ANTI VIRUS.doc

11
ANTI VIRUS Oleh : DYAH AYU PUSPITA, dr. Pendahuluan Virus merupakan parasit intraseluler obligat. Mikroorganisme ini tidak mempunyai dinding dan membran sel serta tidak mengalami proses metabolisme. Reproduksi virus menggunakan mekanisme metabolik pejamu dan sedikit obat yang cukup selektif untuk menghambat replikasi virus tanpa merugikan pejamu. 1 Obat-obat Antivirus 1 I. Pengobatan Infeksi Virus Respiratorius Amantadin Ribavirin Rimantadin II. Pengobatan Herpes dan Sitomegalovirus Asiklovir Famsiklovir Foskarnet Gansiklovir Trifuridin Vidarabin III. Pengobatan Infeksi Virus Defisiensi Imun Manusia (HIV) Didanosin (ddl) Stavudin (d4T)

Transcript of ANTI VIRUS.doc

Page 1: ANTI VIRUS.doc

ANTI VIRUSOleh : DYAH AYU PUSPITA, dr.

Pendahuluan

Virus merupakan parasit intraseluler obligat. Mikroorganisme ini tidak

mempunyai dinding dan membran sel serta tidak mengalami proses metabolisme.

Reproduksi virus menggunakan mekanisme metabolik pejamu dan sedikit obat yang

cukup selektif untuk menghambat replikasi virus tanpa merugikan pejamu.1

Obat-obat Antivirus1

I. Pengobatan Infeksi Virus Respiratorius

Amantadin

Ribavirin

Rimantadin

II. Pengobatan Herpes dan Sitomegalovirus

Asiklovir

Famsiklovir

Foskarnet

Gansiklovir

Trifuridin

Vidarabin

III. Pengobatan Infeksi Virus Defisiensi Imun Manusia (HIV)

Didanosin (ddl)

Stavudin (d4T)

Zalcitabin (ddC)

Zidovudin(AZT)

IV. Pengobatan Hepatitis, Leukemia, dan Sarkoma Kaposi

Interveron

I. Pengobatan Infeksi Virus Pada Saluran Pernafasan

Pengobatan untuk infeksi virus pada saluran pernafasan termasuk influenza

tipe A dan B, serta virus sinsitial pernafasan (RSV). Imunisasi terhadap influenza A

Page 2: ANTI VIRUS.doc

merupakan pendekatan yang lebih baik. Namun, obat antivirus diberikan jika pasien

alergi terhadap vaksin atau jika wabah disebabkan varian imunologik dari virus yang

tidak terlindungi oleh vaksin atau jika wabah terjadi di tengah mereka yang belum

divaksinasi dan tinggal di tempat tertutup, misalnya pada rumah jompo.1

Amantadin dan Rimantadin

Pada beberapa infeksi virus, gejala-gejala klinis tampak lebih lambat dalam

perjalanan penyakit pada saat sebagian besar partikel virus telah berkembang. Hal ini

berbeda dengan infeksi karena bakteri, dimana gejala berkembang seiring dengan

proliferasi bakteri. Dalam keadaan terlambat itu, tahapan simptomatik dari infeksi

virus, pemberian obat-obatan yang menghambat replikasi virus mempunyai

efektivitas yang terbatas. Namun, beberapa obat antivirus berguna sebagai profilaksis.

Misalnya amantadin dan rimantadin menunjukkan sama efektifnya dalam mencegah

infeksi influenza A.1

A. Mekanisme Kerja

Mekanisme antivirus yang tepat untuk amantadin dan rimantadin belum diketahui

secara pasti. Bukti-bukti terakhir menunjukkan penghambatan terhadap protein

membran matriks dari virus, M2, yang berfungsi sebagai saluran ion. Saluran ini

diperlukan untuk fusi beberapa membran virus dengan membran sel yang kemudian

membentuk endosom. Obat-obatan ini juga dapat mengganggu pelepasan virion baru.1

B. Farmakokinetik

Absorbsi obat ini dari saluran cerna berlangsung dengan baik.1,2 Amantadin tersebar

ke seluruh tubuh dan mudah menembus SSP, sedangkan rimantadin tidak dapat

menembus sawar darah-otak dalam jumlah yang sama.1 Pada manusia, amantadin

tidak dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dalam bentuk yang tidak diubah.

