patent

No 0137641. Dalam http://www.freepatentsonline.com/0137641/ 19 Januari 2009.

Pomeranz, Y. 1991. Functionalk Properties of Food Components. Second Edition.

Academic Press Inc.

Page 65: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Present, Z. 2000. ―All About Fatty alkohol‖. Dalam http://www.condea.org. 19 Februari

2009.

Rahayu, P. 1998. Uji Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. IPB, Bogor.

Rialen, N. 2005. Kajian Pengaruh Konsentrasi Gel Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap

Karakteristik Sabun Cair. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.

Rosen, M. J. 2004. Surfactants and Interfacial Phenomena. John Wiley & Sons, Inc, New

Jersey.

Shipp, J. J. 1996. ―Hair-care Products‖. Dalam Chemistry and Technology of The

Cosmetics and Toiletries Industry Second Edition. Blackie Academic &

Professional, London.

Spiess, E. 1996. ―Raw Materials‖. Dalam Chemistry and Technology of The Cosmetics and

Toiletries Industry Second Edition. Blackie Academic & Professional, London.

Standar Nasional Indonesia. 1996 (SNI: 06-4085-1996). Dewan Standardisasi Nasional,

Jakarta.

Suryani, A., I. Saillah, E. Hambali. 2002. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri

Pertanian, FATETA-IPB, Bogor.

Swern, D. 1979. ―Bailey’s Industrial Oil and fat Products‖. Vol. 14 th Edition. John Willey

and Son Inc., New York.

Wasiaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas Indonesia

(UI Press), Jakarta.

Wibisono, A dan Budiono. 2004. Pembuatan Sabun Cair dengan Bahan Dasar Alkil

Benzena Sulfonat. Dalam Kumpulan Makalah: Seminar Mahasiswa Kimia Tekstil 9

Maret 2004, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung.

Page 66: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi
Page 67: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 1. Analisis yang dilakukan pada Sodium Lauril Sulfat (SLES), Alkil

Poliglikosida (APG), dan sabun cair

1. Pengukuran tegangan permukaan metode Du Nouy (ASTM D-1331. 2000)

Peralatan dan wadah sampel yang digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu

dengan larutan asam sulfat-kromat dan dibilas dengan aquades, lalu dikeringkan. Cincin

platinum yang digunakan pada alat tensiometer dan mempunyai mean circumferense =

5.945. Posisi alat diatur agar horizontal dengan water pass dan diletakkan pada tempat

yang bebas dari gangguan, seperti getaran, angin, sinar matahari dan panas. Larutan

surfaktan dengan ragam konsentrasi, dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diletakkan di

atas dudukan tensiometer. Suhu cairan di ukur dan dicatat. Selanjutnya cincin platinum

dicelupkan ke dalam sampel tersebut (lingkaran logam tercelup ± 3 mm di bawah

permukaan cincin). Skala vernier tensiometer diatur pada posisi nol dan jarum penunjuk

harus berada pada posisi terhimpit dengan garis pada kaca. Selanjutnya kawat torsi diputar

perlahanlahan sampai film cairan tepat putus, saat film cairan tepat putus, skala di baca dan

dicatat sebagai nilai tegangan permukaan.

2. Pengukuran tegangan antarmuka (ASTM D-1331. 2000)

Metode menentukan tegangan antarmuka hampir sama dengan pengukuran

tegangan permukaan. Tegangan antarmuka menggunakan dua cairan yang berbeda tingkat

kepolarannya, yaitu larutan surfaktan dengan ragam konsentrasi dan xilena (1:1). Larutan

surfaktan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam wadah sampel, kemudian dicelupkan

cincin platinum ke dalamnya (lingkaran logam tercelup ± 3 mm di bawah permukaan

cincin). Setelah itu, secara hati-hati larutan xilena ditambahkan di atas larutan surfaktan

sehingga sistem terdiri atas dua lapisan. Kontak antara cincin dan larutan xilena sebelum

pengukuran harus dihindari. Setelah tegangan antarmuka mencapai equilibrium, yaitu

benar-benar terbentuk dua lapisan terpisah yang sangat jelas, pengukuran selanjutnya

dilakukan dengan cara yang sama pada pengukuran tegangan permukaan.

3. pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Langkah awal

pengukuran adalah kalibrasi pH meter dengan menggunakan buffer pH kemudian elektroda

yang sudah dibersihkan dengan aquades dicelupkan ke dalam contoh yang akan diperiksa.

Nilai pH dapat dibaca pada skala yang ditunjukkan.

Page 68: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

4. Bobot Jenis

Bersihkan piknometer dengan cara membilas dengan aseton kemudian dengan

dietil eter. Bersihkan piknometer dan timbang. Dinginkan contoh lebih rendah dari suhu

penetapan. Masukkan contoh dari dalam rendaman air es, biarkan sampai suhu 25 C dan

tetapkan sampai garis tera. Angkat piknometer dari rendaman air es biarkan pada suhu

kamar dan timbang. Bobot contoh dikurangi dengan bobot piknometer dan disebut W2.

Ulangi pengerjaan tersebut dengan menggunakan air suling sebagai pengganti contoh

(W1).

Bobot Jenis relatif =

5. Angka Lempeng Total

Disiapkan alat-alat untuk penyiapan yang sudah steril atau dapat disterilkan dengan

menggunakan api bunsen setelah terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70%. Cara

terakhir dilakukan sesaat sebelum pengujian dilangsungkan. Untuk wadah plastik, pada

bagian yang akan dibuka dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian dibuka secara

aseptic. Lakukan homogenisasi contoh dengan memipet 25 ml contoh dan masukan ke

dalam Erlenmeyer atau wadah lain yang telah berisi 225 ml larutan pengencerhingga

diperoleh pengenceran 1:10. Dikocok dengan baik kemudian dilanjutkan dengan

pengenceran yang dibutuhkan. Pipet 1 ml dari masing-masing pengenceran ke dalam

cawan petri steril secara duplo. Kedalam setiap cawan petri tuangkan sebanyak12-15 ml

media PCA yang telah dicairkanyang bersuhu 45±1ºC dalam waktu 15 menit dari

pengenceran pertama. Goyangkan cawan dengan hati-hati sampai tercampur rata dengan

pembenihan. Biarkan membeku. Masukkan ke dalam inkuator dan inkubasikan pada suhu

53±1ºC selama 24-48 jam.

6. Viskositas (British Stansard 757)

Pengukuran dilakukan dengan alat Viscometer Brookfield LV. Larutan diukur

kekentalannya dengan kecepatanpengadukan 30 rpm secara duplo. Hasil yang terbaca pada

alat dikalikan dengan faktor koreksi.

Kekentalan (cP) = angka yang terbaca x faktor koreksi pada viskosimeter

7. Kestabilan Busa

Air aquades dan sabun mandiu cair dengan perbandingan 9:1 dimasukkan ke dalam

Page 69: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

tabung reaksi. Tabung reaksi yang telah berisi larutan tersebut diletakkan diatas vortex

untuk dilakukan pemutaran. Lama pemutaran dilakukan selama 5 menit. Setelah

pemutaran, hitung tinggi busa yang terdapat pada tabung reaksi (a cm). diamkan tabung

reaksi selama satu jam, kemudian hitung kembali tinggi busa yang masih tertinggal di

dalam tabung reaksi (b cm). Persentase tinggi busa yang tertinggal dibandingkan dengan

busa awal merupakan nilai kestabilan busa.

8. Daya Bersih

Kain putih bersih dipotong menjadi ukuran 10x10 cm. Timbang mentega sebanyak

kemudian dioleskan secara merata pada seluruh permukaan kain. Tempatkan air aquades

sebanyak 200 ml dalam gelas piala kemudian tambahkan sabun mandi cair 20 ml

kemudian diaduk. Air tersebut kemudian diukur kekeruhannya (A ftu turbidity). Masukkan

kain yang telah diolesi mentega ke dalam gelas piala yang telah berisi air sabun dan

diamkan selama 10 menit. Air yang telah didiamkan dan diangkat kainnya diukur

kekeruhannya (B ftu turbidity).

