Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

29
Apakah Intoleransi Laktosa itu? Oleh Asri Subarjati Pendahuluan Susu merupakan sumber nutrient yang penting untuk pertumbuhan bayi mamalia, termasuk manusia, yang di dalamnya mengansung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. [1] Di dalam susu dan produk susu lainnya terkandung komponen gula atau karbohidrat yang dikenal dengan laktosa (gula susu). [2] Laktosa adalah salah satu bentuk karbohidrat yang tersusun dari dua ikatan monosakarida atau disebut disakarida yang terdiri atas glukosa dan galaktosa. Laktosa hanya dibuat di sel-sel kelenjar mamma pada masa menyusui yang terjadi bila glukosa dan galaktosa uridin difosfat bereaksi dengan bantuan lactose synthetase. [1] Pada keadaan normal, tubuh dapat memecah laktosa dengan bantuan enzim laktase. Berbeda dengan sebagian besar mamalia yang tidak lagi memproduksi laktase sejak masa penyapihan, pada manusia, laktase terus diproduksi sepanjang hidupnya. Tanpa laktase yang cukup manusia tidak dapat/mampu mencerna laktosa sehingga akan mengalami gangguan pencernaan seperti sakit perut dan diare yang dikenal sebagai intoleransi laktosa atau defisiensi laktase. [2] Seseorang yang mengalami gangguan pencernakan (maldigestion) laktosa, beberapa laktosa yang tidak dicerna secara sempurna dalam usus halus terus masuk ke usus besar 1

Transcript of Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Page 1: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Apakah Intoleransi Laktosa itu?

Oleh Asri Subarjati

Pendahuluan

Susu merupakan sumber nutrient yang penting untuk pertumbuhan bayi

mamalia, termasuk manusia, yang di dalamnya mengansung karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral. [1] Di dalam susu dan produk susu lainnya

terkandung komponen gula atau karbohidrat yang dikenal dengan laktosa (gula

susu).[2] Laktosa adalah salah satu bentuk karbohidrat yang tersusun dari dua

ikatan monosakarida atau disebut disakarida yang terdiri atas glukosa dan

galaktosa. Laktosa hanya dibuat di sel-sel kelenjar mamma pada masa

menyusui yang terjadi bila glukosa dan galaktosa uridin difosfat bereaksi

dengan bantuan lactose synthetase.[1]

Pada keadaan normal, tubuh dapat memecah laktosa dengan bantuan

enzim laktase. Berbeda dengan sebagian besar mamalia yang tidak lagi

memproduksi laktase sejak masa penyapihan, pada manusia, laktase terus

diproduksi sepanjang hidupnya. Tanpa laktase yang cukup manusia tidak

dapat/mampu mencerna laktosa sehingga akan mengalami gangguan

pencernaan seperti sakit perut dan diare yang dikenal sebagai intoleransi

laktosa atau defisiensi laktase.[2] Seseorang yang mengalami gangguan

pencernakan (maldigestion) laktosa, beberapa laktosa yang tidak dicerna

secara sempurna dalam usus halus terus masuk ke usus besar untuk

difermentasikan oleh mikroflora kolon yang dapat menghasilkan gas.[3] Hampir

95% bangsa Asia, 10-15 % ras Kaukasia, 50% bangsa Mediterania dan 75%

ras kulit hitam menderita hal yang sama, yaitu intoleransi laktosa.[4]

Sejak dari masa bayi hingga dewasa dan usia lanjut, orang terbiasa

mengkonsumsi susu atau produk susu. Saat usia bayi sampai usia balita

adalah saat dimana konsumsi susu biasanya sangat diperlukan karena nilai gizi

yang dikandung susu.[2]Sebelum kita membahas lebih jauh tentang Intoleransi

Laktosa, alangkah baiknya jika kita memahami dulu komposisi susu dengan

cermat.

1

Page 2: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Komposisi Susu

Komposisi susu bervariasi dan tergantung pada banyak faktor. Faktor-

faktor yang mempengaruhi komposisi susu terutama spesies, variasi genetik

dalam spesies, kesehatan, lingkungan, manajemen, stadium laktasi, pakan dan

umur.[5] Komposisi secara normal, rata-rata susu mengandung lemak 3,9%;

protein 3,4%; laktosa 4,8%; abu 0,72%; air 87,10%; sitrat; vitamin A, B, C dan

enzim.[5]

1. Air

Susu mengandung air sebesar 87.90 %. Fungsinya sebagai pelarut

bahan kering.

2. Lemak

Besar kecilnya butiran lemak ditentukan oleh kadar air di dalamnya.

Makin banyak air makin besar globuler (butiran lemak dalam susu)

dan keadaan ini dikhawatirkan akan menjadi pecah. Bila globuler

pecah maka susu juga akan pecah. Dan susu yang pecah tidak dapat

dipisahkan lagi oleh krimnya, tidak dapat lagi dijadikan sebagai bahan

makanan. Dan akibatnya, susu akan menyerap bau di sekitar.Kadar

lemak dalam susu sangatlah berarti dalam penentuan nilai gizi susu

itu sendiri. Buckle et al., (1987) menyatakan kerusakan pada lemak

dapat terjadi merupakan sebab dari perkembangan cita rasa yang

menyimpang dalam produk-produk susu, seperti.[6]

a. Ketengikan, disebabkan karena hidrolisa dari gliserida dan

pelepasan asam lemak seperti butirat dan kaproat, yang punya bau

keras, khas dan tidak menyenangkan.

b. Tallowness yang disebabkan karena oksidasi asam lemak tak

jenuh.

c. Flavor teroksidasi yang disebabkan karena oksidasi fosfolipid.

d. Amis/bau seperti ikan yang disebabkan karena oksidasi dan

reaksi hidrolisa.

