Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah ...

4
dbriawan's blog | Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah un Copyright Dodik Briawan [email protected] https://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/pengembangan-model-perbaikan-anemia-gizi-besi-di-sekol ah-untuk-peningkatan-prestasi-akademik-siswa/ Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah untuk peningkatan prestasi akademik siswa Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah untuk peningkatan prestasi akademik siswa Dodik Briawan 1 , Siti Madanijah 1 , Fitrah Ernawati 2 1 Pengajar di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia-IPB dan Peneliti di SEAFAST Center-LPPM IPB, 2 Peneliti di Pusat Penelitian Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan RINGKASAN Remaja wanita termasuk berisiko tinggi terhadap anemia (prevalensi 20-30%). Kelompok yang masih sekolah pada usia ini, jika menderita anemia akan menurunkan kemampuan fisik dan prestasi akademik. Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) kepada anak sekolah yang dilakukan oleh pemerintah berupa pemberian suplementasi zat besi. Namun hasil evaluasi menunjukkan program tersebut tidak selalu berhasil didalam menurunkan prevalensi anemia. Penyebabnya adalah penggunaan jenis suplemen yang tidak tepat dan rendahnya kepatuhan akibat dari minimnya pengetahuan masalah anemia. Penelitian kami sebelumnya tentang suplementasi besi-multivitamin page 1 / 4

Transcript of Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah ...

Page 1: Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah ...

dbriawan's blog | Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah untuk peningkatan prestasi akademik siswaCopyright Dodik Briawan [email protected]://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/pengembangan-model-perbaikan-anemia-gizi-besi-di-sekolah-untuk-peningkatan-prestasi-akademik-siswa/

Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah untuk peningkatan prestasiakademik siswa

Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi

di sekolah  untuk  peningkatan

prestasi akademik siswa

Dodik Briawan1, Siti Madanijah1, Fitrah Ernawati2

1Pengajar di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia-IPB dan Penelitidi SEAFAST Center-LPPM IPB, 2Peneliti di Pusat Penelitian Gizi dan Makanan,Departemen Kesehatan

RINGKASAN

Remaja wanita termasuk berisiko tinggi terhadap anemia (prevalensi 20-30%). Kelompok yang masih sekolah pada usia ini, jika menderita anemia akanmenurunkan kemampuan fisik dan prestasi akademik.   Program Pencegahan danPenanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) kepada anak sekolah yang dilakukanoleh pemerintah berupa pemberian suplementasi zat besi.  Namun hasil evaluasimenunjukkan program tersebut tidak selalu berhasil didalam menurunkanprevalensi anemia.   Penyebabnya adalah penggunaan jenis suplemen yang tidaktepat dan rendahnya kepatuhan akibat dari minimnya pengetahuan masalahanemia.  Penelitian kami sebelumnya tentang suplementasi besi-multivitamin

page 1 / 4

Page 2: Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah ...

dbriawan's blog | Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah untuk peningkatan prestasi akademik siswaCopyright Dodik Briawan [email protected]://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/pengembangan-model-perbaikan-anemia-gizi-besi-di-sekolah-untuk-peningkatan-prestasi-akademik-siswa/

terbukti dapat memperbaiki proses eritropoiesis dan pengaturan deposit zat besi,yang akhirnya dapat memperbaiki status besi (anemia).   Studi lainnya tentangprogram perbaikan gizi yang disertai pendidikan gizi pada anak sekolah (PMT-AS)dapat memperbaiki pengetahuan, sikap dan praktek konsumsi pangan.  Olehkarena itu untuk meningkatkan efektifitas program pemerintah (PPAGB) perludilakukan pengembangan model suplementasi dan pendidikan gizi.  Penelitian inibertujuan untuk mengembangkan model penanggulangan anemia denganmembandingkan efektifitas dua alternatif perlakuan, yaitu: 1) kombinasisuplementasi besi-multivitamin dan pendidikan gizi, 2) suplementasibesi-multivitamin.

Desain penelitian pre/post-test, comparison of two groups intervention study di SMAKabupaten Bogor.   Penilaian keberhasilan intervensi menggunakan indikatorprevalensi anemia (Hb) dan defisiensi simpanan besi (SF), perubahan perilakumakan (pengetahuan, sikap, praktek) serta nilai akademik. Penelitian dilakukan didua SMA di Kabupaten Bogor, yaitu SMA N 1 Cibungbulang dan SMA N 1 Ciampea.

Umur siswi pada penelitian ini berkisar antara 11-18 tahun. Sebagian besar siswipada penelitian ini berumur 16 tahun baik di SMAN 1 Cibungbulang (42.5%)maupun di SMAN 1 Ciampea (37.5 %). Sebagian besar siswi baik di SMAN 1Ciampea maupun SMAN 1 Cibungbulang memiliki ayah dengan pendidikan terakhirSMA/sederajat (32.5%) dan ibu dengan pendidikan terakhir  SD (39.4%). Pekerjaanayah siswi sebagian besar (48.8%) adalah wiraswasta dan pekerjaan ibu sebagaiibu rumah tangga (85.0%). Sebagian besar siswi (79.4%) di kedua SMA memilikijumlah keluarga pada kisaran 5-6 orang. Uang saku siswi terbanyak berada padakisaran 6.000-17.000 rupiah per hari (80.6%).