Daya bersih = B ftu turbidity – A ftu turbidity

Page 70: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 2. Diagram Alir Pembuatan Sabun Cair

SLE

S

AP

G

Triclosa

n

Polisorbat

20

Pencampura

n T= 65°C

Pencampura

n T= 65°C

Pencampura

n T= 65°C

Pencampura

n T= 50°C Air T=50°C

Sabun Cair

Page 71: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 3. Contoh Lembar Uji Kesukaan

UJI KESUKAAN SABUN CAIR

Tanggal : ______________________

Nama : ______________________

Instruksi : 1. Berikan penilaian anda terhadap atribut yang ada dengan memberi tanda

ceklist pada kolom nilai

2. Jangan mengulang/membandingkan contoh yang disediakan

Tingkat kesukaan :

7 = sangat suka 6 = suka 5 = agak suka

4 = netral 3 = agak tidak suka 2 = tidak suka

1 = sangat tidak suka

1. Warna

kode

contoh

penilaian

1 2 3 4 5 6 7

913

428

852

2. Aroma

kode

contoh

penilaian

1 2 3 4 5 6 7

913

428

852

3. Kekentalan

kode

contoh

penilaian

1 2 3 4 5 6 7

913

428

852

4. Banyaknya Busa

kode

contoh

penilaian

1 2 3 4 5 6 7

913

428

852

5. Rasa yang Tertinggal pada Kulit

kode

contoh

penilaian

1 2 3 4 5 6 7

913

428

852

Page 72: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 4. Hasil Analisis Karakteristik SLES dan APG

a. Data hasil pengujian tegangan permukaan SLES

Konsentrasi (g/l) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

1 40.3 40.5 40.4

2 39 39.3 39.15

3 38 38 38

4 37.7 37.6 37.65

5 36.5 36.4 36.45

b. Data hasil pengujian tegangan permukaan APG

Konsentrasi (g/l) Ulangan 1 Ulangan2 Rata-rata

0.1 33.2 33.2 33.2

0.2 32.5 32.5 32.5

0.3 31.6 31.6 31.6

0.4 31.2 31.3 31.25

0.5 30.4 30.5 30.45

c. Data hasil pengujian tegangan antarmuka APG

Konsentrasi (g/l) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

1 12 11.9 11.95

2 11.6 11.5 11.55

3 10.8 10.8 10.8

4 8.4 8.5 8.45

5 8 7.9 7.95

d. Data hasil pengujian tegangan antarmuka APG

Konsentrasi (g/l) Ulangan 1 Ulangan2 Rata-rata

0.1 11.9 12 11.95

0.2 10.8 10.7 10.75

0.3 9.9 9.6 9.75

0.4 8.8 8.8 8.8

0.5 8 7.5 7.75

Page 73: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 5. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan terhadap pH

sabun cair

a. Data hasil pengujian pH sabun cair

Konsentrasi

SLES (%)

Konsentrasi

APG (%)

pH

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

25 3 7.19 7.20 7.195

25 5 7.02 6.89 6.955

25 7 6.76 6.76 6.760

30 3 6.91 6.95 6.930

30 5 6.70 6.67 6.685

30 7 6.67 6.64 6.655

35 3 6.93 6.94 6.935

35 5 6.76 6.80 6.780

35 7 6.67 6.63 6.650

b. Hasil pengujian ragam terhadap pH sabun cair (α=0,05)

Sumber

Keragaman df

Jumlah

kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung F tabel Sig.

SLES 2 0.1590 0.0795 60.3900 4.256 0.0001

APG 2 0.3390 0.1695 128.7500 4.256 0.0001

SLES*APG 4 0.0233 0.0058 4.4300 3.633 0.0298

Error 9 0.0119 0.0013

Total 17 0.5333

F Hitung > F Tabel = berpengaruh nyata

F Hitung < F Tabel = tidak berpengaruh nyata

c. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi SLES terhadap nilai pH sabun cair

(α=0,05)

Konsentrasi SLES (%) Rata-rata

Pengelompokan

Duncan

25 6.970 A

35 6.788 B

30 6.757 B

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 74: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

d. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi APG terhadap nilai pH sabun cair

(α=0,05)

Konsentrasi APG (%) Rata-rata Pengelompokan

Duncan

3 7.020 A

5 6.807 B

7 6.688 C

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

e. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh interaksi konsentrasi SLES dan konsentrasi

