Anemia Pada Anak

16
Anemia Pada Anak BAB I PENDAHULUAN Anemia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh keadaan fisiologis, perdarahan, hemolisis, dan produksi sel darah merah yang berkurang. Brattby dkk (1968) mengatakan bahwa produksi sel darah merah pada kehamilan 2 bulan terakhir ialah 3- 5 kali lebih banyak pada orang dewasa. Hemoglobin janin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan, pada masa cukup bulan hemoglobin darah talipusat 16,8 g/dL (14-20 g/dL), kadar hemoglobin pada bayi BBLSR adalah 1-2 g/dL dibawah kadar hemoglobin bayi cukup bulan, oleh karena itu jumlah sel darah muda lebih banyak terdapat pada waktu lahir. Penentuan kadar yang kurang dari kisaran normal menurut berat badan dan usia pasca lahir didefinisikan sebagai anemia. Menurut Gill & Schwartz (1972) anemia pada bayi baru lahir lebih mudah terjadi karena kurangnya beberapa faktor pembekuan, sifat sel darah merah yang mudah pecah, yang menyebabkan mudah terjadinya perdarahan dan hemolisis. Umur sel darah merah bayi baru lahir kira-kira 2/3 daripada orang dewasa (Pearson,1967) sesudah terjadi hiperaktifitas system eritropoietik pada masa gestasi, selanjutnya terjadi hipoplasia eritroid sumsum tulang yang berlangsung beberapa minggu setelah lahir. Pada saat ini timbulah anemia fisiologis . Penurunan “fisiologis” kadar hemoglobin terlihat pada bayi cukup bulan pada minggu ke-8 sampai ke-12 (hemoglobin 11 g/dL) dan kira-kira pada minggu ke-6 pada bayi premature (7-10 g/dL), Pada bayi premature murni, umur eritrosit lebih pendek pada bayi cukup bulan, kelainan metabolic lebih menonjol, bahan untuk memperpanjang umur eritrosit,seperti besi, vitamin E, dan sebagainya juga kurang. Anemia pada saat lahir memberikan gejala pucat, gagal jantung kongenital, syok, biasanya disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir atau juga akibat dari perobekan atau pemotongan talipusat selama persalinan, kelainan insersi tali pusat, pengaliran pembulah darah plasenta, plasenta previa, atau solusio plasenta, tali pusat yang melilit leher, insisi yang

Transcript of Anemia Pada Anak

Page 1: Anemia Pada Anak

Anemia Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN

              Anemia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh keadaan fisiologis, perdarahan, hemolisis, dan produksi sel darah merah yang berkurang. Brattby dkk (1968) mengatakan bahwa produksi sel darah merah pada kehamilan 2 bulan terakhir ialah 3-5 kali lebih banyak pada orang dewasa. Hemoglobin janin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan, pada masa cukup bulan hemoglobin darah talipusat 16,8 g/dL (14-20 g/dL), kadar hemoglobin pada bayi BBLSR adalah 1-2 g/dL dibawah kadar hemoglobin bayi cukup bulan, oleh karena itu jumlah sel darah muda lebih banyak terdapat pada waktu lahir.

               Penentuan kadar yang kurang dari kisaran normal menurut berat badan dan usia pasca lahir didefinisikan sebagai anemia. Menurut Gill & Schwartz (1972) anemia pada bayi baru lahir lebih mudah terjadi karena kurangnya beberapa faktor pembekuan, sifat sel darah merah yang mudah pecah, yang menyebabkan mudah terjadinya perdarahan dan hemolisis. Umur sel darah merah bayi baru lahir kira-kira 2/3 daripada orang dewasa (Pearson,1967) sesudah terjadi hiperaktifitas system eritropoietik pada masa gestasi, selanjutnya terjadi hipoplasia eritroid sumsum tulang yang berlangsung beberapa minggu setelah lahir. Pada saat ini timbulah anemia fisiologis . Penurunan “fisiologis” kadar hemoglobin terlihat pada bayi cukup bulan pada minggu ke-8 sampai ke-12 (hemoglobin 11 g/dL) dan kira-kira pada minggu ke-6 pada bayi premature (7-10 g/dL), Pada bayi premature murni, umur eritrosit lebih pendek pada bayi cukup bulan, kelainan metabolic lebih menonjol, bahan untuk memperpanjang umur eritrosit,seperti besi, vitamin E, dan sebagainya juga kurang.