Sebagian besar siswi usia menarche pada usia 12 tahun (30.0%) dan 13 tahun(36.6%). Rata-rata usia menstruasi pertama pada kedua SMA adalah 12,9 ± 1,0tahun. Sebagian besar sampel menyatakan mempunyai siklus menstruasi yangteratur. Siklus menstruasi siswi SMA di kedua SMA relatif sama, yaitu sebagianbesar (56.3%) selama 26-30 hari. Rata-rata siklus menstruasi adalah 27.5 ± 5,1hari.   Lama menstruasi siswi pada kedua SMA relatif sama, yaitu rata-rata 6.7 ± 1,5hari. Sebanyak 29.4% siswi mengalami menstruasi kurang dari 7 (tujuh) hari, dansebanyak 61.9% siswi antara 7-14 hari. Selama menstruasi tersebut kebanyakansiswi tidak biasa mengkonsumsi suplemen, yaitu 87.5% di SMA N 1 Cibungbulangdan 90.0% di SMAN 1 Ciampea.

page 2 / 4

Page 3: Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah ...

dbriawan's blog | Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah untuk peningkatan prestasi akademik siswaCopyright Dodik Briawan [email protected]://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/pengembangan-model-perbaikan-anemia-gizi-besi-di-sekolah-untuk-peningkatan-prestasi-akademik-siswa/

Data baseline menunjukkan kondisi kesehatan siswi di kedua SMA pada kebanyakansiswi menyatakan mengalami sakit maag 46.9%. Sedangkan selebihnya siswimenderita flu 28.8%, diare 3.1%, dan radang 11.9%. Diantara ciri tersebut yangdinyatakan oleh kebanyakan siswi adalah 57.5% lemas dan 67.5% lelah. Selebihnyasiswi merasa lesu 38.1%, berkunang-kunang 28,8%, dan sering pingsan 4.4%.Distribusi keluhan tersebut relatif sama antara kedua SMA.

Status gizi anthropometri (IMT/U) pada sebagian besar siswi SMA berada padakondisi normal.  Namun demikian masih dijumpai sebanyak 6,3% di SMAN1Cibungbulang dan 3.8% di SMAN1 Ciampea mengalami gizi kurang.  Rata-rata nilaiIMT/U untuk SMAN1 Cibungbulang -0,5 ± 0.9  dan SMAN1 Ciampea -0,7 ± 0.9.

Rata-rata kadar Hemoglobin (Hb) sebelum intervensi untuk siswi SMAN 1Cibungbulang sedikit lebih tinggi dibandingkan siswi SMAN 1 Ciampea yaituberturut-turut 12.6 ± 1.3 g/dl dan 12.2 ± 1.6 g/dl, namun perbedaan ini dengan ujistatistik tidak berbeda bermakna (p>0.05). Sementara itu rata-rata kadar ferritinsiswi SMAN 1 Cibungbulang sedikit lebih rendah dibandingkan siswi Ciampea 1,yaitu berturut-turut yaitu 24.5 ± 24.9 ug/l dan 32.9 ± 36.5 ug/l, namun perbedaanini tidak bermakna (p>0.05). Secara keseluruhan rata-rata kadar Hb siswi SMAadalah 12.4 g/dl dan kadar ferritin 28.7 ug/L.

Sebelum intervensi, prevalensi anemia siswi SMA Cibungbulang 1 sedikit lebihrendah dibandingkan siswi SMA Ciampea 1,  yaitu berturut-turut 34.5% dan 36.7%.Prevalensi deplesi simpanan besi  (serum ferritin < 15 ug/l) pada siswi SMA 1Cibungbulan sedikit lebih tinggi dibandingkan siswi  Ciampea 1, yaitu berturut-turut48.0% dan 43.0%.  Perbedaan prevalensi anemia dan deplesi simpanan besitersebut secara statistik  tidak berbedaan antara kedua SMA (p>0.05). Secarakeseluruhan prevalensi anemia siswi pada kedua SMA adalah 36.0%, dan prevalensideplesi besi 46.0%.

Data dasar pada penelitian ini menunjukkan, pada kedua SMA tidak terdapat siswiyang memiliki pengetahuan gizi dengan kategori baik. Namun pengetahuan gizisiswi di SMAN 1 Ciampea lebih tinggi dibanding SMAN 1 Cibungbulang, yangditunjukkan dengan proporsi siswi dengan kategori sedang yang lebih tinggi diSMAN 1 Ciampea dibandingkan SMAN 1 Cibungbulang (56.3% dibanding 45.0%).Demikian pula untuk peubah sikap, siswi di SMA Ciampea mempunyai sikap yangrelatif lebih positif dibanding SMA Cibungbulang. Namun demikian terlihat masihbesarnya proporsi siswa dengan kategori sikap yang negatif (60.0%).

page 3 / 4

Page 4: Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah ...

dbriawan&#039;s blog | Pengembangan model perbaikan anemia gizi besi di sekolah untuk peningkatan prestasi akademik siswaCopyright Dodik Briawan [email protected]://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/pengembangan-model-perbaikan-anemia-gizi-besi-di-sekolah-untuk-peningkatan-prestasi-akademik-siswa/

Pengetahuan dan sikap siswi terhadap aspek gizi, anemia dan kesehatan di keduasekolah secara umum masih rendah.  Sehingga diantaranya berdampak terhadaptingginya prevalensi anemia maupun deplesi besi dalam tubuh yang cukup tinggi.  Untuk itu disarankan kepada sekolah untuk melakukan edukasi secaraberkelanjutan, daiantaranya melalui UKS atau kegiatan lainnya (kurikuler/ekstrakurikuler).   Dengan prevalensi anemia dan deplesi besi yang cukup tinggi tersebut,masih diperlukan suplementasi zat besi-multivitamin.  Program tersebut dapatdilakukan bekerjasama dengan Puskemas atau Dinas Kesehatan.   Sistem distribusisuplemen tersebut dapat dilakukan melalui sekolah atau mandiri oleh masyarakat(orangtua murid).

page 4 / 4