Antibiotik Golongan Lincosamide

download Antibiotik Golongan Lincosamide

of 6

Transcript of Antibiotik Golongan Lincosamide

1.1

Antibiotik Golongan Lincosamide Lincomycin dan Clindamycin merupakan antibiotik lincosamide. Lincomycin diisolasi

dari Streptococcus lincolnensis pada 1962, dan clindamycin (7-chloro-7-deoxy-lincomycin) diperkenalkan pada tahun 1966. Clindamycin sering digunakan secara ekslusif karena efeknya yang besar dan farmakokinetiknya yang unggul. (Yagiela, 2004) Bagian reseptor dari lincosamide serupa dengan macrolides, chloropenicol, dan streptogramins, yaitu subunit 23S dari 50S kromosom bakteri menghasilkan inhibisi bakteriostatik dari sintesis protein mikroba. Mikroorganisme dengan resistensi yang sebenarnya terhadap lincosamides termasuk Enterococcus, Enterobacteriaceae, Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Mycoplasma pneumoniae, dan beberapa MRSA dengan peningkatan resistensi terhadap Streptococcus pneumoniae dan Streptococcus pyogenes, dan 12%-20% tingkat ketahanan pada Prevotella, Porphylomonas, Fusobacteria, dan Peptostreptococcus di rumah sakit. (Yagiela, 2004) Lincomycin Lincomycin (lincocin) khasiatnya bakteriostatis dengan spektrum kerja lebih sempit daripada makrolida, terutama terhadap bakteri Gram-positif dan anaerob. Berhubung efek sampingnya yang hebat, yaitu colitis, di banyak negara kini hanya digunakan bila terdapat resistensi terhadap antibiotik lain. Misalnya, pada infeksi dengan bakteri anaerob, seperti Bacteroides yang sangat peka baginya. Tetapi karena efek baiknya terhadap Propionibacter acnes, zat ini digunakan secara topikal pada acne. (Singh, Surender. 2007) Resorpsi lincomycin dari usus sedikit buruk, k.1. 40%, PP-nya k.1. 45%, masa paruhnya k.1. 5 jam, dan distribusinya ke seluruh jaringan sama baiknya dengan kloramfenikol. Ekskresinya sebagai metabolit inaktif terutama melalui empedu dan tinja, hanya sebagian kecil

melalui kemih. Indikasi lincomycin bisa diberikan untuk infeksi saluran pernapasan atas dan bawah, infeksi kulit, septicaemia, infeksi tulang dan sendi, termasuk osteomyelitis haematogenous akut. (Singh, Surender. 2007) Efek sampingnya yang sering kali terjadi adalah gangguan lambung-usus, diare, mual, muntah, jarang reaksi alergi kulit. Lebih berat tetapi jarang adalah colitis pseudomembraneus, semacam radang usus besar yang diakibatkan oleh toksin dari bakteri Clostridium difficile. Bakteri ini dapat berkembang cepat karena bakteri anaerob (yang bersaingan) telah dimusnahkan oleh lincomycin. Colitis ini dapat diatasi dengan vancomycin atau metronidazol. Dosis oral 3-4 dd 500 mg a.c., injeksi i.m. 1-2 dd 600 mg. (Singh, Surender. 2007) Clindamycin Mekanisme Aksi dan Antibakterial Spektrum Clindamycin memiliki aktivitas yang signifikan melawan bermacam Gram positif dan Gram negatif anaerob serta mikroorganisme fakultatif ataupun aerob yaitu Bacteriodes, Prevotella, Porphyromonas, Veilonella, Peptostreptococcus, Microaerophilic streptococci, Actinomyces, Eubacteria, Clostridium (except Clostridium difficile), and Propionibacteria. Organisme Gram positif yang rentan terhadap clindamycin termasuk Streptococcus pneumoniae, VGS, Corynebacterium, Streptococci grup A,B, C, dan G, dan Streptococcus bovis yang memiliki variabel kerentanan terhadap staphylococci. Juga rentan terhadap clindamycin yaitu Leptototrichia buccalis, Bacillus cereus dan subtilis, Capnocytophaga canimorsus, dan beberapa -lactamase yang memproduksi Staphylococci. (Yagiela, 2004) Bacterial Resistance Ketahanan tehadap clindamycin berlaku tiga mekanisme :

1. Perubahan 23S ribosom RNA dari 50S subunit ribosom dengan adenine methylation (proteksi ribosom) 2. Mengubah %50S ribosom protein pada bagian reseptor (perubahan reseptor) 3. Penonaktifan pada beberapa ikatan staphylococcal oleh nucleotidyl transferase (penonaktifan obat) Adenine methylation adalah plasmid yang menengahi dan memberi ketahanan MLSb. Ketahanan fenotife M macrolide dalam Streptococcus pneumoniae tidak memberikan ketahanan pada clindamycin. Jika ketahanan erythromycin dalam staphylococci inducible dan constitutive, mikroorganisme hanya tahan terhadap 14- dan 15- anggota macrolide dan beberapa yang sensitif terhadap lincosamides, streptogramins, dan 16- anggota macrolides. Contitutive macrolides dalam staphylococci dari tipe MLSb memberikan ketahanan pada semua antibiotik secara serempak. (Yagiela, 2004)

Farmakokinetik Clindamycin terabsorbsi baik secara oral dengan bioavailability 90% tidak dipengaruhi oleh makanan. Waktu untuk level oral serum maksimum adalah 45-60 menit, dengan level serum maksimal 2.5g/ml dan waktu paruh eliminasi 2.4-3 jam. Dengan kegagalan ginjal waktu paruh eliminasi meningkat menjadi 6 jam dengan penggandaan level serum. Obat ini berpenetrasi baik ke dalam tulang, tapi tidak ke cairan cerebrospinal, bermetabolisme sebagian besar dalam hati (lebih dari 90%), dan berkonsentrasi tinggi di dalam empedu, dimana ini dapat mengubah flora usus sampai 2 minggu setelaj penggunaan dihentikan. Clindamycin mirip dengan macrolides yang memusatkan pada sel polymorphonuclear, alveolar macrophage, dan jaringan abses secara istimewa. (Yagiela, 2004)

