Anemia

download Anemia

of 17

Transcript of Anemia

Rania Merriane Devina1102012224

LI 1 Memahami dan Menjelaskan EritrositLO 1.1 Struktur EritrositEritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang terdapat dalam darah, fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan (Guyton, 1995). Eritrosit merupakan suatu sel yang kompleks, membrannya terdiri dari lipid dan protein, sedangkan bagian dalam sel merupakan mekanisme yang mempertahankan sel selama 120 hari masa hidupnya serta menjaga fungsi hemoglobin selama masa hidup sel tersebut (Williams, 2007). Eritrosit berbentu bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 m, dan tebal 2 m namun dapat berubah bentuk sesuai diameter kapiler yang akan dilaluinya, selain itu setiap eritrosit mengandung kurang lebih 29 pg hemoglobin, maka pada pria dewasa dengan jumlah eritrosit normal sekitar 5,4jt/ l didapati kadar hemoglobin sekitar 15,6 mg/dl (Ganong, 1999)

Karakter a. bentuk bulat bikonkaf dengan lekukan padabagian tengah (diameter 7,5 mikrometer), tidak memiliki nukleus. b. membran sel dengan permeabilitas tinggi, elastis dan fleksibel sehingga dapat menembus kapiler c. setiap sel eritrosit mengandung 300 juta molekulhemoglobinyang berfungsi ; - mengikat oksigen membentukoksihemoglobin yang berwarna merah terang - jika oksigen dilepas menjadideoksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi yang berwarna merah gelap atau merah kebiruan. - hemoglobin berikatan dengan karbondioksida membentuk karbominoglobin. Hemoglobin digunakan sekitar 20% untuk pengangkutan CO2,80% untuk CO2, terlarut dalam plasma dalambentukion bikarbonat.

LO 1.2 Siklus Eritrosit

Pembentukan Eritrosit

Pembentukan sel darah merah (eritropoesis) berasal dari sel induk yang disebut proeritroblas/ hemositoblas yang awalnya berasal dari sel retikulum disumsum tulang belakang.

Hemositoblas akan membentuk basofil eritroblas (mulai terbentuk hemoglobin), lalu menjadi polikromatofil eritroblas (nukleus mulai mengecil), selanjutnya berkembang menjadi normoblas (kadar hemoglobin bertambah sehingga nukleus menghilang dengan cara autolisis dan absorbsi) kemudian terbentuk retikulosit (eritrosit muda).

Perombakan Eritrosit Oleh Hati

Sel sel hati yang bertugas merombak eritrosit disebut sel histiosit. Penghancuran sel darah merah dilakukan dengan jalan hemolisa dan fragmentasi. Melalui sel histiosit, hemoglobin akan diuraikan menjadi senyawa hemin, zat besi (Fe), dan globin.

Dalam hati, senyawa hemin diubah menjadi zat warna (bilirubin dan biliverdin) lalu dikirim ke usus dan setelah melalui proses tertentu dibuang ke luar tubuh bersama feses

Dalam usus, zat warna empedu(berwarna hijau biru) dioksidasi menjadi urobilin (berwarna kuning coklat) yang berfungsi memberi warna pada feses dan urine.

Sementara itu, zat besi tertahan dan disimpan dalam hati atau dikembalikan ke sumsum tulang sedangkan globin digunakan lagi untuk pembentukan eritrosit baru dan metabolisme protein.

Sumber : http://www.fmhs.uaeu.ac.ae

LO 1.3 Fungsi Eritrosit1. Sel darah merah berfungsi mengedarkan O2 ke seluruh tubuh. Sel darah merah akan mengikat oksigen dari paruparu untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paruparu. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru.2. Berfungsi dalam penentuan golongan darah.3. Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta membunuhnya.4. Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya darah menuju ke daerah tubuh yang kekurangan oksigen.