Waktu paruh eliminasi sekitar 16 jam dan bertambah lama pada usia lanjut dan pasien

dengan gangguan fungsi ginjal.1,2 Sebaliknya, rimantadin dimetabolisme seluruhnya

oleh hati. Metabolit dan obat asli dikeluarkan oleh ginjal.1

C. Spektrum

Spektrum antivirus amantadin dan rimantadin hanya terbatas pada virus influenza A.

Pada individu dengan infeksi influenza A, kedua obat ini memperlambat lamanya

penyakit dan keparahan gejala sistemik jika dimulai dalam 48 jam pertama setelah

pemaparan virus.1

Page 3: ANTI VIRUS.doc

D. Efek Samping

Efek samping amantadin sebagian besar berhubungan dengan SSP. Gejala neurologik

ringan termasuk insomnia, pusing dan ataksia. Efek samping yang lebih berat pernah

dilaporkan yaitu halusinasi dan kejang. Kedua obat ini harus hati-hati digunakan pada

wanita hamil dan menyusui, karena terbukti embriotoksik dan teratogenik pada

tikus.1

Ribavirin

Merupakan analog guanosin. Efektif terhadap virus RNA dan DNA.1

A. Mekanisme Kerja

Ribavirin pertama diubah menjadi derivat 5’-fosfat, hasil utama berupa senyawa

ribavirin trifosfat (RTP), yang dipostulasikan bersifat antivirus dengan menghambat

sintesis mRNA virus.1

B. Farmakokinetik

Ribavirin efektif diberikan secara per oral dan intravena. Terakhir digunakan sebagai

aerosol untuk kondisi infeksi virus pernafasan tertentu, seperti pengobatan infeksi

RSV. Obat dan metabolitnya dikeluarkan melalui urin.1

C. Efek Samping

Peningkatan bilirubin pernah dilaporkan. Aerosol dalam lebih aman meskipun fungsi

pernafasan pada bayi dalam menurun dengan cepat setelah permulaan pengobatan

aerosol dan karena itu monitoring sangat diperlukan. Kontraindikasi pada ibu hamil.1

II. Pengobatan Infeksi Virus Herpes

Virus herpes dihubungkan dengan spektrum luas penyakit. Obat-obatan yang

efektif terhadap virus ini bekerja selama fase akut infeksi virus dan tidak memberikan

efek pada fase laten. Kecuali foskarnet, obat ini merupakan analog purin dan

pirimidin yang menghambat sintesis virus DNA.1

Asiklovir

Merupakan obat antivirus yang paling banyak digunakan karena efektif

terhadap virus herpes.1

Page 4: ANTI VIRUS.doc

A. Mekanisme Kerja

Asiklovir merupakan suatu analog guanosin yang tidak memiliki gugus glukosa, yang

kemudian mengalami monofosforilasi dalam sel oleh enzim yang dikode herpes virus,

timidin kinase. Analog monofosfat ini diubah menjadi bentuk di- dan trifosfat oleh

sel pejamu. Trifosfat asiklovir berpacu dengan deoksiguanosintrifosfat (dGTP)

sebagai suatu substrat untuk DNA polimerase dan masuk ke dalam DNA virus yang

menyebabkan terminasi rantai DNA yang prematur. Ikatan yang ireversibel dari

template primer yang mengandung asiklovir ke DNA polimerase melumpuhkan

enzim. Zat ini kurang efektif terhadap enzim pejamu.1

B. Spektrum Antivirus

Virus Herpes Simpleks-1 (HSV-1), HSV-2, virus varisela zoster dan beberapa infeksi

yang disebabkan virus Epstein-Barr sensitif terhadap asiklovir, tetapi CMV resisten.

