Anemia Gizi

download Anemia Gizi

of 9

Transcript of Anemia Gizi

1. Definisi Anemia Gizi

Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb) atau hematokrit berdasarkan nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah yang berlebihan Kadar hemoglobin < 11.0 gr/dL menunjukkan anemia (Hoffbrand, 2005).

Anemia gizi adalah kondisi akibat defisiensi satu atau lebih nutrisi penting yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin dan produksi eritrosit (WHO, 1978).Penyakit ini rentan dialami pada semua siklus kehidupan (balita, remaja, dewasa, bumil, busui, dan manula).

Epidemiologi

Data base prevalensi anemia gizi secara global sejak tahun 1993 2005 yang dirilis WHO adalah sebagai berikut:

Sedangkan prevalensi Anemia di negara berkembang berdasarkan penelitian dibawah pengawasan WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa anemia gizi mempengaruhi 10 sampai 20 persen populasi dinegara berkembang. Penyebab yang paling sering adalah defisiensi zat besi, namun, terkadang defisiensi asam folat dan vitamin B12 juga muncul secara bersamaan, khususnya pada wanita hamil.

.

Africa

Asia

Central and South America

6-17 % Pria

15-50 % Wanita

35- 72 % Wanita Hamil

30-60% Anak Anak dibawah umur 15 tahun

10 % Pria

30-50 % Wanita. (Paling tinggi pada wanita hamil)

Sampai 37 75 % di beberapa bagian of India, Pakistan dan Bangladesh.

50% Anak Anak. Semakin tinggi pada usia dibawah 2 tahun 5-15 % Pria.

10-35 % Wanita

37- 52 % Wanita Hamil

15-50% Anak bayi

B. Anemia di Indonesia

Anemia gizi besi merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia. Pada wanita hamil, anemia dapat meningkatkan prevalensi kematian dan kesakitan ibu, dan bayinya. Berdasarkan data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, prevalensi anemia gizi pada wanita berusia 15-44 tahun antara 30,948,9%, sedangkan data dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada tahun 1997 menunjukkan prevalensi anemia pada pekerja wanita usia produktif yang berpenghasilan rendah berkisar antara 30-40% Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007) menunjukkan anemia gizi besi (Fe) pada ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%, dan tidak ditemukan data anemia gizi besi ibu hamil berdasarkan provinsi. Berdasarkan Profil Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2008, terdapat 28,1% ibu hamil yang mengalami anemia gizi besi. Hasil penelitian dalam skala kecil (skripsi) di Kabupaten Takalar dan Maros dengan responden ibu hamil yang telah kontak dengan pelayanan kesehatan ternyata ditemukan anemia gizi sebesar 63,9% di Takalar dan 79,4% di Maros. (Prevalensi menuurut Provinsi, Riskedas 2007)

EtiologiFaktor-faktor yang menyebabkan anemia gizi adalah :

1. Defisiensi besia. Peningkatan kebutuhan besi

Defisiensi besi disebabkan karena kebutuhan besi meingkat seperti :

1) Kehamilan

Kebutuhan besi meningkat dari 1,25 mg/hari pada saat tidak hamil menjadi 6 mg/hari selama kehamilan yang disebabkan karena besi digunakan dalam pembentukan janin dan cadangan dalam plasenta serta untuk sintesis Hb ibu hamil.

2) Menstruasi

Pada saat menstruasi, wanita kehilangan kira-kira setengah dari kebutuhan besi. Wanita dengan menstruasi yang banyak mempunyai risiko untuk terjadinya anemia. Risiko terjadinya anemia pada wanita yang mengeluarkan banyak darah pada saat menstruasi sebesar 1,81 kali lebih besar dibanding dengan wanita yang mengeluarkan darah sedikit.

3) Masa bayi

Pada masa bayi terjadi pertumbuhan yang cepat sehingga kebutuhan besi meningkat. Setengah dari cadangan besi digunakan untuk pembentukan Hb, mioglobin dan enzim. Bayi dengan BBLR mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadinya anemia.