3. Protein

2

Page 3: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Protein rata-rata dalam susu sebesar 3.20%, terdiri dari 2.70% casein

(bahan keju), dan 0.50% albumen. Beberapa hari setelah induk sapi

melahirkan, kandungan albumin sangat tinggi pada susu dan akan

normal kembali setelah 7 hari.[5]

4. Laktosa

Kadar laktosa dalam susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman

pembentuk asam susu. Pemberian laktosa pada susu dapat

menyebabkan mencret atau gangguan perut bagi orang yang tidak

tahan terhadap laktosa.[5]

5. Vitamin dan enzim

Bila susu dipanaskan, dipasteurisasi atau disterilisasi maka 10-30%

vitamin B1 akan hilang, dan vitamin C akan hilang sebesar 20-60%.[5]

Dalam komposisi susu dapat kita lihat adanya laktosa. Laktosa

merupakan karbohidrat jenis disakarida yang hanya dapat ditemukan dalam

susu.[6]

Manfaat Laktosa

Laktosa merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah dari

keseluruhan energi yang dikandung susu (35-45%). Di samping itu laktosa juga

penting untuk absorbsi kalsium. Namun studi klinis menunjukkan, mineralisasi

tulang bayi yang mendapat formula susu sapi (mengandung laktosa) maupun

formula susu kedelai (karbohidratnya terdiri dari polimer glukosa) tidak ada

perbedaan. [1]

Galaktosa yang merupakan hasil hidrolisa laktosa, merupakan senyawa

yang penting untuk pembentukkan serebrosida. Serebrosida ini penting untuk

perkembangan dan fungsi otak. Galaktosa ini juga dibentuk oleh tubuh ( di hati)

dari bahan lain (glukosa). [1]

Karena itu keberadaan laktosa sebagai karbohidrat utama yang terdapat

dalam susu mammalia, termasuk ASI, merupakan hal yang unik. Proses evolusi

terpilihnya laktosa menjadi satu-satunya karbohidrat yang ada pada susu

mammalia, mungkin merupakan cerminan dari adanya fungsi laktosa yang

3

Page 4: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

penting pada bayi mammalia belum diketahui secara pasti. Apakah

sehubungan dengan pencernakan/pertahanan, masih merupakan

kemungkinan. [1]

Intoleransi Laktosa

Intoleransi Laktosa adalah kondisi di mana seseorang tidak mampu

mencerna laktosa, yaitu bentuk gula yang berasal dari susu. Ketidakmampuan

ini bisa disebabkan oleh kurangnya atau tidak mampunya tubuh memproduksi

laktase, yaitu salah satu enzim pencernaan yang diproduksi oleh sel-sel di usus

kecil yang bertugas memecah gula susu menjadi bentuk yang lebih mudah

untuk diserap ke dalam tubuh. Kondisi ini disebut juga Defisiensi Laktase

(Lactase Deficiency).[4]

Enzim laktase yang berfungsi memecah gula susu (laktosa) terdapat di

mukosa usus halus. Enzim tersebut bekerja memecah laktosa menjadi

monosakarida yang siap untuk diserap oleh tubuh yaitu glukosa dan galaktosa.

Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam

susu tidak akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh bakteri

di dalam usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas

yang menyebabkan kembung dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian

laktosa yang tidak dicerna akan tetap berada dalam saluran cerna dan tidak

terjadi penyerapan air dari faeses sehingga penderita akan mengalami diare.

Menurut the World Allergy Organization, reaksi sampingan non toksik terhadap

makanan disebut hipersensitivitas, bukan alergi. Disebut alergi makanan jika

mekanismenya melibatkan reaksi imunologi, yang dapat diketahui dengan

pemeriksaan IgE. Adapun intoleransi makanan, merupakan hipersensitivitas

non alergi terhadap makanan.Frekuensi kejadian intoleransi laktosa pada ras

Kaukasia lebih sedikit/jarang dibandingkan pada orang Asia, Afrika, Timur

Tengah, dan beberapa negara Mediterania, dan juga pada ras Aborigin

Australia. Lima persen dari ras Kaukasia dan 75% dari yang bukan ras

Kaukasia yang tinggal di Australia mengalami intoleransi laktosa.[2]

Defisiensi Laktase

4

Page 5: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Defisiensi Laktase adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak mampu

memproduksi enzim lactase yang digunakan untuk mencerna laktosa, suatu

bentuk karbohidrat yang hanya ada pada susu, yang memecahnya menjadi dua

unit monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa yang siap diserap tubuh.

Defisiensi Laktase terdiri atas dua jenis, yaitu Defisiensi Laktase Primer dan

Defisiensi Laktase Sekunder.