Kelainan bentuk eritrositNormosit :

oUkuran 6-8moBentuk BikonkafoWarna merah jambuoNormal 4,0-5,5/4,5-6,0 juta/mm3oUmur 120 hari

Retikulosit

oUkuran 8-12 moInti tidak adaoBergranula halus sisa RNAoPewarnaan Vital Staining (BCB)oN = 0,5-1,5 per 1000 eritrosit

Mikrosit

oDiameter 6 moNormal 10%oBiasanya pada Anemi Def Fe

Makrosit

oDiameter 9-12 moNormal 10%oBiasanya pada Anemi Def Vit12/ Def asam folat Basofilik Stipling

oEritrosit dengan granula biru-hitam granula ini dari kondensasi atau presipitasi RNA ribosom akibat dari defective hemoglobin syntesis

Hipokrom

oEritrosit pucat di tengah > 1/3nyaoNormal 10%oKurangnya HboPada anemi def Fe

Eliptosit

oEritrosit berbentuk oval (ovalosyt) atau lonjong (pensil cell/sel cerutu)oOsmotic fragility meningkatoDistribusi cholesterol dalam membrane akumulasioCholesterol dipinggir Lakrimasit

oEritrosit berbentuk tetesan airoNama lain Tear Drop cell Target Cell

oEritrosit yang gelap di tengahoNama lain Target Cell (seperti sasaran)oNormal 2%oAkibat cytoplasmic aturationoDefects and liver disease

Acantocyt

oEritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang runcingoTonjolan tidak teraturoAkibat defisiensilow-dencity betha Lipoprotein

Burr Cell

oEritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang tumpul teraturoAkibat dari passage through fibrin network

Crenated Cell

oEritrosit dengan sitoplasma mengkerutoTerjadi karena hipertronik larutan pada saat pengeringan apusan

Scistocyt

oEritrosit dengan bentuk tak teraturoAkibat proses fragmentasioDikeluarkan ke dalam sirkulasi oleh RE sistem

Stomatocyt

oEritrosit pucat memanjang di tengahoNormal, 5%oAkibat meningkatnya Sodium dalam sel dan menurunnya Potasium

Sferosit

oEritrosit tanpa pucat di tengahoBentuk lebih kecil, tebaloAkibat dari developmental defect Cabot Ring

oEritrosit mengandung cincin CabotoPe yebab kegagalan eritopoiesisoTerbentuk dari kumparan mitosisoArtefak akibat kerusakan protein

Howell Jolly

oEritrosit yang mengandung fragmen kromatin akibat pembelahan / mitosis abnormal pada tahap orthochromic yang gagal membentuk inti

Leptosyt

oEritrosit dengan pucat di tengah besaroDiameter besar tapi volume sama

Papenheimer

oEritrosit dengan granula besi (ferritin agregate)oDisebut juga SiderositoDitemukan pada anemi hemolitik, infeksi, Splenectomy

Sickle Cell

oEritrosit yang memanjang dan melengkung dengan 2 katup uncingoNama lain : DrepanocytoEritrosit yang mengalami perubahan bizarre muncul pada keadaan kurang oksigen di udara

LI 2 Memahami dan Menjelaskan HemoglobinLO 2.1 Struktur HemoglobinHemoglobin merupakan protein yang berperan paling besar dalam transpor oksigen ke jaringan dan karbondioksida ke paru-paru. Hemoglobin merupakan protein heme sama seperti myoglobin, myoglobin yang bersifat monomerik (mengandung satu subunit) banyak ditemukan di otot, sedangkan hemoglobin yang ditemukan di darah memiliki empat subunit polipeptida maka disebut tetramerik (Harper, 2003). Masing-masing subunit dari hemoglobin mengandung satu bagian heme dan suatu polipeptida yang secara kolektif disebut globin, terdapat dua pasang polipeptida dalam setiap molekul hemoglobin dimana 2 dari subunit tersebut mengandung satu jenis polipeptida dan 2 lainnya mengandung poipeptida jenis lain. Pada orang dewasa normal 2 subunit mengandung polipeptida rantai sedangkan subunit lainnya mengandung polipeptida , sehingga hemoglobin jenis ini disebut hemoglobin A dengan kode 22. Namun pada darah orang dewasa ditemukan sekitar 2,5% hemoglobin dengan polipeptida rantai yang disubtitusikan polipeptida rantai (Ganong, 1999).