APG terhadap nilai pH sabun cair (α=0,05)

Konsentrasi

SLES(%)

Konsentrasi

APG (%) Rata-Rata

Pengelompokan

Duncan

25 3 7.195 A

25 5 6.955 B

35 3 6.935 B

30 3 6.93 B

35 5 6.78 C

25 7 6.76 CD

30 5 6.685 DE

30 7 6.655 E

35 7 6.65 E

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 75: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 6. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan terhadap bobot

jenis sabun cair

a. Data hasil pengujian bobot jenis sabun cair

Konsentrasi

SLES (%)

Konsentrasi

APG (%)

Bobot jenis (g/ml)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

25 3 1.042 1.035 1.039

25 5 1.045 1.045 1.045

25 7 1.046 1.051 1.049

30 3 1.047 1.044 1.046

30 5 1.052 1.052 1.052

30 7 1.055 1.054 1.055

35 3 1.074 1.090 1.082

35 5 1.090 1.085 1.088

35 7 1.100 1.090 1.095

b. Hasil pengujian ragam terhadap bobot jenis sabun cair (α=0,05)

Sumber

Keragaman df

Jumlah

Kuadrat

kuadrat

Tengah F Hitung F Tabel Sig.

SLES 2 0.00680 0.00340 131.67 4.256 0.0001

APG 2 0.00034 0.00017 6.66 4.256 0.0168

SLES*APG 4 0.00002 0.07681 0.15 3.633 0.9580

Error 9 0.00023 0.00003

Total 17 0.00739

F Hitung > F Tabel = berpengaruh nyata

F Hitung < F Tabel = tidak berpengaruh nyata

c. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi SLES terhadap nilai bobot jenis

sabun cair (α=0,05)

konsentrasi SLES (%) Rata-rata

Pengelompokan

Duncan

35 1.088 A

30 1.051 B

25 1.044 C

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 76: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

d. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi APG terhadap nilai bobot jenis

sabun cair (α=0,05)

konsentrasi APG (%) Rata-rata Pengelompokan

Duncan

7 1.066 A

5 1.062 AB

3 1.055 B

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 77: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 7. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan terhadap

viskositas sabun cair

a. Data hasil pengujian viskositas sabun cair

Konsentrasi

SLES (%)

Konsentrasi

APG (%)

Viskositas (cP)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

25 3 42.5 42.5 42.5

25 5 93.5 94 93.75

25 7 200 198 199

30 3 150 150.5 150.25

30 5 400 380 390

30 7 2100 2200 2150

35 3 5200 5250 5225

35 5 10000 10060 10030

35 7 12000 12400 12200

b. Hasil pengujian ragam terhadap pH sabun cair (α=0,05)

Sumber

Keragaman df

Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F Tabel Sig.

SLES 2 300959935.028 150479967.514 15346.01 4.256 0.0001

APG 2 27918263.361 13959131.681 1423.56 4.256 0.0001

SLES*APG 4 27841620.972 6960405.243 709.82 3.633 0.0001

Error 9 317.485 35.276

Total 17 1099.352

F Hitung > F Tabel = berpengaruh nyata

F Hitung < F Tabel = tidak berpengaruh nyata

c. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi SLES terhadap nilai viskositas

sabun cair (α=0,05)

konsentrasi SLES(%) Rata-rata Pengelompokan

Duncan

35 9151.67 A

30 896.750 B

25 111.750 C

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 78: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

d. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi APG terhadap nilai viskositas

sabun cair (α=0,05)

Konsentrasi APG (%) Rata-rata Pengelompokan

Duncan

7 4849.670 A

5 3504.580 B

3 1805.920 C

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

e. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh interaksi konsentrasi SLES dan konsentrasi

APG terhadap nilai pH sabun cair (α=0,05)

Konsentrasi SLES%) Konsentrasi

APG (%) Rata-Rata

Pengelompokan

Duncan

25 3 7.195 A

25 5 6.955 B

35 3 6.935 B

30 3 6.93 B

35 5 6.78 C

25 7 6.76 CD

30 5 6.685 DE

30 7 6.655 E

35 7 6.65 E

Page 79: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 8. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan terhadap tegangan

permukaan air dengan penambahan sabun cair

a. Data hasil pengujian tegangan permukaan air dengan penambahan sabun cair

(konsentrasi 10%)