Asiklovir merupakan obat pilihan dalam ensefalitis herpes simpleks dan lebih efektif

dibandingkan vidarabin dalam peningkatan kesembuhan. Penggunaan asiklovir yang

paling banyak pada infeksi herpes genital. Pada semua kasus asiklovir menghambat

virus yang membelah secara aktif dan tidak bekerja pada virus laten.1

C. Farmakokinetik

Pemberian obat dapat secara oral, intravena maupun topikal. Obat tersebar ke seluruh

tubuh termasuk serebrospinal. Asiklovir sebagian dimetabolisme menjadi produk

yang tidak aktif. Ekskresi ke dalam urin melalui filtrasi glomerulus dan sekresi

tubular. Asiklovir akan menumpuk pada pasien gagal ginjal.1

D. Efek Samping

Efek samping yang timbul tergantung dari cara pemberian. Iritasi lokal dapat terjadi

melalui pemberian topikal. Sakit kepala, mual, muntah dan diare dapat terjadi melalui

pemberian oral. Sedangkan gangguan fungsi ginjal sementara dapat terjadi pada

pasien dengan dosis yang tinggi atau pasien dehidrasi yang diberikan asiklovir

intravena.1

III. Pengobatan Penyakit Defisiensi Imun Didapat (AIDS)

Saat ini ada 6 obat yang disetujui untuk pengobatan infeksi virus

imunodefisiensi (HIV). Lima diantaranya adalah analog purin dan pirimidin dan harus

diubah menjadi bentuk nukleotidanya agar efektif sebagai antivirus. Obat keenam

adalah inhibitor protease HIV. Meskipun tidak kuratif, obat-obat ini menghambat

Page 5: ANTI VIRUS.doc

perbanyakan virus dan memperlambat perkembangan penyakit yang memungkinkan

perpanjangan hidup.1

Zidovudin

Salah satu obat yang paling efektif dan terakhir disetujui untuk pengobatan

infeksi HIV dan AIDS adalah analog pirimidin, 3’-azido-3’-deoksitimidin (AZT).

Nama generik AZT adalah zidovudin. Yang menggembirakan adalah proteksi janin

dari kemungkinan infeksi virus dengan pemakaian tetap obat ini pada ibu hamil.1

A. Mekanisme Kerja

AZT harus diubah menjadi nukleosid trifosfat yang sesuai oleh timidin kinase pejamu

untuk mendapatkan aktivitas antivirusnya. AZT-trifosfat kemudian dimasukkan dalam

rantai DNA virus yang sedang tumbuh oleh cadangan transkriptase. Karena AZT

tidak mempunyai hidroksil pada posisi 3’ maka kaitan 5’-3’ fosfodiester lain tidak

terbentuk. Akibatnya sintesis rantai DNA terhenti dan replikasi virus tidak terjadi.1

B. Spektrum Antivirus

Saat ini penggunaan klinik AZT hanya untuk pengobatan pasien infeksi akibat HIV.1

C. Farmakokinetik

Obat mudah diabsorbsi setelah pemberian oral. Jika diminum bersama dengan

makanan, kadar puncak lebih lambat dicapai tetapi jumlah total obat yang diabsorbsi

tidak terpengaruh. Penetrasi melewati sawar darah otak sangat baik dan obat ini

memiliki waktu paruh 1 jam. Sebagian besar AZT mengalami glukoronidasi dalam

hati dan dikeluarkan melalui urin.1

D. Efek Samping

AZT toksik terhadap sumsum tulang. Misalnya anemia dan leukopenia berat dapat

terjadi pada pasien yang mendapatkan dosis tinggi. Toksisitas AZT diperkuat jika

glukoronidasi berkurang karena pemberian obat-obatan seperti probenesid,

asetaminofen, lorazepam, indometasin, dan simetidin. Semua obat-obatan ini juga

mengalami glukoronidasi dan karena itu menghalangi glukoronidasi AZT. Sehingga

pemberiannya harus dihindari atau secara hati-hati.1

Page 6: ANTI VIRUS.doc

Didanosin (ddl)

