Anemia Hemolitik Case, Dr Briliana
-
Upload
rismeiniar-pattisina -
Category
Documents
-
view
179 -
download
5
Transcript of Anemia Hemolitik Case, Dr Briliana
LAPORAN KASUS
Anemia Hemolitik
Oleh :
Theresia Puspita Sari
Nim : 112012146
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana/ RSUD Tarakan
Jakarta, April 2013
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN
Nama Mahasiswa : Theresia Puspita Sari Tanda Tangan
NIM : 11-2012-146
........................
Dr. Pembimbing : dr.Briliana. SpPD
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny Yulia Fajar
Usia : 28 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl Pakembangan Barat RT/RW 11/04, Palmerah, Jakarta Barat.
Pekerjaan : Finishing di bagian percetakan
Pasien Poli : 12 April 2013
Pembiayaan : KJS
I. RIWAYAT MEDIS
Keluhan utama :
Sakit kepala yang memberat sejak 3 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 1 tahun SMRS Os mulai sering merasakan pusing, , nafsu makan
menurun, sering lemas, adanya perdarahan disangkal, demam dan menggigil disangkal.
2
Sejak 3 minggu SMRS Os mulai merasakan sakit kepala yang semakin
memberat, disertai mata kuning, badan kuning, BAK seperti teh, BAB normal, warna
kuning, badan lemas, nafsu makan menurun, mual dan muntah disangkal. Perdarahan
disangkal. Siklus haid teratur, sekarang tidak haid. Os sudah berobat ke puskesmas
namun keluhan tidak membaik, sehingga di lakukan pemeriksaan darah, dan kemudian di
rujuk ke RSUD Tarakan.
Riwayat penyakit kuning sebelumnya disangkal, riwayat meminum alkohol
dan merokok disangkal. Riwayat transfusi disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan
disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit Typhoid (+)
- Riwayat Penyakit Jantung, paru, ginjal, lambung disangkal
- Riwayat Penyakit Alergi disangkal, Riwayat penyakit autoimun disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak didapatkan riwayat penyakit kelainan darah, kuning dalam keluarga.
- Tidak didapatkan riwayat penyakit alergi dan autoimun dalam keluarga.
Riwayat Kebiasaan Sosial dan Ekonomi :
- Pasien menikah
- Saat ini pasien tinggal dengan suami dan 2 orang anaknya
- Riwayat tranfusi darah (-)
- Kebiasaan merokok atau minum alkohol (-)
- tattoo (-), IVDU (-)
- Pembiyayaan rumah sakit : dengan menggunakan KJS
Riwayat Pengobatan :
- Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas namun tidak membaik sehingga
kemudian di rujuk RSUD tarakan Jakarta.
Riwayat Gizi
- Pasien sehari-hari makan hanya 1-2 kali saja setiap hari, yaitu makan nasi, sayur,
dengan ikan atau daging atau telur atau tempe. Kebiasaan makan 1-2 kali sehari
sudah sejak masih kecil. Pasien suka ngemil apa saja. Tidak pernah minum susu.
Napsu makan sekarang menurun.
II. ANAMESIS SISTEM
- Pasien merasa keadaanya semakin memburuk, karena sakit kepalanya semakin
memberat, disertai kuning pada mata, dan kuning pada pada tubuh
3
- Penglihatan : Gangguan penglihatan (-)
- Pendengaran : Gangguan pendengaran (-)
- Kardiovaskuler : Tidak terdapat keluhan
- Paru-paru : Tidak terdapat keluhan
- Pencernaan : Napsu makan pasien menurun.
- Saluran kemih : Tidak terdapat keluhan nyeri saat berkemih, warna urin kuning
seperti teh
- Hematologi : Tidak terdapat keluhan cepat timbul lebam di kulit, mimisan, gusi
berdarah. Tidak ada muntah darah atau BAB berdarah.
