ANTIHISTAMIN
-
Upload
agung-triyanto -
Category
Documents
-
view
119 -
download
6
Transcript of ANTIHISTAMIN
![Page 1: ANTIHISTAMIN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082408/55721131497959fc0b8e8c90/html5/thumbnails/1.jpg)
ANTIHISTAMIN
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek
terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Antihistamin dapat dibagi
menjadi 2 kelompok yakni antagonis reseptor-H1 (H1-blockers atau antihistamin) dan
antagonis reseptor-H2 (H2-blockers atau zat penghambat asam) (Tjay & Rahardja, 2007).
1. H1-blockers (antihistamin klasik)
H1-blockers mengantagonir histamine dengan jalan memblok reseptor H1 di otot
dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna, kandung kemih dan uterus. Selain itu juga
melawan efek histamin di kapiler dan ujung saraf (gatal, flare reaction). Efeknya adalah
simptomatis, antihistamin tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi. Hampir
semua antihistamin H1 memiliki kerja spasmolitik dan anestetika lokal (Mutschler,
1999).
Kinetika : Pada pemberian oral, antihistamin H1 diabsorpsi dengan cepat dan
baik. Efek kerja mulai terlihat setelah 0.5-1 jam dengan lama kerja 4-6 jam, walaupun
beberapa agen dapat sampai 24 jam atau lebih. Dimetabolisme oleh enzim hepatic
sitokhrom, dalam bentuk glukoronid sebelum diekskresikan dalam urine (Wolf et all,
2008).
Dosis: Besarnya dosis pada orang dewasa menurut sediaan terletak antara 1-100
mg. Pada reaksi alergi yang parah, terutama pada syok akibat alergi, maka mungkin juga
diberikan secara intravena atau intramuskuler (Mutschler, 1999).
Efek samping: Efek samping yang paling berarti adalah pengaruh terhadap sistem
saraf pusat. Akibat efek depresi sentral, kemampuan bereaksi terbatas. Efek samping lain
dapat terjadi gangguan usus-lambung dan gangguan koordinasi (Mutschler, 1999).
Antihistamin ini dibagi menjadi 2 kelompok, yakni :
a. Obat generasi ke-1 : prometazin, oksomemazin, tripelennamin, (klor) feniramin,
difenhidramin, klemastin (Tavegil), siproheptadin (Periactine), azelastin
(Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin, ketotifen (zaditen) dan oksatomida
(tinset). Obat-obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki
efek antikolinergis (Tjay & Rahardja, 2007).
1
![Page 2: ANTIHISTAMIN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082408/55721131497959fc0b8e8c90/html5/thumbnails/2.jpg)
b. Obat generasi ke-2 : astemizol, terfenadine, dan fexofenadin, akrivastin,
setirizine, loratidine, levokabastin, dan emedastin. Zat-zat ini bersifat hidrofil dan
sukar mencapai CCS ( cairan serebrospinal), maka pada dosis terapeutis tidak
bekerja sedatif. Keuntungan lainnya adalah plasma t½-nya yang lebih panjang,
sehingga dosisnya cukup dengan 1-2 kali sehari. Efek anti-alerginya selain
berdasarkan khasiat antihistamin, juga berkat daya menghambat sintesis mediator-
radang, seperti prostaglandin, leukotrien dan kinin (Tjay & Rahardja, 2007).
2. H2-blockers (penghambat asam)
Obat-obat ini menghambat secara selektif sekresi asam lambung yang meningkat
akibat histamine, dengan jalan persaingan terhadap reseptor H2 di lambung. Efeknya
adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan
tekanan darah menurun. Senyawa ini banyak digunakan pada terapi tukak lambung-usus
guna mengurangi sekresi HCl dan pepsin, juga sebagai zat-pelindung tambahan pada
terapi dengan kortikosteroid (Tjay & Rahardja, 2007).
Penghambat asam yang banyak digunakan sekarang yakni simetidin, ranitidin,
famotidin, nizatidin dan roksatidin yang merupakan senyawa heterosiklis dari histamin.
Penggunaan
Selain bersifat antihistamin, obat-obat ini juga memiliki berbagai khasiat lain,
yakni daya antikolinergik, antiemetis, dan daya menekan SS (sedatif), sedangkan
beberapa di antaranya memiliki efek antiserotonin dan lokal anestetis (lemah).
Berdasarkan efek ini, antihistamin digunakan secara sistemis (oral, injeksi) untuk
mengobati simtomatis bermacam-macam gangguan alergi yang disebabkan oleh
pembebasan histamin. Di samping rhinitis, pollinitis dan alergi makanan/ obat juga
digunakan pada sejumlah gangguan berikut :
Asma
Asma yang bersifat alergi, guna menanggulangi gejala bronkokonstriksi.