Anemia pada saat lahir memberikan gejala pucat, gagal jantung kongenital, syok, biasanya disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir atau juga akibat dari perobekan atau pemotongan talipusat selama persalinan, kelainan insersi tali pusat, pengaliran pembulah darah plasenta, plasenta previa, atau solusio plasenta, tali pusat yang melilit leher, insisi yang sampai plasenta, perdarahan interna, thalasemia,infeksi parvovirus kongenital, anemia hipoblastik dan transfuse kembar ke kembar monozigot dengan sambungan arteriovenosa pada plasenta. Bayi baru lahir  yang normal mempunyai sel darah merah, kadar hemoglobin dan konsentrasi hematokrit yang lebih tinggi (polisitemia relative) bila dibandingkan dengan anak dan orang dewasa. Setelah umur satu minggu, kadar hemoglobin akan menurun dan tetap rendah untuk beberapa minggu. Hal inilah yang disebut anemia fisiologis.

Page 2: Anemia Pada Anak

Tabel Nilai Hamatologi Normal Pada Bayi

Parameter

Neonatus cukup bulanBayi

premature

1 hari 7 hari2-3 mgg

5-6 mgg

8-9 mgg

11-12 mgg 1 hari

5-6 mgg

Hemoglobin G%

      Vena

       Kapiler

     

17,1 + 1,7

19,3 + 2,2               

17,9 + 2,5

15,6 + 2,6

11,9 + 1,5

10,7 + 0,9

11,3 + 0,9

16,4 + 2,2

10,6 + 0,5

Eritrosit (X106/mm3)

5,14 + 0,17

4,86 +0,6

4,20 + 0,6

3,55 + 0,2

3,40 + 0,5

3,70 + 0,3

52,9 + 8,1

32,0 + 4,9

Hematokrit (%) 61 + 7,4

56 +9,4

46 + 7,2

36 +6,2

31 + 2,5

33 + 3,3

103 + 3,6

93 + 4,1

VER (cu) 119 +9,4118 + 11,2

111 + 8,2

102 + 10,2

93 + 12,0

88 + 2,2

31 + 1,6

KHER (%)31,6 + 1,9

32,0 + 1,6

33,9 + 1,9

34,1 + 2,9

34,1 +2,2

34,1 +2,2

1000-1500

Retikulosit (%) 3,2 + 1,4

0,5+0,4

0,8 +0,6

1,0 +0,7

Eritrosit berinti /mm3 500 0 0 0 0 0 0

/100 lekosit 7,3 21

Catatan: nilai rata-rata +1 sd dan contoh darah diperoleh dari tusukan dari tumit yang dihangatkan.

VER : volume Eriitrosit rata-rata

KHER : Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata

Data neonatus cukup bulan diperoleh dari Matoth dkk (1971)

Page 3: Anemia Pada Anak

Data bayi premature dengan berat badan lahir rata-rata 1840 g dan mendapat susu formula yang ditanbah besi, diperol\eh dari Gorton dan Cross (1964) .

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb,Ht atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Kadar Hb untuk anak kurang dari 6 th adalah 11 gr %, sedangkan untuk anak lebih dari 6 th    adalah 12 gr %. Pada anemia terjadi penurunan oksigen carrying capacity darah, sehingga semua bagian tubuh akan terpengaruh.

Gejala-gejala umum anemia antara lain cepat lelah, takikardi, palpitasi dan takipneu pada latihan fisik..  Bagian tubuh yang terpengaruh oleh keadaan anemia, antara lain:

Kulit dan mukosa pucat, terutama pada bibir, mukosa mulut, konjungtiva, telapak tangan dan kuku, elastisitas kulit menurun, kuku rapuh, tidak mengkilap dan berubah jadi konkaf (spoon nail ).

Sistem respiratorik dan sirkulasi, pada anemia berat dapat terjadi dyspneu, palpitasi, nadi tinggi, pulsus seler, bising sistolik prekardial, bising diatas vena jugularis.

Neuromuskuler ; Nyeri kepala, vertigo, kunang-kunang, mudah lelah, kurang konsentrasi irritable.