Defisiensi Laktase Primer, merupakan kelainan kronis dan dapat

berkembang setelah masa penyapihan. Derajad intoleransi laktosa bergantung

pada beberapa faktor, antara lain keseimbangan dari level aktivitas laktosa

yang tersisa, jumlah laktosa yang dikonsumsi, adaptasi dari flora usus halus,

dan iritasi yang terjadi pada kolon.[6]

Defisiensi Laktase Sekunder, bersifat sementara. Hal ini terjadi sebagai

respon atas faktor gastrointestinal (contohnya pada keadaan medis tertentu,

beberapa pengobatan, dsb.) yang melukai mukosa usus halus. Ini dapat terjadi

pada segala usia dan dapat kembali lagi jika sebabnya sudah diperbaiki atau

disembuhkan.[6,7]Tes untuk beberapa sebab tertentu yang mendasari adanya

intoleransi laktosa kemungkinan diperlukan, seperti penyakit Crohn, penyakit

infeksi diare (infectious diarrheal disease), dan penyakit celiac.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh dr. Wisnu Berlianto,

pemberian terapi sinbiotik pada bayi yang mengidap intoleransi sekunder

laktosa yang akut terbukti dapat mengurangi lamanya diare.[8]

Subyek sebanyak 40 anak usia 1-24 bulan. Semua penderita

mendapatkan susu rendah laktosa dan terapi sesuai prosedur pengelolaan

diare akut dengan intoleransi laktosa sekunder. Kelompok perlakuan

mendapatkan sinbiotik 1 kapsul (campuran Lactobacillus acidophilus,

Lactobacillus casei, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus bulgaricus,

Bifidobacterium breve, Bifidobacterium longum,Streptococcus thermophilus,

dan Fructo-oligosaccharide) sehari selama 5 hari. Feses ditimbang setiap hari

dengan timbangan roti. Berat badan diukur tiap hari dengan timbangan digital.

Pemeriksaan substansi reduksi dilakukan selama feses cair dengan uji

Bennedict. Data dianalisis dengan uji t dan Mann Whitney U.[8]

5

Page 6: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Hasil menunjukkan terdapat penurunan lama diare pada kelompok yang

mendapatkan sinbiotik dibandingkan kontrol, dimana rerata lama diare pada

kelompok perlakuan 32 jam (±20,7) dibanding 59,4 jam (± 28,2) pada kelompok

kontrol (p=0,001). Jumlah kasus yang mengalami konversi tes reduksi pada

hari kedua lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibanding kontrol (p=0,011).[8]

Manifestasi Klinis[1]

Karbohidrat yang dimakan diserap dalam bentuk monosakarida (glukosa,

galaktosa, dan fruktosa). Karena itu laktosa harus dihidrolisa menjadi glukosa

dan galaktosa agar proses absorbs dapat berlangsung. Hidrolisa ini dilakukan

oleh lactase (β-galactosidase), suatu enzim yang terdapat dalam brush border

mukosa usus halus.

Enzim lain yang terdapat dalam brush border adalah sukrase, maltase,

dan glukoamilase. Laktase dijumpai pada bagian luar brush border dan di

antara semua disakaridase, lactase yang paling sedikit. Bila ada kerusakan

mukosa (serangan gastroenteritis), enzim lactase yang selalu mendapat

gangguan (defisiensi lactase sekunder) dan hal ini yang paling sering dijumpai.

Laktase akan kembali normal kalau mukosa usus mengalami penyembuhan,

tetapi memerlukan waktu lama.

Pada janin manusia, aktivitas lactase telah kelihatan pada usia

kehamilan 3 bulan dan aktivitas lactase pada minggu 35-38 meningkat sampai

70% dari bayi yang lahir tapat pada waktunya. Karena itu, defisiensi lactase

primer dijumpai pada bayi premature sehubungan dengan perkembangan usus

yang immature (developmental lactase deficiency). Congenital lactase

deficiency pada bayi baru lahir, merupakan keadaan yang jarang dijumpai.

Penyakit ini diturunkan secara autosomal recessive.

Aktivitas lactase ini menurun secara nyata sejak umu 2-5 tahun (late

onset lactase deficiency) walau laktosa terus diberikan.Ini menandakan lactase

bukan enzim adaptif. Pada beberapa ras, terutama orang kulit putih di Eropa

6

Page 7: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Utara, beberapa suku nomaden di Afrika, aktivitas lactase pada manusia

dewasa tetap tinggi (persistence of lactase activity).

Bila ada defisiensi lactase, laktosa tidak akan didigesti akibatnya tidak

ada penyerapan oleh mukosa usus halus. Disakarida ini merupakan bahan

osmotic yang akan menarik air ke lumen. Jumlah air yang keluar sebanding

dengan jumlah laktosa yang tinggal di lumen usus. Penambahan volume lumen

usus akan menyebabkan rasa mual, muntah, dan peningkatan peristaltic.

Peristaltik usus yang meninggi menyebabkan waktu transit usus makin pendek

sehingga mengurangi kesempatan untuk digesti dan absorbsi. Laktosa dan

air/elektrolit yang tidak diserap meninggalkan usus halus sampai di kolon. Di

kolon laktosa ini akan difermentasi oleh flora normal menjadi gas (CO2, H2, dan

CH4), asam lemak rantai pendek (butirat, propional, dan asetat) dan asam

laktat.

