ANESTESI, PENGAMBILAN DARAH.doc

16
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI PERCOBAAN II ANESTESI, PENGAMBILAN DARAH, DAN PEMBEDAHAN HEWAN PERCOBAAN Fatmala Rismayanti 31112018 Fauziyah Ramadhan Firtasary 31112019 Fitri 31112020 Handi Hidayat 31112021 Ujang Samsudin 31112054

Transcript of ANESTESI, PENGAMBILAN DARAH.doc

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGIPERCOBAAN II

ANESTESI, PENGAMBILAN DARAH, DAN

PEMBEDAHAN HEWAN PERCOBAAN

Fatmala Rismayanti

31112018

Fauziyah Ramadhan Firtasary

31112019

Fitri

31112020

Handi Hidayat

31112021Ujang Samsudin

31112054PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANBAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2015I. Judul

: Anestesi, pengambilan darah, dan pembedahan.II. Hari/tanggal: Senin, 23 Februari 2015III. Tujuan: - Dapat melakukan anestesi pada tikus dan mencit.

Mampu melakukan pembedahan pada hewan percobaan.IV. Dasar TeoriObat yang digunakan dalam menimbulkan anastesia disebut sebagai anestetik, dan kelompok obat ini dibedakan dalam anastetik umum dan anastetik local. Bergantung pada dalamnya pembiusan, anastetik umum dapat memberikan efek analgesia yaitu hilangnya sensasi nyeri , atau efek anestesia yaitu analgesia yang disertai hilangnya kesadaran, sedangkan aestetik local hanya dapat menimbulkan efek analgesia. Anestetik umum bekerja di susunan saraf pusat sedangkan anesteti local bekerja langsung pada serabut saraf di perifer.

Dasar saraf pusat sangat peka terhadap obat-obatan, akibatnya sebagian besar obat-obatan jika diberikan dalam dosis yang cukup besar menimbulkan efek yang mencolok terhadap neurotransmisi diberbagai system saraf pusat. Kerja neurotransmitter di pascasinaps akan diikuti dengan pembentukan second messenger dalam hal ini cAMP yang selanjutnya mengubah tansmisi di neuron. Disamping asetilkolin sebagai neurotransmitter klasik, dikenal juga katekolamin, serotonin, GABA, adenosine serta berbagai asam amino dan peptide endogen yang bertindak sebagai neurotransmitter atau yang memodulasi neurotransmitter di SSP, misalnya asam glutamate dengan mekanisme hambatan pada reseptor NMDA (N- metal-D- Aspartat).

Anastetik umum dikelompokkan berdasarkan bentuk fisiknya, tetapi pembagian ini tidak sejalan dengan penggunaan di klinik yang pada dasarnya dibedakan atas 2 cara, yaitu secara inhalasi atau intravena. Eter, halotan, enfluran, isofluran, metoksifluran, etiklorida, trikloretilen, dan fluroksen merupakan cairan yang mudah menguap Yang dieliminasi melalui saluran pernapasan.meskipun zat-zat ini kontak dengan pasien hanya beberapa jam saja, namun dapat menimbulkan aritmia pada jantung selama proses anastetika berlangsung.Cara pengambilan darah pada mencit dan tikus hampir sama yaitu melalui plexus reorbitalis pada mata, vena ekor, vena saphena yang terdapat pada bagian kaki dan pengambilan langsung dari jamtung. Pada umumnya pengambilan darah yang terlalu banyak pada hewan kecil akan menyebabkan shok hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Tetapi pengambilan darah yang tidak sesuai aturan juga dapat menyebabkan anemia. Pada umumnya pengambilan darah hanya dilakukan sekitar 10% dari total volume darah dalam tubuh dalam selang waktu 2-4 minggu, atau sekitar 1% dari berat tubuh dengan interval 24 jam. Total darah yang hanya boleh diambil sekitar 7,5% dari bobot badan.V. Alat dan Bahana. Alat