- Metabolik- endokrin : Tidak didapatkan keluhan sering haus, sering lapar atau sering
buang air kecil.
- Neurologi : Tidak didapatkan keluhan kelemahan, wajah asimetris, bicara tidak pelo.
- Kulit : Kulit pasien lembab.
- Ekstremitas : tidak ada keluhan
III. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum : tampak sakit ringan
- Kesadaran : kompos mentis
- TD : 120/70 mmHg, FN : 80 kali/menit, regular, isi cukup, FP : 16 kali/menit S:
370C
- BB : 74 kg, TB : 160 cm, IMT : 28 kg/m2
- Kulit : : turgor cukup, ptekie/purpura/ekimosis (-), kulit lembab. Kulit wajah tampak
ikterik.
- Otot : Tidak terdapat atrofi otot
- Tulang: Tidak terdapat deformitas pada tulang.
- Mata : konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, refleks cahaya
normal.
- Mulut : Mukosa basah, Oral hygiene baik, tidak memakai gigi palsu.Bentuk tidak
ada kelainan. Bibir tampak pucat.
- Leher : kelenjar tiroid tidak teraba membesar, tidak terdapat massa,KGB tidak
membesar
- Tekanan vena jugularis : 5-2 cmH2O
- Thoraks :
- Paru
Inspeksi : simetris saat statis maupun dinamis k
4
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Teraba ictus cordis pada ICS V, 2 cm medial dari garis midclavicula
kiri
Perkusi : Batas kanan : Sela iga IV, garis sternal kanan, batas kiri : Sela iga
V, 2 cm medial garis midclavicula kiri, batas atas atas : sela iga III, garis sternal kiri,
batas pinggang jantung : sela iga III, garis midclavicula kiri, batas bawah jantung
sela iga IV, garis midclavicula kiri.
Auskultasi : BJ I- II reguler, cepat, Murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi: agak membuncit, tidak ada bekas operasi, tidak terlihat penonjolan massa
,tidak terlihat dilatasi vena, tidak terdapat asites, tidak terdapat caput medusa.
Palpasi :
Dinding perut : supel, tidak ada distensi, nyeri tekan (+) pada epigastrium, nyeri lepas(-)
Hati : tidak teraba pembesaran, tidak terdapat nyeri tekan
Limpa : tidak teraba pembesaran
Ginjal : tidak teraba, ballotement negatif, nyeri costovertebrae negatif.
Kandung empedu : tidak terdapat nyeri tekan, murphy sign (-)
Perkusi: timpani pada abdomen, shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi: bising usus (+)
- Ekstremitas:
o Kekuatan motorik 5555 / 5555
5555 / 5555
o Refleks fisiologis:
Refleks achilles + / +
Refleks Patella + / +
Refleks biseps + / +
o Refleks patologis - / -
o Pulsasi arteri dorsalis pedis kiri dan kanan baik
o Pulsasi arteri tibialis posterior kiri dan kanan baik
5
o Pulsasi arteri poplitea kiri dan kanan baik
o Sensorik : dalam batas normal
o Edema : edema ektremitas atas dan bawah
-/-
-/-
o Akral Hangat : ekstremitas atas dan bawah hangat.