Pembentukkan gas menyebabkan perut kembung dan sakit perut.

Pembentukkan gas hidrogen oleh flora di kolon dapat dideteksi di udara

pernafasan. Ini yang menjadi dasar uji udara pernafasan. Pembentukkan asam

lemak rantai pendek tadi diperlukan oleh tubuh karena asam lemak ini dapat

digunakan sebagai sumber energi. Di samping itu, pembentukkan asam lemak

rantai pendek ini berguna untuk nutrisi kolon, membantu absorbsi air/elektrolit

dan motilitas kolon.

Lebih kurang 70% dari nutrisi kolon berasal dari intraluminal. Karena itu

secara fisiologis, dalam keadaan normal dijumpai malabsorbsi

laktosa/karbohidrat. Sedangkan penyerapan asam laktat oleh kolonosit

menyebabkan asidosis metabolic.

Air/eletrolit yang sampai di kolon dan hasil fermentasi tadi diserap oleh

kolonosit (colonic salvage). Bila colonic salvage dilewati, maka asam laktat

banyak dijumpai di tinja. Demikian juga bila air/elektrolit dan laktosa yang

sampai ke kolon melewati colonic salvage, maka akan menyebabkan kadar air

tinja meningkat (diare osmotik) dan bahan-bahan reduksi (laktosa) dijumpai

dalam tinja. Hal ini ditunjukkan pada gambar di bawah.

7

Page 8: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Gambar 1. Patogenesa Intoleransi Laktosa

Ada beberapa terminologi yang perlu dipahami sehubungan dengan

gangguan absorbs laktosa yaitu :

Defisiensi lactase rendah (atau tidak ada) aktivitas lactase pada

pemeriksaan hasil biopsy mukosa usus halus.

Malabsorbsi laktosa ketidakmampuan usus halus mengabsorbsi

laktosa yang dibuktikan dengan pemeriksaan yang sesuai (uji beban

laktosa, uji hidrogen pernafasan).

Intoleransi laktosa munculnya gejala-gejala klinis setelah

makan/minum bahan yang mengandung laktosa ( mencret, mual,

muntah, perut kembung, dan sakit perut).

Hal ini perlu diperhatikan karena seorang dengan defisiensi lactase

belum tentu mengalami absorbsi mengalami malabsorbsi laktosa. Malabsorbsi

laktosa juga bisa disebabkan kerusakan mukosa usus halus. Juga penderita

malabsorbsi laktosa belum tentu mengalami intoleransi laktosa.

Disamping aktivitas lactase di mukosa usus halus, laktosa yang didigesti

dan ditoleransi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

8

Page 9: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Jumlah laktosa yang dimakan (dose dependent).

Waktu pengosongan lambung dan waktu transit usus.

Pelarut yang digunakan untuk memberi laktosa.

Flora normal yang terdapat di kolon.

Hal ini mempengaruhi gejala-gejala intoleransi laktosa pada satu individu

dengan individu lain sehingga menimbulkan permasalahan diagnose dan angka

kejadian.

Gejala

Laktosa yang tidak tercerna akan

menumpuk di usus besar dan

terfermentasi, menyebabkan gangguan

pada usus seperti nyeri perut, keram,

kembung dan bergas, serta diare, sekitar

setengah jam sampai dua jam setelah

mengkonsumsi produk laktosa.Tingkat

keparahan gejala-gejala tersebut

bergantung pada seberapa banyak laktosa yang dapat ditoleransi oleh masing-

masing tubuh. Gejala-gejala ini mirip dengan reaksi alergi susu, namun pada

kasus alergi, gejala-gejala ini timbul lebih cepat, kadangkala hanya dalam

hitungan menit.[4]

Jika seseorang yang menderita defisiensi lactase tidak menghindari

produk-produk yang mengandung laktosa, lama kelamaan orang tersebut dapat

kehilangan berat badan dan menderita malnutrisi. [4]

Orang yang mengalami intoleransi laktosa biasanya mempunyai batas

toleransi untuk mengkonsumsi laktosa, yang jika mereka mengkonsumsi dalam

batas ini maka mereka akan mengalami gejala yang minimal. Kadang-kadang

gejala intoleransi laktosa sering disalahartikan sebagai gejala dari irritable

bowel syndrome (IBS), padahal penderita IBS bukanlah penderita intoleransi

9

Gambar 2. Gejala Intoleransi Laktosa

Page 10: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

laktosa. Penderita IBS cenderung mengalami kesulitan dalam mentoleransi

lemak. [2]

Penyebab Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa sebagian besar disebabkan oleh faktor genetik,

dimana penderita mempunyai laktase lebih sedikit dibanding orang normal.

