Anti Protozoa (Amubisid)

11
Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food Borne Disease). Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan Dysentery amoeba, penyebarannya kosmopolitan banyak dijumpai pada daerah tropis dan subtropis terutama pada daerah yang sosial ekonomi lemah dan hugiene sanitasinya jelek. Daur hidup E. histolytica sangat sederhana, dimana parasit ini didalam usus besar akan memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan terbentuk 8 tropozoit yang apabila tinja dalam usus besar konsistensinya padat maka, tropozoit langsung akan terbentuk menjadi kista dan dikeluarkan bersama tinja, sementara apabila konsistensinya cair maka, pembentukan kista terjadi diluar tubuh. (Brotowidjoyo, 1987). Amoebiasis terdapat diseluruh dunia (kosmopolit) terutama didaerah tropik dan daerah beriklim sedang. Dalam daur hidupya Entamoeba histolytica memiliki 3 stadium yaitu : 1. Bentuk histolitika. 2. Bentuk minuta. 3. Bentuk kista. Gejala-gejala klinik dari amoebiasis tergantung daripada lokalisasi dan beratnya infeksi. Penyakit disentri yang ditimbulkannya hanya dijumpai pada sebagian kecil penderita tanpa gejala dan tanpa disadari merupakan sumber infeksi yang penting yang kita kenal sebagai carrier, terutama didaerah dingin, yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kista sehari. Penderita

Transcript of Anti Protozoa (Amubisid)

Page 1: Anti Protozoa (Amubisid)

Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya entamoeba histolytica dengan

atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food

Borne Disease). Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan Dysentery amoeba,

penyebarannya kosmopolitan banyak dijumpai pada daerah tropis dan subtropis

terutama pada daerah yang sosial ekonomi lemah dan hugiene sanitasinya jelek.

Daur hidup E. histolytica sangat sederhana, dimana parasit ini didalam usus

besar akan memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan terbentuk 8 tropozoit yang

apabila tinja dalam usus besar konsistensinya padat maka, tropozoit langsung akan

terbentuk menjadi kista dan dikeluarkan bersama tinja, sementara apabila

konsistensinya cair maka, pembentukan kista terjadi diluar tubuh. (Brotowidjoyo, 1987).

Amoebiasis terdapat diseluruh dunia (kosmopolit) terutama didaerah tropik dan

daerah beriklim sedang. Dalam daur hidupya Entamoeba histolytica memiliki 3 stadium

yaitu :

1. Bentuk histolitika.

2. Bentuk minuta.

3. Bentuk kista.

Gejala-gejala klinik dari amoebiasis tergantung daripada lokalisasi dan

beratnya infeksi. Penyakit disentri yang ditimbulkannya hanya dijumpai pada sebagian

kecil penderita tanpa gejala dan tanpa disadari merupakan sumber infeksi yang penting

yang kita kenal sebagai carrier, terutama didaerah dingin, yang dapat mengeluarkan

berjuta-juta kista sehari. Penderita amoebiasis intestinalis sering dijumpai tanpa gejala

atau adanya perasaan tidak enak diperut yang samar-samar, dengan adanya

konstipasi, lemah dan neurastenia. Infeksi menahun dengan gejala subklinis dan

terkadang dengan eksaserbasi kadang-kadang menimbulkan terjadinya kolon yang

irritable sakit perut berupa kolik yang tidak teratur.

Klasifikasi amubisid menurut tempat kerjanya :

1. Amubisid jaringan

2. Amubsid luminal

3. Amubisid kombinasi (jaringan dan luminal)

Page 2: Anti Protozoa (Amubisid)

1. Amubisid Jaringan

Amubisid yang berkerja pada jaringan intestinum atau organ lain.

Contoh :

a. Metin dan dihidroemetin

Metin merupakan suatu alkaloid yang diperoleh dari ipecac dan juga

disediakan dalam bentuk semisintetik dengan jalan metilase sefalin. Sejak tahun

1912, emetin dipakai sebagai amubisid secara luas untuk mengobati amebiasis

intestinal, hepatitis ameba, dan abses ameba.

Dehidroemetin merupakan suatu derivate emetin dan bersifat kurang

toksik dibandingkan emetin. Obat ini adalah amubisid jaringan paling efektif.

Mekanisme kerja:

Obat ini bekerja dengan menghambat perpanjangan rantai poliopeptida

sehingga sintesis protein sel eukariotik dihambat. Obat ini dapat membunuh

bentuk trofozoit E. histolytica yang berada dalam jaringan secara langsung tetapi

tidak untuk bentuk Kristal.