Heme yang terkandung dalam hemoglobin merupakan tertrapirol siklik dengan empat molekul pirol yang terhubung oleh jembatan -metilen. Stuktur ikatan ganda pada heme menyerap spektrum warna tertentu dan memberi warna merah gelap khas pada hemoglobin maupun myoglobin (Harper, 2003).

Tiap hemoglobin dapat mengikat empat molekul O2, satu molekul untuk tiap subunit/hemenya. Pada proses pengikatan oksigen ini terjadi fenomena yang disebut cooperative binding, yaitu molekul oksigen dalam satu struktur tetramer hemoglobin akan mudah berikatan bila sudah ada molekul oksigen yang telah berikatan. Fenomena ini memungkinkan pengikatan oksigen dari paru-paru dan pelepasan oksigen yang maksimal ke jaringan (Harper, 2003). Selain mengangkut oksigen ke jaringan, hemoglobin juga berperan dalam mengangkut CO2 yang merupakan hasil sampingan respirasi dan proton (H+) dari jaringan perifer. Namun afinitas ikatan CO2 lebih tinggi daripada O2, sehingga tingginya kadar CO2dapat menurunkan kemampuan transpor oksigen dari hemoglobin (Ganong, 1999)

Hemoglobin yang telah mengalami deoksigenasi akan mengikat satu proton untuk dua molekul oksigen yang dilepas, reaksi ini menambah sifat buffer darah. Penurunan pH ini ditambah reaksi karbamasi menjaga keseimbangan pH darah dan membantu pelepasan oksigen (Harper, 2003)

LO 2.2 Pembentukan Hemoglobin

Heme disintesis dalam serangkaian langkah-langkah yang melibatkan kompleks enzim dalam mitokondria dan dalam sitosol sel. Langkah pertama dalam sintesis heme terjadi di mitokondria, dengan larutan CoA suksinil dan glisin oleh ALA sintase untuk membentuk asam 5-aminolevulic (ALA). Molekul ini diangkut ke sitosol di mana rangkaian reaksi menghasilkan struktur cincin yang disebut coproporphyrinogen III. Hal ini kembali ke mitokondria di mana reaksinya menghasilkan protoporhyrin IX. kemudian enzim ferrochelatase dan besi masuk ke dalam struktur cincin protoporfirin IX untuk memproduksi heme. Kemudian asam amino yg terdapat pada sitosol akan masuk ke ribosom untuk membentuk rantai Alfa & Beta. Rantai Alfa & Beta akan bergabung menjadi globin Alfa 2 & Beta 2. Penggabungan heme dan Globin Alfa 2 dan Beta 2 ini akan membentuk hemoglobin.

LO 2.3 Fungsi HemoglobinFungsi hemoglobin yang paling utama adalah mengikat oksigen. Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen: menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).

Menurut Depkes RI adapun fungsi hemoglobin antara lain:1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan- jaringan tubuh.2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan- jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar. 3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia.

LI 3 Memahami dan Menjelaskan AnemiaLO 3.1 Definisi AnemiaAnemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

Anemia didefinisikan oleh tingkat hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) merupakan protein dalam sel darah merah, yang mengantar oksigen dari paru-paru ke bagian tubuh yang lain. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41% pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita. Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.

LO 3.2 KlasifikasiAnemia atau kekurangan darah dapat terjadi karena gangguan pembentukan sel darah merah itu sendiri. Sel darah merah dibentuk di sumsum tulang. Penyebab gangguan pembentukannya antara lain:

a. Kekurangan bahan pembentuk. Salah satu komponen pembentuk sel darah merah adalah besi, asam folat, dan vitamin B12. Jadi orang yang kekurangan besi, kekurangan asam folat, kekurangan vitamin B12 akan menjadi anemia.

b. Gangguan penggunaan besi. Dalam suatu kondisi kita dapat menemukan seseorang dengan kadar besi yang cukup dalma tubuh, namun tetap mengalami anemia. Kenapa hal ini bisa terjadi? hal ini mungkin disebabkan akibat gangguan dari pengaturan besi dalam tubuh karena penyakit kronik seperti TBC, dll.