b. Bahan- Penutup kandang

- Tikus

- Handgloves

- Mencit- Masker

- Air hangat

- Toples

-

- Gunting

- Kaca arloji

- Pinset

- Tabung entrop

- Steroform

- Tabung sentrifuga

- Jarum

- CutterVI. Prosedur1) Cara Menganestesi Hewan Percobaana. MencitEterDigunakan untuk anestesi singkat. Caranya adalah obat diletakan dalam suatu wadah, kemudian hewan dimasukan dan wadah ditutup. Hewan sudah kehilangan kesadaran, hewan dikeluarkan dan siap dibedah. Penambahan selanjutnya diberikan dengan bantuan kapas yang dibasahi dengan obat tersebut.HalotanObat ini digunakan untuk anestesi lebih lama. Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium. Dosis pentobarbital natrium adalah 45-60 mg/kg untuk pemberian intraperitonial dan 35 mg/kg untuk cara pemberian intravena. Dosis hesoksobarbital adalah 75 mg/kg untuk intraperitonial dan 47 mg/kg untuk pemberian intravena.Uretan (etil karbamat)Uretan diberikan pada dosis 100-1250 mg/kg secara intraperitonial dalam bentuk larutan 25% dalam air.b. TikusSenyawa penganestesi yang digunakan dan cara melakukan anestesi pada tikus, umumnya sama seperti pada mencit.2) Cara pengambilan darahDarah yang diambil tidak boleh terlalu besar volumenya supaya tidak terjadi syok hipovolemik, tetapi juga tidak boleh sedikit-sedikit tapi sering karena bisa menimbulkan anemia. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diberikan cairan pengganti atau cairan exsanguinis. Misalnya: cairan fisiologis NaCl 0,9% / glukosa 5%.Jumlah darah maksimal yang boleh diambil: 10% total volume darah/2-4 minggu, atau 1% total volume /24 jam.a. MencitAda 4 lokasi tempat pengambilan darah: Sinus orbitalis mata, Venalateral pada ekor, Vena saphena kaki, Intrakardial.b. Tikus

Tempat pengambilan sama dengan mencit.3) Cara Mengorbankan Hewan Percobaana. Mencit Cara kimia antara lain dengan menggunakan eter ataupentobarbital-Na pada dosis yang mematikan. Cara fisik dilakukan dengan dislokasi leher. Proses dislokasi

dilakukan dengan cara: Ekor mencit dipegang kemudian ditempatkan pada permukaan ram kawat. Mencit akan meregangkan badannya. Saat mencit meregangkan badannya, pada tengkuk ditempatkan suatu penahan, misalnya pensil atau batang logam yang dipegang dengan tangan kiri. Ekornya ditarik dengan tangan kanan dengan keras, sehingga lehernya akan terdislokasi dan mencit akan terbunuh.b. Tikus- Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang mematikan.- Cara fisik dilakukan dengan proses sebagai berikut: Tikus diletakkan diatas sehelai kain, kemudian badan tikus

dibungkus termasuk kedua kaki depannya dengan kain tersebut. Tikus selanjutnya dibunuh dengan cara memeukul bagian belakang telinganya dengan tongkat. Tikus dipegang dengan perutnya menghadap ke atas, kemudian bagian belakang kepalanya dipukulkan dengan keras para permukaan keras seperti meja.

Ekor tikus dipegang, kemudian diayunkan sampai tengkuknya tepat mengenai permukaan benda keras seperti bagian pinggir meja.VII. Hasil Pengamatan