Farmakokinetik :

Obat ini terutama menetap di hati, ginjal, limpah dan paru. Karena sifat

iritasinya terhadap saluran cerna, obat ini diberikan secara intramuscular atau

intravena. Obat ini terutama diekskresikan melalui urin.

Indikasi :

Disentri ameba

Abses ameba

Kontraindikasi :

Penyakit ginjal, jantung dan neuromuscular.

Wanita hamil.

Page 3: Anti Protozoa (Amubisid)

Efek samping :

Efek samping yang paling sering terjadi biasanya pada tempat suntikan

berupa nyeri, urtikaria, dan eksema. Gejalah yang berat biasanya berupa

gangguan kardiovaskular berupa nyeri prekordial, dispnea, gagal jantung,

takikardi dan hipertensi. Mual, muntah dan sakit kepala dan diaredapat terjadi

walaupun penggunaan obat ini secara parenteral.

dosis

Emetin intramuscular atau subkutan

Dewasa : dosis tunggal 1 mg/kg BB/ hari ( maksimal 60 mg ) atau dibagi dua

selama 5-10 hari.

Anak : < 1mg/ kg BB/hari dibagi 2 dosis selama < 5 hari.

Dihidroemetin intramuscular atau subkutan

Dewasa : dosis tunggal 1-1.5 mg/kg BB/hari selama 5 hari.

Anak : 1-1.5 mg/kg BB/hari dibagi 2 dosis selama 5-10 hari.

Sediaan :

Emetin : solusio 20, 30, dan 65 mg/ml

Dehidroemetin : ampul 1 ml (60 mg)

b. Klorokuin

Penggunaan klorokuin sebagai amebesid dilaporkan pertama kali pada

tahun 1948. Penggunaan obat ini kurang efektif bila diberikan secara tunggal,

biasanya dikombinasikan dengan emetin dan dehidroemetin pada pengobatan

amebiasis hepatica. Obat ini termasuk amebisid jaringan.

Page 4: Anti Protozoa (Amubisid)

Farmakokinetik :

Absorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat,

dan makanan mempercepat absorpsi ini. Kadar puncak dalam plasma dicapai

setelah 1-2 jam. Kira-kira 55% dari jumlah obat dalamplasma diikat pada

nondifussible plasma constituent. Klorokuin lebih banyak diikat di jaringan.

Indikasi :

Pengobatan abses hati amebic, selain dihydroemetine terapeutik.

Dosis dan pemberian

Dewasa: 600 mg/ hari selama 2 hari, diikuti 300 mg/hari selama 2-3 minggu.

Anak-anak: 10 mg / kg BB/hari selama 3 minggu; 300 mg basa dosis maksimum

harian mewakili produk.

Kontraindikasi

hipersensitivitas.

Efek samping

Dengan dosis yang digunakan dalam pencegahan dan pengobatan infeksi

parasit, efek samping biasanya ringan dan reversibel. Kadang-kadang muncul

sakit kepala sementara dan gejala gastrointestinal. Sangat jarang untuk

menemukan intoleransi memerlukan penghentian terapi, walaupun mungkin ada

gatal parah.Klorokuin dapat menyebabkan eksaserbasi parah psoriasis.

Sediaan :

Tablet 100 mg, 150 mg dari produk dasar (seperti fosfat atau sulfat) (150 mg

basa klorokuin setara dengan 200 mg klorokuin sulfat atau 250 mg klorokuin

fosfat

2. Amubisid lumen

Amubisid yang b

Diloksamid furoad

Page 5: Anti Protozoa (Amubisid)

Obat ini adalah suatu derivate diklorosetamid yang meruapakan hasil substitusi

asetalinida.

Mekanisme kerja :

Mekanisme kerjanya tidak diketahui secara jelas. Obat ini efektif terhadap amebiasis

asimptomati, khususnya untuk pengobatan amebiasis intestinal dan disentri ameba

akut. Obat ini kurang efektif dibandingkan metronidazol.

Farmakokinetik :

Obat ini secara cepat diabsorbsi di saluran cerna setelah pemberian peroral. Bentuk

esternya sebagian besar dihidrolisis di intestinum dan hanya dilokisanid yang berada

dalam darah. Konsetrsi puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 1 jam. Bentuk

terbesar dilokisanid yang diekskresikan melalui urine adalah glukoronida.

Indikasi :

Infeksi amebiasis asimptomatik bentuk kriste

Kontraindikasi :

Wanita hami trimester 1 dan anak < 2 tahun

Efek samping :

Efek samping yang paling sering terjadi adalah cegukan, mual, esofagitis, diare, nyeri

perut, dan albuminaria.