Beberapa faktor lain penyebab intoleransi laktosa antara lain sebagai berikut. [2]

1. Gastroenteritis, dapat menyebabkan terjadinya penguraian enzim

lactase yang dapat berlangsung sampai beberapa minggu. [2] Setelah

terjadi serangan gastritis akut, umumnya terjadi intoleransi laktosa

temporer yang dapat berlangsung hingga 4 bulan. [1]

2. Infeksi parasit, dapat menyebabkan pengurangan jumlah laktase

sementara waktu. [2]

3. Defisiensi besi, rendahnya asupan besi dapat mengganggu pencernaan

dan penyerapan laktosa. [2]

Intoleransi Laktosa Pada Bayi

Sekitar dua pertiga bayi yang diberi air susu ibu (ASI) maupun susu

formula bayi, akan mengalami defisiensi lactase pada bulan-bulan awal

kelahirannya, tetapi hal ini tidak berbahaya. ASI mengandung sekitar 7%

laktosa. Jumlah laktosa dalam ASI tidak dipengaruhi oleh asupan makanan ibu

menyusui, artinya ibu menyusui tidak dapat mempengaruhi jumlah laktosa

dalam air susunya dengan mengurangi atau meniadakan makanan produk

olahan susu. Kelainan seperti gastroenteritis dapat menguraikan enzim lactase

pada usus halus sehingga bayi membutuhkan susu formula yang bebas laktosa

selama beberapa minggu sampai kadar enzim laktase mereka mengalami

pemulihan kembali. Sediaan enzim laktase dalam bentuk drop (obat tetes)

merupakan salah satu pilihan untuk mengatasi masalah ini, walaupun hal ini

tidak selalu dapat menolong. Pada sejumlah bayi yang dilahirkan tanpa enzim

lactase sama sekali, formula susu bayi bebas laktosa merupakan pilihan utama

untuk mengatasi keadaan yang terjadi. Intoleransi laktosa tidak atau jarang

10

Page 11: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

sekali menyebabkan muntah pada bayi, kalaupun terjadi muntah, maka

kemungkinan lebih merupakan gejala alergi terhadap susu sapi. [2]

Metode Diagnosis

Sindrom - sindrom gastrointestinal sering disalahdiagnosakan menjadi

intoleransi laktosa. Diagnosis dapat dikonfirmasikan dengan analisis hidrogen

pernapasan (breath hydrogen analysist), sebuah tes yang objektif, non-infasif,

murah, dan mudah untuk dilakukan.[6] Breath Hydrogen Analysist merupakan

pengujian terhadap jumlah gas hidrogen yang ditiupkan keluar melalui

pernafasan. Laktosa, yang seharusnya dicerna oleh laktase, mengalami

fermentasi oleh bakteri di saluran pencernaan, sehingga akan menyebabkan

produksi gas hidrogen lebih banyak dari keadaan normal.[2]

Selain dengan Breath Hydrogen Analysist, diagnosis intoleransi laktosa

dapat dilakukan dengan Elimination diet . Elimination diet merupakan diagnosis

dengan cara meniadakan konsumsi makanan yang mengandung laktosa untuk

melihat perbaikan gejala. Jika gejala muncul kembali ketika makanan yang

mengandung laktosa diberikan lagi, hampir bisa dipastikan penyebabnya

adalah intoleransi terhadap laktosa.[2]

Sindrom intoleransi laktosa sangat subjektif dan dapat atau tidak dapat

diikuti dengan lactose maldigestion (gangguan pencernakan laktosa).[6] Selain

itu, ada beberapa tipe reaksi intoleransi laktosa yang berbeda, yang masing-

masing tergantung dari derajad intolerannya.

Adaptasi Kolonik (Usus Besar)

Menurut hasil tes dari Breath Hydrogen Analysist, bayi yang baru lahir

tidak dapat sepenuhnya menghidrolisis laktosa dalam ASI. Namun demikian,

perkembangan bayi tergantung pada ASI dan susu formula, yang keduanya

mengandung lactose.[6]

Penelitian dengan metode double-blind crossover telah dilakukan pada

orang dewasa yang sulit mencerna laktosa untuk menentukan apakah paparan

laktosa terus menerus dapat menyebabkan bakteri-bakteri usus

11

Page 12: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

memetabolisme laktosa dan mengurangi keparahan gejala. Secara bertahap

meningkatkan asupan laktosa secara signifikan meningkatkan kemampuan

bakteri usus untuk mencerna laktosa. [9] Jelas terbukti bahwa usus besar (kolon)

manusia beradaptasi dengan paparan laktosa terus menerus, yang akhirnya

dapat mengurangi gejala.[6,9-12]

Subjek mengalami penurunan nilai hidrogen napas (menunjukkan

bahwa laktosa sedang dicerna) dan, secara bersamaan, penurunan yang

signifikan pada perut kembung, [7] salah satu gejala utama dari intoleransi

laktosa. Meskipun ketidakmampuan mencerna laktosa berkelanjutan

(dikonfirmasi oleh pengujian napas hidrogen), subjek sering dapat mentoleransi

konsumsi laktosa dengan jumlah yang sangat banyak disertai gejala yang

minimal.[11,12]

Sebuah penelitian intervensi 21 hari yang dilakukan pada tahun 2000

menilai efek dari diet kaya produk susu pada 14 gadis Amerika-Afrika berusia

11 sampai 15 tahun, yang semuanya menyatakan bahwa mereka tidak minum

susu. Diet pada penelitian ini berisi 4 porsi produk susu yang menyediakan

sekitar 33 g laktosa dan 1.200 mg kalsium sepanjang hari. Selain penurunan

yang signifikan pada nilai hidrogen napas, gejala gastrointestinal yang

diabaikan selama tantangan susu dan selama periode penelitian, tidak

diragukan lagi karena adaptasi kolon.[3] Pesan ini sangat jelas: Bahkan individu-

individu yang tidak toleran laktosa dapat mengkonsumsi susu dan produk susu.