4) Masa remaja

Prevalensi anemia pada remaja meningkat disebabkan meningkatnya kebutuhan untuk pertumbuhan dan menstruasi.

b. Asupan dan ketersediaan dalam tubuh yang rendah

Sumber bahan makanan yang tinggi zat besi adalah makanan yang berasal dari hewan seperti daging, ikan dan telur yang sering disebut zat besi heme mempunyai bioavailabilitas tinggi dibanding zat besi dalam bentuk non heme.

Berdasarkan penelitian Raharjo (2003) diketahui bahwa risiko responden dengan asupan zat besi tidak mencukupi sesuai AKG adalah sebesar 7x lebih tinggi menderita anemia dibandingkan dengan responden yang asupan zat besinya sesuai AKG.

c. Infeksi dan parasit

Infeksi dan parasit yang berkonstribusi dalam peningkatan anemia adalah malaria, infeksi HIV dan infeksi cacing. Di daerah tropis, infeksi parasit terutama cacing tambang dapat menyebabkan kehilangan darah yang banyak karena cacing tambang menghisap darah.2. Anemia defisien mikronutrien lain

Anemia defisiensi besi sangat berhubungan dengan defisiensi mikronutrien lain seperti vitamin A, riboflavin, asam folat dan vitamin B 12. Infeksi parasit pada usus dapat menyebabkan malabsorpsi zat gizi.

a. Defisiensi vitamin A

Suplementasi vitamin A pada individu yang defisiensi vitamin A akan meningkatkan kadar Hb kira-kira 10 gr/l. Pada beberapa hasil penelitian penambahan vitamin A akan meningkatkan respon Hb pada suplementasi Fe. Suplementasi per minggu dengan 23.000 IU vitamin A sebagai retinol atau beta karoten akan menurunkan prevalensi anemia sampai 45% pada wanita.

b. Defisiensi riboflavin

Asupan riboflavin dan penyerapan Fe pada umunya rendah jika mengkonsumsi produk hewani seperti susu dalam jumlah terbatas. Defisiensi riboflavin membuat defisiensi besi tambah buruk dengan meningkatnya kehilangan besi, perusakan besi interseluler dan meningkatnya proliferasi crypt cell.

c. Defisiensi asam folat

d. Defisiensi vitamin B12GejalaPada dasarnya gejala anemia timbul karena terjadinya anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan, mekanisme kompensasi oleh darah ke jaringan. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut sebagai sindrom anemia.

1. Gejala Umum Anemia

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang- kunang, serta telinga mendenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku.23

2. Gejala Khas Defisiensi Besi

Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah

Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.

b. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.

c. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.

d. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.

Dampak Anemia Gizi

1. Menurunnya kebugaran tubuh

2. Menurunkan kemampuan rumah

3. Menurunkan kekebalan tubuh

4. Menurunkan / gangguan penyembuhan luka

5. Menurunkan kemampuan pengaturan suhu tubuh

6. Menimbulkan apatis

7. Mudah tersinggung

8. Penurunan konsentrasi dalam belajar

Dampak anemia pada remaja putri

1. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal, mudah terinfeksi

2. Mengakibatkan kebugaran / kesegaran tubuh berkurang

3. Mengakibatkan muka pucat

4. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar sehingga semangat belajar dan prestasi menurun

5. Akibat jangka panjang anemia defisiensi besi ini pada remaja puteri adalah apabila remaja puteri nantinya hamil, maka ia tidak akan mampu memenuhi zat-zat gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya serta pada masa kehamilannya anemia ini dapat meningkatkan frekuensi komplikasi, resiko kematian maternal, angka prematuritas, BBLR, dan angka kematian perinatal (Hayati, 2010). Sehingga untuk mencegah kejadian anemia defisiensi besi, maka remaja puteri perlu dibekali dengan pengetahuan tentang anemia defisiensi besi itu sendiri (Dharmadi, dkk, 2011).

Dampak anemia pada anak-anak

1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar

2. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak

3. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun

Dampak anemia pada wanita

1. Anemia menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit

2. Menurunkan produktivitas kerja

3. Menurunkan kebugaran

Dampak anemia pada bumil

1. Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan

2. Meningkatkan risiko BBLR (Berat Badan Lahir Bayi Rendah) < 2,5kg

3. Pada anemia berat, dapat menyebabkan kematian ibu dan / atau janin

Dampak Keseluruhan pada anemia adalah dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.