Anpang 5
Click here to load reader
-
Upload
arif-nanda -
Category
Documents
-
view
54 -
download
0
Transcript of Anpang 5
Arif Nanda Irawan240210110031
V. PEMBAHASAN
6.1 Penentuan Gula Reduksi dan Gula Total
Berbagai cara analisis dapat dilakukan terhadap karbohidrat untuk
memenuhi berbagai keperluan. Salah satu uji kuantitatif untuk menentukan
banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan dapat dilakukan dengan cara kimiawi
yakni dengan metode Luff Schoorl. Prinsip metodeiniyaitu monosakarida akan
mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan
direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan
tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa
yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas
untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses
titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.
Metode Luff Schoorl baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat
yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode
Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan
tingkat kesalahan sebesar 10 %.
Reaksi yang terjadi dalam penentuan gula cara Luff dapat dituliskan
sebagai berikut :
R-COH + CuO Cu2O + R-COOH
H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O
CuSO4 + 2KI CuI2 + K2SO4
2CuI2 Cu2I2 + I2
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI
I2 + amilum : biru
Dilakukan perhitungan untuk menentukan kadar gula reduksi dan gula
total. Perhitungan kadar gula reduksi dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
a =Volumeblanko−volume sampel× NNaTiosulfat
0,1
Sampel yang akan digunakan adalah biskuat, bikuit gansum, sun, cerelac,
dan susu bubuk. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah preparasi sampel.
Preparasi sampel bertujuan untuk membebaskan gula pereduksi dari zat- zat
Arif Nanda Irawan240210110031
pencampur. Preparasi sampel dapat dilakukan dengan cara memasukkan sampel
sebanyak 2,5 gram kedalam labu ukur 250 ml kemudian menambahkan 50 ml
akuades dan 5 ml PbAc 5%. Setelah itu kocok labu ukur selama 1 menit.
Penambahan PbAc 5% bertujuan untuk menjernihkan gula pereduksi dari
komponen- komponen pencampur serta untuk mengendapkan asam- asam
organik.
Tambahkan kedalam labu ukur Na- Phosphat 5% sebanyak 5 ml.
Penambahan ini bertujuan untuk melepaskan kelebihan timbale ( Pb). Kocok lagi
labu ukur selama 1 menit lalu ditambahkan akuades hingga tanda batas.
Homogenkan kembali larutan dengan cara melakukan pengocokan selama 1
menit. Ambil 50 ml filtrate yang telah terbentuk lalu dievaporasi hingga
volumenya berkurang setengahnya. Dinginkan filtrate yang telah dievaporasi lalu
diperolehlah larutan A. Larutan A disebut juga dengan larutan pereduksi. Karena
pada larutan tersebut, gula pereduksi siap dihitung kadarnya.
Langkah selanjutnya adalah membuat dan menghitung gula total atau
Larutan B. langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan larutan B adalah
menambahkan 50 ml larutan dengan 5 tetes indicator metal orange dan 20 ml HCl
4 N kemudian memanaskannya selama 30 menit. Penambahan HCl bertujuan agar
karbohidrat dapat terhidrolisis sempurna. Polimer karbohidrat merupakan suatu
polimer yang sulit untuk bereaksi sehingga dengan penambahan asam, polimer
tersebut akan terpecah menjadi monomer- monomer yang akan lebih mudah untuk
bereaksi dengan senyawa lainnya. Setelah itu, dinginkan lalu masukkan larutan
kedalam labu ukur 100 ml. Masukkan NaOH 60 % hingga larutan berubah warna
menjadi orange. Tambahkan kedalam labu ukur akuades hingga mencapai batas.
Penambahan NaOH 60% bertujuan untuk menetralkan larutan agar tidak terlalu
bersifat asam. pH asam akan menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari
yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya reaksi oksidasi ion iodide
menjadi I2.
O2 + 4I- + 4H+ 2I2 + 2H2O
Sedangkan apabila pH nya terlalu basa ( tinggi ) akan menyebabkan hasil
titrasi menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya reaksi I2 yang terbentuk dengan air ( hidrolisis )
Arif Nanda Irawan240210110031
Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah penentuan kadar gula
pereduksi. Langkah yang harus dilakukan adalah mencampurkan larutan A
( untuk kadar gula pereduksi ) atau larutan B ( untuk kadar gula total) dengan
larutan Luff Schrool masing- masing sebanyak 25 ml. setelah melakukan
pencampuran, larutan harus direfluks selama 15 menit lalu dilajutkan dengan
pendinginan. Setelah larutan dingin, campurkan 10 ml KI 30% dan 25 ml H2SO4 6
N kedalamnya.