Walaupun kerjanya baik, namun efek keseluruhannya hanya rendah berhubung tidak
berdaya terhadap mediator lain (leukotrien) yang juga mengakibatkan penciutan bronchi.
Penggunaan dalam bentuk inhalasi menghasilkan efek yang lebih baik. Obat-obat
2
![Page 3: ANTIHISTAMIN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082408/55721131497959fc0b8e8c90/html5/thumbnails/3.jpg)
ketotifen dan oksatomida berkhasiat mencegah degranulasi dari sel mast dan efektif
untuk mencegah serangan.
Sengatan serangga
Serangan serangga, khususnya tawon dan lebah, yang mengandung a.l. histamin dan
suatu enzim yang mengakibatkan pembebasannya dari sel mast. Untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan, obat perlu diberikan segera dan sebaiknnya melalui injeksi.
Dalam keadaan hebat biasanya diberikan injeksi adrenalin i.m. atau hidrokortison i.v.
Urticaria
Umumnya bermanfaat terhadap meningkatnya permeabilitas kapiler dan gatal-gatal,
terutama zat-zat dengan kerja antiserotonin seperti alimemazin, azatadin, dan
oksamida. Khasiat antigatal mungkin berkaitan pula dengan efek sedatif dan efek
aestetis lokalnya.
Stimulasi nafsu makan
Untuk menstimulasi nafsu makan sehingga dapat menaikkan berat badan, yakni
siproheptadin (dan turunannya pizotifen) dan oksatomida. Semua zat ini berdaya
antiserotonin.
Sebagai sedativum
Sebagai sedativum berdasarkan dayanya menekan SSP, khususnya prometazin dan
difenhidramin serta turunannya. Obat-obat ini juga berkhasiat meredakan rangsangan
batuk, sehingga banyak digunakan dalam sediaan obat batuk populer.
Penyakit parkinson
Berdasarkan daya antikolinergiknya, khususnya difenhidramin dan turunan 4-
metilnya yang juga berkhasiat spasmolitis.
Mual dan pusing (vertigo)
Berdasarkan efek antiemetisnya yang juga berkaitan dengan khasiat
antikolinergisnya, terutama siklizin, meklizin, dan dimenhidrinat, sedangkan sinarizin
terutama digunakan untuk vertigo.
Shock anafilaksis
Efek samping
3
![Page 4: ANTIHISTAMIN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082408/55721131497959fc0b8e8c90/html5/thumbnails/4.jpg)
Kebanyakan antihistamin tidak menyebabkan efek samping yang serius bila diberikan
dalam dosis terapeutis. Yang paling sering terjadi adalah :
Efek sedatif-hipnotis (rasa kantuk) akibat depresi SSP dan daya antikolinergiknya.
Efek ini paling nyata pada prometazin dan difenhidramin, dan kurang pada d-
klorfeniramin dan mebhidrolin, dan efek ini bervariasi pada setiap orang. Daya
sedatif ini tidak dimiliki oleh antihistamin generasi kedua misalnya astemizol dan
terfenadin. Namun, kedua obat ini bila diminum bersama dengan obat yang
menghambat perombakannya dalam hati, kadar histamin dalam plasma dapat
meningkat kuat sehingga menimbulkan gangguan jantung berbahaya (cardiac arrest,
aritmia ventrikuler), misalnya dengan ketokonazol, antibiotik makrolida (eritromisin)
dan makanan (jus, grapefruit).
Efek sentral lainnya seperti pusing, gelisah, letih, lesu dan tremor, dan dosis besar
dapat menimbulkan konvulsi dan koma.
Gangguan saluran cerna juga sering terjadi seperti mual, muntah, dan diare sampai
anoreksia dan sembelit. Efek ini dapat dikurangi dengan meminum obat setelah
makan.
Efek antikolinergis (anti-muskarin) seperti mulut kering, gangguan akomodasi dan
saluran cerna, sembelit dan retensi urin.
Efek antiserotonin dapat meningkatkan nafsu makan dan berat badan.
Sensibilitasi dapat terjadi pada pemberian oral, khusunya pengguanaan lokal.
Efek teratogen, mungkin pada derivat piperazi.
Pada wanita hamil dan menyusui, hanya sinarizin, ketotifen, mebhidrolin, dan
siproheptadin dianggap aman bagi janin.
Zat-zat tersendiri
1. Derivat Etanolamin
Zat-zat ini memiliki daya antikolinergis dan sedatif yang agak kuat.
a. Difenhidramin
4
![Page 5: ANTIHISTAMIN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082408/55721131497959fc0b8e8c90/html5/thumbnails/5.jpg)
Antihistamin ini juga bersifat spasmolitis, antiemetis, dan antivertigo. Digunakan
sebagai obat tampahan pada terapi parkinson, dan sebagai obat antigatal pada
urtikaria akibat alergi. Dosis : oral 4 dd 25-50 mg, i.v. 10-50 mg.