c. Kerusakan sumsum tulang. Penyebab lain anemia adalah kerusakan dari pabrik pembentuk sel darah merah. Oleh karena sel darah merah dibentuk di sumsum tulang, sehingga semua penyakit sumsum tulang seperti infeksi dan tumor sumsum tulang akan berakibat anemia. tak hanya itu sel darah lainnya seperti sel darah utih dan keping darah pun akan turun jumlahnya. Contoh penyakit kerusakan sumsum tulang antara lain: Anemia aplastik, Anemia mieloplastik, Anemia keganasan hematologi, Anemia diseritropoetik, Anemia sindrom mielodisplastik

d. Anemia akibat kekurangan eritropoetin. Eritropoetin adalah suatu zat yang berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah, sehingga kekurangannya akan menyebabkan anemia.

e. Anemia Hemoragik. Anemia ini disebabkan karena perdarahan yang terus menerus. bayangkan saja kalau darah ita dibuang 500 cc dalam sekejap, tentu sel darah merah juga akan berkurang seiring dengan pengeluaran darah yang hebat,

f. Anemia hemolitik. Anemia jenis ini merupakan anemia yang disebabkan pecahnya sel darah merah sebelum waktunya. Biasanya terjadi kelainan gen yang mengakibatkan kelainan struktur sel darah merah. kelainan struktur ini membuat sle darah merah mudah untuk lisi atau pecah, sehingga terjadi kekurangan jumlah sel darah merah dalam tubuh.

Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi atau bentuk sel darah merah

A. Anemia hipokromik mikrositer (MCH < 80fl). Anemia ini adalah jenis anemia dimana seseorang memiliki jumlah sel darah merah yang mungkin cukup, namun bentuknya kecil. Karena kecil, sel darah merah ini tidak mampu mengikat oksigen dengan baik, sehingga terjadilah anemia. Eritrosit yang kecil ini dapat disbebakan karena kekurangan nutrisi pembentuk (sama seperti orang yg kurang nutrisi akan tumbuh kurus dan kecil, beda dgn yang cukup nutrisi). Bentuk sel darah merah yang kecil ini dapat kita jumpai pada anemia jenis anemia defisiensi besi,Thalasemia major,Anemia akibat penyakit kronik,Anemia sideroblastik.

B. Anemia normokromik normositer (MCH 80-95fl). Pada anemia ini, ukuran sel darah merahnya normal hanya jumlahnya yang tidak cukup. anemia jenis ini dapat ditemukan padaAnemia hemoragi,Anemia aplastik ,Anemia hemolitik didapat,Anemia akibat penyakit kronik,Anemia sindrom mielodisplastik ,Anemia pada keganasa hematologik

C. Anemia Makrositer. Pada anemia jenis ini ukuran se darah merahnya lebih besar dari normal, tapi bukan berarti kapasitas oksigennya lebih baik

Klasifikasi Anemia berdasarkan etiologi1. Anemia Defisiensi BesiKebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 g, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Umumnya akan terjadi anemia dimorfik, karena selain kekurangan Fe juga terdapat kekurangan asam folat.Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia. Penyebab lain dari anemia defisiensi adalah : Diet yang tidak mencukupi. Absorbsi yang menurun. Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah. Hemoglobinuria. Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.

2. Anemia PernisiosaKekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh factor intrinsic dan factor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 akibat factor intrinsic terjadi karena gangguan absorpsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun, sehingga pada pasien mungkin dijumpai penyakit-penyakit autoimun lainnya. Kekurangan vitamin B12 karena factor intrinsic ini tidak dijumpai di Indonesia. Yang lebih sering dijumpai di Indonesia adalah penyebab intrinsic karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat. Didapatkan adanya anoreksia, diare, lidah yang licin, dan pucat. Terjadi gangguan neurologis, seperti gangguan keseimbangan.