Titrasi larutan dengan menggunakan larutan tiosulfat 0,1 N hingga
warnanya berubah menjadi kuning jerami. Titrasi harus dilakukan secepat
mungkin untuk mencegah menguapnya larutan KI. Setelah itu, tambahkan amilum
1% sebanyak 2 ml lalu dilanjutkan dengan titrasi Na- tiosulfat 0,1 N hingga
warnanya berubah menjadi putih susu. Penambahan amilum harus dilakukan
hingga titik akhir titrasi. Sedangkan titrasi oleh Na- tiosulfat harus dilakukan
langsung setelah penambahan amilum 1%. Hal ini bertujuan untuk mencegah
pembungkusan iod oleh amilum yang menyebabkan hasil akhir titrasi menjadi
tidak tajam.
Kadar gula total dari masing- masing sampel dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
a =
% gula total = x 100%
Nilai b dapat diketahui dengan cara mencocokkan nilai a dengan table.
Sedangkan untuk Fp ( factor pengenceran ) dapat dilihat dari penambahan akuades
hingga tanda batas dalam labu ukur yang volumenya berbeda dari tiap proses.
Berdasarkan perhitungan, didapatkan bahwa untuk menghitung kadar gula total
factor pengenceran yang digunakan adalah 40. Sedangkan untuk menentukan
kadar gula pereduksi, factor pengenceran yang digunakan adalah 20. Pengertian
dari kadar gula total adalah kandungan gula keseluruhan dalam suatu bahan
pangan ( monosakarida maupun oligosakarida). Sedangkan kadar gula reduksi
adalah kandungan gula yang mampu mereduksi zat lain. Pada umumnya, gula
pereduksi berasal dari golongan monosakarida.
Berikut adalah hasil perhitungan kadar gula total dari masing- masing
sampel:
Arif Nanda Irawan240210110031
Tabel 2. Kadar Gula Berbagai Sampel
Kel. SampelBerat
(g)
Volume Titrasi (mL)
Gula Reduksi
(%)
Gula Total(%)
Gula reduksi
Gula Total
1 Biskuat 2,5043 24,5 19,4 1,27 21,407
2Biskuit Gandum
2,5084 24,2 21,6 1,81 13,04
3 Susu bubuk 2,509 14,4 17,6 20,3552 27,39344 Sun 2,075 25,2 21,8 0,437 34,065 Cerelac 2,5090 23,9 21,5 2,35 12,3246 Biskuat 2,501 24,8 17,8 0,7255 13,5
7Biskuit Gandum
2,5268 24,6 21,8 1,0771 12,2408
8 Susu bubuk 2,5217 17,8 18 13,6277 26,50599 Sun 2,5038 24,4 19,6 1,4493 20,656310 Cerelac 2,5081 24,2 18 1,8085 26,65
Berdasarkan hasil perhitungan kadar gula diatas, didapatkan bahwa susu
bubuk memiliki kadar gula total paling banyak dibandingkan dengan sampel
lainnya. Hal tersebut menunjukkan susu bubuk mampu memberikan dan
menghasilkan energy lebih banyak bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Namun
menurut litelatur kadar gula susu dibawa 10%, hal ini membuktikan bahwa susu
bubuk tersebut telah ditambahkan pemanis dalam pengolahannya
Pada sampel biscuit gandum didapatkan bahwa kadar gula totalnya lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan biskuat. Apabila membandingkan kadar gula
total yang didapatkan dari perhitungan dengan literature, hasil yang diperoleh
sudah sesuai.
Pada penentuan gula reduksi monosakarida akan mereduksikan CuO
dalam larutan Luff menjadi Cu2O.Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI
berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan
larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah
Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar
penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium
(I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam
larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih
akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara
jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan
Arif Nanda Irawan240210110031
dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks
iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi
membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik
ekivalen.
Arif Nanda Irawan240210110031
V. KESIMPULAN
1. Jumlah gula pereduksi biskuat adalah 1,27 %, sedangkan jumlah gula total
adalah 21,407 %.
2. Jumlah gula pereduksi biscuit gandum adalah 1,81 % sedangkan jumlah gula
total adalah 13,04 %.
3. Jumlah gula pereduksi susu bubuk adalah 20,35 % sedangkan jumlah gula
total adalah 27,39 %.
4. Jumlah gula pereduksi sun adalah 0,437 %, sedangkan jumlah gula total
adalah 34,06 %.
5. Jumlah gula pereduksi cerelac adalah 2,35 %, sedangkan jumlah gula total
adalah 12,32 %.
Arif Nanda Irawan240210110031
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A, diterjemahkan oleh : Hari Purnomo Adji,1987, Ilmu Pangan, UI Press- Jakarta.
Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Irawan, M. Anwari. Karbohidrat. Didapatkan dari situs http://www.pssplab.com/journal/03.pdf(diakses pada tanggal 23 maret 2013)
Sudarmadji, S., Bambang H., dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Winarno, F.G.. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.