Sistem pencernaan; anorexia, muntah, mual, kembung, obstipasi atau diare

Sistem urogenital ; gangguan haid, menorrhagia Metabolisme ; BMR naik

Pemeriksaan yang diperlukan pada penderita anemia adalah :

1.            Anamnesis ( diarahkan untuk mencari etiologi )

a.       Keluhan anemia pada umumnya

b.      Riwayat penyakit terdahulu

c.       Riwayat penyakit keluarga ( kelainan herediter )

2.            Pemeriksaan fisik

a.     Keadaan umum ( konjungtiva, palpebra, lidah, bibir, kulit )

b.    Kelainan kongenital ( bentuk wajah,jantung, paru )

Page 4: Anemia Pada Anak

c.     Pembesaran kelenjar ( hati, limpa )

3.            Pemeriksaan laboratorium

a.     Hh, Hmt, jumlah leukosit, hitung jenis, gambaran darah tepi, nilai MCV, MCHC, MCH

b.    Retikulosit, jumlah trobosit

c.     BMP

d.    Kadar besi serum, mampu mengikat besi ( SI, IBC & TIBC )

e.     Resistensi eritrosit

f.     Hb patologis, Hb elektroforesis

g.    Bilirubin direct/ indirect, test coomb’s

h.    Pemeriksaan feces ( ankilostoma, cacing necator americanus

4.            Pemeriksaan penunjang lain:

a.   Foto rongen dada , tulang

b.   EKG, untuk anemia gravis

c.   Pederita keluarga

BAB II KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI

Berdasarkan  penyebab/etiologi dan fisiologinya anemia dibagi menjadi :

1. Anemia defisiensi2. Anemia hemolitik3. Anemia aplastik4. Anemia pasca perdarahan

Berdasarkan bentuk/ morfologi eritrosit anemia dibagi menjadi :

1. Anemia mikrositik hipokrom2. Anemia normositik normokrom3. Anemia makrositik normokrom

ANEMIA DEFISIENSI            Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan

Page 5: Anemia Pada Anak

eritrosit.  Berdasarkan penyebab / etiologinya anemia defisiensi dibagi menjadi :

1.      Anemia Defisiensi Besi

               Anemia ini disebut juga anemia hipokrom mikrositik, dan paling banyak dijuimpai pada anak-anak golongan umur 6 bulan sampai 6 tahun (golongan peka).  Pada keadaan ini biasanya juga disertai dengan kekurangan piridoksin dan tembaga.  Anemia ini sering mangenai anak yang sedamg tumbuh, terutama pada anak dengan MEP dan pada sindrom malabsorbsi lain serta wanita hamil yang keperluan besinya lebih besar daripada orang dewasa normal. Kebutuhan besi anak-anak rata-rata 5 mg/hari dan mencapai 10 mg/hari apabila terdapat infeksi

               Jumlah besi pada bayi kira-kira 400 mg yang terbagi sebagai berikut : dalam massa eritrosit 60 %, ferritin dan hemosiderin 30 %, mioglobin 5-10 %, hemenzim 1 %, dan besi plasma 0,1 %.  Pengeluaran besi dari tubuh normal bayi 0,3-0,4 mg/hari, anak 4-12 tahun 0,4-1 mg/hari, laki-laki dewasa 1,0-1,5 mg/hari, wanita dewasa 1,0-2,5 mg/hari dan wanita hamil 2,7 mg/hari

               Bayi baru lahir yang sehat mempunyai persediaan besi yang cukup sampai berusia 6 bulan, sedangkan pada bayi premature persediaan besinya hanya sampai 3 bulan.

     

ETIOLOGI

      Menurut patogenesisnya etiologi anemia defisiensi besi dibagi menjadi

1. Masukan kurang  makanan kurang mengandung besi, bayi hanya mengandalkan susu, formula,  MEP.

2. Gangguan absorbsi   MEP, diare kronis, sindrom malabsorbsi lainnya.3. Sintesis kurang  transferin kurang (hipotransferinemia congenital)4. Depot besi waktu lahir kurang  BBLR/SR, perdarahan antepartum,

plasenta previa, kelainan plesenta.5. Kebutuhan yang bertambah  infeksi, pertumbuhan yang cepat6. Pengeluaran yang bertambah  kehilangan darah kronis karena

ancilostomiasis, amubiasis yang menahun, prolap rekti, hemolisis intravascular kronis yang menyebabkan hemosiderinemia

Ditinjau dari segi umur penderita digolongkan menjadi

1. Bayi dibawah usia 1 tahuna.       Kekurangan depot besi dari lahir

b.      Pemberian makanan tambahan yang terlambat yaitu karena bayi hanya diberi ASI saja.

