ANTIHISTAMIN

15
ANTIHISTAMIN Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Antihistamin dapat dibagi menjadi 2 kelompok yakni antagonis reseptor-H1 (H1-blockers atau antihistamin) dan antagonis reseptor-H2 (H2-blockers atau zat penghambat asam) (Tjay & Rahardja, 2007). 1. H1-blockers (antihistamin klasik) H1-blockers mengantagonir histamine dengan jalan memblok reseptor H1 di otot dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna, kandung kemih dan uterus. Selain itu juga melawan efek histamin di kapiler dan ujung saraf (gatal, flare reaction). Efeknya adalah simptomatis, antihistamin tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi. Hampir semua antihistamin H1 memiliki kerja spasmolitik dan anestetika lokal (Mutschler, 1999). Kinetika : Pada pemberian oral, antihistamin H1 diabsorpsi dengan cepat dan baik. Efek kerja mulai terlihat setelah 0.5-1 jam dengan lama kerja 4-6 jam, walaupun beberapa agen dapat sampai 24 jam atau lebih. Dimetabolisme oleh enzim hepatic sitokhrom, dalam bentuk glukoronid sebelum diekskresikan dalam urine (Wolf et all, 2008). Dosis: Besarnya dosis pada orang dewasa menurut sediaan terletak antara 1-100 mg. Pada reaksi alergi yang parah, terutama pada syok akibat alergi, maka mungkin juga 1

Transcript of ANTIHISTAMIN

Page 1: ANTIHISTAMIN

ANTIHISTAMIN

Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek

terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Antihistamin dapat dibagi

menjadi 2 kelompok yakni antagonis reseptor-H1 (H1-blockers atau antihistamin) dan

antagonis reseptor-H2 (H2-blockers atau zat penghambat asam) (Tjay & Rahardja, 2007).

1. H1-blockers (antihistamin klasik)

H1-blockers mengantagonir histamine dengan jalan memblok reseptor H1 di otot

dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna, kandung kemih dan uterus. Selain itu juga

melawan efek histamin di kapiler dan ujung saraf (gatal, flare reaction). Efeknya adalah

simptomatis, antihistamin tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi. Hampir

semua antihistamin H1 memiliki kerja spasmolitik dan anestetika lokal (Mutschler,

1999).

Kinetika : Pada pemberian oral, antihistamin H1 diabsorpsi dengan cepat dan

baik. Efek kerja mulai terlihat setelah 0.5-1 jam dengan lama kerja 4-6 jam, walaupun

beberapa agen dapat sampai 24 jam atau lebih. Dimetabolisme oleh enzim hepatic

sitokhrom, dalam bentuk glukoronid sebelum diekskresikan dalam urine (Wolf et all,

2008).

Dosis: Besarnya dosis pada orang dewasa menurut sediaan terletak antara 1-100

mg. Pada reaksi alergi yang parah, terutama pada syok akibat alergi, maka mungkin juga

diberikan secara intravena atau intramuskuler (Mutschler, 1999).

Efek samping: Efek samping yang paling berarti adalah pengaruh terhadap sistem

saraf pusat. Akibat efek depresi sentral, kemampuan bereaksi terbatas. Efek samping lain

dapat terjadi gangguan usus-lambung dan gangguan koordinasi (Mutschler, 1999).

Antihistamin ini dibagi menjadi 2 kelompok, yakni :

a. Obat generasi ke-1 : prometazin, oksomemazin, tripelennamin, (klor) feniramin,

difenhidramin, klemastin (Tavegil), siproheptadin (Periactine), azelastin

(Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin, ketotifen (zaditen) dan oksatomida

(tinset). Obat-obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki

efek antikolinergis (Tjay & Rahardja, 2007).