Konsumsi produk susu tetap menjadi pertahanan terbaik kita melawan dalam

intoleransi laktosa.

Penanganan Intoleransi Laktosa[2]

Banyak orang yang mengalami intoleransi laktosa mengatasinya dengan

pembatasan konsumsi laktosa, seperti hanya minum segelas susu. Bagi

mereka yang mengalami intoleransi laktosa, beberapa anjuran berikut ini

mungkin dapat membantu:

a. Baca label pangan dengan seksama

12

Page 13: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Bagi penderita intoleransi laktosa agar terhindar dari hal – hal yang tidak

diinginkan, penting untuk membaca label pangan dengan seksama pada

bagian daftar bahan pangan (ingredient) . Produk pangan perlu

dihindari / dibatasi jumlah yang dikonsumsi, jika mengandung bahan-

bahan seperti berikut ini misalnya padatan susu, padatan susu bebas

lemak, whey, gula susu.

b. Mengkonsumsi produk susu fermentasi

Seperti keju matang (mature atau ripened cheeses), mentega atau

yoghurt, karena umumnya jenis makanan ini ditoleransi lebih baik

dibanding susu.

c. Minum susu yang mengandung banyak lemak susu

Karena lemak dapat memperlambat transportasi susu dalam saluran

perncernakan sehingga dapat menyediakan waktu yang cukup untuk

enzim lactase memecah gula susu.

d. Hindari mengkonsumi susu rendah atau bebas lemak

Oleh karena akan susu lebih cepat ditransportasi dalam usus besar dan

cenderung menimbulkan gejala pada penderita intoleransi laktosa.

Disamping itu, beberapa produk susu rendah lemak juga mengandung

serbuk susu skim yang mengandung laktosa dalam dosis tinggi.

e. Jangan menghindari semua produk susu

Oleh karena nilai gizi susu pada dasarnya sangat dibutuhkan tubuh.

f. Mengkonsumsi susu dengan laktosa yang telah diuraikan (susu

bebas laktosa).

g. Minum susu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak

Banyak penderita intoleransi laktosa dapat meminum 240 ml susu per

hari, tetapi perlu untuk mengamati/ seberapa besar tingkatan toleransi

tubuh sendiri terhadap laktosa. Banyak penderita toleran terhadap

sejumlah laktosa yang terdapat dalam setengah cangkir susu full cream,

tiga perempat cangkir es krim, tiga perempat cangkir yoghurt, dan tiga

perempat cangkir keju mentah (unripened cheeses).

h. Konsumsi produk susu yang diolah dengan proses pemanasan

(seperti susu bubuk)

13

Page 14: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Karena pada pemanasan, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan

galaktosa, sehingga produk seperti ini akan ditoleransi lebih baik.

i. Konsumsi produk kedelai

Karena produk kedelai bebas laktosa dan merupakan sumber kalsium

yang bagus dan baik untuk menggantikan susu dan produk susu lainnya.

Produk-produk yang Mengandung Laktosa

Selain dari susu dan olahannya (seperti keju dan mentega), laktosa juga

sering ditambahkan ke dalam berbagai produk jadi. Penderita intoleransi

laktosa sebaiknya mengetahui produk-produk makanan apa saja yang mungkin

mengandung laktosa, walaupun dalam jumlah yang sangat kecil.[4] Sebaiknya

penderita menghindari makanan-makanan yang mengandung laktosa

tersembunyi (hidden lactose) antara lain biskuit dan kue (yang mengandung

susu atau padatan susu), sereal olahan, saus keju, sop krim, puding, coklat

susu, pancakes dan pikelets, scrambled eggs, roti dan margarine (mengandung

susu).[2] Sup instant, minuman sarapan, dressing salad, permen, sediaan

suplemen, creamer untuk kopi dan whipped cream, dan bahan olahan instant

(mix), juga merupakan bahan makanan yang mengandung susu.[4]

Pembeli yang cermat hendaknya memperhatikan label makanan yang

dibeli dengan seksama, bukan hanya untuk kandungan 'susu' dan 'laktosa', tapi

juga untuk kandungan turunan susu seperti 'whey', 'curds', 'hasil sampingan

susu', 'serbuk susu', dan 'serbuk susu nonfat'. Jika di dalam label tercantum

kandungan-kandungan di atas, bisa dipastikan produk tersebut mengandung

laktosa. Sebagai informasi tambahan, saat ini laktosa juga masih digunakan

sebagai bahan pengisi obat.[4]

Jumlah kalsium dan laktosa dalam produk susu umum adalah sebagai

berikut.[13]

Produk susu Jumlah kalsium (mg)

Jumlah laktosa (g)

14

Page 15: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Seluruh susu (whole milk), 1 cangkir

291 13,56

Susu semi-skim, M.F. 2%, 1 cangkir

302 12,92

Susu semi-skim, M.F. 1%, 1 cangkir

307 13,41

Susu skim, 1 cangkir 324 13.18

Keju cheddar, 50 g 360 0,12

Keju Emmenthal Swiss, 50 g 396 0,03

Keju Mozzarella, 50 g 269 0,04

Keju Parmesan, 50 g 554 0,08

Pengobatan Intoleransi Laktosa[1]

Pengobatan intoleransi laktosa yang disebabkan defisiensi lactase

primer dapat diberikan susu rendah/bebas laktosa tergantung toleransi.