Indikasi Indikasi clindamycin terdapat pada pengobatan dari infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri anaerob, juga terhadap infeksi oleh Streptococci, Pneumococci, dan Staphylococci. Clindamycin biasa diberikan pada pasien yang tidak dapat mengonsumsi penicillin atau alergi terhadap penicillin. Karena resiko terhadap colitis, maka sebelum memilih clindamycin ini perlu dipertimbangkan asal penyakit dan alternatif obat lain yang sesuai. (Yagiela, 2004) Anaerob : Infeksi traktus respirator serius seperti empyema, anaerob pneumonitis, dan abses paru; infeksi kulit dan jaringan halus; septicema; infeksi intra-abdomen seperti peritonitis dan abses intra-abdomen; infeksi pelvis dan traktus genitalia pada wanita; abses nongonococcal tuboovarian; selulitis pelvis dan infeksi pasca operasi vagina. Streptococci : Infeksi traktus respirator; infeksi kulit dan jaringan halus.

Staphylococci : Infeksi traktus respirator; infeksi kulit dan jaringan halus. Pneumococci : Infeksi traktus respirator. Clindamycin bisa juga digunakan pada dental infections dan periodontitis (FDA off-label use). Untuk mengurangi pengembangan bakteri yang tahan terhadap obat dan memelihara keefektifan dari clindamycin dan antibakterial lainnya, clindamycin harus digunakan hanya untuk mengobati atau mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Jika pemeliharaan dan informasi tentang kerentahan ada, harus dipertimbangkan pemilihan atau pemodifikasian terapi antibiotik. Ketidakadaan data tersebut, dapat menyebabkan lokal epidemiologi dan pola kerentanan akan menyumbang pilihan empiris dari terapi. (Yagiela, 2004) Interaksi Obat

Clindamycin bereaksi secara sinergis dengan nondepolarizng obat penghambat neuromuscular dalam menghambat neurotransmitter pada otot skeletal. Absorpsi clindamycin secara oral dilambangkan dengan obat antidiarrheal kaolin-pectin. (Yagiela, 2004) Kontraindikasi Clindamycin tidak diberikan pada pasien Crohns disease, pseudomembranous enterocolitis, atau ulcerative colitis. (Weinberg, 2008) Efek Merugikan Terdapat sedikit efek merugikan yang berhubungan dengan clindamycin termasuk rasa mual dan muntah, nyeri pada abdomen, esophagitis, glossitis, stomatitis, alergi, peningkatan reversible pada tingkat transaminase serum, reversible myelosuppresion, rasa metal, maculopapular rash (3%-10%), dan diarrhea (2%-20%,rata-rata 8%). Dosis intravena yang tinggi pada clindamycin dapat menghasilkan pemblokiran neuromuscular yang mirip dengan aminoglycosides, tetracyclin, dan polymixin B. (Yagiela, 2004) Perhatian utama pada clindamycin terletak pada isinya yang memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi antibitic-induced diarrhea dan colitis, khususnya pada pseudomembranous colitis, berdasarkan laporan dari insiden setinggi 10%. Sekarang ini sudah jelas bahwa terdapat asosiasi clindamycin dengan penyakit colonic ini pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit sangat sedikit dibandingkan laporan yang sebelumnya. (Yagiela, 2004) Pada penelitian terdahulu, keseluruhan tingkat resiko untuk kumpulan yang diperoleh bahwa Clostridium difficile terkait dengan pseudomembranous colitis telah ditentukan serendah 1 per 10.000 resep antibiotik, dengan tingkat resiko dirawat di rumah sakit adalah 0.5 sampai 1.0 per 100.000 pasien tahunan. Dalam penelitian dari 376.590 resep antibiotik yang diberikan kepada lebih dari 280.00 pasien di lebih dari periode 4 tahun, empat kasus dari akut antibiotik

yang berpengaruh pada colitis terditeksi. Tingkat insiden yang terkalkulasi adalah 1.6 dalam 100.000 orang ekspos terhadap ampicilin, 2.9 dalam 100.000 pada dicloxacilin, dan 2.6 dalam 100.000 pada tetracyclin, dengan tidak adanya kasu pada psien yang mengonsumsi clindamycin. (Yagiela, 2004) Walaupun antibiotic-associated diarrhea biasanya terdapat pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit dan ditangani dengan penghentian obat, ini menunjukan bahwa antibioticinduced colitis dan pseudomembranius colitis yang mematikan jarang terjadi. Bentuk-bentuk yang serupa colitis lebih banyak menggunakan amoxicilin daripada clindamycin hal ini terjadi alasannya karena penggunaan amoxicilin yang lebih banyak dipasaran, tetapi hal ini dapat berubah jika clindamycin lebih sering digunakan secara klinis. (Yagiela, 2004) Perawatan harus diberikan pada pasien yang telah sembuh dari Clostridium difficile yang berhubungan dengan diarrhea atau colitis untuk 2 bulan setelah penyakit ini berhenti. Pemilihan prosedur perawatan gigi yang membutuhkan terapi antibiotik atau propholaxis paling baik ditunda selama 2 bulan periode ini. Jika terapi antibiotik dibutuhkan, antibiotik yang berhubungan dengan antibitic-induced diarrhea (penicillin, macrolides) adalah pilihan tepat. (Yagiela, 2004)