Konsentrasi

SLES (%)

Konsentrasi

APG (%)

Teg. Permukaan (dyne/cm)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

25 3 37.95 39.25 38.6

25 5 37.7 37.3 37.5

25 7 37.3 36.7 37

30 3 38.5 37.95 38.225

30 5 37.4 36.75 37.075

30 7 37.25 35.8 36.525

35 3 38.3 38.45 38.375

35 5 36.35 36.5 36.425

35 7 36.05 35.7 35.875

b. Hasil pengujian ragam terhadap tegangan permukaan air dengan penambahan sabun cair

(α=0,05)

Sumber

Keragaman df

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung F tabel Sig.

SLES 2 1.9619 0.9810 3.3900 4.2560 0.0798

APG 2 11.9644 5.9822 20.6900 4.2560 0.0004

SLES*APG 4 0.6289 0.1572 0.5400 3.6330 0.7083

Error 9 2.6025 0.2892

Total 17 17.1578

F Hitung > F Tabel = berpengaruh nyata

F Hitung < F Tabel = tidak berpengaruh nyata

c. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi APG terhadap nilai tegangan

permukaan air dengan penambahan sabun cair (α=0,05)

Konsentrasi APG (%) Rata-rata Pengelompokan

Duncan

3 38.40 A

5 37.00 B

7 36.47 B

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 80: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 9. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan terhadap

penurunan tegangan permukaan air oleh sabun cair

a. Data hasil pengujian penurunan tegangan permukaan air oleh sabun cair

Konsentrasi

SLES (%)

Konsentrasi

APG (%)

Penurunan Teg. Permukaan (%)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

25 3 47.29 45.49 46.39

25 5 47.64 48.19 47.92

25 7 48.19 49.03 48.61

30 3 46.53 47.29 46.91

30 5 48.06 48.96 48.51

30 7 48.26 50.28 49.27

35 3 46.81 46.60 46.70

35 5 49.51 49.31 49.41

35 7 49.93 50.42 50.17

b. Hasil pengujian ragam terhadap penurunan tegangan permukaan air oleh sabun cair

(α=0,05)

Sumber

Keragaman df

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung F tabel Sig.

SLES 2 3.8003 1.9001 3.41 4.256 0.0792

APG 2 23.0488 11.5244 20.66 4.256 0.0004

SLES*APG 4 1.2094 0.3024 0.54 3.633 0.7093

Error 9 5.0202 0.5578

Total 17 33.0787

F Hitung > F Tabel = berpengaruh nyata

F Hitung < F Tabel = tidak berpengaruh nyata

c. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi APG terhadap nilai penurunan

tegangan permukaan air oleh sabun cair (α=0,05)

Konsentrasi APG (%) Rata-rata Pengelompokan

Duncan

7 49.352 A

5 48.612 A

3 46.668 B

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 81: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 10. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan terhadap

tegangan antarmuka air:xylen dengan penambahan sabun cair

a. Data hasil pengujian tegangan antarmuka air:xylen dengan penambahan sabun cair

Konsentrasi

SLES (%)

Konsentrasi

APG (%)

Tegangan Antarmuka (dyne/cm)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

25 3 12.60 12.40 12.50

25 5 12.00 12.30 12.15

25 7 12.00 11.90 11.95

30 3 12.50 12.40 12.45

30 5 12.30 12.00 12.15

30 7 12.10 11.80 11.95

35 3 12.00 12.40 12.20

35 5 11.90 11.40 11.65

35 7 11.20 11.50 11.35

b. Hasil pengujian ragam terhadap tegangan antarmuka air:xylen dengan penambahan

sabun cair (α=0,05)

Sumber

Keragaman df

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung F tabel Sig.