1

Page 2: ANTIHISTAMIN

b. Obat generasi ke-2 : astemizol, terfenadine, dan fexofenadin, akrivastin,

setirizine, loratidine, levokabastin, dan emedastin. Zat-zat ini bersifat hidrofil dan

sukar mencapai CCS ( cairan serebrospinal), maka pada dosis terapeutis tidak

bekerja sedatif. Keuntungan lainnya adalah plasma t½-nya yang lebih panjang,

sehingga dosisnya cukup dengan 1-2 kali sehari. Efek anti-alerginya selain

berdasarkan khasiat antihistamin, juga berkat daya menghambat sintesis mediator-

radang, seperti prostaglandin, leukotrien dan kinin (Tjay & Rahardja, 2007).

2. H2-blockers (penghambat asam)

Obat-obat ini menghambat secara selektif sekresi asam lambung yang meningkat

akibat histamine, dengan jalan persaingan terhadap reseptor H2 di lambung. Efeknya

adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan

tekanan darah menurun. Senyawa ini banyak digunakan pada terapi tukak lambung-usus

guna mengurangi sekresi HCl dan pepsin, juga sebagai zat-pelindung tambahan pada

terapi dengan kortikosteroid (Tjay & Rahardja, 2007).

Penghambat asam yang banyak digunakan sekarang yakni simetidin, ranitidin,

famotidin, nizatidin dan roksatidin yang merupakan senyawa heterosiklis dari histamin.

Penggunaan

Selain bersifat antihistamin, obat-obat ini juga memiliki berbagai khasiat lain,

yakni daya antikolinergik, antiemetis, dan daya menekan SS (sedatif), sedangkan

beberapa di antaranya memiliki efek antiserotonin dan lokal anestetis (lemah).

Berdasarkan efek ini, antihistamin digunakan secara sistemis (oral, injeksi) untuk

mengobati simtomatis bermacam-macam gangguan alergi yang disebabkan oleh

pembebasan histamin. Di samping rhinitis, pollinitis dan alergi makanan/ obat juga

digunakan pada sejumlah gangguan berikut :

Asma

Asma yang bersifat alergi, guna menanggulangi gejala bronkokonstriksi.

Walaupun kerjanya baik, namun efek keseluruhannya hanya rendah berhubung tidak

berdaya terhadap mediator lain (leukotrien) yang juga mengakibatkan penciutan bronchi.

Penggunaan dalam bentuk inhalasi menghasilkan efek yang lebih baik. Obat-obat

2

Page 3: ANTIHISTAMIN

ketotifen dan oksatomida berkhasiat mencegah degranulasi dari sel mast dan efektif

untuk mencegah serangan.

Sengatan serangga

Serangan serangga, khususnya tawon dan lebah, yang mengandung a.l. histamin dan

suatu enzim yang mengakibatkan pembebasannya dari sel mast. Untuk mendapatkan

hasil yang memuaskan, obat perlu diberikan segera dan sebaiknnya melalui injeksi.

Dalam keadaan hebat biasanya diberikan injeksi adrenalin i.m. atau hidrokortison i.v.

Urticaria

Umumnya bermanfaat terhadap meningkatnya permeabilitas kapiler dan gatal-gatal,

terutama zat-zat dengan kerja antiserotonin seperti alimemazin, azatadin, dan

oksamida. Khasiat antigatal mungkin berkaitan pula dengan efek sedatif dan efek

aestetis lokalnya.

Stimulasi nafsu makan

Untuk menstimulasi nafsu makan sehingga dapat menaikkan berat badan, yakni

siproheptadin (dan turunannya pizotifen) dan oksatomida. Semua zat ini berdaya

antiserotonin.

Sebagai sedativum

Sebagai sedativum berdasarkan dayanya menekan SSP, khususnya prometazin dan

difenhidramin serta turunannya. Obat-obat ini juga berkhasiat meredakan rangsangan

batuk, sehingga banyak digunakan dalam sediaan obat batuk populer.

Penyakit parkinson

Berdasarkan daya antikolinergiknya, khususnya difenhidramin dan turunan 4-

metilnya yang juga berkhasiat spasmolitis.