+/+
+/+
- KGB sumabdibula, supraklavikula, aksila : tidak membesar.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Darah lengkap
31/05-2013 Nilai rujukan
Hemoglobin 5,2 g/dl 11-16,5
Hematokrit 7,3 % 35-45
Eritrosit 0,64 juta/uL 4-5
Lekosit 15200/mm3 4000-10000
Trombosit 186000/mm3 150000-450000
Hitung Jenis
31/05-2013 Nilai Rujukan
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1% 1-2
Batang 0% 2-6
Neutrofil 66% 54-62
Limfosit 28% 25-33
Monosit 5% 3-7
Laju Endap Darah 2mm/jam 0-20
Morfologi Darah Tepi
Eritrosit : Normositik normokromik, normoblast +3/100 leukosit
Lekosit : Jumlah meningkat dan morfologi normal
Hitung leukosit -/1/5/73/19/2
Trombosit : Jumlah dan morfologi normal
6
Kesan : Anemia normositik normokromik dengan leukositosis (hitung
retikulosit meningkat, bilirubin serum meningkat), suspek anemia hemolitik dengan
infeksi
Saran : Periksa coomb’s test
31/05-2013 Nilai Rujukan
Retikulosit 19,6% 0,5-1,5%
Idex Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
115 fL
81 pg
70 %
80-100
26-34
32-36
Serum Iron (Fe)
TIBC
98 ug/dl
324 ug/dl
23-134
210-340
Kimia Klinik
31/05-2013 Nilai Rujukan
Fungsi Liver
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
Bilirubin total
Bilirubin direk
Albumin
23 U/l
11 U/l
5,73 mg/dl
0,46 mg/dl
4,34 g/dl
<32
< 33
< 1,1
< 0,6
3,5-5,2
Fungsi Ginjal
Ureum
Kreatinin
19 mg/dl
0,70mg/dl
15-50
0,6-1,3
Elektrolit
31/05-2013 Nilai Rujukan
Natrium (Na) 141mEq/L 135-150
Kalium (K) 4,3 mEq/L 3,6-5,5
Clorida (Cl) 105 mEq/L 94-111
Urine Lengkap
31/05-2013 Nilai Rujukan
Makroskopis urine
7
warna kuning Kuning
kejernihan Agak keruh Jernih
Berat Jenis 1,020 1,002-1,030
pH 6,0
Protein Neg (-) Negatif
Reduksi Neg (-) Negatif
Keton Neg (-) Negatif
Darah Samar Neg (-) Negatif
Bilirubin Neg (-) Negatif
Urobilinogen 1,0 mg/dl 0,1-1,0
Nitrit Pos (+) Negatif
Leukosit Pos (+) Negatif
Mikroskopis urien
Eritrosit 0-2/lpb < 3
Lekosit 8-10/lpb <5
Silinder Neg (-)/lpb Negatif
Sel epitel Positif/lpb < 7/lpb
Kristal Amorf (+) Negatif
Bakteri Positif 1+ Negatif
Lain-lain Neg (-) Negatif
IV. RESUME
Pasien wanita 28 tahun, datang dengan keluhan sakit kepala yang memberat sejak 3
minggu, disertai wajah kuning, lemas, napsu makan menurun, demam disangkal,
BAK warna teh. Keluhan sakit kepla sudah dirasakan sejak 1 tahun SMRS.
Pemeriksaan Fisik : TD : 120/70 mmHg, FN : 80 kali/menit, regular, isi cukup, FP :
16 kali/menit S: 370C. BB : 74 kg, TB : 160 cm, IMT : 28 kg/m2. Mata : Conjungtiva
anemis +/+, sklera ikterik -/-, kulit wajah tampak ikterik, bibir pucat, kuku pucat.
Splenomegali (-), Hepatomegali (-). Pemeriksaan Penunjang: Lab : Hemoglobin 5,2
g/dl, Hematokrit 7,3 %, Eritrosit 0,64 juta/uL, Lekosit 15200/mm3 , Trombosit
186000/mm3. Morfologi darah tepi : Anemia normositik normokromik dengan
leukositosis (hitung retikulosit meningkat, bilirubin serum meningkat), suspek anemia
hemolitik dengan infeksi
8
V. DAFTAR MASALAH
1. Anemia Hemolitik Non Imun.
VI. PENGKAJIAN DAN RENCANA TATALAKSANA
1. Anemia Hemolitik Non Imun
Atas dasar :
S : Sakit kepala sejak 1 tahun SMRS, lemas, BAK coklat, badan kuning, demam
(-). Riwayat penyakit kuning atau penyakit kelainan darah dalam keluarga
disangkal.