SLES 2 0.8411 0.4206 9.120 4.2560 0.0060

APG 2 1.2311 0.6156 13.350 4.2560 0.0020

SLES*APG 4 0.0756 0.0189 0.410 3.6330 0.7970

Error 9 0.4150 0.0461

Total 17 2.5628

F Hitung > F Tabel = berpengaruh nyata

F Hitung < F Tabel = tidak berpengaruh nyata

c. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi SLES terhadap nilai tegangan

antarmuka air:xylen dengan penambahan sabun cair (α=0,05)

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Konsentrasi SLES (%) Rata-rata Pengelompokan Duncan

25 12.200 A

30 12.183 A

35 11.733 B

Page 82: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

d. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi APG terhadap nilai tegangan

antarmuka air:xylen dengan penambahan sabun cair (α=0,05)

Konsentrasi APG (%) Rata-rata Pengelompokan Duncan

3 12.3833 A

5 11.9833 B

7 11.75 B

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 83: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 11. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan terhadap

penurunan tegangan antarmuka air:xylen oleh sabun cair

a. Data hasil pengujian penurunan tegangan antarmuka air:xylen oleh sabun cair

Konsentrasi

SLES (%)

Konsentrasi

APG (%)

Penurunan Tegangan Antarmuka (%)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

25 3 55.63 56.34 55.99

25 5 57.75 56.69 57.22

25 7 57.75 58.10 57.92

30 3 55.99 56.34 56.16

30 5 56.69 57.75 57.22

30 7 57.39 58.45 57.92

35 3 57.75 56.34 57.04

35 5 58.10 59.86 58.98

35 7 60.56 59.51 60.04

b. Hasil pengujian ragam terhadap penurunan tegangan antarmuka air:xylen oleh sabun

cair (α=0,05)

Sumber

Keragaman df

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung F tabel Sig.

SLES 2 10.4323 5.2162 9.110 4.2560 0.0060

APG 2 15.2425 7.6213 13.310 4.2560 0.0020

SLES*APG 4 0.9350 0.2337 0.410 3.6330 0.7980

Error 9 5.1541 0.5727

Total 17 31.7639

F Hitung > F Tabel = berpengaruh nyata

F Hitung < F Tabel = tidak berpengaruh nyata

c. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi SLES terhadap nilai penurunan

tegangan antarmuka air:xylen oleh sabun cair (α=0,05)

Konsentrasi SLES

(%) Rata-rata

Pengelompokan

Duncan

35 58.687 A

30 57.102 B

25 57.043 B

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 84: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi
Page 85: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

d. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi APG terhadap nilai penurunan

tegangan antarmuka air:xylen oleh sabun cair (α=0,05)

Konsentrasi APG (%) Rata-rata Pengelompokan

Duncan

7 58.6267 A

5 57.8067 A

3 56.3983 B

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 86: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 12. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan terhadap

kestablian busa sabun cair

a. Data hasil pengujian kestabilan sabun cair

Konsentrasi

SLES (%)

Konsentrasi

APG (%)

Kestabilan Busa (%)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

25 3 53.14 62.50 57.82

25 5 56.67 69.05 62.86

25 7 57.14 79.45 68.30

30 3 73.81 73.66 73.74

30 5 84.62 76.67 80.65

30 7 90.45 86.19 88.32

35 3 80.00 76.79 78.40

35 5 78.25 73.33 75.79

35 7 77.75 72.62 75.19

b. Hasil pengujian ragam terhadap kestabilan busa sabun cair (α=0,05)

Sumber

Keragaman df

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung F tabel Sig.

SLES 2 1053.844 526.922 10.85 4.256 0.004

APG 2 89.758 44.879 0.92 4.256 0.431

SLES*APG 4 162.981 40.745 0.84 3.633 0.534

Error 9 436.915 48.546

Total 17 1743.498

F Hitung > F Tabel = berpengaruh nyata

F Hitung < F Tabel = tidak berpengaruh nyata

c. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi SLES terhadap nilai kestabilan

busa sabun cair (α=0,05)

Konsentrasi SLES(%) Rata-rata Pengelompokan

Duncan

30 81.220 A

35 75.882 A

25 62.992 B

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 87: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 13. Data hasil penelitian, analisis ragam, dan uji lanjut Duncan terhadap daya

besih sabun cair

a. Data hasil pengujian daya bersih sabun cair

Konsentrasi

SLES (%)

Konsentrasi

APG (%)

Daya Bersih (ftu Turbidity)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

25 3 35 20 27.50

25 5 15 28 21.50

25 7 25 22 23.50

30 3 42 32 37.00

30 5 31 30 30.50

30 7 16 48 32.00

35 3 43 45 44.00

35 5 40 41 40.50

35 7 38 45 41.50

b. Hasil pengujian ragam terhadap daya bersih sabun cair (α=0,05)

Sumber

Keragaman df

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung F tabel Sig.

