antiinflamasi

16
BAB I PENDAHULUAN Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama- sama. Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama daripada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6- 10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia. Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeksterapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan

description

farmakologi

Transcript of antiinflamasi

Page 1: antiinflamasi

BAB I

PENDAHULUAN

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat

lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa

kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat

digunakan bersama-sama.

Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah

studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang

harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama daripada

seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau

efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi

dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari

satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang

dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.

Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas

dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila

menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeksterapi yang

rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik.

Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-

sama.

Terdapat 2 tipe interaksi obat yaitu secara farmakokinetika dan

farmakodinamika. Farmakokinetik : Apayang dilakukan tubuh terhadap obat,

salah satu obat dapat mengubah konsentrasi yang lain dengan mengubah

penyerapan, distribusi, metabolisme, atau ekskresi-Biasanya (tapi tidak selalu)

dimediasi oleh sitokrom P450 (CYP) . Farmakodinamik :Terkait dengan efek

obat pada tubuh. Satu jenis obat memodulasi efek farmakologis obat lain:

aditif, sinergis, atau antagonis.

Page 2: antiinflamasi

Kombinasi  sinergis, efek  farmakologis lebih besar dari penjumlahan 2

obat, interaksi yang menguntungkan: aminoglikosida+penisilin-Berbahaya:

barbiturat+alkohol.

                  Antagonisme, efek farmakologis lebih kecil dari pada penjumlahan

2 obat, interaksi yang menguntungkan: naloksondiopiat overdosis. Interaksi

yang berbahaya:AZT+stavudine.

                  Aditivitas, efek farmakologis sama dengan penjumlahan dari 2

obat, interaksi yang menguntungkan: aspirin+acetaminophen, interaksi yang

berbahaya: neutropenia dengan AZT+gansiklovir.

Page 3: antiinflamasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh

cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi,

atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang

cedera itu (Dorland, 2002).

Inflamasi atau peradangan adalah respon protektif sitem imun nonspesifik

yang bekerja untuk melokalisasi, menetralisasi, atau menghancurkan agen pencedera

dalam persiapan untuk proses pemyembuhan (Sylvia A. Price, 2005).

B. Etiologi

1. Agen fisik

2. Agen kimia

3. Reaksi imunologik

4. Organisme – organisme patogenik.

C. Tujuan Proses Inflamasi

1. Tujuan positif inflamasi :

a. Untuk menahan dan memisahkan kerusakan sel.

b. Menghancurkan mikroorganisme.

c. Menginaktifkan toksin.

d. Mempersiapkan perbaikan jaringan.

2. Tujuan negatif inflamasi :

a. Menyebabkan reaksi hipersensitifitas

b. Menyebabkan kerusakan organ progresif

c. Pembentukan jaringan parut.

D. Manifestasi klinis

1. Rubor (kemerahan)

Page 4: antiinflamasi

Rubor atau kemerahan, biasanya merupakan hal pertama yang terlihat

didaerah yang mengalami peradangan .Seiring dengan dimulainya reaksi

peradangan, arteriol yang memasok daerah tersebut berdilatasi sehingga

memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal.

Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong, atau mungkin hanya sebagian meregang,

secara cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hyperemia kongesti,

menyebabkan kemerahan lokal pada peradangan akut. Tubuh mengontrol

hyperemia pada awal reaksi peradangan, baik secara neurologis maupun kimiawi

melalui pelepasan zat – seperti histamin.

Akibat dari sekresi histamin tersebut berupa:

1. Peningkatan aliran darah lokal.

2. Peningkatan permeabilitas kapiler.

3. Perembesan ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial.

4. Edema ekstraseluler lokal.

5. Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.

2. Kalor (panas)

Terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi peradangan akut.

Sebenarnya, panas secara khas hanya merupakan reaksi peradangan yang terjadi

pada permukaan tubuh, yang secara normal lebih dingin dari 37oC yang

merupakan suhu inti tubuh. Daerah peradangan dikulit menjadi lebih hangat dari

sekelilingnya karena lebih banyak darah (pada suhu 370C) dialirkan dari dalam

tubuh ke permukaan daerah yang terkena dibandingkan dengan kedaerah yang

normal. Fenomena hangat lokal ini tidak terlihat di daerah – daerah meradang yang

terletak jauh dalam tubuh, karena jaringan – jaringan tersebut sudah memiliki suhu

inti 37o C dan hiperemia lokal tidak menimbukan perbedaan.

