Aplikasi Klinis
-
Upload
isri-nur-fazriyah -
Category
Documents
-
view
35 -
download
4
description
Transcript of Aplikasi Klinis
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3697.pdf
Aplikasi Klinis
1. Persalinan
Saat kontraksi uterus dan dilatasi serviks menimbulkan rasa tidak nyaman, meredakan
nyeri dengan narkotik seperti meperidine, ditambah salah satu obat penenang seperti
promethazine, biasanya merupakan tindakan yang tepat. Meperidine adalah opioid yang
paling sering digunakan untuk meredakan nyeri karena persalinan. Secara acak,
perempuan mendapatkan analgesia yang diberikan-sendiri berupa meperidine 50 mg
disertai 25 mg promethazine intravena sebagai bolus awal. Setelah itu, pompa infus
dipasang untuk memberikan 15 mg meperidine setiap 10 menit sesuai kebutuhan sampai
pelahiran (Cunningham, 2012).
2. Meningioma
Meningioma adalah tumor yang terjadi di luar jaringan parenkim otak yaitu berasal
dari meninges otak. Meningioma tumbuh dari sel-sel arachnoid cap dengan pertumbuhan
yang lambat (Tandean, 2014).
Penanganan untuk pesien meningioma dengan kesadaran yang menurun, pasien dapat
direncanakan untuk tindakan pembedahan amergency yaitu pengangkatan tumor kapala
secara kraniotomi dengan tehnik anestesi umum. Premedikasi dengan 2 mg midazolam
intravena (IV) diberikan sebelum induksi anestesi, fentanil 250 ug intravena secara titrasi
selama 5 menit sebelum injeksi propofol untuk mencapai kadar puncak dalam plasma.
Induksi dengan propofol 100 g iv (titrasi) dan diberikan obat pelumpuh otot dengan
rocuronium 50 mg iv (Andrews, 1997). Selama anestesi berlangsung pemeliharaan
diberikan dengan O2:air 2l:2l, agen inhalasi sevofluran 0,5-1%, rocuronium 10 mg/jam/iv,
dan fentanil 100-200 ug/jam/iv/syringe pump. Total fentanil adalah 900 ug iv. Pada akhir
operasi nafas pasien akan spontan dan dapat diektubasi. Kemudian pasien dibawa ke ICU
dengan manajemen nyeri pasca operasi menggunakan fentanil 500 ug/24 jam iv. dan
ketorolak 30 mg/8 jam iv ,dan dinilai ulang tingkat kesadaran di ICU dengan tingkat
kesadaran GCS 15 (Barash, 2006).
3. Traumatic Brain Injury
Cedera Kepala atau Traumatic Brain Injury (TBI) adalah kegawatdaruratan yang
harus ditanganisecara tepat dan cermat. Sasaran utama pengelolaan anestesi untuk pasien
dengan cedera otak adalah optimalisasi tekanan perfusi otak dan oksigenasi otak, hindari
cedera sekunder dan memberikan fasilitas pembedahan untuk dokter bedah saraf. Anestesi
umum dianjurkan untuk memfasilitasi fungsi respirasi dan sirkulasi (Newfield and
Cottrell, 2007).
Pemeriksaan prabedah sama seperti pemeriksaan rutin untuk tindakan anestesi lain,
hanya ditambah dengan evaluasi tekanan intrakranial, efek samping kelainan serebral,
terapi dan pemeriksaan sebelumnya, hasil CT-scan, MRI (Newfield and Cottrell, 2007).
Pasien dengan cedera kepala berat (GCS 3-8) biasanya telah dilakukan intubasi di unit
gawat darurat atau untuk keperluan CT-scan. Bila pasen datang ke kamar operasi belum
dilakukan intubasi, dilakukan oksigenasi dan bebaskan jalan nafas. Spesialis anestesi harus
waspada bahwa pasien ini mungkin dalam keadaan lambung penuh, hipovolemia, dan
cervical spine injury (Newfield and Cottrell, 2007).
Beberapa teknik induksi dapat dilakukan dan dalam keadaan hemodinamik yang stabil
menentukan pilihan teknik induksinya. Rapid sequence induction dapat dipertimbangkan
pada pasien dengan hemodinamik yang stabil walaupun prosedur ini dapat meningkatkan
tekanan darah dan tekanan intrakranial. Selama pemberian oksigen 100%, dosis induksi
propofol 1-2 mg/kg dan succinylcholin 1,5 mg/kg diberikan, lidokain 1,5 mg/kg lalu
dilakukan intubasi endotrakheal. Etomidate 0,2-0,3 mg/kg dapat diberikan pada pasien
dengan status sirkulasi diragukan. Pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil dosis
induksi diturunkan atau tidak diberikan. Akan tetap, depresi kardiovaskuler selalu menjadi
pertimbangan, terutama pada pasien dengan hipovolemia (Newfield and Cottrell, 2007).
Bila pasien prabedah GCS 8 kebawah, pasca bedah tetap diintubasi. Bila masih tidak
sadar, pasien mungkin dilakukan ventilasi mekanik atau nafas spontan. Harus diperhatikan
bahwa pasien dalam keadaan posisi neutral-head up, jalan nafas bebas sepanjang waktu,
normokapni, oksigenasi adekuat, normotensi, normovolemia, isoosmoler, normoglikemia,
normotermia (35-360C). Berikan fenitoin sampai 1 minggu pascabedah untuk profilaksis
kejang. Nutrisi enteral dimulai dalam 24 jam pascabedah (Newfield and Cottrell, 2007).
Dapus
Barash, Paul G.; Cullen, Bruce F.; Stoelting, Robert K. Opioid. In :Clinical Anesthesia, 5th Edition Lippincott Williams & Wilkins. 2006.353-400
Cunningham, F Gary. 2012. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta : EGC.
Newfield P, Cottrell JE. Handbook of Neuroanesthesia, 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007:91-110
Tandean, S. 2014. “Meningioma”. Available at : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41562/4/Chapter%20II.pdf (diakses tanggal 15 Maret 2015)