O : Ku :Tampak sakit ringan, Kesadaran : Compos mentis : TD 120/70 mmHg,
FN : 80 kali/menit, regular, isi cukup, FP : 16 kali/menit S: 370C. PF : Mata :
konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-, Kulit wajah kuning, wajah pucat,
kuku : pucat. Splenomegali (-).(-). Pemeriksaan Penunjang: Lab : Hemoglobin
5,2 g/dl, Hematokrit 7,3 %, Eritrosit 0,64 juta/uL, Lekosit 15200/mm3 ,
Trombosit 186000/mm3. Morfologi darah tepi : Anemia normositik
normokromik dengan leukositosis (hitung retikulosit meningkat, bilirubin
serum meningkat), suspek anemia hemolitik dengan infeksi
A : Anemia Hemolitik Non Imun, DD/ Anemia Hemolitik Autoimun
P : Rencana diagnostik:
- Pemeriksaan Coomb test
- Pemeriksaan Bilirubin indirek
- Pemeriksaan ANA dan ds-ANA
- Pemeriksaan Darah Tepi
- Pemeriksaan DPL/hari
Rencana Pengobatan :
- Metilprednisolon tab 3x4 mg po
- Asam folat tab 1x 3 mg po
- Omeprazole tab 1x20 mg po
- Amoxicilin tab 3x500 mg po
Rencana edukasi :
- Menjelaskan penyakit pasien dan pemeriksaan serta pengobatan yang
akan dijalani oleh pasien.
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
9
Ad sanationam : dubia
Tinjauan Pustaka
A. Anemia Hemolitik
I. Definisi
Pada orang dewasa diperkirakan 2X 10 sel darah merah perhari diproduksi untuk
mempertahankan sel merah dalam sirkulasi tetap konstan. Sel darah merah muda dalam
sumsum tulang berbentuk retikulosit kemudian setelah dewasa akan keluar ke dalam
sirkulasi dan diperkirakan hidup selama 120 hari.1-2
Anemia hemolitik terjadi apabila sebelum mencapai usia tersebut eritrosit
menjadi rusak yang dapat disebabkan oleh karena faktor intrakorpuskuler maupun
ekstrakorpuskuler.1-2
II. Gejala klinis anemia hemolitik.1-2
Anamesis
Penderita anemia hemolitik umumnya datang dengan keluhan lelah, sakit kepala,
berdebar, nyeri dada, keluhan gagal jantung, dan iskemia dari susunan syaraf pusat. Dari
anamesis kita dapat menduga kemungkinan penyebab yang congenital apabila pada bayi
atau anak-anak mengidap anemia yang refrakter dengan pengobatan yang konvesional,
riwayat keluarga dengan anemia, ikterus, splenomegali, splenoktomi, serta
kolesistektomi. Apabila tidak dijumpai riwayat seperti tersebut diatas penderita anemia
yang tanpa disertai perdarahan patut dicurigai anemia hemolitik yang didapat (Aquierd).
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita anemia hemolitik akan dijumpai :
1. Anemia
2. Ikterus
3. Splemomegali
4. Ulkus kronis pada kaki
5. Gejala klinis akibat penyakit dasar (leukemia, limfoma, SLE)
Pemeriksaan Laboratorium
1. Anemia
2. Retikulositosis
3. Unconjungated hiperbilirubinemia
4. Pemeriksaan laboratorium untuk mencari penyebab hemolisis
III. Penyebab dari Anemia Hemolitik
Penyebab intrakorpuskuler.1-3
10
1. Kelainan membrane dari sel darah merah (sferositosis herediter, elipsitosis herediter,
paroksismal nokturnal hemoglobinuria)
2. Kekurangan enzime (heksoknase, G6PD, piruvatkinase dan porfiria eritropoetik
congenital).