3. Anemia Defisiensi Asam FolatAsam folat terutama terdapat dalam daging, susu, dan daun-daun yang hijau. Umumnya berhubungan dengan malnutrisi. Penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Juga berhubungan dengan sirosis hepatis, akrena terdapat penurunan cadangan asam folat. Dapat ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat. Selain itu juga perubahan megaloblastik pada mukosa ( anemia megaloblastik ).

4. Anemia pada Penyakit KronikAnemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis. Anemia pada penyakit kronik merupakan jenis anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi ginjal, paru.

5. Anemia AplastikTerjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Penyebabnya bisa karena kemoterapi, radioterapi, toksin, seperti benzen, toluen, insektisida, obat-obat seperti kloramfenikol, sulfonamide, analgesik ( pirazolon ), antiepileptik ( hidantoin ), dan sulfonilurea. Pasien tampak pucat, lemah, mungkin timbul demam dan perdarahan.

6. Anemia HemolitikPada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ), baik sementara atau terus-menerus. Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek, atau bila kemampuannya terganggu oleh sebab lain. Tanda-tanda hemolisis antara lain ikterus dan splenomegali.

LI 4 Memahami dan Menjelaskan Anemia Defisiensi BesiLO 4.1 DefinisiAnemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukan ukuran eritrosit sedangkan kromik menunjukan warnanya (kandungan Hb). Pada klasifikasi berdasarkan morfologi dibagi dalam tiga klasifikasi besar:Anemia normositik normokrom, dimana ukuran dan bentuk eritrosit normal serta mengandung Hemoglobin dalam jumlah normal (MCV dan MCHC normal atau normal rendah), contohnya pada kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal.

Anemia makrosistik normokrom, makrositik berarti ukuran eritrosit lebih besar dari normal dan normokrom berarti konsentrasi Hb normal (MCV meningkat; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi besi dan/atau asam folat.

Anemia mikrositik hipokrom, mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung jumlah Hb kurang (MCV dan MCHC kurang), seperti pada anemia defisensi besi, keadaan sideroblastik, kehilangan darah kronik, dan pada talesemia.Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi (Fe) yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Defisiensi besi merupakan penyebab terbanyak dari anemia di seluruh dunia. Diperkirakan 30 % dari populasi dunia mengalami anemia akibat defisiensi besi.Zat besi selain dibutuhkan untuk pembentukan Hb yang berperan dalam penyimpanan dan pengangkutan oksigen, juga terdapat dalam beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sintesa DNA, neurotransmiter dan proses katabolisme yang bekerjanya membutuhkan ion besi.

Anemia ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Banyaknya Fe yang diabsorpsi dari makanan kira-kira 10 % setiap hari sehingga untuk nutrisi optimal diperlukan diet yang mengandung Fe sebanyak 8-10 mg Fe perhari. Fe yang berasal dari ASI diabsorpsi secara lebih efisien daripada yang berasal dari susu sapi. Sedikitnya macam makanan yang kaya Fe yang dicerna selama tahun pertama kehidupan menyebabkan sulitnya memenuhi jumlah yang diharapkan, maka dari itu diet bayi harus mengandung makanan yang diperkaya Fe sejak usia 6 bulan.

ZAT BESI (Fe)Zat besi terdapat pada seluruh sel tubuh kira-kira 40-50 mg/kilogram berat badan. Hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat dalam bentuk organik, yaitu sebagai ikatan non ion dan lebih lemah dalam bentuk anorganik, yaitu sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi. Kira-kira 70 % dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial, dan 30 % merupakan Fe yang nonesensial.

Fe esensial ini terdapat pada : Hemoglobin 66 % Mioglobin 3 % Enzim tertentu yang berfungsi dalam transfer elektron misalnya sitokrom oksidase, suksinil dehidrogenase dan xantin oksidase sebanyak 0,5% Pada transferin 0,1 %.

Besi nonesensial terdapat sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan hemosiderin sebanyak 25 %, dan pada parenkim jaringan kira-kira 5 %. Makanan sumber zat besi yang paling baik berupa heme-iron adalah hati, jantung dan kuning telur. Jumlahnya lebih sedikit terdapat pada daging, ayam dan ikan. Sedangkan nonheme-iron banyak terdapat pada kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan dan sereal. Susu dan produk susu mengandung zat besi sangat rendah. Heme-iron menyumbang hanya 1-2 mg zat besi per hari pada diet orang Amerika. Sedangkan nonheme-iron merupakan sumber utama zat besi.