Ataupun penambahan lactase (Lactaid®) / Yogurt ke dalam susu. Pemberian

susu yang diencerkan tidak disukai karena menimbulkan pengaruh buruk pada

gizi bayi, apalagi kalau diberikan pada waktu yang lama. Pada bayi premature

(dengan developmental lactase deficiency), pemberian ASI dapat diteruskan

karena defisiensi lactase hanya transient. Bila digunakan susu sebaiknya

kandungan karbohidratnya merupakan gabungan laktosa yang direndahkan

dan polimer glukosa. Pemberian polimer glukosa memberikan keuntungan

berupa penurunan osmolalitas dan mempercepat waktu pengosongan lambung.

Hal ini akan berbeda, bila intoleransi laktosa yang disebabkan oleh

defisiensi lactase sekunder (kerusakan mukosa misalnya oleh karena

gastroenteritis). Pada keadaan ini ASI tetap diberikan walau kadar laktosanya

lebih tinggi dari susu sapi. Sebab pastinya kenapa dapat ditoleransi belum

15

Page 16: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

diketahui, walau banyak kemungkinan-kemungkinan yang menjelaskan. Karena

itu, ASI harus tetap diteruskan pada anak/bayi dengan diare.

Intoleransi laktosa setelah serangan gastroenteritis akut, umumnya

temporer tetapi dapat berlangsung samapi 4 bulan. Karena itu wajar bila

intoleransi laktosa setelah serangan gastroenteritis akut, diberikan susu yang

diancerkan dan susu rendah/bebas laktosa. Namun adanya intoleransi laktosa

(setelah serangan gastroenteritis akut), tidak menyingkirkan kemungkinan

adanya cow`s milk protein sensitive enteropathy dan intoleransi lemak.

Hubungan ini dapat dilihat pada gambar di bawah.

Dengan demikian pemberian susu yang diencerkan dan susu

rendah/bebas laktosa dapat menemui kegagalan yang bervariasi antara 7,7-

47%.

Pemberian susu bebas laktosa, kelihatan hanya sedikit manfaatnya pada

pengobatan anak dengan diare. Iacono, mendapatkan bila didapati nilai

16

Gambar 3. Hubungan Gastroenteritis, Intoleransi Laktosa, dan CMPSE

Page 17: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

steatokrit patologis pada masa serangan gastroenteritis akut,-terlebih bila bayi

usia di bawah 2 bulan-, sangat besar resiko untuk timbulnya cow`s milk protein

sensitive enteropathy.[14]

Fayad membandingkan manfaat pemberian susu kacang kedelai yang

mengandung sukrosa dengan susu kacang kedelai yang mengandung laktosa

pada masing-masing 100 bayi umur 3-18 bulan dengan diare. Angka kegagalan

pemberian susu yang mengandung laktosa sebesar 6% dan yang mengandung

sukrosa 2%.[15]Walaupun kegagalan pemberian susu yang mengandung

sukrosa lebih kecil, kegagalan ini dapat berakibat fatal kalau tidak dibawah

pengawasan klinisi.[1]

Karena itu bila mencret berlangsung terus/makin hebat setelah

pemberian susu, sebaiknya susu distop dan diberikan kembali setelah ada

perbaikan.

Beda Intoleransi Laktosa dan Alergi Susu Sapi[16]

Apa bedanya alergi susu sapi dan intoleransi laktosa, mengingat ciri

keduanya hampir sama, yakni diare bila mengonsumsi susu sapi. Menurut

penjelasan Prof.Dr.dr. Hananto W.Dipohadiningrat, Sp.A (k), penyebab alergi

susu sapi adalah protein dari susu sapi, sementara intoleransi laktosa karena

masalah enzim laktase manusianya.

Kejadian alergi susu sapi tidak langsung tampak setelah anak minum

susu. Setelah berkali-kali mengonsumsi susu sapi tak ada masalah, hingga

pada suatu waktu susu sapi membuat anak mengalami diare. Ciri lain alergi

susu muncul kemerahan atau rasa gatal di tubuh setelah minum susu sapi.

Sedangkan pada kasus intoleransi laktosa, diare terjadi langsung setelah

anak mengonsumsi susu. Karena memang pada tubuh anak tidak

ada/kekurangan enzim laktase yang mencerna laktosanya. Pada kasus alergi

susu sapi, tubuh bereaksi membuat zat inti yang dinamakan immunoglobulin.

Jadi, ketika anak mengonsumsi susu sapi, tubuhnya akan membentuk antibodi,

semakin lama ia mengonsumsi, semakin bertambah tinggi antibodinya. Ketika

17

Page 18: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

sudah melewati ambang batas antibodi, maka muncullah alergi. Kejadian alergi

paling sering dialami balita terutama anak-anak di bawah usia satu tahun. Pada

dewasa juga ada ditemui namun sangat jarang karena alergi susu sapi

biasanya akan hilang sendiri seiring bertambahnya usia.