Orfenadrin (2-metildifenhidramin) memiliki daya antikolinergis dan sedatif yang
ringan, sehingga lebih disukai sebagai obat tambahan pada terapi parkinson dan
terhadap efek ekstrapiramidal pada terapi dengan antipsikotika. Dosis : oral 3 dd 50
mg.
Dimenhidrinat adalah senyawa klorteofilinat dari difenhidramin yang khusus
digunakan terhadap mabuk jalan dan muntah karena kehamilan. Dosis : oral 4 dd 50-
100 mg, i.m. 50 mg.
Klorfenoksamin adalah derivat klor dan metil. Dosis: oral 2-3 dd 20-40 mg (klorida),
dalam krem 1,5 %.
b. Klemastin
Efek antihistaminnya amat kuat, mulai bekerja cepat (dalam beberapa menit) dan
bertahan lebih dari 10 jam. Mekanisme kerja: mengurangi permeabilitas kapiler dan
efektif terhadap pruritus allergica (gatal-gatal). Dosis : oral 2 dd 1 mg a.c.(fumarat),
i.m. 2 dd 2 mg.
2. Derivat Etilendiamin
Umumnya memiliki daya kerja sedatif yang lebih ringan.
Antazolin: Antihistin
Efek antihistaminnya tidak begitu kuat tetapi tidak merangsang selaput lendir, sehingga
cocok pada terapi gejala-gejala alergis pada mata dan hidung (selesma) sebagai sediaan
kombinasi dengan nafazolin. Dosis: oral 2-4 dd 50-100 mg (sulfat).
Tripelennamin, hanya digunakan dalam bentuk krem 2 % pada gatal-gatal akibat alergi
terhadap sinar matahari, sengatan serangga, dll.
Mepirin dalah derivat metoksi dan tripelennamin yang digunakan dalam kombinasi
dengan feniramin dan fenilpropanolamin terhadap hay fever.
Klemizol adalah derivat klor yang kini hanya digunakan dalam salep/suppositoria
antiwasir.
5
![Page 6: ANTIHISTAMIN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082408/55721131497959fc0b8e8c90/html5/thumbnails/6.jpg)
3. Derivat Propilamin
Memiliki daya antihistamin yang kuat.
Feniramin
Dosis: oral 3 dd 12,5-25 mg atau 1 dd 50 mg tablet, i.v. 1-2 dd 50 mg, krem 1,25 %.
Klorfeniramin adalah derivat klor dengan daya kerja 10 kali lebih kuat dan dengan
derajat toksisitas yang sama. Efek sampingnya sedatif ringan dan sering kali digunakan
dalam obat batuk.
Triprolidin
Mulai kerjanya cepat dan bertahan lama, sampai 24 jam (tablet retard). Dosis: oral 1 dd
10 mg (klorida) pada malam hari karena efek sedatifnya.
4. Derivat Piperazin
Umumnya bersifat long-acting ( lebih dari 10 jam)
a. Siklizin
Bertahan 4-6 jam. Digunakan terutama sebagai obat anti-emetik dan pencegah
mabuk jalan. Kontraindikasi: wanita hamil, terutama trimester pertama. Dosis: mabuk
perjalanan diberikan 1 jam sebelum berangkat 50 mg, bila perlu 3 kali sehari, pada
mual dan muntah 3-4 dd 50 mg, anak-anak 6-13 tahun 3 dd 25 mg.
b. Sinarizin
Juga berkhasiat vasodilatasi perifer. Sifat ini berkaitan dengan efek relaksasinya
terhadap arteriole perifer dan otak, karena penghambatan masuknya ion kalsium ke
dalam sel otot polos. Dosis: oral 2-3 dd 25-50 mg.
c. Oksatomida
Memiliki daya kerja antihistamin, antiserotonin, antileukotrien, dan menstabilkan
sel mast. Sehingga digunakan sebagai obat pencegah maupun pengobatan asma dan
hay fever. Juga memiliki efek menstimulasi nafsu makan. Dosis: oral 2 dd 30 mg p.c;
untuk asma 120 mg sehari.
6
![Page 7: ANTIHISTAMIN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082408/55721131497959fc0b8e8c90/html5/thumbnails/7.jpg)
d. Hidroksizin
Merupakan salah satu antihistamin pertama dengan berbagai macam khasiat, a.l.
sedatif, dan ankiolitis, spasmolitis, anti-emesis, serta antikolinergis. Sangat efektif pada
urtikaria dan gatal-gatal. Dosis: 1-2 dd 50 mg. Untuk anxiolyse: 1-4 dd 50-100 mg.