3. Kelaianan hemoglobin (thalasemia dan anemia sel sabit)
Penyebab ekstrakorpuskuler.1-3
1. Anemia hemolituk otoimun (AIHA) dengan warm antibody (Idiopati, SLE, leukemia
kronis limfositik dan limfoma), anemia hemolitik dengan cold antibody (idiopatik,
mikoplasma pneumoni dan limfoma), paroksismal cold hemoglobinuria (virus,
sifilis).
2. Akibat penyakit sistemik
3. Akibat obat-obatan, bahan kimia, racun tumbuh-tumbuhan
4. Anemia hemolitik pada bayi dan inkompatibilitas ABO
IV. Diagnosis Anemia Hemolitik
Dalam menentukan bahwa seseorang mengidap anemia hemolitik tidak senantiasa
mudah sebab tidak ada tes yang dapat memastikan keadaan ini. Jadi pada dasarnya makin
banyak data makin tepatlah untuk mengatakan seseorang mengidap anemia hemolitik.
Beberapa keadaan yang dapat menentukan bahwa seseorang mengidap anemia hemolitik
adalah :1-2
1. Adanya tanda pemecahan eritrosit yang berlebihan disertai pembentukan eritrosit
yang berlebihan dalam saat bersamaan. Hal ini ditandai oleh adanya anemia,
retikulositosis dan hiperbilirubinemia indirek.
2. Adanya anemia yang bersifat persisten disertai peningkatan aritropoesis dan tidak
terdapat tanda perdarahan
3. Penurunan hemoglobin 1g/dl seminggu atau lebih dengan menyingkirkan adanya
perdarahan dan hemodilusi
4. Adanya hemoglobinuria atau tanda-tanda lain dari hemolisa intravaskuler
V. Menentukan Penyebab dari Anemia Hemolitik
Tahap – tahap pemeriksaan untuk menentukan penyebab anemia hemolitik adalah :1-3
1. Anamesis tentang penyakit infeksi, obat-obatan dan bahan-bahan kimia yang diduga
dapat menyebabkan hemolisis.
2. Pemeriksaan tes antiglobulin (coomb’s test), apabila positif berarti penderita
mengidap anemia hemolitik otoimun (AIHA). Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak
semua AIHA menunjukkan coomb’s test yang positif.
11
3. Pemeriksaan hapusan darah tepi untuk melihat bentuk eritrosit yang khas untuk
macam-macam anemia hemolitik misalnya adanya sferosit pada penderita dengan
sferositosis herediter, sel sabit pada penderita dengan anemia sel sabit.
4. Apabila pemeriksaan tersebut diatas tidak dapat menentukan penyebabnya maka
tidak ada cara lain yang sistematis kecuali harus melakukan semua pemeriksaan
dibawah ini :
a. Elektroforesis Hb
b. Tes denaturasi panas untuk kelaianan hemoglobin
c. Tes askorbat sianida
d. Tes untuk kekurangan piruvat kinase
e. Pemeriksaan G6PD
f. Sucrose waters test dan Ham’s test untuk PNH
Apabila dengan pemeriksaan tersebut diatas belum dapat ditentukan juga
penyebabnya maka kemungkinan besar penyebabnya adalah kekurangan
enzym-enzym eritrosit atau penderita dengan AIHA dengan Coomb’s test
yang negatif dan untuk penderita ini dapat dicoba dengan pemberian
prednison.
VI. Diagnosis Banding dari Anemia Hemolitik.2
1. Anemia dan retikulositosis (perdarahan, penyembuhan dari kekuranagan besi,
asam folat dan vitamin B12)
2. Anemia dan ikterus (eritropoesis yang tidak efektif dan perdarahan dalam
jaringan).