Mual dan pusing (vertigo)

Berdasarkan efek antiemetisnya yang juga berkaitan dengan khasiat

antikolinergisnya, terutama siklizin, meklizin, dan dimenhidrinat, sedangkan sinarizin

terutama digunakan untuk vertigo.

Shock anafilaksis

Efek samping

3

Page 4: ANTIHISTAMIN

Kebanyakan antihistamin tidak menyebabkan efek samping yang serius bila diberikan

dalam dosis terapeutis. Yang paling sering terjadi adalah :

Efek sedatif-hipnotis (rasa kantuk) akibat depresi SSP dan daya antikolinergiknya.

Efek ini paling nyata pada prometazin dan difenhidramin, dan kurang pada d-

klorfeniramin dan mebhidrolin, dan efek ini bervariasi pada setiap orang. Daya

sedatif ini tidak dimiliki oleh antihistamin generasi kedua misalnya astemizol dan

terfenadin. Namun, kedua obat ini bila diminum bersama dengan obat yang

menghambat perombakannya dalam hati, kadar histamin dalam plasma dapat

meningkat kuat sehingga menimbulkan gangguan jantung berbahaya (cardiac arrest,

aritmia ventrikuler), misalnya dengan ketokonazol, antibiotik makrolida (eritromisin)

dan makanan (jus, grapefruit).

Efek sentral lainnya seperti pusing, gelisah, letih, lesu dan tremor, dan dosis besar

dapat menimbulkan konvulsi dan koma.

Gangguan saluran cerna juga sering terjadi seperti mual, muntah, dan diare sampai

anoreksia dan sembelit. Efek ini dapat dikurangi dengan meminum obat setelah

makan.

Efek antikolinergis (anti-muskarin) seperti mulut kering, gangguan akomodasi dan

saluran cerna, sembelit dan retensi urin.

Efek antiserotonin dapat meningkatkan nafsu makan dan berat badan.

Sensibilitasi dapat terjadi pada pemberian oral, khusunya pengguanaan lokal.

Efek teratogen, mungkin pada derivat piperazi.

Pada wanita hamil dan menyusui, hanya sinarizin, ketotifen, mebhidrolin, dan

siproheptadin dianggap aman bagi janin.

Zat-zat tersendiri

1. Derivat Etanolamin

Zat-zat ini memiliki daya antikolinergis dan sedatif yang agak kuat.

a. Difenhidramin

4

Page 5: ANTIHISTAMIN

Antihistamin ini juga bersifat spasmolitis, antiemetis, dan antivertigo. Digunakan

sebagai obat tampahan pada terapi parkinson, dan sebagai obat antigatal pada

urtikaria akibat alergi. Dosis : oral 4 dd 25-50 mg, i.v. 10-50 mg.

Orfenadrin (2-metildifenhidramin) memiliki daya antikolinergis dan sedatif yang

ringan, sehingga lebih disukai sebagai obat tambahan pada terapi parkinson dan

terhadap efek ekstrapiramidal pada terapi dengan antipsikotika. Dosis : oral 3 dd 50

mg.

Dimenhidrinat adalah senyawa klorteofilinat dari difenhidramin yang khusus

digunakan terhadap mabuk jalan dan muntah karena kehamilan. Dosis : oral 4 dd 50-

100 mg, i.m. 50 mg.

Klorfenoksamin adalah derivat klor dan metil. Dosis: oral 2-3 dd 20-40 mg (klorida),

dalam krem 1,5 %.

b. Klemastin

Efek antihistaminnya amat kuat, mulai bekerja cepat (dalam beberapa menit) dan

bertahan lebih dari 10 jam. Mekanisme kerja: mengurangi permeabilitas kapiler dan

efektif terhadap pruritus allergica (gatal-gatal). Dosis : oral 2 dd 1 mg a.c.(fumarat),

i.m. 2 dd 2 mg.