Kebutuhan Zat BesiJumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Umur, jenis kelamin dan volume darah dalam tubuh (Hb) dapat mempengaruhi kebutuhan, walaupun keadaan depot Fe memegang peranan yang penting pula. Kebutuhan zat besi bagi bayi dan anak-anak relatif lebih tinggi disebabkan oleh pertumbuhannya. Bayi dilahirkan dengan 0,5 gram besi, sedang dewasa kira-kira 5 gram, untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 gram besi harus diabsorbsi tiap hari selama 15 tahun pertama kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel. Karena itu untuk mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus diabsorbsi.

Metabolisme Zat BesiPenyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama di duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke distal penyerapan akan semakin berkurang. Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yaitu :Penyerapan dalam bentuk non heme ( + 90 % berasal dari makanan).Zat besi dalam makanan biasanya dalam bentuk senyawa besi non heme berupa kompleks senyawa besi inorganik (ferri/ Fe3+) yang oleh HCl lambung, asam amino dan vitamin C mengalami reduksi menjadi ferro (Fe2+ ). Bentuk fero diabsorpsi oleh sel mukosa usus dan di dalam sel usus, fero mengalami oksidasi menjadi feri yang selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Bentuk ini akan dilepaskan ke peredaran darah setelah mengalami reduksi menjadi fero dan di dalam plasma ion fero direoksidasi menjadi feri yang akan berikatan dengan 1 globulin membentuk transferin. Transferin berfungsi mengangkut besi untuk didistribusikan ke hepar, limpa, sumsum tulang serta jaringan lain untuk disimpan sebagai cadangan besi tubuh.

Di sumsum tulang sebagian besi dilepaskan ke dalam retikulosit yang akan bersenyawa dengan porfirin membentuk heme. Persenyawaan globulin dengan heme membentuk hemoglobin. Setelah eritrosit hancur, Hb akan mengalami degradasi menjadi biliverdin dan besi. Besi akan masuk ke dalam plasma dan mengikuti siklus seperti di atas.Penyerapan dalam bentuk heme ( + 10 % dari makanan)

Besi heme di dalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh HCl lambung dan enzim proteosa. Besi heme teroksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke sel mukosa usus secara utuh, lalu dipecah oleh enzim hemeoksigenasi menjadi ion feri dan porfirin.

Proses absorbsi besi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Heme-iron akan lebih mudah diserap dibandingkan nonheme-iron Ferro lebih mudah diserap daripada ferri Asam lambung akan membantu penyerapan besi Absorbsi besi dihambat kompleks phytate dan fosfat Bayi dan anak-anak mengabsorbsi besi lebih tinggi dari orang dewasa karena proses pertumbuhan Absorbsi akan diperbesar oleh protein Asam askorbat dan asam organik tertentu Jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan cara mengubah kecepatan absorbsinya. Bila tubuh jenuh dengan besi sehingga seluruh apoferitin dalam tempat cadangan besi sudah terikat dengan besi, maka kecepatan absorbsi besi dari traktus intestinal akan menjadi sangat menurun. Sebaliknya bila tempat penyimpanan besi itu kehabisan besi, maka kecepatan absorbsinya akan sangat dipercepat.

Di dalam tubuh, cadangan besi ada dua bentuk, yang pertama feritin yang ebrsifat mudah larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hati. Bentuk kedua adalah hemosiderin yang tidak mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibanding feritin. Hemosiderin terutama ditemukan dalam sel Kupfer hati dan makrofag di limpa dan sumsum tulang. Cadangan besi ini akan berfungsi untuk mempertahankan homeostasis besi dalam tubuh.