3. Dolor (sakit)

Dolor atau nyeri pada suatu rekasi peradangan tampaknya ditimbulkan dalam

berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion – ion tertentu dapat

merangsang ujung – ujung saraf. Hal yang sama, pelepasan zat – zat kimia tertentu

seperti histamin atau zat- zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf. Selain itu,

pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan lokal

yang tidak diragukan lagi dapat menimbulkan nyeri.

4. Tumor (pembengkakan)

Page 5: antiinflamasi

Aspek paling mencolok pada peradangan akut mungkin adalah tumor, atau

pembengkakan lokal yang dihasilkan oleh cairan dan sel – sel yang berpindah dari

aliran darah ke jaringan intertisial. Campuran cairan dan sel – sel ini yang

tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada awal perjalan reaksi

perjalan, sebagian besar eksudat adalah cairan, seperti yang terlihat secara cepat di

dalam lepuhan setelah luka bakar ringan pada kulit. Kemudian, sel –sel darah putih

atau leukosit, meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai eksudat.

5. Fungsiolesa (perubahan fungsi)

Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland,

2002). Fungsiolesa atau perubahan fungsi merupakan bagian yang lazim pada

reaksi peradangan. Sepintas mudah dimengerti, bagian yang bengkak, nyeri disertai

sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, seharusnya

berfungsi secara abnormal. Akan tetapi, carabagaimana fungsi jaringan yang

meradang itu terganggu tidak dipahami secara terperinci.

E. Pengobatan Pada Inflamasi

Obat anti inflamasi adalah obat yang memiliki aktivitas menekan atau

mengurangi peradangan, aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu

menghambat pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-

sel leukosit ke daerah radang dan menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel

tempat kedudukannya. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antiinflamasi

terbagi ke dalam golongan steroid dan golongan non-steroid.

1. Obat Anti-inflamasi Nonsteroid

Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal

dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah

suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri),

antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non

steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid,

yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan

jenis narkotika.

Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia

heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan

Page 6: antiinflamasi

sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakidonat

(Dorland, 2002).

1) Obat AINS merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan

beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian,

obat-obat ini mempunyai banyak persamaan dalam efek terapi

maupun efek samping.15 Prototip obat golongan ini adalah aspirin,

karena itu obat AINS sering juga disebut sebagai obat-obat mirip

aspirin (aspirin-like drug).

2) Aspirin-like drugs dibagi dalam lima golongan, yaitu:

a. Salisilat dan salisilamid, derivatnya yaitu asetosal (aspirin),

salisilamid, diflunisal

b. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminofen dan fenasetin.

c. Pirazolon, derivatnya yaitu antipirin (fenazon), aminopirin

(amidopirin), fenilbutazon dan turunannya

d. Antirematik nonsteroid dan analgetik lainnya, yaitu asam

mefenamat dan meklofenamat, ketoprofen, ibuprofen, naproksen,

indometasin, piroksikam, dan glafenin.

e. Obat pirai, dibagi menjadi dua, yaitu

1. obat yang menghentikan proses inflamasi akut, misalnya

kolkisin, fenilbutazon, oksifenbutazon

2. obat yang mempengaruhi kadar asam urat, misalnya

probenesid, alupurinol, dan sulfinpirazon.

Sedangkan menurut waktu paruhnya, Obat AINS dibedakan

menjadi:

a. AINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam), yaitu aspirin, asam

flufenamat, asam meklofenamat, asam mefenamat, asam niflumat,

asam tiaprofenamat, diklofenak, indometasin, karprofen, ibuprofen,

dan ketoprofen.

b. AINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam), yaitu fenbufen dan

piroprofen.

Page 7: antiinflamasi

c. AINS dengan waktu paruh tengah (kira-kira 12 jam), yaitu diflunisal

dan naproksen.

d. AINS dengan waktu paruh panjang (24-45 jam), yaitu piroksikam

dan tenoksikam.

e. AINS dengan waktu paruh sangat panjang (lebih dari 60 jam), yaitu

fenilbutazon dan oksifenbutazon.