2. Derivat Etilendiamin

Umumnya memiliki daya kerja sedatif yang lebih ringan.

Antazolin: Antihistin

Efek antihistaminnya tidak begitu kuat tetapi tidak merangsang selaput lendir, sehingga

cocok pada terapi gejala-gejala alergis pada mata dan hidung (selesma) sebagai sediaan

kombinasi dengan nafazolin. Dosis: oral 2-4 dd 50-100 mg (sulfat).

Tripelennamin, hanya digunakan dalam bentuk krem 2 % pada gatal-gatal akibat alergi

terhadap sinar matahari, sengatan serangga, dll.

Mepirin dalah derivat metoksi dan tripelennamin yang digunakan dalam kombinasi

dengan feniramin dan fenilpropanolamin terhadap hay fever.

Klemizol adalah derivat klor yang kini hanya digunakan dalam salep/suppositoria

antiwasir.

5

Page 6: ANTIHISTAMIN

3. Derivat Propilamin

Memiliki daya antihistamin yang kuat.

Feniramin

Dosis: oral 3 dd 12,5-25 mg atau 1 dd 50 mg tablet, i.v. 1-2 dd 50 mg, krem 1,25 %.

Klorfeniramin adalah derivat klor dengan daya kerja 10 kali lebih kuat dan dengan

derajat toksisitas yang sama. Efek sampingnya sedatif ringan dan sering kali digunakan

dalam obat batuk.

Triprolidin

Mulai kerjanya cepat dan bertahan lama, sampai 24 jam (tablet retard). Dosis: oral 1 dd

10 mg (klorida) pada malam hari karena efek sedatifnya.

4. Derivat Piperazin

Umumnya bersifat long-acting ( lebih dari 10 jam)

a. Siklizin

Bertahan 4-6 jam. Digunakan terutama sebagai obat anti-emetik dan pencegah

mabuk jalan. Kontraindikasi: wanita hamil, terutama trimester pertama. Dosis: mabuk

perjalanan diberikan 1 jam sebelum berangkat 50 mg, bila perlu 3 kali sehari, pada

mual dan muntah 3-4 dd 50 mg, anak-anak 6-13 tahun 3 dd 25 mg.

b. Sinarizin

Juga berkhasiat vasodilatasi perifer. Sifat ini berkaitan dengan efek relaksasinya

terhadap arteriole perifer dan otak, karena penghambatan masuknya ion kalsium ke

dalam sel otot polos. Dosis: oral 2-3 dd 25-50 mg.

c. Oksatomida

Memiliki daya kerja antihistamin, antiserotonin, antileukotrien, dan menstabilkan

sel mast. Sehingga digunakan sebagai obat pencegah maupun pengobatan asma dan

hay fever. Juga memiliki efek menstimulasi nafsu makan. Dosis: oral 2 dd 30 mg p.c;

untuk asma 120 mg sehari.

6

Page 7: ANTIHISTAMIN

d. Hidroksizin

Merupakan salah satu antihistamin pertama dengan berbagai macam khasiat, a.l.

sedatif, dan ankiolitis, spasmolitis, anti-emesis, serta antikolinergis. Sangat efektif pada

urtikaria dan gatal-gatal. Dosis: 1-2 dd 50 mg. Untuk anxiolyse: 1-4 dd 50-100 mg.

Cetirizine adalah metabolit aktif dari hidroksizin dengan kerja kuat dan panjang (t½-nya

8-10 jam). Merupakan obat generasi kedua, bersifat hidrofil, sehingga tidak bekerja

sedatif juga tidak antikolinergis. Menghambat migrasi dari granulosit eosinofil, yang

berperan pada reaksi alergi lambat. Digunakan pada urticaria dan rhinitis/conjuntivitis.

Dosis: 1 dd 10 mg malam hari.