LO 4.2 EtiologiTerjadinya anemia defisiensi besi dangat ditentukan oleh kemampuan absorpsi besi, diit yang mengandung besi, kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang.Kebutuhan besi dapat disebabkan : Kebutuhan yang meningkat fisiologis Pertumbuhan Pada umur 1 tahun pertama dan masa remaja, kebutuhan besi akan meningkat sehingga pada periode ini insiden anemia defisiensi Fe meningkat. MenstruasiPenyebab tersering pada anak perempuan adalah kehilangan darah lewat menstruasi. Masukan besi dari makanan yang tidak adekuatBayi cukup bulan memerlukan + 200 mg besi dalam 1 tahun pertama untuk pertumbuhannya. Bayi yang mendapat ASI jarang menderita anemia karena 40 % besi dalam ASI diabsorpsi oleh bayi. Malabsorpsi besiKeadaan ini dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa ususnya mengalami perubahan secara histologis dan fungsional. PerdarahanKehilangan darah akibat perdarahan merupakan penyebab penting terjadinya anemia defisiensi Fe. Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg. Perdarahan dapat karena ulkus peptikum, infeksi cacing, obat-obatan (kortikosteroid, AINS, indometasin). KehamilanPada kehamilan, kehilangan besi kebanyakan disebabkan oleh kebutuhan besi oleh fetus untuk eritropoiesis, kehilangan darah saat persalinan, dan saat laktasi. Transfusi feto-maternalKebocoran darah yang kronis ke dalam sirkulasi ibu akan menyebabkan anemia pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonatus. HemoglobinuriKeadaan ini biasa dijumpai pada anak yang memakai katup jantung buatan. Pada Paroxismal Nocturnal Hemoglobinuria kehilangan besi melalui urin 1,8-7,8 mg/hari. Iatrogenic blood lossTerjadi pada anak yang sering diambil darah venanya untuk pemeriksaan laboratorium. Idiopathic pulmonary hemosiderosisPenyakit ini jarang terjadi, pada keadaan ini kadar Hb dapat turun drastis hingga 1,5-3 g/dl dalam 24 jam. Latihan yang berlebihanPada orang yang berolahraga berat kadar feritin serumnya akan kurang dari 10 ug/dl.

LO 4.3 PatofisiologiAnemia defisiensi Fe merupakan hasil akhir keseimbangan negatif Fe yang berlangsung lama. Bila keseimbangan besi ini menetap akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang. Terdapat 3 tahap defisiensi besi, yaitu : Iron depletionDitandai dengan cadangan besi menurun atau tidak ada tetapi kadar Fe serum dan Hb masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme. Iron deficient erythropoietin/iron limited erythropoiesisPada keadaan ini didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis. Pada pemeriksaan laboratorium didapat kadar Fe serum dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC dan FEP meningkat. Iron deficiency anemiaKeadaan ini merupakan stadium lanjut dari defisiensi Fe. Keadaan ini ditandai dengan cadangan besi yang menurun atau tidak ada, kadar Fe serum rendah, saturasi transferin rendah, dan kadar Hb atau Ht yang rendah

LO 4.4 Manifestasi KlinisGejala klinis anemia sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh penderita dan keluarga, yang ringan diagnosa ditegakkan hanya dari laboratorium. Gejala yang umum adalah pucat. Pada Anemia defisiensi besi dengan kadar 6-10 g/dl terjadi kompensasi kompensasi yang efektif sehingga gejalanya hanya ringan. Gejala lain yang terjadi adalah kelainan non hematologi akibat kekurangan besi seperti: Perubahan epitel yang menimbulkan gejala koilonikia (spoon-shaped nail), atrofi papila lidah, perubahan mukosa lambung dan usus halus. Penurunan aktivitas kerja. Termogenesis yang abnormal ditandai dengan ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh normal saat udara dingin. Daya tahan tubuh menurun karena fungsi leukosit yang abnormal.