Cetirizine adalah metabolit aktif dari hidroksizin dengan kerja kuat dan panjang (t½-nya
8-10 jam). Merupakan obat generasi kedua, bersifat hidrofil, sehingga tidak bekerja
sedatif juga tidak antikolinergis. Menghambat migrasi dari granulosit eosinofil, yang
berperan pada reaksi alergi lambat. Digunakan pada urticaria dan rhinitis/conjuntivitis.
Dosis: 1 dd 10 mg malam hari.
5. Derivat fenotiazin
Memiliki daya kerja antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat, tapi sering
berefek sentral kuat dengan khasiat neuroleptis. Sehingga turunannya banyak digunakan
sebagai obat antipsikosis.juga sering digunakan dalam obat batuk berhubung efek sedatif
dan meredakan batuk.
a. Prometazin
Digunakan pada reaksi alergi terhadap tumbuhan dan akibat gigitan serangga,
juga sebagai antiemtikum, digunakan pada vertigo dan sebagai sedativum pada batuk dan
sukar tidur, terutama untuk anak-anak.
Efek samping bersifat umum, namun kadang-kadang menimbulkan hipotensi,
fotosensibilitas, hipothermia, dan efek terhadap darah (leukopenia, agranulocytosis).
Semua senyawa fenotiazine menimbulkan reaksi ini.
Dosis: oral 3 dd 25-50 mg dan sebaiknya digunakan pada malam hari; i.m. 50 mg.
Oksomemazin
Daya kerja dan penggunaaannya sama seperti prometazin, a.l. dalam obat batuk. Dosis:
oral 2-3 dd 10 mg.
c. Isopendil
Bekerja lebih singkat dari prometazin dengan efek sedatif lebih ringan. Dosis: oral 3-
4 dd 4-8 mg; i.m./i.v. 10 mg.
7
![Page 8: ANTIHISTAMIN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082408/55721131497959fc0b8e8c90/html5/thumbnails/8.jpg)
6. Derivat Trisiklis lainnya
a. Siproheptadin
Berdasarkan efek stimulasinya terhadap pertumbuhan jaringan normal, dahulu
obat ini banyak digunakan untuk pasien yang kurus dan nafsu makan buruk. Lama
kerja 4-6 jam, daya antikolinergisnya ringan.
Efek samping: rasa kantuk biasanya hilang sesudah seminggu. Namun, obat ini
sekarang hanya dianjurkan sebagai antihistamin.
Dosis: oral 3 dd 4 mg (klorida).
b. Pizotifen
Dosis: oral awal 1 dd 0.5 mg (maleat), berangsur-angsur dinaikkan sampai 3 dd
0,5 mg.
c. Azelastin
Khusus digunakan untuk rhinitis alergika. Kerja minimal 12 jam.
Dosis: oral 1-2 dd 2 mg.
7. Obat generasi kedua
Memiliki daya kerja antihistamin tanpa efek sedatif-hipnotis.
a. Terfenadin
b. Astemizol
c. Levocabastin
8. Lain-Lain
a. Mebhidrolin (Interhistin, Incidal)
Digunakan a.l. pada pruritus dengan dosis 2-3 dd 50 mg.
b. Dimetinden (fenistil)
Juga digunakan terhadap pruritus dengan dosis 3 dd 1-2 mg (maleat).
c. Kortikosteroida
Glukokortikoid dapat menekan daya tangkis seluler sehingga mengurangi reaksi
alergi. Melawan peradangan dan mengurangi pembentukan mediator-mediator.
Indikasinya:
8
![Page 9: ANTIHISTAMIN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082408/55721131497959fc0b8e8c90/html5/thumbnails/9.jpg)
- Secara lokal, terutama:
- asma dan hay fever: beklometason, budesonida, dan flucatison.
- Radang mata: deksametason, fluormetolon, hidrokortison dan prednisolon.
- dermatoses
- Sistemis (bersamaan dengan adrenalin) pada shock anafilaksis, kejang bronchi
karena reaksi alergi dan status asmatikus.
d. Natrium kromoglikat
Mekanisme kerja berdasarkan menstabilisir membran sel mast, sehingga
menghambat pembebasan sel mast. Efek smapingnya lemah, terutama iritasi setempat.
Dosis: 4 dd 20 mg serbuk halus kering untuk inhalasi (garan-dinatrium).
9
![Page 10: ANTIHISTAMIN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082408/55721131497959fc0b8e8c90/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Mutschler, Ernest. 1999. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Penerbit ITB :
Bandung.
Tjay, Tan Hoan & Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Penerbit PT Elex Media
Komputindo-Gramedia : Jakarta.
Wolf et All. 2008. Fitzpatrick’s Dermatologi in Generall Medicine. Mc Graw Hill
Medical.
10