Dosis :

Dewasa : 3 X 500 mg/kg BB/ hari selama 10 hari.

Anak : > 2 tahun 20 mg/kg BB/ hari dibagi 3 dosis selama 10 hari.

Sediaan :

Tablet 500 mg

Page 6: Anti Protozoa (Amubisid)

Paromomisin

Obat ini termasuk golongan aminoglikosida yang bersifat amebisid lumen.

Mekanisme kerja :

Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis protein. Obat ini efektif terhadap E.

histolitica dan juga terhadap pengobatan giardiasis selama kehamilan dan untuk teapi

cacing pita.

Farmakokinetik :

Di saluran cerna, absorbs obat ini sangat buruk dan kebanyakan diekskresikan melalui

tinja.

Indikasi :

Amebiasis intestinal

Giardiasis dan infeksi cacing pita

Kontraindikasi

Kontraindikasi akan terjadi bila diberikan pada pasien yang hipersensivitas, gangguan

fungsi hati, ginjal ataupun adanya ulserasi.

Efek samping :

Efek samping yang sering terjadi berupa nausea, motilitas saluran cerna meningkat,

nyeri perut dan diare.

Interaksi obat :

Pemberian bersamaan dengan obat yang bersifat yang bersifat hepatotoksik ataupun

renatotksik sebaiknya dihindari.

Dosis :

Page 7: Anti Protozoa (Amubisid)

Dewasa dan anak : 25-35 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis selama 7-10 hari dan dapat

diulangi setelah interval waktu 2 minggu.

Sediaan :

Kapsul 250 mg.

Tetrasiklin

Obat ini merupakan antibiotic spectrum luas dan efektif terhadap ameba pada lumen

dan dinding intestinal.diduga obat ini menambah flora intestinum yang dibutuhkan oleh

ameba. Selain itu obat ini juga dapat digunakan pada pengobatan balantidiasis dan

dientamebiasis.

Dosis pemberian untuk dientamebiasis : 4 X 250 mg/hari selama 10 hari.

Metrodiazol

Obat ini merupakan suatu komponen sintetis 5-nitroimidazole yang bersifat sebagai

amebisid intestinal maupun ekstraintestinal.

Mekanisme kerja ;

Kerja obat ini direfleksikan pada toksisitas selektif terhadap mekroorganisme anaerob

dan untuk sel anoksia maupun hipoksia.

Aktivitas amebisid :

Obat ini selain efektif terhadap E. histolytica, juga digunakan sebaga obat alternative

pada pengobatan giardiasis dan balantidiasis.

Farmakokinetik :

Obat ini diabsorbsi dengan paik pada saluran cerna dan hampir komplet setelah

pemberian per oral. Konsentrasi puncak plasmadicapai dalam waktu 1 jam dan waktu

paruhnya berkisar 8 jam.

Indikasi :

Page 8: Anti Protozoa (Amubisid)

Infeksi amebiasis intestinal dan ekstraintestinal

Trikomoniasis

giardiasis dan balantidiasis

Infeksi bakteri anaerob

Kontraindikasi :

Wanita hamil trimester I

Gangguan system saraf pusat

Ketergantungan alcohol

Hati hati pada pemberian pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.

Efek samping

Secara umum, metronidazol dapat ditoleransi dengan baik, tetapi tidak jarang gejala-

gejala ringan sakit kepala, iritasi saluran pencernaan dan rasa logam gigih. 

Reaksi lebih serius jarang terjadi dan cenderung terjadi terutama dalam perawatan

berkepanjangan. Ini termasuk stomatitis dan kandidiasis, leukopenia reversibel dan

neuropati sensori, biasanya ringan dan cepat reversibel.

Pada pasien yang menerima dosis jauh lebih tinggi dari yang direkomendasikan

biasanya diamati ataksia dan epileptiform serangan.

Interaksi obat

Interaksi Obat

Metronidazole meningkatkan aksi antikoagulan oral. Alkohol dapat menyebabkan sakit

perut, muntah, flushing dan sakit kepala. Fenobarbital dan kortikosteroid mengurangi

konsentrasi plasma metronidazol sementara cimetidine mengangkat.

Dosis :

Amebiasis :

Page 9: Anti Protozoa (Amubisid)

Dewasa : 3 X 750 mg/kg BB/hari selama 10 hari

Anak : 35-40 mg/kg BB/hai dibagi dalam 3 dosis selama 7-10 hari

Sediaan :

tablet  200-500 mg

Injeksi 500 mg dalam botol 100 ml 

Suspensi dari 200 mg (sebagai benzoate) dalam 5 ml