Anak-anak yang menderita alergi susu sapi umumnya akan diberikan

susu pengganti dimana protein dari susu sapi tersebut sudah dihidrolisa

(protein susu sapi tersebut sudah dipecah menjadi partikel-partikel kecil atau

partial hydrolize). Susunya dikenal dengan istilah susu yang hypollergenic atau

biasa dituils pada kemasannya yaitu HA.

Bila pemberian susu yang sudah dihidrolisa ini tetap memicu alergi anak,

alternatifnya adalah susu extensive hydrolyzed (susu dimana proteinnya

dipecah lagi menjadi partikel yang lebih kecil lagi).

Jika masih alergi, mau tak mau anak harus mengonsumsi susu asam

amino (protein dibuat menjadi bagian yang paling kecil yang disebut asam

amino) yang harganya relatif mahal. Biasanya setelah anak diberi konsumsi

susu amino lama-lama dia bisa tahan terhadap susu sapi dan bisa

mengonsumsinya. Nah, untuk mengetahui lebih pasti apakah anak memang

benar-benar alergi susu sapi tentu saja harus dilakukan tes alergi.

Kesimpulan

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut.

Laktosa adalah gula susu yang dipecah oleh enzim laktase, suatu enzim

pencernaan yang terdapat dalam usus halus.[2]

Intoleransi laktosa adalah berkurangnya kemampuan untuk mencerna

laktosa, yang disebabkan oleh kekurangan enzim laktase. [2]

Gejala-gejala intoleransi laktosa meliputi antara lain: [2]

perut kembung (banyak gas), sakit perut dan diare.

18

Page 19: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat

intoleransi laktosa, dapat dilakukan berbagai hal seperti membaca label

pangan dengan seksama, pembatasan jumlah susu yang dikonsumsi

dan pemilihan produk-produk susu. [2]

Diare dapat disebabkan intoleransi laktosa, tetapi diare ( dalam hal ini

gastroenteritis) juga dapat menyebabkan intoleransi laktosa. Karena itu,

pada penderita gastroenteritis disamping intoleransi laktosa harus

dipikirkan intoleransi terhadap bahan-bahan lain yang terdapat dalam

susu agar dapat diberikan diet yang sesuai.[1]

Walaupun kadar laktosa di ASI tinggi, ASI tetap diberikan pada

penderita gastroenteritis dengan intoleransi laktosa. [1]

Referensi

1http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15641/1/mkn-des2006-

%20(8).pdf (diunduh pada tanggal 21 Desember 2011)

2http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM/

0108.pdf (diunduh pada tanggal 21 Desember 2011)

3 Pribila BA et al. Improved lactose digestion and intolerance among African-

American adolescent girls fed a dairy-rich diet. Am J Diet Assoc 2000;100:524-

528.

4http://mediasehat.com/serba03.php (diunduh pada tanggal 21 Desember 2011)

5http://library.usu.ac.id/download/fp/ternak-eniza2.pdf (diunduh pada tanggal 12

November 2011)

6 Miller GD et al. Lactose Intolerance. In: Handbook of Dairy Foods and

Nutrition. 2nd ed. Ch. 8:311-354. Boca Raton, Florida: CRC Press, Inc., 2000.

7 Suarez FL and Savaiano DA. Lactose digestion and tolerance in adult and

elderly Asian-Americans. Am J Clin Nutr 1994;59:1021-1024.

19

Page 20: Apakah Intoleransi Laktosa Itu2

8http://eprints.undip.ac.id/17773/1/Wisnu_Barlianto.pdf (diunduh pada tanggal 9

Desember 2011)

9 Hertzler SR and Savaiano DA. Colonic adaptation to the daily lactose feeding

in lactose maldigesters reduces lactose intolerance. Am J Clin Nutr

1996;64:1232-1236.

10 Hertzler SR et al. Fecal hydrogen production and consumption

measurements. Response to daily lactose ingestion by lactose maldigesters.

Dig Dis Sci 1997;42:348-353.

11 Johnson AO et al. Adaptation of lactose maldigesters to continued milk

intakes. Am J Clin Nutr 1993;58:879-881.

12 Briet R et al. Improved clinical tolerance to chronic lactose ingestion in

subjects with lactose intolerance: a placebo effect? Gut 1997;41:632-635.

13http://www.dairynutrition.ca/scientific-evidence/lactose-intolerance-and-milk-

allergy/how-to-reduce-the-symptoms-of-lactose-intolerance.html (diunduh pada

tanggal 29 September 2011)

14Iacono G, Carrocio A, Alongi A, et al. The steatocrit test a guide in the

prevention of cow`s milk protein enteropathy following acute infection enteritis. J

Pediatr Gastroenterol Nutr 1990; 11:48-52.

15Fayad IM, Hashem M. Hussein A, Abouzikri M, Abuzikri M, Santosham M.

Comparison soy based formula with lactose and with sucrose in the treatment

of acute diarrhea in infant. Arch Pediatr Adolesc Med 1999; 153:675-80.

16http://www.susukolostrum.com/berita-kesehatan/berita-kesehatan/beda-

intoleransi-laktosa-dan-alergi-susu-sapi.html (diunduh pada tanggal 21

Desember 2011)

20