LO 4.5 PemeriksaanPada penderita anemia defisiensi Fe dapat ditemukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :1. Apus darah tepiGambaran morfologi darah tepi akan ditemukan keadaan hipokrom, mikrositer, anisositosis, poikilositosis2. Leukosit : jumlahnya normal, pada anemia defisiensi Fe yang kronis dapat ditemukan granulositopenia ringan3. Trombosit : meningkat 2 - 4 kali dari nilai normal4. Apus sumsum tulang : hiperplasia sistem eritropoietik dan berkurangnya hemosiderin. 5. MCV, MCH, MCHC menurun6. Kadar Fe serum 7. TIBC meningkat ( > 410 ug/dl)8. Free Erythrocyte Protoporphyrin (FEP) > 100 ug/dl eritrosit9. Kadar feritin 10. Saturasi transferin

LO 4.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan suatu anemia defisiensi Fe :1. Menurut WHO Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata Kadar Fe serum Saturasi transferin , 15 % (N : 20-50 %)

2. Menurut Cook dan Monsen Anemia hipokrom mikrositer Saturasi transferin Nilai FEP > 100 ug/dl eritrosit Kadar feritin serum Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 dari 3 kriteria harus dipenuhi.

3. Menurut Lankowsky Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositer yang dikonfirmasi dengan kadar MCV, MCH, dan MCHC yang menurun FEP meningkat Feritin serum menurun Fe serum menurun, TIBC meningkat, ST Respon terhadap pemberian preparat besio Retikulositosis mencapai puncak pada hari ke 5-10 setelah pemberian besi.o Kadar Hb meningkat 0,25-0,4 g/dl atau PCV meningkat 1 %/hari Sumsum tulango Tertundanya maturasi sitoplasmao Pada pewaranaan tidak ditemukan besi

Diagnosis BandingAnemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya, seperti :1. Thalasemia (khususnya thallasemia minor) :Hb A2 meningkatFeritin serum dan timbunan Fe tidak turun.2. Anemia kaena infeksi menahun :Biasanya anemia normokromik normositik. Kadang-kadang terjadi anemia hipokromik mikrositik.Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun.3. Keracunan timah hitam (Pb) :Terdapat gejala lain keracunan Pb.Terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang.-

LO 4.7 PenatalaksanaanPrinsip penatalaksanaan anemia defisiensi besi adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta memberi terapi penggantian dengan preparat besi. Pemberian preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral.

1. Terapi OralSenyawa zat besi yang sederhana dan diberikan peroral adalah ferous glukonat, fumarat, dan suksinat dengan dosis harian 4-6 mg/kg/hari besi elemental diberikan dalam 2-3 dosis. Penyerapan akan lebih baik jika lambung kosong, tetapi ini akan menimbulkan efek samping pada saluran cerna. Efek samping yang dapat terjadi adalah iritasi gastrointestinal, yang dapat menyebabkan rasa terbakar, nausea dan diare. Oleh karena itu pemberian besi bisa saat makan atau segera setelah makan, meskipun akan mengurangi absorbsi obat sekitar 40-50%. Preparat besi harus terus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi.2. Terapi parentalPemberian besi secara IM menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Kemampuan untuk meningkatkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral.Indikasi parenteral: Tidak dapat mentoleransi Fe oral Kehilangan Fe (darah) yang cepat sehingga tidak dapat dikompensasi dengan Fe oral. Gangguan traktus gastrointestinal yang dapat memburuk dengan pemberian Fe oral (colitis ulserativa). Tidak dapat mengabsorpsi Fe melalui traktus gastrointestinal. Tidak dapat mempertahankan keseimbangan Fe pada hemodialisaPreparat yang sering diberikan adalah dekstran besi, larutan ini mengandung 50 mg besi/ml. Dosis dihitung berdasarkan : Dosis besi (mg)=BB(kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,53. Terapi TransfusiTransfusi sel-sel darah merah atau darah lengkap, jarang diperlukan dalam penanganan anemia defisiensi Fe, kecuali bila terdapat pula perdarahan, anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi.

LO 4.7 PencegahanBeberapa tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada awal kehidupan adalah sebagai berikut : Meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun. Memberi bayi makanan yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan asam askorbat (jus buah). Memberi suplemen Fe pada bayi kurang bulan. Pemakaian PASI yang mengandung besi.

PROGNOSISPrognosa baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan manifestasi klinisnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.