Page 6: Anemia Pada Anak

2. anak umur 1-2 tahuna.       Infeksi yang berulang-ulang

b.      Diet yang tidak adekuat

3. Anak umur lebih dari 5 tahuna.       Kehilangan darah kronis karena infestasi parasit

b.      Diet yang tidak adekuat       

2.      Anemia Defisiensi Asan Folat Dan Vit B12

                  Anemia jenis ini disebut juga anemia megaloblastik atau normokrom makrositik.  Anemia timbul perlahan  sehingga tidak disadari oleh orang tua, diketahui setelah penyakitnya berat dengan berbagai manifestasi.  Secara klinis menyerupai anemia defisiensi besi

                  Jumlah asam folat dalam tubuh sekitar 6-10 mg (4-6 mg terdapat dalam hati).  Sedangkan kebutuhan setiap harinya hanya kira-kira 50 ug.  Tempat absorsi di jejunum.

 ETIOLOGI

1.      Kekurangan intake  Makanan kurang mengadung asam folat dan B12

2.      Obat obatan  MTX. Piramidon, hydantoin, Phenobarbital, INH, Phenilbutason.

   Disamping kedua bentuk tersebut diatas, sering pula didapatkan bentuk campuran yang disebut anemia dimorfik.

ANEMIA HEMOLITIK            Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena memendeknya umur sel darah merah atau akibat penghancuran yang berlebihan dari sel darah merah. Bedasarkan etiologinya anemia hemolitik dibagi menjadi:

1. Intrakorpuskuler ( congenital )   sferositosis, thalesemia, HbE.2. Ekstrakorpuskuler ( didapat )  imun dan non imun.

Page 7: Anemia Pada Anak

Imun   AIHA (auto immune hemolitik anemia)

Non imun  infeksi malaria, hepatitis, racun ular, laba-laba, kalajengking, Benzene, organofosfat, DDT, Combusio derajat III dan luas.

 BAB III

GEJALA DAN TANDA KLINIS

ANEMIA DEFISIENSI1.      Anemia Defisiensi Besi

Pada anamnesa ditemukan gejala dan tanda sebagai berukut :

a.       Keluhan anemia pada umumnya  iritabel, lesu, cepat lelah, kurang perhatian, perkembangan kepandaian lambat, Hb rendah

b.      Kardiomegali, bising sistolik, splenomegali, gangguan pertumbuhan epitel

c.       Glositis, stomatitis, atropi papil lidah, sudut bibir pecah-pecah

2.      Anemia Defisiensi Asam Folat Dan Vit B12

Gejala dan tanda yang ditemukan sama dengan anemia defisiensi asam folat yaitu berupa keluhan – keluhan anemia pada umumnya.

  

ANEMIA HEMOLITIKAdapun tanda-tanda/gejala akibat hemolisis adalah sebagai berikut :

a.       Ikterik (tergantung berat ringannya penyakit)

b.      Splenomegali, bilirubin indirect meninggi, sterkobilin dan urobilin tinggi

c.       Retikulosit meninggi (kompensasi dari eritropoiesis)

d.      BMP hiperproliferasi system eritropoietik

e.       Anemia, morfologi eritrosit tergantung etiologi penyakit

Pada thalasemia :

1. Anisositosis2. Poikilositosis3. Hopokrom

Page 8: Anemia Pada Anak

4. Sel target5. Fragmentasi6. Eritrisit berinti (normoblast)

g.      HbF meninggi

Pada HbE (hemoglobinopatia) :

a.       Mirip thalasemia

b.      Hb patologik

Sferositosis :

a.       Sferosit 2 pada darah tepi

b.      Fragilitas terhadap NaCl meninggi

c.       Krisis hemolitik (ikterik muncul tiba-tiba dan mendadak lemah ).

ANEMIA PASCA PERDARAHANKehilangan Darah Mendadak

1.      Pengaruh yang timbul segera

Gejala yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh masih dapat mengadakan kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12- 15 % akan memperlihatkan gejala pucat, transpirasi, takikardi, tekanan darah normal atau menurun. Kehilangan darah sebanyak 15 – 20% memperlihatkan gejala tekanan darah menurun, takikardi, kelemahan, tidak tenang, sinkop dan dapat terjadi syok yang masih reversibel. Pada  kehilangan lebih dari 20 % akan menimbulkan syok irreversibel sampai terjadi kematian .