SLES 2 1053.844 526.922 10.85 4.256 0.004

APG 2 89.758 44.879 0.92 4.256 0.431

SLES*APG 4 162.981 40.745 0.84 3.633 0.534

Error 9 436.915 48.546

Total 17 1743.498

F Hitung > F Tabel = berpengaruh nyata

F Hitung < F Tabel = tidak berpengaruh nyata

c. Hasil pengujian lanjut Duncan pengaruh konsentrasi SLES terhadap nilai daya bersih

sabun cair (α=0,05)

Konsentrasi SLES

(%) Rata-rata

Pengelompokan

Duncan

30 81.220 A

35 75.882 A

25 62.992 B

Huruf yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata

Huruf yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Page 88: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 14. Data hasil penelitian, analisis Friedman pada nilai kesukaan terhadap warna

sabun cair

a. Data hasil pengujian kesukaan terhadap warna sabun cair

Panelis Kode Sampel

A2B1 A2B2 A2B3

1 2 1 1

2 3 2 2

3 3 2 2

4 3 2 2

5 3 2 3

6 3 2 3

7 4 2 3

8 4 3 3

9 4 3 3

10 5 3 3

11 5 3 3

12 5 3 3

13 5 4 3

14 5 4 4

15 5 4 4

16 5 4 4

17 6 4 4

18 6 4 4

19 6 4 4

20 6 4 4

21 6 5 4

22 6 5 5

23 6 5 5

24 6 5 5

25 6 5 6

26 6 6 6

27 6 6 6

28 7 6 6

29 7 6 6

30 7 6 6

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

Page 89: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

b. Hasil pengujian Friedman terhadap warna sabun cair (α=0,05)

Statistik Deskriptif

Kode

sampel N Rataan

Std.

Deviasi Minimum Maksimum Ranking

A2B1 30 5.033333 1.3767361 2 7 2.53

A2B2 30 3.9 1.3982748 1 6 1.63

A2B3 30 3.833333 1.46413051 1 6 1.78

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

Tes Statistik

n df x2 asymp. Sig.

30 2 16.71 0.477

Page 90: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 15. Data hasil penelitian, analisis Friedman pada nilai kesukaan terhadap aroma

sabun cair

a. Data hasil pengujian kesukaan terhadap aroma sabun cair

Panelis Kode sampel

A2B1 A2B2 A2B3

1 2 1 2

2 2 2 2

3 2 2 2

4 2 2 2

5 3 3 2

6 3 3 3

7 3 3 3

8 3 3 3

9 3 3 3

10 3 3 3

11 4 3 4

12 4 4 4

13 4 4 4

14 4 4 4

15 4 4 4

16 4 4 4

17 4 4 4

18 4 4 4

19 4 5 5

20 5 5 5

21 5 5 5

22 5 5 5

23 5 5 5

24 5 6 5

25 5 6 5

26 5 6 5

27 5 6 6

28 5 6 7

29 6 6 7

30 6 6 7

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

Page 91: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

b. Hasil pengujian Friedman terhadap aroma sabun cair (α=0,05)

Statistik Deskriptif

Kode

Contoh N Rataan

Std.

Deviasi

Minimum Maksimum Ranking

A2B1 30 3.966667 1.15917133 2 6 1.98

A2B2 30 4.133333 1.47935991 2 7 2.02

A2B3 30 4.1 1.44675618 1 6 2

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

Tes Statistik

n df x2 asymp. Sig.