Klasifikasi kimiawi obat anti-inflamasi nonsteroid

a. Derivat asam salisilat: aspirin, natrium salisilat, salsalat, diflunisal,

cholin magnesium trisalisilat, sulfasalazine, olsalazine

b. Derivat para-aminofenol: asetaminofen

c. Asam asetat indol dan inden: indometasin.

d. Asam heteroaryl asetat: tolmetin, diklofenak, ketorolak

e. Asam arylpropionat: ibuprofen, naproksen, flurbiprofen,

ketoprofen, fenoprofen, oxaprozin

f. Asam antranilat (fenamat): asam mefenamat, asam meklofenamat

g. Asam enolat: oksikam (piroksikam, meloksikam)

h. Alkanon: nabumeton Selective Cyclooxygenase II inhibitors

i. Diaryl-subtiuted furanones: rofecoxib

j. Diaryl-subtituted pyrazoles: celecoxib

k. Asam asetat indol: etodolac

l. Sulfonanilid: nimesulid

3) Obat antiinflamasi steroid

Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah

menghambat enzim fospolifase sehingga menghambat pembentukan

prostaglandin maupun leukotrien. Penggunaan obat antiinflamasi steroid

dalam jangka waktu lama tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba, efek

sampingnya cukup banyak dapat menimbulkan tukak lambung,

osteoforosis, retensi cairan dan gangguan elektrolit.

Contoh obat antiinflamasi steroid diantaranya, hidrokortison,

deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason,

triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon

Page 8: antiinflamasi

asetonid dan fluokortolon. Penyakit lain yang dapat diobati dengan anti

inflamasi diantaranya, artritis rematoid, demam rematik dan peradangan

sendi.

Golongan Zat Aktif Indikasi Efek

samping

Merk

dagang

1

.

Steroid Hidrokortison Dermatitis

(alergi, atopik),

neurodermatitis

Gatal, rasa

terbakar

dexametason Mengatasi

gejala inflamasi

akut, penyakit

alergi, edema

serebral,

arthritis

rematoid.

Oestoporosis

,

Menghambat

pertumbuhan

anak, Nafsu

makan dan

berat badan

meningkat

Corsona

Cortidex

Dexa-M

Kalmethasone

Indexon

Molacort

prednisone Demam rematik

akut, asma

bronkial, obat

anti-inflamasi,

psoriasis,

Rinitis,

Dermatitis.

Mual,

anoreksia,

nyeri otot,

edema,

hipernatremi

a, iritasi

lambung

Dellacorta

Eltazon

Erlanison

Inflason

Metacort

Lexacort

Metil

prednisolon

Atritis

reumatoiid,

rinitis alergika,

asma bronkial,

dermatitis

kontak

Gangguan

cairan dan

elektrolit,

kelemahan

otot, ulkus

peptikum,

oesteoporosis

haid tidak

Metil prednisolon

Carmeson

DepoMedrol

Medison

Metasolon

Page 9: antiinflamasi

terataur Methylon

betametason Pruiritus

eritema, lesi

psoriasis

Dermatitis

kontak,

penipisan

kulit,

jerawat,

perubahan

warna kulit.

triamsinolon Rheumatoid

atritis, gout

akut, terapi

pemeliharaan

pada sistemik

lupus

eritemtaosus,

alergi dan

inflamasi kulit,

asma bronkial.

Hipotensi,

hiperpigment

asi.

Triamcot

Ketricin

Amtocort

Fluosinolon

asetonid

Meredakan

inflamasi dan

pruritus pada

dermatosis yang

rensponsif oleh

kortikosteroid

Hipersensitifi

tas, rasa

terbakar,

kulit kering.

Hydrocortisone Menekan reaksi

radang akibat

infeksi seperti

eksema,

dermatitis

alergi,

dermatitis

seboroik

Pada

penderita

yang sensitif

dapat timbul

rasa terbkar,

gatal, kulit

kering, atropi

kulit serta

Page 10: antiinflamasi

infeksi

sekunder

2

.

Non

Steroid

Asam salisilat Nyeri ringan

sampai sedang,

sakit menstruasi,

sakit kepala,

rematik

Iritasi lokal,

keracunan,

iritatif

terhadap

lambung

aspirin,

natrium

salisilat,

salsalat,

diflunisal,

cholin

magnesium

trisalisilat,

sulfasalazin

e,

olsalazine

Para aminofenol asetaminof

en

Asam asetat indometasi

n, sulindak

Asam heteroaryl

asetat

tolmetin,

diklofenak,

ketorolak

Asam

arylpropionat

ibuprofen,

naproksen,

flurbiprofe

n,

ketoprofen,

fenoprofen,

oxaprozin

Asam antranilat

(fenamat)

asam

mefenamat,

asam

meklofena

mat

Page 11: antiinflamasi

Asam enolat oksikam

(piroksika

m,

meloksika

m)

Alkanon nabumeton

Selective

Cyclooxyg

enase II

inhibitors

Sulfonanilid nimesulid