Pengambilan Daraha. Pada mencit

b. Pada tikus

Pembedahana. Pembedahan mencit

b. Pembedahan tikus

Tikus

Mencit Lambung19,53 gram

1,37 gram Hati

8,01 gram

1,03 gram Ginjal

7,87 gram

0,26 gram Jantung0,56 gram

0,07 gram Paru-paru1,58 gram

0,17 gram Penis

5,66 gram

2,11 cm Usus

11,86 cm

VIII. PembahasanPada praktikum kali ini melakukan anestesi, pengambilan darah dan pembedahan hewan percobaan. Bahan yang dilakukan untuk anastesi yaitu kloroform. Kloroform merupakan anestesi yang sangat kuat, sifat analgesiknya kuat sekali, dengan kadar dalam darah arteri 10-15 mg% sudah terjadi analgesia tetapi pasien masih sadar. Kloroform pada kadar tinggi dan sedang menimbulkan relaksasi otot serta hambatan neuromuscular yang tidak dapat dilawan oleh neostigmin. Kloroform menyebabkan iritasi saluran napas dan merangsang sekresi kelenjar bronkus. Pada induksi dan waktu pemulihan, kloroform menimbulkan salivasi, tetapi pada stadium yang lebih dalam, salivasi akan dihambat dan terjadi depresi napas. Kloroform menekan kontraktilitas otot jantung, tetapi in vivo efek ini dilawan oleh meningkatnya aktivitas simpatis sehingga curah jantung tidak berubah atau meninggi sedikit. Kloroform tidak menyebabkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin. Pada anesthesia ringan, kloroform menyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit sehingga timbul kemerahan terutama di daerah muka, pada anesthesia yang lebih dalam kulit menjadi lembek, pucat dingin basah. Terhadap pembuluh darah ginjal, kloroform menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dan produksi urin menurun secara reversibel. Sebaliknya pada pembuluh darah otak menyebakan vasodilatasi.Kloroform dieksresikan melalui paru, sebagian kecil di eksresikan juga melalui urin, air susu dan keringat serta melalui difusi kulit utuh. Penggunaan kloroform pada sistem semi tertutup dalam kombinasi dengan oksigen atau N2O tidak dianjurkan pada pembedahan dengan tindakan kauterisasi sebab ada bahaya timbulnya ledakan atau terbakar yang dapat mengakibatkan pecahnya paru-paru. Adapun efek anastetik inhalasi pada sistem organ, yaitu diantarnya terjadi pada:1. Efek terhadap sitem kardiovaskularAnastetika inhalasi mengubah kecepatan jantung dengan jalan mengubah secara langsung kecepatan depolarisasi nodus sinus atau dengan menggeser keseimbangan aktifitas saraf otonomik. Semua anastetika inhalasi cenderung meningkatkan tekanan arteri kanan sesuai dengan hubungan dosis-efek yang kesemuanya menggambarkan adanya depresi fungsi miokardium.2. Efek terhadap sistem pernapasanSemua anastetika inhalasi yang dipakai sekarang ini menimbulkan penurunan volume tidal dan meningkatkan kecepatan nafas sekalipun demikian, meningkatnya kecepatan ini tidaklah cukup untuk mengkompensasi penurunan volume, yang menyebabkan penurunan ventilasi semenit. Semua anastetika inhalasi merupakan depresan nafas seperti yang ditujukan pada kasus berkurangnya respon terhadap berbagai kadar karbondioksida.3. Efek terhadap otakAnastetika inhalasi mengurangi laju metabolise otak. Sekalipun demikian, sebagian besar anastetika inhalasi meningkatkan aliran darah menuju serebral karena mereka mengurangi resistensi pembuluh darah serebral. Peningkatan darah serebral sering kali tidak diinginkan secara klinis.4. Efek terhadap ginjalAnestetika inhalasi menurunkan kecepatan filtrasi glomerulus dan aliran plasma efektif yang menuju ginjal, serta meningkatkan fraksi filtrasi.5. Efek terhadap hati Semua anastetika inhalasi mempunyai efek menurunkan aliran darah menuju hati, berkisar antara 15%-45% dari aliran darah praanastesi. Setelah dilakukan anastesi dengan kloroform mencit dan tikus menjadi tidak sadar kemudian dilakukan pengambilan darah. Pada mencit dilakukan dengan cara memotong lehernya kemudian darah ditampung tabung eppendorf, kemudian diletakkan miring 45o dan dibiarkan mengendap pada suhu kamar, selanjutnya di sentrifuge agar mengetahui apakah darah hewan percobaan tersebut lisis atau tidak dan untuk mendapatkan serum yang dimaksudkan. Sedangkan pada tikus darahnya diambil dengan cara memotong sedikit bagian ekornya (V, Lateralis ekor). Tikus dimasukkan kedalam selongsong sesuai dengan ukuran tubuh tikus. Ekor tikus dijulurkan keluar dan vena lateralis pada ekor di incisi (dipotong 0,2-2 cm dari pangkal ekor dengan menggunakan gunting bedah. Sebelum dipotong ekor tikus di rendam dengan air hangat terlebih dahulu agar terjadi dilatasi dan agar darah keluar lebih banyak lalu ditampung pada tabung effendorf, kemudian diletakkan miring 45o dan dibiarkan mengendap pada suhu kamar, selanjutnya di sentrifuge agar mengetahui apakah darah hewan percobaan tersebut lisis atau tidak dan untuk mendapatkan serum yang dimaksudkan.Proses pembedahan dilakukan setelah anestesi dan pengambilan darah. Posisikan mencit atau tikus pada steroform dengan menggunakan jarum. Pembedahan dimulai dari bagian perut ataupun uterus menggunakan gunting bengkok, lalu ambil dan pisahkan measing-masing organ seperti hati, limfa, lambung ginjal, paru-paru, jantung, dan usus.IX. Simpulan- Teknik anestesi yang dilakukan pada mencit dan tikus adalah dengan menggunakan kloroform.

- Proses pengambilan darah pada mencit dilakukan dengan cara memotong pada bagian leher, sedangkan pada tikus dengan cara memotong bagian vena lateralis atau pada ekornya, kemudian darah dari masing-masing hewan ditampung dengan tabung effendorf, dan disentrifuge.

- Pembedahan dimulai pada bagian perut ataupun uterus menggunakan gunting bengkok, lalu ambil dan pisahkan measing-masing organ seperti hati, limfa, lambung ginjal, paru-paru, jantung, dan ususX. Daftar PustakaGunawan, G dan Sulistia. (1995). Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UIKatzung, B.G. (1998).Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Setiawati, A. dan F.D. Suyatna, (1995).Pengantar Farmakologi DalamFarmakologi dan Terapi. Edisi IV. Editor: Sulistia G.G. Jakarta: Gaya Baru.Smith, B. (1988). Pemeliharaan, pembiakan, dan Penggunaan Hewan Coba di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press.Sulaksono, M.E. (1987).Peranan, Pengelolaan dan Pengembangan Hewan Percobaan. Jakarta.Usus

Lambung