30 2 0.027 0.987

Page 92: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 16. Data hasil penelitian, analisis Friedman pada nilai kesukaan terhadap

kekentalan sabun cair

a. Data hasil penelitian kesukaan terhadap kekentalan sabun cair

Panelis Kode Sampel

A2B1 A2B2 A2B3

1 2 3 1

2 2 3 2

3 2 3 2

4 3 3 2

5 3 3 2

6 3 3 4

7 4 3 4

8 4 4 4

9 4 4 4

10 4 4 4

11 4 5 4

12 5 5 4

13 5 5 4

14 5 5 5

15 5 5 5

16 5 5 5

17 5 5 5

18 5 6 5

19 5 6 5

20 5 6 6

21 5 6 6

22 6 6 6

23 6 6 6

24 6 6 6

25 6 6 6

26 6 6 6

27 6 6 6

28 6 7 6

29 6 7 7

30 7 7 7

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

Page 93: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

b. Hasil pengujian friedman terhadap kekentalan sabun cair (α=0,05)

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

Tes Statistik

n df x2 asymp. Sig.

30 2 1.786 0.409

Statistic Deskriptif

Kode

Contoh

N Rataan Std.

Deviasi

Minimum Maksimum Ranking

A2B1 30 4.666667 1.34762456 2 7 1.92

A2B2 30 4.966667 1.35145728 3 7 2.17

A2B3 30 4.633333 1.58621939 1 7 1.92

Page 94: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 17. Data hasil penelitian, analisis Friedman pada nilai kesukaan terhadap

banyaknya busa sabun cair

a. Data hasil penelitian kesukaan terhadap banyaknya busa sabun cair

Panelis Kode Sampel

A2B1 A2B2 A2B3

1 2 2 3

2 2 3 3

3 2 3 4

4 2 3 4

5 3 4 4

6 4 4 4

7 4 4 4

8 4 5 4

9 4 5 5

10 4 5 5

11 4 5 5

12 4 5 5

13 4 5 5

14 5 5 5

15 5 5 5

16 5 5 6

17 5 5 6

18 6 5 6

19 6 6 6

20 6 6 6

21 6 6 6

22 6 6 6

23 6 6 6

24 6 6 6

25 6 6 6

26 6 6 6

27 6 6 6

28 7 7 6

29 7 7 7

30 7 7 7

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

Page 95: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

b. Hasil pengujian friedman terhadap banyaknya busa sabun cair (α=0,05)

Statistik Deskriptif

Kode

Contoh N Rataan

Std.

Deviasi Minimum Maximum Ranking

A2B1 30 4.8 1.5402642 2 7 1.82

A2B2 30 5.233333 1.07264846 3 7 2.13

A2B3 30 5.1 1.24152298 2 7 2.05

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

Tes Statistik

n Df x2 asymp. Sig.

30 2 2.31 0.315

Page 96: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

Lampiran 18. Data hasil penelitian, analisis Friedman pada nilai kesukaan terhadap kesan

setelah penggunaan sabun cair

a. Data hasil penelitian kesukaan terhadap kesan setelah penggunaan sabun cair

Panelis Kode Sampel

A2B1 A2B2 A2B3

1 2 2 2

2 2 2 2

3 3 3 2

4 3 3 3

5 3 3 3

6 3 3 3

7 3 3 3

8 3 4 3

9 3 4 3

10 4 4 3

11 4 4 4

12 4 4 4

13 4 4 4

14 4 4 4

15 4 4 4

16 4 5 4

17 4 5 4

18 4 5 5

19 5 5 5

20 5 5 5

21 5 5 5

22 5 6 5

23 5 6 5

24 5 6 5

25 5 6 6

26 6 6 6

27 6 6 6

28 6 6 6

29 6 6 6

30 7 6 6

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

Page 97: APLIKASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL ETER SULFAT … · ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun cair yang ... di Indonesia, bersifat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi

b. Hasil pengujian friedman terhadap kesan setelah penggunaan sabun cair (α=0,05)

Statistik Deskriptif

Kode

Contoh

N Rataan Std.

Deviasi

Minimum Maximum Ranking

A2B1 30 4.23333333 1.250747 2 7 1.95

A2B2 30 4.2 1.297212 2 6 1.9

A2B3 30 4.5 1.279817 2 6 2.15

Keterangan:

A2 = konsentrasi SLES 30% B1 = konsentrasi APG 3%

B2 = konsentrasi APG 5% B3 = konsentrasi APG 7%

Tes Statistik

n df x2 asymp. Sig.

30 2 1.482 0.477