2.      Pengaruh lambat

Gejala/tanda yang ditemukan ialah leukositosis (15.000 – 20.000/mm3), nilai hemoglobin, eritrosit dan hemoglobin eritrosit dan eritrosit rendah akibat hemodilusi. Untuk mempertahankan metabolisme sebagai kompensasi eritropoietik menjadi hiperaktif. Kadang-kadang terlihat gejala gagal jantung. Sebelum fungsi ginjal normal kembali akan ditemukan oliguuria atau anuria sebagai akibat kurangnya aliran darah ke ginjal, hal ini akan menimbulkan peningkatan  kadar nitrogen non protein.

 Kehilangan Darah Menahun

Pengaruhnya terlihat sebagai gejala akibat defisiensi besi bila tidak diimbangi dengan masukan besi yang cukup.

Page 9: Anemia Pada Anak

ANEMIA APLASTIKGejala yang timbul, anak terlihat pucat, disertai gejala anemia lainnya

seperti anoreksia, lemah, palpitasi, sesak nafas karena gagal jantung. Pada pasien tidak ditemukan adanya ikhterus, pembesaran limpa, hepatomegali maupun kelenjar getah bening karena sifatnya aplasia sistem hemopoitik.

  

BAB IVPEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DASAR DIAGNOSIS

 ANEMIA DEFISIENSI1.      Anemia Defisiensi Besi

Dari pemeriksaan Laboratorium ditemukan hal-hal sebagai berikut   Hb menurun, jumlah eritrosit menurun, MCV, MCHC, MCH lebih rendah dari pada normal, SI menurun, dan TIBC naik, saturasi besi (IBC) kurang dari normal.  Retikulosit meninggi, morfologi eritrosit  hipokrom mikrositer.  Free eritrosit protoporphyrin meninggi, karena sintesa hem melambat.  Pada anemia berat dapat ditemukan trobositopenia.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

1.      Anamnesa  ada riwayat perdarahan, sumber besi, riwayat kehamilan/kelahiran bayi

2.      Pemeriksaan fisik  sesuai dengan gejala dan tanda anemia pada umumnya

3.      Hasil pemeriksaan laboratorium  sesuai hasil diatas

4.      Rongtgen photo  apabila diperlukan untuk memastikan adanya penipisan kortek pada tulang-tulang panjang.

2.      Anemia Defisiensi Asam Folat dan Vit B12

Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan    eritrosit makrositik normokromik atau hiperkromik, neutrofil besar hipersegmentasi (lebih dari 5), kadar B12 dan asam folat darah turun.   MCV, MCH lebih besar dari normal, MCHC normal.  Pada BMP ditemukan sel banyak, lemak sedikit, hiperaktivitas system eritropoietik, terdapat megaloblas dan megaloblastik sampai 50 % dari pada eritrosit.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

Page 10: Anemia Pada Anak

1.      Anamnesa  riwayat makanan, obat-obatan, gejala anemia pada umumnya.

2.      Pemeriksaan fisik  sesuai dengan tanda-tanda anemia

3.      Pemeriksaan Laboratoorium  sesuai hasil diatas.

ANEMIA HEMOLITIKPada pemeriksan laboratorium ditemukan    bilirubin indirect

meninggi, sterkobilin dan urobilin meninggi, retikulosit meninggi akibat kompensasi dari eritropoiesis, Pada BMP terelihat hiperproliferasi system eritropoietik, morfologi eritrosit tergantung etiologi 

Pada thalasemia   Anisositosis, poikilositosis, hopokrom, sel target, fragmentasi , eritrosit berinti (normoblast), HbF meninggi

Pada HbE (hemoglobinopatia) : mirip thalasemia

Sferositosis :  sferosit 2 pada darah tepi, fragilitas terhadap NaCl meninggi

Diagnosa ditegakkan berdasarkan :

1.      Anamnesis

2.      Pemeriksaan fisik

3.      Pemeriksaan Laboratorium

ANEMIA APLASTIKPada pemeriksaan Laboratorium ditemikan    Pansitopenia, retikulosit rendah sampai nol, CT normal, BT dapat normal/memanjang, RL bisa posirtif atau negative. Pada BMP ditemukan hiposeluler sampai aseluler, banyak jaringan ikat dan lemak.

Diagnosa ditegakkan berdasarkan :

1.      Anamnesis

2.      Pemeriksaan fisik

3.      Pemeriksaan Laboratorium

Page 11: Anemia Pada Anak

 ANEMIA PASCA PENDARAHANPada pemeriksaan laboratorium tergantung dari kompartemen yang mendasari :

Jenis Penyakit Trombosit CT BT RL Keterangan

Gang. trombosit N/Turun N Naik +

Pada trombopati jumlah normal,fungsi jelek.