Obat kedua yang disetujui untuk pengobatan infeksi HIV adalah didanosin

yang juga tidak memiliki 3’ hidroksil. Tidak dianjurkan untuk pengobatan awal HIV,

tetapi digunakan pada pasien yang resisten terhadap AZT.1

A. Mekanisme Kerja

Setelah masuk sel pejamu, didanosin diubah menjadi ddATP melalui beberapa reaksi

yang melibatkan fosforilasi ddl, aminasi menjadi ddAMP dan fosforilasi lanjutan.

ddATP yang dihasilkan dimasukkan dalam rantai DNA seperti AZT, yang

menyebabkan akhir perpanjangan rantai.1

B. Farmakokinetik

Karena sifatnya yang asam, didanosin diberikan sebagai tablet kunyah, buffer atau

dalam larutan buffer. Absorbsi cukup baik bila diminum dalam keadaan puasa, sebab

makanan akan menyebabkan absorbsi yang kurang. Obat ini dapat masuk SSP tetapi

tidak sebanyak AZT. Ekskresi melalui urin.1

C. Efek Samping

Pankreatitis yang dapat fatal, merupakan toksisitas utama dalam pengobatan ddl, dan

memerlukan monitoring amilase serum.1

Zalsitabin (ddC)

Obat ini dapat digunakan bersama dengan AZT ataupun digunakan sendiri

(monoterapi) pada pasien yang tidak tahan AZT. Mudah diabsorbsi per oral, tetapi

makanan akan menghambat absorbsi. Distribusi obat ke seluruh tubuh tetapi penetrasi

ke cairan SST lebih rendah dari yang diperoleh dengan AZT. Sebagian obat

dimetabolisme menjadi dideoksiuridin (ddU) yang inaktif. Urin adalah jalan ekskresi

utama ddC, meskipun eliminasi fekal bersama metabolitnya (ddU) juga terjadi. Ruam

kulit dan stomatitis biasa terjadi tetapi hilang bila pengobatan dilanjutkan. Pankreatitis

yang menimbulkan kematian dapat terjadi.1

Stavudin (d4T)

Obat ini hampir seluruhnya diabsorbsi per oral dan tidak dipengaruhi

makanan. Stavudin melewati sawar otak. Kira-kira separuh obat asal terdapat dalam

urin. Gangguan ginjal mengganggu bersihan.1

Page 7: ANTI VIRUS.doc

Lamivudin (3TC)

Akhir-akhir ini lamivudin disetujui untuk dikombinasikan dengan zidovudin.

Resistensi terhadap zidovudin terjadi lambat bila dikombinasikan. Ketersediaan hayati

lamivudin per oral cukup baik dan bergantung pada ekskresi ginjal. Meskipun

umumnya ditoleransi baik, dapat terjadi pankreatitis pada sejumlah pasien anak,

sehingga perlu penghentian obat. Pemberian obat bersama

trimetoprim/sulfametoksazol meningkatkan daerah di bawah kurva (AUC)

lamivudin.1

Inhibitor HIV Protease

Terjadinya toksisitas dan resistensi pada inhibitor transkriptase reverse

diarahkan untuk protease HIV. Proteinase aspartat ini penting untuk tahap akhir

proliferasi virus. Akhir-akhir ini, tiga inhibitor protease HIV telah disetujui yaitu

sakuinavir, ritonavir, dan indinavir. Obat-obat ini diberikan dalam dosis yang cukup

tinggi untuk menekan replikasi virus secara sempurna karena jika tidak demikian akan

timbul virus resisten. Zat ini efektif per oral dan mengalami metabolisme sebagian

oleh famili enzim sitokrom P-450 dalam hati.1