5. Derivat fenotiazin

Memiliki daya kerja antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat, tapi sering

berefek sentral kuat dengan khasiat neuroleptis. Sehingga turunannya banyak digunakan

sebagai obat antipsikosis.juga sering digunakan dalam obat batuk berhubung efek sedatif

dan meredakan batuk.

a. Prometazin

Digunakan pada reaksi alergi terhadap tumbuhan dan akibat gigitan serangga,

juga sebagai antiemtikum, digunakan pada vertigo dan sebagai sedativum pada batuk dan

sukar tidur, terutama untuk anak-anak.

Efek samping bersifat umum, namun kadang-kadang menimbulkan hipotensi,

fotosensibilitas, hipothermia, dan efek terhadap darah (leukopenia, agranulocytosis).

Semua senyawa fenotiazine menimbulkan reaksi ini.

Dosis: oral 3 dd 25-50 mg dan sebaiknya digunakan pada malam hari; i.m. 50 mg.

Oksomemazin

Daya kerja dan penggunaaannya sama seperti prometazin, a.l. dalam obat batuk. Dosis:

oral 2-3 dd 10 mg.

c. Isopendil

Bekerja lebih singkat dari prometazin dengan efek sedatif lebih ringan. Dosis: oral 3-

4 dd 4-8 mg; i.m./i.v. 10 mg.

7

Page 8: ANTIHISTAMIN

6. Derivat Trisiklis lainnya

a. Siproheptadin

Berdasarkan efek stimulasinya terhadap pertumbuhan jaringan normal, dahulu

obat ini banyak digunakan untuk pasien yang kurus dan nafsu makan buruk. Lama

kerja 4-6 jam, daya antikolinergisnya ringan.

Efek samping: rasa kantuk biasanya hilang sesudah seminggu. Namun, obat ini

sekarang hanya dianjurkan sebagai antihistamin.

Dosis: oral 3 dd 4 mg (klorida).

b. Pizotifen

Dosis: oral awal 1 dd 0.5 mg (maleat), berangsur-angsur dinaikkan sampai 3 dd

0,5 mg.

c. Azelastin

Khusus digunakan untuk rhinitis alergika. Kerja minimal 12 jam.

Dosis: oral 1-2 dd 2 mg.

7. Obat generasi kedua

Memiliki daya kerja antihistamin tanpa efek sedatif-hipnotis.

a. Terfenadin

b. Astemizol

c. Levocabastin

8. Lain-Lain

a. Mebhidrolin (Interhistin, Incidal)

Digunakan a.l. pada pruritus dengan dosis 2-3 dd 50 mg.

b. Dimetinden (fenistil)

Juga digunakan terhadap pruritus dengan dosis 3 dd 1-2 mg (maleat).

c. Kortikosteroida

Glukokortikoid dapat menekan daya tangkis seluler sehingga mengurangi reaksi

alergi. Melawan peradangan dan mengurangi pembentukan mediator-mediator.

Indikasinya:

8

Page 9: ANTIHISTAMIN

- Secara lokal, terutama:

- asma dan hay fever: beklometason, budesonida, dan flucatison.

- Radang mata: deksametason, fluormetolon, hidrokortison dan prednisolon.

- dermatoses

- Sistemis (bersamaan dengan adrenalin) pada shock anafilaksis, kejang bronchi

karena reaksi alergi dan status asmatikus.

d. Natrium kromoglikat

Mekanisme kerja berdasarkan menstabilisir membran sel mast, sehingga

menghambat pembebasan sel mast. Efek smapingnya lemah, terutama iritasi setempat.

Dosis: 4 dd 20 mg serbuk halus kering untuk inhalasi (garan-dinatrium).

9

Page 10: ANTIHISTAMIN

DAFTAR PUSTAKA

Mutschler, Ernest. 1999. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Penerbit ITB :

Bandung.

Tjay, Tan Hoan & Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Penerbit PT Elex Media

Komputindo-Gramedia : Jakarta.

Wolf et All. 2008. Fitzpatrick’s Dermatologi in Generall Medicine. Mc Graw Hill

Medical.

10