Gang. pembekuan N Naik N -

Gang. vaskuler N N N +

Diagnosa ditegakkan berdasarkan :

1.      Anamnesis

2.      Pemeriksaan fisik

3.      Pemeriksaan Laboratorium

BAB VPENATALAKSANAAN DAN TERAPI

ANEMIA DEFISIENSI BESIPenatalaksanaan :

1.  Menghentikan Perdarahan Kronik

2  .Pemberian preparat Besi :

a.       Pemberian gram besi sederhana peroral ( sulfas, glutamat, fumarat ) merupakan   pengobatan yang masih dianjurkan.  Sulfas ferosus 30 mg/kgbb/hari  dibagi 3 dosis, karena sering menyebkan mual maka harus diberikan diantara 2 waktu makan.  Preparat yang mudah diabsorbsi adalah Fe succinat, fumarat dan glutamate

Page 12: Anemia Pada Anak

b.      Atau Ferroglukonat 10 –12 %, unsur besi menurut berat badan: 6 mg /kg Fe sehari dalam 3 dosis, memberikan jumlah yang cukup untuk menstimulasi sumsum tulang

c.       Untuk membentuk depot besi diberikan pengobatan sampai 2-3 bulan setelah Hb normal.

d.      Minum susu dalam jumlah besar dapat menurunkan absorpsi besi secara bermakna.

e.       Pemberian preparat Fe secara parenteral memang efektif tetapi tidak lebih cepat dan sempurna diabanding pemberian peroral.

f.       Pendidikan terhadap keluarga penderita mengenai gizi dan konsumsi  susu sebaiknya 500ml/hari atau kurang.

g.      Pemberian besi dilanjutkan 4 sampai 6 minggu setelah nilai darah kembali normal.

h.      Tranfusi darah merupakan indikasi jika terganggu akibat anemia yang sangat berat.

i.        Koreksi dengan tranfusi dapat menyebabkan hiperpolemik dengan dilatasi jantung.

j.        Pada anak yang sangat anemis dengan 4 gram/dl diberikan hanya 2-3 ml/kg packed.

ANEMIA DEFISIENSI ASAM FOLAT & VIT B12

Peanatalaksanaan

a.       Asam folat 2-5 mg/24 jam secara parenteral selama 3-4 minggu.

b.      Vitamin C ( asam askorbat ).

c.       Pemberian vitamin B12 secara parenteral 1-5 mg/24 jam.

ANEMIA HEMOLITIKA. Penatalaksanaan anemia hemolitik Intracorpusculer (congenital)  tranfusi,

hilangkan trigger dan splenektomi (pada sferositosis heredioter dan thalasemia)..

B.  Penatalaksanaan anemia hemolitik akuisita (didapat )  hilangkan kausa, tranfusi bila 

      perlu (pada defisiensi Firufat kinase dan defisiensi G-6-PD).

Page 13: Anemia Pada Anak

ANEMIA PASCA PERDARAHANPenatalaksanaan

1.   Disesuaikan dengan sifat dan beratnya kelainan kompartemen yang mendasarinya            Pada Kehilangan Darah Mendadak

Pengobatan terbaik adalah dengan tranfusi darah . Pilihan kedua adalah plasma (plasma expanders atau plasma substitute ). Dalam keadaan darurat diberikan cairan intra vena dengan acairan infus

apa saja yang tersedia.Pada Kehilangan Darah yang Melambat

o   Tranfusi PRC, karena isi darah sudah dapat dipertahankan.

2.   Komponen jaringan   berikan vitamin C, hentikan obat yang dapat merusak jaringan

3.      Komponen trombosit  berikan steroid, transfusi suspensi trombosit, hentikan obat yang mengganggu fungsi trombosit, misalnya aspirin.

4.      Kompartemen pembekuan  misalnya pada hemofilia diberikan faktor pembekuan VIII dan IX.. Pada penyakit hati yang berat pembekuan darah tergantung dari vitamin K, sehingga harus diberikan vitamin K 1 mg IM.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Catatan  Kuliah Ilmu Kesehatan Anak II.  FK Univrsitas Malahayati Bandarlampung.20022.      Habel, A. Segi Praktis Ilmu Penyakit Anak, Bina Rupa Aksara, Jakarta,19903.      Nelson, W.E. Ilmu Kesehatan Anak, Bag 2, EGC, Jakarta. 19954.      Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, EGC Jakarta, 1997.5.      Staf Pengajar IKA FKUI Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Info Media, Jakarta. 1998.