3. Ikterus hemolitik tanpa anemia
4. Metastasis ke sumsum tulang
5. Mioglobinuria.
VII. Pengobatan Umum dari Anemia Hemolitik.1-2
1. Pada penderit dengan anemia hemolitik akut (misalnya pada reaksi transfusi)
pengobatan ditujukan pada pencegahan syok dan mencegah terjadinya gagal
ginjal akut dengan memberikan cairan dan manitol
2. Splenektomi bermanfaat pada beberapa kasus dengan anemia hemolitik yang
kondisi dari sel eritrositnya masih baik dan timbulnya anemia akibat
pemecahan yang berlebih oleh limpa, misalnya pada penderita sferositosis
herediter
12
3. Hormon steroid sangat bermanfaat pada penderita dnegan anemia hemolitik
otoimun
4. Pada anemia hemolitik yang kronis kadang-kadang perlu diberikan asam folat
0,15-3,0 mg sehari untuk mencegah terjadinya krisis hemolitik.
5. Transfusi darah diberikan atas indikasi vital (eritrosit yang dicuci)
6. Apabila terdapat anamesis infeksi, bahan kimia dan bahan fisika yang diduga
sebagai penyebab hendaknya segera diatasi.
7. Apabila terdapat penyakit dasar sebagai penyebab hendaknya diobati pula.
B. Anemia Hemolitik Otoimun (AIHA)
I. Definisi
Anemia hemolitik otoimun adalah anemia hemolitik yang ditandai dengan
adanya antibodi terhadap sel darah merah yang menyebabkan umur eritrosit
menjadi lebih pendek. Mekanisme yang menyebabkan terjadinya anemia pada
AIHA bisa berdiri sendiri sebagai manifestasi dari reaksi otoimun tetapi dapat
pula sekunder akibat penyakit lain.2
II. Gejala Klinis Anemia Hemolitik Otoimun.1-2
1. Anemia
2. Bila hemolisis berat : demam, menggigil, mual, muntah, nyeri perut, ikterus
3. Splenomegali
4. Bila anemia berat bisa terjadi gagal jantung
5. Gejala dari penyakit dasarnya sebagai penyebab.
III. Diagnosis.1-2
1. Pemeriksaan darah tepi menunjukkan anemia normkrom-normositer,
polikromasi, eritrosit berinti, sferositosis, dan kadang-kadang ada eritrosit
yang mengalami fragmentasi
2. Pada pemeriksaan urine akan dijumpai urobilinuria dan hemoglobinuria
3. Pemeriksaan yang paling penting untuk memastikan diagnosa AIHA adalah
tes Coomb’s positif akan tetapi terdapat 2-4% penderita AIHA dengan comb’s
test yang negatif
4. Pemeriksaan IgG dan IgM. Bila IgG meningkat berarti Warm Antibody, bila
IgM meningkat berarti Cold Antibody.
IV. Pengobatan.1-2
1. Bila mungkin mengobati penyebabnya.
13
2. Kortikosteroid adalah obat pilihan. Begitu diagnosis AIHA ditegakkan
langsung diberikan prednison dengan dosis 40-60 mg perhari sampai timbul
respon, kemudian dosis diturunkan secara perlahan selama 6-8 minggu dan
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 10-20 mg perhari atau dua hari sekali
3. Bila kortikosteroid tidak memberi respon atau dosis pemeliharaan terlam
tinggi perlu dipertimbangkan splenoktomi
4. Bila spleneltomi tidak dapat mengatasi hemolisis perlu ditambah obat
immunosupresif yang lainnya. Misalnya cytoxan 2-3 mg/kgBB/hari oral atau
azathioprint 2-2,5 m/kgbb dengan atau tampa kombinasi kortikosteroid
5. Pemberian transfusi harus dengan pertimbangan yang tepat ialah pada
penderita anemia berat dan timbulnya cepat atau gagal jantung.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo WA. Setiyohadi B, Alwi I,dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Jilid Ke-II.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. Hal 1152-57.
2. Askandar T, dkk,. Ilmu penyakit dalam. Cetakan I. Surabaya: Airlangga univesity
press; 2007. Hal 147-49.
3. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim LS, Santoso R. Penuntun patologi klinik
hematologi. Jakarta: Bagian patologi klinik fakultas kedokteran ukrida. Hal 122-31.
14